Download - 52330159-LAPORAN-PENDAHULUAN-URTIKARIA
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM SISTEM
IMUN DAN HEMATOLOGI URTIKARIA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang di tandai dengan
adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan
bekas yang terlihat (Brown Robin Graham halaman 2205).
Urtikaria adalah penonjolan di atas permukaan kulit akibat edema setempat dan dapat
hilang perlahan-lahan, misalnya pada dermatitis medikamentosa, dan gigitan serangga
(Saripati Penyakit Kulit halaman 3).
Urtikaria adalah erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna
merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara
akut, kronik, atau berulang (klinik pediatric, 2009).
Urtikaria (biduran) merupakan suatu reaksi pada kulit yang timbul mendadak (akut) karena
pengeluaran histamin yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan kebocoran dari
pembuluh darah. Secara imunologik, dari data yang ada sejak tahun 1987, urtikaria
merupakan salah satu manifestasi keluhan alergi pada kulit yang paling sering dikemukakan
oleh penderita, keadaan ini juga didukung oleh penelitian ahli yang lain (Hodijah, 2009).
Urtikaria (gelagata) merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe 1 pada kulit yang
ditandai oleh kemunculan mendadak lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah
muda dengan ukuran serta bentuk yang bervariasi, keluhan gatal dan menyebabkan
gangguan rasa nyaman yang setempat. Kelainan ini dapat mengenai setiap bagian tubuh,
termasuk membran mukosa (khususnya mulut), laring (kadang-kadang dengan komplikasi
respiratorius yang serius) dan traktus gastrointestinal. Setiap urtikaria akan bertahan selama
periode waktu tertentu yang bervariasi dari beberapa menit hingga beberapa jam sebelum
menghilang. Selama berjam-jam atau berhari-hari, kumpulan lesi ini dapat timbul, hilang
dan kembali lagi secara episodik (Brunner dan Sudarth, 2002).
Urtikaria (kaligata) adalah suatu reaksi alergi yang ditandai oleh bilur-bilur berwarna
merah dengan berbagai ukuran di permukaan kulit (Medicastore, 2009).
Secara umum, Urtikaria yang disebut juga Kaligata, Biduran, atau Gelagata adalah suatu
reaksi alergi pada kulit akibat pengeluaran histamin ditandai dengan kemunculan mendadak
lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah muda dengan ukuran serta bentuk
yang bervariasi, keluhan gatal dan menyebabkan gangguan rasa nyaman yang setempat.
Istilah lain yang digunakan untuk urtikaria yaitu : Hives, nettle rash, biduran, kaligata,
gelagata.
Gambar 1 : Urtikaria di berbagai tempat
2. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan angka kejadiannya, disebutkan bahwa sekitar 15-20% populasi
mengalami urtikaria dalam masa hidupnya. Kemungkinan mengalami urtikaria, tidak
ada perbedaan ras dan umur (terbanyak pada kelompok umur 40-50 an). Hanya saja,
pada urtikaria kronis (berulang dan lama), lebih sering dialami pada wanita yaitu 60%
(Anonim, 2009).
Urtikaria dapat terjadi pada semua ras. Kedua jenis kelamin dapat terkena, tapi lebih
sering pada wanita usia pertengahan. Urtikaria kronik idiopatik terjadi 2 kali lebih
sering pada wanita daripada laki-laki.Urtikaria akut lebih sering terjadi pada anak-
anak, sedangkan urtikaria kronik lebih sering terjadi pada usia dewasa (Asta
Qauliyah, 2007).
Urtikaria sering dijumpai pada semua umur, orang dewasa lebih banyak mengalami
urtikaria dibandingkan dengan usia muda. Umur rata-rata penderita urtikaria ialah 35
tahun, jarang dijumpai pada umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 60 tahun.
Urtikaria kronik cenderung dialami oleh orang dewasa dan wanita memiliki
kemungkinan 2 kali lebih besar daripada laki-laki (Hodijah, 2009).
Urtikaria merupakan penyakit yang sering ditemukan, diperkirakan 3,2-12,8% dari
populasi pernah mengalami urtikaria (klinik pediatric, 2009).
Urtikaria sering dijumpai pada semua umur, namun orang dewasa lebih banyak
mengalami urtikaria dibandingkan dengan usia muda. SHELDON (1951),
menyatakan bahwa umur rata-rata penderita urtikaria ialah 35 tahun, jarang dijumpai
pada umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 60 tahun.
Ditemukan 40% bentuk urtikaria saja, 49% bentuk urtikaria bersama angioderma, dan
11% bentuk angioederma saja. Lama serangan berlangung bervariasi, ada yang lebih
dari satu tahun, bahkan ada yang lebih dari 20 tahun.
Penderita atopi (alergi) lebih mudah mengalami urtikaria dibandingkan dengan orang
normal. Tidak ada perbedaan frekuensi dari faktor jenis kelamin baik laki-laki atau
perempuan. Umur, ras, jabatan/pekerjaan, letak geografis, dan perubahan musim
dapat mempengaruhi hipersensitivitas yang diperankan oleh IgE. Penisilin tercatat
sebagai obat yang sering menimbulkan urtikaria (Irga, 2009).
3. ETIOLOGI
Faktor pencetus terjadinya urtikaria, antara lain: makanan tertentu, obat-obatan, bahan
hirupan (inhalan), infeksi, gigitan serangga, faktor fisik, faktor cuaca (terutama dingin tapi
bisa juga panas berkeringat), faktor genetik, bahan-bahan kontak (misalnya: arloji, ikat
pinggang, karet sandal, karet celana dalam, dan lain-lain) dan faktor psikis.
1. Jenis makanan yang dapat menyebabkan alergi misalnya : telur, ikan, kerang, coklat,
jenis kacang tertentu, tomat, tepung, terigu, daging sapi, udang, dan lain-lain. Zat
pewarna, penyedap rasa atau bahan pengawet juga dapat menimbulkan urtikaria.
2. Jenis obat-obatan yang dapat ,menimbulkan alergi biasanya penisilin, aspirin,
bronide, serum, vaksin, dan opium.
3. Bahan-bahan protein yang masuk melalui hidung seperti serbuk kembang, jamur,
debu dari burung, debu rumah, dan ketombe binatang.
4. Faktor lingkungan yang terpapar dengan debu rumah, jamur, serbuk sari bunga,
pengaruh cuaca yang terlalu dingin atau panas sinar matahari, tekanan atau air juga
dapat menimbulkan urtikaria.
5. Pada urtikaria yang berulang, faktor emosional perlu diperhatikan. Stress emosional
dapat secara langsung dan tidak langsung menyebabkan seseorang meningkat
kemungkinan terjadi urtikaria.
6. Penyakit sistemik. Beberapa penyakit dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria.
Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain limfoma,
hipertiroid, Lupus Eritematosus Sistemik, dll.
7. Gigitan serangga. Gigitan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat. Nyamuk,
lebah dan serangga lainnya menimbulkan urtikaria bentuk papul di sekitar tempat
gigitan, biasanya sembuh sendiri.
4. PATOFISIOLOGI
Urtikaria timbul akibat masuknya antigen ke area kulit yang spesifik dan menimbulkan
reaksi setempat yang mirip reaksi anafilaksis. Histamin yang dilepaskan setempat akan
menimbulkan (1) vasodilatasi yang menyebabkan timbulnya red flare (kemerahan) dan (2)
peningkatan permeabilitas kapiler setempat sehingga dalam beberapa menit kemudian akan
terjadi pembengkakan setempat yang berbatas jelas (Guyton, 2008).
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga
terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan lokal. Sehingga secara
klinis tampak edema lokal disertai eritem. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator misalnya histamine, kinin, serotonin, slow
reacting substance of anafilacsis (SRSA) dan prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil
(Asta Qauliyah, 2007).
Sel mast merupakan sel yang berperan dalam pelepasan mediator vasoaktif seperti histamin
yaitu agen utama dalam urtikaria. Mediator lain seperti leukotrin dan prostaglandin juga
mempunyai kontribusi baik dalam respon cepat maupun lambat dengan adanya kebocoran
cairan dalam jaringan (Hodijah, 2009).
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga
terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan setempat. Sehingga
secara klinis tampak edema setempat disertai kemerahan. Vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator-mediator, misalnya histamin,
kinin, serotonin, slow reacting substance of anaphylaxis (SRSA), dan prostaglandin oleh sel
mast dan atau basofil. Selain itu terjadi inhibisiproteinase oleh enzim proeolotik, misalnya
kalikrin, tripsin, plasmin, dan hemotripsin di dalam sel mast. Baik faktor imunologik,
maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast atau basofil untuk melepaskan
mediator tersebut. Pada yang nonimunologik mungkin sekali siklik AMP (adenosin mono
phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan mediator. Beberapa bahan kimia
seperti golongan amin dan derivat amidin, obat-obatan seperti morfin, kodein, polimiksin,
dan beberapa antibiotik berperan pada keadaan ini. Bahan kolinergik, misalnya asetilkolin,
dilepaskan oleh saraf kolinergik kulit yang mekanismenya belum diketahui, langsung dapat
mempengaruhi sel mast untuk melepaskan mediator. Faktor fisik, misalnya panas, dingin,
trauma tumpul, sinar X, dan pemijatan, dapat langsung merangsang sel mast. Beberapa
keadaan, misalnya demam, panas, emosi, dan alkohol dapat merangsang langsung pada
pembuluh darah kapiler sehingga terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Faktor
imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang kronik dimana biasanya
Ig. E terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena adanya reseptor Fc, bila
ada antigen yang sesuai berikatan dengan Ig. E, maka terjadi degranulasi sel, sehingga
mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas tampak pada reaksi tipe I (anafilaksis),
misalnya alergi obat dan makanan. Komplemen juga ikut berperan, aktivasi komplemen
secara klasik maupun secara alternatif menyebabkan pelepasan anafilatoksin (C3aC5a) yang
mampu merangsang sel mast dan basofil, misalnya tampak akibat venom atau toksin bakteri.
Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi sitotoksik dan kompleks
imun, pada keadaan ini juga dilepaskan zat anafilatoksin. Urtikaria akibat kontak dapat juga
terjadi misalnya setelah pemakaian bahan penangkis serangga, bahan kosmetik, dan
sefalosporin. Kekurangan C1 esterase inhibitor secara genetik menyebabkan edema
angioneurotik yang herediter (Irga, 2009).
Gangguan Citra Tubuh
5. KLASIFIKASI
Terdapat bermacam-macam paham penggolongan urtikaria. Irga, 2009 mengklasifikasikan
urtikaria menurut beberapa hal.
Berdasarkan lamanya serangan berlangsung, urtikaria dibedakan menjadi :
Urtikaria Akut
Disebut akut bila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, atau berlangsung
selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari. Urtikaria akut lebih sering terjadi pada
anak muda, umumnya laki-laki lebih sering daripada perempuan. Penyebab urtikaria
akut lebih mudah diketahui.
Urtikaria Kronik
Disebut kronik bila serangan berlangsung lebih dari 6 minggu. Urtikaria kronik lebih
sering pada wanita usia pertengahan. Kasus urtikaria kronik sulit ditemukan.
Urtikaria kronik dibagi menjadi beberapa subtipe meliputi :
a. Urtikaria Fisis
Pada urtikaria fisis timbulnya gejala biasanya terkait dengan perubahan
tempratur lingkungan yang mencolok, lebih sering akibat dingin. Pemicu
yang lain misalnya; trauma mekanis, getaran, aktivitas fisik / exercise, stres
emosional, sinar matahari, air.
b. Urtikaria Vaskulitis
Urtikaria Vaskulitis sebenarnya merupakan manifestasi kulit dari penyakit
sistemik / Autoimmune diseases.
c. Urtikaria Kronik Idiopatik
Disebut Urtikaria kronik idiopatik jika tidak diketahui pemicunya yang
spesifik pada penelusuran dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, maupun
hasil laboratorium. Sebanyak 80-90% dari urtikaria kronik adalah idiopatik.
Berdasarkan morfologi klinis, urtikaria dibedakan menurut bentuknya, yaitu :
Urtikaria Papular bila berbentuk papul,
Urtikaria Gutata bila besarnya sebesar tetesan air, dan
Urtikaria Gurata bila ukurannya besar-besar..
Terdapat pula yang Urtikaria Anular dan Urtikaria Arsinar.
Menurut luasnya dan dalamnya jaringan yang terkena, urtikaria dibedakan menjadi :
Urtikaria Lokal
Generalisata
Angioederma
Ada pula yang menggolongkan berdasarkan penyebab urtikaria dan mekanisme
terjadinya, meliputi :
Urtikaria atas dasar reaksi imunologik :
a. Bergantung pada IgE (reaksi alergi tipe I) :
i. Pada atopi
ii. Antigen spesifik (polen, obat, venom)
b. Ikut sertanya komplemen :
i. Pada reaksi sitotoksik (reaksi alergi tipe II)
ii. Pada reaksi kompleks imun (reaksi alergi tipe III)
iii. Defisiensi C1 esterase inhibitor (genetik)
c. Reaksi Alergi tipe IV (urtikaria kontak)
Urtikaria atas dasar reaksi nonimunologik
a. Langsung memacu sel mast, sehingga terjadi pelepasan mediator (misalnya obat
golongan opiat dan bahan kontras).
b. Bahan yang menyebabkan perubahan metabolisme asam arakidonat (misalnya
aspirin, obat anti-inflamasi nn-steroid, golongan azodyes).
c. Trauma fisik, misalnya dermografisme, rangsangan dingin, panas atau sinar, dan
bahan kolinergik.
Urtikaria yang tidak jelas penyebab dan mekanismenya, digolongkan sebagai
urtikaria idiopatik.
Ada pula sumber lain yang membagi urtikaria menjadi :
1. URTIKARIA AKUT
Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari. yang
sering terjadi penyebabnya adalah:
a. adanya kontak dengan tumbuhan (misalnya jelatang), bulu
binatang/makanan.
b. akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-kerangan
dan strowberi.
c. akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.
2. URTIKARIA KRONIS
Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada
bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.
3. URTIKARIA PIGMENTOSA
Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara,
kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.
4. URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO SISTEMIK )
Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa
urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang berwarna
kemerahan.
Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:
1. Heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas.
2. Urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit dideteksi.
3. Cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan dingin.
4. Pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan tekanan.
5. Contact urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi.
6. Aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan air.
7. Solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar matahari.
8. Vaskulitik urtikaria.
9. Cholirgenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat dan stress.
6. GEJALA KLINISGejala atau tanda-tanda urtikaria mudah dikenali, yakni bentol atau bercak meninggi
pada kulit, tampak eritema (kemerahan) dan edema (bengkak) setempat berbatas tegas,
kadang-kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Urtika biasa terjadi dalam
berkelompok. Satu urtika sendiri dapat bertahan dari empat sampai 36 jam. Bila satu
urtika menghilang, urtika lain dapat muncul kembali. Keluhan utama biasanya gatal,
rasa terbakar, atau tertusuk.
Penampakan urtikaria beragam, mulai yang ringan berupa bentol merah dan gatal
hingga yang agak heboh yakni bengkak pada kelopak mata (bisa satu mata atau
keduanya), bibir membengkak , daun telinga menebal dan adakalanya disertai perut
mulas serta rasa demam. Gejala mungkin tidak terjadi setiap saat. Untuk beberapa
orang, kondisi tertentu seperti panas, dingin atau stress akan menyebabkan perburukan
gejala.
7. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : kulit tampak kemerahan, terdapat batas pinggir yang jelas (timbul secara tiba-tiba,
memudar bila disentuh, jika digaruk akan timbul bilur-bilur yang baru), tampak adanya
edema dan pembengkakan.
Palpasi : terasa adanya edema dan pembengkakan serta adanya nyeri tekan.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC/ PENUNJANG
Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar Imunoglobulin E, eosinofil dan
komplemen.
Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk
beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.
Pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang
tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. Cryoglobulin dan cold hemolysin perlu
diperiksa pada dugaan urtikaria dingin.
Pemeriksaan gigi, telinga-hidung-tenggorok, serta usapan vagina perlu untuk
menyingkirkan dugaan adanya infeksi fokal.
Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes foto tempel.
Tes kulit, meskipun terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk membantu
diagnosis. Uji gores (scratch test) dan uji tusuk (prick test), serta tes intradermal dapat
dipergunakan untuk mencari alergen inhalan, makanan, dermatofit dan kandida.
Pemeriksaan histopatologik, walaupun tidak selalu diperlukan, dapat membantu
diagnosis. Biasanya terdapat kelainan berupa pelebaran kapiler di papilla dermis, geligi
epidermis mendatar, dan serat kolagen membengkak. Pada tingkat permulaan tidak
tampak infiltrasi seluler dan pada tingkat lanjut terdapat infiltrasi leukosit, terutama
disekitar pembuluh darah.
Suntikan mecholyl intradermal dapat digunakan pada diagnosis urtikaria kolinergik.
Tes dengan es (ice cube test) pada urtikaria dingin.
Tes dengan air hangat pada urtikaria panas. (Irga, 2009).
9. DIAGNOSIK /KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis urtikaria ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis
harus dilakukan dengan lengkap dan teliti serta lebih menekankan pada faktor-faktor
etiologi yang dapat menimbulkan urtikaria.
10. THERAPY / TINDAKAN PENANGANANSecara umum penatalaksanaan dari urtikaria itu sendiri meliputi :
1. Identifikasi dan pengobatan adalah menghindari faktor resiko
Ini yang paling penting dan hanya ini yang efektif untuk terapi jangka panjang.
Menghindari aspirin atau zat-zat aditif pada makanan, diharapkan dapat memperbaiki
kondisi sekitar 50% pasien dengan urtikaria kronik idiopatik.
2. Pengobatan lokal
a. Kompres air es atau mandi air hangat dengan mencampurkan koloid Aveeno oatmeal
yang bisa mengurangi gatal.
b. Lotion anti pruritus atau emulsi dengan 0,25% menthol bisa membantu dengan atau
tanpa 1% fenol dalam lotion Calamine.
3. Pengobatan sistemik
a. Anti histamine dengan antagonis H1 adalah terapi pilihan.
b. Doxepin, yaitu anti depresan trisiklik dengan efek antagonis H1 dan H2.
c. Kombinasi antihistamin H1 dan H2, misalnya simetidin.
d. Cyproheptadin, mungkin lebih efektif daripada antihistamin.
e. Korticosteroid, biasanya digunakan untuk mengontrol vascukitis urtikaria.
f. Profilaksis dengan steroid anabolic, misalnya : danazol, stanozolol.
g. Hormon tyroid juga dilaporkan dapat meringankan urtikaria kronis dan angioderma.
h. Terapi antibiotic juga dilaporkan bisa pada pasien yang terinfeksi Helicobacter
pylory dengan urtikaria kronis.
(Asta Qauliyah, 2007).
Pada tahun-tahun terakhir ini dikembangkan pengobatan yang baru, hasil pengamatan
membuktikan bahwa dinding pembuluh darah manusia juga mempunyai reseptor H2. Hal ini
apat menerangkan, mengapa antihistamin H1 tidak selalu berhasil mengatasi urtikaria.
Kombinasi antihistamin H1 dan H2 masih dalam penelitian lebih lanjut. Tetapi pada
dermografisme yang kronik pengobatan kombinasi ternyata lebih efektif daripada
antihistamin H1 saja.
Pada edema angioneurotik kematian hampir 30% disebabkan oleh karena obstruksi saluran
nafas. Biasanya tidak responsif terhadap antihistamin, epinefrin, maupun steroid. Pada
gigitan serangga akut mungkin dapat diberikan infus dengan plasma fresh frozen, yang
obyektif tentu saja pemberian plasma yang mengandung C1 esterase inhibitor, C2, dan C4.
Hal yang penting ialah segera dilakukan tindakan mengatasi edema larins.
Pengobatan dengan anti-enzim, misalnya anti plasmin dimaksudkan untuk menekan aktifitas
plasmin yang timbul pada perubahan reaksi antigen-antibodi. Preparat yang digunakan
adalah ipsilon. Obat lain ialah trasilol, hasilnya 44% memuaskan.
Pengobatan dengan cara desensitasi, misalnya dilakukan pada urtikaria dingin, dengan
melakukan sensitisasi air pada suhu 10oC (1-2 menit) dua kali sehari selama 2-3 minggu.
Pada alergi debu, serbuk sari bunga jamur, desensitasi mula-mula dengan alergen dosis kecil
1 minggu 2x; dosis dinaikkan dan dijarangkan perlahan-lahan sampai batas yang dapat
ditolerir oleh penderita. Eliminasi diet dicobakan pada yang sensitif terhadap makanan.
Pengobatan lokal di kulit dapat diberikan secara simptomatik, misalnya anti-pruritus di
dalam bedak atau bedak kocok.
11. KOMPLIKASI
Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang hebat
bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder. Penggunaan
antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien dengan keadaan penyakit
yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup (Asta Qauliyah, 2007).
12. PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis urtikaria adalah baik, dapat sembuh spontan atau dengan obat. Tetapi
karena urtikaria merupakan bentuk kutan anafilaksis sistemik, dapat saja terjadi obstruksi jalan
nafas karena adanya edema laring atau jaringan sekitarnya, atau anafilaksis sistemik yang dapat
mengancam jiwa.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan diagnostik untuk memperoleh
informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana
asuhan keperawatan klien. Dari wawancara akan diperoleh informasi tentang biodata,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan atau penyakit di masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, pola aktifitas sehari-hari, dan riwayat psikososial.
Adapun yang bisa dikaji dari pasien dengan urtikaria adalah :
a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan atau kelelahan, warna kulit, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS, pola nafas, posisi klien dan respon verbal klien.
b. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah
Heart Rate
Respiratory rate
Suhu
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Bentuk wajah
Grimace/tanda kesakitan, tanda ketegangan, dan atau kelelahan
Bentuk hidung, sekret, elastisitas septum
Kaji adanya pernafasan cuping hidung
Kaji adanya cyanosis
Adanya ptosis
Konjungtiva
Sklera normal/ikhterus
d. Pemeriksaan Thorax dan Abdomen
Inspeksi
Perhatikan manifestasi distres pernafasan seperti: sinkronisasi gerakan dinding dada-
abdomen, dypsnea, orthopnea, PND, Cheyne Stokes, tanda-tanda retraksi otot
intercostae & suprasternal.
Palpasi
Menilai getaran suara pada dinding dada (tactile fermitus), denyut apex (normal: ICS
V MCL sinistra, lebar denyutan 1 cm), getaran/thrill (menunjukkan bising jantung),
dan denyut arteri.
Perkusi
Menilai batas-batas paru dan jantung, serta kondisi paru
Auskultasi
Perhatikan suara nafas dan suara nafas tambahan (ronchi, rales, wheezing, pleural
friction rub), bunyi jantung, bising jantung atau murmur.
e. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Meliputi bentuk, ketegangan dinding perut, gerakan dinding perut, pelebaran vena
abdominal, denyutan di dinding perut.
Auskultasi
Menilai peristaltik usus dan bising sistolik
Palpasi
Meliputi ada tidaknya hepatomegali, splenomegali, asites.
Perkusi
Shifting dullness menunjukkan adanya accites
f. Ekstrimitas dan Integumen
Inspeksi
i. Warna kulit : kaji adanya eritema
ii. Kaji adanya edema
iii. Kaji adanya lesi
iv. Inspeksi kesimetrisan ekstremitas kanan dan kiri
Palpasi
i. Kaji adanya edema
ii. Kaji perubahan warna saat ditekan
iii. Nyeri tekan
iv. Kaji akral hangat atau dingin
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar Imunoglobulin E, eosinofil dan
komplemen.
Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai
untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.
Pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang
tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. Cryoglobulin dan cold hemolysin perlu
diperiksa pada dugaan urtikaria dingin.
Pemeriksaan gigi, telinga-hidung-tenggorok, serta usapan vagina perlu untuk
menyingkirkan dugaan adanya infeksi fokal.
Tes kulit, meskipun terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk membantu
diagnosis. Uji gores (scratch test) dan uji tusuk (prick test), serta tes intradermal dapat
dipergunakan untuk mencari alergen inhalan, makanan, dermatofit dan kandida.
Pemeriksaan histopatologik, walaupun tidak selalu diperlukan, dapat membantu
diagnosis. Biasanya terdapat kelainan berupa pelebaran kapiler di papilla dermis,
geligi epidermis mendatar, dan serat kolagen membengkak. Pada tingkat permulaan
tidak tampak infiltrasi seluler dan pada tingkat lanjut terdapat infiltrasi leukosit,
terutama disekitar pembuluh darah.
Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes foto tempel.
Suntikan mecholyl intradermal dapat digunakan pada diagnosis urtikaria kolinergik.
Tes dengan es (ice cube test) pada urtikaria dingin.
Tes dengan air hangat pada urtikaria panas.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL (BERDASARKAN
PRIORITAS)
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya lesi ditandai dengan penilaian melaporkan nyeri
secara verbal atau non verbal, perilaku melindungi atau proteksi, perilaku distraksi
(merintih, menangis, gelisah) wajah tampak menahan nyeri.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan status alergenik ditandai dengan bentol
kemerahan pada kulit dan rasa gatal, terbaka, tertusuk pada daerah kemerahan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritas ditandai dengan klien mengeluh sering
terbangun saat tidur karena gatal pada daerah kemerahan dan klien tampak pucat.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat
urtikaria ditandai dengan kulit tampak kemerahan, mata dan bibir bengkak, telinga
menebal.
3. INTERVENSI
No Diagnosa keperawatan Tujuan / Out come Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan
dengan adanya lesi
ditandai dengan penilaian
melaporkan nyeri secara
verbal atau non verbal,
perilaku melindungi atau
proteksi, perilaku
distraksi (merintih,
menangis, gelisah) wajah
tampak menahan nyeri.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan nyeri teratasi dengan
kriteria hasil :
Klien mengatakan nyeri (gatal)
berkurang pada kulit yang
bengkak dan kemerahan.
Klien tidak meringis, merintih
dan menangis.
Klien tampak kembali tenang
Mandiri
- Observasi rasa
ketidaknyamanan yang
dialami klien ( nyeri/ gatal
pada daerah kemerahan, klien
tampak meringis kesakitan ).
- Kaji rasa nyeri yang dirasakan
klien baik intensitas,
karakteristik maupun beratnya
( skala 1-10)
- Beri posisi yang nyaman.
- Tingkatkan tirah baring, bantu
kebutuhan perawatan diri
yang penting.
- Ajarkan teknik manajemen
nyeri (metode
relaksasi,distraksi)
Mandiri.
- Mengetahui intensitas
ketidaknyamanan yang
dialami klien.
- Sebagai indikator keefektifan
intervensi yang diberikan dan
perubahan karakteristik nyeri.
- Posisi yang nyaman
membantu mengurangi nyeri.
- Menurunkan gerakan yang
dapat meningkatkan nyeri.
- Membantu mengurangi nyeri.
Kolaborasi
- Berikan analgetik sesuai
indikasi.
- Berikan bedak sesuai yang
dianjurkan dokter.
Kolaborasi
- Membantu mengurangi nyeri.
- Membantu mengurangi rasa
gatal.
2 Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan
status alergenik ditandai
dengan bentol kemerahan
pada kuit dan rasa gatal,
terbaka, tertusuk pada
daerah kemerahan.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan integritas kulit
membaik dengan kriteria hasil :
Tidak ada bentol kemerahan
pada kulit.
Klien tidak merasa gatal, panas,
dan tertusuk pada daerah
kemerahan.
Mandiri
- Kaji status kerusakan
integritas kulit.
- Cuci area kemerahan dengan
lembut menggunakan sabun
ringan bilaslah seluruh area
dengan bersih untuk
menghilangkan sabun, lalu
keringkan.
- Anjurkan kepada keluarga
klien untuk memberikan klien
banyak minum.
- Anjurkan keluarga klien
secara rutin memberi bedak
Mandiri
- Membantu dalam pemberian
implementasi keperawatan
yang tepat.
- Bertujuan untuk
membersihkan area
kemerahan agar tidak
terinfeksi oleh kuman ataupun
bakteri penyebab penyakit.
- Asupan cairan yang cukup
dapat menjaga kelembapan
kulit sehingga dapat mecegah
terjadinya iritasi pada kulit
akibat gatal.
- Mencegah penyebaran urtikari
ke daerah yang lain.
pada daerah yang bentol
kemerahan dan gatal serta
melarang klien menggaruk
pada daerah yang gatal.
Kolaborasi
- Berikan obat anti alergi dan
penanganan alergi.
Kolaborasi
- Mencegah alergi untuk
bertambah parah.
3. Gangguan pola tidur
berhubungan dengan
pruritas ditandai dengan
klien mengeluh sering
terbangun saat tidur
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ... x 24 jam
diharapkan klien tidak mengalami
gangguan pola tidur dengan
kriteria hasil :
Mandiri
- Kaji waktu tidur klien tiap hari.
- Berikkan posisi yang nyaman
dengan meninggikan kepala
Mandiri
- Untuk memberikan informasi
tentang kondisi umum klien.
- Untuk meningkatkan relaksasi
dan membantu memfokuskan
karena gatal pada daerah
kemerahan dan klien
tampak pucat.
Klien tidak mengeluh
sering terbangun saat tidur
karena gatal.
Klien tidak pucat
ditempat tidur.
- Ajari klien menghindari atau
menurunkan paparan terhadap
alergen yang telah diketahui.
- Jelaskan pada klien gejala
gatal yang berhubungan dengan
penyebanya (misal keringnya
kulit) dan prinsip terapinya
(misal hidrasi) dan siklus gatal-
garuk-gatal-garuk.
perhatian.
- Untuk menghindari alergen
akan menurunkan respon
alergi
- Untuk mengetahui proses
fisiologis dan psikologis dan
prinsip gatal serta
penangannya akan
meningkatkan rasa kooperatif.
4. Risiko infeksi
berhubungan dengan
tempat masuknya
organisme sekunder.
Setelah diberikam asuhan
keperawatan selama ..x 24 jam
diharapkan tidak terjadi/ adanya
gejala-gejala infeksi dengan
kriteria hasil:
Klien tidak mengalami
infeksi.
Tanda-tanda infeksi tidak
ada, WBC (4,00-11,00
k/ul)
Klien tidak demam.
Mandiri
- Pantau tanda-tanda infeksi.
- Lakukan perawatan luka
- Berikan pendidikan kesehatan
mengenai pencegahan infeksi.
Mandiri
- Mengetahui secara dini tanda-
tanda infeksi sehingga bisa
melakukan intervensi secara
tepat
- Menghindari infeksi
- Mengajarkan klien agar
terhindar dari
5. Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan
perubahan dalam
penampilan sekunder
akibat urtikaria ditandai
dengan kulit tampak
kemerahan, mata dan
bibir bengkak, telinga
menebal.
Setelah diberikan askep
selama ... x 24 jam diharapakan
tidak terjadi gangguan citra
tubuh dengan kriteria hasil :
Klien menyatakan penerimaan
terhadap diri.
Mandiri
- Validasi masalah yang dialami
klien.
- Libatkan klien dalam
melakukan perawatan diri,
seperti memberi bedak pada
daerah yang kemerahan.
- Berikan dukungan moral.
- Jelaskan pada klien tentang
prognosis penyakit dan waktu
penyembuhan.
Mandiri
- Meninjau perkembangan klien.
- Mendorong antisipasi
meningkatkan adaptasi pada
perubahan citra tubuh.
- Meningkatkan status mental
klien.
- Dapat memberi ketenangan
pada klien dan meningkatkan
konsep dirinya atas
kesembuhan.
4. EVALUASI
No. Dx Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya lesi ditandai
dengan penilaian melaporkan nyeri secara verbal atau
non verbal, perilaku melindungi atau proteksi,
perilaku distraksi (merintih, menangis, gelisah) wajah
tampak menahan nyeri
Klien mengungkapkan nyeri teratasi dengan kriteria hasil:
Klien mengatakan nyeri (gatal) berkurang pada kulit yang
bengkak dan kemerahan.
Klien tidak meringis, merintih dan menangis.
Klien tampak kembali tenang
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan status
alergenik ditandai dengan bentol kemerahan pada kuit
dan rasa gatal, terbaka, tertusuk pada daerah
kemerahan
Integritas kulit kembali normal kriteria hasil :
Tidak ada bentol kemerahan pada kulit.
Klien tidak merasa gatal, panas, dan tertusuk pada daerah
kemerahan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritas
ditandai dengan klien mengeluh sering terbangun saat
tidur karena gatal pada daerah
Gangguan pola tidur klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Klien tidak mengeluh sering terbangun saat tidur karena
gatal.
Klien tidak pucat
4. Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya
organisme sekunder
Klien tidak mengalami gejala-gejala infeksi dengan kriteria hasil:
Klien tidak mengalami infeksi.
Tanda-tanda infeksi tidak ada, WBC (4,00-11,00 k/ul)
Klien tidak demam.(suhu klien 36-370C)
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
perubahan dalam penampilan sekunder akibat
urtikaria ditandai dengan kulit tampak kemerahan,
mata dan bibir bengkak, telinga menebal.
klien tidak mengalami gangguan citra tubuh dengan kriteria
hasil :
Klien menyatakan penerimaan terhadap diri.
DAFTAR PUSTAKA
Suddarth, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Anonim. 2009. Urtikaria. http://www.klikdokter.com/illness/detail/28.
Carpenito, Lynda Juall. 1992. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis, Edisi 6.Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hodijah. 2009. Urtikaria Kronik (Chronic Urticaria). http://www.kulitkita.com/2009/02/urtikaria-
kronik-chronic-urticaria.html.
Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Irga. 2009. Urtikaria. http://irwanashari.blogspot.com/2009/04/urtikaria.html.
Medicastore.2009.Kaligata(Urtikaria).http://medicastore.com/penyakit/151/Kaligata_urtikaria.htm.
Pediatri, Klinik. 2009. Urtikaria. http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/09/biduran
giduan-urtikaria-bukan-sekedar-alergi-makanan-biasa/.
Qauliyah, Asta. 2007. Referat : Urtikaria Kronik (Chronic
Urticaria).http://astaqauliyah.com/2007/06/20/referat-urtikaria-kronik-chronic-urticaria/.
Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi/Handbook of Pathophysiology. Alih Bahasa: Brahm
U. Pendit. Cetakan 1. Jakarta: EGC. 1997