Transcript
Page 1: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

Pembahasan teori yang akan diuraikan dalam penelitian ini adalah teori-

teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Pengaturan Tempat Duduk

a. Pengertian Pengaturan Tempat Duduk

Menurut Sidi (Asmani, 2010:117) “pengaturan tempat duduk

dalam pembelajaran lebih bervariasi, termasuk kerja kelompok, kerja

perorangan, dan klasikal”.

Pengaturan atau penataan tempat duduk adalah salah satu upaya

yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas. Dengan penataan

tempat duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan kondisi

belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa. Penataan

lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan

dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Lebih jauh, diketahui

bahwa tempat duduk berpengaruh jumlah terhadap waktu yang

digunakan siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

Sesuai dengan maksud pengelolaan kelas sendiri bahwa

pengelolaan kelas merupakan upaya yang dilakukan oleh pembelajar

(guru) dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif,

melalui kegiatan pengaturan pembelajar (siswa) dan barang/ fasilitas.

Selain itu pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan,

memelihara tingkah laku pembelajar (siswa) yang dapat mendukung

proses pembelajaran. Maka dengan demikian pengelolaan kelas berupa

penataan tempat duduk pembelajar (siswa) sebagai bentuk pengelolaan

kelas dapat membantu menciptakan proses pembelajaran yang sesuai

dengan tujuan.

Page 2: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

7

b. Jenis-jenis Pengaturan atau Penataan Tempat Duduk

Pengaturan tempat duduk terdiri dari bemacam-macam jenis.

Silberman (2001:13) menunjukkan “penataan tempat duduk siswa

yang dapat dipilih dalam proses pembelajaran adalah: model huruf U,

corak tim, meja konferensi, lingkaran, susunan chevron, auditorium,

dan model tradisional”.

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing jenis pengaturan

tempat duduk:

1) Huruf U

Gambar 2.1. Tempat Duduk Model Huruf U

Formasi kelas bentuk huruf U sangat menarik dan mampu

mengaktifkan para siswa, sehingga mampu membuat mereka

antusias untuk mengikuti pelajaran. Dalam hal ini guru adalah

orang yang paling aktif dengan bergerak dinamis ke segala arah

dan langsung berinteraksi secara langsung, sehingga akan

mendapatkan respon dari pendidik secara langsung.

2) Corak Tim

Gambar 2.2. Tempat Duduk Model Corak Tim

Page 3: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

8

Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah

lingkaran atau oblong di ruang tengah kelas agar memungkinkan

guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa).

Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna

menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursi

melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru

atau papan tulis.

3) Meja Konferensi

Gambar 2.3. Tempat Duduk Model Meja Konferensi

Formasi konferensi sangat bagus digunakan dalam metode

debat saat membahas suatu permasalahan yang dilontarkan oleh

pendidik, kemudian membiarkan para siswa secara bebas

mengemukakan berbagai pendapat mereka. Dengan begitu akan

didapatkan sebuah kesimpulan atau bahkan dapat memunculkan

permasalahan baru yang bisa dibahas lagi pada pertemuan

berikutnya.

4) Lingkaran

Gambar 2.4. Tempat Duduk Model Lingkaran

Page 4: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

9

Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk

lingkaran sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan

secara langsung. Model lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi

kelompok penuh.

5) Susunan Chevron

Gambar 2.5. Tempat Duduk Model Susunan Chevron

Bentuk chevron mungkin bisa sangat membantu dalam usaha

mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru,

sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik

terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran di

kelas. Formasi ini memberikan sudut pandang baru bagi siswa,

sehingga mereka mampu menjalani proses belajar-mengajar dengan

antusias, menyenangkan, dan terfokus.

6) Auditorium

Gambar 2.6. Tempat Duduk Model Auditorium

Page 5: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

10

Formasi auditorium merupakan tawaran alternatif dalam

menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan

lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini

dapat dicoba untuk mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa

dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional). Jika

tempat duduk sebuah kelas dapat dengan mudah dipindah-

pindahkan, maka guru dapat membuat bentuk pembelajaran ala

auditorium untuk membentuk hubungan yang lebih erat, sehingga

memudahkan siswa melihat guru.

7) Tradisional

Gambar 2.7. Tempat Duduk Model Tradisional

Formasi Tradisional adalah formasi yang biasa kita temui

dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa

duduk berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Namun,

model ini sangat memiliki keterbatasan yaitu pandangan teman

yang berada di kelas terutama di belakang sering terganggu.

Mobilitas siswa juga tidak bisa leluasa.

c. Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Jenis Pengaturan atau

Penataan Tempat Duduk

1) Huruf U

Kelebihan : guru dapat menjangkau seluruh peserta didik

sehingga pembelajaran dapat maksimal.

Kekurangan : kondisi ini digunakan untuk kelas yang jumlah

siswanya tidak terlalu banyak.

Page 6: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

11

2) Corak Tim

Kelebihan : memungkinkan guru melakukan interaksi dengan

setiap tim (kelompok siswa). Siswa juga dapat

mendiskusikan masalah belajarnya dengan siswa

satu kelompoknya dan dapat memaksimalkan

kegiatan belajarnya dengan baik.

Kekurangan : kondisi kelas biasanya ramai dan materi yang

disampaikan tidak dapat disampaikan secara

maksimal dalam kondisi kelas yang demikian.

3) Meja Konferensi

Kelebihan : menjadikan mudah permasalahan yang dianggap

berat atau sulit karena didiskusikan secara bersama.

Kekurangan : dapat mengurangi peran penting siswa.

4) Lingkaran

Kelebihan : sistem ini dapat menyelesaikan permasalahan

kelompok secara bersama dengan peserta didik yang

jumlahnya banyak, dapat menjadikan mudah

permasalahan yang dianggap berat atau sulit.

Kekurangan : pembelajaran kurang efektif dalam penerimaan dan

pemberian tugas, karena siswa umumnya lebih suka

bermain.

5) Susunan Chevron

Kelebihan : mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa

dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai

pendangan yang lebih baik terhadap lingkungan

kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran.

Kekurangan : -

6) Auditorium

Kelebihan : mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam

penataan ruang secara konvensional (tradisional).

Kekurangan : lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif.

Page 7: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

12

7) Tradisional

Kelebihan : siswa mampu di jangkau oleh pandangan guru, kelas

tampak ledih teratur dan rapi, serta guru dapat

mengawasi dari depan.

Kekurangan : guru biasanya kurang memperhatikan siswa yang

ada di belakang. Siswa yang tempat duduknya di

belakang tidak dapat menerima pelajaran secara

maksimal.

d. Tujuan Pengaturan Tempat Duduk

Menurut Hamid (2011:126) pengaturan bangku atau tempat

duduk dilakukan untuk memenuhi empat tujuan pembelajaran, yaitu:

1) Aksesibilitas yang membuat siswa mudah menjangkau alat atau

sumber belajar yang tersedia.

2) Mobilitas yang membuat siswa dan guru mudah bergerak dari

satu bagian ke bagian lain dalam kelas.

3) Interaksi yang memudahkan terjadinya komunikasi antara guru,

siswa, maupun antarsiswa.

4) Variasi kerja siswa yang memungkinkan siswa bekerja sama

secara perorangan, berpasangan, atau berkelompok.

2. Minat

a. Pengertian Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada

suatu hal dan aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2010:180).

Menurut Djaali (2007:122) “minat adalah perasaan yang ingin tahu,

mempelajari, mengagumi, atau memiliki sesuatu”. Sedangkan menurut

Rahman (2004:262) “minat adalah kecenderungan untuk memberikan

perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang

menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang”.

Crow dan crow mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya

gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan

dengan orang lain, benda, kegiatan, pengalaman, yang dirangsang oleh

kegiatan itu sendiri (Djaali, 2007:121).

Page 8: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

13

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat

adalah kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu

yang ingin dicapai.

b. Jenis-jenis Minat

Minat terdiri dari beberapa jenis. Menurut Djaali (2007:122)

minat dibagi dalam enam jenis yaitu:

1) Realistis

Orang realistis umumnya mapan, kasar, praktis, berfisik kuat,

dan sering sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang baik

dan terampil. Akan tetapi ia kurang mampu menggunakan

medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan

berkomunikasi dengan orang lain.

2) Investigative

Orang investigative termasuk orang yang berorientasi

keilmuan. Mereka umumnya berorientasi pada tugas,

introspektif, dan asosial, lebih menyukai memikirkan sesuatu

daripada melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk

memahami alam, menyukai tugas-tugas yang tidak pasti

(ambiguous), suka bekerja sendirian, kurang pemahaman dalam

kepemimpinan akademik dan intelektualnya, menyatakan diri

sendiri sebagai analisis, selalu ingin tahu, bebas dan bersyarat,

dan kurang menyukai pekerjaan yang berulang.

3) Artistik

Orang artistik menyukai hal-hal yang tidak terstruktur, bebas,

memiliki kesempatan bereaksi, sangat membutuhkan suasana

yang dapat mengekspresikan sesuatu secara individual, sangat

kreatif dalam bidang seni dan musik.

4) Sosial

Tipe ini sangat dapat bertanggung jawab, berkemanusiaan, dan

sering alim, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi

pusat perhatian kelompok, memiliki kemampuan verbal,

terampil bergaul, menghindari pemecahan masalah secara

intelektual, suka memecahkan masalah yang ada kaitannya

dengan perasaan, menyukai kegiatan menginformasikan,

melatih dan mengaja

5) Enterprising

Tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain,

memiliki keterampilan verbal untuk berdagang, memiliki

kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya

diri, dan umumnya sangat aktif.

6) Konvensional

Orang konvensional menyukai lingkungan yang sangat tertib,

menyenangi komunikasi verbal, senang kegiatan yang

Page 9: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

14

berhubungan dengan angka, sangat efektif menyelesaikan tugas

yang berstruktur tetapi patuh, praktis, senang, tertib, efisien,

mereka mengidentifikasi dengan kekuasaan dan materi.

c. Faktor yang Menimbulkan Minat

Crow dan Crow (Rahman, 2004:264), berpendapat ada tiga

faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu:

1) Dorongan dari dalam diri individu

Misal dorongan untuk makan, ingin tahu, dan seks. Dorongan

untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau

mencari penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan

lain-lain. Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan

membangkitkan minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu,

melakukan penelitian, dan lain-lain. Dorongan untuk seks akan

membangkitkan minat untuk menjalin hubungan dengan lawan

jenis, minat terhadap pakaian dan kosmetik, dan lain-lain.

2) Motif sosial

Dapat menjadi faktor yang dapat membangkitkan minat untuk

melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap

pakaian timbul karena ingin mendapat persetujuan atau

penerimaan dan perhatian orang lain. Minat untuk belajar atau

menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat

penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki

ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat

kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat.

3) Faktor emosional

Minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila

seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan

menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan

memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu

kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.

d. Indikator Minat Belajar

Pada umumnya minat seseorang terhadap sesuatu akan

diekspresikan melului kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan

minatnya. Sehingga untuk mengetahui indikator minat dapat dilihat

dengan cara menganalisa kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu

atau objek yang disenanginya, karena minat merupakan motif yang

dipelajari yang mendorong individu untuk aktif dalam kegiatan

tertentu.

Page 10: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

15

Seperti halnya menurut pendapat Sujanto (2004:92) “minat yaitu

sebagai sesuatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir

dengan penuh kemauannya dan tergantung dari bakat dan

lingkungannya”.

Menurut Slameto (2007:180) “minat adalah rasa lebih suka dan

rasa keterikatan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang

menyuruh”.

Selain itu menurut Djamarah (2008:132) mengungkapkan

bahwa minat dapat diekpresikan anak didik melalui:

1) Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya,

2) Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan yang diminati, serta

3) Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang

diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diketahui

ciri-ciri/indikator adanya minat pada seseorang dari beberapa hal,

antara lain:

1) Adanya perasaan senang.

2) Adanya rasa ketertarikan.

3) Adanya peningkatan perhatian.

4) Adanya pemusatan perhatian.

5) Adanya aktivitas serta keterlibatan secara aktif pada kegiatan

tersebut yang merupakan akibat dari rasa senang dan perhatian.

Indikator minat belajar siswa pada penelitian ini sebagai berikut:

1) Siswa merasa lebih senang belajar IPA di kelas.

2) Siswa tertarik belajar IPA dengan menggunakan berbagai variasi

pengaturan tempat duduk.

3) Siswa lebih memperhatikan pelajaran daripada yang lain.

4) Siswa selalu memusatkan perhatian kepada guru.

5) Siswa selalu terlibat aktif di kelas selama kegiatan pembelajaran.

Page 11: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

16

3. Motivasi

a. Pengertian motivasi

Menurut Sutikno (Asmani, 2010:175) motivasi berpangkal dari

kata “motif”, yang dapat diartikan sebagai “daya penggerak yang ada

dalam diri seseorang, untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu,

demi tercapainya suatu tujuan”. Menurut Donald (Asmani, 2010:175)

“motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap

adanya tujuan”. Sedangkan menurut Davies (1987:214) motivasi ialah

kekuatan tersembunyi di dalam diri kita, yang mendorong kita untuk

berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu terhadap suatu tujuan.

b. Jenis-jenis motivasi

Motivasi terdiri dari beberapa jenis. Motivasi dibagi dalam dua

jenis (Asmani, 2010:176) yaitu:

1) Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa

ada paksaan dan dorongan dari orang lain. Dengan kata lain,

motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul atas dasar

kemauan sendiri.

2) Motivasi Ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar

individu, baik karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari

orang lain, sehingga siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang

diberikan, tidak akan menjadi masalah bagi guru, karena di dalam diri

siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang

demikian biasanya dengan kesadaran sendiri akan memperhatikan

penjelasan guru. Rasa ingin tahunya sangat tinggi terhadap materi

pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya,

tidak akan mempengaruhi konsentrasinya.

Page 12: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

17

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam

dirinya. Siswa seperti ini membutuhkan motivasi ekstrinsik secara

mutlak. Di sini tugas bai seorang guru, guru harus mampu

membangkitkan motivasi siswa, sehingga ia mau melakukan belajar.

c. Indikator Motivasi Belajar

Indikator motivasi belajar menurut Suprijono (2010:163) adalah:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

3) Adanya harapan atau cita-cita masa depan

4) Adanya penghargaan dalam belajar

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga

memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik.

Sedangkan menurut Sardiman (2003:81) indikator motivasi

belajar adalah sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas.

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang

dewasa.

4) Lebih senang bekerja mandiri.

5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin.

6) Dapat mempertahankan pendapatnya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diketahui

ciri-ciri/indikator adanya motivasi pada seseorang dari beberapa hal,

antara lain:

1) Adanya kemauan untuk berbuat/belajar (semangat).

2) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

3) Keakifan dalam mengemukakan pendapat.

4) Tidak mudah putus asa apabila menghadapi kesulitan dalam

belajar.

5) Aktif bertanya apabila mengalami kesusahan dalam belajar.

Page 13: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

18

Indikator motivasi belajar siswa pada penelitian ini sebagai

berikut:

1) Siswa memiliki kemauan yang besar atau antusias yang tinggi

untuk belajar.

2) Siswa tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.

3) Siswa berani dan aktif dalam mengemukakan pendapatnya di kelas

saat proses pembelajaran.

4) Siswa selalu berusaha untuk dapat lebih menguasai materi

pelajaran yang disampaikan guru.

5) Siswa aktif bertanya kepada guru mengenai materi yang belum

jelas.

4. Belajar

a. Pengertian belajar

Pada saat manusia lahir tidak tahu apa-apa, tidak bisa apa-apa

dan juga tidak mengetahui bahwa dirinya tidak tahu apa-apa serta tidak

bisa apa-apa. Tetapi manusia lahirnya pada umumnya memiliki potensi

dan naluri yang diberikan oleh Allah untuk dapat tumbuh dan

berkembang atas dukungan lingkungan menuju ke arah kedewasaan.

Upaya menumbuhkan dan mengembangkan diri inilah terjadi apa yang

disebut dengan proses belajar. Hal ini berarti bahwa setiap manusia

mengalami proses belajar selama menjalani kehidupannya.

Menurut Hartini, dkk (2008:73) “belajar merupakan usaha yang

dilakukan secara sadar dan diperoleh pengalaman, pengetahuan, dan

kemampuan baru”. Sedangkan menurut Hamalik (2001:27) “belajar

adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman

(learning is defined as the modification or strengthening of behavior

through experiencing)”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa belajar merupakan usaha yang dapat dilakukan

oleh setiap manusia untuk mendapatkan pengetahuan dan terjadi

sebagai pengalaman.

Page 14: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

19

b. Faktor-faktor Belajar

Aktifitas belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang

bersifat mendukung maupun menghambat. Faktor-faktor yang

mempengaruhi aktifitas belajar sangat kompleks sifatnya, tetapi dapat

dipolakan kedalam dua jenis, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Surtikanti dan Santoso (2008:15) mengemukakan bahwa:

“Faktor internal adalah berbagai kondisi dinamis baik pisik

maupun psikhis yang berasal dari dalam diri individu peserta

didik sendiri. Selain faktor tersebut ada pendapat lain yang

menambahkan dengan faktor kelelahan. Sedangkan faktor

eksternal adalah segala sesuatu yang berada di luar kondisi

peserta didik dengan berbagai karakteristiknya. Yang

termasuk faktor eksternal diantaranya: faktor sekolah, faktor

keluarga, dan faktor masyarakat. Sebagaimana dikemukakan

di muka bahwa faktor-faktor tersebut bersifat dinamis,

maksudnya adalah bahwa semua jenis faktor tersebut tidak

statis yang pada suatu saat juga mengalami berbagai

perkembangan”.

5. Ilmu Pengetahuan Alam

Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dipandang dari segi

produk, proses, dan dari pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA

memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi

pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling

terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya

mengandung ketiga dimensi IPA tersebut (Sulistyorini, 2007:9).

Di bawah ini beberapa hal penting yang berhubungan dengan IPA di

SD, yaitu sebagai berikut:

a. Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam

Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-

Nya.

Page 15: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

20

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

b. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-

aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Kusnah (2012).

Penelitiannya berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas I Dengan

Variasi Penataan Kelas di SDIT Izzatul Islam Getasan Tahun Ajaran

2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya variasi penataan

kelas di SDIT Izzatul Islam Getasan ternyata mampu meningkatkan hasil

Page 16: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

21

belajar siswa yang dalam hal ini dapat dilihat dari meningkatnya minat,

keaktifan serta hasil belajar atau nilai siswa. Dalam hal prestasi belajar

atau nilai menunjukkan adanya peningkatkan yang ditunjukkan dalam

prosentase rata-rata siklus I yaitu 23% untuk prestasi siswa, 80% untuk

siklus II, dan 100% untuk prestasi belajar siswa pada siklus III.

2. Penelitian Sri Wiyanti (2010), yang berjudul “Variasi Penataan Kelas

Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

IPS Kelas IV SD N 02 Lemahbang Kecamatan Jumapolo”. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan penelitian telah tercapai, yang

dibuktikan dengan pencapaian nilai siswa yaitu 94% siswa kelas IV SD

Negeri 02 Lemahbang telah mencapai nilai diatas KKM. Peningkatan nilai

siswa ini dipengaruhi oleh meningkatnya kreatifitas guru dalam mengelola

kelasnya dan motivasi yang diberikan guru kepada siswanya. Pada siklus I

prosentase guru dalam mengelola ruang, waktu, dan fasilitas belajar siswa

mencapai 37,33 %, siklus II mencapai 69%, dan siklus III mencapai 81%.

3. Eris Khamdanah (2005). Penelitian ini dengan judul “Variasi Guru Dalam

Mengelola Kelas Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada

Pembelajaran Matematika SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo Tahun Ajar 2010”. Berdasarkan hasil penelitian,

guru dalam mengelola kelas di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat dari usaha

guru dalam mengatur kegiatan belajar dan mengajar, sehingga terwujud

suasana yang efektif dan menyenangkan serta memotivasi siswa untuk

belajar dengan baik. Faktor yang menghambat guru dalam mengelola kelas

pada pembelajaran matematika adalah masalah siswa dan fasilitas. Cara

mengatasi masalah tersebut adalah guru memberikan penjelasan dan

kesadaran pada siswa tentang hak kewajiban dan keharusan menghormati

orang lain yaitu teman sekelasnya.

Page 17: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

22

Tabel 2.1.

Persamaan dan Perbedaan

Penelitian yang Relevan dengan Penelitian yang Akan Dilakukan

No. Nama Peneliti Judul Persamaan Perbedaan

1. Kusnah Peningkatan Hasil

Belajar Siswa Kelas

I Dengan Variasi

Penataan Kelas di

SDIT Izzatul Islam

Getasan Tahun

Ajaran 2011/2012.

Sama-sama

bertujuan untuk

meningkatkan

minat,

keaktifan, dan

hasil belajar

atau nilai

siswa.

Meneliti

mengenai

variasi

penataan kelas

secara

keseluruhan.

2. Sri Wiyanti Variasi Penataan

Kelas Dalam Upaya

Meningkatkan

Motivasi Belajar

Siswa Pada Mata

Pelajaran IPS Kelas

IV SD N 02

Lemahbang

Kecamatan

Jumapolo.

Sama-sama

bertujuan untuk

meningkatkan

motivasi

belajar siswa.

Meneliti pada

variasi

penataan ruang

kelas, seperti

membuat

perpustakaan

kecil di kelas

dengan tidak

mempersempit

ruang gerak

siswa.

3. Eris Khamdanah Variasi Guru Dalam

Mengelola Kelas

Untuk

Meningkatkan

Motivasi Belajar

Siswa Pada

Pembelajaran

Sama-sama

untuk

mewujudkan

suasana yang

efektif dan

menyenangkan

serta

Meneliti

mengenai

usaha guru

dalam

mengelola

kelas secara

keseluruhan,

Page 18: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

23

Matematika SD

Negeri I Kertek

Kecamatan Kertek

Kabupaten

Wonosobo Tahun

Ajar 2010.

memotivasi

siswa untuk

belajar dengan

baik.

mulai dari

penataan

media,

memajang hasil

karya siswa,

dan lain-lain.

4. Luthfi Nur

Fadhilah

Variasi Pengaturan

Tempat Duduk

Siswa Dalam Upaya

Meningkatkan Minat

dan Motivasi Belajar

Pada Mata Pelajaran

IPA Kelas IV A Di

SD Negeri 1

Sawahan Tahun

Ajaran 2014/2015.

Bertujuan

untuk

meningkatkan

minat dan

motivasi

belajar siswa

pada mata

pelajaran IPA.

Meneliti

tentang

penggunaan

variasi tempat

duduk siswa.

C. Kerangka Berpikir

Salah satu upaya untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa

di kelas yaitu dengan menggunakan variasi pengaturan tempat duduk.

Pengaturan tempat duduk siswa divariasi dengan berbagai bentuk dan model

dengan tujuan siswa tidak merasa bosan dengan bentuk tempat duduknya,

tidak terlihat monoton, serta dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar.

Dengan tempat duduk yang semula menggunakan model tradisional

kemudian diubah bentuk dan model yang bervariasi siswa akan merasa senang

dan dapat menumbuhkan motivasi intrinsik yang dapat memberikan dorongan

terhadap minat siswa untuk memperoleh ilmu atau belajar, sehingga dapat

memberikan suatu hasil yang diharapkan, yaitu nilai yang lebih baik.

Diharapkan dengan adanya variasi pengaturan tempat duduk siswa dapat

Page 19: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

24

meningkatkan minat dan motivasi belajar serta diikuti dengan pencapaian hasil

belajar yang memuaskan.

Berdasarkan paparan yang diuraikan diatas, maka diperoleh alur

kerangka berpikir dalam penelitian ini, yang dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2.8.

Kerangka berpikir

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Penggunaan variasi pengaturan tempat duduk dapat meningkatkan minat

belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV A di SD Negeri 1

Sawahan.

2. Penggunaan variasi pengaturan tempat duduk dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV A di SD Negeri 1

Sawahan.

1. Tempat duduk model tradisional.

2. Minat dan motivasi belajar rendah.

3. Hasil belajar siswa rendah.

Kondisi Awal

1. Membuat variasi model tempat

duduk siswa.

2. Meningkatkan minat dan motivasi

belajar siswa.

Tindakan

1. Minat dan motivasi belajar siswa

meningkat.

2. Hasil belajar siswa meningkat.

Kondisi Akhir

Page 20: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang

25

3. Penggunaan variasi pengaturan tempat duduk dapat meningkatkan minat

dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV A di SD

Negeri 1 Sawahan.

4. Penggunaan variasi pengaturan tempat duduk dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV A di SD Negeri 1

Sawahan.


Top Related