Download - ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR
PARIWISATA DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN
2010-2016
JURNAL ILMIAH
Disusun Oleh :
Muhammad Faris Al Bassam 145020101111010
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
i
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR PARIWISATA DI PROVINSI
JAWA TIMUR TAHUN 2010-2016
Muhammad Faris Al Bassam, Dias Satria
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Berkembangnya industri pariwisata merupkan salah satu instrumen yang berpotensi sebagai
penyerap tenaga kerja. Perkembangan ini merubah pola konsumsi yang ada di masyarakat,
pertumbuhan ini berubah dari good-based consumption menjadi experienced-based consumption.
Selain membawa dampak pada perubahan pola konsumsi, pariwisata juga merupakan sektor basis
yang membawa dampak multiplier atau efek pengganda pada perekonomian di setiap sub sektor
pariwisata. Saat ini pertumbuhan industri pariwisata tidak diimbangi dengan pertumbuhan angka
penyerapan tenaga kerja. Padahal industri pariwisata merupakan sektor padat karya yang
seharusnya angka penyerapan tenaga kerjanya dapat seimbang dengan pertumbuhan industrinya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menggunakan teknik analisis data Analisis
Multiplier Tenaga Kerja Sektor Basis dan Regresi Panel Data. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel Jumlah Hotel dan Jumlah Wisatawan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan variabel Jumlah Restoran dan PDRB
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Koefisien multiplier tenaga
kerja dan perubahan total tenaga kerja membuktikan bahwa pariwisata adalah sektor basis yang
dapat menyerap tenaga kerja di keempat daerah di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010-2016.
Seluruh lapisan stakeholder diharapkan dapat lebih membangun pariwisata dengan
memprioritaskan pariwisata berbasis padat karya.
Kata-kunci: Penyerapan Tenaga Kerja, Pariwisata, Multiplier, Jawa Timur
A. PENDAHULUAN
Berkembangnya industri pariwisata merupakan salah satu instrumen yang berpotensi
sebagai penyerap tenaga kerja. Industri pariwisata sendiri merupakan salah satu pencipta lapangan
pekerjaan paling tinggi yang membutuhkan beragam keterampilan dan membuka peluang bagi
pekerja muda, perempuan maupun migran untuk masuk dengan cepat ke dalam dunia kerja. Saat ini
perkembangan sektor pariwisata sangat meningkat, dengan didukung efek permintaan pariwisata
yang tinggi dari masyarakat. Perubahan pola konsumsi masyarakat yang awalnya “goods-based
consumption” menjadi “experience-based consumption”. Data terbaru BPS menunjukkan
pergeseran konsumsi dari “nonleisure economy” ke “leisure economy” untuk kuartal II-2017
konsumsi rumah tangga tumbuh 4,95% dari kuartal sebelumnya 4,94%. Pertumbuhan konsumsi
rumah tangga ini (good-based) dinilai hanya tumbuh tipis sekitar 0,03-0,17% jika dibandingkan
dengan pertumbuhan konsumsi restoran dan hotel (experience-based) yang melonjak dari 5,43%
menjadi 5,87%.
Selain membawa dampak pada perubahan pola konsumsi, pariwisata juga membawa
dampak multiplier atau efek pengganda pada perekonomian di setiap sub sektor pariwisata. Dengan
adanya efek multiplier tersebut dampak penyerapan tenaga kerja sektor ini akan lebih terlihat
1
2
sehingga industri pariwisata ini memang menunjukkan potensinya dalam membuka lapangan
pekerjaan. Salah satu provinsi dengan perkembangan pariwisata terbesar adalah provinsi Jawa
Timur. Provinsi yang dikenal dengan berbagai macam objek wisatanya ini merupakan salah satu
destinasi unggulan bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Kunjungan wisatawan di Jawa
Timur dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan Jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara ke Jawa Timur pada bulan Januari-Oktober 2017 mencapai 193.382
kunjungan, hal ini meningkat sebesar 9,86% dari periode yang sama di tahun 2016 yang mencapai
176.029 kunjungan (Badan Pusat Statistik, 2017).
Merujuk pada daerah potensial pariwisata di Jawa Timur terdapat beberapa kota/kabupaten
yang menjadi destinasi favorit dan juga daerah dengan berbagai faktor penunjang pariwisata yang
baik. Daerah tersebut ialah Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten
Pasuruan. Daerah itu pula yang menjadi fokus penelitian bagi penulis. Setiap daerah memiliki
karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan pertumbuhan pariwisata dan potensi yang dimiliki.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa saat ini pariwisata tumbuh menjadi sektor yang
potensial khususnya di Jawa Timur. Hal tersebut ditandai dengan adanya perubahan pola konsumsi
masyarakat sebagai faktor pendukung adanya pertumbuhan pariwisata. Perubahan pola tersebut juga
menimbulkan permintaan yang besar di sektor pariwisata.
Jika melihat data-data pertumbuhan sektor pariwisata di Jawa Timur rata-rata pertumbuhan
penyerapan tenaga kerja menujukkan pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan sektor
lainnya yang mencapai angka 0,66% selama tujuh tahun yaitu periode 2010-2016. Pertumbuhan rata-
rata jumlah hotel dan restoran mencapai angka 20,36%, pertumbuhan rata-rata Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) di sektor pariwisata mencapai angka 7,68% dan pertumbuhan rata-rata
jumlah wisatawan mancanegara yang datang mencapai angka 4,82%. Hal ini menunjukkan
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor industri pariwisata tidak berkembang mengikuti
pertumbuhan rata-rata sektor industri pariwisata. Dari fenomena tersebutlah ditemukan rumusan
masalah bagaimana pengaruh variabel jumlah hotel, restoran, wisatawan, dan PDRB terhadap
penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata di Provinsi Jawa Timur, dan bagaimana efek multiplier
tenaga kerja yang dihasilkan. Lalu tujuan penelitian ingin melihat apakah memang keempat variabel
tersebut mempunyai dampak terhadap penyerapan tenaga kerja di empat daerah Provinsi Jawa
Timur.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah penduduk usia kerja (usia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk dari suatu negara
yang melakukan aktifitas perekonomian barang dan jasa (Subri, 2003:59). Menurut
(Djojohadikusumo, 1994) dalam (Maria, 2016), tenaga kerja adalah semua orang yang siap dan
bersedia untuk bekerja maupun yang menganggur, mereka yang menganggur bersedia bekerja dan
sanggup bekerja ataupun terpaksa menganggur karena tidak adanya kesempatan kerja.
Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur. Pada
awalnya batasan umur penggolongan tenaga kerja di Indonesia sejak tahun 1971 adalah bila sudah
mencapai umur 10 tahun atau lebih. Pemilihan batasan umur ini berdasarkan kenyataan bahwa dalam
umur tersebut sudah banyak yang mencari pekerjaan. Dengan adanya kegiatan wajib belajar 9 tahun,
maka jumlah penduduk dalam usia sekolah yang bekerja kurang. Oleh karena itu, semenjak
dilaksanakan SAKERNAS (Survei Angkatan Kerja Nasional) tahun 2001, batas umur penggolongan
kerja semula 10 tahun atau lebih menjadi 15 tahun atau lebih.
Permintaan tenaga kerja atau lebih tepatnya penyerapan tenaga kerja merupakan kondisi
dari permintaan turunan dari output yang sudah dihasilkan (Kuncoro, 2002). Artinya setiap
pertambahan output barang atau jasa perusahaan akan cenderung untuk menambahkan tenaga
kerjanya untuk memproduksi output lebih banyak lagi. Dalam ilmu ekonomi keputusan dalam
penggunaan tenaga kerja diambil oleh para pengusaha itu sendiri (Bellante dan Mark Jackson, 1990:
23-24). Dalam penyerapan tenaga kerja hal ini menandakan bahwa banyaknya input yang ingin
3
dimasukkan ke dalam suatu perusahaan adalah dampak dari apakah permintaan akan suatu barang
dan jasa di suatu wilayah tergolong besar atau kecil. Jika permintaan akan barang dan jasa relatif
besar maka perusahaan akan berusaha untuk lebih memperbanyak output mereka dengan
memasukkan input ke dalamnya. Dalam kasus penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata input
modal utama yang digunakan adalah modal tenaga kerja itu sendiri, dengan alasan bahwa pariwisata
merupakan sektor yang padat karya.
Teori Ekonomi Pariwisata
Menurut definisi secara luas, pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain yang
bersifat sementaran dan dilakukan perorangan atau kelompok sebagai usaha untuk mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimennsi sosial,
budaya, dalam, dan ilmu (Spillane, 1987: 21). Menurut (Suwantoro, 2004: 3), kepariwisataan adalah
proses kepergian sementara seseorang atau lebih dengan tujuan ke tempat lain dengan kepentingan
ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain. Dalam aspek
kepariwisataan sendiri terdapat subjek yaitu orang-orang yang melakukan perjalanan pariwisata dan
obyek wisata yang merupakan tujuan dari wisatawan.
Menurut pengaruhnya terhadap pembayaran yaitu pariwisata aktif dan pasif. Dikatakan
aktif karena dengan masuknya wisatawan asing tersebut, berarti dapat memasukan devisa negara
yang dikunjungi, yang secara otomatis akan memperkuat posisi neraca pembayaran negara tersebut.
Disebut pariwisata pasif, karena dilihat dari pemasukkan devisa kegiatan ini justru merugikan asal
wisatawan, karena uang yang seharusnya dibelanjakan di dalam negeri dibawa ke luar negeri.
Dalam kaitannya dengan perkembangan industri pariwisata ada beberapa keuntungan yang
diperoleh salah satunya yaitu membangun sektor perekonomian di daerah pariwisata. Perkembangan
industri pariwisata membuat efek multiplier yaitu penambahan jumlah objek wisata dan usaha wisata
sehingga membutuhkan lebih banyak lagi tenaga kerja untuk memenuhi permintaan dari sektor
pariwisata. Menurut (Darmadjati, 2002) dalam (Maria, 2016), industri pariwisata merupakan bidang
usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk maupun jasa yang nantinya dibutuhkan
secara langsung maupun tidak langsung oleh wisatawan.
Peningkatan usaha kepariwisataan disuatu wilayah dapat meningkat karena adanya
permintaan wisatawan akan kebutuhan wisata ke suatu daerah. Peningkatan permintaan wisatawan
nantinya akan meningkatkan pendapatan, kesempatan kerja dan juga salah satu usaha pemerintah
dalam rangka meningkatkan penghasilan devisa negara. Pariwisata yang dikatakan sebagai industri
jasa ketiga (tertiary indsutry) memiliki peran penting dalam kebijakan kesempatan kerja terutama di
negara berkembang. Hal ini dikarenakan permintaan pariwisata yang terus meningkat setiap
tahunnya mengharuskan negara untuk memanfaatkan potensi-potensi tersebut (Spillane, 1987: 47).
Teori Basis Ekonomi
Teori dari basis ekonomi didasarkan dari kondisi disuatu wilayah yang memiliki laju pertumbuhan
ekonomi dan ditentukan oleh produk barang atau jasa yang dapat dijual keluar. Pada dasarnya
perekonomian disuatu wilayah di kelompokkan menjadi dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non
basis. Menurut (Glasson, 1974: 63) sektor ekonomi basis adalah sektor yang menghasilkan barang
atau jasa yang hasilnya dapat di ekspor keluar batas wilayah, atau orang dari luar batas wilayah dapat
mengkonsumsi output barang atau jasa tersebut. Dalam pengertian ekonomi regional, kegiatan
ekspor berarti menjual produk/jasa keluar wilayah dari dalam negara maupun keluar negera tersebut.
Kegiatan ekspor pada dasarnya adalah semua kegiatan yang mendatangkan uang dari luar batas
wilayah disebut kegiatan basis.
C. METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis tentang penyerapan tenaga kerja pada sektor pariwisata di Jawa Timur.
Secara rinci wilayah yang diambil dalam penelitian ini adalah Kota Batu, Kabupaten Malang,
Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Pasuruan.
4
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif deksriptif.
Jenis penelitian kuantitatif ditujukan untuk mengetahui besarnya hubungan variabel terikat
(dependen variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel-variabel tersebut yang
kemudian di uji menggunakan alat analisis regresi dan hasilnya akan dideskripsikan. Dalam melihat
efek multiplier dan perubahan tenaga kerja sektor pariwisata dengan menggunakan koefisien
multiplier tenaga kerja basis dengan cara membagi jumlah tenaga kerja seluruh sektor dan sektor
pariwisata di setiap daerah.
Teknik Analisis Data
Dalam menghitung multiplier tenaga kerja basis di setiap wilayah diperoleh dengan menunjukkan
jumlah tenaga kerja yang diperoleh dari dari masing-masing wilayah dibagi dengan jumlah tenaga
kerja sektor basis di wilayah tersebut. Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
k = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
Setelah ditemukan koefisien multiplier tenaga kerja maka dapat dilakukan perhitungan total
perubahan tenaga kerja dari suatu wilayah di setiap tahunnya maupun rata-rata dari seluruh tahun
yang diteliti. Rumusnya sebagai berikut:
ΔT = (k) ΔB Dimana
ΔT = perubahan total lapangan kerja ΔB =
perubahan lapangan kerja sektor basis
k = koefisien multiplier tenaga kerja basis (nilai pengganda)
Untuk mengetahui pengaruh hubungan variabel independen terhadap variabel dependen
penelitian ini menggunakan regresi data panel dengan menggunakan modal kombinasi data time
series dan cross section atau yang disebut juga data panel (pooled data).
Dalam penelitian ini digunakan hubungan fungsional sebagai berikut:
Y = f (X₁ , X₂ , X₃ , X₄ )
Bentuk dari hubungan fungsional yang digunakan sebagai berikut
LnY = α + Lnβ₁ X₁ + Lnβ₂ X₂ + Lnβ₃ X₃ + Lnβ₄ X₄ + e
Dimana
LnY = Penyerapan Tenaga Kerja
LnX₁ = Jumlah Hotel
LnX₂ = Jumlah Restoran
LnX₃ = Jumlah Wisatawan
LnX₄ = Jumlah PDRB Sektor Pariwisata
Lnβ₁ Lnβ₂ Lnβ₃ Lnβ₄ = koefisien regresi
e = error
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Multiplier Tenaga Kerja Sektor Pariwisata
Tabel 1: Koefisien Multiplier Tenaga Kerja Sektor Pariwisata Jawa Timur
Tahun 2010-2016
Tahun/Daerah Kota Batu
Kab.
Malang
Kab.
Banyuwangi
Kab.
Pasuruan
2010 4,05 5,02 5,04 4,85
5
2011 2,98 5,51 5,51 4,85
2012 3,22 5,2 4,04 5,02
2013 3,28 4,95 4,14 4,71
Tahun/Daerah Kota Batu
Kab.
Malang
Kab.
Banyuwangi
Kab.
Pasuruan
2014 3,39 5,73 3,71 4,61
2015 3,6 4,39 4,65 5,4
2016 3,88 4,48 4,86 5,05
Rata-Rata 3,48 5,04 4,56 4,92
Sumber: Data sekunder, diolah, 2018.
Pada tabel multiplier tenaga kerja diatas dapat diketahui sektor pariwisata di Kota Batu
memiliki angka rata-rata dari tahun 2010-2016 dengan koefisien sebesar 3,48. Nilai tersebut
memiliki arti bahwa apabila terjadi penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata sebanyak 1 orang
tenaga kerja maka mempunyai dampak terhadap peningkatan lapangan pekerjaan sebesar 3,48 orang,
atau dibulatkan menjadi 4 orang di seluruh sektor perekonomian di Kota Batu.
Kabupaten Malang maka ditemukan angka rata-rata sebesar 5,04. Nilai tersebut memiliki
arti bahwa apabila terjadi penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata sebanyak 1 orang tenaga kerja
maka mempunyai dampak terhadap peningkatan lapangan pekerjaan sebesar 5,04 orang, atau
dibulatkan menjadi 5 orang di seluruh sektor perekonomian di Kabupaten Malang.
Kabupaten Banyuwangi ditemukan koefisien multiplier tenaga kerja dengan rata-rata
sebesar 4,56. Nilai tersebut memiliki arti bahwa apabila terjadi penyerapan tenaga kerja di sektor
pariwisata sebanyak 1 orang tenaga kerja maka mempunyai dampak terhadap peningkatan lapangan
pekerjaan sebesar 4,56 orang, atau dibulatkan menjadi 5 orang di seluruh sektor perekonomian di
Kabupaten Banyuwangi.
Kabupaten Pasuruan ditemukan koefisien multiplier tenaga kerja dengan rata-rata sebesar
4,92. Nilai tersebut memiliki arti bahwa apabila terjadi penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata
sebanyak 1 orang tenaga kerja maka mempunyai dampak terhadap peningkatan lapangan peerjaan
sebesar 4,92 orang, atau dibulatkan menjadi 5 orang di seluruh sektor perekonomian di Kabupaten
Pasuruan.
Tabel 2: Perubahan Tenaga Kerja Sektor Pariwisata di Jawa Timur Tahun 2010-2016
Tahun/Daerah Kota Batu Kab.Malang Kab.Banyuwangi
Kab.
Pasuruan
Δ 2011 8873 -22.536 -24.205 4058
Δ 2012 -1135 29.979 77.743 -8748
Δ 2013 355 5369 -8264 16.286
Δ 2014 -73 -39.794 7447 5626
Δ 2015 -2761 68.163 -22.875 33.364
Δ 2016 1058 1346 -6278 12.937
Rata-Rata 1052 7087 3928 10.587
Sumber: Data sekunder, dilolah, 2018.
Tabel 3: Perubahan Tenaga Kerja Seluruh Sektor Perekonomian di Jawa Timur Tahun
20102016
Δ TK Daerah
Kota
Batu
Kab.
Malang
Kab.
Banyuwangi Kab. Pasuruan
Δ 2011 26.441 -124.173 -133.369 19.681
6
Δ 2012 -3654 155.890 314.081 -43.914
Δ 2013 1164 26.576 -34.212 76.707
Δ 2014 -247 -228.019 27.628 25.935
Δ 2015 -9936 299.235 -106.368 180.165
Δ TK Daerah
Kota
Batu
Kab.
Malang
Kab.
Banyuwangi Kab. Pasuruan
Δ 2016 4105 6030 30.511 65.331
Δ TK (k) 3660 35.718 17.833 52.088
Sumber: Data sekunder, diolah, 2018.
Dari tabel 2 dan 3 dapat diketahui total perubahan tenaga kerja di setiap wilayah dengan
rumus hitungan yaitu ΔT = (k) ΔB. Dari perhitungan tersebut ditemukan angka-angka dari setiap
daerah. Angka perubahan total tenaga kerja di seluruh sektor yang ada di Kota Batu dari tahun
20102016 sebesar 3.660 dan angka perubahan rata-rata tenaga kerja sebesar 1.052. Nilai tersebut
memiliki arti bahwa setiap perubahan total lapangan kerja sektor pariwisata sebesar 1.052 orang di
tahun 2010-2016 akan menyerap tenaga kerja seluruh sektor perekonomian di Kota Batu sebanyak
3.660 orang.
Angka perubahan total tenaga kerja di seluruh sektor yang ada di Kabupaten Malang dari
tahun 2010-2016 sebesar 35.718 dan angka perubahan rata-rata tenaga kerja sebesar 7.087. Nilai
tersebut memiliki arti bahwa setiap perubahan total lapangan kerja sektor pariwisata sebesar 7.087
orang di tahun 2010-2016 akan menyerap tenaga kerja seluruh sektor perekonomian di Kabupaten
Malang sebanyak 35.718 orang.
Angka perubahan total tenaga kerja di seluruh sektor yang ada di Kabupaten Banyuwangi
dari tahun 2010-2016 sebesar 17.833 dan angka perubahan rata-rata tenaga kerja sebesar 3.928. Nilai
tersebut memiliki arti bahwa setiap perubahan total lapangan kerja sektor pariwisata sebesar 3.928
orang di tahun 2010-2016 akan menyerap tenaga kerja seluruh sektor perekonomian di Kabupaten
Banyuwangi sebanyak 17.833 orang.
Angka perubahan total tenaga kerja di seluruh sektor yang ada di Kabupaten Pasuruan dari
tahun 2010-2016 sebesar 52.088 dan angka perubahan rata-rata tenaga kerja sebesar 10.587. Nilai
tersebut memiliki arti bahwa setiap perubahan total lapangan kerja sektor pariwisata sebesar 10.587
orang di tahun 2010-2016 akan menyerap tenaga kerja seluruh sektor perekonomian di Kota Batu
sebanyak 52.088 orang.
Hasil Regresi Data Panel Tabel 4: Hasil Regresi Data Panel (Metode Common Effect)
Variable Coef. Std. Err. t P>|t|
LnHTL -0.550 0.125 -4.38 0.000
LnREST 0.537 0.579 9.28 0.000
LnWSTWN -0.748 0.212 -3.52 0.002
LnPDRB 0.856 0.015 5.59 0.000
_cons 12.38 2.129 5.82 0.000
Sumber: Data sekunder, diolah, 2018.
Dari pengujian data panel maka ditemukanlah metode yang terbaik dalam penelitian ini
dengan metode common effect. Setelah ditemukan hasil regresi maka akan dijabarkan interpretasi
serta implikasi dalam penelitian ini.
Pengaruh Antara Jumlah Hotel Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Dari hasil estimasi, dapat diketahui bahwa variabel Jumlah Hotel berdampak signifikan dan negatif
terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000
7
yang dimana nilai ini lebih kecil dari α (0,05), dan koefisien sebesar -0.550. Nilai ini menunjukkan
bahwa setiap pertambahan jumlah kamar hotel sebesar 1 persen maka penyerapan tenaga kerja sektor
pariwisata keempat daerah di Provinsi Jawa Timur akan mengalami penurunan sebesar 0.550 persen.
Melihat hasil estimasi tersebut hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Mbaiwa,
2011) bahwa jumlah hotel berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor
pariwisata, penelitian tersebut membahas bahwa industri pariwisata di Delta Okavango, Botswana
mengandalkan perusahaan pariwisata multinasional yang berasal dari negaranegara kaya dan Afrika
Selatan. Dengan adanya efek tersebut pembangunan hotel menjadi sangat menguntungkan karena
berdampak secara sosio-ekonomi meliputi pengembangan usaha wisata, akomodasi dan layanan
restoran, penyediaan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat. Selain itu masyarakat disana juga
mengembangkan pariwisata berkelanjutan berbasis alam untuk mencegah dampak negatif industri
perhotelan.
Teori penawaran pariwisata oleh (Spillane, 1987: 122), menyatakan jika pariwisata ingin
berkembang mengikuti permintaan dan penawarannya maka dibutuhkan penunjang dalam industri
pariwisata itu sendiri yaitu penyediaan akomodasi hotel untuk menunjang keperluan penginapan
para wisatawan, dengan adanya penyediaan akomodasi tersebut akan membuka perluasan tenaga
kerja. Keseimbangan dari permintaan dan penawaran kamar hotel ini juga dikatakan stationer,
artinya sekali keseimbangan tercapai selama permintaan dan penawaran tidak berubah maka akan
cenderung tetap. Seperti yang diketahui pertumbuhan jumlah hotel di empat daerah yang diteliti ini
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, selama tahun 2010 sampai 2016 kenaikannya
mencapai angka 20.36 persen.
Sektor akomodasi saat ini memang menjadi sektor usaha yang terus dikembangkan
mengingat sektor ini dapat membuka tenaga kerja secara luas karena banyak aspek-aspek perhotelan
yang membutuhkan banyak tenaga kerja karena sifat industri perhotelan adalah hospitality
management dimana dalam menghasilkan servis yang baik kepada pelanggan diarahkan dari sumber
daya manusianya itu sendiri. Artinya modal utama yang dimiliki oleh perhotelan adalah tenaga kerja,
semakin baik kualitas pelayanan yang dihasilkan oleh tenaga kerjanya semakin banyak wisatawan
yang merasa puas akan pelayanan hotel tersebut. Tetapi jika melihat hasil penelitian ini yang
menujukkan koefisien yang negatif kemungkinan hal yang terjadi adalah jumlah hotel yang
berkembang tidak sebanding dengan jumlah wisatawan yang masuk. Jika tidak ada wisatawan yang
masuk tetapi hotel terus beroperasi setiap harinya bukan hal ini dapat menyebabkan hotel akan
mengalami penurunan pendapatan dan berakibat pada pengurangan jumlah tenaga kerja mereka agar
tidak ada biaya upah yang dikeluarkan lagi akibat kerugian yang dialami.
Masalah diatas dapat dikaitkan dengan rata-rata pertumbuhan industri penunjang pariwisata
yang cukup tinggi yaitu hotel dan restoran sebesar 20.36% sedangkan jika dilihat jumlah wisatawan
yang datang hanya mencapai 4,82% dan penyerapan tenaga kerja rata-rata hanya mencapai 0,66%.
Permasalahan tersebut menujukkan industri perhotelan dan restoran sebagai salah satu sektor yang
dominan dalam pertumbuhan pariwisata bukan tidak mungkin pada periode selanjutnya akan
mengalami titik penurunan. Hal ini terjadi karena angka jumlah wisatawan yang datang tidak
sebanding dengan pertumbuhan industri tersebut. Terlebih lagi angka tenaga kerja yang teserap
pertumbuhannya hanya mencapai 0,66%. Pariwisata sebagai sektor basis dapat mengalami titik
kejenuhan karena pencapaian yang kurang maksimal dari daerah-daerah objek pariwisata dengan
asumsi pertumbuhan yang sama pada periode sebelumnya. Hal ini juga didukung dengan hasil
penelitian ini yang menunjukkan bahwa jumlah kamar hotel berdampak negatif terhadap penyerapan
tenaga kerja. Artinya setiap penambahan jumlah hotel dapat mengurangi penyerapan tenaga kerja.
Jika seluruh stakeholder tidak concern dengan permasalahan ini dan hanya fokus membangun
pariwisata tanpa adanya inovasi dan pengembangan yang optimal wisatawan bisa jadi mengalami
kejenuhan dalam berwisata di Jawa Timur ini dan dampaknya angka penyerapan tenaga kerja yang
terserap tidak akan bertambah setiap tahunnya dimana hal ini bertolak belakang dengan pernyataan
bahwa sektor pariwisata sektor yang sangat potensial dalam menyerap tenaga kerja.
Pengaruh Antara Jumlah Restoran Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Dari hasil estimasi, dapat diketahui bahwa variabel Jumlah Restoran berdampak signifikan dan
positif terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Dengan tingkat signifikansi sebesar
8
0.000 yang dimana nilai ini lebih kecil dari α (0,05), dan koefisien sebesar 0.537. Nilai ini
menunjukkan bahwa setiap pertambahan jumlah restoran sebesar 1 persen maka akan meningkatkan
penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata keempat daerah di Provinsi Jawa Timur sebesar 0.537
persen.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Murray et al., 2017) yang
menyatakan jumlah permintaan terhadap akomodasi restoran dan hotel berpengaruh terhadap
penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Penelitian tersebut membahas bahwa sektor pariwisata
di Kanada memiliki permintaan yang sangat tinggi, sehingga industri yang berbasis sektor jasa
pelayanan terus berkembang mengikuti permintaan pariwisata tersebut. Menjamahnya industri
restoran dan hotel meningkatkan lapangan pekerjaan secara signifikan, selain itu pengembangan
sumber daya manusia sangat dikedepankan oleh pihak-pihak terkait agar menjaga kualitas output
yang dihasilkan dari sektor tersebut.
Selain itu hasil penelitian ini juga sejalan dengan (Astina, Hamzah dan Nasir, 2013) bahwa
jumlah usaha industri pariwisata restoran dan perhotelan berpangaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja. Kondisi disana menunjukkan bahwa Provinsi Aceh terus mengalami
perkembangan di sektor pariwisata, ditandai dengan perkembangan industri restoran dan hotel yang
terus bertambah. Adanya hal tersebut lapangan pekerjaan yang terserap akan lebih banyak, karena
kualitas dari pelayanan selalu diutamakan oleh mereka.
Sektor usaha restoran ini mengalami peningkatan setiap tahunnya di empat daerah di
Provinsi Jawa Timur. Sektor ini terus berjalan mengikuti permintaan wisata yang tinggi di Jawa
Timur, dari mulai restoran kaki lima hingga bintang lima terlah menjamur menjadi industri yang
menjanjikan. Hal ini tentu membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat di Jawa Timur,
khususnya di daerah wisata. Seperti yang diketahui objek wisata di Jawa Timur terus meningkat dan
hal ini menjadi efek multiplier untuk membuka usaha-usaha penunjang seperti restoran dan hotel.
Wisatawan yang berkunjung tidak mungkin tidak memenuhi kebutuhan makanannya, maka dari itu
usaha ini sangat menjanjikan mengingat usaha restoran membutuhkan banyak tenaga kerja dari
mulai koki, petugas cuci piring, hingga kasir. Hal ini ditunjang dengan banyaknya makanan khas
Jawa Timur yang selalu dicari-cari oleh wisatawan saat berkunjung.
Pengaruh Antara Jumlah Wisatawan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Dari hasil estimasi, dapat diketahui bahwa variabel Jumlah Wisatawan berdampak signifikan dan
negatif terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Dengan tingkat signifikansi sebesar
0.002 yang dimana nilai ini lebih kecil dari α (0,05), dan koefisien sebesar 0.748. Nilai ini
menunjukkan bahwa setiap pertambahan jumlah kamar hotel sebesar 1 persen maka penyerapan
tenaga kerja sektor pariwisata keempat daerah di Provinsi Jawa Timur akan mengalami penurunan
sebesar 0.748 persen.
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan (Maria, 2016) bahwa jumlah wisatawan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata di Provinsi
Kalimantan Timur. Hasil pembahasan dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa jumlah wisata
yang data tidak menunjukkan keuntungan ekonomi khususnya bagi penyerapan tenaga kerja hal ini
dikarenakan wisatawan yang hadir tidak menunjukkan tren yang positif di Kalimantan Timur,
sebaliknya mereka menunjukkan tren yang negatif. Artinya pengembangan pariwisata di Kalimantan
Timur tidak berjalan dengan maksimal, tidak adanya regulasi kebijakan yang baik adalah salah satu
faktor terjadinya hal tersebut, sehingga pariwisata yang dikatakan dapat membawa keuntungan
ekonomi yang besar tidak terjadi disana.
Tetapi hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pavlic, Tolic dan
Svikolos, 2012) dan (Manente, 2000) yang membuktikan bahwa kedatangan wisatawan dapat
menyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Pembahasan dari hasil penelitian tersebut bahwa
kedatangan pariwisata membawa dampak ekonomi yang besar di negara Kroasia. Hal ini
ditunjukkan dengan hubungan secara langsung dan tidak langsung yang dirasakan, dampak secara
langsung seperti penambahan devisa negara dan penpatan masyarakat sekitar. Secara tidak langsung
hal ini dirasakan dari penambahan lapangan kerja dan pertumbuhan produk domestik bruto di sektor
pariwisata. Hal ini menjadi sebuah peluang bagi negara mereka untuk terus mengembangkan kualitas
9
sumber daya manusianya terlebih lagi rata-rata pekerja pariwisata di negara mereka berusia dibawah
25 tahun, sehingga tenaga kerja muda ini dapat dikembangkan potensinya.
Adapun kemungkinan penyebab negatif dari jumlah wisatawan terhadap penyerapan tenaga
kerja sektor di empat daerah yang diteliti ini dikarenakan pengembangan objek wisata lebih
difokuskan kepada wisata yang bersifat padat modal. Objek wisata tersebut seperti contoh Jatim Park
1 dan 2, Museum Angkut, Batu Night Spectaculer, Predator Fun Park yang berada di Batu. Taman
Safari Indonesia II, Saygon Waterpark, yang berada di Pasuruan. Sengkaling, yang berada di
Kabupaten Malang.
Pengaruh Antara PDRB Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Dari hasil estimasi, dapat diketahui bahwa PDRB berdampak signifikan dan positif terhadap
penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 yang dimana
nilai ini lebih kecil dari α (0,05), dan koefisien sebesar 0.856. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap
pertambahan jumlah restoran sebesar 1 persen maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja
sektor pariwisata keempat daerah di Provinsi Jawa Timur sebesar 0.856 persen.
Jika dilihat dari hasil tersebut penelitian ini sejalan dengan (Dimas dan Woyanti, 2009),
yang menyatakan bahwa variabel PDRB berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja
di DKI Jakarta. Hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi
di DKI Jakarta tidak mencerminkan pada penyerapan tenaga kerja yang maksimal disana. Kondisi
penyerapan tenaga kerja disana juga masih terbatas terutama pada sektor formal dengan
kualifikasinya yang tinggi. Jika dilihat dari PDRB yang tinggi maka tentu dampak yang dihasilkan
bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Seperti yang dapat diketahui konsep dari PDRB itu sendiri adalah nilai tambah yang dihasilkan
seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, yang hasil tersebut merupakan nilai barang dan jasa akhir
dari sebuah sektor di dalam perekonomian. Hubungan dari penelitian ini bahwa PDRB di sektor
pariwisata di keempat daerah ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga mencapai
angka pertumbuhan rata-rata sebesar 7,68%. Dalam kaitannya dengan fungsi produksi kenaikkan
output akan meningkat bila terdapat peningkatan tenaga kerja di dalamnya. Saat ini permintaan di
sektor pariwisata terus berkembang diiringi dengan pertumbuhan jumlah industri pariwisata,
sehingga berakibat penyerapan tenaga kerja.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata keempat
daerah di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2016 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Koefisien multiplier tenaga kerja dan perubahan total tenaga kerja membuktikan
bahwa pariwisata adalah sektor basis yang dapat menyerap tenaga kerja di keempat
daerah di Jawa Timur. Jika pariwisata tidak dikembangkan dengan melihat
permasalahan yang ada maka multiplier pada tenaga kerja sektor pariwisata akan
mengalami penurunan di periode selanjutnya.
2. Variabel jumlah hotel dan jumlah wisatawan berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata empat daerah di Provinsi Jawa
Timur. Sedangkan variabel jumlah restoran dan PDRB wisatawan berpengaruh
signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata empat daerah
di Provinsi Jawa Timur.
Saran
Mengacu pada kesimpulan penelitian diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang
diharpakan bermanfaat bagi pemangku kebijakan, maupun pihak-pihak terkait. Adapun saran yang
diberikan adalah:
10
1. Melihat potensi pariwisata yang tinggi di empat daerah yang diteliti, hal ini dapat
menjadi acuan bagi pihak pemprov, pemkot, pemkab, dinas pariwisata maupun
pihakpihak terkait agar terus memaksimalkan pengembangan sektor pariwisata.
Pasalnya sektor ini mampu menyerap tenaga kerja di level nasional maupun regional.
2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk memperluas objek penelitian ke
daerahdaerah lain yang potensi pariwisatanya terus berkembang khususnya di Provinsi
Jawa Timur.
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mengembangkan penelitian ini dengan
menambahkan faktor-faktor lain dalam penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata
seperti jumlah objek wisata, tingkat hunian hotel, hingga pendapatan tenaga kerjanya
itu sendiri.
4. Untuk pihak-pihak atau instansi yang berwenang dalam mempublikasikan data,
diharapkan untuk lebih melengkapi data di sektor kepariwisataan agar penelitian
selanjutnya data yang didapat bisa lebih mudah dan akurat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga
panduan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih secara khusus kami sampaikan kepada Asosiasi
Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
Astina, C., Hamzah, A. dan Nasir, M. 2013. ‘Pengaruh Pariwisata Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja di Provinsi Aceh’, 1(4), pp. 14–24.
Badan Pusat Statistik. 2017. Perkembangan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Okotober 2017,
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Bellante, Don. dan Mark Jackson. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Dimas dan Woyanti, N. 2009. ‘Penyerapan Tenaga Kerja di DKI Jakarta’, Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE), 16(1), pp. 32–41.
Glasson, J. 1974. An Introduction to Regional Planning. London: Hutchinson & Co.
Kuncoro, H. 2002. ‘Upah Sistem Bagi Hasil Dan Penyerapan Tenaga Kerja’, JEP (Jurnal Ekonomi
Pembangunan), 7(1), pp. 45–56.
Manente, M. 2000. ‘Tourism Consumption and Interregional Economic Impacts in Italy’,
International Journal of Contemporary Hospitality Management, 12(7), pp. 417–423.
Maria, S. 2016. ‘Dampak Sektor Pariwisata Terhadap Kesempatan Kerja Pariwisata di Provinsi
Kalimantan Timur’, pp. 632–641.
Mbaiwa, Joseph. E. 2011. ‘Hotel Companies, Poverty and Sustainable Tourism in The Okavanga
Delta, Botswana’, World Journal of Entrepreneurship, Management and Sustainable
Development, 7(1).
Murray, W. C. et al. 2017. ‘Human Resource Challenges in Canada’s Hospitality and Tourism
Industry: Finding Innovative Solutions’, Worldwide Hospitality and Tourism Themes, 9(4),
pp. 391–401.
Pavlic, I., Tolic, M. S. dan Svikolos, T. 2012. ‘Impact of Tourism on the Employment in Croatia’,
Recent Advances in Buseiness Management and Marketing, pp. 219–224.
Spillane, James. J. 1987. Ekonomi Pariwisata : Sejarah dah Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius.
Subri, M. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Prespektif Pembangunan. Jakarta: PT.
Grafindo Perasa.
Suwantoro, G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.