BAB I
Konsep Tauhid Dalam Islam
Pengertian :
Kalimat tauhid (توحيد) menurut etimologi (bahasa) adalah mengetahui atau
meyakini bahwa sesuatu itu satu.Oleh sebab itu satu dalam bahasa arab adalah
wahid(واحد )
Sedangkan menurut terminology (istilah) adalah meng-Esakan Allah dari zat,sifat,
dan perbuatan-Nya.
Menurut Utsman Raliby tentang kemaha Esaan Tuhan:
1. Allah Maha Esa dalam Zat-Nya
Kemaha Esaan Allah dalam Zat-Nya dapat dirumuskan dengan kata-kata
bahwa Zat Allah tidak sama dan tidak dapat dibandingkan apapun juga,berbeda
dalam segala-galanya.Zat Tuhan itu bukanlah materi yang terdiri dari beberapa
unsur bersusun.Dia tidak dapat disamakan atau dibandingkan dengan benda
apapun yang menurut ilmu fisika terjadi dari susunan atom,molekul,dan unsur-
unsur yang berbentuk yang takluk kepada ruang dan waktu yang dapat ditangkap
oleh pancaindera manusia,yang dapat hancur musnah dan lenyap pada suatu masa.
2. Allah Maha Esa dalam sifat-sifat-Nya
Kemaha Esaan Allah dalam sifat-sifat-Nya mempunyai arti bahwa sifat-sifat Allah
penuh kesempurnaan dan keutamaan,tidak ada yang menyamainya.Didalam Al-
Quran disebut dengan sifat-sifat Allah yaitu yang terkandung dalam “Asmaul
Husna” terdiri dari 99 nama.Namun dalam ilmu tauhid disebutkan sifat-sifat Allah
itu terdiri dari 20 sifat.
3. Allah Maha Esa dalam perbuatan-Nya
Kemaha Esaan Allah dalam perbuatan mengandung arti kita meyakini bahwa
tiada tara dalam melakukan sesuatu,sehingga hanya Dialah yang dapat berbuat
menciptakan alam semesta ini.Kagumilah,misalnya,bagaimana Dia menciptakan
diri kita sendiri dalam bentuk tubuh yang sangat baik,yang dilengkapi-Nya
dengan pancaindera, akal, perasaan, kemauan, bahasa, pengalaman dan
sebagainya.Perhatikan pula susunan kimiawi materi-materi yang ada dialam
ini.Misalnya H20,zat cair,NO2,zat asam dan sebagainya.
1
Tauhid menjadi inti rukun iman dan prima causa (yang pertama) seluruh
keyakinan islam.Secara sederhana,sistematika akidah islam dapat dijelaskan
sebagai berikut:
“ Kalau orang telah menerima tauhid sebagai prima causa maka rukun iman yang
lain hanyalah akibat logis saja penerimaan tauhid tersebut.Kalau orang yakin
bahwa (1) Allah mempunyai kehendak sebagai bagian dari sifatnya maka orang
yakin pula adanya (2) Malaikat yang diciptakan Allah untuk melaksanakan dan
menyampaikan kehendak Allah yang dilakukan malaikat jibril kepada para Rasul-
Nya yang dihimpun dalam (3) kitab suci.Namun perlu diingat dan dicatat bahwa
kitab suci yang masih murni dan asli memuat kehendak Allah,kehendak Allah itu
disampaikan kepada manusia malalui manusia pilihan Allah yang disebut
(4)Rasul yang menjelaskan dan menyampaikan kehendak Allah kepada manusia
untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan.Hidup dan kehidupan ini akan
berakhir oleh sebab itu kita meyakini yang ke (5) hari akhir.Pada waktu itu kelak
Allah akan menyediakan suatu kehidupan yang kekal dan abadi.Untuk mendiami
dunia yang fana ini manusia akan dimintai pertanggung jawaban setiap
individu.Yakin akan adanya hidup lain selain kehidupan sekarang membawa
konsekuensi pada keyakinan akan adanya (6) Qadha dan Qadar yang berlaku
dalam hidup dan kehidupan manusia.
Tauhid adalah ibadah qalbiah.Ibadah inilah yang pertama harus dipelajari
setiap manusia sebelum mempelajari ilmu yang lainnya karena ibadah hati
didalamnya menyangkut keyakinan seseorang kepada pencipta-Nya yaitu Allah
Dialah yang menghidupkan dan mematikan,memberikan rizki dan
menolaknya,memberikan penyakit dan menyembuhkannya karena ibadah hati
akan mempengaruhi ibadah yang kedua yaitu ibadah jasadiah.Allah menciptakan
manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya,ibadah bukan dalam arti sempit
melainkan dalam arti luas.Karena ibadah dalam arti sempit hanyalah yang terdapat
dalam rukun islam seperti :shalat,puasa,zakat dan haji.Ibadah dalam arti luas(arti
yang sesungguhnya) dalam islam yaitu:melakukan segala sesuatu kebaikan yang
dicintai Allah dan Rasul-Nya baik berbentuk ucapan ataupun perbuatan,yang
dhahir(nyata) ataupun yang bathin(tidak nyata) seperti: takut kepada
Allah,bertawakal kepada-Nya,berbakti kepada kedua orang tua,berbuat baik
2
kepada sesama manusia,atau kepada hewan,tumbuh-tumbuhan dan makhluk
lainnya berzikir dan lain-lain. Pelajaran tauhid adalah salah satu perbuatan yang
berkaitan dengan ibadah qalbiah(hati) karena didalamnya kita harus meyakini
sebenar-benarnya tentang Allah dan Rasul-rasul-Nya
Dalam mempelajari ilmu tauhid dalam islam adalah wajib setiap individu karena
amal setiap manusia tidak akan diterima oleh Allah jika perbuatan atau
pekerjaanya bukan karena-Nya seperti karena ingin dimuliakan atau dihormati
manusia,biar menjadi kaya,mendapat jabatan tinggi dan lain-lain dari semua
perbuatan kebaikan.
Allah berfrman dalam surat An-nisa ayat:114 Artinya:Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang)bersedekah atau berbuat kebaikan atau mengadakan perdamaian diantara manusia.Barang siapa berbuat demikian karena mencari ridha Allah maka kelak Kami akan memberinya pahala
yang besar
Dalam surat Asy-syura ayat:20 Allah juga menjelaskan:Artinya:barang siapa yang menghendaki keuntungan diakhirat akan Kami
tambahkan keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki
keuntungan didunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan
dunia) tetapi dia tidak akan mendapat bagian diakhirat.
Dari ayat tersebut sangat jelas orang yang bekerjanya bukan karena mencari ridha
Allah atau karena urusan dunia (jabatan atau lainya) maka tidak akan mendapati
apa-apa nantinya diakhirat melainkan hanya didapati didunia sesuai yang
diniatkan(inginkan).
: ما : �ن إ وسلم عليه الله صلى الله رسول قال قال عنه الله رضي الخطاب بن� عمر عن
( ومسلم ( البخارى رواه مانوى + امر�إ ل�كل �نما وإ ات ي �الن ب األعمال
Artinya: Dari Umar bin Khattab ra,berkata : Rasulullah saw
bersabda:sesungguhnya perbuatan tergantung kapada niat dan setiap seseorang
tergantung apa yang diniatkan.(HR.Bukhari dan Muslim)
Macam-macam Tauhid:
Pembagian tauhid menurut kalangan ulama memiliki tiga(3)macam:
3
1. Tauhid Al-Uluhiyyah: mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah
hanya kepada Allah dan karenaNya semata.Tauhid ini selalu dingkari oleh orang-
orang kafir dari dahulu hingga sekarang.Seperti:
Berdoa:
Artinya:Dan Tuhanmu berfirman:berdoalah kepada-Ku niscaya Akuو
perkenankan bagimu.(Ghafir/Al-mu’min:60)
Takut :
Artinya: Janganlah takut kepada mereka takutlah kepada-Ku jika kamu
orang-orang beriman.(Ali-imran:175)
Bertawakal:
Artinya:Dan bertawakallah kalian kepada Allah jika kalian orang-orangو
beriman (Al-maidah:23).
Meminta pertolongan:
Artinya:Kepada-Mu kami beribadah dan kepada-Mu kami meminta pertolongan
(Alfatihah:5)
2. Tauhid Ar-Rububiyyah:mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya, yakni
mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta, menguasai,
mengatur alam semesta ini menghidupkan dan mematikan.Tauhid ini selalu diakui
oleh orang-orang kafir dari dahulu hingga sekarang namun tidak mau masuk
kedalam agama yang sempurna yaitu agama islam. Seperti:
Pencipta: Artinya : Allah adalah pencipta segala sesuatu dan maha pemelihara segala
sesuatu (Al-Zumar:62)
Pengatur alam semesta:
Artinya:Dia mengatur segala sesuatu dari langit sampai bumi (As-sajadah:5)
Menghidupkan dan mematikan:
Artinya: Dialah yang menghidupkan dan mematikan dan kepada-Nya
kalian dikembalikan.(Yunus:56)
3. Tauhid Al-Asma' was-Sifat:mengesakan Allah dalam asma(nama) dan
sifat-Nya, artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan
Allah, dalam dzat, asma(nama) maupun sifat-Nya.
Artinya:Dan Allah memilki nama-nama yang baik (Al-A’raf:180)
4
Nama-nama Allah memilki 99 nama yaitu:
Allah ,Ar-rahman,Ar-rahim,Al-malik,Al-quduus,Al-salam,Al-mu’min,Al-
muhaimin
Sifat-sifat yang dimiliki Allah terbagi tiga(3) bagian yaitu:
1. Sifat yang wajib yang terdiri dari 20 macam sifat yaitu:
Wujud(ada), qidam(dahulu), baqa(kekal), mukhalafatul lilhawadits(berbeda
dengan makhluk), qiyamu binnafsi(berdiri sendiri), wahdaniyyat(esa),
qudrat(mampu), iradat(berkehendak), ilmu(mengetahui), hayat(hidup),
kalam(berbicara), sama’(mendengar), bashar(melihat), qadirun(maha mampu),
muridun(maha berkehendak), alimun(maha mengetahui), hayun(maha
hidup),samiun(maha mendengar),bashirun(maha melihat),dan mutakallimun(maha
berbicara).
2. Sifat yang mustahil adalah sifat yang berlawanan dengan 20 sifat yang wajib
3. Sifat yang boleh adalah sifat yang mungkin bagi Allah untuk menetapkan dan
meniadakan seperti :menjadikan orang kaya dan miskin,menjadikan sakit dan
sehat,menjadikan tertawa dan menangis dan lain-lain.
Arti الله رسول محمد االالله : الاله
Arti : االالله الالهKalimat tauhid yang agung dan wajib diketahui oleh setiap muslim dengan
pemahaman yang benar sehingga menghantarkan pribadinya masuk kedalam
surga sebagaimana Rasulullah bersabda:
( مسلم ( رواه ة الجن دخل الله �ال إ �له الإ أن يعلم وهو مات منArtinya:Barang siapa yang meninggal/wafat dan dia mengetahui bahwa tiada
Tuhan selain Allah maka akan masuk surga.(HR.Muslim).
Arti الله إال .tidak ada yang berhak disembah semata kecuali Allah : الإله
Rukun kalimat tauhid:
Kalimat tauhid yaitu إالالله :terdiri dari dua(2) rukun yaitu الإله
1. Kalimat الإله :adalah kalimat peniadaan yaitu tidak ada yang disembah
2. Kalimat إالالله : adalah kalimat penetapan yaitu yang berhak disembah hanya
Allah
5
Dua(2) rukun tersebut dijelaskan dalam surat Al-baqarah ayat 256 yaitu:
Artinya: Barang siapa yang ingkar kepada thagut(setan dan apa saja yang
disembah selain Allah) dan beriman kepada Allah maka sungguh dia telah
berpegang kepada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.Dan Allah maha
mendengar dan maha melihat.(Al-baqarah:256)
Kalimat: �الطاغوت� ب يكفر adalah فمن arti dari rukun yang pertama dan
kalimat : ه� �الل ب .adalah arti dari rukun yang keduaويؤم�ن
Hal-hal yang mnghilangkan ketauhidan:
Segala sesuatu yang menyebabkan hilangnya ketauhidan manusia berarti manusia
tersebut sudah tidak lagi beriman,dengan demikian alangkah baiknya kita
mengetahui hal-hal yang menghilangkan ketauhidan yaitu:
1. Kemusyrikan yaitu meyakini ada yang menandingi kekuasaan Allah baik
pengetahua-Nya,kekuataa-Nya,dan lain-lainnya.
Dan kemusyrikan adalah dosa terbesar yang tidak ada ampunan dari Allah:
Artinya:Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa yang menyekutukan-
Nya dan mengampuni selain itu bagi yang Dia yang kehendaki.Dan barang siapa
yang menyekutukan Allah maka sungguh dalam kesesatan yang nyata.(S.An-
nisa:116)
Kemusyrikan menghapus amal-amal kebaikan yang sudah dilakukan:
Artinya:Dan jikalau mereka melakukan kemusyrikan niscaya putus apa yang
mereka telah lakukan.(QS.Al-an’am:88)
Kemusyrikan adalah menyebabkan diri manusia tidak akan bisa masuk kesurganya Allah: Artinya:Sesungguhnya orang yang melakukan kemusyrikan kepada Allah maka
Allah haramkan baginya surge dan ditempatkan neraka baginya.(QS.Al-
maidah:72)
2. Kekufuran yaitu dengan menghina Allah,menghina ayat-ayat quran dan menghina para Rasul.Artinya:Katakanlah,”mengapa kepada Allah dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya
kamu selalu berolok-olok?(65).tidak perlu meminta maaf karena kamu telah kafir
setelah beriman (QS.At-Taubah:65-66).
3. Kemunafikan yaitu dengan menampakan keimanan didepan manusia tetapi
dihatinya ada kekufuran dan kesyirikan.
6
Artinya:Dan diantara manusia ada yang berkata:kami telah beriman kepada
Allah dan hari akhir padahal mereka tidak beriman(QS.Al-Baqarah:8)
Arti: الله رسول محمدMuhammad yang dimaksud dikalimat syahadat adalah Muhammad bin Abdullah
bin Abdul Muthalib Al-Hasymi.Dan Beliau diutus oleh Allah untuk manusia
secara umum:
Artinya:Katakanlah:wahai manusia: Aku ini utusan Allah untuk kalian semua
(QS.Al-A’raf:158)
Beliau hidup dikota Mekah yang menyeru ketauhidan,menyembah kepada Allah
bukan kepada berhala yang kemudian berhijrah ke kota Madinah dan
memerintahakan hukum-hukum dalam islam seperti zakat,puasa,jihad dan lain-
lain yang hidup selama 63 tahun.
Bukan Muhammad yang dianggap oleh kelompok Ahmadiyah yang tidak ada
sama sekali dibenarkan dalam Al-Quran dan hadits serta tidak dibenarkan oleh
para ulama ahlu sunnah sedunia.
Barang siapa yang menyimpang dari ajaran Rasulullah maka akan mendapatkan
siksa.Sebagaimana Allah berfirman:
Artinya:Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya
takut akan mendapat cobaan atau azab yang pedih(QS.An-Nur:63)
Sebaliknya yang taat akan perintah Rasul-Nya maka akan mendapatkan
rahmat/kebahagiaan yang sempurna dan hidayah dari Allah.
Artinya:Dan taatlah kepada Allah dan Rasul niscaya kalian akan diberi
rahmat (QS.Ali imran:132)
Artinya:Dan jika kalian taat kepada-Nya niscaya kalian akan mendapat
hidayah/petunjuk dari Allah.(QS.An-Nur:54)
Mengenal Allah
Mengenal disini bukan berarti mengenal zat Allah karena akal setiap manusia
tidak akan sampai mengenal zat Allah sesungguhnya melainkan mengenal hasil
ciptaan-Nya.
Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat 102-103:
Artinya:
7
Itulah Allah Tuhanmu tiada Tuhan selain Dia,pencipta segala sesuatu maka
sembahlah dia,Dialah maha pemelihara segala sesuatu.(102)Dia tidak dapat
dicapai oleh penglihatan mata sedang Dia dapat melihat segala penglihatan
itu.Dan Dia Maha halus dan Maha teliti (103).
Rasulullah saw bersabda:
�ه� ذات فى� والتتفكروا الله� خلق� فى� تفكرواArtinya:
Fikirkanlah /renungkanlah pada ciptaan Allah dan jangan fikirkan pada Zat-Nya.
Bukti-bukti adanya Allah (pencipta alam semesta):
1. Diri manusia yang ada padanya seperti pendengaran,penglihatan,akal,ruh,dan
alat-alat tubuh lainnya sangat mustahil ada dengan sendirinya,selain itu setiap
manusia memiliki kulit yang berbeda,ada yang kaya dan miskin.
تبصرون أفال أنفسكم وفىArtinya:
Apakah kamu tidak fikirkan yang ada pada dirimu?
Rasulullah bersabda:
ه رب عرف نفسه عرف منArtinya:
Barang siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhanya.
Maksudnya adalah:barang siapa yang mengenal dirinya bahwa dia itu ada karena
sebelumnya tidak ada dan dirinya membutuhkan bantuan kepada yang lain.
2. Pengakuan firaun tatkala tidak ada lagi pertolongan yang menyelamatkan
dirinya.
Artinya:
Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut kemudian Firaun dan bala
tentaranya mengikuti mereka untuk menzalimi dan menindas .Sehingga ketika
Firaun hampir tenggelam Dia berkata:”Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil dan aku termasuk orang-orang
muslim(berserah diri).(QS.Yunus:90)
8
3. Adanya langit dan bumi,pergantian siang dan malam,turunya air hujan dari
langit,datangnya matahari disiang hari dan bulan dimalam hari.
Artinya:
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi,pergantian siang dan malam,kapal yang berlayar dilaut dengan muatan yang bermanfaat bagi manusia,apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering).dan Dia tebarkan bermacam-macam binatang dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi,semua itu sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah)bagi orang-orang yang mengerti.(QS.Al-Baqarah:164)
Artinya:
Atau apakah mereka tercipta tanpa asal-usul atau mereka yang menciptakan (diri
mereka sendiri)(35).ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi?
sebenarnya mereka tidak meyakini(apa yang mereka katakana)(36).(QS.At-
Thur:35&36).
4. Fitrah manusia ketika ditanyakan :siapa pencipta alam semesta yang luas ini?
maka dijawab :Allah swt.
Artinya:
Dan jika engkau bertanya kepada mereka,”siapakah yang menciptakan langit dan
bumi dan menundukan matahari dan bulan?”pasti mereka
menjawab ,”Allah”.Maka mengapa mereka bisa dipalingkan.(QS.Al-Ankabut:61)
Artinya:
Dan jika engkau bertanya kepada mereka,”siapakah yang menurunkan air dari
langit,kemudian menghidupkan bumi setelah mati?”pasti mereka menjawab
”Allah”.(QS.Al-Ankabut:63)
5. Dengan diutusnya para Rasul untuk menyelamatkan umatnya dari segala yang
menyimpang.
Artinya:
Dan Kami telah mengutus sebelum-Mu(Muhammad saw) para Rasul kepada
kaumnya,mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan lalu
9
Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa.Dan merupakan
hak Kami menolong orang-orang yang beriman.(QS.Ar-Rum:47)
6. Pertanyaan Firaun kepada Nabi MusaArtinya:
Firaun bertanya,”siapa Tuhan seluruh alam itu?”(23)Dia(Musa)menjawab,”Tuhan
pencipta langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya.(QS.As-
Syuara:23&24)
10
BAB II
AQIDAH, MAKNA DAN RUANG LINGKUP
1. PENGERTIAN
1. Definisi
Kata Aqidah (عقيدة) berasal dari bahasa arab yang dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia ditulis Akidah dan bermakna kepercayaan dasar; keyakinan
pokok.1 Kata menurut عقيFFدة bahasa dalam bahasa arab bermakna ikatan,
pengesahan, penguatan, pengokohan, transaksi.2 Menurut al-Ustadz Abd al-
Shobur Syahin dalam makalahnya berjudul عقيدة كلمة : حول tidak dijumpai
penggunaan kata baik عقيدة di dalam al-Quran, al-Hadits maupun kitab-kitab
kamus bahasa arab. Yang pertama menggunakan kata tersebut adalah Imam al-
Qusyairi (wafat 437 H) dalam kitab ,الرسالة hanya dalam bentuk plural/
jamaknya Kemudian Imam al-Ghazali (wafat 505 H) menggunakan kata .عقائد
tunggalnya yaitu kata عقيدة mengikuti wazan/ pola فعيلة yang bentuk jamaknya
Sebelum mereka berdua menggunakan kata tersebut sudah digunakan kata .فعائل
dan اعتقاد seperti biasa digunakan oleh Imam Ibnu Jarir al-Tobari (wafat معتقد
310 H).
Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan
oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan
yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Menurut الوسيط العقيدة: المعجم adalah لدى فيه الشك يقبل ال الذي الحكم dan yang dimaksud di sini adalah keyakinannya bukan dalam bentuk amal معتقده
perbuatan seperti meyakini adanya Allah SWT dan meyakini diutusnya para
Rasul.3
2. Pentingnya Aqidah
a. Sebagai asas pembinaan agama. (al-Kahfi 18:110)
1 KBBI materi Akidah.2 Muhammad bin Mukrim bin al-Manzhur Al-Mishri, Lisan al-`Arab, hal. 296, juz 3, Beirut: Dar Shodir, cet. 1, tt; Al-Shohib bin `Ibad, al-Muhith fi al-Lughoh, www.alwaraq.com.3 Majma al-Lughoh al-Arabiyyah, al-Mu`jam al-Wasit, hal 614, Mesir: Maktabah al-Syuruq al-Dauliyah, cet. 4, 1425 H/ 2004.
11
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Tuhannya".
b. Sebagai syarat diterimanya amal ibadah seseorang (An-Nisa 4:124) Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita
sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan
mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.
(az-Zumar 39:65) :Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi.
c. Sebagai amal terbaik :4
حدثنا قاال إسماعيل بن وموسى يونس بن أحمد حدثنا
المسيب بن سعيد عن شهاب ابن حدثنا قال سعد بن إبراهيم
: أي سئل سلم و عليه الله صلى الله رسول أن هريرة أبي عن
. ) ( ؟ ماذا ثم قيل ورسوله بالله إيمان قال ؟ أفضل العمل
( . ) ( حج قال ؟ ماذا ثم قيل الله سبيل في الجهاد قال
.مبرور (
Dari Abu Hurairoh RA berkata : sesungguhnya Rasulullah SAW ditanya, apakah
amal yang terbaik? beliau bersabda: (Semulia-mulia amalan) adalah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya (beraqidah dengan aqidah yang benar)”. Kemudian
apa? beliau menjawab: berjuang di jalan Allah, kemudian apa? beliau menjawab:
haji yang mabrur.
d. Sebagai pengikat persaudaraan umat Islam (Al-Imran 3: 105) :
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih
sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang
yang mendapat siksa yang berat.
4 Muhammad bin Isma`il Al-Bukhaori, Shohih al-Bukhori, hal 18, juz 1, hadits No. 26, Berut: Dar Ibn Katsir, cet. 3, 1407 H/ 1987 M.
12
e. Sebagai kunci masuk syurga :5
قال عنه الله رضي ذر أبي و: عن عليه الله صلى الله رسول قال
من ) مات من أنه بشرني قال أو فأخبرني ربي من آت آتاني سلم
؟ ( . سرق وإن زنى وإن قلت الجنة دخل شيئا بالله يشرك ال أمتي
) البخاري ) ( ) رواه سرق وإن زنى وإن قال
3. Aqidah dan Kebahagian
Surat al-Baqarah (2: 2-5) :2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa,
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
4. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin
akan adanya (kehidupan) akhirat.
5. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung.
4. Aqidah dan Etos Kerja
Allah SWT mengajarkan bahwa kerja haruslah berbasis pada niat, usaha dan
kinerja.
Surat al-Zalzalah (99:7-8) :
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya.
8. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia
akan melihat (balasan)nya pula.
5. Aqidah dan Akhlak
Aisyah RA pernah ditanya mengenai akhlah Rasulullah SAW beliau menjawab :
الله رسول خلق عن عائشة سألت قال الدرداء أبي عن
لرضاه : ويرضى لغضبه يغضب القرآن خلقه كان 6فقالت
5 Muhammad bin Isma`il Al-Bukhori, ibid, hal 417, juz 1.6 Abu al-Qosim Sulaiman bin Ahmad al-Tobrani, aal-Mu`jam al-Awsat, Kairo: Dar al-Haramain, 1415 H, juaz 1, hal. 30.
13
Bahkan Allah SWT sendiri memuji akhlak Rasulullah SAW dalam
surah al-Qalam (68:4)
4. Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
6. Aqidah dan Ilmu Pengetahuan
Allah SWT menjamin orang yang beriman dan berpengetahuan akan dinaikan
derajat, sebagaimana Allah SWt menjelaskan bahwa tidak akan sama antara
orang-orang yang berilmu dan tidak berilmu.
Surah al-Mujadalah (58:11) 11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Surah al-Zumar (39:9) :
9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
2. RUANG LINGKUP
1. Keimanan
a. Rukun Iman
Surah al-Baqarah (2:285)285. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami
taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah
tempat kembali."
14
بالله تؤمن أن اإليمان قال اإليمان عن أخبرني قال ثم قال
خيره كله والقدر اآلخر واليوم ورسله وكتبه ومالئكته
ه 7وشر
Rukun Iman ada enam :
1. Iman Kepada Allah SWT
2. Iman Kepada Para Malaikat
3. Iman Kepada Kitab-Kitab Suci
4. Iman Kepada Para Rasul
5. Iman Kepada Hari Akhir
6. Iman Kepada Qodho dan Qodar
b. Tauhid
Surah al-Ikhlas (112:1-4)1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
c. Kemurnian dan Keikhlasan beraqidah
5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595],
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus.
1. Sumber-sumber Hukum Aqidah
a. Al-Quran al-Karim
b. Al-Hadits al-Syarif
c. Ijma`
2. Keislaman
عليه : الله صلى الله رسول أن عنه الله رضي هريرة أبي عن
يا فقال يمشي رجل أتاه إذ للناس بارزا يوما كان سلم و
ومالئكته ) بالله تؤمن أن اإليمان قال ؟ اإليمان ما الله رسول
. ) ما الله رسول يا قال اآلخر بالبعث وتؤمن ولقائه ورسله
7 Musnad al-Shohabah fi Kutub al-Tis`ah.
15
وتقيم ) شيئا به تشرك وال الله تعبد أن اإلسالم قال ؟ اإلسالم
) رمضان وتصوم المفروضة الزكاة وتؤتي 8الصالة
: : ما الله رسول يا رجل قال قال عبسة، بن عمرو عن
" : من المسلمون يسلم وأن قلبك، يسلم أن قال اإلسالم؟
: " : : قال اإليمان، قال أفضل؟ اإلسالم فأى قال ويدك، لسانك
" : ورسله، وكتبه ومالئكته، بالله تؤمن قال اإليمان؟ وما
" : : الهجرة، قال أفضل؟ اإليمان فأى قال الموت، بعد والبعث
" : وء: الس تهجر قال الهجرة؟ فما 9قال
يوم ذات نحن بينما قال عنه الله رضي الخطاب بن عمر عن
شديد رجل علينا طلع إذ وسلم عليه الله صلى الله نبي عند
عليه نرى ال يزيد قال يرى ال عر الش سواد شديد الثياب بياض
صلى الله نبي إلى جلس حتى أحد منا يعرفه وال فر الس أثر
على يه كف ووضع ركبتيه إلى ركبتيه فأسند وسلم عليه الله
فقال اإلسالم ما اإلسالم عن أخبرني د محم يا قال ثم فخذيه
الله رسول دا محم وأن الله إال إله ال أن تشهد أن اإلسالم
إن البيت وتحج رمضان وتصوم كاة الز وتؤتي الة الص وتقيم
سبيال إليه استطعتRukun Islam ada Lima
a. Syahadat
b. Sholat Lima Waktu
c. Zakat
d. Puasa Ramadhan
e. Haji jika mampu.
3. Kenabian"Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari
rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka
berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali."
8 Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shohih al-Bukhori, Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987, cet. 3, juz 4, hal. 1793, hadits ke 4499.9 Ali bin Abi Bakar bin Sulaiman al-Haytsami, Ghoyat al-Maqshod Fi Zawaid al-Musnad,t.t., juz 1, hal. 113.
16
4. Hukum-hukum syariat
Surah Ali Imron: 7 Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya
ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang
lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
5. Masalah Ghaib
Surah Hud : 123.123. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-
Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia, dan
bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang
kamu kerjakan.
2. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan Aqidah Islam
Tujuan beraqidah dalam agama Islam adalah agar menjadi pondasi agama yang
kuat dan benar yang menjadi pandangan hidup pemeluknya.
2. Manfaat
a. Terbentuk individu yang sempurna, sosial masyarakat yang peduli dan
peka, negara yang makmur dan sejahtera.
b. Mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
c. Keseimbangan pola hidup
d. Berfikir dan bersikap positif
e. Bertemu dengan Allah SWT
17
BAB III
SYARIAH
1. PENGERTIAN SYARI’AH
Secara Etimology Kata Syari’ah berasal dari bahasa Arab, dari kata Syara’a
yang berarti jalan. Syari’ah Islam berarti jalan dalam agama Islam atau peraturan
dalam Islam. Sedang Syari’ah menurut istilah atau Terminology bahasa adalah
“maa anzalahullahu li ‘ibaadihi minal ahkaami ‘alaa lisaani rusulihil kiraami
liyukhrijan naasa min dayaajiirizh zhalaami ilan nuril bi idznihi wa yahdiyahum
ilash shiraathil mustaqiimi.” Artinya, hukum-hukum (peraturan) yang diturunkan
Allah swt. melalui rasul-rasulnya yang mulia, untuk manusia, agar mereka keluar
dari kegelapan ke dalam terang, dan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus.
Jadi syari’at islam adalah hukum atau peraturan islam yang mengatur
seluruh sendi kehidupan umat khususnya muslim. Selain berisi hukum dan aturan,
syari’ah islam juga berisi tentang bagaimana cara menyelesaikan permasalahan
hidup ini. Maka oleh kaum muslimin, syari’at islam merupakan panduan
menyeluruh dan sempurna sebagai solusi terhadap seluruh permasalahan hidup di
dunia yang dialami oleh manusia.
A. PERBEDAAN SYARI’AH DENGAN FIQIH
1. Syari’at terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits. Kalau seseorang berbicara
syariat, maka yang dimaksud adalah firman Allah SWT dan sunnah Nabi
SAW. Sedangakan fiqh terdapat dalam kitab-kitab fikih. Kalau seseorang
18
berbicara tentang fiqh, maka yang dimaksud adalah pemahaman manusia
tentang tata cara untuk mencapai ke syari’at.
2. Syariat bersifat fundamental, mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dari
fiqh. Fiqh bersifat instrumental, ruang lingkupnya terbatas pada apa yang
biasanya disebut pebuatan hukum.
3. Syari’at adalah ketentuan Allah SWT, dan ketentuan-ketentuan dari Rasul,
karena itu berlaku abadi. Fiqh adalah karya manusia yang dapat berubah dan
diubah dari masa-ke masa.
4. Syari,at hanya satu, sedangkan fiqh lebih dari satu seperti yang terlihat pada
aliran-aliran hukum yang disebut mazhab-mazhab. Dikarenakan imam mazhab
hidup dizaman yang berbeda sehingga memungkinakan pelaksananaan fiqh
menyesuaiakan dengan kehidupannya.
5. Syariat menunjukkan kesatuan, sedangkan fikih menunjukkan keragaman.
B. PRINSIP SYARIAH1. Tidak memberatkan.
Hukum islam senantiasa memberikan kemudahan dan menjauhi
kesulitan. Semua hukum islam dapat di lakukan oleh semua umaht
manusia. Antas dasar itulah maka islam dapat dengan mudah diterima
oleh seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman dalam surat Al-
Baqarah ayat ke 286 yang artinya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”
2. Menyedikitkan beban
Nabi melarang para sahabatnya mempertanyakan hukum yang belum
ada yang nantinya akkan memberatkan mereka sendiri. Allah
berfirman dalam surat Al-Maidah, ayat 101.
19
“hai orang – orang beriman, janganlahh kamu menanyakan (kepada
Nabi mu) hal-hal yang jika di terangkan kepadamu akan menyusahkan
kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al-quran itu diturunkan,
niscaya akan di terangkan kepada mu, Allah memaafkan (kamu)
tentang hal – ha itu. Allah Maha pengampun lagi Maha penyantun”
3. Di tetapkan secara bertahap
Dalam konteks merespon problem masyarakat inilah syariah islam di
turunkan secara bertahap, sehingga terjadi proses penjelasan hukum
Allah sesuai dengan keutuhan manyarakat.
4. Memperhatikan kemaslahatan manusia
Hubungan sesame manusia merupakan perwujudan dari hubungan
dengan pencipta. Jika hububgan dengan sesame manusia baik, maka
baik pula hubungannya dengan Allah, oleh karena itu dalam proses
penetapan hukum senantiasa di dasarkan pada 3 sendi:
a. Hukum ditetapkan sesudah masyarakat membutuhkan hukum
tersebut.
b. Hukum di tetapkan hanya menurut kadar kebutuhan masyarakat
c. Hukum hanya di tetapkan oleh lembaga pemerintah
5. Keadilan yang merata
20
Menurut syariah islam kedudukan semua orang adalah sama.Allah
berfirman dalam Al-quran surat Al-maidah ayat 8.
artinya :
“hai orang-orang beriman hendaklah kamu jadi orang- orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karenas Allah menjadi saksi dengan
adil dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil
itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
C. MACAM-MACAM KETENTUAN HUKUM
1. Wajib. Suatu perbuatan yang telah dituntut oleh syari’at (Allah swt.) dengan
bentuk tuntutan keharusan. Hukum perbuatan ini harus dikerjakan. Bagi yang
mengerjakan mendapat pahala dan bagi yang meninggalkan berdosa.
2. Haram. Haram adalah sesutu sikap yang telah dituntut oleh syari’at (Allah
swt.) untuk ditinggalkan dengan bentuk tuntutan keharusan. Hukumnya bila
dilakukan yang melakukanya berdosa.
3. Sunnah. sunah adalah mengutamakan untuk dikerjakan daripada ditinggalkan,
Yang mengerjakannya mendapat pahala, dan yang meninggalkannya tidak apa-
apa, tapi dalam hal ini lebih menenkankan di laksanakan sekalipun tidak
memiliki kewajiban.
4. Makruh. adalah mengutamakan untuk ditinggalkan dari pada dikerjakan,
dengan tidak ada unsur keharusan. Dalam hal ini utamanya ditinggalkan,
terlebih jika yang dilakukan dapat merugikan orang lain dan diri sendiri.
5. Mubah. adalah dibolehkan memilih antara mengerjakan sesuatu atau
meninggalkannya, dalam arti salah satu tidak ada yang diutamakan.
21
D. TUJUAN SYARI’AH ISLAM
Mengingat surat Al-Maidah adalah surat yang menjelaskan halal dan haram
dalam islam, maka ini adalah satu-satunya surat yang memuat tujuan syariat yang
lima, yaitu:
1. Menjaga / memelihara agama (hifzhud diin),
2. Menjaga jiwa (hifzhun nafs),
3. Menjaga akal (hifzhul ‘aqli),
4. Menjaga kehormatan (hifzhul ‘ardh), dan
5. Menjaga harta (hizhul maal)
Dalam Surat ini terdapat firman Allah ta’ala yang menyatakan,
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang
lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (Qs. 5: 50)
Ayat tersebut hendak memberikan arahan bahwa syariat islam merupakan syariat
terbaik yang memberikan kemaslahatan bagi umat manusia, baik di dunia maupun
di akhirat. Hal tersebut dapat diketahui dari penjelasan berikut ini:
A. Menjaga / memelihara agama )hifzhud dien(
Allah swt, berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-
Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui. (QS 5: 54).
Hal pertama kali menjadi perhatian syariat adalah kewajiban memelihara agama
dan meninggalkan kekufuran. Islam merupakan pondasi yang kuat, hukum
didalamnya mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi siapa saja yang
menjalankan. . Islam mengajak manusia beriman kepada Tuhan yang Satu dan Esa
22
yaitu Allah s.w.t. dan perkara-perkara yang berkaitan dengannya (rukun iman)
serta menjauhi perihal syirik dengan menjelaskan berbagai panduan untuk
melaksanakan ketaatan kepada Allah s.w.t.
2. Menjaga jiwa )hifzhun nafs(
Allah swt. Berfirman, “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani israel, bahwa: barang
siapa yang membunuh manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia
telah membunuh manusia seluruhnya…” (QS 5: 32).
Ayat tersebut menjadi dalil tentang haramnya membunuh.
Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk tidak berbuat sewenang-wenang
saling menghargai antar sesama, dengan kata lain islam begitu menjunjung tinggi
hak azasi manusia dengan kontek yang sesuai dengan syari’at islam itu sendiri.
3. Menjaga Akal )Hifzhul ‘aqli(
Allah swt. Berfirman,“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
berkorban untuk berhala, mengundi nasih dengan panah …” (QS 5: 90).
Tujuan dari pengharaman khamar adalah menjaga akal. dengan terjaganya akal,
manusia dapat menjalankan syari’at islam dengan baik dikarenakan hanya orang
yang berakal yang dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Melalui
keistimewaan inilah manusia diberikan status sebagai khalifah untuk
memakmurkan bumi bersesuaian dengan ketentuan dan perintah Allah s.w.t.
Melaluinya manusia dapat mengeksploitasi segala anugerah alam untuk
kesejahteraan manusia.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, ( QS 3; 190 )
4. Menjaga kehormatan/keturunan )hifzhul ‘ardh / hifzhun nasl(
Allah swt. Berfirman,
“Tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik
…” (QS 5: 5). Ayat ini menjelaskan tentang larangan melakukan hubungan
23
dengan lawan jenis di luar pernikahan. Islam sangat menjaga kehormatan bagi
pemeluknya yaitu dengan pernikahan dalam kontek yang lain janganlah kamu
mendekati zina. larangan Allah SWT mempunyai tujuan yang satu untuk
menghindarkan manusia terjatuh ke lembah kehinaan. Seluruh perintah dan
larangan dari allah swt dapat dikaitkan dengan kepentingan untuk menjaga
kehormatan serta keturunan dari manusia itu sendiri.
5. Menjaga Harta )Hifzhul maal(
Allah swt berfirman,
“Laki-laki mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah …” (QS 5: 38).
Islam mengharamkan pencarian rejeki dengan cara tidak halal yang bisa
berdampak pada penggunaanya dan juga pengelolahanya. Apabila harta yang
didapat dengan cara tidak baik maka hasil pengelolahanya akan jadi tidak baik.
Menjaga harta yang diamaksud adalah didapat dengan cara baik yang sesuai
dengan syari’at islam dan dikelola sesuai dengan syari’at islam.
Imam Syatibi menjelaskan bahwa syariat yang diturunkan oleh Allah SWT
ini berlaku untuk semua hambanya, tidak ada pengecualian selain dengan sesuatu
yang sudah digariskan oleh syariat.
Kemudian ia memaparkan lebih lanjut bahwa tujuan peletakan syariah
adalah untuk membebaskan seorang hamba dari belenggu hawa nafsunya,
sehingga akan muncul pengakuan secara sukarela sebagai hamba Allah SWT,
sebagaimana halnya ia tidak bisa melepaskan diri dari predikat hambanya.
Dalam bahasanya imam Syatibi mengatakan: “al maqshad al syar’iy min
wad’i al syariah ihraju al mukallaf ‘an da’iyati hawahu, hatta yakuna ‘abdan lillahi
ihtiyaran kama yakunu ‘abdan lillahi idltiraran”. Oleh karena itu ia kemudian
menyimpulkan setiap amal yang didasari dorongan nafsu secara mutlak tanpa
melihat perintahnya atau larangan maka ia mutlak tidak sah, karena amal yang
seperti itu pasti dilandasi kepentingan-kepentingan terselubung yang tidak ada
kaitannya dengan syariat.
24
Kemudian ia juga mencoba membahas tentang sebuah amal yang
mengandung dua unsur di dalamnya; tunduk pada perintah Allah SWT dan nafsu,
maka amal tersebut dihukumi sesuai dengan unsur yang paling dominan antara
keduanya. Namun ia tidak lupa untuk buru-buru mengingatkan bahayanya
mentolelir nafsu dalam diri manusia meskipun dalam aktifitas-aktifitas yang
positif, karena ia bisa menjalar tanpa disadari sehingga pada akhirnya menguasai
dirinya.
E. RUANG LINGKUP SYARI’AH
Secara garis besar peraturan Allah yang diberikan kepada manusia terbagi
menjadi dua yaitu pertama, peraturan yang bertalian dengan perbuatan manusia
guna mendekatkan diri kepada Allah, mengingat ingat ke-Agungan-Nya dan
berterimakasih atas karunia yang diberikan-Nya kepada manusia. Bagian ini
sering disebut ibadat, seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Kedua, peraturan yang
bertalian dengan kegiatan manusia guna menemukan kebaikan bersama dan
mengurangi kedzaliman atas manusia lain pada umumnya. Bagian kedua ini
sering disebut mu’amalat, seperti pernikahan, pembagian harta waris, penggunaan
barang atau jasa orang lain, hak hak dasar mencapai kemaslahatan umum.
Perbuatan manusia dalam bentuk ibadat terdiri dari bersuci diri dari
kotoran dan najis (thaharah), shalat, zakat, puasa dan haji. Tujuan dari thaharah
ialah membiasakan manusia hidup bersih agar manusia lain merasa nyaman
ditengah tengah kehadirannya. Tujuan dari shalat ialah menanamkan kesadaran
diri manusia tentang identitas asal usulnya dari tanah serta kurun waktu 24 jam
dalam kehidupannnya yang dibuktikan dengan tidak melakukan perbuatan
merugikan orang banyak (fahisah) dan lisannya tidak melukai perasaan orang lain.
Tujuan dari zakat ialah membiasakan manusia untuk berbagi dengan
mnusia lain yang tidak bekerja produktif. Zakat dapat dilakukan setiap saat asla
ada keuntungan yang diperoleh dari pekerjaannya. Sasaranya adalah pekerja tidak
produktif yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Dengan berzakkat,
manusia bersyukur atas karunia yang diberikan Allah dengan gratis, seperti udara
segar, kesehatan tubuh, kecerdasan pikiran, keluasan pergaulan dan kepercayaan
diri dengan manusia lain.
25
Tujuan dari puasa ialah membiasakan manusia untuk jujur pada diri sendiri
dan berempati atas penderitaan orang lain dengan cara meniru sifat sifat Tuhan
tidak pernah makan, minum dan berkeluarga. Dengan berpuasa, manusia
menyucikan dirinya dari iri hati, cemburu, keinginan melihat orang lain sehingga
menjaddi manusia yang toleran, berbaik sangka kepada orang lain, dan selau
berusaha melayani orang lain sebaik baiknya.
Tujuan dari haji ialah mempersiapkan manusia untuk sanggup datang
kepada Allah sendiri sendiri dengan menanggalkan seluruh kekayaan, ikatan
kekerabatan, jabatan kekuasaan, kecuali amal perbuatan yang telah dilakukannya.
Dengan dua helai kain ihram, orang berhaji sedang mensimulasi menjadi orang
mati, yaitu dibungkus dengan dua helai kain putuh, diantarkan kerabat dan
tetangga ke liang lahat, lalu tinggal sendiri dibawah gundukan tangah dengan
telanjang dan hanya amal perbuatan yang dapat menolong dan menemani manusia
di alam kubur..
Perbuatan manusia dalam bentuk mu’amalat terdiri dari ikatan pertukaran
barang dan jasa, ikatan pernikahan, ikatan pewarisan, ikatan kemasyarakatan dan
ikatan kemanusiaan. Tujuan dari ikatan pertukaran barang dan jasa ialah agar
kebutuhan dasar hidup manusia tersedia dengan cara yang sportif. Sportif artinya
dalam ikatan pertukaran mempersyaratkan kerelaan kedua belah pihak dan
kejelasan status barang dan jasa yang dipertukarkan. Apabila kedua persyaratan
ini tidak dipenuhi dalam ikatan pertukaran, maka terjadilah kedzaliman (homo
homini lupus : manusia memakan manusia).
Tujuan ikatan pernikahan ialah melestarikan generasi manusia dengan cara
rekreassi permanen yang diikat perjanjian atas dasar kesukarelaan kedua belah
pihak dan tolong menolong dalam kebaikan serta taqwa diantara keduanya.
Apabila unsur kesukarelaan dan tolong menolong sudah hilang dalam ikatan
pernikahan, maka pintu perceraian yang sportif terbuka lebar bagi masing masing
pasangan.
Tujuan dari ikatan pewarisan ialah menjamin kebutuhan dasar hidup bagi
keturunan dari orang meninggal agar tidak menjadi benalu bagi manusia lain.
Anak laki laki dan perempuan adalah pewaris utama atas harta peninggalan kedua
orang tuanya. Anak laki laki memperoleh bagian lebih besar dibandingkan dengan
26
bagian waris anak perempuan karena anak laki laki menggantika peran ayah
dalam keluarga. Apabila anak perempuan sudah menikah dengan pria dari
keluarga lain, kemudian terjadilah perceraian diantara keduanya, maka rumah
tempat kembali bagi anak perempuan tersebut adalah rumah saudara kandungnya
yang laki laki. Dengan demikian, anak anak dari saudara perempuannya tersebut
menjadi tanggungan ekonomi keluarga saudara kandung laki laki.
Tujuan ikatan kemasyarakatan ialah agar terjadi pembagian peran dan
fungsi sosial yang seadil adilnya atas dasar musyawarah, menegakkan kedamaian
bersama dan kesederajatan manusia dibawah hukum kemasyarakatan yang dibuat
bersasma. Apabila ketiga prinsip tersebut dilanggar, maka terjadilah konflik sosial
dan jatuhlah masyarakat manusia ke lubang anarkisme.
Tujuan ikatan kemanusiaan ialah agar terjadi saling tenggang rasa, karya
dan cipta diantara manusia yang berkaitan dengan keutuhan fisik, kesmpurnaan
nyawa, kenormalan akal, keterjaminan hak milik, keselamatan keluarga dan
kebebasan melakuka keyakinan agama. Kelima ikatan kemanusiaan tersebut
bersifat universal dan melintassi budaya, suku, ras bahkan agama itu sendiri.
Maqashid Syariah Imam Syatibi dan Pancasila
Maqashid syariah Imam Syatibi bisa dibilang sebagai Pancasilanya
Indonesia. Begitu pun dengan apa yang disampaikan sebagian tokoh-tokoh Islam
di negeri ini yang menyimpulkan bahwa Pancasila sejalan dengan maksud atau
tujuan syariah sebagaimana yang disimpulkan oleh Imam Syatibi dengan lima
penjagaan: hifzhud din (agama), nafs (jiwa), nasl (keturunan), aqal (akal), dan
maal (harta).
Mereka mencocokkan antara lima penjagaan itu dengan sila-sila yang ada di
Pancasila. Sila pertama cocok dengan hifzhud din, sila kedua cocok dengan
hifzhun nafs, sila ketiga dengan hifzhun nasl, sila keempat dengan hifzhul aqal,
dan sila kelima dengan hifzul maal.
Dari sudut pandang sejarah dan isi antara Pancasila dan maqashid syariah Imam
Syatibi mempunyai kandungan yang sangat berbeda. Bahkan, mungkin bertolak
belakang.
Hal tersebut dilihat dari dasar pemikiran Imam Syatibi terhadap lingkungannya
yang tidak lagi bisa membedakan mana yang ushul dan mana yang furu’ dalam
27
menilai kehidupan berislam. Hanya karena berbeda mazhab fikih, mereka seperti
berbeda agama dan keyakinan. Dan bukan karena banyaknya perbedaan agama
dan keyakinan seperti yang dipersepsikan oleh para pencetus Pancasila di awal
kemerdekaan Indonesia.
Kedua, maqashid syariah Imam Syatibi berfungsi sebagai ilmu yang menyadarkan
kesalahpahaman masyarakat muslim saat itu terhadap integralitas syariah Islam.
Dan bukan sebagai kontrak sosial antar warga negara, apalagi sebagai ideologi
umat. Dengan kata lain, maqashid syariah Imam Syatibi hanya untuk mengurai
kebekuan berpikir umat Islam waktu itu. Dan bukan untuk membuat ajaran baru
yang menyederhanakan isi dan pengamalan syariat Islam.
BAB IV
AKHLAK
A. PENGERTIAN AKHLAK
Menurut pendekatan etimologi atau pendekatan bahasa, perkataan “akhlak”
berasal dari Bahasa Arab jama’ darang disebuti bentuk mufradnya “khuluqun”
yang menurut bahasa itu sendiri diartikan : budi pekerti,perangai, tingkah laku
atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan”khalqun yang berarti kejadian, serta hubungannya dengan “khaliq”
yang berarti Pencipta dan “Makhluq” yang berarti yang diciptakan.
Pola pembentukan definisi “akhlak” di atas muncul sebagai mediator yang
menjembatani komunikasi antara Khaliq (pencipta) dengan makhluk (yang
diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian disebut hablum minallah. Dari
hasil hablum minallah yang verbal, biasanya lahirlah pola hubungan antarsesama
manusia yang disebut dengan hablum minannas (pola hubungan antarsesama
makhluk).
28
Adapun pengertian akhlak secara istilah ( terminologi ) beberapa pakar
mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :
1. Ibnu maskawaih
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran(lebih dulu)”.
2. Imam Al-Ghazali
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan
pikiran (lebih dulu)”.
3. Prof. Dr. Ahmad Amin
“sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlaq ialah kehendak yang
dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan disebut
akhlak”.
4. Dr. Ahmad umar
“Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang tak berubah-ubah yang muncul
darinya perbuatan-perbuatan yang baik tanpa terpaksa dan tidak dibarengi ketidak
sewenang-wenangan”.
5. “Dr.A. Rahman Ritonga,MA
“Akhlak adalah potensi yang tertanam di dalam jiwa seseorang yang mampu
mendorongnya berbuat baik dan buruk tanpa didahului oleh pertimbangan akal
dan emosi”.
Betapapun pendapat-pendapat itu berbeda-beda pada kata-katanya, tapi tidak
berjauhan maksudnya.
B. PEMBAGIAN AKHLAK
Dari segi sifatnya, akhlak dibagi kepada dua bagian yaitu akhlak yang terpuji(
al-akhlaq mahmudah) dan akhlak yang tercela(alkhlaq al madzmumah).
29
Jika perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan itu sejalan dengan ajaran Islam
yang bersumberkan kepada Al-Quran dan al-sunnah, disebut akhlak terpuji. Jika
kebiasaan itu bertentangan dengan ajaran islam disebut akhlak tercela.
1. Akhlak Terpuji ) Al-Akhlak Al-Mahmudah(
Menurut al –Ghazali, berakhlak mulia atau terpuji artinya menghilangkan suatu
adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam ajaran islam, serta
menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan
kebiasaan baik melakukannhya dan mencintainya.
Akhlak terpuji dibagi menjadi dua dibagi menjadi dua bagian :
1. Taat lahir
Taat lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan tuhan,termasuk
berbuat baik kepada sesama manusia dan lingkungan, dan dikerjakan oleh anggota
lahir. Beberapa perbuatan yang dikategorikan taat lahir adalah :
a. Tobat, dikategorikan kepada taat lahir dilihat dari sikap dan tingkah laku
sesorang. Namun sifat penyesalannya merupakan taat batin.
b. Amar makruf dan nahi munkar, perbuatan yang dilakukan kepada manusia
untuk menjalankan kebaikan dan meninggalkan keburukan dan kemungkaran
sebagai implementasi dari perintah Allah, Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan , menyeru yang makruf dan
mencegah dari yang mungkar.
(QS. Ali Imran: 104)
c. Syukur, berterima kasih kepada terhadap nikmat yang telah dianugrahkan
Allah kepada manusia dan seluruh makhluk-Nya.Perbutan ini termasuk yang
sedikit dilakukan oleh manusia, sebaagaimana firman Allah , dan sedikit sekali
dari hamba-hambaku yang berterima kasih. (QS. Saba’:13)
2. Taat batin
Taat batin adalah segala sifat yang baik, yang terpuji yang dilakukan oleh oleh
batin (hati).
a. Tawakkal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadap,
menanti, atau menunggu hasil pekerjaan.
30
b. Sabar. Sabar diabagi menjadi beberapa bagian, yaitu sabar dalam
beribadah, sabar terhadap malapetaka, sabar terhadap kehidupan dunia,sabar
terhadap maksiat,sabar dalam perjuangan. Dasarnya adalah keyakinan bahwa
semua yang dihadapi adalah ujian dan cobaan dari Allah.
c. Qana’ah, yaitu merasa cukup dan rela dengan pemberian yang
dianugrahkan oleh Allah. Menurut Hamka,qana’ah meliputi :
1. Menerima dengan rela akan apa yang ada
2. Memohon kepada Tuhan tambahan yang pantas dan ikhtiar
3. Menerima dengan sabar akan ketentuan Tuhan
4. Bertawakkal kepada Tuhan
5. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia
Selain itu masih banyak terapat sifat-sifat mahmudah lainnya yang akan
disebutkan pada bagian berikutnya.
2. Akhlak Tercela
Menurut Imam Ghazali, akhlak yang tercela ini dikenal dsengan sifat-sifat
muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya kebinasaan
dan kehancuran diri, yang tentu saja bertenaqngan dengan fitrahnya. Al-Ghazali
juga menerangkan 4 hal yang mendorong manusia melakukan pebuatan tercela,
diantaranya :
1. Dunia dan isinya, yaitu berbagai hal yang bersifat material
(harta,kedudukan) yang ingin dimiliki manusia sebagai kebutuhan dalam
melangsungkan hidupnya.
2. Manusia, selain mendatangkan kebaikan, manusia dapat mengakibatkan
keburukan, seperti istri ,anak. Karena kecintaan kepada mereka, misalnya dapat
melalaikan manusia dari kewajibannya terhadap Allah dan terhadap manusia.
3. Setan (Iblis). Syetan adalah musuh manusia yang paling nyata, ia
menggoda manusia melalui batinnya untuk berbuat jahat dan menjauhi Tuhan
4. Nafsu. Nafasu ada kalnya baik(muthmainnah) dan ada kalanya
buruk(amarah), akan tetapi nafsu lebih condong kepada keburukan
31
Kemudian pada dasarnya sifat dan perbuatan yang tercela dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu :
1. MAKSIAT LAHIR
Maksiat lahir dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Maksiat lisan, seperti berkata-kata yang tidak memberikan manfaat,
berlebihan-lebihan dalam percakapan, berbicara hal yang bathil, berdebat dan
berbantah yang hanya mencari menangnya sendiri tanpa menghormati orang
lain,berkata kotor,mencaci maki atau mengucapkan kata laknat baik kepada
manusia,binatang maupun kepada manusia,binatang maupun binatang maupun
kepada benda-benda lain-lainnya ,menghina ,menertawakan atau merendahkan
orang lain, berkata dusta,dan lain sebagainya.
b. Maksiat telinga, seperti mendengarkan pembicaraan orang
lain,mendengarkan orang yang sedang mengumpat,mendengarkan orang yang
sedang mengumpat, mendengarkan orang yang sedang namimah,mendengarkan
nyanyian-nyayian atau bunyi-bunyian yang dapat melalaikan ibadah kepada
Allah.
c. Maksiat mata,seperti melihat aurat wanita yang bukan
muhrimnya,melihat aurat laki-laki yang bukan muhrimnya,melihat orang lain
dengan gaya menghina, melihat kemungkaran tanpa beramar makruf nahi
mungkar.
d. Maksiat tangan,seperti menggunakan tangan untuk
mencuri,menggunakan tangan untuk mencopet,menggunakan tangan untuk
merampas,menggunakan tangan untukmengurangi timbangan.
Maksiat lahir, karena menggunakan alat-alat lahiriah, akan mengakibatkan
kekacauan dalam masyarakat, dan tentu saja amat berbahaya bagi keamanan dan
ketentraman masyarakat.
2. MAKSIAT BATIN
Maksiat batin lebih berbahaya dari pada maksiat lahir, karena tidak terlihat, dan
lebih sukar dihilangkan. Selama maksiat batin belum dilenyapkan,maksiat lahir
tidak dapat dihindari.Bahkan para sufi menganggap maksiaat batin sebagai najis
32
maknawi. Yang karena adanya najis tersebut, tidak memungkinkan mendekati
Tuhan (taqarrub ila Allah).
Maksiat batin berasal dari dalam hati manusia, atau digerakkan oleh tabiat hati.
Sedangkan hati memiliki sifat yang tidak tetap, terbolak-balik, berubah-ubah,
sesuai dengan keadaan atau sesuatu yang mempengaruhinya. Hati terkadang baik,
simpati, dan kasih sayang, tetapi disaat lainnya hati terkadang jahat, pendendam,
syirik dan sebagainya.
Beberapa contoh penyakit batin adalah :
1. Marah )ghadab(,dpatdikatakan seperti nyala api yang terpendam di
dalam hati, sebagai salah satu godaan Syetan terhadap manusia. Islam
menganjurkan, orang yang marah agar berwudhu(menyiram api kemarahan
dengan air).
2. Dongkol )hiqd(, perasaan njengkel yang ada dalam hati, atau buah dari
kemrahan yang tidak tersalurkan.
3. Dengki )hasad(, penyakit hati yang ditimbulkan kebencian , iri, ambisi.
Islam melarang bersikap dengki, sebgaimana sabada nabi,”Jauhilah olehmu akan
dengki, karena sesungguhnya dengki dpat memakan kebaikan seperti api
memakan kayu bakar”. (HR. Abu Dawud).
4. Sombong dan angkuh, kedua kata tersebut mempunyai makna yang sama
yaitu berlebihan mengagumi dan menghargai diri sendiri serta menganggap
rendah orang lain, seperti merasa lebih pintar, kuat, kaya dan sebagainya dari
orang lain. Sikap mental ini termasuk penyakit batin yang dibenci Allah seperti
firmanNya dalam alQuran pada surat al Isra ayat 37 yang artinya “Dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-
kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali tidak akan sampai setinggi
gunung”.
C. RUANG LINGKUP AKHLAK
Ruang lingkup akhlak meliputi :
1. Akhlak Kepada Allah
a. Mengabdi hanya kepada Allah
33
Bertakwa dan mengabdi kepada Allah ,tidak akan mempersekutukan Allah
dengan apapun dalam bentuk apapun, serta dalam keadaan situasi dan kondii yang
bagaimanapun.Allah berfirman “dan Aku (Allah) tidak ciptakan jin dan manusia ,
melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku. (QS.Adz-Dzariyat:56)
b. Bersyukur kepada Allah
“Dan ingatlah tatkala Tuhan kamu memberitahu; jikakamu bersykur , niscsaya
Aku tambah nilmat bagi kamu, apabila tidak bersyukur,maka adzab-Ku sangatlah
pedih(QS.Ibrahim:6-7)
Rasa syukur itu dinyatakan dengaan mengetahui bahwa tiada pemberi kenikmatan
selain Allah.kemudian apabila engkau ketahui rincian-rincian nimat Allah atas
dirimu pada anggota-anggota badanmu, tubuh dan jiwamu serta segala yang
engkaunperlukan dari urusan-urusan penghidupanmu’ timbullah di hatimu
kegembiran terhadap Allah dan nikmat-Nya atas dirimu.
Adapun dengan hati, rasa syukur itu dinyatakan dengan menyembunyikan
kebaikan bagi seluruh manusia danmenghadirkannya selalu dalammengingat
Allah taala sehingga tidak melupakannya.
Adapun dengan lisan, dinyatakan dengan banyak mungucap hamdlah (tahmid).
c. Tawakkal
“Yang apabila terjadi terhadap mereka satu kesusahan, mereka berkata:
sesungguhnya kami ini milik Allah, sesungguhnya kepada-Nyalah kami akan
kembali (QS. Al Baqarah:15)
Bertawakkal itu memfokuskan badan dalam ibadah menggantungkan hti kepada
Allah,menenangkan jiwa dengan kecukupan. Apabila diberi nikmat, maka ia
bersyhukur, dan jika tidak diberi,ia bersabar.
Rasulullah menjelaskan kepada ummatnya tentang manfaat tawakkal dalam
segalan urusan duniawi mereka, dalam sabdanya “seandainya kamu bertawakkal
dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan melimpahkan rizki kepadamu
sebagaimana Dia melimpahkan rizki kepada burung yang pergi dengan perut
kosong dan pulang dengan perut kenyang”.(HR. Ibnu Majah).
d. Tunduk dan patuh kepada Allah
34
“Taatlah kepada perintah Allah dan perintah Rasul-Nya supaya kalian mendapat
rahmat”.(QS.Ali ‘Imran:132)
e. Penuh harap kepada Allah
“sesungguhnya ummat yang beriman dan berhijran serta bekerja keras di jalan
allah, mereka itu (ummat yang) berharap rahmat Allah:dan Allah itu maha
Pengampun dan Maha penyayang”. (QS.Al Baqarah:218).
Penuh harap dalam bahasa arab disebut roja’.Harapan adalah kegembiraan hati
karena menantikan sesuatu yang dicintai. Karena Allah yang dicintai maka
seseorang akan berharap besar kepada Allah.
f. Ikhlas menerima keputusan Allah
“Dan alangkah baik jika mereka ridha dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya
berikan kepada mereka, sambil mereka berkata : cukuplah Allah bagi kami,
sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya akan memberi kepada kamu karunia-Nya,
sesungguhnya kami mencintai Allah”.(QS.At-Taubah:59).
Ikhlas adalah segala sesuatu yang dipersembahkan karena Allah. Artinya segala
perkara yang diperbuat tendesinya hanya kepada Allah. Konsekwensi dari itu
perbuatan itu tidak boleh karena ingin dilihat atau dipuji orang, atau karena
sesuatu yang berhubungan dengan dunia. Dan manfaatnya setiap perbuatan yang
berhubungan dunia maupun akhirat didasari karena niat yang ikhlas pasti akan
mendapat pahala.
g. Tadharru’ dan khusyu’
“Beruntunglah orang-orang yang beriman, mereka yang khusyu pada shalatnya”.
(QS.Al-Mukminun: 1-2)
“Bermohonlah kepada Tuhan kalian dengan rendah hati dan dengan rahasia(suara
hati).Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melanggar batas”.
(QS. AZZumar:53)
Thadharru’ artinya merendahkan diri di hadapan Allah. Maksudnya adalah apabila
beribadah,berdoa ataumemohon kepada Allah hendaklah merendahkan diri
kepada Allah dengan sepenuh hati, lebih-lebih di saat sujud pada shalat.
Khusyu artinya tekun sambil menundukkan diri. Khusyu’ dalam
perkataan,maksudnya dalam beribadat yang berpola perkataan, dibaca khusus
35
kepada Allah robbul’alamin dengan tekun sambil menundukkan diri. Terbitnya
kekhusyuan itu dari dalam hati.
h. Husnud-dhzan
“janganlah mati salah seorang dari kalian, melainkan dalam keadaan baik sangka
kepada Allah”. (HR. Muslim). Artinya fikiran manusia harus didasari akal yang
sehat dan hati yang jernih. Terlebih bagi orang yang hendak menciptakan
persahabatan yang tulus secara konstruktif. Sebaliknya Allah melarang berbuat
buruk sangka atau suudzzan. Banyak persahabatan rusak atau kekacauan sosial
karena sebagian dari kita lebih memilih berbicara atas dasar prasangka buruk .
i. Taubat dan istighfar
“Hai orang-orang beriman! Hendaklah kalian benar-benar benar bertaubat kepada
Allah, agar dosa kalian diampuni dan kalian dimasukkan kedalam surga yang di
bawahnya m
engalir sungai-sungai”.(QS. At-Tahrim : 8)
Tobat adalah penyesalan dan dengan penyesalan timbul keinginan bertobat dan
memperbaiki kesalahan yang lalu. Tobat juga adalah meninggalkan dosa-dosa
seketika dan bertekad untuk tidak melakukannya lagi.
2. Akhlak Kepada Mahkluk
a. Akhlak Kepada Manusia
1. Rasulullah, mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua
sunnah-Nya. Menjadikan Rasulullah sebagai idola dalam hidup dankehidupan,
menjalankan apa yang diperintah dan menjauhi larangannya.
2. Akhlak terhadap orang tua, meliputi mencintai mereka melebihi cinta
kepada kerabat lainnya.Merendahkan diri kepada mereka diiringi kasih
sayang,berkomunikasi dengan orang tua dengan hormat, berbicara dengan lembut
dan mendoakan keselamatan dan ampunan bagi mereka setelah meninggal dunia.
3. Terhadap diri sendiri meliputi : kesucian diri jasmaniah maupun rohaniah,
memelihara kerapihan diri, menambah ilmu pengetahuan , displin, pemaaf dan
pemohon maaf, sederhana , jujur dan menghindari perbuatan tercela.
36
4. Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat, antara lain saling membina
rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, saling menunaikan
kewjiban untuk memperoleh hak, berbakti kepada ibu bapak, mendidik anak
dengan penuh kasih sayang dan memelihara hubungan silaturahim.
5. Akhlak terhadap tetangga, antara lain: saling mengunjungi, saling bantu
saat senang maupun susah, saling beri-memberi, saling hormat- menghormati dan
saling menghindari pertengkaran dan permusuhan
6. Akhlak terhadap masyarakat, meliputi memuliakan tamu,menghormati
niali dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, saling
menolong dalam melakukan kebajikan dan takwa, menganjurkan masyarakat dan
diri sendiri berbuat baik dan mencegah orang lain melakukan perbuatan jahat dan
munkar dan bemusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama.
b. Akhlak kepada selain manusia atau lingkungan hidup antara lain :
memelihara lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani
dan nabati, fauna dan flora yang sengaja diciptakan Tuhan untuk kepentingan
manusia dan makhluk lainnya.
D. PEMBINAAN AKHLAK
Islam sudah menciptakan suatu kaidah untuk membina umatnya, sehingga
dapat memelihara eksistensi mereka dan dapat mencapai keseimbangan semua
unsur kekuatan. Khususnya pembinan akhlak yang dilakukan oleh Rasulullah
muhammad SAW telah membuat Barat terperangah kagum. Seorang
cendekiawan, Dr. Sizl, Dekan Fakultas Hukum Universitas Wina dalam
konferensi tingkat dunia 1927 mengatakan :”Bahwa manusia itu sangat bangga
bila dikuti oleh lelaki seperti Muhammad. Dengan kebuta hurufannya dari sepuluh
abad yang lalu ia telah mampu membuat perundang-perundangan. Kita orang-
orang Eropa akan lebih bahagia seandainya dapat bertemu ia setelah dua ribu
tahun.”
Kita tidak merasa heran dengan pernyataan di atas, sebab Allah yang telah
menciptakan manusia dan menurunkan kaidah pembinaan akhlak mereka, pasti
lebih mengetahui semua keperluan makhlukNya.
37
Berikiut ini akan dijelaskan beberpa metode pembinaan akhlak,diantaya
adalah:
1. Memberi pelajaran atau Nasihat
Ini metode yang cukup dikenal dalam pembinaan Islam yang menyentuh din
bagian dalam dan mendorong semangat penasihat untuk mengadakan perbaikan,
sehingga pesannya dapat diterima. Metode akan lebih berguna jika yang diberi
nasihat percaya kepada yang memberi nasihat, sementara nasihatnya datang dari
hati. Sebab apa-apa yang datang dari hati akan sampai kehati pula.
Dalam al-Quran, sebagaimana tafsir al Manar disebutkan, “Firman Allah.,
“demikianlah diberi pelajaran dengan itu (tentang talak dan ruju’) orang yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah
niscaya dia akan memberi jalan keluar.” (QS. Ath thalaaq (65):52. Pelajaran ini
maksudnya, nasihat yang baik, yang melembutkan hati kemudian mendorong
untuk mengamalkannya.
Kemudian nasihat menunjukkan yang hak dan maslahat denganmagsud agar
menghindari
Madarat. Agar nasihat itu benar-benar mantap hendaklah yang memberi nasihat
tidak mengutamakan kepentingan pribadi yang bersifat materi. Karena itu kepada
para pembina akhlak mestimembersihkan hati dari unsur riya dan kepentingan
tertentu, agar keikhlasannya tidak ternodai. Jika ternodai maka hilanglah wibawa
dan pengaruhnya.
2. Membiasakan akhlak yang baik
Kebiasaan itu mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia.Islam
memanfaatkan kebiasaan sebagai salah satu metode pembinaan akhlak yang baik,
maka semua yang baik itu diubah menjadi kebiasaan.metode pembiasaan yaitu
mengulangi kegiatan tertentu berkali-kali agar menjadi bagian hidup manusia
seperti puasa dan shalat.
Islam memberantas kebiasaan-kebiasan buruk yang berjalan Di Tanah Arab.
Untuk itu islam menggunakan salah satu cara berikut; memberantas secara
serentak atau memberantas secara perlahan , tergantung jenis kebiasaan yang
dihadapi, sambil mencari cara lain yang memungkinkan.
38
Setiap kebiasaan jahiliyah berbuat syirik yang berhubungan dengan pokok
akidah, diberantas Islam secara serentak dari pertama muncul-kebiasaan itu
diumpamakan kepada tumor yang merusak tubuh, perlu dicari akar tumbuhnya
agar tubuh bertahan hidup-sebab tidak mungkin iman dan syirik dapat
berdampingan jika dihubungkan dengan akidah.
Adapun kebiasaan-kebiasaan masyarakat seperti mengubur bayi perempuan,
mabuk, zina dan riba dihadapi secara perlahan sambil menyampaikan pelajaran
pengarahan dan penghidup hati. Sebab semua kebiasaan ini bukanlah kebiasaan
yang bersifat pribadi jika meihat perbuatan buruk yang sedang brerjalan di
masyarakat.
Demikian pula bukan adat kebiasaan yang setiap orang bisa menghentikannya
dalam sesaat.
3. Memilih teman yang baik
Kita sering menyaksikan orang yang baik-baik jatuh tergelincir disebabkan teman
yang jahat memperdayanya. Karena itu merupakan tugas kita untuk memulai
hidupini dari memilih teman yang baik. Sebab teman itu menunjukkan tentang
orang yang ditemaninya, karena setiap orang yang mempunyai kecocokan suka
tertarik pada apa-apa di antara mereka.
Orang yang paling baik untuk dijadikan teman adalah orang-orang yang berilmu
serxta shalih. Karena itu teman-teman umar bin khattab adalh para pembaca al
Quran.Imam Bukhari sendiri telah membuat bab khusus tentang hal ini dalm
shahihnya ia berkata “para pemimpin setelah Nabi SAW, itu suka meminta
nasihat kepada orang-orang amanah dari kalangan ulama...”
Kita sering menyaksikan orang orang yang sering bermusuhan, saling mendzalimi
dan saling memutuskan silaturrahim akibat teman yang buruk, yaknii teman yang
mengikuti keinginan setan. Sebab teman yang buruk itu selalu mendorong mereka
ke tepi jurang yang runtuh, lalu jatuh bersama mereka ke neraka jahannam.
“Dan ingatlah hari ketika orang yang dzalim itu mengigit dua tangannya, seraya
berkata,
Aduhaikiranya dulu aku mengambil jalan yang lurus bersama Rasul. Kecelakaan
besarlah
39
Bagiku; kiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan jadi teman akrabku’,” (al
Furqan(25) : 27,28).
Kebiasaan itu suka menular tergantung jenis kebiasaannya pula. Buktinya musuh
yang jahat
Itu lebih cepat menyebar dari pada musuh yang baik. Pecandu rokok cepat
menular kepada Yang tidak merokok, jarang sebaliknya.
Untuk menghimdari hal tersebut dan memelihara kebiasaan yangbaik, Rasul SAW
memerintahkan agar waspada dengan teman yang buruk. Beliau bersabda :
“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan yang buruk itu seperti yang
membawa kasturi dan yang meniup besi panas. Yang membawa kasturi;boleh jadi
kamu mengikutinya, kamu membeli darinya, atau kamu mendapati bau wanginya.
Sedangkan yang membawa besi panas; boleh jadi ia membakar bajumu atau
mendapati bau apek darinya.”
4. Memberi pahala dan sangsi
Jika pembinaan akhlak tak berhasil dengan metode keteladanan dan
pemberian pelajaran, beralihlah kepada metode pahala dan sanksi atau metode
janji harapan dan ancaman. Sebab
Allah SWT, pun telah menciptakan surga dan neraka,dan berjanji dengan surga itu
dan mengancam dengan nerakan-Nya. Di sisi lain manusia memerlukan metode
ini, sehingga dua-duanya ditetapkan dalam Islam yakni dalam bidang kehidupan
dan bidang pembinaan.
Pemberian harapan adalah janji yang diikuti bujukan dengan kenikmatan,
keindahan pasti atau kebaikan yang murni dari setiap noda berbanding dengan
amal saleh yang dilakukan atau amal buruk yang dijauhi demi mencari ridha
Allah berupa kasih sayang-Nya kepada para hamba.Sedangkan ancaman adalah
mengancam dengan sanksi akibat melanggar larangan Allah SWT, dimaksudkan
untuk menakut-nakuti para hamba. Ini bentuk keadilan dari Allah SWT.
Hal-hal yang berkaitan dengan pahala, hendaknya meperhatikan:
1. Tidak membesar-besarkan pahala karena bisa merendahkan nilainya dan
menurunkan semangat anak didik untuk meperolehnya. Sebaiknya memberitahu
mereka bahwa keberhasilan perjuangan terbaik mereka.
40
2. Pahala atau upah itu memotivasi anak didik agar lebih bersungguh-
sungguh, bukan untuk berlomba-lomba yang menimbulkan saling cemburu, saling
dengki dan egoisme di antara mereka.
3. Teliti dalam pelaksanaanya.yaitu memberi i upah kepada yang berhak
menerima saja dan tidak membeda-bedakan nilainya jika alasannya
memperolehnya sama. Upah itu bisa berupa sanjungan,materi,hadiah atau
mengangkat salah seorang menjadi ketua.
Adapun hal-hal yang berkaitan dengan sanksi hendaknya memperhatikan :
1. Tidak terlalu membesar-besarkan sanksi karena khawatir disepelekan
maka hilanglah wibawanya.
2. Mesti dikaitkan dengan sebuah pelanggaran larangan serta sesuai dengan
ukuran pelanggaran tersebut. Dengan demikian sanksi berupa untuk meluruskan,
bukan bentuk kemarahan.
3. Pemberlakuannya dengan tenang dan menyenangkan agar tak menjauhkan
wibawa, tak menyakiti hati dan tak menimbulkan dendam atau kemarahan
4. Menjaga perasaan yang dijatuhi sanksi
Kendatipun demikian sanksi itu bukan sesuatu yang pokok bagi para anak didik.
Boleh jadi kebanyakan mereka cukup dengan keteladanan dan pelajaran.
5. Memberi keteladanan yang baik
Keteladanan memberi peranan penting dalam pembinaan akhlak islami
terutama pada anak-anak. Sebab anak-anak itu suka meniru orang-orang yang
mereka lihat baik tindakan maupun budi pekertinya. Karena itu pembinaan akhlak
islami melihat keteladanan yang baik suatu metode .
‘Amr bin ‘Utbah berkata kepada guru anaknya,”langkah pertama dalam
membimbing anakku hendaklah membimbing dirimu, maka yang baik pada
mereka adalah yang kamu kerjakan dan yang buruk adalah yang kamu
tinggalkan.”
41
Allah SWT telah menjadikan bagi orang yang mukmin keteladanan yang
baik Ibrahim as beserta para pengikutnya dalam keteguhan atas tauhid ketika
dibujuk orang-orang musyrik, sementara bahaya mengancam mereka.Kemudian
Allah menjadi Nabi Muhammad SAW sebagai teladan yang baik, pembina akhlak
pertama dan panutan yang wajib diikuti oleh orang-orang beriman dalam berbagai
aspek.
Oleh karenanya, hendaklah Rasulullah SAW, menjadi teladan sebagai
metode pembinaan Akhlak secara terus-menerus baik di rumah,sekolah di buku,
di media cetak atau media elektronika. Agar keteladanan beliau terus hidup dan
menjiwai pikiran kita.
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang
kamu tidak Perbuat. Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa-
apa yang tidak Kamu Kerjakan. (QS>Ash Shaff (61):2,3)
Islam tidak pernah membiarkan suatu mtode pembinaan akhlak yang baik, kecuali
melakukan.
E. PERBEDAAN AKHLAK,ETIKA,MORAL DAN SUSILA
Disamping istilah akhlak, ada beberapa istilah yang sering disama artikan dengan
akhlak oleh banyak orang yaitu moral,etika dan susila.
Moral dari bahasa Latin(mores) ialah prilaku yang sudah menjadi kebiasan
seseorang dan baik buruknya prilaku itu diukur dengan norma yang berlaku
( (hukum dan adat)
Etika dari bahasa Yunani (ethos) ialah prilaku yang sudah menjadin kebiasaan
seseorang . Untuk mengukur baik buruk atau kebiasaan itu adalah dengan
mempergunakan standar logika umum yang sehat.
Susila dari bahasa sansekerta (su=baik dan sila=prinsip) yaitu prilaku yang sudah
menjadi kebiasaan seseorang. Baik buruknya diukur dengan perasaan.susila sering
juga disebut sopan santun dan tata krama
42
BAB V
KONSEP MANUSIA DALAM AL-QURAN
A. Konsep Manusia dalam Berbagai Perspektif
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu ia telah menjadi
sasaran studi sejak dahulu, kini dan kemudian hari. Hampir semua lembaga
pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap
dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Para ahli telah mengkaji
menusia menurut bidang studinya masing-masing, tetapi sampai sekarang para
ahli masih belum mencapai kata sepakat tentang manusia. Ini terbukti dari
43
banyaknya penamaan manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal), homo
economicus (manusia ekonomi) yang kadang kala disebut economical animal
(binatang ekonomi), dan sebagainya.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo
valens )manusia berkeinginan(. Menurut aliran ini manusia adalah makhluk
yang memiliki perilaku hasil interaksi antar komponen biologis (id), psikologis
(ego), dan social (superego) di dalam diri manusia terdapat unsure animal
(hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut behaviorisme menyebut manusia sebagai homo
mechanicus )manusia mesin(. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap
intropeksionisme (aliran yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-
laporan sebjektif) dan aliran psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam
bawah sadar yang tidak tampak).
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapien
)manusia berpikir(. Menurut aliran ini manusia tidak lagi dipandang sebagai
makhlik yang beraksi secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang
selalu berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir.
Dalam ilmu Manthiq (logika) kita temukan sebuah rumusan tentang
manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan hewan yaitu al-Insan
Hayawanun Nathiq (manusia itu adalah hewan yang nathiq (berfikir), yang
mengeluarkan pendapat, yang berkata-kata dengan menggunakan pikirannya).
Dalam diri manusia terdapat sesuatu yang tidak ternilai harganya, sebagai
anugerah Tuhan yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu akal.
Sekiranya manusia tidak diberikan akal, niscaya keadaannya dan perbuatannya
akan sama saja dengan hewan. Dengan adanya akal, segala anggota manusia,
gerak dan diamnya semuanya berarti dan berharga. Akal itu dapat digunakan
untuk berfikir dan memperhatikan segala benda dan barang yang ada di alam ini,
sehingga benda-benda dan barang-barang yang halus serta tersembunyi dapat
dipikirkan guna dan manfaatnya, sehingga apabila akal digunakan dengan
semestinya, niscaya tidak ada benda atau barang-barang di dunia ini yang sia-sia
bagi manusia.
44
Para penganut teori humanisme menyebut manusia sebagai homo
ludens )manusia bermain(. Aliran ini mengecam teori psikoanalisis dan
behaviorisme karena keduanya dianggap tidak menhormati manusia sebagai
manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif
dan menentukan seperti cinta, kreatifitas, nilai makna dan pertumbuhan pribadi.
Al-Qur’an tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok
binatang )animal( selama manusia mempergunakan akalnya dan karunia
Tuhan lainnya. Namun, kalau manusia tidak mempergunakan akal dan berbagai
potensi pemberian Tuhan yang sangat tinggi nilainya yakni pemikiran (rasio),
kalbu, jiwa, raga, serta panca indera secara baik dan benar, ia akan menurunkan
derajatnya sendiri menjadi hewan seperti yang dinyatakan Allah dalam Al-Qur’an
surat Al-A’raf (7) ayat 179, yang artinya: “...Mereka punya hati, tetapi tidak
dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, punya mata tetapi tidak
dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, punya telinga tetapi
tidak dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka (manusia) yang
seperti itu sama martabatnya dengan hewan bahkan lebih rendah dari binatang
“.
Di dalam al-Qur’an manusia disebut antara lain dengan: Bani Adam )Q.S
al-Isra’ )17( ayat 70; al-Basyar )Q.S al-Kahfi )18( ayat 110; al-Insan )Q.S al-
Insan )76( ayat 1; dan an-Nas )114( ayat 1.
Penyebut nama manusia dalam al-Qur’an dengan berbagai istilah itu untuk
menunjukkan dari berbagai aspek kehidupan manusia, di antaranya :
1. Dari aspek historis penciptaan manusia disebut dengan Bani Adam. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat al-A’raf (7) ayat 31.
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap memasuki masjid,
makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.
2. Dari aspek biologis manusia disebut dengan al-Basyar yang mencerminkan sifat-sifat fisik-kimia-biologisnya. Manusia perlu makan, minum,
45
menikah dan lain-lain. Sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Mu’minun (23) ayat 33.
“Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir diantara kaumnya dan yang
mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah (Kami mewahkan
mereka dalam kehidupan di dunia). Orang ini tidak lain hanyalah manusia
(basyar) seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan dan meminum dari
apa yang kamu minum”.
3. Dari aspek kecerdasan manusia disebut dengan al-Insan yakni makhluk
terbaik yang diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu penegrtahuan. Dan
manusia dibebani tanggung jawab, pengemban amanah dan khalifah Allah di
bumi. Sebagaimana Firman Allah dalam surat ar-Rahman (55) ayat 3-4.
“Dia menciptakan manusia (insan). Mengajarkan pandai bicara “.
4. Dari aspek sosiologis manusia disebut an-Nas yang menunjukkan sifatnya yang berkelompok sesama jenisnya. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat al-Hujurat (49) ayat 13. “Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal...”.
5. Dari aspek posisinya disebut ‘Abdun (hamba) yang menunjukkan kedudukannya sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Saba’ (34) ayat 9. “Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di
belakang mereka ? jika Kami menghendaki niscaya Kami benamkan mereka di
bumi atau Kami jatuhkan mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba
yang kembali kepada-Nya “.
Menurut pandangan Dr. Murtadho Mutahhari, manusia adalah makhluk yang
serba dimensi. Dimensi pertama, secara fisik manusia hampir sama dengan
hewan, membutuhkan makan, minum, istirahat dan menikah, supaya ia dapat
hidup, tumbuh dan berkembang. Dimensi kedua, manusia memiliki sejumlah
emosi yang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh keuntungan dan menghindari
kerugian. Dimensi ketiga, manusia mempunyai perhatian terhadap keindahan.
46
Dimensi keempat, manusia memiliki dorongan untuk menyembah Tuhan.
Dimensi kelima, manusia mempunyai kemampuan dan kekuatan yang berlipat
ganda, karen aia dikaruniai akal, pikiran, dan kehendak bebas, sehingga ia mampu
menahan hawa nafsu dan dapat menciptakan keseimbangan dalam hidupnya.
Dimensi keenam, manusia mampu mengenal dirinya sendiri. Jika ia sudah
mengenal dirinya, ia akan mencari dan ingin mengetahui siapa penciptanya,
mengapa ia diciptakan, dari apa ia diciptakan, bagaimana proses penciptaannya
dan untuk apa ia diciptakan.
Dalam al Qur’an, manusia berulang-kali diangkat derajatnya, berulang-kali
pula direndahkan. Mereka dinobatkan jauh mengungguli alam surga, bumi dan
bahkan malaikat, tetapi pada saat yang sama, mereka bisa tak lebih berarti
dibandingkan dengan setan terkutuk dan binatang jahanam sekalipun. Manusia
dihargai sebagai makhluk yang mampu menakhluk alam, namun bisa juga mereka
merosot menjadi “yang paling rendah dari segala yang rendah”. Oleh karena itu,
makhluk manusia sendirilah yang harus menetapkan sikap dan menentukan nasib
akhir mereka sendiri.
B. Unsur dan Ciri-ciri Manusia
Manusia makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan
Tuhan yang paling sempurna. Sebagaimana dinyatakan Allah dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya“ (Q.S At Tin (95) ayat 4). Karena itu pula keunikannya (kelainannya dari
makhluk ciptaan Tuhan yang lain) dapat dilihat pada bentuk dan struktur
tubuhnya, gejala-gejala yang ditimbulkan jiwanya, mekanisme yang terjadi pada
setiap organ tubuhnya, proses pertumbuhannya melalui tahap-tahap tertentu.
Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidup hidupnya,
ketergantungannya pada sesuatu, menunjukkan adanya kekuasaan yang berada di
luar manusia itu sendiri. Manusia sebagai makhluk, seyogianya menyadari
kelemahannya. Kelemahan manusia berupa sifat yang melekat pada dirinya di
antaranya adalah melampaui batas, zalim (bengis, kejam, tidak menaruh belas
kasihan, tidak adil, aniaya), dan mengingkari karunia Allah, tergesa-gesa, suka
47
membantah, berkeluh kesah dan kikir, ingkar dan tidak berterima kasih. Manusia
itu tersusun atas dua bentuk yaitu bentuk zahir (jasmani) dan bentuk bathin (roh).
Diri yang berbentuk zahir yaitu jasad atau badan, bukan saja telah menjadi
pelajaran bagi calon dokter tetapi juga menjadi pelajaran bagi mereka yang ingin
mencapai untuk lebih dekat ”MENGINGAT ALLAH”.
Selain itu manusia dilengkapi dengan rohani, akal dan nafsu. Tidaklah
layak disebut manusia kalau tidak bergabung antara jasmani dan roh. Ada jasmani
tetapi tidak ada roh, apakah namanya...? Mayat...? Yah, bangkai. Ada roh, tetapi
rusak rohani disebut bangkai hidup. Rupa dan bentuk ada, tetapi akhlak, budi
pekertinya rusak. Yang seperti ini dimana saja berada dan di tempatkan, niscaya
akan merusak saja. Ada jasmani, ada roh, ada rohani, ada akal, tetapi tak ada
nafsu, yang sperti ini dihinggapi penyakit apatis. Manusia yang apatis sukar
dibawa dengan betul untuk berjuang, lebih-lebih lagi berjuang untuk kepentingan
Agama, Bangsa dan Negara.
1. Segi-segi Positif Manusia :
a. Manusia adalah khalifah Tuhan di bumi. (QS. Al-Baqarah : 30)
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
b. Manusia mempunyai kapasitas intelegensia yang paling tinggi. (QS. Al-Baqarah: 31-33)
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!" (31) Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami
ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (32) Allah berfirman:
"Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah
diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman:
"Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui
rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang
kamu sembunyikan?" (33)
48
c. Manusia mempunyai kecenderungan dekat dengan Tuhan. (QS. Al-A’raf :
172)
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
d. Penciptaan manusia benar-benar telah diperhitungkan secara teliti, bukan
suatu kebetulan. (QS. Thaha: 122)
“Kemudian Tuhannya memilihnya[950] Maka Dia menerima taubatnya dan
memberinya petunjuk”.
e. Manusia bersifat bebas dan merdeka. (QS. Al-Ahzab : 72 ), (QS. Al-Insan : 2-3)
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi
dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh”.
f. Manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan martabat. (QS. Al-Isra:
70)
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan”.
g. Manusia memliki kesadaran moral. (QS. Asy-Syams : 7-8)
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), (7) Maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. (8)
h. Segala bentuk karunia duniawi diciptakan untuk kepentingan manusia. (QS. Al-Baqarah : 29), (QS. Al-Jatsiyah : 13)
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatu.”.
49
i. Tuhan menciptakan manusia agar mereka meneymbah-Nya, dan tunduk
patuh kepada-Nya menjadi tanggungjawab utama mereka. (QS. Adz-
Dzariyat : 56)
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.
j. Manusia tidak dapat memahami dirinya, kecuali dalam sujudnya kepada
Tuhan dan meningat-Nya. Bila mereka melupakan Tuhan, mereka pun
akan melupakan dirinya. Dalam keadaan demikian mereka tidak akan tahu
siapa diri mereka, untuk apa mereka ada, dan apa yang harus mereka
perbuat. (QS. Al-Hasyr : 19)
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang
fasik”.
Kesimpulannya, al-Quran menggambarkan manusia sebagai suatu makhluk
pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di muka bumi, serta sebgai makhluk yang
semi-samawi dan semi-duniawi, yang di dalam dirinya dotanamkan sifat
mengakui Tuhan, bebas, terpecaya, rasa tanggungjawab terhadap dirinya maupun
alam semesta, serta karunia keunggulan atas alam semesta, langit dan bumi.
Manusia dipusakai dengan kecenderungan ke arah kebaikan maupun kejahatan.
Kemajuan mereka dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, dan kemudian
bergerak ke arah kekuatan, tetapi itu tidak akan menghapuskan kegelisahan
mereka, kecuali jika mereka dekat dengan Tuhan dan mengingat-Nya. Kapasitas
mereka tidak terbatas, baik dalam kemampuan belajar maupun dalam menerapkan
ilmu. Mereka memiliki suatu keluhuran dan martabat naluriah. Akhirnya, mereka
dapat secara leluasa memanfaatkan rahmat dan karunia yang dilimpahkan kepada
mereka, namun pada saat yang sama, mereka harus menunaikan kewajiban
mereka kepada Tuhan.
2. Segi-segi Negatif Manusia :
50
Di dalam al-Qur’an, manusia juga banyak dicela. Mereka dinyatakan sebagai luar
biasa keji dan bodoh. Al-Qur’an menggambarkan mereka dengan cercaan seperti
berikut ini :
a. Manusia bersifat tergesa-gesa (QS. Al-Isra :11)
“Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan.
dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa”.
b. Manusia adalah makhluk yang sering membantah (QS. Al-Kahfi : 54)
“Dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al
Quran ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang
paling banyak membantah”.
c. Manusia selalu mengingkari ni’mat dan tidak berterima kasih kepada
Tuhan (QS. Al-Hajj : 66 )
“Dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu,
kemudian menghidupkan kamu (lagi), Sesungguhnya manusia itu, benar-benar
sangat mengingkari nikmat”.
d. Manusia adalah makhluk yang selalu keluh kesah, gelisah, putus asa dan
amat kikir (QS. Al-Ma’arij : 19-21 dan QS. Al-Isra : 100)
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. (19) Apabila
ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, (20) Dan apabila ia mendapat kebaikan
ia Amat kikir”. (21)
e. Manusia adalah makhluk yang selalu melampaui batas (QS. Al-‘Alaq : 6-7)
“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, (6) Karena
Dia melihat dirinya serba cukup”. (7)
f. Manusia adalah makhluk yang amat zhalim dan bodoh karena selalu
mengkhianati amanah (QS. Al-Ahzab : 72)
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh”.
C. Asal Usul Manusia
51
Al-Qur’an tidak merinci secara kronologis penciptaan manusia menyangkut waktu
dan tempatnya. Tidak diragukan lagi bahwa figur manusia pertama diciptakan
Allah adalah Adam as. Dari manakah Adam diciptakan ? Allah telah
menyebutkannya dalam Al-Qur’an antara lain :
1. Q.S Al-A’raf )7( ayat 11.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami memberimu
bentuk, kemudian Kami katakan kepada para malaikat. Bersyujudlah kamu
kepada Adam, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk orang
yang bersujud”.
2. Q.S Al-Hijr )15( ayat 28-29.
“Ketika Tuhan mereka berfirman kepada para malaikat. “Aku hendak
membentuk seorang manusia (basyar) dari tanah liat kering (yang berasal) adri
lumpur hitam yang diberi bentuk”.
3. Q.S As-Sajadah )32( ayat 7.
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang
memulai penciptaan manusia dari tanah”.
4. Q.S Ar-Rahman )55( ayat 14.
“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar”.
Berdasarkan ayat-ayat di atas jelaskan bahwa Adam as diciptakan dari bahan baku
tanah liat.
D. Proses Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
Setelah Adam diturunkan ke bumi (daratan India sekarang) dan Siti Hawa di Irak,
mereka berpisah selama 200 tahun lamanya dan bertemu kembali di Padang
Arafah. Maka penciptaan manusia selanjutnya tidak lagi seperti Adam dari tanah
52
liat tetapi diorganisir melalui percampuran sperma dan ovum (sari pati tanah) di
dalam rahim seorang ibu sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an:
“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendakinya...”
(QS. Ali Imran (3) : 6).
Pada setiap 2-5 cc mani (sperma) berisikan paling sedikit 70.000.000-
200.000.000 bibit. Orang mengenal dua macam spermatozoa karena di dalam
intinya terdapat chromosoma sek yang menentukan jenis manusia yang akan
dibentuk, yaitu chromosoma X dan chromosoma Y. Bila chromosoma Y dibuahi,
maka akan terbentuk manusia denagn jenis laki-laki (XY) dan bila spermatozoa
dengan chromosoma X yang membuahi telur (XX), maka akan terbentuk manusia
perempuan. Adam punya anak yang lahir secara berpasang-pasangan dan
pasangan pertama bernama Qabil dan Iklima dan pasangan kedua Habil dan
Labuda, saat itu terjadilah perkawinan sistem silang.
Terdapat banyak surah di dalam al-Qur’an yang menguraikan tentang
penciptaan manusia. Didapati kebanyakan ayat menerangkan bahwa kejadian
manusia adalah dari pada tanah (turab). Di antara firman Allah itu ialah :
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar
Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu
sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada
kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara
kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui
lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini
kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu
dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
indah”. (QS. Al Hajj (22) : 5)
53
Maka dalam uraian seterusnya penulis akan menguraikan proses kejadian manusia
ini melalui beberapa peringkat dengan merujuk kepada beberapa ayat yang
bersesuaian.
Pertama : Peringkat Saripati Tanah )sulalah min thin(
Pada peringkat ini didapati bahwa Allah SWT melakukan beberapa penyaringan
debu tanah. Firman Allah :
“Kemudian Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah”. (QS. Al-Mu’minun (23) :12)
Proses ini bertujuan untuk mendapatkan sarpati tanah (sulalah min thin) yang
bersih dan amat sesuai untuk dijadikan bahan sebagai salah satu unsur dari pada
penciptaan manusia. Ini menunjukkan bahwa tanah yang digunakan ini telah
melalui proses penyaringan dan bukan dari pada tanah biasa sebagaimana yang
manusia pada hari ini fikirkan. Ini amat bersesuaian dengan kemuliaan yang
diberikan oleh Allah SWT kepada manusia. Dari aspek lain dipaparkan juga
adalah kebesaran Allah SWT dalam penciptaan makhluknya dan dia sebagai
Khaliqnya.
Manakala Dr. Maurice Bucaille menguraikan dengan merunjuk kepada Surah al-
Furqan :54 bahwa keturunan manusia juga berasal dari pada air yaitu saripati
sperma atau yang dipanggil secara sciencetific sebagai spermatozoon. Oleh itu
belaiu melihat saripati tanah yang dikemukan di atas hendaklah dirujuk bersama
berbagai kompenen lain yang merangkumi saripati tanah dan saripati air yang
menjadi elemen terpenting dalam penciptaan manusia.
Kedua : Peringkat Tanah Melekat )min thin lazib(
Pada peringkat ini dikenali sebagai peringkat tanah melekat. Sebagaimana firman
Allah :
“... Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat”. (QS. As-
Shaffat (37) : 11)
54
Sebagaimana diketahui tanah liat pada dasarnya mempunyai sifat melekat. Al-
Qurtubiy menguraikan bahwa pada peringkat ini keadaan tanah melekat atau
menempel di antara satu sama lain. Manakala selepas itu tanah ini akan menjadi
tanah yang keras.
Pada peringkat ini Al-Qurtubiy juga menerangkan di dalam tafsirnya bahwa
manusia pertama yaitu yang dikaitkan dengan Adam dikatakan kekal sebagai satu
lembaga yang berbentuk tanah liat. Selain itu ia berada dalam keadaan ini adalah
selama empat puluh tahun sehingga sifat fisikalnya berubah menjadi keras dan
kering.
Ketiga : Peringkat Tanah Berbau )min hamaim masnun(
Peringkat ini adalah dengan merujuk kepada firman Allah :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk “. (QS. Al-Hijr (15) :
26)
Mengikuti tafsiran Dr. Maurice Bucaille “hamaim masnun” diartikan juga sebagai
lumpur, atau tanah berorganik dan tidak tertumpu kepada pengertian lain seperti
lumpur yang berubah-ubah yang berwarna hitam serta mempunyai bau tersendiri.
Ini adalah disebabkan proses penyebatian di antara tanah dan air telah berlaku.
Keempat : Peringkat Tanah Keras )ash-shalshal(
Perkataan ini tidak sempurna jika perumpamaannya tidak dijelaskan bersama
yaitu “kal fakhkhar” yang membawa arti seperti tembikar. Maka jelas bahwa pada
peringkat ini dari aspek fisikalnya manusia yang ingin diciptakan oleh Allah
SWTberada dalam keadaan yang keras seperti sifat tembikar. Sebagaimana firman
Allah:
“Dia mencipta manusia dari tanah kering seperti tembikar “. (QS. Ar-Rahman
(55) : 14)
Manakala Abu Hasan al-Tibrisi menerangkan bahwa dengan fisikal yang keras, ia
dapat mengeluarkan dentingan bunyi yang gemerincing serta berulang-ulang di
55
udara seperti suara besi yang dipukul angin. Pada peringkat ini menunjukkan
bahwa masa untuk Adam menjadi lembaga manusia yang lengkap sudah tiba.
Pada peringkat ini juga hanya dilihat sebagai peringkat terakhir penciptaan
manusia dari aspek fisikalnya termasuk tiga peringkat yang terawal sebagaimana
yang diterangkan sebelum ini.
Kelima : Peringkat Peniupan Roh
Peringkat yang kelima ini menunjukkan proses penciptaan manusia pertama
(Adam) dari aspek spiritual, setelah aspek fisikalnya telah lengkap hingga ke
tahap menjadi satu lembaga. Di dalam kitab Qishas Al-Ambiya menerangkan
tentang proses penciptaan manusia yang seterusnya dipaparkan dengan amat jelas.
Dikatakan Allah SWT meniup roh ke dalam diri Adam melalui kepala dan selepas
itu malaikat dengan perintah Allah telah mengajarkan Adam untuk memuji Allah
yaitu Al-hamdulillah, lalu dia menyebut. Apabila roh memasuki bagian matanya,
Adam telah dapat melihat dengan jelas buah-buah yang terdapat di dalam syurga.
Selepas itu apabila sampai roh kebagian kerongkong Adam ingin makan. Dan
sebelum roh sampai kebagian kaki, maka Adam segera ingin menjangkau buah
tersebut.
Di sini terdapat dua persoalan yang dapat dijelaskan. Pertama, jika
merujuk kepada uraian di atas bahwa proses peniupan roh ke dalam jasad Adam
berlaku di dalam syurga, maka boleh dibuat kesimpulan bahwa tempat penciptaan
manusia pertama (Adam) adalah berada di dalam syurga. Ini adalah bertepatan
dengan pendapat yang menyatakan Adam diciptakan di syurga Ma’wa yaitu
tempat kediaman orang-orang saleh sebagaimana yang diuraikan di dalam kitab
Hayat Adam.
Persoalan kedua adalah berkenan dengan sikap gopoh Adam dan proses
menyempurnaan penciptaannya. Ia dapat dilihat dalam sikap manusia pada hari ini
yang suka melaksanakan sesuatu perkara dalam keadaan yang tergesa-gesa atau
inginkan sesuatu itu dalam kadar yang segera.
Maka dengan berakhir proses peniupan roh ini sempurnalah kejadian
Adam yaitu sebagai manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Jika
56
dilihat dengan teliti proses penciptaan manusia pertama yang dipaparkan di dalam
Al-Qur’an amat teliti dan uraiannya adalah bersifat kronologi.
Kemudian Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya menjelaskan proses
kejadian manusia, antara lain hadis yang terjemahannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya setiap manusia dikumpulkan dalam kejadian perut Ibunya selama
40 hari sebagai air mani, 40 hari sebagai darah, 40 hari sebagai segumpal
daging “. Kemudian Allah mengutus malaikat meniupkan roh (ciptaan) Allah ke
dalam tubuh (janin) manusia yang berada dalam rahim itu”. (H.R Bukhari dan
Muslim)
Sebelum Allah meniupkan roh pada jasad seseorang Allah telah bertanya
kepada roh tersebut dengan pertanyaan: “Siapa Tuhanmu ? Roh menjawab :
Engkau Tuhan kami”. (Q.S Al-A’raf (7) : 172). Berarti potensi beragama bagi
manusia telah ada sejak manusia itu ada.
Dari ungkapan Al-Qur’an dan Hadits yang dikutip di atas, kita dapat
mengetahui bahwa kita masih berbentuk janin sampai berumur empat bulan,
embrio manusia belum mempunyai roh. Roh itu baru ditiupkan kedalam janin
setelah janin itu berumur 4 bulan (3 x 40 hari). Namun, dari teks atau nash itu
dapat dipahami kalau orang mengatakan bahwa kehidupan itu sudah ada sejak
manusia berada dalam bentuk air mani.
Dari proses kejadian dan asal manusia menurut Al-Qur’an itu, Ali
Syari’ati, sejarawan dan ahli sosiologi Islam, mengemukakan pendapatnya berupa
interpretasi tentang hakekat penciptaan manusia. Menurut beliau ada simbolisme
dalam penciptaan manusia dari tanah dan dari roh (ciptaan Allah). Maka
simbolisnya adalah, manusia mempunyai dua dimensi: dimensi ketuhanan dan
dimensi kerendahan atau kehinaan. Dalam pengertian simbolis, lumpur (tanah)
hitam, menunjukkan pada keburukan, kehinaan yang tercermin pada dimensi
kerendahan.
Di samping itu, dimensi lain yang dimiliki manusia adalah keilahian yang
tercermin dari perkataan roh (ciptaan) Nya itu. Dimensi ini menunjukkan pada
kecenderungan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah, mencapai asal roh
(ciptaan) Allah dan atau Allah sendiri. Karena hakekat penciptaan inilah maka
57
manusia pada suatu saat mencapai derajat yang tinggi, tetapi pada saat yang lain
dapat meluncur kelembah yang dalam, hina dan rendah.
E. Eksistensi dan Martabat Manusia
1. Tujuan Penciptaan Manusia
Manusia diciptakan oleh Allah di dunia ini tidak lain supaya mereka menyembah Allah dan bersetatus pengabdian Allah. Ketaatan kepada Allah merupakan peran puncak manusia dalam segala aspek kehidupannya, karena atas dasar dan tujuan tersebut pulalah manusia diciptakan. “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (56) Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka
dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. (57)
Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi
sangat kokoh”. (58) (QS. adz-Dzariyat (51) : 56-58)
2. Fungsi dan Peranan Penciptaan Manusia
Menurut Al-Qur’an, manusia menempati kedudukan dengan posisi yang istimewa
di alam jagad raya ini. Manusia adalah khalifah Tuhan di muka bumi.
Sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Baqarah : 30 :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Secara etimologi kata khalifah diambil dari kata kerja “khalafa” yang berarti
menggantikan dan melanjutkan. Sedangkan yang dimaksud khalifah adalah
person yang menggantikan person lain. Dengan demikian dapat kita yakini bahwa
manusia itu adalah salah satu tujuan diciptakan Tuhan untuk menjadi
khalifah di muka bumi.
Secara filosofis kata khalifah ditafsirkan ke dalam tiga defenisi: Pertama, karena
menggantikan yang lain, yakni menggantikan Allah. Kedua, segolongan manusia
58
menggantikan segolongan manusia. Ketiga, menggantikan selain manusia.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Yunus : 14 :
“Kemudian kami jadikan kamu pengganti (khalifah) di muka sesudah mereka
untuk kami buktikan bagaimana kamu berbuat”. (QS. Yunus :14)
Sebagai penguasa di bumi, manusia berkewajiban memberdayakan alam ini guna
menyiapkan kehidupan yang bahagia. Tugas dan kewajiban ini merupakan bagian
dari fungsi diciptakannya manusia oleh Allah SWT sebagai khalifah di bumi.
Tugas dan kewajiban ini merupakan ujian Tuhan kepada manusia, siapa yang
paling baik menunaikan amanah-Nya itu.
Dalam melaksanakan kewajiban, amanah, dan fungsinya itu sama berdasar bidang
dan keahlian masing-masing. Jadi manusia ini tidaklah lain merupakan khalifah
Allah SWT di atas muka bumi. Khalifah adalah wakil Tuhan di atas muka bumi
ini dengan tuntunan Al-Qur’an berfungsi sebagai penterjemah sifat-sifat Tuhan ke
dalam kenyataan kehidupan dan penghidupan manusia sehari-hari dalam batas-
batas kemanusiaan yang diridhoi Allah. Jadi manusia sebagai khalifah Allah SWT
di muka bumi mempunyai tugas atau fungsi sebagai berikut :
a. Mewujudkan Kemakmuran
“Dia (Allah) telah menciptakan kamu (manusia) dari tanah dan meminta kamu
untuk memakmurkannya“. (QS. Hud : 61)
Ibnu Katsir menafsirkan khalifah sebagai pemakmur bumi ialah: “Ia (Allah)
menjadikan kamu untuk memakmurkan bumi dari generasi ke generasi, dari kurun
waktu ke kurun waktu lainnya untuk menggantikan yang sudah lama (menjadi
generasi yang lebih baik)”. Perwujudan kemakmuran yang diemban manusia di
bumi sebagai fungsinya adalah melaksanakan kegiatan baik berupa amal ibadah,
kaya kreatif, segala usaha untuk memberdayakan alam guna mencapai
kesejahteraannya sendiri.
b. Mewujudkan Kebahagiaan
59
“Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-
Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan
orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan
seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”. (QS. Al-Maidah : 16 )
Kebahagiaan yang dimaksud untuk manusia merupakan kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Pencapaian kebahagiaan di dunia dan akhirat harus dibekali dengan ilmu
pengetahuan.
3. Tanggungjawab manusia
Manusia sebagai khalifah perlu menyadari bahwa ia diciptakan di muka bumi ini
mempunyai tanggungjawab yang penuh atas segala hal yang dilakukannya baik
yang bersifat pribadi maupun bersifat umum. Sebagai khalifah senantiasa
haruslah bekerja, mengambil dan memanfaatkan kekayaan alam ini sebaik-
baiknya dalam bentuk yang positif yang berpedoman kepada ajaran-ajaran
yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Prof. Abbas Mahmud Al-Aqqad mendefinisikan: manusia adalah makhluk yang
bertanggung jawab, yang diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan. Definisi ini
mengandung tiga unsur pokok, yaitu :
a. Manusia sebagai ciptaan Allah SWT
b. Manusia bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya, menurut Al-
Qur’an akan dipertanggung jawabkan nanti dihadapan Tuhan di akhirat.
c. Manusia diciptakan dengan sifat-sifat Ketuhanan. Beberapa sifat
Ketuhanan yang ada pada manusia, seperti pemurah, pemaaf, pengasih,
penyayang, dan lain-lain.
BAB VI
SUMBER HUKUM ISLAM
A. Pendahuluan
60
Menurut Hudhari Beik (1969: 5), tersebarnya agama Islam sekarang ini
tidak dapat dipisahkan dengan andil besar yang diperjuangkan oleh Rasulullah
SAW. Dan sebagai pondasi pokok ajaran utamanya adalah Al-Qur’an. Sementara,
untuk memperjelas keterangan-keterangan di dalamnya, dibutuhkanlah
penjelasan-penjelasan langsung dari rasulullah SAW, baik melalui perkataan
maupun perbuatannya. Yang kemudian, bentuk penjelasan tersebut dikenal
dengan sebutan sunnah atau Hadis nabi. Dua hal inilah yang kemudian disepakati
oleh mayoritas umat Islam sebagai sumber utama Islam dari zaman ke zaman.
Dan sumber utama itulah yang dalam perkembangan selanjutnya, dikenal sebagai
sumber hukum Islam atau biasanya dalam literatur klasik dikenal dengan sebutan;
“al-adillah as-syar’iyyah” (dalil-dalil syara’).
Sedangkan pembahasan mengenai hukum Islam10 berarti pembahasannya
terfokus pada sudut pandang ushul fiqh sebagai media untuk menemukan
hukum. Para pakar ilmu ushul mendefinisikan hukum sebagai bentuk petunjuk
yang berhubungan dengan perbuatan mukalaf, baik berupa tuntutan, pilihan,
maupun ketetapan ( Khalaf, 1968:.105-125).11
Allah swt secara tegas menyeru terhadap orang-orang yang beriman
supaya mereka memeluk Islam secara total (kaffah). Sebagaimana tertera pada
surah al-Baqarah/2: 208. Seruan inilah yang kemudian mengilhami banyak ulama
melakukan kegiatan ijtihad secara simultan dari tiap generasi untuk mendekatkan
umat Islam terhadap hakikat dari nilai-nilai keislaman yang kaffah, termasuk di
dalamnya upaya pembakuan sumber hukum Islam.
B. Sumber Hukum Islam
Terminologi sumber hukum Islam biasa dalam disiplin ilmu ushuluddin
disebut sebagai dalil atau plural-nya adillah (argumentasi). Istilah ini, biasanya
terkait erat dengan ijtihad terhadap al-ahkam as-syar’iyyah (hukum-hukum
10 Hukum islam merupakan istilah Indonesia yang diterjemahkan dari al-Fiqh al-Islami atau asy-Syari’ah al-Islamiyah. Dalam istilah literatur barat dikenal dengan Islamic Law sedangkan Fiqh Islamic Jurisprudence.
11Menurut ulama ushul, hukum secara global dibagii menjadi dua, yaitu al-hukum at-taklifi dan hukum al-wad’i. hukum taklifi terdiri atas wajib, sunah, haram, makruh, dan mubah, sedangkan hukum wad’i terrdiri atas sebab, syarat, penghalang, keringanan, sah, dan batal
61
syari’ah). Dari sini, kemudian para pakar ilmu ushul12 memformulasikan bahwa
Sumber hukum Islam adalah rujukan, argumentasi, dalil, atau referensi yang
dipergunakan untuk mendapatkan pandangan yang benar berdasarkan metodologi
yang tepat (Ramadhan Hasan, 1998: 132).
Pembahasan terkait sumber hukum, ada beberapa pandangan yang
berkembang. Diantaranya, pandangan yang menyebut bahwa mayoritas ulama
Islam menyepakati, bahwa sumber hukum dalam Islam di bagi menjadi dua
bagian. Sumber hukum pokok (primer) yang disepakati kehujjahannya(muttafaq
‘alaih) dengan memasukkan ijma’ dan qiyas setelah Al-Qur’an dan Hadis (Khalaf
1968:22). Dan sumber hukum furu’iyah (sekunder) yang kerapkali diperselisihkan
(mukhtalaf ‘alaih). Sumber hukum kedua yang diperselisihkan menurut Khalid
Ramadhan Hasan (1998: 5-6) terdiri atas; qaul shahabi (perkataan para sahabat),
syar’u man qablana (syariat umat-umat terdahulu), al-istishab, al-‘urf
(adat/kebiasaan), al-istihsan, sad zara’i, dan mashalih al-mursalaf h.
Sementara Tim Tafsir Tematik Kementerian Agama RI memberikan
eksplanasi baru ( 2010: 61),bahwa sumber utama hukum Islam adalah Al-Qur’an
dan Hadis, yang keduanya kemudian disebut sebagi adillah (dalil-dalil).
Sementara; ijma’ qiyas, istihsan, maslahah mursalah, istishab, urf dan sad zara’i
merupakan dalil pendukung, sebagai alat bantu untuk menggali hukum-hukum
yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis.
Terlepas dari dua sudut pandang di atas. Khalaf (1968: 22)
mengklasifikasi keseluruhan sumber hukum dalam Islam ada 10, dengan
perincian; 4 disepakati secara penuh dan 6 di perselisihkan dan mengecualikan
sad zara’i.
12 Kata ushul merupakan jama’ dari kata Ashl yang berarti sesuatu yang menjadi dasar bagi yang lain. Atas dasar ini, ushul fiqih dipandang sebagai sandaran bagi fiqih dan sebagai alat untuk melahirkkan fiqih. Pembahasan Ilmu Ushul Fiqh biasanya mencakup dalil-dalil fiqhiyah, metode-metode istinbath, hukum syar’i, hakim (Allah), mahkum fih (pekerjaan orang mukallaf) dan mahkum ‘alaih (orang mukallaf). (Zahrah, 1957: 25-26).
Hampir semua buku yang membahas tentang Ilmu Ushul Fiqh menempatkan Imam Syafi’i (wafat 204 H) sebagai peletak dasar metodologi pemahaman hukum dalam Islam atau penyusun pertama Ilmu Ushul Fiqh, Sebenarnya metodologi untuk memahami hukum Islam itu sudah ada sebelum al-Syafi’i, hanya saja pada waktu itu metodologi ini belum dirumuskan dan belum pula dibukukan secara sistematis, sebagaimana pendapat Nurcholish Madjid dalam pengantar buku Ar-Risalah karya Imam Syafi’i yang selanjutnya diterjemahkan oleh Ahmadie Thoha.
62
Dalam tulisan ini, akan diuraikan secara ringkas terkait sumber-sumber
hukum Islam di atas. Baik yang primer maupun skunder, berdasarkan pendekatan
yang dilakukan oleh para ulama ushul fiqh.
1. Sumber Hukum Primer
Sebagaimana disinggung di atas, dalam Islam terdapat sumber hukum
primer (pokok) dalam terminologi ahli ushul-fiqh, dikenal dengan ushuliyah. Dua
hal ini menjadi pondasi paling awal dalam memahami Islam. Ibarat sebuah
negara, dalam kontek fungsi –bukan dalam hal aqidah-Al-Qur’an adalah UUD
dan Pancasila, yang harus dipedomani dalam semua kehidupan umat muslim.
Yang di dalamnya masih terdapat beberapa aturan, perundangan yang bersifat
global (mujmal), yang hal itu membutuhkan perangkat penjelas yang lebih detail,
meskipun tidak semua demikian. Artinya, dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat
yang sudah cukup jelas yang tidak perlu penjelasan lebih jauh, namun sudah
dapat di tangkap makna dan pesannya. Namun juga terdapat ayat-ayat yang
berpotensi multi-tafsir yang hal itu jelas membutuhkan perangkat penjelas yang
otoritatif, yang dalam konteks inilah kemudian Hadis nabi menjadi nominator
pertama dalam memberikan eksplanasi lanjutan dari penjelasan Al-Qur’an.
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT kepada manusia yang di
wahyukan kepada nabi Muhammad melalui malaikat jibril dengan bahasa Arab,
yang dinukilkan kepada kita secara mutawatir, tertulis dalam mushaf-mushaf,
membacanya merupakan ibadah, di mulai dengan surah al-Fatihah dan di tutup
dengan surah an-Nas. (al-Haj: 213).
63
Al-Quran Al-Karim, yang terdiri atas 6.236 ayat13, menguraikan
berbagai persoalan hidup dan kehidupan, dan ketika Al-Quran memperkenalkan
dirinya sebagai tibyanan likulli sya'i (Qs.an-Nahl/16:89)bukan maksudnya
menegaskan bahwa ia mengandung segala sesuatu, tetapi bahwa dalam Al-Quran
terdapat segala pokok petunjuk menyangkut kebahagiaan hidup duniawi dan
ukhrawi (Syaltut: 13).
Dalam konteks menjadi sumber hukum, para pakar Ushul menyatakan
bahwa Al-Qur’an adalah sumber utama yang diturunkan oleh Allah dan wajib
diamalkan. Seorang mujtahid (orang yang hendak menggali hukum) tidak
dibenarkan mencari hujjah lain, sebelum ia mampu meneliti dan menelaah lebih
dalam terhadap kandungan Al-Qur’an.
Yang perlu di garis bawahi, bahwa upaya menggali hukum dari Al-
Qur’an tidaklah cukup hanya memahaminya berdasarkan satu kitab tafsir saja,
apalagi hanya berdasarkan terjemahan. Akan tetapi diperlukan perangkat
keilmuan yang cukup, sehingga ketika mendasarkan dalil dari Al-Qur’an tidak
13Menurut Abdur-Razaq Ali Ibrahim Musa dalam al-Muharrar al-Wajiz fi ‘Addi Ayil Kitabil-Aziz (1988: 47) menginformasikan bahwa para ulama berbeda pendapat tentang jumlah ayat Al-Qur’an. Menurut pendapat terkuat kriteria dan jumlah pengelompokan ini terkait erat dengan enam copy naskah Usmaniyah yang didistribusikan ke beberapa garnisun wilayah Islam waktu itu (al-Amshar). Olehkarenanya hitungan Madinah ada dua (Madani Awal dan Akhir), Mekah, Syam, Kufah, dan Basrah demikian menurut ad-Dani. Sementara al-Ja’biri (menambahkan satu lokasi lagi), yakni hitungan dari daerah Hims. Dari kronologis ini kemudian para ulama setelahnya menggenapkannya menjadi 7 riwayat yang memberikan keterangan tentang jumlah ayat dalam Al-Qur’an.
1. al-Madani (Madinah), hitungan jumlah ayat dalam kelompok ini dibagi lagi menjadi dua; Madani Awal dan Madani Akhir;a. Madani Awal 6217 ayat;b. Madani Akhir 6214 ayat;
2. al-Makki (Mekah) 6219 dan 6210 ayat. 3. as-Syami (Siria) 6226 ayat; 4. al-Kufi (Kufah, Irak) 6236 ayat;5. al-Bahsri (Basrah, Irak) 6204 ayat;6. al-Himsyi, menurut al-Mutawalli disandarkan dari riwayat Syuraikh bin Yazid al-
Himsyi al-Hadrami. Sementara menurut Abdul Ali Mas’ul hitungan ini disandarakan kepada Khalid al-Ma’dan seorang tabiin senior dari Syam. Meskipun terjadi perbedaan sumber, keduanya sepakat jumlah ayatnya adalah 6232 ayat.
Adapun hitungan 6666 setidaknya dapat ditemukan referensinya menurut; keterangan Syekh Nawawi Banten (w. 1316 H) dalam kitabnya Nihayatuz-Zain fi Irsyadil-Mubtadiin dan Az-Zuhaily dalam at-Tafsir al-Munir fil-‘Aqidah was-Syari’ah wal-Manhaj. Menurut al-Bantani Bilangan ayat Al-Quran yang mulia itu 6666 ayat. 1000 ayat didalamnya tentang perintah. 1000 ayat tentang larangan. 1000 ayat tentang janji. 1000 tentang ancaman. 1000 ayat tentang kisah-kisah dan kabar-kabar. 1000 ayat tentang ‘ibrah dan tamsil. 500 ayat tentang halal dan haram. 100 tentang nasikh dan mansukh, dan 66 ayat tentang du’a, istighfar dan dzikir. (Mu’ti Muhammad, 2005: 34).
64
hanya asal comot dalam mencari legitimasi pembenaran dari prilaku seseorang
yang bersangkutan. Sebagai contoh, upaya pembenaran para pelaku pemboman
dengan mengambil dalil dari ayat Al-Qur’an surah al-Baqarah/2: 154.
“Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di
jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup,)tetapi kamu tidak
menyadarinya. “(Qs. al-Baqarah/2: 154).
Mereka (pelaku teror) menganggap bahwa tafsir/ pemaknaan dari yaqtul
fi sabilillah adalah dengan melakukan bom bunuh diri, dan mereka meyakini hal
itu sebagai prilaku syahid.
b. Sunnah/Hadis
Hadis adalah semua ucapan, perbuatan, arahan dan ketetapan yang
berasal dari Rasulullah.14 Dari pengertian diatas.Bahwa jumhur ulama hadis
membawa makna kepada seluruh kebiasaaan Nabi, baik yang melahirkan hukum
syara’ maupun tidak. Mereka juga menyamakan antara hadis dan sunnah, namun
ada juga yang membedakan. Menurut Nur al-Din ‘Itr (1995: 7-12) kebanyakan
kata sunnah dipakai oleh ulama ushul. Sunnah menurut mereka sebagaimana
dikutip as-Siba’i (1998: 57).” Segala Sesuatu yang bersumber dari Nabi selain
Al-Qur’an al-Karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir yang
menjadi dalil bagi hukum syara’.
Sehingga mereka membatasi as-Sunah adalah yang berhubungan
dengan syara’ saja, sedangkan yang tidak berhubungan dengan syara’ seperti sifat
nabi fisik maupun non fisik masuk dengan istilah hadis dan yang bersumber dari
selain Nabi juga dikategorikan sama.
Pembatasan As-sunah juga hanya pada Nabi menurut Daniel W.
Brown (1996: 7-12) dilakukan oleh Imam Syafi’i. Dan pakar Fiqh kenamaan dari
Syiria juga lebih menekankan as-Sunnah dari pada hadis, dan ia memaparkan
14Para ahli memberikan definisi yang berbeda sesuai dengan latar belakang didiplin ilmunya. Seperti perbedaan pengertian hadis menurut ahli Ushul dan ahli hadis. Menurut ahli hadis pengertian hadis adalah “ segala perkataan Nabi, perbuatan, dan hal ihwalnya.”Ada juga yang memberikan pengertian lain yang lebih komprehensif: "segala yang bersumber dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, perangai, budi perkerti, perjalanan hidup, baik sebelum diangkat maupun sesudahnya”. (Ajjaj al-khatib, 1997: 17 – 19). ( Hasyim, 2005: 12). ( al-Qasimi, 1979:61 )
65
cakupan sunnah memuat pada tiga aspek; sunnah qauliyah (perkataan), sunnah
fi’liyah (perbuatan) dan sunnah taqririyah (ketetapan) yang semua berasal dari
Nabi. Artinya, as-sunnah tidak selalu berupa perkataan rasul an sich (az-Zuhaili,
1997: 35).
Adapun Istilah hadis, khabar dan atsar, Sebagian ada yang
menyamakan ada juga yang membedakannya. Hadis hanya bersumber kepada
Nabi, sedangkan khabar bersumber kepada sahabat dan tabi’in, fuqaha khurasan
mengistilahkan atsar untuk hadis mauquf, dan sebagian dari mereka ada yang
mengkhususkan istilah khabar untuk hadis marfu’. Ada juga yang tidak
membedakannya sebagaimana juga dikemukakan al-Suyuthi (1988: 42 ).15
Sedangkan menurut Subhi Shalih (1995: 15), tidak ada alasan mengkhususkan
atsar hanya untuk apa yang disandarkan kepada sahabat (hadis mauquf) atau
kepada tabi’in (hadis maqthu’). Sebab yang mauquf dan maqthu’ ini pun sebuah
riwayat, seperti halnya yang disandarkan kepada Nabi (marfu’).
Posisi kehujjahan Hadis/sunnah dalam konteks sumber hukum Islam
setelah Al-Qur’an adalah terpaut empat hal (az-Zuhaili, 1997: 38-39). (1).
Sunnah/hadis menjadi penguat (ta’kid) dari ayat Al-Qur’an; 16(2). Sunnah/hadis
sebagai penjelas lebih dalam terhadap Al-Qur’an; 17(3). Sunnah/hadis menghapus
15 Hadis mencakup lebih luas dari sekedar ucapan Nabi SAW, para sahabat dan tabi’in, perbuatan mereka dan ketetapan mereka.”
Dari pengertian tersebut berimplikasi dengan pembagian hadis berdasarkan pada sumbernya: hadis marfu’, hadis mauquf dan hadis maqthu.
16Fungsi al-ta'kid disebut juga al-taqrir dan al-isbat. Sebagai fungsi ta'kid terhadap al-Qur'an berarti Nabi saw berperan untuk memperkuat apa yang telah dijelaskan dalam al-Qur'an. Salah satu contoh hadis yang diriwayatkan Muslim dari Ibnu Umar “apabila kalian melihat bulan, maka berpuasalah, juga apabila melihat itu maka berbukalah”.
Hadis ini datang men-ta’kidayat al-Qur’an di bawah ini:
هر منكم شهد فمن فليصمه الش“Maka barangsiapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia
berpuasa”.17Fungsi al-tafsir dapat mencakup al-taqyid, al-tafshil dan al-takhsis. Salah satu contoh
hadis yang diriwayatkan al-Bukhari dari Malik bin Huwairits :“shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat”. (HR. Bukhari)Hadis ini datang menjelaskan cara mendirikan shalat.
66
hukum Al-Qur’an18dan (4). Sunnah/hadis memberikan putusan hukum19 yang
tidak disebut oleh Al-Qur’an.
Legitimasi Al-Qur’an terhadap posisi Hadis di atas, ditegaskan dalam
Qs, al-Hasyr/59:7
“Dan apa yang dilarangnyabagimumakatinggalkanlah. Dan bertakwalahkepada
Allah.Sungguh, Allahsangatkerashukuman-Nya.(Qs. al-Hasyr/59: 7).”
Di samping fungsi Hadis tersebut secara khusus sebagai salah satu
sumber dalam penetapan hukum, Hadis juga tidak sama dengan al-Qur’an.20Dan
Hadis baru dibukukan pada akhir abad pertamadan awal abad kedua hijrah21 yaitu
18Untuk jenis ini ada perbedaan ulama, ada yang menerima fungsi hadis sebagai nasikh dan ada juga yang menolak. Salah satu contoh yang biasa dimisalkan oleh para ulama yaitu hadis
لوارث وصية ال“tidak ada wasiat bagi ahli waris.”Hadis ini menaskah isi firman Allah
ية خيرا ترك إن الموت أحدكم حضر إذا عليكم كتب kkالوص ا بالمعروف واألقربين للوالدين المتقين على حق
“Diwajibkan atas kamu, apabila maut hendak menjemput seseorang di antara kamu, jika dia meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua orang tua dan karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai) kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.”
19Abbas Mutawlli Hammadah juga menyebut fungsi ini dengan “Za’id ‘ala al-Kitab al-Karim”( 1965: 161)
Nabi saw memiliki wewenang mengatur hukum baru yang belum diatur dalam al-Qur'an yang tidak ada penjelasannya secara tersurat dalam Al-Qur'an. Salah satu contoh hadis tentang zakat fitrah, sebagaimana diriwayatkan Al-Bukhari dari Ibnu Umar
زكاة وسلم- فرض عليه الله -صلى الله رسول أن وعبد حر كل على شعير من صاعا أو تمر من صاعا الفطر
المسلمين من ذكروأنثى“bahwasanya Rasul SAW telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan
Ramadhan satu sha’ kurma atau gandum untuk setiap orang baik orang merdeka atau hamba sahaya, baik laki-laki maupun perempuan”. (HR. Al-Bukhari)
20Diantara perbedaan adalah : semua lafaz Al-Qur’an adalah mutawatir sedangkan hadis tidak demikian, terjaga dari perubahan karena ia sebagai mukjjizat Nabi SAW sebaliknya hadis tidak, larangan periwayatan Al-Qur’an dengan makna sedangkan hadis tidak, Al-Qur’an bisa dibaca ketika shalat sementara hadis tidak, dinalai ibadah bagi yang membaca Al-Qur’an, dan lain-lain
21Disebabkan lamanya tenggang waktu antara Rasulullah dengan masa pembukuan Hadis ini, menjadikan Hadis sebagai sasaran empuk oleh kaum orientalis yang menginginkan agar umat Islam meragukan sumber hukum Islam yang kedua, salah satunya Joseph Schacht dalam bukunya The Origins of Muhammadan Jurisprudence yang terbit pada tahun 1950, kemudian bukunya An Introduction to Islamic Law yang terbit pada tahun 1960 (Badawi, 1989: 252-253).Dimana ia berkesimpulan bahwa Hadis Nabawi, terutama yang berkaitan dengan Hukum Islam, adalah buatan para dari tabaqah pertama sampai terakhir, dan berita yang mereka sampaikan benar-benar hasil pendengaran ulama abad kedua dan ketiga hijrah. Lihat bantahannya yang disampaikan oleh M.M. Azami melalui penelitiannya. (Azami, 1980).
67
pada masa pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz (61-101 H) (al-Khatib, 1981:
373).
Dalam Hadis ada beberapa istilah seperti Rawy: ialah orang yang
menyampaikan Hadis nabi, Matan: ialah pembicaraan atau materi atau lafaz hadis
itu sendiri.Sanad: ialah silsilah orang-orang yang meriwayatkan hadis tersebut
(Al-Thahhan, 1979: 15-16).
Pembagian Hadis dilihat dari segi kuantitas terbagi atas, Hadis
Mutawatir dan Hadis ahad. Hadis mutawatir22 adalah Hadis yang diriwayatkan
oleh banyak orang yang menurut akal dan kebiasaan mustahil sepakat untuk
berdusta. Hadis ini mempunyai kedudukan sebagai dalil qath’î, hal ini sudah
disepakati oleh para ulama, dengan demikian adanya kewajiban dalam
mengamalkannya dan tidak dapat diragukan lagi atas keberadaan nya. sedangkan
Hadis ahad adalah Hadis yang jumlah perawinya tidak mencapai batasan
mutawatir. Hadis ahad terbagi 3; Masyhur adalah Hadis yang diriwayatkan oleh
tiga rawi atau lebih serta belum mencapai derajat mutawatir, Aziz adalah Hadis
yang jumlah perawinya tidak kurang dari dua, walaupun dua perawi tersebut
pada satu thabaqah saja. Dan Gharib adalah Hadis didalam sanadnya terdapat
satu perawi saja dalam meriwayatkannya (Al-Thahhan, 1979: 21).
Pembagian Hadis dilihat dari segi kualitas terbagi; Maqbul dan
mardud (Al-Thahhan, 1979: 41).Hadis yang kategori maqbul yaitu Hadis-Hadis
yang telah sempurna syarat-syarat penerimaannya. Adapun syarat-syarat
penerimaan hadits menjadi hadits yang maqbul berkaitan dengan sanad-nya yang
tersambung, diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabit, dan dari segi matan
yang tidak syadz dan tidak terdapat illat. Sedangkan yang termaksud dalam
kategori Hadis ini adalah :Hadis Sahih baik yang Lizatihu maupun yang Ligairihi
dan Hadis Hasan baik yang Lizatihi maupun yang Ligairihi. Sedangkan Hadis
Mardud ialah hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat atau sebagian syarat
hadis maqbul. Adapun hadits mardud bisa dilihat dari Sanad dan Matan. Para
ulama mengelompokkan hadis ini dengan hadis dhaif.
22Suatu hadis disebut mutawatir jika terpenuhi beberapa syarat. Pertama, diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi dan mencapai suatu ketentuan yang tidak memungkinkan mereka berbohong, para ulama berbeda pendapat tentang batasan jumlahnya.Kedua, adanya kesamaan jumlah pada setiap thabaqah. Ketiga, menerima matannya benar-benar hasil pendengaran dan penglihataanya sendiri (Ismail : 114)
68
Pembagian hadis ahad kepada Masyhur, ‘Aziz dan gharib bertujuan
untuk mengetahui banyak sedikitnya sanad, sedang membagi hadis ahad kepada
shahih, hasan dan dhaif adalah bertujan untuk menentukan apakah hadis tersebut
diterima atau ditolak. Atau dengan pengertian lain hadis ahad dari segi kualitas
terbagi tiga bagian, yaitu: ada hadis ahad yang shahih, hasan dan dhaif. Untuk
lebih jelasnya bisa dilihat kitab-kitab musthalah Al-Hadits.
c. Ijma’ )Konsensus(
Mayoritas ulama ushul fiqh, mendefinisikan ijma’ sebagai kesepakatan
para mujtahid dari umat Muhammad pada suatu masa ke masa setelah Rasulullah
wafat, terhadap suatu hukum syara’. (As-Subki, 1974: 76) yang bersifat amaliyah.
Hal tersebut mengandung pengertian bahwa ijma’ tersebut hanya berkaitan
dengan persoalan-persoalan furu’ (amaliyah praktis). Diantara argumentasi,
kenapa terdapat penambahan “setelah rasulullah wafat.”?. sebab, ketika
Rasulullah masih hidup segala persoalan dapat langsung ditanyakan kepada beliau
tanpa harus melakukan ijma’. (Hasan Hitou, 2005: 104).
Kehujjahan ijma’ di dasarkan dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam surah
an-Nisa/4: 59. Kata ‘ulil amri’ pada ayat tersebut, mayoritas ulama ushul adalah
pemimpin secara umum, yang mencakup para pemimpin agama dan pemimpin
urusan duniawi. Seperti aparat pemerintah, penegak hukum dan semisalnya. Ibnu
‘Abbas umpamanya, menafsirkan kata ini dengan para ulama (Nasrun Haroen,
2001:55)
Terpenuhinya ijma’ sebagai hujjah/dalil menurut para pakar ushul
sebagaimana di kutip Wahbah az-Zuhaili harus memenuhi lima rukun; (1). Orang
yang terlibat dalam pembahasan hukum adalah mujtahid, (2). Mujtahid yang
terlibat adalah seluruh mujtahid yang ada di waktu itu, (3). Ijma; harus di mulai
dengan mendengar pandangan para mujtahid, (4). Hukum yang disepakati harus
aktual yang tidak didapati perinciannya dalam Al-Qur’an dan hadis dan (5). Ijma’
tidak boleh tidak merujuk pada Al-Qur’an dan Hadis (Khalaf, 1968: 45-46).
Dilihat dari proses tercapainya kesepakatan, para ulama ushul membagi
ijma ke dalam dua kategori yaitu : Ijma’ Sarih dan ijma’ sukuti. Ijma’ sarih adalah
kesepakatan tegas para mujtahid, di mana mereka menyampaikan pendapat
masing-masing secara jelas, baik dengan perkataan, tulisan atau juga dengan
69
perbuatan dan hukum yang dihasilkan dapat dijadikan hujjah dan kekuatan
hukumnya bersifat qath’i. Sedangkan Ijma’ Sukuti adalah sebagian mujtahid
menyatakan pendapatnya tentang hukum suatu masalah dan tersebar luas,
sedangkan sebagian mujtahid lainnya hanya diam saja setelah meneliti pendapat
mujtahid yang dikemukakan di atas, tanpa berkomentar dan itu membuat status
ijma’ sukuti masih diperdebatkan.23
d. Qiyas
Qiyas adalah menganalogkan sesuatu hukum dengan hukum yang lain
yang memiliki kesamaan illat/sebab (as-Subki, 1974: 80). Secara sederhana, qiyas
adalah analogi atau mempersamakan. Semisal hukum sabu-sabu, zaman Nabi
tidak di kenal. Namun karena ada faktor penyebab memabukkan maka ia di-
qiyaskan hukumnya dengan khamer. Maka hukumnya haram.
Sebagaiman Ijma’, qiyas juga memiliki rukun (khalaf, 1968 : 60). (1). al-
Ashl yakni kasus yang sudah memiliki ketetapan hukum berdasarkan nas dan
ijma’, (2). al-faru’ yakni kasus yang sedang dipelajari status hukumnya, (3).
Hukmul-ashl yakni hukum yang sudah ditentukan oleh nas dan Ijma, dan (4). al-
illah, motivasi hukum pada ashl yang ditengarahi wujudnya oleh seorang
mujtahid.24
23Imam Syafi’i dan ulama Malikiyah menyatakan bahwa ijma’ sukuti tidak bisa dijadikan landasan hukum. Dengan alasan diamnya sebagaian ulama atau sebagaian mujtahidin belum tentu menandakan persetujuan mereka. berbeda dengan ulama Hanifiyah dan Hanabilah. ( Badrann, 1991:131) dan bandingkan dengan (al-Hanafi, 1983: 41).
24Dilihat dari perbandingan antara ‘illat yang terdapat pada ashl dan yang terdapat pada cabang, maka Qiyas terbagi menjadi tiga macam:
1. Qiyas Awla, yaitu ‘illat yang terdapat pada furu’ lebih besar dari ‘illat yang terdapat pada ashl. Semisal mengqiyaskan haramnya memukul orang tua dengan keharaman mengatakan “ah” pada surah al-Isra /17:23: memukul (‘illat far)’ lebih haram dari mengucapkan “ah” yang posisinya sebagai (‘illat ashl).
2. Qiyas musawi, yaitu ‘illat yang terdapat pada cabang sama bobotnya dengan ‘illat yang terdapat pada ashl. seperti menjual harta anak yatim diqiyaskan kepada memakan harta anak yatim pada surah an-Nisa /4:10. 'Illat-nya adalah sama-sama menghabiskan harta anak yatim.
3. Qiyas al-Adna, yaitu ‘illat yang terdapat pada cabang lebih rendah bobotnya dibandingkan ‘illat yang terdapat pada ashl. (Al-Amidi, 1983: 63)
Kalau dari segi jelas atau tidak jelasnya ‘illat yang menjadi landasan hukum, maka qiyas dapat dibagi menjadi dua macam :
1. Qiyas Jali, yaitu qiyas yang dinyatakan ‘illatnya secara tegas dalam Al Quran dan Sunnah atau tidak dinyatakan secara tegas dalam kedua sumber tersebut, tetapi berdasarkan penelitian kuat dugaan bahwa tidak ada perbedaan antara ashl dan cabang dari segi kesamaan ‘illatnya. .
2. Qiyas Khafi, yaitu qiyas yang illatnya di istinbatkan atau ditarik dari hukum ashl ( As-Subki, 1974: 177)
70
Adapun ayat yang dijadikan dasar pengukuhaan qiyas adalah firman Allah
yang berbunyi;
“......maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-
orang yang memiliki pandangan.” (Qs. al-Hasyr/59: 2)
2. Sumber Hukum Sekunder
Sebagaimana disinggung di atas, bahwa selain sumber hukum primer.
Islam memiliki perangkat sumber hukum sekunder. Tentu terminologi ini bukan
berarti pemaknaannya menjadi semacam kebutuhan ekonomi. Yang dikenal ada
kebutuhan primer. Sekunder, tersier. Namun, hal ini hanya meminjam istilah dan
menunjukkan stratifikasi (tingkatan) kehujjahan sumber hukum yang ada di dalam
Islam.
Selain itu, kentalnya para pakar ushul-fiqh dalam penggalian sumber
hukum Islam bukan berarti pembahasan ini fiqh oriented. Sebab, antar fiqh dan
ushul fiqh sangat berbeda. Adapun diantara argumentasi/alasan kentalnya nuansa
ushul fiqh dalam penggalian sumber hukum di atas. Sebab, dalam disiplin ilmu
inilah kajian terhadap sumber hukum Islam melembaga dan berkembang dari tiap
zaman.
Untuk lebih mensistematiskan pembahasan sumber hukum sekunder.
Penulis akan mengikuti pola yang dikembangkan oleh Khalid Ramadhan Hasan
(1998) dalam kitabnya, Mu’jam Ushul Fiqh sebagai berikut;
a. Qaul Shahabi
Qaul shahabi atau madzhab shahabi25 Wahab Khalaf menyebut qaul
shahabi dengan mazhab shahabi, adalah pendapat para sahabat Rasulullah tentang
suatu kasus yang status hukumnya tidak ditegaskan dalam Al-Qur’an maupun as-
sunnah (1968 : 94).
Sebagian para pakar ilmu Ushul meyakini bahwa pendapat para
sahabat, baik yang berupa ketetapan hukum maupun fatwa dapat dijadikan sebagai
25Qaul ash-shahabi merupakan pendapat perorangan, yang antara satu pendapat sahabat dengan pendapat sahabat yang lainya dapat berbeda. Sedangkan mazhab shahabi merupakan pendapat bersama. Namun ada juga pendapat lain yang memberikan defenisi sama yaitu fatwa sahabat secara perorangan. tentang hukum syara 'yang dihasilkan melalui usaha ijtihad. Namun perbedaan pengertian ini tidaklah harus kita jadikan sebagai permasalahan, karena dari beberapa defenisi diatas tentang mazhab shahabi itu adalah mengarah pada pengertian yang sama, hanya saja penggunaan bahasa yang sedikit berbeda (Syarifuddin, 2008: 378).
71
hujjah. Dengan argumentasi, mereka hidup bersama Rasulullah dalam rentang
waktu yang lama, hal ini memberikan pengalaman yang sangat luas kepada
mereka dalam memahami ruh syariat dan tujuan-tujuan persyariatan hukum syara',
dan dijadikan rujukan oleh generasi-generasi sesudahnya. Diantara para tokoh
yang memegang hujjah qaul para sahabat adalah ulama Hanafiah, Imam Malik,
Imam Syafi’i dalam qaul Qadim, dan Imam Ahmad (Zahrah, 1957:. 212-215).
Kehujjahan qaul shahabi didasarkan atas firman Allah pada surahat-
Taubah/9: 100 yang menurut sebagian ulama merujuk pada pribadi para sahabat.
Rasulullah juga menegaskan bahwa generasi sahabat sebagai generasi terbaik
umat islam26 (Nasrun Haroen, 2001:157).
b. Syar’u Man Qablana
Syar’u Man Qablana secara terminologi ini merujuk pada syariat yang
berlaku pada umat-umat Nabi terdahulu, sebagian para ulama ushul memberikan
penegasan terhadap syariat umat terdahulu dengan sebuah garis tegas. Bahwa
syariat umat terdahulu akan diterima kehujjahannya bilamana terdapat nas yang
melegetimasi pemberlakuannya. Namun, pemberlakuan ini bukan dalam
kapasitasnya sebagai syariat pra-Islam, tapi sebagai syariat Islam itu sendiri.
Seperti kewajiban puasa Ramadhan yang diwajibkan bagi umat Nabi Muhammad
yang dahulunya kewajiban puasa sudah ada, seperti tercantum surah al-Baqarah /
2:183 (khalaf, 1968: 93).
c. al-Istishab
Istishab menurut para ulama ushul adalah menetapkan sesuatu
berdasarkan keadaan yang berlaku sebelumnya hingga adanya dalil yang
menunjukkan adanya perubahan keadaan itu (khalaf, 1968: 91). Sebagaimana
penjelasan al-Gazali27 Bahwa istishab adalah “berpegang pada dalil atau syara’
tertentu-bukan pada ketiadaan dalil, dan setelah diadakan pembahasan dan
penelitian yang cermat, diketahui tidak ada dalil yang mengubah hukum yang
�ى خير 26 �ى أمت ذ�ين ثم قرن ذ�ين ثم يلونهم ال يلونهم ال (Shahih Bukhari pada bab: Fadhail Ashabun Nabi ).
27Imam al-Ghazali (w. 505 H/1111 M) termasuk tokoh besar dalam bidang fiqh maupun kalam. Keistimewaannya adalah selain keilmuan keIslamannya tidak diragukan, ia juga mengenal dengan sangat baik tradisi pemikiran dan filsafat Yunani, al-Ghazali juga termasuk tokoh yang mengelaborasi antara munasabah dan mashlahah. Dalam karyanya Syifa Al-Ghalil terlihat peran besar Al-Ghazali untuk meletakkan landasan epistemik dan kemungkinan integrasinya dalam penalaran hukum Islam.lihat (Kartanegara, et.al, 2011: 191)
72
telah ada.” (al-Gazali, 1983: 128). Dengan demikian, poinnya ialah hukum yang
ada tetap berlaku apa adanya, sebab tidak ada dalil lain yang mengubah hukum
itu.
d. al-Urf
Urf secara sederhana berarti adat atau tradisi. Namun, sebagian ulama
ushultidak menganggapnya demikian. Oleh karenanya, mereka mendefinisikannya
sebagai kebiasaan mayoritas masyarakat dalam perkataan atau perbuatan tertentu
(az-Zarqa, 1968: 840)
Sementara dalam prespektif Wahab Khalaf antara adat dan tradisi
keduanya dianggap sama. Hal penting yang harus di catat dalam kasus urf ini
adalah jenisnya. Para ulama membagi urf (tradisi) menjadi dua. ‘Urf shahih atau
tardisi yang baik dan ‘urf fasid atau tradisi yang buruk yang bertolak belakang
dengan ketentuan syara’. Sudah barang tentu konteks sumber hukum yang dapat
dijadikan hujjah adalah kategori yang pertama (1968:89).
Para ulama sepakat bahwa 'urf shahih dapat dijadikan dasar hujjah selama
tidak bertentangan dengan syara'. Seperti ulama Malikiyah terkenal dengan
pernyataan mereka bahwa amal ulama Madinah dapat dijadikan hujjah, demikian
pula ulama Hanafiyah menyatakan bahwa pendapat ulama Kufah dapat dijadikan
dasar hujjah, Imam Syafi'i terkenal dengan qaul qadim dan qaul jadidnya.28
e. al-Istihsan
Istihsan adalah berpaling dari hasil qiyas tertentu kepada qiyas yang
lebih kuat, atau mengkhususkan qiyas pada dalil yang lebih kuat (khalaf, 1968:
80). Sementara, as-Syafi’i tidak mendefinisikannya, sebab ia tidak menganggap
istihsan sebagi salah satu sumber hukum. Dengan demikian, hanya tiga madzhab
28Qaul qadim terdapat pada kitabnya yang bernama al-Hujjah, yang dicetuskan di Irak. Qaul jadid-nya terdapat pada kitabnya yang bernama al-Umm, yang dicetuskan di Mesir. Imam Syafi’i tinggal di Irak pada zaman pemerintahan al-Amin dan banyak ulama Irak yang termasuk ahl al-ray. Sedangkan di Mesir,beliau bertemu ulama Mesir yang pada umumnya adalah sahabat Imam Malik. Imam Malik adalah penerus fiqh ulama Madinah atau ahl al-hadits. Adanya dua pandangan hasil ijtihad itu, diperkirakan bahwa situasi tempat pun turut mempengaruhi ijtihad Imam Syafi’i (Mubarok, 2002: 9).
Hanya saja yang perlu dicatat di sini adalah ahl alra'y bukan berarti menolak sama sekali pemahaman tekstual ataupun otoritas teks. Demikian pula, ahl al-hadits bukan berarti menolak sama sekali peran rasio dalam memahami teks agama. Pemberian nama ini terkait dengan porsi penggunaan kedua kecenderungan (Saleh, 2001: 15).
73
yang menganggap istihsan sebagi salah satu sumber hukum syara’ (Asy-syatibi,
1975: 206-208).29
Perselisihan para ulama mengenai kehujjahan dan kebolehan al-Istihsan
dijadikan sebagai jalan ijtihad ini, sebenarnya terletak pada pemberikan batasan
terhadap al-Istihsan itu sendiri (Zuhaili, 1999: 86-90).30 Jadi bukan pada
operasionalnya dalam menetapkan hukum berdasarkan al-Istihsan. Jika al-
Istihsan diberi batasan sebagaimana dikemukakan oleh ulama Hanafiyah atau
ulama Malikiyah, maka sebenarnya ulama Syafi’iyah menggunakan cara
mengistimbatkan hukum seperti itu.
f. Sadduzz-Zariah
Kata zariah, menurut asy-Syatibi (1975: 198). berarti “melakukan suatu
pekerjaan yang mengandung kemaslahatan untuk menuju kepada kemafsadahan.”
Artinya; suatu pekerjaan yang pada dasarnya dibolehkan karena mengandung
kemaslahatan, tetapi berujung pada suatu kemafsadatan. Ada juga yang
mengartikan metode Sadduzz-Zariah merupakan upaya preventif agar tidak terjadi
sesuatu yang menimbulkan dampak negatif. Contoh dapat kita temukan dalam
kasus muzakki yang sebelum haul tiba, ia sengaja menghibahkan sebagian
hartanya sehingga nisab hartanya berkurang.
Pada umumnya ulama menerima metode Saddu al-Dzari’ah, hanya saja
mereka tidak sependapat memberikan ukuran dan kualifikasi dzari’ah mana yang
akan menimbulkan kerusakan dan dilarang memang agak sulit,31 tetapi kita
mempunyai prinsip bahwa sikap menghindari sesuatu hal yang menimbulkan
kerusakan harus didahulukan daripada menentukan sesuatu yang dikira akan
mendatangkan kemaslahatan. Jelasnya, kita harus benar-benar
29 jelasnya bisa dibuka di Ibn Taimiyyah, Majmu 'al-Fatawa , Juz IV, hlm., 46 dan Muhammad bin Muhammad bin Hazm al-Zhâhirî, Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam, Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, tt, Juz VII, hlm., 975.
30Batasannya adalah dimana para ulama membagi Istihsan menjadi beberapa batasan yaitu: Istihsan dengan Nash, Ijma ', Dhorurat, Qiyas Khafi,' Urf, dan mashlahah.
31Dilihat dari aspek akibat yang timbulkan, Ibnu al-Qayyim mengklasifikasikan adz-dzari'ah menjadi empat macam( 1996: 104): (1) Suatu perbuatan yang memang pada dasarnya pasti menimbulkan kerusakan (mafsadah), (2) Pada dasarnya diperbolehkan atau dianjurkan (mustahab), namun secara sengaja dijadikan sebagai perantara untuk terjadi sesuatu keburukan (mafsadah). (3) Pada dasarnya diperbolehkan namun tidak disengaja untuk menimbulkan suatu keburukan (mafsadah). (4) Suatu perbuatan yang pada dasarnya diperbolehkan namun terkadang bisa menimbulkan keburukan (mafsadah)
74
mempertimbangkan antara kerusakan/kemudaratan dan kemaslahatan yang
ditimbulkan oleh sesuatu perbuatan.
g. al-Maslahatul-Mursalah
Maslahah32 menurut al-Ghazali maslahah berarti merealisasikan manfaat
dan melenyapkan kemudaratan dalam upaya pemeliharaan tujuan-tujuan syara.
Menurutnya, kemaslahatan haruslah sejalan dengan tujuan-tujuan syara’ yang
patokannya ada lima macam: memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta
atau dalam istilah “al-Maqashid as-Syari’ah” (1983: 286). 33
Konsep maslahah ini dibagi menjadi tiga; (1). Maslahah mu’tabarah,
yakni kemaslahatan yang secar tegas diakui oleh syara’ (2). Maslahah mulgah,
yakni maslahah yang secara akal dianggap ada, namun dalam realita syara’nya
tidak demikian. (3). Maslahah mursalah, yakni maslahah yang tidak memiliki
ketegasan hukum, baik dari Al-Qur’an ataupun hadis namun memiliki kontribusi
nyata dalam kehidupan manusia, ini banyak ditemukan pada bidang mu’amalah
(Satria Effendi & M. Zein, 2005: 149-150).
C. Penutup
Dari beberapa pemaparan sumber hukum Islam di atas dapat dipahami
bahwa, memahami ajaran Islam tidak cukup dengan mengambil sumber hukum
dari Al-Qur’an dan Hadis an sich. Para ulama ushul –misalnya- yang dalam
banyak literatur islam klasik menaruh perhatian besar dalam hal ini, sudah
merumuskan sedemikian rupa hal-hal urgen yang harus dipedomani oleh umat
Islam dalam memahami agamanya.
Penjelasan di atas, bukan berarti Al-Qur’an dan Hadis tidak cukup menjadi
solusi terhadap kehidupan manusia. Akan tetapi, justru mengukuhkan posisi
keduanya yang menjadi sumber dari segala sumber hukum di dalam Islam. Sebab,
32Menurut Wael B. Hallag teori Maslahah-Mursalah pertama kali diperkenalkan oleh Imam Malik (W. 97 H.). Namun karena pengikutnya yang lebih akhir mengingkari hal tersebut, maka setelah abad ketiga hijriyah tidak ada lagi ahli usul fiqih yang menisbatkan Maslahah-Mursalah kepada Imam Malik (Wael B. Hallag, 2000: 165-166).Sehingga ada pendapat yang menyatakan bahwa teori maslahah-mursalah ditemukan dan dipopulerkan oleh ulama-ulama usul fiqih dari kalangan asy-Syafi’iyah yaitu Imam al-Haramain al-Juwaini (w. 478 H.), guru Imam al-Ghazali. Dan menurut beberapa hasil penelitian ahli usul fiqih yang paling banyak membahas dan mengkaji maslahah-mursalah adalah Imam al-Ghazali yang dikenal dengan sebutan hujjatul Islam (Suratmaputra,2002: 63-64).
33Untuk lebih jelasnya, baca: A. Munif Suratmaputar, Filsafat Hukum Islam al-Ghazali: Maslahah mursalah dan Relevansinya dengan Pembaharuan Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.
75
Al-Qur’an bukanlah kitab sejarah, yang di dalamnya semuanya detail di jelaskan.
Namun, di dalamnya hanya di jelaskan garis-garis besar arahan-arahan umum
yang harus dipahami lebih lanjut oleh umat Islam. Begitupun dengan Hadis.
Sehingga, posisi; ijma’, qiyas dan seterusnya, adalah penjabaran lebih lanjut
dalam hal ini guna untuk terpenuhinya kontekstualisasi nilai-nilai Al-Qur’an agar
lebih membumi dan sebagai perangkat yang betul-betul bisa digunakan untuk
menciptakan kemaslahatan umat dan menghindarkan kerusakan umat.Dari
sinisumber hukum Islam memunculkan kesimpulan bahwa substansi ajaran Islam
tidak dibatasai ruang dan waktu, bearti kompatibel pada setiap zaman.
Wallahu ‘alam.
76
BAB VII
TASAWUF DALAM ISLAM
1. PENGERTIAN TASAWUF
Adapun arti tasawuf menurut para ahli biasanya dimulai dari segi bahasa
dan ini terdapat berbagai teori sal –usul kata “tasawuf” diantaranya adalah
sebagai berikut:
A. Shuf yang berarti wool kasar karena orang sufi selalu memakai pakaian
tersebut sebagai lambang kesederhanaan dan reaksi terhadap kehidupan
mewah yang dinikmati oleh golongan pemerintah baik pemerintah Bani
Umayah maupun bani Abbasiyah. Kaum sufi ini berusaha menghindari
kemaksiatan dan penyelewengan terhadap contoh teladan yang diberikan
oleh Rasulullah dan para sahabat .Mereka mengasingkan diri dan tekun
beribadah serta lebih mengutamakan kesucian jiwa.Para sufi ini muncul
pertama kali di Kufah dan Basrah dan tokoh –tokohnya Sufyan al-
Saury(w.135 H),Abu Hasyim(W.150H)Jabir bin Hayyan(w190H) Hasan
al- Basri (w.110H)dan Rabiahal—Adawiyah(w.183H)
B. Berasal dari ahl al-Suffah yaitu orang –orang beranda.Hal ini terkait
dengan sekelompok sahabat nabi yang fakir/ miskin mereka tinggal
diserambi masjid nabi di Madinah. Mereka tidur diatas batu dengan
pelana (suffah) sebagai bantal.Makan dan minum mereka ditanggung oleh
orang –orang yangn mampu di kota Madinah. Walaupun miskin mereka
selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mereka berhati baik dan
mulia dan tidak mementingkan keduniaan.Mereka merupakan pejuang –
pejuang fi sabililah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dari teori ini
terlihat praktek praktek tasawuf sudah ada sejak zaman Nabi Saw
77
C. Menurut teori lain kata tasawuf berasal dari kata Shafa ,yang berarti
bersih .Disebut sufi karena hatinya tulus dan bersih di hadapan Tuhan.
D. Shaaf yaitu barisan atau derat . Shaaf awwal ,para sufi adalah orang –
orang yang berdiri pada shaf awal/shaf pertama atau mereka berdiri pada
garda terdepan untuk mendekatkan diri pada Allah Swt.
E. Sophos kata tersebut berasal dari bahasa Yunani yang berarti
hikmah ,kalau diperhatikan sekilas memang ada hubungan antara orang
sufi dengan hikmah karena orang sufi membahas masalah yang mereka
persoalkan berdasarkan pembahasan falsafati.
Mereka berusaha mensucikan jiwa dalam rangka mendekati Tuhan,mereka
berpandangan bahwa Allah itu Maha Suci hanya jiwa yang suci yang bisa
berhubungan dengan Allah tetapi ada yang meragukan teori ini.
F. Sebagian ada yang berpendapat kata tasawuf tersebut berkaitan dengan
kata Arab”al-Sifat” karena para sufi sangat memetingkan sifat-sifat terpuji
dan berusaha keras menghilangkan sifat-sifat tercela.
Para ahli pada umumnya cenderung memilih teori yang pertama menurut
teori kebahasaan.
Menurut Harun Nasution dalam bukunya Falsafah dan Mistisisme dalam
Islam ,teori tentang kesederhanaan dan kerendahan hati yang lebih banyak
diterima sebagai sasal –usul kata sufi. Jadi sufi adalah orang yang memakai wol
kasar (menunjukkan kesederhanaan)untuk menjauhkan diri dari dunia materi dan
memusatkan perhatiaan pada alam ruhani.Istilah tasawuf bisa diidentikkan dengan
orang –orang yang tertarik pada pengetahuan batin, atau orang –orang yang
tertarik untuk menemukan suatu jalan atau praktikkearah kebersihan hati dan
pencerahan spritualisme.
Al-Sarraj,tokoh sufi akhir abad keempat misalnya secara tegas
menyetujui teori nomor satu dan mendukun gnya dengan ungkapan bahwa wool
adalah pakaian para nabi dan simbol para wali dan sufi, jadi ciri khas para sufi
adalah memakai pakaian yang terbuat dari bahan bulu domba atau wool kasar
disamping kesalehan dan sikap zuhud mereka.Sedangkan penghertian tasawuf
dari segi istilah atau definisi adalah :
78
1. Al- Juned)w.296 H( mengemukakan “Tasawuf adalah menyucikan hati
sehingga tidak ditimpa suatu kelemahan, menjauhi akhlak alamiah melenyapkan
sikap kemanusiaan dan menjauhi segala keinginan nafsu.
2. Ma`ruf al-Karkhi)w. 200 H( Tasawuf adalah hanya menerima kebenaran
dan tidak mengharapkan apa yang ada di tangan para makhluk, barang siapa yang
tidak sanggup menerima kefakiran berarti tidak berhasil mencapai derajat
tasawuf.
3. Syekh Ibn Ajiba Tasawuf adalah suatu ilmu yang dengannya anda belajar
sebagaimana berperilaku supaya berada dalam kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
ada melalui penyucian batin dan mempermanisnya dengan amal baik. Jalan
tasawuf dimulai sebagai suatu ilmu , tengahn ya adalah amal dan akhirnya adalah
karunia Ilahi.
4. Syekh as –Suyuthi , berkata sufi adalah orang yang bersiteguh dalam
kesucian kepada Allah, dan berakhlak baik kepada makhluk
5. Abu al-Hasan asy- Syadzali berkata mengatakan tasawuf adalah sebagai
praktek dan latihan diri melalui cinta yang dalam dan ibadah un tuk
mengembalikan diri kepada jalan Tuhan
6. At-Tazani berkata: Tasawuf adalah wasilah(medium)yang ditempuh oleh
seorang mukmin melalui proses upaya dalam rangka menghakikatkan syariat
lewat thoriqaat untuk mencapai ma`rifat
7. Abdul Hakim Hassan Tasawuf adalah proses pemikiran dan perasaan
yang menurut tabiatnya sulit di definisikan. Tasawuf tampak merupakan upaya
manusia untuk memahami hakikat segala sesuatu ,dan untuk menikmati hubungan
intim dengan Allah Swt. Oleh karena itu” hati “adalah lebih penting dari pada
akal bagi para sufi ,bahkan hati bagi para sufi adalah segalanya karena hati
mereka panmdang sebagai “singgasana “bagi Allah Swt.
Dari beberapa definisi diatas ditarik suatu pemahaman bahwa tasawuf
adalah ilmu yang memuat cara ,tingkah laku atau amalan-amalanyang bertujuan
untuk mendekatkan diri kepada Allah atau yang berhubungan dengan-Nya. Ilmu
tasawuf adalah ilmu yang menjelaskan tata cara pengembangan ruhani manusia
dalam rangka usaha mendekatkan diri kepada Allah.Ajaran tasawuf pada dasarnya
merupakan bagian dari prinsip- prinsip Islam sejak awal . Ajaran inin merupakan
79
upaya mendidik diri dan keluarga untuk hidup bersih dan sederhana ,serta patuh
meleksanakan ajaran-ajaran agama dalam kehidupannya sehari –hari.Ibnu
Khaldun mengungkapkan pola dasar tasawauf adalah kedisiplinan
beribadah ,konsentrasi tujuan hidup menuju Allah(untuk mendapatkan ridha-
Nya) dan upaya membebaskan diri dari keterikatan mutlak pada kehidupan
duniawi sehingga tidak diperbudak oleh harta ,tahta ,wanita atau kesenangan
duniawi lainnya2. Sejarah Munculnya Tasawuf
Munculnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan munculnya agama
Islam itu sendiri yaitu semenjak nabi Muhammad Saw diutus menjadi rasul untuk
umat manusia di muka bumi .Sejarah mengatakan bahwa pribadi Muhammad
sebelum diangkat menjadi rasul telah berulang kali melakukan tahannuts dan
khalwat di gua Hira, untuk mengasingkan diri dari masyarakat kota Makkah
yang sibuk dengan hawa nafsu keduniawian.
Kehidupan nabi yang seperti itu dikenal sebagai hidup kerohanian yang
bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah yang dilakukan orang sufi
sekarang ini. Inilah yang jadi pedoman dalam hidup kerohanian sesudahnya
sebagai materi dalam tasawuf.Tasawuf adalah ajaran yang diikuti oleh orang
sufi, dimana sufi dianggap penganut Islam yang memisahkan kehidupan dunia
dengan kehidupan akhirat.Yang dalam literatur Barat disebut Sufisme. Memang
ada beberapa pendapat yang menmgatakan tasawuf muncul sesudah Islam
mempunyai kontak atau hubungan dengan filsafat Yunani,agama kristen, Hindu
dan Budha.Itu sebabnya maka muncul anggapan bahwa aliran tasawuf lahir
karena pengaruh dari luar Islam,pendapat ini terjadi pro dan kontra karena prilaku
rasul seperti yang telah dijelaskan diatas banyak mengandung nilai –nilai tasawuf
jadi kesimpulannyabahwa tasawuf berkembang dengan dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Eksternal
1. Pendapat yang menyatakan bahwa tasawuf lahir karena pengaruh dari
paham Kristen yang menjauhi dunia dan hidup mengasingkan diri di biara-
biara.Sikap hidup menjauhi dunia dan keramaian manusia ,ini memeng
terlihat jelas di dalam perilaku para sufi dengan paham zuhud yang mereka
anut.
80
2. Pengaruh dari filsafat Pythagoras yang berpendapat bahwa ruh manusia
bersifat kekal dan berada di dunia sebagai orang asing.Badan jasmani
merupakan penjara bagi ruh.Kesenangan ruh yang sebenarnya adalah di
alam samawi,manusia harus membersihkan ruh dengan meninggalkan
kehidupan materi dan berkontemplasi.Inilah yang menurut sebagian orang
yang mempengaruhi munculnya paham zuhud di dalam Islam
3. Filsafat emanasi Plotinus yang membawa paham bahwa wujud memancar
dari zat Tuhan .Roh yang bersal dari Tuhan akan kembali kepada-
Nya.Masuknya ke alam materi menyebabkan ruh menjadi kotor.Untuk dapat
kembali kepada Tuhan ,ruh harus dibersihkan terlebih dahulu dengan sikap
meninggalkan dunia serta mendekatkan diri kepada Tuhan sedekat mungkin.
4. Pengaruh paham Niewana yang ada dalam ajaran Budha .Untuk mencapai
Nirwana orang harus meninggalkan dunia dan melakukan
kontemplasi.paham fana dalam tasawuf Islam mirip sekali dengan paham
nirwana dalam Budha.
5. Pengaruh ajaran Hinduisme yang mendorong manusia untuk meninggalkan
dunia daqn berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan demi tercapainya
persatuan antara Atman dan Brahman
Inilah beberapa pendapat yang menurut teorinya mempengaruhi timbulya
sufisme di kalangan ummat Islam .Apakah teori ini benar atau tidak ,ini sulit
dibuktikan semuanya serba mungkin ,karena tasawuf lahir disaat ummat Islam
telah mempunyai kontak dengan duniaq luar atau ummat agama lain.Tetapi
bagaimanapun dengan atau tanpa pengaruh dari luar sufisme bisa timbul dalam
Islam .Karena dalam AlQuran terdapat ayat-ayat yang mengatakan dan
menganjurkan bahwa manusia (harus)dekat sekali dengan Tuhan ,Taqarrub ilal-
Allah.
b.Faktor Internal
Sebagian para ahli menekankan bahwa tasawuf lahir dilatarbelakangi oleh faktor –
faktor yang ada dalam Islam itu sendiri bukan karena pengaruh dari luar.Karena
dalam ajaran Islam dapat ditemukan ayat-ayat tertentu yang dapat membawa pada
paham tasawuf dan prilaku Nabi Muhammad Saw.Seperti yang terdapat dalam
Firman Allah surat Al-Baqarah[2]:186
81
Dalam ayat tersebut Allah menegaskan bahwa Ia sangat dekat dengan manusia
dan akan memperkenankan permohonan orang yang berdo`a kepada-Nya.Ini
dipertegas dalam suratQaf[50]:16
Allah menegaskan betapa dekat Ia dengan manusia ,bahkan lebih dekat dari
pembuluh darah yang ada dileher manusia itu sendiri.Lebih jauh lagi ayat ini bisa
dipahami bahwa Tuhan sebenarnya berada dalam diri manusia bukan berada
diluarnya,karena kemanapun manusia berpaling dan menghadapkan mukanya ia
selalu berjumpa dengan Tuhan sebagaimana dijelaskan pada suratAl-
Baqarah[2]:115
Tuhan menegaskan bahwa Ia sangat dekat dengan manusia ,maka manusia tentu
dapat berusaha agar dekat sedekat-dekatnya dengan Tuhan bahkan bisa
menyatukan dirinya dengan Tuhan dengan demikian perbuatan manusia adalah
perbuatan Tuhan ini dapat dipahami dari ayat 17 surat al-Anfal[8]
Di samping itu banyak ayat Al-Qur`an yang menunjukkan ajaran tentang
zuhud,sederhana dalam kehidupan selalu beribadah kepada Allah dan lain-lain
yang sejalan dengan praktek kaum sufi yang melakukan aktivitasnya didasarkan
pada Al-Qur`an dan Hadits.Hadits yang dipandang sebagai mengilhami lahirnya
tasawuf di dinia Islam adalah sabda Nabi:
“Barang siapa yang mengenal dirinya,maka ia mengenal Tuhannya.”
Disamping melukiskan kedekatan hubungan antara Tuhan dan manusia sekaligus
mengisyaratkan arti bahwa manusia dan Tuhan adalah satu.Maka siapa yang
ingin mengenal Tuhan cukup mengenal dan merenungkan perihal dirinya sendiri,
dalam hadits qudsi rasulullah bersabda:
Aku pada mulanya adalah perbendaharaan yang tersembunyi .Kemudian Aku
ingin dikenal,maka Ku ciptakan makhluk dan melalui Aku mereka pun kenal
pada-Ku”
Faktor internal yang dapat dipandang sebagai penyebab langsung lahirnya
tasawuf di dalam Islam ini terlihat pada prilaku Rasulullah Saw itu
sendiri.Sebagaimana telah dimaklumi Rasulullah Saw. Di dalam
bertaqarrub ,mendekatkan diri kepada Allah, tidak jarang pergi meninggalkan
82
keramaian orang banyak,hidup menyepi untuk merenung dan berkontemplasi,dan
bertahannust di gua Hira.Dalam kesendirian nya Rasulullah mendapat petunjuk
dari AllahSwt.Sebagai Nabi dan Rasul yang menjadi panutan utama wajar
perilaku Rasulullah ini dicontoh oleh para ummatnya.Oleh sebab itu ,tidak heran
kalau diantara ummat Islam memandang sikap menyendiri sebagai cara untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt,ini salah satu ciri utama dalam dunia tasawuf.
Berarti tanpa paktor ekstrn pun tasawuf tetap lahir di dunia Islam.kalau menitik
beratkan pada faktor ekstrnakan ada kesimpulan tasawuf bukan sesuatu yang
murni Islami,melainkan impor dari luar.Ibrahim Basuni mengatakan menyatakan
kalaupun ada pengaruh dari luar ,itu terjadi pada perkembangan jauh ke belakang
dan ini terjadi pada masalah cara penjelasan dan penafsiran sebagai akibat
interaksi antara budaya asing dan budaya Islam.Ibrahim setuju dengan pernyataan
Nicholsonbahwa banyak masalah –masalah pokok di dalam tasawuf tersebut lahir
dan berasal dari lingkungan muslim itu sendiri.
Terlepas sejauh mana dominasi pengaruh dari luar yang jelas praktik tasawuf
oleh dan dari ummat Islam dan merupakan bagian dari keberagamaan mereka.
C. Jalan Menuju Tasawuf
Tasawuf dalam bentuknya yang konkret sebagai salah satu cabang ilmu di dunia
Islam yang oleh para ahli ,diakui lahir pada akhir abad ke-2 atau awal abad ke-3
Hijrah.Pada masa itu tasawiuf telah menjelma sebagai ilmu yuang berdiri
sendiri ,mempunyai tokoh,metode,dan tujuan serta sistem sendiri.Tasawuf diakui
lahir pada akhir abadke-2 atau awal abad ke-3Hijrah,namun jauh sebelumnya di
dunia Islam telah lahir para tokoh sufi dengan ajaran tasawufnya antara lain ,Ali
ibn al-Husain zain al-Abidin (w.99 H),Muhaminad Ibn Ali al-Baqir(w.117 H) al-
Hasan al- Basri,Abu Hasim Salmah Ibn Dinar al-Madani,Malik Ibn Dinar,
IbrahimIbn Adham ,Abu al- Faidl Zu al-Mishri dll.
Perkembangan yang sangat berarti pada dunia tasawuf terjadi pada akhir abad ke-
5 dengan tampilnya Imam al-Ghazali. Tasawuf tampil sebagai mazhab yang
berdiri kokoh dan para sufi menjadi kelompok muslimin yang memiliki wibawa
dan kedudukan sedemikian rupa.Bila dilihat dari segi bentuk ajarannya , pada
perkembangannya yang mula-mula tasawuf merupakan hal yang bersifat
83
amaliah.Diajarkan para sufi generasi awal tersebut semata-mata menyangkut
praktik atau amaliah akhlaqiah, seperti kesungguhan beribadah, zuhud dll.Bentuk
ajaran tasawuf yang mula- mula lazim disebut dengan istilah al-Tasawuf al-
Amali atau Tasawuf al-Akhlaqi.Tasawuf akhlaqi jelas sebagai praktik keagamaan
yang tidak diragukan kebenarannya bersumber dari Al-Qur`an dan Akhlak
Rasulullah SAW. Yang kemudian dilestarikan oleh para sahabat dan Tabi1in
serta ulama salaf berarti jelas ilmu tasawuf adalah ilmu murni dalam Islam.
Pada akhir abad ke-2Hijriah ajaran tasawuf yang disampaikan oleh para sufi mulai
menyentuh masalah –masalah yang bersifat teoritis dan filosofis.Perkembangan
ini oleh para ahli ,lazim dinisbatkan kepada lahirnya ajaran al-ittihad dari Abu
Yazid al-Bustami,alhulul dari al-Halaj, dan wahdat al-Wujuddari Ibnal-Arabi,
yang dipandang dipengaruhi oleh pilsafat Plato dan plotinus.Bentuk tasawuf ini
disebut al-Tasawuf al-Nazhari atau al-tasawufal-falasafi.
Tasawuf adalah proses pendekatan diri pada Tuhaqn dengan cara mensucikan hati
sesuci-sucinya.Tuhan Yang Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh orang
yang suci hatinya. Dalam tasawuf akhlaqi, sistem pembinaan akhlak menganut
tiga cara /jalan yaitu:
Pertama, Takhalli sebagai langkah pertama yang harus dilakukan
olehseorang sufi dengan cara mengosongkan diri dari akhlak tercela serta
memerdekakan jiwa dari hawa nafsu duniawi. Hal ini dapat dicapai dengan jalan
menjauhkan diri dari kemaksiatan dengan segala bentuknya dan berusaha
melenyapkan dorongan hawa nafsu
Kedua, Tahalli sebagai upaya mengisi jiwa dengan akhlak yang terpuji ,
setelah jiwa dikosongkan,otak dicuci,tindakan nafsu syetan dibombardir,manusia
kembali kepada keasliannya. Saat itulah, jiwa dan otak diisi dengan pesan Ilahi
dengan mempertahankan tingkah laku akhlak terpuji.Cara terbaik melkukan
tahalli adalah tidak berhenti ber”taubat” dari segala perbuatan nista.Rasa takut
dan rasa harap(khauf dan raja`) adalah bagian hidup berikutnya,yaitu rasa takut
mendorongnya untuk mempertinggi amal ubudiyahnya serta mengharap(raja`)atas
ampunan dari Allah.Kecemasan atau rasa takut dan penuh haraf sebaiknya
dilengkapi oleh sifat zuhud, yaitu sifat manusia yang tidak mau di perbudak oleh
hawa nafsu dan kehidupan duniawi .Manusia yang telah menjalankan kehidupan
84
zuhud dia akan hidup dengan prinsif apa adanya al-faqir dengan kepaqiran itu
akan melatihnya untuk sabar yaitu bertahan dengan yang sudah ada dan terus
berikhtiar dengan kemam puan yang masih dimiliki ,prinsip ini disebut as-
shabru. Dengan penuh kesabaran itulah , manusia menjadi rela atau
ridha ,keridhaan mengandung pengertian keikhlasan dan rasa cinta.Dengan sifat
ridha inilah manusia akan menuju pada ikhtiar jiwanya yang terdalam yaitu selalu
yakin akan pengawasan Allah Swt, dalam kehidupannya, konsep ini disebut
dengan muraqobah.Dalam konsep ini manusia selalu intropeksi diri, dan
menghisab perilakunya setiap hari agar kehidupannya terjaga dari akhlak yang
tercela.
Ketiga , Tajalli yaitu terungkapnya cahaya kegaiban atau “nur ghaib”.
Manusia telah melakukan kesadaran tertinggi dengan cara membiasakan
kehidupannya dengan akhlak yang terpuji ,kehidupannya tidak ada kecuali rasa
cinta ,rindu dan bahagia karena dekat dengan Allah Swt. Dari tiga metode sufistik
itulah ,dapat dijelaskan secara lebih rinci bahwa akhlak secara umum terdiri atas
dua macam yaitu akhlak mulia (al-akhlakul mahmudah) dan akhlak tercela (al-
akhlakul mazmumah)
Ada pandangan lain mengenai kaitan tasawuf dengan akhlak yaitu bahwa orang
yang suci hatinya (sufi) akan tercermin dalam air mukanya dan perilakunya yang
baik (akhlakul mahmudah) oleh karena itu akhlak yang baik merupakan gambaran
dari hati yang suci, sebaliknya dari akhlak yang buruk merupakan gambaran dari
hati yang busuk. Dengan demikian agar seorang mukmin memiliki akhlak yang
baik caranya adalah dengan mengamalkan tasawuf secara sistematis, yaitu al-
wajibat(melaksanakan semua kewajiban)al-nafilaat (melaksanakan yang sunat –
sunat)dan al-Riyadhah(latihan spritual). Riyadhah dalam tasawuf adalah
dzikir(mengingat Tuhan) Sebenarnya harus diingat, akhlak jangan hanya
dipahami dalam konteks tasawuf Sebab tasawuf tidak menggambarkan ajaran
Islam secara utuh,sedang akhlak merupakan keseluruhan prilaku manusia
mukmin berdasarkan ajaran Allah dalam berbagai aspek.
Tingkatan Tasawuf
Untuk berada dekat pada Allah , seorang sufi harus menempuh jalan panjang
yang di sebut maqomat .Maqam dari segi bahasa berarti kedudukan ;tempat
85
berpijak dua telapak kaki, bentuk jamaknya maqamat. Dalam ilmu tasaswuf istilah
maqam mengandung arti “kedudukan hamba dalam pandangan Allah,menurut
apa yang diusahakan berupa ibadah latihan dan perjuangan menuju Allah azza
wajalla
BAB VIII
EKONOMI ISLAM
A.Konsep Ekonomi Islam
Ekonomi Islam pada hakikatnya bukanlah sebuah ilmu dari sikap reaksioner
terhadap fenomena ekonomi konvensional .Awal keberadaannya sama dengan
awal keberadaan Islam dimuka bumi ini (1500 tahun yang lalu),karena ekonomi
Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Islam sebagai sistem hidup.
Islam yang diyakini sebagai konsep hidup tentu melingkupi ekonomi sebagai
salah satu aktivitas hidup manusia.Jadi dapat dikakan bahwa ekonomi Islam
merupakan aktivitas agama atau ibadah kita dalam berekonomi.
Masalah perekonomian senantiasa menjadi perhatian berbagai lapisan
masyarakat .Berbagai system perekonomian muncul sebagai usaha untuk
menyelesaikan permasalahan ekonomi secara tepat dan akurat.Kenyataannnya
mengalami kegagalan dan sangat sedikit yang mencapai keberhasilan serta tidak
mampu memberikan jaminan social terhadap rakyatnya.Maka Islam lahir sebagai
solusi karena Islam merupakan Risalah yang sempurna ,yang memenuhi segala
aspek kehidupan termasuk kegiatan ekonomi.
Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan ekonomi yang terjadi melalui
interaksi antar manusia. Dalam Islam di sebut mu`amalah .Dalam Al-Qur`an
berkaitan dengan kegiatan interaksi ekonomi terdapat dalam surah Al-Baqarah
ayat 188 yang artinya:
Janganlah kamu memakan atau melakukan interaksi keuangan dengan cara yang
batil
Pada dasarnya system ekonomi Islam berbeda dengan system yang telah
diterapkan di berbagai Negara seperti kapitalis dan sosialis. Dalam ekonomi
Islam tidak hanya mementingkan keuntungan dunia semata. Ekonomi Islam dapat
didefinisikan sebagai sebuah studi tentang pengelolaan harta benda menurut
86
perpektif Islam ( An-Nabhani,1990).Secara epistemology, ekonomi Islam dibagi
menjadi dua disiplin ilmu;pertama ekonomi Islam normative yaitu studi tentang
hukum-hukum syariah yang berkaitan dengan urusan harta benda(al-mal) yang
cakupannya adalah:
1. Kepemilikan
2. pemanfaatan kepemilikan
3. distribusi kekayaan kepada masyarakat
Bagian ini merupakan pemikiran yang terikat nilai atau valutional karena
diperoleh dari sumber nilai Islam yaitu Al-Qur`an dan As-Sunnah. Ekonomi
Islam normative ini oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani(1990) disebut system
ekonomi Islam.(an-nizham al-iqtishad fi al-Islam)
Kedua ekonomi Islam positif, yaitu studi tentang konsep- konsep Islam yang
berkaitan dengan urusan harta benda , khususnya yang berkaitan dengan produksi
barang dan jasa. Cakupannya adalah segala macam cara (uslub) dan sarana
(wasilah)yang digunakan dalam proses produksi barang dan jasa . Bagian ini
merupakan pemikiran universal, karena diperoleh dari pengalaman dan fakta
empiris, melalui metode induksi (istiqra`) terhadap pakta –pakta empiris parsial
dan generalisasinya menjadi suatu kaidah atau konsep umum(Husaini,2002)
Bagian ini tidak harus mempunyai dasar konsep dari Al-Qur`an dan as-Sunnah
dengan syarat tidak bertentangan dengan keduanya. Ekonomi Islam positif ini
oleh Syaikh Taqiyuddinan-Nabhani (1990) disebut ilmu ekonomi Islam (al- `ilmu
al- iqtishad fi al-Islam).
Dibawah ini akan diberikan beberapa pengertian tentang ekonomi Islam yang di
kemukakan oleh para ahli ekonomi Islam:
a. M.Akram Kan
Islamic economics aims the study of the human falah( well –being)
achieved by organizing the resources of the earth on the basic of
cooperation and participation.Ini dapat diartikan bahwa ilmu ekonomi
Islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagian hidup
manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumberdaya alam atas
dasar bekerja sama dan partisipasi .Definisi ini memberikan dimensi
87
normative ( kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat serta dimensi positif
(mengorganisir sumber daya alam)
b. Muhammad Abdul Manan
Islamic economic is a social science which studies the economics
problems of a people imbued with the values of Islam. Menurut Manan
ilmu ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan social yang mempelajari
masalah –masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai
Islam.
c. M.Umar Chapra
Islamic economics was defined as that branch of knowledge which help
realize human well-being through an allocation and distribution of scarce
resources that is in comfirmity with Islamic teaching without unduly
curbing individual freedom or creating continued macroeconomic and
ecological imbalance.Menurut Chapra ekonomi Islam adalah sebuah
pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagian manusia melalui
alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam
korodor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan
kebebasan individu atau tanpa perilaku makroekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan
d. Muhammad Nejatullah Ash-Sidiqy
Islamic economics is the muslim thinker`s response to the economic
challenges of their time.In this endeavour they were aided by the Qur`an
and the Sunnah as by reason and experience.Menurut As-Sidiqy ilmu
ekonomi Islam adalah respon pemikir muslim terhadap tantangan ekonomi
pada masa tertentu .Dalam usaha keras ini mereka dibantu oleh Al-Qur`an
dan Sunnah, akal(ijtihad) dan pengalaman.
e. Kursyd Ahmad
Islamic economics is a systematic effort to thy to understand the
economic`s problem and man`s behaviour in relation to that problem from
an Islamic perpective .Sedang menurut Ahmad ilmu ekonomi Islam adalah
sebuah usaha sistematis untuk memahami masalah-masalah ekonomi dan
tingkah laku manusia secara relasional dalam perspektif islam.
88
Dari definisi-definisi yang diatas muncul pertanyaan Apakah ilmu ekonomi Islam
bersifat positif atau normative.Menurut Chapra ekonomi Islam jangan terjebak
oleh dikotomi pendekatan positif dan normative,karena pendekatan itu saling
melengkapi dan bukan saling menafikan.
1. Sistem Ekonomi Islam
Dalam system ekonomi Islam harus terikat dengan syariat Islam, sebab
segala aktivitas manusia (termasuk kegiatan ekonomi) wajib tunduk
kepada syariat Islam. Sistem ekonomi Islam adalah suatu konsep
penyelenggaraan kegiatan kehidupan perekonomian baik yang
berhubungan dengan produksi, distribusi,ataupun penukaran yang
berlandaskan kepada syariat Islam yaitu al-Qur`an dan as-Sunnah.Sistem
ekonomi Islam kontras dengan system ekonomi kapitalis yaitu sekulerisme
dimana paham sekulerisme yaitu pemisahan agama dari
kehidupan34.Sekulerisme adalah jalan tengah diantara dua kutub ekstrem
yaitu satu sisi pandangan Gereja dan para raja Eropa semua aspek
kehidupan harus ditundukkan di bawah domonasi Gereja.Di sisi lain ada
pandangan para filosof dan pemikir( seperti Voltaire, Montesquieu) yang
menolak eksistensi Gereja. Jadi sekulerisme sebagai jalan tengah yang
pada akhirnya tidak menolak keberadaan agama ,namun hanya membatasi
perannya dalam mengatur kehidupan.Agama hanya ada di Gereja,sedang
dalam kehidupan public seperti aktivitas ekonomi, politik, social,tidak lagi
diatur oleh agama.( an-Nabhani 2001).
Sekulerisme mendasari cabang kapitalisme lainnya yaitu paradigma yang
berkaitan dengan kepemilikan, pemanfaatan kepemilikan, dan distribusi
kekayaan ( barang dan jasa) kepada masyarakat . Semuanya dianggap
lepas atau tidak boleh disangkut pautkan dengan agama. Karena
sekulerisme menafikan peran agama dalam ekonomi, maka dalam masalah
kepemilikan suatu barang adalah terletak pada nilai manfaat yang
34 Kapitalisme adalah system ekonomi yang berasal dan tumbuh di Barat pasca abad peretengahan (mulai abad ke-15),yang bercirikan adanya kepemilikan individu atas sarana produksi dan distribusi dan pemanfaatan sarana produksi dan distribusi itu untuk memperoleh laba dalam situasi pasar yang kompetitif(Milton H. Spencer ,Contemporary Macro Economics,New York:Worth Publishers 1997)
89
melekat pada barang itu,yaitu sejauh mana dia dapat memuaskan
kebutuhan manusia, Jika suatu barang mempunyai potensi dapat
memuaskan kebutuhan manusia, maka barang itu sah untuk
dimiliki ,walaupun haram menurut agama misalnya babi, minuman keras
dan narkoba.Berbeda dengan ekonomi Islam, yang memandang asal usul
kepemilikan adalah adanya izin dari Allah SWT kepada manusia untuk
memanfaatkan semua benda . Jika Allah mengizinkan, bertarti boleh
dimiliki. Tetapi jika Allah tidak mengizinkan ( yaitu mengharamkan
sesuatu) berarti barang itu tidak boleh dimiliki. Maka babi dan minuman
keras tidak boleh diperdagangkan karena keduanya telah diharamkan
Allah,yaitu telah dilarang kepemilikannya bagi manusia muslim.
Dalam kapitalisme pemanfaatan kepemilikan tidak membuat batasan
tatacaranya, dan tidak ada pula batasan jumlahnya. Sebab pada system
ekonomi kapitalisme adalah cermin dari paham kebebasan(
freedom/leberalisme)di bidang pemanfaatan hak milik. Maka seseorang
boleh memiliki harta dalam jumlah berapa saja dan diperoleh dengan cara
apa saja.Maka tidak heran di bolehkan seseorang bekerja dalam usaha
perjudian dan pelacuran.Sedang dalam Islam ada batasan tatacara tetapi
tidak membatasi jumlahnya. Tatacara itu berupa hukum-hukum syariah
yang berkaitan dengan cara pemanfaatan harta contohnya kegiatan
pembelanjaan seperti nafkah ,zakat,shadaqah,hibah maupun berupa
pengembangan harta seperti jual beli,ijarah,syirkah,shina`ah( industri) dan
sebagainya.Seorang muslim boleh memiliki harta berapa saja ,sepanjang
diperoleh dan dimanfaatkan sesuai dengan syariah Islam. Maka dalam
masyarakat Islam tidak akan diizinkan bisnis perjudian dan
pelacuran ,karena telah diharamkan oleh syariah.
Dalam masalah distribusi kekayaan ,kapitalisme menyerahkan kepada
mekanisme pasar ,yaitu melalui mekanisme harga keseimbangan yang
terbentuk akibat interaksi penawaran( supply) dan permintaan (demand).
Harga berfungsi secara informasional,yaitu memberi informasi kepada
konsumen mengenai siapa yang mampu memperoleh atau tidak
memperoleh suatu barang dan jasa . Karena itulah peran Negara dalam
90
distribusi kekayaan kekayaan sangat terbatas , Negara tidak banyak
campur tangan dalam urusan ekonomi , misalnya dalam penentuan harga ,
upah dan sebagainya. Metode distribusi ini terbukti gagal ,baik dalam
skala nasional maupun internasional. Kesenjangan kaya miskin semakin
lebar . Sedikit orang kaya telah menguasai sebagian besar
kekayaan ,sementara sebagian besar manusia hanya menikmati sisa–sisa
kekayaan yang sangat sedikit.35
Dalam ekonomi Islam ,distribusi kekayaan terwujud melalui mekanisme
syariah,yaitu mekanisme yang terdiri dari sekumpulan hukum syariah
yang menjamin pemenuhan barang dan jasa bagi setiap individu rakyat.
Mekanisme syariah ini terdiri dari mekanisme ekonomi dan mekanisme
non ekonomi.Mekanisme ekonomi adalah mekanisme melalui aktivitas
ekonomi yang bersifat produksi, berupa berbagai kegiatan pengembangan
harta dalam akad –akad muamalah dan sebab-sebab kepemilikan misalnya
ketentuan syariah yang (1) membolehkan manusia bekerja disektor
pertanian, industri,dan perdagangan ;(2) memberikan kesempatan
berlangsungnya pengembangan harta melalui kegiatan investasi seperti
syrkah inan, Mudharabah dan sebagainya.;(3)memberikan kepada rakyat
hak pemanfaatan barang –barang (SDA)milik umum yang dikelola Negara
seperti hasil hutan,barang tambang,minyak ,listrik,air dan sebagainya demi
kesejahteraan rakyat.
Sedang mekanisme non ekonomi adalah mekanisme yang berlangsung
tidak melalui aktivitas ekonomi yang produktif, tetapi melalui aktivitas
non produktif. Misalnya dengan jalan pemberian ( hibah, shadaqah, zakat
dan lain- lain)atau warisan. Mekanisme non ekonomi di maksudkan untuk
melengkapi mekanisme ekonomi ,yaitu untuk mengatasi distribusi
kekayaan yang tidak berjalan sempurna jika hanya mengandalkan
35 Pada tahun 1985 misalnya ,Negara-negara industri yang kaya (seperti AS,Inggris,Perancis,Jerman,dan Jepang)yang penduduknyahanya 25%penduduk dunia ,menguasai lebih dari 78%produksi barang dan jasa ,81% penggunaan energi ,70% penggunaan pupuk dan 87%persenjataan dunia ( Rudolf H. Strahm,kemiskinan dunia ketiga ,Jakarta:cides,1999 hlm .8-9) Pada tahu 1985juga pendapatan nasional (GNP)Indonesia besarnya adalah 960 dolar AS perorang setahunnya,sejumlah 80%daripadanya merupakan nilai aktivitas ekonomi dari 300 group konglomerat saja.Sedangkan selebihnya (hampir 200 juta rakyat) sebagian 20%saja dari seluruh porsi ekonomi nasional ( Republika 28 Agustus 2000)
91
mekanisme ekonomi semata ,baik yang disebabkan sebab alamiah seperti
bencana alam dan cacat fisik,maupun sebab non alamiah misalnya
penyimpangan mekanisme ekonomi (seperti penimbunan). Mekanisme
non ekonomi bertujuan agar di tengah masyarakat segera terwujud
keseimbangan ekonomi, dan memperkecil jurang perbedaan antara yang
kaya dan yang miskin. Mekanisme ini dilaksanakan secara bersama dan
sinergi antara individu dan Negara.
Mekanisme non ekonomi ada yang bersifat positif(ijabiyah) berupa
perintah atau anjuran syariah, seperti : (1)pemberian harta Negara kepada
warga Negara yang dinilai memerlukan, (2)pemberian harta zakat yang
dibayar oleh muzakki kepada para mustahik ,(3) pemberian
infaq,sedeqah,wakaf, hibah dari orang yang mampu kepada yang
memerlukan, (4) dan pembagian harta waris kepada ahli waris dan lain-
lain.
Ada pula mekanisme yang bersifat negative (salbiyah) yaitu berupa
larangan atau cegahan syariah, misalnya(1) larangan menimbun harta
benda(uang , emas, dan perak) walaupun telah dikeluarkan zakatnya;(2)
larangan peredaran kekayaan di satu pihak atau daerah tertentu;(3)larangan
kegiatan monopoli serta berbagai penipuan yang dapat mendistorsi pasar;
(4) larangan judi, riba,korupsi,pemberian suap dan hadiah kepada para
penguasa;yang ujung –ujungnya menyebabkan penumpukan harta hanya
ditangan orang kaya atau pejabat.
2.Prinsip Ekonomi Islam
Dalam melakukan aktivitas ekonomi Islam para pelaku ekonomi memegang
teguh prinsif-prinsif dasar yaitu prinsif ilahiyah.Dimana dalam ekonomi Islam
kepentingan individu dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat
sekali yaitu azas keselarasan, keseimbangan dan bukan persaingan sehingga
tercipta ekonomi yang seadil-adinya.Adapun prinsif –prinsif ekonomi Islam
diantaranya sebagai berikut:
a. Ekonomi Ilahiah( robbany) semua aktivitas manusia termasuk ekonomi
harus selalu bersandar kepada Tuhan.Karena apapun yang ada di langit
92
dan di bumi adalah mutlak kepunyaan Allah SWT bukan manusia.Dan
dianugerahkan Allah kepada manusia sebagai wakil Allah di muka bumi
(khalifah Allah) untuk mengelola sumber daya alam secara adil.
b. Dalam ajaran Islam tidak ada pemisahan antara dunia dan akhirat, berarti
dalam mencari riski harus halal lagi baik dalam QS al-Maidah di jelaskan
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
reskikan kepadamu,dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepadanya.
Untuk mengelola riski yang halal dan baik sesuai dengan petunjuk Allah yang
membentuk pola konsumsi ,simpanan dan investasi.
1) pola konsumsi;mengendalikan nafsu untuk tidak konsumtif,hidup
sederhana tidak boros Q.S Al-A`raaf(7):31
2) Pola simpanan dan pinjaman tidak riba( QS.An-nisa` ayat 161,Al-
Baqarah 275-279)
3) Pola investasi dengan usaha yang di benarkan;usaha perniagaan,bagi
hasi usaha,dan pinjaman lunak.
c.Dalam Islam diakui hak kepemilikan pribadi pada batas –batas tertentu,jadi
Islam menolak terjadinya akumulasi harta dikuasai oleh segelintir orang.
d..Dalam kegiatan ekonomi tidak boleh adanya spekulasi, Rasul melarang
uang di perjual belikan
e. Tidak dibenarkan adanya monopoli,dalam Islam kepemilikan public
diwakili oleh Negara,dalam sebuah hadits Rasul yang berbunyi
masyarakat punya hak yang sama atas air, padang rumput dan api.Berarti
semua industri yang berhubungan dengan air,bahan makanan dan bahan
tambang harus dikelola oleh Negara
f.Harta adalah titipan Allah berarti manusia tidak boleh sombong dan angkuh
serta membanggakan diri,karena itu merupakan ujian keimanan terutama
93
menyangkut cara mendapatkannya dan membelanjakannya.Dan yang tidak
kalah penting adalah harta bekal ibadah sebagaimana dijelaskan Allah
dalam A-Qur`an S.At-Taubah ayat 41;
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau berat maupun
merasa berat,dan berjihadlah dengan harat dan dirimu di jalan Allah. Semua
harta akan diminta pertanggung jawabanya di akhirat
3 TujuanEkonomi Islam
Adapun tujuan hidup manusia ada dua dimensi yang harus dipelihara yaitu
hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah)untuk mencapai ridho-Nya dan
hubungan manusia dengan manusia(hablum minanas)mendatangkan rahmat bagi
seluruh alam.Sehingga tercipta kesejahteraan hidup baik di dunia dan akhirat.Inilah
yang merupakan tujuan dari penerapan system ekonomi Islam. Secara umum
tujuan ekonomi Islam adalah:
Untuk meningkatkan ekonomi umat supaya lebih makmur atau
meningkatkan tarap hidup kearah yang lebih baik
Menciptakan ekonomi umat yang adil dan merata
Mewujudkan perekonomian yang stabil namun tidak menghambat laju
pertumbuhan ekonomi masyarakat
Mewujudkan perekonomian yang serasi ,damai bersatu dan dalam
suasana kekeluargaan sesama umat ,menghilangkan nafsu menguasai
atau serakah
Mewujudkan perekonomian yang menjamin kemerdekaan baik dalam
hal produksi,distribusi serta menumbuhkan rasa kebersamaan
Mewujudkan peri kehidupan ekonomi yang tidak membuat kerusakan
di muka bumi.Sehingga kelestarian alam dapat dijaga dengan sebaik-
baiknya, baik alam fisik, cultural,social maupun spiritual keagamaan.
Menciptakan ekonomi umat yang mandiri
4 Lembaga Ekonomi Islam
Lembaga keuangan di Indonesia yang berbasis syariah islam disebut LKS
dibedaklan menjadi dua yaitu LKS Bank dan LKS yang bukan
94
bank.Komponen Yang termasuk dalam kategori Lembaga keuangan
syariah adalah:36
1) Bank Umum Syariah
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsif–
prinsif syariah.Usaha bank selalu berkaitan dengan masalah uang yang
merupakan barang dagangan utamanya. Kegiatan dan usaha bank akan
selalu berkait dengan komoditas antara lain:37
a) Pemindahan uang
b) Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening
Koran
c) Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat –surat
berharga lainnya.
d) Membeli dan menjual surat-surat berharga
e) Membeli dan menjual cek wesel, surat wesel, kertas dagang
f) Memberi kredit dan
g) Memberi jaminan kredit.
Bank syariah modern tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940
Mesir tahun 1963.Gagasan berdirinya bank syariah ditingkat
internasional, muncul dalam konfrensi Negara –negara Islam sedunia di
Malaysia pada tanggal 21-27 April 1969 diikuti 19 negara peserta. Dalam
konprensi itu diputuskan beberapa hal yaitu:38
a) Tiap keuntungan haruslah tunduk kepada hukum untung dan
rugi,jika tidak ia termasuk riba dan riba itu sedikit atau banyak
hukumnya haram.
36 Mustafa Edwin Nasution,Et,al,Ekonomi Islam , pengenalan eklusif.cetakan 1Jakarta 2006 Prof Sutan Remi Syahdeni,Perbankan Islam,cetakan II Jakarta 2005 M.Sholahuddin, lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam cetakan I Surakarta 200637 Tim Redaksi ,(1994) Ensiklopedia Hukum Islam ,PT.Ikhtiar Baru ,VaN Hoeve.Jakrata.h.19438 M.Zuhri,(1996)Riba dalam Al-Qur`an dan masalah perbankan,Raja Grafindo Persada,Jakarta ,h.159
95
b) Diusulkan supaya dibentuk suatu bank syariahyang bersih dari
system riba dalam waktu secepat mungkin
c) Sementara menunggu bank syariah,bank –bank yang menerapkan
bunga diperbolehkan beroperasi.Namun jika benar-benar dalam
keadaan darurat.
Gagasan berdirinya Bank Syariah di Indonesia sebenarnya sudah
muncul sejak pertengahan tahun 1970-an. Pada tanggal 1 Mei 1992
bank syariah mulai beroperasi (BMI) kemudian diikuti oleh undang-
undang , dimana perbankan bagi hasil diakomodasi..(UU)No.7tahun
1992.tentang prinsif bagi hasil.Kemudian lahir UU No.10 tahun 1998
yang menjelaskan bank umum dapat memilih untuk melalakukan
kegiatan usaha berdasarkan system konvensional dan system syariah.
Fungsi dan peran bank syariah, manajer investasi( mengelolan
investasi dana nasabah) investor dana yang dimiliki atau danaa
nasabah yang dipercayakan kepada nya.Penyedia jasa keuangan dan
lalu lintas pembayaran, pelaksana kegiatan social mengelola dan
mengeluarkan zakat serta dana –dana social lainnya.Adapun tujuannya
adalah:
a) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah
secara Islam khususnya yang berhubungan dengan perbankan,
agar terhindar dari praktek riba dan unsure gharar(tipuan) yang
telah menimbulkan dampak negative bagi ekonomi rakyat,
b) Untuk menciptakan keadilan di bidang ekonomi,dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi,agar tidak
terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal
dengan pihak yang membutuhkan dana
c) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan
membuka peluang usaha yang lebih besar terutama kelompok
miskin yang diarahkan kepada kegiatan usaha produktif
menuju terciptanya kemandirian usaha.
96
d) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan ,upaya bank
syariah dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan
nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaannya
e) Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter,bank syariah
mampu menghindari pemanasan ekonomi akibat
inflasi,menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga
keuangan
f) Untuk menyelamatkan ketergantungan ummat terhadap bank
non syariah
2) BPR Syariah( Badan Perkreditan Rakyat Syariah)
BPRS menurut UU Perbankan No.7 tahun 1992 adalah lembaga
keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito
berjangka tabungan,dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itudan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.Sedangkan dalam
UU No.10 tahun 1998 disebutkan bahwa BPR adalah lembaga
keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional atau berdasarkan prinsif syariah 39.Adapun tujuan BPRS
adalah40:
a) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama
golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di
daerah pedesaan
b) Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan,
sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi
c) Membina semangat ukhuwah Islam melalui kegiatan ekonomi
Bentuk –bentuk penyaluran dana BPR syariah
1) Pembiayaan Mudharabah Bank menyediakan modal bagi nasabah
( pengusaha)
kemudian dikelola keuntungan yang diperoleh akan dibagi
(perjanjian bagi hasil) sesuai dengan kesepakatan
39 Lihat surta keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Bank umum berdasarkan prinsif syariah dalam UU RINo.10 1998 tentang perubahan atas UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan40 Warkum Sumitro ,(2002),karnaen Poerwataatmaja dan Safei Antonio (1992),Apa dan Bagaimana Bank Islam,Dana Bhakti Wakaf Yogyakarta h.96
97
2) Pembiayaan Musyarakah bank dan pengusaha bersama –sama
membiayai suatu proyek dan dikelola secara bersama-
sama .Keuntungan akan dibagi sesuai dengan penyertaan masing-
masing pihak.
3) Pembiayaan Bai`u Bithaman Ajil Bank menyediakan dana untuk
pembelian sesuatu barang atau asset yang dibutuhkan oleh nasabah
guna mendukung usaha atau proyek yang sedang diusahakan. 3 BMT
Baitul Maal wattammil (BMT) terdiri dari dua istilah yaitu baitul
maal dan baitul tamwil.Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha
pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit seperti zakat,
infaq ,shadaqah .Seadangkan baitul tamwail sebagai usaha dan
penyaluran dana komersial.BMT adalah suatu lembaga pendukung
kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.
Adapun peran BMT adalah : Menjauhkan masyarakat dari praktek
ekonomi non syariah,melakukan pembinaan dan pendanaan usaha
kecil, dia harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga
keuangan mikro ,melepaskan ketergantungan kepada rentenir mampu
memenuhi keinginan mereka dengan segera berarti BMT harus
mampu melayani masyarakat setiap saat.Misalnya selalu tersedia
dana setiap saat ,birokrasi yang sederhana. Menjaga keadilan
ekonomi masyarakt dengan distribusi yang merata
Prinsif operasional BMT tidak jauh berbeda dengan BPRS yakni
menggunakan tiga prinsif:
a) Prinsif bagi hasil mudharabah,musyarakah ,muzaroahdan
muzaqah
b) Sistem jual beli
c) Sistem non profit contoh Qordul Hasan
Akadnya berserikat :maksudnya kerja sama antara dua pihak atau
lebih, masing –masing pihak mengikutsertakan modal dengan
perjanjian pembagiaqn keuntungan atau kerugian yang
disepakati.Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan
98
atau kesepakatan pinjam meminjam diantara BMT dengan pihak lain
. Yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya beserta bagi
hasil setelah jangka waktu tertentu.BMT bisa berdiri dengan modal
awal sebesar 20 juta atau lebih bila terdapat kesulitan bisa 10 juta
bahkan lima juta.Dana bisa dari satu orang atau beberapa tokoh
masyarakat setempat,yayasan,kas masjid atau bazis anggotanya
terdiri dari 20-44 orang.Mnajemen BMT diselenggarakan secara
agamis dan professional,dalam arti tidak bertentangan dengan prinsif
–prinsif syariah,tetapi disisi lain tidak meninggalkan ruh
profesionalisme dalam menjalankan dan mengembangkan
usahanya.Menurut Safe`I Antonio permasalahan mendasar
BMTadalah minimnya modal, SDM yang tidak memadai dan
lemahnya system operasional.Untuk mewujudkannya menurut Safe`I
adalah dengan :
a) Capital Struktur
b) Human Resources( SDM) yang kompeten
c) Tenaga BMT diharapkan minimal D3
d) Minimum IT Requiremen ( perlengkapan itminimal)
e) BMT punya perangkat computer dan sofwere pendidikan
akutansinya
f) Minimum size business (BMT) harus punya produk bisnis yang
diandalkan jangan satu jenis saja
g) Detworking(jaringan) menyangkut pasar ,masjid ,tokoh ulama
dan masyarakat
h) Coacihing(pembinaan) harus rutin dilakukan
i) Risk manajement( manajemen resiko) yang terdiri dari unsure :
manajemen,strategi operasional, kredit, pasar, likuiditas,legal
dan manajemen reputasi(sharing)
Kita melihat makin banyak BMT-BMT berdiri di seluruh Indonesia
yang diharapkan dapat menjadi pendorong pembangkit ekonomi
untuk semua kelas.Kemunculannya sungguh sangat
membanggakan .Dalam operasionalnya BMT tidak termasuk dalam
99
lembaga keuangan yang berada dalam pengawasan Bank Indonesia
karena dia tidak termasuk Bank Umum atau BPRS yang berada
dalam lingkup kerja BI.BMT adalah lembaga keuangan mikro
dengan badan koperasi.
Dalam system perbankan syariah, pemahaman terhadap konsep
keuangan syariah menempati paktor yang menentukan eksistensi dan
jati diri perbankan syariah dihadapan perbankan konvensional.
Kedudukannya sangat penting dalam kepentingan image building
mengenai Islamic Banking, akan tetapi juga searah dengan
penyadaran masyarakat akan nilai –nilai Islam dan tanggung jawab
keagamaan yang merupakan konsekwensi logis dari
pengatasnamaan agama Isalam. Konsep non ribawi atau anti bunga
dengan tawaran system berbagi untung, merupakan konsep distingtif
dalam perbankan Islam /syariah atas system perbankan konvensional
yang memakai bunga atau inters dalam proses intermediasi
keuangan.
Oleh karena itu para praktisi dituntut memiliki pengetahuan perihal
instrument financial dalam perbankan Islam seperti dalam proses
pembiayaan antara lain konsep Mudharabah( Qirad) kemitraan
(musyarakah) kontrak jual beli( murabahah) , pinjaman kebaikan
(qardul hasan) ,leasing atau sewa peralatan dan takaful. Dalam
proses penghimpunann dana digunakan Tabungan Titipan ( wadi`ah)
tabungan Mudharabah dll.Jika ini tidak benar –benar dipahami
sangat mungkin kerja BMT memunculkan penyimpangan –
penyimpangan baru yang akhirnya kerjanya tidak jauh berbeda dari
system perbankan konvensional.Dan terjadi pertentangan antara teori
dan praktek.BMT sudah seharusnya di perhatikan lebih serius oleh
pemerintah dan semua kalangan masyarakat untuk mendorong agar
lebih cepat lagi pertumbuhannya di tengah –tengah masyarakat
sesuai dengan visi dan misi BMT untuk mencapai kesejahteraan lahir
dan batin.
4. Asuransi Syariah
100
Ansuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian ,dengan mana
seorang penanggung mengikat diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya
karena suatu kerugian ,kerusakan ,kehilangan keuntungan yang
diharapkan ,yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tak tertentu.41
Asuransisyariah di Indonesia dipelopori oleh PT
AsuransiTakafulIndonesia yang berdiri pada tahun 1994.
Sebagian kalangan Islam beranggapan bahwa asuransi sama dengan
menentang qadha dan qadar atau bertentangan dengan takdir.
Padahal sesungguhnya tidak demikian, karena pada dasarnya Islam
mengakui bahwa kecelakaan, kemalangan, dan kematian merupakan
takdir Allah yang tidak dapat ditolak. Hanya saja kita sebagai
manusia diperintahkan membuat perencanaan untuk menghadapi
masa depan sebagai mana firman-Nya dalam Al-Qur`an S.Al-Hasyr
ayat 18 dan QS:Yusuf 43-49.
Sangat jelas dalam ayat ini manusia dianjurkan untuk berusaha
menjaga kelangsungan kehidupan dengan memproteksi
kemungkinan terjadinya kondisi yang buruk. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa berasuransi tidak bertentangan dengan takdir
bahkan Allah menganjurkan adanya upaya-upaya menuju kepada
perencanaan masa depan dengan system proteksi yang dikenal dalam
mekanisme asuransi.
Perbedaan asuransi konvensional dan asuransi syariah
Perbedaan utama terletak pada prinsip dasarnya.Asuransi syariah
menggunakan konsep takaful, bertumpu pada sikap saling tolong
menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan( wata`wanu alal birri
41 Dengan demikian ansuransi merupakan hubungan hokum antara dua pihak yang saling terikat dalam suatu perjanjian yang mengakibatkan hak dan kewajiban tertanggung( insured/assured) yaitu pihak yang mempercayakan ( mengansuransikan) miliknya terhadap suatu resiko yang mungkin terjadi,dan penanggung(insures/underwriter`s)yaitu pihak yang menerima pertanggungan .pihak ini lazim disebut perusahaan ansuransi ,Thomas Suyatno dll.(1993),kelembagaan perbankan STIE dan gramedia ,Jakarta h.80
101
wataqwa) dan tentu saja memberi perlindungan (at-ta`min).Satu
sama lain saling menanggung musibah yang dialami peserta lain.
Sedang pada asuransi konvensional dasar kesepakatan adalah jual
beli.dalam takafulinvestasi dana berdasarkan system syariah dengan
system bagi hasil(mudharabah) sedang pada asuransi konvensional
atas dasar bunga atau riba (Advertorial Takaful, Republika 22 Juli
2002)
Demikian pula untuk dana premi yang terkumpul dari peserta dalam
konvensional dana itu menjadi milik perusahaan asuransi.Tentu saja
terserah perusahaan itu bila hendak diinvestasikan
kemanapun .Adapun pada asuransi takaful dana itu tetap milik
peserta .Perusahaan hanya dapat amanah untuk mengelolanya. Pada
takaful keuntungan dibagi antara perusahaan asuransi dengan peserta
sedang pada system konvensional keuntungan menjadi milik
perusahaan .
Satu hal yang sangat ditekankan dalam takaful adalah meniadakan
tiga unsur yang selalu dipertanyakan, yakni ketidakpastian, untung-
untungan, dan bungan alias riba. Tentu saja perusahaan takaful tidak
melupakan unsur keuntungan yang bisa diperoleh nasabah.Dari
setiap premi yang dibayarkan sekitar 5%akan dimasukkan kedana
peserta sebagai tabungan bila terjadi klaim peserta secara tiba-tiba.
Dana yang sebesar 5% disebut dana tabarru`. Sumbangan (tabarru`)
sama dengan hibah(pemberian) oleh karena itu haram hukumnya
ditarik kembali kalau terjadi peristiwa ,maka diselesaikan menurut
syariah.
Sisanya 95% akan ditanamkan disejumlah portofolio investasi yang
sesuai dengan syariah Islam, yakni saham reksa dana syariah ,dana
penyertaan langsung, dana talangan,deposito serta hipotek.Setelah
dikurangi beban asuransi ,surplus nkumpulan dana itu akan
dibagikan kepada peserta dengan system bagi hasil. Nisbahnya
berkisar 70%untuk perusahaan asuransi dan 30% untuk peserta.Atau
60:40 bila hasil investasi meningkat dengan tajam.Ini semua berlaku
102
untuk semua produk asuransinya.Inilah yang membedakan dengan
produk asuransi konvensional.Dalam konvensional keuntungan milik
perusahaan.
Dari ilustrasi itu , nilai keuntungan yang akan diperoleh peserta
sangat tergantung pada kecerdikan manajemen investasi mengelola
duit nasabah.Dalam kondisi biasa-biasa saja potensi keuntungan
yang akan diraup bisa mencapai 8% pertahun,namun jika hasilnya
sedang bagus peserta bisa meraih keuntungan hingga 16 %
Hal yang menarik yang berkaitan dengan dana hangus, yakni ketika
peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin
mengundurkan diri sebelum masa jatuh tempo .Begitu juga dengan
asuransi jiwa konvensional nonsaving ( tidak mengandung unsure
tabungan) atau asuransi kerugian ,jika habis masa kontrak dan tidak
terjadi klaim, maka premi asurtansi yang sudah dibayarkan hangus
atau menjadi keuntungan perusahaan asuransi.
Dalam asuransi syariah ,mekanismenya tidak mengenal dana hangus.
Peserta yang baru masuk sekalipun karena satu dan lain hal ingin
mengundurkan diri ,maka dana atau premi yang sebelumnya sudah
dibayarkan dapat diambil kembali kecuali sebagian kecil saja yang
sudah diniatkan untuk dana tabarru` yang tidak dapat diambil.Begitu
pula dengan asuransi syariah umum,jikahabis masa kontrak dan tidak
terjadi klaim maka pihak perusahaan mengembalikan sebagian dari
premi tersebut dengan pola bagi hasil ,misalnya 70:30 atau 60:40
sesuai dengan kesepakatan kontrak di muka.
Adanya DPS (Dewan Pengawas Syariah) dalam perusahaan asuransi
syariah merupakan suatu keharusan.Dia berperan dalam mengawasi
manajemen, produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa
sejalan dengan syariat Islam
Prinsip-prinsip ansuransi syariah
103
a. Sesama muslim saling bertanggung jawab ,kesulitan
seorang muslim dalam kehidupan menjadi tanggung
jawab sesame muslim.
b. Sesama muslim saling bekerja sama atau Bantu
membantu seorang muslim akan berlaku bijak dalam
kehidupan
c. Seorang muslim saling melindungi penderitaan satu
sama lain . Seorang muslim dapat diibaratkan sebagai
satu tubuh,jika salah satu anggotanya sakit maka yang
lain turut merasakannya.
Ansuransi syariah berpegang pada ketentuan –ketentuan sebagai
berikut:42
a. Kejelasan akad misalnya apakah akadnya jual beli
(tadabbuli)atau tolong menolong(takaful)
b. Tidak dibenarkan gharar
c. Tabarru` (sumbangan atau derma) bermaksud
memberikan dana secara ikhlas untuk tujuan saling
membantu satu sama lain sesame peserta takaful,
ketika ada diantranya yang mendapat
musibah.Tabarru` disimpan dalam rekening khusus .
d. Maisir dalam ansuransi syariah dihindari karena
adanya ketidak jelasan informasi dalam melakukan
transaksi karena tidak diketahui informasi oleh peserta
tentang berbagai hal yang berkenaan dengan produk
yang akan dikonsumsinya . Keterbukaan merupakan
akselerasi dari prinsif –prinsif syariah karena tidak
akan ada kepercayaan jika tidak ada keterbukaan
dalam informasi.
e. Riba .Semua ansuransi konvensional
menginvestasikan dananya dengan bunga berate
melibatkan dirinya engan riba. Sedangkan takaful
42 Endy M Astiwara (2001) Perbedaan secara syariah Ansuransi Takaful dengan Ansuransi konvensional,Muamatuan ,vol.1/edisi1/th.1
104
menyimpan dananya di bank berdasarkan syariah
dengan system mudharabah.
f. Dana hangus Dalam ansuransi konvensional ada dana
hangus dimana peserta yang yang tidak dapat
melakukan pembayaran premi dan ingin
mengundurkan diri sebelum masa reversing
period.Demikian pula dengan ansuransi non tabungan
atau ansuransi kerugian jika masa kontrak dan tidak
terjadi klaim.maka premi yang dibayarkan akan hangus
sekaligus menjadi milik pihak ansuransi.
5)Penggadaian Syariah
Pada kitab hukum undang –undang hukum perdata pasal 1150 gadai
adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas
suatu barang bergerak .Barang bergerak diserahkan kepada orang
berpiutang oleh seseorang yang mempunyai hutang ,seorang yang
berutang tersebut memberikan kekuasaan yang untuk menggunakan
barang yang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi hutang
apabila pihak yang berhutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada
saat jatuh tempo. Perusahaan umum penggadaian adalah satu-satunya
badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk
melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalan
bentuk penyaluran dana kepada masyarakat atas dasar hokum gadai.
Tugas pokoknya adalah memberikan pinjaman kepada masyarakat atas
dasar hokum gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh kegiatan
lembaga keuangan informal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan
dana mendesakdari masyarakat.Gadai dalam fiqih disebut rahn 43, yang
menurut bahasa adalah nama barang yang dijadikan sebagai jaminan
43 Adapun manfaat langsung yang didapat bank adalah biaya-biaya kongkrit yang harus dibayar oleh nasabah untuk pemeliharaan dan keamanan asset tersebut . Jika penahanan asset berdasarkan fidusia ( penahanan barang bergerak sebagai jamnan pembayaran),maka nasabah juga harus membayar biaya ansuransi yang besarnya sesuai dengan yang berlaku secara umum.Lihat Muh,Sefei Antonio(2001) Bank Syariah dari Teori ke Praktik,Gema insani Jakarta h.218
105
kepercayaan sedangkan menurut syariah artinya menyandera sejumlah
harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak ,tetapi dapat diambil
kembali sebagai tebusan.44
Menurut Ahmad Azhar Basyir, Rahn berarti tetap berlangsung dan
menahan sesuatu barang sebagai manana tertanggungan utang.Definisi
rahn adalah barang yang didagaikan, rahin adalah oraqng yang
menggadaikan ,sedangkan murtahin adalah orang yang memberikan
pinjaman.Jadi rahn merupakan perjanjian utang piutang anatar dua atau
beberapa pihak mengenai persoalan benda dan menahan sesuatu barang
sebagai jaminan utang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan
syara`sebagai jaminan atau ia bisa mengambil sebagian manfaat barang
itu.Ini di jelaskan dalam firman AllahSWT dalam QS al-Muddatsir ayat
38 :Setiap diri bertanggung atau apa yang telah diperbuatnya.Dalam Surah
Al-Baqarah ayat 283: hendaknya ada barang tanggungan yang di pegang.
Landasan hukumnya adalah Al-Qur`an (QS.Al-Baqarah :283) Al-Hadits
dari Aisyah;Rasulullah membeli makanan dari orang Jahudi dan beliau
menggadaikan baju besi beliau(HR.Bukhoridan Muslim) Dari Abu
Hurairah ,Rasulullah Saw.Bersabda : Apabila ada ternak digadaikan ,maka
punggungnya boleh dinaiki( oleh orang yang menerima gadai),karena ia
telah mengeluarkan biaya (menjaganya) apabila ternak digadaikan, maka
air susunya boleh diminum. Ijtihad
Perbedaan dan persamaan Gadai Syariah dan Konvensional
Persamaannya:
a. Hak gadai atas pinjaman uang
b. Adanya aguanan sebagai jaminan utang
c. Tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan
d. Baiaya barang yang digadaikan ditanggung oleh para pemberi
gadai
44 Beberapa ulama berselisih pendapat tentang keberadaan hewan sebagai barang gadai ,tetapi perselisihan ini lebih disebabkan keberadaan barang gadai juga berhubungan dengan tempat penyimpanan ,pemeliharaan barang , dan biaya-biaya lainnnya.
106
e. Apabila batas waktu pinjaman uang habis barang yang digadaikan
boleh dijual atau dilelang.
Perbedaaannya:
a. Rhan dalam hokum Islam dilakukan secara suka rela atas dasar tolong
menolong tanpa mencari keuntungan sedangkan gadai menurut hokum
perdata disamping berperinsif tolong menolong juga menarik keuntungan
dengan caramenarik bunga atau sewa modal.
b. Dalam hokum perdata hak gadai hanya berlaku pada benda yang bergerak
sedangkan dalam hokum Islam ,rahn berlaku pada seluruh benda, baik
yang bergerak maupun yang tidak bergerak
c. Dalam rahn tidak ada istilah bunga
d. Gadai menurut hokum perdata dilaksanakan melalui suatu lembaga yang
di Indonesia disebut Perum Penggadaian .rahn menurut hokum Islam
dapat dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga.
6) Pasar Modal Syariah
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument
keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan baik dalam bentuk
utang maupun modal sendiri.Pasar modal merupakan pasar untuk surat
berharga jangka panjang sedang pasar uang ( money market) pasar surat
berharga jangka pendek. Baik pasar uang atau pasar modal merupakan bagian
dari pasar keuangan ( financial market)
Jika di pasar modal diperjualbelikan instrument keuangan seperti saham,
obligasi,obliges di konvertibel dan berbagai produk turunan maka di pasar
uang di perjualbelikan Sertifikat Bank Indonesia(SBI) Surat Berharga Pasar
Uang(SBPU)dll.
Pasar modal syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan
efek syariah perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan,
serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya dimana semua produk dan
mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hokum
muamalat Islam.
107
Di pasar modal syariah berbeda instrumentnya di pasar modal konvensional
yang mengandung riba ,maisir dan gharar.Saham di pasar modal syariah
saham yang dikeluarkan perusahaan yang melakukan usaha yang sesuai
dengan syariah contohnya Jakarta Islamic Indexs
Seleksi yang dilakukan terhadap saham –saham yang dimasukkan dalam
kelompok JII meliputi seleksi yang bersifat normative dan financial.Seleksi
nmormatif meliputi kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan prinsip
syariah,yang meliputi:
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang
b. Usaha lembaga keuangan konvensional(ribawi) termasuk perbankan
dan asuransi konvensional
c. Usaha yang memproduksi ,mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram
d. Usaha yang memproduksi , mendistribusi serta menyediakan barang –
barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.
Sedangkan seleksi financial meliputi:
a) Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip hokum Islam dan sudah tercatat
lebih dari tiga bulan ( kecuali jika termasuk dalam saham-
saham 10 berkapitalisasi besar)
b) Memilih saham yang berdasarkan laporan tahunan atau tengah
tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva
maksimal sebesar 90%
c) Memilih 60 saham dari susunan di atas berdasarkan urutan
rata-rata kapitalisasi pasar ( market capitalization) terbesar
selama satu tahun terakhir
d) Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas
rata-rata nilai perdagangan selama satu tahun terakhir.
Itulah saham –saham yang tercatat di JII dengan mengacu pada
proses seleksi.
108
7) Reksadana Syariah
Reksadana merupakan salah satu alternative investasi bagi masyarakat
pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung
risiko atas investasi mereka. Reksadana dirancang sebagai sarana untuk
menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal mempunyai
keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan
pengetahuan yang terbatas45 Selain itu reksadana juga diharapkan dapat
meningkatkan peran pemodal local untuk berinvestasi di Pasar Modal46
Reksadana berasal dari kata reksa yang berarti jaga atau pelihara dan kata
dana berarti uang.Sehingga reksadana dapat diartikan sebagai kumpulan uang
yang dipelihara. Reksadana pada umumnya diartikansebagai wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam fortopolio efek(saham, obligasi, valuta asing
atau deposito) oleh manajer investasi47Sedangkan reksadana syariah
mengandung pengertian sebagai reksadana yang pengelolaannya dan
kebijakan investasinya mengacu pada syariat Islam.Misalnya tidak
menginvestasikan pada saham –saham atau obligasi dari perusahaan yang
pengelolaannya atau produknya bertentangan dengansyariat Islam.Seperti
pabrik makanan /minuman yang mengandung alcohol,daging babi,rokokdan
tembakau,jasa keuangan konvensional,pertahanan dan persenjataan serta
bisnis hiburanyang berbau maksiat48
Hadirnya Bank Muamalat ,Ansuransi Takaful dan tumbuhnya lembaga keuangan
syariah menimbulkan sikap optimis meningkatnya gairah investasi yang berbasis
pada investor muslim.Bapepam mulai melakukan inisiatif untuk mewadahi
investor muslim maka mulai tahun 1997 dihadirkan reksadana syariah. Kemudian
45 Reksadana di Amerika Serikat dikenal dengan istilah Mutual Fund ,sedangkan di Inggris di kenal dengan Unit Trust, dan di Jepang dikenal dengan istilah investment Trust, di Malaysia reksadana lebih dikenal dengan unit trust46 Tjipto Darmadji dan Hendy MF,(2001)Pasar Modal di Indonesia,Salemba Empat Jakarta,h.14747 Mengacu pada undang –undang pasar modal No .9 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27didefinisikan bahwa reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.48 www.pesantren.net/ekonom/2000111323171-rek.shtml
109
pada tahun 2000 dihadirkan kembali produk baru dengan nama dana reksa
syariah berimbang49
Kendala pengembangan reksadana syariah antara lain:
1. Reksadan relative dikenal hanya pada kalangan masyarakat tertentu
terutama investor yang akan menanamkan modalnya dan masyarakat yang
mempunyai kepentingan terhadap keberadaan reksadana syariah, seperti
pelaku bisnis praktisi dan akademisi dibidang ekonomi.Sehingga
reksadana syariahrelatif kurang dikenal oleh masyarakat umum.
2. Dualisme system dalam pasar modal yang menawarkan reksadana
konvensional ,juga reksadana syariah kurang memberikan dukungan bagi
tumbuhnya reksadana syariahdari aspek ekonomi. Karena masyarakat
lebih memilih reksadana yang lebih berpengalaman dalam system pasar
modal.
3. Untuk meningkatkan tumbuhnya reksadana perlu dukungan
pengusaha ,pelaku reksadana syariah sekaligus aklademisi guna
mendukung sinergi bagi peningkatan perkembangan reksadana syariah di
berbagai sector ekonomi.
8)Koperasi Syariah
Koperasi adalah lembaga usaha yang dinilai cocok untuk memberdayakan rakyat
kecil.Nilai –nilai koperasi juga mulia sepoerti keadilan,
kebersamaan ,kekeluargaan dan kesejahteraan bersama.Koperasi dalam Islam
disebut syirkah.Syirkah adalah salah satu bentuk kerjasama dagang dengan rukun
dan syaratrsarat tertentu, yang dalam hokum positif disebut dengan perserikatan
dagang.Sirkah berarti ikhtilat( percampuran)Para fuqoha mendefinisikan sebagai
akad antara orang –orang yang berserikat dalam hal modal dan
keuntungan(mazhab Hanafi)Sirkah secara umum ada dalam kitabullah Allah
berfirman yang artinya ; maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga(QS.:4;2)
Dan sesungguhnya kebanyakan orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat
zalim kepada sebagian yang lain,kecuali orang –orang yang beriman dan beramal
shaleh,dan amat sedikit mereka itu"(QS 38:24) Jejak koperasi berdasarkan prinsif
49 PTDana reksa Investment Management diluncurkan pada Juni 1997,sedangkan PT PNM Invesment Management diluncurkan pada 5 Mei 2000.lih,www.tazkia .com/print.php3?=123
110
syariah telah ada sejak abad III H di timur tengah dan Asia Tengah Di Indonesia
koperasi berbasis Islam pertama kali dalam bentuk usaha paguyuban bernama
syarikat dagangan Islam yang didirikan oleh H.Saman Hudi.
Dalam koperasi syariah ada dua prinsip dasar yaitu syrkah mufawadah dan
syirkatul inan. Syirkah mufawadhah adalah perkongsian antara dua orang atau
lebih,dengan masing –masing pihak memberikan kontribusi dana (simpanan
pokok)wajib yang sama .Sedangkan simpanan suka rela tergantung pada masing-
masinganggota.Sedangkan syirkatul inan yaitu perkongsian dua orang atau lebih
dengan kontribusi dana dari masing –masing anggota kongsi bervarias.Dana itu
dikembangkan bersama –sama dan pembagian keuntungan berdasarkan
kesepakatan bersama.
Di dalam koperasi syariah pemberian pinjaman digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hajiat(sekunder) dan tahsiniyat (tersier) koperasi menerapkan system
murabahah yaitu penjualan barang seharga biaya barang tersebut ditambah mark
up(keuntungan)yang disepakati.Karakternya penjual harus memberi tahu pembeli
mengenai harga pembelian produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang
ditambah pada biaya (cost) tersebut50.Jadi bentuk pinjaman yang diberikan oleh
koperasi adalah barang bukan uang dan akadnya bukan pinjam meminjam tetapi
jual beli.Pada saat anggota datang kepada koperasi syariah untuk meminjam
sejumlah dana, maka yang dilakukan oleh pihak pengurus koperasi adalah
menanyakannkepada anggota tersebut untuk apa dana tersebut digunakan .Jika
digunakan untuk membeli barang maka pihak koperasi bisa menjembatani
kebutuhan anggota tersebut dengan membelikan secara langsung barang yang
dibutuhkan oleh anggota transaksi yang terjadi adalah jual beli.Pihak koperasi
menjelaskan kepada anggota harga beli awal barang, biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh koperasi untuk pengadaan barang tersebut serta tingkat
keuntungan yang ingin diperoleh koperasi, setelah disepakati oleh kedua belah
pihak,harga tersebut menjadi harga jual bagi barang yang di pesan oleh anggota
tersebut.
Bentuk akad lain ba`I bin saman ajil ,atau jual beli secara cicil.Mekanisme ini
diharapkan mampu menghiundari terjadinya penyalahgunaan dana pinjaman dari
50 Kata cost menyangkut pembelian dan expense 9biaya-biaya ) lain yang dikeluarkan oleh pemilik barang.
111
koperasi yang selama ini sering terjadi.Mekanisme ini juga untuk menghindari
elemen –elemen yang terdapat didalamnya terhindar dari praktek system
peminjaman uang yang menggunakan instrument bunga /riba.
Perbedaan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional
a. Sumber (Epistimology) dan Tujuan Kehidupan
Ekonomi Islam berazaskan pada AlQur`an dan Al-Sunnah serta ijtihad.
Perkara-perkaraazas muamalah dijelaskan didalamnya dalam bentuk
suruhan dan larangan.Suruhan dan larangan tersebut bertujuan untuk
membangun keseimbangan rohani dan jasmani manusia yang berazaskan
tauhid. Ekonomi Konvensional lahir berdasarkan pemikiran manusia yang
bisa berubah berdasrkan waktu sehingga tidak bersifat kekal dan selalu
membutuhkan perubahan-perubahan, bahkan terkadang mengabaikan
aspek etika dan moral tergantung untuk kepentingan apa dan siapa.
Tujuan yang tidak sama tersebut melahirkan implikasi yang berbeda.
Menurut pakar ekonomi Islam, ekonomi Islam bertujuan untuk mencapai
al-Falah di dunia dan akhirat,artinya untuk meraih akhirat yang hasanah
melalui dunia yang hasanah pula, sedangkan ekonomi konvensional
mencoba menyelesaikan segala permasalahan yang timbultanpa ada
pertimbangan mengenai soal ketuhanan dan keakhiratan, akan ntetapi lebih
mengutamakanuntuk kemudahan dan kepuasan manusia di dunia
saja.Ekonomi Islam meletakkan manusia sebagai khalifah di muka bumi
dimana segala yang ada di bumi dan langit diperuntukkan untuk manusia,
sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah An-Nahl( 16:12-13):"Dan
Dia menundukkanmalam dan siang, matahari dan bulan untukmu.Dan
bintang –bintang itu ditundukkan (untukmu ) dengan perintah-
Nya.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar –benar ada tanda –tanda
(kekuasaan allah) bagi kaum yang memahami(nya) Dan Dia
(menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamudi muka bumi ini
dengan berlain-lainnan macamnya.Sesungguhnyapada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda( kekuasaan Allah)bagi kaum yang
mengambil pelajaran
112
b. Masalah kelangkaan dan pilihan
Dalam ekonomi konvensional masalah ekonomi timbul karena adanya
kelangkaansumber daya yang dihadapkan pada keinginan manusia yang
tidak terbatas.Dalam Islam, Islam kelangkaan sifatnya relative bukan
kelangkaan yang absolutdan hanya terjadi pada satu dimensi ruang dan
waktu tertentu saja dan kelangkaan tersebut timbul karena manusia tidak
memiliki kemampuan untuk mengelola sumber daya yang telah diciptakan
Allah.Kelangkaan membutuhkan ilmu dan pengetahuan untuk melakukan
pilihan.Dalam ekonomi konvensional, masalah pilihan tergantung pada
macam –macam sifat individu,sehingga mungkin tidak memperhitungkan
persyaratan-persyaratan masyarakat.Dalam ekonomi Islam, manusia tidak
berada pada kedudukan untuk mendistribusikan sumber-sumber
semaunya, tetapi ada pembatasan yang tegas berdasarkan kitab suci Al-
Qur`an dan As-Sunnah atas tenaga individu.Dalam Islam kesejahteraan
social dapat dimaksimalkan jika sumber daya ekonomi juga dialokasikan
sedemikian rupa, sehingga dengan pengaturan kembali keadaannya,tidak
seorangpun menjadi lebih baik dengan menjadikan orang lain lebih buruk
di dalam kerangka AlQur`an atau As-Sunnah.
c. Konsep harta dan kepemilikan
Semua harta adalah milik Allah, sebagaimana firmanAllahSWT dalam
Surah Al-Baqarah (2:284) " Milik Allah lah apa yang ada dilangit dan apa
yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan yang ada didalam hatimu atau kau
sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkan (tentang perbuatan itu)
bagimu .Dia mengampuni siap yang Dia kehendaki. Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu." Dan selanjutnya dalam surah Al-Hadid (57:7) Allah
SWT berfirman :"Berimanlah kamu kerpada Allah dan Rasul-Nya dan
infaqkanlah ( di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah
menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah). Mka orang yang
beriman diantara kamu dan menginfaqkan (hartanya di jalan Allah)
memperoleh pahala yang besar". Dalam ayat diatas manusia adalah
khalifah atas harta miliknya , maksudnya dalah bahwa semua harta yang
ada di tangan manusia pada hakikatnya kepunyaan Allah, karena Allah
113
yang menciptakannya. Akan tetapi, Allah memberikan hak kepada
manusia untuk memanfaatkannya,menggunakannya di jalan Allah dan
bukan memilikinya.
Jelaslah bahwa dalam Islam kepemilikan pribadi,baik atas barang
konsumsi ataupun barang modal sangat dihormati walaupun hakikatnya
tidak mutlak dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan orang lain adalah ajaran Islam. Sementara itu dalam ekonomi
kapitalis,kepemilikan bersifat mutlak dan pemanfaatannya bebas,
sedangkan dalam ekonomi konvensional lainnya ( khususnya di kalangan
sosialis) justru sebaliknya,kepemilikan pribadi tidak diakui,yang ada
kepemilikan Negara.
Salah satu karakteristik ekonomi Islam mengenai harta yang tidak terdapat
dalam perekonomian lain adalah Zakat. Sistem perekonomian diluar Islam
tidak mengenal tuntutan Allah kepada pemilik harta, agar menyisihkan
sebagian harta tertentu sebagai pembersih jiwa dari sifat kikir,dengki, dan
dendam.Jika dalam ekonomi konvensional pemerintah memperoleh
pendapatan dari sumber pajak, bea cukai dan pungutan, maka Islam lebih
memperkayanya dengan zakat, jizyah,kharas (pajak bumi)dan rampasan
perang.
d. Konsep Bunga
Suatu system ekonomi Islam harus bebas dari bunga( riba) karena riba
merupakan pemerasan kepada orang yang terdesak atas kebutuhan.Islam
sangat mencela penggunaan modal yang mengandung riba. Dalam Islam
system yang diterima adalah system bagi hasil( profit sharing) system ini
berorientasi pemenuhan kemaslahatan hidup umat manusia sedangkan
dalam system konvensional adanya riba. Pada system riba yang selalu
diuntungkan adalah orang yang punya modal akhirnya yang kaya makin
kaya ,perbedaan kaya dan miskin sangat jauh jurang pemisahnya yang
menimbulkan kesenjangan yang sangat tinggi.
114
Keunggulan Kompetitif Ekonomi Islam
Islam sebagai al-Din mengandung ajaran yang komprehensif dan
sempurna. Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, tidak saja
aspek ibadah tetapi juga aspek muamalah, khususnya ekonomi.Al-Qur`an
secara tegas menyatakan kesempurnaan Islam tersebut dalam banyak ayat,
antara lain:(1)Surah Al-Maidah( 5:3)" Diharamkan
bagimu( memakan)bangkai, darah,daging babi dan (daging)hewan yang
disembelih bukan atas (nama Allah),yang tercekik yang dipukul, yang
jatuh yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas kecuali yang
sempat kamu sembelih dan (diharamkan pula yang disembelih untuk
berhala) dan diharamkan pula mengundi nasib dengan anak panah karena
itu suatu perbuatan pasik. Pada hari ini orang –orang kafir telah putus asa
untuk (menghalalkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada
mereka, tetapi takutlah kepada-Ku.Pada hari ini telah Aku sempurnakan
agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah
Aku Ridha Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena
lapar bukan karena ingin berbuat dosa maka sungguh Allah Maha
Pengampun lagi maha penyayang.
(2)Surah Al-An-`am (6:38) Tidak ada seekor binatang pun yang ada di
bumi dan burung –burung yang terbang dengan kedua
sayapnya ,melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti
kamu. Tidak ada sesuatu yang kami luputkan di dalam kitab kemudian
kepada tuhan mereka dikumpulkan ;Surah An-Nahl(16:89) Dan( ingatlah)
pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap ummat seorang saksi atas
mereka dari mereka sendiri, dan kami datangkan enkau
(Muhammad)menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan kitab
kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri(Muslim).
Kesempurnaan ajaran Islam itu tidak saja diakui oleh intelektual Muslim,
tetapi juga para orientalis dari Barat, diantaranya H.A.R Gib yang
mengatakan "Islam is much more than a system of theology it`s a complete
civilization"
115
Salah satu ajaran Islam yang mengatur kehidupan manusia adalah aspek
ekonomi (mua`malah iqtishadiyah). Ajaran Islam tentang ekonomi cukup
banyak, baik dalam Al-Qur`an, Al-Sunnah, maupun ijtihad para ulama.Hal
ini menunjukkkan bahwa perhatian Islam dalam masalah ekonomi sangat
besar. Ayat yang terpanjang dalam Al-Qur`an justru berisi tentang
masalah perekonomian, bukan masalah ibadah (makhdah) atau Aqidah.
Ayat itu ialah ayat 282 dalam Surah Al-Baqarah yang menurut Ibnu Arabi
ayat ini mengandung 52 hukum /masalah ekonomi.C.C.Torrey dalam the
commercial theology Term in The Qur`an menerangkan bahwa Al-Qur`an
memakai 20 terminologi bisnis .Ungkapan tersebut diulang sebanyak 720
kali.Dua puluh terminology bisnis tersebut antara lain1) Tijarah, 2) Ba`I
3)Isytara, 4)Dain( Tadayan) 5) Risq 6)Riba 7)Dinar 8) Dirham 9) qismah
10) dharb( mudharabah) 11) Syrkah 12)Rahn 13)Ijarah/ujrah 14)Amwal
15)Fadhilah 17)Akad/`ukud 18)Mizan (timbangan) dalam perdagangan
19)Kail ( takaran) dalam perdagangan 20) waraq (mata uang). Nabi
Muhammad SAW menyebut ekonomi adalah pilar pembangunan
dunia.Dalam berbagai Hadits juga menyebutkan bahwa para pedagang
(pebisnis) sebagai profesi terbaik, bahkan mewajibkan ummat Islam untuk
menguasai perdagangan."Hendaklah kamu kuasai bisnis,karena 90% pintu
rezeki ada dalam bisnis"(H,R,Ahmad)
Demikian besarnya penekanan dan perhatian Islam pada ekonomi,
sehingga tidak mengherankan jika banyak kitab Islam membahas konsep
ekonomi.Kitab –kitab Fiqih senantiasa membahas topik-topik
Mudharabah,Musyarakah, Musyahamah, Murabahah,Ijarah, Wadi`ah,
Wakalah, Hawalah, Kafalah, Ji`alah, Ba`I Salam, Istisna, riba dan ratusan
konsep muamalah lainnya.Selain dalam kitab-kitab Fiqih terdapat karya –
karya ulama-ulama klasik yang sangat melimpah dan secara panjang lebar
(luas) membahas konsep dan ilmu ekonomi Islam.Pada dasrnya, seluruh
kitab Fiqih Islam membahas masalah muamalah,contoh:Al-Umm(Imam
Safi`i) Majmu syarah Muhazzab( Imam Nawawi), Majmu Fatawa(Ibnu
Taimiyah). Sekitar 1/3 isi kitab tersebut berisi tentang kajian muamalah.
116
Oleh karena itulah maka Umer Ibrahim Vadillo (intelektual asal
Skotlandia) menyatakan, bahwa 1/3 ajaran Islam tentang muamalah.
Materi kajian ekonomi Islam pada masa klasik cukup maju dan
berkembang. Siddiqi menuturkan :"Ibnu Khaldun membahas aneka ragam
masalah ekonomi yang luas, termasuk ajaran tentang tata nilai, pembagian
kerja, system harga, hukum penawaran dan permintaaan, konsumsi dan
produksi, Uang, pembentukan modal, pertumbuhan penduduk, makro
ekonomi dari pajak dan pengeluaran public, daur perdagangan, pertanian,
industridan perdagangan, hak milik dan kemakmuran dan sebagainya. Ia
juga membahs berbagai tahapan yang dilewati masyarakat dalam
perkembangan ekonominya. Kita juga menemukan paham dasar yang
menjelma dalam kurva penawaran tenaga kerja yang kemiringannya
berjenjang mundur (Shindiqi, Muhammad Najatullah, Muslim economic
Thingking, Asurvey of contemporary Literature, dalam buku Studies in
Islamic Ekonomic, International Centre for Research in Islamic
Economics King Abdul Aziz Jeddah and The Islamic Foundation, United
Kingdom,1976)
Boulakia bahkan menyatakan Ibnu Khaldun jauh mendahului Adam
Smith, Keynesy, Ricardo dan Robert Malthus. Ibnu Khaldun telah
menemukan sejumlah besar ide dan pemikiran ekonomi fundamental
beberapa abad sebelum kelahiran resminya di Eropa.Ia menemukan
keutamaan dan kebutuhan suatu pembagian kerja sebelum ditemukan
Smith dan prinsif tentang nilai kerja sebelum Ricardo. Ia telah mengolah
teory tentang kependudukan sebelum Malthus dan mendesak peranan
Negara di dalam perekonomian sebelum Keynes.Bahkan lebih dari itu,
Ibnu Khaldun menggunakan konsepsi ini untuk membangun suatu system
dinamis yang mudah dipahami di mana mekanisme ekonomi telah
mengarahkan kegiatan ekonomi kepada fluktuasi jangka panjang…
(Boulakia, Jean David C.:Ibnu Khaldun :A Fourteenth Century
Economic"-Journalof Poltical Economic 79 (5)September-October 1971
Demikianlah gambaran kemajuan perkembangan ekonomi Islam di
masa lalu.Tapi disayangkan, dalam waktu yang relative panjang yaitu
117
sekitar 7 abad(abad 13s/d pertengahan abad 20), ajaran-ajaran Islam
tentang ekonomi diabaikan kaum muslimin.Akibatnya ekonomi Islam
terbenam dalam limbo sejarah dalam mengalami kebekuan(staknasi).
Dampak selanjutnya, umat Islam tertinggal dan terpuruk dalam bidang
ekonomi. Dalam kondisi yang demikian,masuklah kolonialisme barat
mendesakkan dan mengajarkan doktrin-doktri ekonomi
ribawi(kapitalisme) khususnya sejak abad 18s/d abad 20.Proses ini
berlangsung lama, sehingga paradigma dan sibghah ummat Islam menjadi
terbiasa dengan system kapitalisme, konsep dan teori-teoriitu menjadi
berkarat dalam pemikiran ummat Islam.Sebagai konsekwensinya, ketika
ajaran ekonomi islam kembali ditawarkan kepada ummat Islam, mereka
melakukan penolakan, karena dalam pikirannya telah mengkristal
pemikiran ekonomi ribawi dan pemikiran ekonomi kapitalisme.Padahal
ekonomi Islam adalah ajaran Islam yang harus diikuti dan diamalkan
sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur`an Surah Al-Jatsiah
ayat18: "Kemudian kami jadikan bagi kamu (Muhammad) mengukuti
syariat, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu
orang –orang yang tidak mengetahui".
Sikap ummat Islam (utamanya para ulama dan intelektual muslim)
yang mengabaikan kajian –kajian muamalah sangat disesalkan oleh ulama
(para ekonom muslim). M.Njatullah As-Siddiqi mengatakan dalam buku
"muslim economic thingking", bahwa kejayaan peradaban Islam dan
pengaruhnya atas panggung sejarah dunia untuk 1000 tahun, tidak
mungkin tanpa diiringi dengan ide-ide (pemikiran) ekonomi dan
sejenisnya.Dari Abu Yusuf pada abad ke-2 Hijrah sampai ke Thusi dan
Waliullah kita memiliki kesinambungan dari serentetan pembahasan yang
sungguh-sungguh mengenai perpajakan, pengeluaran pemerintah, ekonomi
rumah tangga, uang dan perdagangan, pembagian kerja, monopoli,
pengawasan harga dan sebagainya.Tapi disayangkan, tidak ada perhatian,
tidak ada perhatian yang sungguh-sungguh yang diberikan atas khasanah
intelektual yang berharga ini oleh pusat –pusat riset akademik di bidang
118
ilmu ekonomi(Muslim economic thingking foundation united
kingdom,1976)
Manfaat Mengamalkan Ekonomi Islam
Mengamalkan ekonomi Islam jelas mendatangkan manfaat yang besar
bagi ummat Islam itu sendiri, pertama mewujudkan integritas seorang
muslim yang kaffah, sehingga Islam tidak lagi parsial.Bila ummat Islam
masih bergelut dan mengamalkan ekonomi ribawi, berarti keislamannya
belum kaffah sebab ajaran ekonomi Islam diabaikan.Kedua, menerapkan
dan mengamalkan ekonomi Islam melalui bank Islam, ansuransi Islam,
reksadana Islam, penggadaian Islam,dan BMT.Mendapatkan keuntungan
duniawi dan ukhrawi, keuntungan duniawi berupa keuntungan bagi
hasil,keuntungan ukhrawi adalah terbebas dari unsure riba yang
diharamkan.Selain itu mengamalkan ekonomi Islam mendapatkan pahala
karena telah mengamalkan ajaran Islam yaitu meninggalkan ribawi.Ketiga
mengamalkan ekonomi Islam bernilai ibadah.Keempat mengamalkan
ekonomi Islam melalui lembaga bank Islam Ansuransi atau BMT berarti
mendukung kemajuan lembaga ekonomi ummat Islam sendiri.Kelima
mengamalkan ekonomi Islam dengan membuka tabungan deposito atau
menjadi nasabah ansuransi islam, berarti mendukung upaya
pemberdayaan ekonomi umat Islam itu sendiri untuk mengembangkan
usaha –usaha kaum muslimin.Keenam, mengamalkan ekonomi Islam
berarti mendukung gerakan amar ma`ruf nahi mungkar , sebab dana yang
terkumpul tersebut hanya boleh dimanfaatkan untuk usaha-usaha atau
proyek –proyek halal. Bank Islam tidak akan mau membiayai usaha- usaha
haram, seperti pabrik minuman keras, usaha perjudian, usaha narkoba,
hotel yang digunakan untuk kemaksiatan atau tempat hiburan yang
bernuasa munkar seperti diskotikdan sebagainya.
Penerapan Ajaran Ekonomi Islam
Sejak terbitnya buku Max Weber The Protestan Ethic and The Sprit of
Capitalism(1904-5)orang yakin adanya hubungan erat antara(ajaran-
ajaran)agama dan etika kerja ,atau antara penerapan ajaran agama dengan
119
pembangunan ekonomi.Dalam ekonomi Islam ,etika agama kuat sekali
melandasi hukum-hukumnya.Namun juga disini banyak keberhasilan
ekonomi yang didasarkan pada peyimpangan –penyimpangan ajarannya.
Etika dan Prilaku Ekonomi
a) Etika sebagai ajaran baik –buruk,benar –salah, atau tentang
moral, khususnya dalam prilaku dan tindakan- tindakan
ekonomi, bersumber terutama dari ajaran agama. Itulah
sebabnya banyak ajaran dan faham dalam ekonomi barat
merujuk pada kitab Bible, dan etika ekonomi Yahudi
banyak merujuk pada Taurat. Demikian pula etika ekonomi
Islam termuat dalam lebih dari seperlima ayat-ayat yang
dimuat dalam Al-Qur`an.Namun jika etika agama Kristen-
Protestan telah melahirkan semangat (sprit) kapitalisme,
maka etika agama Islam tidak mengarah pada kapitalisme
maupun sosialisme. Jika kapitalisme menonjolkan sifat
individualisme dari manusia, dan sosialisme pada
kolektivisme maka Islam menekankan empat sifat sekaligus
yaitu:1)kesatuan (unity) 2)keseimbangan (equilibrium)
3)kebebasan (free will) dan 4)tanggung
jawab( responsibility). Manusia sebagai khalifatullah di
dunia tidak mungkin bersifat individualistic karena semua
(kekayaan)yang ada di bumi adalah milik Allah sematadan
manusia adalah kepercayaannya di bumi.
b) Sistem Ekonomi
Sistem Ekonomi Islam berbeda dengan kapitalisme,
sosialisme maupun Negara Kesejahteraan(Welfare
State).Berbeda dengan kapitalisme karena Islam menentang
ekploitasioleh pemilik modal terhadap buruh yang miskin,
dan melarang penumpukan kekayaan,seperti firman
AllahSWT dalam Surah Al-Humazah(104:2)Celakalah bagi
setiap pengumpat dan pencela,yang mengumpulkan harta
dan menghitung-hitungnya.Orang miskin dalam Islam tidak
120
di hujat sebagai kelompok malas dan yang tidak suka
menabung dan berinvestasi.Ajaran Islam yang paling nyata
menjujung tinggi upaya pemerataan untuk mewujudkan
keadilan social seperti firman AllahSWT.dalam Surah Al-
Hasr(59:7)"jangan sampai kekayaan hanya beredar
dikalangan orang-orang kaya saja diantara kamu".
Di sejajarkan dengan sosialisme ,Islam berbeda dalam hal
kekuasaan Negara, yang dalam sosialisme sangat kuat dan
menentukan.Kebebasan perorangan yang dinilai tinggi
dalam Islam jelas bertentangan dengan ajaran
sosialisme,Sedangkan ajaran ekonomi kesejahteraan
(welfare state)yang berada di tengah-tengah antara
kapitalisme dengan sosialisme memang lebih dekat ke
ajaran Islam.Bedanya hanyalah bahwa dalam Islam etika
benar-benar dijadikan pedoman perilaku ekonomi
sedangkan dalam wafare state tidak demikian, karena etika
walfare state adalah sekuler yang tidak mengarahkan pada
"integrasi vertical" antara aspirasi materi dan
spiritual( Naqvi)
Dapat disimpulkan bahwa dalam Islam pemenuhan
kebutuhan materil dan spiritual benar-benar dijaga
keseimbangannya, dan pengaturan oleh Negara,meskipun
ada tidak bersifat otoriter
c) Etika Bisnis
Karena etika dijadikan pedoman dalam kegiatan ekonomi
dan bisnis, maka etika bisnis menurut Islam juga dapat
digali langsung dari Al-Qur`an dan Al-Sunnah. Misalnya
karena adanya larangan riba, maka pemilik modal selalu
terlibat langsung dan bertanggung jawab terhadap jalannya
perusahaan miliknya, bahkan terhadap buruh yang di
pekerjakannya. Perusahaan dalam system ekonomi Islam
adalah perusahaan keluarga bukan perseroan terbatas yang
121
pemegang sahamnya dapat menyerahkan pengelolaan
perusahaan begitu saja pada direktur atau manajer yang
digaji.Dalam system yang demikian tidak ada perusahaan
yang menjadi sangat besar, seperti di dunia kapitalis barat,
tetapi juga tidak ada perusahaan yang tiba-tiba bangkrut
atau dibangkrutkan, Etika bisnis Islam menjungjung tinggi
semangat saling percaya, kejujuran, dan keadilan
sedangkan antara pemilik perusahaan dan karyawan
berkembang semangat kekeluargaan.Misalnya dalam
perusahaan yang Islami gaji karyawan dapat diturunkan
jika perusahaan benar-benar merugi dan karyawan juga
dapat bonus jika keuntungan perusahaan meningkat.Buruh
muda yang masih tinggal bersama orang tua dapat dibayar
lebih rendah, sedangkan yang sudah berkeluarga dan punya
anak dapat dibayar lebih tinggi dibanding rekan-rekannya
yang muda.
Penataan kembali sosialisali ekonomi Indonesia
Bila disadari bahwa salah satu sebab utama terjadinya krisis ekonomi adalah
karena tingginya suku bunga pinjaman dan membengkaknya utang luar negeri
sebagai konsekwensi dari liberalisasi kebijakan moneter dan keuangan
internasional maka secara prinsipi, ajaran Islam sedari dulu sudah melarang riba,
usury atau bunga dalam transaksi bisnis .Sebagai alternative Islam menawarkan
konsep musyarakah atau profit loss sharing, mudharabah atau profit –sharing,
murabahah atau cozt plus margin ba`I bit saman ajil, qardhul hasan atau
pinjamann kebajikan tanpa imbalan apapun kecuali pengembalian pokok
pinjaman. Secara bertahap perbankan nasional harus dibebaskan dari unsure
bunga sehingga investor lebih terkonsentrasi pada pengembangan usaha yang
menguntungkan tanpa harus memikirkan pengembalian beban bunga pinjaman.
Kegiatan bisnis berdasarkan prinsif partnership atau kemitraan dan participatory
secara luas harus digalakkandi segala lini.Dalam hal berutang baik pada tataran
individual, perusahaan maupun pemerintah meskipun ajaran Islam tidak melarang
122
utang dan juga tidak menganjurkannya tetapi sebaiknya dihindarkan. Sebagai
solusi, ajaran Islam menganjurkan perubahan status utang piutang menjadi
kemitraan bisnis non magrib yaitu non maisyir, non gharar, dan non ribawi.
Salah satu keunggulan system perbankan tanpa bunga ialah adanya dorongan yang
kuat bagi pihak perbankan untuk menyalurkan seluruh dana pihak ketiga pada
kegiatan sector riil, karena kelebihan likuiditas tidak dibenarkan untuk ditanam
dalam bentuk sertifikat financial berbasis bunga seperti SBI, sebagaimana terjadi
pada perbankan konvensional. Indikasinya sangatlah jelas bahwa " finance to
deposit ratio" atau FDR perbankan syariah selalu berkisar pada angka 100,
Sedangkan loan to deposit ratio perbanklan konvensional berada pada kisaran 70
ini berarti bahwa perbankan syariah selalu bisa menyalurkan kembali dana pihak
ketiga pada sector ekonomi produktif atau sector riil sedangkan perbankan
konvensional hanya mampu menyalurkan hanya mampu menyalurkan 70
persennya saja. Secara kualitatif perbankan syariah lebih berdampak positif pada
pengembangan sector riil, pada gilirannya akan berdampak positif pada
penciptaan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan serta pemberdayaan
usaha –usaha skala mikro, kecil dan menengah, bahkan juga skala
besar.Keunggulan lainnya dari perbankan syariah ialah terjaminnya penyaluran
dana pihak ketiga pada sektor-sektor bisnis yang benar-benar halal, dan terhindar
dari kegiatan –kegiatan ekonomi haram, subhat atau abu-abu, spekulatif atau
maisyir, ketidak pastian atau gharar.
Dengan demikian kegiatan ekonomi dan perbankan syariah membuka peluang
yang seluas-luasnya bagi semua pihak yang terlibat untuk menjadi manusia yang
shaleh secara religi maupiun sosial , serta shahih dari segi ibadah maupun
muamalah. Dalam rangka pemberdayaan ekonomi skala mikro, dewasa ini telah
beroperasi sekitar 3.037 lebih baitul maal wat tamwil(BMT) atau bank dan
lembaga keuangan mikro syariah, mempunyai kinerja yang baik, ditinjau dari
aspek kelembagaan maupun perannya dalam memberdayakan usaha skala mikro
diharapkan kedepannya satu desa satu BMT sudah seharusnya pemerintah
memberikan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangya institusi ini.
Dalam rangka membantu mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan,
konsep zakat, infaq, sedekah dan wakaf(ziskaf) yang telah lama dilalaikan oleh
123
umat maupun pemerintah, sudah waktunya untuk dibangkitkan dan dihidupkan
kembali. Inisiasi dapat diawali dari PNS muslim dengan cara memotong gaji yang
telah mencapai batas nishab 2,5 persen perbulan ( sebagaimana dilaksanakan
pada masa orde baru) kemudian disalurkan secara produktif kepada yang berhak
menerimanya. Upaya penghimpunan zakat maal oleh pemda Bulukumba Sulawesi
Selatan menunjukkkan bahwa potensi zakat maal baik dari sector pertanian,
perkebunan, industri, jasa dan lain-lain ternyata cukup besar bila potensi ini dapat
direalisasikan sepenuhnya dan dikelola secara produktif untuk memberdayakan
faqir miskin, kaum dhuafa dan kaum lemah lainnya maka hal itu akan cukup
membantu menggapai amanat konstitusi yakni mewujudkan masyarakat yang adil
dan makmur.
Konsep ekonomi Islam lainnya layak dipertimbangkan secara sungguh-sungguh
adalah prinsif menjauhkan diri dari kegiatan ekonomi yang spekulatif atau maisyir
seperti mengais keuntungan dari fluktuasi kurs mata uang. Pada hakekatnya
fluktuasi kurs mata uang tidak perlu terjadi kalau system moneter internasional
menggunakan mata unag tunggal, misalnya dengan menggunakan standar emas
atau perak dan atau perunggu. Meskipu system moneter ini bersal dari zaman
kekaisaran Romawi dan Persia tetapi karena tetap berlaku sejak zaman Rasulullah
Saw hingga kekhalifahan Islam yang terakhir di Turki pada tahun 1994, berarti
system inin dibenarkan secara syariah. Sistem moneter berdasarkan fiat money
yang sekali tidak didukung dengan cadangan emas dari setiap mata uang yang
beredar, telah mengakibatkan ketidakstabilan nilai mata uang, yang berujung pada
inflasi dan fluktuasi kurs mata uang domestic terhadap mata uang asing, yang
selanjutnya dimanfaatkan oleh para spekulan sebagai ajang judi dalam sector riil,
bahkan sering kali mendestabilisasinya dalam bentuk krisis moneter, bahkan krisis
ekonomi berkepanjangan seperti yang dialami bangsa Indonesia.
Melihat kenyataan ini sebaiknya sisten moneter sudah selayaknya ditatata ulang
dengan menerapkan kembali standar emas.Artinya,setiapuang kertas dan uang
logam yang dicetak harus didukung dengan cadangan emas senilai uang yang
dicetak tersebut. Bila setiap Negara menerapkan system moneter berstandar emas
berarti seluruh dunia hanya satu mata uang tunggal meskipun setiap Negara bisa
tetap memiliki mata uangnya sendiri, misalnya rupiah untuk Indonesia,dolar untuk
124
Amerika Serikat, Euro untuk Uni Eropa.Kalau setiap mata uang berstandar emas
berarti setiap mata uang domestik dapat ditukarkan dengan mata unang asing pada
tingkat tertentu.Misalnya setiap .10.000,-uang kertas Yang dicetak di Indonesia
didukung dengan cadangan 1 gram emas sedangkan di Amerika Serikat setiap 1
gram emas senilaiUS$ 1uang kertas maka kurs antarakedua mata uang itu adalah
adalah US$ 1=Rp 10.000,- dengan demikian kurs mata uang tetap ada tetapi
karena setaipa uang kertas dan logam dicetak selalu didukung dengan cadangan
emas yang sepadan nilainya, maka pada hakekatnya hanya dikenal 1 mata uang
tunggal yaitu mata uang emas. Yang lebih mudah lagi kalau semua negara hanya
mengeluarkan satu jenis mata uang yang sama, misalnya dinar sehingga stabilitas
moneter tetap terjaga dan sumber destabilisasi moneter keuangan dan perbankan
dapat diredam.
Implementasi uang dinar emas ini dapat dimulai dari transaksi keuangan bilateral
atau multilateral. Misalnya Indonesia dan Malysia sepakat untuk menggynakan
uang dinar emas dan traksaksi perdagangan bilateralnya, maka cadangan emas
yang diperlukan untuk mendukung kegiatan tersebut sebenarnya hanya sebesar
"net-payment"nya. Misalnya ekspor Indonesia ke Malysia dalam satu kuartal
sebesar dinar 5 Milyar,sedangkan ekspor Malysia ke Indonesia sebesar dinar 4,8
Milyar ,maka cadangan emas yang diperlukan untuk mendukung perdagangan
bilateral kedua negara ini bukan sebesar dinar 9,8 milyar melainkan cukup dengan
dinar 0,2 milyar yakni selisih nilai ekspor antar kedua negara tersebut. Dalam hal
ini Malysia perlu membayar dinar 0,2 milyar kepada Indonesia.Itupun tidak
berupa pengiriman batangan emas sebesar dinar 0,2 milyar melainkan cukup
dengan pemindah bukuan saja sehingga tidak ada aliran emas antar negara.
Dengan ilustrasi tersebut ide tentang penerapan kembali uang berstandar emas
untuk mendukung perdagangan unternasional cukup reasonable,feaseable dan
workable.Tahap berikutnya perlu langkah-langkah terencana dan terarah sehingga
secara keseluruhan sistem moneter berbasis fiat money tergantikan oleh genuine
money yakni uang dunar emas.
Dari aspek mikro, pembiayaan rumah misalnya, Islam menawarkan konsep
musyarakah mutanaqisah. Misalnya Seorang pegawai negeri sipil(PNS)ingin
membeli rumah senilai Rp 100 juta. Karena ia baru punya uang Rp 10 juta sebagai
125
uang muka, maka ia dapat menghubungi bang syariah guna membantu pelunasan
pembayaran rumah tersebut kepada pihak developer.Dengan demikian status
pemilikan rumah tersebut 90 persen milik bang syariah dan 10 persen milik PNS
yang bersangkutan. Agar status rumah tersebut menjadi 100 persen milik PNS,
maka ia dapat melunasi utang tersebut kapan saja ia mau sesuai dengan
kemampuan nya tanpa harus di bebani bunga sebagaimana halnya pada bank
konvensional.Besarnya cicilan pokok pinjaman dan jangka waktu pelunasan tidak
ditentukan secara kaku. Suatu saat ia bisa mengangsur pinjaman dengan jumlah
kecil tetapi pada saat yang lain bisa membayar dalam jumlah besar, semua
tergantung pada nasabah bank sesuai dengan kemampuan keuangannya dan kapan
ia mau melunasi utangnya. Sebagai pengganti pembayaran bunga,nasabah perlu
membayar sewa rumah (ijarah) tersebut kepada bank sesuai dengan harga pasar.Ia
perlu membayar sewa karena status rumah tersebut 90 persen milik bank
syariah.Besarnya kewajiban membayar sewa rumah adalah proporsional terbalik
dengan persentase kepemilikan rumah oleh nasabah.Kalau persentase kepemilikan
nasabah baru 10 persen berarti ia harus bayar sewa sebesar 90 persen dari
harga sewa menurut pasar , dan kewajiban ini akan berhenti kalau pemilikan
rumah sudah 100persen berada pada nasabah bank.Skim musyarakah
mutanaqisah ini memiliki beberapa keunggulan .Pertama ,skim ini benar-benar
bebas dari bayang –bayang unsur bunga bank konvensional.Kedua ,skim
pembiayaan ini sangat fleksibel dan akan mendorong nasabah untuk segera
melunasi utangnya.
Dalam masalah perburuhan yang diuanggap batu sandungan bagi para
pengusaha ,prinsif dasar ajaran Islam tentang patnersship atau "sharing"atau
"kemitraan usaha" tampaknya layak dipertimbangkan secara sungguh-sungguh
untuk mengurangu beban kusut masalah ini.kepentingan buruh dan pengusaha
memang berseberangan. Buruh berkepentingan untuk mendapatkan upah yang
layak sesuai dengan kebutuhan hidupnya yang terus meningkat, sedangkan
pengusaha berkepentingan untuk mendapatkan keuntungan setinggi mungkin
kalau perlu menekan upah buruh dibawah tingkat produktivitasnya.Kepentingan
yang saling bertolak belakang ini dapat dijembatani dengan menawarkan program
"employment stock ownership"(ESOP) yakni program pemilikan saham oleh
126
karyawan.Caranya tidak dengan mengurangi sedikitpun kepemilikan saham oleh
para pemegang saham yang ada sekarang, melainkan dengan cara mencari
pinjaman baru ke pihak perbankan syariah untuk ekspansi usaha dengan prinsip
musyarakah,mudharabahatau murabahah,atau skim syariah lainnya.Pinjaman
tersebut dilakukan bukan atas nama pemilik saham lama melainkan atas nama
karyawansehingga status mereka tidak hanya sebagai buruh melainkan sekaligus
sebagai pemegang saham. Dengan demikian para buruh selain mendapat upah
juga berhak mendapat deviden sesuai dengan porsi kepemilikan saham yang
dimiliki.Bila ini yang direalisasikan maka akan tercipta budaya korporat yang
baru.Perilaku buruh akan berubah dari sikap selalu menuntut kenaikan upah
melalui berbagai macam unjuk rasa ,menjadi sikap selalu memikirkan kemajuan
perusahaan karena dengan sikap perilaku itulah para buruh berharap bahwa pada
akhir tahun buku mereka akan memperoleh dividen. Perubahan sikap dan perilaku
ini akan menjadi dengan sendirinya mengingat bahwa para karyawan sekarang
telah berperan ganda yakni sebagai buruh dan sekaligus sebagai majikan dari
perusahaan tempat mereka bekerja. Dengan prinsip patnership ini diharapkan akan
tercipta lingkungan kerja yang kondusif, perbaikan etos kerja dan kenaikan
produktivitas usaha.
Untuk menata kembali skala prioritas pembangunan nasional jangka panjang,
ajaran Islam memberikan justifikasi atas pentingnya aspek pengembangan
kemampuan intelektual manusia Indonesia melalui pendidikan dan riset.
Justifikasi ini didasarkan pada sejarah turunnya Al-Qur`anul Karim yang
menempatkan iqra`atau bacalah sebagai ayat yang pertama kali diturunkan oleh
Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Muhammad Saw sebagai nabi penutup
akhir zaman. Perintah pertama yang diterima Muhammad Saw selaku nabi dan
utusan Allah kepada umat manusia bukanlah membayar zakat (pemberdayaan
dan pembangunan ekonomi), dan juga bukan sholat berjama`ah(memperkuat
persatuan dan kesatuan politik) bukan puasa (pengendalian diri dan kepatuhan
pada hukum) melainkan perintah untuk membaca atau iqra` .Membaca apa?
Membaca seluruh ayat-ayat, fenomena, hukum-hukum atau tanda –tanda
kebesaran Allah SWT, yang terdapat dalam kitab –kitab suci (ilmu agama)
maupun alam semesta (fisika, kimia, biologi, ekonomi, sosiologi, sejarah,
127
antropologi,politik dan lain-lain). Bagaimana membaca tanda –tanda kebesaran
AllahSWT tersebut? Dengan riset, pengajaran dan atau pendidikan. Riset dan
pendidikan adalah dua aspek penting dalam pengembangan penalaran dan
kemampuan intelektual manusia. Implikasi kebijakannya ialah bahwa mestinya
dijadikan skala prioritas pembangunan nasional bukan hanya aspek pendidikan
atau pengajaran melainkan juga riset dan pengembangan(research and
development). Dengan demikian alokasi dana sebesar 20 persen dari APBN untuk
sektor pendidikan sebagaimana diamanatkan konstitusi itu seharusnya tidak
ditafsirkan menjadi jatah Departemen Pendidikan nasional saja melainkan juga
dialokasikan untuk sektor ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan dan riset atau ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai skala prioritas
utama pembangunan jangka panjang, perlu dikembangkan sumberdaya insani
dalam sektor pendidikan yang diarahkan dan dikelola. Fenomena semakin
banyaknya pengangguran terdidik atau penganggur berpendidikan tinggi
mengindikasikan adanya suatu masalah serius dalam pendidikan nasional.
Meskipun masalah ini tidak sepenuhnya dialamatkan pada sektor pendidikan
melainkan menjadi tanggung jawab perekonomian nasional secara keseluruhan,
namun tak dapat dipungkiri bahwa sebagian masalah tersebut pada kekurang
jelasan orientasi pendidikan nasional.Akan dibawa kemanakah anak didik dalam
sistem pendidikan nnasional kita? Dengan perkataan lain, output macam apa yang
hendak dihasilkan melalui sistem pendidikan nasional? Untuk menjawab
persoalan ini, ajaran Islam memberikan masukan agar sistem pendidikan nasional
kita diarahkan untuk memebekali anak didik sehingga setelah menyelesaikan
studinya mereka mempunyai bekal yang cukup memadai sebagai modal awal
untuk meniti karir, dan memanfaatkan potensi, bakat dan kemampuan sebagai
salah satu dari lima kemungkinan berikut:a) intelektual b)Negarawan c)
pengusaha d)karyawan e) rohaniawan. Dengan demikian orientasi pendidikan
nasional seharusnya diarahkan untuk mencetak para spesialios diatas, sehingga
keterbatasan dana anggaran dapat dialokasikan secara berdaya guna dan berhasil
guna. Dengan orientasi pendidikan seperti itu diharafkan nantinya akan muncul
kaum intelektual kelas dunia"para negarawan agung, para pengusaha nasional
yang kuat, tangguh dan mandiri; kaum pekerja yang terampil, disiplin dan beretos
128
kerja tinggi serta kaum rohaniawan mulia pembimbing moral, nurani dan akhlak
bangsa .Dengan model seperti ini diharapkan setiap anak bangsa dapat berperan
secara optimal dalam memberikan sumbangsihnya dalam pembangunan nasional
dan peradaban umat manusia.Sedangkan riset Islam mengajarkan untuk
memahami ke-Maha Besaran Sang Pencipta melalui pemahaman yang mendalam
terhadap makhluk ciptaan –Nya baik berupa benda, manusia, atau makhluk hidup
lainnya.Menemukan hukum , dalil, rumus, mekanisme, metode, proses dan lain-
lain dari suatu fenomena alam dan masyarakat yang diamati adalah sasaran yang
hendak dituju dengan penelitian. Dan hasil penelitian itu akan dimanfaatkan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan ummat manusia . Dalam Islam,
ilmu itu bersifat amaliah disamping fungsi utamanya untuk meningkatkan
pemahaman ummat manusia tentang kehebatan makhluq-makhluq ciptaan Allah
SWT, yang pada akhirnya suatu proses penelitian diharapkan mampu
menghantarkan peneliti dan pembaca hasil-hasil penelitian pada Ke-Maha
Besaran Sang Pencipta.
BAB IX
SISTEM POLITIK ISLAM
a. Pengertian politik Islam
129
Pada mulanya kata politik terambil dari bahasa Yunani atau Latin politicos
atau politicus yang berarti relating to citizen. Keduanya berasal dari kata polis
yang berarti kota. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengartikan kata politik sebagai “segala urusan dan tindakan (kebajikan,
siasat dsb,) mengenai pemerintahan Negara atau terhadap Negara lain.” Juga
dalam arti “kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani
suatu masalah).”
Dalam kamus-kamus bahasa Arab modern, kata poltik biasanya diterjemahkan
dengan kata siyasyah, kata ini terambil dari kata sasa-yasusu yang biasa
diartikan mengemudi, mengendalikan, mengatur, dsb,. Dalam kepustakaan
politik Islam, banyak defenisi siyasyah yang dikemukan oleh para yuris Islam
diantaranya;
Menurut Ibnu Manzur (ahli bahasa Mesir), siyasyah berarti mengatur sesuatu
dengan cara membawa kepada kemaslahatan. Menurut Abdul Wahab Khallaf,
siyasyah adalah undang-undang yang dibuat untuk memelihara ketertiban
dan kemaslahatan serta untuk mengatur berbagai hal. Adapun menurut
Abdurrahman, siyasyah adalah hokum dan kebijakan yang mengatur berbagai
urusan umat atau masyarakat dalam hal pemerintahan, hukum dan peradilan,
lembaga pelaksanaan dan administrasi, dan hubungan luar dengan Negara
lain.
Sedaangkan Deliar Noer menjelaskan bahwa politik adalah segala aktivitas
atau sikap yang berhubungan dengan kekuasan yang bermaksud untuk
mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu macam
bentuk susunan masyarakat.
Dari defenisi di atas yang telah dikemukan, tampaknya berbeda satu sama
lain, namun demikian, esensi yang dikehendaki oleh definisi di atas pada
prinsipnya sama. Esensinya sama-sama menyatakan bahwa siyasyah
merupakan sebuah terminologi yang biasa dipergunakan untuk konsep
pengaturan uurusan umum dan tata kehidupan umat manusia dalam berbangsa
dan bernegara yang diorientasikan untuk mewujudkan kemaslahatan dan
mencegah kemudaratan.
130
Selain itu, Uruian Al-Qur’an tentang politik secara sepintas dapat ditemukan
pada ayat-ayat yang berakar kata hukum. Kata ini pada mulanya berarti
“menghalangi” atau melarang dalam rangka perbaikan”. Dari akar kata yang
sama terbentuk kata hikmah yang pada mulanya berarti kendali. Makna ini
sejalan dengan asal makna kata sasa-yasusu-sais-siyasat, yang berarti
mengemudi dan cara pengendalian.
b. Tujuan Politik Islam
Menurut Abdul Wahab Khallaf, tujuan utama yang hendak dicapai dari
politik Islam adalah terciptanya sebuah system pengaturan Negara yang
Islami, dan untuk menjelaskan bahwa Islam menghendaki terciptanya suatu
system politik yang adil guna merealisasikan kemaslahatan bagai umat
manusia disegala zaman dan di setiap Negara. Secara rinci tujuan politik Islam
adalah :
1. Menegakkan agama merelisasikan penghambaan kepada Allah Swt Tuhan
semesta alam, seperti; meng-Esakan Allah s.w.t., beriman kepada-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala
perintah dan larangan-Nya. Firman-Nya dalam surat as-Syuura ayat 13
Artinya:
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa Yaitu: Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru
mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang
kembali (kepada-Nya). (Q.S. As-Syuura; 13)
2. Menegakkan keadilan, maksudnya adalah untuk mewujudkan satu umat
yang berdiri di atas kebaikan dan keadilan, yaitu umat yang mampu
membenerkan yang benar dan mampu membatikan yang bathil.
131
Melindungi orang dari kezaliman serta menegakkan keadailan diatas
muka bumi. Firman Allah dalam surat al-Imran ayat 110
kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-
orang yang fasik.
3. Memperbaiki keadaan manusia, maksudnya hukum Islam tidak terbatas
semata-mata adanya kepemimpinan yang membawa kepada penyatuan
orang Islam saja, tetapi ia bertanggungjawab dalam memperbaiki keadaan
manusia dalam berbagai sector; ekonomi, kemasyarakatan, kebudayaan,
pendidikan, pertahanan dst.
c. Prinsip Politik Islam
Allah Swt adalah pemilik segala sesuatu, termasuk dalam kekuasan politik Artinya:
dan kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. dan kepada Allah-lah kembali
(segala sesuatu). (Q.S. Al-Maidah.(5):18)
Dalam kontek kekuasan politik, Al-Qur’an memerintahkan Nabi Muhammad Saw. Untuk menyampaikn pernyatan tegas berikut :Artinya:
Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu.(QS. Ali-‘Imran (5):26)
Dalam kontek ini, Rasul Saw. Setiap habis salat membaca doa, yang hingga kini
masih popular di kalangan uamat manusia :
132
ذا ينفع وال منعت لمFا معطى وال أعطيت لمت مFانع ال اللهFم
الجد منك الجد
Namun demikian, seperti tersurat dalam ayat di atas, Allah Swt. menganugerakan
kepada manusia sebagian kekuasaan itu. Di antara mereka ada yang berhasil
melaksanakan tugasnya dengan baik karena mengikuti prinsip-prinsip kekuasan
politik dan ada pula yang gagal.
Kekuasan politik di anugrahkan oleh Allah SWT kepada manusia.
Penganugerahan ini dilakukan melalui suatu ikatan perjanjian. Ikatan perjanjian
ini terjalin antara sang penguasa dengan Allah SWT. Di satu pihak dan dengan
masyarakatnya di pihak lain.
Oleh karenanya perjanjian baik antara sang penguasa dengan masyarakat maupun antara dia dengan Yang Mahakuasa merupakan amanat yang harus ditunaikan. Firman Allah dalam surat An-Nisa :
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa (4): 58-59)
Kedua ayat di atas dinilai oleh para ulama sebagai prinsip-prinsip pokok yang
menghimpun ajran Islam tentang kekuasan atau pemerintahan. Bahkan Rasyid
Ridha, seorang pakar tafsir, berpendapat bahwa, “seandainya tidak ada ayat lain
yang berbicara tentang hal pemerintahan, maka ayat ini telah memadai”.
Amanat dimaksudkan berkaitan dengan banyak hal, salah satu di antaranya adalah
perlakuan adil. Keadilan yang dituntut ini bukan hanya terhadap kelompok,
133
golongan, atau kaum muslimin saja, tetpi mencakup seluruh manusia bahkan
seluruh makhluk. Salah satu ayat Qur’an yang menyangkut amanat adalah berupa
teguran kepada Nabi saw. Yang hampir saja menyalahkan seorang Yahudi karena
terpengaruh oleh pembelan keluarga pencuri . Dalam konteks inilah turun firman
Allah;
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah
wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak
bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat (QS. An-Nisa (4) : 105)
Berdampingan dengan amanat yang dibebankan kepada para penguasa,
ditekankan pula kewajiban taat masyarakat kepada mereka (penguasa) atau ulil
amri selama perintahnya tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Allah dan
Rasul-Nya, artinya tidak wajib bagi manusia untuk taat kepada ulilamri dalam
kemaksiaatan, dalam hal ini dikenal kaidah yang sangat terkenal yaitu;
الخFالق معصية فى لمخلوق الطاعةArtinya :
Tidak dibenarkan adanya ketaatan kepada seorang makhluk dalam kemaksiatan
kepada Khaliq (Allah).
Ayat an-Nisa yang dikutip di atas menurut al-Maraghi. Menjelaskan prinsip-
prinsip ajaran agama dalam bidang pemerintahan serta sumber-sumbernya, yaitu;
1. Al-Qur’a n Al-Karim yang ditunjuk oleh perintah agar taat kepada Allah.
2. Sunnah Rasul saw. Yang ditunjuk oleh kewajiban taat kepada Rasul.
3. Konsensus ulul amr, yakni mereka yang diberi kepercayaan oleh umat
seperti para ulama, cerdik cendikia, pemimpin militer, penguasa, peteni,
nelayan, industriawan, buruh, wartawan, dsb.
4. Mengembalikan persoalan yang diperselisihkan kepada kaidah-kaidah
umum yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
d. Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional
134
Bidang-bidang politik, social budaya dan keamanan juga belum mencapai taraf
yang diapat dijandikan landaan yang kuat untuk kesejahteraan masyarakat pada
umumnya. Ini semua menunjukan bahwa kita belum mampu mengelola Negara
dengn baik. Negara dengan wilayah yang demikian luas, dan sumberdaya alam
yang sangat memadai untuk modal kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Sekarang sumberdaya alam itu pun sudah berkurang, lagi-lagi karena
mismanagement. Ditambah dengan bencana alam yang bertubi-tubi, sebagian juga
karena kebodohan dan keserakahan manusia, maka semakin beratlah beban
pendetitaan rakyat. Ulama sering mengatakan, bencana alam dan wabah penyakit
merupakan peringatan dari Allah, agar manusia menyadari kedudukannya sebagai
hamba Allah, bertaubat dan kembali ke jalan yang lurus. Seperti tercantum dalam
Al-Qur’an surat Al-Imran:
Artinya :
mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan
mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.
yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh
Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itudisebabkan mereka durhaka
dan melampaui batas.(QS. Al-Imran (3):112)
kaitan dengan hubungan manusia dengan manusia (hablum minannas) sifatnya
jelas social, menyangkut interaksi antara manusia. Tentu saja hubungan antar
manusia harus mencerminkan hubungan manusia dengan Allah sesuai aqidah
agama. QS. Ali Imran 3: 110 menyatakan amar ma’ruf nahi munkar, artinya
mengajak/mendorong/menyuruh untuk berbuat baik, mencegah dan melarang
perbuatan buruk.
Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan kehiduapn
dalam jaringan intraksi antar manusia yang kompleks dan dinamis. Peran agama
pada dasarnya adalah peran mengatur dengan memberikan aqidah-aqidah yang
bersifaat umum agar interaksi antar manusia dengan berbagai kepentingan
berlangsung aman dan tertib. Bagi umat Islam qaidah-qaidah tersebut dapat
ditemukan dalam syari’ah Islam, yang wjudnya adalah Qur’an dan sunnah.
135
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dalam banyak segi kehidupan,
termasuk kehidupan dalam hal beraga. Oleh karena itu umat Islam Indonesia
harus kembali kepada syari’ah, artinya kita harus sungguh-sungguh berupaya
untuk menerapkan qaidah-qaidah Qur’an dan Sunnah dengan bertumpu pada
pikiran dan akal sehat, serta dengan pertimbangan pokok, dengan kepentingan
umum (mashlahah). Seperti dikatakan oleh para Fuqaha “dimana ada maslahat, di
situ jalan Allah”. Agama menghendaki kedamaian, kemashlahatan dan
keselamatan bagi umat manusia. Agama tidak menghendaki kekacauan,
kekerasan, dan kejahatan. Maka peran agama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara adalah membawa kedamaian, kemashlahatan dan
keselamatan, amar ma’ruf nahi munkar, serta mendorong manusia untuk
berlomba-lomba berbuat kebaikan (fastabiqul khairat) .
Jadi kontribusi agama dalam kehidupan berpolitik dapat dilihat dalam
pancasila, sila pertama sejalan benar dengan prinsip tauhid baik dalam level teks
suci maupun pemahaman atas teks. Tidak ada antagonisme sejak bunyi wahyu
hingga konsep teologisnya. QS. Al-Ikhlas ayat 1 “ katakanlah: Dia-lah Allah yang
Maha Esa”. Dalam sila kedua “kemanusiaan yang adil dan beradab”, sumbangan
Islam yang langsung dapat dilihat adalah konsep adil dan beradab. Adil adalah
ajaran pokok Islam, khusunya dalam kehidupan dalam kehidupan bersama.
Artinya hendaklah manusia itu berbuat adil terhadap Allah, dirinya sendiri,
sesame manusia, terhadap tumbuh-tumbuhan, binatang, amupun secara umum
kepada alam semesta. Sedangkan kata ‘Beradap” juga diartikan kesopanan, yakni
hubungan antar yang satu dengan yang lain, termasuk kehidupan dalam berpolitik
dan bernegara haruslah mengembangkan sifat sopan dan santun.
Sila ketiga, “Persatuan Indonesia”, hal ini tertera dalam Qur’an:
Artinya:
Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah
mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama
mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan (QS. Al-Baqarah (2):213).
136
Sila keempat, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan”, merupakan perasaan dari sejumlah ajaran Islam.
Kata kerakyatan, hikmat, permusyawaratan dan perwakilan berasal dari bahasa
Arab dan bersumber dari ajaran Islam. Sila kelima, “Keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia” menunjukan hablum minannas yang baik antar umat dalam hal
keadilan.
Demikianlah peran agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara hara akan efektif, bila didukung oleh pemahaman yang benar oleh umat
beragama, tentang makna dan tujuan hidup beragama. Pemahaman dan
penghayatan yang benar membawa umat kepada pengalaman yang benar pula,
baik pada tataran hablumminallah, amaupun pada tataran hablumminannas.
Pemahaman, penghayatan dan pengamalan qaidah-qaidah agama secara benar,
akan membawa kemashlahatan bagi masyarakat, bangsa dan Negara, yaitu
hapusnya keterbelakangan dan kemiskinan, serta terwujudnya kedamaian,
kemakmuran dan kesejahteraan.
BAB X
Hak Asasi Manusia )HAM( dan Demokrasi dalam Islam
137
Pendahuluan
Bicara masalah HAM dan Demokrasi, saat ini keduanya merupakan dua hal yang
saling terkait. Tidak ada demokrasi tanpa adanya hak asasi manusia. Dan pada
umumnya hak asasi manusia tak dapat eksis tanpa adanya demokrasi. karena
semua agama, terlebih lagi yang berasal dari tradisi Ibrahimi, muncul dan
berkembang dengan misi untuk melindungi dan menjunjung tinggi harkat
manusia. Aktualisasi dari nilai kemanusiaan yang amat subtansial dan universal
selalu mengasumsikan terwujudnya nilai keadilan dan kemerdekaan yang diyakini
sebagai hak-hak asasinya. dalam kontek ini maka demokrasi dan proses
demokritisasi merupakan kondisi niscaya bagi terwujudnya keadilan dan hak
kemerdekaan seseorang.
A. Pengertian HAM dan Demokrasi
1. Pengertian HAM
Istilah hak asasi manusia yang dalam bahasa Arabnya adalah huquq al-insan,
belakangan semakin lazim digunakan dan beritanya selalu actual dan menjadi
topic pembicaraan masyarakat. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak
asasi di artikan sebagai hak dasar atau hak pokok seperti hak hidup dan hak
mendapatkan perlindungan Hak-Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang
dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tak dapat dipisahkan dari pada
hakekatnya dan karena itu bersifat suci.
Sedangkan ahmad kosasih, mengutip apa yang dikutip oleh Jan Materson,
seperti yang dikutip Lopa mengartikan hak-hak asasi manusia sebagai hak
yang melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia mustahil hidup
sebagai manusia “Human right which are inheren in our nature and whithout
which we can not live as human being” . tetapi Lopa kemudian mengomentari
bahwa kalimat “mustahil dapat hidup sebagai manusia hendaklah diartikan
manusia dapat hidup sebagai manusia di samping mempunyai hak juga harus
bertanggung jawab atas segala yang dilakukannya”.
Prinsip-prinsip umum tetang hak-hak asasi manusia yang dicanangkan Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada tanggal 10 Desember tahun
138
1948 dianggap sebagai pedoman standar bagi pelaksanaan penegakan HAM
bagi bangsa-bangsa, terutama yang tergabung dalam badan tertinggi dunia.
Prinsip-prinsip umum tersebut dikenal dengan Universal Declaration Of
Human Rights (UDHR), yakni penyataan semesta tentang Hak-hak Asasi
Manusia.
2. Pengertian Demokrasi
Demokrasi secara literal berarti kekuasan oleh rakyat, yang bersal dari bahasa
Yunani Demos (rakyat) dan Kratos (kekuasaan). Namun dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat memahami kata demokrasi dengan arti kebebasan, yang
kemudian pemahaman tentang kebebasan dimasukan kedalam katagori demokrasi
secara empiris. Dan pengertian demokrasi secara empiris itu jika dikaji lebih
dalam lagi merupakan sebuah konsep kesamaan; kesamaan dalam kesempatan,
artinya Negara memberikan jaminan di dalam konstribusi untuk memberikan
kesempatan warganya untuk mencapai yang diinginkan. Separti: seseorang
menginginkan menjadi presiden, pejabat, ketua partai atau menderikan ormas-
ormas lainnya. Dalam hal ini Negara memberikan kesempatan untuk hal tersebut
Selain pengertian dasar di atas istilah demokrasi mempunyai berbagai pengertian
didalam penggunaan kontemporer termasuk dalam pendangan demokrasi liberar
itu sendiri, seperti berikut ;
1. definisi yang diunngkapkan oleh Joseph A. Schumpeter di dalam bukunya,
Cafatalism, socialism and Democrary. Metode demokrasi adalah suatu
perencanaan institusiaonal untuk mencapai keputusan politik di mana
individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan dengan cara
perjuangan kompetitip atas suara rakyat.
2. definisi Sidney Hook dalam Encyclopaedia Americana, mendefinisikan:
“Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang penting – atau arah
kebijakan di balik keputusan ini – secara langsung maupun tak langsung,
di dasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari
rakyat dewasa”
3. Definisi Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl dalam artikel mereka
What Democracy is…. And is not, mendefinisikan demokrasi politik
139
sebagai “suatu sistem pemerintahan di mana pemerimtah dimintai
tanggung jawab atas tidakan-tindakan mereka diwilayah publik oleh warga
negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja
sama, dengan para wakil mereka yang telah terpilih.
Ketiga definisi tersebut mengimplikasikan bahwa demokrasi mengandung
unsur-unsur; kekuasaan mayoritas, suara rakyat, pemilihan yang bebas dan
bertanggung jawab. Hal ini berarti bahwa dalam penggunaan
kontemporernya, demokrasi didefinisikan lebih pragmatis ketimbang
filosofis.
Pada zaman pencerahan, demokrasi pada mulanya dedifinisikan dalam
pengertian yang lebih filosofis, yakni dengan ide kedaulatan rakyat
sebagai lawan kedaulatan Tuhan (teokrasi), dan sebagai lawan kedaulatan
monarki. Selain itu ada juga konsep lain tentang demokrasi yang diajukan
oleh negara ketiga (komunis/Muslim) yang mana konsep ini dimaksudkan
selain untuk membenarkan kebijakan pemerintah, juga untuk
menyesuaikan konsep demokrasi dengan nilai-nilai pribumi dan budaya
bangsa tertentu.
B. Sejarah Perkembangan HAM
Menurut penyelidkan ilmu pengetahuan, sejarah hak-hak asasi manusia itu
barulah muncul dan berkembang pada waktu hak-hak asasi itu oleh
manusia mulai diperhatikan dan diperjuangkan teradap serangan-serangan
atau bahaya yang timbul dari kekuasaan suatu masyarakat atau Negara
(state). Pada hakikatnya persoaalan antara manusia sebagai individu dan
masyarakat.
Sebab, manakala sesuatu Negara semakin kuat dan meluas, secara terpaksa
ia akan mengintervensi lingkungan hak-hak pribadi yang mengakibatkan
hak-hak pribadi itu semakin berkurang. Maka pada saat yang sama
terjadilah persengketaan antara individu dan kekuasaan Negara. Dalam
pertarungan itu, pihak individu (rakyat) selalu berada pada posisi yang
terkalahkan. Pada saat itu pula perlindungan terhadap hak-hak individu
yang bersifat asasi itu sangat dibutuhkan.
140
Bila diterusuri lebih jauh ke belakang mengenai sejarah lahirnya HAM,
umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa cikal bakal HAM itu
sebenarnya telah ada sejak lahirnya Magna Charta 1215 di kerajaan
Inggris. Di dalam Magna charta itu disebutkan antara lain bahwa raja yang
memiliki kekuasaan absolut dapat dibatasi kekuasaannya dan dimintai
pertanggung jawabannya di muka hukum. Dari sini lahir doktrin ‘raja tidak
kebal hukum’ dan harus bertanggung jawab kepada rakyat. Walaupun
kekuasaan membuat undang-undang pada masa itu lebih banyak berada di
tangannya.
Semangat Magna Charta inilah yang kemudian melahirkan undang-
undang dalam kerajaan Inggris tahun 1689 yang dikenal dengan undang-
undang hak (Bill of Right). Pristiwa ini dianggap sebuah keberhasialan
rakyat Inggris melawan kecongkakan raja John, sehingga timbul suatu
adagium yang berintikan “manusia sama di muka hukum (equality before
the low)”. Adigum ini memperkuat dorongan timbulnya Negara hukum
dan demokrasi yang mengakui dan menjamin asas persamaan dan
kebebasan sebagai warga Negara.
Asas persamaan ini pula yang nantinya, mendasari hak-hak lainnya seperti
kebebasan, keadilan dan perdamaian dunia, sebagaimana tercermin dalam
konsiderans mukadimah Deklarasi Sedunia tentang Hak-hak Asasi
Manusia 1948.
Untuk mewujudkan kedalam suatu tindakan konkrit dalam kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan, pemikiran dua tokoh, Rousseau tentang
kontrak sosialnya dan Montesquieu dengan trias politika yang lahirnya
didorong oleh sebuah keinginan untuk mencegah tirani, pada intinya
membuat pemisahan antara kekuasaan legislative, eksekutif dan judikatif,
sehingga seorang raja tidak dapat bertindak secara semena-mena di luar
ketentuan hukum yang berlaku. Paham ini pula yang memberi semangat
bagi munculnya deklarasi tentang kemerdekaan “Declaration of
Indefendence” di Amerika tahun 1776. di dalam deklarasi itu ditegaskan
bahwa “manusia adalah merdeka sejak dalam perut ibunya, sehingga
tidak logis bila sesudah lahir ia harus dibelenggu”.
141
Kemudian pada tahun 1789, di Prancis lahir sebuah deklarasi yang dikenal
dengan The Rule of Law. Di dalamnya dinyatakan antara lain: tidak boleh
ada penangkapan dan penahanan yang semena-mena, termasuk ditangkap
tanpa alasan yang sah dan ditahan tanpa surat perintah yang dikeluarkan
oleh pejabat yang sah.
Pernyataan ini, selanjutnya, dipertegas pula dengan kebebasan untuk
mengeluarkan pendapat (Freedomof Exspression), kebebasan menganut
keyakinan/ agama (freedom, of Religion), perlindungan terhadap hak milik
(the freedom of property) dan hak-hak dasar lainnya. Dalam The French
Declaration tersebut sudah tercakup semua hak, meliputi hak-hak yang
menjamin timbulnya demokrasi dan Negara hukum.
Deklarasi yang lahir sebagai buah Revolusi Perancis itu telah berhasil
meruntuhkan susunan masyarakat feudal termasuk golongan pendeta
agama dan susunan pemerintahan Negara yang bersifat kerajaan dengan
system monarki absolute. Desebabkan revolusi tersebut bertujuan untuk
memperoleh jaminan hak-hak manusia dalam perlindungan undang-
undang Negara, maka dirumuskan tiga prinsip yang disebut Trisloganda,
yaitu (1) kemerdekaan (liberte), (2) kesamarataan (equalite), (3)
kerukunan dan persaudaraan (fraternite). Ketiga semboyan ini telah
melahirkan konstitusi Prancis 1791.
Seiring dengan berjalannya waktu dan terjadinya perkembangan dalam
kehidupan kemasyarakatan konsepsi HAM terus mengalami perubahan. Isi
dan ruang lingkup HAM masa lampau itu ternyata tidak respinsif dan
aspiratif lagi terhadap perkembangan situasi serta tuntutan realitas social
yang ada. Lagi pula hak-hak yang harus mendapat perlindungan tidak
hanya bersifat yuridis-politik, melainkan juga hak-hak dalam bidang
kehidupan lainnya seperti ekonomi, social dan budaya.
Dalam rangka konseptualisasi dan reinterpretasi terhadap HAM yang
mencakup bidang yang lebih luas, maka pada permulaan abad ke-20,
presiden Amerika Franklin D. Rosevelt merumuskan empat macam hak-
hak asasi yang dikenal “The four freedoms’” yaitu, free asasi yang dikenal
dengan “the four freedom”. Yaitu, freedom of speech
142
(kemerdekaan/kebebasan berbicara), freedom of religion (kemerdekaan/
kebebasan dalam memlih agama), freedom from fear (kebebasan dari rasa
takut), dan freedom from want. Keempat macam hak-hak dasar ini
disandarkan kepada sebuah argumen bahwa untuk membahagiakan
manusia tidak cukup hanya dengan memberikan pengakuan hak-hak
politik saja. Karena hanya dengan memberikan pengakuan hak-hak politik
dan yuridik tidak akan berarti apa-apa tanpa terpenuhinya kebutuhan
manusia yang paling mendasar seperti sandang, pangan dan papan.
Berdasarkan argument ini pula maka perspektif HAM dalam
perkembangan selanjutnya mencakup bidang ekonomi, social dan budaya.
Dimensi baru HAM yang dirumuskan D. Rosevelt ini menjadi inspirasi
dan bagian yang tak terpisahkan dari Declaratiaon of Human Rights 1948
yang menjadi pedoman pelaksanaan HAM hingga saat ini.
C. HAM dan Demokrasi Dalam Islam
1. HAM dalam Islam
Manusia adalah puncak ciptaan Tuhan. Ia dikirim ke bumi untuk menjadi
khalifah atau wakil-Nya. Mengenai posisi manusia yang tinggi sebagai
wakil Allah di bumi, Hasbi Ash-Shiddieqy manyatakan “bahwa Allah
memberkati manusia dengan kemuliaan-kemulian tertentu, sebagaimana
dinyatakan dalam Al-Qur’an (17:70) :
“dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-
baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Ada tiga karamah (kemulian) yang dianugrahkan Tuhan kepada manusia
terlepas dari latar belakan etnik, agama dan politik mereka:
1. Karamah fardiyah (kemulian individu) yang berarti bahwa Islam
melindungi aspek-aspek kehidupan manusia baik aspek spiritual maupun
aspek material
2. Karamah ijtimai’yyah (kemulian kolektif) yang berarti bahwa Islam
menjamin sepenuhnya persamaan di antara individu-individu.
143
3. Karamah siyasiyyah (kemulian secara politis) yang bererti bahwa Islam
memberi hak politik pada individu-individu untuk memilih atau dipilih
pada posisi politik, karena mereka adalah wakil Allah
Wahid menyebutkan 14 poin mengenai hak asasi manusia yang dinyatakaan
dalam Al-Qur’an, yang seluruhnya mendukung tujuan pembangunan dan
pembentukan kesempurnaan moralitas manusia. Hak-hak azasi manusia itu adalah
1) hak untuk hidup
2) hak untuk memperoleh keadilan
3) hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama
4) kewajiban untuk menegakkan kebenaran dan hak untuk menolak sesuatu
yang melanggar hukum
5) hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan social dan Negara
6) hak untuk memperoleh kemerdekaan
7) hak untuk memperoleh kebebasan dari ancaman dan penuntutan
8) hak untuk berbicara
9) hak atas perlindungan terhadap penuntutan
10) hak untuk memperoleh ketenangan pribadi
11) hak ekonomi, termasuk hak untuk bekerja adan mendapatkan upah yang
layak
12) hak untuk melindungi kehormatan dan nama baik
13) hak atas harta benda
14) hak untuk mendapat upah yang layak dan penggantian kerugiaan yang
sepadan.
Hak yang terakhir ini terutama ditujukan untuk melawan institusi pemerintah
yang membuat keputusan tanpa mempertimbangkan kerugian yang
diakibatkannya bagi warga Negara. Disamping hak-hak itu, Wahid
menyatakan kemungkinan mengembangkan lebih lanjut hak-hak di atas untuk
memajukan hak asasi manusia, misalnya, hak untuk mendapatkan
perlindungan penganiyaan yang dilakukan oleh aparatur Negara.
Sementara Harun Nasution merumuskannya dengan merujuk pada semboyan
Revolusi Perancis (kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan). menurutnya
144
dasar filosofis hak asasi manusia ada dalam doktrin tauhid. Tauhid yang dalam
Islam dipegang secara sungguh-sungguh, berarti bahwa hanya Allah yang
menciptakan alam. Hal ini sungguh mengimplikasikan gagasan tentang
persamaan dan persaudaraan di antara sesama manusia, dan bahkan
persaudaraan di antra ciptaan yang lain. Islam tidak hanya mengajarkan
kemanusiaan, tetapi juga mengajarkan kebaikan dan perlindungan terhadap
binatang dan lingkungan. Dari prinsip-prinsip dasar persamaan, persaudaraan
dan kebebasan, kebebasan manusia dikembangkan, seperti kebebasan dari
perbudakan, kebebasan beragama, kebebasan berbicara, kebebasan
berkehendak, kebebasan dari ketakutan dan sebagainya. Hak asasi manusia itu
berasal dari kebebasan ini, seperti hak untuk hidup, hak untuk memperoleh
kekayaan, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak berbicara, hak untuk
bekerja dan sebagainya.
1. Demokrasi dalam Islam
Dalam Islam, sejak Muhammad Rasullah memulai dakwanya berupa tauhid,
maka implikasi sosioplogis dari ajaran tauhid ini adalah munculnya gerakan
egalitarianisme dalam masyarakat Arab yang feodalistik. Itulah salah satu
sebabnya mengapa Muhammad saw. selalu dimusuhi, bahkan disayembarakan
untuk dibunuh, oleh penguasa masyarakat yang telah mapan, yang merasa
terancam oleh gerakan Muhammad yang mengajarkan prinsip keadilan dan
persamaan hak.
Banyak pandangan tentang makna demokrasi dalam Islam, satu diantranya adalah
pandangan Jalaludi Rahmat yang memandang demokrasi sebagai istilah yang
mempunyai pengertian berbeda-beda. Dia mendukung demokrasi sebagai konsep
bagi system politik yang didasarkan pada dua prinsip, partisipasi politik dan hak
asasi manusia. prinsip-prinsip ini menyebabkan rakyat berpartisipasi dalam
keputusan keputusan publik dan melindungi hak-hak asasi manusia, yakni hak
kebebasan berbicara, hak mengontrol kekuasan dan hak persamaan dimuka
hukum. konsep ini tidak hanya sesuai dengan Islam, tetapi juga merupakan
perwujudan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan berbangsa.
145
Selain itu, Rais mengutrakan pendapatnya tentang demokrasi “Setidaknya makna
demokrasi dapat diterima berdasarkan tiga alasan utama:
1) Al-Qur’an memeritahkan umat Islam untuk melasanakan musyawarah dalam
dalam menyelesaikan masalah-masalah mereka
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.” (Al-Qur’an, 3 : 159)
2) Secara histories Nabi menerapkan musyawarah ini dengan umat Islam dalam
menyelesaikan masalah-masalah mereka,
3) Secara rasional, dimana umat Islam diperintahkan untuk menyelesaikan dilema
dan masalah-masalah mereka, menunjukan bahwa system yang demokratis adalah
bentuk tertinggi mengenai system politik dalam sejarah umat manusia”.
Kesimpulan
Demokrasi dan Hak asasi manusia adalah dua hal yang saling terkait. tidak ada
demokrasi tanpa adanya hak asasi manusia, dan pada umumnya hak asasi manusia
tidak dapat eksis tanpa adanya demokrasi. karena semua agama, terlebih lagi yang
berasal dari tradisi Ibrahimi, muncul dan berkembang dengan misi untuk
melindungi dan menjunjung tinggi harkat manusia. Aktualisasi dari nilai
kemanusiaan yang amat subtansial dan universal selalu mengasumsikan
terwujudnya nilai keadilan dan kemerdekaan yang diyakini sebagai hak-hak
asasinya. dalam kontek ini maka demokrasi dan proses demokritisasi merupakan
kondisi niscaya bagi terwujudnya keadilan dan hak kemerdekaan seseorang. Oleh
karenaya, meskipun agama tidak secara sistimatis mengajarkan praktek
demokrasi, namun agama memberikan etos, spirit dan muatan doctrinal yang
mendorong bagi terwujudnya kehidupan demokratik.
146
Manusia adalah puncak ciptaan Tuhan. Ia dikirim ke bumi untuk menjadi khalifah
atau wakil-Nya. Oleh karena itu manusia merupakan subjek utama dalam roda
kehidupan, dan setiap perbuatan yang dilakukan dituntut untuk dapat membawa
perbaikan manusia dengan sesama manusia sendiri yakni mempunyai nilai
kebaikan dan keluhuran. Dan itulah yang menjadi pokus kajian HAM dan
demokrasi.
.
BAB XI
147
TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk indiviudu sekaligus sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu
berinteraksi dengan individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu
akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna
dengannya salah satunya adalah perbedaan agama.
Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri akan ada
gesekan-gesekan yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat,
baik yang berkaitan dengan ras maupun agama. Dalam rangka menjaga
keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling
menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang
dapat menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut
untuk saling menjaga hak dan kewajiban diantara mereka antara yang
satu dengan yang lainnya.
Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.” Oleh karena itu kita sebagai warga Negara sudah
sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama
dan saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita
demi keutuhan Negara.
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya
kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak
mungkin ada kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama
adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh
Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar
kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan
toleransi tidak dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah
148
penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang
mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan
memaksakan toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat
mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai
kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan
sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.
A. Pengertian Toleransi
Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin
yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian
toleransi secara luas adalah suatu sikap atau perilakumanusia yang
tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau
menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Toleransi juga
dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan agama yang
berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi
terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima
oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi
beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat
mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga
digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang lebih
luas , misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga
saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip
toleransi baik dari kaum liberal maupun konservatif. Jadi toleransi
antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang
beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan
menghargai manusia yang beragama lain.
Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama,
bertaqwa kepada tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-
masing adalah mutlak. Semua agama menghargai manusia maka dari
itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai. Dengan
demikian antar umat beragama yang berlainan akan terbina kerukunan
hidup.
149
B. Toleransi Antarumat Beragama
Sebagai makhluk sosial manusia tentunya harus hidup sebuah
masyarakat yang kompleks akan nilai karena terdiri dari berbagai
macam suku dan agama. Untuk menjaga persatuan antar umat
beragama maka diperlukan sikap toleransi.dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia sikap memiliki arti perbuatan dsb yang berdasarkan pada
pendirian, dan atau keyakinan sedangkan toleransi berasal dari bahasa
Latin yaitu tolerare artinya menahan diri, bersikap sabar,membiarkan
orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang
memiliki pendapat berbeda (W.J.S Poerwodarminto ;
wartawarga.gunadarma.ac.id/).
Toleransi sendiri terbagi atas tiga yaitu :
a. Negatif
Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya
hanya dibiarkan saja karena menguntungkan dalam keadaan
terpaksa.Contoh PKI atau orang-orang yang beraliran komunis di
Indonesia pada zamanIndonesia baru merdeka.
b. Positif
Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai.Contoh
Anda beragama Islam wajib hukumnya menolak ajaran agama lain
didasari oleh keyakinan pada ajaran agama Anda, tetapi penganutnya
atau manusianya Anda hargai.
c. Ekumenis
Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu
terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam
pendirian dan kepercayaan sendiri.Contoh Anda dengan teman Anda
sama-sama beragama Islam atau Kristen tetapi berbeda aliran atau
paham. Dalam kehidupan beragama sikap toleransi ini sangatlah
dibutuhkan, karena dengan sikap toleransi ini kehidupan antar umat
150
beragama dapat tetap berlangsung dengan tetap saling menghargai
dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing.
Mengingat pentingnya toleransi, maka ia harus diajarkan kepada
anak-anak baik dilingkungan formal maupun lingkungan informal. Di
lingkungan formal contohnya siswa dapat dibekali tentang nilai-nilai
yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama melalui bidang
studi Agama, Kewarganegaraan, ataupun melalui aspek
pengembangan diri seperti Pramuka, PMR, OSIS, dll. Hal yang sama
dapat juga dilakukan di lingkungan informal oleh orang tua kepada
anak-anaknya melalui pengajaran nilai-nilai yang diajarkan sedini
mungkin di rumah.
Ada beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dengan menanamkan
sikap toleransi, manfaat tersebut adalah:
1. hidup bermasyarakat akan lebih tentram
2. persatuan, bangsa Indonesia, akan terwujud
3. pembangunan Negara akan lebih mudah
C. Menghormati Dan Memelihara Hak Dan Kewajiban Antar
Umat Beragama
a. Pengertian Hak
Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan
penggunaannya tergantung kepada kita sendiri.Contoh dari hak
adalah:
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum;
2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak;
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum
dan di dalam pemerintahan;
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan
agama dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai;
151
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran;
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan
Indonesia atau nkri dari serangan musuh;dan
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan
berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan
sesuai undang-undang yang berlaku.
b. Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah sesuatu yang dilakukan dengan tanggung
jawab.Contoh dari kewajiban adalah:
1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta
dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari
serangan musuh;
2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi
yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah
(pemda);
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi
dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta
dijalankan dengan sebaik-baiknya;
4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh
terhadap segala hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia;dan
5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan
untuk membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju
ke arah yang lebih baik.
Kewajiban merupakan hal yang harus dikerjakan atau
dilaksanankan. Jika tidak dilaksanankan dapat mendatangkan sanksi
bagi yang melanggarnya. Sedangkan hak adalah kekuasaan untuk
melakukan sesuatu. Namun, kekuasaan tersebut dibatasi oleh
undang-undang. Pembatasan ini harus dilakukan agar pelaksanaan
hak seseorang tidak sampai melanggar hak orang lain. Jadi
pelaksanaan hak dan kewajiban haruslah seimbang, artinya, kita
tidak boleh terus menuntut hak tanpa memenuhi kewajiban.
152
Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari beragam suku dan agama,
dengan adanya sikap toleransi dan sikap menjaga hak dan
kewajiban antar umat beragama, diharapkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan sara tidak muncuk kepermukaan. Dalam
kehidupan masyarakat sikap toleransi ini harus tetap dibina, jangan
sampai bangsa Indonesia terpecah antara satu sama lain
Toleransi Hak dan kewajiban dalam umat beragama telah tertanam
dalam nilai-nilai yang ada pada pancasila. Indonesia adalah Negara
majemuk yang terdiri dari berbagai macam etnis dan agama, tanpa
adanya sikap saling menghormati antara hak dan kewajiban maka
akan dapat muncul berbagai macam gesekan-gesekan antar umat
beragama.
Pemeluk agama mayoritas wajib menghargai ajaran dan keyakinan
pemeluk agama lain, karena dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2
dikatakan bahwa “setiap warga diberi kemerdekaan atau kebebasan
untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut
agama dan kepercayaannya.” Hal ini berarti kita tidak boleh
memaksakan kehendak, terutama dalam hal kepercayaan, kepada
penganut agama lain, termasuk mengejek ajaran dan cara
peribadatan mereka.
D. Pandangan Islam Mengenai Silaturrahmi
Untuk terciptanya kehidupan yang rukun, damai dan sejahtera,
Islam tidak hanya mengajarkan umatnya untuk semata beribadah
kepada Allah SWT. Melainkan Islam justru sangat menekankan
umatnya untuk membina dan menjalin silaturahmi yang baik dengan
tetangga dan lingkungannya.
Islam adalah agama yang universal artinya rahmatan lil alamin.
Umat Islam yang sangat menginginkan hidupnya mendapatkan
ridha Allah SWT selalu namanya berpegang dengan ajaran Islam,
dimana hubungan secara vertical kepada Allah senantiasa harus
dibina tetapi karena manusia mahluk social maka dia harus
153
membina hidup bermasyarakat artinya berhubungan dengan
tetangga secara baik .
Islam sangat menjunjung tinggi silaturahmi dan cara memuliakan
tetangga. Hal ini tercantum didalam ayat suci Al-Quran dan hadist,
berikut dalilnya:
“Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui dan maha mendengar”.
(QS Al- Hujurat:13)
Dari Abu Hurairah ra. Dia berkata: Rosulullah SAW bersabda:
Barang siapa senang diperluas rezekinya diperpanjang umurnya
1) hendaklah bersilaturahmi.
Riwayat Bukhari.
Dari ra dia berkata: Rosulullah SAW Bersabda: Apabila engkau
masak kuah, berilah air yang banyak dan perhatikan hak
tetanggamu. Riwayat Muslim.
Dari beberapa hadist diatas menandakan bahwasannya Rosulullah
SAW sangat memuliakan tetangga. Karena dengan kita
memuliakan tetangga banyak sekali manfaatnya. Selain itu aplikasi
dalam kehidupannya, kebersamaan hidup antara orang-orang Islam
dengan non Islam sebenarnya telah dicontohkan oleh Rosulullah
ketika beliau dengan para sahabat mengawali hidup di Madinah
setelah hijrah. Dimana Rosulullah mengikat perjanjian penduduk
Madinah yang terdiri dari orang-orang kafir dan muslim untuk
saling membantu dan menjaga keamanan kota Madinah dari
gangguan.
154
E. Manfaat Toleransi Hidup Beragama Dalam Pandangan
Islam
1. Menghindari Terjadinya Perpecahan
Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan
dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi
suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud
interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi
sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi
maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.
Prinsip-prinsip universal toleransi antar ummat beragama
Prinsip-prinsip toleransi agama ini, yang merupakan bagian dari visi
teologi atau akidah, telah dimiliki Islam, maka sudah selayaknya jika umat
Islam turut serta aktif untuk memperjuangkan visi-visi toleransinya di
khalayak masyarakat plural. Walaupun Islam telah memiliki konsep
pluralisme dan kesamaan agama, maka hal itu tak berarti para muballigh
atau pendeta dan sebagainya berhenti untuk mendakwahkan agamanya
masing-masing. PERBEDAAN umat manusia, baik dari sisi suku bangsa,
warna kulit, bahasa, adat-istiadat, budaya, bahasa serta agama dan
sebagainya, merupakan fitrah dan sunnatullah yang sudah menjadi
ketetapan Tuhan SWT. Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Tuhan
SWT, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujurat 13). Segenap manusia tidak akan
bisa menolak sunnatullah ini. Dengan demikian, bagi manusia, sudah
selayaknya untuk mengikuti petunjuk Tuhan SWT dalam menghadapi
perbedaan-perbedaan itu. Salah satu risalah penting yang ada dalam
teologi Islam adalah toleransi antar penganut agama-agama yang berbeda.
Risalah ini masuk dalam kerangka sistem teologi Islam karena Tuhan
155
SWT senantiasa mengingatkan kepada kita akan keragaman manusia, baik
dilihat dari sisi agama, suku, warna kulit, adat dan sebagainya. Dalam hal
teologi, keragaman agama tentu menjadi titik fokus risalah toleransi ini.
Toleransi adalah sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut
agama lain, dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip
keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan,
baik untuk beribadah maupun untuk tak beribadah, dari satu pihak ke
pihak lain. Hal demikian, dalam tingkat praktek-praktel sosial, dapat
dimulai dari sikap-sikap bertetangga. Karena toleransi yang paling hakiki
adalah sikap kebersamaan antar penganut keagamaan dalam praktek-
praktek sosial, kehidupan bertetangga dan bermasyarakat, serta bukan
hanya sekedar pada tataran logika dan wacana. Seorang muslim yang sejati
atau tanda-tanda keimanan seseorang, dalam sebuah Hadits Nabi
Muhammad SAW, adalah bagaimana dia bersikap kepada tetangga. "Man
Kaana Yu'minu Billaahi wal-Yaumil-aakhiri Fal-Yukrim Jaarahu", barang
siapa yang beriman kepada Tuhan SWT dan Hari Akhir, maka hendaknya
dia memuliakan tetangganya. Tidak ada sama sekali dikotomi apakah
tetangga itu seiman dengan kita atau tidak. Dan tak seorang pun berhak
untuk memasuki permasalahan iman atau tak beriman. Ini penting untuk
diperhatikan, bahwa dikotomi seiman dan tak seiman sangat tidak tepat
untuk kita terapkan pada hal-hal yang memiliki dimensi humanistik.
Bahkan, ketika suatu saat Nabi Muhammad SAW hendak melarang
seorang sahabat untuk bersedekah kepada orang non-muslim yang sedang
membutuhkan, Tuhan SWT segera menegur beliau dengan menurunkan
ayat,
"Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan
tetapi Allah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siap yang
dikehendaki-Nya" (QS. 2 : 272). Maksudnya, kita tidak perlu untuk
membeda-bedakan orang-orang yang miskin, apakah mereka itu seiman
dengan kita atau tidak. Mengapa? Karena petunjuk atau hidayah ada dalam
kekuasaan Tuhan SWT. Sedangkan urusan manusia adalah mengajak
kepada kebaikan, keadilan dan kesejahteraan yang ada di dunia. Dengan
156
turunnya ayat tersebut, Nabi SAW pun segera memerintahkan umat Islam
untuk bersedekah jika mendapatkan orang non muslim sedang
membutuhkan (Riwayat Ibnu Aby Haatim dari Ibnu 'Abbas RA). Sikap-
sikap yang diajarkan dari Tuhan SWT kepada Nabi SAW tersebut wajib
untuk dilakukan oleh umat Islam dalam bersikap kepada non muslim,
termasuk kepada, misalnya, orang tua kita yang, mungkin, tidak seiman
dengan kita. Asma RA, putri Abu Bakar RA, pernah menolak ketika
ibunya, yang non muslim, mau menemuinya . Akan tetapi, ketika berita itu
sampai kepada Nabi SAW, maka beliau memerintahkan Asma supaya
menemui dan menghormatinya. Ketika Nabi SAW dan para sahabat
sedang berkumpul, lewatlah rombongan orang Yahudi yang mengantar
jenazah. Nabi SAW langsung berdiri, memberikan penghormatan. Seorang
sahabat berkata, "Bukankah mereka orang Yahudi, Wahai Rasul?". Nabi
SAW menjawab, " Ya, tapi mereka manusia juga". Jadi, sudah jelas,
bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia, melainkan Tuhan
SWT. Sedangkan kita bermuamalah dari sisi kemanusiaan kita.
Dengan demikian, sikap toleransi yang paling utama untuk kita tumbuh-
kembangkan adalah praktek-praktek sosial kita sehari-hari, yang
berdasarkan kepada prinsip, seperti yang telah disebutkan di atas, dapat
hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dan hal ini dengan kita
awali bagaimana kita bersikap yang baik dengan tetangga terdekat kita,
tanpa membedakan mereka dari sisi apapun. Namun, untuk bersikap
toleran kepada tetangga tentu dapat kita mulai terlebih dahulu bagaimana
kemampuan kita mengelola dan mensikapi perbedaan (pendapat) yang
(mungkin) terjadi pada keluarga kita. Jadi, sebelum kita bersikap toleran
kepada tetangga, kita terlebih dahulu mencoba untuk membangun sikap
plural dan perbedaan (pendapat) dalam anggota keluarga kita. Membangun
sikap toleran dalam keluarga sangat penting, karena ia menjadi salah satu
syarat mutlak untuk mencapai derajat keluarga sakinah yang penuh
barokah dari Tuhan SWT. Sehingga, ketika dalam keluarga sebagai
komunitas terkecil kita sanggup untuk mengelola perbedaan dan
pluralisme, maka modal kemampuan itu akan menghantarkan kita kepada
157
sikap toleran atas perbedaan-perbedaan dalam masyarakat (tetangga) dan
yang lebih luas. Catatan-catatan ringan tentang aksi dan praktek toleransi
tersebut di atas hendaknya tidak dipandang sebelah mata, sebab selama ini
sikap-sikap intoleransi dan permusuhan, khususnya yang terjadi antar
penganut agama, justru kebanyakan muncul dari kalangan elit atau tokoh
masyarakat, dan jarang sekali yang muncul murni dari bawah. Berbagai
kasus konflik antar agama yang terjadi, justru tak semuanya murni karena
dorongan semangat permusuhan yang muncul untuk membela agama
masing-masing. Dimensi-dimensi sosiologi dan antropologi yang
mengitari masyarakat konflik tersebut harus mendapatkan perhatian dari
kita. Sebab, kita akan terjebak untuk kesekian kalinya dengan berbagai
kekhilafan-kekhilafan yang tak seharusnya terjadi, seperti sikap curiga dan
sebagainya, yang diakibatkan oleh konflik-konflik tersebut. Padahal, sikap
curiga mencurigai itu sendiri bukanlah sikap yang akan mampu
menyelesaikan permasalahan kerukunan antar umat, melainkan justru akan
menambah daftar konflik horisontal. Di sini pula letak kekurangan
kalangan yang sering menyuarakan sikap-sikap toleransi agama. Suara-
suara dan pemikiran itu, dalam pandangan penulis, bukan tidak tepat. Ia
kurang bisa masuk dan meresap dalam masyarakat yang terlibat konflik
karena kebutuhan murni masyarakat tersebut bukanlah konsep-konsep
perdamaian dan hidup rukun, akan tetapi keadilan ekonomi, politik,
pendidikan dan sebagainya. Belum lagi jika terbukti bahwa ketegangan
antar umat beragama, khususnya dalam konteks masyarakat Indonesia,
lebih dikarenakan permainan politik elit-elit yang berkuasa. Jika yang
terakhir ini benar, atau mendekati kebenaran, maka problem
kemasyarakatan kita bermuara kepada problem politik. Penulis bahkan
meyakini bahwa masyarakat yang terlibat perang agama, baik di Indonesia
atau di manapun, sejatinya juga menyadari akan prinsip-prinsip toleransi
yang dikandung oleh agamanya masing-masing. Akan tetapi, mereka
sedang disuguhi sajian-sajian yang menyeret mereka untuk meninggalkan
kesadaran-kesadaran yang sebenarnya sangat kuat dalam dogma agama
mereka masing-masing.
158
Prinsip Toleransi Dalam Perspektif Islam Ketika kita sudah meyakini
bahwa hidayah atau petunjuk adalah hak mutlak Tuhan SWT, maka
dengan sendiri kita tidak sah untuk memaksakan kehendak kita kepada
orang lain untuk menganut agama kita. Namun demikian, kita tetap
diwajibkan untuk berdakwah, dan itu berada pada garis-garis yang
diperintahkan oleh Tuhan SWT. Prinsip toleransi antar umat beragama
dalam perspektif Islam adalah "Lakum Diinu-kum Wa Liya Diin",
untukmu agamamu, dan untukku agamaku. Prinsip tersebut adalah
penggalan dari surat Al-Kaafirun, di mana surat tersebut turun karena
ajakan orang-orang Mekkah yang ingkar kepada kenabian Muhammad
SAW untuk beribadah secara bergantian : orang-orang Mekkah bersama
Nabi SAW beribadah secara agamanya, dan mereka bersedia untuk
beribadah bersama Nabi SAW secara Islam. Atas dasar usulan ini, Nabi
SAW mendapatkan konsepsi dari Tuhan SWT bahwa agama mereka
adalah agama mereka, dan Islam adalah Islam. Keduanya tak bisa
dicampur-adukkan, tetapi tak harus menimbulkan pertikaian, karena
urusan kebenaran dan petunjuk hanya kekuasaan-Nya. Ini adalah prinsip
yang didasarkan kepada pengakuan keberagamaan kita sekaligus
penghormatan kepada keberagamaan selain kita. Pada taraf ini konsepsi
tidak menyinggung kebenaran agama kita dan agama selain kita, juga
bukan sebaliknya, membenarkan agama kita sambil menyalahkan kepada
agama lain. Dalam masa kehidupan di dunia, dan untuk urusan dunia,
semua haruslah kerjasama untuk mencapai keadilan, persamaan dan
kesejahteraan manusia. Menghilangkan kediktatoran, penindasan terhadap
manusia, menolong kaum miskin dan sebagainya. Di sinilah letak
ungkapan atau pemikiran yang mengatakan bahwa semua agama itu sama
dan secara hakekat menyembah Tuhan yang sama. Seluruh agama
mengajak kepada kebaikan di dunia, bersikap adil, berkasih sayang serta
membantu yang memerlukan dan sebagainya, dan itulah nilai universal
yang ada pada setiap agama. Di sini, setiap agama mengalami kesamaan.
Sedangkan untuk urusan akhirat, baik itu meliputi keadilan, kebahagiaan,
pahala serta ganjaran atau sorga dan neraka, seperti halnya hidayah atau
159
petunjuk, maka itu adalah mutlak urusan Tuhan SWT. Dikisahkan, suatu
ketika sahabat Salman Al-Faarisy bercerita di hadapan Nabi SAW, dan
juga para sahabat, tentang cara-cara ibadah masyarakat di kampung
halamannya , orang Majusi, kaum penyembah api yang hidup di kawasan
Iran. Setelah Al-Faarisy selesai bercerita, Nabi SAW berkomentar,
"Mereka masuk neraka". Atas komentar ini, turunlah ayat yang berbunyi,
"Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang
Shaabi’in, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang
musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari
kiamat.
Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu" (QS. 22:17) .
Juga turun ayat berikut : "Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang
Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi'in, siapa saja di antara
mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan
beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".
(QS. 2:62) Pada ayat tersebut telah dijelaskan, bahwasanya siapapun dan
agama apapun, maka keputusan akhir pada Hari Kiamat ada pada Tuhan
SWT. Baik itu orang Islam, Yahudi, Kristen bahkan Majusi dan Shabi'in.
Kaum Majusi adalah penyembah api, sedangkan kaum Shabi’in adalah
kaum yang berkeyakinan bahwa dunia ini ada Sang Pencipta Yang Maha
Esa, namun mereka mengakui bahwa akal manusia tak mampu untuk
mengenal atau memasuki wilayah sang pencipta ini, sehingga mereka
mewakilkan komunikasinya dengan Tuhan melalui roh-roh suci. Roh-roh
suci itu, masih dalam keyakinannya, bertempat di bintang, bulan dan lain
sebagainya. Komunikasi itulah yang mereka lakukan, dan bukan
menyembah bintang, bulan, malaikat dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip
toleransi agama ini, yang merupakan bagian dari visi teologi atau akidah,
telah dimiliki Islam, maka sudah selayaknya jika umat Islam turut serta
aktif untuk memperjuangkan visi-visi toleransinya di khalayak masyarakat
plural. Walaupun Islam telah memiliki konsep pluralisme dan kesamaan
160
agama, maka hal itu tak berarti para muballigh atau pendeta dan
sebagainya berhenti untuk mendakwahkan agamanya masing-masing. Itu
sudah menjadi kewajiban setiap pemimpin agama selama hal itu dilakukan
dengan cara-cara yang bijak. Al-Qur'an berpesan
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk". (QS. 16:125)
BAB XII
TAQWA
161
A. Pengertian Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah (Arab), yang di dalam al-
Qur'an terdapat 256 kata taqwa yang berarti takut, menjaga diri, memelihara,
tanggung jawab, dan memenuhi janji dan kewajiban.
Karena itu orang yang bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah
berdasarkan kesadaran; mengerjakan perintah-Nya, tidak melanggar larangan-
Nya, takut terjerumus dalam perbuatan dosa. Orang yang taqwa juga adalah orang
yang menjaga (membentengi) diri dari kejahatan, memelihara diri agar tidak
melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah, bertanggung jawab mengenai
sikap, tingkah laku dan perbuatannya, dan memenuhi janji dan kewajibannya.
Para ahli tasawuf berpendapat bahwa taqwa itu ialah membentengi diri
dari siksa Allah dengan jalan taat kepada-Nya. Sedangkan para fuqaha (ahli fiqih)
berpendapat bahwa taqwa berarti menjaga diri dari segala sesuatu yang
melibatkan diri kepada dosa.
Taqwa bisa juga diartikan sebagai pelindung yang kita persiapkan dari siksa
dan murka Allah. Pelindung ini membuat kita berhati-hati dalam setiap langkah
agar tidak terperosok ke lembah api neraka. Dengan demikian orang-orang yang
memiliki taqwa dihatinya akan selalu melangkah dengan penuh kehati-hatian dan
diiringi perasaan takut.
1. Imam an-Nawawi berkata: bahwa takwa adalah istilah tentang melaksanakan
segala kewajiban dan meninggalkan segala larangan.
2. Ibnu Taimiyyah menyebutkan: bahwa takwa artinya melakukan perintah dan
meninggalkan larangan.
3. Thuluq ibnu Habib: berkata tentang takwa, “Engkau melaksanakan ketaatan
(melaksanakan perintah), di atas cahaya dari Allah (ilmu), dengan berharap
pahala dari Allah. Dan engkau meninggalkan maksiat terhadap Allah, di atas
cahaya Allah dari Allah, karena takut terhadap hukuman Allah.”
4. Imam Ali bin Abi Thalib berkata: “Takwa adalah al-Khaufu minal Jalil (takut
kepada Allah yang Mahaagung), al-‘Amal bil Tanziili (mengamalkan al
Qur’an dan al Sunnah), al-Ridla bil Qalil (ridla atas pembagian rizki yang
162
sedikit), dan al-Isti’dad liyaum al-Rahiil (mempersiapkan diri untuk
perjalanan di akhriat).”
Hasan Langgulung, mantan Dekan Fak. Pendidikan Univ. Islam Antar Bangsa
Kuala Lumpur, Malaysia, dalam tulisannya "Takwa Sebagai Sistem Nilai dan
Islam", mengatakan taqwa adalah kata kunci untuk memahami system nilai (sifat-
sifat atau hal-hal yang penting dan berguna bagi kemanusiaan) dalam Islam.
Takwa merupakan kesimpulan semua nilai yang terdapat dalam al-Qur'an.
Sebagai akhlak, taqwa mencakup segala nilai yang diperlukan manusia untuk
keselamatan dan kebahagiaannya di dunia dan akhirat kelak. Menurut beliau,
nilai-nilai takwa dapat digolongkan ke dalam: (1) nilai-nilai perseorangan, (2)
nilai-nilai kekeluargaan, (3) nilai-nilai social, (4) nilai-nilai kenegaraan, (5) nilai-
nilai keagamaan.
B. Macam-Macam Taqwa
Taqwa merupakan bukti keimanan. Perintah taqwa menembus dimensi
ruang dan waktu serta menuntut totalitas individu dalam melaksanakannya, dalam
menjalankan ketaqwaan terhadap Allah data dilakukan dalam bentuk hati, lisan
dan perbuatan.
1. Dalam hati )bil qalbi(
Selalu yang ada dihati hanya kebesaran Allah yang telah memberikan rahmat
kpada kita, apakah ni'mat Islam, iman ataupun ni'mat yang bersifat dunia.
a. Bertaqwalah pada Allah kalau kamu bennar-benar beriman, "inkuntum
mu'minin". (QS. Al-Maidah: 57)
b. Bertaqwalah pada Allah di mana saja kamu berada, "haitsuma kunta".
(HR. At-Tirmizi, Ahmad, dan Hakim)
c. Bertaqwalah pada Allah sekuat kemampuanmu, "mastatho'tum". (QS. At-
Taghobun: 16)
d. Bertaqwalah pada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, "haqqa tuqatih".
(QS. Ali Imran: 102)
2. Dalam Lisan )bil lisan(
163
Apa yang kita ucapkan dalam kehidupan sehari-hari selalu bermanfaat, seperti:
zikir, mengajak manusia ke jalan Allah, tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak
baik. Firman Allah QS. Al-Ahzab: 70.
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan
ucapkanlah perkataan yang baik".
3. Dalam perbuatan )bil arkan(
Segala apa yang diperintahkan oleh Allah selalu kita kerjakan, seperti shalat
puasa, zakat dan lain-lain. Dan apa yang dilarang oleh Allah senantiasa kita jauhi,
seperti mencuri, membunuh, berzina, minum-minuman keras, dan lain-lain.
C. Kedudukan Taqwa
Kedudukan taqwa bagi seorang muslim sangat penting dalam kehidupannya,
bahwa taqwa memiliki jalan yang apabila jalan itu ditempuh maka taqwa akan
menjadi watak (malakah) di dalam hati yang akan melahirkan perilaku sesuai
dengan al-Qur'an dan As-Sunnah. Karena itu taqwa mempunyai kedudukan:
1. Taqwa adalah pokok segala pekerjaan. (QS. Al-Baqarah: 21)
"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertakwa".
2. Taqwa adalah parameter kemuliaan seseorang. (QS. Al-Hujurat: 13)"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".
3. Taqwa adalah dasar persamaan hak antara pria dan wanita. (QS. An-Nisa: 1)"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan
daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-
164
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu".
4. Taqwa adalah asas segala kebajikan. (QS. Al-Baqarah: 177)
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa".
D. Urgensi Taqwa
1. Taqwa adalah bekal yang terbaik. (QS. Al-Baqarah: 197)
"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan
bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal".
2. Taqwa adalah pakaian yang terbaik. (QS. Al-A'raf: 26)
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutupi `auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa
itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat".
3. Orang taqwa adalah orang yang paling mulia. (QS. Al-Hujurat: 13)
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
165
4. Taqwa merupakan wasiat Allah kepada umat-umat terdahulu dan umat Nabi
Muhammad. (QS. An-Nisa: 131)
"Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab
sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika
kamu kafir, maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di
bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."
5. Taqwa merupakan perintah Allah yang banyak disebutkan dalam al-Qur'an.
(QS. Al-Hasyr: 18)
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan".
6. Taqwa merupakan wasiat dan perintah Nabi SAW. (HR. Abu Daud, At-
Tirmizi, Ahmad, dan Ibnu Majah)
"Aku wasiatkan kepad akalian semua untuk bertaqwa kepada Allah, mendengar
dan taat…"
7. Taqwa merupakan sebab terbesar untuk masuk sorga. (HR. At-Tirmizi)
"Rasulullah ditanya tentang penyebab yang paling banyak Allah memasukkan
orang ke dalam surga, maka beliau menjawab, "Bertaqwa kepada Allah dan
akhlak yang baik". Dan ketika ditanya tentang sesuatu yang paling banyak Allah
menjerumuskan orang ke dalam neraka, beliau menjawab, "Mulut dan
kemaluan".
E. Indikator Taqwa
Ciri-ciri orang yang bertaqwa secara umum dapat dikelompokkan berdasarkan
QS. Al-Baqarah: 1-5, dan 177 QS. Ali Imran: 133-135, QS. Adz-Dzariyat: 15-19,
sebagai berikut:
166
1. Iman (kepada Allah, yang ghaib, para Nabi, kitab-kitab, hari akhir)
2. Memelihara ibadah formal, seperti mendirikan shalat lima waktu dan
shalat malam, dan menunaikan zakat
3. Mengeluarkan harta yang dicintainya, baik di waktu lapang maupun
sempit kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, orang-orang yang
meminta-minta dan lain-lain
4. Memelihara kehormatan diri dengan cara menepati janji
5. Mohon ampun kepada Allah atau bertaubat atas segala kesalahan dan dosa
6. Sabar dalam kesempitan dan penderitaan serta peperangan
7. Menahan amarah dan suka mema'afkan kesalahan orang lain
1. QS. Al-Baqarah: 1-5
“Alif Laam Miim (1) Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertakwa, (2) (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,
yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka, (3) dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al
Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (4) Mereka
itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-
orang yang beruntung” (5).
2. QS. Ali Imran: 133-135 “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa, (133) (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan (134) Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain
daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui” (135).
167
3. QS. Adz-Dzariyat: 15-19
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman
(surga) dan di mata air-mata air, (15) sambil mengambil apa yang diberikan
kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia
adalah orang-orang yang berbuat baik; (16) Mereka sedikit sekali tidur di waktu
malam; (17) Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)
(18) Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan
orang miskin yang tidak mendapat bahagian” (19)
F. Balasan Bagi Orang yang Bertaqwa
1. Pahala dan surga (QS. Yusuf: 57, QS. Al-Baqarah: 103, QS. Ali Imran: 15,
133, 179, 198, dan QS. Maryam: 63)
“Dan Sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang
beriman dan selalu bertakwa”. (QS. Yusuf: 57)
2. Mendapat keberuntungan dan kemenangan (QS. Al-Maidah: 100, QS. An-
Nur: 52, dan QS. An-Naba: 31)
“Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan." (QS. Al-Maidah: 100)
3. Mendapat furqonan (petunjuk yang membedakan baik dan buruk),
dihapuskan segala dosa dan ampunan (QS. Al-Anfal: 29, dan QS. At-
Thalaq: 5)
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan
memberikan kepadamu Furqaan. dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-
kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia
yang besar”. (QS. Al-Anfal: 29)
1. Bersama Allah dan dicintai Allah (QS. Ali Imran: 76, dan QS. At-Taubah:
4 dan 123, QS. An-Nahl: 128)
168
“(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya, dan
bertakwa, Maka Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa”.
(QS. Ali Imran: 76)
2. Mendapatkan keselamatan (QS. An-Naml: 53, dan QS. Az-Zumar: 61)
“Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka itu selalu
bertakwa”. (QS. An-Naml: 53)
3. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan (QS. At-Thalaq: 2)
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya
jalan keluar”. (QS. At-Thalaq: 2)
4. Mendapatkan rahmat dan keberkahan (QS. Al-An'am: 155, QS. Al-A'raf:
156, dan QS. Al-A'raf: 96)
“Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, Maka
ikutilah Dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat”. (QS. Al-An’am: 155)
5. Mendapatkan rizki dengan mudah (QS. At-Thalaq: 3)
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”. (QS. At-
Thalaq: 3)
6. Mendapatkan kemudahan dalam urusan (QS. At-Thalaq: 4) “Dan barang -
siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya”. (QS. At-Thalaq: 4)
G. Ruang Lingkup Taqwa
1. Hubungan manusia dengan Allah SWT
Orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan
dengan-Nya setiap saat. Memelihara hubungan dengan Allah terus-menerus akan
menjadi kendali dirinya sehingga dapat terhindar dari kejahatan dan kemunkaran
dan membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah.
169
Dengan demikian ketakwaan yang paling utama adalah iman yang diwujudkan
melalui kecenderungan untuk menghambakan diri kepada Allah semata dan
menjelasan kiprah hidup secara konsisten kepada Islam. Yakni dengan berpegang
teguh kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Ketakwaan atau pemeliharaan hubungan dengan Allah dapat dilakukan antara
lain: (1) beriman kepada Allah, (2) beribadah kepada-Nya, seperti shalat lima
waktu, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan haji, (3)
mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus, memanfaatkan semua
pemberian Allah kepada manusia, (4) bersabar menerima cobaan Allah, tidak
putus asa ketika mendapat musibah, (5) memohon ampun atas segala dosa.
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku". (QS. Adz-Dzariyat: 56)
2. Hubungan manusia dengan hati nurani atau dirinya sendiri
Hubungan manusia dengan dirinya sendiri dicontohkan lewat keteladanan Nabi
Muhammad di antaranya: senantiasa berprilaku sabar, menerima apa saja yang
datang pada dirinya, baik perintah, larangan maupun musibah yang menimpanya.
Tawakkal, menyerahkan segala keputusan sesuatu, ikhtiar dan berdoa kepada
Allah. Syukur, sikap bertira kasih atas apa yang diberikan Allah, pemaaf, adil,
berani, mawas diri, dan mengembangkan semua yang terkandung dalam akhlak
atau budi pekerti yang baik.
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan". (QS. Al-Isra: 70)
3. Hubungan manusia dengan sesama manusia
Orang yang bertaqwa akan dapat dilihat dari peranannya di tengah-tengah
masyarakat. Sikap taqwa tercermin dalam bentuk kesetiaan untuk menolong orang
170
lain, melindungi yang lemah, suka memaafkan orang lain, menepati janji, lapang
dada, menegakkan keadilan dan berlaku adil. "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri". (QS.
An-Nisa: 36)
4. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup
Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya dapat dikembangkan antara lain
dengan memelihara dan menyayangi binatang dan tumbuhan, tanah, air, dan udara
serta semua alam semesta yang sengaja diciptakan Allah untuk kepentingan
manusia dan makhluk lain.
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya". (QS. Al-A'raf: 56)
171