Download - Anemia Ibu Hamil
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
1/21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangAnemia besi merupakan permasalahan kesehatan yang banyak terdapat
pada negara berkembang seperti di Indonesia. Penanggulangan anemia di
Indonesia sudah berjalan 30 tahun sejak 1974 dengan program pemberian tablet
Fe, namun hingga saat in belum menunjukkan penurunan yang berarti. Pada
tahun 1995, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga, sekitar 57% anak
perempuan (10-14 tahun) dan 39,5% perempuan (15-45 tahun) diketahui
menderita anemia.
Tingginya prevalensi anemia gizi di Indonesia memerlukan penanganan
yang lebih intensif dan komprehensif, mengingat dampak yang cukup
membahayakan bagi siapa saja yang terkena. Dan anemia ini merupakan salah
satu faktor yang melatarbelakangi kejadian kematian ibu melahirkan akibat
pendarahan dan lain-lainnya. Penanganan anemia sudah dimulai sejak tahun 1975
dengan berbagi intervensi termasuk pemberian suplementasi tablet besi pada ibu
hamil dengan melibatkan berbagai sektor, namun penurunannya belum banyak
menunjukkan perubahan yang menggembirakan (Depkes R.I, 1998).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007, prevalensi anemia
gizi ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5%, sedangkan pada Profil Kesehatan
Sulawesi Selatan tahun 2008 menuliskan bahwa terdapat 28,1% penderita anemia
di Sulawesi Selatan. Data hasil kegiatan seksi ibu dan KB Dinas Kesehatan
(Dinkes) Propinsi Sulsel tahun 2010 menunjukkan tujuh kota dengan prevalensi
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
2/21
anemia berat tertinggi, yaitu Selayar, Bantaeng, Pinrang, Barru, Wajo, Tator dan
Toraja Utara.
Anemia akan meningkatkan risiko terjadi kematian ibu 3,7 kali lebih tinggi
jika dibandingkan ibu yang tidak anemia. Hal ini menjadi salah satu penyumbang
tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, yaitu 307/100.000 kelahiran
hidup. Angka kematian ibu tersebut berada di atas AKI negara ASEAN lainnya
(Depkes RI, 2003).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya yaitu besarnya jumlah ibu hamil yang
menderita anemia di Indonesia
C. Tujuan Umum
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu menekan jumlah ibu hamil yang
anemia di Indonesia.
D. Tujuan Khusus
1. Memperbaiki dan mengevaluasi program pengadaan tablet Fe2. Memperbaiki pola makan ibu hamil3. Mengawasi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
3/21
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anemia GiziAnemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) didalam darah
lebih rendah dari normalnya dan merupakan manifestasi akhir dari kekurangan zat
besi yang sebelumnya didahului oleh deplesi persediaanya. Semakin berat
kekurangan zat besi yang terjadi akan semakin berat pula anemia yang diderita.
Rendahnya kadar Hb itu dapat dilihat apabila bagian dalam kelopak mata terlihat
berwarna pucat. Anemia bisa juga berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi
ukuran/ jumlah eritrosit atau kandungan hemoglobin. Ketidakcukupan zat besi
dapat diakibatkan oleh berkurangnya pemasukan zat besi, berkurangnya sediaan
zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan zat besi atau kehilangan
darah yang kronis. Bila semua hal tersebut berlangsung lama, maka defesiensi zat
besi akan menimbulkan anemia (Kesumasari C, 2000).
Anemia ditandai dengan rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb) atau
hematokrit nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh rendahnya
produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit
(hemolisisi), atau kehilangan darah yang berlebihan. Defesiensi Fe berperan besar
dalam kejadian anemia , namun defesiensi zat gizi lainnya, kondisi non gizi dan
kelainan genetic (herediter) juga memegang peranan penting pada kejadian
anemia (Suheimi, 2007).
Adapun Nilai ambang batas (cut off point)penentuan status anemia menurut
WHO dapat dilihat pada tabel 1
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
4/21
Tabel 1. Nilai Cut Of Points Kategori Anemia
Wanita Kelompok Umur Nilai (gr/dl)
Nak usia 6 bulan - 5 tahun
Anak usia 5-11 tahun
Anak usia 12-13 tahun
Wanita dewasa
Wanita hamil
Laki-laki dewasa
11,0
11,5
12,0
12,0
11,0
13,0
Sumber : indicators for assessing iron deficiency and strategis for its
prevention WHO/UNICEF, UNU, 2010
Anemia jiga diartikan kekurangan salah satu zat atau lebih zat gizi yaitu
zat besi, asam folat, vitamin B12, protein dan zat essensial lainnya. Zat gizi yang
paling berperan dan penyebab utama anemia adalah zat besi (Fe). Itulah sebabnya
anemia selalu diidentikkan dengan gizi besi (Suheimi, 2007)
Anemia defesiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat defesiensi besi
dalam diet, atau kehilangan darah secara lambat dan kronis. Zat besi adalah
komponen esensial hemoglobin yang menutupi sebagian besar sel darah merah.
Wanita hamil sering mengalami defesiensi zat besi karena kebutuhan zat besi
untuk pertumbuhan janin. Penurunan jumlah sel darah merah memacu sumsung
tulang untuk meningkatkan pelepasan sel-sel darah merah abnormal yang
berukuran kecil dan kekurangan hemoglobin. Adapun cara yang dapat ditempuh
untuk mencegah terjadinya defesiensi besi yaitu mengkonsumsi bahan makanan
yang kaya akan zat besi seperti daging dan sayuran hijau (Corwin, 2009).
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
5/21
Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal itu disebabkan karena
dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula
perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Dalam kehamilan terjadi
penambahan volume darah yang dikenal dengan istilah hidremia atau hemodolusi,
akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut
berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam
kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama, pengenceran tersebut akan
meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil,
kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah, resistensi perifer
berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu
persalinan, jumlah unsur besi yang hilang akan lebih sedikit dibandingkan dengan
apabila darah itu tetap kental (Corwin, 2009)
WHO menetapkan batas anemia pada ibu hamil yaitu 11 gr/dl. Seorang
wanita hamil yang memiliki Hb kurang dari 11g/100 ml barulah disebut menderita
anemia dalam kehamilan (Supariasa, 2001).
B. Masalah Anemia Di IndonesiaAnemia gizi merupakan masalah gizi yang lazim di dunia dan menjangkiti
lebih dari 600 juta manusia. Perkirakan prevalensi anemia secara global sekitar
51%. Prevalensi anemia ibu hamil sebesar 55% yang menyengsarakan sekitar
44% wanita diseluruh negara sedang berkembang (kisaran angka 13,4-87,5%).
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
6/21
Angka tersebut terus meningkat hingga 74% (1997) yang bergerak dari 13,4%
(Thailand) ke 85% (India) (Arisman, 2010).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, prevalensi
anemia gizi ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5%, sedangkan anemia di Sulawesi
Selatan berdasarkan Profil Kesehatan Sulawesi Selatan tahun 2008, terdapat
28,1%. Data hasil kegiatan seksi ibu dan KB Dinas Kesehatan (Dinkes) Propinsi
Sulsel tahun 2010 menunjukkan tujuh kota dengan prevalensi anemia berat
tertinggi, yaitu selayar, Bantaeng, Pinrang, Barru, Wajo, Tator dan Toraja Utara
Dari data riskesdas tahun 2013 di atas dapat diketahui bahwa anemia
terjadi pada semua tingkatan umur dimana kasus yang terbesar berada pada umur
> 70 tahun. Anemia juga tidak membedakan jenis kelamin meskipun kasus yang
terbesar terjadi pada wanita sedangkan untuk wilayah penyebarannya hampir
sama jumlah kasus di kota maupun di desa meskipun kasus yang berada di desa
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
7/21
lebih besar. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa anemia masih menjadi
masalah gizi yang belum terselesaikan sampai sekarang.
C. Program Pencegahan dan penanganan Anemia Gizi di Indonesia1. Fortifikasi makanan
1) Pengertian fortifikasiFortifikasi adalah suatu tindakan menambahkan kandungan
mikronutrien yaitu vitamin dan mineral dalam makanan, sehingga
dapat meningkatkan kualitas gizi dari pasokan makanan dan
memberikan manfaat kesehatan bagi masyarakat dengan resiko
kesehatan yang minimal
Fortifikais makanan mengacu pada penambahan
mikronutrien pada makanan olahan dimana forfifikasi makanan ini
merupakan intervensi yang hemat biaya, namun memiliki
persyaratan harus dikonsumsi oleh masyarakat dalam jumlah yang
cukup agar kebutuhan masyarakat tersebut dapat tercukupi
2) Manfaat fortifikasiAdapun manfaat fortifikasi yaitu:
a. Pencegahana atau minimalisasi resiko terjadinya defisiensimikronutrien pada populasi atau kelompok penduduk tertentu
b. Kontribusi untuk perbaikan defisiensi mikronutrien yangterdapat pada populasi atau kelompok populasi tertentu
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
8/21
c. Meningkatkan kualitas gizi dari produksi pangan olahan yangdigunakan sebagai sumber pangan bergizi
3) Makanan yang dapat difortifikasiTerdapat dua jenis fortifikasi, yang pertama fortifikasi sukarela
oleh industri pangan kemasan untuk miningkatkan nilai tambah.
Kedua fortifikasi wajib yang bertujuan untuk mengatasi masalah
kekurangan gizi masyarakat, khususnya masyarakat miskin.
Syaratnya yaitu :
a. Makanannya merupakan makanan rumah tangga danumumnya dimakan secara teratur dan terus menerus oleh
masyarakat.
b. Makanan itu diproduksi dan diolah oleh produsen yangterbatas jumlahnya, agar mudah diawasi
c. Tersedia tehnologi fortifikasi untuk makanan yang dipilihd. Makanan tidak berubah rasa, warna dan konsistensi setelah
difortifikasi
e. Tetap aman dalam arti tidak membahayakan kesehatanf. Harga makanan setalah di fortifikasi tetap terjangkau.
Adapun makanan- makanan yang difortifikasi di indonesia
yaitu: garam dan tepung yodium, tepung terigu dengan zat
besi, seng asam folat, vitamin B1, dan B2, dan minyak goreng
dengan vitamin A
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
9/21
2. Suplementasi Tablet besi
1) Pengertian Tablet BesiTablet besi merupakan suatu sediaan farmasi yang berbentuk
tablet mengandung zat besi (ferro), yang disediakan oleh pemerintah,
diutamakan di berikan kepada sasaran yaitu masyarakat
berpenghasilan rendah. Tablet besi ini bertujuan untuk mencegah
anemia yang terutama disebabkan oleh defesiensi zat besi sehingga
prevalensi anemia menurun (Fatmawati, 2003).
2) Penatalaksanaan Pemberian Tablet BesiDalam penatalaksanaan pemberian tablet besi perlu ditetapkan
sasaran, yaitu:
a.
Ibu hamil sampai masa nifas
Dalam hal ini, ibu hamil mendapatkan prioritas utama karena
kelompok ini yang paling rentan, karena anemia dapat membahayakan
ibu dan bayinya. Sedangkan ibu yang nifas memerlukan besi yang
cukup dalam ASInya untuk diberikan kepada bayinya, tidak diberikan
secara tersendiri. Karena pemberian pada masa kehamilan sudah
dianggap cukup, pada ibu hamil yang pemberian Fe1 pada trimester
III, dapat di teruskan sampai Fe3 pada masa nifas.
b. Balita (6-60 bulan)Balita memerlukan konsumsi zat besi yang cukup untuk proses
tumbuh kembangnya, di samping itu prevalensi anemia pada balita
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
10/21
juga tinggi (55,5%). Oleh karena itu, kelompok ini perlu mendapatkan
prioritas.
c. Anak Usia Sekolah (6-12 tahun)Prevalensi anemia pada kelompok ini juga relatif tinggi (24-35%).
Disamping itu, kelompok ini mempunyai aktivitas fisik yang cukup
tinggi dan masih dalam proses belajar. Dengan demikian untuk
mendapatkan kondisi yang prima guna meningkatkan prestasi belajar
diperlukan kadar Hb yang normal.
d. Remaja putri (12-18 tahun) dan wanita usia subur (WUS)Dengan pemberian tablet besi pada kelompok ini, yang mendekati
masa perkawinannya, akan berguna bagi mereka untuk
mempersiapkan masa kehamilannya selain bermanfaat untuk
meningkatkan prestasi belajar kerjanya.
3) Dosis dan Cara Pemberian Tablet Besia. Dosis Pencegahan
Diberikan kepada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan kadar Hb.
(1)Ibu hamil sampai masa nifasSehari 1 tablet (60 mg elemental iron & 0.25 mg asam folat) berturut-
turut selama minimal 90 hari masa kehamilannya, sampai 42 hari
melahirkan. Mulai pemberian pada waktu pertama kali ibu hamil
memeriksakan kehamilannya (KI).
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
11/21
b. Dosis PengobatanDiberikan pada sasaran yang anemia (kadar Hb kurang dari batas
normal).
(1)Ibu hamil sampai masa nifasBila kadar Hb < 11 gr%, pemberian menjadi 3 tablet sehari selama
90 hari pada kehamilannya sampai 42 hari setelah melahirkan.
(2)Balita(a)6-12 bulan : 3x sendok takar selama 60 hari(b)12-60 bulan : 3x1 sendok takar selama 60 hari(3)Anak Usia Sekolah (6-12 tahun)
Bila kadar Hb,
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
12/21
b. Bayi (6-12 bulan)Fe B1 : Bilamana bayi tersebut telah mendapatkan sirup besi
sebanyak botol pada bulan pertama.
Fe B2 : Bilamana bayi tersebut telah mendapatkan sirup besi
sebanyak 1 botol pada bulan kedua.
c. Anak Balita (12-60 bulan)Fe B1 ; Bilamana anak balita tersebut telah mendapatkan sirup
besi sebanyak 1 botol pada bulan pertama.
Fe B2 ; Bilamana anak balita tersebut telah mendapatkan sirup
besi sebanyak 2 botol pada bulan kedua.
d. Anak Usia SekolahFe S1 : Bilamana anak tersebut mendapatkan tablet besi
sebanyak 4 sampai 5 tablet untuk bulan pertama.
Fe S2 : Bilamana anak tersebut telah mendapatkan tablet besi
sebanyak 12-15 tablet untuk bulan ketiga.
e. Remaja Putri (12-18 tahun) dan WUSFe W : Bilamana remaja puteri dan WUS tersebut
mendapatkan 10 tablet untuk setiap bulan.
3. Efektifitas programHasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa 80,7% perempuan usia
10-59 tahun yang hamil mendapat/membeli tablet Fe dengan jumlah hari
minum tablet besi. Masih ada 19,3% ibu hamil yang tidak minum tablet
Fe, dan hanya 18,0% yang minum tablet Fe 90 hari atau lebih. Diantara
Ibu hamil tersebut ada 15,3% yang menjawab tidak tahu. Dan sebanyak
36,3 % mengaku mengkonsumsi tablet besi antara 0-30 hari. Sedangkan
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
13/21
untuk Sulawesi Selatan sendiri, menurut Riskesdas 2010 tampak bahwa
15% ibu mengaku tidak mengkonsumsi tablet Fe,14,2% tidak tahu dan
56,8% mengkonsumsi 0-30 hari.
Penelitian yang dilakukan oleh Muliaty di kabupaten Sidrap
menemukan bahwa motivasi ibu hamil menjadi faktor yang paling
berpengrauh terhadap kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi, dan
responden yang patuh dalam mengkonsumsi tablet besi sebanyak 73,0%
(Muliaty, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 80% responden
mempunyai kemampuan konsumsi tablet Fe sesuai anjuran Depkes 56,6%
responden mempunyai pendidikan tidak sukses. Tujuh puluh persen (70%)
responden mempunyai pengetahuan baik. Sebanyak 66% responden
mendapatkan motivasi dari keluarga. Terdapat 86,6% responden
mendapatkan motivasi dari tenaga kesehatan. Setelah dianalisis dengan uji
korelasi Fisher exace diperoleh hasil bahwa ada hubungan bermakna
antara pendidikan dengan konsumsi tablet Fe ibu hamil dan pengetahuan
dengan konsumsi tablet Fe ibu hamil (Siamintarsih, 2000).
Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe di Kabupaten Barrru
pada tahun 2009 sebesar 84,4% mengalami sedikit penurunan bila
dibandingkandengan pencapaian tahun 2008 sebesar 84,77% tertinggi
adalah di kecamatan Tanete Riaja yaitu sebesar 106% dan yang terendah
adalah di kecamatan Mallusetasi sebesar 77,14% (Profil Kesehatan Barru,
2010).
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
14/21
Sebuah penelitian di kabupaten Barru Perlunya pengkajian lebih
lanjut terhadap pengelolaan tablet Fe yang erat kaitannya dengan
kepatuhan konsumsi tablet Fe dan status hemoglobin ibu hamil di
Kabupaten Barru. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini
terbagi 2 yaitu 1) Untuk pengelolaan Tablet Fe yaitu Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Barru, staf bidang KESGA Dinas Kesehatan
Kabupaten Barru, Kepala Gudang Farmasi, Staf Poli gizi Puskesmas
Tanete Rilau, Bidan Desa Tanete Rilau Kabupaten Barru, 2) Untuk
Kepatuhan, pola konsumsi dan kadar hemoglobin yaitu Ibu hamil
sebanyak 54 orang di wilayah kerja Puskesmas Pekkae Kecamatan Tanete
Rilau Kab. Barru. Pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik
purposive sampling. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat.
Hasil penelitian ini menunjukan variabel pengelolaan tablet Fe yang sesuai
dengan Juknis yang distandarkan yaitu Variabel Pengadaan dan
penggunaan. Sedangkan variabel yang tidak sesuai dengan Juknis yang
telah distandarkan yaitu perencanaan, Penyimpanan, Pendistribusian
tablet, penghapusan, pengendalian tablet Fe. Responden pada umumnya
tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe mencapai 68,5%. Asupan zat gizi
yang pada umumnya cukup yaitu protein (70.4%), vitamin B 12 (85,2%),
sedangkan asupan zat gizi yang pada umumnya kurang yaitu zat besi
(70.4%), asam folat (70.4%), vitamin B6 (51.8%), vitamin C (64.8%),
Zink (70.4%.) Sedangkan untuk pola konsumsi zat pelancar absorpsi zat
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
15/21
besi yang kurang yaitu 46.3% sedangkan pola konsumsi zat penghambat
ditemukan masing-masing sebesar 50% (Kurang dan cukup). Ibu hamil
yang anemia sebanyak 55,6%. Disarankan perlunya pendampingan kepada
ibu hamil agar patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe dan zat gizi pelancar
absorpsi zat besi, sedangkan kepada pihak Dinas Kesehatan dan Puskemas
agar memperhatikan pengelolaan tablet Fe.
Hasil penelitian Sri (2001) diperoleh bahwa kartu monitoring dan
model pengawasan oleh bidan dapat memberikan efek yang cukup baik
untuk mengingatkan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi. Dengan
demikian dapat meningkatkan kepatuhan ibu hamil dan menurunkan angka
droup out konsumsi tablet besi. Oleh karena itu selain diberikan tablet
besi, perlu pula disertai suatu perangkat yang berfungsi untuk
mengingatkan ibu hamil agar tidak lupa minum tablet besi tersebut, dan
sekaligus berperan sebagai alat monitoring bagi petugas kesehatan.
Perangkat tersebut dapat berupa kartu seperti yang telah dikembangkan
dalam penelitian ini atau bentuk lainnya, yang perlu dikembangkan lagi.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa masalah utama
efektifitas program pemberian tablet Fe pada ibu hamil adalah rendahnya
cakupan program dan hal itu perlu diatasi dengan Komunikasi Informasi
Edukasi (KIE) yang efektif dan distribusi Fe tidak disamakan dengan obat
lainnya di puskesmas dan pendistribusiannya harus sampai dengan jumlah
dan waktu yang tetap kepada ibu hamil. Agar ibu hamil rajin meminum
tablet di perlukan peningkatan pengetahuan dan motivasi yang tinggi
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
16/21
melalui pendekatan KIE yang intensif dan terus menerus. Dan untuk
mengevaluasi kepatuhan ibu hamil tersebut dalam mengkonsumsi tablet Fe
diperlukan monitoring mengenai kepatuhannya agar ibu hamil semakin
terpacu untuk patuh mengkonsumsi tablet Fe tersebut sehingga dapat
meminimalisir terjadinya kasus anemia pada ibu hamil. Masalah anemia
tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan peran serta dari berbagai pihak,
masalah ini muncul karena program penaggulanggannya tidak berjalan
maksimal baik program fortifikasi makanan maupun program pemberian
tablet Besi pada ibu hamil
D. Program pencegahan Anemia Gizi yang di Targetkan1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya yaitu tingginya jumlah ibu hamil
yang menderita anemia di Indonesia
2. Tujuan UmumAdapun tujuan yang ingin dicapai yaitu menekan jumlah ibu hamil
yang anemia di Indonesia.
3. Tujuan Khusus Meningkatkan kinerja petugas kesehatan dalam pendistribusian tablet
Fe
Meningkatkan partisipasi dan kerjasama antara sektor kesehatandengan sektor pendidikan, keagamaan, organisasi dan LSM untuk
penanggulangan masalah anemia gizi.
Memperbaiki pola makan ibu hamil Mengawasi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
17/21
4. Target KuantitatifAdapun target yang ingin di capai yaitu mengurangin jumlah ibu
hamil yang anemia sebesar 70% dari jumlah kasus yang ada sekarang.
5. Program Yang Ingin Dijalankana. Kesepakatan meliputi jajaran kesehatan, pendidikan, keagamaan serta
organisasi dan LSM untuk menekan jumlah kasus anemia pada ibu
hamil.
b. Penyediaan bahan pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bagipetugas kesehatan, pendidikan, keagamaan dan petugas lain yang
melakukan penyuluhan mengenai masalah anemia.
c. Penyediaan dan distribusi Tablet Tambah Darahd. Penyuluhan mengenai bahaya anemia dan langkah-langkah
pencegahan anemia termasuk anjuran untuk patuh mengkonsusmi
tablet besi pada ibu hamil dan pola makan yang baik
e. Pengawasan oleh petugas atau kader mengenai kepatuhan ibu hamilmengkonsumsi tablet Fe
6. Implementasi programa. Mengadakan penyuluhan kepada ibu hamil mengenai pentingnya
menjaga pola makan dan mengkonsumsi tablet besi
b. Menjamin tablet besi sampai ketangan ibu hamil dalam waktu danjumlah yang tepat (kalau perlu mendatangi rumah ibu hamil tersebut)
c. Mengawasi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe yangdilakukan oleh petugas/kader kesehatan
d. Melakukan pemeriksaan rutin untuk melihat perkembangan dankemajuan program
7. Evaluasi Program1. Memeriksa kepatuhan konsumsi tablet Fe oleh ibu hamil melalui
catatan dari petugas/kader kesehatan
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
18/21
2. Memeriksa kadar Hb ibu hamil untuk melihat kemajuan dari program
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
19/21
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanMasalah anemia terjadi karena ketidak efektifan program
pemberian tablet Fe sehingga tidak sampai pada beberapa ibu hamil
Dan ketidakpatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe karena
kurangnya pengetahuan dan motivasi serta tidak adanya monitoring
dari petugas kesehatan mengenai tingkat kepatuhan tersebut.
B. SaranSemua pihak harus bekerja bersama-sama dalam mengatasi
masalah gizi mulai dari pemerintah, petugas kesehatan, kader posyadu,
lembaga-lembaga kesehatan , dan masyarakat umum, diperlukan kerja
keras yang bersinergi untuk mengatasi masalah ini. Pendampingan
sangat dibutuhkan ibu hamil, sehingga deteksi anemia dapat dilakukan
sedini mungkin dan dapat mengambil langkah cepat dalam
menyelesaikannya
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
20/21
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Sitti . 2009. Faktot-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada
Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Banggae II. Kabupaten Majene
Sulawesi Barat. Skripsi sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Hasanuddin: Makassar.
Almatsier, Sunita. 2009.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Citrakesumasari, 2000.Diktat Anemia Gizi. Jurusan Gizi FKM UNHAS.
Dinas Kesehatan Kab. Barru 2008.Profil Kesehatan Kabupaten Barru.
Dinas Kesehatan Provinsi Sul-Sel, 2009.Profil Kesehatan Provinsi SulawesiSelatan 2010.
Harnany, Afiyah Sri. 2006. Pengaruh Tabu Makanan, Tingkat Kecukupan Gizi,
Konsumsi Tablet Besi, dan Teh Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Ibu
Hamil Di Kota Pekalongan Tahun 2006.M.S. Tesis. Universitas Diponegoro:
Semarang
Husaini, 1989. Study Nutritional Anemia And Asseement Of Information
Complikastion for Supporting Formulating National Policy and program.
Direktorat Bina Masyarakat dan Puslitbang Gizi Depkes, Jakarta
Riskesdas. 2007. Laporan Nasional 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia: Jakarta.
Riskesdas. 2013. Laporan Nasional 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia: Jakarta.
Rahmawati, Yetti. 2006. Hubungan Perilaku dan Pola Makan Dengan Kejadian
Anemia Gizi pada Ibu Hamil di RSB Pertiwi Makassar. Skripsi sarjana.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Supariasa, I dewa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku KedokteranEGC, Jakarta.
Triwidyastuty, Debby. 2011.Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Hb
Ibu Hamil Di Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar. Skripsi sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Hasanuddin: Makassar.
Tunny, Rahma. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Hb Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Negeri Lima Kecamatan Lehitu
Kabupaten Maluku Tengah. Skripsi sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Hasanuddin: Makassar.
-
5/25/2018 Anemia Ibu Hamil
21/21
DOSEN : Dr. NURHAEDAR DJAFAR
MATA KULIAH : GIZI KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PENANGGULANGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL
OLEH:
NURUL ULFIANA SAHLAN
(P1803213022)
PROGRAM PASCASARJANA KONSENTRASI GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014