i
ANALISIS BALOK BETON BERTULANG
MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS CAE V6.14
PADA GEDUNG HOTEL IBIS STYLE DALAM
WILAYAH GEMPA III
Skripsi
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil
Oleh
Dinda Meilani Tungga Dewi Herlina
NIM.5113414069
HALAMAN JUDUL
PRODI TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Allah mencintai orang yang berilmu dan mengangkat derajat-Nya. (QS.
Mujaadilah : 11)
Teruslah melangkah, sampai lelah menghampiri. Yakinlah kalau kamu
mampu, karena Allah bersamamu.
Laa Tahzan Innallaha Ma’ana (QS. At-Taubah : 40)
Selalu ada jalan, ketika kita berusaha dan berdoa.
Jangan takut gagal, tanpa adanya kegagalan kita tidak akan tahu arti
perjuangan
PERSEMBAHAN
Dengan rasa bangga dan bahagia saya ucapkan terimakasih saya kepada :
1. Untuk Allah SWT yang telah memberikanku kekuatan dan membekaliku
dengan ilmu sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
2. Untuk Ibu saya (Pursinasih) dan Bapak saya (Masrukin) yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materi dan doa yang tiada henti
untuk kesuksesan saya. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat
Ibu Bapak bahagia,
3. Untuk Kakak saya (Dimas Yudha Permana) dan kakak ke-2 saya (Krisna
Meilana Abraham). Terimakasih atas semangat, dukungan dan doa kalian
selama ini.
4. Untuk Kakak Ipar saya (Miftah Noor Fajriani). Terimakasih atas semangat,
dukunganya dan keponakan kecilku ( M. Ibrahim Al Jailani Permana)
semoga menjadi anak sholeh.
5. Untuk Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Drs. Henry Apriyatno,M.T dan
Dosen Penguji Bapak Karuniadi Satrijo Utomo , S.T, M.T. dan Bapak Ir.
Agung Sutarto, M.T. terimakasih untuk bimbingan, nasehat dan kesabaran
selama proses penyusunan Skripsi ini.
vi
6. Untuk Dosen wali Bapak Arie Taverianto, S.T., MT dan seluruh Dosen
pengajar di Jurusan Teknik sipil UNNES, terimakasih untuk ilmu yang
diajarkan.
7. Untuk teman-teman seperjuangan saya (Nastia R., Abel Agusta., Triya P.,
M. Samantha Dewi.) yang selalu mendukung satu dengan yang lain untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Untuk sahabat baik saya ( Intaninda A. P) yang selalu membantu saya agar
dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Untuk sahabat dan teman-teman Teknik Sipil Unnes 2014. Terimakasih
canda tawa, tangis dan perjuangan yang kita lewati bersama.
10. Untuk M. Riza Nurmanul Hasan, terimakasih untuk semangat, dukungan,
waktu dan kesabaran menghadapi keluh kesahku dalam menyelesaikan
Skripsi ini. Semoga kamu pilihan terbaik dan yang terakhir.
11. Teman-teman dan semua pihak yang membantu dan mendoakan dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
vii
ABSTRAK
Herlina, Dinda Meilani Tungga Dewi. 2018. “Analisis Pada Balok Beton Bertulang
Menggunakan Program ABAQUS CAE v6.14 Pada Gedung Hotel Ibis Style
Dalam Wilayah Gempa III”. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik.
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Drs. Henry Apriyatno, M.T.
Balok merupakan salah satu bagian elemen struktur yang berfungsi
menerima beban merata dan mendistribusikan beban akibat gaya pada kolom. Peran
balok selain menghubungkan joint antara kolom, juga mentansferkan beban yang
didapat dari lantai maupun beban gempa. Dalam perencanaan balok beton, kita
dapat mengetahui secara persis terjadinya kegagalan struktur balok akibat beban
eksternal. Maka dari itu Analisis tegangan/regangan x,y,z momen atau geser dapat
di ketahui pada program ABAQUS CAE v6.14.
Penelitian Analisis Balok dimodelkan dari program ETABS dan ABAQUS
CAE v6.14 untuk mendefinisikan perilaku inelastis beton. Balok yang ditinjau
merupakan balok interior dengan dimensi balok 400 x 600 mm, panjang balok 7000
mm.
Waktu getar gedung untuk mode 1 sebesar 3,028 detik dan mode 2 sebesar
2,752 detik, tidak melebihi syarat batas 2,184 terpenuhi. Syarat simpangan antar
lantai baik akibat gempa statik maupun gempa dinamik arah x dan y tidak melebihi
simpangan yang diijinkan sehingga struktur tahan terhadap gempa. Tegangan
maksimum data teoritis (Park and Paulay) sebesar 30,04 N/mm2 dan Regangan
maksimum 0,00240 dan tegangan maksimum output program ABAQUS CAE v6.14
sebesar 30,04 N/mm2 dan Regangan maksimum 0,00197. Perbedaan nilai regangan
teoritis dan regangan numerik sebesar 18,09 % lebih besar regangan numeric. Dari
perbandingan regangan ultimate (µu) dan regangan leleh (µy) didapatkan nilai
daktilitas sebesar 3,30.
Kata kunci : Gempa, Tegangan, Regangan, Balok, Daktilitas, ABAQUS
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan
mengharapkan ridho yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Balok Beton Bertulang
Menggunakan Program ABAQUS CAE V16.4 Pada Gedung Hotel Ibis Style Dalam
Wilayah Gempa III. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi S1 Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang.
Sholawat dan salam disampaikan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW,
mudah-mudahan kita semua mendapatkan safaat-Nya di yaumil akhir nanti.
Aamiin.
Penyelesaian Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta
penghargaan kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di
Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang.
3. Dra. Sri Handayani, M.Pd., Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas
Negeri Semarang.
4. Dr. Rini Kusumawardani, S.T., M.T., M.Sc., Ketua Program Studi
Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang.
5. Drs. Henry Apriyatno, M.T., selaku dosen pembimbing yang penuh
kesabaran dalam membimbing, memberikan masukan, arahan serta
motivasi kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat selesai.
6. Karuniadi Satrijo Utomo, S.T, M.T., dan Ir. Agung Sutarto, M.T.,
selaku penguji sidang Skripsi yang telah memberikan saran dan
masukan dalam perbaikan Skripsi.
7. Arie Taverianto , S.T., M.T., selaku Dosen Wali
ix
8. Semua dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan bekal pengetahuan yang beharga.
9. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan untuk Skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
sebagai bekal untuk pengembangan di masa mendatang.
Semarang, 23 Januari 2019
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................... Error! Bookmark not defined.
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................ Error! Bookmark not defined.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xxii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah ....................................................................................... 3
1.4. Tujuan Dan Manfaat ................................................................................. 4
1.5. Sistematika Penulis ................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6
2.1. Tinjauan Umum ........................................................................................ 6
2.1.1. Ruang Lingkup Perencanaan............................................................. 7
2.2. Tanah ........................................................................................................ 7
2.2.1. Pengertian Tanah ............................................................................... 7
2.2.2. Pengertian Tes Sondir ....................................................................... 8
2.3. Gempa Bumi ............................................................................................. 9
xi
2.3.1. Pengertian Gempa Bumi ................................................................... 9
2.3.2. Pengaruh Gempa pada Struktur ...................................................... 10
2.3.3. Situs Puskim .................................................................................... 12
2.3.4. Spektrum Gempa ............................................................................. 14
2.4. Struktur Balok ........................................................................................ 18
2.4.1. Pengertian Balok ............................................................................. 18
2.4.2. Persyaratan Balok Menurut PBBI 1971.N.I – 2 hal, 91 : ................ 20
2.4.3. Klasifikasi Balok ............................................................................. 21
2.5. Beton ...................................................................................................... 22
2.6. Baja Tulangan ......................................................................................... 25
2.7. ETABS ................................................................................................... 26
2.8. Konsep Pembebanan pada Gedung ........................................................ 27
2.8.1. Beban Mati ( Dead Load/DL) ......................................................... 27
2.8.2. Beban Hidup (Live Load/LL) ......................................................... 28
2.8.3. Beban Gempa (Earthquake Load/EL) ............................................. 29
2.8.4. Kombinasi Pembebanan .................................................................. 30
2.8.5. Simpangan Batasan ......................................................................... 31
2.9. Abaqus .................................................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 35
3.1. Tahapan Prosedur Perencanaan Skripsi. ................................................ 35
3.2. Pengumpulan Data Tanah dan Studi Literatur ....................................... 37
3.2.1. Data Tanah ...................................................................................... 37
3.2.2. Data Lokasi ..................................................................................... 38
3.2.3. Pemilihan Kriteria Desain ............................................................... 39
3.2.4. Spektrum Respon Desain ................................................................ 40
xii
3.2.5. Material Struktur ............................................................................. 43
3.3. Kombinasi Pembebanan ......................................................................... 48
3.3.1. Beban Mati ...................................................................................... 50
3.3.2. Beban Hidup ................................................................................... 51
3.4. Analisis Beban Gempa ........................................................................... 52
3.4.1. Analisis Beban Gempa .................................................................... 52
3.4.2. Menentukan Spektral Percepatan (Ss dan S1) ................................ 55
3.4.3. Menentukan Koefisien Situs dan Parameter Respons Spektral
Percepatan Gempa ......................................................................................... 56
3.4.4. Menentukan Kategori Desain Seismik (KDS) ................................ 57
3.4.5. Menentukan Kategori Resiko Bangunan dan Faktor Keutamaan
Bangunan (Ie) ................................................................................................ 57
3.4.6. Menentukan Faktor R, Cd, dan Ωo ................................................. 58
3.4.7. Menentukan Periode Fundamental Alami (T)................................. 59
3.5. Analisis Struktur Bangunan Gedung Akibat Beban Gempa .................. 60
3.6. Proses Analisis ABAQUS CAE v6.14 ................................................... 62
3.6.1. Preprocessing (ABAQUS CAE) ..................................................... 63
3.6.2. Simulasi (Simulation) ...................................................................... 63
3.6.3. Proses Akhir (Post Processing) ...................................................... 63
3.7. Proses Permodelan ABAQUS CAE v6.14 ............................................. 64
3.7.1. Membuka menu ABAQUS CAE v6.14 .......................................... 64
3.7.2. Part Modul ABAQUS CAE............................................................ 65
3.7.3. Tulangan .......................................................................................... 66
3.7.4. Balok ............................................................................................... 67
3.7.5. Datum Plane ................................................................................... 67
xiii
3.7.6. Property Modul ABAQUS CAE .................................................... 68
3.7.7. Material Properties Beton ............................................................... 69
3.7.8. Material Properties Baja Ulir dan Baja Polos ................................. 77
3.7.9. Create Profile untuk Tulangan ....................................................... 78
3.7.10. Assign Beam Orientation untuk Tulangan .................................. 79
3.7.11. Create section dan Assign untuk Solid Element .......................... 80
3.7.12. Create Section dan Assign untuk Beam Element ......................... 82
3.8. Modul Assembly ABAQUS CAE v6.14 ................................................. 83
3.8.1. Step Modul ABAQUS CAE v6.14 .................................................. 85
3.8.2. Interaction Modul ABAQUS CAE v6.14 ....................................... 86
3.9. Load Modul ABAQUS CAE CAE v6.14 ............................................... 87
3.9.1 Mesh Modul ABAQUS CAE v6.14 ................................................ 88
3.9.2 Mesh pada Solid Element ................................................................ 88
3.9.3 Mesh pada Truss Element ............................................................... 89
3.10. Job Modul ABAQUS CAE v6.14 ....................................................... 91
3.11. Visualization ....................................................................................... 93
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 95
4.1. Pemodelan Strukur ................................................................................. 95
4.1.1. Pembebanan Gedung ....................................................................... 96
4.1.2. Analisis Beban Gempa .................................................................. 101
4.1.3. Gempa Dinamik Respon Spektrum ............................................... 112
4.1.4. Gempa Statik Ekuivalen ................................................................ 116
4.1.5. Torsi .............................................................................................. 127
4.2. Perhitungan Praktis Dengan ETABS v9.6. .......................................... 129
4.2.1. Perhitungan Balok Induk ............................................................... 133
xiv
4.3. Perhitungan Manual ............................................................................. 138
4.3.1. Perencanaan Balok Induk .............................................................. 138
4.4. Hasil dan Pembahasan Output ABAQUS CAE v6.14 ......................... 166
4.4.1. Permodelan Balok dengan ABAQUS CAE v6.14 ........................ 167
4.4.2. Analisis Tegangan dan Regangan ................................................. 168
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 174
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 174
5.2. Saran ..................................................................................................... 175
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 176
LAMPIRAN ........................................................................................................ 178
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Hasil Tanah Sedang ............................................................................ 13
Tabel 2. 2. Beban Mati (Dead Load/DL) ............................................................. 27
Tabel 2. 3. Beban Hidup (Live Load/LL)............................................................. 29
Tabel 3. 1. NSPT .................................................................................................. 37
Tabel 3. 2. Klasifikasi Situs Kelas Situs 𝑁 .......................................................... 38
Tabel 3. 3. Spektrum Desain ................................................................................ 41
Tabel 3. 4. Dimensi Balok .................................................................................... 44
Tabel 3. 5. Dimensi Kolom .................................................................................. 45
Tabel 3. 6. Persyaratan Tebal Selimut Minimum ................................................. 45
Tabel 3. 7. Beban Mati pada Plat Lantai .............................................................. 46
Tabel 3. 8. Beban Mati pada Plat Atap ................................................................. 46
Tabel 3. 9. Beban Mati pada Balok ...................................................................... 47
Tabel 3. 10. Tegangan Ultimate ........................................................................... 47
Tabel 3. 11. Tegangan Ijin .................................................................................... 48
Tabel 3. 12. Kombinasi Pembebanan ................................................................... 49
Tabel 3. 13. Beban Mati untuk Gedung ............................................................... 50
Tabel 3. 14. Beban Hidup untuk Gedung ............................................................. 51
Tabel 3. 15. Faktor Reduksi Beban Hidup untuk Gedung ................................... 52
Tabel 3. 16. Klasifikasi Situs ................................................................................ 54
Tabel 3. 17. Koefisien Situs, Fa ........................................................................... 56
Tabel 3. 18. Koefisien Situs, Fv ........................................................................... 56
Tabel 3. 19. Kategori Desain Seismik (KDS) SDS dan SD1 ............................... 57
Tabel 3. 20. Kategori Desain Seismik (KDS) SDS dan SD1 ............................... 57
Tabel 3. 21. Kategori Risiko Bangunan ............................................................... 58
Tabel 3. 22. Parameter Plasticity Beton (Panduan Permodelan Struktur Beton
Bertulang dengan ABAQUS) ................................................................................ 71
Tabel 3. 23. Concrete Compression Hardening dan Concrete Compression
Damage (Jankowiak, 2014) ................................................................................... 73
Tabel 3. 24. Concrete Tension Stiffening dan Concrete Tension Damage
(Jankowiak,2014) .................................................................................................. 75
xvi
Tabel 3. 25. Tabel Stress dan Strain (Panduan Permodelan Struktur Beton
Bertulang dengan ABAQUS) ................................................................................. 77
Tabel 3. 26. Diagram Momen Lentur yang Bekerja pada Balok yang Ditinjau .. 88
Tabel 4. 1. Kombinasi Pembebanan ..................................................................... 98
Tabel 4. 2. Beban Mati untuk Gedung ................................................................. 99
Tabel 4. 3. Beban Hidup .................................................................................... 101
Tabel 4. 4. Nilai SPT Rata-Rata dari Tidak BH2 ............................................... 103
Tabel 4. 5. Jenis-Jenis Tanah .............................................................................. 104
Tabel 4. 6. Tanah Sedang ................................................................................... 105
Tabel 4. 7. Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter Respon Percepatan
pada Periode Pendek ........................................................................................... 107
Tabel 4. 8. Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter Respon Percepatan
pada Periode 1 Detik ........................................................................................... 107
Tabel 4. 9. Koefisien untuk Batas Atas pada Periode yang Dihitung ................ 108
Tabel 4. 10. Nilai Parameter Pendekatan untuk Ct dan x ................................... 109
Tabel 4. 11. Nilai Kurva Spektum Gempa .......................................................... 113
Tabel 4. 12. Nilai Pertisipasi Massa untuk Arah X dan Y ................................. 116
Tabel 4. 13. Berat Stuktur Gedung ..................................................................... 121
Tabel 4. 14. Perhitungan Gaya Gempa Tiap Lantai ........................................... 122
Tabel 4. 15. Hasil Simpangan Arah X ................................................................ 125
Tabel 4. 16. Hasil Simpangan Arah Y ................................................................ 126
Tabel 4. 17. Nilai Torsi pada Arah X ................................................................. 127
Tabel 4. 18. Nilai Torsi pada Arah Y ................................................................. 129
Tabel 4. 19. Diagram Momen Lentur (BMD) yang Bekerja pada Balok Induk 6G-
41 yang Ditinjau .................................................................................................. 140
Tabel 4. 20. Momen Desain Balok Induk G6-41 ............................................... 141
Tabel 4. 21. Posisi Garis Netral dan Nilai Momen Nominal Tumpuan ............. 147
Tabel 4. 22. Posisi Garis Netral dan Nilai Momen Nominal Lapangan ............. 151
Tabel 4. 23. Kebutuhan Tulangan Utama pada Balok Induk 6G-41 .................. 153
Tabel 4. 24. Parameter Hubungan Regangan dan Tegangan .............................. 169
Tabel 4. 25. Rekapitulasi Hasil Uji Numerik dan Teoritis .................................. 172
xvii
Tabel 4. 26. Kesalahan Relatif Regangan Teoritis dan Numerik ........................ 173
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Perilaku Struktur Akibat Beban Gempa ........................................ 12
Gambar 2. 2. Lokasi Desain Struktur pada Puskim ............................................. 13
Gambar 2. 3. Nilai Ss pada Tiap Daerah Indonesia............................................. 15
Gambar 2. 4. Nilai S1 pada Tiap Daerah Indonesia ............................................. 16
Gambar 2. 5. Spektrum Respon Desain ............................................................... 18
Gambar 2. 6. Penentuan Simpangan antar Lantai Berdasarkan Gambar 5 pada
SNI 03-1726-2012 Pasal 7.9.3 .............................................................................. 32
Gambar 3. 1. Flowchart ....................................................................................... 36
Gambar 3. 2. Denah Lokasi Proyek ..................................................................... 39
Gambar 3. 3. Site Plan Proyek ............................................................................. 39
Gambar 3. 4. Lokasi Desain Struktur pada Puskim ............................................. 41
Gambar 3. 5. Grafik Spektral Percepatan ............................................................ 41
Gambar 3. 6. Membuka Program ABAQUS CAE .............................................. 65
Gambar 3. 7. Viewport awal ABAQUS CAE 6.11-2 .......................................... 65
Gambar 3. 8. Approximate Size pada Modul Part ............................................... 66
Gambar 3. 9. Sketsa Tulangan Utama dan Sengkang dalam Bentuk 3D ............ 67
Gambar 3. 10. Sketsa Balok dalam Bentuk 3D pada ABAQUS ......................... 67
Gambar 3. 11. Perintah membuat Datum ............................................................ 68
Gambar 3. 12. Cara membuat Datum Plane ........................................................ 68
Gambar 3. 13. Mulai Memasukkan Data Material .............................................. 70
Gambar 3. 14. Memasukkan Data Elastisitas ...................................................... 70
Gambar 3. 15. Tampilan Form Input Model Material Concrete Damaged
Plasticity ................................................................................................................ 71
Gambar 3. 16. Tampilan Form Input Parameter Plasticity pada Model Material
Concrete Damaged Plasticity ............................................................................... 72
Gambar 3. 17. Tampilan form input Compression Behavior model material
Concrete Damaged Plasticity ............................................................................... 74
Gambar 3. 18. Tampilan form input Tension Behavior model material Concrete
Damaged Plasticity ............................................................................................... 76
Gambar 3. 19. Tampilan Form Input Density ..................................................... 76
xix
Gambar 3. 20. Tampilan Form Input Elasticity Material Baja ............................ 78
Gambar 3. 21. Tampilan Form Input Plasticity Material Baja ............................ 78
Gambar 3. 22. Perintah Create Profile ................................................................ 79
Gambar 3. 23. Perintah Edit Profile .................................................................... 79
Gambar 3. 24. Perintah Assign Beam Orientation............................................... 80
Gambar 3. 25. Hasil Assign Beam Orientation ................................................... 80
Gambar 3. 26. Perintah Create Section ............................................................... 81
Gambar 3. 27. Perintah Edit Section.................................................................... 81
Gambar 3. 28. Perintah Assign Section................................................................ 81
Gambar 3. 29. Masukkan Section pada Edit Section Assignment ....................... 82
Gambar 3. 30. Perintah Create Section ............................................................... 82
Gambar 3. 31. Perintah Edit Section.................................................................... 83
Gambar 3. 32. Perintah Assign Section................................................................ 83
Gambar 3. 33. Cell dari Part yang dipasangkan Section ..................................... 83
Gambar 3. 34. Create Instace Linear Pattern, Rotate Instance, Translate
Instance ................................................................................................................. 84
Gambar 3. 35. Model Penulangan ....................................................................... 84
Gambar 3. 36. Tampilan menu create step .......................................................... 85
Gambar 3. 37. Permintaan Hasil yang Ditampilkan ............................................ 86
Gambar 3. 38. Peletakan Reference Point ........................................................... 87
Gambar 3. 39. Menu Create Load ....................................................................... 88
Gambar 3. 40. Memasukkan Ukuran Mesh ......................................................... 89
Gambar 3. 41. Menu Element Type pada Solid Element ..................................... 90
Gambar 3. 42. Menu Element Type pada Truss Elemen ...................................... 90
Gambar 3. 43. Mesh pada Semua Elemen Benda Uji .......................................... 90
Gambar 3. 44. Perintah Create Job ..................................................................... 91
Gambar 3. 45. Tampilan Submission pada Edit Job ............................................ 92
Gambar 3. 46. Tampilan Pengaturan Memory pada Edit Job .............................. 92
Gambar 3. 47. Tampilan Job yang Selesai Dibuat .............................................. 93
Gambar 3. 48. Tampilan Monitoring Job yang Telah Selesai Running .............. 93
Gambar 3. 49. Perintah Result untuk Menampilkan Kontur Parameter Output .. 94
xx
Gambar 4. 1. Rencana Pemodelan Struktur Hotel Ibis Style Semarang.............. 95
Gambar 4. 2. Nilai Respon Spektrum Desain berdasarkan Website
puskim.pu.go.id ................................................................................................... 105
Gambar 4. 3. Waktu Getar Struktur Mode 1 (arah Y) ....................................... 110
Gambar 4. 4. Waktu Getar Struktur Mode 2 (arah X) ....................................... 111
Gambar 4. 5. Pendefinisian Struktur Pemikul Momen Khusus (SRPMK) pada
ETABS V9.6.0 .................................................................................................... 132
Gambar 4. 6. Luas Tulanagan Utama Balok Induk 6G-41 yang Ditinjau ......... 133
Gambar 4. 7. Tampak Luas Tulangan Geser (Sengkang) Balok Induk 6G-41 yang
Ditinjau ................................................................................................................ 135
Gambar 4. 8. Diagram Momen Akibat Beban Mati dan Beban Hidup ............. 137
Gambar 4. 9. Diagram Momen Akibat Beban Mati, Beban Hidup dan Gempa
Statik ................................................................................................................... 137
Gambar 4. 10. Diagram Momen Akibat Beban Mati, Beban Hidup dan Gempa
Dinamik ............................................................................................................... 138
Gambar 4. 11. Elemen Balok yang Ditinjau pada Lantai 5 ............................... 139
Gambar 4. 12. Diagram Bidang Momen pada Balok yang Ditinjau .................... 141
Gambar 4. 13. Penampang Balok dan Diagram Regangan-Tegangan .............. 145
Gambar 4. 14. Rangka Bergoyang ke Akibat Gempa Arah Kanan ................... 159
Gambar 4. 15. Rangka Bergoyang ke Akibat Gempa Arah Kiri ....................... 160
Gambar 4. 16. Tulangan Balok Utama .............................................................. 164
Gambar 4. 17. Nilai Torsi pada Balok yang Ditinjau ........................................ 164
Gambar 4. 18. Model Penulangan ..................................................................... 167
Gambar 4. 19. Model Keseluruhan yang Telah di Assembly............................. 167
Gambar 4. 20. Rumus Kurva Hubungan Tegangan Regangan Berdasarkan Park
dan Paul (1975) ................................................................................................... 168
Gambar 4. 21. Kurva Hubungan Tegangan Regangan berdasarkan Park dan
Paul(1975) ........................................................................................................... 169
Gambar 4. 22. Kurva Hubungan Tegangan Regangan berdasarkan ABAQUS
CAE v6.14 ........................................................................................................... 170
Gambar 4. 23. Tegangan pada Maximum Principal .......................................... 170
xxi
Gambar 4. 24. Regangan pada Maximum Principal .......................................... 170
Gambar 4. 25. Kurva Hubungan Tegangan Regangan berdasarkan Data Teoritis
dan Data Numerik ............................................................................................... 172
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. SPT 1 ............................................................................................ 178
Lampiran 2. SPT 2 ............................................................................................ 179
Lampiran 3. SPT 3 ............................................................................................ 180
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak gedung
bertingkat, untuk memenuhi fasilitas penginapan di Kota Semarang sehingga perlu
direncanakan gedung Hotel Style Ibis 14 lantai berlokasi di Jalan Dr. Sutomo No.51
Semarang, menurut puskim Semarang termasuk kedalaman wilayah gempa 3
dengan demikian perencanaan harus memenuhi kriteria struktural dan non struktur
tahan gempa. Struktur bangunan tahan gempa semua teoritis harus didesain
mengikuti SNI 03-2847-2013 tentang persyaratan beton untuk bangunan dan SNI
03-1726-2012 tentang perencanaan ketahanan gempa, selanjutnya untuk
mempermudah perencanaan struktur gedung dilakukan menggunakan bantuan
program ETABS v9.6.0.
Balok merupakan salah satu bagian elemen struktur yang berfungsi
menerima beban merata dan mendistribusikan beban akibat gaya pada kolom.
Komponen struktur akibat gempa maka peran balok selain menghubungkan joint
antara balok, juga mentansferkan beban yang didapat dari lantai maupun beban
gempa, juga memberi kontribusi kekakuan kepada struktur secara keseluruhan. Saat
mendistribusikan beban merata ataupun kekakuan struktur, balok akan memberikan
respon dalam bentuk momen lentur, defleksi, geser, maupun torsi (puntir) yang
selanjutnya didistribusikan ke balok atau pun tulangan baja pada balok.
2
Respon balok terhadap beban eksternal yang dimaksud dapat dilihat
pada garis absis x, y, z, pada setiap titik elemen dalam balok. Tegangan – tegangan
yang dimaksud dapat terjadi akibat beban eksternal momen luar baik kibat gempa
maupun lainnya. Dalam perencanaan balok beton, pada prinsipnya menggunakan
momen atau gaya geser akibat beban eksternal tidak meninjau tegangan/regangan
x, y, z, yang terjadi di dalam balok baik yang bekerja pada baja/beton, sehingga kita
dapat mengetahui secara persis terjadinya kegagalan struktur balok akibat beban
eksternal. Analisis tegangan x,y,z internal momen atau geser dapat di ketahui pada
program ABAQUS CAE v6.14.
ABAQUS CAE v6.14 merupakan Software simulasi rekayasa pada
analisis Finite Elemen Methode, berdasarkan element yang dapat mengetahui
tegangan-regangan pada x,y,z pada titik yang kita tinjau, dengan demikian perlu
diangkat analisis tegangan-regangan melelui skirpsi dengan judul “Analisis Balok
Beton Bertulang menggunakan Program ABAQUS CAE v6.14 Pada Gedung Hotel
Ibis Style dalam Wilayah Gempa III”
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana merencanakan struktur gedung Hotel Ibis Style 14 lantai
Ketahanan gempa SNI 03 – 1726 – 2012 dan perhitungan persyaratan beton
SNI 03 – 2847 – 2013 dengan menggunakan program ETABS v9.6.0?
2. Bagaimana menganalisis perilaku kerja balok pada struktur bangunan
menggunakan program ETABS v9.6.0?
3
3. Bagaimana menganalisis Tegangan-regangan balok menggunakan program
ABAQUS v6.14 pada 1 titik yang lemah?
1.3. Batasan Masalah
1. Struktur bangunan 14 lantai direncanakan tahan gempa dengan
menggunakan program ETABS v9.6.0
2. Bangunan akan didirikan di Jalan . DR Sutomo Nomor 51, Kota Semarang,
Jawa Tengah dengan kategori risiko bangunan III pada jenis tanah sedang.
3. Perancangan elemen struktur menggunakan analisis Persyaratan Beton
Struktur Bangunan Gedung SNI 03-2847-2013.
4. Analisis perencanaan ketahanan gempa mengacu pada Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-
2012.
5. Analisis gempa menggunakan Analisis Dinamik Respond Spektrum dan
Time History.
6. Hasil analisis ditinjau dari besaran momen, geser dan simpangan antar lantai
pada balok dan kolom didapat dari hasil output ETABS v9.6.0
7. Menganalisis perilaku balok pada struktur bangunan.
8. Ingin mengetahui tegangan-regangan ruang 3d pada satu titik yang di tinjau
dengan software abaqus v6.14
9. Beban angin dan hujan tidak diperhitungkan.
4
1.4. Tujuan Dan Manfaat
Tujuan dan manfaat yang akan dicapai dalam penulisan skripsi adalah:
1. Dapat merencanakan struktur gedung Hotel Ibis Style Semarang 14 lantai
tahan gempa dan perhitungan struktur dengan menggunakan standar SNI
03-1726-2012 dan SNI 03-2847-2013.
2. Dapat mengetahui dan menganalisis perilaku balok pada struktur bangunan
menggunakan program ETABS v9.6.0
3. Dapat menganalisis balok pada suatu gedung dengan menggunakan
ABAQUS pada 1 titik yang lemah.
1.5. Sistematika Penulis
Sistematik penulis yang digunakan dalam menyusun skripsi adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai Judul Tugas, Akhir, Latar Belakang, Lokasi Proyek,
Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat,
Sistematika Laporan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bersisi tentang teori tahan gempa,teori bangunan tanpa gempa, teori
pendukung analisis, dan teori tegangan-regangan pada balok.
BAB III METODE PERENCANAAN
Berisi tentang langkah-langkah perencanaan struktur, aturan-aturan
dan rumus untuk perhitungan gedung tinggi yang digunakan dalam
menganalisis.
5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang pengelolahan data, hasil analisis perhitungan yang
didapat dari program struktur, dan menganalisis tegangan-regangan
pada titik tertentu.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.
Pada bagian penutupan berisi simpulan dan saran.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum
Untuk membangun suatu bangunan tinggi yang tahan gempa, terdapat
beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam perencanaan, perancangan,
dan pelaksanaanya (Iswandi, 2010) yaitu :
1. Sistem struktur yang direncanakan harus sesuai dengan tingkat resiko
stuktur bangunan tersebut berada terhadap gempa.
2. Aspek kontinuitas dan integritas struktur bangunan perlu diperhatikan
dalam pendetailan penulangan dan sambungan. Unsur struktural bangunan
harus terikat secara efektif menjadi satu kesatuan untuk meningkatkan
integritas struktur secara menyeluruh.
3. Konsitensi sistem struktur yang diasumsikan dalam desain dengan
sistemstruktur yang dilaksanakan harus terjaga.
4. Material beton dan baja tulangan yang digunakan harus memenuhi
persyaratan material konstruksi untuk struktur bangunan tahan gempa.
5. Unsur arsitektural yang memiliki massa yang besar harus terikat dengan
kuat
pada sistem portal utama dan harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap
sistem struktur
6. Metode pelaksanaan, system quality control dan quality assurance dalam
tahapan konstruksi harus dilaksanakan dengan baik dan harus sesuai dengan
kaedah yang berlaku.
7
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah besarnya gaya gempa yang
diterima struktur bangunan pada dasarnya dipengaruhi oleh karakteristik gempa
yang terjadi, karakteristik tanah tempat bangunan berada dan karakteristik
struktur bangunan. Oleh karena itulah setiap komponen dalam struktur bangunan
gedung perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat menahan dan
mendistribusikan beban yang dipikul akibat beban struktur itu sendiri, beban akibat
gaya gravitasi, beban akibat gaya beban dan lainya.
2.1.1. Ruang Lingkup Perencanaan
Ruang lingkup perencanaan sebuah bangunan gedung meliputi
beberapa tahapan-tahapan yaitu mulai dari tahap persiapan, studi kelayakan,
mendesain bangunan, perhitungan struktur dan perhitungan biaya.
2.2. Tanah
2.2.1. Pengertian Tanah
Tanah dari pandangan Teknik Sipil merupakan himpunan mineral,
bahan organic dan endapan-endapan yang relative lepas (loose) yang terletak di atas
bat dasar (bedrock) (Hardiyatmo, 1992).
Ikatan antara butiran yang relative lemah dapat disebabkan oleh
karbonat, zat organic, atau oksida-oksida yang mengendap-ngendap diantara
partikel-partikel dapat berisi air, udara, ataupun yang lainnya (Hardiyatmo, 1992).
8
Sedangkan pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah adalah campuran
partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut:
a. Berangkal (boulders) adalah potongan batuan besar, biasanya lebih besar dari
250 mm sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm sampai 250 mm, fragmen
batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).
b. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.
c. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm,
yang berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm sampai bahan
halus yang berukuran < 1 mm.
d. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai
0,0074 mm.
e. Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002
mm yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif.
f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran lebih kecil
dari 0,001 mm.
2.2.2. Pengertian Tes Sondir
Tes sondir merupakan salah satu tes dalam bidang teknik sipil yang
berfungsi untuk mengetahui letak kedalaman tanah keras, yang nantinya dapat
diperkirakan seberapa kuat tanah tersebut dalam menahan beban yang didirikan di
atasnya. Tes ini biasa dilakukan sebelum membangun pondasi tiang pancang, atau
pondasi-pondasi dalam lainnya. Data yang didapatkan dari tes ini nantinya berupa
9
besaran gaya perlawanan dari tanah terhadap konus, serta hambatan pelekat dari
tanah yang dimaksud. Hambatan pelekat adalah perlawanan geser dari tanah
tersebut yang bekerja pada selubung bikonus alat sondir dalam gaya per satuan
panjang. Sondir merupakan salah satu pengujian tanah untuk mengetahui
karakteristik tanah yang dilakukan di lapangan atau pada lokasi yang akan
dilakukan pembangunan konstruksi. Sondir ada dua macam, yang pertama adalah
sondir ringan dengan kapasitas 0-250 kg/cm² dan yang kedua adalah sondir berat
dengan kapasitas 0-600 kg/cm². Jenis tanah yang cocok disondir dengan alat ini
adalah tanah yang tidak banyak mengandung batu. Dari data informasi yang
diperoleh mempermudah menggambarkan daya dukung tanah yang digambarkan
pada grafik sondir.
2.3. Gempa Bumi
2.3.1. Pengertian Gempa Bumi
Gempa Bumi adalah getaran di tanah yang disebabkan oleh gerakan
permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang
menciptakan gelombang seismik dan Gempa Bumi biasa disebabkan oleh
pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada
jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu. Gerakan
tersebut menyebabkan suatu kerusakan baik pada gedung, jembatan, jalan
perumahan hingga pada perubahan permukaan tanah, bahkan sampai melibatkan
hilangnya nyawa manusia.
10
Jenis-jenis gempa bumi yang ada :
1) Gempa bumi runtuhan disebabkan oleh keruntuhan yang tejadi baik di atas
maupun di bawah prmukaan tanah.
2) Gempa bumi vulkanik disebabkan oleh kegiatan gunung berapi baik sebelum
maupun saat meletusnya gunung berapi tersebut.
3) Gempa bumi tektonik disebabkan oleh terjadinya pergeseran kulit bumi
(litosfer) yang umumnya terjadi di daerah petatahan kulit bumi.
Gempa bumi yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah gempa
bumi tektonik, yang merupakan jenis gempa yang menimbulkan kerusakan paling
luas.
2.3.2. Pengaruh Gempa pada Struktur
Suatu bangunan yang dirancang akan terhadap beban gempa harus
memenuhi tiga syarat :
1. Gempa ringan adalah nilai beban gempa yang diturunkan factor 𝑅 =
μ x f₁. Struktur harus dapat berespon elastik tanpa mengalami kerusakan baik
pada eleme structural (pelat, balok, kolom, dan fundasi strktur) dan elemen
non structural (dindinga bata, plafond an lain-lain)
2. Gempa sedang adalah nilai beban gempa yang diturunkan dari nilai daktilitas
struktur (µ). Struktur bangunan boleh mengalami kerusakan ringan pada
lokasi yang mudah diperbaiki yaitu ujung-ujung balok di muka kolom, yang
disebut dengan istilah sendi plastis. Struktur pada tahap ini disebut tahap force
11
yield yang merupakan parameter penting karena merupakan batas antara
kondisi elastic (tidak rusak) dan kondisi plastic (rusak) tetapi tidak roboh atau
disingkat sebagai batas antara beban gempa ringan dan gempa kuat.
3. Gempa kuat adalah nilai beban gempa yang peluang dilampauinya dalam
rentang mas lyan gdung 50 tahun adalah 10% atau nilai beban gempa yang
perioda ulangnya 500 tahun. Resiko kerusakan harus dapat diterima tapi tanpa
terjadi keruntuhan pada struktur. Jadi, kerusakan struktur pada saat gempa
kuat terjadi harus didesain pada tempat-tempat tertentu sehingga mudah
diperbaiki setelah gempa kuat terjadi.
Beban gempa horizontal yang bekerja akibat dari pergerakan tanah
dapat menyebabkan pergeseran lantai pada bangunan, pergeseran lantai pada
bangunan ini disebabkan oleh distribusi gaya gesr dsar, V (base sher) ke setiap
lantai pada bangunan. Gaya eser per lantai yang telah menyebabkan terjadinya
displacement pada bangunan. Besar peralihan lantai (displacement) dipengaruhi
oleh material struktur, fundasi, dan karakteristik kekuatan gempa.
Perilaku bangunan pada saat dikenai beban gempa berkaitan erat
dengan perilaku getaran. Pergerakan tanah tidak secara langsung merusak struktur
banguna seperti beban angin yang langsung mendorong bangunan, tetapi merusak
bangunan dengan menimbulkan gaya inersia pada srtuktur yang disebabkan oleh
oleh ikut bergetarnya bangunan akibat pergerakan tanah.
Secara umum, bangunan bertingkat tinggi memiliki respon strukur yang
berbeda dengan bangunan bertingkat rendah dalam hal beban gempa. Besarnya
12
gaya inersia akibat beban gempa sangat ditentukan oleh massa bangunan,
percepatan tanah dasar, pondasi bangunan, dan karateristik dinamik dari struktur.
Hal ini sesuai dengan Hukum Newto II, yaitu :
F = m.a
Keterangan : F = gaya inersia
m = masa struktur
a = percepatan gempa
Gambar 2. 1. Perilaku Struktur Akibat Beban Gempa
2.3.3. Situs Puskim
Untuk spectrum respons desain dapat diketahui melalui dari situs
(sumber puskim.pu.go.id). Pengisisan lokasi berdasarkan koordianat atau dengan
nama kota yang terkait, dan data lokasi sebagai berikut :
13
Gambar 2. 2. Lokasi Desain Struktur pada Puskim
Didapat hasil untuk tanah sedang sebagai berikut :
Hasil data puskim
Tabel 2. 1. Hasil Tanah Sedang
TANAH SEDANG
Variabel Nilai
PGA (g) 0,493
SS (g) 1
S1 (g) 0,364
CRS 0,871
CR1 0
14
FPGA 1
FA 1
FV 2
PSA (g) 0,497
SMS (g) 1
SM1 (g) 0,609
SDS (g) 0,777
SD1 (g) 0,406
T0 (detik) 0,105
TS (detik) 0,523
2.3.4. Spektrum Gempa
Respons spektrum adalah suatu spektrum yang disajikan dalam bentuk
grafik/plot antara periode getar struktur T, lawan respon-respon maksimum
berdasarkan rasio redaman dan gempa tertentu. Respon-respon maksimum dapat
berupa simpangan maksimum (spectral displacement, SD) kecepatan maksimum
(spectral velocity, SV) atau percepatan maksimum (spectral acceleration, SA)
massa struktur single degree of freedom (SDOF), (Widodo, 2001).
Percepatan respons gerak tanah gempa maksimum yang
dipertimbangkan rata-rata geometrik (MCER) ditetapkan dalam arah/orientasi yang
menghasilkan respons gerak tanah horizontal maksimum terbesar dan disesuaikan
dengan resiko yang ditargetkan. Pada SNI 1726:2012 pasal 6. 2, penentuan respons
spektral percepatan gempa MCER di permukaan tanah, diperlukan suatu faktor
15
amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan perioda 1 detik. Faktor amplifikasi
meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek
(Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik
(Fv). Parameter spectrum respons percepatan pada perioda pendek (SMS) dan
perioda 1 detik (SM1) Yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus
ditentukan dengan perumusan berikut ini:
SMS = Fa Ss (3. 5)
SM1 = Fv S1 (3. 6)
Keterangan: SS = parameter respons spektral percepatan gempa MCER
terpetakan untuk perioda pendek; S1 = parameter respons spektral
percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda 1,0 detik dan koefisien
situs Fa dan Fv mengikuti Tabel 4 dan Tabel 5 pada SNI 1726:2012 pasal
6.2, untuk nilai SS dan S1 terpetakan pada gambar (3. 1) dan (3. 2).
Gambar 2. 3. Nilai Ss pada Tiap Daerah Indonesia
16
Pada SNI 1726:2012 pasal 14, memberikan peta-peta gerak tanah
seismik dan koefisien resiko dari gempa maksimum yang dipertimbangkan
(Maximum Considered Eathquake, MCE)
Gambar 2. 4. Nilai S1 pada Tiap Daerah Indonesia
Gambar (2. 3) dan (2. 4) menunjukkan peta gempa maksimum yang
dipertimbangkan resiko tertarget (MCER) parameter-parameter gerak tanah Ss dan
S1. Ss adalah parameter nilai percepatan respon spektral gempa MCER resiko-
tertarget pada perioda pendek, teredam 5 persen, sebagaimana yang dijelaskan
dalam pasal 6. 1. 1 SNI 1726:2012. S1 adalah parameter nilai percepatan respons
spektral gempa MCER resiko-tertarget pada perioda 1 detik, teredam 5 persen,
sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 6. 1. 1 SNI 1726:2012. Parameter
percepatan spektral desain untuk perioda pendek, SDS dan pada perioda 1 detik,
SD1, harus ditentukan melalui perumusan berikut ini:
17
Spektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur
gerak tanah dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons
desain harus dikembangkan dengan mengacu Gambar 3. 3 dan mengikuti ketentuan
di bawah ini :
1. Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan desain,
Sa, harus diambil dari persamaan;
2. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau
sama dengan TS, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama dengan SDS.
3. Untuk perioda lebih besar dari TS, spektrum respons percepatan desain, Sa,
diambil berdasarkan persamaan ;
Keterangan:
SDS = Parameter respons spektral percepatan desain pada perioda
pendek;
SD1 = Parameter respons spektral percepatan desain pada perioda 1 detik;
T = Perioda getar fundamental struktur.
18
Gambar 2. 5. Spektrum Respon Desain
(Sumber SNI 1726:2012 pasal 6.4)
2.4. Struktur Balok
2.4.1. Pengertian Balok
Balok adalah bagian dari structural sebuah bangunan yang kaku dan
dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-elemen
kolom penopang. Selain itu ring balok juga berfungsi sebag pengikat kolom-kolom
agar apabila terjadi pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu
mempertahankan bentuk dan posisinya semula. Ring balok dibuat dari bahan yang
sama dengan kolomnya sehingga hubungan ring balok dengan kolom ya bersifat
19
kaku tidak mudah berubah bentuk.Pola gaya yang tidak seragam dapat
mengakibatkan balok melengkung atau defleksi yang harus ditahan oleh kekuatan
internal material.
Prinsip perencanaan balok induk yang dibebani lentur atau aksial
berdasarkan SNI 03-2847-2013 Pasal 9.3 adalah sebagai berikut :
a. Gaya Tekan Terfaktor
Gaya aksial tekan terfaktor komponen struktur tidak melebihi 0,1 Ag f’c.
b. Rasio Perbandingan Lebar dengan Tinggi.
Perbandingan lebar terhadap tinggi balok (b/h) tidak boleh kurang dari 0,3.
Menentukan nilai h (pembulatan keatas kelipatan 50 mm) dengan:
1) Tinggi balok minimum yang diisyaratkan agar lendutan tidak diperiksa.
2) Bila h aktual < h min balok, lendutan perlu diperiksa sesuai dengan Tabel 9.5
(a) SNI 03-2847-2013 Pasal 21.5.1.3.
bw > 0,3 h , atau
bw > 250 mm.
Berdasarkan jenis keruntuhannya ada beberapa keruntuhan yang terjadi
pada balok diantaranya:
1. Penampang Seimbang (balance)
Tulangan tarik beton mulai leleh tepat pada saat beton mencapai regangan
batas dan akan hancur karena tekan. Pada saat awal terjadinya keruntuhan,
20
regangan tekan yang diijinkan pada serat tepi yang tertekan adalah 0,003
sedangkan regangan baja sama dengan regangan lelehnya yaitu Ey = fy/Ec .
2. Penampang Over Reinforced
Pada keadaan ini keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton yang tertekan.
Pada awal keruntuhan, regangan baja Es yang terjadi masih lebih kecil dari
regangan lelehnya Ey. Dengan demikian tegangan baja fs juga lebih kecil dari
tegangan lelehnya fy. Kondisi ini terjadi apabila tulangan yang digunakan
lebih banyak dari yang diperlukan dalam keaadaan balance.
3. Penampang Under Reinforced
Keruntuhan terjadi ditandai dengan lelehnya tulangan baja. Kondisi
penampang yang demikian dapat terjadi apabila tulangan tarik yang dipakai
pada balok kurang dari yang diperlukan untuk kondisi seimbang.
2.4.2. Persyaratan Balok Menurut PBBI 1971.N.I – 2 hal, 91 :
a. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih.
Tinggi balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar badan yang
dipilih.
b. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang
tulangan untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat
mungkin harus dihindarkan pemasangan tulangan balok dalam lebih dari 2
lapis, kecuali pada keadaan-keadaan khusus
21
c. Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari
penampang.
d. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang
sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10%
dari luas tulangan tarik pokok. Diameter batang tulangan tersebut tidak boleh
diambil kurang dari 8 mm pada jenis baja lunak dan 6 mm pada jenis baja
keras.
e. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh
diambil lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-sengkang
bekerja sebagai tulangan geser. Atau jarak sengkang tersebut tidak boleh
diambil lebih dari 2/3 dari tinggi balok. Diameter batang sengkang tidak boleh
diambil kurang dari 6 mm pada jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja
keras.
2.4.3. Klasifikasi Balok
Beberapa jenis balok antara lain :
1. Balok sederhana bertumpu pada kolom diujung-ujungnya, dengan satu ujung
bebas berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis
lainnya, nilai dari semua reaksi,pergeseran dan momen untuk balok sederhana
adalah tidak tergantung bentuk penampang dan materialnya.
2. Kantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya
didukung hanya pada satu ujung tetap
22
3. Balok teritisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati salah satu
kolom tumpuannya.
4. Balok dengan ujung-ujung tetap ( dikaitkan kuat ) menahan translasi dan
rotasi
5. Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh teristisan
dari dua bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.
6. Balok kontinu memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom
tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang
lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus dengan panjang dan beban
yang sama.
2.5. Beton
Beton didefinisikan sebagai campuran dari bahan penyusunnya yang
terdiri dari bahan semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus,
dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan tambah (admixture atau additive).
DPULPMB memberikan definisi tentang beton sebagai campuran antara semen
portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat (SNI
03-2847-2002). Nugraha, Paul (2007), mengungkapkan bahwa pada beton yang
baik, setiap butir agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar. Demikian pula
halnya dengan ruang antar agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi kualitas pasta atau
mortar menentukan kualitas beton. Semen adalah unsur kunci dalam beton,
meskipun jumlahnya hanya 7-15% dari campuran. Beton dengan jumlah semen
23
yang sedikit (sampai 7%) disebut beton kurus (lean concrete), sedangkan beton
dengan jumlah semen yang banyak disebut beton gemuk (rich concrete). Menurut
Mulyono (2006) secara umum beton dibedakan kedalam 2 kelompok, yaitu : 1.
Beton berdasarkan kelas dan mutu beton. Kelas dan mutu beton ini, di bedakan
menjadi 3 kelas, yaitu : a. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan
non struktutral. Untuk pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus.
Pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu
bahanbahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan.
Mutu kelas I dinyatakan dengan B0. Berikut :
1. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara
umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus
dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli.
2. Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu standar B1, K 125, K 175, dan K
225. Pada mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan
terhadap mutu bahanbahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak
disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K 125 dan K 175 dengan
keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinu dari hasil-
hasil pemeriksaan benda uji
3. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural yang lebih
tinggi dari K 225. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus
dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya
laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani oleh
24
tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara
kontinu.
Menurut Tjokrodimuljo (1996), macam-macam beton sebagai berikut:
a. Beton normal
Merupakan beton yang cukup berat, dengan Berat Volume 2400 kg/m³
dengan
nilai kuat tekan 15 – 40 MPa dan dapat menghantar panas.
b. Beton ringan
Merupakan beton dengan berat kurang dari 1800 kg/m³. Nilai kuat tekannya
lebih kecil dari beton biasa dan kurang baik dalam menghantarkan panas
c. Beton massa
Beton massa adalah beton yang dituang dalam volume besar yaitu
perbandingan antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya
dianggap beton massa jika dimensinya lebih dari 60 cm.
d. Ferosemen
Adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan memberikan kepada
mortar semen suatu tulangan yang berupa anyaman. Ferosemen dapat
diartikan beton bertulang.
e. Beton serat
Adalah beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang
berupa serat. Bahan serat dapta berupa serat asbes, serat tumbuh-tumbuhan
(rami, bamboo, ijuk), serat plastic (polypropylene) atau potongan kawat
logam.
25
f. Beton non pasir
Adalah suatu bentuk sederhana dan jenis beton ringan yang diperoleh
menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatannya. Rongga dalam
beton mencapai 20-25 %.
g. Beton siklop
Beton ini sama dengan beton biasa, bedanya digunakan agregat dengan
ukuran besar-besar. Ukurannya bisa mencapai 20 cm. Namun, proporsi
agregat yang lebih besar tidak boleh lebih dari 20 %.
h. Beton hampa (Vacuum Concrete)
Beton ini dibuat seperti beton biasa, namun setelah tercetak padat kemudian
air sisa reaksi disedot dengan cara khusus, disebut cara vakum (vacuum
method). Dengan demikian air yang tinggal hanyalah air yang dipakai
sebgai reaksi dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.
i. Mortar
Mortar sering disebut juga mortel atau spesi ialah adukan yang terdiri dari
pasir, bahan perekat, kapur dan PC.
2.6. Baja Tulangan
Baja tulangan merupakan material berkekuatan tinggi yang memiliki
kekuatan tarik maupun tekan, kekuatan lelehnya kurang lebih sepuluh kali dari
kekuatan tekan struktur beton yang umum, atau seratus kali dari kekuatan tariknya.
Menurut SNI 03-2847-2013, tulangan yang dapat digunakan pada elemen beton
bertulang adalah baja tulangan dan baja kawat . Baja tulangan yang tersedia di
26
pasaran ada dua jenis, yaitu Baja Tulangan Polos (BJTP) dan Baja Tulangan Ulir
(BJTD).
Tulangan polos biasanya digunakan untuk tulangan geser, begel, atau
sengkang. Tulangan polos mempunyai tegangan leleh (fy) minimal sebesar 240
MPa (BJTP-24), dengan ukuran Ø6, Ø8, Ø10, Ø12, Ø14 dan Ø16.
Tulangan ulir/deform digunakan untuk tulangan longitudinal atau
tulangan memanjang. Tulangan ulir mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 300
MPa (BJTD-30), dengan ukuran D10, D13, D16, D19, D22, D25, D29, D32 dan
D36.
SNI 03-2847-2013 hanya mengijinkan penggunaan baja tulangan polos
pada tulangan spiral, sedangkan untuk penulangan lainnya diisyaratkan untuk
menggunakan baja tulangan ulir. Mutu Baja yang digunakan dalam proyek.
2.7. ETABS
Program ETABS secara khusus difungsikan untuk menganalisis lima
perencanaan struktur, yaitu analisis frame baja, analisis frame beton, analisis balok
komposit, analisis baja rangka batang, analisis dinding geser. Penggunaan program
ini untuk menganalisis struktur, terutama untuk bangunan tinggi sangat tepat bagi
perencana struktur karena ketepatan dari output yang dihasilkan dan efektif waktu
dalam menganalisisnya.
Program ETABS sendiri telah teruji aplikasinya di lapangan. Di
Indonesia sendiri, konsultan-konsultan perencana struktur ternama telah
27
menggunakan program ini untuk analisis struktur dan banyak gedung yang telah
dibangun dari hasil perencanaan tersebut.
2.8. Konsep Pembebanan pada Gedung
2.8.1. Beban Mati ( Dead Load/DL)
Beban mati merupakan beban yang bekerja akibat gravitasi yang
bekerja tetap pada posisinya secara terus menerus dengan arah ke bumi tempat
struktur didirikan. Yang termasuk beban mati adalah berat struktur sendiri dan
juga semua benda yang tetap posisinya selama struktur berdiri. Jenis beban mati
pada gedung dapat dilihat pada Tabel 2.2 (sumber : PPURGP 1987)
Tabel 2. 2. Beban Mati (Dead Load/DL)
(Sumber : PPURGP 1987)
No Jenis Beban Mati Berat Satuan
1 Baja 78,5 kN/m3
2 Beton 22 kN/m3
3 Pasangan batu kali 22 kN/m3
4 Mortar, spesi 22 kN/m3
5 Beton bertulang 24 kN/m3
6 Pasir 16 kN/m3
7 Lapisan aspal 14 kN/m3
8 Air 10 kN/m3
28
9 Dinding pasangan bata
½ batu
2,5 kN/m3
10 Curtain wall kaca +
rangka
0,6 kN/m3
11 Langit-langit dan
penggantung
0,2 kN/m3
12 Cladding metal sheet +
rangka
0,2 kN/m3
13 Finishing lantai (tegel
atau keramik)
22 kN/m3
14 Marmer, granit per cm
tebal
0,24 kN/m3
15 Instalasi plumbing
(ME)
0,25 kN/m3
16 Penutup atap genteng 0,5 kN/m3
2.8.2. Beban Hidup (Live Load/LL)
Beban hidup merupakan beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung dan barang-barang yang dapat berpindah, mesin dan
peralatan lain yang dapat digantikan selama umur rencana gedung. Beban hidup
untuk bangunan gedung dapat dilihat pada Tabel 2.3
29
Tabel 2. 3. Beban Hidup (Live Load/LL)
No.
Jenis Beban
Hidup
Beban Satuan
1 Dak atap bangunan 1 kN/m2
2 Rumah tinggal 2 kN/m2
3 Kantor, sekolah,
hotel, pasar, rumah
sakit
2,5 kN/m2
4 Hall, tangga,
coridor, balcony
3 kN/m2
5 Ruang olahraga,
pabrik, bioskop,
bengkel,
4 kN/m2
perpustakaan,
tempat ibadah,
parkir, aula
6 Panggung penonton 5 kN/m2
2.8.3. Beban Gempa (Earthquake Load/EL)
Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat
gempa tersebut (PPPURG, 1987). Beban gempa dapat dihitung dengan metode
statik (Statik Ekivalen dan Autoload) dan metode dinamis (respons spectrum dan
30
timehistory). Berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 7.9.4.1, kombinasi respons
untuk geser dasar ragam (Vt) lebih kecil 85 persen dari geser dasar yang dihitung
(V) menggunakan prosedur gaya lateral ekivalen, maka gaya harus dikalikan
dengan 0,85. Berdasarkan ketentuan tersebut maka perhitungan gaya gempa dengan
menggunakan metode dinamis bisa digunakan jika gaya geser dasar dengan metode
dinamis kurang dari 85% gaya geser dasar dasar dengan metode static.
2.8.4. Kombinasi Pembebanan
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L +0,5(Lr atau R)
3. 1,2D + 1,6(Lr atau R) + (L atau 0,5R)
4. 1,2D+ 1,0W + L + 0,5(Lr atau R)
5. 1,2D + 1,0E + L
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E
8. (1,2 + 0,2SDS)D + ρQE + L
9. (0,9 – 0,2SDS)D + ρQE + 1,6H
10. (1,0 + 0,14SDS)D + H + F + 0,7ρQE
11. (1,0 + 0,10SDS)D + H + F + 0,525ρQE + 0,75L + 0,75(Lr atau R)
12. (0,6 + 0,14SDS)D + 0,7 ρQE + H
31
Keterangan :
D = beban mati (dead load)
L = beban hidup (live load)
Lr = beban hidup pada atap (roof live load)
R = beban air hujan (rain load)
W = beban angin (wind load)
H = beban tekanan tanah lateral, tekanan air dalam tanah atau tekanan
berat sendiri material (load due to lateral earth pressure, ground
water pressure, or pressure of bulk materials)
E = beban gempa (earthquake load)
F = beban tekanan fluida (load due to fluids with well-defined
pressures and maximum heights)
2.8.5. Simpangan Batasan
Suatu struktur harus memiliki kekakuan yang cukup sehingga
pergerakannya dapat dibatasi. Kekakuan struktur dapat diukur dari besarnya
simpangan antar lantai (drift) bangunan, semakin kecil simpangan struktur maka
bangunan tersebut akan semakin kaku (Smith dan Coull, 1991).
Ada perbedaan antara displacement dan drift, displacement adalah
simpangan suatu lantai di ukur dari dasar lantai sedangkan drift adalah simpangan
suatu lantai di ukur dari dasar lantai di bawahnya. Kekakuan bahan itu sendiri
dipengaruhi oleh modulus elastisitas bahan dan ukuran elemen tersebut. Dan
32
modulus elastisitas berbanding lurus dengan kekuatan bahan, maka semakin kuat
bahan maka bahan tersebut juga semakin kaku. Namun bahan yang terlalu kaku
bisa menjadi getas (patah seketika).
Berdasarkan SNI 03-1726-2012 Pasal 7.8.6., penentuan simpangan
antar lantai tingkat desain harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat
massa tidak terletak segaris dalam arah vertikal, diijinkan untuk menghitung
defleksi di dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa tingkat
atasnya. Di gambarkan pada gambar 5 SNI 03-1726-2012 Pasal 7.9.3 berikut:
Gambar 2. 6. Penentuan Simpangan antar Lantai Berdasarkan Gambar 5 pada
SNI 03-1726-2012 Pasal 7.9.3
SNI 03-1726-2012 Pasal 8.1.2 mensyaratkan simpangan antar
tingkat yang terjadi tidak boleh melampaui 0,03/R kali tinggi tingkat yang
bersangkutan atau 30 mm, namun bergantung mana yang lebih kecil, untuk
memenuhi kinerja batas layan struktur gedung (Δs). SNI 03-1726-
33
2012 menetapkan ini untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan
peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah kerusakan
non struktural dan ketidaknyamanan penghuni. Selain kinerja batas layan,
SNI 03-1726-2012 Pasal 8.2.1 juga menetapkan kinerja batas ultimit (Δm),
dimana simpangan antar tingkat tidak boleh melampuai 0,02 kali tinggi
lantai yang bersangkutan dan Δm = (zeta) x R x Δs. Hal ini diperlukan untuk
membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur yang akan
membawa korban jiwa manusia (Purwono, 77).
2.9. Abaqus
Analisis pemodelan Abaqus dengan variasi tipe bracing V Terbalik, K,
Dan X pada sistem rangka portal baja akan menggunakan bantuan software Abaqus
6.11, maka dalam hal ini akan dijelaskan lebih dalam mengenai program Abaqus
itu sendiri.
Dalam Abaqus “Getting Strateed with Abaqus, Interactive Edition”,
dijelaskan bahwa Software Abaqus adalah paket program simulasi rekayasa yang
kuat, didasarkan pada metode elemen hingga, yang dapat memecahkan masalah
mulai dari analisis linier relative sederhana sampai simulasi nonlinier yang paling
menantang. Program Abaqus berisi perpustakaan yang luas dari unsur-unsur yang
dapat memodelkan hampir semua geometri apapun. Program ini memiliki daftar
yang sangat luas dari model material yang dapat mensimulasikan perilaku sebagian
34
besar bahan rekayasa, termasuk logam, karet, polimer, komposit, beton bertulang,
busa yang lentur dan kuat, dan bahan geoteknik seperti tanah dan batuan.
Program ini dirancang sebagai alat simulasi untuk keperluan umum,
Abaqus dapat digunakan untuk mempelajari lebih dari sekedar masalah struktural
(stres/perpindahan). Program ini dapat mensimulasikan masalah di berbagai bidang
seperti perpindahan panas, difusi massal, manajemen termal dari komponen listrik
(ditambah termal-listrik analisis), akustik, mekanika tanah dll.
Abaqus menawarkan berbagai kemampuan untuk simulasi aplikasi linier
dan nonlinier. Permasalahan dengan beberapa komponen dimodelkan dengan
mengaitkan geometri masing-masing komponen dengan model bahan yang sesuai
dan menentukan interaksi komponen. Dalam analisis nonlinier, Abaqus otomatis
memilih penambahan beban yang tepat dan toleransi konvergensi dan terus
menyesuaikan mereka selama analisis untuk memastikan bahwa solusi yang akurat
dan efisiensi diperoleh.
174
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan analisis terhadap struktur gedung Hotel Ibis
Style, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Waktu getar gedung untuk mode 1 didapatkan sebesar 3,028 detik dan mode
2 sebesar 2,752 detik, dimana periode maksimum untuk syarat batas periode
gedung adalah 2,184 detik sehingga batasan periode terpenuhi.
b. Syarat simpangan antar lantai baik akibat gempa statik maupun gempa
dinamik arah x dan y adalah 0,0148 m dan 0,0121 m tidak melebihi
simpangan 0,0508 m yang diijinkan sehingga struktur tahan terhadap gempa
c. Dimensi struktur balok, kolom, dan sambungan balok-kolom pada gedung
Hotel Ibis Style berdasarkan perhitungan manual menggunakan program
MathCAD versi 14.
d. Tegangan maksimum data teoritis (Park and Paulay) sebesar 30,04 N/mm2
dan Regangan maksimum 0,00240.
e. Tegangan maksimum output program ABAQUS CAE v6.14 sebesar 30,04
N/mm2 dan Regangan maksimum 0,00197.
f. Perbedaan nilai regangan teoritis dan regangan numerik sebesar 18,08 % lebih
besar regangan numerik.
g. Dari perbandingan regangan ultimate (µu) dan regangan leleh (µy)
didapatkan nilai daktilitas sebesar 3,30.
175
5.2. Saran
a. Sebaiknya dilakukan pengujian material terlebih dahulu sebelum
menggunakan data material kedalam ABAQUS CAE v6.14, sehingga dapat
memberikan kualitas input yang baik untuk permodelan selanjutnya.
b. Perlu dilakukan eksperimen mengenai benda uji agar dapat digunakan juga
sebagai data perbandingan antara hasil perhitungan teoritis dan hasil
perhitungan numerik (Output ABAQUS CAE v6.14) sehingga dapat
menghindari kesalahan relatif yang besar sekaligus dapat mengetahui berapa
persen keakuratan Software ABAQUS CAE v6.14.
176
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, Ali. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Edisi Pertama. Graha Ilmu.
Yogjakatra
Badan Standarisasi Nasional. 2013. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung, SNI 03-2847,2013. Jakarta : Standar Nasional
Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional,2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, SNI 03-1726-2012.
Jakarta : Standar Nasional Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional,2013. Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain, SNI 03-1727,2013. Jakarta : Standar Nasional
Indonesia.
Bowles, J.E. 1993. Sifat-sifat fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). Jakarta:
Erlangga.
Coursehero. Tegangan Pada Balok. Mekanika Bahan. Diperoleh 21 Maret 2018,
dari http://www.coursehero.com.
Indarto, Himawan; Andiyanto. Hanggoro. Tri. C & Putra. Kukuh. C. A. 2013.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012. Semarang.
Kenny Ghalib, 2017, Tugas Akhir. ”Kajian Balok Terkekang Zona Tekan dengan
Program Abaqus”.
Latifah, Ulinnuha dan Esti Nur Taufiq. (2016). “Redesain Struktur Gedung
Appartemen 23 Lantai + 1 Basement The Aspen Peak Residence Jalan Ki
Mangunsarkoro Semarang”. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang.
Semarang.
Maranatha. (2018). “Analisis Perilaku Struktur pada Model Gedung Tanpa Shear
Wall, Model Gedung dengan Shear Wall di Lift, dan Model Gedung disisi
Gedung”. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Park, R and Paulay, T. (1975). “Reinforced Concrete Structures”. Canada: John
Wiley.
177
Riza, Miftakhur. (2010). “Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS”.
Jakarta: ARSGroup.
Said, El Fairuz (2010) Metode Numerik 01-Pengantar Metode Numerik.
https://www.google.co.id/amp/s/fairuzelsaid.wordpress.com/2010/10/13/met
ode-numerik-01-pengantar-metode-numerik/amp/. 25 Juli 2018
Schueller, Wolfgang. (1989). “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. Bandung:
PT. Bresco.
Sribd. Tegangan Dan Regangan Pada Balok Akibat Lentur, Gaya Normal Dan
Geser. Diperoleh 21 Maret 2018, dari https://www.scribd.com.
Tavio, Benny Kusuma,2009. Desain Sistem Rangka Pemikul Momen dan Dinding
Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya : ITS Press.
Tavio dkk, 2000. Pengaruh pengekangan daerah tekan pada balok, Media Teknik,
Yogyakarta. Ziara et akk, 1995.