Download - Analisis Ipm Dan Ikk Kabupaten Kaur 2011
Katalog BPS : 52000.1704
AANNAALLIISSIISS IIPPMM DDAANN IIKKKK KKAABBUUPPAATTEENN KKAAUURR
22 00 11 11
Kerjasama
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KAUR
Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KAUR
AANNAALLIISSIISS IIPPMM DDAANN IIKKKK
KKAABBUUPPAATTEENN KKAAUURR
22001111
No. Katalog / Catalogue Number : 52000.1704
ISSN/ISBN : XXXX-XXXX
No. Publikasi / Publication Number : 1704.004
Ukuran Buku / Book Size : 8.5 in x 11 in
Jumlah Halaman / Number of pages : 56 halaman/pages
Naskah / Manuscript :
Seksi Nerwilis Badan Pusat Statistik Kabupaten Kaur
Nerwilis BPS – Statistics of Kaur Regency
Penyunting / Editor :
Seksi Nerwilis Badan Pusat Statistik Kabupaten Kaur
Nerwilis BPS – Statistics of Kaur Regency
Gambar / Figures :
Seksi Nerwilis Badan Pusat Statistik Kabupaten Kaur
Nerwilis BPS – Statistics of Kaur Regency
Diterbitkan oleh / Published by :
BAPPEDA dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kaur
Regional Development Planning Board and BPS – Statistics of Kaur
Regency
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
May be cited with reference to the source
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 i
S A M B U T A N
Saya menyambut gembira atas terbitnya publikasi ANALISIS IPM DAN IKK
KABUPATEN KAUR TAHUN 2011 ini, karena merupakan penerbitan yang keempat
setelah dimulai pada tiga tahun yang lalu. Publikasi ini menyediakan dua
indikator penting yang sangat berguna untuk menyusun suatu perencanaan
pembangunan, yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemahalan
Konstruksi (IKK). IPM berguna untuk melihat kinerja pembangunan manusia pada
suatu wilayah (kabupaten/kota), sedang IKK untuk melihat perkembangan harga
khususnya bahan konstruksi. Selain dipakai sebagai bahan perencanaan
pembangunan ekonomi, statistik ini juga dipakai sebagai indikator keberhasilan
pembangunan dimasa lampau. Oleh karena itu, publikasi ini saya minta untuk
tetap diupayakan dapat terbit setiap tahun.
Saya ucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Kaur yang telah bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur dalam
hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dalam menyusun
publikasi Analisis IPM dan IKK Kabupaten Kaur seperti yang disajikan dalam buku
ini.
Akhirnya, saya berharap agar data Indeks Pembangunan Manusia dan
Indeks Kemahalan Konstruksi ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak secara
maksimal, sehingga pembangunan dapat berhasil sesuai dengan yang kita
harapkan bersama.
Bintuhan, Agustus 2012
BUPATI KAUR
DR. Hermen Malik, M.Sc
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 ii
KATA PENGANTAR
Pembangunan manusia merupakan proses agar mampu memiliki lebih
banyak pilihan khususnya dalam pendapatan, kesehatan, dan pendidikan.
Pembangunan manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan secara
keseluruhan dibentuk melalui pendekatan tiga dimensi dasar yang mencakup
umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Dimensi
umur panjang dan sehat direpresentasikan oleh indikator angka harapan hidup,
dimensi pengetahuan direpresentasikan oleh indikator angka melek huruf dan
rata-rata lamanya sekolah, serta dimensi kehidupan yang layak direpresentasikan
oleh indikator kemampuan daya beli, yang kesemuanya terangkum dalam satu
nilai tunggal yaitu angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Metode penghitungan IPM yang digunakan dalam publikasi ini mengacu
kepada metode yang digunakan oleh UNDP dalam penyusunan Human
Development Index (HDI) dan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia yang
disusun Badan Pusat Statistik.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan publikasi IPM ini mungkin masih
terdapat kelemahan dan kekurangan yang perlu mendapat penyempurnaan.
Kami mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif untuk perbaikan
penyusunan IPM dimasa yang akan datang. Semoga publikasi ini bermanfaat
bagi para pengguna data, khususnya bagi para pengambil kebijakan di tingkat
daerah.
Bintuhan, Agustus 2012
BPS KABUPATEN KAUR K e p a l a,
Ir. ARBI NIP. 19650424 199401 1 001
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA SAMBUTAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
i
ii
iii
v
vi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Penulisan 1.3. Sistematika Penulisan 1.4. Sumber Data
2 4 5 5
BAB II METODE PENGHITUNGAN 6 2.1. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
2.1 a Dimensi Umur Panjang dan Sehat 2.1.b Dimensi Pengetahuan 2.1.c Dimensi Kehidupan yang Layak
2.2. Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
7 7 8 9
11
BAB III CAPAIAN IPM KABUPATEN KAUR 14 3.1. Perkembangan Capaian IPM
3.2. Perkembangan Komponen IPM 3.2.1. Angka Harapan Hidup 3.2.2. Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah 3.2.3. Standar Hidup Layak
15 17 17 19 22
BAB IV DISPARITAS ANTAR WILAYAH 25 4.1. Capaian IPM Kabupaten/Kota
4.2. Status Pembangunan Kabupaten/Kota 4.3. Disparitas Pembangunan Manusia
26 30 31
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 iv
BAB V INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI 34 5.1. Gambaran Umum 35 5.2. Metodologi 36 5.2.1. Konsep dan Definisi 36 5.2.2. Ruang Lingkup 38 5.3. Pengumpulan Data 40 5.3.1. Formula Penghitungan 41 5.3.2. Metode Analisis 43 5.4. Pembahasan 43 5.4.1. Gambaran Umum Kabupaten Kaur
5.4.2. Transportasi dan Infrastruktur Jalan 5.4.3. Diagram Timbang Umum IKK
43 44 46
5.4.4. IKK Kabupaten Kaur Tahun 2011 48 5.5. Kesimpulan 54 DAFTAR PUSTAKA 55
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 v
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 5.1
Komoditi Kebutuhan Pokok sebagai Dasar Penghitungan Paritas Daya Beli (PPP) Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM Angka Harapan Hidup menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2007-2011 Angka Melek Huruf (AMH) menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2007-2011 Rata-Rata Lama Sekolah menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2007-2011 Pengeluaran Riil per Kapita Disesuaikan (Daya Beli) menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007-2011 IPM menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bengkulu Tahun 2007-2011 Reduksi Shortfall menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bengkulu Tahun 2007-2011 Peringkat Provinsi Capaian IPM Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bengkulu Tahun 2007-2011 Kabupaten/Kota dengan Urutan IPM Tertinggi dan Terendah Selama Tahun 2010-2011 Perkembangan IKK Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu
Tahun 2009 – 2011
10
12
18
20
21
24
27
27
28
31
52
Tabel 5.2 IKK Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2011 53
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 4.1 Gambar 4.2
Diagram Penghitungan IPM Indeks Pembangunan Manusia dan Reduksi Shortfall Kabupaten Kaur Tahun 2007-2011 Perkembangan Angka Harapan Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur, Tahun 2007-2011 Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH), Rata-Rata Lama Sekolah dan IPM Kabupaten Kaur, Tahun 2007-2011 Perkembangan Pengeluaran Rill per Kapita Disesuaikan dan IPM Kabupaten Kaur, Tahun 2007-2011 Kisaran IPM Tingkat Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bengkulu, Tahun 2007-2011 Kesenjangan Status Pembangunan Kabupaten/ Kota di Provinsi Bengkulu, Tahun 2011
8
16
17
19
23
29
32
Gambar 5.1
Peta Lokasi Kabupaten Kaur
44
Gambar 5.2
Jenis Permukaan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kaur Tahun 2011
45
Gambar 5.3
Kondisi Jalan Kabupaten di Kabupaten Kaur Tahun 2011
45
Gambar 5.4
Proporsi Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur untuk Bangunan Konstruksi Tahun 2009
47
Gambar 5.5
Proporsi Alokasi Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur untuk Bangunan Konstruksi Tahun 2010
47
Gambar 5.6
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten/Kota Dalam Wilayah Provinsi Bengkulu Tahun 2011
50
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 1
BAB
PENDAHULUAN 11
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 2
1.1. Latar Belakang
Secara parsial, keberhasilan kinerja pembangunan dapat dinilai dengan
melihat seberapa besar pencapaian pembangunan manusia dengan melihat
persoalan yang paling mendasar yang dapat diatasi, seperti kemiskinan,
pengangguran, buta huruf, ketahanan pangan, dan penegakan demokrasi.
Namun, capaian pembangunan manusia secara parsial itu dapat bervariasi
antara beberapa aspek pembangunan. Pada satu sisi, suatu aspek pembangunan
tertentu berhasil tetapi pada sisi lain aspek pembangunan lainnya kurang
berhasil. Oleh karena itu, muncul pertanyaan bagaimana menilai keberhasilan
pembangunan manusia secara keseluruhan.
Dewasa ini persoalan mengenai capaian pembangunan manusia menjadi
perhatian para penyelenggara pemerintah. Berbagai ukuran pembangunan
manusia dapat digunakan, namun karena ukuran tersebut tidak standar maka
tidak dapat digunakan untuk melakukan perbandingan antar daerah atau negara.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia yang disebut dengan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).
Indeks ini dibentuk dari empat indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek
huruf, rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli (paritas daya beli).
Indikator angka harapan hidup merepresentasikan dimensi umur panjang dan
sehat, indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mencerminkan
dimensi pengetahuan. Sedangkan indikator paritas daya beli digunakan untuk
mengukur dimensi kehidupan yang layak.
Dengan luasnya cakupan dari pembangunan manusia, maka peningkatan
dari IPM sebagai manifestasi dari pembangunan manusia dapat ditafsirkan
sebagai keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan dalam memperluas
pilihan-pilihan (enlarging the choices of the people). Beberapa upaya dilakukan
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 3
pemerintah dalam upaya peningkatan IPM ini. Peningkatan IPM, tidak hanya
semata tergantung pada pertumbuhan ekonomi, karena pertumbuhan ekonomi
baru merupakan syarat perlu. Agar pertumbuhan ekonomi sejalan dengan
pembangunan manusia, maka pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan
syarat cukup, yaitu pemerataan hasil-hasil pembangunan. Dengan pemerataan,
pembangunan dapat menjamin bahwa semua penduduk akan menikmati hasil-
hasil pembangunan tersebut.
Selain pemerataan hasil-hasil pembangunan, dua faktor penting sebagai
hasil pembangunan yang sangat efektif bagi peningkatan pembangunan manusia
adalah pendidikan dan kesehatan. Dua faktor ini merupakan kebutuhan dasar
yang perlu dimiliki untuk meningkatkan potensi sumberdaya manusia. Pada
umumnya, semakain tinggi kapabilitas dasar yang dimiliki suatu bangsa, semakin
tinggi peluang untuk meningkatkan potensi bangsa itu. Dengan demikian, di
tengah eskalasi persaingan global, tuntutan terhadap kapabilitas dasar tersebut
semakin tinggi, jika tidak, maka bangsa itu akan kalah bersaing dengan bangsa-
bangsa lainnya.
Pengalaman pembangunan di berbagai negara memperlihatkan bahwa
percepatan pembangunan manusia dapat ditempuh melalui dua aspek, yaitu
distribusi pendapatan yang merata dan alokasi belanja publik yang memadai
untuk pendidikan dan kesehatan. Keberhasilan Korea Selatan dalam
pembangunan manusia dicapai dengan melakukan dua aspek tersebut secara
konsisten. Sebaliknya, Brazil mengalami kegagalan karena memiliki distribusi
pendapatan yang timpang dan alokasi belanja publik yang kurang memadai
untuk pendidikan dan kesehatan (UNDP, BPS, Bappenas, 2001).
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 4
Pemerintah saat ini tampaknya sangat peduli dengan pembangunan
manusia. Hal ini ditandai dengan diikutkannya IPM sebagai salah satu alokator1
dalam penghitungan dana alokasi umum (DAU) sebagai instrumen dalam
mengatasi kesenjangan keuangan daerah (fiscal gap). Daerah dengan IPM
rendah memperoleh alokasi dana lebih besar dengan harapan dana tersebut
dapat digunakan untuk melakukan upaya perbaikan dalam pembangunan
manusia sehingga dapat mengejar ketertinggalan pencapaian IPM.
Dengan demikian, untuk melakukan evaluasi terhadap proses
pembangunan khususnya pembangunan manusia perlu dilakukan analisis
terhadap capaian pembangunan manusia yang telah dilakukan selama ini,
khususnya pada lima tahun terakhir. Untuk dapat menganalisis capaian IPM
secara lebih mendalam, maka perlu juga dilakukan analisis terhadap
perkembangan masing-masing komponen yang memberikan kontribusi terhadap
peningkatan IPM. Terkait dengan pelaksanaan desentralisasi pemerintahan,
perlu pula dilihat hasil-hasil pemerataan pembangunan manusia antar wilayah,
khususnya pada level provinsi dan kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu.
1.2. Tujuan Penulisan
Meskipun secara umum, publikasi ini menyajikan data dan analisa IPM
selama 2008-2009, namun analisis dilakukan pula untuk melihat perkembangan
IPM selama tahun 2005-2009. Selain itu, publikasi ini juga menganalisis
perkembangan masing-masing komponen IPM. Untuk melihat posisi Kabupaten
Kaur terhadap kabupaten/kota lainnya se-Provinsi Bengkulu digunakan analisis
disparitas antar daerah. Secara khusus, publikasi ini bertujuan
a. Menyajikan perkembangan IPM dan komponen-komponen yang
membentuknya
1 Alokator lainnya adalah luas wilayah, jumlah penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK).
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 5
b. Menyajikan analisis pembandingan antar kabupaten/kota perihal IPM dan
komponen pembentuknya.
1.3. Sistematika penulisan
Publikasi ini ditulis dalam lima bab. Bab I, menyajikan latar belakang
penulisan. Bab ini menguraikan pentingnya IPM sebagai ukuran untuk melihat
kemajuan dalam pembangunan manusia. Metodologi penghitungan IPM
disajikan pada Bab II yang menguraikan tentang metode penghitungan masing-
masing komponen sampai terbentuknya IPM. Selanjutnya pada Bab III disajikan
hasil-hasil analisis IPM dan perkembangan komponennya. Kemudian Bab IV
menguraikan disparitas IPM antar wilayah se-Provinsi Bengkulu. Terakhir, pada
Bab V disajikan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.
1.4. Sumber Data
Sumber data utama yang digunakan adalah data Susenas Kor dan Susenas
Modul Konsumsi. Sementara sebagai penunjang digunakan data Supas, Proyeksi
Penduduk dan Indeks Harga Konsumen (IHK). Data Susenas Kor digunakan untuk
menghitung tiga indikator pembentuk IPM yaitu Angka Melek Huruf (AMH) dan
Rata-rata Lama Sekolah (MYS). Sementara Angka Harapan Hidup (eo) dihitung
menggunakan data Susenas yang dikoreksi dengan data Supas dan Proyeksi
Penduduk. Sedangkan indikator paritas daya beli atau PPP (purchasing power
parity) dihitung dengan menggunakan data Susenas Modul Konsumsi yang
didasarkan pada 27 komoditi dan Susenas Kor untuk mendapatkan pengeluaran
perkapita. Untuk mendapatkan data pengeluaran perkapita riil digunakan Indeks
Harga Konsumen sebagai deflator.
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 6
BAB
METODE PENGHITUNGAN 22
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 7
2.1. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit yang
digunakan untuk mengukur capaian pembangunan manusia yang berbasis pada
sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar, yaitu panjang umur dan sehat,
pengetahuan dan kehidupan yang layak (lihat Gambar 2.1). Ketiga dimensi
tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk
mengukur dimensi kesehatan, digunakan indikator angka harapan hidup,
selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan antara
indikator angka melek huruf dan indikator rata-rata lama sekolah. Sedangkan
untuk mengukur dimensi kehidupan yang layak digunakan indikator paritas daya
beli (Purchasing Power Parity).
Dalam melakukan analisis terhadap capaian IPM, disajikan pula indikator
lain untuk mengukur kecepatan peningkatan IPM dan indikator ini dikenal
sebagai Reduksi Shortfall. Nilai reduksi Shortfall dihitung dengan melihat jarak
antara capaian IPM dengan kondisi ideal (IPM=100). Semakin besar nilai reduksi
shortfall, semakin cepat capaian IPM.
2.1.a Dimensi Umur Panjang dan Sehat
Pada dimensi umur panjang dan sehat digunakan indikator berupa angka
harapan hidup (AHH). Indikator ini adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang
dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Angka harapan hidup dihitung
dengan menggunakan pendekatan tak langsung (indirect estimation)
berdasarkan dua jenis data, yaitu anak lahir hidup (ALH) dan anak masih hidup
(AMH). Penghitungan angka harapan hidup menggunakan paket program
Mortpack dengan input data ALH dan AMH dengan menggunakan metode
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 8
Trussel dengan model West, yang sesuai dengan histori kependudukan dan
kondisi masing-masing wilayah.
Gambar 2.1 Diagram Penghitungan IPM
Dimensi
Kehidupan yang Layak
PengetetahuanUmur Panjang dan Sehar
Komponen/Indikator
Angka harapan hidup
Angka melek huruf
Rata-rata lama sekolah
Paritas daya beli (PPP Rp)
Indeks
Indeks Lamanya Hidup
Indeks melek huruf
Indeks lama sekolah
Indeks daya beli
Indeks Pengetahuan
Indeks Pembangunan Manusia(IPM)
2.1.b Dimensi Pengetahuan
Untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk digunakan dua
indikator yaitu rata-rata lama sekolah (mean years schooling) dan angka melek
huruf. Rata-rata lama sekolah merupakan jumlah tahun yang digunakan oleh
penduduk 15 tahun keatas dalam menjalani pendidikan formal. Sedangkan
angka melek huruf adalah persentase penduduk 15 tahun keatas yang dapat
membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya.
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 9
2.1.c Dimensi Kehidupan yang Layak
Selanjutnya dimensi ketiga ukuran kualitas hidup manusia adalah
kehidupan yang layak. Dalam cakupan lebih luas standar hidup layak
menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai
dampak semakin membaiknya ekonomi. United Nations Development
Programme (UNDP) mengukur standar kehidupan yang layak menggunakan
Produk Domestik Bruto riil yang disesuaikan, sedangkan BPS dalam menghitung
standar kehidupan yang layak menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil
yang disesuaikan.
Rata-rata pengeluaran per kapita riil diperoleh dengan men-deflate rata-
rata pengeluaran per kapita dengan indeks harga konsumen (IHK). Selanjutnya
rata-rata pengeluaran per kapita riil perlu disesuaikan mengingat nilai rupiah
berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain. Dalam hal ini, penyesuaian
dilakukan dengan menggunakan konsep Purchasing Power Parity (PPP) atau
paritas daya beli dimana harga pada suatu wilayah dibandingkan dengan harga
pada satu wilayah yang dijadikan acuan, yaitu Jakarta Selatan. Perhitungan
paritas daya beli ini dilakukan berdasarkan 27 komoditas kebutuhan pokok
seperti terlihat pada Tabl 2.1 dan menggunakan rumus berikut
jj)(i,j)(9,
jj)(i,
QP
Eppp ........................................................ (2.1)
dengan
E(i,j) = Pengeluaran untuk komoditi j di Provinsi/Kabupaten i
P(9,j) = Harga komoditi j di Jakarta Selatan
Q(i,j) = Volume komoditi j yang dikonsumsi di Provinsi/Kabupaten i
j = 1, 2, 3 ... 27
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 10
Tabel 2.1. Komoditi Kebutuhan Pokok sebagai Dasar Penghitungan Paritas Daya Beli (PPP)
Komoditi Unit Proporsi dari
total konsumsi (%)
(1) (2) (3)
1. Beras Lokal
2. Tepung terigu
3. Singkong
4. Tuna/cakalang
5. Teri
6. Daging sapi
7. Ayam
8. Telur
9. Susu kental manis
10. Bayam
11. Kacang panjang
12. Kacang tanah
15. Pepaya
16. Kelapa
17. Gula
18. Kopi
19. Garam
20. Merica
21. Mie instan
22. Rokok kretek
23. Listrik
24. Air minum
25. Bensin
26. Minyak tanah
27. Sewa rumah
Kg
Kg
Kg
Kg
Ons
Kg
Kg
Butir
397 Gram
Kg
Kg
Kg
Kg
Butir
Ons
Ons
Ons
Ons
80 Gram
10 batang
Kwh
M3
Liter
Liter
Unit
7,25
0,10
0,22
0,50
0,32
0,78
0,65
1,48
0,48
0,30
0,32
0,22
0,18
0,56
1,61
0,60
0,15
0,13
0,79
2,86
2,06
0,46
1,02
1,74
11,56
Total 37,52
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 11
Rata-rata pengeluaran per kapita riil ini selanjutnya di-deflate kembali
dengan PPP dan selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan menggunakan
formula Atkinson berikut ini.
Y = C(i) Jika C(i) < Z
= Z + 2(C(i) – Z)1/2 Jika Z < C(i) < 2Z
= Z + 2(Z)1/2 + 3(C(i) – 2Z)1/3 Jika 2Z < C(i) < 3Z
= Z + 2(Z)1/2 + 3(Z)1/3 + 4(C(i) – 3Z)1/4 Jika 3Z < C(i) < 4Z
dengan
Y = Paritas daya beli
C(i) = PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita
Z = Batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar
Rp549.500,- per kapita per tahun atau Rp1.500,- per kapita per
hari.
2.2 Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia
Berdasarkan indikator-indikator yang digunakan pada setiap dimensi,
selanjutnya dihitung indeks untuk masing-masing indikator. Penghitungan
indeks tersebut menggunakan formula berikut
min)(imaks)(i
min)(ij)(i,
j)(i,XX
XXXIndeks
........................................ (2.2)
dengan
X(i,j) = Komponen ke-i dari Provinsi/Kabupaten j
X(i-maks) = Nilai maksimum dari komponen ke-i
X(i-min) = Nilai minimum dari komponen ke-i
Besarnya nilai maksimum dan nilai minimum untuk masing-masing
komponen ini merupakan nilai besaran yang telah disepakati oleh semua negara
(175 negara di dunia). Menurut standar UNDP, komponen angka harapan hidup,
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 12
angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun
dan terendah adalah 25 tahun. Sedangkan batas maksimum untuk angka melek
huruf adalah 100 dengan batas minimum adalah 0 (nol). Hal ini menggambarkan
kondisi 100 persen atau semua masyarakat mampu membaca dan menulis, dan
nilai nol mencerminkan kondisi sebaliknya.
Sementara batas maksimum untuk rata-rata lama sekolah adalah 15
tahun dan batas minimum sebesar 0 tahun. Batas maksimum 15 tahun
mengindikasikan tingkat pendidikan maksimum setara lulus program Diploma III.
Sedangkan batas maksimum dan minimum penghitungan daya beli digunakan
Rp732.720,- dan Rp300.000,- untuk tahun 1996. Sejak tahun 1999, batas
minimum penghitungan PPP diubah dan disepakati menjadi Rp360.000,-.
Besarnya batas minimum dan maksimum untuk masing-masing komponen IPM
disajikan kembali pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Nilai Maksimum dan Minimum dari setiap Komponen IPM
Komponen IPM Maksimum Minimum Keterangan
(1) (2) (3) (4)
1. Angka harapan Hidup
2. Angka melek Huruf
3. Rata2 Lama Sekolah
4. Daya Beli
85
100
15
732.720a)
25
0
0
300.000 (1966)
360.000b)
(1999)
Standar UNDP
Standar UNDP
UNDP menggunakan combined gross enrolment ratio
UNDP menggunakan PDB Riil disesuaikan
Keterangan : a) Perkiraan maksimum pada akhir PJP II tahun 2018 b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 13
Tahap selanjutnya adalah menghitung indeks pengetahuan berdasarkan
indeks melek huruf dan indeks rata-rata lama sekolah. Perhitungan indeks
pengetahuan ini menggunakan rata-rata tertimbang dimana indeks melek huruf
diberi bobot dua per tiga sedangkan indeks rata-rata lama sekolah diberi bobot
sepertiga.
Dengan tersusunnya tiga indikator untuk ketiga dimensi penyusunan IPM,
maka nilai IPM dapat dihitung sebagai berikut.
3
i
j)(i,j XIndeks3
1IPM .......................................... (2.3)
dengan
Indeks X(i,j) = Indeks dimensi IPM ke-i untuk Provinsi/Kabupaten j
i = 1, 2, 3
j = 1, 2, ... , k Provinsi/Kabupaten
Selanjutnya, dalam membandingkan capaian IPM, dihitung reduksi
shortfall yang menggambarkan kecepatan IPM suatu wilayah dalam mengejar
ketertinggalannya menuju kondisi IPM ideal. Reduksi shortfall dihitung dengan
menggunakan formula berikut.
1t
1tt
IPM100
IPMIPMReduksi
Shortfall ......................... (2.4)
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 14
BAB
Capaian IPM
kabupaten kaur 33
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 15
3.1. Perkembangan Capaian IPM
Secara umum pembangunan manusia di Kabupaten Kaur selama periode
2007-2011 mengalami peningkatan, seperti ditunjukkan oleh indikator IPM
sebagai indikator keberhasilan pembangunan manusia sebesar 67,99 pada tahun
2007 dan terus meningkat hingga pada tahun 2011, IPM mencapai 70,43.
Namun, peningkatan IPM ini tidak diikuti oleh perkembangan reduksi shortfall
sebagai indikator kecepatan pencapaian IPM ideal. Selama periode yang sama
reduksi shortfall terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 1,26 dan tertinggi
pada tahun 2010 sebesar 2,53 sedangkan pada tahun 2011, capaian IPM
Kabupaten Kaur mengalami perlambatan seperti terlihat pada besaran reduksi
shortfall yang hanya mencapai 1,45 (Gambar 3.1).
Peningkatan perkembangan pembangunan manusia di Kabupaten Kaur
tidak terlepas dari kinerja pemerintah yang terus menunjukkan peningkatan dari
waktu ke waktu dan perkembangan IPM itu sendiri dapat terjadi karena adanya
perubahan pada satu atau lebih kombinasi komponen IPM. Perubahan yang
dimaksud dapat berupa peningkatan atau penurunan besaran persentase dari
komponen IPM seperti angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama
sekolah dan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan. Adapun perubahan dari
masing-masing komponen ini sangat ditentukan oleh berbagai faktor.
Selama periode 2007-2011, peningkatan IPM ini didorong oleh
peningkatan yang terjadi pada semua komponen pembentuknya, seperti
indikator harapan hidup, melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran
riil per kapita. Peningkatan komponen IPM secara berurutan dari yang tertinggi
ialah rata-rata lama sekolah sebesar 1,16 persen per tahun dan; angka harapan
hidup sebesar 0,55 persen per tahun; berikutnya pengeluaran riil perkapita yang
disesuaikan sebesar 0,53 persen per tahun; angka melek huruf yang meningkat
sebesar 0,43 persen per tahun.
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 16
Gambar 3.1 Indeks Pembangungan Manusia dan Reduksi Shortfall Kabupaten Kaur
Tahun 2007-2011
Disadari, memang tidak mudah untuk meningkatkan komponen IPM
seperti angka harapan hidup dan rata-rata lama sekolah karena harapan hidup
sangat tergantung dari angka kematian dalam periode tertentu. Dalam jangka
waktu satu tahun angka harapan hidup kenaikannya tidak lebih dari 1 poin,
itupun jika tidak ada kematian. Sementara rata-rata lama sekolah tergantung
dari partisipasi sekolah untuk semua kelompok umur. Jadi, yang paling
memungkinkan untuk mempercepat laju IPM adalah dengan meningkatkan
kemampuan daya beli penduduk (Razali, 2006). Analisis lebih rinci dari
komponen-komponen pembentuk IPM akan dibahas pada bagian berikut ini.
67.99
68.63
69.21 69.99
70.43
1.26
1.99
1.87
2.53
1.45
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
66.50
67.00
67.50
68.00
68.50
69.00
69.50
70.00
70.50
71.00
2007 2008 2009 2010 2011*
Re
du
ksi S
ho
rtfa
ll
IPM
IPM Reduksi Shortfall
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 17
3.2. Perkembangan Komponen IPM
3.2.1. Angka harapan Hidup
Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan banyak tahun yang dapat
ditempuh oleh seseorang selama hidup (secara rata-rata). Indikator ini sering
digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk khususnya di bidang kesehatan. Gambar 3.2
memperlihatakan perkembangan AHH di Kabupaten Kaur selama kurun waktu
lima tahun terakhir. Pada gambar tersebut terlihat, selama periode 2007-2011
perkembangan AHH menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2007 AHH penduduk
telah mencapai 66,36 tahun dan terus meningkat hingga pada tahun 2011 AHH
mencapai 67,54 tahun. Dengan perkataan lain AHH Kabupaten Kaur meningkat
sebesar 1,18 persen poin selama empat tahun terakhir dan ini setara dengan
kenaikan sebesar 0,55 persen per tahunnya.
Gambar 3.2 Angka Harapan Hidup dan Indeks Pembangungan Manusia
Kabupaten Kaur Tahun 2007-2011
Meski mengalami peningkatan, namun AHH Kabupaten Kaur masih
dibawah AHH Provinsi Bengkulu yang pada tahun 2011 mencapai 70,16.
Berdasarkan kabupaten/kota, AHH Kabupaten Kaur menempati posisi ketujuh
67.99
68.63
69.21
69.9970.43
66.36 66.61
66.92 67.23
67.54
65.00
66.00
67.00
68.00
69.00
70.00
71.00
2007 2008 2009 2010 2011*
IPM Angka Harapan Hidup
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 18
dari 10 kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu dan capaian AHH ini masih lebih
baik dibandingkan capaian AHH di Kabupaten Lebong, Seluma, dan Kepahiang.
Kabupaten/kota yang meraih AHH tertinggi adalah Kota Bengkulu, Kabupaten
Bengkulu Tengah dan Kabupaten Bengkulu Utara.
Secara umum, angka harapan hidup tahun 2011 di tingkat
kabupaten/kota bervariasi antara 64,57 tahun - 70,66 tahun dengan capaian
tertinggi terjadi di Kota Bengkulu dan terendah terjadi di Kabupaten Kepahiang.
Capaian tertinggi kedua dan ketiga masing-masing dicapai oleh Kabupaten
Bengkulu Tengah dan Bengkulu Utara dengan besaran masing masing sebesar
70,19 tahun dan 69,75 tahun. Relatif tingginya capaian AHH Kabupaten Bengkulu
Tengah, yang merupakan kabupaten baru hasil pemekaran, disebabkan dekatnya
kabupaten tersebut dengan pusat pemerintahan provinsi. Sedangkan capaian
terendah lainnya terjadi di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Lebong dengan
capaian masing-masing sebesar 65,98 tahun dan 67,04 tahun.
Tabel 3.1 Angka Harapan Hidup menurut
Kabupaten/Kota se Provinsi Bengkulu, Tahun 2007-2011
Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1700 Provinsi Bengkulu 69,20 69,40 69,65 69,90 70.16
1701 Bengkulu Selatan 67,00 67,10 67,25 67,41 67.59
1702 Rejang Lebong 66,22 66,52 66,89 67,25 67.62
1703 Bengkulu Utara 69,03 69,17 69,35 69,54 69.75
1704 Kaur 66,36 66,61 66,92 67,23 67.54
1705 Seluma 65,00 65,20 65,45 65,70 65.98
1706 Mukomuko 67,40 67,50 67,65 67,81 67.99
1707 Lebong 65,55 65,87 66,26 66,65 67.04
1708 Kepahiang 63,37 63,63 63,95 64,26 64.57
1709 Bengkulu Tengah
70,02 70,07 70,12 70.19
1771 Kota Bengkulu 70,09 70,19 70,34 70,49 70.66
*angka sementara
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 19
3.2.2. Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah
Indikator pendidikan yang merepresentasikan dimensi pengetahuan
dalam IPM adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Kedua
indikator ini juga dapat dimaknai sebagai ukuran sumber daya manusia.
Indikator angka melek huruf menggambarkan persentase penduduk umur 15
tahun keatas yang mampu baca tulis sedangkan indikator rata-rata lama sekolah
menggambarkan rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk usia 15
tahun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal.
Gambar 3.3 Perkembangan Angka Melek Huruf, Rata-Rata Lama Sekolah dan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur Tahun 2007-2011
94.30 95.00 95.03 96.06 96.36
67.99 68.63 69.21 69.99 70.43
7.50 7.50 7.56
7.91 7.94
7.20
7.30
7.40
7.50
7.60
7.70
7.80
7.90
8.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
2007 2008 2009 2010 2011*
Tah
un
Per
sen
Angka Melek Huruf IPM Rata-Rata Lama Sekolah
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 20
Tabel 3.2 Angka Melek Huruf (AMH)
menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007-2011
Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1700 BENGKULU 94,69 94,87 94,90 95,30 95.40
1701 Bengkulu Selatan 94,70 95,40 95,43 96,47 96.51
1702 Rejang Lebong 94,80 94,80 94,83 95,58 95.65
1703 Bengkulu Utara 91,60 91,02 91,10 92,42 92.90
1704 Kaur 94,30 95,00 95,03 96,06 96.36
1705 Seluma 93,80 93,80 93,81 93,90 93.96
1706 Mukomuko 93,43 93,43 93,45 94,06 94.08
1707 Lebong 94,49 95,19 95,20 95,41 95.54
1708 Kepahiang 95,35 95,84 95,88 95,89 95.91
1709 Bengkulu Tengah - 91,80 91,81 91,86 91.89
1771 Kota Bengkulu 99,06 99,06 99,07 99,25 99.28
*angka sementara
Angka Melek Huruf (AMH) di Kabupaten Kaur selama periode 2007-2008
menunjukkan adanya peningkatan sebesar 0,70 persen poin, pada tahun 2009,
2010 dan 2011 terjadi peningkatan masing-masing 0,03 persen poin, 1,03 persen
poin dan 0,3 persen poin sehingga AMH tahun 2009, 2010, dan 2011 masing-
masing sebesar 95,03 , 96,06 , 96,36. Perkembangan AMH pada tahun 2010
merupakan merupakan peningkatan yang paling besar selama periode 2007-
2011. Sedangkan peningkatan yang terjadi pada tahun 2009 merupakan
peningkatan ketiga tertinggi setelah Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten
Kepahiang yang masing-masing tumbuh sebesar 0,08 persen poin dan 0,04
persen poin. Capaian AMH Kabupaten Kaur ini masih lebih tinggi dari capaian
AMH Provinsi Bengkulu.
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 21
Tabel 3.3 Rata-Rata Lama Sekolah
menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007-2011
Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1700 BENGKULU 8,00 8,00 8,23 8,25 8.33
1701 Bengkulu Selatan 7,87 7,87 8,08 8,52 8.60
1702 Rejang Lebong 7,60 7,60 7,87 7,87 7.97
1703 Bengkulu Utara 7,10 7,18 7,47 7,47 7.67
1704 Kaur 7,50 7,50 7,56 7,91 7.94
1705 Seluma 7,30 7,30 7,37 7,41 7.43
1706 Mukomuko 7,00 7,00 7,32 7,41 7.69
1707 Lebong 7,47 7,47 7,78 7,79 7.92
1708 Kepahiang 7,16 7,16 7,44 7,63 7.78
1709 Bengkulu Tengah - 6,64 6,88 7,06 7.25
1771 Kota Bengkulu 10,73 10,73 10,91 10,99 11.03
*angka sementara Indikator pendidikan lainnya yang merupakan komponen IPM adalah
rata-rata lama sekolah (RLS). Selama periode 2007-2009, rata-rata lama sekolah
penduduk Kabupaten Kaur bisa dikatakan tidak mengalami peningkatan yang
berarti. Selama tahun 2005-2008, rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten
Kaur tidak mengalami perubahan dan RLS Kabupaten Kaur masih sebesar 7,5
tahun. Memasuki tahun 2009, RLS Kabupaten Kaur mengalami peningkatan
sebesar 0,06 persen poin hingga menjadi 7,56 tahun yang setara dengan kelas
satu sekolah tingkat menegah pertama. Dan pada tahun 2011 RLS Kabupaten
Kaur meningkat menjadi 7,94 tahun atau hampir sama dengan kelas dua sekolah
tingkat menengah pertama.
RLS Kabupaten Kaur tahun 2010 mengalami peningkatan, besaran
peningkatan ini merupakan peningkatan tertinggi kedua diantara
kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu setelah Kabupaten Bengkulu Selatan.
Dampak dari kondisi ini menyebabkan capaian RLS Kabupaten Kaur pada tahun
2010 menempati urutan ketiga setelah Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu
Selatan. Akan tetapi Capaian RLS kabupaten Kaur ini masih berada dibawah rata-
rata capaian RLS Provinsi Bengkulu. Akan tetapi pada tahun 2011 RLS Kabupaten
Kaur mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010.
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 22
Secara keseluruhan, pada tahun 2011 Kota Bengkulu memiliki rata-rata
lama sekolah tertinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya yaitu sebesar 11,03
tahun. Berikutnya Kabupaten Bengkulu Selatan, Rejang Lebong dan Kaur masing-
masing 8,60 tahun, 7,97 tahun dan 7,94 tahun. Kabupaten Bengkulu Tengah yang
merupakan kabupaten baru, Mukomuko dan Seluma berada masing-masing
diurutan terendah pertama, kedua dan ketiga dengan rata-rata lama sekolah
masing-masing sebesar 7,25 tahun, 7,41 tahun dan 7,41 tahun.
Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa kenaikan rata-rata lama sekolah
secara umum berjalan relatif lambat. Selama periode 2007-2011 kenaikan rata-
rata lama sekolah di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu tidak lebih dari
0,9 persen poin. Hal ini menunjukkan bahwa tidak mudah bagi pemerintah baik
kabupaten maupun kota untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah penduduk.
Menurut UNDP, batas minimal rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun
atau setara dengan Diploma III. Melihat batasan tersebut, capaian RLS di Provinsi
Bengkulu masih berada pada posisi rendah atau dapat dikatakan tertinggal. Oleh
karena itu, perlu kerja keras untuk mengejar ketertinggalan sampai batas
minimal pendidikan yang diusulan UNDP tersebut. Komitmen dan kesadaran
semua pihak akan pentingnya bersekolah, perlu terus disosialisasikan agar dalam
jangka panjang terwujud SDM yang berkualitas.
3.2.3. Standar Hidup Layak
Dimensi standar hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran per
kapita riil yang disesuaikan (daya beli) merupakan ukuran kemampuan
masyarakat dalam membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa. Kemampuan
ini sangat dipengaruhi oleh harga-harga riil antar wilayah karena nilai tukar yang
digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli. Dengan demikian
kemampuan daya beli masyarakat antar satu wilayah dengan wilayah lain
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 23
berbeda sehingga kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah belum dapat
dibandingkan secara langsung dan oleh karena itu perlu dibuat standarisasi.
Sebagai contoh, satu rupiah di suatu wilayah memiliki daya beli yang belum tentu
sama dengan daya beli satu rupiah di wilayah lain. Dengan stadarisasi ini, maka
perbedaan kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah dapat dibandingkan.
Gambar 3.4. Perkembangan Pengeluaran Riil per Kapita yang Disesuaikan
dan IPM Kabupaten Kaur Tahun 2007-2011
Sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 3.4, kemampuan daya beli
masyarakat di Kabupaten Kaur selama periode tahun 2007-2011 terus
mengalami peningkatan, meski dari kenaikan nominalnya tidak besar. Pada
tahun 2011, kemampuan daya beli penduduk Kabupaten Kaur sebesar 613,14
ribu rupiah per kapita per tahun atau naik sekitar 0,38 persen dari tahun
sebelumnya yang mencapai 610,84 ribu rupiah.
Meski masih dibawah rata-rata daya beli Provinsi Bengkulu yang sebesar
631,86 ribu rupiah, namun daya beli masyarakat di Kabupaten Kaur masih diatas
daya beli masyarakat Kabupaten Bengkulu Tengah, Seluma dan Kepahiang.
67.99
68.63
69.21
69.99
70.43
600.18
604.60
609.29 610.84
613.14
590.00
595.00
600.00
605.00
610.00
615.00
67.00
67.50
68.00
68.50
69.00
69.50
70.00
70.50
71.00
2007 2008 2009 2010 2011*
000
Rp
Ind
eks
IPM Pengeluaran Per Kapita
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 24
Tabel 3.4 Pengeluaran Riil per Kapita Disesuaikan (Daya Beli) menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2007-2011 (Ribu)
Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1700 BENGKULU 620,29 625,66 626,82 628.51 631.86
1701 Bengkulu Selatan 622,64 627,52 631,35 632.79 636.57
1702 Rejang Lebong 616,50 621,12 623,32 626.66 630.72
1703 Bengkulu Utara 620,78 626,76 626,94 628.50 632.59
1704 Kaur 600,18 604,60 609,29 610.84 613.14
1705 Seluma 583,07 587,45 589,81 592.17 595.40
1706 Mukomuko 615,67 620,42 622,56 624.59 627.72
1707 Lebong 610,88 615,56 616,86 618.78 622.36
1708 Kepahiang 600,78 605,81 608,38 610.59 614.02
1709 Bengkulu Tengah - 587,55 588,95 591.13 595.19
1771 Kota Bengkulu 640,43 644,89 645,86 647.59 650.68
*angka sementara
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 25
BAB
DISPARITAS ANTAR WILAYAH 44
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 26
4.1. Capaian IPM Kabupaten/Kota
Secara umum, ukuran keberhasilan pembangunan manusia pada suatu
wilayah dan pada suatu periode tertentu dapat dilihat dari besaran indikator
Indeks Pembangunan Manusia yang dicapai oleh wilayah tersebut. Selanjutnya
ukuran IPM tersebut dibandingkan dengan ukuran yang sama yang dicapai oleh
wilayah lain untuk dapat melihat posisi keberhasilan pencapaian pembangunan
manusia. Namun, pembandingan keberhasilan pembangunan manusia tidak saja
dilakukan terhadap besaran IPM secara nominal, tetapi juga membandingkan
kecepatan peningkatan capaian IPM pada periode tersebut. Kecepatan yang
dimaksud adalah reduksi shortfall yang merupakan kecepatan peningkatan
capaian IPM menuju kondisi IPM yang ideal, yaitu 100.
Selama lima tahun terakhir IPM kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Seperti pada tahun-tahun
sebelumnya, pada tahun 2011 Kota Bengkulu tercatat sebagai kabupaten/kota
dengan IPM tertinggi yang mencapai 77,99 diikuti dengan Kabupaten Bengkulu
Selatan di posisi kedua dengan capaian IPM sebesar 72,78 dan posisi capaian IPM
tertinggi ketiga dicapai oleh Kabupaten Bengkulu Utara dengan IPM sebesar
72,19. Berdasarkan historinya ketiga kabupaten/kota ini selalu tercatat sebagai
kabupaten/kota yang terbaik dalam pembangunan manusia. Sedangkan
Kabupaten Seluma, Kepahiang dan Bengkulu Tengah merrupakan tiga kabupaten
dengan capaian IPM terendah di Provinsi Bengkulu dengan capaian IPM masing-
masing sebesar 67,29, 68,63 dan 69,01.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, perbandingan capaian IPM tidak
hanya terbatas pada capaian IPM secara nominal tetapi juga capaian reduksi
shortfall. Selama tahun 2010-2011, capaian reduksi shortfall kabupaten/kota se
Provinsi Bengkulu cukup beragam. Namun secara umum, capaian IPM
kabupaten/kota mengalami percepatan kecepatan yang ditandai dengan naiknya
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 27
capaian reduksi shortfall pada periode sebelumnya. Hanya tiga kabupaten, yaitu
Kaur, Bengkulu Selatan, dan Rejang Lebong yang mengalami perlambatan
capaian IPM. Capaian reduksi shortfall Kabupaten Kaur sebesar 1,45.
Tabel 4.1 IPM menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bengkulu
Tahun 2007-2011
Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1700 BENGKULU 71,57 72,14 72,55 72.92 73.40
1701 Bengkulu Selatan 70,44 71,03 71,57 72.32 72.78
1702 Rejang Lebong 69,35 69,88 70,46 71.09 71.70
1703 Bengkulu Utara 70,16 70,63 70,98 71.50 72.19
1704 Kaur 67,99 68,63 69,21 69.99 70.43
1705 Seluma 65,66 66,11 66,48 66.86 67.29
1706 Mukomuko 69,19 69,62 70,11 70.55 71.11
1707 Lebong 68,38 69,08 69,63 70.05 70.66
1708 Kepahiang 66,36 67,00 67,59 68.08 68.63
1709 Bengkulu Tengah - 67,86 68,18 68.51 69.01
1771 Kota Bengkulu 76,61 77,01 77,31 77.62 77.99
*angka sementara
Tabel 4.2 Reduksi Shorfall menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bengkulu
Tahun 2007-2011
Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1700 BENGKULU 1,03 1,99 1,46 1.36 1.78
1701 Bengkulu Selatan 1,20 2,00 1,87 2.63 1.66
1702 Rejang Lebong 1,93 1,72 1,93 2.12 2.11
1703 Bengkulu Utara 0,98 1,56 1,20 1.78 2.41
1704 Kaur 1,26 1,99 1,87 2.53 1.45
1705 Seluma 1,96 1,31 1,11 1.12 1.30
1706 Mukomuko 2,02 1,38 1,61 1.48 1.88
1707 Lebong 2,45 2,20 1,78 1.38 2.06
1708 Kepahiang 2,99 1,91 1,79 1.50 1.73
1709 Bengkulu Tengah
0,99 1.06 1.58
1771 Kota Bengkulu 0,82 1,71 1,29 1.36 1.66
*angka sementara
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 28
Kecepatan peningkatan IPM ini sangat tergantung dari tinggi rendahnya
angka IPM yang telah dicapai. Sebagai ilustrasi, kabupaten atau kota dengan
angka IPM yang tergolong tinggi (hardrock) mengalami kesulitan dalam
meningkatkan kecepatan peningkatan IPM-nya. Sebaliknya, kabupaten atau kota
yang memiliki IPM tergolong rendah (softrock) sangat mudah untuk
meningkatkan kecepatan peningkatan IPM-nya. Sebagaimana yang terlihat pada
Tabel 4.2 periode tahun 2007-2011, semua kabupaten/kota yang tergolong tiga
besar IPM tertinggi memiliki reduksi shortfall relatif kecil kecuali Kabupaten
Bengkulu Utara. Hal ini terkait dengan angka IPM yang tergolong tinggi sudah
diatas 70-an.
Tabel 4.3
Peringkat Provinsi Capaian IPM Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bengkulu Tahun 2007-2011
Kabupaten/Kota Peringkat Provinsi
2007 2008 2009 2010 2011*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1700 BENGKULU
1701 Bengkulu Selatan 2 2 2 2 2
1702 Rejang Lebong 4 4 4 4 4
1703 Bengkulu Utara 3 3 3 3 3
1704 Kaur 7 7 7 7 7
1705 Seluma 9 10 10 10 10
1706 Mukomuko 5 5 5 5 5
1707 Lebong 6 6 6 6 6
1708 Kepahiang 8 9 9 9 9
1709 Bengkulu Tengah 10 8 8 8 8
1771 Kota Bengkulu 1 1 1 1 1
*angka sementara
Rata-rata nilai IPM untuk Provinsi Bengkulu pada pada tahun 2011
sebesar 72,06. Angka ini menutupi variasi nilai IPM antara kabupaten/kota,
padahal terdapat perbedaan pencapaian IPM. Perbedaan pencapaian IPM
tertinggi dengan IPM terendah sekitar 10,70 poin dengan rentang 77,99 untuk
Kota Bengkulu dan 67,29 untuk Kabupaten Seluma. Dibandingkan dengan tahun
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 29
2010 perbedaan pencapaian ini relatif sedikit lebih rendah (10,76 poin). Dengan
demikian selama periode 2010-2011, kisaran capaian IPM kabupaten/kota se
Provinsi Bengkulu semakin membaik dan hal ini menunjukkan ada kemajuan
dalam pencapaian IPM dari kabupaten/kota.
Gambar 4.1 Kisaran IPM Tingkat Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bengkulu
Tahun 2007-2011
Dilihat dari sebaran IPM menurut kabupaten/kota, seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 4.1, terlihat bahwa sebaran IPM hampir di semua
kabupaten/kota relatif homogen, kecuali untuk beberapa kabupaten seperti
Rejang Lebong, Bengkulu Selatan, Lebong dan Kaur yang memiliki kisaran capaian
IPM cukup lebar selama lima tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan pencapaian
IPM dalam kabupaten/kota bersangkutan sebarannya sangat beragam.
60.00 62.00 64.00 66.00 68.00 70.00 72.00 74.00 76.00 78.00 80.00
Ben
gku
lu S
elat
an
Rej
ang
Leb
on
g
Ben
gku
lu U
tara
Kau
r
Selu
ma
Mu
kom
uko
Leb
on
g
Kep
ahia
ng
Ben
gku
lu T
enga
h
Ko
ta B
engk
ulu
Min
Max
Med
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 30
4.2. Status Pembangunan Kabupaten/Kota
Selama periode 2010-2011, IPM kabupaten/kota mengalami kenaikan
dengan kecepatan yang bervariasi. Ada sejumlah kabupaten/kota mengalami
peningkatan IPM secara cepat, dan sebaliknya ada pula kabupaten/kota dengan
peningkatan IPM relatif kurang cepat. Namun demikian, dari 10 kabupaten/kota
yang dihitung tidak satupun kabupaten/kota termasuk dalam kategori tinggi, jika
diukur menurut skala internasional.
Berdasarkan skala internasional capaian IPM dapat dikategorikan menjadi
empat; kategori tinggi (IPM > 80), kategori menengah atas (66 < IPM < 80),
kategori menengah bawah (50 < IPM < 66), dan kategori rendah (IPM < 50).
Berdasarkan skala internasional tersebut, dari 10 kabupaten/kota di Provinsi
Bengkulu seluruhnya masuk dalam kategori IPM menengah atas. Kondisi ini
tidak berbeda dengan kondisi tahun sebelumnya. Kondisi ini mengindikasikan
kualitas hidup penduduk di Provinsi Bengkulu tidak mengalami banyak
peningkatan.
Hal lain yang perlu diungkapkan dari perkembangan IPM adalah terdapat
beberapa kabupaten/kota yang mengalami kemajuan cukup pesat selama 2010-
2011. Kemajuan ini terlihat dari angka shorfall yang telah dicapai oleh
kabupaten/kota yang mengalami kemajuan. Rentang shortfall kabupaten/kota
yang mengalami kemajuan berkisar antara 1,30-2,41. Bengkulu Utara, Lebong,
dan Rejang Lebong tercatat sebagai kabupaten yang mengalami kemajuan
tercepat. Artinya dalam waktu satu tahun ketiga kabupaten tersebut mampu
mengurangi jarak dari IPM yang dicapai dengan nilai idealnya. Kabupaten
Bengkulu Utara memiliki reduksi shortfall sebesar 2,41 dan ini dapat dimaknai
dengan cateris paribus dibutuhkan waktu sekitar 42 tahun untuk mencapai
kondisi IPM ideal.
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 31
Apabila dilihat dari kabupaten/kota yang mengalami kemajuan
sebagaimana yang terlihat pada Tabel 4.4, maka tampak kabupaten/kota yang
memiliki IPM tinggi, shortfall yang dicapai cenderung rendah. Tetapi sebaliknya
kabupaten/kota yang memiliki IPM rendah shortfall yang dicapai cenderung
tinggi. Hal ini karena, apabila suatu kabupaten/kota sudah memiliki IPM tinggi,
sulit untuk memaksimalkan capaian IPM pada tahun berikutnya. Jadi,
sebenarnya yang membuat tingginya capaian shortfall terletak pada selisih
antara IPM tahun sebelumnya dan IPM yang dicapai pada tahun berjalan.
Sebagai ilustrasi capaian IPM Kota Bengkulu yakni 77,62 pada tahun 2010 sedang
pada tahun 2011 sebesar 77,99 namun shortfall yang diperoleh hanya sekitar
1,66. Sementara itu Kabupaten Kaur dengan capaian IPM sekitar 69,99 pada
tahun 2010 dan 70,43 pada tahun 2011 memiliki reduksi shortfall sebesar 1,45.
Tabel 4.4 Kabupaten/Kota dengan Urutan IPM Tertinggi dan Terendah
Selama Tahun 2010-2011
Kabupaten/Kota IPM Reduksi Shortfall
2009-2010 2010 2011
1 2 3 4
TERTINGGI 71. Kota Bengkulu 01. Bengkulu Selatan 03. Bengkulu Utara TERENDAH 05. Seluma 08. Kapahiang
77,62 72,32 71,50
66,86 68,08
77,99 72,78 72,19
67,29 68,63
1,66 1.66 2,41
1.30 1,73
4.3. Disparitas Pembangunan Manusia
Variasi pencapaian pembangunan antar kabupaten/kota memberikan
gambaran adanya ketidakmerataan pembangunan di berbagai sektor
pembangunan. Ketidakmerataan dapat dilihat dengan menggunakan berbagai
indikator sosial dan ekonomi. Keseluruhan indikator sosial dan ekonomi telah
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 32
terangkum dalam IPM merupakan salah satu ukuran pencapaian pembangunan
khususnya di bidang pembangunan manusia.
Gambar 4.2 memperlihatkan pencapaian pembangunan manusia
ditingkat kabupaten/kota. Meski pencapaian pembangunan manusia di tingkat
kabupaten/kota telah seluruhnya mencapai kategori menengah atas (66 < IPM <
80), namun pada gambar tersebut terlihat kesenjangan pencapaian
pembangunan manusia antara kabupaten/kota induk dan kabupaten/kota
pemekaran. Gambar tersebut menunjukkan bahwa kabupaten/kota hampir
seluruhnya mempunyai IPM diatas 70, sedang kabupaten/kota IPM sekitar 67-71
ada 3 yaitu: Kabupaten Seluma, Kepahiang, dan Bengkulu Tengah.
Gambar 4.2 Kesenjangan Status Pembangunan Kabupaten/Kota
Di Provinsi Bengkulu, Tahun 2011
Sebenarnya pembangunan manusia di kabupaten/kota pemekaran telah
menunjukkan peningkatan selama periode 2007-2011. Namun peningkatan
pembangunan manusia di kabupaten/kota tersebut lebih lambat dibandingkan
dengan kabupaten/kota induk. Untuk itu, diperlukan komitmen pemerintah
daerah meningkatkan kapasitas dasar penduduk untuk mempercepat
60.0062.0064.0066.0068.0070.0072.0074.0076.0078.00
72.6371.58 72.16
70.49
67.20
71.02 70.57
68.53 68.83
77.85
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 33
peningkatan capaian IPM sehingga dapat mengejar ketertinggalannya. Dengan
demikian, kesenjangan antara kabupaten/kota pemekaran dan kabupaten/kota
induk dapat dikurangi.
Disparitas pencapaian IPM di kabupaten/kota induk dan kabupaten/kota
pemekaran masih relatif cukup besar. Hal ini memberikan gambaran bahwa
pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota induk dan pemekaran masih
timpang. Di tingkat kabupaten/kota, pencapaian IPM tertinggi adalah Kota
Bengkulu yaitu sebesar 77,99. Sedangkan pencapaian IPM terendah adalah
Kabupaten Seluma sebesar 67,29, sehingga disparitas pembangunan manusia
antara Kota Bengkulu dengan Kabupaten Seluma sekitar 10,70 poin. Meski
demikian, jika dibandingkan dengan disparitas pencapaian IPM tahun 2010 masih
ada peningkatan walaupun relatif rendah. Artinya disparitas IPM tahun 2011
berkembang ke arah kesetaraan antara kabupaten/kota induk dan pemekaran.
Hal ini juga dapat diartikan bahwa ketimpangan pembangunan sudah semakin
mengecil.
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 34
BAB
INDEKS KEMAHALAN
KONSTRUKSI 55
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 35
5.1. Gambaran Umum
Pembangunan yang adil dan merata perlu dilakukan secara nasional dan
mencakup seluruh daerah di Indonesia. Harapan kebijakan otonomi daerah
adalah dapat mendorong percepatan pembangunan daerah secara merata dan
adil agar tujuan pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pemerintah daerah mempunyai
kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab untuk menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan di daerah. Dengan besarnya kewenangan
tersebut maka Pemerintah Daerah dapat mendayagunakan potensi keuangan
daerah sendiri serta sumber keuangan lain seperti perimbangan keuangan pusat
dan daerah yang berupa: Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada 1 Januari 2001 sampai
sekarang, salah satu sumber pendapatan utama daerah adalah DAU. Agar
pembagian DAU ke daerah menjadi adil, proporsional dan merata maka perlu
adanya dukungan data yang valid, akurat dan terkini sebagai data dasar dalam
penghitungan DAU yang didasarkan pada azas kesenjangan fiskal (fiscal gap).
Sehubungan dengan adanya keperluan penghitungan DAU, maka BPS
diminta menyediakan data untuk penghitungan DAU, hal ini sesuai dengan tugas
dan fungsi BPS dalam UU Nomor 16 tahun 1997 tentang statistik. Data yang
harus disediakan BPS terkait keperluan tersebut adalah jumlah penduduk, Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), Produk Domestik Bruto (PDRB) perkapita dan
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) tingkat kabupaten/kota dan provinsi seluruh
Indonesia.
IKK sebagai salah variabel yang digunakan untuk menghitung DAU
didasarkan pada perbandingan harga antar wilayah pada waktu yang sama. IKK
tahun 2011 digunakan untuk penghitungan DAU tahun anggaran 2012. Untuk itu
diperlukan adanya pengumpulan data dari lapangan yang terdiri dari beberapa
komponen antara lain data harga konstruksi yang meliputi harga bahan
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 36
bangunan/konstruksi, harga sewa alat-alat berat konstruksi, upah jasa
konstruksi, dan data bobot/diagram timbangan umum IKK kabupaten/kota
dengan tujuan untuk melengkapi dan memperbaharui data sebelumnya. Dalam
hal ini peranan BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota sangat besar khususnya
dalam proses pengumpulan data lapangan yang lengkap dan terkini.
Peranan BPS kabupaten/kota dalam hal ini BPS Kabupaten Kaur selain
dalam pengumpulan data lapangan juga berperan untuk mensosialisasikan IKK
kepada Pemerintah Kabupaten Kaur sehingga data tersebut dapat memberi
manfaat yang optimal bagi Pemerintah Kabupaten Kaur khususnya dalam
penetapan nilai/biaya suatu bangunan konstruksi. Dalam upaya optimalisasi
manfaat IKK bagi Pemerintah Kabupaten Kaur upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan analisis IKK Kabupaten Kaur untuk melihat berbagai aspek
tentang IKK seperti :
a. Gambaran umum Kabupaten Kaur yang meliputi letak geografis, sarana dan
prasarana yang tersedia, dan alokasi APBD;
b. Perbandingan IKK Kabupaten Kaur tahun 2011 dengan IKK kabupaten/kota
di Provinsi Bengkulu, serta faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan
tersebut; dan
c. Perkembangan IKK kabupaten Kaur tahun 2009 sampai dengan tahun 2011
dan perbandingannya dengan perkembangan IKK Provinsi.
5.2. Metodologi
5.2.1. Konsep dan Definisi
Tingkat Kemahalan Konstruksi (TKK) merupakan cerminan dari nilai suatu
bangunan/konstruksi, yaitu biaya yang dibutuhkan untuk membangun 1 (satu)
unit bangunan per satuan ukuran luas di suatu kabupaten/kota atau provinsi.
TKK diperoleh melalui pendekatan terhadap harga sejumlah bahan
bangunan/konstruksi dan harga sewa alat berat yang mempunyai nilai atau andil
cukup besar dalam pendirian bangunan tersebut.
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 37
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) adalah angka indeks yang
menggambarkan perbandingan TKK suatu kabupaten/kota atau provinsi
terhadap TKK kabupaten/kota atau provinsi lain. Sesuai dengan pengertiannya,
IKK dapat dikategorikan sebagai indeks spasial, yaitu indeks yang
menggambarkan perbandingan harga untuk daerah/wilayah yang berbeda pada
periode waktu tertentu. Berbeda dengan indeks periodikal yang selama ini
dikenal, seperti Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) atau Indeks Harga
Konsumen (IHK), kedua indeks tersebut menggambarkan perkembangan harga di
suatu daerah/wilayah pada periode waktu tertentu terhadap periode tahun
dasar.
Sejak tahun 2005 hingga tahun 2009, IKK disajikan dengan
memperhitungkan perkembangan harga periode tertentu terhadap harga
periode dasar (Februari 2004, harga yang digunakan dalam penghitungan IKK
2004), yaitu mengalikan nilai IKK standar (IKK nasional=100) dengan inflator.
Angka yang digunakan sebagai inflator IKK tersebut adalah perkembangan IHPB
konstruksi point to point periode Februari 2004 sampai dengan survei serentak
khusus paket komoditas IKK dilaksanakan. Dengan adanya inflator tersebut, rata-
rata nasional tidak lagi 100 melainkan disesuaikan dengan perkembangan IHPB
konstruksi tersebut. Pada tahun 2010, terdapat perbedaan model penyajian IKK
2010 dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan angka-angka
tersebut tidak dapat diperbandingkan secara langsung atau diperlukan langkah-
langkah untuk membandingkannya. Kota Balikpapan adalah salah satu kota di
Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki angka IKK sebesar 100,08 yaitu angka
yang paling dekat dengan rata-rata IKK 491 Kabupaten/kota sama dengan 100,
sehingga Kota Samarinda sebagai ibukota provinsi akan diipilih sebagai kota
acuan. Inflator yang mencerminkan kenaikan IHBP barang-barang konstruksi
periode 2010-2011 kembali digunakan pada tahun 2011, dan Kota Samarinda
tetap sebagai kota acuan. Inflator pada tahun 2011 adalah sebesar 1,0357
sehingga IKK Kota Samarinda menjadi 103,57. Pertimbangan penggunaan salah
satu ibukota provinsi sebagai acuan dalam menghitung IKK adalah memberikan
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 38
flexibilitas dalam penghitungan IKK jika ada penambahan jumlah kabupaten/kota
yang akan dihitung IKKnya dan literatur tentang indeks spasial pada umumnya
mengacu pada satu wilayah tertentu sebagai dasar.
Paket komoditas yang digunakan dalam survei serentak penghitungan IKK
tahun 2011 terdiri dari harga 17 jenis bahan bangunan/konstruksi, tarif 4 jenis
sewa alat berat. 17 jenis bahan bangunan/konstruksi meliputi : pasir, batu
pondasi, batu bata, batu split, kayu papan, kayu balok, semen abu-abu, pipa PVC,
seng plat, seng gelombang, besi beton, keramik polos, kayu lapis, cat tembok
putih, cat kayu/besi, kaca polos bening, dan aspal. Sewa alat berat meliputi :
excavator, bulldozer, three wheel roller (mesin gilas), dan dumptruck. Pemilihan
jenis barang dan sewa alat didasarkan pada nilai dan andil yang cukup besar
dalam pembuatan bangunan/konstruksi serta harga barang-barang tersebut
mempunyai keterbandingan (comparable) antar kabupaten/kota di seluruh
Indonesia.
5.2.2. Ruang Lingkup
Mengingat bahwa IKK merupakan salah satu indikator yang menentukan
besaran Dana Alokasi Umum, maka IKK disusun berdasarkan jumlah
kabupaten/kota yang definitif. IKK kabupaten/kota tahun 2011 dihitung dalam
versi IKK 491 kabupaten/kota, sedangkan untuk IKK provinsi tetap dihitung di 33
provinsi.
Data dasar yang digunakan dalam penghitungan IKK kabupaten/kota
adalah harga perdagangan besar bahan bangunan/konstruksi dan harga sewa
alat berat yang diperoleh melalui survei yang dilakukan di seluruh
kabupaten/kota. Untuk penghitungan IKK provinsi menggunakan data harga rata-
rata dari seluruh kabupaten/kota di masing-masing provinsi. Harga bahan
bangunan / konstruksi yang dikumpulkan meliputi barang-barang natural hasil
pertambangan/penggalian dan barang-barang hasil industri serta jasa sewa alat
berat.
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 39
Selain data harga perdagangan besar bahan bangunan/konstruksi dan
harga sewa alat berat, data lain yang digunakan dalam penghitungan IKK adalah
diagram timbang yang terdiri dari diagram timbang kelompok jenis bangunan
dan diagram timbang umum masing-masing kabupaten/kota.
Diagram timbang kelompok jenis bangunan digunakan untuk menghitung
tingkat kemahalan konstruksi kabupaten/kota menurut kelompok jenis
bangunan dan disusun berdasarkan besarnya volume masing-masing jenis bahan
bangunan untuk membangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas.
Pengelompokkan ini didasarkan atas azas keterbandingan penghitungan IKK,
bahwa untuk setiap daerah harus mempunyai bobot nilai di setiap jenis
bangunan. Jenis bangunan terdiri dari 3 (tiga) kelompok jenis bangunan, yaitu :
1) Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal;
2) Bangunan jalan, jembatan, dan pelabuhan; dan
3) Bangunan lainnya.
Sementara itu diagram timbang umum digunakan untuk menghitung IKK
umum, disusun berdasarkan perkiraan persentase pengeluaran untuk
pembangunan fisik yang ada di masing-masing kabupaten/kota dan dirinci
menurut 5 (lima) kelompok jenis bangunan/konstruksi. yaitu:
1. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, meliputi bangunan
perumahan, perkantoran, rumah sakit, tempat hiburan, tempat ibadah,
terminal, stasiun, dan lain-lain;
2. Bangunan pekerjaan umum untuk pertanian, meliputi bangunan waduk,
bendungan, embung, jaringan irigasi, pintu air, drainase irigasi, talang,
check dam, tanggul, pengendali banjir, tanggul laut, dan sebagainya;
3. Pekerjaan umum untuk jalan, jembatan dan pelabuhan, meliputi
pembangunan jalan, jembatan, landasan pesawat terbang, pagar / tembok,
drainase jalan, marka jalan, rambu-rambu lalu lintas, bangunan jalan,
jembatan kereta api, bangunan dermaga / pelabuhan, sarana pelabuhan
dan penahan gelombang;
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 40
4. Bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum dan komunikasi, meliputi
pembangkit tenaga listrik, tranmisi dan, transmisi tegangan tinggi,
bangunan telekomunikasi dan navigasi udara, instalasi air bersih dan air
limbah, pemasangan instalasi gas pada gedung, instalasi jalan raya, jaringan
pipa gas, jaringan air, dan jaringan minyak;
5. Bangunan Lainnya meliputi bangunan lapangan olahraga, lapangan parkir
dan sarana lingkungan dan pemukiman.
5.3. Pengumpulan Data
Data dasar penghitungan IKK adalah harga bahan bangunan/konstruksi
dan sewa alat berat yang diperoleh dari survei HPB-K2 yang dilakukan secara
bulanan di beberapa kabupaten/kota. Harga tersebut meliputi harga 145 kualitas
barang yang berasal dari 60 jenis barang dan harga sewa 4 macam alat berat.
Selanjutnya dari barang tersebut dipilih komoditas yang mempunyai nilai atau
andil yang cukup besar dalam membuat masing-masing kelompok jenis
bangunan/konstruksi. Kemudian dilakukan Survei Khusus Paket Komoditas IKK
untuk mendapatkan harga barang-barang dari berbagai kualitas untuk dapat
menentukan kualitas terpilih yaitu kualitas yang pada umumnya mempunyai
keterbandingan antar kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Kualitas yang terpilih
pada penghitungan IKK periode berjalan tidak harus selalu sama dengan tahun
sebelumnya. Untuk klarifikasi data, dilakukan Survei Identitas Kualitas Barang
dan kegiatan rekonsiliasi data seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Untuk keperluan penghitungan IKK 2011, selain survei HPB-K2, dilakukan
pula survei serentak khusus untuk barang-barang konstruksi yang menjadi paket
komoditas IKK. Survei serentak tersebut dilakukan pada tanggal 9-13 Mei 2011 di
seluruh kabupaten/kota se Indonesia.
Pengumpulan data kuantitas atau volume barang konstruksi dan sewa
alat berat diperoleh melalui kegiatan yang disebut Studi Tingkat Kemahalan
Konstruksi yang pada awalnya dilakukan di 20 (dua puluh) kabupaten/kota
terpilih yang tersebar di 10 (sepuluh) provinsi. Kegiatan ini telah dilaksanakan
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 41
pada bulan April tahun 2003 dan 2004. Guna penyempurnaan penimbang,
kegiatan serupa juga dilakukan pada tahun 2009 di beberapa provinsi yang
mewakili seluruh wilayah Indonesia.
Dalam menyusun diagram timbang kelompok jenis bangunan, selain
menggunakan data hasil studi ditunjang pula dengan data dari Tabel Input-
Output dan data yang diperoleh dari dinas terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum
atau Dinas Kimpraswil. Data diagram timbang kelompok jenis bangunan selalu
di-update setiap tahun berdasarkan perkembangan data penunjang.
Dengan asumsi bahwa penggunaan (kuantitas/volume) barang untuk
membangun satu unit bangunan per satuan luas adalah sama di setiap
kabupaten/kota, maka diagram timbang kelompok jenis bangunan yang
digunakan pun sama untuk seluruh kabupaten/kota. Selain itu juga digunakan
data perkiraan persentase pengeluaran kegiatan pembangunan fisik
gedung/konstruksi masing-masing kelompok jenis bangunan terhadap total nilai
pengeluaran kegiatan pembangunan tersebut. Data ini diperoleh dari masing-
masing Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan APBD (Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah).
5.3.1. Formula Penghitungan
a. Tingkat Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan Kabupaten/Kota
(TKKKab)j
21
TKKKabj = ∑ Pi . Qij
i = 1
i = jenis barang/bahan bangunan dan sewa alat berat j = kelompok jenis bangunan (j=1,2,3)
Pi = harga jenis barang/bahan bangunan i
Qij = kuantitas/volume bahan bangunan i dan kelompok jenis bangunan j
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 42
b. Tingkat Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan Rata-rata nasional
(TKKNas)j
491
∑ TKKKabj TKKNasj =
k=1 491
c. Indeks Kemahalan Konstruksi Kelompok Jenis Bangunan Kabupaten/Kota
(IKKKabj)
TKKKabj IKKKabj = x 100
TKKNasj
4. Indeks Kemahalan Konstruksi Umum Kabupaten/Kota (IKKUmumKab)
3
IKKUmumKab = ∑ IKKKabj . Qj X I J=1
Qj = diagram timbang IKK umum kabupaten/kota kelompok bangunan j
I = suatu konstanta yang menggambarkan perkembangan harga
barang-barang yang digunakan di sektor konstruksi di
Indonesia (IHPB sektor konstruksi nasional). Tahun 2010
sebagai tahun dasar inflator sebesar 1, sedangkan tahun
2011, inflator sebesar 1,0357.
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 43
5.3.2. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan publikasi ini adalah
analisis deskriptif tentang :
a. Gambaran umum Kabupaten Kaur yang meliputi letak geografis, sarana dan
prasarana yang tersedia, dan alokasi APBD;
b. Perbandingan IKK Kabupaten Kaur tahun 2011 dengan IKK kabupaten/kota
di Provinsi Bengkulu, serta faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan
tersebut; dan
c. Perkembangan IKK kabupaten Kaur tahun 2009 sampai dengan tahun 2011
dan perbandingannya dengan perkembangan IKK Provinsi
5.4. Pembahasan
5.4.1. Gambaran Umum Kabupaten Kaur
Kabupaten Kaur terletak di sebelah barat Pegunungan Bukit Barisan,
bagian selatan wilayah Provinsi Bengkulu, terbentuk berdasarkan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2003 yang merupakan pemecahan dari wilayah
Kabupaten Bengkulu Selatan. Luas wilayahnya mencapai 236.500 Ha. Letak
astronomis Kabupaten Kaur berada pada posisi 102023’50” hingga 103018’30”
Bujur Timur dan 4008’40” hingga 4044’40” Lintang Selatan. Bintuhan merupakan
ibukota Kabupaten Kaur yang berjarak sekitar 225 km dari kota Bengkulu.
Posisi kabupaten Kaur memanjang di sebelah pantai barat Sumatera
dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan dan Provinsi
Sumatera Selatan;
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung;
c. Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan; dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 44
Gambar 5.1 Peta Lokasi Kabupaten Kaur
5.4.2. Transportasi dan Infrastruktur Jalan
Transportasi yang tersedia di Kabupaten Kaur berupa transportasi darat.
Sedangkan transportasi laut yang dalam hal ini sudah terdapat Pelabuhan Linau
masih terbatas penggunaannya untuk pengangkutan hasil tambang, khususnya
pasir besi.
Untuk mendukung kelancaran arus distribusi barang dan jasa di
Kabupaten Kaur, infrastruktur jalan yang menghubungkan antar wilayah di
kabupaten ini telah terbentang sepanjang 650,66 km (keadaan tahun 2011)
dengan status jalan negara sepanjang 87,60 km (13,46 persen), jalan provinsi
sepanjang 115,12 km (17,69 persen), dan jalan kabupaten sepanjang 447,94 km
(68,84 persen).
Muko Muko
Bengkulu
Utara
Lebong
Rejang Lebong
Kepahiang Kota
Bengkulu
Seluma
KAUR
P. Enggano
Bengkulu
Selatan
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 45
Gambar 5.2 Jenis Permukaan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kaur Tahun 2011
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kaur
Jenis permukaan jalan kabupaten sepanjang 447,94 km terdiri dari : aspal
sepanjang 105,75 km (23,61 persen), kerikil/pasir batu sepanjang 130, 25 km
(29,08 persen), dan jenis permukaan tanah sepanjang 211,94 km (47,31 persen).
Jalan kabupaten dalam kondisi baik sepanjang 112,11 km, kondisi sedang
sepanjang 89,59 km, kondisi rusak sepanjang 103,50 km, dan terbanyak dalam
kondisi rusak berat sepanjang 142,74 km.
Gambar 5.3
Kondisi Jalan Kabupaten di Kabupaten Kaur Tahun 2011
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kaur
23.61%
29.08%
47.31%
Aspal
Kerikil
Tanah
Baik25.03%
Sedang20.00%
Rusak23.11%
Rusak berat31.87%
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 46
Keberadaan infrastruktur jalan tersebut memiliki peran yang penting
dalam kelancaran arus distribusi barang dan jasa di Kabupaten Kaur. Kondisi jalan
yang lebih baik mendukung roda perekonomian tumbuh dengan lebih cepat.
Meningkatnya kondisi jalan yang dikategorikan baik menunjukkan bahwa Pemda
Kabupaten Kaur lebih mengalokasikan anggarannya untuk membuka jalan baru
serta pemeliharaan jalan lama.
5.4.3. Diagram Timbang Umum IKK
Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur mengalokasikan sebagian anggaran
pendapatannya guna melakukan pembangunan fisik/konstruksi. Proporsi kelima
kelompok jenis bangunan yang dilihat dari Realisasi APBD 2009 dan Perkiraan
Realisasi APBD 2010 dipertimbangkan dalam penghitungan IKK 2011.
Berdasarkan realisasi APBD Kabupaten Kaur tahun 2009, dari total belanja kelima
kelompok jenis bangunan dimaksud sebesar 88,14 milyar rupiah, proporsi
bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal adalah yang terbesar yaitu
45,60 persen, diikuti pekerjaan umum untuk jalan, jembatan dan pelabuhan
sebesar 37,97 persen, dan yang terendah adalah bangunan lainnya sebesar 1,37
persen. Sedangkan pada tahun 2010 dari perkiraan total belanja modal kelima
kelompok jenis bangunan sebesar 51,64 milyar rupiah, proporsi kelompok jenis
bangunan pekerjaan umum untuk jalan, jembatan dan pelabuhan adalah yang
terbesar yaitu 45,14 persen, diikuti bangunan tempat tinggal dan bukan tempat
tinggal sebesar 38,47 persen, dan yang terendah adalah bangunan lainnya
sebesar 1,24 persen.
Pada tahun 2009 pembangunan fisik yang dilaksanakan di Kabupaten
Kaur lebih berfokus pada pembangunan bangunan tempat tinggal dan bukan
tempat tinggal. Sedangkan pada tahun 2010, pembangunan fisik lebih difokuskan
pada bangunan pekerjaan umum untuk jalan, jembatan, dan pelabuhan. Hal
tersebut dapat ditunjukkan pada gambar 5.4 dan 5.5 di bawah.
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 47
Gambar 5.4 Proporsi Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur untuk Bangunan Konstruksi Tahun 2009
Sumber : DPPKAD Kabupaten Kaur
Gambar 5.5
Proporsi Alokasi Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur untuk Bangunan Konstruksi Tahun 2010
Sumber : DPPKAD Kabupaten Kaur
Bangunan Tempat Tinggal
dan Bukan Tempat Tinggal
45.60%
Bangunan Pekerjaan Umum untuk Pertanian
9.76%
Pekerjaan Umum untuk
Jalan, Jembatan, dan Pelabuhan
37.97%
Bangunan dan Instalasi
Listrik, Gas, Air Minum dan Komunikasi
5.29%
Bangunan Lainnya1.37%
2009
Bangunan Tempat Tinggal
dan Bukan Tempat Tinggal
38.47%
Bangunan Pekerjaan Umum untuk Pertanian
7.21%
Pekerjaan Umum untuk
Jalan, Jembatan, dan Pelabuhan
45.14%
Bangunan dan Instalasi
Listrik, Gas, Air Minum dan Komunikasi
7.93%
Bangunan Lainnya1.24%
2010
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 48
Anggaran Pendapatan Kabupaten Kaur masih bertumpu pada dana
perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat. Sebagai gambaran, dari 365,41
milyar rupiah realisasi anggaran pendapatan Kabupaten Kaur pada tahun 2011,
hanya 6,81 milyar rupiah (1,9 persen) bersumber dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sedangkan Dana Perimbangan mencapai 309,87 milyar rupiah (84,8
persen), dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah mencapai 48,73 milyar
rupiah (13,3 persen). Dana Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan
Bukan Pajak sebesar 24,71 milyar rupaih, Dana Alokasi Umum (DAU) mencapai
248,74 milyar rupiah dan Dana Alokasi Khusus sebesar 36,42 milyar rupiah.
Besaran IKK 2011 berpengaruh terhadap besarnya DAU yang diterima
pada tahun 2012. Pada tahun 2012, DAU yang diterima mencapai 301,08 milyar
rupiah atau meningkat 21,04 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai Dana
Alokasi Umum tersebut mencapai 72 persen dari total Anggaran Pendapatan
Daerah Kabupaten Kaur tahun 2012 sebesar 417,996 milyar rupiah
Besarnya proporsi DAU dalam anggaran pendapatan daerah,
menunjukkan DAU menjadi sangat penting bagi kelangsungan roda
pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Kaur. DAU
merupakan mekanisme transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah
sebagai upaya untuk mengatasi kesenjangan antara kapasitas fiskal dengan
kebutuhan fiskal suatu daerah. Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun
2004, kebutuhan fiskal yang dianggarkan melalui DAU dihitung berdasarkan lima
variabel yaitu jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita, dan Indeks Kemahalan
Konstruksi (IKK).
5.4.4. IKK Kabupaten Kaur Tahun 2011
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) adalah angka indeks yang
menggambarkan Tingkat Kemahalan Konstruksi (TKK) suatu kabupaten/ kota
atau provinsi terhadap TKK kabupaten/kota atau provinsi lain. Sedangkan Tingkat
Kemahalan Konstruksi (TKK) merupakan cerminan dari suatu nilai
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 49
bangunan/konstruksi, yaitu biaya yang dibutuhkan untuk membangun 1 (satu)
unit bangunan per satuan ukuran luas (meter persegi) di suatu kabupaten/kota
atau provinsi.
Sebagai variabel fiskal, penghitungan IKK dilakukan pada setiap
kabupaten/kota dan provinsi se Indonesia dengan menggunakan metode jenis
barang dan jasa, serta saat pencacahan yang sama sehingga hasilnya comparable
untuk menggambarkan tingkat kemahalan konstruksi antar wilayah se Indonesia
dalam kurun waktu yang sama. Besaran IKK tahun 2011 merupakan salah satu
variabel dalam penghitungan DAU tahun anggaran 2012.
IKK tahun 2010 dan 2011 disajikan dengan model yang berbeda
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sehingga perlu diadakan intrapolasi
untuk menentukan angka IKK tahun 2009 dan sebelumnya agar mengikuti model
IKK tahun 2010 dan 2011. Jika pada tahun 2009 dan sebelumnya angka IKK
disajikan menggunakan IKK rata-rata nasional sama dengan 100 yang kemudian
dikalikan dengan suatu bilangan/inflator, maka pada tahun 2010 dan selanjutnya
IKK disajikan dengan menentukan salah satu salah satu ibukota provinsi yang
dalam provinsi tersebut terdapat kabupaten/kota yang memiliki IKK mendekati
angka rata-rata sebagai kota acuan atau provinsi acuan. Pada tahun 2010, Kota
Balikpapan adalah salah satu kota di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki
angka IKK sebesar 100,08 yaitu angka yang paling dekat dengan rata-rata IKK 491
Kabupaten/kota sama dengan 100, sehingga Kota Samarinda sebagai ibukota
provinsi dipilih sebagai kota acuan. Kota Samarinda juga akan digunakan sebagai
kota acuan untuk penghitungan IKK tahun berikutnya termasuk IKK tahun 2011.
Pertimbangan penggunaan salah satu ibukota provinsi sebagai acuan dalam
menghitung IKK adalah memberikan fleksibilitas dalam penghitungan IKK apabila
ada penambahan jumlah kabupaten/kota yang akan dihitung IKKnya dan literatur
tentang indeks spasial pada umumnya mengacu pada satu wilayah tertentu
sebagai dasar.
Gambar 5.6 di bawah memperlihatkan bahwa Indeks Kemahalan
Konstruksi (IKK) di Kabupaten Kaur menempati posisi tertinggi sebesar 99,13,
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 50
diikuti oleh Kabupaten Bengkulu Selatan sebesar 97,85, dan Kabupaten
Kepahiang sebesar 94,35, sedangkan yang terendah adalah IKK Kota Bengkulu
yaitu sebesar 86,86 (Rata-rata Kota Samarinda pada tahun 2011 sama dengan
100 dan Inflator sebesar 1,0357).
Gambar 5.6
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten/Kota Dalam Wilayah Provinsi Bengkulu Tahun 2011
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kemahalan
konstruksi di Kabupaten Kaur, diantaranya :
a. Letak geografis yang relatif jauh dalam jalur distribusi barang-barang
konstruksi. Kabupaten Kaur berada pada bagian paling selatan dalam
wilayah Provinsi Bengkulu. Jalur distribusi barang cenderung
berlangsung melalui Kota Bengkulu, sehingga harga barang-barang
konstruksi terutama yang berupa hasil industri memiliki harga yang
lebih mahal dibanding harga di Kota Bengkulu.
b. Keterbatasan supplier barang-barang konstruksi. Untuk keperluan
pembangunan fisik yang dilakukan pemerintah daerah yang pada
umumnya membutuhkan barang dalam jumlah besar, pelaksana
80.00 85.00 90.00 95.00 100.00
Kab. Bengkulu Selatan
Kab. Rejang Lebong
Kab. Bengkulu Utara
Kab. Kaur
Kab. Seluma
Kab. Mukomuko
Kab. Lebong
Kab. Kepahiang
Kab. Bengkulu Tengah
Kota Bengkulu
97.85
92.84
92.49
99.13
92.95
93.61
91.52
94.35
90.94
86.86
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 51
kegiatan harus memperolehnya dari luar wilayah Kabupaten Kaur
sehingga harga yang ditawarkan menjadi lebih mahal.
c. Pemakaian produk luar Kabupaten Kaur yang lebih besar dibandingkan
komoditas lokal. Harga komoditas lokal tercatat relatif lebih murah
dibandingkan harga rata-rata produk sejenis di Provinsi Bengkulu,
namun karena share pemakaiannya dalam bangunan konstruksi relatif
kecil, pembentukan tingkat kemahalan konstruksi lebih didominasi oleh
produk luar yang harus didatangkan dari luar wilayah Kabupaten Kaur.
Berdasarkan 17 jenis bahan bangunan yang tergabung dalam paket
komoditas penghitungan IKK, 6 jenis bahan bangunan merupakan komoditas
lokal yang berasal dari dalam wilayah Kabupaten Kaur, yaitu pasir, batu pondasi,
batu bata, batu split, kayu papan, dan kayu balok. Sedangkan 11 komoditas
diperoleh dari luar Kabupaten Kaur yang meliputi semen abu-abu, pipa PVC, seng
plat, seng gelombang, besi beton, keramik polos, kayu lapis, cat tembok putih,
cat kayu/besi, kaca polos bening, dan aspal.
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) 2011 dibentuk berdasarkan tingkat
harga 17 bahan bangunan/konstruksi, tarif 4 jenis sewa alat berat. Komoditas
tersebut dipilih karena mempunyai nilai atau andil cukup besar dalam
pembangunan kosntruksi serta harga dari barang dan jasa tersebut comparable
atau mempunyai keterbandingan antar kabupaten/kota se Indonesia. Sedangkan
sewa alat berat meliputi excavator, buldozer, three whell, dan dump truck.
Dalam tiga tahun terakhir, Indeks kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten
Kaur selalu meningkat. Bila pada tahun 2009 IKK Kabupaten Kaur tercatat
sebesar 91,90 maka pada tahun 2010 meningkat menjadi 94,07, dan pada tahun
2011 IKK kabupaten Kaur meningkat menjadi 99,13. Karena terdapat perbedaan
model penyajian IKK 2010 dan seterusnya dengan tahun-tahun sebelumnya,
menyebabkan angka-angka tersebut tidak dapat diperbandingkan secara
langsung atau diperlukan langkah-langkah untuk membandingkannya. IKK
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 52
kabupaten Kaur tahun 2009 sebesar 91,90 (angka dalam kurung) merupakan
hasil intrapolasi untuk mempermudah perbandingan dengan IKK tahun 2010.
Tabel 5.1 memperlihatkan dua hal. Pertama, bahwa IKK Kabupaten Kaur
senantiasa relatif lebih rendah dibandingkan IKK Nasional tahun 2009 dan IKK
Kota Samarinda (tahun 2010 dan 2011). Pada tahun 2011 IKK Kabupaten Kaur
sebesar 99,13 relatif lebih rendah dibandingkan IKK Kota Samarinda sebagai kota
acuan sebesar 103,57. Hal yang kedua bahwa besarnya IKK Kabupaten Kaur
senantiasa lebih tinggi dibandingkan IKK kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu
lainnya. Relatif rendahnya IKK Kabupaten Kaur dibandingkan IKK Nasional
ataupun IKK Kota Samarinda, harus dilihat sebagai kondisi objektif bahwa harga
barang dan jasa konstruksi yang tergabung dalam paket penghitungan IKK di
Kabupaten Kaur relatif lebih rendah dibandingkan harga rata-rata Kota
Samarinda. Besaran IKK tersebut menunjukkan adanya daerah-daerah lain di
Indonesia yang memiliki tingkat harga barang dan jasa konstruksi yang lebih
mahal dibandingkan yang ada di Kabupaten Kaur, seperti misalnya
Kabupaten/Kota yang berada di kawasan timur Indonesia.
Tabel 5.1
Perkembangan IKK Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2009-2011
Kode Kabupaten/Kota 2009*) 2010 2011 **)
(1) (2) (4) (5) (6)
1701 Kab. Bengkulu Selatan 211,46 (91,30) 90,68 97,85
1702 Kab. Rejang Lebong 205,52 (88,74) 89,02 92,84
1703 Kab. Bengkulu Utara 206,27 (89,06) 89,61 92,49
1704 Kab. Kaur 212,85 (91,90) 94,07 99,13
1705 Kab. Seluma 206,28 (89,07) 89,47 92,95
1706 Kab. Mukomuko 209,46 (90,44) 91,70 93,61
1707 Kab. Lebong 206,60 (89,21) 90,72 91,52
1708 Kab. Kepahiang 212,10 (91,58) 91,07 94,35
1709 Kab. Bengkulu Tengah 206,14 (89,01) 88,46 90,94
1771 Kota Bengkulu 204,89 (88,47) 88,08 86,86
Provinsi Bengkulu 210,07 (90,70) 87,83 89,52
Nasional/Kota Samarinda 231,60 (100,00) 100,00 103,57
Sumber : BPS Kabupaten Kaur Keterangan : *) Angka dalam kurung hasil intrapolasi IKK nasional sebagai acuan **) Rata-rata Kota Samarinda=100 dan Inflator 1,0357
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 53
Tabel 5.2 berikut ini menunjukkan perbandingan IKK antar provinsi di
Indonesia pada tahun 2011.
Tabel 5.2 IKK Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2011
No Kode Provinsi IKK *) Peringkat
(1) (2) (3) (4) (5)
1 11 NANGROE ACEH DARUSSALAM 92,56 15
2 12 SUMATERA UTARA 87,59 22
3 13 SUMATERA BARAT 83,84 29
4 14 R I A U 94,34 13
5 15 J A M B I 90,99 16
6 16 SUMATERA SELATAN 87,93 21
7 17 BENGKULU 89,52 20
8 18 LAMPUNG 86,74 24
9 19 KEP. BANGKA BELITUNG 100,90 7
10 21 KEPULAUAN RIAU 101,05 6
11 31 DKI JAKARTA 97,15 11
12 32 JAWA BARAT 85,62 25
13 33 JAWA TENGAH 83,79 30
14 34 DI YOGYAKARTA 79,48 33
15 35 JAWA TIMUR 81,72 32
16 36 B A N T E N 83,14 31
17 51 B A L I 84,82 27
18 52 NUSA TENGGARA BARAT 84,66 28
19 53 NUSA TENGGARA TIMUR 94,29 14
20 61 KALIMANTAN BARAT 98,63 9
21 62 KALIMANTAN TENGAH 100,79 8
22 63 KALIMANTAN SELATAN 89,83 19
23 64 KALIMANTAN TIMUR 103,57 5
24 71 SULAWESI UTARA 98,14 10
25 72 SULAWESI TENGAH 86,99 23
26 73 SULAWESI SELATAN 85,25 26
27 74 SULAWESI TENGGARA 96,98 12
28 75 GORONTALO 90,61 17
29 76 SULAWESI BARAT 90,06 18
30 81 M A L U K U 106,61 4
31 82 MALUKU UTARA 111,42 3
32 91 PAPUA BARAT 148,13 2
33 94 PAPUA 212,05 1
Sumber : BPS Kabupaten Kaur Keterangan : *) Rata-rata Provinsi Kalimantan Timur
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 54
Untuk nilai IKK Provinsi Bengkulu yaitu sebesar 89,52 atau peringkat ke-
20 nasional berada dibawah rata-rata IKK provinsi yaitu IKK Provinsi Kalimantan
Timur. Hal ini menunjukkan kondisi objektif bahwa harga barang dan jasa
konstruksi yang tergabung dalam paket penghitungan IKK di Provinsi Bengkulu
relatif lebih rendah dibandingkan Provinsi Kalimantan Timur. IKK Provinsi
Kalimantan Timur merupakan rata-rata IKK tingkat provinsi yaitu sebesar 103,57.
Hal ini karena Kota Samarinda sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Timur
menjadi kota acuan penghitungan IKK kabupaten/kota.
5.5. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :
1. Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) merupakan spatial index. Pertimbangan
penggunaan salah satu ibukota provinsi sebagai acuan dalam menghitung IKK
adalah memberikan fleksibilitas dalam penghitungan IKK apabila ada
penambahan jumlah kabupaten/kota.
2. Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)Kabupaten Kaur Tahun 2011 sebesar 99,13
merupakan yang tertinggi diantara kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu,
tetapi berada dibawah IKK Kota Samarinda sebesar 103,57 yang merupakan
kota acuan rata-rata IKK nasional tingkat kabupaten/kota.
3. IKK Kabupaten Kaur mengalami trend peningkatan dalam kurun waktu 2009-
2011 yang searah dibandingkan peningkatan IKK Provinsi Bengkulu.
4. Berdasarkan struktur harga barang dan jasa konstruksi, serta sewa alat berat
di Kabupaten Kaur tahun 2011, harga komoditas lokal relatif lebih murah
dibandingkan harga rata-rata Provinsi Bengkulu, sedangkan harga komoditas
luar dan sewa alat berat lebih mahal dibandingkan harga rata-rata Provinsi
Bengkulu.
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 55
DAFTAR PUSTAKA DDPP
Analisis IPM & IKK Kabupaten Kaur 2011 56
DAFTAR PUSTAKA Hinde, Andrew, 1998. Demographic Method, Arnold, London. Human Development Report, 2005. New York. USA. Preston, Samuel, H., et.all, 2004, Demography; Measuring and Modelling
Population Processes, Blackwell, USA. Badan Pusat Statistik, 2008, Indeks Pembangunan Manusia 2005-2006, BPS-
Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2009, Kegiatan Percepatan Penyediaan Data Statistik
Dalam Rangka Kebijakan Dana Perimbangan Tahun 2010, BPS-Jakarta. Ritonga, Razali, 2006, Indeks Pembangunan Manusia, Kompas 20 Desember
2006, halaman 4. Siegel, Jacob, 2002, Applied Demographic, Academic Press, USA. UNDP, BPS dan Bappenas, 2001, Laporan Pembangunan Manusia 2001;
Demokrasi dan pembangunan manusia di Indonesia, BPS-Indonesia.