JENIS‐JENIS BURUNG DI TENGGARONG Oleh: Ivan Yusfi Noor Kepala Bidang Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung SDA & LH, P3E Kalimantan
Burung
Burung merupakan salah satu kelompok vertebrata terbesar yang banyak dikenal. Diperkirakan ada sekitar 9.000 jenis yang tersebar di seluruh permukaan bumi. Kelompok ini menempati setiap tipe habitat yang ada, mulai dari khatulistiwa sampai daerah kutub. Dimana saja ditemukan pohon yang tumbuh, atau terdapat ikan, serangga dan avertebrata lainnya, di situ ada burung yang mencari kehidupan sebagai pemakan biji‐bijian, buah atau nektar; sebagai pemangsa yang memakan serangga, ikan atau hewan lainnya; atau bahkan sebagai pemakan bangkai.
Burung‐burung tampil dengan aneka warna yang cerah, suara‐suara yang indah dan khas, bentuk tubuh yang beragam dan menakjubkan serta cara hidup yang berbeda‐beda. Semua karakteristik itu menjadikan burung memiliki pesona yang menyebabkan orang senang untuk melihat, mendengarkan suaranya hingga memeliharanya
Hubungan burung dengan habitatnya
Makanan, air, pelindung dan ruang merupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan burung. Kebutuhan‐kebutuhan tersebut dapat disediakan oleh vegetasi, hewan mangsa dan juga komponen abiotik lain yang ada di habitatnya. Setiap jenis burung akan menempati habitat tertentu sesuai dengan kepentingan hidupnya dan memiliki preferensi terhadap habitat‐habitat tertentu. Terdapat keterkaitan yang erat antara kodisi vegetasi, hewan mangsa dan komponen abiotik lain dengan penyebaran dan jumlah jenis (keanekaragaman) yang dapat hidup di dalamnya.
Di suatu tempat atau areal tertentu keanekaragaman jenis burung ditentukan oleh keanekaragaman tipe habitat dan kualitas habitatnya. Sebagai contoh, perbedaan komposisi vegetasi habitat memberikan perbedaan komposisi jenis burung. Burung
juga merupakan kelompok satwaliar yang sensitif terhadap perubahan habitat. Oleh sebab itu, kelompok ini kerap dijadikan indikator bagi kualitas lingkungan. Rusak‐tidaknya atau terganggu‐tidaknya suatu habitat dapat dilihat dari keberadaan jenis/kelompok jenis burung tertentu. Keanekaragaman burung di Tenggarong
Satu‐satunya dokumentasi tertulis mengenai keanekaragaman jenis burung di Tenggarong berasal dari pengamatan dua siswa SMA Negeri 3 Unggulan Tenggarong (Aswin & Ariyanto, 2008). Berdasarkan pengamatan kedua siswa tersebut tercatat ada 54 jenis burung yang hidup pada berbagai macam tipe habitat di Kota Tenggarong dan sekitarnya.
Sejak 2012 hingga sekarang, penulis juga telah melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap jenis‐jenis burung yang ada di kota ini. Hasilnya, sebagian besar dari 54 jenis yang diidentifikasi oleh Aswin & Ariyanto (2008) dapat dikonfirmasi kembali keberadaannya. Selain itu, dari pengamatan penulis ada tambahan jenis baru yang sebelumnya belum teridentifikasi atau tidak dijumpai oleh Aswin & Ariyanto (2008). Atas dasar kedua sumber tersebut, jumlah jenis burung di Tenggarong yang telah teridentifikasi adalah sebanyak 78 jenis.
Penulis menyadari bahwa mungkin saja ada jenis‐jenis burung yang belum teridentifikasi. Dalam perjalanan waktu, data jumlah jenis burung Tenggarong bisa saja mengalami penambahan dengan teridentifikasinya jenis lain yang hingga saat ini belum dijumpai dan tercatat. Kemungkinan itu sangat besar karena, misalnya, burung‐burung yang aktif malam hari seperti berbagai jenis burung hantu belum ada yang masuk dalam catatan pengamatan penulis maupun Aswin & Ariyanto (2008). Berkenaan dengan hal tersebut, informasi dari siapapun tentang keberadaan jenis‐jenis lainnya akan sangat berharga untuk menambah panjang daftar jenis‐jenis burung di Kota Tenggarong.
Tabel Daftar jenis burung yang dijumpai di Tenggarong
No. Nama Nama Ilmiah Pengamat
Aswin & Ariyanto Penulis
1 Cangak abu Ardea cinerea √2 Cangak merah Ardea purpurea √ 3 Kuntul kerbau Bubulcus ibis* √ √ 4 Kuntul kecil Egretta garzetta* √5 Blekok sawah Ardeola speciosa √ √6 Bambangan merah Ixobrychus cinnamomeus √ √ 7 Bangau tongtong Leptoptilos javanicus* √8 Belibis kembang Dendrocygna arcuata √ √9 Elang bondol Haliastur indus* √ √
No. Nama Nama Ilmiah Pengamat
Aswin & Ariyanto Penulis
10 Elang hitam Ictinaetus malayensis* √ 11 Puyuh batu Coturnix chinensis √12 Mandar padi‐sintar Gallirallus striatus √ 13 Tikusan kerdil Porzana pusilla √ 14 Tikusan merah Porzana fusca √15 Tikusan alis‐putih Porzana cinerea √ √ 16 Kareo padi Amaurornis phoenicurus √ √ 17 Mandar batu Gallinula chloropus √ √18 Mandar kelam Gallinula tenebrosa √ 19 Mandar besar Porphyrio porphyrio √ 20 Trinil semak Tringa glareola √21 Trinil pantai Tringa hypoleucos √ 22 Dara‐laut kecil Sterna albifrons √ 23 Punai gading Treron vernans √ √24 Tekukur biasa Streptopelia chinensis √ √25 Dederuk jawa Streptopelia bitorquata √ 26 Perkutut jawa Geopelia striata √27 Delimukan zamrud Chalcophaps indica √ √28 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus √ √ 29 Bubut alang‐alang Centropus bengalensis √ √ 30 Bubut besar Centropus sinensis √31 Cabak kota Caprimulgus affinis √ 32 Walet sarang‐putih Aerodramus fuciphaga √33 Walet sarang‐hitam Aerodramus maxima √ √34 Walet sapi Collocalia esculenta √ 35 Kapinis rumah Apus affinis √ √ 36 Raja‐udang meninting Alcedo meninting* √ √37 Raja‐udang punggung merah Ceyx rufidorsa* √ 38 Pekaka emas Pelargopsis capensis* √ √ 39 Cekakak sungai Todirhamphus chloris* √40 Cekakak suci Todirhamphus sanctus* √ √ 41 Takur Megalaima sp. √ 42 Kirik‐kirik biru Merops viridis √43 Caladi belacan Dendrocopus canicapillus √ √
44 Sempur‐hujan sungai Cymbirhynchus macro‐rhynchos √ √
45 Layang‐layang api Hirundo rustica √46 Layang‐layang batu Hirundo tahitica √ √ 47 Layang‐layang rumah Delichon dasypus √ 48 Cipoh kacat Aegithina tiphia √49 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster √ √50 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier √ √
No. Nama Nama Ilmiah Pengamat
Aswin & Ariyanto Penulis
51 Merbah belukar Pycnonotus plumosus √ 52 Pelanduk topi‐hitam Pellorneum capistratum √53 Ciung‐air coreng Macronous gularis √ √ 54 Kucica kampung/tinjau Copsychus saularis √ √ 55 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps √56 Cinenen merah Orthotomus sericeus √ 57 Perenjak rawa Prinia flaviventris √ √ 58 Kipasan belang Rhipidura javanica √ √59 Sikatan burik Muscicapa sp. √ 60 Kekep babi Artamus leucorhynchus √ √ 61 Bentet kelabu Lanius schach √ √62 Kicuit kerbau Motacilla flava √ 63 Apung tanah Anthus novaseelandiae √ 64 Perling kumbang Aplonis panayensis √ √65 Kerak kerbau / jalak hitam Acridotheres javanicus √ √66 Burung madu polos Anthreptes simplex* √ 67 Burung‐madu kelapa Anthreptes malacensis* √ √68 Burung‐madu sriganti Nectarinia jugularis* √ √69 Burung‐madu sepah‐raja Aethopyga siparaja* √ √ 70 Cabai bunga‐api Dicaeum trigonostigma √ √ 71 Cabai merah Dicaeum cruentatum √72 Cabai jawa Dicaeum trochileum √ 73 Bondol/pipit kalimantan Lonchura fuscans √ √74 Bondol/pipit rawa Lonchura malacca √ √75 Bondol/pipit peking Lonchura punctulata √ 76 Gelatik jawa Padda oryzivora √ 77 Burung‐gereja eurasia Passer montanus √78 Manyar jambul Ploceus manyar √
Keterangan: * jenis yang dilindungi undang‐undang
Ancaman bagi keberadaan burung‐burung di Tenggarong
Empat belas tahun yang lalu, ketika penulis mulai tinggal di Tenggarong, ada atraksi satwaliar di sepanjang tepian S. Mahakam yang sangat menarik perhatian dan hampir dapat dilihat setiap sore hari. Atraksi itu adalah elang bondol (Haliastur indus) yang berburu ikan untuk memperoleh makanan. Setiap sore, setidaknya terlihat empat sampai lima ekor burung elang bondol terbang berputar‐putar di atas sungai, bermanuver dan menukik untuk menyergap mangsanya dari dalam air S. Mahakam.
Pemandangan atau atraksi ini sudah tidak dapat dilihat lagi sekarang. Elang bondol tidak lagi mencari makan di perairan S. Mahakam, yang melintas di Kota Tenggarong. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah ikan yang menajadi mangsa atau makanan elang bondol sudah menurun secara drastis di perairan S. Mahakam. Penyebabnya
bisa bermacam‐macam, misalnya pencemaran yang menyebabkan kualitas air S. Mahakam menurun sehingga tidak bisa ditoleransi oleh banyak jenis ikan; penangkapan (pemanfaatan) yang melebihi daya dukung/kemampuan alam untuk menyediakan sumberdaya perikanan; atau hilangnya rawa‐rawa yang menjadi tempat berkembangbiaknya ikan mangsa elang bondol akibat alih fungsi rawa menjadi pemukiman dan sebagainya.
Hilangnya areal‐areal berawa adalah contoh dari hilangnya habitat bagi sebagian jenis burung. Kehilangan habitat akan menyebabkan populasi/jumlah individu atau kenanekaragaman/jumlah jenis satwaliar menurun, baik melalui proses kematian maupun migrasi. Mengambil contoh Kota Tenggarong, jenis‐jenis burung air adalah kelompok yang paling rawan mengalami penurunan semacam itu, karena habitatnya yang berupa areal‐areal rawa semakin berkurang akibat pembangunan yang pesat di kota ini. Areal‐areal rawa berubah fungsi menjadi kawasan‐kawasan pemukiman atau yang lainnya. Perubahan ini seiring dengan perubahan fisik ekosistem rawa/lahan basah menjadi pemukiman lahan kering yang dibuat dengan menguruk/menimbun rawa. Bukan hanya burung‐burung air, jenis lain seperti perenjak rawa, pipit/bondol dan manyar yang menyukai semak belukar rawa juga akan terganggu dan berpotensi hilang dari habitat semacam itu.
Saat ini, Tenggarong juga memiliki habitat‐habitat bervegetasi rapat seperti belukar tua atau kebun‐kebun buah. Melihat pola perubahan lahan yang terjadi selama 10‐15 tahun belakangan, habitat‐habitat semacam itu juga terancam berkurang akibat luasannya menyusut. Padahal, habitat semacam itu memiliki jenis‐jenis burung yang khas yang memiliki kesukaan (preferensi) terhadap kondisi habitat bervegetasi. Dengan penyusutan luas atau hilangnya habitat bervegetasi, jumlah maupun jenis‐jenis burung yang menyukai habitat semacam itu juga berpotensi berkurang.
Panduan fotografik untuk pengenalan jenis‐jenis burung di Tenggarong
Panduan fotografik ini penulis susun tidak lain adalah untuk membawa publik di Tenggarong khususnya, dan Kalimantan Timur pada umumnya, mengenal kekayaan alam di sekitarnya terutama keanekaragaman burung‐burung. Dengan mengenal kekayaan alam ini, mudah‐mudahan muncul kecintaan terhadapnya dan selanjutnya keinginan untuk melestarikannya juga tergugah.
Sesuai slogan “tak kenal maka tak sayang”, penulis akan membawa para pembaca untuk mengenal lebih jauh berbagai jenis burung yang ada di Tenggarong dan sekitarnya. Caranya adalah dengan menunjukkan profil burung‐burung melalui foto‐foto dan penjelasan singkat (deskripsi) mengenai: 1) nama dalam Bahasa Inggris, Indonesia dan daerah serta nama ilmiah, 2) klasifikasi ilmiah; 3) uraian ciri‐ciri fisik; 4) informasi ekologis lainnya seperti perilaku, habitat dan sebarannya.
Melalui situs/web Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Kalimantan ini, secara reguler satu minggu sekali, penulis akan menampilkan foto‐foto dan deskripsi
satu jenis burung untuk para pembaca, penggemar/pecinta burung, penggemar bird watching, atau siapapun yang memiliki minat/ketertarikan kepada burung dan pelestariannya.
Berikut ini adalah petunjuk bagian‐bagian tubuh burung yang nanti akan sering digunakan sebagai penentu ciri‐ciri suatu jenis burung.
Foto dan deskripsi jenis‐jenis burung di Tenggarong
Mulai minggu ini penulis akan menampilkan foto dan deskripsi jenis‐jenis burung yang ada di daerah Tenggarong. Setiap minggunya akan ditampilkan satu jenis burung. Seluruh foto yang ditampilkan adalah hasil pemotretan yang dilakukan oleh penulis sendiri.
Pustaka: Aswin E & Ariyanto M. 2008. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Macam Habitat di Kecamatan
Tenggarong. SMA Negeri 3 Unggulan Tenggarong, Dinas Pendidikan Kutai Kartenegara. Tenggarong
Perawakan cangak merah menyerupai ba-
ngau/kuntul besar. Ukuranya besar, mencapai 80 cm (ting-gi ketika berdiri bisa mencapai 90-an cm). Warna utama adalah coklat kemerahan, abu-abu keunguan, putih dan hitam. Garis hitam memanjang sepanjang leher memisah-kan warna coklat kemerahan dan putih; mahkota hitam de-ngan jambul menjuntai ke belakang. Garis mata berwarna putih. Bulu penutup sayap dan punggung berwarna abu-abu dengan beberapa bagiannya berwarna merah kecoklatan. Paruh tajam, ramping dan kuatnya berwarna kuning kecok-latan. Iris mata kuning. Kaki panjangnya berwarna merah kecoklatan.
Hidup di habitat lahan basah seperti hutan rawa, rawa-ra-wa air tawar serta danau. Ditemukan pula di hutan rawa mangrove, dan kadang-kadang terlihat sampai di perbu-kitan hingga 1.500 m dpl. Burung yang pemalu dan sensitif terhadap kehadiran manusia. Lebih sering terlihat mencari makan sendirian di perairan dangkal bertumbuhan rumput rawa atau gulma air.
Klasifikasi: Ardea purpurea Linnaeus, 1766, ditempatkan dalam Kelas Aves, Ordo Pelecaniformes, Famili Ardeidae, dan Genus Ardea Linnaeus, 1758.
Cangak merah
Ardea purpurea
Cangak merah mampu berdiri diam tanpa bergerak dalam waktu lama. Makanan utamanya adalah ikan, tetapi burung ini juga bisa makan serangga, amfibi, mamalia kecil, reptil, krustasea dan burung kecil.
Cangak merah dikategorikan sebagai burung air.
Wilayah sebarannya luas, mulai dari Afrika, Eura-
sia, India, Cina, Asia Tenggara sampai Indonesia
dan filipina. Di Indonesia, sebaran jenis ini meliputi
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa
Tenggara. Di Tenggarong, cangak merah agak su-
kar dijumpai karena rawa-rawa sudah semakin ber-
kurang. Namun demikian, di areal-areal persawah-
an dan rawa tersisa di Tenggarong jenis ini masih
dapat dijumpai. Tempat terbaik untuk melihat bu-
rung ini adalah rawa Rapak Mahang, Waduk Panji
dan persawahan luas di Tenggarong Seberang.
Nam
a:
Cangak m
erah (
Indones
ia);
Purp
le H
eron (
Inggri
s)