1
ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIKREGIONAL BRUTO (PDRB) TERHADAP KEMISKINAN
DI KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
SULAIMANNIM : 07C20101140
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH, ACEH BARAT
2013
2
ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIKREGIONAL BRUTO (PDRB) TERHADAP KEMISKINAN
DI KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
SULAIMANNIM : 07C20101140
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar Meulaboh
‘
PROGRAM EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH, ACEH BARAT
2013
3
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi dengan judul:
ANALISIS PENGARUH INVESTASI TERHADAP TINGKATPENGANGGURAN DI KABUPATEN ACEH BARAT
Yang disusun oleh :
Nama : SULAIMAN
NIM : 07C20101140
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Ekonomi Pembangunan (EKP)
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 20 Juni 2013 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Abd.Jamal, SE. M. Si( Ketua Penguji) …………………….
2. Zulbaidi ,MM( Penguji Anggota I) …………………….
3. Jufri, SE(Penguji Anggota II) …………………….
4. Lilis Marlina, SE( Penguji Anggota III) …………………….
Alue Peunyareng,20 Juni 2013
Ketua Program Studi
Ekonomi dan Pembangunan
Yayuk EW, SE. M.Si
4
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi/tugas akhir : ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIKREGIONAL BRUTO (PDRB) TERHADAPKEMISKINAN DI KABUPATEN NAGANRAYA
Nama Mahasiswa : SULAIMAN
NIM : 07C20101140
Program Studi : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
Jufri, SE Lilis Marlina, SE
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Zulbaidi, MM Yayuk EW,SE,M.Si
Tanggal Lulus: 20 Juni 2012
5
ABSTRAK
Sulaiman. Analisis pengaruh produk domestik bruto (PDRB) terhadapkemiskinan di Kabupaten Nagan Raya. Dibawah bimbingan Jufri dan LilisMarlina.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untukmengetahui pengaruh produk domestic regional bruto (PDRB) terhadapkemiskinan di Kabupaten Nagan Raya. Data yang dikumpulkan dalam penelitianini adalah data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait seperti Badan PusatStatistik (BPS), dan instansi – instansi Pemerintah, serta dari berbagai sumber danliterature lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
Kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya tahun 2002 – 2011 rata – ratamengalami penurunan sebesar 10.5180 %. Dan rata – rata perkembangan PDRBKabupaten Nagan Raya dari tahun 2002 – 2011 sebesar 15.6420 %. Persamaanregresi diperoleh Ln Y = 40.298 – 1.904 Ln X + e. Konstanta sebesar 40.298yaitu menyatakan apabila variabel PDRB sama dengan nol maka jumlahkemiskinan sebesar 40.298 jiwa. Koefisien determinasi (R2) 0.578 menunjukkanbahwa variabel PDRB berpengaruh terhadap jumlah kemiskinan di KabupatenNagan Raya sebesar 57.8 %, sedangkan sisanya 42.2 % dipengaruhi oleh variabellainnya diluar model penelitian ini. Koefisien korelasi (R) sebesar 0.760memberikan pengertian bahwa 76 % jumlah kemiskinan di Kabupaten NaganRaya berhubungan dengan PDRB.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankankepada Pemerintah Kabupaten Nagan Raya supaya dapat meningkatkan PDRB,peningkatan PDRB dapat mengurangi kemiskinan. Salah satu upaya yang dapatdilakukan untuk meningkatkan PDRB adalah dengan cara menciptakan danmenggunakan sumber – sumber PDRB dengan baik, misalnya di sektor pertaniandapat dilakukan upaya perluasan area usaha tani, meningkatkan sarana danprasarana produksi pertanian, dan memberikan motivasi kepada para petani. Halini ditemukan sektor unggulan di Kabupaten Nagan Raya masih didominasi olehsektor pertanian. Bagi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenaipengaruh PDRB terhadap kemiskinan dapat menggunakan objek yang lain,tidak hanya di Kabupaten Nagan Raya tetapi juga di Kabupaten yanglainnya di Provinsi Aceh.
Kata Kunci : Kemiskinan dan Produk Domestik Regional Bruto
6
Sesungguhnya keberanian terbesar adalah kesabaran, Sumbangan terbesar adalah berpartisipasi,Modal terbesar adalah kemandirian, Misteri terbesar adalah kematian, Guru terbaik dalam
kehidupan adalah pengalaman, Karunia terbesar adalah anak yang soleha
(Ali Bin Abi Thalib)
“ Allah meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat dan AllahMaha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(QS Al-Mujadilah : 11)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu maka akan datangkemudahanApabila kamu telah selesai dengan suatu urusan maka kerjakanlahDengan sungguh-sungguh suatu urusan yang lain,Dan hanya kepadanya kamu berharap”.
(QS Alam Nasrah : 6-8)
Ya Allah…..
Bagaimana aku memulai untuk mengungkapkan betapa syukur pada Mu telah kudapatkansetetes ilmu di antara maha luasnya samudera ilmu, dan dengan hidayahMulah serta orang-orang yang ku sayangi telah membuat aku terus maju dan berjuang demi hari depanku.
Ayahanda dan Ibunda…..Hari ini ananda muliakan untuk mu, bermuka dari belaian kasih dan pengorbanan mu ananda lahirmenjadi besar dan dewasa.
Ya Allah…..
Tiada kebahagiaan yang dapat melebihi selain menatap senyum yang terpancardari wajah kedua orang tua, Tak kan ku sia-siakan setitik keluh dan pengorbananmereka yang menyertai langkah ku dengan do’a dan air mata. Terima kasihAyahanda terima kasih ibunda yang dengan kelembutan memberiku arti kekuatan,kesabaran dan ketabahan menghadapi kenyataan hidup.
Alhamdulillah….
Dengan mengharapkan Ridha Allah SWT dan ketulusan hati ku persembahkan karya inikehadapan yang mulia Almahum Ayahanda M. Shaleh dan Ibunda Nursiah serta kakakdan adik – adik tercinta terima kasih atas segala do’a dan restunya.
Thank’s teman-temanku yang tidak bisa ku sebut satu persatu. Terima kasih atas segala do’a danbantuannya.
SULAIMAN
7
RIWAYAT HIDUP
Nama : SULAIMAN
Jenis Kelamin : laki-laki
Tempat/ Tanggal Lahir : Blang Puuk Nigan/ 01 November 1989
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Alamat : Blang Puuk Nigan Kec Seunagan Kab Nagan
Raya
Pendidikan Formal :
Sekolah Dasar (1995-2001) :SDN Blang Puuk Nigan Kec Seunagan
SLTP (2001-2004) : MTsN 1 Jeuram Kec Seunagan Kab Nagan Raya
SLTA (2004-2007) : SMU Darul Falah Jeuram, Kab Nagan Raya
8
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadiran ALLAH swt atas
limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya ”. Penulisan
skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan program sarjana S1
Universitas Teuku Umar.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan proposal skipsi ini banyak
mengalami hambatan, namun berkat doa, bimbingan serta arahan, dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak serta informasi, baik moral maupun materi yang
ternilai harganya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal
skripsi ini. Untuk itu secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Jufri, SE selaku dosen pembimbing I dan ibu Lilis Marlina, SE.
AK selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, motivasi, masukan-masukan dan saran yang
sangat berguna bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Yayuk, EW. SE. Msi selaku Ketua Program Studi Ekonomi
pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar.
9
3. Bapak Zulbaidi MM Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Teuku
Umar.
4. Ibu tersayang dan ayah tercinta, atas curahan kasih sayang, untaian doa
dan motivasi yang tiada henti dan sangat besar yang tak ternilai harganya
bagiku, terima kasih yang telah engkau berikan, anakmu ini tidak akan
mengecewakanmu.
5. Bapak Muzakir,MM selaku dosen wali yang banyak memberi bimbingan,
pengarahan dan motivasi selama penulis menjalani study di Fakultas
Ekonomi.
6. Seluruh Dosen dan Staf pengajar Fakultas Ekonomi yang telah memberi
ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Teman-teman seperjuangan yang tak pernah jenuh dan bosan-bosannya
mengarahkan, mengajari dan menemani di bangku kuliah.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kelemahan, Oleh karena itu, penulis tak lupa
mengharapkan saran dan kritikan atas skipsi ini.
Meulaboh, 03 April 2012
Penulis
SULAIMAN
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN TUJUAN......................................................................................... ii
ABSTRAK........................................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. v
MOTTO/PERUNTUKAN.................................................................................... vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………............. vii
DAFTAR ISI…………………………………………………............................ vii
DAFTAR TABEL................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xi
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………...................................... 11.2. Rumusan Masalah…………….......................................................... 71.3. Tujuan Penelitian…………………………………………...........…. 71.4. Manfaat Peneliti................................................................................. 7
1.4.1. Manfaat Teoritis…………………………………..................... 71.4.2. Manfaat Praktis……………………………………….............. 8
1.5. Sistematika Pembahasan………………………................................ 8
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kemiskinan ……………………………………......... 102.1.1. Ukuran Kemiskinan……………………………………........ 162.1.2. Sebab-sebab Kemiskinan………………………………........ 182.1.3. Pertumbuhan Ekonomi………………………....................... 212.1.4. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi…………………………....... 242.1.5. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kemiskinan......... 26
2.2. Pengertian PDRB Dan Ruang Lingkup Dari 9 Sektor …………... 262.2.1. Metode Penghitungan Regional…………………………….. 32
2.3. Penelitian Terdahulu……………………………………………… 362.4. Perumusan Hipotesis……………………………………………... 37
11
III METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel……………………………………………... 383.2. Data Penelitian…………………………………………………… 38
3.2.1 Jenis dan Sumber Data……………………………………… 383.2.2. Teknik Pengumpulan Data……………………………….... 38
3.3. Model Analisis Data…………………………………………….. 393.4 Definisi Operasional Variabel…………………………………… 423.5 Pengujian Hipotesis……………………………………………… 43
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya.... 434.2 Perkembangan PDRB di Kabupaten Nagan Raya........................... 444.3 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian........................................... 454.4Hasil Penelitian................................................................................. 45
4.4.1 Analisis Koefesien Korelasi dan Koefesiensi Determinasi....... 454.4.2 Uji Regresi Linear Sederhana dan Uji Signifikan Parsial.......... 47
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan dan Saran......................................................................... 495.2 Saran-saran...................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...... 52
LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................. 54
12
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) KabupatenNagan Raya tahun 2002-2011………………………………………… 2
2. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Nagan Raya tahun 2002-2011…. 5
3. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Nagan Raya tahun 2002-2011….. 44
4. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) KabupatenNagan Raya tahun 2002-2011………………………………………… 45
5. Statistic Deskriptif Variabel Penelitian………………………………... 46
6. Hasil Koefesien Korelasi dan Determinasi……………………………. 47
7. Uji Signifikan Parsial atau Uji t……………………………………….. 48
13
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan merupakan suatu upaya dalam mengantisipasi ketidak
seimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif. Artinya, perubahan yang
terjadi berimbas pada perubahan pada sistem sosial yang kemudian akan
membawa sistem yang ada menjauhi keseimbangan semula. Perencanaan
memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembangunan.
Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat
nasional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di tingkat daerah.
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah untuk menjadi
masyarakat adil dan makmur. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai
kegiatan pembangunan telah diarahkan kepada pembangunan daerah
khususnya daerah yang masih tertinggal. Pembangunan daerah dilakukan secara
terpadu dan berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing
daerah yang diselaraskan dengan pembangunan nasional yang telah
ditetapkan melalui pembangunan jangka panjang dan jangka pendek.
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan
pembangunan dan merupakan syarat keharusan (necessary condition) bagi
pengurangan tingkat kemiskinan. Adapun syarat kecukupan ialah bahwa
pertumbuhan ekonomi tersebut efektif dalam mengurangi tingkat
kemiskinan. Artinya, pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar disetiap
golongan pendapatan, termasuk di golongan penduduk miskin. Secara
14
langsung, hal ini berarti pertumbuhan itu perlu dipastikan terjadi disektor-
sektor dimana penduduk miskin berkerja yaitu sektor pertanian atau sektor
yang padat karya. Adapun secara tidak langsung, diperlukan pemerintah
yang cukup efektif mendistribusikan memanfaatkan pertumbuhan yang
mungkin didapatkan dari sektor modern seperti jasa padat modal.
Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi daerah dilihat dari Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PBRB)
Kabupaten Nagan Raya memberikan gambaran kinerja pembangunan
ekonami dari waktu kewaktu, Sehingga arah perekonomian daerah akan
lebih jelas. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
konstan digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan dari tahun ketahun.
Tabel 1Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2002-2011NO Tahun PDRB ADHK
Perkapita(Jutaan Rupiah)Pertumbuhan (%)
12345678910
2002200320042005200620072008200920102011
4.934.0905.052.8535.652.3366.358.6876.468.9866.659.2636.735.6086.803.2286.929.9727.012.027
1,972,4111,8612,501,732,941,151,001,8611.84
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Nagan Raya (2012)
Disisi lain tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja
perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan
yang layak bagi seluruh rakyat yang pada gilirannya akan mewujutkan
15
kesejahtraan penduduk indonesia. Salah satu sasaran pembangunan nasional
adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu
penyakit dalam ekonami, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak di
kurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang
kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan
kemiskinan harus dilakukan secara konprehensif, mencakup berbagai aspek
kehidupan masyarakat, dan dilakukan secara terpadu (M. Nasir, 2008).
Usaha pemerintah dalam penanggulangan masalah kemiskinan
sangatlah serius, bahkan merupakan salah satu program prioritas, termasuk
bagi pemerintah Kabupaten Nagan Raya. Upaya penanggulangan kemiskinan
bisanya dilaksanakan melalui lima pilar yang disebut “Grand Strategy”.
Pertama, perluasan kesempatan kerja, ditunjukkan untuk menciptakan kondisi
dan lingkungan ekonomi, politik, dan sosial yang memungkinkan masyarakat
miskin dapat memperoleh kesempatan dalam pemenuhan hak-hak dasar dan
peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan. kedua, pemberdayaan
masyarakat, dilakukan untuk mempercepat kelembagaan sosial, politik,
ekonomi, dan budaya masyarakat dan memperluas partisipasi masyarakat
miskin dalam pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin
kehormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar. Ketiga, peningkatan
kapasitas, dilakukan untuk pengembangan kemampuan dasar dan kemampuan
dan berusaha masyarakat miskin agar dapat memanfaatkan perkembangan
lingkungan. Keempat, perlindungan sosial, dilakukan untuk memberi
perlindungan dan rasa aman bagi kelompok rentan dan masyarakat miskin
baik laki-laki maupun perempuan yang disebabkan antara lain oleh bencana
16
alam, dampak negatif krisis ekonomi dan konflik sosial. Kelima, kemitraan
regional, dilakukan untuk pengembangan dan menata ulang hubungan dan
kerja sama lokal, regional, nasional, dan internasional guna mendukung
pelaksanaan keempat strategi diatas (Adit Agus Prastyo, 2010).
Pemerintah baik pusat maupun daerah telah berupaya dalam
melaksanakan berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan
kemiskinan namun masih jauh dari induk permasalahan. Kebijakan dan
program yang dilaksanakan belum menampakkan hasil yang obtimal. Masih
terjadi kesenjangan antara rencana dengan pencapaian tujuan karena
kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang terpadu,
terintegrasi dan sinergis sehingga dapat menyelesaikan masalah secara
tuntas.
Proses pembangunan memerlukan pendapatan nasional yang tinggi dan
pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dibanyak negara syarat utama bagi
terciptanya penurunan kemiskinan yang tetap adalah pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan tapi
biasanya pertumbuhan ekonomi merupakan suatu yang dibutuhkan, walaupun
begitu pertumbuhan ekonomi yang baguspun menjadi tidak akan berarti bagi
penurunan masyarakat miskin jika tidak diiringi dengan pemerataan pendapatan.
Permasalahan stategis di Pemerintah Kabupaten Nagan Raya tidak
jauh berbeda dengan di pemerintah pusat (Poblem Nasional). Oleh karena
itu, kemiskinan menjadi tanggung jawab bersama, terutama pemerintah
sebagai penyangga proses perbaikan kehidupan masyarakat dalam sebuah
17
pemerintahan, untuk segera mencari jalan keluar dengan merumuskan
langkah-langkah yang sistematis dan stategis sebagai upaya pengentasan
kemiskinan.
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Nagan Raya menunjukkan adanya
penurunan setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Nagan Raya Tahun 2002-2011
( Hasil Susenas )Tahun Jumlah penduduk miskin
(ribuan jiwa)Persentase
(%)
2002200320042005200620072008200920102011
52,21049,06047,50045,80043,70040,02033,21030’86024,07020,200
--6.03-3.17-3.57-4.58-8.42-6.81-7.07-22.00-16.07
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Nagan Raya (2012)
Penyebab terjadinya penurunan tingkat kemiskinan adalah disebabnya
sudah meratanya hasil dari usaha pemerintah dalam mengatasi masalah
kemiskinan seperti lapangan kerja, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya.
Dengan banyak nya lapangan kerja yang menerima masyarakat baik dipihak
pemerintah maupun swasta dan banyak nya masyarakat yang mau bekerja
minimal akan mengurangi tingkat kemiskinan. Hasil dari upaya penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya memperlihat pengaruh yang positif, hal ini
terlihat dari tingkat kemiskinan yang mengalami pola yang menurun. Tabel 2
menunjukkan kecendrungan penurunan tingkat kemiskinan di Kabupaten Nagan
18
Raya dari tahun ketahun. Demikian juga pertumbuhan ekonomi dari tahun
ketahun mengalami peningkatan serta dapat mengurangi tingkat kemiskinan,
artinya pertumbuhan ekonomi tersebut menyebar disetiap golongan pendapatan
termasuk digolongan penduduk miskin, hal ini pertumbuhan ekonomi terjadi
disektor dimana penduduk miskin bekerja yaitu sektor pertanian atau sektor yang
padat karya.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis sangat tertarik
melakukan penelitian yang dituangkan dalam karya ilmiah ini yang judul :
“Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap
Kemiskinan Di Kabupaten Nagan Raya”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Bagaimana Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) terhadap Kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka tujuan
yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di Kabupaten Nagan
Raya.
1.4 Manfaat penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, manfaat yang akan diperoleh
dengan diadakannya penelitian ini yaitu:
19
1.4.1 Manfaat Tioritis
Adapun manfaat tioritis yaitu sebagai berikut :
a. Bagi Penulis
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat menerabkan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan ekonomi pembangunan baik
yang di peroleh di bangku kuliah, di lapangan dan menambah wawasan
bagi penulis serta dapat mengetahui hasil dari penelitian. Manfaat khusus
bagi ilmu pengetahuan yakni dapat melengkapi kajian mengenai Analisis
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan dengan
mengungkap secara empiris yang mempengaruhinya.
b. Lingkungan Akademik
Bagi lingkungan Akademik, penelitian ini diharapkan mampu
memberi informasi yang berguna didalam memahami Analisis Produk
domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan sehingga dapat
diketahui faktor-faktor yang perlu dipacu untuk mengatasi masalah
kemiskinan dan Dapat menjadi masukan bagi pengembang ilmu
pengetahuan dan dapat dijadikan bahan pembanding bagi pembaca yang
tertarik untuk meneliti lebih lanjut.
1.4.2 Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini khususnya bagi pemerintah daerah
atau bagi pihak lain yaitu sebagai informasi dan arahan yang baik,
sehingga akan mendapat gambaran yang secara global dari pemerintah
daerah dan pihak lain yang berkaitan. Dengan ada nya penelitian ini, maka
kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh yang di timbulkan oleh
20
tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di
Kabupaten Nagan Raya.
1.5 Sistematika Pembahasan
Ada pun sistematika pembahasan dalam penelitian ini disusun sebagai
berikut :
Bagian Pertama merupakan Pendahuluan yang menguraikan tentang
sub yang meliputi dan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
penelitian, Manfaat Penelitian,Manfaat tioritis dan Manfaat praktis, serta
sisematika penulis.
Bagian Kedua yaitu tinjauan pustaka yang berisi tentang
Menguraikan landasan Pengertian kemiskinan, Ukuran Kemiskinan, Sebab-
sebab Kemiskinan ,Pertumbuhan ekonomi, Ukuran Pertumbuhan Ekonomi,
Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kemiskinan, pengertian Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), Metode Penghitungan Regional, Penelitian
terdahulu, Kerangka Pemikiran Teoritis, dan Perumusan Hipotesis Penelitian.
Bagian Ketiga Metodelogi Penelitian terdiri populasi dan sampel,
Data penelitian yang terdiri dan sumber data. serta pengumpulan data,
Model Analisis Data, Definisi operosional Variabel dan Pengujian Hipotesis.
Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari statistic deskriptif
variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
Bagian kelima Simpulan dan Saran menguraikan kesimpulan dan
keterbatasan dari penelitian dan saran – saran.
21
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang
biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air
minum, hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan juga
kadang berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang
mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapat kehormatan yang layak
sebagai warga nagara. Kemiskinan merupakan masalah global, sebagian
orang memahami istilah ini secara subjektif dan komperatif, sementara yang
lain melihatnya dari segi moral dan evaluatif dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah “Negara
Berkembang” biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang
miskin.(http://Wikipedia. Com)
Kemiskinan merupakan masalah pembangunan di berbagai bidang yang
di hadapi wilayah-wilayah baik yang sudah maju maupun yang kurang maju,
yang ditandai oleh pengangguran, keterbelakangan dan keterburukan. Masyarakat
miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan keterbatasan aksesnya
kepada prasajana, modal dan kegiatan sosial ekonomi lainnya, sehingga tertinggal
jauh dari masyarakat lain yang mempunyai potensi lebih tinggi. (Adisasmita
2005, h.191).
22
Kemiskinan Kronis disebabkan oleh:
1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan
pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
Kemskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-
barang dan pelayanan dasar
2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan
sosial,ketergantungan dan ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat.hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan
sosial biasanya di bedakan dari kemiskinan. Karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral dan tidak dibatasi bidang-bidang
ekonomi.
3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai,
maknanya “memadai” disini sangat berbeda-beda melintasi bagian-
bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Menurut Adisasmita (2005, h.196) Bank dunia menggunakan tiga
strategi dalam mengetaskan kemiskinan yaitu:
1. Menciptakan pertumbuhan ekonomi dengan mengintroduksikan sistem
insentif yang dapat mendorong penggunaan sumber daya alam yang ada,
termasuk tenaga kerja dari penduduk miskin.
2. Upaya yang lebih intensif untuk menyediakan pelayanan sosial, seperti
pendidikan, kesehatan, nutrisi keluarga berencana.
23
3. Bantuan khusus bagi mereka yang tidak dapat meningkatkan dirinya sendiri
seperti penyandang cacat miskin, golongan lansia, atau lanjut usia
(kemiskinan struktural).
Berbagai tindakan di perlakukan di beberapa bidang untuk menangani
empat butir penting dalam pengentasan kemiskinan yaitu :
a. Mengurangi kemiskinan dari segi pendapatan melalui pertumbuhan.
b. Memperkuat kemampuan sumber daya manusia (SDM).
c. Mengurangi tingkat kerentanan dan resiko diantara rumah tangga
miskin.
d. Memperkuat kerangka kelembagaan untuk melakukannya dan membuat
kebijakan publik lebih memihak kepada mayarakat miskin.
Mengingat keempat butir tersebut diatas ,maka ada delapan tindakan
yang merupakan prioritas untuk dilakukan yaitu :
1. Lakukan investasi di bidang pendidikan dengan fokus kepada perbaikan
akses dan keterjangkauan sekolah menengah serta pelatihan ketranpilan
bagi masyarakat miskin, sambil terus meningkat kan mutu dan eviisien
sekolah dasar.
2. Lakukan investasi di bidang kesehatan dengan fokus kepada perbaikan
mutu layanan kesehatan dasar (oleh pemerintah dan swasta ) dan ekses
yang lebih baik kelayanan kesehatan.
3. Suatu upaya khusus diperlukan untuk menangani angka kematian ibu
yang tinggi .
4. Perbaikan mutu air bagi masyarakat miskin dengan menggunakan
strategi perbedaan antara daerah perdesaan dengan perkotaan.
24
5. Penyuluhan terhadap pertanian melalui infestasi dibidang infrastruktur
dan membangun kembali riset dan penyuluhan.
6. Menggunakan kembali tanah gundul dan tanah tidak subur untuk
penggunaan yang produktif.
7. Membuat peraturan ketenaga kerjaan yang lebih fleksibel.
8. Memberi pinjaman modal bagi masyarakat miskin dan tingkat akses
usaha mikro dan kecil (UKM).
Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang
dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal yang lain, seperti
tingkat kesehatan dan pendidikan yang rendah, perlakuan tidak adil dalam
hukum, kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan
dalam menentukan jalan hidupnya sendiri. Menurut dalam Prastyo ( 2010,
h.35).
Ukuran kemiskinan yang umum digunakan yaitu: Adisamita (2005,
h.192)
a) Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang memilikai pendapatan
dibawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang
dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.
b) Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga
menyababkan ketimpangan pada pandapatan.
c) Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau
masyarakat yang disebabkan olaeh faktor budaya,seperti tidak mau
25
berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif
meskipun ada bantuan dari pihak luar.
d) Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya
akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial
budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan
kemiskinan, tetapi sering kali menyebabkan suburnya kemiskinan.
Menurut Nasikum dalam Prastyo (2010 h;36), beberapa sumber dan
proses penyebab terjadi kemiskinan, yaitu:
a) Policy induces processes, yaitu proses pemiskinan yang dilestarikan,
kebijakan anti kemiskinan, tetapi relitanya justru melestarikan.
b) Socio-economic dualis, negara bekas koloni mengalami kemiskinan karena
pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang
paling subur dikuasai petani skala besar dan berorien tasi ekspor.
c) Population growth, prespektif yang didasari oleh tiori Malthus, bahwa
pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan
seperti deret hitung.
d) Resaurces managemen and the environmen, adalah unsur managemen
sumberdaya alam dan lingkungan ,seperti manajemen pertanian yang asal
terbang akan menurunkan produktivitas.
e) Natural cycle and processes, kemiskinan terjadi karena silkus alam. Misanya
tinggal dilahan kritis, dimana lahan itu jika turun hujan akan terjadi banjir,
akan tetapi jika musim kemarau kekurangan air, sehingga tidak
memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.
26
f) The marginalization of woman, peminggiran kaum perempuan karena masih
dianggap sebagai golongan kelas dua, sehingga akses dan penghargaan hasil
kerja yang lebih rendah dari laki-laki.
g) Cultural and ethnic factor, bekerjanya faktor budaya dan etnik yang
memelihara kemiskinan. Misalnya pada pola konsumtif pada petani dan
nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat yang konsuntif saat upacara
adat atau keagamaan.
h) Exploatif inetrmediation, keberadaan penolong yang menjadi penodong,
seperti rentinir.
i) Inetrnal political fragmentation and civil stratfe, suatu kebijakan yang di
terapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat menjadi
penyebab kemiskinan.
j) Interbational processe, bekerjanya sistem internasional (kolonialisme dan
kapitalisme) membuat banyak negara menjadi miskin.
Untuk pengentasan kemiskinan secara kronis, strategi kebijakan yang
ditempuh adalah : Adisasmita (2005, h.195)
1. Strategi kebijakan untuk mengentaskan kemiskinan adalah menciptakan
ketentraman dan pemantapan kestabilan ekonomi, sosial, dan politik untuk
menjamin kelangsungan pelaksanaan upaya pengentasan kemiskinan.
2. Strategi kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dilakukan
mayoritas penduduk miskin (pro-poor growth) terutama melalui kegiatan
yang dapat membuka kesempatan kerja dan keselamatan usaha bagi
kelompok masyarakat miskin.
27
3. Strategi kebijakan keluarga berencana atau berkualitas (KB) diarahkan secara
efektif kepada penduduk yang berpenghasilan rendah dan keluarga miskin.
4. Strategi kebijakan pengentasan kemiskinan dilaksanakan secara bertahap,
terus menerus dan terpadu yang didasarkan pada kemandirian, yaitu
kemampuan penduduk miskin untuk menulong diri mereka sendiri melalui
perbaikan akses penduduk miskin kepada pelayanan kesehatan, pendidikan
dan pelatihan dasar.
5. Strategi kebijakan peningkatan kemampuan ekonomi penduduk miskin
diarahkan pada perbaikan akses kepada sumber daya, pembiayaan, teknologi,
pasar dan pelayanan dasar, serta pengembangan kelembagaan sosial ekonomi
masyarakat sesuai dengan aspirasi dan budaya masyarakat lokal.
2.1.1 Ukuran Kemiskinan
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), tingkat kemiskinan didasarkan
pada jumlah rupiah konsumsi berupa makanan yaitu 2100 kalori perorang perhari
(dari 52 jenis komoniti yang di anggap mewakili pola konsumsi penduduk yang
berada di lapisan bawah), dan konsumsi non makanan (dari 45 jenis komoditi
makanan sesuai kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antara wilayah
perdesaan dan perkotaan). Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk
semua umur, jenis kelamin, dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat badan,
serta perkiraan status fisiologis penduduk, ukuran ini sering disebut dengan garis
kemiskinan. Penduduk yang memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan
dikatakan dalam kondisi miskin.
28
Menurut Sayogyo, tingkat kemiskinan didasarkan tingkat rupiah
pengeluaran rumah tangga yang disetara dengan jumlah kilogram konsumsi beras
perorang pertahun dan di bagi wilayah pedesaan dan perkotaan. dalam Adit Agus
Prastyo ( 2010, h.38).
Daerah perdesaan:
a) Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 320 kg nilai tukar
beras per orang pertahun.
b) Miskin sekali, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 240 kg nilai
tukar beras perorang pertahun.
c) Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 180 kg nilai
tukar beras per orang per tahun.
Daerah perkotaan:
a) Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 480 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.
b) Miskin sekali, bila pengeluaran keluarga lebih keci dari pada 380 kg nilai
tukar beras per orang per tahun.
c) Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 270 kg nilai
tukar beras per orang per tahun.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengukur
kemiskinan berdasarkan dua kriteria yaitu :
a) Kriteria keluarga pra sarjana (Pra KS) yaitu keluarga yang tidak mempunyai
kemampuan untuk menjalankan perintah agama dengan baik, miniaml makan
29
dua hari sekali, membeli lebih dari satu stel pakaian per orang per tahun,
lantai rumah bersemen lebih dari 80% dan berobat kepuskesmas bila sakit.
b) Kriteria Keluarga Sejahtra 1 (KS 1) yaitu keluarga yang tidak
berkemampuan untuk melaksanakan perintah agama dengan baik, minimal
satu kali perminggu makan daging/telor/ikan, membeli pakaian satu stel
pertahun, rata-rata luas lantai rumah 8 meter persegi per orang keluarga,
tidak angota keluarga 10 sampai 60 tahun yang buta huruf, semua anak
berumur antara 5 sampai 15 tahun bersekolah, satu dari anggota keluarga
mempunyai penghasilan rutin atau tetap, dan tidak ada yang sakit selama tiga
bulan. Ukuran kemiskinan menurut Foster-Greer-Thorbecke dalam Todaro
(2004, h.24 ) :
=Dimana :
= 0,1,2
= aris kemiskinan
= rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk yang berada
dibawah garis kemiskinan ( = 1,2,3,,,, ), < . = jumlah penduduk
Jika :
=0, maka diperoleh Head Ccount Indek ( ₀), yaitu persentase
penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.
30
= 1, maka diperoleh Poverty Gap Ιndex (p₁), yaitu index
kedalaman kemiskinan, merupakan ukuran rata-rata kesenjangan
pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Semakin tinggi nilai indexs, semakin jauh rata-rata
pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
=2, maka diperoleh poverty Severity (p₂), yaitu indexs keparahan
kemiskinan, yang memberi gambaran mengenai penyebaran
pengeluaran antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks,
semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
2.1.2 Sebab-Sebab Kemiskinan
Sen dalam Ismawan (2003, h.102) mengatakan bahwa kemiskinan dan
keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Akibat keterbatasan dan
ketertinggalan akses maka manusia mempunyai keterbatasan (bahkan tidak ada)
pilihan untuk mengembangkan hidupnya, kecuali menjalankan apa terpaksa saat
ini yang dapat dilakukan ( bukan apa yang seharusnya dilakukan). Dengan
demikian manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibat
potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya menjadi terhambat.
Menurut Kuncoro (2000, h.107) penyebab kemiskinan adalah:
1. Secara mikro kemiskinan minimal karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribisi pendapatan yang
timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah
terbatas dan kualitasnya rendah.
31
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia.
Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah,
yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya ini
karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya
diskriminasi, atau karena keturunan.
3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
Ketiga kemiskinan ini bermuara pada tiori lingkaran setan kemiskinan
(vicious circle poverti). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan
kurangnya modal menyebabkan rendahnya pendapatan yang mereka terima.
Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi
yang berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya. Logika berpikir ini di
kemukakan oleh Kuncoro (2000, h:107), yang mengatakan: “ a poor countri is
poor because it is poor” (negara miskin itu miskin karena dia miskin).
Lingkaran Setan Kemiskinan ( The Vicious Circle Of Poverty)
Kekeyaan alam kurang dikembangkan
manyarakat masih terbelakang
Investasi RendahProduktivitas Rendah
Pendapatan Riil RendahTabungan Rendah
Sumber :sadono Sukirno (2006)
Keterangan :
32
Pada umumnya negara sedang berkembang merupakan negatra yang kaya
akan sumber daya alam. Namun, kekayaan ini belum sepenuhnya diusakan atau
dikembangkan, karena berbagai kendala, seperti kekurangan modal, kekurangan
tenaga-tenaga ahli, tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah dan
terbatasnya mobilitas dari sumber-sumber daya, karena kekayaan alam yang
dimiliki belum sepenuhnya dikembangkan, mengakibatkan tingkat pembangunan
dinegara sedang berkembang terhambat. Oleh karena itu masyarakat dinegara
sedang berkembang harus berusaha lebih keras untuk mengatasi hambatan
tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah meningkatkan
kemampuannya untuk mempertinggi tingkat pengetahuan dan keahlian penduduk.
2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonami adalah suatu dimana kegiatan atau aktifitas
ekonomi mengalami perubahan atau perkembangan dari setiap waktu yang
panjang. Pertumbuhan ekonomi juga dapat dilihat dengan mengukur tingkat
angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun ketahun. Sadono
Sukirno (2006, h:423)
Kuznets dalam Tadoro (2003, hal: 99) mengemukakan pertumbuhan
ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang
bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada
penduduknya, kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkn
oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesiaian teknologi, institusional
(kelembagaan) dan ideologi terhadap berbagai tututan keadaan yang ada.
33
Masing-masing dari ketiga komponem pokok definisi itu sangat penting untuk
diketahui terlebih dahulu yaitu sebagai berikut :
1. Kenaikan ouput secara berkesinambungan adalah manifestasi atau
perwujudan dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi, sedang kan
kemampuan menyediakan berbagai jenis barang merupakan tanda
kematangan ekonomi dari suatu negara.
2. Perkempangan teknologi merupakan dasar atau prakondisi bagi
berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, ini
adalah suatu kundisi yang sangat diperlukan, tetapi tidak cukup itu saja (jadi,
disamping perkembangan atau kemajuan teknologi, masih dibutuhkan faktor-
faktor lain).
3. Guna mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung didalam teknologi
baru, maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan, sikap, dan
ideologi.
Menurut Taringan (2004,h:46) Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah
pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah
tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi.
Penghitungan pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku.
Namun agar dapat melihat dari satu kurun waktu kekurun waktu berikutnya,
harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan.
Dari analisnya Propesor kuznets dalam Tadoro (2003 hal:99) mengemukakan
enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi :
34
1. Tingkat pertumbuhan output perkapita dan pertumbuhan penduduk yang
tinggi.
2. Tingkat kenaikan produktifitas faktor total yang tinggi.
3. Tingkat transportasi struktural ekonomi yang tinggi.
4. Tingkat transpormasi sosial dan ideologi yang tinggi.
5. Adanya kecendrungan negara-nagara yang sudah maju perekonomiannya
untuk berusaha menambah bagian-bagian dunia lainnya sebagai daerah
pemasaran dan sumber bahan baku yang baru.
6. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai
sekitar sepertiga bagian penduduk dunia.
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di
produksi dalam masyarakat bertambah, masalah pertumbuhan ekonomi dapat
dipandang sebagai masalah ekonomi makro ekonomi dalam jangka panjang
dari satu periode keperiode lainnya, kemampuan suatu negara untuk
menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang
meningkat ini disebabkan karena aktor-faktor produksi akan selalu
mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitas. (sikirno 2004,h.9).
2.1.4 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian memerlukan alat ukur
yang tepat, beberapa alat ukur pertumbuhan ekonomi antara lain yaitu : Sukirno
(2006, h:424)
35
a. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) ,atau ditingkat regional disebut Produk
Domestik Ragional Bruto (PDRB), merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang
dihasil kan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam
harga pasar. Baik PDB atau PDRB merupakan ukuran yang global sifatnya, dan
bukan merupakan alat ukur pertumbuhan ekonomi yang tetap, karena belum
dapat mencerminkan kesejahtraan penduduk yang sesungguhnya, padahal
sesungguhnya kesejahtraan harus dinikmati oleh setiap penduduk dinegara atau
daerah yang bersangkutan.
b. Produk Domestik Bruto Per kapita/Pendapatan Perkapita
Produk domestik bruto per kapita atau produk domestik regional bruto
perkapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukuran pertumbuhan
ekonomi yang lebih baik karena lebih cepat mencerminkan kesejahtraan
penduduk suatu negara dari pada nilai PDB atau PDRB saja. Produk domestik
bruto perkapita baik di tingkat nasional maupun didaerah adalah jumlah PDB
nasional atau PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk dinegara
maupun didaerah yang bersangkutan, atau dapat disebut juga sebagai PDB atau
PDRB rata-rata.
2.1.5 Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan
pembangunan dan merupakan syarat bagi pengurangan tingkat kemiskinan.
36
Syaratnya adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi tersebut menyebar disetiap
golongan masyarakat, termasuk digolonagan penduduk miskin. Adit Agus
Prastyo (2010, h:46).
Penelitian yang dilakukan Adit agus Prastyo (2010, h:46), menemukakan
bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat
kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat
kemiskinan.hubungan ini menunjukkan pentingnya mempercepat pertumbuhan
ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.
2.2 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan nilai barang-barang dan jasa-
jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu.
Pertumbuhan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
infrastuktur ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah
nilai tambah bruto yang di hasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah
tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi. Sukirno (2004, h.34)
Produk Domestik suatu wilayah merupakan nilai seluruh barang-barang
dan jasa-jasa yang diproduksi diwilayah tersebut dalam satu periode tertentu.
Pendapatan yang timbul oleh adanya kegiatan produksi tersebut merupakan
pendapatan domestik, Sedangkan yang dimaksud dengan wilayah domestik atau
regional adalah meliputi wilayah yang berada didalam wilayah giografis region
37
tersebut. Fakta yang terjadi menunjukkan bahwa sebagian faktor produksi dari
kegiatan produksi disuatu wilayah berasal dari wilayah lain. Demikian juga
sebaliknya, faktor produksi yang dimiliki wilayah tersebut ikut pula dalam proses
produksi diwilayah lain.dengan kata lain, Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) menunjukkan gambar “ production originatea”. Hal ini menyebabkan
nilai produksi domestik yang timbul disuatu wilayah tidak sama dengan
pendapatan yang diterima penduduk wilayah tersebut. Dengan adanya arus
pendapatan nilai tambah bruto (pada umumnya berupa gaji/upah,sewa tanah,
bunga uang, laba, penyusutan dan pajak tidak langsung neto) yang mengalir
antara wilayah (termasuk dari/keluar negeri), maka timbul perbedaan antara
produk Domestik dengan Regional. Produk Regional adalah produk domestik
tambahan pendapatan dari luar wilayah dikurangi dengan pendapatan yang
dibayarkan keluar wilayah tersebut. Dengan kata lain, Produk Regional
merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh
penduduk wilayah tersebut. Sadono Sukirno (2006, h:34)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya dan
dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun
(Taringan 2007,h.25).
Produk Domestik Regional Rruto (PDRB) untuk mengetahui total
produksi barang dan jasa suatu daerah pada satu periode tertentu. Yang
dimaksud dengan produksi adalah aktifitas suatu usaha menggunakan input
dan memproduksi autput. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
38
neraca makro ekonomi yang dihitung secara konsisten dan terintegrasi
dengan berdasarkan pada konsep, definisi, klasifikasi dan cara perhitungan
yang telah disepakati secara internasional.
Menurut taringan (2005,h: 18) konsep dan definisi yang biasa dipakai
dalam pendapatan regional/nilai tambah yang terdapat dalam PDRB adalah
sebagai berikut :
1. Pendapatan Regional Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan.
Angka pendapatan regional dalam beberapa tahun menggambarkan
kenaikan dan penurunan tingkat pendapatan masyarakat di daerah tersebut.
Kenaikan/penurunan dapat dibedakan menjadi dua faktor berikut :
a) Kenaikan/penurunan riil, yaitu kenaikan atau penurunan tingkat pendapatan
yang tidak dipengaruhi oleh faktor perubahan harga. Apabila terjadi kenaikan
riil pendapatan penduduk berarti daya beli penduduk didaerah tersebut
meningkat, misalnya mampu membeli barang yang sama kualitasnya dalam
jumlah yang lebih banyak.
b) Kenaikan/penurunan pendapatan yang disebabkan oleh adanya faktor
perubahan harga. Apabila terjadi kenaikan pendapatan yang hanya
disebabkan inflasi (menurunnya nilai beli uang) maka walaupun pendapatan
meningkat tetapi jumlah barang yang mampu dibeli belum tentu meningkat.
Untuk mengetahui kenaikan pendapatan yang sebenarnya (riil), faktor
inflasi harus dikeluarkan terlebih dahulu. Pendapatan yang didalamnya masih ada
unsur inflasi di namakan regional atas dasar harga berlaku. Sedangkan
pendapatan regional dengan faktor inflasi yang sudah ditiadakan merupakan
39
pendapatan regional atas dasar harga konstan. Harga konstan artinya harga
produk didasarkan atas harga pada tahun tertentu. Tahun yang dijadikan patokan
harga disebut tahun dasar untuk penentuan harga konstan.kenaikan pendapatan
hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah fisik produksi, karena harga
dianggap tetap (konstan).
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Pasar.
Produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah
nilai tambahan bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di wilayah itu. Yang di maksud dengan nilai tambah bruto adalah
nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Nilai
tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji,
bunga, sewa, tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung.
Dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan
menjumlahkannya, akan menghasilkan produk domestik regional bruto atas dasar
harga pasar.
3. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar.
Produk domestik regional netto atas dasar harga pasar adalah produk
domestik regional bruto atas dasar harga pasar dikurangi penyusutan. Penyusutan
yang dimaksud adalah nilai susut (aus) atau pengurangan nilai barang-barang
modal (mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan lain) karena barang modal tersebut
terpakai dalam proses produksi atau karena faktor waktu. Jika nilai susut barang
modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, hasilnya merupakan penyusutan
keseluruhan. perbedaan konsep netto disini dan konsep bruto diatas adalah
komponem penyusutan yang terdapat pada konsep bruto. Pada konsep netto,
40
penyusutan tersebut telah dikeluarkan. Jadi PDRB atas dasar harga pasar
dikurangi penyusutan akan diperoleh PDRN atas dasar harga pasar. Penyusutan
yang dimaksud adalah nilai susutnya barang-barang modal yang terjadi selama
barang modal tersebut ikut proses produksi. Jadi jumlah dari nilai susutnya
barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi merupakan nilai penyusutan
yang dimaksud diatas.
4. Pendapatan Regional Neto
Pendapatan regional neto adalah produk domestik regional neto atas
dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang mengalir keluar ditambah aliran
dana yang mengalir masuk. Produk domestik regional neto atas dasar biaya
faktor, merupakan jumlah dari pendapatan berupa upah dan gaji, bunga, sewa
tanah dan keuntungan yang ditimbul atau merupakan pendapatan yang berasal
dari kegiatan di wilayah tersebut. Tetapi pendapatan yang dihasilkan tadi, tidak
seluruhnya menjadi pendapatan penduduk wilayah itu, sebab ada sebagian
pendapatan yang diterima oleh penduduk wilayah lain. Misalnya suatu
perusahaan yang beroperasi disuatu wilayah, tetapi pemilik modalnya dari
wilayah lain, maka keuntungan perusahaan itu sebagian akan menjadi pemilik
wilayah lain, yaitu milik orang yang mempunyai modal tadi. sebaliknya, kalau
ada penduduk wilayah tersebut menanam modal diwilayah lain, maka sebagian
keuntungan perusahaan akan mengalir kedalam wilayah tersebut dan menjadi
pendapatan dari pemilik modal. Jika Produk Domestik Regional Netto atas dasar
biaya faktor dikurangi dengan pendapatan yang mengalir keluar ,maka hasilnya
merupakan Produk Domestik Regional Netto, yaitu merupakan pendapatan yang
benar-benar diterima (income receipt) oleh penduduk yang tinggal diwilayah
41
tersebut. Maka dari itu, kita masih menganggap bahwa Pendapatan Domestik
Regional Netto itu diasumsikan sebagai pendapatan regional. Penyebab dari
kanalikan itu ada dua faktor : 1) kenaikan pendapatan yang betul-betul dapat
menaikkan daya beli penduduk atau bisa disebut dengan kenaikan riil. 2)
kenaikan yang di sebabkan karena adanya inflasi (merosot nilai uang).
5. Pendapatan Perkapita
Pendapatan per kapita adalah total pendapatan suatu daerah dibagi
dengan jumlah penduduk yang tinggal diwilayah tersebut untuk tahun yang sama.
Angka yang digunakan semestinya adalah total pendapatan regional dibagi
jumlah pendapatan regional dibagi jumlah penduduk. Angka ini sering tidak
diperoleh sehingga diganti dengan total PDRB atas dasar harga pasar dibagi
dengan jumlah penduduk. Angka pendapatan perkapita dapat dinyatakan dalam
harga berlaku maupun dalam harga konstan tergantung pada kebutuhan. maka
akan diperoleh pendapatan perkapita, yaitu total pendapatan suatu daerah dibagi
jumlah penduduk didaerah tersebut untuk tahun yang sama.angka yang digunakan
semestinya adalah total pendapatan regional dibagi jumlah penduduk.
6. Pendapatan Perorangan (Personal Income) dan Perkapita Siap Dibelanjakan
(Disposable Income)
Apabila pendapatan regional (regional income) di kurangi pajak
pendapatan perusahaan (corporate income taxes), keuntungan yang tidak
dibagikan (undistributed profil), iuran kesejahtraan sosial (social security
contribution), ditambah tranfer yang diterima oleh rumah tangga pemerintah,
bunga neto atas atas utang pemerintah, sama dengan pendapatan perorangan
(personal incomen). Apabila pendapatan perorangan dikurangi pajak pendapatan
42
perorangan, pajak rumah tangga/PBB, dan transfer yang dibayar oleh rumah
tangga akan sama dengan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable
income). Pendapatan perorangan merupakan pendapatan yang diterima oleh
rumah tangga, ternyata tidak seluruh pendapatan regional diterima oleh rumah
tangga. Pajak pendapatan perusahaan diterima pemerintah, keuntungan yang
tidak dibagikan di tahan di perusahaan-perusahaan, dan dana jaminan sosial
dibayar kepada instansi yang berwenang.
Adapun sektor-sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB )
biasanya dikelompokkan kedalam sembilan sektor yaitu :
1. Pertanian, Pertenakan, Kehutanan, dan Perkebunan.
2. Pertambangan dan Penggalian.
3. Industri pengolahan.
4. Listrik, Gas, dan Air bersih
5. Bangunan.
6. Pardagangan, Hotel, dan Restoran.
7. Pengangkutan dan Komunikasi.
8. Keuangan, Perseroan, dan Jasa perusahaan.
9. Jasa-jasa.
2.2.1 Metode Penghitungan Pendapatan Regional
Metode penghitungan pendapatan regional pada tahap pertama dibagi
dua, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah
penghitungan dengan menggunakan data daerah atau data asli yang
menggambarkan kondisi daerah dan digali dari sumber data yang ada didaerah itu
sendiri. Hal itu berbeda dengan metode tidak langsung yang menggunakan data
43
dari sumber nasional yang dialokasikan kemasing-masing daerah. Sedangkan
metode tidak langsung adalah penghitungan dengan mengalokasikan pendapatan
nasional menjadi pendapatan regional. Taringan (2006, h:23)
Menurut Taringan (2006, h.24) metode penghitungan pendapatan
regional dapat dilakukan dengan mempergunakan dua cara metode yaitu :
1. Metode Langsung
Metode langsung dapat dilakukan dengan mempergunakan tiga macam
cara yaitu :
1. Pendekatan produksi adalah penghitungan nilai tambah barang dan jasa yang
di produksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara mengurangkan
biaya antara dari total nilai produksi bruto sektor atau subsektor tersebut.
Pendekatan itu banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari
sektor/kegiatan yang diproduksi berbentuk fisik/barang, seperti pertanian,
pertambangan dan industri sebagainya. Nilai tambah merupakan selisih
antara nilai produksi (ouput) dan nilai biaya antara (intermediate cost), yaitu
bahan baku/penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi.sektor
jasa yang menerima pembayaran atas jasa yang diberikan, masih bisa
dihitung dengan pendekatan produksi. Akan lebih mudah apabila di hitung
dengan pendekatan pendapatan, jika penghitungan akurat maka kedua
pendekatan itu semestinya memberi hasil yang sama. Nilai tambah itu sama
dengan balas jasa atas ikut serta berbagai faktor produksi dalam proses
produksi.
44
2. Pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi
diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor
produksi, yaitu upah dan gaji dan surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak
langsung neto. Pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak
mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Surplus usaha meliputi
bunga yang dibayar neto, sewa tanah dan keuntungan. Metode pendekatan
pendapatan banyak dipakai pada sektor jasa tetapi tidak dibayar setara harga
pasar, misalnya sektor pemerintahan. Hal ini disebabkan kurang lengkapnya
data dan tidak adanya metode yang akurat yang dapat dipakai dalam
mungukur nilai produksi dan biaya dari berbagai kegiatan jasa, terutama
kagiatan yang mengutip biaya.
3. Pendekatan pengeluaran adalah menjumlahkan nilai pengunaan akhir dari
barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri. Dari segi penggunaan maka
total penyediaan/produksi barang dan jasa itu digunakan untuk :
a. konsumsi rumah tangga
b. konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung
c. konsumsi pemerintah
d. pembentukan modal tetap bruto (investasi)
e. perubahan stok dan
f. ekspor neto
2. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung adalah suatu cara mengalokasikan produk domestik bruto
dari wilayah yang lebih luas kemasing-masing bagian wilayah, misalnya
45
mengalokasikan PDB Indonesia ke setiap propinsi dengan menggunakan alokator
tertentu, alokator yang dapat digunakan yaitu :
1. Nilai produksi bruto atau neto setiap sektor/subsektor, pada wilayah yang
dialokasikan.
2. Jumlah produksi fisik.
3. Tenaga kerja.
4. Penduduk, dan
5. Alokator tidak langsung lainnya.
Pada dasarnya dikenal empat cara penghitungan nilai tambah atas dasar
harga konstan. Masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Revaluasi, dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-
masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Hasilnya merupakan pada
output dan biaya antara atas dasar harga konstan. Selanjutnya nilai tambah
atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaaya
antara atas dasar harga konstan. Dalam praktek sangat sulit melakukan
revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup
komponem input yang sangat banyak disamping itu data harga yang tersedia
tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara
atas dasar harga konstan biasanya diproleh dari perkalian antara ouput atas
dasar harga konstan masing-masing tahun dengan ratio tetap biaya antara
terhadap output pada tahun dasar.
2. Ekstrapolasi, nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan
diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan
indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan
46
indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan atau pun indeks dari
berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan
lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan subsektor, dan sektor
yang dihitung. Ekstrapolasi juga dapat dilakukan terhadap output atas dasar
harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah
terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga
konstan.
3. Deflasi, nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara
membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan
indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya
merupakan indeks harga konsumen (IHK), indeks harga perdagangan besar
(IHPB) dan sebagainya tergantung mana yang lebih cocok. Indeks harga
tersebut juga dapat dipakai sebagai inflator, dalam keadaan dimana nilai
tambah atas harga berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah
atas dasar harga konstan dengan dengan indeks harga tersebut.
4. Deflasi berganda, dalam deflasi berganda yang dideflasi adalah output dan
biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output
dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai
deflator untuk penghitung output atau dasar harga konstan adalah IHK atau
IHPB sesuai cukupan komoditinya. Sedangkan indeks harga untuk biaya
antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Dalam
kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara,
disamping karena komponennya terlalu banyak juga karena indeks harga
47
belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam penghitungan harga
konstan deflasi berganda belum banyak dipakai.
2.3 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang kemiskinan diberbagai nagara telah
dilakukan oleh sejumlah peneliti, antara lain :
a) Penelitian yang di lakukan oleh Dian Oktaviani (2001) dengan judul
“Inflasi, Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia: Analisis Indeks
Forrester Greer dan Horbecke”. Tulisan menganalisis tentang
pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di indonesia.
Model yang digunakan adalah modifikasi model ekonometri yang di
kemukakan oleh Cutler dan Katz (1991), hasil penelitian nya
menyimpulkan bahwa kenaikan angka pengangguran mengakibatkan
peningkatan atas angka kemiskinan, sebaliknya semakin kecil angka
pengangguran akan menyebab kan semakin rendah tingkat
kemiskinan di indonesia.
b) Penelitian yang dilakukan oleh Hermanto Siregar dan Dwi
Wahyuniarti (2006) dengan judul “Dampak Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin”. Tulisannya
menganalisis tetang pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat
kemiskinan di indonesia. Analisis yang dilakukan adalah analisis
deskriptif dan ekonomatrika dengan menggunakan metode panel data.
Model yang digunakan adalah modifikasi model ekonometrika. Hasil
penelitiannya menyimpulkan bahwa kenaikan PDRB mengakibat kan
48
penurunan atas angka kemiskinan, Kenaikan jumlah penduduk
mengakibat kan peningkatan atas angka kemikinan, kenaikan share
pertanian dan industri mengakibatkan penurunan atas angka
kemiskinan, kenaikan tingkat pendidikan mengakibatkan atas angka
kemiskinan. Dimana pengaruh tingkat pendidikan SMP lebih besar
dari pada pengaruh share pertanian, sedangkan kenaikan dummy
krisis mengakibatkan peningkatan atas angka kemiskinan.
c) Penelitian yang dilakukan oleh Deny Tisna Amijaya (2008) dengan
judul “pengaruh ketidak merataan distribisi pendapatan, pertumbuhan
ekonomi, dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di indonesia
tahun 2003-2004”. Tulisan nya meneliti tetang pengaruh ketidak
merataan distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan
pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di indonesia, dalam hal ini
untuk seluruh propinsi di indonasia dari tahun 2003-2004. Analisis
yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan ekonometrika dengan
menggunakan metode panel data. Model yang digunakan adalah
modifikasi model ekonometrika. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel ketidakmerataan distribusi pendapatan
berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan variabel
pengangguran berpengaruh positif tehadap tingkat kemiskinan.
2.4 Perumusan Hipotesis
49
Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan
berdasarkan studi empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan
penelitian dibidang ini, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut :
“Diduga Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif
terhadap tingkat Kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya”.
50
II. METODE PENELΙTIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian penetapan daerah penelitian
merupakan suatu hal yang penting karena suatu daerah akan memberikan
kemudahan didalam melakukan penelitian.
Sesuai dengan judul proposal skripsi ini, maka penelitian akan
dilaksanakan di Kabupaten Nagan Raya, Adapun ruang lingkup penelitian ini
adalah seluruh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Kemiskinan
di Kabupaten Nagan Raya. Untuk memudahkan penulis data yang di gunakan
Data Produk Domestik Regional Bruto dan kemiskinan di Kabupaten Nagan
Raya selama kurun waktu 2002-2011.
3.2 Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan penulis yaitu data skunder, data
skunder adalah data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun yang telah
dioah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini data
skunder yang di ambil dari literature yang relavan dengan judul penelitian
seperti buku-buku, artikel, makalah, jurnal, petunjuk, teknis, Pustaka Daerah dan
Universitas Teuku Umar serta Badan Pusat Statistik (BPS), dan BABPEDA
51
Kabupaten Nagan Raya dan lain-lain yang memiliki relevasi dengan masalah
yang diteliti.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data di gunakan penulis dalam penelitian ini
antara lain :
a. Studi Pustaka (Library Research)
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data-data skunder yang
dibutuhkan guna penelitian melalui penelitian keputakaan dengan mempelajari
buku literatur, brosur, dokumen, catatan kuliah, surat kabar, dan referensi lain
yang berhubungan dengan masalah yang di teliti.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Metode yang digunakan dengan cara pengumpulan data primer secara
langsung pada objek penelitian yang dilakukan dengan cara mengutip dan
mendatangi instansi yang relavan seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Bappeda untuk memperoleh data yang diolah dalam penelitian ini.
3.3 Model Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi
linear Sederhana, Analisis Korelasi, Koefisien Korelasi, Koefisien
52
Determinasi dan Uji t yang akan diolah dengan menggunakan program
statistik SPSS dengan penjelasan berikut :
1. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis ini digunakan sebagai alat peramal nilai pengaruh suatu
variabel bebas (x) terhadap satu variabel terikat (y), dengan rumus sebagai
berikut (Supranto 2000, h.174) :
= +Dimana :
Y = Kemiskinan (yang di ukur dalam ribuan jiwa)
a = Intercept
b = Koefisien Regresi yang mengukur besarnya pengaruh variabel x
terhadap variabel y.
X = Produk Domestik Regional Bruto dengan harga konstan (Milyar
rupiah).
2. Analisis Korelasi (r)
a. Koefisien Korelasi (r)
Koefesien Korelasi merupakan indeks atau bilangan yang di
gunakan untuk mengukur keeratan (kuat, lemah, atau tidak ada) hubungan
53
antar variabel yang datanya berbentuk data interval atau rasio. Disimbulkan
dengan r dan dapat dirumuskan sebagai berikut (Hasan 2002, h.233) :
r= ( ( ) ( ( ) )Dimana :
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah Sampel
X = Produk Domestik Regional Bruto
Y = Kemiskinan
b. Koefisien Determinasi ( )Koefisien determinasi atau koefisien penentu yang menjelaskan
besarnya pengaruh nilai suatu variabel bebas (X) terdapat naik atau turunnya
(variasi) nilai variabel terikat (Y) yang dapat dirumuskan sebagai barikut
(Hasan,2002, h.236) :
= %Dimana :
Kp = Besar Koefisien Penentu (determinasi).
r = Koefisien Korelasi
54
3. Uji t
Uji signifikasi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat
signifikasi dari pengaruh variabel bebas (Produk Domestik Regional Bruto)
terhadap variabel terikat (kemiskinan) secara individual dengan rumus
sebagai berikut (Hasan 2002,h.241).
= √ −√ −Dimana :
n = Jumlah Tahun.
r = Koefisien Korelasi.
Untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara
individu dapat dibuat hipotesis statistik sebagai berikut :
a. H₀ ; = , artinya tidak terdapat berpengaruh yang signifikan
antara variabel X (Produk Domestik Regional Bruto) terhadap
variabel Y (Kemiskinan) di Kabupaten Nagan Raya.
b. H₁ ; ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan antara variabel X
(Produk Domestik Regional Bruto) terhadap variabel Y
(Kemiskinan) Di Kabupaten Nagan Raya.
3.4 Definisi Operasional Variabel
55
Dalam devinisi operasional variabel ini menjelaskan tentang
devinisi dari variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian
ini.
a. Produk Domestik Regional Bruto (X)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Nagan Raya atas dasar harga
konstan yang di ukur dalam Milyar rupiah.
b. Kemiskinan (Y)
Kemiskinan adalah banyaknya jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Nagan Raya yang di ukur dalam ribuan jiwa.
3.5 Pengujian Hipotesis
Kriteria uji hipotesis yang di tetapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Apabila > maka H₀ ditolak H₁ di terima, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara Produk Domestik Regional Bruto
terhadap Kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya.
b. Apabila < maka H₀ diterima dan H₁ ditolak, artinya tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara Produk Domestik
Regional Bruto terhadap Kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya.
56
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya
Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja dianggap sebagai faktor
positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang
lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan
pertumbuhan penduduk yang lebih besar akan meningkatkan luasnya pasar
domestik. Namun demikian, patut dipertanyakan apakah cepatnya
pertumbuhan penawaran tenaga kerja akan memberikan efek positif atau
negative terhadap perkembangan ekonomi. Sebenarnya, hal tersebut
tergantung pada kemampuan sistem perekonomian untuk menyerap dan
secara produktif mempekerjakan tambahan tenaga kerja tersebut.
Tingkat kemiskinan akan menjadi masalah terhadap sosial ekonomi
masyarakat, hal ini akan menimbulkan kecemburuan sosial antara masyarakat
yang memiliki pendapatan rendah dengan masyarakat yang memiliki pendapatan
tinggi, pendidikan dan kesehatan. Untuk mengetahui tingkat kemiskinan di
Kabupaten Nagan Raya dapat dilihat pada tabel 3.
57
Tabel 3
Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2002 - 2011
Tahun Jumlah penduduk miskin( Jiwa )
Persentase(%)
2002200320042005200620072008200920102011
52,21049,06047,50045,80043,70040,02033,21030’86024,07020,200
--6.03-3.17-3.57-4.58-8.42-6.81-7.07-22.00-16.07
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Nagan Raya (2012)
Pada Tabel 3 dapat dilihat jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Nagan Raya dari tahun 2002 – 2011 sebagai berikut, pada tahun 2002 jumlah
penduduk miskin di Kabupaten Nagan Raya sebanyak 52.210 jiwa dan
tahun 2003 mengalami penurunan sebesar 49.060 jiwa dari tahun
sebelumnya atau sebesar -6.03 %. Dan selama tahun 2002 -2011 tingkat
kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya terus mengalami penurunan. Hal ini
diakibatkan sudah meratanya hasil dari usaha pemerintah dalam mengatasi
masalah kemiskinan seperti lapangan kerja, kesehatan, pendidikan dan lain
sebagainya. Dengan banyaknya lapangan kerja yang menerima masyarakat
baik dipihak pemerintah maupun swasta dan banyaknya masyarakat yang
mau bekerja akan mengurangi tingkat kemiskinan. Hasil dari upaya
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya memperlihat
pengaruh yang positif, hal ini terlihat dari tingkat kemiskinan yang mengalami
pola yang menurun.
58
4.2. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dihitung untuk mengetahui
total produksi barang dan jasa suatu daerah pada satu periode tertentu, yang
dimaksud dengan produksi adalah aktifitas suatu usaha menggunakan “ input
“ untuk memproduksi “ output “. PDRB merupakan neraca makro ekonomi
yang dihitung secara konsisten dan terintegrasi dengan berdasar pada
konsep, definisi, klasifikasi dan cara perhitungan yang telah disepakati secara
internasional.
Untuk melihat perkembangan Produk Domestik Regional Bruto
( PDRB ) di Kabupaten Nagan Raya dari tahun 2002 – 2011 dapat dilihat
pada tabel 4.
Tabel 4Perkembangan PDRB di Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2002 – 2011
NO Tahun PDRB Pertumbuhan (%)
12345678910
2002200320042005200620072008200920102011
4.934.0905.052.8535.652.3366.358.6876.468.9866.659.2636.735.6086.803.2286.929.9727.012.027
1,972,4111,8612,501,732,941,151,001,8611.84
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Nagan Raya (2012)
Pada Tabel 4 dapat dilihat jumlah PDRB di Kabupaten Nagan Raya
dari tahun 2002 – 2011 jenis peningkatan pada tahun 2002 jumlah PDRB di
Kabupaten Nagan Raya sebesar Rp.4.934.090 dan tahun 2003 mengalami
peningkatan menjadi sebesar Rp.5.502.853 atau 2.41 %. Pada tahun 2011
59
PDRB Kabupaten Nagan Raya mengalami peningkatan sebesar 11.84 persen dari
tahun 2010 yang nilainya mencapai 6.929.272 juta rupiah. Selama tahun 2002 –
2011 perekonomian Kabupaten Nagan Raya didominasi oleh sektor pertanian.
Kontribusi sektor ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
4.3. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel penelitian disajikan padatabel berikut ini.
tabel Tabel 5Statistik Deskriptif
Variabel Rata - rata Std.Deviasi NKemiskinan
PDRB
10,5180
15,6420
0.32365
0.1295
10
10
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Pada Tabel diatas terlihat bahwa rata – rata penduduk miskin selama
kurun waktu 2002 – 2011 adalah 10,5180 dengan standar deviasi 0.32365.
Sementara rata – rata PDRB pada tahun yang sama sebesar 15,6420 dengan
standar deviasi 0.1295. Sedangkan N menyatakan jumlah observasi yang
masing – masing berjumlah 10 tahun.
4.4. Hasil Penelitian
4.4.1. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Hal ini dipergunakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keeratan serta arah hubungan antara PDRB terhadap kemiskisnan di
Kabupaten Nagan Raya.
60
Tabel 6Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
No Variabel Kemiskinan PDRB
1 Pearson Correlation
a. Kemiskinan
b.PDRB
1.000
0.760
0.760
1.000
2 Model
a. Koefisien Korelasi (R )
b. Koefisien Determinasi (R2)
c. Koefisien Determinasi Adjusted
0.760
0.578
0.525
Sumber : Hasil Pengolahan Data ( 2013)
Pada tabel 6 terlihat koefisien korelasi (R) antara PDRB (X) dengan
kemiskinan (Y) sebesar 0.760 menggambarkan bahwa variabel PDRB sangat
erat hubungannya terhadap variabel kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya.
Persentase pengaruh variabel terikat terhadap variabel bebas
ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi
(R2) ini menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat yang dinyatakan dalam persen (%). Koefisien determinasi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
61
KP = r2 x 100 %
= ( 0.760 )2 x 100 %
= 0.578
Dari rumus diatas nilai R square (R2) sebesar 0.578 yang berarti
bahwa kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya diperoleh sebesar 57.8 % di
sebabkan oleh variabel PDRB, sedangkan sisanya sebesar 42.2 %
dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model penelitian ini.
4.4.2. Uji Regresi Linear Sederhana dan Uji Signifikan Parsial ( Uji t )
Untuk mengetahui pengaruh PDRB terhadap kemiskinan di
Kabupaten Nagan Raya akan dianalisis dengan menggunakan model regresi
linear sederhana. Dari hasil penelitian diperoleh hasil akhirnya sebagai
berikut :
Tabel 7
Uji Signifikan Parsial ( Uji t )
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1(Constant) 40.298 8.995 4.480 0.002
PDRB -1.904 0.575 0.785 -3.311 0.011
Sumber : Hasil Pengolahan Data ( 2013)
62
Dari hasil perhitungan regresi linear sederhana maka persamaannya adalah :
Ln Y = 40.298 – 1.904 Ln X + e
Dari persamaan tersebut mengandung pengertian bahwa :
1. Konstanta
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar 40.298.
Nilai konstanta ini menyatakan bahwa apabila variabel PDRB sama
dengan nol maka jumlah kemiskinan di Nagan Raya meningkat
sebesar 40.298 jiwa.
2. Koefisien Regresi X (PDRB)
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai X sebesar -1.904.
Hal ini menyatakan bahwa apabila PDRB mengalami perubahan
sebesar 1 persen maka akan terjadi penurunan kemiskinan sebesar
1.887 persen.
Koefisien regresi PDRB memperlihatkan hubungan yang negative
terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya. Hal ini memberikan
pengertian bahwa kenaikan PDRB akan mengakibatkan penurunan tingkat
kemiskinan, sebaliknya apabila terjadi penurunan PDRB akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan tingkat kemiskinan.
Pembuktian bahwa variabel PDRB berpengaruh terhadap kemiskinan
di Kabupaten Nagan Raya dilakukan pengujian tersendiri secara partial
dengan uji t pada jumlah kepercayaan ( level of confidence 95 %) yaitu :
63
Variabel PDRB diperoleh t hitung sebesar 3.581 lebih besar dari t tabel
sebesar 1.860, artinya secara partial PDRB berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya.
64
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Nagan Raya
maka dapat diambil kesimpulan yaitu :
a. Kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya tahun 2002 – 2011 rata – rata
mengalami penurunan sebesar 10.51 %. Dan rata – rata perkembangan
PDRB Kabupaten Nagan Raya dari tahun 2002 – 2011 sebesar 15.64 %.
b. Persamaan regresi diperoleh Ln Y = 40.298 – 1.904 X. Konstanta sebesar
40.298 yaitu menyatakan apabila variabel PDRB sama dengan nol maka
jumlah kemiskinan sebesar 40.298 jiwa.
c. Apabila PDRB mengalami perubahan sebesar 1 Juta rupiah maka akan
terjadi perubahan jumlah kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya sebesar
1.904 jiwa.
d. Koefisien determinasi (R2) 0.578 menunjukkan bahwa variabel PDRB
berpengaruh terhadap jumlah kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya
sebesar 57.8 % sedangkan sisanya 42.2 % dipengaruhi oleh variabel
lainnya diluar model penelitian ini.
e. Koefisien korelasi (R) sebesar 0,760 memberikan pengertian bahwa 76
% jumlah kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya berhubungan dengan
PDRB.
f. Pembuktian yang dilakukan dengan menggunakan uji t diperoleh bahwa
PDRB berpengaruh secara partial terhadap jumlah kemiskinan di
Kabupaten Nagan Raya.
65
5.2. Saran – saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan
kepada :
a. Pemerintah Kabupaten Nagan Raya supaya dapat meningkatkan PDRB,
peningkatan PDRB dapat mengurangi kemiskinan.
b. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan PDRB adalah
dengan cara menciptakan dan menggunakan sumber – sumber PDRB dengan
baik, misalnya di sektor pertanian dapat dilakukan upaya perluasan area
usaha tani, meningkatkan sarana dan prasarana produksi pertanian, dan
memberikan motivasi kepada para petani. Hal ini ditemukan sektor unggulan
di Kabupaten Nagan Raya masih didominasi oleh sektor pertanian.
c. Bagi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh
PDRB terhadap kemiskinan dapat menggunakan objek yang lain, tidak
hanya di Kabupaten Nagan Raya tetapi juga di Kabupaten yang
lainnya di Provinsi Aceh.
66
DAFTAR PUSTAKA
Adit Agus Prasttyo (2010) Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatKemiskinan di Jawa tengah.
Budiono, (2002), Ekonomi Mikro; Seri Sinopsi Pengantar Ekonomi, No 1, Edisi2, BPFE, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik, 2000. Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk.Buku1.Jakarta.
______2010.Indikator Ekonomi Aceh. Jakarta, Badan Pusat Statistik.
______2011. Nagan Raya Dalam Angka dan PDRB. Katalog Badan PusatStatistik.
Faizal Noor, Henry. 2007, Ekonomi Manajerial. PT. Raja Grafindo PersadaJakarta.
Gregory, Mankiw N.2000, Teori Makro Ekonomi. Erlangga Jakarta.
Hasan, Iqbal.2002. Pokok-pokok Materi Metodelogi Penelotian dan Aplikasinya.Aksara Pratama. Jakarta.
H. Raharjo Adisasmita (2005) Dasar-dasar Ekonomi Wilayah, Edisi Pertama,penerbit Grahar Ilmu, Yogyakarta.
Hermanto S, Dwi W (2006), Dampak Pertumbuhan Ekonomi TerhadapPenurunan Penduduk Miskin di Indonesia, Proses Pemerataan.
Nanga, Muana (2005), Makro Ekonomi Teori Masalah dan Kebijakan, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Ruslan, Rosady, 2006. Metodelogi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi.PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Robinson Taringa (2004), Ekonomi Regional; Teori dan Aplikasi bumi Aksara,Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2004, Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga, PenerbitPT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
______2006. Makro Ekonomi Teori Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta.
67
______2007. Teori Makro Ekonomi Modern” Perkembangan Pemikiran DariKlasik hingga Keynesian baru. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tadoro, Michel P dan Sephan C, Smith (2004) Pembangunan Ekonomi di DuniaKetiga, Edisi Ketiga, Edisi 8. Erlangga Jakarta.
http//www.Google com 2012, Teori dan Faktor-faktor yang mempengaruhiKemiskinan, Situs Internet, Indonesia Diakses tanggal 8/2/2012.
http//www.Google com. 2012, Pertumbuhan Ekonomi dan Produk DomestikRegional Bruto, Situs Internet, Indonesia Diakses tanggal 8/2/2012.
68
Lampiran : Data input Analisis produk Domestik Regional Bruto Terhadap
Kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya.
Tahun PDRB( Jutaan Rupiah)
Jumlah Penduduk Miskin(Jiwa)
2002 15.41 10.862003 15.44 10.802004 15.55 10.772005 15.66 10.732006 15.68 10.682007 15.72 10.602008 15.72 10.412009 15.73 10.342010 15.75 10.082011 15.76 9.91
69
Lampiran : Data input Analisis produk Domestik Regional Bruto Terhadap
kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
P.Miskin 10.5180 .32365 10
PDRB 15.6420 .12925 10
Correlations
P.Miskin PDRB
Pearson Correlation P.Miskin 1.000 -.760
PDRB -.760 1.000
Sig. (1-tailed) P.Miskin . .005
PDRB .005 .
N P.Miskin 10 10
PDRB 10 10
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 PDRBa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: P.Miskin
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .760a .578 .525 .22298 .578 10.961 1 8 .011
a. Predictors: (Constant), PDRB
b. Dependent Variable: P.Miskin
70
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .545 1 .545 10.961 .011a
Residual .398 8 .050
Total .943 9
a. Predictors: (Constant), PDRB
b. Dependent Variable: P.Miskin
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standar
dized
Coeffici
ents
t Sig.
95% Confidence
Interval for B Correlations
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Low
er
Bou
nd
Upper
Bound
Zero-
order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant) 40.298 8.995 4.480 .002 19.555 61.041
PDRB -1.904 .575 -.760 -3.311 .011 -3.230 -.578 -.760 -.760 -.760 1.000 1.000
a. Dependent Variable:
P.Miskin
Coefficient Correlationsa
Model PDRB
1 Correlations PDRB 1.000
Covariances PDRB .331
a. Dependent Variable: P.Miskin
71
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimensi
on Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant) PDRB
1 1 2.000 1.000 .00 .00
2 3.073E-5 255.131 1.00 1.00
a. Dependent Variable: P.Miskin
Casewise Diagnosticsa
Case
Number Std. Residual P.Miskin Predicted Value Residual
1 -.447 10.86 10.9597 -.09969
2 -.460 10.80 10.9026 -.10257
3 .345 10.77 10.6932 .07685
4 1.104 10.73 10.4837 .24627
5 1.051 10.68 10.4457 .23435
6 1.034 10.60 10.3695 .23050
7 .182 10.41 10.3695 .04050
8 -.047 10.34 10.3505 -.01046
9 -1.042 10.08 10.3124 -.23239
10 -1.719 9.91 10.2933 -.38335
a. Dependent Variable: P.Miskin
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 10.2933 10.9597 10.5180 .24608 10
Residual -.38335 .24627 .00000 .21023 10
Std. Predicted Value -.913 1.795 .000 1.000 10
Std. Residual -1.719 1.104 .000 .943 10
a. Dependent Variable: P.Miskin
72
73
74