BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemerintah pada tahun lalu telah mengeluarkan kebijakan tentang
Kurikulum 2013. Kebijakan ini antara lain memberi ruang gerak yang luas kepada
lembaga pendidikan khususnya SD/MI dalam mengelola sumber daya yang ada,
dengan cara mengalokasikan seluruh potensi dan prioritas sehingga mampu
melakukan terobosan-terobosan sistem pembelajaran yang lebih inovatif dan
kreatif.
Salah satu upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran yang
menggunakan kurikulum berbasis kompetensi di SD/MI adalah melakukan
pembelajaran tematik. Pembelajaran model ini akan lebih menarik dan bermakna
bagi anak karena model pembelajaran ini menyajikan tema-tema pembelajaran
yang lebih aktual dan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian
masih banyak pihak yang belum memahami dan mampu menerapkan model ini
secara baik. Melalui tulisan ini akan diuraikan secara singkat tentang
Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 secara konseptual dan implementasinya
dalam kegiatan pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan kurikulum ?
2. Bagaimana kajian kurikulum 2013
3. Apa saja perbedaan antara kurikulum 2013 dengan KTSP ?
4. Masalah apa saja yanga terjadi saat kurikulum diterapkan ?
5. Permasalahan – permasalahan apa saja yang terjadi pada proses belajar-
mengajar di kelas ?
1
C. TUJUAN
1. Dapat mendeskripsikan pengertian dari kurikulum
2. Dapat mengetahui kajian kurikulum 2013
3. Dapat mengetahui perbedaan antara kurikulum 2013 dengan KTSP
4. Dapat mengetahui masalah yang terjadi saat kurikulum 2013 diterapkan
5. Dapat mengetahui permasalahan – permasalahan apa saja apa saja yang
terjadi pada proses belajar-mengajar di kelas.
6.
2
BAB IIPEMBAHASAN
1. Pengertian Kurikulum
Menurut” HILDA TABA” Kurikulum adalah sebuah rancangan
pembelajaran, yang di susun dengan mempertimbangkan berbagai hal mengenai
proses pembelajaran serta perkembangan individu. Sedangkan Menurut Murray
Print “Kurikulum didefinisikan sebagai semua ruang pembelajaran terencana yang
diberikan kepada siswa oleh lembaga pendidikan dan pengalaman yang dinikmati
oleh siswa saat kurikulum itu diterapkan.”
Jadi dapat di simpulkan bahwa Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran
dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara
pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta
pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Dengan program itu, para siswa
melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga terjadi perubahan dan
perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pembelajran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang
memberikan kesempatan untuk belajar. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Lama waktu dalam satu kurikulum, biasanya disesuaikan dengan maksud
dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksankan. Kurikulum ini diterapkan
dengan maksud untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan
yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
3
2. Kajian kurikulum 2013
A. Latar belakang munculnya kurikulum 2013
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Pengembangan Kurikulum 2013 mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh bahwa ditengah perubahan zaman, sistem pendidikan di Indonesia juga harus selalu ikut menyesuaikan.
Pengembangan kurikulum 2013 diharapkan dapat menjadi jawaban untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia hadapi perubahan dunia. Pengembangan kurikulum 2013 sudah melalui proses panjang dan ditelaah sehingga saatnya disampaikan ke publik agar dapat bisa memberi pandangan lebih sempurna. Dengan segala konsekuensinya, perubahan kurikulum yang akan dimulai 2013 harus dilakukan jika tidak ingin kualitas SDM Indonesia tertinggal.
Pemerintah akan mengubah kurikulum Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, serta Sekolah Menengah Kejuruan dengan menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi. Basis perubahan kurikulum 2013 terdiri dari dua komponen besar, yakni pendidikan dan kebudayaan. Kedua elemen tersebut harus menjadi landasan agar generasi muda dapat menjadi bangsa yang cerdas tetapi berpengetahuan dan berbudaya serta mampu berkolaborasi maupun berkompetisi. Adapun orientasi pengembangan kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. Perubahan yang paling berdasar adalah nantinya pendidikan akan berbasis science dan tidak berbasis hafalan lagi.
B. Fokus kurikulum 2013
Kurikulum 2013 ditandai dengan perubahan penekanan fokus pembelajaran. Berbeda dengan KTSP yang mengutamakan pada kognitif atau kemampuan akademik. Kurikulum 2013 menyoroti unsur spiritual atau aspek afektif sebagai kompetensi inti atau kompetensi utama yang harus dicapai setelah proses belajar mengajar. Kompetensi di ranah kognitif menjadi
4
kompetensi inti ketiga, setelah spritual dan sosial/sikap. Sementara, keterampilan atau aspek psikomotorik menjadi kompetensi keempat yang harus dicapai.
Sesuai tema pengembangan kurikulum 2013 adalah dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Diakui dalam perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan abad 21, kini memang telah terjadi pergeseran baik ciri maupun model pembelajaran. Inilah yang diantisipasi pada kurikulum 2013.
Untuk itu terlaksananya kurikulum 2013, peran guru sangat berperan aktif dalam pengembangannya, hal yang harus dimiliki yaitu: Pertama, kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar .
Didalamnya terkait dengan metodologi pembelajaran.
5
Kompetensi akademik (keilmuan), ini juga penting, karena guru sesungguhnya memiliki tugas untuk bisa mencerdaskan peserta didik dengan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya, jika guru hanya menguasai metode penyampaiannya tanpa kemampuan akademik yang menjadi tugas utamanya, maka peserta didik tidak akan mendapatkan ilmu pengetahuan apa-apa.
Kompetensi sosial. Guru harus juga bisa dipastikan memiliki kompetensi sosial, karena ia tidak hanya dituntut cerdas dan bisa menyampaikan materi keilmuannya dengan baik, tapi juga dituntut untuk secara sosial memiliki komptensi yang memadai. Apa jadinya seorang guru yang asosial, baik terhadap teman sejawat, peserta didik maupun lingkungannya.
Kompetensi manajerial atau kepemimpinan. Pada diri gurulah sesungguhnya terdapat teladan, yang diharapkan dapat dicontoh oleh peserta didiknya.
C. Isi Kurikulum 2013
SD – MI (Sekolah Dasar - Madrasah Ibtidaiyah)
Kurikulum 2013 berbasis pada sains. Kurikulum 2013 untuk SD, bersifat tematik integratif. Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi.
Mata pelajara (MAPEL) SD diantaranya:1. Pendidikan Agama2. PPKn3. Bahasa Indonesia4. Matematika5. IPA6. IPS7. Seni Budaya dan Prakarya (Muatan Lokal; Mulok)8. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal; Mulok).
SMP – MTs (Sekolah Menengah Pertama – Madrasah Tsanawiyah)
Mata pelajaran SMP MTs kurikulum 2013 sebagai berikut:1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
6
2. PPKn3. Bahasa Indonesia4. Matematika5. IPA6. IPS7. Bahasa Inggris8. Seni Budaya (Muatan Lokal)9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal)10. Prakarya (Muatan Lokal)
SMA – MA (Sekolah Menengah Atas – Madrasah Aliyah)
Mata pelajaran SMA – MA kurikulum 2013 sebagai berikut:1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti2. PPKn3. Bahasa Indonesia4. Matematika5. Sejarah Indonesia6. Bahasa Inggris7. Seni Budaya (Muatan Lokal)8. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal)9. Prakarya dan Kewirausahaan (Muatan Lokal)
D. Definisi Kompetensi Inti dan Dasar
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL
dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu,
gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang
antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising
element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal
Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan
7
antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi
suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa.
Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar
satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran
yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait
yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial
(kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan
(kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi
Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara
integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial
dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu
peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan
penerapan pengetahuan (kompetensi kelompok inti 4).
3. Perbedaan antara kurikulum 2013 dengan KTSP
Kurikulum 2013 sudah di implementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014
pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara
resmi pada tanggal 15 juli 2013. Perbedaan kurikulum 2013 dengan KTSP,
sebagai berikut:
No Kurikulum 2013 KTSP111. 1. SKL (Standar Kompetensi Lulusan)
ditentukan terlebih dahulu, melalui permendikbud No.54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar isi, yang berbentuk kerangka dasar kurikulum, yang dituangkan dalam permendikbud No. 67, 68, 69, dan 70 tahun 2013.
Standar isi ditentukan terlebih dahulu melalui permendiknas No. 22 tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL melalui permendiknas No. 23 Tahun 2006.
2. Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Lebih menekankan pada aspek pengetahuan
3. Dijenjang SD tematik terpadu untuk kelas I- Di jenjang SD tematik
8
IV terpadu untuk kelas I-III4.
Jumlah jam pelajaran perminggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP
Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaraan lebih banyak dibanding dengan kurikulum 2013
5. Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK di lakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi.
6. TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran
TIK sebagai mata pelajaran
7. Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil
Penilaian lebih dominan pada aspek pengetahuan
8. Pramuka menjadi ekstra kulikuler wajib Pramuka bukan ekstra kulikuler wajib
9. Permintaan (penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA
Penjurusan mulai kelas IX
10. BK lebih menekankan pengembangan potens siswa
BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa
Itulah beberapa perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP. Walaupun
keliatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara kurikulum 2013 dengan
KTSP, namun sebenarnya terdapat kesamaan ESENSI kurikulum 2013 dengan
KTSP. Misalnya pendekatan ilmiah (saintific approach) yang pada hakikatnya
adalah pembelajaran berpusatnya pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan
menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan
pendekatan keterampilan proses (PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan
masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa
jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan dikurikulum 2013 akan bernasip sama
dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila seorang guru tidak
paham dan tidak bisa menerapkan dalam pembelajaran di kelas.
9
4. Masalah yang terjadi saat Kurikulum 2013 diterapkan
Berbagai wacana berkembang di masyarakat terkait kurikulum 2013 sangat
marak, tentunya berdasarkan pada sudut pandang mereka. Banyak persepsi yang
perlu dihargai sebagai bagian dari proses pematangan kurikulum yang sedang
disusun. Kurikulum ini merupakan terobosan baru dari kurikulum sebelumnya
yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Alasan perubahan
kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 banyak berbagai alasan. Menteri
pendidikan dan kebudayaan, Moh Nuh menemukan pasalnya, hasil studi lembaga
survei pendidikan internasional, TIMSS dan PIRLS 2011 tidak menunjukkan
perkembangan yang signifikan terhadap kemampuan siswa di indonesia. Selain itu
evaluasi kurikulum pendidikan saat ini terlalu membebani siswa. “Dari evaluassi
nanti di harapkan bisa ditemukan formulasi sesuai standar kompetensi”. Katanya
(Dikutip dari : edukasi.kompas.com).
Dengan adanya hal tersebut yang menyebabkan kementrian pendidikan dan
kebudayaan semakin memantapkan langkah untuk mengganti KTSP dengan
kurikulum baru pada tahun 2013. Kurikulum 2013 ini rencananya diterapkan
mulai tahun ajaran 2013/2014 pada berbagai jenjang. Mulai dari tingkat SD, SMP,
SMA, dan SMK. Untuk jenjang solah dasar sederajat, akan diamputasi 2 mata
pelajaran yakni mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), jadi nantinya untuk SD sederajat hanya ada mata
pelajaran atau bidang studi, yakni:
a. Pendidikan agama
b. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan atau PKN
c. Bahasa indonesia
d. Matematika
e. Seni budaya
f. Pendidikan jasmani dan kesehatan.
Pengurangan mata pelajaran untuk tingkat atau jenjang SD sederajat ini
dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan agar peserta didik atau para siswa tidak
terlalu terjejali oleh banyaknya mata pelajaran yang mereka dapatkan di bangku
10
sekolah. Di harapkan dengan pengurangan ini, kecerdasan para siswa akan terasah
tanpa disertai beban dengan banyaknya mata pelajaran yang mereka terima di
sekolah.
Dalam bahasan kurikulum yang akan dicanangkan tersebut masih menuai
banyak perdebatan. Dikalangan praktisi pendidikan masih menimbulkan pro dan
kontra. Pihak yang mendukung kurikulum baru menyatakan bahwa kurikulum
2013 nantinya akan memadatkan pelajaran sehingga tidak membebani siswa.
Selain itu kurikulum ini akan memfokuskan pada tantangan masa depan bangsa,
dan tidak memberatkan guru dalam penyusunan KTSP. Sedangkan pihak yang
kontra menyatakan bahwa, kurikulum justru kurang fokus karena menggabungkan
mata pelajaran IPA dengan bahasa indonesia di SD. Padahal kedua mata pelajaran
memiliki substansi pokok yang berbeda. Akan tetapi hampir semua orang setuju
atas alasan di balik perubahan kurikulum. Hal ini dipertegas lagi bahwa
kementrian pendidikan dan kebudayaan berupaya kembali pada tujuan mulia
pendidikan; tak hanya mencecoki siswa dengan pengetahuan, tapi juga
membentuk karakter mereka.
Dari pihak kontra memberikan argumen kembali bahwa, memang nantinya
mata pelajaran yang akan diajarkan tersebut dibuat lebih simpel. Akan tetapi
tingkat pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa akan semakin
berkurang akibat berpaduan mata pelajaran tersebut.
5. Permasalahan – permasalahan yang Terjadi Pada Proses Belajar-Mengajar di Kelas
a. Permasalahan Pemahaman Konsep
Berdasarkan observasi dan tes pemahaman konsep yang dilakukan peneliti
di SMP Negeri 1 Karangmoncol yang merupakan sekolah dalam kategori Sekolah
Standar Nasional (SSN) dimana, pembelajaran matematika di SMP Negeri 1
Karangmoncol telah dilaksanakan berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan 2006 menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa
11
masih kurang. Terbukti dari hasil pretest yang diperoleh peneliti bahwa nilai rata-
rata kelas VII A adalah 39,51 dengan nilai tertinggi adalah 66,67 dan nilai
terendah adalah 15,56. Adapun nilai rata-rata tiap indikator adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.1 Skor Rata-rata Nilai Indikator Pemahaman Konsep
NoIndikator Pemahaman Konsep
Rata-rata Kriteria
1
Memberikan label, mengemukakan secara verbal dan mendefinisikan konsep
3,06 Baik
2
Mengidentifikasi dan menurunkan contoh dan non-contoh
1,85 Kurang
3
Menggunakan model, diagram dan simbol untuk menyajikan konsep
0,83 Sangat Kurang
4
Menerjemahkan dari satu representasi ke representasi yang lain
0,11 Sangat Kurang
5
Mengenal berbagai makna dan interpretasi dari konsep
2,92 Sangat Kurang
6
NO
Mengidentifikasi sifat-sifat konsep
yang diberikan dan mengenal kondisi yang menetapkan
suatu konsep tertentu serta
membandingkan dan
Indikator
mengkontraskan konsep-konsep
1,19
Rata-rata
Sangat Kurang
Kriteria
12
Pemahaman konsep siswa yang masih kurang disebabkan karena kesulitan
dalam mengerjakan soal pemahaman konsep. Kesulitan yang dialami siswa
disebabkan siswa tidak berani untuk menanyakan kesulitannya dalam memahami
materi maupun dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru pada saat kegiatan
belajar mengajar. Inisiatif siswa untuk ikut aktif 3 dalam proses belajar pun masih
kurang, hal tersebut nampak ketika guru memberi kesempatan untuk bertanya atau
berpendapat tidak dimanfaatkan dengan baik oleh siswa. Selain itu, siswa
mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah dan kerjasama siswa belum
berjalan, terutama antara siswa yang kurang pandai dengan siswa yang pandai.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, permasalahan-permasalahan dalam
pemahaman konsep seorang murid diantaranya :
1. Siswa tidak mampu menerangkan secara verbal mengenai apa yang telah
dicapainya
2. Siswa tidak mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara
serta mengetahui perbedaan
3. Siswa tidak mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi
atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut
4. Siswa tidak mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur
5. Siswa tidak mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang
dipelajari
6. Siswa tidak mampu menerapkan konsep secara algoritma
7. Siswa tidak mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.
b. Permasalahan Kreativitas
Permasalahan -permasalahan kreatifitas pada PBM di dalam kelas yaitu ;
1. Tidak dapat Mendefinisikan kembali suatu masalah dapat diartikan dengan
cara lain, mengubah pandangan, menyusun kembali, meninjau kembali dengan
kata lain mencari duduk permasalahan mulai dari awal.
13
2. Tidak dapat Mempertanyakan dan analisis asumsi-asumsi atau anggapan
orang kreatif
3. Ketidakmampuan melahirkan ide-ide, menciptakan, menghasilkan,
menemukan gagasan
4. Ketidakmampuan membangun kecakapan diri yaitu percaya pada kemampuan
sendiri, menjamin pelaksanaan tugas, melakukan apa yang perlu untuk
dilakukan, bekerja dengan efektif.
5. Ketidakmampuan mengenali minat sejati, dalam hal ini kemampuan tentang
menemukan diri sendiri, menemukan semangat diri, mengetahui apa yang
yang perlu dilakukan dan kemana harus melangkah.
Dari beberapa uraian di atas dapat ditemukan bahwa untuk mengembangkan
ketrampilan berpikir kreatif matematik siswa, guru perlu memberikan beberapa
strategi yang tepat kepada siswanya sehingga dapat menumbuh-kembangkan
kemampuan berpikir kreatif matematik siswa.
c. Permasalahan Penalaran
Utomo dan Ruijter (Suparno, 2000:31) memaparkan bahwa pada latihan
pemecahan soal ternyata hanya sebagian kecil siswa yang dapat mengerjakannya
dengan baik, sebagian besar tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Setelah diberi
petunjuk pun, mereka masih juga tidak dapat menyelesaikan soal-soal tersebut,
sehingga guru menerangkan seluruh penyelesaiannya. Menurut Herman (2010:1)
salah satu penyebab rendahnya penguasaan matematika siswa adalah guru tidak
memberi kesempatan yang cukup kepada siswa untuk membangun sendiri
pengetahuannya. Matematika dipelajari oleh kebanyakan siswa secara langsung
dalam bentuk yang sudah jadi (formal), karena matematika dipandang oleh
kebanyakan guru sebagai suatu proses yang prosedural dan mekanistis.
Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan Rohmayasari (2010:68) didapat
bahwa sikap dan kemampuan berpikir matematika siswa masih rendah dan belum
memuaskan, diantaranya:
14
Para siswa masih merasa malas untuk mempelajari matematika karena
terlalu banyak rumus.
Para siswa menganggap bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran
yang membosankan.
Matematika masih sulit dipahami oleh siswa.
Soal matematika yang diberikan sulit untuk dikerjakan.
Siswa masih merasa bingung dalam mengaplikasikan konsep matematika
dalam kehidupan sehari-hari.
Soal yang diberikan adalah soal-soal rutin yang kurang meningkatkan
kemampuan berpikir matematika siswa.
Soal yang diberikan tidak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan
siswa belum terbiasa diberikan soal-soal tidak rutin.
d. Permasalahan Keterampilan dalam Pemecahan Masalah
Adapun permasalahan ketermapilan dalam pemecahan masalah adalah
sebagai berikut :
1. Siswa tidak dapat memahami masalah
2. Siswa tidak dapat merencanakan cara penyelesaiannya
3. Siswa tidak dapat melaksanakan rencana
4. Siswa tidak dapat menafsirkan masalah
5. Siswa belum terampil melakukan operasi bilangan bulat
6. Siswa tidak terampil menyelesaikan soal berbentuk cerita
7. Siswa tidak terampil melakukan operasi bentuk aljabar
8. Siswa kurang kuat pemahamannya tentang konsep dan rumus matematika
9. Siswa kurang mampu menerapkan pemahaman konsep matematika ke
pemecahan masalah
10. Siswa kurang mampu memberikan alasan jawaban yang runtut dan logis
11. Praktik Mengajar
12. Siswa pasif
13. Siswa kurang lancar mengkomunikasikan pemikirannya
15
14. Siswa sulit memahami persoalan yang berbeda dengan contoh dari guru
15. Siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran
e. Komunikasi dalam Matematika
Salah satu isu penting yang menjadi fokus perhatian berbagai organisasi
tersebut adalah pengembangan aspek komunikasi dalam pembelajaran
matematika. Terkait dengan komunikasi matematik, dalam Principles and
Standards for School Mathematics (NCTM, 2000) disebutkan bahwa standar
kemampuan yang seharusnya dikuasai oleh siswa adalah sebagai berikut.
1. Mengorganisasi dan mengkonsolidasi pemikiran matematika dan
mengkomunikasikan kepada siswa lain
2. Mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren dan jelas kepada
siswa lain, guru, dan lainnya.
3. Meningkatkan atau memperluas pengetahuan matematika siswa dengan
cara memikirkan pemikiran dan strategi siswa lain.
4. Menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi
matematika.
Komunikasi matematik juga merupakan salah satu tujuan pembelajaran
matematika dan menjadi salah satu standar kompetensi lulusan siswa sekolah dari
pendidikan dasar sampai menengah sebagaimana tertuang dalam Permen 22
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan dalam bidang matematika
yang secara lengkap disajikan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
16
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Terdapat beragam bentuk komunikasi matematik (LACOE, 2004),
misalnya:
merefleksi dan mengklarifikasi pemikiran tentang ide-ide matematika,
menghubungkan bahasa sehari-hari dengan bahasa matematika yang
menggunakan simbol-simbol,
menggunakan keterampilan membaca, mendengarkan,
menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematika, dan
menggunakan ide-ide matematika untuk membuat dugaan (conjecture) dan
membuat argumen yang meyakinkan.
Sedangkan menurut Vermont Department of Education (2004), komunikasi
matematik melibatkan 3 aspek, yaitu:
menggunakan bahasa matematika secara akurat dan menggunakannya
untuk mengkomunikasikan aspek aspek penyelesaian masalah,
menggunakan representasi matematika secara akurat untuk
mengkomunikasikan penyelesaian masalah, dan
mempresentasikan penyelesaian masalah yang terorganisasi dan terstruktur
dengan baik.
Komunikasi matematik mencakup komunikasi tertulis maupun lisan atau verbal
(LACOE, 2004). Komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata, gambar,
tabel, dan sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa. Komunikasi
tertulis juga dapat berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian matematika
yang menggambarkan kemampuan siswa dalam mengorganisasi berbagai konsep
untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa
17
pengungkapan dan penjelasan verbal suatu gagasan matematika. Komunikasi lisan
dapat terjadi melalui interaksi antarsiswa misalny dalam pembelajaran dengan
setting
18
BAB IIIPENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut” HILDA TABA” Kurikulum adalah sebuah rancangan
pembelajaran, yang di susun dengan mempertimbangkan berbagai hal mengenai
proses pembelajaran serta perkembangan individu. Sedangkan Kurikulum 2013
merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam rintisan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena
desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006. Jadi dapat di simpulkan bahwa Kurikulum adalah
perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu
lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
Adapun kajian kurikulum 2013 diantaranya yaitu latar belakang munculnya
kurikulum 2013, fokus kurikulum 2013, isi kurikulum 2013, serta defenisi
kompetensi inti dan dasar.
Walaupun kelihatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara
kurikulum 2013 dengan KTSP, namun sebenarnya terdapat kesamaan ESENSI
kurikulum 2013 dengan KTSP. Misalnya pendekatan ilmiah (saintific approach)
yang pada hakikatnya adalah pembelajaran berpusatnya pada siswa. Siswa
mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai
esensi yang sama dengan pendekatan keterampilan proses (PKP).
Banyak persepsi yang perlu dihargai sebagai bagian dari proses pematangan
kurikulum yang sedang disusun. Kurikulum ini merupakan terobosan baru dari
kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Alasan perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 banyak berbagai
alasan. Menteri pendidikan dan kebudayaan, Moh Nuh menemukan pasalnya,
hasil studi lembaga survei pendidikan internasional, TIMSS dan PIRLS 2011
19
tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan terhadap kemampuan siswa di
indonesia. Selain itu evaluasi kurikulum pendidikan saat ini terlalu membebani
siswa. “Dari evaluassi nanti di harapkan bisa ditemukan formulasi sesuai standar
kompetensi”. Katanya (Dikutip dari : edukasi.kompas.com).
Adapun permasalahan-permasalahan yang terjadi pada proses belajar-
mengajar (PBM) di kelas yaitu permasalahan pemahaman konsep, permasalahan
penalaran, permasalahan keterampilan dalam pemecahan masalah, serta
komunikasi dalam matematika.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://aswan67.blogspot.com/2013/04/problematika-kurikulum-2013-tinjauan.html
http://fatkoer.wordpress.com/2013/07/28/perbedaan-kurikulum-2013-dan-ktsp/
http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/makalah-pengelolaan-kelas.html
http://pendidikan41.blogspot.com/2013/10/makalah-kurikulum-2013_5907.html
Linomeng87.wordpress.com/pengertian-kurikulum-menurut-para-ahli/
Setiawan, Conny dkk. 1985. Pengelolaan kelas. Jakarta: Gramedia.
21