Download - akuntabilitas LEGISLATIF
INSTRUMEN
AKUNTABILITAS NASIONAL
BIDANG LEGISLATIF
Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara
Deputi III Bidang Litbang Administrasi Pembangunan
Dan Otomasi Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara
© 2011
INSTRUMEN AKUNTABILITAS NASIONAL
BIDANG LEGISLATIF
Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara Deputi III Bidang Litbang Administrasi Pembangunan
Dan Otomasi Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara
© 2011
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
ii
INSTRUMEN AKUNTABILITAS NASIONAL
BIDANG LEGISLATIF
Penyusun:
Tim Pusat Kajian Hukum Adminstrasi Negara
Diterbitkan oleh : Lembaga Administrasi Negara
Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat Telp. (021) 3868201 – 05, Ext. 142-145
Fax. (021) 3868208 http://www.lan.go.id
Instrumen Akuntabilitas Nasional.Bidang Legislatif – Jakarta : LAN, 2011 84 hlm.
ISBN :
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
iii
SAMBUTAN
KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
Akuntabilitas secara universal bertujuan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan guna merespon tuntutan masyarakat yang menginginkan setiap lembaga pemerintah yang menggunakan dan melaksanakan anggaran, memberikan pertanggungjawabannya kepada pihak yang memberikan mandat terkait dengan program kegiatan dan anggaran yang dipergunakan tersebut. Tuntutan masyarakat yang lain adalah agar dibentuk suatu aturan atau kebijakan pemerintah yang bersifat nasional yang mewajibkan seluruh instansi/lembaga pemerintah memberikan pertanggungjawabannya pada tiap akhir tahun anggaran, hal ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance).
Esensi diberlakukannya akuntabilitas nasional di Indonesia ini merupakan respon positif terhadap tuntutan masyarakat selama ini agar akuntabilitas dapat diterapkan pada semua instansi/lembaga, yang terdiri dari bagian, bidang, atau sektor, baik secara individu maupun secara organisasi. Oleh karena itu akuntabilitas nasional ini merupakan suatu sistem yang harus segera diterapkan dan diberlakukan di seluruh Indonesia.
Dengan adanya kebijakan pemerintah yang berupa akuntabilitas nasional ini, diharapkan agar penyelenggaraan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah yang terkait dengan penggunaan anggaran dalam pelaksanaan program dan kegiatan yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan asas efektivitas, efisiensi, dan akuntabel. Oleh karena itu, harapan kedepannya adalah setiap instansi/lembaga penyelenggaraan pemerintahan/negara dalam menjabarkan dan melaksanakan anggaran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan kebijakan akuntabilitas nasional guna mewujudkan good governance.
Akuntabilitas nasional merupakan sistem yang mewajibkan seluruh instansi/lembaga pemerintahan atau lembaga non struktural lainnya untuk mempertanggungjawabkan seluruh anggaran yang dikelola dan dihabiskan dalam melaksanakan program kegiatan yang direncanakan sebelumnya, dapat dilaksanakan sesuai dengan kriteria public accountability and responsibility.
Dengan demikian akuntabilitas nasional ini dapat dijadikan sebagai acuan, pedoman dan instrumen bagi seluruh instansi/lembaga pemerintah untuk memberikan pertanggungjawaban, sekaligus sebagai standar profesional yang harus diwujudkan oleh semua instansi/lembaga pemerintah dalam melaksanakan, menjabarkan, mengelola dan menghabiskan anggaran yang diterimanya. Dengan akuntabilitas nasional ini diharapkan agar seluruh instansi/lembaga pemerintah di Indonesia lebih akuntabel, sekaligus dapat mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Saya menyambut baik dilakukannya penyusunan Instrumen Akuntabilitas Nasional dari beberapa Lembaga Penyelenggaran Negara yang merupakan operasionalisasi dari Pedoman Akuntabilitas Nasional yang telah disusun pada tahun 2010. Instrumen ini menyangkut 2 (dua) dimensi penyelenggaraan negara yaitu dimensi institusional dan dimensi individu dengan 4 (empat) aspek tinjauan, yaitu: Pertama, Apa cakupan isi atau muatan dari akuntabilitas yang diberikan; Kedua, Kepada siapa akuntabilitas tersebut diberikan; Ketiga, Adanya indikator yang jelas untuk mengukur akuntabilitas tersebut; dan Keempat, Adanya mekanisme yang jelas dan tegas untuk mengukur akuntabilitas tersebut. Salah satu pertimbangan yang mendasari adalah karena Lembaga Administrasi Negara beserta Lembaga-lembaga Pemerintah Non Departemen lainnya di bawah koordinasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tengah menjalankan tugas besar untuk mengubah mindset, culturalset, dan sistem manajemen aparatur negara melalui Kebijakan Reformasi Birokrasi. Dengan adanya Instrumen Akuntabilitas Nasional ini diharapkan dapat memberi masukan dan dukungan terhadap keberhasilan Program Reformasi Birokrasi yang menjadi prioritas Pemerintah saat ini.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
iv
Akhirnya saya mengharapkan agar Instrumen Akuntabilitas Nasional ini tidak hanya dijadikan tambahan wawasan bagi aparatur negara dan aparatur pemerintahan di tingkat pusat maupun daerah tetapi juga dapat menjadi pendorong terselenggaranya good governance dan clean government dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Jakarta, Desember 2011
Plt. Kepala Lembaga Administrasi Negara
Drs. Panani, M.A.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
v
KATA PENGANTAR
Instrumen akuntabilitas Nasional bidang Legislatif yang tersaji dalam buku ini merupakan bagian dari buku pedoman akuntabilitas nasional. Instrumen ini dirancang menjadi panduan teknis bagi lembaga-lembaga pemeriksa untuk menyajikan akuntabilitas nasional.
Tujuan diberlakukannya akuntabilitas nasional di Indonesia ini adalah untuk mengakomodasi tuntutan masyarakat terhadap adanya suatu akuntabilitas yang dapat diterapkan pada semua instansi/lembaga, baik secara individu maupun secara organisasi. Akuntabilitas nasional ini merupakan suatu sistem yang mewajibkan seluruh instansi/lembaga pemerintahan atau lembaga non struktural lainnya untuk mempertanggungjawabkan seluruh tugas dan fungsi yang diamanahkan kepadanya sesuai dengan kriteria public accountability and responsibility. Dengan akuntabilitas nasional ini diharapkan agar seluruh instansi/lembaga pemerintah di Indonesia lebih akuntabel, sekaligus dapat mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance).
Substansi yang termuat dalam akuntabilitas nasional ini, sedikit mencakup 4 (empat) dimensi/aspek, yaitu:
1) Apa cakupan isi atau muatan dari akuntabilitas yang diberikan;
2) Kepada siapa akuntabilitas tersebut diberikan;
3) Adanya indikator yang jelas untuk mengukur akuntabilitastersebut; dan
4) Adanya mekanisme yang jelas dan tegas untuk mengukur akuntabilitas tersebut.
Selanjutnya untuk mempermudah dan memperjelas pelaksanaan akuntabilitas tersebut maka disusunlah buku instrumen akuntabilitas nasional yang diharapkan dapat menjadi instrumen bagi lembaga negara maupun individu (pejabat negara) dalam membuat laporan akuntabilitas.
Disadari bahwa Instrumen ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaannya.
Semoga Instrumen ini dapat memberi manfaat, baik bagi para pengambil keputusan dalam kebijakan akuntabilitas di Indonesia, serta bagi pembaca yang berminat terhadap materi ini. Terima kasih.
Jakarta, Desember 2011
Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan Administrasi Negara dan Otomasi Administrasi Negara Drs. Desi Fernanda, M.Soc.Sc.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
vi
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………........ i
SAMBUTAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA……………………........ iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..…… v
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..…….. vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………..…… ix
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………… xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………………… xiii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………. 1
B. Konsep Good Governance dan Akuntabilitasi Nasional ………….......... 7
C. Akuntabilitas Nasional Lembaga Legislatif........................... 17
D. Instrumentasi Akuntabilitas Nasional...................................................... 29
E. Sistematika Instrumen Akuntabilitas Nasional …………………………… 32
BAB II TATA KELOLA AKUNTABILITAS NASIONAL LEMBAGA LEGISLATIF … 35
A. Akuntabilitas Tingkat Lembaga Legislatif ……………………………… 35
B. Akuntabilitas Tingkat Individu/Pejabat…………………………………….. 53
BAB III. PENUTUP ..................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 63
LAMPIRAN ................................................................................................................. 87
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
viii
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Matriks Tipe Akuntabilitas ……………………………… ….………………… 15
Tabel 2 Mekanisme Akuntabilitas Pemerintah ………..……………………...……… 16
Tabel 3 Matriks Tipe Akuntabilitas ………............................................................... 21
Tabel 4 Mekanisme Akuntabilitas Pemerintah ……………………...…………......... 22
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
x
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Hubungan Unsur dalam Good Governance ….………………………… 11
Gambar 2 Cascading Instrumen Akuntabilitas Nasional ……………..…………..... 30
Gambar 3 Skematis Tatakelola Akuntabilitas Nasional ……………....................... 32
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
xii
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Isi Dokumen Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Lembaga ….…………………………………………………………….
67
Lampiran 2 Resume Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Lembaga 68
Lampiran 3 Isi Laporan dokumen Akuntabilitas Nasional Lembaga …………… 69
Lampiran 4 Alur Kegiatan Mekansime pelaksanaan Akuntabilitas Nasional ….. 70
Lampiran 5 Catatan Feedback dan Langkah Pemanfaatan Akuntabilitas Nasional Tingkat Lembaga ……………………………………………
71
Lampiran 6 Penilaian Pemangku kepentingan bidang Lembaga Legislatif … 72
Lampiran 7 Penghitungan Akuntabilitas Nasional Lembaga Pemeriksa …….. 73
Lampiran 8 Isi Dokumen Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu 74
Lampiran 9 Resume Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu….. 75
Lampiran 10 Isi Laporan Dokumen Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu …. 76
Lampiran 11 Alur Kegiatan Mekansime Pelaksanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu ……………………………………………………….
77
Lampiran 12 Catatan Feedback Dan Langkah Pemanfaatan Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu ………………………………………….
78
Lampiran 13 Penilaian Pemangku Kepentingan Akuntabilitas Nasional Individual ……………………………………………………………..
79
Lampiran 14 Penghitungan Akuntabilitas Nasional Individual …………………. 80
Lampiran 15 SK Tim Pelaksana ……………………………….. …………………. 81
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan dan pengukuran dinamika demokrasi di Indonesia
relatif tertinggal dibandingkan dengan bidang lain, seperti dinamika ekonomi
dan kependudukan. Berbagai analisis demokrasi dari berbagai perspektif
seringkali hanya berhenti pada deskripsi dan eksplanasi demokrasi secara
umum dan cenderung abstrak. Karena itu, publik tidak mengetahui dengan
jelas bagaimana keadaan tingkat demokrasi dalam sejarah Indonesia.
Demikian pula tidak diketahui bagaimana keadaan berbagai dimensi
demokrasi, misalnya akuntabilitas lembaga penyelenggara demokrasi dalam
suatu periode tertentu.
Kehidupan demokrasi di Indonesia kurang lebih terwujud dengan
adanya lembaga legislatif yang memegang kekuasaan untuk mengesahkan
undang-undang serta merupakan komponen dari lembaga tinggi negara
(Majelis Permusyawaratan Rakyat/MPR). Di Indonesia, lembaga legislatif
yang menjadi pelaksana tata kehidupan demokrasi dipegang oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. kedudukan lembaga legislatif di Indonesia didasarkan pada
berbagai pasal dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia,
yaitu Pasal 1 ayat (2), Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 ayat (1), Pasal 7A, Pasal 7B,
Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 13, Pasal 18 ayat (3), Pasal 19, Pasal 20
ayat (1), Pasal 20A, Pasal 21, Pasal 22B, Pasal 22C, Pasal 22D, Pasal 22E
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), Pasal 23E, Pasal 23F, Pasal 24C ayat (2),
serta Pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Sejalan dengan tuntutan peningkatan kehidupan demokrasi, Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
2
dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, pasal 3 dinyatakan bahwa
Asas-asas umum Penyelenggaraan Negara meliputi Asas Kepastian
Hukum, Asas Keterbukaan, Asas Proporsionalitas, Asas Profesionalitas
dan Asas Akuntabilitas.
Sedangkan untuk menciptakan good governance diperlukan
prinsip-prinsip partisipasi, penegakan hukum, transparansi, kesetaraan,
daya tanggap, wawasan kedepan, akuntabilitas, pengawasan, efisensi dan
efektivitas, serta profesionalisme. Kemudian prinsip akuntabilitas ditegaskan
lagi dalam visi, misi dan program membangun Indonesia yang aman, adil dan
sejahtera melalui program meningkatkan pengawasan untuk menjamin
akuntabilitas, transparansi, dan perbaikan kinerja aparatur
Negara/pemerintah.
Selain itu, Pasal 73 ayat (5) Undang Undang Nomor 10 tahun 2009
tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyebutkan
“DPR melaporkan pengelolaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) kepada publik dalam laporan kinerja tahunan”. Sehingga dapat
digarisbawahi bahwa akuntabilitas menjadi suatu keharusan yang harus
dipenuhi oleh lembaga legislatif, baik secara individual maupun kelembagaan.
Reformasi di indonesia telah berjalan satu dekade lebih, namun hasil
yang ditorehkan oleh semboyan reformasi tersebut belum menunjukkan
adanya perubahan yang berarti khususnya dalam tubuh birokrasi di negara
ini. Semangat reformasi yang menginginkan tercapainya penyelenggaraan
pemerintahan yang terbebas dari unsur-unsur Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN) sama sekali belum dapat terwujudkan karena lemahnya pengawasan
dan minimnya peraturan yang mengatur tentang akuntabilitas lembaga
negara. Fenomena seputar pemerintahan yang mencerminkan betapa
bobroknya negeri ini tentunya menjadi agenda besar dan fokus dari reformasi
selanjutnya.
Penyelenggaraan negara yang bebas dari praktek-praktek KKN
belum dapat terlaksana dengan baik yang dapat kita saksikan setiap hari di
televisi maupun di koran yang memberitakan kasus korupsi pejabat di negara
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
3
ini setidaknya dapat membuka mata hati kita bahwa ternyata negara kita ini
belum sepenuhnya bebas dari jeratan KKN. Permasalahan ini sebenarnya
sudah ada sejak lama dan sudah mendarah daging ditubuh birokrat negeri ini.
Banyak pejabat di instansi pemerintah maupun BUMN yang dengan bangga
dan dengan santainya melakukan KKN salah satunya disebabkan karena
belum adanya aturan/pedoman pertanggungjawaban yang mendorong setiap
pejabat instansi pemerintah maupun lembaganya dalam melaporkan setiap
kegiatan maupun dalam penggunaan anggaran negara merupakan salah satu
faktor yang utama dari buruknya birokrasi di indonesia. Oleh karena itu, fokus
mengenai akuntabilitas penyelenggaraan negara atau yang nantinya disebut
sebagai akuntabilitas nasional menjadi kajian yang wajib diperdalam sehingga
akan tercipta penyelenggaran negara yang bebas dari unsur-unsur KKN.
Di Indonesia, prinsip akuntabilitas nasional ini secara eksplisit sudah
dinyatakan dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN. Bahkan dalam
Undang-Undang tersebut juga dinyatakan bahwa sebagai asas umum
penyelenggaraan negara, akuntabilitas nasional adalah merupakan asas
yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara.
Dari uraian tersebut di atas, terdapat 2 (dua) hal yang positif dan
penting untuk dipahami yakni:
(1) Akuntabilitas nasional dapat ditetapkan secara formal sebagai asas
penyelenggara negara dan dimaknai sebagai upaya
mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan dari program dan
kegiatan yang telah ditetapkan oleh setiap instansi/lembaga
pemerintah kepada masyarakat/rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi, dan
(2) Akuntabilitas nasional sedikitnya harus menyebutkan pelaku atau
siapa yang harus berakuntabel/harus mempertangungjawabkan dari
setiap lnstansi/lembaga atau pihak yang menjalankan fungsi
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
4
pemerintahan termasuk legislatif, dan pimpinan dari instansi/lembaga
legislatif tersebut.
Dengan demikian akuntabilitas nasional ini nantinya dapat dijadikan
sebagai instrumen untuk mewujudkan good governance. Undang-undang No.
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
KKN, ditunjang dengan peraturan yang mengatur tentang akuntabilitas
nasional, dapat dijadikan sebagai instrumen yang mengatur lebih detail
tentang bentuk akuntabilitas penyelenggara lembaga/instasi negara yang lain
baik secara eksplisit dalam konteks yang lebih luas (tidak hanya dalam
konteks penyelenggaraan pemerintahan negara yang bersih dan bebas dari
KKN) dan mengatur tentang mekanisme akuntabilitas publik oleh semua
lembaga / instansi tersebut.
Selama ini, Implementasi akuntabilitas di Indonesia diatur dalam
inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP) yang secara detail dalam opersionalnya diatur dalam keputusan
kepala LAN No. 589/IX/6/Y/1999 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan
AKIP sebagaimana telah diganti dengan Keputusan Kepala LAN No.
239/IX/6/Y/2003 tentang pedoman penyusunan pelaporan AKIP.
Ditinjau dari aspek kelembagaan sistem akuntabilitas berdasarkan
Inpres No. 7 Tahun 1999 ditugaskan kepada Lembaga Administrasi Negara
(LAN) untuk mengembangkan sistem AKIP dan Badan Pengawas Keuangan
Pembangunan (BPKP) ditugaskan untuk mengevaluasi Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Dalam perkembangannya, Inpres No. 7 Tahun 1999 telah
ditindaklanjuti oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(Menpan) dengan membentuk Deputi Bidang Akuntabilitas pada tahun 2004
guna mengevaluasi LAKIP yang telah disusun instansi pemerintah pusat dan
daerah yang disampaikan kepada Presiden yang dalam hal ini adalah Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
5
Dari uraian tersebut di atas, tampak bahwa adanya perbedaan yang
mencolok dengan apa yang diatur oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 8
Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,
yang lebih menekankan pada kinerja pada kerangka keuangan1 dengan unit
analisis pada kegiatan dan/atau program, akuntabilitas kinerja yang diatur
dalam Keputusan Kepala LAN No. 239/IX/6/8/2003 tentang pedoman
penyusunan pelaporan AKIP merupakan pedoman yang diarahkan kedalam
perspektif manajemen dan dengan unit analisis pada tingkat organisasi
secara utuh atau menyeluruh.
Sedangkan apabila ditinjau dari sudut pandang yang lain, Sistem
AKIP sebagaimana diatur dalam Keputusan Kepala LAN No. 239/IX/6/8/2003
masih relatif belum menekankan pada akuntabilitas publik, melainkan lebih
lebih merupakan akuntabilitas administratif atau vertikal sehingga aturan yang
telah ada tersebut hanya mengatur tentang akuntabilitas administratif atau
vertikal saja, hal ini dapat diketahui dari isi aturan dalam Inpres No. 7 Tahun
1999. Namun sayangnya, terkait dengan akuntabilitas publik hanya diatur
mengenai aspek siapa yang harus menyajikan akuntabilitas tersebut, yaitu:
instansi pemerintah mencakup Kementerian, Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK), Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota,
Markas Besar TNI, POLRI, dan sekretariat lembaga tinggi negara (DPR/MPR,
MA, BPK, dan lain-lain) dan itupun masih belum dinyatakan secara jelas.
Sehubungan dengan adanya komitmen pemerintah terhadap
akuntabilitas publik pada tahun 2007 telah ditetapkan PP No. 3 Tahun 2007
tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) kepada
DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(ILPPD) kepada Masyarakat, sebagai pengganti PP No. 56 Tahun 2001
tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
1 Kinerja dalam kerangka penggunaan dan pertanggungjawaban anggaran
sebagaimana diamanahkan dalam UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 55. Tinjauan lebih detail mengenai hal ini disajikan pada Bab II
khususnya dalam Tinjauan Kebijakan.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
6
Walaupun demikian, PP No. 3 Tahun 2007 tersebut hanya mengatur
tentang pertanggungjawaban dalam konteks pemerintahan daerah, namun
demikian jika dilihat dari aspek substansinya, maka penyampaian informasi
kepada masyarakat masih jauh dari harapan khususnya terkait dengan
substansi laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah tersebut yang
hanya menekankan pada tingkat pencapaian Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dan bukan pada penyampaian tingkat kinerja yang sesungguhnya.
Dewasa ini, adanya peningkatan tuntutan dan harapan dari semua
pihak agar akuntabilitas nasional dapat segera diwujudkan agar semua
instansi pemerintah yang meliputi: Kementerian, LPNK, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, Markas Besar TNI, POLRI, dan sekretariat
lembaga tinggi negara (DPR/MPR, MA, BPK, dan lain-lain), dapat
memberikan kewajibannya untuk mempertanggungjawabkan seluruh
penyelenggaraan negara kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi. Dengan demikian akuntabilitas nasional ini nantinya dapat
memberikan kewajiban mempertanggungjawabkan keuangannya dan
kinerjanya, pada semua instansi pemerintah yang lainnya seperti: eksekutif,
legislatif (DPR dan DPD); - yudisial (MK dan MA); auditif (BPK); moneter (BI);
lembaga negara non struktural (KY, KPK, KPPU, Komnas Ham, Ombusdman,
KPI), dan Kementrian, LPDK, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten
/Kota, Markas Besar TNI, POLRI, dan sekretariat lembaga tinggi negara
(DPR/MPR, MA, BPK, dan lain-lain) serta kewajiban
mempertanggungjawabkan kepada publik terkait dengan program kegiatan
yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Dari berbagai uraian di atas, yang menjelaskan mengenai konsep,
kebijakan, dan implementasi / praktek yang menyangkut akuntabilitas di
Indonesia di lembaga legislatif, ditinjau dari aspek pihak pelaku (individu),
kelompok / organisasi/ lembaga pemerintah yang bertindak sebagai penerima
akuntabilitas tersebut, baik dari substansi, mekanisme, maupun kelembagaan
maka perlu dikembangkan suatu sistem akuntabilitas yang lebih
komprehensif, yang berupa akuntabilitas nasional.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
7
Dalam rangka mewujudkan terselenggaranya akuntabilitas nasional,
maka Pusat Kajian Hukum Adminsitrasi Negara, Lembaga Administrasi
Negara telah menyusun buku pedoman akuntabilitas nasional yang dilengkapi
dengan naskah akademik tentang akuntabilitas nasional. Selanjutnya dalam
rangka mengoperasionalkan pedoman tersebut, maka disusunlah instrumen
akuntabilitas nasional yang berisi pedoman teknis untuk pelaksanaan
akuntailitas nasional.
B. Konsep Good Governance dan Akuntabilitas Nasional
1. Good Governance
Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu yang
paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik saat ini. Perubahan
paradigma administrasi publik ini membawa dampak yang cukup signifikan
dalam tatanan global baik dalam tatanan masyarakat maupun tatanan
pemerintah. Perubahan ini mengarah pada perubahan yang menuju ke
perbaikan tatanan pemerintahan maupun masyarakat sebagai pengendali
kekuasaan. (LAN, 2004)
Sementara itu United Nations Development Programme (UNDP)
mendefinisikan governance sebagai “the exercise of political, economic, and
administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”. Menurut
definisi ini, governance mempunyai tiga kaki (three legs), yaitu economic,
political, dan administrative. Economics governance meliputi proses-proses
pembuatan keputusan (decision-making processes) yang memfasilitasi
aktivitas ekonomi di dalam negeri dan interaksi diantara penyelenggara
ekonomi. Economic governance mempunyai implikasi terhadap equity,
poverty dan quality of life. Political governance adalah proses-proses
pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan, sedangkan administrative
governance adalah sistem implementasi proses kebijakan. Oleh karena itu
institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state (negara atau
pemerintahan), private sector (sektor swasta atau dunia usaha), dan society
(masyarakat), yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-
masing (LAN, 2000 : 5).
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
8
Konsep good governance sejak tahun 1991 dipromosikan oleh
beberapa agensi multilateral dan bilateral, seperti: JICA, OECD, GTZ (Keban;
2000, 52). Mereka memberikan tekanan pada beberapa indikator, antara lain:
(1) demokrasi, desentralisasi dan peningkatan kemampuan pemerintah;
(2) hormat terhadap hak asasi manusia dan kepatuhan terhadap hukum yang
berlaku; (3) partisipasi rakyat; (4) efisiensi, akuntabilitas, transparansi dalam
pemerintah dan administrasi publik; (5) pengurangan anggaran militer; dan
(6) tata ekonomi yang berorientasi pasar OECD dan World Bank (LAN; 2000,
6) mensinonimkan good governance dengan penyelenggaraan manajemen
pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan
demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi
yang langka, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun
administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and
political frameworks bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Sedangkan
UNDP dalam workshop yang diselenggarakannya (Widodo; 2001, 24)
menyimpulkan “that good governance system are participatory, implying that
all members of governance institutions have a voice in influencing decision
making”. Namun dalam perkembangan berikutnya lembaga ini (LAN; 2000, 7)
memberikan definisi good governance sebagai hubungan yang sinergis dan
konstruktif di antara negara, sektor swasta dan masyarakat (society).
Lembaga Administrasi Negara (2000, 6) medefinisikan good
governance sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan
bertanggung jawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga “kesinergisan”
interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta dan
masyarakat (society). Pada tataran ini, good governance berorientasi pada
2 (dua) hal pokok, yakni: Pertama, orientasi ideal negara yang diarahkan
pada pencapaian tujuan nasional. Pada tataran ini, good governance
mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan elemen-
elemen konstituennya, seperti legitimacy, accountability, scuring of human
right, autonomy and devolution of power dan assurance of civilian control;
Kedua, pemerintahan yang berfungsi secara ideal yaitu secara efektif dan
efisien dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional. Dalam konteks ini,
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
9
good governance tergantung pada pada sejauh mana struktur serta
mekanisme politik dan administratif berfungsi secara efektif dan efisien.
Dari beberapa pengertian good governance di atas, maka dapat
diidentifikasi indikator-indikator yang terkandung didalamnya. UNDP
mengajukan karakteristik good governance (LAN; 2000, 7) sebagai berikut :
Participation; Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan
keputusan, baik secara langsung maupun secara intermediasi institusi
legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun
atas dasar keabsahan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi
secara konstruktif.
Rule of law; Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa
pandang bulu, terutama hukum untuk hak azasi manusia.
Transparancy; Transparansi dibangun atas dasar keabsahan arus
informasi. Proses-proses, lembaga dan informasi yang secara langsung
dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan.
Responsive; Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba
untuk melayani setiap stakeholders.
Consensus Orientation; Good governance menjadi perantara
kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi
kepentingan yang lebih luas, baik dalam kebijakan-kebijakan maupun
prosedur-prosedur.
Equity; Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan
mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga
kesejahteraan mereka.
Effectiveness and effeciency; Proses-proses dan lembaga-lembaga
menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin.
Accountability; Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor
swasta dan masyarakat (civil society) bertanggung jawab kepada publik
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
10
dan lembaga-lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada
organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut
untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.
Strategic vision; Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif
good governance dan pengembangan yang luas dan jauh kedepan
sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.
Sementara itu, United Nations (Keban,2000:52) merumuskan
indikator good governance yang meliputi: (1) kemampuan, yaitu kemampuan
yang cukup untuk melaksanakan kebijakan dan fungsi-fungsi pemerintah,
termasuk sistem administrasi publik efektif dan responsif; (2) akuntabilitas
dalam kegiatan pemerintah dan transparan dalam pengambilan keputusan;
(3) partisipasi dalam proses demokrasi, dengan memanfaatkan sumber
informasi dari publik dan dari swasta; (4) perhatian terhadap pemerataan dan
kemiskinan; dan (5) komitmen terhadap kebijakan ekonomi yang berorientasi
kepada pasar. Lebih lanjut Anwar Suprijadi dalam Penerapan Tata
Pemerintahan Yang Baik (2007) mengatakan rujukan good governance
minimal mencakup empat prinsip utama yaitu: keterbukan (transparancy),
pertanggunggugatan (accountability), keadilan (fairness) dan
pertanggungjawaban (responsiblity). Implementasi kesemuanya sangat
dibutuhkan dalam kerangka good governance.
Nilai yang terkandung dari pengertian beserta karakteristik good
governance tersebut di atas merupakan nilai-nilai yang universal karena itu
diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang
tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna dan berhasil guna.
Kondisi semacam ini perlu adanya akuntabilitas dan tersedianya akses yang
sama pada informasi bagi masyarakat luas. Hal ini merupakan fondasi
legitimasi dalam sistem demokrasi, mengingat prosedur dan metode
pembuatan keputusan harus transparan agar supaya memungkinkan
terjadinya partisipasi efektif. Kondisi semacam ini mensyaratkan bagi siapa
saja yang terlibat dalam pembuatan keputusan, baik itu pemerintah, sektor
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
11
swasta maupun masyarakat, harus bertanggung jawab kepada publik serta
kepada institusi yang menjadi stakeholders lainnya. Disamping itu, institusi
governance harus efisien dan efektif dalam melaksanakan fungsi-fungsinya,
responsif terhadap kebutuhan masyarakat, memberikan fasilitas dan peluang
ketimbang melakukan kontrol serta melaksanakan peraturan perundang-
undanganan yang berlaku.
Melalui Penelitian di beberapa daerah, Kartiwa dalam Panji Santosa
(2008) merumuskan strategi reformasi birokrasi dalam mewujudkan Good
Governance di daerah. Menurutnya lebih dahulu dipetakan kendala dan
hambatan dalam upaya mewujudkan good governance yaitu (1) Kendala
politik (2) kendala sistem birokrasi serta (3) kendala sosial budaya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa wujud good governance
adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid yang bertanggung
jawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi yang
positif diantara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat (LAN;
2004, 18), sedangkan hubungan diantara ketiga unsur utama (domain)
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1 Hubungan Unsur dalam Good Governence
negara masyarakat
sektor swasta
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
12
2. Akuntabiltas Nasional
Akuntabilitas Nasional adalah juga akuntabilitas sebagaimana yang
umum dikenal. Istilah ”nasional” yang mengikuti kata akuntabilitas dimaknai
sebagai upaya akuntabilitas seluruh instansi atau lembaga negara yang
mendapatkan mandat tugas dan fungsi dari seluruh peraturan perundangan-
undangan yang telah ditetapkan. Dalam kerangka ini, setiap instansi atau
lembaga negara menyatakan dan menyampaikan kinerja instansi dan
pejabatnya, dengan ukuran-ukuran yang tegas dan jelas sehingga
pemangku kepentingan dapat ikut serta memahami kinerja instnasi atau
lembaga yang bersangkutan.
Secara teoritik, akuntabilitas nasional merupakan konsekuensi dari
implementasi good governance yaitu diselenggarakannya praktek
akuntabilitas. Oleh karena itu, berikut ini dijelaskan pengertian dan ruang
lingkup akuntabilitas yang menjadi dasar bagi akuntabilitas nasional. Secara
umum akuntabilitas adalah usaha yang dilakukan oleh orang atau instansi
yang memiliki tanggung jawab menyampaikan hasil kerjanya dengan cara
yang dapat diukur dengan jelas, dimengerti dan dapat diterima oleh pemberi
tanggung jawab dan pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu,
akuntabilitas sangat erat kaitannya dengan instansi/lembaga pemerintah, dan
kaintannya dengan mempertanggungjawabkan kinerjanya. Namun demikian
belum ada satu definisi tentang akuntabilitas yang bisa diterima oleh semua
pakar/ahli. Walaupun demikian Akuntabilitas telah disepakati sebagai strategi
untuk mengatasi penyimpangan kekuasaan sebagai awal dari terjadinya
praktek penyelenggaraan negara yang kotor dan KKN.
Sedangkan Chandler dan Plano (1982) mengartikan akuntabilitas
sebagai “refers to the instituation of checks and balances in an administrative
system”. Akuntabilitas menunjuk pada institusi tentang “checks and balances”
dalam sistem administrasi.
Selanjutnya, Jabra dan Dwivedi (1989) mengemukakan bahwa:
“Accountability is the foundamental prequisite for preventing the abuse of delegated power and for ensuring instead that power is directed toward
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
13
the achievement of broadly accepted national goal with the greatest possible degree of efficiency, effectiveness, probity, and produce”.
Jabra dan Dwivedi (1989) mengatakan bahwa akuntabilitas adalah
merupakan pondasi bagi proses penyelenggaraan pemerintahan, dan
efektivitas proses itu tergantung pada bagaimana mereka yang berwenang
mempertanggungjawabkan dalam memenuhi tanggungjawab mereka secara
konstitusional dan legal. Pertanggungjawaban adalah merupakan prasyarat
pokok untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan yang
didelegasikan dan sekaligus untuk memastikan bahwa kekuasaan itu
diarahkan menuju pencapaian tujuan organisasi dengan derajat efisiensi,
efektivitas, kejujuran dan kebijaksanaan.
Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, Jabra and Dwivedi (1995)
mengatakan:
“public service accountability involved the methods by which a public agency or a public official fulfils its duties and obligations, and the process by which that agency or the public officials is required to account for such actions”.
Hal ini dapat dimaknai bahwa akuntabilitas pelayanan publik meliputi
metode-metode yang dimiliki pejabat publik dalam memenuhi tugasnya
sesuai aturan serta proses tempat lembaga atau pejabat publik dapat diminta
untuk bertanggungjawab atas tindakannya.
Sedangkan, Schacter (2002) mendefinisikan akuntabilitas sebagai:
“government to explain and justify publicly the way its uses its power, and take prompt corrective action when things go wrong”.
Akuntabilitas merupakan aktivitas untuk memberikan penjelasan dan
alasan pembenaran atas tindakan (cara) yang dilakukan dalam menggunakan
kekuasaan, dan mengambil tindakan korektif ketika terjadi kesalahan.
Pengertian ini memberikan pemahaman yang lebih luas tentang makna
akuntabilitas itu sendiri. Artinya, akuntabilitas tidak sekedar mencakup
aktivitas untuk memberikan penjelasan atas tindakan yang telah dilakukan,
namun juga mencakup kegiatan melakukan koreksi terhadap tindakan yang
dinilai salah atau tidak tepat. Dengan demikian maka, akuntabilitas pada
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
14
hakekatnya lebih sebagai siklus (cycle) yang terdiri atas sejumlah aktivitas
fungsional daripada sebagai sebuah aktivitas tunggal (single action),
(Schacter, 2000).
Aktivitas fungsional dalam akuntabilitas yang dimaksud oleh Schacter
(2000) terdiri dari 3 (tiga) aktivitas fungsional utama, yaitu: (1) informasi
(information), yaitu aktivitas fungsional untuk memberikan penjelasan
(menyampaikan informasi) atas tindakan (kebijakan) yang dilakukan dan
hasilnya, serta alasan-alasan yang menjadi pembenarnya; (2) tindakan
(action), yaitu aktivitas fungsional untuk menilai dan sekaligus mengajukan
tuntutan (demands) atas informasi tentang tindakan (kebijakan) dan hasilnya
serta alasan pembenarnya yang telah disampaikan tersebut; (3) tanggapan
(response), yaitu aktivitas fungsional untuk mengenali dan sekaligus
memberikan tanggapan terhadap tuntutan yang berkembang (diajukan)
setelah informasi disampaikan, termasuk melakukan tindakan koreksi apabila
dinilai memang ada kesalahan yang terjadi. Ketiga aktivitas fungsional ini
berhubungan dengan sebuah siklus yang terus-menerus berulang.
Secara tradisional, konsep akuntabilitas ini diberlakukan sebagai
subordinat dari sebuah konsep pertanggungjawaban. Kata accountability
dalam konsep ini pada dasarnya mengandung arti, penerima tanggung jawab
yang harus selalu siap untuk ‘calling to account’ atau menjelaskan
pertanggungjawaban (explanation of responsibility).
…dalam suatu sistem organisasi, pegawai bertanggung jawab pada organisasi atau pada orang lain (kelompok orang, atasan) untuk melaksanakan tanggung jawab yang diserahkan padanya. Hal ini berarti orang ini harus bertindak dalam konteks hubungan dengan organisasi/orang lain/kelompok/atasan yang dapat memaksa mereka untuk meminta penjelasan dari pegawai ini tentang apa yang sudah dilakukan dan mana yang belum dilakukan. Sehingga dalam kontek pertanggungjawaban orang ini harus bertanggung jawab akan kinerjanya, dan juga merupakan subyek atau penilaian, pengarahan, permintaan, informasi atas tindakan mereka (Thynne and Goldring, 1987, 8)
Akuntabilitas dapat juga diartikan sebagai “suatu cara melalui mana
individu dan organisasi melaporkan kepada pihak yang dianggap memiliki
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
15
wewenang dan dituntut bertanggung jawab atas segala tindakannya (Edward
and Hulme 1996,8).
Konsep “Calling to Account” ini menegaskan bahwa Akuntabilitas
tidak sekedar upaya menyampaikan atau mengkomunikasikan
pertanggungjawaban atau hasil kinerja tetapi juga penting untuk merumuskan
pertanggungjawabannya dalam suatu formulasi yang dapat diukur/terukur
sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh pemberi mandat dan
pemangku kepentingan lain.
Tabel 1
Matriks Tipe Akuntabilitas
No Dikemukakan
Oleh Tipe-Tipe Akuntabilitas
1. Jabra dan Dwivedi (1989)
(1) Administrative/Organization Accountability; (2) Legal Accountability; (3) Political Accountability; (4) Professional Accountability; dan (5) Moral Accountability.
2. Paul (1991)
dalam Salleh dan Iqbal (1995)
(1) Democratic accountability; (2) Professional accountability; dan (3) Legal accountability.
3. Yango (1991) dalam Salleh dan Iqbal (1995)
(1) Traditional or regularity accountability; (2) Managerial accountability; (3) Program accountability dan (4) Process accountability.
4. Greenwood dan Wilson (1989) dalam Fernanda (2002)
(1) Akuntabilitas hukum dan Perundang-undangan; (2) Akuntabilitas politik dan kelembagaan.
5. J.D Stewart (1984) dalam Fernanda (2002)
(1) Akuntabilitas kebijakan; (2) Akuntabilitas program; (3) Akuntabilitas kinerja; (4) Akuntabilitas proses; (5) Akuntabilitas hukum dan Perundang-undangan.
6. Mc Kenney dan Howard (1979) dalam Fernanda (2002)
(1) Akuntabilitas fiskal; (2) Akuntabilitas legal; (3) Akuntabilitas program; (4) Akuntabilitas proses; (5) Akuntabilitas hasil.
7. Schacter (2000) (1) informasi (information); (2) tindakan (action); (3) tanggapan (response).
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
16
Secara umum akuntabilitas dapat digolongkan menjadi beberapa
jenis, beberapa pakar/ahli yang memberikan pemisahan/pengelompokan
secara tegas tentang jenis akuntabilitas. Uraian tentang jenis dan pengertian
masing-masing tipe ini telah dikemukakan dalam Buku Pedoman
Akuntabilitas Nasional. Dalam bagian ini disampaikan matrik dari jenis-jenis
yang disajikan oleh para ahli. Secara singkat jenis-jenis akuntabilitas yang
dikemukakan diatas dapat dikemukakan dalam matriks tabel 3 di atas.:
Sedangkan mekanisme akuntabilitas dijelaskan oleh Richard Mulgan
(2003) dalam bukunya “Holding Power to Account”, memberikan beberapa
gambaran tentang mekanisme akuntabilitas yang disampaikan dalam bentuk
matriks, tentang mekanisme akuntabilitas pemerintah sebagaimana tersebut
dalam tabel 3 dibawah ini, yang dilengkapi dengan memberikan contoh,
sebagai berikut:
Tabel 2
Mekanisme Akuntabilitas Pemerintah
Mekanisme
Siapa Kepada Siapa
Untuk Apa
Bagaimana Prosesnya Bagaimana
Pemilu
1. Politik partai
2. Individu (yang dipilih)
Pemilih Kinerja secara total
Kampanye
Partai politik
Diskusi
Amandemen
Media
Pemerintah
Birokrasi
Wartawan
Publik
Kinerja secara umum
Keputusan khusus
Laporan pers
Wawancara
Laporan dari informan
Informasi
Diskusi
Akses publik secara langsung
Birokrasi Publik Kebijakan miskin
Keputusan khusus
Prosedur pengaduan
Prosedur FOI
Anggaran dasar
Informasi
Diskusi (bukan FOI)
Amandemen (bukan FOI)
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
17
Dari uraian dalam matriks tersebut di atas, selanjutnya dianalisis dari
aspek definisi, dan cakupan akuntabilitas, maka dapat ditarik menjadi 3 (tiga)
kesimpulan, yaitu:
1. Isu akuntabilitas lebih di tekankan pada perspektif agency daripada
hanya atasan (birokrasi) atau kepentingan politik;
2. Dalam hal kepada siapa akuntabilitas tersebut disampaikan, maka
perlu memperhatikan bahwa tugas dan bentuk yang berbeda
membutuhkan different accountability arrangement.
3. Akuntabilitas tidak hanya berlaku dalam konteks birokrasi, hirarki,
penjelasan formal, dan mekanisme control.
C. Akuntabilitas Nasional Lembaga Legislatif
1. Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh lembaga legislatif setidaknya
terdiri dari 3 (tiga) substansi akuntabilitas ; politik, legal, dan profesional.
a. Akuntabilitas Politik
Akuntabilitas politik dapat dimaknai sebagai proses
pertanggungjawaban lembaga legislatif dari sudut pandang politik atas
keputusan, tindakan dan hasil kerja dalam kurun waktu tertentu (satu tahun,
misalnya). Beberapa hal yang dapat dipertanggungjawabkan dalam
akuntabilitas politik ini antara lain :
1) Disusunnya laporan pertanggungjawaban untuk masing-masing
daerah pemilihan atas kinerja satu tahun terakhir.
2) Pembuatan sebuah keputusan harus dibuat secara tertulis dan
tersedia bagi setiap warga yang membutuhkan.
3) Penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan, melalui media
massa maupun media komunikasi personal.
4) Dalam hal penyebarluasan informasi kepada publik tersebut,
informasi harus memiliki akurasi dan kelengkapan yang dibutuhkan
oleh masyarakat.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
18
5) Adanya akses publik pada informasi atas suatu keputusan setelah
keputusan dibuat dan mekanisme pengaduan masyarakat.
6) Ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil
capaian kerja serta prestasi organisasi.
7) Adanya forum untuk menampung partisipasi masyarakat yang
representatif, jelas arahnya dan dapat dikontrol serta bersifat terbuka.
8) Kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam proses pembuatan
kebijakan/undang-undang.
9) Visi dan pengembangan keorganisasian didasarkan pada konsensus
antara organisasi dengan masyarakat, baik konstituen maupun publik
secara keseluruhan.
10) Adanya akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat
dalam proses pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
publik.
11) Meningkatnya arus informasi melalui kerjasama dengan media
massa, lembaga pemerintah lainnya, dan lembaga non-pemerintah.
12) Penyediaan informasi yang jelas tentang anggaran dan belanja
rumah tangga legislatif yang dapat diakses oleh masyarakat.
13) (dan seterusnya disesuaikan dengan pencapaian pelaksanaan tugas
dan fungsi lembaga).
b. Akuntabilitas Legal/Hukum
Akuntabilitas yang terkait dengan pelaksanaan ketentuan hukum
yang harus disesuaikan dengan kepentingan public goods dan public service
yang memang dituntut oleh seluruh masyarakat. Akuntabilitas legal membawa
konsekuensi bahwa jika di masa yang akan datang pelaksanaan tugas dan
fungsi lembaga ternyata menyimpang dari tuntutan dan harapan masyarakat
serta menyimpang dari ketentuan hukum yang berlaku, maka lembaga
tersebut dapat dituntut di muka pengadilan. Sehingga untuk lembaga
legislatif, hal-hal yang dinilai dari akuntabilitas legal ini di antaranya adalah:
1) Dirumuskannya Undang-Undang yang benar-benar
merepresentasikan kebutuhan dan aspirasi rakyat.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
19
2) Dihasilkannya penilaian atas kinerja Presiden dengan menjunjung
tinggi prinsip objektivitas dan netralitas dari kepentingan
pihak/kelompok manapun.
3) Disahkannya APBN dan undang-undang yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan, dan agama tepat pada waktunya.
4) Dirumuskannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran
serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat
dan daerah sehingga mampu mendukung terlaksananya otonomi
daerah yang bertanggung jawab.
5) Diangkatnya anggota Komisi Yudisial yang memiliki kapabilitas yang
memadai sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam peraturan yang
berlaku.
6) Ditetapkannya hakim agung yang jujur dan adil serta sesuai dengan
yang dipersyaratkan dalam peraturan yang berlaku.
7) Dipilihnya 3 (tiga) orang hakim konstitusi yang jujur, adil, dan
berkompeten serta sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
peraturan yang berlaku.
8) Dihasilkannya pertimbangan yang tepat dan seksama terkait dengan
pemberian amnesti dan abolisi oleh Presiden kepada pihak yang
tengah berperkara dengan hukum.
9) Diangkatnya duta besar yang tepat untuk ditempatkan di negara lain
sesuai dengan kemampuan dan kapabilitas yang bersangkutan.
10) Dipilihnya anggota BPK yang jujur dan bertanggung jawab.
11) (dan seterusnya disesuaikan dengan pencapaian pelaksanaan tugas
dan fungsi lembaga).
c. Akuntabilitas Profesional
Dalam akuntabilitas profesional, pelaksanaan tugas dan fungsi
kelembagaan dilandasi oleh norma-norma dan standar profesi yang
mengutamakan efisiensi, dan efektivitas. Norma dan standar-standar tersebut
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
20
harus dikaitkan dengan kepentingan rakyat selaku pemberi amanah
representatif kepada lembaga legislatif. Hal-hal yang harus
dipertanggungjawabkan tercermin dari beberapa indikator, antara lain :
1) Dirumuskannya penetapan standar kinerja selama satu tahun.
2) Adanya kejelasan dari sasaran kinerja yang diambil, dan sesuai
dengan kepentingan/aspirasi publik, serta standar yang berlaku.
3) Adanya mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah terpenuhi,
dengan konsekuensi mekanisme pertanggungjawaban jika standar
tersebut tidak terpenuhi.
4) Konsistensi maupun kelayakan dari standar kinerja operasional yang
telah ditetapkan.
5) Dibuatnya prioritas dalam proses pencapaian hasil kinerja (misalnya
undang-undang mana yang harus terlebih dahulu disahkan).
6) Dilakukannya pelaporan hasil pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang dan APBN.
7) Adanya tindak lanjut atas laporan hasil pengawasan DPD terkait
dengan pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran serta penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya.
8) Terciptanya kerjasama yang baik dengan Presiden dan DPD.
9) Dilakukannya tindak lanjut atas hasil pemeriksaan pengelolaan
keuangan negara yang disampaikan oleh BPK.
10) Terwujudnya pertimbangan dan persetujuan yang cepat dan tepat
kepada Presiden terkait dengan kondisi-kondisi situasional yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat.
11) Terbangunnya sistem informasi manajemen yang menjadi wahana
untuk mempublikasikan segala bentuk laporan kinerja dan capaian
prestasi yang telah diraih.
12) (dan seterusnya disesuaikan dengan pencapaian pelaksanaan tugas
dan fungsi lembaga).
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
21
2. Akuntabilitas Individu
Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 73 ayat (5) Undang-
Undang MPR, DPR, dan DPD, bahwa tiap-tiap anggota dewan legislatif
memiliki kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban secara politik dan
moral.
a. Akuntabilitas Politik
Akuntabilitas politik dimaksudkan untuk melakukan pengungkapan
(disclosure) yang selebar-lebarnya terkait dengan sejauh mana keberhasilan
ataupun kegagalan atas pelaksanaan kewajiban-kewajiban anggota legislatif,
terkhusus penyampaian hasil kerja kepada para konstituen yang telah
memilih dan memberikan amanah untuk menduduki posisi sebagai anggota
legislatif. Hal-hal yang perlu dilaporkan kepada publik/konstituen antara lain :
1) Tersusunnya konsensus dengan konstituen dan daerah pemilihan
2) Tersusunnya laporan pertanggungjawaban untuk masing-masing
daerah pemilihan atas kinerja capaian satu tahun terakhir.
3) Tersusunnya rencana dan program kerja yang hendak dijalankan.
4) Penyebarluasan informasi mengenai program kerja, capaian, dan
prestasi melalui media komunikasi personal.
5) Dalam hal penyebarluasan informasi kepada publik tersebut,
informasi harus memiliki akurasi dan kelengkapan yang memenuhi
ekspektasi masyarakat konstituen.
6) Terbuka akses publik atas up date informasi terkait keberlangsungan
tindak lanjut atas aspirasi yang disampaikan/dikeluhkan oleh
masyarakat.
7) Ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil
capaian kerja serta prestasi organisasi.
8) Adanya forum untuk menampung partisipasi masyarakat yang
representatif, jelas arahnya dan dapat dikontrol serta bersifat terbuka.
9) Adanya mekanisme dan media bagi masyarakat konstituen untuk
melakukan pengaduan terkait ketidakpuasan mereka terhadap suatu
masalah tertentu.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
22
10) Rencana kerja dan target capaian individu yang didasarkan pada
konsensus antara individu dengan masyarakat, baik konstituen
maupun publik secara keseluruhan.
11) Adanya akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat
dalam proses pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
publik.
12) Penyediaan informasi yang jelas tentang anggaran dan belanja
rumah tangga legislatif yang dapat diakses oleh masyarakat.
13) Tersusunnya laporan terkait dengan anggaran (tentang sumber
pendapatan, berapa jumlah pendapatan, bagaimana
pengalokasiannya untuk daerah konstituen).
14) Melakukan kunjungan kerja ke daerah konstituen secara rutin dan
berkala.
15) Konsistensi maupun kelayakan dari standar kinerja operasional yang
telah ditetapkan.
16) Dibuatnya prioritas dalam proses pencapaian hasil kinerja.
17) (dan seterusnya disesuaikan dengan aspirasi dari daerah konstituen
masing-masing)
b. Akuntabilitas Moral
Akuntabilitas moral dipahami sebagai ketaatan terhadap amanah
rakyat (konstituen) terkait dengan pencapaian tujuan dari pemberian amanah
tersebut, pelaksanaan tugas tertentu dan meliputi aspek perilaku dari masing-
masing anggota legislatif untuk mengemban amanah tersebut. Yang tercakup
dalam akuntabilitas moral ini antara lain :
1) Melakukan tindak lanjut yang nyata atas aspirasi dan pengaduan dari
masyarakat.
2) Tidak melakukan perbuatan yang menyinggung perasaan dan harga
diri masyarakat.
3) Tidak melakukan tindakan secara verbal yang menyimpang dari
konsensus yang telah disepakati dengan masyarakat konstituen.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
23
4) Pemenuhan standar etika dan nilai-nilai yang berlaku dalam setiap
perilaku dan perikata.
5) Terbangunnya hubungan personal yang efektif dengan masyarakat
konstituen.
6) Melakukan penjelasan tentang alasan-alasan dari diputuskannya
suatu keputusan administratif.
7) (dan seterusnya disesuaikan dengan pelaksanaan tugas dan
kewajiban dari masing-masing individu anggota legislatif).
3. Mekanisme dan Bentuk Akuntabilitas Lembaga Legislatif
Adapun Mekanisme dan Bentuk Akuntabilitas Lembaga Legislatif
(DPR dan DPD), dan Pejabatnya (DPR dan DPD) di Lembaga Legislatif
adalah sebagai berikut:
a. Disclosure of Statement sebagai Mekanisme Pertanggungjawaban
oleh Lembaga Legislatif
Disclosure of statement merupakan pemberian/pengungkapan
informasi-informasi penting yang terkait dengan kepentingan masyarakat
luas. Disclosure of statement ini harus ditulis dan disajikan dalam bentuk
penjabaran yang menyeluruh atas segala pencapaian pelaksanaan tugas dan
fungsi, baik itu keberhasilan maupun kegagalan. Termasuk juga di dalamnya
harus menyediakan informasi tentang anggaran pendapatan dan belanja
lembaga legislatif. Disclosure of statement harus disusun dalam bahasa-
bahasa yang mudah dimengerti.
Laporan akuntabilitas yang tersaji dalam disclosure of statement
disajikan dalam bentuk documentary accountability, yakni pelaporan
akuntabilitas yang terstandarisasi secara bentuk, format, dan isinya. Untuk
selanjutnya laporan tersebut dipublikasikan atau dikirimkan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan atas laporan akuntabilitas lembaga legislatif
(stakeholders). Publikasi melalui media cetak akan lebih efektif sebab seluruh
masyarakat dapat melihat, membaca, dan menganalisis lebih lanjut atas
laporan yang telah disusun tadi.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
24
Yang penting untuk menjadi perhatian adalah bahwa dalam
disclosure of statement tersebut harus terdapat lembaran khusus sebagai
wadah feed back bagi si pembaca. Sehingga ketika pembaca merasa bahwa
ada beberapa hal yang di-disclose ternyata kurang akurat atau salah, maka si
pembaca tersebut dapat menuliskan/menyampaikan koreksinya atas
ketidakakuratan laporan disclosure tadi. Koreksi bisa dalam bentuk kritikan,
saran/masukan atau juga pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh
lembaga legislatif. Pertanyaan-pertanyaan juga dapat diajukan oleh si
pembaca jika mereka kurang paham dengan apa yang disampaikan dalam
disclosure of statement tersebut. Untuk kemudian segala kritik, masukan, dan
pertanyaan tadi harus dijawab ataupun diklarifikasi oleh lembaga legislatif
selaku penyusun disclosure of statement.
b. Social Auditing (S.Aud) sebagai Mekanisme Pertanggungjawaban
Pejabat Negara di Lembaga Legislatif (Anggota DPR, dan Anggota
DPD)
Social auditing adalah sebuah proses yang memungkinkan organisasi
untuk menilai dan mendemonstrasikan keberhasilan ataupun kegagalan
keorganisasiannya baik dalam aspek sosial, akonomi, maupun lingkungan.
Social auditing menyediakan penilaian atas pencapaian tujuan-tujuan non-
financial dari lembaga legislatif melalui proses monitoring yang tersistem dan
dijalankan secara rutin. Dilakukan monitoring atas kinerja lembaga legislatif
serta sangat menekankan sudut pandang para stakeholders-nya.
Social auditing ini harus mulai digerakkan dari tubuh lembaga
legislatif itu sendiri. Pihak eksternal selanjutnya melakukan verifikasi atas
keakuratan dan objektivitas laporan akuntabilitas yang telah disusun oleh
lembaga legislatif. Social audit lembaga legislatif setidaknya harus disusun
guna memberikan gambaran yang jelas kepada stakeholder terkait dengan :
1) Tujuan dan sasaran keorganisasian, meliputi apa yang hendak
dicapai dan dijalankan oleh lembaga legislatif sebagai sebuah
lembaga representasi rakyat.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
25
2) Action plan, yakni bagaimana lembaga legislatif mewujudkan tujuan
dan sasaran tersebut.
3) Indikator, yakni bagaimana mengukur proses pelaksanaan tugas dan
fungsi organisasi.
Proses audit sosial dalam lembaga legislatif menjadi alat
akuntabilitas yang vital untuk memahami, mengukur, memverifikasi dan
melaporkan terkait peningkatan dalam penyelenggaraan kehidupan
demokrasi di Indonesia. Social audit ini juga membantu untuk mengetahui
sejauh mana gap antara rencana yang hendak dicapai dengan kenyataan
pencapaian yang sesungguhnya, antara efisiensi dan efektivitas. Proses ini
tentunya akan sangat bernilai bagi para stakeholders, khususnya bagi rakyat
Indonesia, termasuk di dalamnya bagi kelompok marginal yang suara dan
aspirasinya kurang diperhatikan. Sehingga melalui social auditing dapat
terwujd penguatan akuntabilitas dan transparansi lembaga legislatif.
Dalam hal ini, penyampaian laporan akuntabilitas melalui mekanisme
social auditing dapat ditempuh lembaga legislatif melalui berbagai cara, yaitu:
1) Memobilisasi masyarakat dan melakukan klarifikasi/penjelasan
tentang mekanisme pelaksanaan tugas, fungsi, wewenang serta
peran yang diemban oleh lembaga legislatif.
2) Melakukan identifikasi stakeholders yang berkepentingan dengan
laporan akuntabilitas tersebut berdasarkan peran dan bidang-bidang
yang digeluti oleh stakeholders yang ada.
3) Mendefinisikan kembali berbagai indikator di atas agar dapat
dipahami dan diterima oleh stakeholder terkait.
4) Mengumpulkan data atas indikator-indikator (sebagaimana yang telah
disebutkan di atas)
5) Melakukan pertemuan rutin untuk mereview dan mendiskusikan
pelaksanaan indikator kinerja di atas.
6) Merangkum temuan-temuan di lapangan terkait pensikapan
stakeholder atas laporan akuntabilitas yang telah dibuat.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
26
7) Melakukan dialog dengan lembaga negara lainnya. Hal ini merupakan
bentuk dari accountable body representatives.
8) Mempublikasikan temuan-temuan dari proses social audit yang telah
dilakukan.
9) Public hearings (dengar pendapat)
Salah satu penyampaian laporan akuntabilitas melalui mekanisme
social auditing dapat ditempuh lembaga legislatif melalui Public Hearings.
Public hearings ini menjadi pertemuan akbar dengan seluruh
komunitas/stakeholders yang ada yang mana mereka memiliki tuntutan
terciptanya akuntabilitas lembaga legislatif. Public hearings ini menjadi
sebuah wahana yang cukup sulit untuk dijalankan, akan tetapi jika public
hearings ini benar-benar dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, maka
akan menghasilkan temuan-temuan yang riil dan proses yang terjadi dalam
public hearings akan menjadi alat ukur yang efektif untuk
mempromosikan/membangun image lembaga legislatif sebagai lembaga yang
akuntabel.
Penyelenggaraan public hearing tidak mutlak dilakukan di ibukota
negara, akan tetapi sangat memungkinkan untuk diselenggarakan di daerah
pemilihan masing-masing. Sehingga dengan melakukan public hearing di
daerah, secara otomatis lembaga legislatif juga telah melakukan kunjungan
kerja ke daerah. Hal ini penting sebab dengan melakukan kunjungan kerja
yang di dalamnya terdapat proses public hearing, maka akan memunculkan
berbagai temuan-temuan riil. Temuan-temuan tersebut dapat dimanfaatkan
oleh lembaga legislatif untuk didiskusikan atau dikonsultasikan kepada publik,
khususnya konsultasi dengan para pakar dan teknokrat yang berkompeten di
bidang masing-masing.
Dari berbagai penjelasan di atas, dapat diringkas bahwa mekanisme
Social Auditing (S.Aud) lembaga legislatif dapat dijalankan sedikitnya dalam 4
(empat) bentuk :
1) Public hearings,
2) Publikasi,
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
27
3) Kunjungan kerja, dan
4) Konsultasi publik.
Keseluruhan mekanisme dan bentuk akuntabiltas yang telah
dijelaskan di atas juga dapat dijalankan untuk penyampaian akuntabilitas
secara individual. Yang membedakan hanyalah isi laporan akuntabilitas. Jika
dalam akuntabilitas organisasi mengemukakan indikator-indikator yang
diturunkan dari tugas dan fungsi lembaga legislatif, maka dalam akuntabilitas
individual harus disampaikan indikator yang diturunkan dari kewajiban
anggota legislatif (lihat contoh indikator di atas). Selain itu, dalam
mengemukakan akuntabilitas individualnya, masing-masing anggota legislatif
harus menyesuaikan indikator-indikator di atas sesuai dengan kerangka
representasi dari daerah yang diwakilinya (disesuaikan dengan tuntutan dan
aspirasi konstituen).
Yang tak kalah pentingnya adalah masing-masing anggota legislatif
harus benar-benar menjaga perilaku dan perikata mereka sebagai
perwujudan dari akuntabilitas moral. Sebab akuntabilitas moral tidak dapat
dinilai secara kuantitaif sebagaimana layaknya akuntabilitas politik, legal
maupun profesional. Akuntabilitas moral akan ternilai dengan sendirinya di
mata masyarakat melalui tindakan dan ucapan-ucapan yang dilakukan oleh
masing-masing individu anggota legislatif. Sistem nilai dan adat istiadat yang
merupakan hukum tidak tertulis akan bekerja dengan sendirinya untuk
memberikan penilaian terkait perilaku dan perikata anggota legislatif.
4. Akuntabilitas Pelaksanaan Tugas Pokok Lembaga Legislatif
Dari segi pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan kewenangan lembaga
legislatif ini, prinsip akuntabilitas dan transparansi yang diterapkan oleh
pejabat (lembaga legislatif) berdasarkan Bentuk akuntabilitas nasional
lembaga legislatif oleh Pejabat Negara di Lembaga Legialatif (DPR, dan
DPD), ada 4 (empat) bentuk akuntabilitas yang diberikan, sebagai berikut: (1)
Kunjungan Kerja, (2) Publik Hearing, (3) Publikasi, (4) Konferensi Pers.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
28
Sedangkan dari segi pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan
kewenangan ini, prinsip akuntabilitas dan transparansi yang diterapkan oleh
lembaga legislatif terkait dengan mekanisme akuntabilitas nasional lembaga
legislatif, berdasarkan Bentuk akuntabilitas nasional lembaga legislatif, oleh
pejabat negara sebagai berikut:
a. Publikasi sebagai Mekanisme Pertanggungjawaban oleh Lembaga
Legislatif
Tujuan Kegiatan publikasi oleh lembaga legislatif ini, diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan/informasi masyarakat perihal tugas, fungsi,
kewenangan dan peran Lembaga Legislatif tersebut. Bentuk kegiatannya
adalah: menyampaikan iklan/informasi lewat media cetak, menyampaikan
iklan/informasi lewat media elektronik baik berupa iklan bergerak (dengan
skenario) maupun tidak (cetak/selebaran) dan visual/suara (radio), dan
sebagainya. Tujuan visualisasi/publikasi adalah: Memberikan informasi
kepada masyarakat mengenai keberadaan Lembaga Legislatif tersebut.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tugas, fungsi, kewenangan,
dan peran lembaga legislatif tersebut. Hal ini merupakan bentuk akuntabilitas
nasional lembaga legislatif oleh Pejabat Negara.
b. Konferensi Pers sebagai Mekanisme Pertanggungjawaban oleh
Pejabat di Lembaga Legislatif
Dalam rangka upaya untuk menyebarluaskan informasi internal,
khususnya mengenai kebijakan yang telah dibuat dan kegiatan yang
dilakukan terkait dengan kepentingan masyarakat dan pers. Oleh karena itu,
lembaga legislatif sebagai lembaga yang mempunyai tugas, fungsi,
kewenangan dan peran yang seringkali berhubungan dengan pihak lain yang
terkait, harus memberikan informasi kepada media cetak melalui jumpa pers,
terkait dengan kebijakan yang diambil dalam pelaksanaan tugas, fungsi,
kewenangan dan perannya tersebut. Hal ini merupakan Bentuk akuntabilitas
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
29
nasional lembaga legislatif oleh Pejabat Negara. (Anggota DPR dan DPD), di
Lembaga Legislatif.
Sedangkan untuk Mekanisme Akuntabilitas Nasional yang diberikan
oleh Lembaga Legislatif, adalah: Disclosure of Statements and Reports
(Pidato, Konferensi Pers) pencapaian program dan kegiatan yang telah
ditetapkan, dikaitkan dengan tujuan yang akan dicapai yang didasarkan pada
visi dan misi lembaga legislatif tersebut. Hal ini merupakan mekanisme
akuntabilitas nasional lembaga legislatif oleh Pejabat Negara.
D. Instrumentasi Akuntabilitas Nasional
Instrumentasi Akuntabilitas Nasional yang dimaksud dalam buku ini
adalah bagian dari pedoman akuntabilitas nasional yang memberikan
penjelasan langkah teknis dalam rangka melaksanakan, memanfaatkan, dan
mengukur akuntabilitas nasional di masing-masing instansi. Pada dasarnya,
setiap lembaga negara telah melaksanakan akuntabilitas dengan cara dan
pendekatan masing-masing. Namun demikian kebijakan akuntabilitas belum
semuanya mencakup akuntabilitas yang telah dilakukan tersebut. Oleh
karena itu, setiap lembaga negara, diharapkan dapat merumuskan dan
menetapkan kegiatan akuntabilitas yang telah dilakukan tesebut menjadi
bagian dari Akuntabilitas Nasional. Tatakelola Perumusan dan penetapan
inilah yang disebut dengan instrumentasi akuntabilitas nasional.
Secara konseptual, pancaran (cascading) instrumen akuntabilitas
nasional berangkat dari konsep penyelenggaraan tugas dan fungsi lembaga
terkait sesuai yang termaktub dalam peraturan perundang-undangan
pembentukan lembaga yang bersangkutan. Berdasarkan konsep
penyelenggaraan tugas dan fungsi yang dimiliki maka setiap lembaga
menghasilkan dan mempertanggungjawabkan hasil yang berupa output
(hasil) sesuai dimensinya, yaitu dimensi output untuk tingkat pertama, dimensi
outcome untuk tingkat kedua, dimensi benefit untuk tingkat ketiga dan
dimensi impact untuk tingkat tertinggi/ultimate output). Pada dasarnya output
itu dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu: output produk (barang) yang
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
30
bersifat tangible dan output kegiatan yang bersifat untangible. Kedua output
inilah yang dijadikan dasar dalam menentukan subtansi, bentuk, mekanisme
serta sasaran yang dituju dalam akuntabilitas setiap lembaga seperti yang
diuraikan dalam Pedoman Akuntabilitas Nasional.
Gambar 2 Cascading Instrumen Akuntabilitas Nasional
Buku instrumen akuntabilitas nasional yang telah disusun bersifat
umum, oleh karena itu, perumusan detailnya perlu dilakukan oleh masing-
masing lembaga negara. Rumusan ini mencakup substansi, bentuk, dan
mekanisme serta sasaran yang dituju. Termasuk dalam perumusan tersebut
yang penting adalah desain Evaluasi, perencanaan, pelaksanaan, dan
pemanfaatan umpan balik dari akuntabilitas yang dilakukan.
Secara umum, sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman
Akuntabilitas Nasional, Lembaga Legislatif memiliki unsur penyelenggaraan
akuntabilitas sebagai berikut:
Akuntabilitas Nasional
Tugas dan Fungsi Lembaga berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan pembentuknya
Output Produk Output Kegiatan
Karakteristik Akuntabilitas Lembaga sesuai Tugas
dan Fungsinya
substansi bentuk mekanisme sasaran
Instrumen Akuntabilitas Lembaga sesuai Tugas dan Fungsinya
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
31
a. Substansi: Substansi mencakup isi materi yang disampaikan dalam
akuntabilitas nasional. Di bidang Komisioner substansi lebih
berdasarkan standar profesionalisme dan moral. Namun demikian
disamping ketentuan profesionalisme, isi materi akuntabilitas bidang
Komisioner juga mencakup standar administrasi dan hukum.
b. Bentuk: Materi telah disusun berdasarkan standar yang dituangkan
dalam substansi di atas, selanjutnya disampaikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dalam bentuk tertentu. Untuk akuntabiltias
nasional bidang Komisioner, maka bentuk yang dinilai relevan adalah
penyusunan dokumen laporan, Publikasi dan konfrensi pers.
c. Mekanisme: Mekansime mencakup pola kegiatan dalam menyajikan
substansi dan bentuk akuntabilitas nasional yang sudah disusun. Untuk
bidang Komisioner mekanisme yang dinilai tepat adalah Pelaporan
atau disclosure (penyingkapan data dan fakta melalui penyampaian
atau penyajian laporan hasil serta proses).
Baik substansi, bentuk dan mekanisme akuntabilitas bidang Komisioner
sebagaimana diuraiakan di atas, disajikan melalui proses tatakelola yang
sistematis dan terlembaga. Secara skematis tatakelola Akuntabilitas nasional
di Lembaga Legislatif mencakup kegiatan:
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
32
PELAKSANAAN AKUNTABILITAS
(SUBSTANSI, BENTUK DAN MEKANISME
PEMANFAATAN UMPAN BALIK
EVALUASI DAN DATABASE
BERKELANJUTAN
PERENCANAAN AKUNTABILITAS
Keterangan:
LPPD : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah EKPOD : Evaluasi Kemampuan Penyelenggaraan Otonomi Daerah EDOB : Evaluasi Daerah Otonom Baru
Gambar 3
Skematis Tatakelola Akuntabilitas Nasional
E. Sistematika Instrumen Akuntabilitas Nasional
Buku ini terdiri dari tiga bab yang terdiri dari bab I pendahuluan, bab II
tetang Instrumen akuntabilitas nasional Lembaga Legislatif, dan bab III
penutup. Masing masing bab menjelaskan beberapa hal sebagai berikut :
1. BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang penyusunan instrumen
akuntabilitas nasional, uraian mengenai konsep good governance dan
akuntabilitas nasional, maksud instrumentalisasi akuntabilitas nasional
dan sistematikan dokumen instrumen akuntablitas nasional ini.
PERENCANAAN
LEMBAGA JANGKA
PANJANG, MENENGAH
DAN TAHUNAN
PERENCANAAN
NASIONAL
PENILAI STAKEHODERL
DAN SHAREHOLDER
HASIL LPPD, EKPOD
EDOP, DAN LKPJ, DLL
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
33
2. BAB II Akuntabilitas Lembaga Legislatif
Pada bab ini dibahas mengenai instrumen akuntabilitas nasional pada
lembaga Legislatif yang menyajikan Pendahuluan lembaga Legislatif
mencakup dasar hukum akuntabilitas lembaga Legislatif, subtansi
akuntabilitas lembaga Legislatif, mekanisme dan bentuk akuntabilitas
lembaga Legislatif, dan kepada siapa harus diakuntabilitaskan.
Dilanjutkan langkah persiapan, Pelaksanaan, Pengukuran dan
pemanfaatan umpan balik.
3. BAB III Penutup
Pada bab ini disampaikan penutup dan saran saran yang perlu dilakukan
untuk keberlanjutan akuntabilitas nasional yang dilakukan di Lembaga
Legislatif.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
34
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
35
BAB II
TATA KELOLA AKUNTABILITAS NASIONAL
LEMBAGA LEGISLATIF
Tatakelola Akuntabilitas Nasional Lembaga Legislatif adalah kegiatan
yang dilakukan atau perlu dilakukan oleh Lembaga Legislatif dalam
melaksanakan akuntabilitas nasionalnya. Kegiatan ini terdiri dari 4 kegiatan,
yaitu : (a) Persiapan, (b) Pelaksanaan, dan (c) Pemanfaatan umpan balik.
Tata kelola ini dilaksanakan baik untuk akuntabilitas nasional pada tingkat
lembaga maupun pada tingkat individu.
A. Akuntabilitas Tingkat Lembaga Legislatif
Akuntabilitas tingkat Lembaga Legislatif adalah akuntabilitas lembaga
legislatif dan lembaga di dalam lingkup dan atau di bawah koordinasi dan
tanggung jawabnya. Masing-masing Lembaga Legislatif melakukan
akuntabilitas dengan tatakelola yang terdiri dari Perencanaan akuntabilitas
nasional, Pelaksanaan, dan Pemanfaatan Umpan balik. sebagai berikut:
1. Perencanaan Akuntabilitas Nasional
Tahap pertama yang harus dilakukan oleh Lembaga Legislatif dalam
melaksanakan akuntabilitas nasional adalah melakukan perencanaan
akuntabilitas Lembaga. Dokumen perencanaan ini dimaksudkan agar setiap
instansi memberikan pernyataan dengan tegas dan jelas di setiap awal tahun,
tentang apa yang akan dipertanggungjawabkan, bagaimana
mempertanggungjawabkan, bagaimana kinerjanya diukur keberhasilan dan
kegagalannya, bagaimana ukuran ini dapat dipahami oleh stakeholders
termasuk mereka yang tidak bergerak di bidang Legislatif, serta bagaimana
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
36
stakeholders Lembaga Legislatif dan non terlibat dan memberikan masukan
dalam rangka perbaikan kinerja berdasakan akuntabilitas yang disampaikan.
Ini adalah pernyataan akuntabilitas (accountability statement) yang akan
disajikan kepada pihak-pihak yang terkait dan berkepentingan.
Dokumen perencanaan akuntabilitas bukanlah dokumen
perencanaan program kerja atau kegiatan dari instansi. Dokumen
perencanaan akuntabilitas dapat menjadi salah satu program atau kegiatan
dalam dokumen perencanaan progam kerja atau kegiatan instansi. Dokumen
perencanaan ini akan menjadi komitmen dari instansi untuk pada akhir tahun
melakukan akuntabilitas berdasaran data evaluasi kegiatan dan keuangan
yang telah dilaksanakan.
Di dalam dokumen perencanaan akuntabilitas lembaga legislatif
sedikitnya terdiri dari komponen:
a. Rencana tahapan kegiatan, menyagkut kegiatan perencanaan,
penyusunan tim akuntabilitas, evaluasi kegiatan, penyampaian
akuntabilitas ke pemberi mandat baik secara organisasi maupun individu
terkait dengan pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan kewenangan dalam
menggunakan anggaran dan melaksanakan mandat.
b. Substansi akuntabilitas Lembaga Legislatif tersebut;
c. Tolok ukur/standarisasi keberhasilan dan kegagalan beserta penjelasan
cara membaca dan mengukurnya;
d. Strategi konsolidasi terkait dengan akuntabilitas pada tingkat pelaksanan
sampai tingat lembaga.
a. Mekanisme akuntabilitas Lembaga Legislatif;
b. Bentuk akuntabilitas Lembaga Legislatif;
e. Jadwal Waktu dilaksanaan akuntabilitas (mulai dari penyususnan
akuntabilitas tingkat instansi dan tingkat individu oleh lembaga legislatif)
c. Pembiayaaan kegiatan akuntabilitas;
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
37
d. Sumberdaya yang dimanfaatkan;
e. Organisasi Pelaksana.
Dokumen perencanaan ini ditulis dengan format dan pedoman
sebagaimana terlampir dalam lampiran 1. Dalam dokumen perencanaan ini
dilampirkan resume perencanaan akuntabilitas sebagaimana terlampir dalam
lampiran 2.
2. Pelaksanaan Akuntabilitas Nasional
Tahap pelaksanaan akuntabilitas nasional di Lembaga Legislatif
terkait dengan implimentasi perencanaan yang telah disusun di awal tahun.
Pada tahap pelaksanaan ini, sumberdaya dan anggaran yang telah
disediakan untuk program akuntabilitas nasional di arahkan untuk
menyelenggarakan kegiatan yang sudah direncanakan.
Bentuk akuntabilitas nasional dari Lembaga Legislatif adalah laporan
atau disclosure. Bentuk ini disajikan melalui penyusunan dokumen
akuntabilitas yang berisi pelaporan terkait dengan capaian tugas pokok dan
fungsi lembaga. Pada dasarnya adalah substansi dokumen akuntabilitas
disesuaikan dengan pernyataan (accountabilty statement) yang dinyatakan
dalam perencanaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dalam peraturan
perundangan yang ada. Laporan pertanggung jawaban lembaga Legislatif
pada prinsipnya harus memuat laporan yang berisikan mengenai laporan
kegiatan dan laporan keuangan. Ringkasan eksekutif merupakan salah satu
bentuk akuntabilitas bagi lembaga yang mengambarkan secara umum untuk
kinerja lembaga dilihat dari dimensi kegiatan dan alokasi anggaran. Laporan
kegiatan disusun berdasarkan perencanaan strategis yang di susun oleh
lembaga legislatif. Sementara laporan keuangan disusun berdasarkan mata
anggaran yang telah dialokasikan ke dalam program-program yang
terangkum dalam perencanaan strategis. Adapun Mekanisme Akuntabilitas
Lembaga Eksekutif adalah Disclosoure (Pelaporan) yang meliputi:
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
38
1) Laporan kegiatan
Dokumen perencanaan strategis yang dibuat dijadikan sebagai tolak
ukur untuk mengukur keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya.
Dalam hal ini perencanaan stategik menjadi kunci utama penyusunan draft
laporan akuntabilitas organisasi. Berikut penjelasan mengenai perencanaan
strategis :
Rencana Stratejik merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang
ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun dengan
memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin
timbul. Untuk mewujudkan Rencana Stratejik tentu perlu ditunjang oleh Visi
dan Misi yang rasional. Dari visi dan misi kemudian dapat dirumuskan Tujuan
dan Sasaran organisasi serta program dan kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk mencapai visi misi tersebut.
Selanjutnya untuk menjelaskan pelaksanaan dari rencana statejik
maka perlu di susun laporan akuntabilitas kinerja. Akuntabilitas kinerja adalah
kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan
kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam
melaksanakan misi organisasi kepada pihak-pihak yang berwenang
menerima pelaporan akuntabilitas.
Pengukuran Kinerja digunakan sebagai dasar untuk penelitian
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran
dan tujuan yang dimaksud, yang ditetapkan dalam Visi dan Misi organisasi.
Pengukuran yang dimaksud itu merupakan suatu hasil dari suatu penilaian
yang sistematis dan didasarkan pada kelompok Indikator Kinerja Kegiatan
berupa masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak.
Penilaian dimaksud tidak terlepas dari kegiatan mengolah masukan
menjadi keluaran dan penilaian dalam proses penyusunan/kegiatan yang
dianggap penting dan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran tujuan.
Pada pembahasan Akuntabilitas Kinerja ini paling tidak ada 4 aspek yang
akan dibahas, yaitu diantaranya:
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
39
a. Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS);
b. Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK);
c. Keuangan;
d. Evaluasi dan Analisis Akuntabilitas.
2) Laporan Keuangan
Disamping laporan kegiatan setiap lembaga wajib membuat laporan
keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran.
Laporan keuangan tidak terlepaskan dari kegiatan yang direncanakan oleh
lembaga. Pada prinsipnya lembaga legislative wajib melaporkan seluruh
penggunaan anggaran sebagai bentuk tanggung jawab dalam hal
penggunaan anggaran. Bentuk laporan keuangan disesuaikan dengan format
yang direkomendasikan oleh badan pemeriksaan keuangan.
3. Substansi Akuntabilitas Lembaga Legislatif terdiri dari:
a. Akuntabilitas Organisasi
Dalam Akuntabilitas lembaga legislatif ini, yang harus dipenuhi oleh
lembaga legislatif setidaknya terdiri dari 3 (tiga) substansi akuntabilitas ;
politik, legal, dan profesional.
1) Akuntabilitas Politik
Akuntabilitas politik dapat dimaknai sebagai proses
pertanggungjawaban lembaga legislatif dari sudut pandang politik atas
keputusan, tindakan dan hasil kerja dalam kurun waktu tertentu (satu tahun,
misalnya). Beberapa hal yang dapat dipertanggungjawabkan dalam
akuntabilitas politik ini antara lain :
a) Disusunnya laporan pertanggungjawaban untuk masing-masing
daerah pemilihan atas kinerja satu tahun terakhir.
b) Pembuatan sebuah keputusan harus dibuat secara tertulis dan
tersedia bagi setiap warga yang membutuhkan.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
40
c) Penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan, melalui media
massa maupun media komunikasi personal.
d) Dalam hal penyebarluasan informasi kepada publik tersebut,
informasi harus memiliki akurasi dan kelengkapan yang dibutuhkan
oleh masyarakat.
e) Adanya akses publik pada informasi atas suatu keputusan setelah
keputusan dibuat dan mekanisme pengaduan masyarakat.
f) Ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil
capaian kerja serta prestasi organisasi.
g) Adanya forum untuk menampung partisipasi masyarakat yang
representatif, jelas arahnya dan dapat dikontrol serta bersifat terbuka.
h) Kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam proses pembuatan
kebijakan/undang-undang.
i) Visi dan pengembangan keorganisasian didasarkan pada konsensus
antara organisasi dengan masyarakat, baik konstituen maupun publik
secara keseluruhan.
j) Adanya akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat
dalam proses pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
publik.
k) Meningkatnya arus informasi melalui kerjasama dengan media
massa, lembaga pemerintah lainnya, dan lembaga non-pemerintah.
l) Penyediaan informasi yang jelas tentang anggaran dan belanja
rumah tangga legislatif yang dapat diakses oleh masyarakat.
m) dan seterusnya disesuaikan dengan pencapaian pelaksanaan tugas
dan fungsi lembaga.
2) Akuntabilitas Legal/Hukum
Akuntabilitas yang terkait dengan pelaksanaan ketentuan hukum
yang harus disesuaikan dengan kepentingan public goods dan public service
yang memang dituntut oleh seluruh masyarakat. Akuntabilitas legal membawa
konsekuensi bahwa jika di masa yang akan datang pelaksanaan tugas dan
fungsi lembaga ternyata menyimpang dari tuntutan dan harapan masyarakat
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
41
serta menyimpang dari ketentuan hukum yang berlaku, maka lembaga
tersebut dapat dituntut di mula pengadilan. Sehingga untuk lembaga legislatif,
hal-hal yang dinilai dari akkuntabilitas legal ini di antaranya adalah,
a) Dirumuskannya Undang-Undang yang benar-benar
merepresentasikan kebutuhan dan aspirasi rakyat.
b) Dihasilkannya penilaian atas kinerja Presiden dengan menjunjung
tinggi prinsip objektivitas dan netralitas dari kepentingan
pihak/kelompok manapun.
c) Disahkannya APBN dan undang-undang yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan, dan agama tepat pada waktunya.
d) Dirumuskannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan
dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah sehingga mampu mendukung
terlaksananya otonomi daerah yang bertanggung jawab.
e) Diangkatnya anggota Komisi Yudisial yang memiliki kapabilitas yang
memadai sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam peraturan yang
berlaku.
f) Ditetapkannya hakim agung yang jujur dan adil serta sesuai dengan
yang dipersyaratkan dalam peraturan yang berlaku.
g) Dipilihnya 3 (tiga) orang hakim konstitusi yang jujur, adil, dan
berkompeten serta sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
peraturan yang berlaku.
h) Dihasilkannya pertimbangan yang tepat dan seksama terkait dengan
pemberian amnesti dan abolisi oleh Presiden kepada pihak yang
tengah berperkara dengan hukum.
i) Diangkatnya duta besar yang tepat untuk ditempatkan di negara lain
sesuai dengan kemampuan dan kapabilitas yang bersangkutan.
j) Dipilihnya anggota BPK yang jujur dan bertanggung jawab.
k) (dan seterusnya disesuaikan dengan pencapaian pelaksanaan tugas
dan fungsi lembaga).
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
42
3) Akuntabilitas Profesional
Dalam akuntabilitas profesional, pelaksanaan tugas dan fungsi
kelembagaan dilandasi oleh norma-norma dan standar profesi yang
mengutamakan efisiensi, dan efektivitas. Norma dan standar-standar tersebut
harus dikaitkan dengan kepentingan rakyat selaku pemberi amanah
representatif kepada lembaga legislatif. Hal-hal yang harus
dipertanggungjawabkan tercermin dari beberapa indikator, antara lain :
a) Dirumuskannya penetapan standar kinerja selama satu tahun.
b) Adanya kejelasan dari sasaran kinerja yang diambil, dan sesuai
dengan kepentingan/aspirasi publik, serta standar yang berlaku.
c) Adanya mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah terpenuhi,
dengan konsekuensi mekanisme pertanggungjawaban jika standar
tersebut tidak terpenuhi.
d) Konsistensi maupun kelayakan dari standar kinerja operasional yang
telah ditetapkan.
e) Dibuatnya prioritas dalam proses pencapaian hasil kinerja (misalnya
undang-undang mana yang harus terlebih dahulu disahkan).
f) Dilakukannya pelaporan hasil pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang dan APBN.
g) Adanya tindak lanjut atas laporan hasil pengawasan DPD terkait
dengan pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran serta penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya.
h) Terciptanya kerjasama yang baik dengan Presiden dan DPD.
i) Dilakukannya tindak lanjut atas hasil pemeriksaan pengelolaan
keuangan negara yang disampaikan oleh BPK.
j) Terwujudnya pertimbangan dan persetujuan yang cepat dan tepat
kepada Presiden terkait dengan kondisi-kondisi situasional yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
43
k) Terbangunnya sistem informasi manajemen yang menjadi wahana
untuk mempublikasikan segala bentuk laporan kinerja dan capaian
prestasi yang telah diraih.
l) (dan seterusnya disesuaikan dengan pencapaian pelaksanaan tugas
dan fungsi lembaga).
b. Akuntabilitas Individu
Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 73 ayat (5) Undang-
Undang MPR, DPR, dan DPD, bahwa tiap-tiap anggota dewan legislatif
memiliki kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban secara politik dan
moral.
1) Akuntabilitas Politik
Akuntabilitas politik dimaksudkan untuk melakukan pengungkapan
(disclosure) yang selebar-lebarnya terkait dengan sejauh mana keberhasilan
ataupun kegagalan atas pelaksanaan kewajiban-kewajiban anggota legislatif,
terkhusus penyampaian hasil kerja kepada para konstituen yang telah
memilih dan memberikan amanah untuk menduduki posisi sebagai anggota
legislatif. Hal-hal yang perlu dilaporkan kepada publik/konstituen antara lain :
a) Tersusunnya konsensus dengan konstituen dan daerah pemilihan
b) Tersusunnya laporan pertanggungjawaban untuk masing-masing
daerah pemilihan atas kinerja capaian satu tahun terakhir.
c) Tersusunnya rencana dan program kerja yang hendak dijalankan.
d) Penyebarluasan informasi mengenai program kerja,capaian, dan
prestasi melalui media komunikasi personal.
e) Dalam hal penyebarluasan informasi kepada publik tersebut,
informasi harus memiliki akurasi dan kelengkapan yang memenuhi
ekspektasi masyarakat konstituen.
f) Terbuka akses publik atas up date informasi terkait keberlangsungan
tindak lanjut atas aspirasi yang disampaikan/dikeluhkan oleh
masyarakat.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
44
g) Ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil
capaian kerja serta prestasi organisasi.
h) Adanya forum untuk menampung partisipasi masyarakat yang
representatif, jelas arahnya dan dapat dikontrol serta bersifat terbuka.
i) Adanya mekanisme dan media bagi masyarakat konstituen untuk
melakukan pengaduan terkait ketidakpuasan mereka terhadap suatu
masalah tertentu.
j) Rencana kerja dan target capaian individu yang didasarkan pada
konsensus antara individu dengan masyarakat, baik konstituen
maupun publik secara keseluruhan.
k) Adanya akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat
dalam proses pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
publik.
l) Penyediaan informasi yang jelas tentang anggaran dan belanja
rumah tangga legislatif yang dapat diakses oleh masyarakat.
m) Tersusunnya laporan terkait dengan anggaran (tentang sumber
pendapatan, berapa jumlah pendapatan, bagaimana
pengalokasiannya untuk daerah konstituen).
n) Melakukan kunjungan kerja ke daerah konstituen secara rutin dan
berkala.
o) Konsistensi maupun kelayakan dari standar kinerja operasional yang
telah ditetapkan.
p) Dibuatnya prioritas dalam proses pencapaian hasil kinerja.
q) (dan seterusnya disesuaikan dengan aspirasi dari daerah konstituen
masing-masing)
2) Akuntabilitas Moral
Akuntabilitas moral dipahami sebagai ketaatan terhadap amanah
rakyat (konstituen) terkait dengan pencapaian tujuan dari pemberian amanah
tersebut, pelaksanaan tugas tertentu dan meliputi aspek perilaku dari masing-
masing anggota legislatif untuk mengemban amanah tersebut. Yang tercakup
dalam akuntabilitas moral ini antara lain :
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
45
a) Melakukan tindak lanjut yang nyata atas aspirasi dan pengaduan dari
masyarakat.
b) Tidak melakukan perbuatan yang menyinggung perasaan dan harga
diri masyarakat.
c) Tidak melakukan tindakan secara verbal yang menyimpang dari
konsensus yang telah disepakati dengan masyarakat konstituen.
d) Pemenuhan standar etika dan nilai-nilai yang berlaku dalam setiap
perilaku dan perikata.
e) Terbangunnya hubungan personal yang efektif dengan masyarakat
konstituen.
f) Melakukan penjelasan tentang alasan-alasan dari diputuskannya
suatu keputusan administratif.
g) (dan seterusnya disesuaikan dengan pelaksanaan tugas dan
kewajiban dari masing-masing individu anggota legislatif).
4. Mekanisme dan Bentuk Akuntabilitas Lembaga Legislatif
Seluruh indikator yang ada di masing-masing substansi akuntabilitas
di atas selanjutnya harus disusun dalam format yang sistematis dan melalui
mekanisme penyampaian laporan akuntabilitas berikut ini :
a. Disclosure of Statement
Disclosure of statement merupakan pemberian/pengungkapan
informasi-informasi penting yang terkait dengan kepentingan masyarakat
luas. Disclosure of statement ini harus ditulis dan disajikan dalam bentuk
penjabaran yang menyeluruh atas segala pencapaian pelaksanaan tugas dan
fungsi, baik itu keberhasilan maupun kegagalan. Termasuk juga di dalamnya
harus menyediakan informasi tentang anggaran pendapatan dan belanja
lembaga legislatif. Disclosure of statement harus disusun dalam bahasa-
bahasa yang mudah dimengerti.
Laporan akuntabilitas yang tersaji dalam disclosure of statement
disajikan dalam bentuk documentary accountability, yakni pelaporan
akuntabilitas yang terstandarisasi secara bentuk, format, dan isinya. Untuk
selanjutnya laporan tersebut dipublikasikan atau dikirimkan kepada pihak-
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
46
pihak yang berkepentingan atas laporan akuntabilitas lembaga legislatif
(stakeholders). Publikasi melalui media cetak akan lebih efektif sebab seluruh
masyarakat dapat melihat, membaca, dan menganalisis lebih lanjut atas
laporan yang telah disusun tadi.
Yang penting untuk menjadi perhatian adalah bahwa dalam
disclosure of statement tersebut harus terdapat lembaran khusus sebagai
wadah feed back bagi si pembaca. Sehingga ketika pembaca merasa bahwa
ada beberapa hal yang di-disclose ternyata kurang akurat atau salah, maka si
pembaca tersebut dapat menuliskan/menyampaikan koreksinya atas
ketidakakuratan laporan disclosure tadi. Koreksi bisa dalam bentuk kritikan,
saran/masukan atau juga pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh
lembaga legislatif. Pertanyaan-pertanyaan juga dapat diajukan oleh si
pembaca jika mereka kurang paham dengan apa yang disampaikan dalam
disclosure of statement tersebut. Untuk kemudian segala kritik, masukan, dan
pertanyaan tadi harus dijawab ataupun diklarifikasi oleh lembaga legislatif
selaku penyusun disclosure of statement.
b. Social Auditing
Social auditing adalah sebuah proses yang memungkinkan organisasi
untuk menilai dan mendemonstrasikan keberhasilan ataupun kegagalan
keorganisasiannya baik dalam aspek sosial, akonomi, maupun lingkungan.
Social auditing meneydiakan penilaian atas pencapaian tujuan-tujuan non-
financial dari lembaga legislatif melalui proses monitoring yang tersistem dan
dijalankan secara rutin. Dilakukan monitoring atas kinerja lembaga legislatif
serta sangat menekankan sudut pandang para stakeholders-nya.
Social auditing ini harus mulai digerakkan dari tubuh lembaga
legislatif itu sendiri. Pihak eksternal selanjutnya melakukan verifikasi atas
keakuratan dan objektivitas laporan akuntabilitas yang telah disusun oleh
lembaga legislatif. Social audit lembaga legislatif setidaknya harus disusun
guna memberikan gambaran yang jelas kepada stakeholder terkait dengan :
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
47
1) Tujuan dan sasaran keorganisasian, meliputi apa yang hendak
dicapai dan dijalankan oleh lembaga legislatif sebagai sebuah
lembaga representasi rakyat.
2) Action plan, yakni bagaimana lembaga legislatif mewujudkan tujuan
dan sasaran tersebut.
3) Indikator, yakni bagaimana mengukur proses pelaksanaan tugas dan
fungsi organisasi.
Proses audit sosial dalam lembaga legislatif menjadi alat
akuntabilitas yang vital untuk memahami, mengukur, memverifikasi dan
melaporkan terkait peningkatan dalam penyelenggaraan kehidupan
demokrasi di Indonesia. Social audit ini juga membantu untuk mengetahui
sejauh mana gap antara rencana yang hendak dicapai dengan kenyataan
pencapaian yang sesungguhnya, antara efisiensi dan efektivitas. Proses ini
tentunya akan sangat bernilai bagi para stakeholders, khususnya bagi rakyat
Indonesia, termasuk di dalamnya bagi kelompok marginal yang suara dan
aspirasinya kurang diperhatikan. Sehingga melalui social auditing dapat
terwujd penguatan akuntabilitas dan transparansi lembaga legislatif.
Dalam hal ini, penyampaian laporan akuntabilitas melalui mekanisme
social auditing dapat ditempuh lembaga legislatif melalui berbagai cara, yaitu:
1) Memobilisasi masyarakat dan melakukan klarifikasi/penjelasan
tentang mekanisme pelaksanaan tugas, fungsi, wewenang serta
peran yang diemban oleh lembaga legislatif.
2) Melakukan identifikasi stakeholders yang berkepentingan dengan
laporan akuntabilitas tersebut berdasarkan peran dan bidang-bidang
yang digeluti oleh stakeholders yang ada.
3) Mendefinisikan kembali berbagai indikator di atas agar dapat
dipahami dan diterima oleh stakeholder terkait.
4) Mengumpulkan data atas indikator-indikator (sebagaimana yang telah
disebutkan di atas)
5) Melakukan pertemuan rutin untuk mereview dan mendiskusikan
pelaksanaan indikator kinerja di atas.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
48
6) Merangkum temuan-temuan di lapangan terkait pensikapan
stakeholder atas laporan akuntabilitas yang telah dibuat.
7) Melakukan dialog dengan lembaga negara lainnya. Hal ini merupakan
bentuk dari accountable body representatives.
8) Mempublikasikan temuan-temuan dari proses social audit yang telah
dilakukan.
9) Public hearings (dengar pendapat)
Public hearings ini menjadi pertemuan akbar dengan seluruh
komunitas/stakeholders yang ada yang mana mereka memiliki tuntutan
terciptanya akuntabilitas lembaga legislatif. Public hearings ini menjadi
sebuah wahana yang cukup sulit untuk dijalankan, akan tetapi jika public
hearings ini benar-benar dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, maka
akan menghasilkan temuan-temuan yang riil dan proses yang terjadi dalam
public hearings akan menjadi alat ukur yang efektif untuk
mempromosikan/membangun image lembaga legislatif sebagai lembaga yang
akuntabel.
Penyelenggaraan public hearing tidak mutlak dilakukan di ibukota
negara, akan tetapi sangat memungkinkan untuk diselenggarakan di daerah
pemilihan masing-masing. Sehingga dengan melakukan public hearing di
daerah, secara otomatis lembaga legislatif juga telah melakukan kunjungan
kerja ke daerah. Hal ini penting sebab dengan melakukan kunjungan kerja
yang di dalamnya terdapat proses public hearing, maka akan memunculkan
berbagai temuan-temuan riil. Temuan-temuan tersebut dapat dimanfaatkan
oleh lembaga legislatif untuk didiskusikan atau dikonsultasikan kepada publik,
khususnya konsultasi dengan para pakar dan teknokrat yang berkompeten di
bidang masing.
Dari berbagai penjelasan di atas, dapat diringkas bahwa mekanisme
social auditing lembaga legislatif dapat dijalankan dalam bentuk :
1) Public hearings,
2) Publikasi,
3) Kunjungan kerja, dan
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
49
4) Konsultasi publik.
Keseluruhan mekanisme dan bentuk akuntabiltas yang telah
dijelaskan di atas juga dapat dijalankan untuk penyampaian akuntabilitas
secara individual. Yang membedakan hanyalah isi laporan akuntabilitas. Jika
dalam akuntabilitas organisasi mengemukakan indikator-indikator yang
diturunkan dari tugas dan fungsi lembaga legislatif, maka dalam akuntabilitas
individual harus disampaikan indikator yang diturunkan dari kewajiban
anggota legislatif (lihat contoh indikator di atas). Selain itu, dalam
mengemukakan akuntabilitas individualnya, masing-masing anggota legislatif
harus menyesuaikan indikator-indikator di atas sesuai dengan kerangka
representasi dari daerah yang diwakilinya (disesuaikan dengan tuntutan dan
aspirasi konstituen).
Yang tak kalah pentingnya adalah masing-masing anggota legislatif
harus benar-benar menjaga perilaku dan perikata mereka sebagai
perwujudan dari akuntabilitas moral. Sebab akuntabilitas moral tidak dapat
dinilai secara kuantitaif sebagaimana layaknya akuntabilitas politik, legal
maupun profesional. Akuntabilitas moral akan ternilai dengan sendirinya di
mata masyarakat melalui tindakan dan ucapan-ucapan yang dilakukan oleh
masing-masing individu anggota legislatif. Sistem nilai dan adat istiadat yang
merupakan hukum tidak tertulis akan bekerja dengan sendirinya untuk
memberikan penilaian terkait perilaku dan perikata anggota legislatif.
5. Mekanisme penyajian akuntabilitas Nasional
Mekanisme penyajian akuntabilitas nasonal di lembaga Legislatif
sesuai dengan stakeholder dan share holder yang terkait adalah : profesional
yaitu para pelaku dan ahli bidang Legislatif, politik yaitu DPR.
Mekanisme penyajian akuntabilitas yang bentuknya adalah laporan
dapat diakukan melalui 4 cara, yaitu:
a. Public hearings,
b. Publikasi,
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
50
c. Kunjungan kerja, dan
d. Konsultasi publik.
Kegiatan yang terkait dengan mekanisme ini didokumentasikan
secara tertulis agar menjadi sistematikan yang dapat dikembangkan
dikemudian hari. Pola pencatatan terhadap mekanisme ini dapat dibuat
seperti pada lampiran 4.
6. Pembiayaan dan sarana prasarana.
Dalam pelaksanaan penyajian akuntabilitas nasional di Lembaga
Legislatif, maka dukungan pembiayaan serta sarana prasarana serta SDM
sangat menentukan keberhasilan dari penyelenggaraan akuntabilitas. Oleh
karena itu, maka diperlukan alokasi khusus yang ditetapkan dalam
perencanaan akuntabilitas nasional dan dialokasikan pada saat pelaksanaan.
7. Organisasi
Salah satu elemen lain yang penting dalam pelaksanaan akuntabilitas
adalah organisasi pelaksana. Suatu tim khusus yang dibentuk untuk
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan akuntabilitas nasional ini
sangat penting. Organisasi ini mencakup herarki dari gubernur Bank
Indonesia sampai tingkat operasional. Kewenangannya adalah mengawal
pelaksanaan perencanaan akuntabilitas nasional dan melakukan monitoring
terhadap pelaksanaannya.
Sedangkan Bentuk akuntabilitas lembaga legistif secara lembaga meliputi:
a. Konferensi Pers
Dalam rangka upaya untuk menyebarluaskan informasi intern
lembaga legislatif khususnya mengenai kebijakan atau kegiatan yang
dilakukan kepada masyarakat dan pers. Maka lembaga legislatif sebagai
lembaga yang berperan memberikan informasi kepada media cetak melalui
jumpa pers.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
51
b. Publikasi
Kegiatan publikasi ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan/informasi masyarakat perihal kegiatan lembaga legislatif
tersebut. Tujuan publikasi ini adalah :
1) Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai keberadaan
lembaga legislatif.
2) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tugas pokok, fungsi
dan kewenangan lembaga legislatif.
3) Untuk mendapatkan input informasi dari masyarakat mengenai
pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan kewenangan lembaga legislatif
yang dianggap masyarakat tidak sesuai dalam pelaksanaan kegiatan-
nya.
Secara matrik mengenai mekanisme dan bentuk akuntabilitas
lembaga legislatif ini baik oleh lembaga maupun secara individu dapat
disajikan dalam tabel sebagai berikut:
MEKANISME DAN BENTUK AKUNTABILITAS LEMBAGA LEGISLATIF, DENGAN SKOR PENILAIANNYA Secara (Lembaga / Organisasi)
No. Lembaga
MEKANISME SUBSTANSI (Skor) BENTUK
REP
PAR
DIS
RAT
SAud
ADM
LEG
POL
PRO
MOR
Lap
Pid
Pub
PH
KP
KK
Prl
KPs
1.
Legislatif
V 1 4 5 2 3 V V V V
Keterangan:
- REP : Reporting (Pelaporan), - PAR : Participation (Partisipasi), - DIS : Disclosure of Statements and
Reports (Pidato, Konferensi Pers), - RAT : Rating System (Sistem
Peringkat), - SAud : Social Auditing (Audit Sosial), - ADM : Akuntabilitas Administrasi, - LEG : Akuntabilitas Legal, - POL : Akuntabilitas Politik, - PRO : Akuntabilitas Profesional, - MOR: Akuntabilitas Moral,
- Lap : Pelaporan, - Pid : Pidato, - Pub : Publikasi, - PH : Public Hearing, - KP : Konsultasi Publik, - KK : Kunjungan Kerja, - Prl : Perilaku, - KPs : Konferensi Pers.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
52
Sedangkan Akuntabilitas Nasional Lembaga Legislatif (Level Pejabat
Negara/Individu) sbb:
MEKANISME DAN BENTUK AKUNTABILITAS LEMBAGA LEGISLATIF, DENGAN SKOR PENILAIANNYA secara (Individu)
No. Jabatan MEKANISME
SUBSTANSI BENTUK
REP
PAR
DIS
RAT
SAud
ADM
LEG
POL
PRO
MOR
Lap
Pid
Pub
PH
KP
KK
Prl KPs
1. Legislatif V 2 3 5 1 4 V V V V V
8. Pemanfaatan Umpan Balik
Pemanfaatan umpan balik merupakan rangkai penting dari kegiatan
akuntabilitas. Tahapan ini dilakukan setelah atau pada proses penyampaian
akuntabilitas kepada stakeholder yang disertai dengan adanya umpan balik
berupa 3 kemungkinan:
a. Adanya petanyaan – pertanyaan yang kurang mendapatkan
penjelasan secara memuaskan dari dokumen akuntabilitas yang telah
disusu atau dari penjelelasan narasumber.
b. Adanya sanggahan atau penolakan terhadap data serta kesimpulan
yang telah disajikan dalam laporan akuntabilitas karena adanya data
lain yang dimiliki oleh pihak lain.
c. Adanya dukungan dan pengkuatan terhadap data serta kesimpulan
yang telah disajikan dalam laporan akuntabilitas.
Ketiga kemungkinan umpan balik tersebut perlu didokumentasi dan
digunakan sebagai data untuk dianalisis akurasi dan kemanfaatanya.
Identifikasi ini dapat disusun dalam lampiran 4.
Pemanfaatan umpan balik dilakukan dengan tujuan untuk 3 alasan,
yaitu:
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
53
a. Untuk bahan / data bagi evaluasi sistem akuntabilitas nasional yang
dikembangkan di Lembaga Legislatif
b. Untuk perbaikan dan respon cepat (quick respon) atas ketidak
puasan dan ketidak percayaan terhadap laporan akuntabilitas atau
penyajian akuntabilitas, sedemikian rupa sehingga ketidak puasan
dan ketidak percayaan dapat segera di perbaiki (quick recovery).
c. Untuk memberikan kepastian akan akurasi data, analisis da
kesimpulan atas laporan akuntabilitas nasional yang telah disusun
dan memberikan kemungkinan untuk perbaikan atau pemberian
catatan dalam laporan akuntabilitas nasional.
B. Akuntabilitas Tingkat Individu/Pejabat
Akuntabilitas legislatif tingkat individu adalah akuntabilitas yang
disampaikan dalam bentuk laporan akuntabilitas yang harus disampaikan
kepada masyarakat yang menjadi konstituen anggota legislatif yang
bersangkutan. Selainkepada konstituen, keterwakilan kepentingan daerah
pemilihan (dapil) masing-masing anggota legislatif juga harus tersentuh oleh
laporan akuntabilitas tersebut. Sehingga masing-masing anggota legislatif
benar-benar mampu memberikan peran dan kontribusi yang nyata bagi dapil
yang diwakilinya,
Secara keorganisasian, lembaga legislatif harus menyampaikan
laporan akuntabilitas mereka kepada seluruh rakyat Indonesia. Hal ini sesuai
dengan apa yang termuat dalam Pasal 68 Undang-Undang MPR, DPR, dan
DPD bahwa “DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan
sebagai lembaga negara”. Sehingga segala bentuk laporan
pertanggungjawaban harus berprinsip “pangkal dan ujung pipa” adalah
kepada rakyat Indonesia. Oleh karena hal inilah maka sebagaimana yang
disebutkan di atas bahwa lembaga legislatif harus melakukan publikasi
melalui media baik cetak maupun elektronik. Hal ini dalam tujuan agar
publik/rakyat benar-benar dapat mengetahui aspek-aspek apa saja yang telah
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
54
dilaporakan dan dipertanggungjawabkan dan apa-apa saja yang menurut
rakyat belum dipertanggungjawabkan oleh lembaga legislatif.
Sedangkan secara individu, laporan akuntabilitas haruslah
disampaikan kepada masyarakat yang menjadi konstituen anggota legislatif
yang bersangkutan. Selainkepada konstituen, keterwakilan kepentingan
daerah pemilihan (dapil) masing-masing anggota legislatif juga harus
tersentuh oleh laporan akuntabilitas tersebut. Sehingga masing-masing
anggota legislatif benar-benar mampu memberikan peran dan kontribusi yang
nyata bagi dapil yang diwakilinya.
Masing-masing anggota legislatif ini melakukan akuntabilitas dengan
tatakelola yang terdiri dari Perencanaan akuntabilitas nasional, Pelaksanaan,
dan Pemanfaatan Umpan balik. sebagai berikut:
1. Perencanaan Akuntabilitas Nasional tingkat Individu
Tahap pertama yang harus dilakukan oleh Pejabatn di lingkungan
lembaga Legislatif dalam melaksanakan akuntabilitas nasional adalah
melakukan perencanaan akuntabilitas. Dokumen perencanaan ini
dimaksudkan agar setiap pejabat memberkan pernyataan dengan tegas dan
jelas di setiap awal tahun, tentang apa yang akan dipertanggung jawabkan,
bagaimana mempertanggung jawabkan, bagaiamana kinerjanya diukur
keberhasilan dan kegagalannya, bagaimana ukuran ini dapat dipahami oleh
pimpinan dan stakeholder serta bagaimana kinerja individual tersebut
memberikan manfaat bagi kemajuan lembaga Legislatif.
Dokumen perencanaan akuntabilitas bukanlah dokumen
perencanaan program kerja atau kegiatan dari instansi. Dokumen
perencanaan akuntabilitas dapat menjadi salah satu program atau kegiatan
dalam dokumen perencanaan progam kerja atau kegiatan instansi. Dokumen
perencanaan ini akan menjadi komitmen dari pejabat yang bersangkutan
untuk pada akhir tahun melakukan akuntabilitas berdasaran data evaluasi
kegiatan dan Legislatif yang telah dilaksanakan.
Di dalam dokumen perencanaan akuntabilitas individual sedikitnya
terdiri dari komponen:
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
55
a. Evaluasi hasil kinerja tahun sebelumnya, berserta permasalahannya.
b. Substansi akuntabilitas
c. Tolok ukur / standartisasi keberhasilan dan kegagalan beserta
penjelasanan cara membaca dan mengukurnya
d. Mekanisme akuntabilitas
e. Bentuk akuntabilitas
f. Jadwal Waktu dilaksanaan akuntabilitas
g. Pembiayaaan kegiatana akuntabilitas
h. Sumberdaya yang dimanfaatkan
Dokumen perencanaan ini ditulis dengan format dan pedoman sebagaimana
terlampir dalam lampiran 6. Dalam dokumen perencanaan ini dilampirkan
resume perencanaan akuntabilitas sebagaimana terlampir dalam lampiran 7.
2. Pelaksanaan Akuntabilitas Nasional
Tahap pelaksanaan akuntabilitas nasional tingkat individu terkait
dengan implimentasi perencanaan yang telah disusun di awal tahun. Pada
tahap pelaksanaan ini, sumberdaya dan anggaran yang telah disediakan
untuk program akuntabilitas nasional di arahkan untuk menyelenggarakan
kegaitan:
a. Bentuk akuntabilitas nasional dari pejabat di lingkungan lembaga
Legislatif adalah laporan atau disclosure. Bentuk ini disajikan melalui
penyusunan dokumen akuntabilitas yang berisi pelaporan terkait
dengan capaian tugas pokok dan fungsi lembaga. Pada dasarnya
adalah substansi dokumen akuntabilitas disesuaikan dengan
pernyataan (accountabilty statement) yang dinyatakan dalam
perencanaan sesuai dengan tugsa pokok dan fungsi dalam peraturan
perundangan yang berlaku.
b. Penyajian dalam bentuk uraian dan anailsis Legislatif perlu
disederhanakan sehingga nampak jelas, hasilya selama ini.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
56
c. Mekanisme penyajian akuntabilitas Nasional
Mekanisme penyajian akuntabilitas nasonal tingkat individu di
lembaga Legislatif sesuai dengan stakeholder dan share holder yang
terkait adalah : Pimpinan, profesional yaitu para pelaku dan ahli
bidang Legislatif, politik yaitu DPR pada tingkat gubernur dan eselon
1 dan publik masyarakat pengguna uang dan pengguna jasa
perbankan.
Mekanisme penyajian akuntabilitas yang bentuknya adalah laporan
dapat diakukan Mekanisme penyajian akuntabilitas yang bentuknya
adalah laporan dapat diakukan melalui 4 cara, yaitu:
1) Public hearings,
2) Publikasi,
3) Kunjungan kerja, dan
4) Konsultasi publik.
Kegiatan yang terkait dengan mekanisme ini didokumentasikan
secara tertulis agar menjadi sistematikan yang dapat dikembangkan
dikemudian hari. Pola pencatatan terhadap mekanisme ini dapat
dibuat seperti pada lampiran 3.
Kegiatan penyerahan laporan dilakukan kepada konstituen melalui
mekanisme yang ditentukan oleh peraturan yang berlaku.
Sedangkan untuk publikasi melalui Media Massa dilakukan dengan
menyajikan informasi yang lebih singkat dan dengan menggunakan
bahasa yang komuikatif dengan tetap bersumber dari laporan
akuntabilitas yang telah disusun. Hal yang penting diperhatikan
adalah kemampuan pembicara dalam forum yang expose oleh media
massa tersebut dan juga setting acara atau framming yang
dikembangkan.
Dalam kegiatan Kunjungan kerja, dan Konsultasi public ini, perlu
dipersiapkan adalah terkait dengan substansi dari kunker dan
konsultasi publik termasuk membuat isu strategis yang dibutuhkan
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
57
oleh publik saat itu. Dalam beberapa hal, detail dan teknis kurang
diperlukan dalam penyampain seperti ini.
3. Pembiayaan Dan Sarana Prasarana
Dalam pelaksanaan penyajian akuntabilitas nasional tngkat individu di
Lembaga Legislatif, maka dukungan pembiayaan serta sarana prasarana
serta SDM sangat menentukan keberhasilan dari penyelenggaraan
akuntabilitas. Oleh karena itu, maka diperlukan alokasi khusus yang
ditetapkan dalam perencanaan akuntabilitas nasional dan dialokasikan pada
saat pelaksanaan.
Sedangkan mekanisme penyajian akuntabilitas lembaga legistif secara
Individu meliputi:
a. Konferensi Pers
Dalam rangka upaya untuk menyebarluaskan informasi intern
lembaga legislatif khususnya mengenai kebijakan atau kegiatan yang
dilakukan kepada masyarakat dan pers. Maka lembaga legislatif sebagai
lembaga yang berperan memberikan informasi kepada media cetak melalui
jumpa pers.
b. Publikasi
Kegiatan publikasi ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan/informasi masyarakat perihal kegiatan lembaga legislatif
tersebut. Tujuan publikasi ini adalah :
1) Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai keberadaan
lembaga legislatif.
2) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tugas pokok, fungsi
dan kewenangan lembaga legislatif.
3) Untuk mendapatkan input informasi dari masyarakat mengenai
pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan kewenangan lembaga legislatif
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
58
yang dianggap masyarakat tidak sesuai dalam pelaksanaan kegiatan-
nya.
Secara matrik mengenai mekanisme dan bentuk
akuntabilitaslembaga legislatif ini baik oleh lembaga maupun secara individu
dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
MEKANISME DAN BENTUK AKUNTABILITAS LEMBAGA LEGISLATIF, DENGAN SKOR
PENILAIANNYA Secara (Lembaga / Organisasi)
No. LEMBA
GA
MEKANISME SUBSTANSI (Skor) BENTUK
R
E
P
P
A
R
DI
S
RA
T
S
A
ud
A
D
M
LE
G
P
O
L
P
R
O
M
O
R
La
p
Pi
d
Pu
b
P
H
K
P
K
K
Prl K
Ps
1. Legislat
if
V 1 4 5 2 3 V V V V
Keterangan: - REP : Reporting (Pelaporan), - PAR : Participation (Partisipasi), - DIS : Disclosure of Statements and
Reports (Pidato, Konferensi Pers), - RAT : Rating System (Sistem
Peringkat), - SAud : Social Auditing (Audit Sosial), - ADM : Akuntabilitas Administrasi, - LEG : Akuntabilitas Legal, - POL : Akuntabilitas Politik, - PRO : Akuntabilitas Profesional, - MOR: Akuntabilitas Moral,
- Lap : Pelaporan, - Pid : Pidato, - Pub : Publikasi, - PH : Public Hearing, - KP : Konsultasi Publik, - KK : Kunjungan Kerja, - Prl : Perilaku, - KPs : Konferensi Pers.
Sedangkan Akuntabilitas Nasional Lembaga Legislatif (Level Pejabat
Negara/Individu) sbb:
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
59
MEKANISME DAN BENTUK AKUNTABILITAS LEMBAGA LEGISLATIF, DENGAN SKOR
PENILAIANNYA secara (Individu)
4. Pemanfaatan Umpan Balik
Sebagaimana halnya pada akuntabilitas lembaga, pemanfaatan
umpan balik merupakan rangkai penting dari kegaitan akuntabilitas. Tahapan
ini dilakukan setelah atau pada proses penyampaian akuntabilitas kepada
pimpinan dan stakeholder yang disertai dengan adanya umpan balik berupa 3
kemungkinan:
a. Adanya petanyaan – pertanyaan yang kurang mendapatkan penjelasan
secara memuaskan dari dokumen akuntabilitas yang telah disusu atau
dari penjelelasan narasumber.
b. Adanya sanggahan atau penolakan terhadap data serta kesimpulan
yang telah disajikan dalam laporan akuntabilitas karena adanya data
lain yang dimiliki oleh pihak lain.
c. Adanya dukungan dan pengkuatan terhadap data serta kesimpulan
yang telah disajikan dalam laporan akuntabilitas.
Ketiga kemungkinan umpan balik tersebut perlu didokumentasi dan
digunakan sebagai data untuk dianalisis akurasi dan kemanfaatanya.
Identifikasi ini dapat disusun dalam lampiran 10.
No JAB
ATA
N
MEKANISME
SUBSTANSI BENTUK
R
E
P
P
A
R
DI
S
R
AT
S
Au
d
A
D
M
LE
G
P
O
L
P
R
O
M
O
R
La
p
Pi
d
Pu
b
P
H
K
P
K
K
Prl K
Ps
1. LEGI
SLAT
IF
V 2 3 5 1 4 V V V V V
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
60
Pemanfaatan umpan balik dilakukan dengan tujuan untuk 3 alasan,
yaitu:
a. Untuk bahan / data bagi evaluasi sistem akuntabilitas nasional yang
dikembangkan di Lembaga Legislatif
b. Untuk perbaikan dan respon cepat (quick respon) atas ketidak puasan
dan ketidak percayaan terhadap laporan akuntabilitas atau penyajian
akuntabilitas, sedemikian rupa sehingga ketidak puasan dan ketidak
percayaan dapat segera di perbaiki (quick recovery).
c. Untuk memberikan kepastian akan akurasi data, analisis da kesimpulan
atas laporan akuntabilitas nasional yang telah disusun dan memberikan
kemungkinan untuk perbaikan atau pemberian catatan dalam laporan
akuntabilitas nasional dan pelaksanaan jabatan selanjutnya.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
61
BAB III
PENUTUP
Laporan Akuntabilitas nasional Lembaga Legislatif merupakan
wujud transparansi dan tanggung jawab Lembaga Legislatif secara
keseluruhan dalam melaksanakan berbagai kewajiban pembangunannya.
Sebagaimana disebutkan di awal buku ini, bahwa pelaksanaan akuntabilitas
nasional pada dasarnya adalah juga upaya untuk melakukan penataan
keseluruhan lembaga negara sedemikian rupa sehingga memiliki tatakelola
yang baik (good governance). Oleh karena itu, buku instrumen akuntabilitas
nasional ini, adalah juga salah satu dari upaya tersebut.
Buku ini telah disusun untuk menjadi referensi Lembaga Legislatif
maupun pejabat di dalamnya agar dapat melaksanakan akuntabilitas
nasional, selain itu terkait dengan: akuntabilitas manajerial, legal,
administrasi, politik dll, peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang akuntabilitas lembaga yang disampaikan melalui sekretariat dari
masing-masing Lembaga Legislatif yang selama ini dilaksanakan, baik
model/mekanisme dan bentuk pertanggungjawabannya masih tetap berlaku
seperti yang dilaksanakan selama ini. Namun demikian buku pedoman ini
akan dapat memiliki manfaat bila komitmen terhadap akuntabilitas nasional
telah dikembangkan dan dilakukan dengan benar baik dari segi
perencanaan, mekanisme maupun pemanfaatan umpan balik. Semoga
demi perbaikan bangsa dan negara, buku ini dapat menjadi pijakan untuk
membangun akuntabilitas nasional di bidang komisioner.
Buku terkait Instrumen pedoman akuntabilitas nasional ini
termasuk Akuntabilitas Lembaga Legislatif ini, hanya merupakan bagian
dari Pedoman Akuntabilitas Nasional yang telah disusun sebelumnya.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
62
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
63
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Barker, R.S. 2000.”Government Accountability and Its Limits”, Electronic Journals of Departement of State, Volume 5 Number 2.
Esman, J.M. 1995. Management of Development : Perspective and Strategies, Kumairan Press, Inc.
Etzioni, S. 1975. “Administrative Accountability” dalam Public Administration Review (PAR), Number 35, May/June.
Fernada, D. 2002. “Sistem Perencanaan dan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah” Journal Desentralisasi Volume 1 Nomor 1, Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah, LAN, Jakarta.
Heady, F. 1995. Public Administration : A Comparative Perspective, 5 th, ed. New York : Marcel Decker Inc.
Jabbra, J. G. dan Dwidevi, O. P. 1989. Public Service Accountability, Connecticut : Kumairan Press, Inc.
Lembaga Administrasi Negara RI. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance, Modul Sosialisasi Sistem AKIP, Jakarta.
------------------------------------------, 2004. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Negara, Perum Percetakan Negara RI, Jakarta.
Mertins, Jr., H. (ed.). 1979. Professional Standars and Ethics. Washington, D.C. : ASPA Publisher.
UNDP. 1997. Reconceptualising Governance, Discussion Paper 2, New York.
Whittaker, J.B. 1995.The Government Performance and Result Act of 1993, : A Mandate For Strategic Planning And Performance Measurement, Educational service institute, Arlington, Virginia.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar 1945.
Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggara Negara Yang Bebas Dari Korupsi.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
64
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, Tentang Majelis Permusyaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008, Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan Negara.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003, Tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara yang bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara yang bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000, Tentang Tata Cara Pertanggungjawaban dan Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000, Tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007, Tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi LPPD kepada Masyarakat.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
65
Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001, Tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005, Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006, Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Komisi Penyiaran Indonesia.
Keputusan Kepala LAN No. 239/IX/6/Y/2003 Tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP.
Keputusan Kepala LAN No. 589/IX/6/Y/1999 Tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 26 Tahun 2004 Tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
66
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
67
LAMPIRAN 1 Isi Dokumen Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Lembaga
Halaman Halaman judul Kata Pengantar Daftar isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah penting Bab I Pendahuluan a. Diskripsi tugas pokok dan fungsi serta
prioritas program dan keberhasilan yang ditetapkan
b. Tujuan dan Manfaat c. Dasar hukum Bab II Evaluasi akuntabilitas nasional Lembaga Legislatif
tahun sebelumya
Bab III Ukuran dan pengukuran kinerja Lembaga Legislatif a. Indikator kinerja IKU dan IKK yang akan
disajikan
b. Indikator keberhasilan pelaksanaan program, kegiatan (Output, Outcome, dan Dampak) dan ketepatan sasaran
c. Indikator keberhasilan penggunaan anggaran Bab IV Rencana Pelaksanaan a. Rencana Bentuk akuntabilitas b. Rencana Mekanisme c. Jadwal kegiatan d. Organisasi Pelaksana e. Pembiayaan dan sarana prasarana Bab V Pembahasan a. Mekansime penerimaan umpan balik b. Rencana pemanfaatan umpan balik c. Bab Vi Penutup Lampiran (bila ada)
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
68
LAMPIRAN 2 Resume Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Lembaga
No Tugas pokok fungsi dan Indikator
keberhasilan
Satuan pengukuran
Rencana capaian kinerja
Standar capaian
Cara memahami
capaian kinerja
Umpan Balik
1
2
3
Dan seterusnya
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
69
LAMPIRAN 3 Isi Laporan dokumen Akuntabilitas Nasional Lembaga
Halaman Halaman judul Kata Pengantar Daftar isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah penting Bab I Pendahuluan a. Diskripsi tugas pokok dan fungsi serta prioritas
program dan keberhasilan yang ditetapkan
b. Tujuan dan Manfaat c. Dasar hukum Bab III Ukuran dan pengukuran kinerja Lembaga Legislatif a. Kinerja Lembaga Legislatif berdasarkan
Indikator kinerja IKU dan IKK
b. Capaian pelaksanaan program, kegiatan (Output, Outcome, dan Dampak) dan ketepatan sasaran
c. Capaian penggunaan anggaran d. Standar pengukuran dan cara memahami hasil
pengukuran
Bab IV Hasil capaian a. Capaian kinerja lembaga berdasarkan Iku dan
IKK serta kaitan indikator makro
b. Capaian pelaksanaan program, kegaitan dan ketepatan ssaran
c. Capaian penggunaan anggaran d. Permasalahan yang dihadapi f. Peluang dan pengembangan yang perlu
dilakukan
Bab VI Penutup Lampiran (bila ada)
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
70
LAMPIRAN 4 Alur Kegiatan Mekansime pelaksanaan Akuntabilitas Nasional
Mekanisme stakeholders Lokasi Waktu/
jadwal
Desain
acara
Penanggung
jawab
Pertemuan
Nasional di
Daerah di
Siaran Pers
Nasional di
Daerah di
Leaflet,
poster
Nasional di
Daerah di
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
71
LAMPIRAN 5 Catatan Feedback dan Langkah Pemanfaatan Akuntabilitas Nasional
Tingkat Lembaga
Bidang umpan balik
Sumber umpan balik
Isi
Catatan signifikansi isi umpan
balik
Tindak lanjut
perbaikan
Tindak lanjut pada organisasi
ke
Bentuk laporan
Data capaian
Penyajian data
Analisis
Kesimpulan
Implikasi
Pelaksanaan
Kepanitiaan
Desain acara
Dll
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
72
LAMPIRAN 6 Penilaian Pemangku kepentingan bidang Lembaga Legislatif
Komponen
Akuntabilitas
Nasional
Profesional Moral Hukum Administrasi
Nilai* Nilai x
50
(bobot)
Nilai Nilai x
20
(bobot)
Nilai Nilai x
20
(bobot)
Nilai Nilai x
10
(bobot)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Indikator
mikro
Legislatif
Indikator
makro
Legislatif
Capaian
perencanaan
pelaksanana
kegiatan
tahunan
Capaian
penggunaan
anggaran
Tatakelola:
Perencanaan
Pelaksanaan
Umpan Balik
(kolom genap untuk nilai 2,4,6,,8,) *. Nilai diisi dengan pemberian score 1 bila
dinilai tidak tepat; 2 bila dinilai kurang tepat karena ada catatan dan 3 bila
dinilai tepat
(kolom ganjil 3,5,7,9) Kolon nilai x bobot adala nilai dikalikan besar masing-
masing bobot
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
73
LAMPIRAN 7 Penghitungan Akuntabilitas Nasional Lembaga Legislatif
Komponen Akuntabilitas
Nasional
Bobot
Total Skor *
Nilai total
(bobot x total skore)
1 2 3 4
Indikator mikro legislatif 25
Indikator makro legislatif 30
Capaian perencanaan pelaksanana kegiatan tahunan
15
Capaian penggunaan anggaran
15
Perencanaan 5
Pelaksanaan 5
Umpan Balik 5
TOTAL
*. Total skor diambil dari total pejumlahan kolom ganjil (3,5,7,9) dari tabel 6.
Total nilai di reklasifikasi untuk pembagian 3 kelas menjadi Akuntabel,
akuntable dengan catatan dan tidak akuntabel
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
74
LAMPIRAN 8 Isi Dokumen Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu
Halaman Halaman judul Kata Pengantar Daftar isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah penting Bab I Pendahuluan d. Diskripsi tugas pokok dan fungsi serta
prioritas program dan keberhasilan yang ditetapkan
e. Tujuan dan Manfaat f. Dasar hukum Bab II Evaluasi akuntabilitas nasional individu tahun
sebelumya
Bab III Ukuran dan pengukuran kinerja d. Indikator kinerja IKU dan IKK yang akan
disajikan
e. Indikator keberhasilan pelaksanaan program, kegiatan (Output, Outcome, dan Dampak) dan ketepatan sasaran
f. Indikator keberhasilan penggunaan anggaran Bab IV Rencana Pelaksanaan g. Rencana Bentuk akuntabilitas h. Rencana Mekanisme i. Jadwal kegiatan j. Organisasi Pelaksana k. Pembiayaan dan sarana prasarana Bab V Pembahasan d. Mekansime penerimaan umpan balik e. Rencana pemanfaatan umpan balik f. Bab VI Penutup Lampiran (bila ada)
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
75
LAMPIRAN 9 Resume Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu
No Tugas pokok
fungsi dan Indikator
keberhasilan
Satuan pengukuran
Rencana capaian kinerja
Standart capaian
Cara memahami
capaian kinerja
Umpan Balik
1
2
3
Dan seterusnya
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
76
LAMPIRAN 10 Isi Laporan Dokumen Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu
Halaman Halaman judul Kata Pengantar Daftar isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah penting Bab I Pendahuluan g. Diskripsi tugas pokok dan fungsi serta
prioritas program dan keberhasilan yang ditetapkan
h. Tujuan dan Manfaat i. Dasar hukum Bab III Ukuran dan pengukuran kinerja e. Kinerja Lembaga Legislatif berdasarkan
Indikator kinerja IKU dan IKK
f. Capaian pelaksanaan program, kegiatan (Output, Outcome, dan Dampak) dan ketepatan sasaran
g. Standart pengukuran dan cara memahami hasil pengukuran
Bab IV Hasil capaian e. Capaian kinerja lembaga berdasarkan Iku
dan IKK serta kaitan indikator lembaga
f. Capaian pelaksanaan program, kegaitan dan ketepatan ssaran
g. Permasalahan yang dihadapi l. Peluang dan pengembangan yang perlu
dilakukan
Bab VI Penutup Lampiran (bila ada)
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
77
LAMPIRAN 11
Alur Kegiatan Mekansime Pelaksanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat
Individu
Mekanisme stakeholders lokasi Waktu/
jadwal
Desain
acara
Penanggung
jawab
Laporan
pimpinan
Nasional di
Daerah di
Siaran
Pers
Nasional di
Daerah di
Leaflet,
poster
Nasional di
Daerah di
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
78
LAMPIRAN 12 Catatan Feedback Dan Langkah Pemanfaatan Akuntabilitas Nasional
Tingkat Individu
Bidang umpan balik
Sumber umpan balik
Isi Catatan signifikansi isi umpan
balik
Tindak lanjut
perbaikan
Tindak lanjut pada organisasi
Bentuk
laporan
Data
capaian
Penyajian
data
Analisis
Kesimpulan
Implikasi
Pelaksanaan
Dll
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
79
LAMPIRAN 13 Penilaian Pemangku Kepentingan Akuntabilitas Nasional Individual
Komponen
Akuntabilitas
Nasional
Profesional Moral Hukum Atasan
Nilai* Nilai x
50
(bobot)
Nilai Nilai x
20
(bobot)
Nilai Nilai x
20
(bobot)
Nilai Nilai x
10
(bobot)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Indikator
mikro
Indikator
makro
Capaian
perencanaan
pelaksanana
kegiatan
tahunan
Capaian
penggunaan
anggaran
Tatakelola:
Perencanaan
Pelaksanaan
Umpan Balik
(kolom genap untuk nilai 2,4,6,,8,) *. Nilai diisi dengan pemberian score 1 bila
dinilai tidak tepat; 2 bila dinilai kurang tepat karena ada catatan dan 3 bila
dinilai tepat
(kolom ganjil 3,5,7,9) Kolon nilai x bobot adala nilai dikalikan besar masing-
masing bobot
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
80
LAMPIRAN 14 Penghitungan Akuntabilitas Nasional Individual
Komponen Akuntabilitas
Nasional
Bobot
Total Skor *
Nilai total (bobot xtotal skore)
1 2 3 4
Indikator mikro 25
Indikator makro 30
Capaian perencanaan pelaksanana kegiatan tahunan
15
Capaian penggunaan anggaran
15
Perencanaan 5
Pelaksanaan 5
Umpan Balik 5
TOTAL
*. Total skor diambil dari total pejumlahan kolom ganjil (3,5,7,9) dari tabel 6.
Total nilai di reklasifikasi untuk pembagian 3 kelas menjadi Akuntabel,
akuntable dengan catatan dan tidak akuntabel
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
81
SK TIM PELAKSANA
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
82
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
83
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
84