Download - 3. Isi - Lampiran
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan komoditas pertanian penting
dan potensial dikembangkan sebagai bahan pangan, bahan baku industri, bahan
pakan, dan bahan bioetanol. Pertimbangan ubi jalar sebagai bahan pangan ialah
karena mempunyai kandungan karbohidrat tinggi dengan kadar glisemik rendah,
sumber vitamin A, sumber unsur hara mikro Zn, Fe, Ca, dan K Selain sebagai
sumber karbohidrat, ubijalar (Ipomoea batatas L.) juga mengandung vitamin A,
C, dan mineral. Ubi jalar yang daging umbinya berwarna ungu, banyak
mengandung anthocyanin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena
berfungsi mencegah penyakit kanker. Ubijalar yang daging umbinya berwarna
kuning, banyak mengandung vitamin A; beberapa varietas ubijalar mengandung
vitamin A setara dengan wortel. Di Indonesia produktivitas ubijalar hanya sekitar
10 ton/ha. Padahal dengan teknik budidaya yang tepat beberapa varietas unggul
ubijalar dapat menghasilkan lebih dari 30 ton umbi basah per hektar
Produktivitas ubi jalar selain ditentukan oleh sifat genetiknya, juga
lingkungan pertumbuhannya yang dapat dimanipulasi melalui tindakan budidaya.
Produksi ubi jalar selain dipengaruhi oleh ketersediaan hara dari dalam tanah ,
juga oleh sifat fisik tanahnya. Tanah yang memiliki sifat fisik dengan aerasi yang
lancar dapat mendorong pembentukan dan pembesaran umbi. Proses
pembentukan ubi memerlukan energy yang dihasilkan dari proses respirasi pada
jaringan stolon yang membentuk umbi.Proses respirasi memerlukan oksigen yang
cukup , dan hanya terjadi pada kondisi aerasi yang lancar. Kondisi ini dapat
diciptakan melalui pengolahan tanah yang benar, sedangkan laju translokasi
fotosintesis ke umbi selain dipengruhi oleh ketersedian energy yang cukup, juga
ketersediaan air sebagai pelarutnya. (Dirjen BPTP, 2002)
Oleh sebab itu, perlu dilakukan percobaan budidaya menggunakan ubi
jalar menggunakan perlakuan varietas yang memiliki keunggulan tahan terhadap
penyakit dan memiliki produktivitas yang tinggi untuk meningkatkan produksi ubi
jalar. Pada praktikum ini perlakuan yang digunakan menggunakan Varietas Beta 2
kemudian mengamati pertumbuhan dari tanaman dan meyusun laporan pada akhir
praktikum untuk mengetahui hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan.
2
1.2 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui teknologi yang digunakan untuk memproduksi ubi jalar.
2. Untuk mengetahui perbandingan antara varietas yang dibudidayakan pada
lahan percobaan dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
tanaman.
2.
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produksi Tanaman Ubi Jalar Di Indonesia
Produksi tanaman Ubi jalar di Indonesia saat ini masih belum diketahui
secara pasti, namun berdasarkan data dari BPS (2011), Indonesia merupakan
negara penghasil ubi jalar kedua terbesar di dunia setelah Cina, dan memiliki
produksi ubi jalar pada tahun 2011 sebesar 13.305 ton dengan luas areal panen
sebesar 1.300 ha. Kebutuhan ubi jalar yang semakin meningkat sebagai bahan
konsumsi dan bahan baku industri yang memiliki prospek cerah, sehingga
dibutuhkan berbagai upaya untuk meningkatkan produksinya. di Jawa dan
beberapa sentra produksi, ubi jalar umumnya ditanam dilahan sawah irigasi dan
nonirigasi pada musim kemarau setelah panen padi dan lahan tegalan. Penanaman
ubi jalar di lahan tegalan umumnya dilakukan pada awal atau pertengahan musim
hujan. Ubi jalar dipanen pada umur 4 bulan di dataran rendah dan 6 bulan di
dataran tinggi ( Sulistyowati, dan Suwarto, 2008 )
Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-
tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan .Perbanyakan
tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus menerus mempunyai
kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena
itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam
atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan (Tim Penulis MIG Corp, 2010).
Pemilihan kultivar yang ditanam erat hubungannya dengan tujuan
pemanfaatnya. Untuk tujuan makanan pokok dan olahan, diperlukan ubi jalar
yang mempunyai kadar pati tinggi yang umumnya terdapat pada kultivar
yangmempunyai sifat daging umbi kering (dry-fleshed), jenis ubi ini bila
dicampur dengan bahan pangan lain, tidak mempengaruhi rasa bahan campuran
utama,sedang untuk tujuan penganan dipilih yang mempunyai rasa 4 manis dan
umumnya terdapat pada ubi yang berdaging umbi lembek (moistfleshed) (Onggo,
2008)
4
2.2 Botani Tanaman Ubi Jalar
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Ubi Jalar
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiosperma
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Convolvulales
Family : Convolvulaceae
Genus : Ipomea
Spesies : (Ipomoea batatas L.) (Rukmana,1997)
2.2.2 Morfologi Tanaman Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman
semusim (berumur pendek). Tanaman ubi jalar tumbuh menjalar pada permukaan
tanah dengan panjang tanaman dapat mencapai 3 meter.
1. Batang tanaman
Ubi jalar berbatang lunak, tidak berkayu, berbentuk bulat, dan teras bagian
tengah bergabus. Batang ubi jalar beruas ruas dan panjangruas antara 1-3 cm.
Setiap ruas ditumbuhi daun,akar, dan tunas cabang.Panjang batang utama amat
beragam, tergantung varietasnya, yakni berkisar 2-3 m untuk varietas ubi jalar
merambat dan 1-2 m untukvarietas ubi jalar tidak merambat (bertepi tegak).
Diameter batang ubi jalar juga bervariasi, tergantung pada varietasnya, ada yang
berukuran besar,sedang, dan kecil. Varietas ubi jalar merambat umumnyamemiliki
diameter batang berukuran sedang. Sedangkan varietas ubi jalar merambat
umumnya memiliki diameter batang batang berukurankecil. Batang tanaman ubi
jalar ada yang berbulu dan ada yang tidak berbulu. Warna ubi jalar bervariasi
anatara hijau dan ungu (Bambang, 2000).
2. Daun
Daun ubi jalar berbentuk bulat hati, bulat lonjong, dan bulat runcing,
tergantung pada varietasnya. Daun ubi jalar yang berbentuk bulat hati memiliki
tepi daun rata, berlekuk dangkal, atau menjari. Daunubi jalar yang berbentuk
lonjong (oval) memiliki tepi daun rata, berlekuk dangkal, atau berlekuk
5
dalam. Sedangkan daun ubi jalar yang berbentuk bulat runcing memiliki tepi daun
rata, berlekuk dangkal atau berlekuk dalam (Bambang, 2000).
3. Bunga
Bunga tanaman ubi jalar berbentuk terompet yang panjangnya antara 3-5
cm dan lebar bagian ujung antara 3-4 cm.Mahkota bunga berwarna ungu keputih
putihan dan bagian dalam mahkota bunga (pangkal sampai ujung) berwarna ungu
muda.Kepala putik melekat pada bagian ujung tangkai putik.Tangkai putik dan
kepala putik terletak diatas bakal buah (Bambang, 2000).
4. Buah
Buah ubi jalar berkotak tiga. Buah akan tumbuh setelah terjadinya
penyerbukan. Satu bulan setelah penyerbukan, buah ubi jalar sudah mask.
Didalam buah banyak berisi biji yang sangatringan. Biji buah memiliki kulit yang
keras. Biji-biji tersebut dapatdigunakan untuk perbanyakan atau pembiakan
tanman secara generatif untuk mengahsilkan varietas ubi jalar yang baru.
(Bambang, 2000).
2.3 Teknik Budidaya Tanaman
1. Pembibitan
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan
secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara
generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.
Berikut ini adalah teknik dalam pembibitan menurut Rukmana (1997),
teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan stek
batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang
harus memenuhi syarat, Bibit berasal dari varietas atau klon unggul. Bahan
tanaman berumur 2 bulan atau lebih Pertumbuhan tanaman yang akan diambil
steknya dalam keadaan sehat, normal, tidak terlalu subur, Ukuran panjang stek
batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya
tidak berakar, Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7
hari. Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-
tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan
tanaman dengan stek batang atau 10 stek pucuk secara terus-menerus mempunyai
kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena
6
itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam
atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
2. Penyiapan Bibit
Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi
dengan cara, Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih,
keadaan pertumbuhannya sehat dan normal Potong batang tanaman untuk
dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan
pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari, Kumpulkan stek pada suatu
tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan
yang berlebihan, Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan
di tempat yang teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.
2.4 Pengaruh Varietas Pada Tanaman Ubi jalar
Pada Varietas yang sudah diamati terdapat beberapa varietas yang ada
pada lahan percobaan seperti varietas Beta 2, Beta 1, dan papua salosa. Pada
varietas beta 1 adanya perbedaan tehadap pertumbuhan varietas satu dengan yang
lainya pada ubi jalar varietas satu ini daun pada tanaman tersebut lebih lebar dan
tanamannya lebih panjang ,pada varietas beta 2 daun lebih berbentuk oval dan
pertumbuhannya panjang tanamannya sangat signifikan bisa mencapai 40-50 cm
pada umur 35 hst. Pada varietas salosa yang ada di lahan percobaan tanaman ubi
jalar tersebut tidak begitu berkembang baik mungkin di karenakan faktor –faktor
yang mempengaruhi pertumbuhannya.
7
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada bulan September-Desember mulai Pukul
13.20-selesai dan praktikum ini dilaksanakan setiap minggu hingga panen.
Tempat pelaksanaan praktikum dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya di Desa Kepuharjo, Dusun Ngijo, Kecamatan Karangploso,
Kabupaten Malang.
Tabel 1. Kegiatan yang Telah Dilakukan Dilapang
Tanggal Tempat Kegiatan
29 September 2015 Ngijo, Karangploso Pengolahan Lahan
6 Oktober 2015 Ngijo, Karangploso Penanaman
13 Oktober 2015 Ngijo, Karangploso Pemupukan
20 Oktober 2015 Ngijo, KarangplosoPenyulaman, Pemupukan dan
pengamatan
26 Oktober 2015 Ngijo, Karangploso Pengamatan
03 November 2015 Ngijo, Karangploso Pengamatan
10 November 2015 Ngijo, Karangploso Pengamatan
17 November 2015 Ngijo, Karangploso Pengamatan dan Perawatan
24 November 2015 Ngijo, Karangploso Pengamatan dan Perawatan
01 Desember 2015 Ngijo, Karangploso Pengamatan dan Perawatan
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul berfungsi untuk
menggemburkan dan mengolah tanah, tugal berfungsi untuk membuat lubang
untuk pemberian pupuk, cangkil berfungsi untuk menyiangi gulma dan meratakan
tanah, gembor berfungsi untuk menyiram tanaman, penggaris/meteran untuk
melakukan pengamatan parameter panjang tanaman, kamera untuk dokumentasi
tanaman selama praktikum dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan . Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu benih Ubi jalar varietas Beta 2 sebagai
objek, air dan pupuk Urea, SP36 dan KCl sebagai tambahan kebutuhan unsur bagi
tanaman.
8
3.3. Cara Kerja
3.3.1 Persiapan lahan
Persiapan lahan dimulai dengan menyiapkan peralatan seperti cangkul,
rafia, meteran, rafia, pupuk kandang, dan air. Setelah itu ukur lahan untuk
membuat bedengan dan bersihkan lahan yang telah diukur dari gulma yang ada.
Kemudian gemburkan tanah dan campurkan pupuk kandang hingga merata, jika
tanah sulit untuk digemburkan dapat diberi air secukupnya untuk mempermudah
penggemburan. Setelah itu buat guludan dengan membagi bedengan menjadi dua
kemudan tandai jarak tanam menggunakan rafia.
3.3.2 Penanaman
Penanaman dilakukan ketika lahan telah siap, kemudian buat lubang
tanam dengan kedalaman ± 5 cm sesuai dengan jarak tanam 50×50 yang telah
dibuat sebelumnya, kemudian tanam bibit Ubi Jalar dengan ketentuan
satu bibit tiap lubang tanam
3.3.3 Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara menghitung kebutuhan pupuk tiap
tanaman, dengan ketentuan KCl 5 g tanaman dan SP-36 3 g tanaman, kemudian
menimbang pupuk sesuai jumlah tanaman yang ditanam, setelah itu buat lubang
dengan jarak ± 5 cm dari tanaman tanaman dengan kedalaman ±5 cm
kemudian masukkan pupuk kedalam lubang lalu tutup lubang dengan tanah
kembali agar pupuk tidak menguap.
3.3.4 Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan langkah meyiapkan gembor atau ember ,
kemudian ambil air menggunakan gembor atau ember dan siramkan air ke semua
tanaman hingga merata dan sesuai dengan kebutuhan tanaman.
3.3.5 Penyiangan gulma
Penyiangan gulma dilakukan menggunakan cangkil kemudian siangi
gulma sampai ke akarnya, agar gulma tidak tumbuh lagi. Lakukan penyiangan
secara rutin pada fase awal pertumbuhan.
9
3.4 Parameter Pengamatan
Parameter yang digunakan pada pengamatan ubi jalar adalah sebagai berikut :
1. Panjang Tanaman
Pada pengamatan panjang tanaman kita mengukur panjang tanamannya
mulai dari permukaan tanah hingga ke ujung tanaman. Ini bertujuan agar
mengetahui perkembangan panjang tanaman dari tiap minggu pengamatan
2. Jumlah Daun
Pada pengamatan jumlah daun kita menghitung jumlah daun yang udah
membuka atau lebarnya dinilai sempurna. Ini bertujuan agar mengetahui
perkembangan banyaknya daun yang tumbuh pada tanaman ubi jalar.
3. Jumlah Bunga
Pada pengamatan jumlah bunga dan jumlah bunga, pengamatan ini
dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 42 hst setelah tanam. Parameter
yang diamati pada pengamatan jumlah bunga dan buah ini adalah menghitung
banyaknya bunga dan buah yang timbul setelah 42 hst pengamatan
4. Jumlah Buah
Pada pengamatan jumlah buah (umbi) pengamatan ini dilakukan pada saat
tanaman sudah di panen.
10
3.5 Data Denah Praktikum
Pada tanaman Ubi Jalar pada lahan AC2 memiliki luas lahan 2,5 m x 5 m ber
jarak tanam 50 cm x 50 cm, dengan denah sebagai berikut.
Keterangan:
: Tanaman 1
: Tanaman 2
: Tanaman 3
: Tanaman 4
: Tanaman 5
5 m
2,5 m
25 cm
50 cm
25 cm
50 cm
11
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Panjang Tanaman
Tabel 2. Rerata Panjang Tanaman (cm)
No. Perlakuan Umur Tanaman (hst)14 21 28 35 42 49 56
1 Var.Beta 2 14,24 18,24 22,6 33 45,2 51,4 88,562 Var.Beta 1 17 19 29 24,2 48,8 69,2 74,43 Var.Antin 2 9,2 13,1 22 26,2 30,8 35,3 44,74 Var.papua Salosa 23,1 26 35,4 74,8 104 145,6 163
14 21 28 35 42 49 56Umur Tanaman (hst)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
14.24 18.24 22.6 3345.2 51.4
88.56
17 1929 24.2
48.869.2
74.4
9.2 13.122 26.2
30.835.3
44.7
23.1 26
35.4
74.8
104
145.6
163
Var.Beta2 Var.Beta1 Var.Antin2 Var.papua Salosa
Panj
ang
Tana
man
Gambar 1. Grafik Rerata Panjang Tanaman
Berdasarkan rata – rata panjang tanaman Ubi jalar di atas, varietas beta2
rata-rata panjang tanaman pada 14 hst 14,24 cm, pada 21 hst 18,24 cm, pada 28
hst 22,6 cm, pada 35 hst 33 cm, pada 42 hst 45,2 cm, pada 49 hst 51,4 cm, pada
56 hst 88,56 cm. Pada perlakuan varietas Beta1 rata-rata panjang tanaman pada 14
hst 17 cm, pada 21 hst 19 cm, pada 28 hst 29 cm, pada 35 hst 24,2 cm, pada 42 hst
48,8 cm, pada 49 hst 69,2 cm, pada 56 hst 74,4 cm. Pada perlakuan varietas antin2
rata-rata panjang tanaman pada 14 hst 9,2 cm, pada 21 hst 13,1 cm, pada 28 hst 22
cm, pada 35 hst 26,2 cm, pada 42 hst 30,8 cm, pada 49 hst 35,3 cm, pada 56 hst
44,7 cm. Pada perlakuan varietas papua salosa rata-rata panjang tanaman pada 14
12
hst 23,1 cm, pada 21 hst 26 cm, pada 28 hst 35,4 cm, pada 35 hst 74,8 cm, pada
42 hst 104 cm, pada 49 hst 145,6 cm, pada 56 hst 163 cm.
4.1.2 Jumlah DaunTabel 3. Hasil Rerata pengamatan Jumlah Daun (Helai).
No. PerlakuanUmur Tanaman (hst)
14 21 28 35 42 49 561 Var.Beta 2 5,2 11,6 46,4 105 214 261,4 400,82 Var.Beta 1 4,8 12,8 28 20,6 70,8 104,4 131,23 Var.Antin 2 5 8 13 31 43 69 116,24 Var.papua Salosa 4 6,8 16,8 52,6 110,4 208,2 268
Gambar 2. Grafik Rerata Jumlah Daun
Berdasarkan rata – rata Jumlah Daun Ubi jalar di atas, varietas beta2 rata-
rata jumlah daun pada 14 hst 5,3. pada 21 hst 11,6. pada 28 hst 46,4. pada 35 hst
105. pada 42 hst 214. pada 49 hst 261,4. pada 56 hst 400,8. Pada perlakuan
varietas Beta1 rata-rata jumlah daun pada 14 hst 4,8. pada 21 hst 12,8. pada 28 hst
28. pada 35 hst 20,6. pada 42 hst 70,8. pada 49 hst 104,4. pada 56 hst 131,2. Pada
perlakuan varietas antin2 rata-rata jumlah daun pada 14 hst 5. pada 21 hst 8. pada
28 hst 13. pada 35 hst 31. pada 42 hst 43. pada 49 hst 69. pada 56 hst 116,2. Pada
perlakuan varietas papua salosa rata-rata jumlah daun pada 14 hst 4. pada 21 hst
14 21 28 35 42 49 56Umur Tanaman (hst)
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
5.2 11.646.4
105
214261.4
400.8
4.8 12.828
20.6
70.8
104.4
131.2
5 813
31
43
69
116.2
4 6.816.8
52.6
110.4
208.2
268
Var.Beta2 Var.Beta1Var.Antin2 Var.papua Salosa
Jum
lah
Dau
n
13
6,8. pada 28 hst 16,8. pada 35 hst 52,6. pada 42 hst 110,4. pada 49 hst 208,2. pada
56 hst 268.
4.1.3 Intensitas Serangan PenyakitTabel 4. Hasil Rerata Pengamatan Intensitas Serangan Penyakit (%)
No. Perlakuan Umur Tanaman (hst)14 21 28 35 42 49 56
1 Var.Beta 2 0 0 0 0 0 0 02 Var.Beta 1 0 0 0 0 0 0 03 Var.Antin 2 1 0,6 0,2 0,08 0,06 1,84 5,484 Var.papua Salosa 4,66 1,86 1,62 0,55 0 0,52 0,51
14 21 28 35 42 49 56Umur Tanaman (hst)
0
1
2
3
4
5
6
7
0 0 0 0 0 0 0
10.6
0.2 0.08 0.06
1.84
5.484.66
1.861.62
0.550
0.52
0.51
Var.Beta2 Var.Beta1Var.Antin Var.papua Salosa
Inte
nsita
s Ser
anga
n Pe
nyak
it
Gambar 3. Grafik Persentase Intensitas Serangan Penyakit.
Berdasarkan data di atas varietas Beta2 dan Beta1 tidak ditemukan
penyakit pada tanaman yang diamati. Dan pada varietas antin pada 14 hst 1,pada
21 hst 0,6.n pada 28 hst- 56 hst memiliki kenaikan indeks serangan penyakit. Pada
varietas papua salosa pada 14 hst 4,66 ,pada 21 hst 1,86 dan pada 28 hst 1,62.
Pada 35 hst 0,55. Pada 42 hst tidak ditemukan indeks penyakit da pada 49 hst 0,52
pada 56 hst 0,51. Pada varietas papua salosa mengalami penurunan indeks
serangan penyakit dar 14 hst- 56 hst. Dan pada 42 hst tidak ditemukannya
penyakit.
14
4.1.5 Keragaman Serangga
Tabel 5. Keragaman Serangga di Petak Uji Varietas Beta 2
No. Spesies Gambar Populasi Peran1
Kumbang Kubah Spot M
(Menochillus sexmaculatus) Dokumentasi Pribadi
Literatur
3 Musuh Alami
2
Belalang Hijau(Oxya cinensis)
Dokumentasi Pribadi
Literatur
3 Hama
15
Tabel 6. Keragaman Serangga di Petak Uji Varietas Antin 2
1
Laba – Laba(Lycosa sp.) 4 Musuh
Alami
Tabel 7. Keragaman Serangga di Petak Uji Varietas Papua Salosa
1
Semut(Dolichod erusbitubercul atus)
Literatur
2
Musuh Alami dan Serangga
lain
Dokumentasi Pribadi
Liiteratur.
Dokumentasi Pribadi
16
Tabel 8. Keragaman Serangga di Petak Uji Varietas Beta 1
1
Kumbang Kubah Spot M
(Menochillus sexmaculatus) Dokumentasi Pribadi
Literatur
3 Musuh Alami
17
4.1 PEMBAHASAN
4.2.1 Panjang Tanaman
Pada pengamatan terakhir, 56 hst, panjang sulur pada Ubi Jalar varietas
Beta 2 menunjukkaan nilai 88,56 cm, pada varietas Beta 1 74,4 cm, varietas Antin
2 44,7 cm dan varietas Papua Salosa 163 cm. Hal ini menandakan bahwa
keempat varietas ubi jalar ini sama-sama mengalami peningkatan panjang
tanaman . Tetapi pada varietas Antin 2 pertumbuhannya dinilai sangat kurang.
Kedua varietas Beta, Beta 1 dan Beta 2, panjangnya tidak jauh berbeda.
Sedangkan varietas Papua Salosa adalah varietas yang paling panjang dan dinilai
paling cepat pertumbuhannya. Kesesuaian lahan dan kecukupan unsur hara
seperti pengaruh pemberian pupuk KCl dan SP-36, dalam penelitian Astuti
(2010) pemberian pupuk KCl mempengaruhi pertumbuhan ubi jalar sehingga
pemberian pupuk KCl dapat mempengaruhi pertumbuhan panjang tanaman ubi
jalar.
Menurut Sitompul, et al (1995) bahwa tanaman selama masa hidupnya
atau selama masa tertentu membentuk biomassa yang digunakan untuk
membentuk bagian-bagian tubuhnya. Sehingga ubi jalar dari kedua perlakuan
tersebut memiliki panjang tanaman yang tidak jauh berbeda meskipun
berbeda varietas. Apabila ubi jalar ditanam pada lahan yang sangat subur
maka akan banyak tumbuh daun tetapi hasil umbinya sangat sedikit
(Wargiono, 1980). Derajat kemasaman (pH) tanah yang baik untuk
pertumbuhan ubi jalar berkisar antara 5,5-7,5 (Wargiono, 1980). Menurut
Tsuno (1977) dalam Desmaini (1989) pH tanah optimum untuk pertumbuhan
tanaman ubi jalar adalah 6,1-7,7 akan tetapi ubi jalar masih tahan tumbuh
pada pH tanah yang relatif rendah. Pertumbuhan panjang tanaman ubi jalar
diantaranya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah diuraikan diatas,
sehingga meskipun dengan perlakuan varietas yang berbeda, panjang tanaman
ubi jalar akan tetap mengalami pertumbuhan karena dipengaruhi oleh faktor
biotik dan abiotik pada lahan tersebut.
18
4.2.2. Jumlah Daun Tanaman
Pada pengamatan terakhir, 56 hst, jumlah daun pada Ubi Jalar varietas
Beta2 didapatkan jumlah daun sebanyak 400,8 daun, varietas Beta1 sebanyak
131,2 , pada varietas Antin 2 sebannyak 116,2 daun, dan pada varietas Papua
Salosa berjumlah 268 daun. Daun Ubi Jalar Varietas Beta 2, dan varietas Antin
2 memiliki karakteristik berukuran kecil dan menjari sehingga jumlah daun bisa
lebih banyak dari Ubi Jalar Varietas Beta 1 dan varietas papua salosa yang
memiliki luas daun yang lebih luas dari pada Beta 2 dan Antin 2. Namun pada
varietas Beta 2 dan papua salosa jumlah daun memiliki selisih yang jauh berbeda
dengan Varietas Beta 1 dan Antin 2. hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi
oleh faktor biotik dan abiotik yang ada pada ekosistem lahan tersebut. Perbedaan
jumlah daun pada keempat varietas ini karena pertumbuhan tanaman
dipengaruhi penggunaan pupuk anorganik (kimia) karena akan meningkatkan
populasi mikrooganisme tanah yang berfungsi untuk menyediakan unsur hara
tanah yang siap diserap oleh akar tanaman untuk kebutuhan pertumbuhan
bagian vegetatif tanaman (Supriyanto, 2001). Bagian daun yang banyak akan
menghasilkan fotosintat yang banyak, sehingga hasil dari fotosintat tersebut
akan ditranslokasikan ke bagian umbi pada saat fase inisiasi umbi. Semakin
banyak daun, maka hasil fotosintat yang akan dialirkan ke umbi semakin banyak
dan akan meningkatkan bobot umbi setelah panen. Namun apabila ditanam pada
lahan yang sangat subur akan banyak tumbuh daun tetapi hasil umbinya sangat
sedikit (Wargiono, 1980). Meskipun demikian untuk mengatasi masalah tersebut
dapat dilakukan usaha untuk mengurangi jumlah daun apabila jumlah daun dirasa
sangat banyak agar hasil fotosintat dapat dialirkan ke bagian umbi pada fase
inisiasi umbi.
Menurut Wargiono (1980) varietas ubi jalar yang berdaun labar, semua
daun berfotosintesis secara efektif, hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan
varietas yang berdaun sempit dan menjari. Untuk mendapatkan hasil sesuai
dengan pendapat Wargiono butuh waktu sampai panen untuk dapat mengetahui
hasil dari kedua varietas ubi jalar ini. Perbedaan pendistribusian hasil
fotosintat antar satu tanaman dengan tanaman yang lain, sehingga indikator ini
19
menjadi salah satu penyebab dari perbedaan jumlah daun yang berbeda jauh
antara jumlah daun meskipun dalam satu varietas yang sama.
4.2.4 Intensitas Serangan Penyakit
Berdasarkan pengamatan di lapang, pada komoditas Ubi Jalar Varietas
Beta 2 tidak ditemukan gejala terserang penyakit, namun terdapat tanda-tanda
terserang hama berupa bekas gigitan pada daun yang diserang. Jumlah daun yang
terserang tidak banyak dan masih dikategorikan dalam tingkat serangan yang
ringan karena tidak semua tanaman terdapat tanda-tanda bekas gigitan hama.
Dengan demikian ubi jalar dengan perlakuan varietas dapat diindikasikan tahan
terhadap penyakit, hal ini sesuai pernyataan (Rukmana,. 1997) dimana ada
beberapa faktor yang menyababkan suatu tanaman mudah terserang penyakit.
Salah satu diantaranya adalah varietas yang digunakan tidak sesuai dengan
lingkungannya sehingga varietas tersebut mudah terserang penyakit. Namun, pada
varietas beta 2 tergolong berhasil tidak terkena penyakit pada lingkungan daerah
Ngijo. Biasanya penyakit yang menyerang tanaman ini adalah berupa kudis pada
ubi jalar. Serangan penyakit kudis ini dilaporkan dapat menurunkan hasil sebesar
25% ketika infeksi terjadi pada tanaman berumur dua minggu (Setyono dan Sigit
N 1995). Sehingga perlu dilakukan pencegahan agar ubi jalar tidak terserang
penyakit diantarannya menggunakan bibit ubi jalar dengan varietas unggul dan
tahan terhadap penyakit.
4.2.5 Keragaman Serangga
Keragaman arthropoda pada komoditas ubi jalar antara lain terdapat
belalang hijau (Oxya cinensis) yang berperan sebagai hama, berdasarkan
pengamatan pada keempat varietas terdapat belalang, kumbang spot m, semut,dan
laba-laba yang ditemukan pada komoditas ubi jalar, meskipun berperan sebagai
hama dan musuh alami masih dikatakan di bawah ambang ekonomi dan tidak
merusak ubi jalar dalam skala yang besar. Berdasarkan (Pracaya, 1993), ordo
Orthoptera merupakan hama perusak daun yaitu belalang Oxya sp. Sebagian
anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di
antaranya yang berperan sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo
ini umumnya memiliki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit dari pada
sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina.
20
Sayap belakang membran dan melebar dengan vena-vena yang teratur.
Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. Tipe alat
mulutnya adalah penggigit dan perkembangannya adalah metamorfose sederhana
(paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur-nimfa-
dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan
ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Kumbang Kubah Spot M yang ditemukan
ada 5 ekor dan peran dalam ekosistem berperan sebagai musuh alami, siklus hidup
kumbang ini biasanya meletakkan telur ditanaman di mana ada kutu daun.
Kelompok 50 butir telur atau lebih diletakkan tidak beraturan, pada daun atau
ranting. Larva setiap jenis berwarna berbeda, tapi mirip dengan dewasa. Kumbang
hitam berbintik merah mempunyai larva abu-abu tua dengan tanda merah. Larva
rakus. Ratusan kutu daun dimakan tiap hari. Kepompong menyerupai kumbang
dewasa yang terletak pada tanaman. Kumbang dewasa mudah diketahui: bulat dan
mengkilat seperti helm kecil (Sulistyowati,2008) Metamorfose bertipe sempurna
(holometabola) yang perkembangannya melalui stadia: telur-larva-kepompong
(pupa)-dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe
oligopoda), namun ada beberapa jenis yang tidak berkaki (apoda).
4.2.6 Pembahasan Umum
Secara Umum lahan yang digunakan pada budidaya ubi jalar memiliki
daya serap air yang baik karena memiliki tekstur liat berpasir serta kandungan
bahan organik yang sedang. Lahan yang digunakan sebagai media tanam untuk
pertumbuhan ubi jalar tidak membutuhkan air yang banyak, namun pada fase
pertumbuhan vegetatif ubi jalar membutuhkan air yang cukup untuk membantu
memenuhi kebutuhan air untuk pertumbuhan bagian vegetatif. Dilihat dari
karakteristik tanah tersebut, tanah pada lahan tersebut memiliki drainase yang
baik, tidak sering tergenang air sehingga tanah tersebut tetap memiliki sifat yang
baik untuk pertumbuhan ubi jalar. Permasalahan yang ada pada lahan tersebut
adalah adanya gulma yang selalu ada, sehingga untuk mengatasi permasalah
tersebut perlu dilakukan kegiatan penyiangan secara rutin agar kandungan hara
yang ada dalam tanah tersebut tidak diambil oleh gulma. Guludan yang dibuat
akan mempermudah dalam melakukan perawatan dan air tidak akan menggenangi
tanaman sehingga akar tanaman dapat bernapas dan dapat menyerap unsur hara
21
yang dibutuhkan oleh tanaman yang berasal dari dalam tanah. Tanah yang
memiliki tekstur lempung berpasir memiliki sifat agak teguh, sehingga tanah
resebut memiliki kemungkinan kecil terjadi erosi. Dalam aspek tanah, tanah yang
memiliki drainase yang baik, memilki kandungan bahan organik, memilki
kandungan unsur hara beberapa indikasi bahwa tanah tersebut baik untuk media
tumbuh tanaman. Upaya untuk mencegah erosi dan menjaga kesuburan tanah
dengan menambah bahan organik perlu dilakukan agar tanah menjadi sehat dan
dapat menjadi media tumbuh tanaman.
22
5. KESIMPULAN
Ubi Jalar merupakan komoditas pertanian yang memiliki peluang untuk
bahan pangan lokal pengganti beras. Produktivitas ubi jalar mengalami fluktuasi
karena perbedaan perlakuan dalam hal budidaya. Perbedaan varietas dalam
penggunaan bibit dapat menjadi faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas
ubi jalar.
1. Pada ke empat varietas yang kita amati terdapat hasil bahwa panjang
tanaman pada tanaman ubi jalar terdpat pada varietas pembanding
yaitu varietas papua salosa, pertumbuhanya sangat cepat dibandingkan
varietas yang lainya. Dan pada pengamatan jumlah daun terdapat pada
varietas Beta 2 .
2. Pada tanaman yang terserang penyakit lebih banyak terdapat pada
varietas Antin 2 pada varietas papua salosa hanya ditemukan sedikit ,
dan pada Beta 1 dan Beta 2 tidak ditemukannya penyakit.
3. Pada varietas Beta 2 ditemukannya serangga kumbang kubah spot M,
dan belalang hijau (Oxya cinensis) dan pada varietas lainya ddidapati
berbagai serangga yang berperan sebagai musuh alami seperti semut
hitam, laba-laba namun populasi dari serangga ini tidak terlalu banyak.
23
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia). 2011. Produksi Ubi Jalar Indonesia.
Onggo, T. M. 2008. Perubahan Komposisi Pati dan Gula Dua Jenis Ubi Jalar Cilembu Selama peyimpanan. Fakultas Pertanian UNPAD, Padang
Pracaya, 1993. Hama Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta Hasan, 1984
Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.
Rukmana, Rahmat. 1997. Ubi Jalar : Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta Kanisius.
Setyono, A., Suparyono, Ooy L., dan Sigit N. 1995. Buletin Teknik Sukamandi.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai PenelitianTanaman Padi Subang, Jawa Barat.
Sitompul, M., Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
Sulistyowati, D. D.,dan Suwarto.2008.Pengaruh Generasi Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.). Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, Bogor
Tim Penulis MIG Corp. 2010. Ubi Jalar / Ketela Rambat (Ipomoea batatas). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilm Pengetahuan dan Teknologi MIG Crop.
24
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Pengamatan
20 Oktober 2015 26 Oktober 2015 3 November 2015 24 November 2015
1
2
3
4
5
25
26
Lampiran 2. Panjang Tanaman.
Varietas : Beta 2
Sampel Umur Tanaman (hst)14 21 28 35 42 49 56
1 11 17 23 35 49 56 782 14,2 18 20 25 42 50 1253 13 18,2 22 36 43 50 86,54 15 18 23 40 50 53 855 18 20 25 29 42 48 68,3
Rerata 14,24 18,24 22,6 33 45,2 51,4 88,56
Lampiran 3. Jumlah Daun
Varietas : Beta 2
Sampel Umur Tanaman (hst)14 21 28 35 42 49 56
1 6 13 52 124 205 245 4252 7 11 35 65 180 200 3873 5 13 55 111 210 290 4174 5 15 54 140 285 342 4705 3 6 36 85 190 230 307
Rerata 5,2 11,6 46,5 105 214 261,4 401,1
Lampiran 4. Panjang tanaman
Varietas : Antin 2
Sampel Umur Tanaman (hst)14 21 28 35 42 49 56
1 23 34 43 52 59 72 952 7 15 22,5 29 34 42 1053 7 6,5 7,5 9,5 13 17 284 11,5 17 19,5 27,5 31,5 36 485 11 14 24 22 27 28 58
Rerata 9,2 13,1 22 26,2 30,8 35,3 44,7
27
Lampiran 5. Jumlah daun.
Varietas : Antin 2
Sampel Umur Tanaman (hst)14 21 28 35 42 49 56
1 5 8 17 58 77 137 2932 7 15 24 62 86 124 1573 4 4 9 13 17 27 354 4 9 6 10 15 28 455 3 5 7 12 21 30 51
Rerata 5 8 13 31 43 69 116,2
Lampiran 6. Panjang tanaman.
Varietas : Papua Salosa.
Sampel Umur Tanaman (hst)14 18 24 34 41 48 55
1 23 25 31 66 110 133 1502 26 29 37 56 90 121 1333 22 23,5 40 110 115 185 2014 22,5 24,5 30 67 97 146 1625 22 28 39 75 108 143 169
Rerata 23,1 26 35,4 74,8 104 145,6 163
Lampiran 7. Jumlah daun
Varietas : Papua Salosa.
Sampel Umur Tanaman (hst)14 18 24 34 41 48 55
1 5 8 15 39 84 180 2102 4 6 20 68 149 270 3543 4 6 15 60 142 292 3514 3 6 16 58 76 176 2605 4 8 18 38 101 123 165
Rerata 4 6,8 16,8 52,6 110,4 208,2 268