ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DITINJAU DARI
GAYA BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN DARING PADA MASA
PANDEMI COVID-19 PADA MATERI TURUNAN
KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 8 MALANG
SKRIPSI
OLEH
FANY PRIHATINI WIDYANTI
NPM 216.01.07.2.023
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
NOVEMBER 2020
vi
ABSTRAK
Widyanti, Fany P. 2020. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematika Ditinjau dari
Gaya Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Daring di Masa
Pandemi Covid-19 pada Materi Turunan Kelas XI Bahasa SMA Negeri 8
Malang. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang. Pembimbing I:
Drs. Zainal Abidin, M.Pd, Ph.D; Pembimbing II: Sikky El Walida, M.Pd
Kata Kunci: Kemampuan Komunikasi Matematika, Gaya Belajar, Pembelajaran
Daring
Kemampuan komunikasi matematika merupakan suatu keterampilan penting
dalam matematika yaitu kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide matematika
secara koheren kepada teman, guru, dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan.
Salah satu permasalahan yang dialami dalam pembelajaran matematika adalah
kurangnya kemampuan komunikasi. Hal tersebut dikarenakan guru kurang
memberikan latihan soal terkait dengan kemampuan komunikasi matematika kepada
peserta didik. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di kelas XI
Bahasa SMA Negeri 8 Malang, terlihat beberapa peserta didik masih kesulitan dalam
mengkomunikasikan soal ke dalam bentuk model matamatika. Hal tersebut dapat
dilihat bahwa peserta didik yang memenuhi nilai KKM hanya 60,86%. Hal ini pun
tak terlepas dari bagaimana gaya belajar peserta didik dalam memahami dan
mencerna materi yang disampaikan oleh guru. Perbedaan gaya belajar tiap individu
menghasilkan output yang berbeda pula dalam menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan kemampuan komunikasi matematika.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan cara-cara peserta didik
dalam menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematika dan (2)
mendeskripsikan tingkat kemampuan komunikasi matematika ditinjau dari gaya
belajar peserta didik.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Teknik
pengumpulan datanya adalah tes, angket, dan wawancara. Sedangkan instrumen
pengumpulan data yang digunakan adalah soal tes, kuisioner, dan pedoman
wawancara. Soal tes dan kuisioner diberikan kepada 23 peserta didik yang
selanjutnya dipilih 6 subjek untuk dilakukan wawancara, yaitu subjek yang memiliki
pola jawaban soal teskemampuan komunikasinya cenderung salah yang memiliki
vii
keunikan/kekhasan berbeda dibanding dengan subjek lainnya dan berdasarkan
klasifikasi gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1)
Cara-cara yang dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan soal tes kemampuan
komunikasi matematika adalah: (a) menuliskan notasi matematika yang diketahui
secara rinci dari soal kemudian saling mengaitkannya untuk dikembangkan menjadi
solusi matematika, (b) menuliskan informasi yang ada pada soal secara rinci
kemudian mengaitkan dengan aturan dasar matematika yang selanjutnya untuk
dikembangkan untuk menjawab pertanyaan soal, (c) menuliskan terlebih dahulu
pemasalahan pada soal dalam bentuk model matematika, kemudian menggunakan
rumus turunan untuk menyelesaikannya, (d) menggambar keterangan pada soal dan
mendefinisikan keterangan gambar yang selanjutnya menentukan konsep awal untuk
mendefinisikan solusi dari permasalahan dan menjelaskan prosedur penyelesaian. (2)
Tingkat kemampuan komunikasi matematika ditinjau dari gaya belajar peserta didik
adalah: (a) kemampuan komunikasi matematika peserta didik dengan gaya belajar
visual sebanyak 11 orang dengan persentase jumlah 47,82% memperoleh nilai rata-
rata 80,45 (kategori tinggi), (b) kemampuan komunikasi matematika peserta didik
dengan gaya belajar auditorial sebanyak 8 orang dengan persentase jumlah 34,78%
memperoleh nilai rata-rata 68,75 (kategori rendah), dan (c) kemampuan komunikasi
matematika peserta didik dengan gaya belajar kinestetik sebanyak 4 orang dengan
persentase jumlah 17,4% memperoleh nilai rata-rata 75,25 (kategori sedang).
viii
ABSTRACT
Widyanti, Fany P. 2020 Analysis of Mathematical Communication Skills in terms of
Student Learning Styles in Online Learning during the Covid-19
Pandemic on Derivative Material for Class XI in SMA Negeri 8 Malang.
Thesis, Mathematics Education Study Program, Teaching and Education
Faculty, Islamic University of Malang. Advisor I: Drs. Zainal Abidin,
M.Pd, Ph.D; Supervisor II: Sikky El Walida, M.Pd
Keywords: Mathematical Communication Skills, Learning Styles, Online Learning
Mathematical communication skills are an important skill in mathematics,
namely the ability to express mathematical ideas coherently to friends, teachers, and
others through spoken and written language. One of the problems experienced in
learning mathematics is a lack of communication skills. This is because the teacher
does not provide practice questions related to mathematics communication skills to
students. Based on the results of a preliminary study conducted in class XI Bahasa
SMA Negeri 8 Malang, it was seen that some students still had difficulty
communicating questions in the form of a mathematical model. It can be seen that
students who meet the KKM score are only 60.86%. This is also inseparable from
how the learning styles of students understand and digest the material presented by
the teacher. Different learning styles for each individual produce different outputs in
solving problems related to mathematical communication skills.
This study aims to: (1) describe the ways in which students solve mathematics
communication skills and (2) describe the level of mathematics communication skills
in terms of the learning styles of students. The approach used in this research is a
qualitative approach with descriptive qualitative research type. Data collection
techniques are tests, questionnaires, and interviews. While the data collection
instruments used were test questions, questionnaires, and interview guides. Test
questions and questionnaires were given to 23 students, who then selected 6 subjects
for interviews, namely subjects who had a pattern of answers to the test questions,
their communication skills tended to be wrong, which had different uniqueness
compared to other subjects and based on the classification of visual, auditory, and
tactual learning styles.
Based on the results of the research, the following conclusions can be drawn:
(1) The ways that students solve math communication skills test questions are: (a)
writing down mathematical notations that are known in detail from the questions then
ix
linking them to be developed into mathematical solutions (b) writing down the
information on the problem in detail then linking it to the basic mathematical rules
which are then developed to answer the question questions, (c) writing down the
problems on the questions in the form of a mathematical model first, then using
derivative formulas to solve them, (d) draw the description on the problem and define
the description of the image which then determines the initial concept to define the
solution to the problem and explains the procedure for solving. (2) The level of
mathematics communication skills in terms of student learning styles is: (a) 11
students with a visual learning style of mathematics communication skills with a total
percentage of 47.82% obtaining an average score of 80.45 (high category), (b)
students 'mathematical communication skills with auditory learning styles were as
many as 8 people with a total percentage of 34.78% obtaining an average value of
68.75 (low category), and (c) students' mathematical communication skills with a
tactual learning style as many as 4 people with a total percentage of 17.4% obtained
an average value of 75.25 (moderate category).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3
menyatakan Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan memiliki peranan yang
sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketika generasi-generasi
muda memiliki pendidikan yang baik, tentu perkembangan bangsa akan jauh lebih
baik. Maka dari itu pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik dalam
pendidikan secara formal maupun informal juga harus yang terbaik.
Pendidikan yang unggul dan berkualitas sangat dibutuhkan pada era global
sekarang ini. Untuk mewujudkan pendidikan yang unggul dan berkualitas perlu
diperhatikan proses pembelajarannya dan bagaimana perkembangan pengetahuan
dan teknologi informasi yang mendukung proses pembelajaran tersebut (Budiman,
2017:76). Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi semakin pesat seiring
berjalannya waktu, juga merambah hampir di berbagai bidang kehidupan, seperti
pada bidang bisnis, pertanian, industri, kesehatan dan juga pendidikan. Dalam bidang
pendidikan, teknologi informasi sudah dimanfaatkan untuk layanan administrasi,
pendaftaran ulang, akses nilai, pencarian referensi, proses penelitian, bahkan untuk
proses pembelajaran (Husain, 2004:2).
Salah satu bidang pendidikan yang mendukung perkembangan pengetahuan
dan teknologi adalah matematika. Hendriana, dkk (2017:6) mengarahkan visi
matematika pada dua arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa
kini dan kebutuhan masa yang akan datang. Visi pertama mengarahkan pembelajaran
matematika untuk pemahaman konsep dan ide matematika yang kemudian
diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya.
Visi kedua dalam arti yang luas mengarah ke masa depan, matematika memberi
peluang berkembangnya kemampuan menalar logis, sistematis, kritis dan cermat,
kreatif, menumbuhkan rasa percaya diri, dan rasa keindahan terhadap keteraturan
sifat matematika, serta mengembangkan sikap objektif dan terbuka yang sangat
diperlukan dalam menghadapi masa depan yang selalu berubah.
Dengan mempelajari matematika maka peserta didik berupaya untuk selalu
berpikir kritis, logis, sistematis, dan mampu mengkomunikasikannya dengan baik.
Oleh karena itu peserta didik haruslah memiliki kemampuan dasar matematika.
National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) (dalam Hendriana dkk,
2017:62) menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu bagian esensial dari
pendidikan matematika. Komunikasi ini merupakan salah satu dari lima standar
proses yang ditekankan dalam NCTM, yaitu pemecahan masalah, penalaran dan
bukti, komunikasi, koneksi dan representasi. Pendapat ini mengisyaratkan
pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika. Menurut Hendriana, dkk
(2017:59), kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan dasar peserta
didik dalam menyampaikan ide matematika baik secara lisan maupun tulisan.
Menurut Baroody (dalam Hodiyanto, 2017:11), ada dua alasan penting mengapa
komunikasi menjadi salah satu fokus dalam pembelajaran matematika. Pertama,
matematika pada dasarnya adalah sebuah bahasa bagi matematika itu sendiri.
Matematika tidak hanya merupakan alat berpikir yang membantu peserta didik untuk
menemukan pola, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan, tetapi juga sebuah
alat untuk mengomunikasikan pikiran peserta didik tentang berbagai ide dengan
sangat jelas, tepat dan ringkas. Kedua, belajar dan mengajar matematika merupakan
aktivitas sosial yang paling sedikit melibatkan dua orang, yaitu guru dan peserta
didik.
Namun faktanya peserta didik masih kesulitan dalam mengomunikasikan ide-
ide matematisnya. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di kelas XI Bahasa
SMA Negeri 8 Malang, terlihat beberapa peserta didik masih kesulitan untuk
mengkomunikasikan soal yang diberikan dalam bentuk model matematika. Dalam
satu kelas yang mendapatkan skor tuntas yang memenuhi Kriteria Ketuntatasan
Minimal (KKM) yang berkaitan dengan soal cerita konstektual hanya 60,86%.
Kebanyakan peserta didik tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dari soal, akibatnya peserta didik tidak bisa menyelesaikan soal dan
memaparkan jawabannya.
Kemampuan peserta didik dalam mengomunikasikan ide-ide matematisnya
diduga berkaitan dengan gaya belajar peserta didik dalam menerima, menyerap dan
mengolah informasi yang diperolehnya dalam proses pembelajaran. Bandler dan
Grinder (dalam DePorter, 2002:85) menyatakan hampir semua orang cenderung
memiliki salah satu gaya belajar yang berperan untuk pembelajaran, pemrosesan, dan
komunikasi. Nugraheni (dalam Wulandari 2014:3) mendefinisikan gaya belajar
sebagai kecenderungan atau cara peserta didik menyerap dan mengomunikasikan
informasi dengan efektif yang terlihat pada pola bicara, cara belajar, cara
mengerjakan tugas, dan cara merespon orang lain. Ken dan Dunn (dalam Wulandari
2014:4) mengidentifikasi tiga gaya belajar diantaranya (1) gaya belajar visual yaitu
belajar melalui melihat sesuatu, (2) gaya belajar auditori yaitu belajar melalui
mendengar sesuatu, dan (3) gaya belajar kinestetik yaitu belajar melalui aktivitas
fisik dan keterlibatan langsung. Gaya belajar bukanlah sebuah kemampuan, namun
cara untuk menggunakan kemampuannya.
Saat ini merebaknya kasus pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
sampai saat ini mengharuskan pemerintah mengambil keputusan untuk membatasi
kontak fisik secara massal pada masyarakat agar dapat memutus mata rantai
penyebaran virus. Corona virus sendiri adalah keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Pada tanggal 26 Juni
2020 tercatat total kasus konfirmasi Covid-19 global adalah 9.296.202 kasus dengan
479.133 kematian di 215 Negara Terjangkit (https://covid19.kemkes.go.id, 26 Juni
2020).
Dengan adanya virus Covid-19 di Indonesia saat ini berdampak bagi seluruh
lapisan masyarakat. Hal tersebut juga berpengaruh pada pendidikan di Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat
Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam
Masa darurat Penyebaran Covid-19. Dalam Surat Edaran tersebut dijelaskan bahwa
proses belajar dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran jarak jauh/daring (dalam
jaringan) dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi
peserta didik. Pengambilan kebijakan dalam kegiatan pembelajaran ini dilakukan
melalui media daring (dalam jaringan), baik menggunakan HandPhone, Laptop,
maupun Personal Computer (PC) (Aji, 2020:56).
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan
judul “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematika Berdasarkan Gaya
Belajar dalam Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 pada Materi
Turunan Siswa Kelas XI Bahasa SMA Negeri 8 Malang”.
1.2 Fokus dan Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, fokus penelitian dalam
penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematika ditinjau dari gaya belajar
peserta didik dalam pembelajaran daring pada masa pandemic covid-19 pada materi
turunan siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 8 Malang. Sedangkan rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana cara peserta didik dalam menyelesaikan soal kemampuan komunikasi
matematika ditinjau dari gaya belajar peserta didik dalam pembelajaran daring
pada masa Covid-19 pada materi Turunan Kelas XI Bahasa SMA Negeri 8
Malang?
2. Bagaimana tingkat kemampuan komunikasi matematika peserta didik jika ditinjau
dari gaya belajar peserta didik dalam pembelajaran pada masa Covid-19 pada
materi Turunan Kelas XI Bahasa SMA Negeri 8 Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mendeskripsikan cara yang dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan
soal kemampuan komunikasi matematika ditinjau dari gaya belajar peserta didik
dalam pembelajaran online pada masa pandemi Covid-19 pada materi Turunan
kelas XI Bahasa SMA Negeri 8 Malang.
2. Untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan komunikasi matematika jika ditinjau
dari gaya belajar peserta didik dalam pembelajaran online pada masa pandemi
Covid-19 pada materi Turunan kelas XI Bahasa SMA Negeri 8 Malang.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara teoritis maupun
praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui gaya belajar
peserta didik sehingga guru diharapkan dapat memahami dan mengarahkan
peserta didiknya dalam belajar matematika seperti menganalisis soal, memonitor
proses penyelesaian, dan mengevaluasi hasil.
2. Bagi Peserta Didik
Dengan adanya penelitian ini diharapkan peserta didik dapat menemukan
gaya belajar yang sesuai dengan dirinya agar lebih mudah dalam
menyelesaikan soal komunikasi matematika.
3. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan peneliti sebagai calon guru
dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai gaya belajar dan
kemampuan komunikasi matematika peserta didik sehingga mampu memberikan
pembelajaran yang efektif dan berkualitas.
4. Bagi Disiplin Ilmu
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan atau
pertimbangan juga dapat memberikan inspirasi mengenai gaya belajar peserta
didik dalam penyempurnaan proses pembelajaran, khususnya pada pembelajaran
matematika.
1.5 Penegasan Istilah
Upaya untuk mengetahui isi, maksud, dan tujuan penelitian ini secara jelas,
serta untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka perlu adanya definisi istilah sebagai berikut.
1. Analisis
Analisis adalah kajian yang dilaksanakan guna meneliti sesuatu secara
mendalam. Analisis diartikan sebagai penguraian suatu pokok atas berbagai
bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Sementara
itu, analisis pada penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan komunikasi
matematika ditinjau dari gaya belajar online secara visual, auditorial, dan
kinestetik pada masa pandemi Covid-19.
2. Kemampuan Komunikasi Matematika
Komunikasi matematika adalah suatu keterampilan penting dalam
matematika yaitu kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara
koheren kepada teman, guru, dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan.
Indikator kemampuan komunikasi matematika pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Mendefinisikan ide atau solusi dari suatu permasalahan dalam bentuk
gambar, grafik, diagram, atau aljabar dengan bahasa sendiri, dan mampu
menjelaskan prosedur penyelesaian.
b. Mengembangkan pemahaman dasar matematika termasuk aturan-aturan
definisi matematika.
c. Menyatakan masalah sehari-hari dalam bahasa model matematika.
d. Mengapresiasi nilai-nilai dari suatu notasi matematis termasuk aturan-
aturannya dengan mengembangkan ide matematika.
3. Gaya belajar
Gaya belajar adalah kecenderungan atau cara peserta didik menyerap dan
mengkomunikasikan informasi dengan efektif yang terlihat pada pola bicara,
cara belajar, cara mengerjakan tugas, dan cara merespon orang lain. Gaya belajar
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai beritkut.
a. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar dimana peserta didik belajar dengan mengandalkan
indera penglihatannya.
b. Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar dimana peserta didik belajar engan mengandalkan
penglihatan dan pendengarannya.
c. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar dimana peserta didik akan paham dengan pembelajaran
jika ia melakukanya secara langsung.
4. Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran jarak jauh dengan
memanfaatkan jaringan internet. Dengan pembelajaran daring peserta didik
memiliki keleluasaan waktu belajar, dapat belajar kapanpun dan dimanapun.
Peserta didik dapat berinteraksi dengan guru melalui beberapa media seperti
google classroom, video conference, zoom maupun whatsapp group. Dalam
penelitian ini media pembelajaran daring yang digunakan oleh guru antara lain
google classroom, zoom, dan whatsapp group.
5. Masa Pandemi Covid-19
Pandemi adalah terjadinya penyakit yang merebak atau wabah yang
menyerang banyak korban dan terjadi di mana-mana, misalnya menyerang
dalam satu negara atau di seluruh dunia. Sedangkan dalam kasus Covid-19,
World Health Organization (WHO) menjadikan wabah ini sebagai pandemi
dikarenakan seluruh warga di berbagai belahan dunia berpotensi terjangkit
penyakit ini (global pandemic).
Di Indonesia, kasus Covid-19 pertama kali tercatat pada tanggal 2 Maret
2020 sebanyak 2 kasus. Namun pada tanggal 31 Maret 2020 menunjukkan total
angka 1.528 kasus dengan 136 kasus kematian yang terkonfirmasi. Dan pada
tanggal 26 Juni 2020 kasus Covid-19 terkonfirmasi di Indonesia 51.427,
sedangkan secara global terdapat 9.296.202 kasus dengan 479.133 kematian di
215 negara terjangkit.
Sedang di Indonesia, dengan adanya bencana pandemi Covid-19
mengakibatkan kegiatan sekolah diliburkan sementara. Namun pada faktanya,
angka kasus Covid-19 di Indonesia semakin meningkat setiap harinya sehingga
Kemendikbud mengeluarkan surat edaran yang menyatakan bahwa kegiatan
belajar mengajar harus tetap terlaksana dengan memberlakukan sistem
pembelajaran daring. Sistem pembelajaran daring yang digunakan di Indonesia
adalah pembelajaran jarak jauh melalui internet, dimana guru menerangkan
materi pembelajaran melalui media pembelajaran dan dengan kondisi berjauhan
dengan peserta didik.
6. Turunan
Turunan atau disebut juga sebagai derivative, yaitu suatu pengukuran
kepada bagimana fungsi berubah seiring perubahan nilai input. Secara umum,
turunan akan menyatakan bagaimanakan sebuah besaran berubah akibat adanya
perubahan besaran yang lainnya, yang dikemas pada KD (Kompetensi Dasar)
kelas XI yaitu:
KD (3.8) : Menjelaskan sifat-sifat turunan fungsi aljabar dan menentukan
turunan fungsi aljabar menggunakan definisi atau sifat-sifat
turunan fungsi.
KD (4.8) : Menyelesaikan masalah konstektual yang berkaitan dengan
turunan fungsi aljabar
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan pertanyaan penelitian dan hasil penelitian analisis kemampuan
komunikasi matematika ditinjau dari gaya belajar peserta didik dalam pembelajaran
daring pada masa pandemik covid-19 pada materi turunan kelas XI Bahasa SMA
Negeri 8 Malang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Cara-cara yang dilakukan peserta didik dalam menjawab soal tes kemampuan
komunikasi matematika berdasarkan gaya bealajar diantaranya adalah.
a. Gaya Belajar Visual
Adapun ara-cara yang dilakukan pesrta didik dengan gaya belajar
visual dalam menyelesaikan soal tes adalah sebagai berikut.
1) Dalam mengapresiasi nilai-nilai dari suatu notasi matematika termasuk
aturan-aturannya dalam mengembangkan ide matematika, secara umum
peserta didik mengerjakan dengan cara menuliskan terlebih dahulu notasi-
notasi matematika yang disajikan sebelum menyusun ke dalam rumus
yang ditanyakan.
2) Dalam mengembangkan pemahaman dasar matematika termasuk aturan-
aturan definisi matematika, peserta didik mengerjakan dengan cara
menuliskan konsep awal aturan definisi matematika yang akan
dikembangkan untuk digunakan dalam menyelesaikan permasalahan
dalam soal, peserta didik juga mengilustrasikan keterangan dalam bentuk
gambar dan memberikan keterangan gambar untuk memudahkan dalam
mengerjakan.
3) Dalam menyatakan masalah sehari-hari dalam model matematika, secara
umum peserta didik mengerjakan dengan cara menyatakan masalah
sehari-hari pada soal ke dalam simbol-simbol matematika dengan
bahasanya sendiri lalu mengerjakan dengan detail.
4) Dalam mendefinisikan ide atau solusi dari suatu permasalahan dalam
bentuk gambar, grafik, atau aljabar dengan menggunakan bahasa sendiri,
dan mampu menjelaskan prosedur penyelesaian, secara umum peserta
didik mengerjakan dengan cara menggambar ulang gambar yang ada pada
soal dan mendefinisikan keterangan pada gambar kemudian
mendefinisikan ide atau solusi dari permasalahan pada soal sesuai dengan
langkah-langkah prosedur penyelesaian.
b. Gaya Belajar Auditorial
Adapun cara-cara yang dilakukan peserta didik dengan gaya belajar
auditorial dalam menyelesaikan soal adalah sebagai berikut.
1) Dalam mengapresiasi nilai-nilai dari suatu notasi matematika termasuk
aturan-aturannya dalam mengembangkan ide matematika, secara umum
peserta didik mengerjakan dengan cara menuliskan langsung notasi-notasi
matematika pada soal, meskipun cara penulisan menggunakan simbol
kurang jelas.
2) Dalam mengembangkan pemahaman dasar matematika termasuk aturan-
aturan definisi matematika, secara umum peserta didik mengerjakan
langsung pada poin yang ditanyakan, kebanyakan peserta didik kurang
teliti dalam membaca soal sehingga peserta didik hanya menyelesaikan
pengerjaan pada tahap konsep awal tanpa mengembangkannya.
3) Dalam menyatakan masalah sehari-hari dalam model matematika, secara
umum peserta mengerjakan dengan cara menyatakan masalah sehari-hari
dalam soal dengan menyajikan informasi pada soal sesuai dengan
keterangan soal, peserta didik cenderung tidak menuliskannya dalam
bahasa simbol.
4) Dalam mendefinisikan ide atau solusi dari suatu permasalahan dalam
bentuk gambar, grafik, atau aljabar dengan menggunakan bahasa sendiri,
dan mampu menjelaskan prosedur penyelesaian, secara umum peserta
didik mengerjakan dengan cara langsung mendefinisikan keterangan
gambar terlebih dahulu sehingga beberapa peseta didik salah dalam
memberikan solusi.
c. Gaya Belajar Kinestetik
Adapun cara-cara yang dilakukan peserta didik dengan gaya beljar
kinestetik dalam menyelesaikan soal adalah sebagai berikut.
1) Dalam mengapresiasi nilai-nilai dari suatu notasi matematika termasuk
aturan-aturannya dalam mengembangkan ide matematika, secara umum
peserta didik cenderung menuliskan terlebih dahulu notasi-notasi yang
dipaparkan dalam soal untuk menjawab kemudian menyusun notasi
tersebut sesuai aturan-aturan matematika dan mengembangkannya
menjadi ide atau solusi matematika dari permasalahan .
2) Dalam mengembangkan pemahaman dasar matematika termasuk aturan-
aturan definisi matematika, secara umum peserta didik mengerjakan
dengan menggambar bentuk permasalahan dalam soal tes dan
memberikan keterangan gambar sesuai dengan informasi pada soal.
Menuliskan konsep awal sesuai dengan aturan definisi matematika
sebelum mengembangkannya menjadi ide atau solusi matematika dari
permasalahan.
3) Dalam menyatakan masalah sehari-hari dalam model matematika, secara
umum peserta didik mengerjakan dengan cara mengilustrasikan informasi
pada soal dengan simbol-simbol matematika dan menyatakan
permasalahan pada soal dengan bahasanya sendiri.
4) Dalam mendefinisikan ide atau solusi dari suatu permasalahan dalam
bentuk gambar, grafik, atau aljabar dengan menggunakan bahasa sendiri,
dan mampu menjelaskan prosedur penyelesaian, secara umum peserta
didik mengerjakan dengan cara menggambar ulang soal dan
mendefinisikan keterangan gambar menggunakan bahasanya sendiri
kemudian menjelaskan prosedur penyelesaian dengan rinci.
2. Adapun hasil deskripsi dari tingkat kemampuan komunikasi matematika ditinjau
dari gaya belajar peserta didik dalam pembelajaran daring pada masa pandemik
covid-19 pada materi turunan kelas XI Bahasa SMA Negeri 8 Malang adalah
sebagai berikut.
a. Kemampuan komunikasi matematika peserta didik dengan gaya belajar visual
sebanyak 11 orang dengan persentase jumlah 47,82% memperoleh rata-rata
dari hasil tes mencapai nilai 80,45 (kategori tinggi).
b. Kemampuan komunikasi matematika peserta didik dengan gaya belajar
auditorial sebanyak 8 orang dengan persentase jumlah 34,78% memperoleh
rata-rata dari hasil mencapai nilai 68,75 (kategori rendah).
c. Kemampuan komunikasi matematika peserta didik dengan gaya belajar
kinestetik sebanyak 4 orang dengan persentase jumlah 17,4% memperoleh
rata-rata dari hasil tes mencapai nilai 75,25 (kategori sedang).
2.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasan dan simpulan, maka saran
yang perlu disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut.
1. Bagi guru, diharapkan memberikan latihan soal kepada peserta didik yang
mencakup indikator-indikator kemampuan komunikasi matematika agar peserta
didik biasa menghadapi soal berbentuk kemampuan komunikasi matematika,
tidak hanya dalam materi turunan melainkan pada materi yang lainnya juga.
2. Bagi peserta didik, hendaknya peserta didik lebih teliti dalam memahami soal
dan menghitung jawaban, juga membiasakan diri untuk berlatih mengerjakan
soal-soal kemampuan komunikasi matematika.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya melakukan penelitian lanjutan untuk dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika berdasarkan gaya belajar
peserta didik.
162
DAFTAR RUJUKAN
Abidin, Z dan Walida, S.E. 2019. Interactive E-Module Model of Transformation
Geometry Based on CASE (Creative, Active, Systematic, Effective) as A
Practical and Effective Media to Support Learning Autonomy and Cometence.
International Journal of Development Research, Volume 9, Ussue 01,
pp.25156-25160
Aji, Wahyu. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Implementasi Pembelajaran daring
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 2. No.1
Aminah, S, dkk. 2018. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII
Pada Materi Himpunan. Jurnal Cenikia: Jurnal Pendidikan Matematika.
Volume 1, No 1, hal 15-22
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Astuti, Anggraeni. 2015. Peran Kemampuan Komunikasi Matematika Terhadap
Prestasi Belajar Matematika Siswa. Jurnal Penelitian 2(2) : Universitas
Indraprasta PGRI. hal: 103-104
Deporter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1992. Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Transleted by Alwiyah Abdurrahman.
2016. Bandung: Kaifa
Hadi, Nur Waryanto. 2006. On-line Learning Sebagai Salah Satu Inovasi
Pembelajaran. Jurnal Pythagoras, Vol.2, No.1
Haifatudzikroh. 2019. Penggunaan Model Discoveri Learning Terhadap Kemampuan
Bepikir Kreatif Dan Rasa Ingin Tahu. Jurnal Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan, FKIP UNMA
Hendriana, dkk. 2017. Hard Skills & Soft Skills Matematik Siswa. Bandung : PT.
Refika Aditama
Hodiyanto. 2017. Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran
Matematika. AdMathEdu. Vol 7. No. 1
Kementrian Kesehatan RI. 2020. Info Corona Virus Archives. Info Infeksi Emerging
Kementrian Kesehatan RI. (online). (https://covid.kemkes.go.id, diakses 26
Juni 2020)
163
Khairunnisa. 2018. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Ditinjau Dai Gaya
Belajar SIswa Kelas VII MTs Islamiyah Urung Pane. Skripsi Pendidikan
Matematika. Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.
Lestari, Karunia Eka. M RidwanYudhanegara.(2015). Penelitian Pendidikan
Matematika. Bandung: PT Refika Aditama
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawati. 2013. Gaya Belajar: Kajian Teoritik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
M. Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktek. Yogyakarta: Arr-
Ruzz Media
Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya
Putra, Yudi Anggara. Susanto. Suharto. 2019. Analisis Komunikasi Matematis Siswa
Dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Linear Satu Variabel Ditinjau Dari
Gaya Belajar. Jurnal Kadikma, Vol. 10, No. 1, hal 126-135
Resman, dkk. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Santoso, Edi. 2009. Pengaruh Pembelajaran Online Terhadap Prestasi Belajar
Kimia Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa. Tesis: Program Pasca Sarjana.
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sedjaja, 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul Komunikasi : Signifikansi,
Konsep, dan Sejarah. Universitas Terbuka, Jakarta hal. 1-41. Diakses dari:
http://repository.ut.ac.id/ diakses 4 Maret 2020)
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabet
164
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabet
Sulastri. 2008. Peningkatan Keterampilan Berbicara Formal dalam Bahasa
Indonesia Melalui Gelar Wicara. Jakarta: UNJ
Surya, E. 2009. Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Berbasis Masalah
dalam Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika dan
Sains, IV(1). hal. 26. 34
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenada Media
Susilo, Aditya, dkk. 2020. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini.
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, Vol.7, N0.1
Umrana, dkk. 2019. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau
dari Gaya Belajar Siswa. Jurnal Pembelajaran Berpikir Matematika, Vol.4,
No.1
Undang-Undang Republk Indonesia No.20 Pasal 3 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. (online). (https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads /2016/08/ UU no 20 tahun 2003.pdf, diakses 28 Desember
2019)
Widayanti, Febi Dwi. 2013. Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa Dalam
Kegiatan Pembelajaran Di Kelas. Jurnal ERUDIO, Vol.2, No.1
Wulandari, S, dkk. 2014. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Ditinjau Dari
Gaya Belajar Pada Sma Negeri 10 Pontianak. Jurnal Program Studi Pendidikan
Matematika FKIP Untan Pontianak
Yuliana. 2020. Corona Virus Diseases (Covid-19); Sebuah Tinjauan Literatur. Jurnal
WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE. Vol.2, No.1 p 187-192
165
Zhahrina, Amalia. 2020. Kronologi Virus Corona di China, dari Pasar hingga Korea
Selatan. (Online : https://amp-kompas-com.cdn.ampproject.org, diakses 26
Juni 2020)