3. isi - lampiran

39
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan komoditas pertanian penting dan potensial dikembangkan sebagai bahan pangan, bahan baku industri, bahan pakan, dan bahan bioetanol. Pertimbangan ubi jalar sebagai bahan pangan ialah karena mempunyai kandungan karbohidrat tinggi dengan kadar glisemik rendah, sumber vitamin A, sumber unsur hara mikro Zn, Fe, Ca, dan K Selain sebagai sumber karbohidrat, ubijalar (Ipomoea batatas L.) juga mengandung vitamin A, C, dan mineral. Ubi jalar yang daging umbinya berwarna ungu, banyak mengandung anthocyanin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena berfungsi mencegah penyakit kanker. Ubijalar yang daging umbinya berwarna kuning, banyak mengandung vitamin A; beberapa varietas ubijalar mengandung vitamin A setara dengan wortel. Di Indonesia produktivitas ubijalar hanya sekitar 10 ton/ha. Padahal dengan teknik budidaya yang tepat beberapa varietas unggul ubijalar dapat menghasilkan lebih dari 30 ton umbi basah per hektar Produktivitas ubi jalar selain ditentukan oleh sifat genetiknya, juga lingkungan pertumbuhannya yang dapat dimanipulasi melalui tindakan budidaya. Produksi ubi jalar selain dipengaruhi oleh ketersediaan hara dari dalam tanah , juga oleh sifat fisik tanahnya. Tanah yang memiliki sifat fisik dengan aerasi yang

Upload: shobaribrahim

Post on 11-Jul-2016

256 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

asd

TRANSCRIPT

Page 1: 3. Isi - Lampiran

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan komoditas pertanian penting

dan potensial dikembangkan sebagai bahan pangan, bahan baku industri, bahan

pakan, dan bahan bioetanol. Pertimbangan ubi jalar sebagai bahan pangan ialah

karena mempunyai kandungan karbohidrat tinggi dengan kadar glisemik rendah,

sumber vitamin A, sumber unsur hara mikro Zn, Fe, Ca, dan K Selain sebagai

sumber karbohidrat, ubijalar (Ipomoea batatas L.) juga mengandung vitamin A,

C, dan mineral. Ubi jalar yang daging umbinya berwarna ungu, banyak

mengandung anthocyanin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena

berfungsi mencegah penyakit kanker. Ubijalar yang daging umbinya berwarna

kuning, banyak mengandung vitamin A; beberapa varietas ubijalar mengandung

vitamin A setara dengan wortel. Di Indonesia produktivitas ubijalar hanya sekitar

10 ton/ha. Padahal dengan teknik budidaya yang tepat beberapa varietas unggul

ubijalar dapat menghasilkan lebih dari 30 ton umbi basah per hektar

Produktivitas ubi jalar selain ditentukan oleh sifat genetiknya, juga

lingkungan pertumbuhannya yang dapat dimanipulasi melalui tindakan budidaya.

Produksi ubi jalar selain dipengaruhi oleh ketersediaan hara dari dalam tanah ,

juga oleh sifat fisik tanahnya. Tanah yang memiliki sifat fisik dengan aerasi yang

lancar dapat mendorong pembentukan dan pembesaran umbi. Proses

pembentukan ubi memerlukan energy yang dihasilkan dari proses respirasi pada

jaringan stolon yang membentuk umbi.Proses respirasi memerlukan oksigen yang

cukup , dan hanya terjadi pada kondisi aerasi yang lancar. Kondisi ini dapat

diciptakan melalui pengolahan tanah yang benar, sedangkan laju translokasi

fotosintesis ke umbi selain dipengruhi oleh ketersedian energy yang cukup, juga

ketersediaan air sebagai pelarutnya. (Dirjen BPTP, 2002)

Oleh sebab itu, perlu dilakukan percobaan budidaya menggunakan ubi

jalar menggunakan perlakuan varietas yang memiliki keunggulan tahan terhadap

penyakit dan memiliki produktivitas yang tinggi untuk meningkatkan produksi ubi

jalar. Pada praktikum ini perlakuan yang digunakan menggunakan Varietas Beta 2

kemudian mengamati pertumbuhan dari tanaman dan meyusun laporan pada akhir

praktikum untuk mengetahui hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan.

Page 2: 3. Isi - Lampiran

2

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui teknologi yang digunakan untuk memproduksi ubi jalar.

2. Untuk mengetahui perbandingan antara varietas yang dibudidayakan pada

lahan percobaan dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

tanaman.

2.

Page 3: 3. Isi - Lampiran

3

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produksi Tanaman Ubi Jalar Di Indonesia

Produksi tanaman Ubi jalar di Indonesia saat ini masih belum diketahui

secara pasti, namun berdasarkan data dari BPS (2011), Indonesia merupakan

negara penghasil ubi jalar kedua terbesar di dunia setelah Cina, dan memiliki

produksi ubi jalar pada tahun 2011 sebesar 13.305 ton dengan luas areal panen

sebesar 1.300 ha. Kebutuhan ubi jalar yang semakin meningkat sebagai bahan

konsumsi dan bahan baku industri yang memiliki prospek cerah, sehingga

dibutuhkan berbagai upaya untuk meningkatkan produksinya. di Jawa dan

beberapa sentra produksi, ubi jalar umumnya ditanam dilahan sawah irigasi dan

nonirigasi pada musim kemarau setelah panen padi dan lahan tegalan. Penanaman

ubi jalar di lahan tegalan umumnya dilakukan pada awal atau pertengahan musim

hujan. Ubi jalar dipanen pada umur 4 bulan di dataran rendah dan 6 bulan di

dataran tinggi ( Sulistyowati, dan Suwarto, 2008 )

Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-

tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan .Perbanyakan

tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus menerus mempunyai

kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena

itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam

atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan (Tim Penulis MIG Corp, 2010).

Pemilihan kultivar yang ditanam erat hubungannya dengan tujuan

pemanfaatnya. Untuk tujuan makanan pokok dan olahan, diperlukan ubi jalar

yang mempunyai kadar pati tinggi yang umumnya terdapat pada kultivar

yangmempunyai sifat daging umbi kering (dry-fleshed), jenis ubi ini bila

dicampur dengan bahan pangan lain, tidak mempengaruhi rasa bahan campuran

utama,sedang untuk tujuan penganan dipilih yang mempunyai rasa 4 manis dan

umumnya terdapat pada ubi yang berdaging umbi lembek (moistfleshed) (Onggo,

2008)

Page 4: 3. Isi - Lampiran

4

2.2 Botani Tanaman Ubi Jalar

2.2.1 Klasifikasi Tanaman Ubi Jalar

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiosperma

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Convolvulales

Family : Convolvulaceae

Genus : Ipomea

Spesies : (Ipomoea batatas L.) (Rukmana,1997)

2.2.2 Morfologi Tanaman Ubi Jalar

Ubi jalar merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman

semusim (berumur pendek). Tanaman ubi jalar tumbuh menjalar pada permukaan

tanah dengan panjang tanaman dapat mencapai 3 meter.

1. Batang tanaman

Ubi jalar berbatang lunak, tidak berkayu, berbentuk bulat, dan teras bagian

tengah bergabus. Batang ubi jalar beruas ruas dan panjangruas antara 1-3 cm.

Setiap ruas ditumbuhi daun,akar, dan tunas cabang.Panjang batang utama amat

beragam, tergantung varietasnya, yakni berkisar 2-3 m untuk varietas ubi jalar

merambat dan 1-2 m untukvarietas ubi jalar tidak merambat (bertepi tegak).

Diameter batang ubi jalar juga bervariasi, tergantung pada varietasnya, ada yang

berukuran besar,sedang, dan kecil. Varietas ubi jalar merambat umumnyamemiliki

diameter batang berukuran sedang. Sedangkan varietas ubi jalar merambat

umumnya memiliki diameter batang batang berukurankecil. Batang tanaman ubi

jalar ada yang berbulu dan ada yang tidak berbulu. Warna ubi jalar bervariasi

anatara hijau dan ungu (Bambang, 2000).

2. Daun

Daun ubi jalar berbentuk bulat hati, bulat lonjong, dan bulat runcing,

tergantung pada varietasnya. Daun ubi jalar yang berbentuk bulat hati memiliki

tepi daun rata, berlekuk dangkal, atau menjari. Daunubi jalar yang berbentuk

lonjong (oval) memiliki tepi daun rata, berlekuk dangkal, atau berlekuk

Page 5: 3. Isi - Lampiran

5

dalam. Sedangkan daun ubi jalar yang berbentuk bulat runcing memiliki tepi daun

rata, berlekuk dangkal atau berlekuk dalam (Bambang, 2000).

3. Bunga

Bunga tanaman ubi jalar berbentuk terompet yang panjangnya antara 3-5

cm dan lebar bagian ujung antara 3-4 cm.Mahkota bunga berwarna ungu keputih

putihan dan bagian dalam mahkota bunga (pangkal sampai ujung) berwarna ungu

muda.Kepala putik melekat pada bagian ujung tangkai putik.Tangkai putik dan

kepala putik terletak diatas bakal buah (Bambang, 2000).

4. Buah

Buah ubi jalar berkotak tiga. Buah akan tumbuh setelah terjadinya

penyerbukan. Satu bulan setelah penyerbukan, buah ubi jalar sudah mask.

Didalam buah banyak berisi biji yang sangatringan. Biji buah memiliki kulit yang

keras. Biji-biji tersebut dapatdigunakan untuk perbanyakan atau pembiakan

tanman secara generatif untuk mengahsilkan varietas ubi jalar yang baru.

(Bambang, 2000).

2.3 Teknik Budidaya Tanaman

1. Pembibitan

Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan

secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara

generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.

Berikut ini adalah teknik dalam pembibitan menurut Rukmana (1997),

teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan stek

batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang

harus memenuhi syarat, Bibit berasal dari varietas atau klon unggul. Bahan

tanaman berumur 2 bulan atau lebih Pertumbuhan tanaman yang akan diambil

steknya dalam keadaan sehat, normal, tidak terlalu subur, Ukuran panjang stek

batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya

tidak berakar, Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7

hari. Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-

tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan

tanaman dengan stek batang atau 10 stek pucuk secara terus-menerus mempunyai

kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena

Page 6: 3. Isi - Lampiran

6

itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam

atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.

2. Penyiapan Bibit

Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi

dengan cara, Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih,

keadaan pertumbuhannya sehat dan normal Potong batang tanaman untuk

dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan

pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari, Kumpulkan stek pada suatu

tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan

yang berlebihan, Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan

di tempat yang teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.

2.4 Pengaruh Varietas Pada Tanaman Ubi jalar

Pada Varietas yang sudah diamati terdapat beberapa varietas yang ada

pada lahan percobaan seperti varietas Beta 2, Beta 1, dan papua salosa. Pada

varietas beta 1 adanya perbedaan tehadap pertumbuhan varietas satu dengan yang

lainya pada ubi jalar varietas satu ini daun pada tanaman tersebut lebih lebar dan

tanamannya lebih panjang ,pada varietas beta 2 daun lebih berbentuk oval dan

pertumbuhannya panjang tanamannya sangat signifikan bisa mencapai 40-50 cm

pada umur 35 hst. Pada varietas salosa yang ada di lahan percobaan tanaman ubi

jalar tersebut tidak begitu berkembang baik mungkin di karenakan faktor –faktor

yang mempengaruhi pertumbuhannya.

Page 7: 3. Isi - Lampiran

7

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada bulan September-Desember mulai Pukul

13.20-selesai dan praktikum ini dilaksanakan setiap minggu hingga panen.

Tempat pelaksanaan praktikum dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian,

Universitas Brawijaya di Desa Kepuharjo, Dusun Ngijo, Kecamatan Karangploso,

Kabupaten Malang.

Tabel 1. Kegiatan yang Telah Dilakukan Dilapang

Tanggal Tempat Kegiatan

29 September 2015 Ngijo, Karangploso Pengolahan Lahan

6 Oktober 2015 Ngijo, Karangploso Penanaman

13 Oktober 2015 Ngijo, Karangploso Pemupukan

20 Oktober 2015 Ngijo, KarangplosoPenyulaman, Pemupukan dan

pengamatan

26 Oktober 2015 Ngijo, Karangploso Pengamatan

03 November 2015 Ngijo, Karangploso Pengamatan

10 November 2015 Ngijo, Karangploso Pengamatan

17 November 2015 Ngijo, Karangploso Pengamatan dan Perawatan

24 November 2015 Ngijo, Karangploso Pengamatan dan Perawatan

01 Desember 2015 Ngijo, Karangploso Pengamatan dan Perawatan

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul berfungsi untuk

menggemburkan dan mengolah tanah, tugal berfungsi untuk membuat lubang

untuk pemberian pupuk, cangkil berfungsi untuk menyiangi gulma dan meratakan

tanah, gembor berfungsi untuk menyiram tanaman, penggaris/meteran untuk

melakukan pengamatan parameter panjang tanaman, kamera untuk dokumentasi

tanaman selama praktikum dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan . Bahan

yang digunakan dalam praktikum ini yaitu benih Ubi jalar varietas Beta 2 sebagai

objek, air dan pupuk Urea, SP36 dan KCl sebagai tambahan kebutuhan unsur bagi

tanaman.

Page 8: 3. Isi - Lampiran

8

3.3. Cara Kerja

3.3.1 Persiapan lahan

Persiapan lahan dimulai dengan menyiapkan peralatan seperti cangkul,

rafia, meteran, rafia, pupuk kandang, dan air. Setelah itu ukur lahan untuk

membuat bedengan dan bersihkan lahan yang telah diukur dari gulma yang ada.

Kemudian gemburkan tanah dan campurkan pupuk kandang hingga merata, jika

tanah sulit untuk digemburkan dapat diberi air secukupnya untuk mempermudah

penggemburan. Setelah itu buat guludan dengan membagi bedengan menjadi dua

kemudan tandai jarak tanam menggunakan rafia.

3.3.2 Penanaman

Penanaman dilakukan ketika lahan telah siap, kemudian buat lubang

tanam dengan kedalaman ± 5 cm sesuai dengan jarak tanam 50×50 yang telah

dibuat sebelumnya, kemudian tanam bibit Ubi Jalar dengan ketentuan

satu bibit tiap lubang tanam

3.3.3 Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan cara menghitung kebutuhan pupuk tiap

tanaman, dengan ketentuan KCl 5 g tanaman dan SP-36 3 g tanaman, kemudian

menimbang pupuk sesuai jumlah tanaman yang ditanam, setelah itu buat lubang

dengan jarak ± 5 cm dari tanaman tanaman dengan kedalaman ±5 cm

kemudian masukkan pupuk kedalam lubang lalu tutup lubang dengan tanah

kembali agar pupuk tidak menguap.

3.3.4 Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan langkah meyiapkan gembor atau ember ,

kemudian ambil air menggunakan gembor atau ember dan siramkan air ke semua

tanaman hingga merata dan sesuai dengan kebutuhan tanaman.

3.3.5 Penyiangan gulma

Penyiangan gulma dilakukan menggunakan cangkil kemudian siangi

gulma sampai ke akarnya, agar gulma tidak tumbuh lagi. Lakukan penyiangan

secara rutin pada fase awal pertumbuhan.

Page 9: 3. Isi - Lampiran

9

3.4 Parameter Pengamatan

Parameter yang digunakan pada pengamatan ubi jalar adalah sebagai berikut :

1. Panjang Tanaman

Pada pengamatan panjang tanaman kita mengukur panjang tanamannya

mulai dari permukaan tanah hingga ke ujung tanaman. Ini bertujuan agar

mengetahui perkembangan panjang tanaman dari tiap minggu pengamatan

2. Jumlah Daun

Pada pengamatan jumlah daun kita menghitung jumlah daun yang udah

membuka atau lebarnya dinilai sempurna. Ini bertujuan agar mengetahui

perkembangan banyaknya daun yang tumbuh pada tanaman ubi jalar.

3. Jumlah Bunga

Pada pengamatan jumlah bunga dan jumlah bunga, pengamatan ini

dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 42 hst setelah tanam. Parameter

yang diamati pada pengamatan jumlah bunga dan buah ini adalah menghitung

banyaknya bunga dan buah yang timbul setelah 42 hst pengamatan

4. Jumlah Buah

Pada pengamatan jumlah buah (umbi) pengamatan ini dilakukan pada saat

tanaman sudah di panen.

Page 10: 3. Isi - Lampiran

10

3.5 Data Denah Praktikum

Pada tanaman Ubi Jalar pada lahan AC2 memiliki luas lahan 2,5 m x 5 m ber

jarak tanam 50 cm x 50 cm, dengan denah sebagai berikut.

Keterangan:

: Tanaman 1

: Tanaman 2

: Tanaman 3

: Tanaman 4

: Tanaman 5

5 m

2,5 m

25 cm

50 cm

25 cm

50 cm

Page 11: 3. Isi - Lampiran

11

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Panjang Tanaman

Tabel 2. Rerata Panjang Tanaman (cm)

No. Perlakuan Umur Tanaman (hst)14 21 28 35 42 49 56

1 Var.Beta 2 14,24 18,24 22,6 33 45,2 51,4 88,562 Var.Beta 1 17 19 29 24,2 48,8 69,2 74,43 Var.Antin 2 9,2 13,1 22 26,2 30,8 35,3 44,74 Var.papua Salosa 23,1 26 35,4 74,8 104 145,6 163

14 21 28 35 42 49 56Umur Tanaman (hst)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

14.24 18.24 22.6 3345.2 51.4

88.56

17 1929 24.2

48.869.2

74.4

9.2 13.122 26.2

30.835.3

44.7

23.1 26

35.4

74.8

104

145.6

163

Var.Beta2 Var.Beta1 Var.Antin2 Var.papua Salosa

Panj

ang

Tana

man

Gambar 1. Grafik Rerata Panjang Tanaman

Berdasarkan rata – rata panjang tanaman Ubi jalar di atas, varietas beta2

rata-rata panjang tanaman pada 14 hst 14,24 cm, pada 21 hst 18,24 cm, pada 28

hst 22,6 cm, pada 35 hst 33 cm, pada 42 hst 45,2 cm, pada 49 hst 51,4 cm, pada

56 hst 88,56 cm. Pada perlakuan varietas Beta1 rata-rata panjang tanaman pada 14

hst 17 cm, pada 21 hst 19 cm, pada 28 hst 29 cm, pada 35 hst 24,2 cm, pada 42 hst

48,8 cm, pada 49 hst 69,2 cm, pada 56 hst 74,4 cm. Pada perlakuan varietas antin2

rata-rata panjang tanaman pada 14 hst 9,2 cm, pada 21 hst 13,1 cm, pada 28 hst 22

cm, pada 35 hst 26,2 cm, pada 42 hst 30,8 cm, pada 49 hst 35,3 cm, pada 56 hst

44,7 cm. Pada perlakuan varietas papua salosa rata-rata panjang tanaman pada 14

Page 12: 3. Isi - Lampiran

12

hst 23,1 cm, pada 21 hst 26 cm, pada 28 hst 35,4 cm, pada 35 hst 74,8 cm, pada

42 hst 104 cm, pada 49 hst 145,6 cm, pada 56 hst 163 cm.

4.1.2 Jumlah DaunTabel 3. Hasil Rerata pengamatan Jumlah Daun (Helai).

No. PerlakuanUmur Tanaman (hst)

14 21 28 35 42 49 561 Var.Beta 2 5,2 11,6 46,4 105 214 261,4 400,82 Var.Beta 1 4,8 12,8 28 20,6 70,8 104,4 131,23 Var.Antin 2 5 8 13 31 43 69 116,24 Var.papua Salosa 4 6,8 16,8 52,6 110,4 208,2 268

Gambar 2. Grafik Rerata Jumlah Daun

Berdasarkan rata – rata Jumlah Daun Ubi jalar di atas, varietas beta2 rata-

rata jumlah daun pada 14 hst 5,3. pada 21 hst 11,6. pada 28 hst 46,4. pada 35 hst

105. pada 42 hst 214. pada 49 hst 261,4. pada 56 hst 400,8. Pada perlakuan

varietas Beta1 rata-rata jumlah daun pada 14 hst 4,8. pada 21 hst 12,8. pada 28 hst

28. pada 35 hst 20,6. pada 42 hst 70,8. pada 49 hst 104,4. pada 56 hst 131,2. Pada

perlakuan varietas antin2 rata-rata jumlah daun pada 14 hst 5. pada 21 hst 8. pada

28 hst 13. pada 35 hst 31. pada 42 hst 43. pada 49 hst 69. pada 56 hst 116,2. Pada

perlakuan varietas papua salosa rata-rata jumlah daun pada 14 hst 4. pada 21 hst

14 21 28 35 42 49 56Umur Tanaman (hst)

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

5.2 11.646.4

105

214261.4

400.8

4.8 12.828

20.6

70.8

104.4

131.2

5 813

31

43

69

116.2

4 6.816.8

52.6

110.4

208.2

268

Var.Beta2 Var.Beta1Var.Antin2 Var.papua Salosa

Jum

lah

Dau

n

Page 13: 3. Isi - Lampiran

13

6,8. pada 28 hst 16,8. pada 35 hst 52,6. pada 42 hst 110,4. pada 49 hst 208,2. pada

56 hst 268.

4.1.3 Intensitas Serangan PenyakitTabel 4. Hasil Rerata Pengamatan Intensitas Serangan Penyakit (%)

No. Perlakuan Umur Tanaman (hst)14 21 28 35 42 49 56

1 Var.Beta 2 0 0 0 0 0 0 02 Var.Beta 1 0 0 0 0 0 0 03 Var.Antin 2 1 0,6 0,2 0,08 0,06 1,84 5,484 Var.papua Salosa 4,66 1,86 1,62 0,55 0 0,52 0,51

14 21 28 35 42 49 56Umur Tanaman (hst)

0

1

2

3

4

5

6

7

0 0 0 0 0 0 0

10.6

0.2 0.08 0.06

1.84

5.484.66

1.861.62

0.550

0.52

0.51

Var.Beta2 Var.Beta1Var.Antin Var.papua Salosa

Inte

nsita

s Ser

anga

n Pe

nyak

it

Gambar 3. Grafik Persentase Intensitas Serangan Penyakit.

Berdasarkan data di atas varietas Beta2 dan Beta1 tidak ditemukan

penyakit pada tanaman yang diamati. Dan pada varietas antin pada 14 hst 1,pada

21 hst 0,6.n pada 28 hst- 56 hst memiliki kenaikan indeks serangan penyakit. Pada

varietas papua salosa pada 14 hst 4,66 ,pada 21 hst 1,86 dan pada 28 hst 1,62.

Pada 35 hst 0,55. Pada 42 hst tidak ditemukan indeks penyakit da pada 49 hst 0,52

pada 56 hst 0,51. Pada varietas papua salosa mengalami penurunan indeks

serangan penyakit dar 14 hst- 56 hst. Dan pada 42 hst tidak ditemukannya

penyakit.

Page 14: 3. Isi - Lampiran

14

4.1.5 Keragaman Serangga

Tabel 5. Keragaman Serangga di Petak Uji Varietas Beta 2

No. Spesies Gambar Populasi Peran1

Kumbang Kubah Spot M

(Menochillus sexmaculatus) Dokumentasi Pribadi

Literatur

3 Musuh Alami

2

Belalang Hijau(Oxya cinensis)

Dokumentasi Pribadi

Literatur

3 Hama

Page 15: 3. Isi - Lampiran

15

Tabel 6. Keragaman Serangga di Petak Uji Varietas Antin 2

1

Laba – Laba(Lycosa sp.) 4 Musuh

Alami

Tabel 7. Keragaman Serangga di Petak Uji Varietas Papua Salosa

1

Semut(Dolichod erusbitubercul atus)

Literatur

2

Musuh Alami dan Serangga

lain

Dokumentasi Pribadi

Liiteratur.

Dokumentasi Pribadi

Page 16: 3. Isi - Lampiran

16

Tabel 8. Keragaman Serangga di Petak Uji Varietas Beta 1

1

Kumbang Kubah Spot M

(Menochillus sexmaculatus) Dokumentasi Pribadi

Literatur

3 Musuh Alami

Page 17: 3. Isi - Lampiran

17

4.1 PEMBAHASAN

4.2.1 Panjang Tanaman

Pada pengamatan terakhir, 56 hst, panjang sulur pada Ubi Jalar varietas

Beta 2 menunjukkaan nilai 88,56 cm, pada varietas Beta 1 74,4 cm, varietas Antin

2 44,7 cm dan varietas Papua Salosa 163 cm. Hal ini menandakan bahwa

keempat varietas ubi jalar ini sama-sama mengalami peningkatan panjang

tanaman . Tetapi pada varietas Antin 2 pertumbuhannya dinilai sangat kurang.

Kedua varietas Beta, Beta 1 dan Beta 2, panjangnya tidak jauh berbeda.

Sedangkan varietas Papua Salosa adalah varietas yang paling panjang dan dinilai

paling cepat pertumbuhannya. Kesesuaian lahan dan kecukupan unsur hara

seperti pengaruh pemberian pupuk KCl dan SP-36, dalam penelitian Astuti

(2010) pemberian pupuk KCl mempengaruhi pertumbuhan ubi jalar sehingga

pemberian pupuk KCl dapat mempengaruhi pertumbuhan panjang tanaman ubi

jalar.

Menurut Sitompul, et al (1995) bahwa tanaman selama masa hidupnya

atau selama masa tertentu membentuk biomassa yang digunakan untuk

membentuk bagian-bagian tubuhnya. Sehingga ubi jalar dari kedua perlakuan

tersebut memiliki panjang tanaman yang tidak jauh berbeda meskipun

berbeda varietas. Apabila ubi jalar ditanam pada lahan yang sangat subur

maka akan banyak tumbuh daun tetapi hasil umbinya sangat sedikit

(Wargiono, 1980). Derajat kemasaman (pH) tanah yang baik untuk

pertumbuhan ubi jalar berkisar antara 5,5-7,5 (Wargiono, 1980). Menurut

Tsuno (1977) dalam Desmaini (1989) pH tanah optimum untuk pertumbuhan

tanaman ubi jalar adalah 6,1-7,7 akan tetapi ubi jalar masih tahan tumbuh

pada pH tanah yang relatif rendah. Pertumbuhan panjang tanaman ubi jalar

diantaranya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah diuraikan diatas,

sehingga meskipun dengan perlakuan varietas yang berbeda, panjang tanaman

ubi jalar akan tetap mengalami pertumbuhan karena dipengaruhi oleh faktor

biotik dan abiotik pada lahan tersebut.

Page 18: 3. Isi - Lampiran

18

4.2.2. Jumlah Daun Tanaman

Pada pengamatan terakhir, 56 hst, jumlah daun pada Ubi Jalar varietas

Beta2 didapatkan jumlah daun sebanyak 400,8 daun, varietas Beta1 sebanyak

131,2 , pada varietas Antin 2 sebannyak 116,2 daun, dan pada varietas Papua

Salosa berjumlah 268 daun. Daun Ubi Jalar Varietas Beta 2, dan varietas Antin

2 memiliki karakteristik berukuran kecil dan menjari sehingga jumlah daun bisa

lebih banyak dari Ubi Jalar Varietas Beta 1 dan varietas papua salosa yang

memiliki luas daun yang lebih luas dari pada Beta 2 dan Antin 2. Namun pada

varietas Beta 2 dan papua salosa jumlah daun memiliki selisih yang jauh berbeda

dengan Varietas Beta 1 dan Antin 2. hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi

oleh faktor biotik dan abiotik yang ada pada ekosistem lahan tersebut. Perbedaan

jumlah daun pada keempat varietas ini karena pertumbuhan tanaman

dipengaruhi penggunaan pupuk anorganik (kimia) karena akan meningkatkan

populasi mikrooganisme tanah yang berfungsi untuk menyediakan unsur hara

tanah yang siap diserap oleh akar tanaman untuk kebutuhan pertumbuhan

bagian vegetatif tanaman (Supriyanto, 2001). Bagian daun yang banyak akan

menghasilkan fotosintat yang banyak, sehingga hasil dari fotosintat tersebut

akan ditranslokasikan ke bagian umbi pada saat fase inisiasi umbi. Semakin

banyak daun, maka hasil fotosintat yang akan dialirkan ke umbi semakin banyak

dan akan meningkatkan bobot umbi setelah panen. Namun apabila ditanam pada

lahan yang sangat subur akan banyak tumbuh daun tetapi hasil umbinya sangat

sedikit (Wargiono, 1980). Meskipun demikian untuk mengatasi masalah tersebut

dapat dilakukan usaha untuk mengurangi jumlah daun apabila jumlah daun dirasa

sangat banyak agar hasil fotosintat dapat dialirkan ke bagian umbi pada fase

inisiasi umbi.

Menurut Wargiono (1980) varietas ubi jalar yang berdaun labar, semua

daun berfotosintesis secara efektif, hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan

varietas yang berdaun sempit dan menjari. Untuk mendapatkan hasil sesuai

dengan pendapat Wargiono butuh waktu sampai panen untuk dapat mengetahui

hasil dari kedua varietas ubi jalar ini. Perbedaan pendistribusian hasil

fotosintat antar satu tanaman dengan tanaman yang lain, sehingga indikator ini

Page 19: 3. Isi - Lampiran

19

menjadi salah satu penyebab dari perbedaan jumlah daun yang berbeda jauh

antara jumlah daun meskipun dalam satu varietas yang sama.

4.2.4 Intensitas Serangan Penyakit

Berdasarkan pengamatan di lapang, pada komoditas Ubi Jalar Varietas

Beta 2 tidak ditemukan gejala terserang penyakit, namun terdapat tanda-tanda

terserang hama berupa bekas gigitan pada daun yang diserang. Jumlah daun yang

terserang tidak banyak dan masih dikategorikan dalam tingkat serangan yang

ringan karena tidak semua tanaman terdapat tanda-tanda bekas gigitan hama.

Dengan demikian ubi jalar dengan perlakuan varietas dapat diindikasikan tahan

terhadap penyakit, hal ini sesuai pernyataan (Rukmana,. 1997) dimana ada

beberapa faktor yang menyababkan suatu tanaman mudah terserang penyakit.

Salah satu diantaranya adalah varietas yang digunakan tidak sesuai dengan

lingkungannya sehingga varietas tersebut mudah terserang penyakit. Namun, pada

varietas beta 2 tergolong berhasil tidak terkena penyakit pada lingkungan daerah

Ngijo. Biasanya penyakit yang menyerang tanaman ini adalah berupa kudis pada

ubi jalar. Serangan penyakit kudis ini dilaporkan dapat menurunkan hasil sebesar

25% ketika infeksi terjadi pada tanaman berumur dua minggu (Setyono dan Sigit

N 1995). Sehingga perlu dilakukan pencegahan agar ubi jalar tidak terserang

penyakit diantarannya menggunakan bibit ubi jalar dengan varietas unggul dan

tahan terhadap penyakit.

4.2.5 Keragaman Serangga

Keragaman arthropoda pada komoditas ubi jalar antara lain terdapat

belalang hijau (Oxya cinensis) yang berperan sebagai hama, berdasarkan

pengamatan pada keempat varietas terdapat belalang, kumbang spot m, semut,dan

laba-laba yang ditemukan pada komoditas ubi jalar, meskipun berperan sebagai

hama dan musuh alami masih dikatakan di bawah ambang ekonomi dan tidak

merusak ubi jalar dalam skala yang besar. Berdasarkan (Pracaya, 1993), ordo

Orthoptera merupakan hama perusak daun yaitu belalang Oxya sp. Sebagian

anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di

antaranya yang berperan sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo

ini umumnya memiliki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit dari pada

sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina.

Page 20: 3. Isi - Lampiran

20

Sayap belakang membran dan melebar dengan vena-vena yang teratur.

Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. Tipe alat

mulutnya adalah penggigit dan perkembangannya adalah metamorfose sederhana

(paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur-nimfa-

dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan

ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Kumbang Kubah Spot M yang ditemukan

ada 5 ekor dan peran dalam ekosistem berperan sebagai musuh alami, siklus hidup

kumbang ini biasanya meletakkan telur ditanaman di mana ada kutu daun.

Kelompok 50 butir telur atau lebih diletakkan tidak beraturan, pada daun atau

ranting. Larva setiap jenis berwarna berbeda, tapi mirip dengan dewasa. Kumbang

hitam berbintik merah mempunyai larva abu-abu tua dengan tanda merah. Larva

rakus. Ratusan kutu daun dimakan tiap hari. Kepompong menyerupai kumbang

dewasa yang terletak pada tanaman. Kumbang dewasa mudah diketahui: bulat dan

mengkilat seperti helm kecil (Sulistyowati,2008) Metamorfose bertipe sempurna

(holometabola) yang perkembangannya melalui stadia: telur-larva-kepompong

(pupa)-dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe

oligopoda), namun ada beberapa jenis yang tidak berkaki (apoda).

4.2.6 Pembahasan Umum

Secara Umum lahan yang digunakan pada budidaya ubi jalar memiliki

daya serap air yang baik karena memiliki tekstur liat berpasir serta kandungan

bahan organik yang sedang. Lahan yang digunakan sebagai media tanam untuk

pertumbuhan ubi jalar tidak membutuhkan air yang banyak, namun pada fase

pertumbuhan vegetatif ubi jalar membutuhkan air yang cukup untuk membantu

memenuhi kebutuhan air untuk pertumbuhan bagian vegetatif. Dilihat dari

karakteristik tanah tersebut, tanah pada lahan tersebut memiliki drainase yang

baik, tidak sering tergenang air sehingga tanah tersebut tetap memiliki sifat yang

baik untuk pertumbuhan ubi jalar. Permasalahan yang ada pada lahan tersebut

adalah adanya gulma yang selalu ada, sehingga untuk mengatasi permasalah

tersebut perlu dilakukan kegiatan penyiangan secara rutin agar kandungan hara

yang ada dalam tanah tersebut tidak diambil oleh gulma. Guludan yang dibuat

akan mempermudah dalam melakukan perawatan dan air tidak akan menggenangi

tanaman sehingga akar tanaman dapat bernapas dan dapat menyerap unsur hara

Page 21: 3. Isi - Lampiran

21

yang dibutuhkan oleh tanaman yang berasal dari dalam tanah. Tanah yang

memiliki tekstur lempung berpasir memiliki sifat agak teguh, sehingga tanah

resebut memiliki kemungkinan kecil terjadi erosi. Dalam aspek tanah, tanah yang

memiliki drainase yang baik, memilki kandungan bahan organik, memilki

kandungan unsur hara beberapa indikasi bahwa tanah tersebut baik untuk media

tumbuh tanaman. Upaya untuk mencegah erosi dan menjaga kesuburan tanah

dengan menambah bahan organik perlu dilakukan agar tanah menjadi sehat dan

dapat menjadi media tumbuh tanaman.

Page 22: 3. Isi - Lampiran

22

5. KESIMPULAN

Ubi Jalar merupakan komoditas pertanian yang memiliki peluang untuk

bahan pangan lokal pengganti beras. Produktivitas ubi jalar mengalami fluktuasi

karena perbedaan perlakuan dalam hal budidaya. Perbedaan varietas dalam

penggunaan bibit dapat menjadi faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas

ubi jalar.

1. Pada ke empat varietas yang kita amati terdapat hasil bahwa panjang

tanaman pada tanaman ubi jalar terdpat pada varietas pembanding

yaitu varietas papua salosa, pertumbuhanya sangat cepat dibandingkan

varietas yang lainya. Dan pada pengamatan jumlah daun terdapat pada

varietas Beta 2 .

2. Pada tanaman yang terserang penyakit lebih banyak terdapat pada

varietas Antin 2 pada varietas papua salosa hanya ditemukan sedikit ,

dan pada Beta 1 dan Beta 2 tidak ditemukannya penyakit.

3. Pada varietas Beta 2 ditemukannya serangga kumbang kubah spot M,

dan belalang hijau (Oxya cinensis) dan pada varietas lainya ddidapati

berbagai serangga yang berperan sebagai musuh alami seperti semut

hitam, laba-laba namun populasi dari serangga ini tidak terlalu banyak.

Page 23: 3. Isi - Lampiran

23

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia). 2011. Produksi Ubi Jalar Indonesia.

Onggo, T. M. 2008. Perubahan Komposisi Pati dan Gula Dua Jenis Ubi Jalar Cilembu Selama peyimpanan. Fakultas Pertanian UNPAD, Padang

Pracaya, 1993. Hama Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta Hasan, 1984

Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.

Rukmana, Rahmat. 1997. Ubi Jalar : Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta Kanisius.

Setyono, A., Suparyono, Ooy L., dan Sigit N. 1995. Buletin Teknik Sukamandi.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai PenelitianTanaman Padi Subang, Jawa Barat.

Sitompul, M., Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.

Sulistyowati, D. D.,dan Suwarto.2008.Pengaruh Generasi Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.). Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, Bogor

Tim Penulis MIG Corp. 2010. Ubi Jalar / Ketela Rambat (Ipomoea batatas). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilm Pengetahuan dan Teknologi MIG Crop.

Page 24: 3. Isi - Lampiran

24

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Pengamatan

20 Oktober 2015 26 Oktober 2015 3 November 2015 24 November 2015

1

2

3

4

5

Page 25: 3. Isi - Lampiran

25

Page 26: 3. Isi - Lampiran

26

Lampiran 2. Panjang Tanaman.

Varietas : Beta 2

Sampel Umur Tanaman (hst)14 21 28 35 42 49 56

1 11 17 23 35 49 56 782 14,2 18 20 25 42 50 1253 13 18,2 22 36 43 50 86,54 15 18 23 40 50 53 855 18 20 25 29 42 48 68,3

Rerata 14,24 18,24 22,6 33 45,2 51,4 88,56

Lampiran 3. Jumlah Daun

Varietas : Beta 2

Sampel Umur Tanaman (hst)14 21 28 35 42 49 56

1 6 13 52 124 205 245 4252 7 11 35 65 180 200 3873 5 13 55 111 210 290 4174 5 15 54 140 285 342 4705 3 6 36 85 190 230 307

Rerata 5,2 11,6 46,5 105 214 261,4 401,1

Lampiran 4. Panjang tanaman

Varietas : Antin 2

Sampel Umur Tanaman (hst)14 21 28 35 42 49 56

1 23 34 43 52 59 72 952 7 15 22,5 29 34 42 1053 7 6,5 7,5 9,5 13 17 284 11,5 17 19,5 27,5 31,5 36 485 11 14 24 22 27 28 58

Rerata 9,2 13,1 22 26,2 30,8 35,3 44,7

Page 27: 3. Isi - Lampiran

27

Lampiran 5. Jumlah daun.

Varietas : Antin 2

Sampel Umur Tanaman (hst)14 21 28 35 42 49 56

1 5 8 17 58 77 137 2932 7 15 24 62 86 124 1573 4 4 9 13 17 27 354 4 9 6 10 15 28 455 3 5 7 12 21 30 51

Rerata 5 8 13 31 43 69 116,2

Lampiran 6. Panjang tanaman.

Varietas : Papua Salosa.

Sampel Umur Tanaman (hst)14 18 24 34 41 48 55

1 23 25 31 66 110 133 1502 26 29 37 56 90 121 1333 22 23,5 40 110 115 185 2014 22,5 24,5 30 67 97 146 1625 22 28 39 75 108 143 169

Rerata 23,1 26 35,4 74,8 104 145,6 163

Lampiran 7. Jumlah daun

Varietas : Papua Salosa.

Sampel Umur Tanaman (hst)14 18 24 34 41 48 55

1 5 8 15 39 84 180 2102 4 6 20 68 149 270 3543 4 6 15 60 142 292 3514 3 6 16 58 76 176 2605 4 8 18 38 101 123 165

Rerata 4 6,8 16,8 52,6 110,4 208,2 268