ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA IKHTIAR DALAM FILM
“MENCARI HILAL”
SKRIPSI
Oleh:
Tb. Zhiya Maulana Yusuf
NIM: 1113051000028
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
i
ABSTRAK
Nama : Tb. Zhiya Maulana Yusuf NIM: 1113051000028
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Dosen Pembimbing: Dr. Yopi Kusmiati, M.Si
Analisis Semiotik Makna Ikhtiar Dalam Film Mencari Hilal
Film “Mencari Hilal” merupakan film produksi Mizan Production dan
disutradarai oleh Ismail Basbeth. Film ini dibintangi aktor Dedi Sutomo dan Oka
Antara. Walaupun film ini tidak terlalu laris dipasaran, film ini mengangkat tema
yang cukup unik. Seperti judulnya, film ini bercerita tentang seorang pria yang
sudah lanjut usia pergi ke luar kota untuk dapat melihat hilal ditemani anaknya.
Film ini mengajarkan kita akan pentingnya berikhtiar. Kisah perjalanan ayah dan
anak ini patut diambil pesan didalamnya.
Dari latar belakang masalah diatas maka timbul rumusan masalah sebagai
berikut: bagaimana makna ikhtiar dalam film “Mencari Hilal” dengan perspektif
Roland Barthes?
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori semiotik
Roland Barthes dengan denotasi, konotasi, dan mitos. Dengan teori tersebut
peneliti dapat memahami pesan berupa tanda dan simbol yang tersurat maupun
tersirat melalui audio dan visual dalam film “Mencari Hilal”.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
kualitatif dengan menghasilkan penemuan yang tidak dapat ditemukan dengan
cara statistik. Sifat dari metode kualitatif ini yaitu deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa dari kelima adegan yang diteliti
sesuai dengan unsur-unsur ikhtiar ini memiliki makna denotasi yaitu seorang pria
lanjut usia bernama Mahmud yang ditemani anak laki-lakinya Heli pergi keluar
kota untuk dapat melihat hilal. Makna konotasinya adalah perjalanan Mahmud
dan Heli tidak berjalan mulus, mereka menemukan banyak sekali cobaan untuk
menuju ke menara hiro tempat dimana dapat melihat hilal. Namun mereka tidak
menyerah dan tetap berikhtiar hingga sampai ke tempat tujuan. Lalu makna
mitosnya adalah dalam Islam untuk mencapai apa yang kita cita-citakan kita harus
berikhtiar sesuai dengan cara dan tuntunan yang diajarkan Rasulullah SAW.
Karena kita tidak akan mencapai hasil apabila kita tidak berikhtiar.
Kata Kunci: Film “Mencari Hilal”, Semiotik, Ikhtiar, Roland Barthes, hilal
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, segala puji syukur kita panjatkan kehadirat
Allah SWT, atas curahan nikmat serta limpahan rahmat-Nya sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawa serta salam untuk baginda
Rasulullah SAW, yang teah memberikan pencerahan kepada kita semua serta
untuk keluarga dan sahabat-sahabat beliau, semoga Allah SWT memuliakan
mereka.
Penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik, tidak lepas dari bantuan
banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneiti ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepads pihak-pihak yang telah banyak membantu peneliti
dalam menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
yang terhormat:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta Dr suparto,
M.Ed, Ph.D selaku wakil dekan I Bidang Akademik, Dr Hj.Roudhonah,
M.Ag selaku wakil dekan II Bidang administrasi Umum, dan Dr
Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Fita Faturokhmah, M,Si selaku Sekretaris Konentrasi
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Ade Rina Farida, M.Si selaku Dosen Penasihat Akademik.
iii
4. Dr. Yopi Kusmiati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
berkenan meluangkan waktu, pikiran, dan arahan. Serta dengan tekun
dan sabar membimbing peneliti sampai peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, atas ilmu dan dedikasi yang diberikan
kepada peneliti.
6. Segenap staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas
kerjasamanya.
7. Orang tua peneliti Librantari Widyandini dan Alm Tb. Ruddy Fairuzi,
kakak kandung Tb. Ziqka Malik Ibrahim S.T. dan Tb. Zaqka Maulana
Muhammad S.Psi yang telah memberikan motivasi dan semangat serta
mendoakan peneliti sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan
lancar.
8. Ismail Basbeth dan keluarga besar Productuin House (PH) MVP
Picturesyang telah membuat film “Mencari Hilal” sehingga peneliti
dapat menjadikannya sebagai objek dalam skripsi ini.
9. Sadiah Thalib yang telah bersedia mendengarkan keluh kesah peneliti
selama hampir 1 tahun mengerjakan skripsi ini.
10. Personil Lalers Geng yaitu Ogi, Gilang, Oji, Babak, Idang, Retsa,
Adam, dan tak ketinggalan Anas yang telah berjuang bersama selama
iv
hampir 5 tahun dengan motto “kerjakan se sedikit mungkin dan
mendapatkan nilai setinggi-tingginya”. Peneliti berharap kita semua
sukses dikemudian hari dan tak lupa untuk bersilaturahmi.
11. personil TebFam yaitu Ajis, Babak, Arga, Ayu, Delsha, Dendy, Desty,
Apenk, Fiqih, Gilang, Habib, Idang, Hilman, Intan, Uqon, Oki, Muti,
Ogi, Oji, Retsa, Kiki, Qije, Topik, dan Vicky. Terima kasih telah
berbagi suka dan duka selama beberapa saat terakhir di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Peneliti berharap silaturahmi kita tidak putus
dan kita semua sukses di masa yang akan datang.
12. Teman-teman KKN ULTRAS 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yaitu Reza, Jali, Mado, Fahmi, Aqwam, Ummah, Fanny, Dian, Eliya,
dan Ainul yang telah berbakti bersama di Rumpin selama sebulan
penuh sehingga peneliti mendapatkan pelajaran yang amat berharga
dalam kebersamaan.
13. Keluarga Gorilla Gym Jakarta dimana tempat peneliti bekerja pertama
kali dan mendapatkan banyak pelajaran berharga dalam bekerja.
14. teman-teman seperjuangan KPI 2013 khususnya KPI A 2013, semoga
kita semua menjadi generasi yang membanggakan Kampus, Negara,
dan Agama.
Dengan segala kerendahan hati, peneliti mohon maaf sebesar-besarnya jika
dalam penulisan skripsi ini terdapat hal-hal yang tidak berkenan dihati. Akhitnya,
v
peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penelitian ini baik moril maupun materi sehingga Allah SWT meridhai niat baik
kita sebagai amal kebijakan disisi-Nya Amin.
Jakarta, 24 Januari 2018
Tb. Zhiya Maulana Yusuf
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... ix
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 5
E. Metodologi Penelitian .............................................................................................. 6
F. Tinjauan Pustaka ...................................................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 12
BAB II .............................................................................................................................. 14
KAJIAN TEORITIS ....................................................................................................... 14
A. Film .......................................................................................................................... 14
B. Ikhtiar ...................................................................................................................... 21
C. Semiotika................................................................................................................. 26
vii
BAB III ............................................................................................................................. 35
GAMBARAN UMUM FILM MENCARI HILAL....................................................... 35
A. Sinopsis film “Mencari Hilal” ............................................................................... 35
B. Profil Pemain Utama Film “Mencari Hilal” ........................................................ 36
C. Profil Sutradara Film “Mencari Hilal” ................................................................ 40
D. Profile Rumah Produksi Film “Mencari Hilal” .................................................. 41
BAB IV ............................................................................................................................. 43
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................................. 43
A. Analisis Judul Film “Mencari Hilal” .................................................................... 44
B. Analisis Tanda dan Pembahasan .......................................................................... 46
C. Akhir Film Mencari Hilal ...................................................................................... 63
BAB V .............................................................................................................................. 66
PENUTUP ........................................................................................................................ 66
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 66
B. Saran ........................................................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 69
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 ............................................................................................................................ 31
Tabel 4.1 ............................................................................................................................ 46
Tabel 4.2 ............................................................................................................................ 50
Tabel 4.3 ............................................................................................................................ 54
Tabel 4.4 ............................................................................................................................ 57
Tabel 4.5 ............................................................................................................................ 60
Tabel 4.6 ............................................................................................................................ 63
ix
DAFTARGAMBAR
Gambar 3.1 ....................................................................................................................... 36
Gambar 3.2 ....................................................................................................................... 38
Gambar 3.3 ....................................................................................................................... 39
Gambar 3.4 ....................................................................................................................... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia tidak akan pernah luput dari komunikasi. Manusia berinteraksi
sosial melalui simbol dan pesan baik secara tersurat maupun tersirat.
Komunikasi adalah transmisi pesan dari suatu sumber kepada penerima.
Maka dari itu manusia selalu berkomunikasi setiap harinya. Baik itu
komunikasi langsung maupun melalui alat berupa digital seperti chatting
ataupun email. Komunikasi terus berkembang seiring berkembangnya
teknologi.
Kemajuan teknologi media komunikasi terus meningkat dan membawa
pengaruh yang cukup besar terhadap masyarakat didunia. Beragam media
komunikasi baik visual dan audiovisual pun hadir di masyarakat. Hal ini sudah
menjadi kebutuhan dasar bagi manusia. Pesan-pesan yang disampaikan oleh
komunikator sudah sangat mudah terjangkau oleh masyarakat karena adanya
komunikasi massa.
Media Film adalah salah satu bentuk kemajuan teknologi dibidang
komunikasi. Oey Hong Lee sebagai pakar komunikasi massa menyebutkan,
“Film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai
masa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan perkataan lain pada
waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah dibikin
2
lenyap.1 Film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media
pembujuk oleh masyarakat. Film memiliki banyak pesan moral di tiap scene-
nya. Pesan-pesan tersirat maupun tersurat sangat mudah diterima oleh
penonton atau penikmat film. Pada tingkat penanda, film adalah teks yang
memuat serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan
tindakan dalam kehidupan nyata. Pada tingkat petanda, film merupakan cermin
kehidupan metaforis.2Pada tingkat petanda itulah film menyiratkan pesan-
pesan kepada masyarakat. Sudah semakin banyak film-film yang mengandung
unsur pesan positif didalamnya. Salah satunya adalah film yang akan diangkat
oleh peneliti, yaitu film “Mencari Hilal”.
Film “Mencari Hilal” adalah Film tahun 2015 yang disutradarai oleh
Ismail Basbeth dan digarap oleh Mizan Productions, Multivision Plus, dan
Dapur Film yang mengusung film ini dengan sedikit unsur ideoligi liberal.
Ideologi yang berpikiran bahwa Islam ditafsirkan berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan penafsirnya. Film ini diperankan oleh Deddy Sutomo sebagai
Mahmud, Oka Antara sebagai Heli, Torro Margen sebagai Arifin, Eryhna
Baskoro sebagai Halida, dan masih banyak lagi. Prestasi film “mencari hilal”
tidak kalah banyak dibanding dengan film yang lain. Aktor utamanya Deddy
Sutomo telah memenangkan “Indonesian Movie Actors Award”, Festival Film
Bandung, Festival Film Indonesia, dan berbagai nominasi di beberapa ajang
1Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2013)
edisi ke 5, h. 126
2Marcel Danesi, Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra 2010) h. 134.
3
penghargaan sebagai Pemeran Utama Terbaik. Tak kalah, Oka Antara juga
masuk beberapa nominasi ajang penghargaan sebagai aktor pendukung pria
terbaik. Sutradara dan filmnya juga mendapati beberapa nominasi di berbagai
ajang penghargaan.
Ismail Basbeth selaku sutradara mengangkat topik yang selama ini
menjadi permasalahan masyarakat muslim di Indonesia terutama pada
masuknya bulan Ramadhan dan Syawal yaitu Hilal.3Indonesia selalu
mengalami masalah perbedaan pendapat menentukan 1 Ramadhan dan 1
Syawal seperti pada tahun 1992,1993, 1994, 2011, dan 2012.4 Perbedaan yang
paling sering terlihat adalah Muhammadiyah dan pemerintah. Bahkan beberapa
aliran lainnya bisa memiliki perbedaan hingga 2 hari. Masalah ini sebenarnya
simpel tetapi rumit untuk dikaji. Beberapa petinggi agama memakai cara
Ru’yatul hilal (melihat hilal dengan mata) dan jika hilal tidak nampak, maka
bulan sya‟ban digenapkan menjadi 30 hari. Ulama lainnya memakai cara
Hisab, yaitu perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan
dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah.
Dalam Film ini Aktor utama yaitu Mahmud yang diperankan Deddy
Sutomo dan Heli yang diperankan Oka Antara pergi ke luar kota menuju bukit
tempat Mahmud dahulu melihat hilal bersama-sama dengan teman-teman
pesantrennya yang tradisi itu kini sudah hilang. Tetapi diperjalanan terdapat
3“film Mencari Hilal”, di akses pada 25 April 2017 dari
https://filmbor.com/mencari-hilal/sinopsis/ 4“perbedaan pendapat ramadhan”, di akses pada 25 April dari
www.kompasiana.com/asma99/
4
banyak sekali masalah dan perbedaan pendapat antara Mahmud dan sang anak
Heli. Mahmud terus berusaha untuk berjalan menuju bukit tersebut meskipun
masalah terus berdatangan. Tidak hanya Mahmud, Heli pun yang sempat
berselisih dengan bapaknya tetap sabar menemani bapaknya yang sudah sakit-
sakitan itu. Ikhtiar kedua Aktor tersebut sangat pantas dijadikan pelajaran bagi
masyarakat.
Film ini termasuk unik menurut peneliti dikarenakan mengangkat masalah
yang sudah menjadi rutinitas tahunan masyarakat muslim di Indonesia, serta
terdapat banyak makna didalamnya. Yaitu makna akan pentingnya berikhtiar
dijalan Allah SWT. Maka dari itu peneliti meneliti film ini dengan judul
“Analisis Semiotika Makna Ikhtiar Dalam Film Mencari Hilal”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya pembahasan, fokus penelitian yang
dilakukan peneliti yaitu pada pengambilan cuplikan gambar berupa scene
dalam film “Mencari Hilal”. Terutama pada adegan yang mengandung makna
Ikhtiar yang diperankan oleh Deddy Sutomo sebagai Mahmud dan Oka Antara
sebagai Heli. Terdapat 5-10scene tentang ikhtiar yang akan peneliti ambil
sesuai ukuran / bentuk-bentuk ikhtiar yang dibatasi penliti. Peneliti akan
menganalisa semiotik Roland Barthes yaitu makna denotasi, konotasi, dan
mitos.
5
2. Rumusan Masalah
Ruang lingkup yang akan diteliti oleh peneliti dibatasi pada:
1. Bagaimana makna Ikhtiar secara denotasi dalam film “Mencari Hilal”?
2. Bagaimana makna Ikhtiar secara konotasi dalam film “Mencari Hilal”?
3. Bagaimana makna Ikhtiar secara Mitos dalam film “Mencari Hilal”?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Makna denotasi pemaknaan Ikhtiar dalam film “Mencari Hilal”?
2. Makna konotasi pemaknaan Ikhtiar dalam film “Mencari Hilal”?
3. Makna mitos pemaknaan Ikhtiar dalam film “Mencari Hilal”?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif pada
perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang perfilman,
khususnya di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi dalam penelitian
serupa mengenai simbol-simbol dalam film serta dapat menginspirasi
6
teman-teman dalam memunculkan teknik-teknik penitipan pesan pada
audiovisual adegan film.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan di penelitian ini adalah pendekatan
konstruktivis, yaitu pengetahuan yang digambarkan sebagai konsekuensi dari
aktivitas manusia, pengetahuan merupakan konstruksi manusia, tidak pernah
dipertanggungjawabkan sebagai kebenaran yang tetap tetapi merupakan
permasalahan dan selalu berubah. Jadi dapat disimpulkan bahwa realitas itu
merupakan hasil konstruksi manusia yang akan terus berkembang5
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode
kualitatif. Penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah.6 Penelitian
kualitatif perhatiannya lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori
substantif berdasarkan konsep-konsep yang timbul dari data empiris.7
5Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2013)
h. 49 6Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta 2010) h. 1
7Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian sosial dan pendidikan, (Jakarta: PT Bumi
Aksara 2007) h. 91.
7
3. Subjek dan Objek
Subjek dalam penelitian ini adalah Film “Mencari Hilal”, sedangkan Objeknya
adalah Makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam makna “ikhtiar”.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah film “Mencari Hilal”.
b. Data Sekunder
Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah buku, internet, dan
literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
5. Teknik Pengumpulan data
a. Observasi
Peneliti menonton dan mengamati tayangan film berikut dialog-dialog
adegan film “Mencari Hilal”. Kemudian peneliti mencatat dan menganalisa
sesuai dengan model penelitian yang digunakan.
b. Document Research
Pengumpulan data dengan mengkaji berbagai literatur yang sesuai dengan
materi penelitian untuk dijadikan bahan argumentasi, seperti buku, artikel,
internet, film dan catatan perkuliahan.
7. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, kemudian diklarifikasikan sesuai pertanyaan yang
terdapat pada rumusan masalah. Kemudian dilakukan analisis data dengan
8
menggunakan teknik analisis semiotik Roland Barthes. Semiotika adalah ilmu
yang mempelajari tanda (sign), berfungsinya tanda dan produksi makna. Tanda
adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain.8 Semiotika
komunikasi menekankan pada teori tentang pembuatan tanda yang salah satu di
antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu
pengirim, penerima kode atau sistem tanda, pesan, saluran komunikasi dan
acuan yang dibicarakan.9 Roland Barthes mengemukakan konsep tentang
denotasi dan konotasi sebagai kunci dari analisisnya. Dari konsep itu dapat
menghasilkan makna secara objektif untuk memahami makna yang tersirat
dalam cuplikan-cuplikan film “Mencari Hilal”.
8. Pedoman Penulisan
Untuk penulisan skripsi ini, peneliti menggunakanCeQDA Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.
F. Tinjauan Pustaka
Untuk membantu penulis dalam proses penyusunan, penulis melakukan
studi pustaka hasil-hasil penelitian sebelumnya, diantaranya yaitu:
1. Analisis Semiotik Film “Biola Tak Berdawai. Yang diteliti oleh Aminah
Tuzahra (KPI, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2011). Dalam
penelitian ini terdapat kesamaan penelitian yaitu Semiotik Film, yang
8Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra. 2009)
h. 12. 9Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Bagi Penelitian
Dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media. 2013) Edisi Kedua, h.
21.
9
berbeda adalah judul film, model semiotik, dan objek penelitian. Hasil
penelitian skripsi ini adalah:
a. Makna Denotasi Film ini adalah menggambarkan kondisi anak-anak yang
terlahir dengan segala keterbatasan, mereka dianggap keluarga tak
berguna. Film ini banyak menceritakan seorang anak Tuna daksa dan
Autisme.
b. Makna Konotasinya adalah anak-anak yang memiliki keterbatasan
diibaratkan sebagai Biola tak berdawai.
c. Makna Mitosnya adalah bahwa manusia memerlukan komunikasi dalam
kehidupan. Karena Manusia adalah makhluk sosial. Sama halnya dengan
biola tak berdawai, jika tidak bisa dimainkan, biola tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai alat musik.
2. Analisis Semiotika Film Dokumenter “Kiri Hijau Kiri Merah”. Yang diteliti
oleh Ima Rahmawati (KPI, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2014).
Dalam penelitian ini terdapat kesamaan penelitian yaitu Semiotik Film,
yang berbeda adalah judul film dan objek penelitian. Hasil dari penelitian
skripsi ini adalah:
a. Makna Denotasi dari penelitian ini adalah gambaran seorang aktivis
kemanusiaan yang memperjuangkan hak-hak semua orang.
b. Makna konotasinya adalah seorang pejuang HAM yang memperjungkan
hak orang lain, ternyata ia menjadi salah satu korban pelanggaran HAM
itu sendiri.
10
c. Makna mitos dalam film ini adalah melihat latar belakang pendidikan
Munir dan juga agamanya yang kuat kemudian mengkaji persoalan
hukum. Munir mengaplikasikannya dengan banyak mengadvokasi para
korban pelanggaran HAM.
3. Analisis Semiotika Film “Apa Itu Islam”. Yang diteliti oleh Reza Rizqi
Aminullah (KPI, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2012). Dalam
penelitian ini terdapat kesamaan penelitian yaitu Semiotik Film, yang
berbeda adalah judul film, model semiotik dan objek penelitian. Hasil
penelitian skripsi ini adalah:
a. Makna Denotasi dalam film ini menggambarkan agama islam itu keras
yang diwakilkan sebuah keluarga dengan menghadapi macam-macam
problema tentang Islam seperti contoh adegan gambar dengan jihad yang
di artikan perang bagi masyarakat awam dan tidak memiliki toleransi
antar umat beragama.
b. Makna Konotasinya adalah Islam yang digambarkan dalam film ini keras
ternyata memiliki sebuah kelembutan dalam menghadapi permasalahan.
c. Makna Mitos dalam film ini adalah pentingnya toleransi antar umat
beragama dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia yang mempunyai
macam suku, budaya, dan agama.
4. Komunikasi Antar Pribadi Orangtua dan Anak Dalam Film “Mencari Hilal”.
Yang diteliti oleh Indah Noviyanti (KPI, Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, 2016). Dalam penelitian ini terdapat kesamaan judul Film yang
11
di teliti, yaitu “Mencari Hilal”. Perbedaan terdapat di pendekatan teori,
penelitian ini memakai komunikasi antar pribadi. Hasil penelitian skripsi
komunikasi antar pribadi orangtua dan anak dalam narasi film “Mencari
Hilal” ini terbagi ke dalam 3 alur:
a. Pada alur awal komunikasi antar pribadi yang terbentuk adalah hubungan
asimetris.
b. Pada alur tengah film, komunikasi antar pribadi yang terbentuk adalah
pola hubungan yang bersifat komplementer.
c. Pada alur akhir film, komunikasi antar pribadi yang terbentuk adalah
hubungan simetris.
Berdasarkan hasil studi pustaka terdahulu, Terdapat tiga skripsi
yangmenggunakan penelitian terhadap film dengan metode semiotika yang
digunakan sebagai alat komunikasi sebagai media penyampaian informasi
kepada masyarakat dan Penelitian ke-4 memakai metode komunikasi antar
pribadi tetapi mempunyai kesamaan film yang diteliti. Penelitian yang akan
dilakukan peneliti kali ini mempunyai perbedaan dengan keempat skripsi di
atas. Peneliti ingin menjelaskan makna “ikhtiar” dalam film Mencari Hilal,
yang akan akan di analisis melalui tanda atau simbol dalam scene film. Model
Semiotik yang dipakai peneliti pun adalah model semiotik Roland Barthes,
berbeda dengan ketiga skripsi di atas.
12
G. Sistematika Penulisan
1. BAB I
Pendahuluan, Pada bab ini, penulis menjelaskan latar belakang masalah dari
topik yang penulis ambil. Pada bab ini penulis juga membatasi permasalahan
agar tidak melebar kemana-mana dan terfokus, setelah itu di jelaskan pula apa
rumusan masalahnya, dijelaskan apa subjek dan objek penelitiannya dan
menuliskan metodelogi apa yang digunakan lengkap dengan penjelasan serta
alasannya, lalu penulis juga menuliskan tujuan dari dilakukannya penelitian
ini serta apa manfaatnya, tidak lupa penulis menuliskan tinjauan pustaka yang
di lakukan dan yang terakhir menuliskan sistematika penulisan agar lebih
sistematis dan sebagai gambaran dari isi skripsi ini .
2. BAB II
Tinjauan Teoritis, berupa kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini
yang menjelaskan tentang analisis semiotika Roland Barthes
3. BAB III
Gambaran Umum, Bab ini berisi, profil film “Mencari Hilal”, mulai dari
pemain, sutradara, produser, sampai penghargaan yang didapat dari film ini
dan juga menceritakan isi film tersebut.
4. BAB IV
Analisis, pada Bab ini berisi tentang hasil serta penjelasan dari analisis
permasalahan yang diteliti
13
5. BAB V
Penutup dimana penulis akan menuliskan tentang kesimpulan dari apa yang
telah didapatkan, dan memberikan saran menurut penulis untuk penelitian
ini.
6. DAFTAR PUSTAKA
Referensi yang digunakan dalam penulisan baik itu online ataupun tidak.
14
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Film
1. Definisi Film
Film merupakan karya seni budaya yang dibuat berdasarkan kaidah
sinematografi, yang berbentuk gambar bergerak dengan ataupun tanpa suara.
Film sering disebut sebagai kelanjutan dari tradisi sandiwara atau teater yang
dikenal dengan nama seni panggung.10
Film, yang juga dikenal sebagai Movie,
gambar hidup, film teater atau foto bergerak, merupakan serangkaian gambar
diam, yang ketika ditampilkan pada layar akan menciptakan ilusi gambar
bergerak. Ilusi optik ini memaksa penonton untuk melihat gerakan
berkelanjutan antar objek yang berbeda secara cepat dan berturut-turut. Proses
pembuatan film merupakan gabungan dari seni dan industri. Sebuah film dapat
dibuat dengan memotret adegan sungguhan dengan kamera film; memotret
gambar atau model miniatur menggunakan teknik animasi tradisional; dengan
CGI dan animasi komputer; atau dengan kombinasi beberapa teknik yang ada
dan efek visual lainnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):
“Film adalah barang tipis seperti selaput yang dibuat dari seluloid tempat
gambar potret negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar
positif (yang akan dimainkan di bioskop)”.11
10Anwar Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia (Bandung : Simbiosa Rekatama
Media, 2011) h.154 11
W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta Timur:PT
Balai Pustaka, 2003) edisi ketiga, h. 330
15
Adapun kata sinema adalah kependekan dari sinematografi, yang sering
digunakan untuk merujuk pada industri film, pembuatan film, dan seni
pembuatan film. Definisi sinema zaman sekarang merupakan seni dalam
simulasi pengalaman untuk mengkomunikasikan ide, cerita, sudut pandang,
rasa, keindahan atau suasana dengan cara direkam dan gambar bergerak yang
diprogram bersamaan dengan penggerak sensorik lainnya12
.
Proses pembuatan film memakan waktu yang cukup lama yakni meliputi
pra produksi, produksi, sampai pasca produksi.13
Pada masa pra produksi yang
dilakukan adalah penentuan lokasi, mengurus perizinan, dealing dengan aktor,
pembuatan skenario, jadwal shooting, menyiapkan peralatan shooting, dll. Pada
masa ini harus dipersiapkan matang–matang untuk meminimalisir masalah
yang terjadi pada saat masuk tahap produksi.
Lalu masuk pada tahap produksi, Pada tahap ini barulah sang sutradara,
asisten sutradara, aktor, lighting man, camera man, dll mengambil gambar atau
shooting. Tim produksi harus memastikan bahwa jadwal shooting benar –
benar tepat waktu. Karena jika tidak tepat waktu pastinya akan ada biaya
tambahan yang akan berdampak pada kerugian. Pada tahap inilah dimana
sebagian besar akan dinikmati para penonton setelah produksi film selesai.
Pada tahap terakhir yaitu pasca produksi, tim editor mulai bekerja untuk
melengkapi kualitas dari film yang telah dibuat. Editor mengerjai scoring,
volume suara, memotong adegan yang tak perlu, pencahayaan dll. Lalu, Film
12“Film” di akses 25 Maret 2017 pukul 21.20 dari https://wikipedia.org/wiki/film
13Hafied Cangara, pengantar ilmu komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo, 2009) h.
137
16
yang sudah selesai dinamakan “master” yang nantinya akan direvisi sesuai
dengan kesepakatan dari tim lembaga sensor film. Setelah semuanya selesai
barulah film akan didistribusikan kepada pihak yang akan menayangkan film
tersebut.14
2. Sejarah Perkembangan Film di Indonesia
Di Indonesia, film pertama kali pada abad 19 yang dikenal dengan gambar
yang bergerak (motion picture)15
. Film cerita pertama kali dikenal di Indonesia
pada tahun 1905 yang diimpor dari Amerika. Indonesia baru memproduksi film
lokal pada tahun 1926 yaitu “Loetong Kasaroeng”, diproduksi oleh NV Java Film
Company. Industri Film lokal sendiri baru bisa membuat film bersuara pada tahun
1931. Film ini diproduksi oleh Tans Film Company yang bekerja sama dengan
Kruegers Film di Bandung dengan judul ”Atma de Vischer”.
Film Indonesia sempat terpuruk pada tahun 1980-an dikarenakan banyak
produsen film yang hanya mencari keuntungan tanpa melihat kualitas film
tersebut ditambah maraknya film-film Hollywood yang merajai bioskop-bioskop
di Indonesia. Namun di era 2000-an perfilman Indonesia sudah lebih baik dengan
munculnya film “Ada Apa Dengan Cinta”, “Jelangkung”. “petualangan Sherina”,
Naga Bonar Jadi 2”, dll. Meskipun Film Luar negeri tetap merajai bioskop ditanah
air, perlahan tapi pasti film lokal pun mulai menunjukan kualitasnya.16
14Andi Fachruddin, Dasar – Dasar Produksi Televisi. (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2014) cet ke-2, h. 17. 15
Ade Armando, Komunikasi Internasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007),
cet ke-7, h. 7 16
Heru Sutadi, “Sejarah Perkembangan Film di Indonesia”, artikel diakses pada
31 Agustus 2017 dari http://perfilman.perpusnas.go.id/artikel/detail/127
17
3. Jenis-Jenis Film
Film terbagi menjadi 3 kategori, yaitu:17
a. Film Fitur
Film fitur merupakan karya fiksi, yang strukturnya selalu berupa narasi
yang dibuat dalam tiga tahap yaitu tahap praproduksi, tahap produksi, dan
tahap post-produksi. Tahap pra-produksi merupakan tahap persiapan suatu film
dibuat. Tahap produksi merupakan periode ketika skenario diperoleh. Skenario
ini bisa berupa adaptasi novel, cerita pendek, ataupun bisa juga yang ditulis
secara khusus untuk sebuah film. Tahap post-produksi merupakan tahapan
akhir dalam pembuatan film seperti editing dan pembuangan gambar yang
tidak perlu.
b. Film Dokumenter
Film dokumenter adalah film nonfiksi yang menggambarkan kejadian
nyata dengan kekuatan ide kreatornya dalam merangkai gambar-gambar
menarik menjadi istimewa secara keseluruhan.18
Setiap individu yang
digambarkan perasaannya dan pengalamannya dalam situasi yang apa adanya,
tanpa persiapan dan langsung pada kamera atau pewawancara. Dokumenter
dapat diambil pada lokasi pengambilan yang apa adanya, atau disusun secara
sederhana dari bahan-bahan yang sudah diarsipkan. Biasanya film dokumenter
sering kali diambil tanpa skrip.
17Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media (Yogyakarta: Jalasutra,
2010), h. 134. 18
Andi Fachruddin, Dasar – Dasar Produksi Televisi. h. 318.
18
c. Film Animasi
Film animasi secara umum dikenal sebagai film kartun. Film yang
digemari banyak anak kecil ini adalah teknik pengambilan film untuk
menciptakan ilusi gerakan dari serangkaian gambaran dua atau tiga dimensi.
Penciptaan tradisional dari animasi gambar bergerak selalu diawali hampir
bersamaan dengan penyusunan storyboard, yaitu sketsa yang menggambarkan
bagian penting dari cerita.
4. Karakteristik Film
Karakteristik film yaitu hal yang membedakan atau ciri khas dari film
dibandingkan dengan media yang lain seperti radio, surat kabar, dan lain-lain.
Terdapat 4 karakteristik yaitu:19
a. Layar yang luas
Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media
film dibandingkan televisi adalah layar yang digunakan untuk pemutaran film
lebih besar atau luas. Dengan layar yang luas, penonton diberikan keleluasaan
untuk melihat adegan-adegan yang disajikan di film. Apalagi dijaman sekarang
teknologi sudah maju, layar bioskop sudah berkualitas 3 dimensi sehingga
tampak lebih nyata dimata penonton.
b. Pengambilan gambar
Film dapat mengambil gambar seperti extreme long shot ataupun
panoramic shot yaitu pengambilan gambar dengan jarak yang sangat jauh
19Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa suatu
Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 134
19
sehingga terlihat suasana suatu daerah. Dengan layar yang lebar, maka teknik
pengambilan gambar seperti itu sangat nikmat untuk dinikmati penonton.
c. Konsentrasi penuh
Didalam bioskop ketika film mulai, lampu dimatikan, suara sunyi, hanya
terdengar suara pada film yang pastinya membuat penonton akan fokus untuk
menonton film. Sehingga untuk mendapatkan pesan dari film tersebut akan
sangat mudah dikarenakan suasana yang nyaman dan kondusif tersebut.
d. Identifikasi psikologis
Dengan suasana nyaman seperti yang dijelaskan pada poin-poin
sebelumnya, maka penonton akan sangat mudah terbawa suasana serta
menghayati film tersebut. Kondisi seperti itu secara tidak sadar membuat kita
merasa sebagai salah seorang pemeran film tersebut. Menurut ilmu psikologis,
gejala seperti ini disebut identifikasi psikologis. Pengaruh film terhadap
penonton tidak hanya pada saat kita menonton saja, tetapi terus berlangsung
sampai film tersebut selesai yang nantinya akan merubah pakaian atau gaya
pakaian kita sesuai dengan pemeran film tersebut.
5. Teknik Pengambilan Gambar
Ukuran pengambilan gambar selalu dikaitkan dengan ukuran tubuh
manusia, namun penerapan ini juga berlaku pada benda lain. Berikut adalah
delapanshot sizes tersebut:20
20Maria Pramaggiore, Wailis tom, Film: A Critical Introduction. (London:
Laurance King Publishing, 2005), h. 112
20
a. Extreme long shot
Extreme long shot atau ELS mengambil ukuran gambar yang
memperlihatkan kekuatan suatu peristiwa dari jarak yang sangat jauh, panjang,
dan berdimensi lebar. Biasa digunakan untuk melihat panorama suatu daerah.
b. Very Long Shot
Very long shot atau VLS tidak sejauh ELS, biasa digunakan untuk gambar
–gambar opening scene, contohnya kota metropolitan. Kamera diletakkan top
angle dari helikopter ataupun drone.
c. Long Shot
Long shot atau LS lebih dekat dari VLS. Keseluruhan gambaran dari
pokok materi dilihat dari kepala ke kaki atau gambar manusia seutuhnya.
d. Medium Long Shot
Medium long shot MLS mengambil gambar dari lutut sampai puncak
kepala pokok materi. Gambar LS di-zoom in sehingga lebih padat, maka masuk
ke MLS. Gambar MLS sering dipakai untuk memperkaya keindahan gambar.
e. Medium Shot
Medium shot MS mengambil gambar dari pinggul pokok materi atau objek
sampai ke kepala objek. Ukuran MS biasa digunakan sebagai komposisi
gambar terbaik untuk wawancara dimana penonton dapat melihat jelas ekspresi
objek tersebut.
21
f. Middle Close Up
MCS atau middle close up mengambil gambar dari dada sampai kepala
objek. Bisa dibilang MCS ini “potret setengah badan” dengan keleluasaan
background yang masih bisa dinikmati.
g. Close Up
Close up atau CS sudah terbilang cukup dekat. Gambar yang diambil
meliputi wajah keseluruhan dari objek. Objek menjadi titik perhatian utama
dalam pengambilan gambar. Sangat bagus untuk menggambarkan emosi pada
objek.
h. Extreme Close Up
Extreme close up atau ECU adalah teknik pengambilan gambar yang
paling dekat dengan objek. Pengambilan gambar keseluruhan adalah muka
objek. Dipergunakan untuk memperhebat emosi dari objek.
B. Ikhtiar
Ikhtiar berasal dari bahasa Arab yang berarti mencari hasil yang lebih إختيار
baik. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata Ikhtiar mengandung beberapa
arti, yaitu alat atau syarat untuk mencapai maksud, pilihan bebas, usaha, dan
daya upaya. Dari dua pengertian tersebut, dapat ditarik pengertian ikhtiar, yaitu
proses usaha yang dilakukan dengan mengeluarkan segala daya upaya dan
kemampuan untuk mencapai hasil terbaik sesuai dengan keinginan.
22
1. Perilaku Ikhtiar
Manusia adalah makhluk yang sempurna. Ia diberi kemampuan untuk
memilih. Ia juga diberi kemampuan untuk berusaha. Dalam surat ar-Ra‟d [13]
ayat 11, Allah SWT berfirman:
Artinya:
“Bagi manusia ada malaikat–malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu
kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak
ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain dia. (Q.S ar-Ra‟d[13] ayat 11)21
”
Ayat tersebut menerangkan bahwa perubahan (keadaan/nasib) suatu kaum/
seseorang tidak akan berubah kecuali kaum/orang tersebut mengubahnya
sendiri. Ayat ini menganjurkan kepada manusia agar senantiasa berusaha atau
berikhtiar. Perilaku Ikhtiar dapat dimunculkan melalui kesungguhan dalam
berbuat dan berusaha. Hendaklah kita tidak mudah putus asa, selalu ingin
21Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (CV. Naladana, 2004) h.
337-338
23
menemukan hal-hal baru, dan tidak cepat merasa puas atas apa yang telah
didapatkan.22
2. Bentuk–bentuk ikhtiar
Ada beberapa bentuk ikhtiar yang dibenarkan oleh agama Islam. Kita
harus berusaha sesuai dengan ajaran dan tuntunan agama Islam. Bentuk–bentuk
ikhtiar yang sesuai dengan ajaran agama Islam adalah sebagai berikut:23
a. Bekerja keras dan bekerja cerdas
Bentuk ikhtiar yang benar harus dilandasi dengan budaya kerja keras.
Tidak hanya kerja keras saja, tetapi juga bekerja dengan cerdas. Kerja keras
adalah suatu sikap kerja yang penuh dengan motivasi untuk mendapatkan apa
yang dicita-citakan disertai dengan kemampuan intelektual.
b. Bekerja dengan tekun
Selain bekerja keras, kita juga harus bekerja dengan tekun. Sifat tekun
adalah sifat bersungguh-sungguh dalam bekerja. Kesuksesan akan dicapai
kalau kita berusaha dengan sungguh-sungguh. Setiap orang haruslah bekerja
dengan tekun agar memperoleh hasil yang sempurna. Bila setiap pekerjaan
dikerjakan dengan tekun, istiqamah, dan bertanggung jawab, maka akan
mendatangkan hasil yang memuaskan. Wujud ketekunan, istiqamah, dan
bertanggung jawab dalam pekerjaan itu dapat berupa:
22Taofik Yusmansyah, Akidah dan Akhlak, (Bandung: Grafindo Media Pratama,
2008) h. 26. 23
Mustawa Abudzhafa. Optimis 1.000%, (Solo: Tinta Medina, 2015) h. 13
24
1. menekuni pekerjaan yang sedang digeluti,
2. menyelesaikan tugas dengan baik,
3. tidak menyia-nyiakan waktu untuk bekerja,
4. merasa optimis bahwa dirinya akan mendapatkan hasil, dan
5. mengerjakan tugas dengan rasa ikhlas.
c. Pantang menyerah dan putus asa
Pantang menyerah dan tidak mudah putus asa adalah sifat ulet. Sebagai
muslim yang baik kita dilarang putus asa, karena putus asa adalah sifatnya
orang kafir. Sikap hidup pantang menyerah dan tidak mudah putus asa
merupakan kunci keberhasilan seseorang. Apabila sifat ini sudah kita miliki,
kita akan memperoleh keuntungan dan manfaatnya.
d. Disiplin dan penuh tanggung jawab
Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan. Ketaatan
berarti dengan tulus mengikuti setiap peraturan yang sudah di tetapkan
bersama. Karena peraturanlah yang mengontrol hidup manusia. Disiplin sangat
ditekankan dalam urusan dunia, terlebih urusan akhirat. Allah telah
memerintahkan kaum mukminin untuk membiasakan disiplin. Membiasakan
disiplin dalam segala urusan secara seimbang dunia dan akhiratlah yang
membuat kehidupan kita akan penuh kebahagiaan dan keberkahan.
e. Optimis dalam menghadapi kehidupan
Sikap optimis harus diawali dengan sifat sabar. Orang yang optimis akan
memandang masa depan sebagai sebuah impian yang indah yang akan dapat
diwujudkan. Sebaliknya, orang yang pesimis akan susah meraih impiannya
25
karena selalu berpikiran hal yang negatif, terlalu memikirkan hal-hal yang
tidak menyenangkan. Tidak ada kata pesimis dalam orang Islam.
3. Tafsir surah Ar-Ra’d ayat 11 mengenai ikhtiar menurut Ustadz
Marwan bin Musa Hafidzhahullahu
Ustadz Marwan bin Musa adalah seorang pengajar Ibnu Hajjar Boarding
School yang mengumpulkan intisari tafsir dari beberapa kitab tafsir yang
sengaja dibuat ringkas untuk memudahkan memahami ayat. Ayat ini
ditafsirkan bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan mereka, selama mereka
tidak mengubah keadaan mereka sendiri. Ada pula yang menafsirkan bahwa
Allah tidak akan mencabut nikmat yang diberikan-Nya, sampai mereka
mengubah keadaan diri mereka, seperti dari iman kepada kekafiran, taap
kepada maksiat, dan dari syukur kepada kufur. Demikian pula berlaku kepada
hamba yang mengubah keadaan diri mereka dari maksiat kepada taat, maka
Allah akan mengubah keadaan buruknya kepada kebahagiaan dan kesuksesan.
Maka seperti yang ditulis Ustadz Marwan bin Musa bahwa Allah akan
mengubah keadaan buruknya kepada kebahagiaan, berarti apabila seseorang
mengalami masalah ataupun perselisihan maka hendaklah mereka berusaha
untuk memperbaiki dan tak mudah putus asa, maka niscaya Allah akan
mengubah keadaan mereka.24
Banyak orang yang salah arti terhadap kata Ikhtiar. Mereka selama ini
punya anggapan bahwa ikhtiar hanyalah sebuah kata yang punya maksud
bekerja ataupun berusaha saja. Padahal didalam kata ikhtiar terkandung makna
24www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-ar-rad-ayat-1-11.html
26
strategi dan siasat. Sedangkan strategi dan siasat bisa dalam bentuk apapun
yang penting tercapai sebuah tujuan. Siasat dengan berdo‟a secara tepat tidak
kalah penting dibanding hanya bekerja keras atau berpikir keras saja.25
C. Semiotika
1. Semiotika Secara Umum
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Tanda-tanda merupakan alat yang kita pakai dalam upaya mencari jalan di
dunia ini. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana
kemanusiaan memaknai hal-hal. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak
hanya membawa informasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstuktur dari
tanda.26
Secara etimologis, semiotika berasal dari kata Yunani Semeion yang
berarti tanda.Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu konvensi sosial yang
terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili suatu yang lain. Sedangkan
secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang
mempelajari objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai
tanda.”27
Metode semiotika meliputi baik studi tanda-tanda sinkronik yaitu merujuk
pada studi tanda-tanda pada satu titik waktu tertentu, biasanya masa kini. Dan
25Aries Fatma, Teknik Cepat Meraih Potensi Diri, (Lembaga pengembangan Diri
Semesta, 2014) 26
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013)
cet ke 5, h. 15 27
Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Bagi Penelitian
Dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media. 2013) Edisi Kedua, h.
8.
27
juga diakronik yaitu merujuk pada studi cara-cara tanda berubah dalam bentuk
dan makna, sepanjang masa. Sebagai contoh bila kita memakai kata “person”
(orang), dalam diakronik menunjukkan bahwa ini bukan makna aslinya. Dalam
bahasa Yunani kuno, kata persona menandai “topeng” yang dipakai seorang
aktor di atas panggung, kemudian kata tersebut jadi bermakna “karakter
pengguna topeng”. 28
Sistem penandaan memiliki pengaruh besar, namun menurut Paul Cobley
dan Litza Jansz, munculnya studi khusus tentang sistem penandaan merupakan
fenomena modern. Peirce memandang bahwa tanda adalah sesuatu yang hidup
dan dihidupi. Ia hadir dalam proses semiosis yang mengalir. Pada dasarnya,
semiosis dapat dipandang sebagai suatu proses tanda dalam istilah semiotika
yang meliputi lima istilah S(s,i,e,r,c); S adalah untuk semiotik relation; s untuk
sign; i untuk interpreter; euntuk effect; runtuk reference; dan c untuk context.
Begitulah semiotika berusaha menjelaskan jalinan tanda atau ilmu tentang
tanda.29
2. Semiotik Menurut Para Ahli
Para ahli terdahulu sudah mendefinisikan semiotik sebagai keilmuan untuk
mengartikan simbol-simbol dalam suatu karya Van Zoest dalam Sobur (2009)
mengartikan semiotik sebagai ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan
28Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna,(Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 12
29Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013)
cet ke 5, h. 17
28
dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya,
dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.30
Para pakar susastra sudah mencoba mendefinisikan semiotik. Teeuw
dalam Sobur (2009) memberi batasan semiotik adalah tanda sebagai tindak
komunikasi. Ia kemudian menyempurnakan semiotik itu sebagai model sastra
yang mempertanggung jawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk
pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi.
Dick Hartoko dalam Sobur (2009) memberi batasan, semiotik adalah
bagaimana suatu karya ditafsirkan oleh para pengamat lewat tanda-tanda dan
simbol-simbol. Batasan yang lebih jelas dikemukakan oleh Preminger. Ia
mengatakan “semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap
bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-
tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-
konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti”.31
3. Semiotika Charles Sanders Peirce dan Ferdinand de Saussure
Charles Peirce telah mengerjakan sebuah tipologi tentang tanda-tanda.
Tetapi semiotiknya dipahami sebagai perluasan logika dan karena sebagian
kerjanya dalam semiotik memandang linguistik melebihi kecanggihan logika
sebagai model. Teori dari Peirce menjadi grand theory dalam semiotik. Peirce
30Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) cet
ke 5, h. 96 31
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 96
29
mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali
semua komponen dalam struktur tunggal.32
Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol.
Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersfiat
bersamaan bentuk alamiah. Jadi ikon adalah hubungan antara tanda atau objek
yang memiliki kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya
hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau sebab
akibat, contohnya asap ada karena ada api. Simbol adalah tanda yang
menunjukan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan
yang berdasarkan perjanjian masyarakat.33
Ferdinand de Saussure mengemukakan pandangan bahwa linguistik
hendaknya menjadi bagian suatu ilmu pengetahuan umum tentang tanda, yang
disebut semiologi. Saussure telah menjadi tokoh yang sangat berpengaruh.19
Menurut de Saussure hal yang harus diingat dari sign adalah bahwa sign
terbentuk dari suara dan gambar yang ia sebut sabagai signifiers. Suara dan
gambar tersebut masuk kedalam pikiran yang ia sebut signifieds.34
4. Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga kelas menengah protestan
di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, Prancis. Ketika ia berumur 30 tahun,
ia menderita penyakit Tuberkolosis (TBC). Beberapa tahun kemudian ia masuk
Universitas Sorbonne dengan mengambil studi bahasa latin, sastra Prancis dan
32Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 96
33Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2013)
cet ke 5, h. 41-42 34
Alx Sobur, Analisis Teks Media. h. 96
30
klasik (Yunani dan Romawi). Setelah ia menjadi pemgajar bahasa dan sastra
Prancis di Bukarest, Romania, Ia mulai menulis sejumlah buku yang beberapa
diantaranya menjadi rujukan penting untuk studi semiotika di Indonesia seperti
Le Degre Zero de L’ecriture, Writing Degree Zero, Elements of Semiologi, dll.
Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang
mempraktikkan model linguistik dan semiologi saussurean. Ia pun merupakan
kritikus sastra Prancis yang ternama. Barthes berpendapat bahwa bahasa adalah
sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat
dalam waktu tertentu. 35
Penelitian semiotika tak akan lepas dari sosok Barthes (1915-1980).
Barthes melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi sebagai kunci dari
analisisnya. Barthes menggunakan versi yang lebih sederhana saat membahas
„glossematic sign’. Barthes mendefinisikan sebuah tanda (Sign) sebagai sebuah
sistem yang terdiri dari (E) sebuah ekspresi atau signifier dalam hubungannya
(R) dengan content (atau signified). 36
35Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 63-64
36Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Bagi Penelitian
Dan Skripsi Komunikasi, Edisi Ke-2, h.21.
31
Peta Roland Barthes37
Tabel 2.1
1.Signifier (penanda) 2. signified (petanda)
3. Denotative Sign (Tanda Denotatif)
4. Connotative Signifier (penanda konotatif) 5. Connotative Signified (petanda konotatif)
6. Connotative Sign (tanda konotatif)
Roland Barthes mengklasifikasikan semiotika menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Denotasi
Denotasi adalah tahap pertama yang merupakan hubungan antara
signifier (ekspresi) dan signified (content) di dalam sebuah tanda terhadap
realitas external. Itu yang disebut Barthes sebagai denotasi yaitu makna
paling nyata dari tanda (sign).38
Denotasi merujuk pada apa yang diyakini oleh akal sehat manusia,
makna yang yang teramati dari sebuah tanda. Sebuah foto situasi sebuah
jalan mendenotasikan jalan tersebut; kata “jalan” mendenotasikan sebuah
jalan di perkotaan sebaris dengan gedung–gedung. Namun apabila
memotret jalan itu dengan cara yang berbeda, seperti pemilihan waktu,
memakai soft-focus dan membuat jalan tampak ceria. Atau dengan
menggunakan film hitam-putih, hard-focus, menghadirkan kontras yang
kuat dan jalan yang terkesan tidak ramah. Kedua foto tersebut dapat dibuat
37Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.70
38Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Bagi Penelitian
Dan Skripsi Komunikasi, h. 21.
32
dalam waktu bersamaan hanya berbeda beberapa teknik pengambilan
gambar. Makna denotatif keduanya akan sama, perbedaanya ada pada
makna konotatif.39
2. Konotasi
Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk
menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi
yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari
pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya.40
Bagi Barthes, faktor utama dalam konotasi adalah penanda dalam
tatanan pertama. Penanda di tatanan pertama adalah konotasi. Perbedaan
antar foto jalan yang dijelaskan di bagian denotasi diatas terletak pada
bentuk tampilan pada foto tersebut, yaitu penanda. Perbedaan antara
denotasi dan konotasi akan tampak jelas. Denotasi adalah mekanisme
reproduksi dalam film terhadap objek yang dituju kamera. Sedangkan
konotasi adalah sisi manusia dalam proses pengambilan fotonya, baik itu
fokusnya, bukaan, sudut kamera, kualitas film, dan seterusnya. Denotasi
adalah apa yang difoto sedangkan konotasi adalah bagaimana proses
pengambilan fotonya. 41
39John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2014), Cet ke-3, h. 140. 40
Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Bagi Penelitian
Dan Skripsi Komunikasi, h. 21. 41
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 141.
33
3. Mitos
Mitos adalah tahap ketiga yang berarti suatu wahana dimana suatu
ideologi berwujud. Mitos dapat berangkai menjadi mitologi yang
memainkan peranan penting dalam kesatuan-kesatuan budaya. Van Zoest
dalam Wibowo (2013) menegaskan, siapapun bisa menemukan ideologi
dalam teks dengan jalan meneliti konotasi-konotasi yang terdapat
didalamnya.42
Mitos adalah sebuah cerita dimana suatu kebudayaan menjelaskan
atau memahami beberapa aspek dari realitas atau alam. Mitos primitif
adalah mengenai hidup dan mati, manusia dan Tuhan, baik dan buruk.
Mitos terkini adalah soal maskulinitas dan feminitas, keluarga,
kesuksesan, dan lain-lain. Mitos tradisional tentang polisi Inggris
mencakup konsep persahabatan, soliditas, tidak agresif, dan tidak
bersenjata. Foto klise tentang seorang polisi jenaka menepuk kepala
seorang gadis kecil menjadi dasar untuk tatanan kedua pada fakta polisi ini
adalah kelaziman di dalam kebudayaan. Jika konotasi adalah merupakan
makna penanda dari tatanan kedua, maka mitos adalah makna petanda dari
tatanan kedua.43
Bila Saussure hanya menekankan pada penandaan dalam tataran
denotatif, maka Roland Barthes melanjutkan pemikiran Saussure tentang
42Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Bagi Penelitian
Dan Skripsi Komunikasi, h.21-22 43
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 144.
34
semiologi dengan mengembangkan kedalam tatanan konotatif. Barthes
juga menambahkan aspek lain yaitu “mitos”.44
Roland Barthes menyempurnakan pemikiran Saussure dengan
menekankan interaksi antar teks dengan pengalaman personal dan kultural
penggunanya. Barthes tetap menggunakan istilah signifier dan signified
yang di usung Saussure namun menambahkan istilah denotasi, konotasi,
dan mitos.
Dalam menelaah tanda, kita dapat membedakan dalam dua tahap.
Pada tahap pertama, tanda dapat dilihat latar belakangnya pada (1) penanda
dan (2) petandanya. Tahap ini melihat tanda secara denotatif. Lalu
masuklah ke tahap kedua, yaitu menelaah dengan cara konotatif. Pada
tahap ini konteksnya budaya. Misalnya tahap pertama tanda berupa bunga
mawar yang dimaknai secara denotatif, yaitu penandanya berwujud dua
kuntum mawar pada satu tangkai. Bunga tersebut memberi petanda mereka
akan mekar bersamaan di tangkai tersebut. Maka tahap pertama ini akan
menuju tahap kedua yaitu makna secara konotatif. Dalam budaya kita
mempercayai bahwa bunga mawar yang akan mekar itu merupakan hasrat
cinta. Atas dasar ini, kita sampai pada tanda (sign) yang lebih dalam
maknanya, bahwa hasrat cinta itu abadi seperti bunga mawar yang
bermekaran di segala masa. Makna denotatif dan konotatif ini jika
digabung akan membawa kita pada mitos, bahwa kekuatan cinta itu abadi
dan mampu mengatasi segalanya.
44Nawairoh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghaila Indonesia,
2014), cet-1, h. 95
35
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM MENCARI HILAL
A. Sinopsis film “Mencari Hilal”
Secara umum, film mencari hilal menceritakan tentang perjalanan seorang
pria lanjut usia yang ditemani anaknya berkelana ke suatu bukit untuk melihat
hilal dengan mata kepalanya sendiri. Di benak Mahmud (Deddy Sutomo), tak ada
yang lebih mulia selain tulus berjuang menerapkan perintah Islam secara kaffah
dalam semua aspek hidup. Mahmud sudah berdakwah puluhan tahun agar setiap
orang percaya bahwa islam adalah satu-satunya solusi semua persoalan hidup.
Mahmud geram dikarenakan mendengar isu sidang isbat yang menelan dana
sembilan milyar untuk menentukan hilal. Hal ini membuat ia teringat tradisi
mencari hilal yang dilakukan pesantrennya dulu, yang sudah hilang bertahun-
tahun lalu.
Mahmud ingin mengulang tradisi itu kembali untuk membuktikan kepada
semua orang bahwa ibadah tidak dibuat untuk memperkaya diri. Hilal dapat
ditemukan tanpa memakan biaya milyaran rupiah. Sayangnya, niat Mahmud tidak
disambut baik oleh anak perempuannya Halida (Erythrina Baskoro), dikarenakan
kondisi kesehatan Mahmud yang sudah tidak memungkinkan untuk menempuh
perjalanan jauh mengingat usia Mahmud yang sudah memasuki usia 70 tahun.
Mahmud bersikeras untuk tetap pergi. Halida lalu memperbolehkan
ayahnya pergi, namun dengan satu syarat yaitu ditemani Heli (Oka Antara) yang
baru saja pulang kerumah untuk mengambil keperluan untuk urusan organisasi
36
kemanusiaannya. Heli dan Mahmud sering kali bertentangan dikarenakan Heli
adalah anak muda yang berpikiran sekuler liberal yang menurut Mahmud itu sesat
dikarenakan Mahmud berpikiran radikal. Halida berjanji kepada Heli untuk
membantu membuatkan paspor untuk misi sosialnya di Nicaragua asalkan
bersedia menemani ayahnya mencari hilal. Akhirnya Heli terpaksa menuruti
permintaan kakaknya untuk menemani Mahmud.45
Dalam perjalanan Mahmud dan Heli tidak berjalan mulus. Masalah demi
masalah terus mendatangi mereka. Tak jarang Mahmud dan Heli pun bertengkar
dikarenakan selisih paham mengenai cara pandang terhadap agama, namun
mereka tidak menyerah dan tetap melanjutkan perjalanannya untuk mencari hilal.
B. Profil Pemain Utama Film “Mencari Hilal”
Dalam film Mencari Hilal ini, beberapa aktor yang terlibat diantaranya:
1. Deddy Sutomo sebagai Mahmud
Gambar 3.1
45“sinopsis mencari hilal”, di akses pada 19 September 2017, pukul 14:02 dari
www.pusatsinopsis.com/2015/12/sinopsis-mencari-hilal-2015.html?m=1
37
Deddy Sutomo lahir di Batavia (sekarang Jakarta), 26 Juni 1941 adalah
seorang aktor film dan politikus Indonesia. Deddy pada usia muda dikenal sebagai
Pandji Tengkorak yang tayang era 1970an. Di era 2010-an Deddy telah
membintangi lima film dimulai pada tahun 2010 Menembus Impian, 2011 Tanda
Tanya, 2015 ia bermain tiga film yaitu 2014, ayat-ayat adinda, dan Mencari
Hilal.
Deddy sempat mengurangi kegiatannya di dunia akting ditahun 1990-an,
namun mulai aktif lagi pada tahun 2010. Pada masa tidak aktif di dunia akting,
Deddy sempat memasuki dunia politik diawali dengan duduknya di MPP (Majelis
Perimbangan Partai) PDI Perjuangan. Lalu ia sempat mencalonkan sebagai wakil
rakyat di Jawa Tengah.
Di dalam Film Mencari Hilal ia berperan sebagai Mahmud. Mahmud
adalah sosok pria lanjut usia yang taat mengikuti ajaran Islam namun memiliki
prinsip yang sangat kuat sehingga sering bermasalah dengan orang sekitar.46
46“Deddy Sutomo”, di akses pada 19 September 2017, pukul 14:24 dari
https://id.wikipdia.org/wiki/Deddy_Sutomo
38
2. Oka Antara sebagai Heli
Gambar 3.2
Nyoman Oka Wisnupada Antara atau yang lebih dikenal dengan nama
Oka Antara lahir di Jakarta pada tanggal 8 Juli 1981 adalah seorang aktor
Indonesia. Ia mengawali karir aktingnya pada tahun 2006 melalui film Gue Kapok
Jatuh Cinta. Lalu iya semakin dikenal dalam film Ayat-ayat Cinta arahan Hanung
Bramantyo. Pada tahun 2012, Oka Antara dipilih sebagai peran utama di film
thriller yang berjudul killers. Masih ditahun yang sama, Oka bermain di film The
Raid 2: Berandal yang disutradarai oleh Gareth Evans.
Oka mendapat banyak penghargaan seperti “Pemeran Pembantu Pria
Terpuji Festival Film Bandung 2009”, “Pemeran Utama Pria Terpuji Festival Film
Bandung 2010”, “Pemeran Utama Pria Terfavorit Indonesia Movie Award 2010”,
dan berbagai nominasi lainnya.
Di film Mencari Hilal Oka berperan sebagai Heli. Heli adalah anak dari
Mahmud. Ia selalu berselisih dengan ayahnya dikarenakan perbedaan pendapat.
Meskipun jauh dari ajaran agama, Heli merupakan seorang aktivis sosial. Hanya
39
karena pemikirannya yang sangat logis dan duniawilah yang membuat ia jauh dari
ajaran Islam dan selalu bertengkar dengan ayahnya.47
3. Erythrina Baskoro sebagai Halida
Gambar3.3
Erythrina Baskoro lahir di Yogyakarta, 31 Maret 1975 adalah seorang
aktor, penulis, dan sutradara. Ia bergabung dengan teater garasi sejak tahun 1994
dan terlibat banyak karya pertunjukan teater garasi. Erythrina juga terlibat dalam
pertunjukan I Lagaligo (2004-2011) karya sutradara Robert Wilson (USA) yang
telah dipentaskan di banyak negara. Eryhtrina mulai membuat karyanya sendiri
pada tahun 2007 dengan ketertarikan khusus pada tema-tema perempuan. Karya
tersebut adalah Monolog Sungai (2007), Demam dalam 50 cm3 (2010), dan
DISKO: Gadis Toko (2012).48
Dalam film Mencari Hilal ia berperan sebagai Halida. Halida adalah anak
pertama dari Mahmud, dan juga kakak dari Heli. Ia bekerja di kantor imigrasi dan
47“Oka Antara”, di akses pada 19 September 2017, pukul 15:00 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Oka_Antara 48“Erythrina Baskoro”, di akses 14 November 2017, pukul 14:38 dari
https://teater garasi.org/?page_id=712&lang=id
40
siap membantu Heli untuk membuatkan Passpor asalkan Heli bersedia menemani
ayahnya mencari hilal.
C. Profil Sutradara Film “Mencari Hilal”
Ismail Basbeth
Gambar 3.4
Ismail Basbeth lahir dan besar di Yogyakarta, 12 Sepember 1985. Ia mulai
aktif membuat film pendek sejak 2004. Ismail belajar menggarap film dengan cara
otodidak dan bermula dengan pertemanannya dengan pengusaha rental film
bajakan. Film pertama yang meledak di pasaran adalah Another Trip to The Moon.
Film ini mendapat nominasi di Festival film di Rotterdam.
Film-film pendek karya Ismail yaitu Shelter (2011), Mailing (2012), dan
400WORDS (2013), sukses diputar di festival film Internasional seperti
Documentary Film Festival Amsterdam, Busan International Film Festival,
Vladivostok Internaional Film Festival, Sydney Film Festival dan lain lain.
Ismail bergegas memasuki dunia komersial bersama Hanung Brahmantyo.
Ia digandeng seniornya untuk menjadi bagian dari Gerakan Islam Cinta (GIC)
41
yang digagas oleh pendiri Grup Mizan, Haidar Bagir. Kini sudah dua film yang
sudah digarap Ismail yaitu “Ayat-ayat Adinda” dan “Mencari Hilal”.49
Film Mencari Hilal merupakan film religi pada tahun 2015 yang
menceritakan seorang ayah dan anak yang menempuh perjalanan panjang untuk
mencari hilal, namun di dalam perjalanan terdapat banyak masalah yang menimpa
mereka. Mereka pun tidak pantang menyerah dan terus melanjutkan perjalanan.
D. Profile Rumah Produksi Film “Mencari Hilal”
Multivision Plus
Gambar 3.5
Hadirnya televisi swasta RCTI (1989) menjadi pemikiran Multivision plus
(MVP) untuk menjadi rumah produksi pelopor yang mendukung perkembangan
siaran televisi swasta dengan program-programnya. Sejak 1989 itulah menjadi
tonggak bagi MVP untuk berperan aktif dalam industri pertelevisian swasta.
Stasiun TV swasta seperti RCTI, SCTV, TPI, Indosiar, Trans TV, dll pernah
menjadi stasiun penayang program-program produksi MVP selama 18 tahun itu.
49“Biografi Ismail Basbeth” diakses pada 20 September 2017, pukul 10:53 dari
tabloidkabarfilm.com/profilm/dia/667/667.html
42
Sejak awal visi MVP selalu memberikan hiburan yang sehat. Bukan hanya
sekedar tontonan biasa, tetapi juga memberikan tuntunan kepada pemirsanya.
Investasi sebuah film atau produksi televisi sangatlah bervariatif. Banyak hal yang
mempengaruhi besarnya investasi atau biaya produksi film. Variabel tersebut bisa
dari jenis (genre) film, aktor, peralatan teknis, dan biaya promo. Besar biaya
produksi film-film mutakhir MVP Pictures mencapai 5-8 milyar rupiah / judul.
Sedangkan untuk produksi serial mencapai 250-300 juta per episode.
MVP akan terus memproduki film dalam berbagai genre seperti drama,
thriller, horror, dll. Keinginan terbesar MVP adalah membuat film action berkelas
Hollywood. MVP memulai semuanya dengan keterbatasan, namun MVP selalu
berpegang pada dua hal penting dalam industri hiburan ini, bakat dan kreativitas.
Sebutan “sang pelopor” adalah keanggaan sekaligus tanggung jawab.
Sejak tahun 2005 program-program MVP sudah bisa dinikmati di saluran terbatas
(ASTRO) dikawasan regional, untuk saat ini baru negara-negara seperti Malaysia,
Brunei, dan Singapura. Market internasional industri film dan televisi pun telah
menikmati kehadiran MVP. Itu sebabnya, film dan program televisi MVP telah
dinikmati di negara-negara seperti India, Australia, Eropa, dan Amerika Utara.
Meskipun tidak dalam jumlah besar, namun proses menjadi besar inilah yang
menjadi harapan MVP.50
50“profile Multivision Plus” diakses pada 4 Oktober 2017, pada pukul 11.53 dari
www.mvpindonesia.com/about.html
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Film merupakan karya seni yang banyak digemari hampir semua kalangan
umat manusia. Tidak hanya befungsi sebagai hiburan, film berfungsi pula sebagai
media penyampai pesan. Penyampaian pesan dalam film akan mudah dipahami
oleh penonton bukan hanya karena dialognya saja, tetapi juga karena visual yang
diberikan. Berbeda dengan lagu ataupun novel, film mempunyai visual layaknya
kejadian sesungguhnya, sehingga penonton akan merasa bahwa ia berada di
kejadian tersebut. Dalam melihat film kita dapat memperoleh informasi dan
gambar tentang realitas tertentu.51
Pada penelitian ini, peneliti mengangkat film “Mencari Hilal”. Film ini
menceritakan tentang sosok Mahmud yang sudah lanjut usia geram dengan
pemerintah yang sulit untuk menentukan hilal. Dikarenakan pengalamannya
sewaktu muda dulu ia sering mencari hilal bersama teman-teman santrinya pada
akhir bulan Ramadhan, ia ingin melanjutkan tradisinya itu lagi seorang diri.
Akhirnya ia ditemani Heli anaknya yang sangat berbeda dengan dirinya. Heli
tidak taat pada aturan agama karena ia punya pertanyaan-pertanyaan tentang
agama yang tidak bisa terjawab.
Perjalanan mencari hilal ini tidaklah mudah, Mahmud dan Heli
menemukan banyak rintangan yang harus dihadapi. Masalah demi masalah
51Asep S Muhatadi dan Sri Handayani, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif
Dakwah Melalui TV, (Bandung: Pusdai Press, 2000), h. 95
44
berdatangan tidak hanya masalah yang didapatkan dari perjalanan, tetapi juga
masalah antar mereka berdua yang memang sangat berbeda cara pandang, namun
mereka berdua tidaklah menyerah, mereka terus melanjutkan perjalanannya
hingga menemukan hilal.
Penelitian ini menggunakan metode semiotik model Roland Barthes
dengan menemukan makna denotasi, konotasi, dan mitos pada setiap scene yang
mengandung makna ikhtiar didalamnya. Pesan ikhtiar yang diteliti mencakup
bekerja keras, bekerja dengan tekun, pantang menyerah, disiplin, dan optimis.
A. Analisis Judul Film “Mencari Hilal”
Judul film yang menjadi objek penelitian ini adalah “Mencari Hilal”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata „mencari‟ memiliki arti
yaitu berusaha supaya mendapat, ber-ikhtiar, berdaya upaya.52
Selanjutnya kata
„hilal‟ memiliki arti yaitu bulan sabit muda pertama yang dapat dilihat setelah
terjadinya konjungsi (ijtimak, bulan baru) pada arah dekat matahari terbenam
yang menjadi acuan pemulaan bulan dalam kalender islam.
1. Makna Denotasi “Mencari Hilal”
Mencari memiliki arti berusaha supaya mendapatkan sesuatu, sedangkan
hilal memiliki arti bulan sabit muda pertama sebagai tanda pergantian bulan pada
kalender hijriyah. Maka makna denotasi dari “mencari hilal” adalah berusaha
supaya dapat melihat bulan sabit pertama agar dapat menentukan 1 Syawal.
52W.J.S.Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta Timur: PT Balai
Pustaka, 2003) edisi ke-3, h. 215
45
2. Makna Konotasi “Mencari Hilal”
Makna hilal disini berbeda dengan makna denotasi. Heli yang merupakan
anak laki-laki dari Mahmud memiliki nama asli Hilal Hanafi Mahmud. Heli yang
seringkali bertengkar dengan ayahnya dikarenakan perbedaan cara pandang sudah
lama keluar dari rumah. Heli pulang kerumah karena ingin dibuatkan paspor oleh
kakaknya yang bernama Halida, namun ternyata ia disuruh Halida untuk
menemani ayahnya mencari hilal. Dalam proses pencarian itu Heli banyak sekali
mendapatkan pelajaran. Hingga pada akhir film terlihat jenazah Mahmud dan Heli
memakai busana muslim sedang memandangi foto ayahnya. Halida memberikan
dengan nama “Hilal Hanafi Mahmud” yang dilihatkan dengan sengaja ke
penonton. Maka makna judul film ini bisa diartikan sebagai mencari Hilal (Heli)
yang sudah lama jauh dari agama untuk kembali pada kebaikan.
3. Makna Mitos “Mencari Hilal”
Makna mitos pada judul film ini yaitu hilal sebagai penanda 1 Syawal.
Dalam bulan puasa 29-30 hari pada bulan Ramadhan diakhiri dengan ritual
melihat hilal baik secara hisab ataupun rukyat. Dengan terlihatnya bulan sabit
muda pertama ini menandakan berakhirnya bulan Ramadhan dan memasuki bulan
Syawal. Seperti pada hadist berikut:
وعشرونليلت،فالتصىمىاحتىتروه،فإن هرتسع الش
عليكمفأكملىا ةثالثيهغم العد
Artinya: “Apabila bulan telah masuk kedua puluh sembilan malam (dari
bulan Sya’ban, pen). Maka janganlah kalian berpuasa hingga melihat
hilal. Dan apabila mendung, sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi tiga
46
puluh hari.”(HR. Bukhari no. 1907 dan Muslim no. 1080, dari ‘Abdullah bin ‘Umar)53
Dalam film ini berlatar waktu bulan Ramadhan dan sedang
mempermasalahkan jatuhnya lebaran idul fitri yaitu tanggal 1 Syawal. Maka
makna mitos pada judul “mencari hilal” adalah berusaha mengetahui datangnya
lebaran idul fitri.
B. Analisis Tanda dan Pembahasan
1. BEKERJA KERAS
SCENE 1
TOKO MAHMUD
Tabel 4.1
Mahmud: wah ini tinggal
satu, tapi kondisinya
penyok begini. Atau ibu
cari ditempat lain aja?
Pembeli: ditempat lain
harganya udah pada naik
ya pak Mahmud.
Makanya saya ambil
ditokonya bapak, udah
gak apa-apa saya ambil
yang ini aja
Long-shot,
pengambilan
gambar ini
diambil secara
keseluruhan
subjek dan juga
suasana sekitar.
53 “Hadist Bukhari no 1907”, diakses pada 7 Maret 2018 pukul 14.56 dari
http://muslim.or.id/328-menentukan-awal-ramadhan-dengan-hilal-dan-hisab.html
47
Mahmud: harganya
memang mepet, tapi kalo
ikhlas, ridho mau ambil
yang ini ya gak apa-apa.
Pembeli: gak apa-apa,
saya ikhlas, ridho yang
itu aja
Over the shoulder
shot, pengambilan
gambar ini
dilakukan untuk
menampilkan dua
subjek tetapi
pengambilan
gambar diambil
dari belakang
bahu salah satu
subjek
Pembeli 2: pak minta
yang ini 50 kg ya
Karyawan Mahmud: oh
yang itu digudang tinggal
70kilo bu, kalo mau 20
kilo aja ya
Long-shot,
pengambilan
gambar ini di
ambil secara
keseluruhan
subjek dan juga
suasana sekitar.
Pembeli 2: sampeyan itu
gimana toh. Kalo perlu
yang ini saya naikan jadi
10.000, ambil semua itu
stokmu yang digudang.
Tak habisin semua
Two-shot,
pengambilan
gambar ini
menampilkan dua
orang dalam satu
frame. Masing-
masing subjek
dapat saling
berinteraksi.
Mahmud:
Astagfirullahaladzim, bu
nanti kalo orang lain
membutuhkan gimana?
Pembeli 2: sampeyan
gimana toh, diajak
untung kok gak mau.
Medium close up,
pengambilan
gambar ini untuk
menunjukkan
wajah agar lebih
jelas dari ukuran
shot sebatas dada
hingga kepala
48
Mahmud: saya ini gak
dagang bu. Ibadah.
Medium close up,
pengambilan
gambar ini untuk
menunjukkan
wajah agar lebih
jelas dari ukuran
shot sebatas dada
hingga kepala
1.1 Makna Denotasi Scene 1
Digambar pertama dan kedua terlihat pembeli pertama ingin membeli satu
kaleng krimer tapi kalengnya sedikit rusak, dan Mahmud menyarankan agar
membeli di tempat lain. Karena harga ditoko Mahmud lebih murah, maka pembeli
memutuskan tetap beli di toko Mahmud. Digambar ketiga sampai ke ketujuh,
terlihat pembeli kedua ingin memborong beras sebanyak 50 kilo, namun
karyawan Mahmud memberikan saran untuk membeli 20 kilo saja karena stok di
gudang tinggal sedikit. Pembeli kedua marah lantaran tidak dapat membeli 50
kilo dengan alasan takut pembeli lain tidak kebagian.
1.2 Makna Konotasi Scene 1
Frame size dari gambar diatas, menggunakan long-shot, medium close up,
over the top shoulder, dan two shot. Frame size yang digunakan scene diatas
untuk menggambarkan transaksi jual beli yang dilakukan Mahmud dan
pembelinya.
Mahmud menyarankan pembeli pertama untuk membeli krimer di tempat
lain dikarenakan kondisi kaleng miliknya sudah penyok, lalu harga pangan yang
dijual Mahmud tidak naik seperti toko-toko lain ini yang membuat tokonya selalu
49
laku. Lalu kebijaksanaannya terhadap pembeli kedua untuk tidak memborong
beras sebanyak 50 kilo agar yang lain kebagian. Hal ini mengajarkan kita dalam
bekerja keras tetapi tetap dengan norma-norma agama. Tidak hanya mencari
untung semata.
1.3 Makna Mitos Scene 1
Mitos yang tergambar dari adegan ini adalah bekerja keras. Mahmud
bukanlah orang kaya raya. Di umurnya yang sudah tak lagi muda ia tetap giat
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia tidak malas-malasan dan
menyerahkan semua kebutuhan rumah tangga kepada anaknya. Di dalam
berjualan juga kita harus sesuai dengan norma agama seperti Mahmud pada scene
diatas.
Bekerja keras dijalan Allah SWT sangat dianjurkan. Di dalam Al-Qur‟an
surat At-Taubah ayat 105 yang berbunyi:
Artinya, “bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu
juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Dalam Islam, kita sudah diwajibkan untuk bekerja keras untuk mencari
nafkah dan menghidupi diri sendiri maupun keluarga. Namun dalam bekerja keras
juga harus tetap pada norma agama agar mendapat keberkahan dai Allah SWT.
50
2. BEKERJA DENGAN TEKUN
SCENE 5
DI RUMAH MAHMUD
Tabel 4.2
Warga 1: “saya
mewakili paguyuban
dan teman-teman
menyampaikan hal
ini kepada bapak.
Teman-teman punya
keluhan-keluhan.
Medium close up,
pengambilan gambar
ini untuk
menunjukkan wajah
agar lebih jelas dari
ukuran shot sebatas
dada hingga kepala
Mahmud: “ya,
mumpung lagi
dibahas. Saya
ingatkan kepada
kalian semuanya.
Monggo kita
bertaubat sebelum
disiksa di akhirat.
Terus terang, harga
kalian semua itu
mencekek
masyarakat. Harus
diturunkan. Soalnya
ibadah melalui
dagang itu
mustinya...”
Medium close up,
pengambilan gambar
ini untuk
menunjukkan wajah
agar lebih jelas dari
ukuran shot sebatas
dada hingga kepala
Warga 2: “apa kalo
kita bangkrut, mereka
mau ikut nanggung
pak? Paling-paling
juga cari ke toko lain
toh. Dagang itu ya
dagang, bisa untung
karna banyak yang
kejual. Kalo ndak
Mid shot,
pengambilan gambar
ini sering disebut
sebagai medium
shot. Jenis shot ini
menunjukkan
beberapa bagian dari
subjek secara lebih
rinci dari wide shot.
51
untung ya jangan
sampai tombok.”
Pada manusia, shot
ini menampilkan
pinggang sampai
kepala.
Mahmud: “ibu,
dagang itu tidak
melulu cari untung.
Tapi yang penting
ridho.
Warga 3: warungnya
lebih rame dari
warung kita
Medium close up,
pengambilan gambar
ini untuk
menunjukkan wajah
agar lebih jelas dari
ukuran shot sebatas
dada hingga kepala
Mahmud: kalian ini
sebenarnya semuanya
ini beragama atau
tidak?
Long-shot,
pengambilan gambar
ini di ambil secara
keseluruhan subjek
dan juga suasana
sekitar.
Warga 2: “eeh,
urusan saya punya
agama apa nggak
pak. Urusan saya
sama sampeyan itu
soal harga. Kalo
terus-terusan
jenengan pakai harga
segini, bisa-bisa kita
semua gak dapet
untung. Terus kalo
mau sekolahin anak
bagaimana?
Close up,
pengambilan gambar
ini untuk
menunjukkan wajah
lebih jelas dari
ukuran medium close
up. shot sebatas
leher hingga kepala.
52
Mahmud: “udah-
udah, dengarkan.
Saya jelaskan ya bu.
Medium close up,
pengambilan gambar
ini untuk
menunjukkan wajah
agar lebih jelas dari
ukuran shot sebatas
dada hingga kepala
Warga 2: “gak perlu,
sampeyan itu
ngerusak harga biar
semua orang itu
belanja ke toko
jenengan kan? Kita
semua ini intinya
butuh duit. Bedanya
kami ga pinter bawa-
bawa agama kaya
sampeyan
Medium close up,
pengambilan gambar
ini untuk
menunjukkan wajah
agar lebih jelas dari
ukuran shot sebatas
dada hingga kepala
2.1 Makna Denotasi Scene 5
Gambar-gambar diatas terlihat beberapa warga mendatangi rumah
Mahmud dan berbicara masalah harga pangan yang dijual di toko Mahmud.
Warga yang juga pemilik toko di pasar merasa harga yang dijual Mahmud terlalu
murah sehingga tokonya kurang laku, namun Mahmud berpikir sebaliknya, harga
yang ditawarkan toko-toko lain terlalu tinggi sehingga menyusahkan pembeli.
2.2 Makna Konotasi Scene 5
Frame size yang digunakan pada gambar diatas adalah mid shot, long shot,
close up, medium close up. Frame size yang digunakan pada scene ini untuk
53
menggambarkan warga yang berdiskusi dengan Mahmud perihal masalah harga di
toko Mahmud.
Warga mendatangi Mahmud karena merasa harga yang ditawarkan di toko
Mahmud terlalu rendah sehingga membuat pembeli di toko mereka sepi. Mahmud
tidak merasa salah akan hal itu, ia malah berpikir kalau harga yang dijual di toko
lain terlalu mahal dan memberatkan para pembeli. Mahmud mengatakan bahwa
berjualan tidak hanya mencari untung, tapi juga beribadah. Berjualan harus tetap
dengan norma agama agar mendapat ridho Allah SWT.
Meskipun warga tidak suka dengan sikap Mahmud, tetapi Mahmud tetap
tekun menjalankan ajaran agama agar tidak menaikkan harga dan memberatkan
pembeli.
2.3 Makna Mitos Pada Scene 5
Mitos yang tergambar dari adegan ini adalah bekerja dengan tekun. Bila
tiba akhir bulan Ramadhan sudah menjadi tradisi bahwa harga pangan akan naik,
tetapi tidak pada toko Mahmud. Rasa bekerja dengan tekun ini tidaklah semata-
mata giat bekerja, tetapi juga tekun terhadap norma agama. Meskipun kita tidak
disukai oleh beberapa orang, selama dalam kebenaran kita tidak boleh takut. Kita
harus percaya bahwa Allah akan selalu ada buat kita seperti halnya yang
dilakukan Mahmud.
Dalam Islam, berdagang sudah ada aturannya. Seperti yang dicontohkan
oleh Rasulullah SAW yang berjualan dengan menjadikan berdagang sebagai
ibadah, memenuhi rukun jual beli, hanya dengan kesepakatan bersama, jujur
dalam timbangan dan takaran, jujur mengenai barang yang ditawarkan,
54
menghindari sumpah berlebihan, tidak mengajukan syarat batil, lemah lembut
terhadap pembeli, tidak menimbun barang dagangan, dan menghindari jual beli
yang dilarang.
3. PANTANG MENYERAH DAN PUTUS ASA
SCENE 42
DIPERJALANAN
Tabel 1.3
*suara motor* Long-shot, pengambilan
gambar ini diambil
secara keseluruhan
subjek dan juga suasana
sekitar.
Heli: mas, bisa minta
tolong cek motor saya
nggak? Kualahan pas
saya ajak nanjak tadi.
Tukang bengkel: mas,
ini motor apa prakarya
ya? Remuk. Susah ini
Long-shot, pengambilan
gambar ini di ambil
secara keseluruhan
subjek dan juga suasana
sekitar.
Heli: berapa lama kalo
dibenerin?
Tukang bengkel: ini
tuh onderdilnya udah
susah nyari, harus
kekota. Udah deket
lebaran gini gak semua
toko buka. Nginep aja
ya
Two-shot, pengambilan
gambar ini menampilkan
dua orang dalam satu
frame. Masing-masing
subjek dapat saling
berinteraksi.
55
Heli: saya sebenernya
cuma butuh dateng ke
lokasi ini. Ngerti gak?
Tukang bengkel: oh
iya, bentar.
Two-shot, pengambilan
gambar ini menampilkan
dua orang dalam satu
frame. Masing-masing
subjek dapat saling
berinteraksi.
Tukang bengkel: min,
sampeyan mau ke
gunung samar? titip ya
Supir: ya ayo
Over the shoulder shot,
pengambilan gambar ini
dilakukan untuk
menampilkan dua subjek
tetapi pengambilan
gambar diambil dari
belakang bahu salah satu
subjek
Heli: ini?
Tukang bengkel: udah.
Ini nanti saya yang
urus. Sampeyan naik
aja.
Two-shot, pengambilan
gambar ini menampilkan
dua orang dalam satu
frame. Masing-masing
subjek dapat saling
berinteraksi.
*suara adzan
maghrib*
Two-shot, pengambilan
gambar ini menampilkan
dua orang dalam satu
frame. Masing-masing
subjek dapat saling
berinteraksi.
3.1 Makna Denotasi Scene 42
Gambar pertama terlihat Heli dan Mahmud sedang mengendarai sepeda
motor untuk menuju ke bukit emas. Gambar kedua terlihat motor yang dibawa
Heli mogok dan dibawa ke bengkel. Gambar ketiga sampai kelima terjadi
percakapan antara Heli dengan tukang bengkel. Digambar keenam terlihat Heli
dan Mahmud sedang menaiki mobil bak sayur terbuka
56
3.2 Makna Konotasi Scene 42
Frame size dari gambar diatas, menggunakan long-shot, two-shot, dan
over the shoulder shot. Frame size yang digunakan scene diatas untuk
menggambarkan diskusi antara Heli dan tukang bengkel yang mana motor yang
Heli dan Mahmud bawa harus ditinggal sehari dibengkel dikarenakan sparepart
yang sudah susah dicari.
Ditengah perjalanan, motor yang dipinjam oleh Heli dan Mahmud mogok
dan harus dibawa ke bengkel, ternyata sparepart motor tersebut sudah susah
dicari dan mengharuskan motor tersebut menginap di bengkel. Namun Heli dan
Mahmud tidak mudah putus asa, mereka rela menumpang mobil bak terbuka yang
berisikan sayuran untuk menuju ke tempat tujuan mereka, Lalu digambar terakhir
saat mendengar suara adzan Heli memberikan air minum kepada ayahnya.
3.3 Makna Mitos Scene 42
Mitos yang tergambar pada adegan ini adalah pantang menyerah dan tidak
mudah putus asa. Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak mudah putus asa.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan mereka sendiri.
Dalam surat ar-Ra‟d [13] ayat 11, Allah SWT berfirman:
ل للا إن مهبيهيديهومهخلفهيحفظىوهمهأمرللا لهمعقباث يرمابقى ي
ومالهممهدوو له سىءافالمرد بقى وإذاأرادللا يروامابأوفسهم هحتىي
مهوال
57
Artinya:
“Bagi manusia ada malaikat–malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
dia. (Q.S ar-Ra‟d[13] ayat 11).”
Maka apabila semua tidak sesuai dengan rencana, kita harus berpikir jalan
keluarnya dan terus maju untuk menyelesaikan apa yang kita tuju meskipun harus
bersusah payah.
4. DISIPLIN DAN PENUH TANGGUNG JAWAB
SCENE 40
SAUNG TEPI SAWAH
Tabel 4.4
Mahmud: istirahat
dulu disana, bapak
mau sholat
Two-shot,
pengambilan
gambar ini
menampilkan dua
orang dalam satu
frame. Masing-
masing subjek dapat
saling berinteraksi.
*suara mesin motor
mati*
Extreme long-shot,
pengambilan
gambar ini tidak
melihatkan subjek
dengan jelas, tetapi
lebih menampakkan
keadaan dan suasana
sekitar
58
*suara kucuran air dan
suara batuk Mahmud*
Full-shot,
pengambilan
gambar ini bertujuan
untuk
memperkenalkan
subjek dan apa yang
sedang
dilakukannya dan
lingkungannya.
*suara Mahmud
menahan rasa sakit
pada perutnya*
Long-shot,
pengambilan
gambar ini diambil
secara keseluruhan
subjek dan juga
suasana sekitar.
Heli: bapak gak
bangunin aku pak?
Mahmud: habis kamu
tidurnya nyenyak.
Heli: tapi kan tetap
harus bangunin pak,
telat banget ini musti
berangkat.
Mid-shot,
pengambilan
gambar ini
merupakan shot
yang menunjukkan
beberapa bagian dari
subjek secara rinci
yaitu menampilkan
pinggang sampai
kepala
4.1 Makna Denotasi Scene 40
Gambar pertama terlihat Mahmud dan Heli sedang mengendarai motor
dan ingin menepi. Gambar kedua terlihat mereka berhenti di saung tepi sawah.
Gambar ketiga dan keempat menggambarkan Mahmud sedang mengambil air
wudhu dan sholat ditengah rasa sakit pada perutnya. Digambar kelima Heli
59
bangun dan melihat jam di handphone-nya sontak ia kaget dan menanyakan
kepada ayahnya kenapa ia tidak dibangunkan.
4.2 Makna Konotasi Scene 40
Frame size dari gambar di atas, menggunakan extreme long-shot, long-
shot, full-shot, mid-shot, dan two shot. Frame size yang digunakan scene diatas
untuk menggambarkan perjalanan yang ditempuh Mahmud dan Heli, serta adegan
Mahmud sholat dengan menahan rasa sakit.
Mahmud menyuruh Heli untuk berhenti dipinggir jalan untuk menunaikan
ibadah shalat. Saat mengambil air wudhu sudah terlihat bahwa Mahmud sedang
tidak sehat. Digambarkan ia mengalami batuk beberapa kali saat mengambil air
wudhu. Lalu pada saat Mahmud shalat, beberapa kali terlihat ia memegang
perutnya dan menahan rasa sakit yang terekspresi di wajahnya. Namun, ia tetap
melanjutkan shalatnya karena Mahmud memang sosok orangtua yang taat pada
agama.
4.3 Makna Mitos Scene 40
Mitos yang tergambar pada adegan ini adalah disiplin dan penuh tanggung
jawab. Kita sebagai muslim sudah sejatinya disiplin dan tanggung jawab terhadap
perintah agama. Disiplin berarti taat terhadap peraturan. Sebagai muslim kita
diwajibkan untuk menunaikan shalat.
ini mengajarkan kita agar jangan lupa dengan waktu shalat meskipun kita
sedang sibuk ataupun dalam perjalanan. Selain itu juga kita harus tanggung jawab
sebagai muslim untuk menaati perintah Allah SWT.
60
5. OPTIMIS
SCENE 26
TERMINAL BIS
Tabel 4.5
Heli: kalo gak ketemu
lagi gimana? Percuma
loh kita buang-buang
waktu.
Mahmud: kalo setiap
langkahmu niatnya untuk
Allah tidak ada yang
percuma
Long-shot,
pengambilan
gambar ini
diambil secara
keseluruhan
subjek dan juga
suasana sekitar.
Heli: kenapa musti
nyusahin hidup gini sih
pak, teknologi udah ada,
ahli juga banyak. Kalo
ngeliat hilal bisa cepet
kenapa musti dibikin
lama?
Long-shot,
pengambilan
gambar ini di
ambil secara
keseluruhan
subjek dan juga
suasana sekitar.
Mahmud: dari dulu
bapak tuh emang begini.
Heli: searang aku tanya,
apa yang namanya
ibadah itu harus
mempersulit hidup?
Two-shot,
pengambilan
gambar ini
menampilkan dua
orang dalam satu
frame. Masing-
masing subjek
dapat saling
berinteraksi.
61
Mahmud: apakah hidup
itu cuma sebatas sulit dan
gampang? Ha? Minggir!
Cut-in,
pengambilan
gambar ini
biasanya
menunjukkan
beberapa bagian
pada subjek
secara rinci.
biasanya
digunakan untuk
menggambarkan
emosi subjek,
gerakan tangan,
kaki, atau yang
lainnya.
*heli menatap Mahmud
dengan wajah kesal*
Over the shoulder
shot,
pengambilan
gambar ini
dilakukan untuk
menampilkan dua
subjek tetapi
pengambilan
gambar diambil
dari belakang
bahu salah satu
subjek
5.1 Makna Denotasi Scene 26
Digambar pertama terlihat Heli dan Mahmud mendatangi stasiun bis untuk
melanjutkan perjalanan. Digambar kedua sampai keempat terlihat Heli berdebat
dengan Mahmud tentang perjalanan mencari hilal yang menurut Heli mempersulit
62
hidup. Gambar kelima terlihat Mahmud menaiki bis dan Heli menatap Mahmud
dengan wajah kesal.
5.2 Makna Konotasi Scene 26
Frame size dari gambar di atas menggunakan long-shot, two-shot, cut-in,
dan over the shoulder shot. Frame size yang digunakan scene di atas untuk
menggambarkan suasana debat antara Mahmud dan Heli. Heli ingin berhenti
melanjutkan perjalanan dikarenakan perjalanan mereka salah jalan berulang kali
dan teman Mahmud yang akan menuntunnya ke bukit emas sudah tak lagi tinggal
di tempat tersebut.
Sehabis menemui rumah kerabatnya yang tidak lagi tinggal di tempat
tersebut, Mahmud ingin melanjutkan perjalanan. Tetapi Heli berargumen bahwa
tidak perlu menyusahkan diri sendiri karena teknologi sudah canggih dan ahli pun
sudah banyak yang membahas masalah ini.
Namun Mahmud tetap bersih keras untuk melanjutkan perjalanan karena ia
optimis akan sampai ke tempat tujuan dan melihat hilal. Akhirnya Heli pun
mengikuti ayahnya untuk melanjutkan perjalanan dengan terpaksa.
5.3 Makna Mitos Scene 26
Mitos yang tergambar dari adegan ini adalah optimis. Dalam ikhtiar, rasa
optimis sangatlah penting. Dengan optimis, kita yakin akan mencapai apa yang
kita tuju. Apalagi bila kita optimis dijalan Allah SWT. Yakinlah bahwa kita akan
mendapatkan kemudahan untuk mencapai apa yang kita cita-citakan
Adegan ini mengajarkan kita untuk tetap beroptimis dengan tujuan awal
kita meskipun banyak halangan yang membuat kita ingin mundur.
63
Pepatah mengatakan: ketika kita merasa ingin berhenti, berpikirlah kenapa kita
memulainya.
C. Akhir Film Mencari Hilal
Scene 56, 57, & 58.
Menara Hiro, Masjid, & rumah Mahmud
Tabel 4.6
*suara ombak pantai*
Mahmud: Hilal... hilal
nak
Heli: percaya pak.
Establish shot,
pengambilan
gambar ini
menampilkan
keseluruhan
pemandangan
atau suatu tempat
untuk memberi
orientasi tempat
dimana peristiwa
atau adegan itu
terjadi.
*backsound Alunan
biola*
Full shot,
pengambilan
gambar ini
bertujuan untuk
memperlihatkan
subjek dan apa
yang sedang
dilakukannya dan
lingkungannya.
64
*backsound alunan
piano*
One shot,
pengambilan
gambar ini
bertujuan untuk
memperlihatkan
seseorang/benda
dalam frame.
Setelah melakukan perjalanan panjang, melewati banyak masalah, dan
pelajaran-pelajaran yang dapat diambil oleh Mahmud dan Heli, akhirnya mereka
berdua sampai ke tujuan. Heli sempat meninggalkan Mahmud dikarenakan terjadi
pertengkaran antara mereka berdua. Namun Heli memilih untuk kembali kepada
ayahnya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu. Sesampainya Mahmud di tempat
tujuan, ia mengalami sesak nafas dan terjatuh di pantai. Lalu terlihat Heli sudah
membawanya bersandar di bawah pohon.
Setelah Mahmud bangun, Mahmud meminta maaf kepada Heli akan
sifatnya yang keras. Lalu mereka berdua memasuki suatu bangunan dan menaiki
tangga yang mana di atasnya adalah tempat untuk menyaksikan hilal. Tempat
itulah yang dinamakan menara Hiro. Mahmud dan Heli pun melihat ke arah
langit. Mereka tidak bisa berkata-kata selama beberapa saat. Mahmud pun
mengatakan, “hilal nak” kepada Heli dengan kagumnya.
Di scene berikutnya terlihat jenazah Mahmud sudah rapih dengan keranda.
Heli berdiri tepat disampingnya melihat jenazah Mahmud. Wajah Heli terlihat
menyesal sekaligus sedih. Lalu di scene berikutnya terlihat Heli sedang menatapi
foto ayahnya. Tak lama setelah itu, Halida datang dengan mambawakan paspor
65
Heli. Heli pun membuka paspor tersebut dan terlihat nama asli dari heli adalah
Hilal Hanafi Mahmud.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan data yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, peneliti mendapatkan hasil tanda-tanda ikhtiar yang digambarkan
pada film “Mencari Hilal” yaitu bekerja keras, bekerja dengan tekun, pantang
menyerah dan putus asa, disiplin, dan optimis. Berdasarkan dari poin-poin
tersebut, maka peneliti menyimpulkan:
Makna denotasi dari penelitian ini adalah gambaran seorang pria lanjut
usia bernama Mahmud yang pergi untuk mencari hilal di suatu bukit dengan
ditemani oleh anak laki-lakinya yang bernama Heli. Meskipun Mahmud dan Heli
memiliki pemikiran yang jauh berbeda sehingga terjadinya berbagai masalah,
tetapi mereka tetap berusaha untuk mencapai ke menara hiro demi melihat hilal.
Makna konotasi yang tergambar adalah adanya perilaku ikhtiar. Sikap
ikhtiar terlihat dari 5 macam unsur ikhtiar yang tergambar di film ini. Mahmud di
film ini menggambarkan sikap bekerja keras pada saat scene di pasar, bekerja
dengan tekun pada saat scene di rumah Mahmud, pantang menyerah dan putus asa
pada saat scene motornya mogok dan menaiki mobil bak, disiplin pada saat scene
Mahmud berhenti di tepi sawah untuk menunaikan ibadah sholat, dan optimis
pada saat scene di terminal ia berdebat dengan Heli anaknya..
Makna Mitos pada film ini yaitu Islam mengajarkan kita untuk berikhtiar
terhadap suatu cobaan atau hal yang kita cita-citakan. Dalam berikhtiar pun kita
harus tetap dengan norma agama dan tidak melakukan perbuatan yang dilarang
67
Allah SWT seperti yang dicontohkan oleh karakter Mahmud di film “mencari
hilal”. Dengan begitu, maka Allah SWT akan memberikan yang terbaik untuk
kita.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan terdapat beberapa saran
yang ingin peneliti sampaikan, yaitu:
1. Rumah Produksi yang terlibat dalam film “Mencari Hilal”:
Salah satu rumah produksi yaitu Mizan Producion memang sering
membuat film dengan mengangkat tema religi, nasionalis, dan sosial.
Peneliti cukup bangga dengan film-film yang sudah digarap oleh rumah
produksi ini. Namun saran peneliti adalah memperbanyak film yang
mengangkat tema agama atau religi, dikarenakan film adalah media
termudah untuk menyampaikan pesan kepada khalayak. Karena
banyaknya film yang mengangkat tema percintaan remaja sudah
seharusnya kita imbangi dengan film yang bertemakan religi. Dengan
begitu, rumah produksi lainnya juga akan memproduksi film dengan tema
religi karena diminati masyarakat.
2. penonton:
Untuk para pencinta film, peneliti memiliki saran untuk tidak
hanya menyaksikan film untuk hiburan semata saja tetapi juga melihat
pesan moral yang terdapat di film tersebut. Tidak hanya itu, kita juga harus
mengkritisi dari segi cerita, alur cerita, penokohan, sinematografi, musik,
animasi, dll. Kita sebagai penonton juga bisa turut membantu dunia
68
perfilman dengan menontonnya di bioskop atau membeli DVD original
serta mengisi rating dan comment di berbagai situs film seperti imdb.com,
rottentomatoes.com, dan filmindonesia.or.id.
3. Universitas
Diharapkan universitas menyediakan fasilitas yang memadai untuk
perkuliahan di bidang perfilman atau broadcasting. Karena akan lebih
mudah dimengerti bila mahasiswa dapat mengaplikasikan kedalam
praktek. Untuk fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi khususnya
jurusan KPI dan jurnalistik juga harus ditambah mata kuliah atau
penjurusan ilmu pertelevisian atau film. Karena menurut peneliti sebagai
mahasiswa KPI kita kurang fokus terhadap pertelevisian, kita hanya
belajar ilmu dasar saja. Jurusan KPI juga perlu menambahkan mata kuliah
teknik analisis seperti semiotika, framing, analisis isi, dll. Dengan begitu,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan menghasilkan mahasiswa yang siap
bekerja dibidang broadcasting baik dibelakang layar maupun didepan
layar.
69
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abudzhafa, Mustawa. 2015.Optimis 1.000%, Solo: Tinta Medina
Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya. 2005.Komunikasi Massa suatu
Pengantar,Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Arifin, Anwar. 2011. Sistem Komunikasi Indonesia, Bandung : Simbiosa
Rekatama Media
Armando, Ade. 2007. Komunikasi Internasional, Jakarta: Universitas Terbuka
Cangara, Hafied. 2009.pengantar ilmu komunikasiJakarta: Raja Grafindo
Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika MediaYogyakarta:
Jalasutra
_____, Marcel. 2010.Semiotika Media, Yogyakarta: Jalasutra
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (CV. Naladana, 2004) h.
337-338
Fachruddin, Andi. 2014. Dasar – Dasar Produksi Televisi, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Fatma, Aries. 2014.Teknik Cepat Meraih Potensi Diri, Lembaga pengembangan
Diri Semesta
Fiske, John. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Gunawan, Imam. 2013.Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Bumi Aksara
Muhatadi, Asep S dan Handayani. 2000. Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif
Dakwah Melalui TV, Bandung: Pusdai Press
Poerwadarminta, W.J.S. 2003.Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta Timur:PT
Balai Pustaka
Sobur, Alex. 2013.Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
_____, Alex. 2009.Analisis Teks Media, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2010.Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta
Tinarbuko, Sumbo. 2009.Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta: Jalasutra
70
Vera, Nawairoh. 2014. Semiotika dalam Riset Komunikasi, Bogor: Ghaila
Indonesia
Wibowo, Indiawan Seto Wahyu. 2013.Semiotika Komunikasi Aplikasi Bagi
Penelitian Dan Skripsi Komunikasi, Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media
Yusmansyah, Taofik. 2008. Akidah dan Akhlak, Bandung: Grafindo Media
Pratama
Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian sosial dan pendidikan, Jakarta: PT
Bumi Aksara
INTERNET
“Biografi Ismail Basbeth” diakses pada 20 September 2017, pukul 10:53 dari
tabloidkabarfilm.com/profilm/dia/667/667.html
“Erythrina Baskoro”, di akses 14 November 2017, pukul 14:38 dari https://teater
garasi.org/?page_id=712&lang=id
“Film Mencari Hilal”, di akses pada 25 April 2017 dari https://filmbor.com/mencari-
hilal/sinopsis/
“Film” di akses 25 Maret 2017 pukul 21.20 dari https://wikipedia.org/wiki/film
Heru Sutadi, “Sejarah Perkembangan Film di Indonesia”, artikel diakses pada 31
Agustus 2017 dari http://perfilman.perpusnas.go.id/artikel/detail/127
“Oka Antara”, di akses pada 19 September 2017, pukul 15:00 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Oka_Antara
“Perbedaan pendapat ramadhan”, di akses pada 25 April dari
www.kompasiana.com/asma99/
“profile Multivision Plus” diakses pada 4 Oktober 2017, pada pukul 11.53 dari
www.mvpindonesia.com/about.html
“Sinopsis mencari hilal”, di akses pada 19 September 2017, pukul 14:02 dari
www.pusatsinopsis.com/2015/12/sinopsis-mencari-hilal-2015.html?m=1
“Tafsir Surah Ar-Ra‟d” di akses pada 25 April 2017 dari
www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-ar-rad-ayat-1-11.html
E-BOOK
Pramaggiore Maria dan Wailis. 2005.Film: A Critical Introduction.London:
Laurance King Publishin
LAMPIRAN