Analisis Bentuk Satuan Gramatikal Register Kedirgantaraan
Register kedirgantaraan memiliki sekumpulan kosakata khusus yang hanya
digunakan dalam register kedirgantaraan. Ciri khas yang dimiliki leksikon dalam
register kedirgantaraan adalah banyaknya istilah yang berasal dari bahasa Inggris.
Sebagian leksikon merupakan hasil dari penerjemahan dan penyerapan kata dari bahasa
Inggris. Hasil penerjemahan dan serapan tersebut dapat berbentuk kata, frasa, dan
bentuk abreviasi.
1. Proses Pembentukan Leksikon Register Kedirgantaraan dari Istilah Asing
Terdapat tiga proses dalam pembentukan istilah dalam register kedirgantaraan,
yaitu proses penerjemahan dan proses penyerapan dengan penerjemahan.
1.1 Istilah yang Berasal dari Proses Penerjemahan
Terjemahan merupakan salinan bahasa, alih bahasa dari satu bahasa ke bahasa
lain. proses penerjemahan kosa kata asing ke dalam bahasa Indonesia dapat terjadi
melalui beberapa cara, antara lain dengan menerjemahkan istilah asing yang
dipadankan dengan bahasa Indonesia umum, menerjemahkan istilah asing yang
dipadankan dengan bahasa Indonesia tidak lazim, menerjemahkan istilah asing yang
dipadankan dengan bahasa serumpun yang lazim, dan dengan menerjemahkan istilah
asing yang dipadankan dengan bahasa serumpun yang tidak lazim (Ismulyati………..).
1.1.1 Istilah Asing yang Dipadankan dengan Istilah dalam Bahasa Indonesia
Umum
Proses pembentukan istilah asing yang dipadankan dengan istilah dalam bahasa
Indonesia umum merupakan proses penerjemahan yang dilakukan dengan berusaha
mencari padanan kata asing di dalam kosa kata bahasa Indonesia. Hal iti dapat terjadi
kerena tingginya frekwensi pemakaiannya dalam bahasa Indonesia dan sudah memiliki
sifat yang umum dalam bahasa Indonesia. Leksikon dalam register kedirgantaraan yang
mengalami proses penerjemahan istilah asing yang dipadankan dengan istilah dalam
1
bahasa Indonesia umum dapat berupa bentuk tunggal dan kompleks. Berikut
merupakan contoh bentuk tunggal asing yng dipadankan dengan istilah dalam bahasa
Indonesia umum.
(3) “Oke Capt, silakan mendarat di runway 04” (Angkasa, 2009 No.7 hal.. 34).
(3a) “Oke Capt, silakan mendarat di landasan pacu 04.”
(4) Ia adalah spy yang mampu menembus fasilitas penelitian atom paling rahasia di
Los Alamos (Angkasa, 2005 No.6 hal. 42).
(4a) Ia adalah mata-mata yang mampu menembus fasilitas penelitian atom paling
rahasia di Los Alamos.
Berdasarkan data (3), (3a) dan (4), (4a), terlihat bahwa leksikon dalam bahasa
Inggris dapat dipadankan dengan leksikon dalam bahasa Indonesia, atau dapat
dirumuskan sebagai berikut.
runway landasan pacu
spy mata-mata
lesksikon runway dan spy dalam bahasa Inggris dapat dipadankan dengan leksikon
landasan pacu dan mata-mata dalam bahasa Indonesia. Pemilihan landasan pacu dan
mata-mata sebagai padanan runway dan spy karena dianggap memiliki makna
gramatikal yang sama.
Leksikon bentuk kompleks dalam register kedirgantaraan yang mengalami
proses penerjemahan istilah asing yang dipadankan dengan istilah dalam bahasa
Indonesia umum berbentuk frasa. Berikut ini merupakan contoh frasa dalam bahasa
Inggris yang dipadankan dengan bahasa Indonesia umum.
(5) Dinyatakan dalam kondisi fit terbang, ia sudah menemani pesawat Roulettes
beraksi di Australian Day, namun sebagai duty safety di helikopter (Angkasa,
2005 No.6 hak. 24).
(5a) Dinyatakan dalam kondisi fit terbang, ia sudah menemani pesawat Roulettes
beraksi di Australian Day, namun sebagai petugas keselamatan di helikopter.
2
(6) Bahkan jika pengereman manual maksimal dilakukan begitu menyentuh
landasan sekalipun dengan reverse thrust dipertahankan pada 1,3 EPR selama
mendarat (Angkasa, 2009 No.6 hal. 71).
(6a) Bahkan jika pengereman manual maksimal dilakukan begitu menyentuh
landasan sekalipun dengan daya tolak dipertahankan pada 1,3 EPR selama
mendarat.
Pada contoh (5) dan (5a) diatas, frasa duty safety dalam bahasa Inggris dapat
dipadankan dengan istilah dalam bahasa Indonesia yaitu petugas keselamatan.
Leksikon duty sefety pada contoh diatas merupakan frasa yang terdiri dari satu morfem
bebas dan satu kata, yaitu morfem bebas duty dan kata safety yang telah mengalami
proses morfologis karena mendapat akhiran –ty leksikon duty safety termasuk frasa
karena tidak menimbulkan arti baru setelah melalui proses morfologis. Frasa duty
safety jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi petugas keselamatan yang
memiliki arti yang sama dengan leksikon dalam bahasa Inggris.
Pada contoh (6) dan (6a), frasa reverse thrust dalam bahasa Inggris dipadankan
dengan istilah dalam bahasa Indonesia daya tolak karena memiliki makna gramatikal
yang sama. Leksikon reverse thrust terdiri dari dua morfem bebas yaitu morfem reverse
dan morfem thrust. Leksikon reverse thrust termasuk ke dalam frasa karena tidak
menimbulkan arti baru. Frasa reverse thrust jika diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi daya tolak yang memiliki makna gramatikal yang sama dengan
leksikon aslinya dalam bahasa Inggris.
1.1.2 Istilah Asing yang Dipadankan dengan Istilah Bahasa Indonesia tidak Lazim
Proses pembentukan istilah asing yang dipadankan dengan istilah dalam bahasa
Indonesia tidak lazim merupakan proses penerjemahan istilah asing yang dilakukan
dengan cara mencari padanan kata asing yang tidak terdapat dalam kosakata bahasa
Indonesia secara umum, tetapi dapat ditemukan padanannya dalam kosakata bahasa
Indonesi yang tidak lazim. Kosakata bahasa Indonesia yang tidak lazim adalah kosakata
3
yang jarang dipakai dalam pelafalan bahasa Indonesia kerena akan terdengar
asing/aneh. Berikut ini contoh penggunaan istilah asing yang dipadankan dengan istilah
dalam bahasa Indonesi yang tidak lazim.
(7) “Nose wheel tidak keluar!” (Angkasa, No.7 hal. 32).
(7a) “Roda hidung tidak keluar!”
(8) Captain pilot dan seluruh kru pesawat adalah fresh crew dari Medan (Angkasa,
2009 No. 7 hal. 32).
(8a) Captain pilot dan seluruh kru pesawat adalah kru segar dari Medan.
Dari contoh diatas, dapat diketahui bahwa leksikon nose wheel dan fresh crew
tidak dapat ditemukan padanannya dalam bahasa Indonesia umum. Meskipun demikian,
leksikon tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yang tidak lazim, yaitu
roda hidung, dan kru segar. Kosa kata bahasa Indonesia yang tidak lazim tersebut
sangat jarang digunakan atau bahkan tidak digunakan karena dianggap aneh dan tidak
familiar dengan penutur bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan kata nose
wheel dan fresh crew dianggap lebih tepat dan lebih familier dari pada roda hidung dan
kru segar. Hal itu dilakukan demi tujuan ketepatan makna dan efisiensi kata.
1.2 Kata Hasil Proses Penyerapan dari Bahasa Asing
Dalam register kedirgantaraan, terdapat kata yang berasal dari bahasa asing dan
telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kata yang diserap tersebut telah banyak
digunakan dan diterima oleh para pemakainya secara umum. Proses penyerapan istilah
asing ke dalam bahasa Indonesia dapat terjadi melalui lima cara, yaitu (1) penyerapan
istilah asing tanpa melalui penyesuaian ejaan, (2) penyerapan istilah asing melalui
proses penyesuaian ejaan, (3) penyerapan istilah asing melaui proses penyesuaian lafal,
(4) penyerapan istilah asing melaui proses penyesuaian ejaan dan lafal, dan (5) proses
penyerapan istilah asing dengan menambahkan vokal pada akhir kata sekaligus
menyesuaikan ejaan.
4
1.2.1 Penyerapan Istilah Asing tanpa Melalui Penyesuaian Ejaan
Penyerapan istilah asing tanpa melaui penyesuaian ejaan merupakan proses
penyerapan bentuk kata asing yang diambil secara keseluruhan tanpa disesuaikan
dengan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Dalam proses penyerapan ini,
terdapat leksikon bentuk tunggal dan leksikon bentuk kompleks. Berikut ini merupakan
contoh penyerapan istilah asing tanpa melalui penyesuaian ejaan dalam leksikon bentuk
tunggal
(9) Dalam kasus pilot Garuda Indonesia, Capt. Marwoto yang mengalami
kecelakaan di Yogyakarta, dituntut empat tahun penjara oleh jaksa di
pengadilan Yogyakarta (Angkasa, 2009 No.7 hal. 22).
(10) “Aku pikir tower telah memberi jawaban yang semestinya karena pada bulan
Desember cuaca di Irian biasanya memang tidak menentu (Angkasa, 2009 No.7
hal. 74).
Leksikon pilot dan tower merupakan leksikon yang berasal dari bahasa Inggris
yang diserap secara utuh tanpa mengalami penyesuaian ejaan dalam bahasa Indonesia.
Hal itu terlihat dari bentuk leksikon pilot dan tower yang masih dipertahankan bentuk
aslinya dari bahasa Inggris.
Leksikon dalam bentuk kompleks yang ditemukan dalam register
kedirgantaraan yang mengalami proses ini merupakan leksikon bentuk frasa. Berikut ini
contoh frasa yang diserap secara utuh ke dalam bahasa Indonesia tanpa melalui
penyesuian ejaan.
(11) Mengingat sisa bahan bakar tinggal 1200 lbs, ketiga pesawat mendarat dengan
wet R/W landing procedure yaitu dengan memanfaatkan drag chute (Angkasa,
2009 No.7 hal. 75).
5
(12) Menjelang dropping zone formasi pesawat mulai melaksanakan prosedur slow
down dilanjutkan dengan kerja load master membuka paratroop door (Angkasa,
2009 No.6 hal. 47).
Leksikon drag chute, dan paratroop door merupakan leksikon dalam bentuk
frasa yang mengalami penyerapan tanpa melalui penyesuaian ejaan. Leksikon drag
chute terdiri dari dua morfem bebas, yaitu morfem drag dan morfem chute. Leksikon
drag chute merujuk pada parasut yang digunakan untuk membantu menghentikan
(pengereman) pesawat saat melakukan pendaratan. Leksikon paratroop door terdiri
dari dua morfem bebas yaitu morfem paratroop dan morfem door. Leksikon paratroop
door mengacu pada pintu pesawat yang digunakan untuk penerjunan pasukan penerjun
payung. Leksikon drag chute dan paratroop door tergolong leksikon bentuk frasa
karena tidak menimbulkan makna baru dalam proses pembentukannya.
1.2.2 Penyerapan Istilah Asing Melalui Proses Penyesuaian Ejaan
Proses penyerapan istilah asing melalui penyesuaian ejaan merupakan
merupakan proses penyerapan bentuk yang berasal dari bahasa asing dengan
menyesuaikannya dengan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
(13) Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsekal Muda TNI Slamet Prihatino S,
Senin (14/2) melantik Komandan Lanud Atang Senjaya, Kolonel Pnb Ignatius
Basuki menggantikan pejabat lama Kolonel Pnb Sujono (Angkasa, 2005 No.6
hal. 25).
(14) Walau telah berjanji tak akan lagi melakukan lagi misi overflight ke wilayah
Uni Soviet, tak berarti misi-misi rahasia U-2 juga berakhir (Angkasa, 2005 No.6
hal. 43).
Leksikon misi dan operasi merupakan leksikon yang berasal dari kosakata
bahasa Inggris mission dan operation. Akhiran –i pada leksikon misi dan operasi
merupakan bentuk penyerapan dari istilah asing melalui penyesuaian ejaan.
6
1.2.3 Penyerapan Istilah Asing melalui Proses Penyesuaian Lafal
Penyerapan istilah asing melalui penyesuaian lafal merupakan proses
penyerapan bentuk kata asing dengan menyesuaikan pelafalan yang berlaku dalam
bahasa Indonesia.
(15) MiG-29K AL India memang lebih maju jika dibandingkan MiG-29 yang
dioperasikan AU India, antara lain kokpit kacanya, kapasitas internal bahan
bakar lebih besar, avionik lebih canggih, radar multimode, sayap lipat, roda
pendarat lebih kuat, perlindungan untuk mesin, dan alat pengait untuk
pendaratan di kapal induk (Angkasa, 2009 No.7 hal. 5).
(16) Captain pilot dan seluruh kru pesawat adalah fresh crew dari Medan (Angkasa,
2009 No. 7 hal. 32).
Leksikon kokpit dan kru merupakan leksikon yang berasal dari kosakata bahasa
Inggris cockpit dan crew. Setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia melalui proses
penyesuaian ejaan, leksikon tersebut dilafalkan menjadi kokpit dan kru. Dalam bahasa
Inggris, leksikon cockpit dan crew dilafalkan /kakpit/ dan /kruw/ dalam bahasa
Indonesia. Pada leksokon kokpit, penyesuaian lafal terjadi dengan mengganti
konsonan /c/ menjadi /k/ dan mengganti pelafalan /ck/ menjadi /k/. Pada leksikon kru,
penyeusian ejaan terjadi dengan mengganti konsonan /c/ menjadi /k/ dan mengganti
diftong /ew/ menjadi /u/.
1.2.4 Penyerapan Istilah Asing melalui Proses Penyesuaian Ejaan dan Lafal.
Penyerapan istilah asing melalui proses penyesuaian ejaan dan lafal merupakan
proses penyerapan bentuk kata asing dengan menyesuaiakan ejaan dan pelafalan yang
berlaku dalam bahasa Indonesia.
7
(17) Pagi itu, sekitar pukul 9.30 WIB helikopter PK-PUH akan melakukan proses
ground run atau run-up, proses rutin pengecekan mesin dan sistem heli
(Angkasa, 2009 No.6 hal. 54).
(18) Demikian halnya dengan temperatur dalam kabin diatur monitor climate control
(Angkasa, 2005 No.6 hal. 33).
Leksikon helikopter dan kabin merupakan leksikon yang berasal dari kosakata
bahasa Inggris helicopter dan cabin. Leksikon helicopter dan cabin dilafalkan
/heləkaptər/ dan /kæbin/ dalam pelafalan bahasa Indonesia sehingga diserap menjadi
helikopter dan kabin. Dalam penyesuaian ejaan, konsonsn /c/ pada leksikon helicopter
dan cabin diserap menjadi /k/ ke dalam bahasa Indonesia.
1.2.5 Istilah Asing yang Berasal dari Proses Penyerapan sekaligus Penerjemahan
Selain proses penerjemahan, penyerapan istilah asing dalam register
kedirgantaraan jega terjadi melalui proses penyerapan sekaligus penerjemahan. Proses
penyerapan sekaligus penerjemahan merupakan proses pembentukan istilah asing yang
didalamnya terdapat dua tahap pembentukan, yaitu penyerapan dan penerjemahan
leksikon yang berasal dari bahasa inggris.
(19) Kalau sudah melewati point itu, maka pesawat harus terus terbang, tidak boleh
kembali ke departing point yaitu Ambon (Angkasa, 2009 No. 7 hal. 76).
(19a) Kalau sudah melewati point itu, maka pesawat harus terus terbang, tidak boleh
kembali ke titik keberangkatan yaitu Ambon.
(20) Mengingat sisa bahan bakar tinggal 1200 lbs, ketiga pesawat mendarat dengan
wet R/W landing procedure yaitu dengan memanfaatkan drag chute (Angkasa,
2009 No.7 hal. 75).
(20a) Mengingat sisa bahan bakar tinggal 1200 lbs, ketiga pesawat mendarat dengan
wet R/W prosedur pendaratan yaitu dengan memanfaatkan drag chute.
2. Leksikon yang Mengalami Proses Afiksasi
8
Afiksasi merupakan proses yang mengubah leksem menjadi bentuk kata yang
kompleks. Dalam afiksasi, leksem mengalami perubahan bentuk, berstatus kata dengan
kategori tertentu, berganti kategori (bila sudah berstatus kata), dan berubah maknanya
(Kridalaksana, 2007:28). Dalam leksikon bidang kedirgantaraan, proses morfologis
afiksasi terjadi dengan menambahkan afiks pada bentuk dasar/leksem dengan cara
memadukan afiks dengan leksem/bentuk dasar sehingga terbentuk satuan baru yang
berbeda dari segi bentuk dan maknanya. Afiksasi yang ada dalam leksikon bidang
kedirgantaraan ada tiga macam bentuk afiks, yaitu prefiks, sufiks, dan konfiks.
2.1 Prefiks
Prefiks merupakan afiks yang diimbuhkan atau diletakkan pada posisi depan
dari leksem atau bentuk dasar. Dalam leksikon bidang kedirgantaraan, ditemukan
prefiks meN- dan prefiks peN-.
(21) Sejak 1962 secara rutin melatih para pilotnya mendarat dan tinggal landas di
jalan raya atau autobahn (Angkasa, 2009 N0.7 hal. 42).
(22) Penerbang paling senior adalah Dennis Tan dan Arnie, keduanya berumur 37
tahun dan seangkatan lulus dari Australian Defence Force Academy (ADFA)
tahun 1988 dan menyelesaikan pilot training tahun 1990 (Angkasa, 2005 No.6
hal. 23).
Dalam contoh diatas, leksikon mendarat dan penerbang merupakan leksikon
yang mengalami proses afiksasi berupa penambahan prefiks meN- dan peN-. Leksikon
mendarat berasal dari proses morfologis penambahan prefiks meN- pada leksem darat.
Pada leksikon penerbang, proses morfologis terjadi dengan menambahkan prefiks peN-
pada leksem/bentuk dasar terbang.
2.2 Sufiks
9
Sufiks merupakan afiks yang yang ditambahkan atau dilekatkan pada posisi
akhir dari bentuk dasar/leksemnya. Dalam leksikon register kedirgantaraan, hanya
ditemukan sufiks –an
1. Ini guna menghindari melepuhnya landasan saat menerima semburan yang
dikeluarkan exhaust pesawat saat tinggal landas (Angkasa, 2009 No.7 hal. 45).
Pada contoh diatas, leksikon landasan merupakan leksikon yang mengalmi
proses afiksasi berupa penambahan sufiks –an. Proses morfologis pembentukan kata
landasan terjadi dengan menambahkan sufiks –an pada bentuk dasar ????????????????
Leksikon landasan memiliki makna tempat pendaratan pesawat.
2.3 Konfiks
Konfikas merupakan afiks yang diimbuhkan atau diletakkan pada posisi depan
dan akhir secara bersamaan pada bentuk dasarnya. Pada register kedirgantaraan hanya
ditemukan konfiks ke-an.
2. Sebelum PD I meletus, cikal bakal kedirgantaraan RAAf sebenarnya sudah
menampakkan embrionya (Angkasa, 2005 N0.10 hal. 18).
Leksokon kedirgantaraan merupakan leksikon yang mengalami proses afiksasi
dengan menambahkan konfiks ke-an. kata kedirgantaraan dibentuk dari leksem
dirgantara yang mengalami proses morfologis dengan penambahan konfiks ke-an.
leksikon kedirgantaraan memiliki makna hal-hal yang berkaitan dengan ruang yang ada
di sekeliling dan melingkupi bumi, terdiri atas ruang udara dan antariksa.
2.4 Afiks Gabung
Afiks gabung merupakan gabungan dari prefiks dan sufiks yang dilakukan
secara bertahap. Dalam register kedirgantaraan, ditemukan afiks gabung /pe-/ dan /-an/.
10
3. Selama pengujian, laser ditembakkan dari turret yang dipasang di hidung
sebuah boeing B747-400F yang sudah dimodifikasi habis-habisan (Angkasa,
2009 No.7 hal. 7).
4. Latihan pendaratan tanpa panduan dari ground crew dari skadron 3 (Angkasa
2009 No.7 hal. 45).
Pada contoh diatas, terdapat leksikon pengujian dan pendaratan. Pada leksikon-
leksikon tersebut, terdapat dua tahap pembentukan kata yaitu penambahan sufiks –an
dan penambahan prefiks peN-. Dalam proses pembentukan kata pengujian, terdapat dua
tahap pembentukan. Pada tahap pertama, leksem uji diberi imbuhan –an menjadi ujian,
tahap kedua, bentuk dasar ujian yang telah mengalami penambahan sufikas –an,
ditambahkan dengan prefiks peN- menjadi pengujan. pada pembentukan kata
pendaratan, terdapat dua tahap pembentukannya. Pertama, leksem darat diberi sufiks –
an. Tahap kedua, bentuk dasar daratan ditambahkan dengan prefiks peN- sehingga
terbentuklah kata pendaratan. Leksikon pengujian memiliki makna menguji, percobaan,
sedangkan leksikon pendaratan memiliki makna proses mendaratnya sebuah pesawat.
3. Leksikon Bentuk Abreviasi
Abreviasi merupakan proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau
kombinasi leksem sehingga terjadilah bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana,
2007:159). Dalam proses mofologis abreviasi, leksem dapat berbentuk struktur frasa,
kelompok kata, atau klausa. Abreviasi memiliki fungsi untuk menyingkat atau
memendekkan dengan membuat bentuk-bentuk pemendekan. Dalam register
kedirgantaraan, terdpat tiga bentuk abreviasi, yaitu akronim, singkatan, dan penggalan.
3.1 Akronim
Akronim merupakan bentuk pemendekan yang berstatus sebagai kata yang
memiliki makna leksikal. Dalam hal pelafalan, akronim berstatus sebagai kata yang
memiliki urutan fonem dan kaidah suku kata yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Berikut ini merupakan bentuk-bentuk akronim dalam register kedirgantaraan.
11
No. BentukAkronim
Arti
1. Ordirga Olahraga Kedirgantaraan2. Portela Persatuan Olahraga Terbang Layang3. Lanud Lapangan Udara4. Bandara Bandar Udara5. Latgab Latihan Gabungan6. Sertijab Serah Terima Jabatan7. Dephan Departemen Pertahanan8. Deplu Departemen Luar Negeri
Pembentukan akronim dalam register kedirgantaraan memiliki beberapa kaidah.
Pertama, pembentukan akronim dengan cara mengekalkan silabe pertama dengan
menyertakan huruf pertama pada silabe kedua yang dipadukan dengan silabe awal,
tengah atau akhir pada kata kedua atau ketiga pada satuan gramatik yang menjadi
imputnya, misalnya leksikon latgab, sertijab, dephan, bandara dan deplu yang masing-
masing merupakan kependekan dari latihan gabungan, serah terima jabatan, departemen
pertahanan, bandar udara, dan depertemen luar negeri.
Kaidah kedua yaitu dengan cara mengekalkan silabe pertama pada kata pertama
yang disertai dengan fonem terakhir pada silabe terakhir dengan silabe pertama disertai
dengan fonem pertama pada silabe kedua pada kata kedua, misalnya leksikon lanud
yang berarti lapangan udara. Kaidah ketiga yaitu dengan cara mengekalkan fonem
pertama pada silabe pertama kata pertama dengan silabe awal, tengah atau akhir pada
kata kedua atau ketiga, misalnya leksikon ordirga dan portela yang masing-masing
berarti olahraga kedirgantaraan dan persatuan olahraga terbang layang.
3.2 Singkatan
Singkatan merupakan salah satu hasil pemendekan yang berupa huruf atau
gabungan huruf. Bentuk singkatan tidak berstatus sebagai kata. Berikut ini bentuk-
bentuk singkatan dalam register kedirgantaraan.
No. Bentuk Arti
12
Singkatan1. UAV Unmanned Aerial Vehicle2. VTP Vertical Tail Planes3. RWR Radar Warning Receiver4. HUD Head Up Display5. HMS Helmet Mounted Symbology6. KNKT Komite Nasional Keselamatan Transportasi7. EUM End Use Monitoring8. ATC Air Traffic Control9. MATC Mobile Air Traffic Control10. AU Angkatan Udara11. AL Angkatan Laut12. TNI Tentara Nasional Indonesia
Dari segi ortografis, bentuk singkatan dalam register kedirgantaraan berbentuk
huruf-huruf kapital yang diambil dari huruf awal dari satuan atau unsur yang disingkat.
Seperti pada bentuk singkatan UAV dan VTP yang merupakan singkatan dari
Unmanned Aerial Vehicle Vertical Tail Planes.
Dalam bahasa lisan, bentuk singkatan dalam bidang kedirgantaraan diucapkan
sesuai dengan pelafalan huruf-huruf itu dalam bahasa indonesia. Meskipun beberapa
bentuk singkatan merupakan singkatan dari bentuk dalam bahasa Inggris, pelafalan
tetap disesuaikan dengan pelafalan dalam bahasa Indonesia, seperti UAV dilafalkan [?
uave?], VTP dilafalkan [vetepe]], RWR dilafalkan [erwe?er], dan HUD dilafalkan
[hau?de].
3.3 Penggalan
Penggalan merupakan proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian
dari leksem (Kridalaksana, 2007:162). Berikut ini merupakan bentuk penggalan dalam
register bidang kedirgantaraan.
No. BentukPenggalan
Arti
1. Heli Helikopter2. Capt. Captain
13
Dalam contoh diatas, leksikon heli dan capt. meupakan leksikon bentuk
abreviasi yang mengalami proses pemenggalan. Dalam register kedirgantaraan, proses
pemenggalan dilakukan dengan mengambil sebagian dari leksem. Pada leksikon heli,
proses pemenggalan terjadi dari leksem helikopter yang diambuil dua silabe
pertamanya sehingga menjadi bentuk baru yaitu heli. Pada leksikon Capt, pemenggalan
terjadi dengan mengambil silabe pertama disertai dengan fonem pertama silabe kedua
pada leksem captain sehingga terjadilah bentuk baru yaitu capt.
4. Kelas Kata dalam Register Kedirgantaraan
Kelas kata merupakan golongan kata yang mempunyai kesamaan dalam
perilaku formalnya (Kridalaksana, 2008:116). Dalam register kedirgantaraan,
ditemukan leksikon yang berkategori verba, nomina, dan numeralia.
4.1 Verba
Suatu kata berkategori verba jika dapat didampingi partikel tidak dan tidak
dapat didampingi partikel di, ke, dari, serta partikel sangat, lebih, dan agak
(Kridalaksana, 1986:49).
5. Sejak 1962 secara rutin melatih para pilotnya mendarat dan tinggal landas di
jalan raya atau autobahn (Angkasa, 2009 N0.7 hal. 42).
5a. Sejak 1962 secara rutin melatih para pilotnya tidak mendarat dan tinggal landas di
jalan raya atau autobahn.
5b. *Sejak 1962 secara rutin melatih para pilotnya sangat mendarat dan tinggal landas
di jalan raya atau autobahn.
Analisis pada data (….a) dan (…b) membuktikan bahwa leksikon mendarat
merupakan leksikon berkategori verba. Pada data (…a), kata mendarat dapat diikuti
partikel tidak dan pada data (…b) kata mendarat tidak dapat diikuti dengan partikel
sangat karena menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal.
14
4.2 Nomina
Nomina merupakan kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi
untuk bergabunga dengan partikel tidak dan mempunyai potensi untuk didahului oleh
partikel dari (Kridalaksana, 1986:66).
6. Ini guna menghindari melepuhnya landasan saat menerima semburan yang
dikeluarkan exhaust pesawat saat tinggal landas (Angkasa, 2009 No.7 hal. 45).
6a. Kerusakan berasal dari exhaust yang terbakar.
66. *Ini guna menghindari melepuhnya landasan saat menerima semburan yang
dikeluarkan tidak exhaust pesawat saat tinggal landas.
7. Duduklah dekat galley jika Anda butuh pelayanan tambahan dalam hal kudapan
maupun minuman (Angkasa, 2005 No.6 hal. 38).
7a Kebakaran itu bermula dari galley.
7b *Duduklah dekat tidak galley jika Anda butuh pelayanan tambahan dalam hal
kudapan maupun minuman
Analisis pada data (), (), dan () serta (),(), dan () membuktikan bahwa leksikon
exhaust dan galley merupakan leksikon yang berkategori nomina. Pada data (a) dan (a),
leksikon exhaust dan galley berpotensi diikuti partikel dari dan pada data (b) dan (b)
leksikon exhaus dan galley tidak berpotensi untuk diikuti partikel tidak. Leksikon
exhaust memiliki makna tempat atau alat pembuangan uap atau gas pada mesin
pesawat, sedangkan leksikon galley memiliki makna dapur/tempat menyiapkan
makanan bagi penumpang dalam pesawat.
4.3. Numeralia
Numeralia merupakan kategori yang dapat mendampingi nomina dalam
konstruksi sintaksis, mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan tidak
dapat bergabunga dengan partikel tidak atau sangat (Kridalaksana, 1986:77).
15
8. Falcon 7X merupakan jet eksekutif pertama yang mengadopsi teknologi Fly by
Wire (Angkasa, 2005 No.6 hal. 32).
9. Tracking dan sistem pemandu infra merah melengkapi radar ECR 90 (Angkasa,
2005 No.6 hal. 6).
10. MiG-29K AL India memang lebih maju jika dibandingkan MiG-29 yang
dioperasikan AU India (Angkasa, 2009 No.7 hal. 5).
11. Pesawat superjumbo Airbus A380 kini sudah melakukan uji terbang rutin
(Angksa, 2005 No10 hal. 44).
Dalam register kedirgantaraan, leksikon yang berkategori numeralia memiliki
kekhasan sebagai sebutan bagi pesawat, seperti pada leksikon 7X, ECR 90, Mig-29, dan
A380. Leksikon-leksikon tersebut memiliki ciri-ciri diikuti oleh rangkaian fonem yang
berfungsi untuk membedakannya dengan jenis atau sebutan bagi pesawat lain. leksikon-
leksikon tersebut memiliki potensi untuk mendampingi nimeralia lain dan tidak dapat
bergabung dengan partikel tidak atau sangat seperti *tidak Mig 29K atau *sangat 7X.
16