Download - 264725625 LP Aritmia Jantung
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Konsep Dasar
1.1.1. Definisi
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan
pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi
elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999; 203).
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.
Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994; 123).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi
(Hanafi, 1996; 56).
1.1.2. Anatomi dan Fisiologi
1.1.2.1 Anatomi Jantung
Jantung merupakan organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh
susunan saraf otonom).
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul
(pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah
agak ryncing yang disebut apeks kordis. Letak jantung didalam
rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah
kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diagfragma, dan
pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kostae V dan VI dua
jari dibawah papila mamae. Pada tempaat ini, teraba adanya
denyutan jantung yang disebut iktus kordis.
Otot jantung terdiri dari 3 tipe yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan
serat otot khusus pengantar rangsangan, sebagai pencetus
rangsangan. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan
cara yang sama seperti otot rangka dengan kontraksi otot yang
lebih lama. Sedangkan serat khusus penghantar dan pencetus
rangsangan berkontraksi dengan lemah sekali sebab serat-serat ini
hanya mengandung sedikit serat kontraktif malahan serat ini
menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi sehingga
serat ini bekerja sebagai suatu sistem pencetus rangsangan bagi
jantung. Pada tiap siklus jantung terjadi sistole dan diastole secara
berurutan dan teratur dengan adanya katup jantung yang terbuka
dan tertutup. Pada saat itu jantung dapat bekerja sebagai suatu
pompa sehingga darah dapat beredar keseluruh tubuh.
Selama satu siklus kerja jantung terjadi perubahan tekanan di
dalam rongga jantung sehingga terdapat perbedaan tekanan.
Perbedaan ini menyebabkan darah mengalir dari rongga yang
tekanannya lebih tinggi ketekanan yang lebih rendah.
1.1.2.1 Fisiologi Jantung
Fungsi atrium sebagai pompa, dalam keadaan normal darah
mengalir terus dari vena-vena besar kedalam atrium. Kira-kira
70% aliran ini langsung mengalir dari atrium ke ventrikel
walaupun atrium belum berkontraksi. Kemudian kontraksi atrium
mengadakan pengisian tambahan 30% karena atrium berfungsi
hanya sebagai primer yang meningkatkan ke efektifan ventrikel.
Jantung terus dapat bekerja dengan sangat memuaskan dalam
keadaan istirahat normal.
Fungsi ventrikel sebagai pompa
1 . Pengisian ventrikel
Selama sistol ventrikel, sejumlah darah tertimbun dalam atrium
karena katup atrium ke ventrikel tertutup. Tepat setelah
sistoloik berakhir tekanan ventrikel turun kembali sampai ke
tekanan diastolik yang rendah. Tekanan pada atrium yang
tinggi dengan segera mendorong katup antara antrium dan
ventrikel membuka dan memungkinkan darah mengalir dengan
cepat ke dalam ventrikel. Ini dinamakan periode pengisian
cepat ventrikel.
Periode pengisian berlangsung kira-kira 1/3 pertama diastolik.
Selama 1/3 tengah diastolik darah sedikit mengalir ke
ventrikel, ini adalah darah yang terus masuk ke dalam atrium
dari vena-vena dabn berjalan melalui atrium langsung ke
ventrikel.
2 . Pengosongan ventrikel selama sistole
Bila kontraksi ventrikel mulai, tekanan ventrikel meningkat
dengan cepat yang menyebabkan katup atrium dan ventrikel
menutup. Di perlukan penambahan oksigen – 0,03 dertik bagi
ventrikel untuk meningkatkan tekanan yang cukup untuk
mendorong katup semilunaris (aorta dan pulmonalis) membuka
melawan tekanan dalam aorta dan arteri pulmonalis. Selama
periode ini terjadi kontraksi pada ventrikel tetapi tidak terjadi
pengosongan. Periode dinamakan periode kontraksi istemik
(isovolenik= seluruh tubuh)
3 . Periode ejeksi
Bila tekanan ventrikel kiri meningkat sedikit di atas 80mmHg,
tekanan ventrikel kanan sedikit diatas 8mmHg. Tekanan
ventrikel sekarang mendorong membuka katup semilunaris
segera darah mulai dikeluarkan dari ventrikel, sekitar 60%
terjadi pengosongan selama ¼ pertama sistole dan sebagaian
besar 40% sisanya dikeluarkan selama 2/4 berikutnya, ¾
bagian sistole ini dinamakan periode ejeksi.
4 . Periode diastole
Selama ¼ terakhir sistole, ventrikel hampir tidak ada aliran
darah dari ventrikel yang masuk ke arteri besar walaupun otot
ventrikel tetap berkontraksi.
5 . Periode relaksasi isometrik (isovolemik)
Pada akhir sistole relaksasi ventrikel mulai dengan tiba-tiba,
mungkin tekanan dalam ventrikel turun dengan cepat.
Peningkatan tekanan dalam arteri besar tiba-tiba mendorong
darah kembali ke arah ventrikel menimbulkan bunyi penutupan
katup aorta dan pulmonal dengan keras selama 0,03-0,06 detik.
Selanjutnya otot ventrikel relaksasi dan tekanan dalam
ventrikel turun dengan cepat kembali ke tekanan diastole yang
sangat rendah, kemudian katup atrium dan ventrikael membuka
mengawali siklus pompa ventrikel yang baru.
Volume akhir diastole dan sistole, selama diastole, pengisian
ventrikel dalam keadaan normal meningkatkan volume setiap
ventrikel sekitar 120-130 ml. Volume ini dinamakan volume
akhir diastolik. Pada waktu ventrikel kosong selama sistole,
volume berkurang kira-kira 70 ml, dinamakna isi kuncup.
Volume yang tersisa dalam tiap-tiap ventrikel sekitar 50-60 ml,
dinamakan volume akhir sistolik. (A. Firmansyah, 2015; 3)
1.1.3 Macam-Macam Aritmia
1. Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG
adalah : laju gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan
ada gelombang P tegak disandapan I,II dan aVF.
2. Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada
ECG adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p
tgak disandapan I,II dan aVF.
3. Komplek atrium prematur
Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus
menyebabkan kompleks atrium prematur, timbulnya sebelu denyut
sinus berikutnya. Gambaran ECG menunjukan irama tidak teratur,
terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P
berikutnya.
4. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks
atrium prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.
5. Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium
cept dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan
atau aVF seperti gambaran gigi gergaji
6. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah
reentri multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit
7. Komplek jungsional prematur
8. Irama jungsional
9. Takikardi ventrikuler
1.1.4. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-
obat anti aritmia lainnya
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung).
1.1.5. Patofisiologi
Peradangan jantung Gangguan sirkulasi Intoksikasi Gangguan elektrolit Gangguan metabolik Gangguan endokrin
Perubahan irama dan frekuensi jantung
Aritmia
B1 (Breathing)
Perubahan irama dan bunyi nafas
B3 (Brain)
Nyeri ringan sampai berat
B2 (Blood) B6 (Bone)
Gangguan Ventrikel kiri
Hipertensi dan Hipotensi
Suplai O2 Jaringan Lemah dan letih
Sesak nafas
Intoleransi aktivitas
Penurunan/penigkatan curah jantung Ansietas
Intoleransi aktivitas
Edema paru
Curah jantung menurun
Sesak nafas
Curah jantung menurun atau
meningkat
Kerja jantung meningkat
Sianosis Palpitasi
Suplai O2 Jaringan
Sinkop O2 jantung
IskemiaDisorientasi
Suplai O2 Jaringan
Gangguan metabolisme
1.1.6. Manifestasi Klinis
1 . Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.
2 . Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
3 . Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
4 . Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan ;
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5 . Demam ; kemerahan kulit (reaksi obat) ; inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial) ; kehilangan tonus otot/kekuatan.
6 . Pingsan
7 . Rasa tidak nyaman di dada
8 . Lemah atau keletihan
9 . Detak jantung cepat (tachycardia)
1 0 . Detak jantung lambat (bradycardia)
1.1.7. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia: dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau
mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan untuk medemonstrasikan
latihan yang menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung,
adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis,
quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses
inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA / nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/
mengeksaserbasi disritmia.
1.1.7. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
Anti aritmia Kelas 1: sodium channel blocker
(1) Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan
untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi
yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
(2) Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
(3) Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
1) Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi
2) Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
3) Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
2. Terapi mekanis
1) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur
elektif.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat.
3) Defibrilator kardioverter implantable : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada
pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
1.2. Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.1. Pengkajian Keperawatan
1 . Aktivitas : kelelahan umum
2 . Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi
mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur,
bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah
misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila
curah jantung menurun berat.
3 . Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
4 . Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan
kelembaban kulit
5 . Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
6 . Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang
atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
7 . Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels,
ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8 . Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
1.2.2. Diagnosa Keperawatan
1 . Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
2 . Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen ke jaringan.
3 . Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi
medis/kebutuhan terapi.
4 . Cemas yang berhubungan dengan hospitalisasi dan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit serta penanganan yang akan didapatkan.
1.2.3. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang
dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin
adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa
2) Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
3) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.
Intervensi Keperawatan
1) Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi,
keteraturan, amplitudo dan simetris.
2) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya
denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
3) Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi
jaringan.
4) Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi;
disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung
5) Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas
selama fase akut.
6) Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres
misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi
7) Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh
wajah mengkerut, menangis, perubahan TD
8) Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
9) Kolaborasi :
1) Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
2) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
3) Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
4) Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
5) Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
6) Masukkan/pertahankan masukan IV
7) Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif
8) Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrillator
2 . Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen ke jaringan
Kriteria hasil :
1) Klien mampu melakukan aktivitas secara bertahap dan mandiri.
Intervensi Keperawatan
1) Catat frekuensi jantung, irama, serta perubahan tekanan darah
selama dan sesudah aktivitas.
2) Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas
senggang yang tidak berat
3) Anjurkan menghindari peningkatan tekanan abdomen, misalnya
mengejan saat defekasi
4) Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas.
contoh: bangun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi, dan
istirahat selama 1 jam setelah makan
5) Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis
6) Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut
7) Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi
8) Berikan waktu untuk istirahat dan beraktivitas.
9) Pertahankan penambahan O2 sesuai pesanan
10)Selama aktivitas, kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja dan frekuensi
nafas serta keluhan subyektif.
3. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi
medis/kebutuhan terapi.
Kriteria hasil :
1) Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan
2) Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek
samping obat
Intervensi Keperawatan
1) Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
2) Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik
pada pasien/keluarga
3) Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh
kelemahan, perubahan mental, vertigo.
4) Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat
diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan
bila dosis terlupakan
5) Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan
berlebihan
6) Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
7) Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk
dibawa pulang
8) Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
9) Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu
jantung dan gejala yang memerlukan intervensi medis
10)Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan
karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu
4 . Cemas yang berhubungan dengan hospitalisasi dan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit serta penanganan yang akan didapatkan.
Kriteria hasil :
1) Kecemasan berkurang atau hilang
Intervensi Keperawatan
1) Kaji tanda-tanda dan ekspresi verbal dari kecemasan.
2) Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri
lingkungan yang tenang dan suasana yang penuh istirahat
3) Temani pasien selama periode kecemasan tinggi, beri kekuatan,
dan gunakan suara tenang
4) Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan
takut
5) Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan
6) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya
7) Berikan penjelasan tentang penyakit, penyebab, serta penanganan
yang akan dilakukan.
8) Tanyakan keluhan dan masalah psikologis yang dirasakan klien
saat ini.
9) Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat, bila mungkin rujuk
kepenasihat spiritual
1.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang digunakan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah
keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu
pelaksanaan dan respon klien (Patricia A. Potter, 2005:205).
Implementasi untuk masing-masing diagnosa keperawatan adalah sebagai
berikut;
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia
1) Meraba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi,
keteraturan, amplitudo dan simetris.
2) Mengauskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya
denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
3) Memantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi
jaringan.
4) Menentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi;
disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung
5) Memberikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi
aktivitas selama fase akut.
6) Mendemonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres
misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi
7) Menyelidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah
mengkerut, menangis, perubahan TD
8) Menyiapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
9) Berkolaborasi dalam :
(1) Memantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
(2) Memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi
(3) Memberikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
(4) Menyiapkan untuk bantu kardioversi elektif
(5) Membantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
(6) Memasukkan/pertahankan masukan IV
(7) Menyiapkan untuk prosedur diagnostik invasive
(8) Menyiapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau
defibrilator
2. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen ke jaringan.
1) Mencatat frekuensi jantung, irama, serta perubahan tekanan darah
selama dan sesudah aktivitas.
2) Meningkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas
senggang yang tidak berat
3) Menganjurkan menghindari peningkatan tekanan abdomen, misalnya
mengejan saat defekasi
4) Menjelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas.
contoh: bangun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi, dan istirahat
selama 1 jam setelah makan
5) Mempertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis
6) Mempertahankan klien tirah baring sementara sakit akut
7) Mengevaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi
8) Memberikan waktu untuk istirahat dan beraktivitas.
9) Mempertahankan penambahan O2 sesuai pesanan
10) Selama aktivitas, mengkaji EKG, dispnea, sianosis, kerja dan
frekuensi nafas serta keluhan subyektif
3. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi
medis/kebutuhan terapi.
1) Mengkaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
2) Menjelaskan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan
terapeutik pada pasien/keluarga
3) Mengidentifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh
kelemahan, perubahan mental, vertigo.
4) Menganjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa
obat diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang
dilakukan bila dosis terlupakan
5) Mendorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan
berlebihan
6) Mengkaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
7) Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk
dibawa pulang
8) Menganjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
9) Mengkaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu
jantung dan gejala yang memerlukan intervensi medis
10)Mengkaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan
karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu
4. Cemas yang berhubungan dengan hospitalisasi dan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit serta penanganan yang akan didapatkan
1) Mengkaji tanda-tanda dan ekspresi verbal dari kecemasan.
2) Memulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri
lingkungan yang tenang dan suasana yang penuh istirahat
3) Menemani pasien selama periode kecemasan tinggi, beri kekuatan,
dan gunakan suara tenang
4) Membantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan
takut
5) Mengorientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan
6) Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
ansietasnya
7) Memberikan penjelasan tentang penyakit, penyebab, serta
penanganan yang akan dilakukan.
8) Menanyakan keluhan dan masalah psikologis yang dirasakan klien
saat ini.
9) Memberikan privasi untuk klien dan orang terdekat, bila mungkin
rujuk kepenasihat spiritual
1.2.5 Evaluasi
Merupakan langkah terakhir dari proses perawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap
intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang
tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan
keperawatan pada kriteria hasil. Evaluasi menentukan respons klien
terhadap tindakan keperawatan dan seberapa jauh tujuan perawatan telah
terpenuhi (Patricia A. Potter, 2005:216).
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999
Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2001
http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-
Hudak, C.M, Gallo B.M. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC.1997
Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1994.
Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.