Download - Abstrak kimdas
Abstrak
Identifikasi terjadinya korosi mikrobiologi pada material logam peralatan –
peralatan industri diperlukan melalui pengamatan dengan melihat ciri khas jenis-jenis
berpengaruh terjadinya korosi tersebut yaitu temperatur, kecepatan alir, pH dan kadar
oksigen memberikan batasan kondisi korosi microbiological yang terjadi.
PENDAHULUAN
Korosi dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas korosi akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934. bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970-an. Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air stainless steel dinding dalam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada permukaan sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri, industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertas pulp. Selama tahun
1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan
perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut,
banyak institusi mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian
untuk mengurangi bahaya korosi tersebut. Penulisan ini ditujukan untuk sebagai bahan
perhatian kembali kepada pelaku indutriawan, dosen dan pendidik secara khususnya dan
orang-orang yang berkompeten terhadap bidang, kimia, korosi dan ilmu pengetahuan
alam pada umumnya, bagaimana bahayanya korosi bakteri di lingkungan bebas baik air,
udara dan tanah di sekitar kita.
MIKROBA KOROSI
Mikroba merupakan suatu mikroorganisme yang hidup di lingkungan secara luas
pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya dengan air, nutrisi
dan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu
yang panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan fosfor sedikit,
konsentrat serta nutrisi-nutrisi penunjang lainnya. Mikroorganisme yang mempengaruhi
korosi antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab
terhadap degradasi material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu
area, mikroorganisme umumnya berhubungan dengan permukaan korosi kemudian
menempel pada permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan
film tipis atau biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga
membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di
permukaan. Lapisan film berupa biodeposit biasanya membentuk diameter beberapa
centimeter di permukaan, namun terekspos sedikit di permukaan sehingga dapat
meyebabkan korosi lokal. Organisme di dalam lapisan deposit mempunyai efek besar
dalam kimia di lingkungan antara permukaan logam/film atau logam/deposit tanpa
melihat efek dari sifat bulk electrolyte. Mikroorganisme dikatagorikan berdasarkan kadar
oksigen yaitu :
1.Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen
2.Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen.
3.Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi.
4.Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen
Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Jenis- jenis bakteri yang berkembang yaitu : 1.Bakteri reduksi sulfat
Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen
atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan
klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung
metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah- daerah kanal,
pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya. Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi
sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadarH2S atau Besi sulfida. Tidak adanya sulfat, beberapa
turunan dapat berfungsi sebagai fermenter menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk
memproduksi asetat, hidrogen danCO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenase yang
mengkonsumsi hidrogen.
2.Bakteri oksidasi sulfur-sulfida
Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi sulfit atau sulfur.
Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1.
bakteri Thiobaccilus umumnya ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan drainase tambang
menjadi asam.
3.Bakteri besi mangan oksida
Bakteri memperoleh energi dari oksidasiFe 2 + atauFe 3 + dimana deposit berhubungan dengan bakteri
korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan Hemispherikal berlainan ) di atas
lubang pit pada permukaan baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen
yang panjang.
Masalah biokorosi di dalam suatu sistem lingkungan mempunyai beberapa variabel- variabel yaitu : 1.Temperatur, umumnya kenaikan suhu dapat meningkatkan laju korosi tergantung karakteristik mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum untuk tumbuh yang berlainan 2.Kecepatan alir, jika kecepatan alir biofilm rendah akan mudah terganggu sedangkan kecepatan alir tinggi menyebabkan lapisan lebih tipis dan padat 3.pH, umumnya pH bulk air dapat mempengaruhi metabolisme mikroorganisme 4.Kadar Oksigen, banyak bakteri membutuhkan O2 untuk tumbuh, namun pada Organisme fakultatif jika O2 berkurang maka dengan cepat bakteri ini mengubah metabolismenya menjadi bakteri anaerob 5.Kebersihan, dimaksud air yang kadar endapan padatan rendah, padatan ini menciptakan keadaan di permukaan untuk tumbuhnya aktifitas mikroba.
Pada korosi bakteri secara umum merupakan gabungan dan pengembangan sel diferensial
oksigen, konsentrasi klorida dibawah deposit sulfida, larutan produk korosi dan depolarisasi katodik
lapisan proteksi hidrogen. Biofilm bakteri merupakan agen dari proses inisiasi dan propagasi
pertumbuhan korosi bakteri terlihat pada Gambar 1, sehingga korosi mikroba tidak terjadi dengan
absennya biofilm. Biofilm menyediakan kondisi kondisi local
lingkungan misalnya pH yang rendah, sel difernsial oksigen untuk inisiasi atau propagasi aktifitas korosi.
Meskipun beberapa literatur menerangkan faktor fisik dan elektrokimia yang dihubungkan dengan
korosi di lingkungan berair, namun relatif sedikit diketahui tentang mekanisme mikroorganisme saat
inisiasi dan propagasi aktifitas korosi. material SS 316, umumnya mekanisme terjadinya korosi bakteri
kurang dipahami, hanya melihat indikasi produksi asam atau serangan sulfide terlihat pada Gambar
KOROSI
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia
atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah
kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di
alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah,
akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja
tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi
oksida). Korosi atau secara awam lebih dikenal dengan istilah pengkaratan merupakan fenomena
kimia pada bahan-bahan logam di berbagai macam kondisi lingkungan. Penyelidikan tentang sistim
elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan mengenai korosi ini, yaitu reaksi kimia antara
logam dengan zat-zat yang ada di sekitarnya atau dengan partikel-partikel lain yang ada di dalam
matrik logam itu sendiri. Jadi dilihat dari sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya merupakan
reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan
oksigen
Pada umumnya suatu peralatan elektronik mengandung komponen logam yang mempunyai
waktu hidup atau masa pakai tertentu. Korosi pada komponen-komponen tersebut dapat menimbulkan
kerugian ekonomi akibat berkurangnya masa produktif peralatan elektronik. Korosi bahkan dapat
menyebabkan terjadinya gangguan berupa terjadinya hubungan pendek (konsluiting) yang dapat
mengarah kepada terjadinya kecelakaan. Masalah korosi peralatan elektronik merupakan salah satu
sumber yang dapat memicu kegagaan operasional serta keselamatan kerja pada suatu industri. Oleh
sebab itu, masalah ini sudah selayaknya mendapat perhatian yang serius dari berbagai kalangan.
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai jenis logam.
Bangunan-bangunan maupun peralatan elektronik yang memakai komponen logam seperti seng,
tembaga, besi-baja dan sebagainya semuanya dapat terserang oleh korosi ini. Seng untuk atap dapat
bocor karena termakan korosi. Demikian juga besi untuk pagar tidak dapat terbebas dari masalah
korosi. Jembatan dari baja maupun badan mobil dapat menjadi rapuh karena peristiwa alamiah yang
disebut korosi. Selain pada perkakas logam ukuran besar, korosi ternyata juga mampu menyerang
logam pada komponen-komponen renik peralatan elektronik, mulai dari jam digital hingga komputer,
serta peralatan-peralatan canggih lainnya yang digunakan dalam berbagai aktivitas umat manusia, baik
dalam kegiatan industri maupun di dalam rumah tangga.
Korosi merupakan masalah teknis dan ilmiah yang serius. Di negara-negara maju sekalipun,
masalah ini secara ilmiah belum tuntas terjawab hingga saat ini. Selain merupakan masalah ilmu
permukaan yang merupakan kajian dan perlu ditangani secara fisika, korosi juga menyangkut kinetika
reaksi yang menjadi wilayah kajian para ahli kimia. Korosi juga menjadi masalah ekonomi karena
menyangkut umur, penyusutan dan efisiensi pemakaian suatu bahan maupun peralatan dalam kegiatan
industri. Milyaran Dolas AS telah dibelanjakan setiap tahunnya untuk merawat jembatan, peralatan
perkantoran, kendaraan bermotor, mesin- mesin industri serta peralatan elektronik lainnya agar umur
konstruksinya dapat bertahan lebih lama. Banyak negara telah berusaha menghitung biaya korosi
nasional dengan cara yang berbeda-beda, umumnya jatuh pada nilai yang berkisar antara 1,5 – 5,0
persen dari GNP. Para praktisi saat ini cenderung sepakat untuk menetapkan biaya korosi sekitar 3,5
persen dari GNP. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung seperti
pergantian peralatan industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi juga biaya tidak
langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri serta kelancaran transportasi yang
umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung.
Penyebab Korosi
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari
bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan,
bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya.
Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat
kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi)
terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik.
Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi.
Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat memeprcepat proses korosi peralatan
elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta persenyawaan-
persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk
sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak
digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas
dan sangat mudah terlepas ke udara. Ammoniak dalam kegiatan industri umumnya digunakan untuk
sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku di dalam alat pendingin, juga sebagai bahan untuk
pembuatan pupuk. Bejana-bejana penyimpan ammoniak harus selalu diperiksa untuk mencegah
terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara.
Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol, debu serta gas-gas asam
seperti NOx dan SOx. Dalam batubara terdapat belerang atau sulfur (S) yang apabila dibakar berubah
menjadi oksida belerang. Masalah utama berkaitan dengan peningkatan penggunaan batubara adalah
dilepaskannya gas-gas polutan seperti oksida nitrogen (NOx) dan oksida belerang (SOx). Walaupun
sebagian besar pusat tenaga listrik batubara telah menggunakan alat pembersih endapan (presipitator)
untuk membersihkan partikel-partikel kecil dari asap batubara, namun NOx dan SOx yang merupakan
senyawa gas dengan bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara,
kedua gas tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4). Oleh sebab
itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut di dalam
udara. Udara yang asam ini tentu dapat berinteraksi dengan apa saja, termasuk komponen-komponen
renik di dalam peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses korosi tidak dapat dihindari lagi.
Korosi yang menyerang piranti maupun komponen-komponen elektronika dapat mengakibatan
kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini maka sifat elektrik komponen-komponen elektronika
dalam komputer, televisi, video, kalkulator, jam digital dan
sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan terbentuknya lapisan non-konduktor pada
komponen elektronik. Oleh sebab itu, dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran tinggi, aneka
barang mulai dari komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin mudah rusak, bahkan
hancur karena korosi. Dalam beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi pada peralatan elektronik
dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yang menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk
kehilangan atau kerusakan materi, tetapi juga korban nyawa.
MEKANISME KOROSI
Mekanisme korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia. Reaksi elektrokimia
melibatkan perpindahan elektron-elektron. Perpindahan elektron merupakan hasil reaksi
redoks (reduksi-oksidasi). Mekanisme korosi melalui reaksi elektrokimia melibatkan reaksi
anodik di daerah anodik. Reaksi anodik (oksidasi) diindikasikan melalui peningkatan valensi
atau produk elektron-elektron. Reaksi anodik yang terjadi pada proses korosi logam yaitu :
M -->Mn+ + ne Proses korosi dari logam M adalah proses oksidasi logam menjadi satu ion (n+) dalam pelepasan n elektron. Harga dari n bergantung dari sifat logam sebagai contoh besi : Fe-->Fe2+ + 2e
Reaksi katodik juga berlangsung di proses korosi. Reaksi katodik diindikasikan melalui
penurunan nilai valensi atau konsumsi elektron-elektron yang dihasilkan dari reaksi anodik.
Reaksi katodik terletak di daerah katoda. Beberapa jenis reaksi katodik yang terjadi selama
proses korosi logam yaitu :
Pelepasan gas hydrogen :2H- + 2e -->H2 Reduksi oksigen :O2 +4H- + 4e -->H2O O2+ H2O4 --> 4OH-
Reduksi ion logam :Fe 3 ++ e -->Fe 2 +
Pengendapan logam :3Na + + 3 e --> 3 Na
Reduksi ion hydrogen :O2 +4H+ + 4 e -->2H2O
O2+ 2H2O + 4e --> 4OH- Reaksi katodik dimana oksigen dari udara akan larut dalam larutan terbuka. Reaksi korosi
tersebut sebagai berikut :
NaCl.H2O
2 Fe +O2------------------->Fe 2O 3
KLASIFIKASI KOROSI Korosi Atmosferik.
Tanpa disadari, setiap hari kita berurusan dengan korosi atmosferik, misalnya karat pada
pagar, mobil, atau peralatan rumah tangga lainnya. Korosi atmosferik merupakan hasil
interaksi logam dengan atmosfer ambient di sekitarnya, yang terjadi akibat kelembaban dan
oksigen di udara, dan diperparah dengan adanya polutan seperti gas-gas atau garam-garam
yang terkandung di udara.
Atmosfer yang berpengaruh pada korosi atmosferik dapat dikategorikan menjadi :
•
Rural. Daerah rural paling tidak korosif karena hanya mengandung sedikit polutan,
dan lebih banyak dipengaruhi oleh embun, oksigen dan CO2. •
Urban. Bahan korosif pada daerah urban adalah SOx dan NOx yang berasal dari emisi kendaraan bermotor dan sedikit aktivitas industri. •
Industri. Kondisi atmosfer daerah industri sangat berkaitan dengan polutan yang dihasilkan oleh industri, seperti SO2, klorida, phospat dan nitrat. •
Pantai/laut. Pantai/laut merupakan daerah paling korosif, karena atmosfernya mengandung partikel klorida yang bersifat agresif dann mempercepat laju korosi.
Peralatan industri minyak bumi (misalnya anjungan produksi, kilang minyak, tangki timbun,
sistem perpipaan, kapal tanker) umumnya berada di daerah industri atau laut atau gabungan keduanya,
di mana kondisi atmosfer mengandung polutan-polutan yang korosif berupa sulfur dan klorida,
sehingga peralatan tersebut sangat rawan terhadap serangan korosi atmosferik. Apabila tidak
dilakukan tindakan yang tepat, dampak korosi atmosferik dapat berakibat mulai dari kegagalan
peralatan hingga membahayakan keselamatan pekerja, misalnya tiang anjungan produksi lepas pantai
yang keropos, atau tangga tangki timbun yang berkarat.
Mekanisme Korosi Atmosferik
Proses terjadinya korosi atmosferik dimulai dari pengembunan uap air di permukaan logam
yang membentuk lapisan tipis (lapisan film elektrolit). Lapisan tipis air ini kemudian melarutkan
partikel-partikel dan gas dari udara ambien, dan bertindak sebagai elektrolit tempat terjadinya reaksi
korosi.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Korosi Atmosferik
Korosi atmosferik sangat dipengaruhi kondisi cuaca lokal, sehingga tidak ada dua tempat di
dunia ini yang memiliki karakteristik korosi atmosferik yang sama satu dengan yang lain. Parameter
atmosfer yang sangat mempengaruhi laju korosi atmosferik adalah kelembaban udara relatif,
temperatur, curah hujan, arah dan kecepatan angin, serta kandungan polutan dalam udara ambien.
Polutan yang sangat mempengaruhi laju korosi atmosferik adalah SO2 dan ion klorida,
sehingga kadar SO2 dan salinitas udara (kandungan klorida) di udara digunakan sebagai basis dalam
menentukan kategori korosivitas atmosfer pada suatu lokasi/lingkungan berdasarkan ISO 9223. SO2
berasal dari polusi industri, yang jika terlarut dalam larutan akuatik di permukaan logam akan
membentuk H2S dan/atau H2SO4 yang akan mempercepat laju korosi atmosferik. Ion klorida dalam
salinitas udara akan terlarut pada lapisan tipis air di permukaan air dan kemudian menyerang logam,
sehingga efeknya adalah peningkatan laju korosi di permukaan logam. Apabila suatu lingkungan
memiliki kadar SO2 dan ion klorida
sangat tinggi, seperti daerah industri di tepi laut, maka dapat diperkirakan daerah tersebut akan memiliki karakter atmosfer dengan laju korosi atmosferik yang sangat tinggi. Pengamatan Korosi Atmosferik
Korosi atmosferik pada dasarnya diamati dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu dengan
mengukur parameter atmosferik, serta exposure test menggunakan sampel logam. Data parameter
atmosferik, seperti kelembaban udara relatif, temperatur ambien, curah hujan, dan kadar polutan
(misalnya kadar SO2 dan ion klorida di udara) dapat diperoleh melalui pengukuran di udara ambien.
Selanjutnya laju korosi untuk masing-masing logam diketahui dengan mengidentifikasi data exposure
test dari masing-masing lingkungan (rural, laut/pantai, industri). Dari hasil pengamatan tersebut, dapat
diketahui jenis logam yang sesuai untuk lingkungan tertentu. Lebih jauh lagi, dapat diturunkan suatu
persamaan matematis antara parameter atmosferik dengan laju korosi logam yang terukur saat
exposure test.
Salah satu metode yang umum digunakan untuk pengamatan korosi atmosferik adalah metode
mengikuti standar ISO. Dari hasil pengamatan yang dilakukan sesuai standar ISO 9225 dan 9226,
dapat dilakukan klasifikasi korosi di lingkungan sesuai standar ISO 9223 dan selanjutnya dapat
menentukan material yang cocok dengan kondisi atmosferik setempat serta menentukan metode
pengendalian korosi yang sesuai. Metode lain yang dapat juga digunakan untuk pengamatan korosi
atmosferik adalah PACER LIME, yang dikembangkan untuk manajemen perawatan sistem struktur
pesawat terbang.
Jika tidak tersedia korelasi antara laju korosi atmosferik dengan parameter atmosferik (karena
umumnya korelasi atau data korosi berdasarkan atmosferik jarang dijumpai), maka kerusakan akibat
korosi atmosferik harus diperkirakan dengan pengukuran langsung. Cara termudah untuk melakukan
pengukuran korosi atmosferik adalah dengan metode kupon. Dari hasil paparan, dapat dianalisa untuk
kehilangan berat, densitas dan kedalaman pit, dan analisa-analisa lain. Tipe kupon yang biasa
digunakan adalah kupon panel datar yang dipaparkan pada rak paparan. Jenis spesimen lain yang biasa
digunakan juga adalah U-bend atau C-ring untuk mempelajari SCC pada lingkungan atmosferik yang
diamati.
Kelemahan untuk metode kupon yang konvensional adalah memerlukan waktu paparan yang
sangat panjang untuk memperoleh data yang sah; tidak jarang waktu paparan dapat mencapai 20 tahun
atau lebih. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan beberapa variasi spesimen kupon, seperti helical
coil (sesuai dengan ISO 9226). Kelebihan dari helical coil adalah rasio luas berbanding berat yang
lebih tinggi daripada kupon panel akan memberikan sensitivitas pengukuran laju korosi yang lebih
baik
Jenis spesimen lain yang dapat digunakan adalah bimetalic specimen, di mana kawat dililitkan pada
sekrup dari jenis logam yang berbeda. Spesimen ini digunakan pada uji CLIMAT (Classify Industrial
and Marine Atmosphere) dan akan memberikan sensitivitas pengukuran yang lebih baik. Umumnya
spesimen yang digunakan adalah kawat aluminium yang dililitkan pada sekrup tembaga dan baja,
karena kombinasi logam-logam ini memberikan sensitivitas pengukuran tertinggi untuk lingkungan
industri dan laut/pantai. Pada tes ini, indeks korosivitas atmosferik ditentukan sebagai persen
kehilangan massa pada kawat aluminium.
PENANGGULANGAN KOROSI
Korosi merupakan efek yang paling merusak pada logam, oleh karena itu untuk melindungi
logam digunakan banyak cara, yang semuanya ditujukan agar logam tidak cepat rusak karena korosi.
Kerusakan karena korosi bisa mencapai 1000 kali lipat lebih cepat pada logam dibandingkan karena
pengaruh yang lain. Karena itu timbul berbagai penelitian untuk melindungi logam ini dari pengaruh
korosi, dari cara cara yang sederhana seperti hanya dengan melapis permukaan logam dengan
mengecat sampai cara cara yang paling modern dengan membuat logam paduan yang tahan terhadap
korosi.
Cara cara penanggulangan korosi antara lain:
1. Melapis permukaan logam dengan cat. 2.Melapis permukaan logam dengan proses pelapisan atau Electroplating. 3.Membuat lapisan yang tahan terhadap korosi seperti Anodizing Plant . 4. Membuat sistem perlindungan dengan anoda korban. 5. Membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi.
Dari metoda-metoda pelapisan tersebut, masing masing mempunyai keunggulan dan
kekurangan. Melapis logam dengan cat merupakan cara yang paling mudah dan murah, tetapi paling
cepat rusak daya tahannya. Sedangkan membuat logam paduan adalah cara yang paling rumit dan
mahal, tetapi daya tahannya paling bagus. Logam paduan juga ditujukan untuk hal hal lain seperti
membuat logam yang kuat tapi ringan, atau logam yang keras tapi getas seperti baja dan sebagainya
Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari, namun dapat
dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan mencegah dampak negatif yang
diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur produktif peralatan elektronik menjadi panjang sesuai
dengan yang direncanakan, bahkan dapat diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih
tinggi. Upaya penanganan korosi diharapkan dapat banyak menghemat biaya opersional, sehingga
berpengaruh terhadap efisiensi dalam suatu kegiatan industri.
Pengendalian korosi biasanya merupakan serangkaian pekerjaan yang terpadu, antara
lain:
1. Perancangan geometris alat atau benda kerja
2. Pemilihan bahan yang sesuai dengan lingkungan
3.Pelapisan dengan bahan lain lain untuk mengisolasi bahan dari lingkungan, atau coating 4.Pemberian bahan kimia pada media mengalir yang dapat menghambat korosi, atau inhibisi 5. Proteksi katodik yaitu memasok arus negatif ke badan benda kerja agar terhindar dari reaksi oksidasi oleh lingkungan 6. Inspeksi rutin terhadap kinerja semua upaya proteksi yang dilakukan 7.Pemeliharaan kebersihan.
Pengendalian korosi pada peralatan elektronik dapat dilakukan melalui pengendalian
lingkungan atau ruangan di mana peralatan tersebut ditempatkan. Penanganan masalah korosi
berkaitan dengan perawatan dan perbaikan fasilitas produksi serta peralatan penunjang
lainnya. Kegiatan ini harus dapat mengidentifikasi, mengantisipasi dan menangani masalah
korosi pada alat, mesin dan fasilitas industri secara keseluruhan. Pemantauan korosi perlu
dilakukan secara periodik. Upaya menghambat laju korosi harus terintegrasi dengan program
perawatan dan perbaikan sehingga diperoleh hasil yang terbaik. Pengendalian laju korosi
melalui pengendalian lingkungan umumnya dilakukan dengan menjaga kelembaban udara
dan pengendalian keasaman lingkungan. Namun pengendalian lingkungan ini hanya mungkin
dilakukan untuk peralatan yang berada dalam suatu ruangan, dan tidak mungkin dilakukan
terhadap fasilitas yang berinteraksi langsung dengan lingkungan di luar ruangan. Upaya
pengendalian korosi ini harus melibatkan semua fihak yang terlibat dalam pengoperasian alat,
mesin, instalasi serta fasilitas lainnya. Masalah korosi dan upaya pengendaliannya perlu
diperkenalkan kepada seluruh jajaran direksi dan karyawan yang terlibat langsung dalam
kegiatan industri. Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh dalam upaya pengendalian korosi peralatan elektronik, antara lain adalah :
Menyimpan bahan-bahan korosif sebaik mungkin sehingga terjadinya kebocoran,
penguapan serta pelepasan ke lingkungan dapat dihindari. Pengecekan bejana penyimpan
bahan kimia korosif yang mudah menguap perlu dilakukan secara periodik, sehingga adanya
kebocoran bahan tersebut segera dikenali dan dapat diambil tindakan sedini mungkin untuk
menghindari efek yang lebih luas.
Melakukan pemeliharaan rumah tangga perusahaan secara baik termasuk ketertiban dan kebersihan dalam perusahaan.
Pengoperasian alat dehumidifier untuk mengurangi kelembaban udara dalam ruangan
yang di dalamnya menyimpan peralatan elektronik mahal dan rentan terhadap serangan
korosi. Peralatan-peralatan elektronik yang rawan terhadap pengaruh korosi perlu disimpan di
ruang tertutup, jauh dari kemungkinan pencemaran udara akibat terlepasnya bahan-bahan
korosif ke lingkungan.
Menutup alat sewaktu tidak dipergunakan untuk menghindari masuknya debu-debu ke
dalam alat. Perlu diketahui bahwa debu dapat tertempeli polutan korosif yang apabila terbang
terbawa udara dapat masuk ke dalam alat dan menempelkan dirinya ke permukaan
komponen-komponen elektronik di dalam alat tersebut.
Pendidikan tentang faktor-faktor penyebab korosi dan akibatnya perlu juga diberikan
kepada karyawan yang bersentuhan langsung dengan pengoperasian alat, agar mereka selalu
menjaga dan mau mengikuti instruksi-instruksi yang digariskan dalam kaitannya dengan
perawatan peralatan elektronik.
Pengendalian Korosi Atmosferik
Hanya ada 2 metoda yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan korosi atmosferik, yaitu
coating dan pemilihan material yang sesuai, atau gabungan keduanya. Dari hasil penentuan
karakteristik atmosfer dan pengukuran laju korosi di tempat peralatan industri minyak bumi berada
atau akan dibangun, dapat ditentukan jenis material dan coating yang sesuai untuk membangun
konstruksi peralatan yang tahan terhadap korosi atmosferik. Penentuan ini tentunya juga
mempertimbangkan faktor biaya dan keekonomian. Dari hasil analisis, seringkali terjadi penggunaan
logam yang tidak terlalu tahan korosi atmosfer (misalnya baja karbon) namun dilindungi sistem
coating lebih ekonomis daripada baja paduan yang tahan korosi namun tidak dilindungi sistem
coating.
KESIMPULAN Korosi adalah suatu gejala kimia yang menyerang logam dan mengakibatkan kerusakan pada logam tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi korosi, yaitu : 1. Kelembaban udara 2. Elektrolit 3.Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2) 4.Adanya O2
5. Lapisan pada permukaan logam 6. Letak logam dalam deret potensial reduksi Korosi dapat dicegah dengan cara : 1. Melapis permukaan logam dengan cat.
2.Melapis permukaan logam dengan proses pelapisan atau Electroplating.
3.Membuat lapisan yang tahan terhadap korosi seperti Anodizing Plant .
4.Membuat sistem perlindungan dengan anoda korban.
5. Membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi.
JURNAL MASALAH –MASALAH DI LAPANGAN Banyak sekali di dunia industri dan fasilitas umum terjadi proses korosi disebabkan oleh fenomena biokorosi akibat adanya bakteri. Kasus-kasus tersebut yaitu : a. Pipa-pipa bawah tanah di Industri minyak dan gas bumi
Dalam suatu contoh kasus dari perusahaan Korea Gas Corporation (KOGAS) menggunakan
pipa-pipa gas yang dilapis denganpolyethylene (APL 5L X-65). Selama instalasi, pipa dilas tiap 12
meter dan diproteksi dengan impressed current proteksi katodik dengan potensial proteksi –850 mV
(vs saturated Cu/CuSO4). Kemudian beberapa tahun dicek kondisi lapis lindung maupun korosi aktif
menggunakan pengujian potensial gardien5, hasilnya berupa letak-letak coating defect di sepanjang
pipa. Kegagalan selanjutnya yaitu adanya disbonded coating area di permukaan pipa yang disebabkan
adanya arus proteksi katodik yang berlebihan terekspos.
Coating defect dan daerah disbonded coating sangat baik untuk perkembangan
mikroba anaerob. Pada disbonded coating area terjadi korosi local (pitting), lubang pit berbentuk
hemisspherikal dalam tiap-tiap kelompok. Kedalaman pit 5-7 mm (0,22 – 0,47 mm/year)4, bentuk pit
ini menindikasikan karakter bakteri reduksi sulfat terlihat pada Gambar
b. Peralatan sistem pemyemprot pemadam kebakaran.
Di kota Kalifornia Amerika serikat, departemen pemadam kebakaran mengalami masalah
cukup sulit dimana debit air alat system penyemprot turun walau tekanan cukup besar, setelah
diselidiki maka di dalam alat penyemprot terjadi suatu korosi yang disebabkan oleh aktifitas mikroba
dipermukaan dinding bagian dalam yang terbuat dari baja karbon dan tembaga saat beberapa bulan
pembelian
Ini disebabkan adanya biodeposit (turbucle) yang tumbuh di di dinding bagian dalam, kemudian di
dalam biodeposit tersebut terjadi aktifitas degradasi lokal berupa korosi pitting sehingga mengurangi
tebal pipa dan aktifitas ini menghasilkan senyawa H2S di lubang pit yang mengakibatkan keadaan
asam dan mempercepat kelarutan logam