ANALISIS PENAWARAN KEDELAI DI SENTRA PRODUKSI
KABUPATEN TAKALAR
NURHIJRAH
105960090011
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
ANALISIS PENAWARAN KEDELAI di SENTRA PRODUKSI
KABUPATEN TAKALAR
NURHIJRAH
10596 00900 11
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : Analisis Penawaran Kedelai di Sentra Produksi Kabupaten
Takalar
Nama : Nurhijrah
Stambuk : 105960090011
Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Dr. Mohammad Natsir.SP,MP
Ketua Sidang
2. St.Khadijah Y. Hiola, S.TP., M.Si
Sekertaris
3. Dr.Ir. kasifah,Mp Anggota
4. Dewi Sartika, S.TP., M.Si
Anggota
Tanggal Lulus:…………………
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Analisis Penawaran
Kedelai di Sentra Produksi Kabupaten Takalar adalah benar merupakan hasil
karya yang belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Juni 2015
Nurhijrah
10596 00900 11
ABSTRAK
NURHIJRAH. 105960090011. Analisis Penawaran Kedelai di Sentra Produksi
Kabupaten Takalar. Dibimbing oleh MOHAMMAD NATSIR dan
ST. KHADIJAH Y. HIOLA.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap penawaran kedelai di Kabupaten Takalar dan mengetahui tingkat
elastisitas penawaran kedelai di Kabupaten Takalar. Metode dasar yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Lokasi penelitian dipilih
secara sengaja (pusposive) yaitu di Kabupaten Takalar. Data yang digunakan
adalah data sekunder time series selama 10 tahun yaitu dari tahun 2004-2013.
Adapun analisis data yang digunakan adalah Metode Least Squares dan
Penggunaan Program Eviews-8 pada fungsi penawaran dengan pendekatan luas
panen produksi.
Hasil analisis menunjukkan jumlah penawaran kedelai di Kabupaten Takalar yaitu
Ln A = 5.106493 - 0.658290 Ln A + 0.284787 Ln HKd - 5.067180 Ln HPd+
2.667269 Ln HJg. Model ini memiliki nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,8634 berarti 86,34 persen faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai
dijelaskan oleh luas lahan, harga kedelai, harga padi dan curah hujan sedangkan
sisanya 13,66 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian.
Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 6.3347 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.0506 pada tingkat kepercayaan 95 persen, artinya sebanyak
633,47 persen penawaran kedelai dipengaruhi oleh luas panen, harga kedelai,
harga padi dan harga jagung sedangkan sisanya 533,47 persen dipengaruhi oleh
faktor lain diluar penelitian.
Produktivitas kedelai, harga kedelai, harga pupuk urea, curah hujan dan nilai tukar
petani secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran kedelai.
Nilai elastisitas jangka pendek maupun jangka panjang untuk harga kedelai pada
tahun sebelumnya bersifat inelastis. Sedangkan untuk harga benih kedelai pada
tahun sebelumnya nilai elastisitas dalam jangka pendek bersifat inelastis
sedangkan dalam jangka panjang bersifat elastis.
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, hidayah-Nya dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada
penulis. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, sehingga dengan penuh
ketenangan hati dan keteguhan pikiran penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Penawaran kedelai di Sentra Produksi Kabupaten Takalar”
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam meperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Ir. Mohammad Natsir, S.P.,M.P. selaku Pembimbing I dan Ibu St.
Khadijah Y. Hiola, S.TP.,M.Si. selaku Pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
skripsi dapat diselesaikan.
2. Bapak Ir. Saleh Molla, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Si selaku ketua Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yng telah membekali segudang ilmu kepada
penulis. Tak lupa penulis berterima kasih kepada seluruh staf TU Fakultas
Pertanian yang telah banyak membantu dan mengurusi segala administrasi.
5. Kepada pihak Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Takalar serta pihak
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Takalar yang
telah membantu melengkapi data penelitian.
6. Teristimewa teruntuk kedua orang tua penulis ayahanda Haeruddin dan
ibunda Dasiati atas dukungan baik moril maupun material, cinta dan kasih
sayang yang tak pernah habis yang memberikan motivasi dan dorongan serta
dengan ikhlas mendo’akan disetiap langkah penyusun, kakakku Muhammad
Kamal dan saudari kembarku Nurhajar dan segenap keluarga yang selalu
memberikan semangat.
7. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudari di
Program Studi Agribisnis angkatan 2011 terkhusus buat Iksan Salla Nur,
Kasmawati, Zulfadliyani, Irma dan Adriani yang selalu memberikan
dukungan dan semangat serta semua pihak yang telah membantu penyusunan
skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
8. Terkhusus juga buat Syamsul Rijal dan Kamaruddin yang selalu
mengingatkan, meluangkan waktu, tenaga, memberi masukan, dorongan
kepada penulis demi terselesainya skripsi ini.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
terkait dalam penulisan skripsi ini. Semoga kebaikan kalian dibalas dengan
kebaikan beribu kali lipat oleh Allah SWT. Aamiinnnn!
Makassar, Juni 2015
Nurhijrah
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan dan kegunaan Penelitian ......................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 4
2.2 Budidaya Kedelai ................................................................................ 5
2.3 Penawaran Komoditas Pertanian ........................................................ 12
2.4 Fungsi Produksi ................................................................................... 16
2.5 Fungsi Penawaran ............................................................................... 16
2.6 Elastisitas Penawaran .......................................................................... 23
2.7 Kerangka Teori Analisis Penawaran Kedelai ..................................... 28
2.8 Hipotesis .............................................................................................. 28
III METODE PENELITIAN ..................................................................... 29
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 29
3.2 Metode Dasar Penelitian ..................................................................... 29
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 30
3.5 Metode Analisis Data .......................................................................... 31
3.6 Definisi Operasional............................................................................ 36
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................... 38
4.1 Letak Geografis ................................................................................... 38
4.2 Demografi ........................................................................................... 44
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 49
5.1 Kondisi umum penanaman kedelai di Kabupaten Takalar ................. 49
5.2 Hasil penelitian dan pembahasan ........................................................ 50
5.3 Analisis penawaran kedelai ................................................................. 64
5.4 Elastisitas penawaran kedelai .............................................................. 73
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 77
6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 77
6.2 Saran .................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Anjuran Penggunaan ZPT Pada Tanaman Kedelai .......................... 11
2. Luas Wilayah Kabupaten Takalar
Berdasarkan Jumlah Kecamatan ...................................................... 39
3. Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian Dari Permukaan Laut
Di Kabupaten Takalar ...................................................................... 40
4. Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Takalar
Tahun 2004-2013 ............................................................................. 41
5. Klasifikasi Jenis Tanah di Kabupaten takalar
Dirinci Menurut Kecamatan ............................................................ 44
6. Rata-rata Penduduk Perdesa/Kelurahan, Kepadatan dan Rata-rata
Anggota Rumah Tangga Menurut Kecamatan
di Kabupaten Takalar ..................................................................... 46
7. Jumlah Penduduk Menurut umur dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Takalar Pada Tahun 2004-2013 ................................. 47
8. Jumlah Penduduk Pencari Kerja Menurut
Pendidikan Tertinggi dan Jenis Kelamin ........................................ 48
9. Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten
Takalar Tahun 2004-2013 ................................................................ 51
10. Harga Pupuk Urea di Kabupaten Takalar
Tahun 2004-2013 ............................................................................. 53
11. Perkembangan Harga Jagung Dari Tahun 2004-2013
di Kabupaten Takalar ....................................................................... 55
12. Produksi Kedelai di Kabupaten Takalar Tahun 2004-2013..... ........ 57
13. Rata-rata Perkembangan Curah Hujan di Kabupaten
Takalar Pada Tahun 2004-2013 ........................................................ 59
14. Perkembangan Nilai Tukar Petani di Kabupaten
Takalar Dari Tahun 2004-2013.. ...................................................... 61
15. Perkembangan Harga Padi di Kabupaten Takalar
Pada Tahun 2004-2013 .................................................................... 63
16. Hasil Estimasi Model Luas Panen Analisis Penawaran
Kedelai di Kabupaten Takalar Dengan Metode Least Square ......... . 65
17. Hasil Estimasi Model Penawaran Produktivitas Kedelai
di Kabipaten Takalar ........................................................................ 69
18. Elastisitas Luas Panen Kedelai terhadap Harga Kedelai di
Kabupaten Takalar ........................................................................... 74
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Grafik Kurva Penawaran ............................................................... 19
2. Grafik Pergeseran Kurva Penawaran ............................................. 20
3. Grafik Elastisitas Penawaran ......................................................... 25
4. Grafik Kerangka Berfikir Pendekatan Masalah ............................. 28
5. Grafik Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten
Takalar Pada Tahun 2004-2013 ..................................................... 52
6. Grafik Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten
Takalar Pada Tahun 2004-2013 ..................................................... 54
7. Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten
Takalar Pada Tahun 2004-2013 ....................................................... 56
8. Grafik Jumlah Produksi Kedelai di Kabupaten Takalar
Pada Tahun 2004-2013 .................................................................... 58
9. Grafik Perkembangan Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten
Takalar Pada Tahun 2004-2013 ....................................................... 60
10. Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani
di Kabupaten Takalar Pada Tahun 2004-2013 ................................. 62
11. Grafik Perkembangan Harga Padi di Kabupaten
Takalar Pada Tahun 2004-2013 ....................................................... 64
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Hasil Analisis Regresi Berganda Model Respons Luas Panen Kedelai Dengan Metode Least Square dan penggunaan
Program Eviews-8 ..................................................................................... 80
2. Grafik Residual, Actual dan Fitted dari Hasil Estimasi Analisis
Regresi Berganda Model Respons Luas Panen Kedelai dengan
Metode Least Squares dan Penggunaan Program Eviews-8 ........... 82
3. Hasil Analisis Regresi Berganda Model Respons
Produktivitas Kedelai dengan Metode Least Squares
dan Penggunaan Program Eviews-8 ................................................. 83
4. Grafik Residual, Actual dan Fitted dari Hasil Estimasi Analisis
Regresi Berganda Model Respons Produktivitas Kedelai dengan
Metode Least Squares dan Penggunaan Program Eviews-8 ........... 84
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah
padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya
akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai
berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka
peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya.
Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk
dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu
kedelai, tauco, snack, dan sebagainya.
Zakiah (2012), menyatakan bahwa pasokan kedelai di Indonesia
cenderung semakin tidak dapat dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri sendiri.
Sekalipun kedelai dapat ditanam dengan cara yang paling sederhana, produktivitas
dan produksi kedelai dalam negeri, hampir tidak dapat memenuhi permintaan
yang semakin meningkat. Saat ini produksi kedelai di Indonesia hanya mencukupi
sekitar 35 persen kebutuhan, selebihnya dipenuhi melalui impor. Sekitar 20 tahun
terakhir di Indonesia masih terus melakukan impor kedelai, terutama dari
Amerika Serikat, sehingga tidak heran apabila kedelai impor telah mendominasi
sebagai bahan baku olahan pangan (Adisarwanto, 2008).
Rendahnya produksi kedelai local menyebabkan ketidakcukupan kedelai
local memenuhi permintaan industry pengolahan kedelai. Hal ini menyebabkan
semakin tergantungnya industri-industri pengolahan kedelai pada kedelai impor
2
(Zakiah, 2011). Selain itu rendahnya kualitas kedelai lokal dari segi kebersihan
dan kadar air menyebabkan industri-industri pengolahan kedelai cenderung
memilih kedelai impor yang tingkat kebersihannya lebih tinggi dan kadar air yang
lebih rendah. (Nurmeyda, 2010).
Takalar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi pertanian
terbesar di Sulawesi Selatan dengan potensi yang paling banyak dikembangkan
oleh petani adalah padi sebanyak 1.364.648 ton, jagung sebanyak 315.305 ton
sedangkan kedelai hanya sebanyak 9.806 ton. Melihat keadaan ini, maka produksi
kedelai di Kabupaten Takalar perlu ditingkatkan. Hal ini dikibatkan karena harga
padi dan jagung jauh lebih tinggi dibandingkan harga kedelai itu sendiri.
Sesuai dengan produksi kedelai yang masih tergolong rendah dan dengan
harga yang murah, maka petani perlu meningkatkan produksi kedelai. hal ini
berkaitan dengan hukum penawaran yang menyatakan bahwa semakin tinggi
harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah barang yang akan ditawarkan
sedangkan semakin rendah harga suatu barang maka sedikit pula jumlah barang
yang akan ditawarkan.
Keadaan tersebut mendorong penulis untuk mengadakan penelitian
mengenai “Analisis Penawaran Kedelai di Sentra Produksi Kabupaten Takalar”
3
1.2. Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi penawaran kedelai di
Kabupaten Takalar ?
2. Bagaimana tingkat elastisitas penawaran kedelai di Kabupaten Takalar ?
1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Adapun Tujuan dari penelitian “Analisis Penawaran Kedelai di Sentra
Produksi Kabupaten Takalar” antara lain:
1. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran kedelai di
Kabupaten Takalar.
2. Mengetahui tingkat elastisitas penawaran kedelai di Kabupaten Takalar.
Sedangkan Kegunaan dari Penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti tersendiri, penelitian ini berguna untuk mengetahui jumlah
penawaran kedelai di Kabupaten Takalar.
2. Penelitian ini juga berguna dalam mengetahui tingkat elastisitas kedelai di
Kabupaten Takalar
3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
tambahan informasi dan referensi dalam `penyusunan penelitian selanjutnya
atau penelitian-penelitian sejenis.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian M. Rifai, 2010 tentang analisis permintaan dan penawaran
kedelai di Jawa Timur dengan model dinamis. Hasil analisis menunjukkan bahwa
metode permintaan dan penawaran domestik yang dibangun telah memenuhi
kriteia ekonomi statistik dan ekonometrika dengan baik sehingga dapat digunakan
untuk menjelaskan perilaku ekonomi komoditas kedelai di Jawa Timur dengan
baik. Perilaku penawaran kedelai dipengaruhi secara positif oleh peubah harga
jagung, produktivitas dan luas panen. Variabel harga kedelai domestik, harga
beras, harga pupuk dan harga kedelai dunia serta penawaran tahun yang lalu tidak
berpengaruh terhadap penawaran kedelai.
Perilaku impor kedelai dipengaruhi secara positif oleh pendapatan perkapita
dan permintaan tahun sekarang, dan dipengaruhi secara negative oleh produksi
tahun lalu dan nilai tukar rupiah. Harga kedelai domestik dan peubah impor tahun
yang lalu dinyatakan tidak berpengaruh terhadap impor. Perilaku permintaan
kedelai dipengaruhi secara positif oleh jumlah penduduk dan dipengaruhi secara
negative oleh pendapatan perkapita. Peubah harga kedelai domestik, harga jagung
dan permintaan tahun yang lalu tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
permintaan kedelai. Harga kedelai domestik dipengaruhi secara nyata dan positif
oleh penawaran dan nilai tukar rupiah US dollar serta harga kedelai domestik
tahun yang lalu. Variabel permintaan dan harga kedelai domestik tidak
berpengaruh nyata terhadap perilaku harga.
5
2.2. Budidaya Kedelai
2.2.1. Penyiapan Benih
Benih yang baik dan bermutu tinggi merupakan faktor penentu
keberhasilan usahatani kedelai. Oleh karena itu benih kedelai yang akan kita
tanam harus dipilih yang bermutu tinggi agar mendapatkan produksi kedelai yang
maksimal.
Kemurnian benih varietas unggul diklasifikasikan kedalam empat tingkat
(kelas), yaitu:
1. Benih Penjenis atau Breeder Seed (BS), benih ini adalah benih yang menjadi
sumber asal varietas yang kemurniannya diawasi langsung oleh pemulia atau
pembuat varietas.
2. Benih Dasar atau Foundation Seed (FS), benih ini adalah keturunan benih
penjenis ataupun benih dasar yang diproduksi dibawah bimbingan intensif
dan pengawasan yang ketat.
3. Benih Pokok atau Stock Seed (SS), benih ini adalah keturunan benih penjenis
atau benih dasar yang diproduksi dalam jumlah lebih banyak, dengan
pengawasan yang teliti sehingga mutu dan kemurniannya terpelihara
(terjamin)
4. Benih Sebar atau Extension Seed (ES), benih ini adalah keturunan benih
penjenis, benih dasar atau benih pokok yang diproduksi secara baik, sehingga
identitas dan tingkat kemurnian varietasnya terpelihara (terjamin). (Sakata,
Vegetable Seed Catalogue). (Achmad Suryana, 1994)
6
Benih kedelai yang disebarluaskan dan siap ditanam para petani adalah
“Benih Sebar”. Disamping itu, adapula kelas Benih Bina yang pemanenannya
diatur dan diawasi berdasarkan peraturan atau pengawasan pihak yang berwenang.
Standar benih bina kedelai meliputi kemurnian minimum 95%, daya tumbuh
minimum 60%, dan kandungan benih gulma maksimum 2 %. Benih kedelai yang
mutunya di bawah standar dilarang untuk diperjualbelikan.
Ciri-ciri benih kedelai yang baik dan bermutu tinggi adalah sebagai
berikut:
1. Mempunyai daya kecambah tinggi (diatas 80%)
2. Kemurniannya tinggi (98%-100%) atau tidk tercampur dengan varietas lain.
3. Keadaan benih sehat, tidak keriput atau luka bekas gigitan serangga (hama),
dan bebas wabah penyakit.
4. Pertumbuhan benih serentak, cepat dan sehat.
5. Bersih atau tidak tercampur dengan biji rumput (gulma) ataupun biji-biji
tanaman yang lain.
6. Keadaan benih masih baru (kurang dari 6 bulan) saat benih dipanen dan
sungguh-sungguh telah kering. (Puslitbangtan Bogor. 1995)
2.2.2. Penyiapan Lahan
Areal lahan untuk penanaman kedelai dapat dialokasikan pada tanah kering
dan tanah sawah bekas tanaman padi. Waktu pengolahan tanah untuk penanaman
kedelai di lahan sawah pada umumnya di musim kemarau, sedangkan di lahan
7
kering sebaiknya pada akhir musim kemarau. (Wayan Sudana dan Hermanto.
1995)
Tatalaksana penyiapan lahan sebagai sebagai pra-penanaman kedelai dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengolahan tanah minimum dan pengolahan tanah
intensif.
1. Pengolahan Tanah Minimum
Cara pengolahan tanah ini sangat sederhana dan biasanya dipraktikkan pada
lahan sawah bekas tanaman padi atau tebu. Tatacara penyiapan lahan secara
minimum ini adalah :
Babat (bersihkan) jerami padi, kemudian kumpulkan pada suatu tempat
penampungan untuk dibiarkan sampai kering.
Buat saluran drainase arah melintang disekeliling lahan. Ukuran saluran ini
lebar dan dalamnya ± 30 cm, dengan lebar petakan untuk tempat penanaman
kedelai antara 3-10 m atau tergantung pada keadaan lahan.
Biarkan tanah dikeringangin selama 7-10 hari.
Lahan siap ditanami benih kedelai.
2. Pengolahan Tanah Intensif
Pengolahan lahan-lahan kering (tegalan) biasanya dilakukan secara itensif.
Tujuan pengolahan tanah ini diantaranya adalah untuk mengendalikan rumput-
rumput liar, memperoleh struktur tanah yang gembur, memperbaiki drainase
tanah, serta menciptakan medium pertumbbuhan yang optimal bagi tanaman
kedelai. Tatacara pengolahan lahan secara intensif adalah sebagai berikut:
Bersihkan areal lahan dari rumput-rumput liar ataupun jerami.
8
Olah tanah dengan cara dicangkul atau dibajak sedalam 15-20 cm sambil
membenamkan rumput-rumput liar yang sudah lapuk.
Buat parit keliling selebar 40 cm dan dalamnya 30 cm
Gemburkan tanah sambil membuang rumput-rumput liar dan kerikil
kemudian tanah diratakan dan lahan siap ditanami benih kedelai.
2.2.3. Penanaman
Waktu penanaman kedelai disesuaikan dengan kondisi lahan, misalnya pada
lahan kering dan keadaan cuaca normal dilakukan sekitar bulan Oktober-
Nopember atau Februari-Maret. Keterlambatan tanam dapat menghadapi beberapa
masalah, diantaranya adalah serangan hama atau penyakit, dan kekeringan. Oleh
karena itu waktu tanam disuatu daerah atau wilayah yang sehamparan sebaiknya
serempak bersamaan.
Cara tanam benih kedelai dapat dilakukan dengan disebar merata
dipermukaan petakan dan dimasukkan kedalam lubang tanam. Cara tanam yang
paling baik adalah dengan sistem tugal. Keuntungan sistem ini antara lain jarak
tanamnya yang teratur, memudahkan pemeliharaan tanaman, dan dapat
menghemat benih. (Sumarno dan Harnoto. 1983)
2.2.4. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman kedelai di kebun meliputi kegiatan pokok sebagai
berikut :
Pemasangan Mulsa Jerami
9
Waktu pemasangan mulsa jerami dilakukan seusai tanam. Keuntungan
pemulsaan ini antara lain untuk menekan atau mengurangi pertumbuhan gulma
pada awal pertumbuhan kedelai, menambah bahan organik dalam tanah,
memperbaiki struktur tanah, dan mengurangi serangan hama dan lalat bibit.
Penyulaman
Waktu penyulaman dilakukan seawal mungkin, yakni pada umur 7-10 hari
setelah tanam. Keterlambatan penyulaman akan menyulitkan pemeliharaan
tanaman, karena dapat menyebabkan umur dan stadium pertumbuhan tanaman
yang tidak sama.
Pengairan
Waktu pengairan lahan penanaman kedelai sebaiknya pagi atau sore hari.
Cara pengairan adalah dengan digenang selama 15-30 menit. Kemudian airnya
dikeluarkan kembali melalui saluran pembuangan.
Pada tanah yang beirigasi baik, pengairan areal tanaman kedelai dapat
dilakukan 1-2 minggu sekali. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan air
adalah tanah areal penanaman kedelai tidak boleh terlalu becek ataupun
kekeringan. Bila tanahnya becek, maka benih kedelai akan membusuk (tidk
tumbuh) dan tanaman muda tumbuhnya kerdil (merana). Oleh karena itu, pada
tanah-tanah yang becek (mudah tergenang) perlu dibuatkan aluran pembuangan
air disepanjang petakan.
Tanah yang kekeringan, terutama masa periode pertumbuhan vegetatif, akan
mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan kerdil. Demikian pula, kekeringan
pada saat tanaman kedelai berbunga atau pengisian polong akan berakibat gagal
10
panen. Ciri-ciri tanaman kedelai kekurangan air adalah pertumbuhannya
terhambat dan selanjutnya bila tidak memperoleh air, maka tanaman akan mati.
Penyiangan
Waktu penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2-4 minggu
setelah tanam bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan. Penyiangan
berikutnya pada waktu tanam kedelai sebelum berbunga, karena dapat
mengganggu proses persarian bunga, sehingga akan menurunkan produksi antara
10%-50%.
Pemupukan Susulan
Cara pemberian pupuk susulan adalah dengan disebar merata kedalam larikan
dangkal diantara barisan tanaman kedelai atau dimasukkan kedalam lubang tugal
disisi kiri kanan tanaman sejauh ± 10 cm, kemudian ditutup dengan tanah tipis.
Penggunaan ZPT dan PPC
Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi kedelai dapat dipacu
dengan penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan Pupuk Pelengkap Cair
(PPC). Jenis atau macam ZPT adalah yang dianjurkan adalah Atonik 6.5 L,
Dharmasri 5 EC, Ethrel 40 PGR, dan Hobsanol.
Penggunaan ZPT harus tepat dosis, waktu dan caranya sesuai dengan anjuran
sebagaimana pada tabel :
11
Tabel 1. Anjuran penggunaan ZPT pada tanaman kedelai
No Macam ZPT Takaran & waktu aplikasi (cc/lt/ha)
15 hst 21 hst 28 hst 35 hst 42 hst
1. Atonik 6.5 L - 500 cc/
400 lt -
500 cc/
400 L -
2. Dharmasari 5
EC
75 cc/
500 lt -
75 cc/
500 lt - -
3. Ethrel 40 PGR - - 200 cc/
500 lt - -
4. Hobsanol 25 cc/
200 lt - - -
50 cc/
400 lt
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. DT. I JabaR
(hst = hari setelah tanam)
Perlindungan Tanaman
Perlindungan tanaman ditujukan terhadap Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT), terutama serangan hama dan penyakit. Upaya pengendalian hama dan
penyakit harus dilaksanakan secara terpadu.
2.2.5. Panen dan Pascapanen Kedelai
a. Panen
Saat panen kedelai ditentukan berdasarkan umur tanaman, ciri-ciri
kenampakan luar, dan dipengaruhi oleh ketinggian tempat penanaman. Setiap
varietas kedelai mempunyai umur yang berbeda, sehingga waktu panennya harus
menyesuaikan dengan umur tanaman.
Pemanenan kedelai yang terlalu awal yakni pada stadium belum cukup
umurnya atau polong-polongnya masih hijau dapat mengakibatkan kuantitas dan
kualitas produksi kedelai menurun. Pemanenan yang terlalu awal dapat
menyebabkan polong menjadi busuk, bercendawan dan keriput, sehingga mutu
bijinya kurang baik. Sebaliknya, keterlambatan panen dapat menyebabkan
12
polong-polong terlalu kering, mudah pecah, dan biji melenting jatuh sebelum
waktunya.
Pada pertanaman yang baik dan pemeliharaannya intensif, produksi kedelai
dapat mencapai 2,0-2,5 ton biji kering/hektar. Produktivitas rata-rata kedelai
nasional dewasa ini baru mencapai 1,2 ton/hektar. (Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Provinsi DT. I Jawa Barat).
b. Pascapanen
Kegiatan pascapanen kedelai dimulai dari pemanenan, penaganan lanjutan
(pengolahan) sampai siap dikonsumsi atau menjadi bahan mentah industri,
misalnya pada pembuatan kecap, tahu dan tempe. Tujuan utama kegiatan
penanganan pascapanen kedelai adalah:
Mengurangi susut humlah maupun mutu hasil panen.
Meningkatkan mutu hasil panen.
Meningkatkan harga jual dan pendapatan petani (produsen kedelai).
Penanganan pascapanen kedelai diarahkan untuk memenuhi kriteria
persyaratan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. (BIP Ciawi. Perbaikan Teknik
Pasca Panen Kedelai).
2.3. Penawaran Komoditas Kedelai
Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah indonesia sejak masa orde
baru hingga saat ini untuk meningkatkan produksi pertanian sekaligus
memperbaiki tingkat kesejahteraan petani lewat berbagai macam program , seperti
intensifikasi, ekstensifikasi (perluasan areal), diversifikasi produksi dan
13
rehabilitas. Namun pengalaman selama ini menunjukkan bahwa bagaimanapun
bagusnya konsep-konsep yang mendasari semua program tersebut, selama harga
jual yang diterima petani tidak turut diperbaiki oleh pemerintah, usaha-usaha
pemerintah tersebut tidak akan membawa hasil yang optimal. Artinya, volume
produksi mungkin akan meningkat, tetapi jauh dibawah target yang diharapkan,
atau sama sekali tidak ada respon dari petani dalam bentuk peningkatan produksi.
Rangsangan ekonomi dalam bentuk tingkat harga yang menguntungkan,
merupakan faktor paling penting bagi petani untuk meningkatkan produksinya,
seperti juga berlaku bagi setiap produsen di sektor-sektor lain. Petani pada
akhirnya akan merasa tidak ada untungnya memperluas lahan garapan,
menerapkan teknologi baru, memakai pupuk berkualitas baik tetapi dengan harga
lebih mahal dari pupuk organik, dan melakukan diversifikasi produksi apabila
semua itu tidak menambah netonya. Dalam kata lain, harga merupakan faktor
utama, sementara intensifikasi, ekstensifikasi dan sebagainya yang disebut diatas
hanyalah merupakan faktor-faktor penunjang untuk meningkatkan produksi. Pada
akhirnya, si petani itu sendiri yang menentukan apakah dia mau menambah
produksinya atau tidak, karena dia yang melakukan produksi, bukan pemerintah
atau pihak lain.
Karena harga merupakan faktor utama yang disebut diatas, oleh karena itu
agar kebijakan menaikkan output pertanian lewat pemberian intensif harga bisa
berhasil, pemerintah harus mengetahui betul bagaimana respon suplai disektor
pertanian terhadap perubahan harga, tentu respon ini berbeda menurut jenis
14
komoditi dan bahkan antar petani didalam kategori tanaman yang sama,
tergantung pada tujuan petani melakukan tujuan bertani dan kondisi ekonominya.
Hubungan antara harga dan volume produksi (penawaran) dijelaskan di
dalam teori penawaran. Suplai disektor pertanian adalah banyaknya komoditas
pertanian yang diproduksi/ditawarkan oleh para petani/produsen. Dalam hukum
penawaran dinyatakan bahwa semakin tinggi harga dari suatu barang semakin
banyak jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh produsen, karena ransangan
ekonominya tinggi. Sebaliknya, semakin rendah harganya, semakin sedikit jumlah
yang ditawarkan , dengan syarat bahwa faktor-faktor lain yang juga
mempengaruhi penawaran seperti luas tanah, cuaca dan sebagainya, tetap tidak
berubah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah :
a. Harga Produk
Harga produk tinggi akan mengakibatkan peningkatan jumlah produksi di
masa yang akan datang karena dirasakan produsen sangat menguntungkan.
b. Harga Input
Besar kecilnya harga input akan berpengaruh terhadap besar kecilnya input
yang dipakai. Apabila harga faktor produksi turun, petani cenderung akan
membelinya pada jumlah yang relatif lebih besar. Dengan demikian dari
penggunaan faktor produksi yang biasanya dalam jumlah terbatas, dengan adanya
tambahan penggunaan faktor produksi (sebagai akibat dari turunnya harga faktor
produksi), maka populasi akan meningkat.
c. Teknologi
15
Dengan adanya perbaikan teknologi, misalnya penggunaan teknologi baru
sebagai pengganti teknologi lama, maka produksi akan semakin meningkat. Tentu
saja penggunaan teknologi ini mungkin memerlukan biaya produksi yang relatif
tinggi, beban resiko dan ketidakpastian yang juga relatif tinggi, memerlukan
keterampilan khusus dan sebagainya, tetapi apabila ketidakpastian ini dapat
dipecahkan, produksi akan semakin besar.
d. Harapan produsen terhadap harga produksi di masa mendatang
Seringkali juga ditemukan suatu peristiwa petani meramal besaran harga di
masa mendatang, apakah harga suatu komoditas akan menaik atau menurun. Hal
ini disebabkan karena pengalaman yang mereka punya selama beberapa tahun
mengusahakan komoditas tersebut.
e. Jumlah Produsen
Seringkali karena adanya rangsangan harga untuk komoditas pertanian, maka
petani cenderung untuk mengusahakan tanaman tersebut. Misalnya dari semula
produsen menanam sayuran, kemudian karena harga tanaman cengkeh cukup
tinggi, maka ia berubah dari petani sayur ke petani cengkeh.
f. Harga produksi lain
Yang dimaksud dengan harga produksi lain ini adalah perubahan harga
produksi alternatif. Pengaruh perubahan harga produksi alternatif ini akan
menyebabkan terjadinya jumlah produksi yang semakin meningkat atau
sebaliknya semakin menurun.
16
2.4. Fungsi Produksi
Analisis fungsi produksi dalah kelanjutan dari aplikasi analisis regresi, yaitu
analisis yang menjelaskan hubungan sebab-akibat. Jadi, bila produksi (Y)
dipengaruhi oleh pupuk (X), maka pupuk akan selalu mempengaruhi produksi dan
tidak akan terjadi sebaliknya.
Hubungan Y dan X seperti yang dijelaskan sebelumnya dapat berupa regresi
sederhana, yaitu:
Y = f (X)
Dan dapat pula berupa regresi berganda yaitu:
Y = f (X1, X2, .... Xi....... Xn) (Soekartawi, 2006)
2.5. Fungsi Penawaran
Penawaran adalah banyaknya komoditas pertanian yang ditawarkan oleh
produsen atau penjual. Sedangkan hukum penawaran pada dasarnya menyatakan
makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang tersebut yang akan
ditawarkan oleh para produsen atau penjual dengan anggapan faktor-faktor lain
tidak berubah (Daniel, 2002).
Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat
hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan
para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual
untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya tinggidan bagaimana
pula keinginan untuk menwarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah.
17
Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu
barang maka semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para
penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang maka semakin sedikit
jumlah barang yang ditawarkan (Sukirno, 2005).
Teori dasar dari respon penawaran pertanian adalah bahwa faktor-faktor
insentif termasuk harga berpengaruh positif terhadap output atau penawaran
pertanian. Respon penawaran pertanian dapat dianalisis dari titik tolak output
agregat atau suplai, output subsektor (yakni output tanaman dan output binatang)
atau tanaman secara individu (misalnya padi, jagung, teh, kopi, dan sebagainya).
Tingkat agregat yang dipilih tergantung daripada tujuan dari studi yang akan
dilakukan dan tentu tergantung juga dari ketersediaan data. Lagi pula output atau
suplai pertanian dapat dilihat dapat dilihat daalam salah satu dari berikut ini:
(a). Luas lahan yang digarap
(b). Output per ha
(c). Hasil panen
Fungsi penawaran adalah suatu fungsi yang menyatakan hubungan antara
produksi atau jumlah produksi yang ditawarkan dengan harga, menganggap faktor
lain sebagai teknologi dan harga input yang digunakan adalah tetap. Menurut
Ghatak dan Ingersent (1984), bentuk respon penawaran secara sederhana dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Qt = f (Pt-1, At, Wt, Ut)
Keterangan :
18
Qt = Jumlah produksi yang ditawarkan pada tahun atau periode t
Pt-1 = Harga komoditi pada tahun sebelumnya
At = Luas areal pada tahun sebelumnya
Wt = Rata-rata curah hujan pada tahun t
Ut = Variabel pengganggu
Dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah penawaran kedelai di Kabupaten takalar, digunakan model
analisis lag yang didistribusikan dengan pendekatan model penyesuaian Nerlove.
Secara matematik dapat dirumuskan sebagai berikut :
Qt = f (Pt-1, At, Wt, Ut)
Untuk mengestimasi fungsi penawaran terdapat dua pendekatan, pendekatan
tidak langsung dan pendekatan langsung. Dalam pendekatan tidak langsung
mengasumsikan bahwa luas areal equivalen dengan penawaran (At=Qt). Akan
tetapi karena adanya faktor-faktor pengganggu seperti serangan hama dan
penyakit ataupun tanaman Kedelai tidak terawat menyebabkan luas areal tanam
tidak sama dengan luas areal panen, sehingga luas areal tidak equivalen dengan
penawaran. Karena hal tersebut dalam penelitian ini dipakai pendekatan secara
langsung yaitu dengan pendekatan produksi dengan merubah variabel luas areal
tanam menjadi variabel produksi dengan alasan produksi lebih nyata berpengaruh
terhadap penawaran Kedelai daripada luas areal. Sehingga persamaan di atas
dapat diubah menjadi :
Qt = f (Pt-1, Wt, Ut)
19
Kurva penawaran dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang
menggambarkan hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah
barang tersebut yang ditawarkan para produsen. Perubahan harga yang terjadi
menyebabkan perubahan harga yang ditawarkan, tetapi perubahan itu hanya
terjadi dalam satu kurva yang sama. Sedangkan kurva penawaran akan bergeser
ke kanan atau ke kiri jika terdapat perubahan penawaran yang ditimbulkan oleh
faktor-faktor bukan harga. Kurva penawaran yang bergeser ke sebelah kanan
menunjukan terjadinya pertambahan dalam penawaran, sebaliknya pergeseran
kurva penawaran ke sebelah kiri berarti bahwa penawaran telah berkurang
(Firdaus, 2008).
P
S
Q (Ton)
Gambar 1. Kurva Penawaran
Pergeseran dalam penawaran dinyatakan sebagai setiap perubahan yang
menaikkan kuantitas yang diproduksi oleh produsen pada tingkat harga tertentu
akan menggeser kurva penawaran ke arah kanan, demikian pula sebaliknya.
Pergeseran kurva penawaran ke kanan menunjukkan adanya kenaikan dalam
penawaran, pergeseran ke arah kiri menunjukkan adanya penurunan dalam
penawaran
20
P S1
S
S2
O Q
Gambar 2. Pergeseran Kurva Penawaran
Keterangan :
S – Sı = penurunan dalam penawaran
S – S2 = peningkatan dalam penawaran (Mankiw, 2000)
Penawaran kedelai di Kabupaten Takalar dapat diketahui melalui dua
pendekatan yaitu pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung
dapat dianalisis dengan pendekatan jumlah produksi melalui beberapa variabel
antara lain harga kedelai pada tahun sebelumnya, harga pupuk Urea, jumlah
produksi kedelai pada tahun sebelumnya, harga kedelai impor, harga jagung pada
tahun sebelumnya, harga padi, nilai tukar petani, luas panen kedelai dan rata-rata
curah hujan, sedangkan pendekatan tidak langsung ini dapat dilakukan dengan
analisis luas areal tanam. Dalam penelitian digunakan pendekatan langsung yaitu
melalui jumlah produksi dimana terdapat beberapa variabel yang diduga
mempengaruhi penawaran kedelai. Dari beberapa tersebut maka dalam penawaran
kedelai di Kabupaten Takalar akan diketahui besarnya elastisitas penawaran, baik
21
elastisitas penawaran dalam jangka pendek maupun elastisitas penawaran dalam
jangka panjang.
Penggunaan variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap penawaran
kedelai pada penelitian ini yaitu:
1. Harga kedelai pada tahun sebelumnya
Harga merupakan faktor yang cukup berbengaruh pada keputusan petani
untuk menanam kedelai. Apabila harga kedelai pada tahun sebelumnya meningkat
maka petani akan memproduksi kedelai pada tahun t sehingga jumlah penawaran
kedelai akan meningkat. Harga barang yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan harga barang terdeflasi. Harga barang terdeflasi merupakan harga
barang sebenarnya, dimana harga barang tersebut tidak terpengaruh oleh
perubahan harga ataupun nilai tukar uang yang terjadi. Untuk mengetahui harga
barang terdeflasi maka dilakukan pendeflasian dengan indeks harga konsumen
(IHK) kelompok barang umum sebagai deflator.
2. Harga pupuk Urea pada tahun t
Pupuk urea merupakan pupuk yang paling banyak digunakan dan mempunyai
manfaat yang paling besar dibandingkan pupuk-pupuk lain yang digunakan dalam
memproduksi kedelai, karena pupuk urea berguna sebagai pertumbuhan dan
pembesaran benih kedelai. Apabila harga pupuk tersebut naik maka petani akan
menurunkan penggunaan pupuk tersebut, sehingga jumlah produksi kedelai akan
menurun.
22
3. Jumlah produksi kedelai pada tahun sebelumnya
Apabila jumlah produksi kedelai pada tahun sebelumnya meningkat maka
akan mengakibatkan harga kedelai pada tahun t menurun, sehingga petani akan
enggan memproduksi kedelai. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah
penawaran kedelai.
4. Harga jagung pada tahun sebelumnya
Tanaman jagung merupakan barang subsitusi atau tanaman alternatif
pengganti bagi petani apabila tidak menanam kedelai. Hal ini disebabkan karena
tanaman jagung mempunyai syarat tumbuh serta cara budidaya yang hampir sama
dengan tanaman kedelai. Apabila harga jagung pada tahun sebelumnya meningkat
maka petani akan lebih memilih menanam jagung sehingga hal ini akan
mengakibatkan jumlah penawaran kedelai akan menurun.
5. Luas areal panen kedelai pada tahun t
Apabila luas areal panen kedelai meningkat maka akan meningkatkan jumlah
penawaran kedelai.
6. Rata-rata curah hujan pada tahun t
Curah hujan akan mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan tanaman
kedelai serta menentukan kualitas dan kuantitas kedelai. Tanaman kedelai
merupakan tanaman yang tidak tahan air. Apabila curah hujan menurun maka
pertumbuhan tanaman kedelai akan optimal akan tetapi apabila curah hujan
meningkat maka akan menghambat pertumbuhan tanaman serta bibit kedelai,
sehingga akan menyebabkan berkurangnya produksi kedelai.
23
7. Harga padi tahun sebelumnya
Harga padi akan mempengaruhi tingkat penawaran kedelai apabila harga
padi lebih tinggi daripada kedelai maka petani lebih cenderung memilih menanam
padi daripada kedelai.
8. Harga benih kedelai
Harga benih kedelai akan mempengaruhi tingkat produksi kedelai. Apabila
harga benih kedelai naik, maka petani akan menurunkan tingkat produksi kedelai,
begitupun jika harga kedelai menurun.
9. Nilai Tukar Petani
Nilai tukar petani adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani (IT)
dengan indeks harga yang dibayar petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase.
Secara konseptual NTP adalah pengukur kemampuan tukar barang-barang
(produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang
diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam memproduksi
produk pertanian.
2.6. Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran adalah perbandingan antara persentase perubahan
jumlah barang yang ditawarkan terhadap persentase perubahan harga, dengan
pengertian dan anggapan bahwa harga merupakan satusatunya faktor penyebab
dan faktor lain dianggap tetap (Mubyarto, 1989).
Elastisitas penawaran menyatakan tingkat sensitivitas jumlah yang
ditawarkan akibat perubahan harga produk pertanian itu sendiri dan perubahan
24
harga produk pertanian lainnya. Elastisitas penawaran terhadap harga mengukur
seberapa banyak kuantitas penawaran atas suatu barang berubah mengikuti
perubahan harga barang tersebut. Penawaran suatu barang dikatakan elastis jika
perubahan harga barang menyebabkan kuantitas penawaran yang cukup besar.
Sebaliknya, penawaran dikatakan tidak elastis atau inelastis apabila kuantitas
penawaran itu sedikit saja berubah ketika harganya berubah (Sudiyono, 2004).
Besarnya perubahan output sebagai reaksi perubahan harga berbedabeda
diantara berbagai barang. Pengertian elastisitas digunakan untuk memberikan
keterangan tentang kepekaan dalam perubahan jumlah produksi akibat perubahan
tingkat harga. Apabila elastisitas > 1, penawaran dikatakan elastis, sebaliknya
apabila jumlah penawaran bereaksi relatif sedikit terhadap perubahan harga,
elastisitas adalah < 1, dikatakan sebagai in elastis (Bishop dan Toussain, 1989).
Pada elastisitas penawaran terdapat lima golongan elastisitas yaitu :
a. Elastisitas sempurna
Elastisitas sempurna terwujud apabila penjual bersedia menjual semua
barangnya pada suatu harga tertentu, kurva penawaran sejajar dengan sumbu
datar.
b. Elastis
Kurva penawaran elastis terwujud apabila perubahan harga menyebabkan
perubahan yang relatif besar terhadap penawaran.
c. Elastis uniter
Elastis uniter terwujud apabila kurva penawaran bermula dari titik nol.
d. Tidak elastis
25
Kurva penawaran tidak elastis terwujud apabila perubahan harga
menyebabkan perubahan yang relatif kecil terhadap penawaran.
e. Tidak elastis sempurna
Kurva penawaran tidak elastis sempurna terwujud apabila penjual sama sekali
tidak dapat menambah penawarannya walaupun harga bertambah tinggi,
perubahan harga menimbulkan perubahan yang relatif kecil terhadap
penawaran
p
Gambar 3. Elastisitas Penawaran
Dalam elastisitas penawaran ada dua istilah elastisitas jangka pendek dan
elastisitas jangka panjang. Hal ini berhubungan erat dengan pengaturan kembali
dalam penyaluran sumber-sumber ekonomi yang dikuasai oleh petani. Dalam
jangka pendek maka petani secara perorangan mengadakan pengaturan kembali.
Tetapi dalam jangka panjang keseluruhan industri pertanian dapat mengadakan
penyesuaian. (Mubyarto, 1989).
Penawaran dalam jangka panjang cenderung lebih elastis atau mudah
berubah daripada penawaran dalam jangka pendek. Ini mudah dipahami karena
dalam jangka pendek para produsen akan kesulitan menambah atau mengurangi
O Q
Elastis Sempurna
In Elastis Sempurna
In Elastis
P
Q O
Elastis Uniter
Elastis
26
kuantitas produksinya. Dengan demikian, kuantitas penawaran dalam jangka
pendek tidak terlalu peka terhadap perubahan harga. Di dalam jangka pendek
kapasitas alat-alat produksi yang ada tidak dapat ditambah. Tetapi setiap
perusahaan masih dapat menaikkan produksi dengan kapasitas yang tersedia itu
dengan cara menggunakan faktor-faktor produksi, termasuk barang modal secara
intensif. Sedangkan dalam jangka panjang, produksi dan jumlah barang yang
ditawarkan dapat dengan mudah ditambah, oleh karenanya penawaran bersifat
elastis. (Mankiw, 2000).
Untuk menganalisis tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran kedelai di
Kabupaten Takalar yang menggambarkan tanggapan (respon) petani kedelai
mengenai penawaran untuk harga dan variabel-variabel yang lainnya, dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Epd = bi X
Y
Keterangan :
Epd : Elastisitas penawaran jangka pendek
bi : koefesien regresi variabel bebas ke-i
X : rata-rata variabel bebas ke-i
Y : rata-rata variabel tak bebas ke-i
Sedangkan elastisitas penawaran jangka panjang diperoleh dengan membagi
elastisitas (Eps) dengan koefisien penyesuaian (0<δ<1) yang dirumuskan secara
matematik:
27
Epj = Epd
δ
Keterangan :
Epj : elastisitas jangka panjang
Epd : elastisitas jangka pendek
δ : koefesien penyesuaian (0< δ <1)
Dengan kriteria :
Ep > 1 : elastis, yang berarti setiap perubahan variabel X yang mempengaruhi
penawaran kedelai sebesar 1 satuan akan mengakibatkan perubahan penawaran
kedelai lebih besar dari 1 satuan
Ep < 1 : inelastis, yang berarti setiap perubahan variabel X yang mempengaruhi
penawaran kedelai sebesar 1 satuan akan mengakibatkan perubahan penawaran
kedelai kurang dari 1 satuan
28
2.7. Kerangka Teori Analisis Penawaran Kedelai
2.7. Hipotesis
1. Variabel harga kedelai pada tahun sebelumnya, harga pupuk Urea, jumlah
produksi kedelai pada tahun sebelumnya, harga jagung pada tahun sebelumnya,
luas panen kedelai dan rata-rata curah hujan berpengaruh nyata terhadap jumlah
penawaran kedelai di Kabupaten Takalar.
2. Bagaimana elastisitas penawaran kedelai di Kabupaten Takalar untuk jangka
pendek dan Diasumsikan bahwa Semua yang ditanam petani sama dengan yang
dipanen oleh petani kedelai di Kabupaten Takalar.
Sentra Produksi Kedelai
Tidak Langsung Langsung
Pendekatan luas areal
tanam dan
produktivitas kedelai
Pendekatan
jumlah produksi
Harga kedelai tahun sebelumnya
Harga pupuk Urea
Produksi kedelai tahun sebelumnya
Harga Jagung tahun sebelumnya
Luas panen kedelai
Rata-rata curah hujan
Harga padi tahun sebelumnya
Harga benih kedelai
Nilai Tukar Petani
Elastisitas
Penawaran
Penawaran
Jangka Panjang
Penawaran
Jangka Pendek
Gambar 4. Kerangka Berfikir Pendekatan Masalah
29
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu cara
pengambilan lokasi dengan sengaja karena alasan-alasan diketahuinya sifat sifat
dari lokasi tersebut (Surakhmad, 1998) . Dalam penelitian ini dipilih Kabupaten
Takalar, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Takalar merupakan salah satu
daerah penghasil kedelai di Sulawesi Selatan dan merupakan daerah dataran tinggi
yang potensial dan cocok untuk ditanami kedelai.
3.2. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu
penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada dengan cara menyusun
data yang telah dikumpulkan, setelah itu dijelaskan dan kemudian dianalisa.
Metode deskriptif memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat dipandang sebagai
ciri-ciri, sifat-sifat tersebut adalah :
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang dan pada masalah-masalah yang aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, lalu dijelaskan dan kemudian
dianalisa (Surakhmad, 1998).
30
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder (time
series) dengan n = 10 tahun yaitu dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 yang
diperoleh dari instansi yang terkait yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Takalar,
Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar dengan data kuantitatif (menggunakan
angka). Menurut Supranto (2001), data sekunder merupakan data deret waktu
(time series), yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu (hari ke hari,
minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun). Data deret waktu bisa
digunakan untuk melihat perkembangan kegiatan tertentu (harga, produksi, dan
jumlah penduduk) dan sebagai dasar untuk menarik suatu trend, sehingga bisa
digunakan untuk membuat perkiraan-perkiraan yang sangat berguna bagi dasar
perencanaan.
Adapun jenis datanya meliputi data perkembangan Harga kedelai tahun
sebelumnya, harga pupuk urea, produksi kedelai tahun sebelumnya, harga jagung
tahun sebelumnya, luas panen kedelai, Rata-rata curah hujan, Harga padi tahun
sebelumnya, harga kedelai impor, harga benih kedelai, Nilai Tukar Petani, serta
Curah Hujan.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
1. Pencatatan
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mancatat data yang ada
di berbagai instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini.
31
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara secara langsung
dengan sumber-sumber informan dari instansi maupun lembaga yang terkait serta
dari narasumber yang terkait dengan penelitian ini.
3. Observasi
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan secara
langsung di daerah penelitian.
3.5. Metode Analisis Data
1. Analisis penawaran Kedelai
Analisis data yang digunakan adalah dengan regresi linear berganda pada fungsi
penawaran dengan cara pendekatan produksi, secara matematis dirumuskan :
Qs = A x Y
A = a0 + a1 Hkd + a2 HPd + a3 Hjg + e
Y = b0 + b1 HbKd + b2 Hpu + b3 NTP + b4 CH + e
Keterangan :
Qs : Penawaran Kedelai pada tahun t (Ton)
Y : Produktivitas
A : Luas Panen
a0 & b0 : Konstanta
Hkd : Harga Kedelai (Rp/kg)
a1-a4 : Nilai koefesien regresi dari masing-masing variabel
HPd : Harga Padi (Rp/Kg)
32
Hjg : Harga Jagung (Rp/kg)
b1-b4 : Nilai koefesien regresi dari masing-masing variabel
HbKd : Harga Benih Kedelai (Rp/Kg)
NTP : Nilai Tukar Petani
CH : Curah Hujan (mm/tahun)
2. Pengujian model
a. Uji R2
Uji R2 (koefisien determinasi) digunakan untuk mengetahui kemampuan variabel
bebas mempengaruhi variabel tak bebasnya. Semakin tinggi nilai R2 (semakin
mendekati satu) makin erat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak
bebasnya. Dan sebaliknya semakin mendekati 0, maka makin kecil pengaruh
variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Adapun rumus yang digunakan adalah:
R2 = JK Regresi
JK Total
b. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel tak bebas pada tingkat kepercayaan 95 persen. Adapun hipotesis
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ho : b1 = b2 ... = b6 = 0
Ha : b1 ≠ b2 ... b6 ≠ 0 (paling tidak ada salah satu yang tidak sama dengan nol)
Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
33
· Nilai signifikansi < α berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka variabel bebas
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
· Nilai signifikansi > α berarti Ho diterima dan Ha ditolak, maka variabel bebas
secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
c. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel tak bebasnya. Hipotesis yang digunakan untuk menguji
persamaan di atas adalah:
Ho : b1 = b2 = … = 0
Ha : b1 ≠ b2 … = b6 ≠ 0 (paling tidak ada salah satu yang tidak sama dengan nol)
Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
· Nilai signifikansi < α maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti variabel bebas
secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
· Nilai signifikansi > α maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variabel bebas
secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
Untuk menentukan variabel yang paling menentukan dalam mempengaruhi nilai
variabel tak bebas dalam suatu model regresi linier maka digunakan koefisien beta
(β -coefisient). Koefisien beta dengan standardized regression coefisient. Nilai
koefisen b dapat dicari dengan menggunakan rumus:
β i * = β i’δ y
δ 1
34
Keterangan:
β i * : standar koefisien regresi parsial
β i’ : koefisien regresi untuk variabel ke-i
δ y : standar deviasi variabel ke-i
δ 1 : standar deviasi untuk y
Nilai β i* yang paling tinggi merupakan variabel bebas yang mempunyai
pengaruh paling besar terhadap penawaran kedelai di Kabupaten Takalar.
3. Pengujian Asumsi Klasik
a. Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel
bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya. Untuk mengetahuinya
dilakukan uji matrik correlation. Bila matrik pearson correlation tidak ada
satupun yang lebih dari 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel bebas
tidak terjadi multikolinearitas (Gujarati, 1995).
b. Autokorelasi
Menurut Gujarati (1995), autokorelasi merupakan korelasi antar anggota seri
observasi yang disusun menurut urutan tempat, atau autokorelasi pada dirinya
sendiri. Untuk mengujinya dilakukan dengan uji statistik d Durbin watson.
Adapun hipotesis yang digunakan adalah:
Ho : tidak ada serial autokorelasi baik positif ataupun negatif
Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
d < dL : menolak Ho, terjadi autokorelasi positif
d > 4 – dL : menolak Ho, terjadi autokorelasi negatif
35
dU < d < 4-dU : Terima Ho, tidak terjadi autokorelasi
dL ≤ d ≤ dU : tidak dapat disimpulkan
4 – dU < d < 4-4dL : tidak dapat disimpulkan
c. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Dalam penelitian ini digunakan metode grafik dengan melihat diagram pencar
(scatterplot) untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Pada pengujian
heteroskedastisitas dengan metode grafik, jika dari diagram pencar terlihat titik
titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola yag teratur maka hal
tersebut menunjukkan bahwa kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama
(homoskedastisitas) dan dapat disimpulkan dari model yang diestimasi tidak
terjadi heteroskedastisitas.
4. Elastisitas penawaran Kedelai
Untuk menganalisis tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran Kedelai di
Kabupaten Takalar yang menggambarkan tanggapan (respon) petani Kedelai
mengenai penawaran untuk harga dan variabel-variabel yang lainnya, dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Epd = bi X
Y
Keterangan :
Epd : Elastisitas penawaran jangka pendek
bi : koefesien regresi variabel bebas ke-i
36
X : rata-rata variabel bebas ke-i
Y : rata-rata variabel tak bebas
Sedangkan elastisitas penawaran jangka panjang diperoleh dengan membagi
elastisitas (Eps) dengan koefisien penyesuaian (0<δ<1) yang dirumuskan secara
matematik:
Epj = Epd
d
Keterangan :
Epj : elastisitas jangka panjang
Epd : elastisitas jangka pendek
d : koefesien penyesuaian (0<d <1)
Dengan kriteria :
Ep > 1 : elastis, yang berarti setiap perubahan variabel X yang mempengaruhi
penawaran Kedelai sebesar 1 satuan akan mengakibatkan perubahan penawaran
Kedelai lebih besar dari 1 satuan
Ep < 1 : inelastis, yang berarti setiap perubahan variabel X yang mempengaruhi
penawaran Kedelai sebesar 1 satuan akan mengakibatkan perubahan penawaran
Kedelai kurang dari 1 satuan.
3.6. Definisi Operasional Variabel
1. Jumlah penawaran Kedelai (Qs) adalah jumlah produksi Kedelai yang
dihasilkan dari usahatani Kedelai di Kabupaten Takalar yang ditawarkan pada
tahun bersangkutan, dinyatakan dalam satuan Ton.
37
2. Harga Kedelai tahun sebelumnya (Pt-1) adalah harga Kedelai terdeflasi yang
berlaku di Kabupaten Takalar pada tahun sebelumnya, dinyatakan dengan
satuan Rp/kg.
3. Harga pupuk Urea tahun t adalah harga pupuk Urea terdeflasi yang berlaku di
Kabupaten Takalar pada tahun bersangkutan, dinyatakan dengan satuan Rp/kg.
4. Produksi kedelai tahun sebelumnya (Qt-1) adalah jumlah produksi Kedelai
yang dihasilkan dari usahatani Kedelai dan ditawarkan di Kabupaten Takalar
pada tahun sebelumnya, dinyatakan dalam satuan Ton.
5. Harga Jagung tahun sebelumnya adalah harga Jagung terdeflasi yang berlaku di
Kabupaten Takalar pada tahun sebelumnya, dinyatakan dengan satuan Rp/kg.
6. Luas areal panen Kedelai tahun t (At) yaitu jumlah luas tanah yang ditanami
dan menghasilkan Kedelai pada tahun bersangkutan di Kabupaten Takalar,
dinyatakan dalam satuan hektar.
7. Rata-rata curah hujan tahun t (Rt) yaitu rata-rata curah hujan tahunan pada
tahun bersangkutan di Kabupaten Takalar. Diukur dengan meratarata curah
hujan di Kabupaten Takalar selama satu tahun dan dinyatakan dalam satuan
mm/tahun.n jangka panjang bersifat inelastis.
8. Harga padi tahun sebelumnya merupakan harga yang terdeflasi yang berlaku di
Kabupaten Takalar pada tahun sebelumnya, dinyatakan dengan satuan Rp/Kg
9. Nilai Tukar Petani merupakan nilai tukar antara barang produksi pertanian
dengan barang-barang konsumsi.
38
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis
Kabupaten Takalar merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan yang terlatak pada bagian selatan. Letak astronomis Kabupaten
Takalar berada pada posisi 5O3’ – 5
O38’ Lintang Selatan dan 119
O22’ – 119
O39’
Bujur Timur, dengan luas wilayah kurang lebih 566,51 Km2. Secara administrasi
Kabupaten Takalar memiliki wilayah berbatasan dengan:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten
Jeneponto
Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar
Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores
Luas Wilayah Kabupaten Takalar tercatat 566,51 km2 terdiri dari 9
kecamatan dan 100 wilayah desa/kelurahan. Jarak ibukota Kabupaten Takalar
dengan ibukota Propinsi Sulawesi Selatan mencapai 45 km yang melalui
Kabupaten Gowa. Wilayah administrasi Kabupaten Takalar hingga tahun 2006
terdiri atas 7 kecamatan, dan pada tahun 2007 mengalami pemekaran wilayah
menjadi 9 kecamatan. Dua wilayah kecamatan hasil pemekaran adalah Kecamatan
Sanrobone yang dimekarkan dari Kecamatan Mappakkasunggu, dan Kecamatan
Galesong yang dimekarkan dari Kecamatan Galesong Utara dan Galesong
Selatan. Sumber data dari BPS Kabupaten Takalar, menunjukkan wilayah
kecamatan terluas adalah Kecamatan Polombangkeng Utara dengan luas kurang
lebih 212,25 Km2, atau sekitar 37,47% dari luas wilayah Kabupaten Takalar,
39
sedangkan kecamatan yang memiliki luasan terkecil adalah Kecamatan Galesong
Utara dengan luas wilayah kurang lebih 15,11 Km2 atau sekitar 2,67% dari luas
Kabupaten Takalar. Secara rinci luas masing-masing kecamatan di Kabupaten
Takalar, diuraikan pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Luas Wilayah Kabupaten Takalar berdasarkan jumlah Kecamatan
No Kecamatan Luas
(Km2)
Persentase
(%)
Jumlah
Desa/Kekurahan Ibukota
1 Mangarabombang 100,50 17,74 12 Mangadu
2 Mappakasunggu 45,27 7,99 4 Cilallang
3 Sanrobone 29,36 5,18 4 Sanrobone
4 Polongbangkeng selatan 88,07 15,55 8 Bulukunyi
5 Pattallassang 25,31 4,47 8 Pattalassang
6 Polongbangkeng Utara 212,25 37,47 15 Palleko
7 Galesong 25,93 4,58 11 Galesong Kota
8 Galesong Selatan 24,71 4,36 8 Bontokassi
9 Galesong Utara 15,11 2,67 7 Bontolebang
Sumber : BPS Kabupaten Takalar, 2012
4.1.1. Topografi
Berdasarkan kondisi topografi Wilayah Kabupaten Takalar berada pada
ketinggian 0 – 1000 meter diatas permukaan laut (mdpl), dengan bentuk
permukaan lahan relatif datar, bergelombang hingga perbukitan. Sebagian besar
wilayah Kabupaten Takalar merupakan daerah dataran dan wilayah pesisir dengan
ketinggian 0 – 100 mdpl, yaitu sekitar 86,10% atau kurang lebih 48,778 Km2.
Sedangkan selebihnya merupakan daerah perbukitan dan berada pada ketinggian
diatas 100 mdpl, yaitu sekitar 78,73 Km2, kondisi sebagian besar terdapat pada
40
Kecamatan Polobangkeng Utara dan Polombangkeng Selatan. Sumber data yang
diperoleh dan hasil analisa GIS, menujukkan keadaan topografi dan kelerengan
Kabupaten Takalar sangat bervariasi, yang secara umum berada pada kisaran
0 -2%, 2 - 15%, 15 - 30%, 30 – 40% dan > 40%.
Kondisi topografi tersebut memiliki potensi untuk pengembangan beberpa
kegiatan perkeonomian masyarakat seperti pertanian, perikanan, perkebunan,
peruntukan lahan permukiman dan sarana prasarana sosial ekonomi lainnya. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut :
Tabel 3. Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian Dari Permukaan Laut Di
Kabupaten Takalar
No Kecamatan Luas (Ha)
Jumlah
(Ha) 0-100 mdpl 100-500 mdpl >500 mdpl
1 Mangarabombang 10.050 10.050
2 Mappakasunggu 4.527 4.527
3 Sanrobone 2.936 2.938
4 Polongbangkeng
selatan 7.960 847 8.807
5 Pattallassang 2.531 2.531
6 Polongbangkeng
Utara 14.199 6.904 122 21.225
7 Galesong 2.593 2.593
8 Galesong Selatan 2.471 2.471
9 Galesong Utara 1.511 1.511
Jumlah 48.778 7.751 122 56.651
Persentase (%) 86,10 13,68 0,22 100
Sumber : BPS Kabupaten Takalar, 2012
Wilayah Kecamatan Polombangkeng Utaran dan Wilayah Kecamatan
Polombangkeng Selatan selain memiliki wilayah dataran dan sebagian kecil
41
wilayahnya perbukitan. Wilayah ini memiliki lereng dengan kemiringan 15-40%
yang luasnya kurang lebih 78,73 Km2 atau 13% dari luas wilayah kabupaten.
kondisi tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk perkembangan
perkebunan.
4.1.2. Keadaan Iklim
Setiap usaha pertanian mempunyai keterkaitan langsung dengan faktor
iklim. Faktor iklim besar sekali pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman. Dua faktor iklim yang perlu diperhatikan adalah curah hujan dan suhu
udara. Kondisi iklim wilayah Kabupaten Takalar dan sekitarnya secara umum
ditandai dengan jumlah curah hujan yang relatif tinggi, dan sangat dipengaruhi
oleh angin musim. Berdasarkan hasil pengamatan stasiun hujan di Kabupaten
Takalar, menunjukkan suhu udara minimum rata-rata 22,20C hingga 20,4
0C. Hal
ini sesuai dengan kondisi pertumbuhan tanaman kedelai.
Tabel 4. Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Takalar Tahun 2004-2013
No Tahun Curah Hujan (mm/bulan)
1 2004 216,25
2 2005 555,4
3 2006 19,2
4 2007 645,5
5 2008 712,25
6 2009 179,75
7 2010 240,67
8 2011 173,9
9 2012 67,08
10 2013 112,9
Jumlah 2922,9
Rata-rata 292,29
Sumber: BPS Kabupaten Takalar
42
Potensi sumberdaya air di Kabupaten Takalar selain dipengaruhi oleh kondisi
klimatologi wilayah, juga dipengaruhi oleh beberapa aliran sungai yang melintas
pada beberapa kawasan. Potensi sumberdaya air tersebut dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk kegiatan pertanian dan sumber air baku untuk kebutuhan
lainnya.
Potensi air tanah dapat dimanfaatkan sebagai air baku untuk berbagai
kepentingan kegiatan masyarakat, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk
menunjang kegiatan ekonomi mayarakat. Potensi air tanah yang terdapat di
Kabupaten Takalar ditunjang oleh keberadaan aliran sungai. Selain itu potensi air
di Kabupaten Takalar juga dipengaruhi oleh Wilayah Aliran Sungai (WAS)
Jeneberang, yang sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan
sumber air bersih (DAM Bili-Bili).
Pengembangan dan pengolahan air tanah di Kabupaten Takalar memerlukan
kajian lebih lanjut untuk memperoleh kualitas dan kebutuhan secara kuantitas
untuk masing-masing sektor kegiatan masyarakat. Pada intinya kebutuhan
mendasar untuk pengembangan sumberdaya air diperuntukan untuk menunjang
kegiatan pertanian, sehingga dibutuhkan cadangan sumber air yang cukup besar.
4.1.3. Kondisi Struktur Geologi
Struktur geologi Kabupaten Takalar dipengaruhi oleh formasi camba,
terobosan, gunung api cindako, formasi tonasa dan endapan aluvium. Masing
masing formasi batuan tersebut memiliki karakteristik yang membentuk struktur
tanah dan batuan, antara lain :
43
Formasi Terobosan, terbentuk atas batuan basal
Formasi Camba terbentuk atas sendimen laut berselingan
Formasi Tonasa terbentuk atas batuan gamping
Formasi Gunung Api–Cindako, terbentuk atas batuan lava-breksi-tufa-
konglomerat dan terutama lava
Endapan alivium dan pantai, terbentuk atas kerikil, pasir, lempung, dan
lumpur.
Jenis batuan atau geologi Kabupaten Takalar terdiri dari; Vulcanic (batuan
Vulkanik), batuan ini merupakan batuan tertua yang telah mengalami perubahan,
sebagian besar batu kapur terbentang sepanjang pantai perbatasan Takalar dengan
Jeneponto. Gunung Api Baturape – Cindako merupakan batuan vulkanik basal
yang terdiri dari lava dan batuan piroklastik yang bersilangan dengan tufa dan
batu pasir. Batuan ini tersebar luas di wilayah pegunungan dan daerah dataran.
Lapisan batuan ini memiliki porositas dan permeabilitas yang rendah. Batuan
Instrusif terdiri atas batuan basal mulai dari dolerit, diorit, gabbro hingga diabase.
4.1.4. Kondisi Jenis Tanah
Keadaan jenis tanah Kabupaten Takalar secara umum termasuk dalam
golongan stadium dewasa dengan tekstur permukaan halus, umunya kondisi tanah
tersebut dipengaruhi fromasi pada pegunungan Bawakaraeng dan Lompobattang.
Tatanan statigrafi pada umumnya terdiri dari endapan Aluvium, Miosen tengah-
akhir serta Eosen akhir-Miosen tengah dengan sedikit terobosan Andesit. Endapan
Aluvium terdiri dari lempung, pasir, lumpur, kerikil dan bongkah batuan yang
44
tidak padu (lepas). Endapan ini berasal dari hasil desintegrasi batuan yang lebih
tua. Struktur tanah yang terbentuk meliputi jenis tanah entisol, inceptisol, molisol,
dan ultisol. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5. Klasifikasi Jenis Tanah di Kabupaten Takalar di Rinci Menurut
Kecamatan
No Kecamatan Luas Jenis Tanah (Ha)
Inceptiol Ultisol Molisol Entisol
1 Mangarabombang 6.970,25 847,24 451,34 1.525,74
2 Mappakasunggu 1.154,83 - - 3.896,18
3 Sanrobone 1.869,76 - -
4 Polongbangkeng Selatan 6.041,31 2.705,62 -
5 Pattallassang 1.814,24 - -
6 Polongbangkeng Utara 14.975,05 7.686,82 -
7 Galesong 2.320,27 - - 86,29
8 Galesong Selatan 1.910,23 - - 73,62
9 Galesong Utara 2.029,48 - - -
Jumlah 39.085,42 11.239,79 451,34 5.581,83
Sumber: BPS Kabupaten Takalar, 2013
Morfologi dataran rendah dan pantai terdapat di sebelah barat, memanjang
dari utara ke selatan dan pada umumnya diisi oleh endapan sedimen Sungai dan
pantai berpotensi pengembangan pertanian dan perikanan (tambak). Sedangkan
morfologi perbukitan dengan ketinggian ± 50 – 200 meter dari permukaan laut
yang berada pada bagian tengah ke arah Timur dan Selatan pada umumnya
wilayah perbukitan yang berpotensi untuk pengembangan perkebunan.
4.2. Demografi
Penduduk merupakan salah satu unsur utama dalam pembentukan suatu
wilayah, karakteristik penduduk merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
45
pengembangan atau pembangunan suatu wilayah dengan mempertimbangkan
pertumbuhan penduduk, komposisi struktur kepedudukan serta adat istiadat dan
kebiasaan penduduk. Dengan demikian karakteristik penduduk sangat diperlukan
dalam penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR).
4.2.1. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk
Penduduk Kabupaten Takalar berdasarkan hasil Perhitungan Dana Alokasi
Umum 2013 (DAU2013) di 9 Kecamatan, dengan jumlah penduduk terbesar
berada di Kecamatan Polongbangkeng Utara, yakni 47.693 jiwa. Rasio jumlah
penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari penduduk berjenis
kelamin laki-laki perkabupaten, dimana 134.800 jiwa berjenis kelamin laki-laki
dan 145.800 berjenis kelamin perempuan. Dengan angkan rasio jenis kelamin
92,45 (93), dapat diartikan bahwa setiap 100 orang berjenis kelamin perempuan
terdapat 93 orang berjenis kelamin laki-laki.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Takalar pada tahun 2013 mencapai 495
jiwa/km2. Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan
Galesong Utara, dengan tingkat kepadatan mencapai 2.477 jiwa/km2, dan
Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan
Polongbangkeng Utara dengan angka kepadatan 225 jiwa/km2. Hal ini dapat
dilihat dalam tabel berikut :
46
Tabel 6. Rata-Rata Penduduk PerDesa/Kelurahan, Kepadatan, dan Rata-
Rata Anggota Rumah Tangga Menurut Kecamatan Di Kabupaten
Takalar.
No Kecamatan
Banyaknya
Penduduk Per
Desa/Kelurahan
Penduduk
(Populasi)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/Km2)
1 Mangarabombang 3.182 38.186 380
2 Mappakasunggu 1.751 15.757 348
3 Sanrobone 2.303 13.818 471
4 Polongbangkeng
Selatan 2.785 27.846 316
5 Pattallassang 4.016 36.146 1.428
6 Polongbangkeng
Utara 2.650 47.693 225
7 Galesong 2.069 24.827 1.005
8 Galesong Selatan 2.778 38.895 1.500
9 Galesong Utara 3.743 37.432 2.477
Kabupaten Takalar 2.806 280.600 495
Sumber: BPS Kabupaten Takalar, 2013
Perkembangan jumlah penduduk dalam suatu wilayah dipengaruhi oleh
faktor kelahiran dan kematian (pertambahan alami), selain itu juga dipengaruhi
adanya faktor migrasi penduduk yaitu perpindahan keluar dan masuk. Pada
dasarnya tingkat pertumbuhan jumlah penduduk, dapat digunakan untuk
mengasumsikan prediksi atau meramalkan perkiraan jumlah penduduk dimasa
yang akan datang.
4.2.2. Keadaan Penduduk Menurut Usia Dan Jenis Kelamin
Penduduk merupakan faktor yang potensial untuk pembangunan ekonomi
secara keseluruhan. Penduduk merupakan sumberdaya untuk menjalankan proses
47
produksi dan distribusi barang dan jasa. Jumlah penduduk yang besar diharapkan
dapat mendudukung pembangunan ekonomi dan pembangunan pertanian
khususnya. Penduduk berdasarkan umur angkatan kerja dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu :
a. Usia 0-14 tahun : belum produktif
b. Usia 15-64 tahun : produktif
c. Usia ≥ 65 tahun : tidak produktif
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten
Takalar Pada Tahun 2013.
Kelompok
Umur
Penduduk Jumlah Persentase
Laki-Laki Perempuan
0-14 40.109 43.382 83.491 29,75
15-64 86.751 93.882 180.583 64,36
65+ 7.940 8.586 16.526 5,89
Jumlah 134.800 145.800 280.600 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Takalar, 2013
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Takalar
pada tahun 2013 sebanyak 280.600 jiwa. Dengan jumlah laki-laki sebanyak
134.800 jiwa, dan jumlah perempuan sebanyak 145.800 jiwa.
Dari keseluruhan penduduk di Kabupaten Takalar yang sebagian besar
tergolong usia produktif, yaitu berusia 15-64 tahun sebesar 180.538 orang atau
64,36 % yang merupakan keunggulan bagi kabupaten Takalar dalam hal
ketersediaan tenaga kerja usahatani kedelai. Penduduk usia produktif adalah
penduduk yang melaksanakan kegiatan produksi dan segi ekonomi dimana segala
kebutuhannya ditanggung mereka sendiri (usia 15-64 tahun). Sedangkan
penduduk usia non produktif adalah penduduk yang belum bisa bekerja untuk
48
dapat mencukupi kebutuhan sendiri dan penduduk yang tidak mampu bekerja
(usia 0-14 tahun dan 65+).
4.2.3. Jumlah Penduduk Pencari Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi
Data mengenai Jumlah Penduduk Pencari Kerja Menurut Pendidikan
Tertinggi dapat dilihat dalam Tabel 7 berikut:
Tabel 8. Jumlah Penduduk Pencari Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi dan
Jenis Kelamin
No Pendidikan Tertinggi Laki-laki Perempuan Jumlah
1 SD 7 3 10
2 SLTP 11 16 37
3 SLTA 432 417 849
4 Diploma 1-2 26 104 130
5 Diploma 3/Akademi 58 290 348
6 Diploma 4/Sarjana 277 574 851
7 Pascasarjana (S2/S3) 1 - 1
Jumlah 812 1.404 2.216
Sumber : Dinas Nakertrans, Kependudukan dan Capil Kab. Takalar 2013
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah penduduk pencari kerja
tertinggi berada pada tingkat SLTA dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 432
orang, sedangkan jumlah penduduk pencari kerja tertinggi selanjutnya berada
pada tingat Diploma 4 atau Sarjana sebanyak 574 orang dengan jenis kelamin
perempuan.
49
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kondisi Umum Penanaman Kedelai Di Kabupaten Takalar
Kebutuhan kedelai tiap tahun di dalam negeri cenderung mengalami
peningkatan, sedangkan persediaan produksi belum mampu mengimbangi
permintaan. Melihat kondisi Kabupaten Takalar yang memiliki wilayah daratan
yang luas menunjukkan bahwa Kabupaten Takalar memiliki potensi untuk
mengembangkan kegiatan pertanian khususnya dalam mengembangkan produksi
Kedelai.
Petani kedelai di Kabupaten Takalar pada umumnya menanam Kedelai
setelah petani selesai memanen padi yaitu berkisar pada bulan Juni sampai
Agustus karena pada bulan-bulan ini dimana sudah memasuki musim kemarau.
Varietas Kedelai yang ditanam petani pada umumnya masih merupakan kedelai
lokal. Jenis pupuk yang sering digunakan petani dalam penanaman kedelai
merupakan pupuk Urea dengan dosis sekitar 25 Kg, yang dapat merangsang
proses pertumbuhan Kedelai. Dari pertimbangan diatas, maka dalam penelitian ini
variabel yang digunakan sebagai variabel input dalam penawaran Kedelai di
Kabupaten Takalar adalah variabel harga Pupuk Urea.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, produksi kedelai di Kabupaten takalar
mengalami peningkatan. Peningkatan produksi ini disebabkan karena peningkatan
produktivitas kedelai dimana walaupun luas areal tanam kedelai semakin
berkurang tetapi produksi kedelai terus meningkat.
50
5.2. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Respons penawaran kedelai diidentifikasi melalui respons luas panen dan
respons produktivitas dari komoditas kedelai yang masing-masing merupakan
variabel dependen. Variabel-variabel independen untuk respons luas panen
kedelai meliputi lag harga kedelai, lag harga padi, dan lag harga jagung. Untuk
respons produktivitas kedelai independennya meliputi lag produktivitas kedelai,
lag harga benih kedelai, lag harga pupuk urea, lag nilai tukar petani dan curah
hujan.
Data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data time series selama
10 tahun dari tahun 2004-2013. Untuk menganalisis data tersebut sesuai dengan
tujuan penelitian maka digunakan analisis regresi linier berganda dengan metode
OLS yang dibantu dengan software aplikasi Eviews-8. Analisis ini dirinci
menurut daerah sentra produksi kedelai yaitu Mangarabombang, Pattallassang dan
Galesong Selatan.
Dalam penelitian yang berjudul Analisis Penawaran Kedelai Di Sentra
Produksi Kabupaten Takalar ini ada beberapa variabel yang berpengaruh terhadap
penawaran kedelai di Kabupaten Takalar yaitu harga kedelai tahun sebelumnya,
harga padi tahun sebelumnya, harga jagung tahun sebelumnya, jumlah produksi
kedelai tahun sebelumnya luas areal tanam kedelai, rata-rata curah hujan dan
harga pupuk urea tahun sebelumnya.
51
1. Harga Kedelai Tahun Sebelumnya.
Tingkat harga kedelai yang diterima petani kedelai merupakan harga yang
sudah dideflasikan yang bertujuan untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Berikut
tabel harga kedelai. adapun perkembangan harga kedelai dari tahun 2004-2013
dapat dilihat pada tabel 8 berikut :
Tabel 9. Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Takalar Tahun 2004-2013.
Tahun
Harga Kedelai
Sebelum
Terdeflasi
(Rp1000)
IHK
Harga Kedelai
Setelah
Terdeflasi (Rp
1000)
Perkembangan
Rp/Kg %
2004 3,00 109,9 3,00
2005 3,50 121 2,89 -0,11 -3,66667
2006 4,00 137,8 2,90 0,01 0,346021
2007 4,00 145,7 2,75 -0,15 -5,17241
2008 4,50 129,9 3,46 0,71 25,81818
2009 6,00 115 5,22 1,76 50,86705
2010 7,00 121,3 5,77 0,55 10,5364
2011 6,00 127,6 4,70 -1,07 -18,5442
2012 6,00 132,8 4,52 -0,18 -3,82979
2013 6,00 137,4 4,37 -0,15 -3,31858
Jumlah 50,00 1278,4 39,58 1,37
Rata-rata 5,00 127,84 3,96 0,14
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Takalar, 2004-2013
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa harga kedelai di Kabupaten
Takalar pada tahun 2004-2013 berkisar antara Rp 2,75- Rp 5,77 perkilogramnya.
Perkembangan harga kedelai dari tahun ke tahun cenderung naik turun , karena
disaat mengalami kenaikan harga pada tahun tertentu maka akan mengalami
penurunan pada tahun berikutnya. Harga kedelai terdeflasi terendah pada tahun
52
2007 yaitu sebesar Rp 2,75 perkilogram sedangkan harga kedelai terdeflasi
tertinggi pada tahun 2010 sebesar Rp 5,77 perkilogram.
Perkembangan harga kedelai pada tahun 2004-2013 disajikan dalam gambar
berikut :
Gambar 5. Grafik Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Takalar Pada
Tahun 2004-2013
Pada gambar diatas dapat diketahui perkembangan harga kedelai sebelum
dan setelah terdeflasi. Harga kedelai di Kabupaten Takalar 10 tahun terakhir
cenderung mengalami peningkatan. Harga kedelai di Kabupaten Takalar sebelum
terdeflasi berkisar antara Rp 3,00-7,00 perkilogram, sedangkan harga kedelai
setelah terdeflasi berkisar antara Rp 2,75-5,77 perkilogram. Perkembangan harga
kedelai sebelum dan setelah terdeflasi dari tahun ke tahun cenderung berfluktuasi.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Har
ga K
ed
ela
i
Tahun
Harga Kedelai Sebelum Terdeflasi Harga Kedelai Setelah Terdeflasi
53
2. Harga Pupuk Urea
Harga pupuk urea merupakan salah satu input dalam budidaya kedelai.
pemilihan pupuk urea sebagai barang input yang digunakan dalam penelitian ini
terkait bahwa pupuk urea berpengaruh pada pertumbuhan kedelai. Akibatnya
perubahan harga pupuk urea ini mempengaruhi produksi kedelai yang kemudian
akan mempengaruhi penawaran kedelai di Kabupaten Takalar. Berikut
perkembangan harga pupuk urea di Kabupaten Takalar dari tahun 2004-2013.
Tabel 10. Harga Pupuk Urea di Kabupaten Takalar Tahun 2004-2013
Tahun
HPU Sebelum
Terdeflasi
(Rp/kg)
IHK HPU Setelah
Terdeflasi (Rp/kg)
perkembangan
Rp/Kg %
2004 1.422 109,9 1.422
2005 1.486 121 1.229 -193 -13,572433
2006 1.477 137,8 1.072 -157 -12,774614
2007 1.600 145,7 1.098 26 2,42537313
2008 1.600 129,9 1.231 133 12,1129326
2009 1.900 115 1.652 421 34,1998375
2010 1.900 121,3 1.566 -86 -5,2058111
2011 1.900 127,6 1.489 -77 -4,916986
2012 1.900 132,8 1.431 -58 -3,8952317
2013 1.900 137,4 1.383 -48 -3,3542977
Jumlah 17.086 1.278 13.572
Rata-rata 1.708,56 127,85 1.357,23
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Takalar, 2004-2013
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui rata-rata harga pupuk urea sebelum dan
setelah terdeflasi cenderung stabil. Rata-rata pupuk urea di Kabupaten Takalar
sebelum terdeflasi sebesar 1.708,56 dan setelah terdeflasi sebesar 1.357,23. Hal
54
ini dikarenakan pupuk merupakan komoditas yang diatur pemerintah melalui
subsidi. Perkembangan harga pupuk urea dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6. Grafik Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten Takalar
Dari Tahun 2004-2013
Pada gambar 2 terlihat bahwa perkembangan harga pupuk urea di
Kabupaten Takalar tahun 2004-2013 sebelum terdeflasi terus meningkat meskipun
terjadi hal yang sama pada tahun 2006-2013 yaitu Rp 1.600-1.900 Rp/kg.
sedangkan harga pupuk urea setelah terdeflasi cenderung berfluktuasi dengan
harga tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar Rp 1.652 Rp/Kg.
3. Harga Jagung Tahun Sebelumnya
Jagung merupakan tanaman substitusi dalam budidaya kedelai di Kabupaten
Takalar. Pemilihan jagung sebagai barang substitusi yang digunakan dalam
penelitian ini terkait dengan syarat tumbuh dan cara budidaya yang hampir sama
dengan budidaya kedelai. Perkembangan harga jagung dari tahun 2004-2013
dapat dilihat dalam tabel berikut :
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
2,000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Har
ga P
up
uk
Ure
a
Tahun
harga pupuk urea sebelum terdeflasi harga pupuk urea setelah terdeflasi
55
Tabel 11. Perkembangan Harga Jagung Dari Tahun 2004-2013 di Kabupaten
Takalar
Tahun
Harga Jagung
Sebelum
Terdeflasi
(1000 Rp/kg)
IHK
Harga Jagung
Setelah Terdeflasi
(1000 Rp/kg)
Perkembangan
Rp/Kg %
2004 1,27 109,9 1,27
2005 1,40 121,0 1,16 -0,11 -8,6957
2006 1,45 137,8 1,05 -0,11 -9,0894
2007 1,70 145,7 1,17 0,12 10,9332
2008 1,90 129,9 1,46 0,30 25,3032
2009 2,20 115,0 1,91 0,45 30,7914
2010 2,15 121,3 1,77 -0,14 -7,3164
2011 2,36 127,6 1,85 0,07 4,14196
2012 2,53 132,8 1,90 0,06 3,03474
2013 2,74 137,4 1,99 0,09 4,81206
Jumlah 19,69 1.278,5 15,53 0,73
Rata-rata 1,97 127,8 1,55 0,07
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Takalar, 2004-2013
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa harga jagung di
Kabupaten Takalar pada tahun 2004-2013 berkisar antara Rp 1,05 – Rp 1,99
perkilogram. Perkembangan harga jagung cenderung mengalami peningkatan.
Harga jagung terdeflasi terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar Rp 1,05
sedangkan harga jagung terdeflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar Rp
1,99 perkilogram. Perkembangan harga jagung dapat dilihat pada gambar berikut :
56
Gambar 3. Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Takalar Tahun
2004-2013
Gambar 7. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Takalar Pada Tahun
2004-2013
Pada grafik diatas dapat diketahui perkembangan harga jagung di
Kabupaten Takalar sebelum dan sesudah terdeflasi. Harga jagung sebelum
terdeflasi di Kabupaten Takalar cenderung mengalami peningkatan dari tahun
2005-2009 sebesar Rp 1,40 – Rp 2,20 perkilogram, adapun di tahun 2010
mengalami penurunan sebesar Rp 2,15 tetapi di tahun 2011-2013 kembali
meningkat sebesar Rp 2,36 – Rp 2,74. Adapun harga jagung setelah terdeflasi
berkisar antara Rp 1,05 – Rp 1,99.
4. Jumlah Produksi Kedelai
Penawaran kedelai dihitung dengan pendekatan jumlah produksi. Jumlah
produksi merupakan faktor yang sangat penting dalam penawaran. Hal ini
dikarenakan jumlah produk merupakan jumlah yang akan ditawarkan kepada
konsumen. Jumlah produksi yang tinggi akan membuat penawaran akan barang
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Har
ga J
agu
ng
Tahun
harga Jagung sebelum terdeflasi harga jagung setelah terdeflasi
57
tersebut tinggi dan sebaliknya. Adapun perkembangan produksi kedelai di
Kabupaten Takalar selama 2004-2013 dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 12. Produksi Kedelai di Kabupaten Takalar Tahun 2004-2013
Tahun Produksi
(ton)
Luas Panen
(ha)
Produktivitas
(ton/ha)
Luas Panen
(100 ha)
2004 513,08 427,18 1,20 4,2718
2005 589,00 346,00 1,70 3,4600
2006 925,01 601,00 1,54 6,0100
2007 809,26 691,47 1,17 6,9147
2008 971,22 834,87 1,16 8,3487
2009 1.321,20 1.082,00 1,22 10,8200
2010 918,40 493,00 1,86 4,9300
2011 1.175,36 888,72 1,32 8,8872
2012 1.183,40 662,00 1,79 6,6200
2013 1.400,01 934,00 1,50 9,3400
Jumlah 9.805,94 6.960,24 14,47 69,6024
Rata-rata 980,59 696,02 1,45 6,9602
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Takalar, 2004-2013
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah produksi kedelai di
Kabupaten Takalar pada tahun 2004-2013 berkisar antara 513,08-1.400,01 ton
cenderung mengalami peningkatan. Jumlah produksi kedelai terendah pada tahun
2004 513,08sebesar sedangkan jumlah produksi tertinggi pada tahun 2013 sebesar
1.400,01 ton. Perkembangan jumlah produksi kedelai pada tahun 2004-2013 dapat
dilihat pada gambar berikut :
58
Gambar 8. Grafik Jumlah Produksi Kedelai di Kabupaten Takalar Tahun
2004- 2013
Produksi kedelai dari tahun 2004-2013 cenderung mengalami peningkatan
meskipun ada beberapa tahun yang menyebabkan produksi kedelai menurun hal
ini menyebabkan karena kualitas benih yang digunakan petani kurang bagus
sehingga produksi menurun.
5. Rata-rata Curah Hujan
Curah hujan merupkan salah satu variabel penting yang mempengaruhu
pertumbuhan dan perkembangan kedelai. Data mengenai perkembangan rata-rata
curah hujan di Kabupaten Takalar tahun 2004-2013 dapat dilihat pada tabel
berikut :
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1000.00
1200.00
1400.00
1600.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Luas
pan
en
Tahun
produksi (Ton)
produksi (Ton)
59
Tabel 13. Rata-rata Perkembangan Curah Hujan di Kabupaten Takalar Pada
Tahun 2004-2013
Tahun Rata-rata (mm/bln/thn) Perkembangan
mm/bln/thn %
2004 259,50
2005 666,50 407 157
2006 281,75 -385 -58
2007 645,50 364 129
2008 712,17 67 10
2009 196,09 -516 -72
2010 240,67 45 23
2011 173,92 -67 -28
2012 73,18 -101 -58
2013 112,92 40 54
Jumlah 3.362,19 -147
Rata-rata 336,22 -14,66
Sumber : BPS, Kabupaten Takalar Tahun 2004-2013
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui curah hujan rata-rata pertahun di
Kabupaten Takalar pada tahun 2004-2013 berkisar antara 336,22 mm/bln/thn.
Rata-rata hujan tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 666,50 mm/bln/thn, dan
rata-rata hujan terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu 73,18 mm/bln/thn.
Perkembangan curah hujan di Kabupaten Takalar pada tahun 2004-2013
dapat dilihat pada gambar berikut :
60
Gambar 9. Grafik perkembangan Rata-rata Curah Hujan Kabupetan Takalar
Pada Tahun 2004-2013.
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa perkembangan curah
hujan rata-rata pertahun di Kabupaten Takalar selama 10 tahun cenderung
berfluktuasi dengan curah hujan tertinggi berada pada tahun 2008 sebanyak
712,17 mm/bln/thn.
6. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat
kesejahteraan petani.
Data mengenai Nilai Tukar Petani di Kabupaten Takalar pada tahun 2004-
2013 dapat dilihat pada tabel berikut :
0
100
200
300
400
500
600
700
800
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Rat
a-ra
ta C
ura
h H
uja
n
Tahun
rata-rata mm/bln/thn
61
Tabel 14. Perkembangan Nilai Tukar Petani di Kabupaten Takalar dari tahun
2004-2013.
Tahun
NTP Sebelum
Terdeflasi
(Rp/kg)
IHK
NTP Setelah
Terdeflasi
(Rp/kg)
perkembangan
% Rp/Kg
2004 106,10 109,9 106,10
2005 94,90 121,0 78,44 -27,66 -26,07
2006 97,40 137,8 70,66 -7,77 -9,91
2007 115,20 145,7 79,08 8,42 11,91
2008 118,41 129,9 91,13 12,05 15,24
2009 136,93 115,0 119,03 27,91 30,62
2010 98,88 121,3 81,52 -37,51 -31,51
2011 110,62 127,6 86,69 5,17 6,35
2012 111,06 132,8 83,62 -3,07 -3,55
2013 108,61 137,4 79,05 -4,57 -5,47
jumlah 1.098,11 1.278,5 875,32 -27,05
Rata-rata 109,81 127,8 87,53 -2,7053
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutana Kabupaten Takalar Tahun 2004-2013
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai tukar petani di
Kabupaten Takalar sebelum dan sesudah terdeflasi sebesar Rp 109,81 dan Rp
87,53. Perkembangan Nilai Tukar Petani cenderung berfluktuasi, Nilai Tukar
Petani terdeflasi terendah pada tahun 2006 sebesar Rp 70,66 sedangkan Nilai
Tukar Petani terdeflasi tertinggi pada tahun 2009 sebesar Rp 119,03.
Perkembangan Nilai Tukar Petani pada tahun 2004-2013 dapat dilihat pada
gambar berikut :
62
Gambar 10. Grafik Nilai Tukar Petani di Kabupaten Takalar Pada Tahun 2004-
2013
Pada gambar diatas dapat diketahui perkembangan Nilai Tukar Petani di
Kabupaten Takalar sebelum dan sesudah terdeflasi. Nilai Tukar Petani cenderung
berfluktuasi. Nilai Tukar Petani sebelum dan sesudah terdeflasi tertinggi berada
pada tahun 2009 sebesar Rp 136,93 dan Rp 119,03.
7. Harga Padi Tahun Sebelumnya
Padi merupakan tanaman pokok yang ditanam oleh petani di Kabupaten
Takalar. Pemilihan padi sebagai tanaman alternatif dalam penelitian ini karena
apabila harga kedelai lebih tinggi dibandingkan harga padi, maka petani lebih
memilih menanam kedelai diandingkan padi, begitupula sebaliknya.
Perkembangan harga padi dapat dilihat pada tabel berikut:
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Nila
i Tu
kar
Pe
tan
i
Tahun
NTP Sebelum Terdeflasi NTP Setelah Terdeflasi
63
Tabel 15. Perkembangan Harga Padi di Kabupaten Takalar Pada Tahun
2004-2013
Tahun
Harga Padi
Sebelum
Terdeflasi
(1000 Rp/kg)
IHK
Harga Padi
Setelah
Terdeflasi
(1000 Rp/kg)
perkembangan
Rp/Kg %
2004 2,17 109,9 2,17
2005 2,20 121,0 1,82 -0,35 -15,95
2006 2,26 137,8 1,64 -0,18 -9,90
2007 2,28 145,7 1,57 -0,07 -4,51
2008 2,32 129,9 1,78 0,22 13,75
2009 2,53 115,0 2,20 0,42 23,52
2010 2,65 121,3 2,18 -0,02 -0,79
2011 2,69 127,6 2,11 -0,07 -3,36
2012 2,82 132,8 2,13 0,01 0,68
2013 2,91 137,4 2,12 0,00 -0,21
Jumlah 24,85 1.278,5 19,73 -0,05 3,23
Rata-rata 2,48 127,8 1,97 -0,005 0,32
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Takalar Pada Tahun
2004-2013
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata harga padi di
Kabupaten Takalar tahun 2004-2013 sebelum dan setelah terdeflasi sebesar Rp
2,48 dan Rp 1,97. Perkembangan padi dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Perkembangan harga padi pada tahun 2004-2013 dapat dilihat pada
gambar berikut :
64
Gambar 11. Grafik Harga Padi di Kabupaten Takalar Pada Tahun 2004-2013
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa perkembangan harga padi
di Kabupaten Takalar cenderung meningkat. Harga padi tertinggi sebelum dan
sesudah terdeflasi sebesar Rp 2,53 dan Rp 2,20.
5.3. Analisis Penawaran Kedelai
Penelitian mengenai analisis penawaran kedelai di Kabupaten Takalar ini
merupakan penelitian yang menggunakan data time series selama kurun waktu 10
tahun, yaitu tahun 2004-2013. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
langsung yaitu pendekatan produksi.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Har
ga P
adi
Tahun
Harga Padi Sebelum Terdeflasi Harga Padi Setelah Terdeflasi
65
5.3.1. Analisis Luas Panen Kedelai Di Kabupaten Takalar
Berdasarkan hasil analisis uji asumsi klasik untuk model analisis luas panen
kedelai di Kabupaten Takalar ini ternyata terjadi multikolinieritas, autokorelasi,
dan heteroskedastisitas, namun demikian keadaan tersebut telah dikoreksi dengan
menggunakan Metode Heteroskedasticity and Autocorrelation Consistent (HAC)
Covariance Matrix (Bartlett Kernel, Newey-West) yang selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 1. Hasil estimasi dengan metode tersebut terhadap analisis
penawaran kedelai dengan penggunaan lag-1 dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16. Hasil Estimasi Model Luas Panen Analisis Penawaran Kedelai di
Kabupaten Takalar Dengan Metode Least Square
Sumber : Diolah dari lampiran 1
Keterangan :
* = signifikan pada α = 0,05 ( 95% )
ns = non signifikan
Ln A = 5.106493 - 0.658290 Ln A + 0.284787 Ln HKd - 5.067180 Ln HPd +
2.667269 Ln HJg
Independent Variable Symbol Coefficient Sig.
Konstanta
Luas Panen Tahun
Sebelumnya
Harga Kedelai Tahun
Sebelumnya
Harga Padi Tahun
Sebelumnya
Harga Jagung Tahun
Sebelumnya
C
A_Lag
HKd_Lag
HPd_Lag
HJg_Lag
5.106493***
-0.658290**
0.284787 ns
-5.067180***
2.667269**
0,0035
0,0382
0,2819
0,0017
0,0103
R-squared (R2)
F-statistic
Prob(F-statistic)
Prob(Wald F-statistic)
0.863664
6.334795
0.050695
0.000496
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
1.930689
3.611385
66
Dari tabel 15 diatas dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (R2)
menunjukkan nilai 0,8636 berarti 86,36 persen faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap penawaran kedelai dapat dijelaskan oleh luas panen kedelai, harga benih
kedelai, harga padi dan harga jagung sedangkan 13,64 persen dipengaruhi oleh
faktor lain diluar penelitian. Selanjutnya untuk mengkaji hasil analisis uji t dari
tabel 15 secara rinci diuraikan sebagai berikut :
1. Lag Luas Panen Kedelai
Hasil analsisis regresi terhadap variabel luas panen tahun sebelumnya (lag
Luas Panen) menunjukkan pengaruh yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95
persen (α = 0,05) dan berkorelasi negatif (- 0.6583) secara signifikan (sig: 0,0382)
terhadap luas panen tahun berikutnya. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan
luas panen sebesar 1 persen maka akan mengakibatkan berkurangnya luas panen
tahun berikutnya sebesar 0.6583 persen. Hubungan negatif ini menunjukkan
bahwa apabila luas lahan bergantung pada kebiasaan petani kedelai dalam
usahataninya, maka akan cenderung turun luas panen kedelai tahun berikutnya.
hal ini terkait dengan kebiasaan petani kedelai dalam peningkatan luas panen tidak
mudah dilakukan ekstensifikasi usahatani kedelai oleh petani.
2. Lag Harga Kedelai
Harga kedelai merupakan harga riil kedelai kering ditingkat petani. Harga
kedelai memiliki nilai koefisien yang positif sebesar 0,2847 dan memiliki nilai
yang tidak signifikan sebesar 0,2819 dan tidak berpengaruh nyata terhadap luas
panen kedelai. Hal ini menunjukkan bahwa harga kedelai tidak direspons secara
67
lebih cepat dan positif oleh petani. Faktor harga merupakan faktor utama yang
diperhatikan oleh petani, sehingga apabila harga kedelai rendah, maka petani
memilih menanam tanaman lain yang memiliki harga yang tinggi dibandingkan
harga kedelai itu sendiri.
3. Lag Harga Padi
Lag Harga padi merupakan harga riil padi ditingkat petani pada tahun
sebelumnya. Hasil uji t terhadap koefisien regresi lag harga padi menunjukkan
bahwa harga padi berpengaruh yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95
persen (α = 0,05) dan bernilai negatif sebesar -5.0671 dengan nilai signifikan (sig:
0,0017). hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 persen harga padi maka
akan menurunkan luas panen kedelai sebesar -5.0671. Hal ini bermakna bahwa
petani merespons kenaikan harga padi setelah musim tanam kedelai sehingga
berpengaruh terhadap pengurangan luas panen kedelai. kondisi ini dapat terjadi
terutama pada usahatani kedelai di lahan sawah. Dengan demikian harga padi
berperan penting dalam mempegaruhi luas panen kedelai di Kabupaten Takalar.
Petani merespon kenaikan harga padi disebabkan karena padi merupakan tanaman
utama dan merupakan makanan pokok yang setipa tahun meningkat harganya. Hal
inilah yang menyebabkan petani lebih cenderung memilih menanam padi
dibandingkan kedelai itu sendiri.
4. Lag Harga Jagung
Lag Harga jagung merupakan harga riil jagung panen di tingkat petani.
Hasil uji t koefisien regresi terhadap jagung menunjukkan harga jagung
berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 0,05) dan
68
berhubungan positif sebesar 2.6672 dengan nilai signifikan (sig: 0,0103). Artinya
apabila harga jagung pada lag tersebut naik sebesar 1 persen maka akan
meningkatkan luas panen jagung sebesar 2,6672. Hal ini menunjukkan bahwa
harga jagung direspon cepat oleh petani dalam upaya penambahan luas panennya.
Sehubungan dengan itu, jgung merupakan tanaman komplementer yang dapat
ditanam secara bersama-sama dengan usaha tani kedelai.
5.3.2. Analisis Produktivitas Kedelai di Kabupaten Takalar
Untuk menganalisis penawaran kedelai di sentra produksi Kabupaten
Takalar digunakan analisis regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least
Square) yang dibantu melalui software Eviews-8. Variabel-variabel independent
yang diduga dapat mempengaruhi penawaran produktivitas kedelai meliputi enam
variabel dengan menggunakan lag-1 yaitu produktivitas kedelai, harga benih
kedelai, harga pupuk urea, nilai tukar petani dan curah hujan. Kajian analisis
produktivitas kedelai ini dianalisis secara bertahap yakni mulai dari masing-
masing tingkat sentra produksi dan selanjutnya secara keseluruhan untuk
mendeskripsikan keadaan analisis penawaran kedelai di Kabupaten Takalar.
Berdasarkan hasil analisis uji asumsi klasik untuk model produktivitas
kedelai di Kabupaten Takalar ini ternyata terjadi multikolinieritas, autokorelasi,
dan heteroskedastisitas, namun demikian keadaan tersebut telah dikoreksi dengan
menggunakan Metode Heteroskedasticity and Autocorrelation Consistent (HAC)
Covariance Matrix (Bartlett Kernel, Newey-West) yang selengkapnya dapat
69
dilihat pada Lampiran 4. Hasil estimasi dengan metode tersebut terhadap
penawaran produktivitas kedelai dengan lag-1 ditampilkan dalam tabel 17 berikut:
Tabel 17. Hasil Estimasi Model Penawaran Produktivitas Kedelai di Kabupaten
Takalar Dengan Metode Least Square
Independent
Variable Symbol
Coefficient Sig.
Konstanta
Produktivitas
Harga Benih Kedelai
Harga Pupuk Urea
Nilai Tukar Petani
Curah Hujan
C
Y_lag
HBk_lag
HPu_lag
NTP_lag
CH
-6.666132ns
0.189310ns
0.398696**
-0.061195ns
0.812983ns
-0.003332ns
0.1099
0.6595
0.0697
0.9207
0.2042
0.2042
R-squared (R2)
F-statistic
Prob(F-statistic)
Prob(Wald F-statistic)
0.793811
2.309953
0.261133
0.004784
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
0.373202
2.454234
Sumber : Diolah dari lampiran 2
* = signifikan pada α = 0,05 ( 95% )
ns = non signifikan
Ln Y = - 6.666132 + 0.189310 Ln Y + 0.398696 Ln HBk - 0.061195 Ln HPu +
0.812983 Ln NTP - 0.003332 Ln CH
Dari tabel 16 diatas dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (R2)
menunjukkan nilai 0,7938 berarti 79,38 persen faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap penawaran kedelai dapat dijelaskan oleh produktivitas kedelai, harga
benih kedelai, harga pupuk urea, nilai tukar petani dan curah hujan sedangkan
sisanya 20,62 persen dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian. Selanjutnya
untuk mengkaji hasil analisis uji t dari tabel 16 secara rinci diuraikan sebagai
berikut :
70
1. Lag Produktivitas Kedelai
Produktivitas kedelai merupakan jumlah kedelai setiap satu hektar luas
panen kedelai. Hasil uji t terhadap produktivitas kedelai memiliki nilai koefisien
sebesar 0,1893 dan menunjukkan pengaruh tidak signifikan sebesar 0,6595 (lebih
besar dari 0,05). Produktivitas kedelai adalah kebiasaan petani dalam
meningkatkan produktivitas kedelai, tetapi dalam hal ini, produktivitas
menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan harga
diakibatkan karena petani tidak mau menerapkan teknologi untuk meningkatkan
produktivitas kedelai.
2. Lag Harga Benih Kedelai
Hasil uji t terhadap harga benih kedelai menunjukkan nilai koefisien sebesar
0,3986 dan menunjukkan pengaruh signifikan ( Sig:0,0697) pada taraf kepercyaan
95 persen (α = 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 persen harga
benih kedelai maka akan meningkatkan produktivitas kedelai sebesar 0,3986
persen. Kenaikan harga benih kedelai bukan merupakan kendala penting bagi
petani kedelai dalam upaya menaikkan produktivitasnya. Di sisi lain, benih
kedelai merupakan faktor produksi terpenting dalam usahatani kedelai dan
dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit sehingga terjadinya kenaikan harga
benih kedelai tersebut justru direspon positif oleh variabel produktivitas kedelai.
3. Lag Harga Pupuk Urea
Hasil uji t terhadap harga pupuk urea menunjukkan nilai koefisien sebesar -
0,0611 dengan pengaruh tidak signifikan (Sig:0,9207) dan lebih besar dari α =
71
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 persen harga pupuk urea
maka produtivitas kedelai tidak akan meningkat sebesar 0,0611. Keadaan ini
menunjukkan bahwa harga pupuk urea merupakan faktor terpenting dalam
produktivitas kedelai sehingga responnya lebih cepat. Hal ini juga sangat logis
terjadi karena pupuk urea merupakan unsur hara penting yang sangat dibutuhkan
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai. oleh karena itu semakin
tingginya harga pupuk urea ditingkat petani akan menjadi kendala utama dalam
peningkatan produktivitas kedelai. berdasarkan hasil analisis uji t ternyata
penawaran kedelai di Kabupaten Takalar tidak dipengauhi secara nyata oleh harga
pupuk urea. Peningkatan harga pupuk urea berakibat pada menurunnya penawaran
kedelai atau sebaliknya, hal ini berhubungan dengan penggunaan pupuk urea pada
usahatani kedelai. karena adanya faktor biaya maka dengan kenaikan harga
pupuk, maka petani akan mengurangi jumlah pupuk urea yang digunakan
sehingga akan mempengaruhi jumlah produksi kedelai yang dihasilkan. Hal ini
menyebabkan produksi kedelai mengalami penurunan.
4. Curah Hujan
Hasil uji t terhadap curah hujan menunjukkan nilai koefisien sebesar -0,0033
dan pengaruh tidak signifikan sebesar 0,2042 dan lebih besar dari α = 0,05..
Artinya apabila terjadi peningkatan curah hujan sebesar satu persen, maka
produktivitas kedelai menurun sebesar -0,0033 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa curah hujan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan kedelai
sehingga sangat cepat direspon. Oleh karena itu, semakin tinggi curah hujan,
maka akan menjadi kendala bagi pertumbuhan tanaman kedelai. Dalam penelitian
72
ini, rata-rata curah hujan tidak berpengaruh terhadap penawaran kedelai karena
pengalaman yang didapat petani dari musim tanam sebelumnya. Biasanya dalam
usahatani kedelai, petani sudah memperhitungkan kapan awal masa tanam yang
tepat untuk menanam kedelai. Dengan adanya prediksi kapan terjadinya musim
kemarau maka petani dapat mengendalikan terjadinya kerugian akibat kerusakan
tanaman atau benih kedelai.
5. Nilai Tukar Petani
Berdasarkan hasil analisis ini, Nilai Tukar Petani menunjukkan nilai
koefisien sebesar 0,8129 dengan pengaruh yang tidak signifikan sebesar 0,2042
dan lebih besar dari 0,05. Nilai tukar petani merupakan perbandingan antara
indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani.
Apabila harga barang atau produk pertanian naik, denga asumsi volume produksi
tidak berkurang maka penerimaan petani dari hasil panennya juga akan bertambah
Semakin besar Nilai Tukar Petani, maka akan semakin tinggi pula produktivitas
kedelai tetapi dalam penelitian ini, nilai tukar petani tidak berpengaruh nyata
terhadap produktivitas kedelai dimana produktivitas kedelai yang kurang sehingga
nilai tukar petani pun tidak akan bertambah.
5.4. Elastisitas Penawaran Kedelai
Elastisitas penawaran adalah perbandingan antara persentase perubahan
jumlah barang yang ditawarkan terhadap persentase perubahan harga, dengan
pengertian dan anggapan bahwa harga merupakan satu-satunya faktor penyebab
73
dan faktor lain dianggap tetap. Selain harga, dalam penelitian ini juga ingin
diketahui pengaruh elasisitas penawaran terhadap variabel yang
mempengaruhinya secara signifikan. Dalam elastisitas penawaran ada dua istilah
elastisitas penawaran yaitu elastisitas jangka panjang dan elastisitas jangka
pendek. Elastisitas jangka pendek memungkinkan para produsen menambah
jumlah produksinya dengan cara menambah input variabel dengan bekerja lebih
keras, menambah bahan lebih banyak dan lain-lain, tetapi tidak cukup lama untuk
memperbesar produksi yang ada (areal pertanian, modal tetap seperti bangunan
pabrik, mesin-mesin dan lain-lain).
Elastisitas penawaran jangka panjang dapat diartikan jangka waktu yang
cukup lama hingga para produsen dapat menambah kapasitas produksi dengan
menambah modal tetap (pabrik baru, mesin-mesin, perluasan areal pertanian, dsb)
untuk menyesuaikan produksi dengan permintaan masyarakat. Makin lama jangka
waktu, makin elastis penawaran (Rachman, 2013).
Analisis penawaran kedelai di Kabupaten takalar mendapatkan dua
variabel yang berpengaruh terhadap penawaran kedelai yaitu harga kedelai pada
tahun sebelumnya dan harga benih kedelai pada tahun sebelumnya. Nilai
elastisitas kedua variabel dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 18. Elastisitas Penawaran Kedelai Dalam Jangka Pendek dan Jangka
Panjang di Kabupaten Takalar.
Variabel Elastisitas jangka
pendek
Elastisitas jangka
panjang
Harga kedelai pada tahun
sebelumnya
Harga benih kedelai pada tahun
sebelumnya
0,28
0,39
0,43
2,10
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2015
74
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel harga benih kedelai
merupakan variabel yang paling berpengaruh dan memiliki nilai elastisitas baik
jangka pendek maupun jangka panjang paling tinggi dibandingkan dengan
variabel harga kedelai pada tahun sebelumnya. Nilai elastisitas positif pada
elastisitas jangka pendek dan jangka panjang menunjukkan bahwa kenaikan
jumlah produksi kedelai pada tahun sebelumnya dan harga benih kedelai pada
tahun sebelumnya akan menaikkan penawaran kedelai.
Nilai elastisitas penawaran untuk harga kedelai pada tahun sebelumnya baik
jangka panjang maupun jangka pendek bersifat inelastis dengan nilai positif
sebesar 0,28 dan 0,43. Nilai elastisitas penawaran yang bersifat inelastis
memperlihatkan bahwa persentase perubahan penawaran lebih kecil daripada
persentase perubahan harga kedelai pada tahun sebelumnya. Dalam jangka
pendek, prediksi harga yang dilakukan oleh petani pada saat pembudidayaan
seringkali berbeda dengan harga pada saat musim panen tiba sedangkan jika harga
pada saat musim panen tinggi tidak dapat segera diikuti dengan perubahan
penawaran kedelai jika musim panen tiba sehingga dalam jangka pendek petani
tidak dapat melakukan pengaturan faktor-faktor produksinya. Dalam jangka
panjang, petani dapat melakukan penyesuaian faktor-faktor produksi yang
dimilikinya namun harga kedelai yang terjadi merupakan harga yang diciptakan
oleh pasar sehingga petani tidak dapat mengendalikan harga berapapun produksi
kedelai yang dihasilkan. Faktor waktu dalam penawaran penting sekali karena
hasil-hasil pertanian bersifat musiman yaitu bulanan bahkan tahunan sehingga
75
suatu kenaikan faktor-faktor produksi hasil pertanian bersifat inelastis dalam
jangka pendek. Mubyarto (1989).
Nilai elastisitas jangka pendek dan jangka panjang untuk harga benih
kedelai pada tahun sebelumnya sebesar 0,39 dan 2,10. Nilai elastisitas penawaran
dalam jangka pendek bersifat inelastis (0,39<1). Nilai tersebut menunjukkan
bahwa persentase perubahan penawaran kedelai lebih kecil daripada persentase
perubahan harga benih kedelai. Nilai elastisitas sebesar 0,39 artinya penawaran
kedelai akan meningkat sebesar 0,39 apabila harga benih kedelai pada tahun
sebelumnya naik satu satuan dalam jangka pendek.
Dalam jangka panjang, elastisitas penawaran bersifat elastis (2,10>1) yang
berarti bahwa setiap perubahan harga benih kedelai pada tahun sebelumnya
sebesar satu satuan maka akan mengakibatkan perubahan penawaran sebesar 2,10
satuan. Hal ini disebabkan karena dalam jangka panjang petani dapat melakukan
penyesuaian terhadap input yang dimilikinya dimana perubahan harga benih
kedelai telah diatur oleh pemerintah melalui subsidi dan perubahannya relatif
kecil dari tahun ke tahun sehingga dapat memprediksikan jumlah benih kedelai
yang akan digunakan kemudian.
76
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarakan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Luas panen kedelai pada tahun sebelumnya, harga kedelai, harga padi dan
harga jagung secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran
kedelai di Kabupaten Takalar hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan pada
program Eviews8 diperoleh nilai F-stat = 6.3347 dengan tingkat kesalahan
sebesar 0.0506 pada tingkat kepercayaan 95%, artinya sebanyak 633,47
persen penawaran kedelai dipengaruhi oleh luas panen, harga kedelai, harga
padi dan harga jagung sedangkan sisanya 533,47 persen dipengaruhi oleh
faktor lain diluar penelitian.
2. Produktivitas kedelai, harga kedelai, harga pupuk urea, curah hujan dan nilai
tukar petani secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap
penawaran kedelai.
3. Nilai elastisitas jangka pendek maupun jangka panjang untuk harga kedelai
pada tahun sebelumnya bersifat inelastis. Sedangkan untuk harga benih
kedelai pada tahun sebelumnya nilai elastisitas dalam jangka pendek bersifat
inelastis sedangkan dalam jangka panjang bersifat elastis.
77
6.2. Saran
1. Dalam penelitian yang dilakukan di Kabupatn Takalar maka disarankan
kepada petani untuk meningkatkan produksi kedelai, sebaiknya petani
melakukan pola tanam yang baik yaitu dengan memperhatikan kondisi lahan
dengan cara tidak menanami lahan terus-menerus agar unsur hara dalam
tanah tetap terjaga dan dapat memberikan hasil produksi yang maksimal.
2. Untuk meningkatkan harga kedelai, sebaiknya petani setelah panen tidak
terburu-buru menjual hasil panen kedelai. petani dapat melakukan tindakan
pascapanen dengan mengeringkan kedelai terlebih dahulu sebelum menjual
ke tengkulak agar harga kedelai tidak jatuh.
78
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Suryana, 1994. “Alternatif Pengembangan Agribisnis Kedelai”. Dalam:
trubus 297 Th. XXV, Agustus 1994.
Adisarwanto, T. 2008. Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.
BIP Ciawi. Perbaikan Teknik Pasca Panen Kedelai. Departemen Pertanian.
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Takalar.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. DT. I Jabar. Bercocok Tanam Kedelai.
Firdaus, M. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.
FAO, Production Yearbook, 2008.
Firdaus, M. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.
Ghatak dan Kent Ingersent. 1984. Agriculture and Economics Development.
Weatshet LTD. Harvester Press Great Britain.
Kabupaten Takalar Dalam Angka 2011.
Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi Kedua. LP3ES. Jakarta.
Natsir, Muhammad. Dkk. (2014). Caliptra Jurnal Ilmu Pertanian, Volume 12, Edisi 2.
Fakultas Pertanian Universits Mhammadiyah Makassar. Makassar.
Nurmeyda, 2010. Permintaan Industri Tempe Terhadap Kualitas Bahan Baku
Kedelai diKota Banda Aceh. Skripsi Fakultas Pertanian Unsyiah, Banda
Aceh.
Sakata, Vegetable Seed Catalogue. Japan.
Soekartawi. Analisis Usahatani. 2006. Universitas Indonesia.
Sukirno, S. 2005. Teori Pengantar Mikro Ekonomi : Edisi Ketiga. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
79
Sumarno dan Harnoto. 1983. “Kedelai dan Cara Bercocok Tanamnya”. Dalam:
Buletin Teknik no. 6. Puslitbang Tanaman Pangan.
T. H. Tambunan Taulus. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian Di Indonesia
Beberapa Isu Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Yuyun Yuniarsih, BSc dan Ir. Rahmat Rukmana. 1996. Kedelai, Budidaya dan
Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius.
Zakiah. 2012. Preferensi dan Permintaan Kedelai pada Industri dan Implikasinya
terhadap Manajemen Usaha Tani. MIMBAR, Vol. XXVIII, No. 1 (Juni,
2012): 77-84.
LAMPIRAN 1. Hasil Analisis Regresi Korelasi Luas Panen Dengan
Eviews-8
Dependent Variable: LN_A
Method: Least Squares
Date: 04/10/15 Time: 18:05
Sample: 1 9
Included observations: 9
HAC standard errors & covariance (Bartlett kernel, Newey-West fixed
bandwidth = 3.0000)
No d.f. adjustment for standard errors & covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Sig.
C 5.106493 0.826269 6.180185 0.0035
LN_A_LAG1 -0.658290 0.216094 -3.046308 0.0382
LN_HKD_LAG1 0.284787 0.229170 1.242690 0.2819
LN_HPD_LAG1 -5.067180 0.679620 -7.455897 0.0017
LN_HJG_LAG1 2.667269 0.585033 4.559175 0.0103
R-squared 0.863664 Mean dependent var 1.930689
Adjusted R-squared 0.727327 S.D. dependent var 0.354383
S.E. of regression 0.185052 Akaike info criterion -0.236181
Sum squared resid 0.136977 Schwarz criterion -0.126612
Log likelihood 6.062814 Hannan-Quinn criter. -0.472631
F-statistic 6.334795 Durbin-Watson stat 3.611385
Prob(F-statistic) 0.050695 Wald F-statistic 76.40291
Prob(Wald F-statistic) 0.000496
LAMPIRAN 2. Hasil Analisis Korelasi Excel Luas Panen
ln_A ln_A_lag1 ln_HKd_lag1 ln_HPd_lag1ln_HJg_lag1
ln_A 1,0000
ln_A_lag1 0,2428 1,0000
ln_HKd_lag1 0,1703 0,4285 1,0000
ln_HPd_lag1 -0,3573 0,0816 0,7683 1,0000
ln_HJg_lag1 0,1691 0,5387 0,9328 0,7856 1,0000
LAMPIRAN 3. Hasil Residual Eviews-8
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
0.8
1.2
1.6
2.0
2.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Residual Actual Fitted
LAMPIRAN 4. Hasil Analisis Regresi Korelasi Produktivitas Dengan
Eviews-8
Dependent Variable: LN_Y
Method: Least Squares
Date: 04/10/15 Time: 18:44
Sample: 1 9
Included observations: 9
HAC standard errors & covariance (Bartlett kernel, Newey-West fixed
bandwidth = 3.0000)
No d.f. adjustment for standard errors & covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Sig.
C -6.666132 2.961869 -2.250651 0.1099
LN_Y_LAG1 0.189310 0.388528 0.487251 0.6595
LN_HBK_LAG1 0.398696 0.144031 2.768138 0.0697
LN_HPU_LAG1 -0.061195 0.566144 -0.108091 0.9207
LN_NTP_LAG1 0.812983 0.502689 1.617268 0.2042
LN_CH -0.003332 0.063205 -0.052721 0.2042
R-squared 0.793811 Mean dependent var 0.373202
Adjusted R-squared 0.450163 S.D. dependent var 0.183506
S.E. of regression 0.136071 Akaike info criterion -0.916556
Sum squared resid 0.055546 Schwarz criterion -0.785072
Log likelihood 10.12450 Hannan-Quinn criter. -1.200296
F-statistic 2.309953 Durbin-Watson stat 2.454234
Prob(F-statistic) 0.261133 Wald F-statistic 46.77655
Prob(Wald F-statistic) 0.004784
LAMPIRAN 5. Hasil Analisis Korelasi Excel Produktivitas
Ln_Y Ln_Y_lag1Ln_HBK_lag1Ln_HPU_Lag1Ln_NTP_lag1 Ln_CH
Ln_Y 1
Ln_Y_lag1 -0,09321 1
Ln_HBK_lag10,692213 0,181917 1
Ln_HPU_Lag10,761521 0,125567 0,595934 1
Ln_NTP_lag10,699112 -0,53384 0,24892 0,674798 1
Ln_CH -0,45457 -0,34026 -0,70312 -0,5712 -0,07139 1
LAMPIRAN 6. Hasil Residual Eviews-8
-.15
-.10
-.05
.00
.05
.10
.15.1
.2
.3
.4
.5
.6
.7
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Residual Actual Fitted
LAMPIRAN 7. Peta Luas Wilayah Kabupaten Takalar
LAMPIRAN 8. DOKUMENTASI PENELITIAN
a. Pengambilan data di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Takalar
b. Proses pencatatan data di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Takalar
c. Pengambilan data di Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan
d. Proses pencatatan data di Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No
Judul Kegiatan
Kegiatan dalam bulan ke minggu ke
Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
Proposal
2 Seminar Proposal
3 Penelitian
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Pengumpulan
Data
Analisis Data
4 Penulisan Skripsi
5 Seminar Hasil
6 Perbaikan
7 Ujian Skripsi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Galesong pada tanggal 16 Juni
1992 yang merupkan anak kedua dari tiga bersaudara
dari pasangan Haeruddin dan Dasiati. Pendidikan
formal yang dilalui penulsi adalah masuk SDN 100
Palalakkang pada tahun 1998 dan lulus tahun 2004.
Pada tahun yang sama penulis kemudian melanjutkan studi di MTs.
Muhammadiyah Mandalle dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama,
penulis kembali melanjutkan studinya ke jenjang berikutnya yaitu di SMAN 1
Galesong Selatan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun berikutnya, penulis
melanjutkan kembali studinya dan lulus di Perguruan Tinggi Swasta Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tugas akhir dari pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi
yang berjudul “Analisis Penawaran Kedelai di Kabupaten Takalar”