Download - AMDAL MX Mall
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 AMDAL ( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
2.1.1 Pengertian AMDAL
AMDAL ( Analisi Mengenai Dampak Lingkungan) merupakan kajian dampak besar
dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk
pengambilan keputusan. AMDAL diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Peraturan pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL
adalah salah satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib
mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin rencana usaha.
Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 Pasal 1 menyatakan : “ Analisi mengenai dampak
lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak suatu rencana usaha / pembangunan terhadap
lingkungan hidup. keputusan”.
Keharusan membuat AMDAL merupakan cara yang efektif untuk memaksa para
pemilik proyek untuk memperhatikan kualitas lingkungan sekitar, tidak hanya memikirkan
keuntungan proyek sebesar mungkin tanpa memperhatikan dampak lingkungan yang timbul.
2.1.2 Peraturan Pemerintah Mengenai AMDAL Pembangunan Mall di Kota Malang
1) Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, perlu
menyesuaikan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 12 Tahun 2001 tentang
Pengaturan Usaha dan Pemungutan Retribusi di Bidang Industri dan Perdagangan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 11 Tahun
2007;
2) Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;
3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup ( AMDAL);
4) Peraturan Daerah Kota Malang Tahun 2010 Pasal 89 Ayat 1-6 Tentang
Pengelolaan Dampak Lingkungan Hidup
KEBISINGAN
Pasal 89
1. Baku Tingkat Kebisingan harus memenuhi ketentuan–ketentuan sebagai berikut:
a. Salah satu dampak dari usaha atau kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan
manusia, makhluk lain dan lingkungan adalah akibat tingkat kebisingan yang
dihasilkan;
b. Baku tingkat kebisingan untuk kenyamanan dan kesehatan wajib mengikuti
ketentuan dalam standar teknis yang berlaku;
c. Syarat-syarat kebisingan diatur berdasarkan zonasinya, sebagai berikut:
Zona A yang diperuntukkan bagi : Tempat Penelitian, Rumah Sakit, Tempat
Perawatan Kesehatan atau Sosial dan sejenisnya.
Zona B yang diperuntukkan bagi : Perumahan, Tempat Pendidikan, Rekreasi dan
sejenisnya.
Zona C yang diperuntukkan bagi : Perkantoran, Perdagangan, Pasar dan sejenisnya.
Zona D yang diperuntukkan bagi : Industri, Pabrik, Stasiun Kereta Api, Terminal Bus
dan sejenisnya.
Tingkat kebisingan Zona A, B, C dan D harus memenuhi syaratsyarat kebisingan
seperti tertera pada Tabel Baku Mutu
Kebisingan berikut ini:
TABEL BAKU MUTU KEBISINGAN
No ZONA Tingkat Kebisingan dB (A)
Maksimum yang
Dianjurkan
Maksimum yang
diperbolehkan
1 A 35 45
2 B 45 55
3 C 50 60
4 D 60 70
2. Dampak Lingkungan bagi usaha atau kegiatan yang mensyaratkan baku tingkat kebisingan
lebih ketat dari ketentuan, maka untuk usaha atau kegiatan tersebut berlaku baku tingkat
kebisingan sebagaimana disyaratkan oleh analisis mengenai dampak lingkungan atau
ditetapkan oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai;
3. Pengelolaan Dampak Lingkungan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Setiap kegiatan dalam bangunan dan atau lingkungannya yang mengganggu dan
menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan harus dilengkapi dengan AMDAL sesuai
ketentuan yang berlaku;
b. Setiap kegiatan dalam bangunan dan atau lingkungannya yang menimbulkan dampak tidak
penting terhadap lingkungan atau secara teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya,
tidak perlu dilengkapi dengan AMDAL, tetapi diharuskan melakukan Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai ketentuan yang
berlaku;
c. Kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan adalah bila
rencana kegiatan tersebut akan:
Menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan, yang
melampaui baku mutu lingkungan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
Menyebabkan perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui
kriteria yang diakui, berdasarkan pertimbangan ilmiah;
Mengakibatkan spesies-spesies yang langka dan atau endemik, dan atau dilindungi
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku terancam punah atau habitat
alaminya mengalami kerusakan;
Menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung (hutan lindung,
cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa dan sebagainya) yang telah ditetapkan
menurut peraturan perundang-undangan;
Merusak atau memusnahkan benda-benda dan bangunan peninggalan sejarah yang
bernilai tinggi;
Mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai keindahan alami yang
tinggi;
Mengakibatkan/menimbulkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat, dan atau
pemerintah.
d. Kegiatan yang meliputi:
Penataan jalan tidak dapat terpisahkan dari penataan pedestrian, penghijauan dan
ruang ter b u k a um um ;
Penataan ruang jalan dapat sekaligus mencakup ruang-ruang antar bangunan yang
tidak hanya terbatas dalam Rumija, dan termasuk untuk penataan elemen lingkungan,
penghijauan, dan lain-lain;
Pemilihan bahan pelapis jalan dapat mendukung pembentukan identitas lingkungan
yang dikehendaki, dan kejelasan kontinuitas pedestrian.
Kegiatan yang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d angka 1, 2 dan 3 pasal
ini merupakan kegiatan yang berdasarkan pengalaman dan tingkat perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai potensi menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup.
4. Ketentuan Pengelolaan Dampak Lingkungan dari jenis-jenis kegiatan pada pembangunan
bangunan gedung dan atau lingkungannya yang wajib AMDAL adalah sesuai Ketentuan
Pengelolaan Dampak Lingkungan yang berlaku;
5. Ketentuan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) jenis-jenis kegiatan pada pembangunan bangunan gedung dan atau lingkungannya
yang harus melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) adalah sesuai ketentuan yang berlaku;
6. Persyaratan Teknis Pengelolaan Dampak Lingkungan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk mendirikan bangunan yang menurut fungsinya menggunakan, menyimpan atau
memproduksi bahan peledak dan bahan-bahan lain yang sifatnya mudah meledak, dapat
diberikan ijin apabila:
Lokasi bangunan terletak di luar lingkungan perumahan, atau berjarak tertentu dari
jalan umum, jalan kereta api dan bangunan lain di sekitarnya sesuai rekomendasi
dinas teknis terkait;
Bangunan yang didirikan harus terletak pada jarak tertentu dan batas-batas
pekarangan atau bangunan lainnya dalam pekarangan sesuai rekomendasi dinas
terkait;
Bagian dinding yang terlemah dari bangunan tersebut diarahkan ke daerah yang
paling aman.
b. Bangunan yang menurut fungsinya menggunakan, menyimpan atau memproduksi bahan
radioaktif, racun, mudah terbakar atau bahan lain yang berbahaya, harus dapat menjamin
keamanan, keselamatan serta kesehatan penghuni dan lingkungannya;
c. Pada bangunan yang menggunakan kaca pantul pada tampak bangunan, sinar yang
dipantulkan tidak boleh melebihi 24% dan dengan memperhatikan tata letak serta orientasi
bangunan terhadap matahari;
d. Bangunan yang menurut fungsinya memerlukan pasokan air bersih dengan debit > 5
liter/detik atau > 500 m³ /hari dan akan mengambil sumber air tanah dangkal atau air tanah
dalam (deep well) harus mendapat ijin dari Dinas terkait yang bertanggung jawab serta
menggunakan hanya untuk keperluan darurat atau alternatif dari sumber utama PDAM;
e. Guna pemulihan cadangan air tanah dan mengurangi debit air harian, maka setiap tapak
bangunan gedung harus dilengkapi dengan bidang resapan yang ukurannya disesuaikan .
f. Apabila bangunan yang menurut fungsinya akan membangkitkan LHR > 60 SMP per
1000 ft² luas lantai, maka rencana teknis sistem jalan akses keluar masuk bangunan gedung
harus mendapat ijin dari Dinas Teknis yang berwenang.
2.3.3 Dampak Positif dan Dampak Negatif Tentang Pembangunan Mall
Dampak Positif
1. Mall memberikan peningkatan pendapatan negara dalam bentuk pajak, karena
adanya aktivitas ekonomi disitu. Aktivitas ekonomi yang terjadi juga bukanlah main-main
karena faktor penggerak transaksi kaum urban yang datang ke mall sudah tentu didominasi
kalangan menengah ke atas. Sejatinya mereka bisa mengeluarkan lebih dari 100rb rupiah
untuk setiap kedatangan mereka ke pusat perbelanjaan (akumulasi dari parkir, belanja, makan
dan minum, atau kegiatan lain seperti nonton bioskop).
2. Setiap pendirian mall berarti penyerapan tenaga kerja baru. Setiap pertumbuhan
ekonomi sebesar 1% hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 250.000 – 300.000
orang tenaga kerja. Masih belum bisa menutupi angka jumlah pengangguran sebanyak 10 juta
orang lebih di Indonesia. Pertanyaannya adalah, tenaga kerja manakah yang akan diserap oleh
Mall? Tenaga kerja penduduk dengan KTP DKI Jakarta? Ataukah tenaga kerja Bodetabek
yang notabene akan menambah jumlah komuter ke Ibukota?
3. Mall adalah sebuah lambang pengakuan. Pengakuan dari pihak-pihak; terutama tenant
(terlebih jika tenant berasal dari luar negeri) bahwa iklim investasi di Indonesia baik.
Menurut indeks investasi dunia, Indonesia masuk dalam peringkat 17 negara yang dapat
dijadikan tempat berinvestati. Menyusul kenaikan harga IHSG yang nyaris menembus angka
3000, adalah indikasi-indikasi lain yang menunjukkan bahwa secara makro, negara ini
memiliki fundamental ekonomi yang kuat.
Dampak Negatif
1. Semakin sulit mendapatkan Ruang Terbuka Hijau (RTH), seperti daerah resapan air
atau taman sehingga pada gilirannya akan menyebabkan banjir. Dampak sosial dari
pembangunan mall adalah warga akan terbius menjadi warga yang konsumtif dan
menghabiskan waktunya dimall, kalau sang warga punya kemampuan finansial yang baik
untuk belanja di mall mungkin tidak terlalu masalah, akan tetapi jika sang warga tak punya
uang yang cukup, maka yang akan terjadi adalah angka kriminalitas yang akan semakin
tinggi. Seperti pencopetan, penjambretan, perampokan dll.
Dalam konsep teori pembangunan perkotaan, yang seharusnya menjadi tempat
berkumpul warga kota adalah taman atau area terbuka, namun karena keterbatasan dana dari
pemerintah daerah untuk membangun taman baru dan perawatan taman yang telah ada maka
mereka sulit mendapatkan taman atau lahan yang enak dikunjungi. Warga kota merasakan
taman yang tidak terawat,kotor, kumuh. Ada hal menarik di balik pertumbuhan mall yang
meningkat yaitu karena warga kota kehilangan tempat untuk sekedar berkumpul maka mal-
mall jadi satu-satunya tempat untuk ajang berkumpul dan interaksi antar warga kota.
2. Tersingkirnya satu persatu pasar tradisional yang pada gilirannya mematikan aktifitas
pedagang tradisional pribumi. Jumlah pedagang tradisional semakin hari semakin berkurang
akibat kalah bersaing dengan pasar modern yang memberi kenyamanan yang lebih. Sebagai
catatan dari 37 pasar tradisional yang ada di kota bandung hanya ada dua pasar yang tingkat
huniannya diatas 75%, sisanya hanya mempunyai tingkat hunian dibawah 50%.
Menurut survei yang dilakukan di kota bandung, saat ini jumlah pedagang tradisional
yang masih giat beraktifitas adalah sekitar 9800 pedagang, jauh dibawah perkiraan tahun
2007 yang masih sekitar 13000 pedagang yang masih aktif, berbanding terbalik dengan
pertumbuhan mall. Sepanjang tahun 2009 berdasarkan survei, jumlah pertumbuhan mall di
kota bandung sekitar 31,4% . Perkembangan jumlah mall yang tak terkendali menyebabkan
penurunan jumlah pasar tradisional. Perbandingan setiap satu mall berdiri maka 100
pedagang dan warung akan gulung tikar.
Disamping itu alasan masyarakat enggan untuk ke pasar tradisional adalah karena
kondisi pasar tradisional yang tidak nyaman, kotor, tidak bersih yang menyebabkan orang
lebih memilih ke supermarket atau mall yang dari sisi kenyamanan jelas lebih baik.
3. Kemacetan yang akan melanda jalan-jalan sekitar tempat mall berada. Yang pada
gilirannya membuat stag beberapa ruas jalan.
(Sumber : www.google.com)
BAB III
Pembahasan
3.1 AMDAL ( Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) @MX Mall Malang
1. Semakin berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Pada kondisi sebelum di bangunnya @MX Mall, RTH (Ruang Terbuka Hijau) di
sekitar kawasan @MX Mall Malang sangat kurang. Hal itu disebabkan telah adanya
bangunan Matos yang secara tidak langsung mengurangi RTH di sekitar kawasan
tersebut. Kemudian setelah dibangun @MX Mall, RTH dikawasan tersebut semakin
berkurang. Semakin berkurangnya RTH di kawasan tersebut, maka daerah resapan air
atau taman pun juga tidak mewadahi sehingga pada gilirannya akan menyebabkan
banjir di sekitar kawasan tersebut.
2. Munculnya Lahan Parkir Liar
Kawasan @MX Mall merupakan kawasan yang sangat padat pengunjung karena telah
adanya Matos (Malang Town Squre) sehingga pembangunan @MX Mall ini juga
secara tidak langsung memunculkan lahan parkir liar yaitu parkir motor di sepanjang
jalan @MX Mall terutama pada hari libur. Karena padatnya pengunjung dan juga saat
ini adanya pembangunan baru yaitu Condotel yang mengambil lokasi lahan parkir
@MX Mall sebelumnya, maka lahan parkir terutama parkir motor semakin berkurang.
Berkurangnya lahan parkir tersebut dan tidak adanya keseimbangan antara luas lahan
parkir dan kepadatan pengunjung yang datang maka mengakibatkan munculnya lahan
parkir liar tersebut
3. @MX Mall berada disekitar kawasan Pendidikan
Kawasan
sekitar
@MX Mall
merupakan
kawasan
pendidikan,
dimana di
kawasan
tersebut terdapat banyak bangunan sekolah, antara lain Universitas Brawijaya,
Universitas Negeri Malang, SMAN 8 Malang, SMA Brawijaya, SMP
Laboratorium.Sehingga dengan di bangunnya @MX Mall di kawasan pendidikan,
memberikan dampak negatif yang besar terhadap lingkungan sekitar. Letak bangunan
yang berada di kawasan pendidikan, telah mempengaruhi para pelajar dan mahasiswa
yang ada disekitar dapat bergaul dengan bangunan tersebut.
4. Pembangunan condotel di @MX Mall
Masalah baru yang muncul pada
bangunan @MX Mall ini yaitu, di
bangunnya Condotel di belakang
@MX Mall yang menyebabkan
jalan di sepanjang @MX Mall
menjadi rusak karena banyaknya
kendaraan proyek yang keluar
masuk. Padahal pada kondisi eksisting jalan di sepanjang @MX Mall cukup sempit
untuk dilewati kendaraan proyek.