Download - apendisitis & ileus obstruktif
Ileus Obstruktif
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu.
Ileus obstruktif sering dijumpai dan merupakan penyebab terbesar
pembedahan pada akut abdomen. Hal ini terjadi ketika udara dan hasil sekresi
tidak dapat melewati lumen intestinal karena adanya sumbatan yang menghalangi.
Obstruksi mekanik dari lumen intestinal biasanya disebabkan oleh tiga
mekanisme: 1. blokade intralumen (obturasi), 2. intramural atau lesi intrinsik dari
dinding usus, dan 3. Kompresi lumen atau konstriksi akibat lesi ekstrinsik dari
intestinal. Berbagai kondisi yang menyebabkan terjadinya obstruksi intestinal
biasanya terjadi melalui satu mekanisme utama. Satu pertiga dari seluruh pasien
yang mengalami ileus obstruktif, ternyata dijumpai lebih darisatu faktor etiologi
yang ditemukan saat dilakukan operasi.
Penyebab obstruksi mekanik dari intestinal
Normalnya, sekitar 2 liter asupan cairan dan 8 liter sekresi dari gaster,
intestinal dan pankreaticobili ditansfer ke intestinal setiap harinya. Meskipun
aliran cairan menuju ke intestinal bagian proksimal, sebagian besar cairan ini akan
di absorbsi di intestinal bagian distal dan kolon. Ileus obstruktif terjadi akibat
akumulasi cairan intestinal di proksimal daerah obstruksi disebabkan karena
adanya gangguan mekanisme absorbsi normal proksimal daera obstruksi serta
kegagalan isi lumen untuk mencapai daerah distal dari obstruksi.
Akumulasi cairan intralumen proksimal daerah obstruksi terjadi
dalam beberapa jam dan akibat beberapa faktor. Asupan cairan dan sekresi lumen
yangterus bertambah terkumpul dalam intestinal. Aliran darah meningkat ke
daerah intestinal segera setelah terjadinya obstruksi, terutama di daerah proksimal
lesi, yang akhirnya akan meningkatkan sekresi intestinal. Hal ini bertujuan
untuk menurunkan kepekaan vasa splanknik pada daerah obstruksi terhadap
mediator vasoaktif. Pengguyuran cairan intravena juga meningkatkan volume
cairan intralumen. Sekresi cairan ke dalam lumen terjadi karena kerusakan
mekanisme absorpsi dan sekresi normal. Distensi lumen menyebabkan terjadinya
kongestif vena, edema intralumen, dan iskemia.
Gas intestinal juga mengalami akumulasi saat terjadinya ileus obstruktif.
Sebagian kecil dihasilkan melalui netralisasi bikarbonat atau dari metabolisme
bakteri. Gas di intestinal terdiri atas Nitrogen (70%), Oksigen (12%), dan Karbon
dioksida (8%), yang komposisinya mirip dengan udara bebas. Hanya karbon
dioksida yang memiliki cukup tekanan parsial untuk berdifusi dari lumen.
Gejala utama dari obstruksi ialah nyeri kolik abdomen, mual dan muntah,
distensi abdomen, dan obstipasi yang progresif. Tipe nyeri: onset cepat, tajam,
dan di daerah periumbilikal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri akut, panas tinggi (sepsis,
iskemia, atau perforasi), dehidrasi (takikardi, hipotensi ortostatik, dan mukosa
kering), perut kembung (timpani), peristaltik usus biasanya hiperaktif pada
awalnya dan menjadi berubah secara progresif. Dinding perut tenderness (difus
atau lokal, rebound tenderness), teraba masa (pemeriksaan abdomen atau rectal),
asites dan hepatomegali (metastasis).
Diagnosis
Tidak ada peemeriksaan laboratoriu yang spesifik untuk obstruksi intestinal.
Karena adanya dehidrasi akan didapatkan ketidak seimbangan elektrolit dan
azotemia. Adanya iskemia intestinal dapat diperkirakan dengan pemeriksaan
bikarbonat serum, PH darah arteri, asam laktat darah, leukositosis, netrofilia dan
hiperamilasemia. Pemeriksaan trofil koagulasi (APTT,PPT dan INR) harus
diperiksa untuk persiapan tindakan operatif.
Pemeriksaan radiologi sangat dibutuhkan untuk mendiagnosis obstruksi
intestinal dikarenakan gejala klinik dan laboratorik yang tidak spesifik. Pada
kondisi obstruksi komplit, closed-loop dan strangulasi gambaran rontgen
menunjukan normal karena daerah loop yang mengalami obstruksi tidak berisi gas
tetapi cairan. Komplikasi obstruksi usus kecl adalah strangulasi dan nekrosis
sedangkan obstruksi usus besar adalah iskemia dan perforasi.
Penatalaksanaan
Pada obstruksi intestinal terapi inisial adalah suportif yakni resusitasi cairan
intra vena, koreksi kelainan elektrolit, istirahatkan usus serta dekompresi
nasogastrik (untuk obstruksi usus kecil). Jika obstruksi total, mengalami iskemia
atau peritonitis pasien harus diberi antibiotik broadspectrum dan disiapkan untuk
dilakukan operasi emergensi.
Apendisitis
Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi.
Walaupun apendisitis dapat terjadi pada setiap usia, namun paling sering terjadi
pada remaja dan dewasa muda. Angka mortalitas penyakit ini tinggi sebelum era
antibiotik.
Apendisitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau
penyumbatan akibat :
1. Hiperplasia dari folikel limfoid
2. Adanya fekalit dalam lumen appendiks
3. Tumor appendiks
4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis
5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histolitica.
Tanda Dan Gejala Apendisitis
Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam
ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc.
Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare
tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks
melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal:
bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada
pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks
dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan pada bagian bawah
otot rektum kanan dapat terjadi.
Tand Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri,
yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah
kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar ; distensi
abdomen terjadi akibat ileus paralitikdan kondisi klien memburuk.
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi appendiks, yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 105 sampai
32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum
terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,5-
38,5oC atau lebih tinggi, nyeri tekan abdomen yang kontinue.
Penatalaksanaan Apendisitis
Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks.
Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam
posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang
peristaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
a. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik
dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring
dan dipuasakan
b. Tindakan operatif ; appendiktomi
c. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk
tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan
berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.