Sie Infokum - Ditama Binbangkum 1
ANGGARAN BELANJA NEGARA DALAM APBN
A. LATAR BELAKANG
Keuangan Negara meliputi seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan semua hak dan kewajiban Negara. Dan
seluruh rangkaian kegiatan ini memiliki akibat-akibat keuangan sehingga
memerlukan adanya suatu perencanaan keuangan yang cermat
(budgeting atau penganggaran).
Anggaran ini memiliki fungsi diantaranya sebagai pedoman dalam
mengelola Negara dalam periode tertentu, sebagai alat pengawasan dan
pengendalian masyarakat terhadap kebijakan yang telah dipilih oleh
pemerintah dan sebagai alat pengawasan masyarakat terhadap
kemampuan pemerintah dalam melaksanakan kebijakan yang telah
dipilih.
Di Indonesia pada awalnya secara resmi digunakan istilah
begrooting untuk menyatakan pengertian anggaran. Namun sejak
Proklamasi Kemerdekaan, digunakan istilah Anggaran Pendapatan dan
Belanja sebagaimana terdapat dalam Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 dan
dalam perkembangannya ditambahkan kata Negara menjadi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
APBN ini merupakan perwujudan dari pengelolaan keuangan
Negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab sehingga
penyelenggara Negara (Pemerintah) setiap tahun mengajukan
Rancangan Undang-Undang (RUU) APBN untuk dibahas bersama DPR.
Jika disetujui maka RUU tersebut ditetapkan menjadi Undang-Undang
(UU) APBN yang berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran.
Secara garis besar, APBN memiliki komponen Pendapatan Negara
dan Hibah, Belanja Negara, dan Pembiayaan. Anggaran belanja pada
tahun ini, melalui UU Nomor 47 Tahun 2009 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2010, ditetapkan sebesar
Rp1.047.666.042.990.000,00 (satu kuadriliun empat puluh tujuh triliun
enam ratus enam puluh enam miliar empat puluh dua juta sembilan
ratus sembilan puluh ribu rupiah).
Karena merupakan bagian dari keuangan Negara, maka dalam
kegiatan pengelolaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban belanja
telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan.
Sie Infokum - Ditama Binbangkum 2
B. DEFINISI
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Pasal 1 angka 14 :
Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
C. KLASIFIKASI BELANJA
1. Menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
a. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Dalam Pasal 15 ayat (5) dan Pasal 20 ayat (5) UU No. 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, disebutkan bahwa APBN
yang telah disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit
organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.
b. PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Belanja diklasifikasikan menurut ekonomi (jenis belanja),
organisasi dan fungsi.
Klasifikasi ekonomi untuk Pemerintah Pusat meliputi belanja
operasi (belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah,
bantuan sosial), belanja modal, belanja lain-lain.
Klasifikasi belanja menurut fungsi dibagi menjadi pelayanan
umum, pertahanan, ketertiban dan ketentraman, ekonomi,
perlindungan lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman,
kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, pendidikan, dan
perlindungan sosial.
2. Menurut fungsi artinya klasifikasi ini digunakan sebagai dasar untuk
penyusunan anggaran berbasis kinerja guna memperoleh manfaat
sebesar-besarnya. Rincian belanja Negara menurut fungsi1 antara lain
terdiri dari pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan,
ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum,
kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan perlindungan
sosial, disesuaikan dengan tugas masing-masing Kementerian
Negara/Lembaga. Oleh karena itu program kementerian
1 Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan nasional.
Sie Infokum - Ditama Binbangkum 3
negara/lembaga harus diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran
yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana kerja pemerintah.
3. Menurut jenis belanja
Pasal 11 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 menyebutkan bahwa
belanja negara dalam APBN digunakan untuk keperluan
penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan
perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan pemerintahan
daerah :
a. Belanja Pemerintah Pusat 1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Modal
4. Pembayaran Bunga Utang
5. Subsidi
6. Hibah
7. Bantuan Sosial
8. Belanja Lain-Lain
b. Transfer ke Daerah 1. Dana Perimbangan (dana bagi hasil, dana
alokasi umum dan dana alokasi khusus)
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
Belanja Pegawai adalah belanja kompensasi baik dalam bentuk
uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang diberikan kepada Pejabat Negara, PNS
dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum
berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan
modal. Contoh : gaji, tunjangan, honorarium, lembur, kontribusi
sosial dan lain-lain yang berhubungan dengan pegawai.
Belanja barang adalah pembelian barang dan jasa yang habis
pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun
yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan
untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja
perjalanan. Belanja barang ini terdiri dari belanja pengadaan barang
dan jasa2, belanja pemeliharaan3, dan belanja perjalanan4.
2 Merupakan pengeluaran yang antara lain dilakukan untuk membiayai keperluan kantor sehari-hari, pengadaan barang yang habis pakai seperti Alat Tulis Kantor (ATK), pengadaan/penggantian peralatan
kantor, langganan daya dan jasa, lain-lain pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang bersifat non-fisik dan secara langsung menunjang tugas pokok fungsi Kementerian/Lembaga, pengadaan kantor yang nilainya
tidak memenuhi syarat nilai kapitalisasi minimum yang diatur Pemerintah Pusat dan pengeluaran jasa non-fisik (contoh biaya pelatihan dan penelitian). 3 Adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk mempertahankan asset tetap atau asset lainnya yang sudah
ada ke dalam kondisi normal tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja. Contoh : pemeliharaan tanah, pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, dan lain-lain
sarana yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan. 4 Merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan
tugas, fungsi dan jabatan.
Sie Infokum - Ditama Binbangkum 4
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran yang digunakan
dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta
melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya
yang ditetapkan pemerintah. Suatu belanja dikategorikan sebagai
belanja modal apabila :
a. pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan asset
tetap atau asset lainnya yang menambah masa umur, manfaat,
dan kapasitas.
b. pengeluaran tersebut melebihi minimum kapitalisasi asset tetap
atau asset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
c. perolehan asset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.
d. pengeluaran tersebut dilakukan sesudah perolehan asset tetap
atau asset lainnya dengan syarat pengeluaran mengakibatkan
masa manfaat5, kapasitas6, kualitas7 dan volume8 asset yang
dimiliki bertambah serta pengeluaran tersebut memenuhi batasan
minimum nilai kapitalisasi asset tetap/asset lainnya.
Ada 5 (lima) kategori utama belanja modal yaitu :
1. belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan
untuk pengadaan/pembelian/pembebasan penyelesaian, balik
nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan,
pematangan tanah, pembuatan sertifikat tanah, serta lain-lain
yang bersifat administratif sehubungan dengan perolehan hak atas
tanah dan sampai tanah tersebut siap pakai.
2. belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran yang
diperlukan untuk pengadaaan alat-alat dan mesin-mesin yang
dipergunakan dalam kegiatan pembentukan modal termasuk biaya
untuk penambahan, penggantian dan peningkatan kualitas
peralatan dan mesin, serta inventaris kantor yang memberikan
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan
mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
3. belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran yang
digunakan untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan
pembentukan modal untuk pembangunan gedung dan bangunan
yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan
5 Pertambahan masa manfaat adalah bertambahnya umur ekonomis yang diharapkan dari asset tetap yang
sudah ada. Misalnya gedung direnovasi sehingga menambah umur ekonomis gedung tersebut. 6 Peningkatan kapasitas adalah bertambahnya kapasitas atau kemampuan asset tetap yang sudah ada
misalnya peningkatan kapasitas generator listrik. 7 Peningkatan kualitas asset adalah bertambahnya kualitas dari asset tetap yang sudah ada, misalnya jalan
tanah menjadi jalan aspal. 8 Peningkatan volume asset adalah bertambahnya jumlah atau satuan ukuran asset yang sudah ada,
misalnya penambahan luas bangunan suatu gedung.
Sie Infokum - Ditama Binbangkum 5
dimaksud dalam kondisi siap pakai termasuk di dalamnya
pengadaan berbagai barang kebutuhan pembangunan gedung dan
bangunan.
4. belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran yang
digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian,
peningkatan pembangunan, pembuatan serta perawatan
prasarana dan sarana termasuk pengeluaran untuk perencanaan,
pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang
menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dalam
kondisi siap pakai.
5. belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran yang digunakan
untuk pengadaan, penambahan, penggantian, peningkatan
pembangunan, pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya
yang tidak dapat dikategorikan ke dalam kriteria belanja modal
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi
dan jaringan, misalnya belanja modal kontrak sewa beli,
pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang
untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku dan jurnal
ilmiah.
Pembayaran bunga utang adalah pengeluaran pemerintah
yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal
outstanding), baik utang dalam negeri maupun luar negeri yang
dihitung berdasarkan posisi pinjaman.
Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan pemerintah
kepada perusahaan Negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga
lainnya yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor
barang dan jasa yang memenuhi hajat hidup orang banyak agar
harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. Terdiri dari Belanja
Subsidi Lembaga Keuangan, Belanja Subsidi BBM, Belanja Subsidi
Non BBM-Harga/Biaya, Belanja Subsidi Non BBM–Bunga Kredit,
Belanja Subsidi Non BBM – Pajak, Belanja Subsidi Non Pajak-Lainnya,
dan Belanja Subsidi PSO.
Hibah adalah pengeluaran pemerintah berupa transfer
dalam bentuk uang, barang atau jasa, bersifat tidak wajib yang
secara spesifik yang telah ditetapkan peruntukannya dan tidak
mengikat serta tidak terus menerus kepada pemerintahan Negara
lain, pemerintah daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
serta organisasi internasional.
Bantuan sosial adalah transfer uang atau barang yang
diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan
Sie Infokum - Ditama Binbangkum 6
terjadinya resiko sosial. Pengeluaran ini bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan selektif.
Belanja lain-lain adalah pengeluaran yang sifat
pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan ke dalam pos-pos
pengeluaran diatas. Sifatnya tidak biasa dan tidak berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak
terduga lainnya.
D. PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA
Jumlah dana yang dimuat dalam anggaran belanja Negara
merupakan batas tertinggi untuk tiap-tiap pengeluaran, baik pimpinan
dan atau pejabat departemen/lembaga/pemerintah daerah tidak
diperkenankan melakukan pengeluaran belanja Negara apabila dana
tidak tersedia atau tidak cukup tersedia serta tidak diperkenankan untuk
melakukan pengeluaran belanja Negara untuk tujuan lain dari yang
ditetapkan dalam anggaran belanja Negara.
Setelah APBN ditetapkan, Menkeu memberitahukan semua
menteri/pimpinan lembaga agar menyampaikan dokumen pelaksanaan
anggaran untuk masing-masing kementerian negara/lembaga. DIPA9
atau dokumen pelaksanaan anggaran lainnya10 yang dipersamakan
dengan DIPA yang telah mendapat pengesahan dari Dirjen
Perbendaharaan atas nama Menkeu menjadi dasar untuk penerbitan
SPM11. Sebelum SPM diterbitkan, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran berhak untuk melakukan :
a. pengujian kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak
penagih;
b. meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan
sehubungan dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;
c. meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;
d. membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran
pengeluaran yang bersangkutan;
e. memerintahkan pembayaran atas beban APBN.
Dalam rangka pelaksanaan pembayaran tersebut, Bendahara
Umum Negara kemudian meneliti kelengkapan perintah pembayaran,
menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN yang
9 DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga serta disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menkeu dan
berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan dana atas beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah. 10 Adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dipersamakan dengan DIPA dan disahkan oleh Dirjen
Perbendaharaan atas nama Menkeu sebagai Bendahara Umum Negara (BUN). 11 Adalah dokumen yang diterbitkan/digunakan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk
mencairkan alokasi dana yang sumber dananya dari DIPA.
Sie Infokum - Ditama Binbangkum 7
tercantum dalam perintah pembayaran, menguji ketersediaan dana yang
bersangkutan, dan memerintahkan pencairan dana sebagai dasar
pengeluaran negara bilamana perintah pembayaran dari Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran tidak memenuhi persyaratan yang
ditetapkan.
Pengguna Anggaran/ Menteri Keuangan
Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara (BUN)
Pengujian Pengujian
(Pasal 18 (2) UU No.1 Th.2004) (Pasal 19 (2) UU No. 1 Th. 2004)
SPM
SPM (Surat Perintah Membayar) SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana)
Mekanisme pembayaran APBN tersebut diatur lebih teknis dalam
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005
tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
Pada setiap awal tahun anggaran, Menteri/Pimpinan Lembaga
selaku Pengguna Anggaran (PA) menunjuk Pejabat Kuasa PA untuk
satuan kerja di lingkungan instansinya dan dapat juga mendelegasikan
kewenangan kepada Kuasa PA untuk menunjuk pejabat yang diberi
kewenangan melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja/penanggung jawab kegiatan/pembuat komitmen,
pejabat yang diberi kewenangan untuk menguji tagihan kepada negara
dan menandatangani SPM, serta Bendahara Pengeluaran untuk
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan
anggaran belanja. Khusus untuk pelaksanaan anggaran dekonsentrasi
dan tugas pembantuan, kewenangan yang dimiliki oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga selaku PA didelegasikan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota/Kepala Desa.
Berdasarkan DIPA yang telah disahkan oleh Dirjen
Perbendaharaan atau oleh Kepala Kantor Wilayah Dirjen
Perbendaharaan, PA/Kuasa PA kemudian menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan sesuai rencana kerja dan anggaran.
Kemudian SPP dibuat dengan menggunakan format yang ada
disertai kelengkapan-kelengkapan yang dipersyaratkan SPP terdiri dari
Sie Infokum - Ditama Binbangkum 8
SPP-UP (Uang Persediaan), SPP-TUP (Tambahan Uang Persediaan), SPP-
GUP (Penggantian Uang Persediaan), SPP untuk Pengadaan Tanah, SPP-
LS, SPP-LS non belanja pegawai, SPP untuk PNBP. Setelah menerima
SPP, pejabat penerbit SPM menerbitkan SPM dengan mekanisme :
1. petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi
cek-list kelengkapan berkas SPP, mencatat dalam buku pengawasan
penerimaan SPP, membuat/menandatangani tanda terima SPP, dan
menyampaikan SPP dimaksud kepada pejabat penerbit SPM.
2. pejabat penerbit SPM kemudian melakukan pengujian dengan
memeriksa dokumen pendukung SPP, memeriksa ketersediaan pagu
anggaran dalam DIPA, memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau
kelayakan hasil kerja yang dicapai dengan indikator keluaran,
memeriksa kebenaran atas hak tagih menyangkut pihak yang
ditunjuk untuk menerima pembayaran, nilai tagihan, dan jadwal
pembayaran, memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran
kegiatan.
3. setelah pengujian, pejabat penguji SPP dan penandatangan SPM
menerbitkan SPM-UP/SPM-TUP/SPM-GUP/SPM-LS dalam rangkap 3
(tiga).
SPM kemudian disampaikan oleh PA/Kuasa PA atau pejabat yang
ditunjuk beserta dokumen pendukung dilengkapi dengan Arsip Data
Komputer (bilamana ada) melalui loket penerimaan SPM pada KPPN atau
melalui kantor pos. Setelah diterima, petugas KPPN akan memeriksa
kelengkapan, membuat check-list, mencatat dalam Daftar Pengawasan
Penyelesaian SPM dan meneruskannya ke Seksi Perbendaharan untuk
diproses lebih lanjut.
SPM yang telah diterima ini, kemudian diuji secara substansif dan
formal. Pengujian substansif dilakukan untuk menguji kebenaran
perhitungan tagihan dalam SPM, menguji ketersediaan dana pada
kegiatan/sub kegiatan/MAK dalam DIPA, menguji dokumen dasar
penagihan, menguji surat pernyataan tanggung jawab dari kepala
kantor/satker, serta menguji faktur pajak beserta SSP-nya. Pengujian
formal dilakukan untuk mencocokkan tanda tangan pejabat
penandatangan SPM dengan spesimen, memeriksa cara
penulisan/pengisian jumlah uang dalam angka dan huruf, serta
memeriksa kebenaran dalam penulisan termasuk tidak boleh terdapat
cacat penulisan. Apabila seluruh syarat telah terpenuhi maka dilakukan
penerbitan SP2D dan apabila tidakan memenuhi syarat-syarat maka SPM
dikembalikan.
Sie Infokum - Ditama Binbangkum 9
Sementara untuk pelaksanaan belanja yang dipergunakan untuk
anggaran transfer ke daerah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
No 04/PMK.07/2008 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban
Anggaran Transfer ke Daerah. Dalam rangka pelaksanaan anggaran
tersebut, Dirjen Perimbangan Keuangan menerbitkan Surat Perintah
Membayar (SPM) sebagai perintah pemindahbukuan dari Rekening Kas
Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah yang disampaikan kepada
Dirjen Perbendaharaan c.q. Direktur Pengelolaan Kas Negara.
Berdasarkan SPM tersebut, Dirjen Perbendaharaan atas nama Menkeu
menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Pemerintah Daerah
kemudian menyampaikan konfirmasi tanda terima Transfer ke Daerah
kepada Dirjen Perimbangan Keuangan paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah Transfer ke Daerah tersebut diterima.
E. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN BELANJA
Menurut Pasal 36 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2003 Keuangan
Negara, pengakuan dan pengukuran belanja berbasis akrual12
diberlakukan selambat-lambatnya dalam waktu 5 (lima) tahun.
Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran belanja berbasis akrual
juga dicantumkan pada Pasal 70 ayat (2) UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara yang menyebutkan bahwa ketentuan ini
dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008.
Selama ketentuan tersebut belum dilaksanakan, pengakuan dan
pengukuran belanja berbasis kas. Artinya belanja diakui pada saat
terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara atau entitas
pelaporan. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,
pengakuan terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran
tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai tugas perbendaharaan.
F. PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN BELANJA
Penggunaan anggaran belanja sebagai bagian dari keuangan
negara harus dipertanggungjawabkan dalam Laporan Keuangan.
Penyajian dan pengungkapan klasifikasi belanja dalam laporan keuangan
dikelompokkan sebagai berikut :
- disajikan sebagai pengeluaran belanja pada Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) pada lembar muka laporan keuangan yaitu belanja
dengan klasifikasi menurut jenis belanja yaitu Belanja Operasi,
12 Artinya belanja diakui pada saat timbulnya kewajiban atau pada saat diperoleh manfaat.
Sie Infokum - Ditama Binbangkum 10
Belanja Modal, dan Belanja Lain-Lain/Tak Terduga (berdasarkan PSAP
Nomor 02);
- disajikan sebagai kelompok Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi
dan Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan pada Laporan Arus Kas;
dan
- diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) antara lain
rincian belanja menurut organisasi, rincian belanja menurut fungsi
dan klasifikasi belanja, rincian belanja menurut program dan kegiatan
yang disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah, rincian belanja menurut urusan pilihan dan
rincian belanja menurut belanja langsung dan belanja tidak langsung
dengan dilengkapi narasi, bagan, grafik, daftar, dan skedul atau
bentuk lazim yang mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi
dan posisi keuangan entitas pelaporan.
Referensi :
- UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
- UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
- PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
- Buletin Teknis Nomor 04 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah.
- Peraturan Menteri Keuangan No 04/PMK.07/2008 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban
Anggaran Transfer ke Daerah.
- Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.