Download - Antropologi wipa
Tugas Makalah
Antoropologi dan Pengantar Kesehatan Masyarakat
Oleh :
I Putu Wipa Widarsa Putra
( 14120706035 )
PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS ILMU KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DHYANA PURA BALI2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah sebagai bagian dari pembangunan nasional, dalam
pembangunan kesehatan tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Kenyataan yang terjadi sampai saat ini derajat kesehatan masyarakat
masih rendah khususnya masyarakat miskin, hal ini dapat digambarkan bahwa angka kematian
ibu dan angka kematian bayi bagi masyarakat miskin tiga kali lebih tinggi dari masyarakat tidak
miskin. Salah satu penyebabnya adalah karena mahalnya biaya kesehatan sehingga akses ke
pelayanan kesehatan pada umumnya masih rendah.
Rumah sakit umum sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memegang peranan
yang cukup penting dalam pembangunan kesehatan. Tugas pokok rumah sakit umum adalah
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) serta melaksanakan
upaya rujukan. (Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 983 tahun 1992.
Berdasarkan temuan Achmad Hardiman (2003), sistem pelayanan kesehatan di Indonesia
belum baik. Rumah sakit belum mampu menjamin mutu pelayanan kesehatan, misalnya dokter
sering terlambat datang, pasien harus menunggu lama untuk mendapat pelayanan, belum
menyediakan ruang tunggu yang nyaman, belum ada kontinuitas pelayanan, belum bisa
menjamin waktu penyerahan obat serta belum mampu membuat sistem peresepan on line lewat
komputer. Masih banyak rumah sakit yang belum consumer oriented, belum memberikan
kemudahan akses pelayanan bagi pasienSelain itu, Sulastomo (2000:145) menyatakan lorong-
lorong rumah sakit, ruang tunggu dan kebersihan serta ketertiban masih berkesan “berjubel” dan
“semrawut”, serta masih ditemukan sulitnya tempat parkir. Kenyataan ini membuat citra rumah
sakit di Indonesia tertinggal dibandingkan dengan di luar negeri seperti Malaysia.
Dari permasalahan-permasalahan yang dikemukakan di atas terlihat bahwa sistem
penyampaian jasa yang meliputi physical support dan contact personnel rumah sakit di
Indonesia, cenderung belum baik. Physical support adalah berbagai fasilitas fisik dan komponen
pelengkap dari suatu jasa yang ditawarkan rumah sakit, sedangkan contact personnel adalah
2
tenaga medis, paramedis dan non medis yang ikut terlibat dalam penyampaian jasa dan
mempunyai kontak langsung dengan pasien dan keluarganya.
Di dalam mencapai tujuan yang berorientasi kepada kepuasan pasien, disamping aspek
fasilitas rumah sakit, peranan dokter, paramedis dan non medis menjadi sangat penting karena
kinerja mereka akan menentukan persepsi dan kinerja yang dirasakan pasien terhadap pelayanan
yang diberikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan organisasi kesehatan yang ada di dunia ?
2. Bagaimana penjelasan sistem pelayanan kesehatan daerah Provinsi Bali ?
3. Bagaimana penjelasan program Indonesia sehat 2015 ?
4. Bagaimana penjelasan dari sistem kesehatan nasional (SKN) ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi tentang sistem pelayanan kesehatan
2. Tujuan khusus
a) Menjelaskan tentang organisasi kesehatan yang ada di dunia
b) Menjelaskan tentang sistem pelayanan kesehatan di Provinsi Bali
c) Menjelaskan program Indonesia sehat 2015
d) Menjelaskan sistem kesehatan nasional (SKN)
D. Manfaat
1. Mahasiswa memahami konsep sistem pelayanan kesehatan sehingga menunjang
pembelajaran mata kuliah.
2. Mahasiswa mengetahui sistem pelayanan kesehatan yang benar sehingga dapat menjadi
bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pelayanan Kesehatan
Pelayanan merupakan kegiatan dinamis berupa membantu menyiapkan, menyediakan dan
memproses, serta membantu keperluan orang lain. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
B. Jenis pelayanan kesehatan
Menurut pendapat Hodgetts dan Cascio (1983), ada dua macam jenis pelayanan kesehatan.
1. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kesehatan masyarakat
(public health services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-
sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya adalah untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit, dan sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.
2. Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical
service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (soslo practice) atau
secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan
penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan
keluarga.
C. Syarat pokok pelayanan kesehatan
Suatu pelayanan kesehatan dikatakan baik apabila:
1. Tersedia (available) dan berkesinambungan (continuous)Artinya semua jenis pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam
masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.
4
2. Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate)
Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan,
keyakinan dan kepercayaan mesyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan
kesehatan yang baik.
3. Mudah dicapai (accessible)
Ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian, untuk
dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan
menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan
saja, dan sementara itu tidak ditemukan didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang
baik.
4. Mudah dijangkau (affordable)
Keterjangkauan yang dimaksud adalah terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan
keadaan yang seperti itu harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin
dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja bukanlah kesehatan yang baik.
5. Bermutu (quality)
Mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan
kode etik serta standart yang telah ditetapkan.
D. Prinsip pelayanan prima di bidang kesehatan
1. Mengutamakan pelanggan
Prosedur pelayanan disusun demi kemudahan dan kenyamanan pelanggan, bukan untuk
memeperlancar pekerjaan kita sendiri.
2. System yang efektif
Proses pelayanan perlu dilihat sebagai sebuah system yang nyata (hard system), yaitu tatanan
yang memadukan hasil-hasil kerja dari berbagai unit dalam organisasi. Perpaduan tersebut harus
terlihat sebagai sebuah proses pelayanan yang berlangsung dengan tertib dan lancar dimata para
pelanggan.
5
3. Melayani dengan hati nurani (soft system)
Dalam transaksi tatap muka dengan pelanggan, yang diutamakan keaslian sikap dan perilaku
sesuai dengan hati nurani, perilaku yang dibuat-buat sangat mudah dikenali pelanggan dan
memperburuk citra pribadi pelayan.
4. Perbaikan yang berkelanjutan
Pelanggan pada dasarnya juga belajar mengenali kebutuhan dirinya dari proses pelayanan.
Semakin baik mutu pelayanan akan menghasilkan pelanggan yang semakin sulit untuk
dipuaskan, karena tuntutannya juga semakin tinggi, kebutuhannya juga semakin meluas dan
beragam, maka sebagai pemberi jasa harus mengadakan perbaikan terus menerus.
5. Memberdayakan pelanggan
Menawarkan jenis-jenis layanan yang dapat digunakan sebagai sumberdaya atau perangkat
tambahan oleh pelanggan untuk menyelesaikan persoalan hidupnya sehari-hari.
6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Organisasi Kesehatan Dunia
Organisasi kesehatan dunia yang sering disebut dengan WHO ( World Health
Organization) merupakan salah satu badan PBB yang bertindak sebagai koordinator kesehatan
umum international yang bermarkas di Jenewa, Swiss. WHO didirikan oleh PBB pada 7 April
1948. Direktur Jendral sekarang adalah Margaret Chan (menjabat mulai 8 November 2006.
Konstitusi WHO menyatakan bahwa tujuan didirikannya WHO "adalah agar semua orang
mencapai tingkat kesehatan tertinggi yang paling memungkinkan". Tugas utama WHO yaitu
membasmi penyakit, khususnya penyakit menular yang sudah menyebar luas.
1. Tujuan, kegiatan dan aktivitas WHO
Tujuan didirikannya WHO telah tertuang dalam Visi utama WHO yaitu : “Pencapaian
tingkat kesehatan setinggi-tingginya bagi masyarakat internasional dan mendorong individu
untuk berperan membantu masyarakat dunia dalam mencapai tingkat kesehatan tertinggi.
Adapun kegiatan dan aktivitas WHO yaitu : mengatur usaha-usaha internasional untuk
mengendalikan penyebaran penyakit menular, seperti SARS, malaria, tuberkulosis, flu babi dan
AIDS. WHO juga mensponsori program-program yang bertujuan mencegah dan mengobati
penyakit-penyakit seperti contoh-contoh tadi. WHO mendukung perkembangan dan distribusi
vaksin yang aman dan efektif, diagnosa penyakit, kelainan, dan obat-obatan. Selain
memusnahkan penyakit, WHO juga melaksanakan berbagai kampanye yang berhubungan
dengan kesehatan contohnya, untuk meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran di
seluruh dunia dan berusaha mengurangi penggunaan tembakau. Untuk mencapai tujuannya, para
ahli, mengembangan vaksin influenza yang pandemik dan telah mencapai kemajuan yang bagus.
Lebih dari 40 percobaan klinik (clinical trial) telah selesai atau sedang berlangsung. Kebanyakan
difokuskan pada orang dewasa yang sehat. Beberapa perusahaan, setelah menyelesaikan analisis
keamanan pada orang dewasa, telah memulai percobaan klinik pada orang lanjut usia dan anak-
anak. Sejauh ini semua vaksin aman dan dapat ditoleransi tubuh (diterima tubuh) pada semua
7
tingkat usia. Selain itu WHO juga telah menyelesaikan masalah – masalah penyakit seperti
memberantas penyakit cacar, yang sejak lama dianggap sebagai penyakit infeksi paling
mematikan, dengan pergi ke berbagai negara untuk mengelola program vaksinasi secara besar-
besaran. Dan selanjutnya, WHO juga memusatkan perhatiannya terhadap penyakit polio dan
kusta, dimana sekarang ini penyakit-penyakit tersebut telah hampir selesai diberantas. Selain
memerangi penyakit, WHO juga berperan dalam mempromosikan ke seluruh dunia program-
program kesehatan dan pencegahan penyakit. Melalui kerja sama dengan rekan - rekan di bidang
penelitian kesehatan, dengan mengumpulkan data kebutuhan dan kondisi kesehatan secara
global, khususnya di negara-negara berkembang. Salah satu prakarsa terbaru adalah strategi
global dalam pola makan, aktifitas fisik dan kesehatan. Meningkatnya urbanisasi memainkan
peran yang besar dalam mengubah kondisi kesehatan di antara penduduk negara-negara
berkembang. Selain itu, telah lama diketahui bahwa penduduk kota lebih suka mengkonsumsi
makanan yang padat energi yang mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi dan karbohidrat
yang telah diproses. Bagi para penduduk pendatang yang miskin, perubahan tiba-tiba pada pola
makan, bersamaan dengan peralihan ke gaya hidup menetap, telah berdampak meningkatnya
masalah-masalah kesehatan kronis seperti penyakit hati, diabetes, serangan jantung, kanker dan
penyakit pernapasan. Namun demikian, faktor-faktor terbesar yang menyebabkan kondisi ini
tekanan darah tinggi, kolestrol tinggi, peningkatan berat tubuh, kurangnya olah raga dan
kurangnya pola makan sehat. Untuk memerangi faktor-faktor resiko ini, pola makan yang kaya
akan buah-buahan dan sayur-mayur, yang mengandung gizi yang meningkatkan sistem
kekebalan, mempertinggi pertahanan alami tubuh untuk melawan penyakit infeksi. Misalnya
dengan makan lebih banyak buah dan sayuran, kacang-kacangan dan biji-bijian, lakukan latihan
fisik/olah raga setiap hari, ganti lemak jenuh hewani dengan minyak sayur tak jenuh, kurangi
jumlah lemak, garam dan gula dalam pola makan, pertahankan berat tubuh yang normal, jika
merokok, berhentilah merokok.
B. Sistem Pelayanan Kesehatan di Provinsi Bali
1. Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM)
Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) merupakan jaminan kesehatan yang diberikan
kepada seluruh masyarakat Bali yang belum memiliki jaminan kesehatan seperti Askes,
Jamsostek, Asabri, Askeskin/Jamkesmas atau jaminan kesehatan lainnya.
8
Alur pelayanan menganut system rujukan/pelayanan berjenjang yaitu diawali dari
Puskesmas dan jejaringnya dengan membawa KTP Bali. Bagi masyarakat yang berumur
dibawah 17 tahun membawa kartu KK dan KTP orang tuanya. Jika Puskesmas tidak mampu
menangani maka akan dirujuk ke RS kabupaten/kota, RS Indera & RS Jiwa dengan membawa
surat rujukan dari Puskesmas. Bila membutuhkan penanganan lebih lanjut akan di rujuk
ke RS Sanglah. Untuk kasus gawat darurat, pasien bias langsung ke RS (pemerintah/swasta).
Dalam kasus gawat darurat kelengkapan syarat pelayanan JKBM dapat dilengkapi dalam kurun
waktu 2 x 24 jam
Serta dimana tempat pelayanan kesehatan melalui JKBM adalah
a. Puskesmas dan jejaringnya di semua Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
b. Rumah Sakit Pemerintah di provinsi Bali
Beberapa fasilitas pelayanan kesehatan melalui JKBM di Puskesmas antara lain ;
a. Rawat jalan Tingkat Pertama (RJTP) dilaksanakan pada Puskesmas dan jejaringnya baik di
dalam maupun luar gedung.
b. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) dilaksanakan pada Puskesmas perawatan.
c. Persalinan normal yang dilaksanakan di Puskesmas non perawatan/bidan di desa/polindes/di
rumah pasien/praktek bidan swasta.
d. Pelayanan gawat darurat (emergency)
fasilitas pelayanan kesehatan melalui JKBM di rumah sakit adalah ;
a. Rawat jalan Tingkat lanjut (RJTL), dilaksanakan pada rumah sakit yang menyediakan
pelayanan spesialistik di poliklinik spesialistik RS pemerintah yang merupakan jejaring JKBM.
b. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), dilaksanakan pada ruang perawatan kelas III RS
Pemerintah.
c. Pelayanan gawat darurat (emergency)
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Bali sesuai dengan Peraturan
Gubernur Bali Nomor 70 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas Pokok Dinas Kesehatan Provinsi
Bali adalah sebagai berikut :
a. Kepala Dinas :
1) menyusun rencana dan program kerja Dinas
2) mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kerja Dinas
9
3) merumuskan kebijakan umum Dinas serta menyelenggarakan administrasi berdasarkan
kewenangan.
4) mendistribusikan tugas kepada bawahan
5) menilai prestasi kerja bawahan
6) melaksanakan pembinaan umum dan pembinaan teknis di bidang kesehatan.
7) menyediakan dukungan kerjasama antar Kabupaten/Kota
8) melakukan pengendalian terhadap pelayanan umum dan perizinan
9) melaksanakan pembinaan umum dan pembinaan teknis dalam pencapaian Program Dinas
10) mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan.
11) melaksanakan sistem pengendalian intern
12) melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan ; dan
13) melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
b. Sekretariat
Sekretaris mempunyai tugas :
1) menyusun rencana dan program kerja kesekretariatan
2) mengkoordinasikan program kerja masing-masing sub bagian
3) mengkoordinasikan para Kepala Sub Bagian.
4) menilai prestasi kerja bawahan
5) membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bagian dan bawahan
6) menghimpun dan menyusun rencana kerja dan program pembangunan bidang kesehatan
7) melakukan koordinasi dengan para Kepala Bidang dan Kepala UPT
8) menyelenggarakan kegiatan kesekretariatan berdasar rencana kerja yang telah disusun
9) melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengelolaan urusan umum dan kepegawaian,
penyusunan program dan keuangan
10) mengumpulkan dan menyusun laporan Sekretariat, Bidang, UPT sebagai bahan laporan
Dinas
11) melaksanakan sistem pengendalian intern
12) melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
13) melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas
10
C. Program Indonesia Sehat 2015
Untuk meningkatkan tingkat hidup yang memadai demi kesehatan dan kesejahteraan,
Indonesia yang disebut Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris
MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189
negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa
delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Pemerintah Indonesia turut menghadiri
Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium.
Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8
buah sasaran pembangunan dalam Milenium (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur
untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan.
1. Sasaran MDGs
a. Memberantas kemiskinan dan kelaparan
b. Mencapai pendidikan
c. Mendorong Kesejahteraan gender dan pemberdayaan perempuan
d. Menurunkan angka kematian anak
e. Mengurangi dua per tiga resiko kematian ibu dalam proses melahirkan
f. Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya
g. Memastikan kelestarian lingkungan hidup
h. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
2. Kontroversi
Upaya Pemerintah Indonesia merealisasikan Sasaran Pembangunan Milenium pada tahun
2015 akan sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus menanggung beban
pembayaran utang yang sangat besar. Program-program MDGs seperti pendidikan, kemiskinan,
kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan
membutuhkan biaya yang cukup besar. Tanpa upaya negosiasi pengurangan jumlah pembayaran
utang Luar Negeri, Indonesia akan gagal mencapai tujuan MDGs. Menurut Direktur Eksekutif
International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) Don K Marut Pemerintah
Indonesia perlu menggalang solidaritas negara-negara Selatan untuk mendesak negara-negara
Utara meningkatkan bantuan pembangunan bukan utang, tanpa syarat dan berkualitas dan
11
menolak ODA (official development assistance) yang tidak bermanfaat untuk Indonesia.
Menanggapi pendapat tentang kemungkinan Indonesia gagal mencapai tujuan MDGs apabila
beban mengatasi kemiskinan dan mencapai tujuan pencapaian MDG di tahun 2015 serta beban
pembayaran utang diambil dari APBN di tahun 2009-2015, Sekretaris Utama Menneg
PPN/Kepala Bappenas Syahrial Loetan berpendapat apabila bisa dibuktikan MDGs tidak tercapai
di 2015, sebagian utang bisa dikonversi untuk bantu. Beberapa negara maju telah berjanji dalam
konsesus pembiayaan (monetary consensus) untuk memberikan bantuan.
D. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
SKN adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan
berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
1. Landasan SKN
SKN yang merupakan wujud dan metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan
adalah bagian dari Pembangunan Nasional. Dengan demikian landasan SKN adalah sama dengan
landasan Pembangunan Nasional. Secara lebih spesifik landasan tersebut adalah:
a. Landasan idiil yaitu Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Landasan konstitusional yaitu UUD 1945, khususnya:
1) Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
2) Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang.
3) Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia.
4) Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
12
kesehatan, dan ayat (3); setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
5) Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan, dan ayat (3); negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
6) Landasan Operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan
dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.
Mengacu pada substansi perkembangan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta
pendekatan terhadap manajemen kesehatan, maka subsistem yang mempengaruhi pencapaian
dan kinerja Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia meliputi:
1) Upaya Kesehatan : Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat peningkatan
(promotif), pencegahan (preventif), dan pemulihan (rehabilitasi) masih dirasakan kurang.
Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa
Indonesia.
2) Pembiayaan Kesehatan : Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, yaitu hanya rata-
rata 2,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau rata-rata antara USD 12-18 per kapita per
tahun. Persentase ini masih jauh dari anjuran Organisasi Kesehatan Sedunia yakni paling
sedikit 5% dari PDB per tahun. Sementara itu anggaran pembangunan berbagai sektor lain
belum sepenuhnya mendukung pembangunan kesehatan. Pembiayaan kesehatan yang kuat,
terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan memegang peran yang amat vital untuk
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
3) SDM Kesehatan : Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia
kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil
dan merata, sesuai tututan kebutuhan pembangunan kesehatan. Sumber Daya Manusia
Kesehatan dalam pemerataannya masih belum merata, bahkan ada beberapa puskesmas yang
belum ada dokter, terutama di daerah terpencil. Daya serap tenaga kesehatan oleh jaringan
pelayanan kesehatan masih terbatas. Hal ini bisa menjadi refleksi bagi Pemerintah dan tenaga
medis, agar terciptanya pemerataan tenaga medis yang memadai.
13
4) Sumberdaya Obat, Perbekalan Kesehatan, dan Makanan : Meliputi berbagai kegiatan untuk
menjamin: aspek keamanan, kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat
esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat;
penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui
pemanfaatan sumber daya dalam negeri. Industri farmasi di Indonesia saat ini cukup
berkembang seiring waktu. Hanya dalam hal ini pengawasan dalam produk dan obat yang ada.
Perlunya ada tindakan yang tegas, ketat dalam hal ini.
5) Pemberdayaan Masyarakat : Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi optimal apabila
ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat. Ini penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat
mampu dan mau berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan. Sayangnya pemberdayaan
masyarakat dalam arti mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam
mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih dilaksanakan
secara terbatas. Pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pelayanan, advokasi kesehatan serta
pengawasan sosial dalam program pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan.
6) Manajemen Kesehatan : Meliputi: kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum
kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara
berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen kesehatan. Manajemen kesehatan
sangatlah berpengaruh juga, karena dalam hal ini yang memanage proses, tetapi keberhasilan
manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi
kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan hukum
kesehatan serta administrasi kesehatan. Jika tidak tersedianya hal ini maka bisa jadi proses
manajemen akan terhambat/ bahkan tidak berjalan.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Keseimpulan
1. WHO memiliki tujuan untuk membasmi penyakit, khususnya penyakit menular yang sudah
menyebar luas. Selama enam puluh tahun ini, WHO telah memperlihatkan keajaiban-keajaiban
dunia. Seperti pemberantasan penyakit cacar. Selain itu, WHO juga melakukan kerjasama, salah
satunya Negara Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan hal – hal lain yang
menjadi tujuan pembangunan.
2. Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) adalah jaminan kesehatan yang diberikan
kepada seluruh masyarakat Bali yang belum memiliki jaminan kesehatan seperti Askes,
Jamsostek, Asabri, Askeskin/Jamkesmas atau jaminan kesehatan lainnya.
3. Untuk meningkatkan tingkat hidup yang memadai demi kesehatan dan kesejahteraan,
Indonesia bekerjasama dengan beberapa Negara untuk mencanangkan program sehat 2015.
Tetapi program ini akan sulit dicapai karena pada saat yang sama pemerintah juga harus
menanggung beban pembayaran utang yang sangat besar. Program-program MDGs seperti
pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan
pemberdayaan perempuan membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga Indonesia perlu
menggalang dana ke Negara besar lainnya.
4. Indonesia juga melakukan upaya seperti membentuk system SKN. SKN yang merupakan
wujud dan metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah bagian dari Pembangunan
Nasional yang memiliki landasan demi pembangunan Negara Indonesia.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://blogspot.com/2013/08/ sistem - pelayanan - kesehatan . Diakses tanggal 19 Oktober 2014
Bancar. 2012. “ Sistem Pelayanan Kesehatan”. (Online).
https://bocahbancar.files.wordpress.com/2012/20/sistem-pelayanan-kesehatan. Diakses tanggal
19 Oktober 2014
Vierannia, Oacha. 2013. “ Sistem Pelayanan Kesehatan”. (Online)
http://blogspot.com/2013/12/sistem-pelayanan-kesehatan. Diakses tanggal 19 Oktober 2014
Virgo, Nies. 2013. “Sistem Pelayanan Kesehatan”. (Online).
16