Download - Document1e
![Page 1: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/1.jpg)
https://mghazakusairi.wordpress.com/2011/05/23/kepemimpinan-manajemen-administrasi-organisasi-pendidikan/
KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN, ADMINISTRASI & ORGANISASI PENDIDIKAN
M. Ghaza Kusairi
(Mahasiswa Pascasarjana UIN Maliki Malang, Jurusan Manajemen Pendidikan Islam)
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Dewasa ini lembaga pendidikan Islam berkembang sebagai lembaga yang semakin kompleks sehingga
ia membutuhkan organisasi yang tertata dengan baik dan benar. Kompleksitas lembaga pendidikan
Islam terutama terlihat dari kebutuhan akan pengelolaan pelaksanaan pendidikan dengan pendekatan
manajeman. Itulah kebutuhan untuk mengunakan pendekatan ilmu manajemen di lembaga pendidikan
khususnya lembaga pendidikan Islam menjadi mutlak. Sehingga perkembangan administrasi
pendidikan menjadi bagian yang menarik bagi kalangan praktisi dan ahli pendidikan sampai sekarang
ini.
Kepemimpinan kepala sekolah sebagai agen perubahan dalam sekolah mempunyai peran aktif dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah maka kepala
sekolah sebagai pemimpin harus mampu mempunyai leadership yang baik. Kepemimpinan yang baik
adalah kepala sekolah yang mampu dan dapat mengelolah sumber daya pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran dan sumber daya manusia
hendaknya mampu menciptakan iklim organisasi yang baik agar semua komponen sekolah dapat
memerankan diri secara bersama untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi.[1]
![Page 2: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/2.jpg)
Teori kepemimpinan yang berkembang selama ini ingin mengetahui bagaimana terjadinya keefektifan
kepemimpinan dalam organisasi. Sehingga berbagai hasil penelitian menemukan teori bahwa
kepemimpinan dapat dilihat dari pribadi pemimpin, perilaku pemimpin, situasi budaya organisasi,
hubungan pemimpin dengan yang dipimpin, hubungan pemimpin dengan tugas-tugasnya dan
seterusnya. Dalam lembaga pendidikan, hubungan antara kepemimpinan, manajemen, administrasi
dan organisasi saling membutuhan dan memiliki peranan yang penting dalam memaju lembaga
pendidikan Islam. Oleh karena itu, dalam pandangan penulis, empat komponen tersebut tidak bisa
dipisahkan dalam lembaga pendidikan.
Kepemimpinan merupakan prilaku mempengaruhi individu atau kelompok untuk melakukan sesuatu
dalam rangka tercapainya tujuan organisasi. Secara lebih sederhana dibedakan antara kepemimpinan
dan manajemen, yaitu pemimpin mengerjakan suatu yang benar (people who do think right),
sedangkan menejer mengerjakan suatu dengan benar (people do right think). Landasan inilah yang
menjadi acuan mendasar untuk melihat peran pemimpin dalam suatu organisasi. Perbedaan ini
memberikan gambaran bahwa pemimpin biasanya terkait dengan tingkat kebijakan puncak atau
pengambil keputusan puncak yang bersifat menyeluruh dalam organisasi, sedangkan menejer
merupakan pengambil keputusan tingkat menengah.[2]
Ada kecenderungan dalam masyarakat luas di Indonesia, bahwa administrasi dipersepsikan dalam
pengertian yang keliru, yaitu sebagai aktivitas-aktivitas kantor, urusan surat menyurat, yang sering
disebut tatausaha. Tetapi kajian secara ilmiah menunjukkan, bahwa administrasi memiliki cakupan arti
yang luas, yaitu sebagai proses, sebagai fungsi dan sebagai institusi dari tiap kegiatan kerja sama.
Secara definitive juga dengan tegas dinyatakan, bahwa administrasi adalah organisasi dan
manajemendari tiap kerja sama pencapai tujuan. Dan ini merupakan beban dan sekaligus tantangan
yang berat bagi para pembina (pengajar) ilmu administarsi.[3]
Dengan demikian, dalam pandangan penulis bahwa keberadaan kepemimpinan, manajemen,
administarsi dan organisasi dalam lembaga pendidikan tidak bisa dipisahkan dalam rangka
mengembangkan dan memajukan lembaga pendidikan tersebut. Komponen-komponen tersebut
(kepemimpinan, manajmen, administarai dan organisasi) merupakan satu kesatuan yang memiliki
hubungan yang erat dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Dalam proses kegiatan dan
pemgembangan lembaga pendidikan, empat komponen tersebut merupakan alat untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai. Apabila salah satu dari empat komponen tersebut diabaikan, maka akan
mempengaruhi terhadap komponen yang lainnya sehingga berdampak terhadap lekeberadaan
lembaga pendidikan. Oleh sebab itu, antara kepemimpinan, manajemen, administrasi dan organisasi
memiliki hubungan yang saling mendukung dalam sebuah lembaga pendidikan demi mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
![Page 3: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/3.jpg)
1. A. Konsep Dasar Kepemimpinan
Kepemimpinan dipahami sebagai segala daya dan upaya bersama untuk menggerakkan semua
sumber dan alat (resources) yang tersedia dalam suatu organisasi. Untuk itu dapat dikatakan bahwa
sukses tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sengat tergantung atas
kemampuan pempinannya untuk menumbuhkan iklim kerja sama agar dengan mudah dapat
menggerakkan sumber daya tersebut, sehingga dapat mendayagunakannya dan dapat berjalan secara
efektif dan efisien.
Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk, yaitu: kepemimpinan
formal (formal leadership) dan kepemimpinan informal (informal leadership). Kepemimpinan formal
terjadi apabila di lingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi oleh
orang-orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi. Sedangkan kepemimpinan informal
terjadi, dimana kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orang-orang yang muncul dan
berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya
dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan dari anggota
organisasi yang bersangkutan.[4]
Kepemimpinan yang efektif dapat ditunjukkan dengan kemampuan seseorang dalam membaca situasi
dan kondisi yang berkaitan dengan iklim kerja dalam sebuah organisasi yang ditunjukkan, misalnya
dengan tinggi-rendahnya angka ketidakhadiran bawahan dalam bekerja, banyak-sedikitnya pengawai
yang minta berhenti, rendahnya kedisiplinan kerja pegawai, tinggi-rendahnya produktivitas kerja
pegawai dan banyak-sedikitnya keluhan pengawai, baik yabg disampaikan secara terang-terangan
maupun secara sembunyi-sembunyi. Seorang pemimpin harus mampu memberikan dorongan kepada
anggota kelompoknya untuk bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab serta dapat bekerjasama
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.[5]
1. 1. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Istilah kepemimpinan pendidikan mengandung dua pengertian, dimana kata pendidikan menerangkan
di lapangan apa dan di mana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekalaigus menjelaskan pula sifat
dan ciri-ciri kepemimpinan, yaitu bersifat mendidik dan membimbing. Sebagaimana kata pendidikan
yang menunjukkan arti yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu:[6]
1. pendidikan sebagai usaha atau proses pendidik dan mengajar seperti yang dikenal sehari-hari
2. pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah tentang hakikat dan
kegiatan mendidik mengajar dari zaman ke zaman atau yang membahas prinsip-prinsip dan
pratik-praktik mendidika dan mengajar dengan segala cabang-cabangnya yang telah
berkembang begitu luas dan mendalam.
Dari dual hal tersebut, maka dapat penulis jelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan pada dasarnya
terdapat dan berperan pada usaha-usaha yang berhubungan dengan proses mendidik dan mengajar di
satu pihak, dan pada pihak lain berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan pendidikan sebagai
satu ilmu dengan segala cabang-cabangnya dan ilmu-ilmu pembantu lainnya.
![Page 4: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/4.jpg)
Kepemimpinan dalam lembaga pendidikan sangat berperan penting dalam mengembangkan seluruh
sumber daya yang ada termasuk sumber daya manusia (SDM), oleh karena itu, para pakar pendidikan
mencoba mengartikan kepemimpinan pendidikan, yaitu:
1. Nawawi (1994:82), mengatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah proses
menggerakkan, mempengaruhi, memberikan motivasi, dan mengarahkan orang-orang di
dalam organisasi atau lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Untuk mewujudkan tugas terebut, setiap pimpinan pendidikan harus
mampu bekerja sama dengan orang-orang yang dipimpinnya untuk memberikan motivasi agar
melakukan pekerjaannya secara ikhlas.[7] Dengan demikian, seorang pemimpin pendidikan
harus memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan sumber daya manusia lembaga
pendidikan.
1. Fachrudi (1983: 33), mengatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan
dalam proses mempengaruhi, mengkoordinir orang-orang lain yang ada hubungannya dengan
ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang
dijalankan dapat berlangsung lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan
pendidikan dan pengajaran.
2. Sedangkan Assosiation of Supervision and curiculum Development(ASCD), menyatakan bahwa
kepemimpinan pendidikan adalah tindakan atau tingkah laku di antara individu-individu dan
kelompok-kelompok yang menyebabkan mereka bergerak kea rah tercapainya tujuan-tujuan
pendidikan yang menambahkan penerimaan bersama bagi mereka.[8]
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, tentang pengertian kepemimpinan pendidikan, maka dapat
penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan
seseorang dalam mempengaruhi, mengkoordinir, menggerakkan, memberikan motivasi dan
mengarahkan orang-orang dalam lembaga pendidikan agar pelaksanaan pendidikan dapat lebih
efisien dan efektif dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang
pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai
petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta komplek
persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang
mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak
lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya
manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen
pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang
pemimpin.
Dengan demikian, dalam pandangan penulis bahwa kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan
yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk
mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak
hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi
bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling
berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik.
![Page 5: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/5.jpg)
Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan
kepemimpinannya, kareana apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang
ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaaan adalah
kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang
harus dilaksanakannya. Semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin,
maka makin besar potensi kepemimpinan yang efektif.[9] Dengan demikian, penulis beranggapan
bawah makin efektifnya kepemimpinan seseorang, maka kesuksesan dalam mencapai cita-cita
semakin terbuka lebar. Dalam hal ini, seorang pemimpin benar-benar mampu mempengaruhi
bawahnnya dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
1. 2. Pendekatan Dalam Kepemimipinan
Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam
diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke bumi, ia ditugasi sebagai khalifah Allah di
muka bumi ini. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù� � �� � � � � � �
`tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur� � � � � � y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ)�
ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès?�
Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. al-Baqarah: 30)
Sebagai pemimpin di muka bumi, berdasarkan firman Allah tersebut, manusia harus memliki
kemampuan dalam kepemimpinannya. Ada beberapa pendekatan dalam mengkaji kepemimpinan,
yaitu:
1. Pendekatan Sifat-Sifat Kepemimpinan
Usaha yang pertama kali dilakukan oleh psikolog dan peneliti untuk memahmi kepemimpinan yaitu
mengenali karakteristik atau ciri-ciri para pemimpin yang berhasil. Penelitian masa itu ditunjukan
untuk mengetahui sifat-sifat pemimpin yang mencaku: intelektualitas, hubungan sosial, kemampuan
emosional, keadaan fisik, imajinasi, kekuatan jasmani, kesabaran, kemampuan berkorban, dan
kemampuan bekerja keras. Ciri-ciri tersebut harus dimiliki oleh seorang pemimpin.[10]
1. Pendekatan Perilaku
![Page 6: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/6.jpg)
Pendekatan perilaku memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan
bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alasannya sifat seseorang relatif sukar untuk diidentifikasi.
Beberapa pandangan ahli, antara lain James Owen (1973) berkeyakinan bahwa perilaku dapat
dipelajari, hal ini berarti bahwa orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan
dapat memimpin secara efektif. Namun demikian hasil penelitian telah membuktikan bahwa perilaku
kemimpinan yang cocok dalam satu situasi belum tentu sesuai dengan situasi yang lain.[11]
1. Pendekatan Situasional
Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada kecocokan
antara pribadi, tugas, kekuasaan, sikap dan persepsi. Pendekatan ini berusaha mengenali faktor-faktro
yang paling penting dalam seperangkat situasi tertentu, dan meramalkan gaya kepemimpinan yang
paling efektif dalam situasi seperti itu.[12]
Menurut analisis penulis, berdasarkan tiga pendekatan tersebut, ada ketidak cocokkan antara
pendekatan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, dalam pandangan penulis dalam mengkaji
kepemimpinan harus mampu mengintegrasikan semua pendekatan tersebut, tidak bisa dipisahkan
satu dengan lainnya karena ketiga pendekatan tersebut saling berkaitan.
1. B. Konsep Dasar Manajemen
Istilah manajemen mengaju kepada proses pelaksanaan aktivitas yang diselesaikan secara dengan
dan melalui pendayagunaan orang lain. Siagian (1978) menyebutkan manajemen adalah kemampuan
dan keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui
kegaiatan-kegiatan orang lain.[13]
Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen mempunyai ciri-ciri yang spesifik
mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimilogi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut
disusun. Ketiganya berkaitan satu sama lain (sistem). Ontologi ilmu terkait dengan epistimologi, dan
epistimologi berkaitan dengan aksiologi dan seterusnya. Di dalam pengatahuan manajemen, falsafah
pada hakikatnya menyediakan seperangkat pengetahuan (a body of related knowledge) untuk berfikir
efektif dalam memecahkan masalah-masalah manajemen. Ini merupakan hakikat manajemen sebagai
suatu disiplin ilmu dalam mengatasi masalah organisasi berdasarkan pendekatan yang intelegen. Bagi
seorang manajer perlu pengetahuan tentang kebenaran manajemen, asumsi yang telah dikaui dan
nilai-nilai yang telah ditentukan. Pada akhirnya semua itu akan memberikan kepuasan dalam
melakukan pendekatan yang sistematik dalam praktek manajerial.[14]
Menurut analisis penulis, bahwa teori manajemen mempunyai peran (role) atau membantu
menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas dan kepuasan.
Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat dinyatakan mengacu kepada pengalaman
empirik serta adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori lain dan mengakui kemungkinan
adanya penolakan.
1. 1. Pengertian Manajemen
![Page 7: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/7.jpg)
Meskipun cenderung mengarah pada satu fakus tertentu, para ahli masih berbeda pandangan dalam
mendefinisikan manajemen dan kerenanya belum dapat diterima secara universal. Manajemen
merupakan pemanfaantan sumber-sumber yang tersedai atau yang berpotensi di dalam pencapaian
tujuan. Adapun yang dimaksud dengan sumber daya manajemen dalam lembaga pendidikan
yaitu: Man (orang), Money (uang),Material (material), Machine (peralatan/mesin), Method (metode),
danTime (waktu).[15]
Dari beberapa penjelasan diatas pada dasarnya manajemen dapat diartikan berdasarkan beberapa
pendapat, yaitu:
1. Longnecker & Pringle, merumuskan manajemen sebagai proses memperoleh dan
menggabungkan sumber-sumber manusia, finansial dan fisik untuk mencapai tujuan pokok
organisasi menghasilakn prosduk atau jasa/layanan yang diinginkan oleh sekelompok
masyarakat.[16]
2. Siagan (1978), menyebutkan menajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk
memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang
lain. Gr. Terry dalam bukunya principles of management (1972) menyebutkan bahwa
manajemen meruapakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan
sumber daya lainnya.[17]
3. Manajemen adalah suatu proses/kegiatan/usaha pencapaiann tujuan tertentu melalui kerja
sama dengan orang lain, di mana dapat dimanfaatkan dan dgunakan sebagai sumber dan
sasaran-sasaran manajemen.
4. Manajemen adalah suatu kerangka kerja yang terdiri atas berbagai bagian/komponen yang
secara keseluruhan saling berkaitan dalam organisasi yang sedemikan rupa dalam mencapain
tujuan (management as a system).[18]
Dari uraian beberapa pengertian manajemen di atas dapatlah penulis simpulkan, bahwa manajemen
adalah sebagai suatu proses dari serangakaian kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan
dengan pemanfaatan semaksimal mungkin dari sumber-sumner yang serta manajemen sebagai
fungsi. Dari sisi lain, manajemen dipandang sebagai suatu ilmu, yaitu manajmen suatu ilmu yang
sifatnya interdisipliner(menggunakan bantuan ilmu-ilmu lain, misalnya ilmu sosial, filsafat dan
matematika). Dengan demikian, manajemen sebagai ilmu yang bersifat interdisipliner dimana dalam
masalah konsep, teori-teori, merode-metode dan analisisnya tidak bisa lepas dari barbagai disiplin
keilmuan lainnya. Karena kebenaran suatu teori tidak bisa lepas dari pandangan-pandangan dari
sudup pandang keilmuan lainnya.
1. 2. Beberapa Tinjauan Terhadap Manjemen
Dalam menjelaskan tentang manajmen dapat ditinjau dari bebrapa segi (applied approach), yaitu:
1. Segi Sifat Kerja
Dari segi sifat kerja, manajemen dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:[19]
![Page 8: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/8.jpg)
1. Manajemen administratif (administrative mangement), yaitu manajmen atau pejabat pimpinan
yang kerjanya menitikberatkan dalam bidang pemikiran (kerja pikir). Maksudnya adalah suatu
pendekatan dari pempinan atas sampai ke tingkat pimpinan yang terbawah sekalipun,
termasuk para pekerjanya.
2. Manajemen operatif (oprative management), yaitu manajemen atau pejabat pempinan yang
langsung memimpin kerja ke arah tercapainya kerja yang nyata. Makdunya adalah pendekatan
dari bawah ke tingkat yang lebih atas, adapaun titik beratnya adalah efisien dan produktivitas
para pelaksananya yang terdapat di tingkat bawah.[20]
3. Manajemen administratif dan manajemen operatif (pejabat manajemen yang hidup dalam dua
dunia). Artinya adalah bahwa pada suatu saat pemimpin dapat sebagai manajemen
administrative dan pada kesempatan lain duduk sebagai manajemen operatif.
4. Segi Luasnya
Jika dilihat dari segi luas atau ruang lingkup, manajemen pendidikan terdiri dari beberapa, antara lain
yaitu:
1. Makro Manajemen, yaitu manajemen apda umumnya terdapat dalam bidang kenegaraan,
pendidikan dan perusahaan.
2. Mikro manajemen, yaitu manajemen dalam bidang /lingkungan yang lebih khusus daripada
makro manajemen seperti manajemen kantor personalia, pergudangan dan alat.
3. Segi Pandangannya
Dari berbagai sudut pandangan, maka manajemen pendidikan dapat dibedakan atas beberapa
tinjauan sebagai berikut:[21]
1. Manajemen sebagai proses, yaitu merupakan proses dari pemberian fasilitas-fasilitas,
pimpinan, teladan, bimbingan kepada orang-orang yang terorganisasi dalam satu kesatuan
yang telah ditetapkan tujuannya (a desire goal). Dari sudut proses ini, manajemen dapat pula
diartikan sebagai keseluruhan proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan atau pengendalian sampai tujuan yang dikehendaki menjadi kenyataan.
2. Manajemen sebagai kolektivitas, yaitu bahwa tiap-tiap kita menjalankan manajemen, bukan
hanya manajer puncak (top manager) atau pimpinan tunggal semata, tetapi semua pejabat
pempinan dari rektur utama sampai kepada kepala-kepala bagian, kepala-kepala sub.seksi,
kepala-kepala urusan dan bahkan kepala-kepala pesuruh. Dengan demikian, dalam
manajemen sebagai kolektivitas menurut penulis, pekerjaan/usaha tadi dapat dilaksanakan
secara bersama-sama dengan lancar demi tercapainya tujuan yang bersama diinginkan.
3. Manajemen sebagai kerangka wewenang dan tanggung jawab. Sudah menjadi kelaziman,
bahwa siapa saja yang mempunyai wewenang harus selalu didampingi dengan tanggung
jawab, dan di dalam organisasi manapun ada orang-orang yang mempunyai wewenang lebih
daripada yang lain.
4. Manajemen sebagai kegiatan (aktivitas), yaitu manajemen sebagai kegiatan bukanlah
kegiatan dari masing-masing orang/bagian/baidang secara sendiri-sedniri, tetapi merupakan
kesatuan kegiatan dari seluruh bidang-bidang pekerjaan yang diadakan dan dilaksanakan
demi tercapainya tujuan bersama. Guna mencapai tujuan bersama itu ada beberapa cara
untuk menggerakan orang-orang/bagian-bagian yang ada dalam lingkunagn organisasi, antara
![Page 9: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/9.jpg)
laian dengan menggalang rasa kesetiakawanan, yaitu dengan dorongan dan memberikan
penghargaan kepada masing-masing bagian, sehingga menimbulkan anggapan bahwa tiap-
tiap bagian itu mempunyai fungsi dan peranan penting.
Dari beberapa penjelasan tersebut, menurut analisis penulis bahwa tinjauan dalam mengkaji
manajemen sangat dibutuhkan. Penulis juga memberikan apresiasi yang sangat besar terhadap teori
tersebut di atas, karena dengan adanya tinjauan-tinjauan tersebut, diharapkan dalam mengelola
manajemen lembaga pendidikan bisa menghasilkan output atau sumber daya manusia yang
berkualitas yang siap menghadapai persaingan pasar globalisasi.
1. 3. Fungsi Manajemen
Mengenai fungsi-fungsi manajemen ini terdapat banyak sekali pandangan-pandangan yang berbeda
satu sama lain di kalangan para ahli. Namun secara garis besar, fungsi-fungsi manajemen yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan salah satu hal terpenting yang perlu dibuat untuk setiap usaha dalam rangka
mencapai suatu tujuan. Karena seringkali pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan
dalam mencapai tujuan tanpa adanya perencanaan. Perancanaan sendiri adalah penentuan secara
matang dan cerdas tentang apa yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka
mencapai tujuan. Anderson dan Bowman (1964) (dalam marno, Triyo Supriyatno 2008), mengatakan
bahwa perencanaan adalah proses mempersiapkan seperangkat keputusan bagi perbuatan di masa
datang. Definisi ini meninsyaratkan bahwa pembuat keputusan merupakan bagian dari perencanaan,
namunproses perencanaan dapat juga terpikir setelah tujuan dan keputusan diambil.[22]
1. Pengorganisasian (Organizing)
Istilah organisasi mempunyai dua pengertian utama. Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu
lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah
perkumpulan dan badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu
bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para naggota, sehingga tujuan organisasi itu
dapat tercapai secara efektif.[23]Pengorganisasian adalah pengaturan setelah ada rencana. Dalam hal
ini diatur dan ditentukan tentang apa tugas pekerjaannya, macam/jenis serta sifat pekerjaan. Dalam
pendapat lain, pengorganisasian adalah proses penentuan, pengelompokan dan penyusunan macam-
macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang-orang (staf) pada
kegiatan-kegiatan ini, penyediaan faktor-faktor fisik yang cocok bagi lingkungan (keperluan kerja).[24]
Dengan demikian, dalam pandangan penulis, bahwa pengorganisasian merupakan fungsi administrasi
yang dapat disimpulkan sebagai kegiatan menyusun struktur dan membentuk hubungan-hubungan
agar diperoleh kesesuaian dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Pengorganisasian yang baik
memungkinkan semua bagian dapat bekerja dalam keselarasan dan akan menjadi bagian dari
keseluruhan yang tak terpisahkan.
1. Penggerakan (Actuating)
![Page 10: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/10.jpg)
Penggerakan pada dasarnya merupakan fungsi manajemen yang komplek dan ruang lingkupnya
cukup luas serta berhubungan erat dengan sumber daya manusia. Penggerakan merupakan salah satu
fungsi terpenting dalam menejemen. Penggerakan adalah hubungan erta antara aspek-aspek
individual yang ditimbulkan dari adanya pengaturan terhadap bawahan untuk dapat dimengerti dan
pembagian kerja yang efektif dan efesien untuk mencapai tujuan pendidikan yang nyata. Sedangkan
Terry (1986) mendefinisikan actuating sebagai usaha menggerakan anggota kelompok sedemikian
rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan yang
bersangkutan dan sasaran anggota perusahaan, karena para anggota ingin mencapai sasaran-sasaran
tersebut.[25]
1. Pengawasan (Contrilling)
Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan tindakan, walaupun hal ini jarang
terjadi. Pengawasan diperlukan untuk melihat sejauh mana hasil tercapai. Menurut Murdick
pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan
luasanya suatu organisasi. Proses dasarnya terdiri dari tiga tahap (1) menetapkan standar
pelaksanaan, (2) mengukur pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar, dan (3)
menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan standar dan rencana.[26]
Dengan demikian, pengawasan memilik peranan yang penting dalam mengevaluasi dan penilaian
terhadap rencana yang ingin dicapai. Oleh karena itu, dalam pandangan penulis, keberhasilan suatu
lembaga pendidikan dapat dilihat dan monitoring oleh pengawasan. Kendala-kedala yang bisa
menghambat untuk mencapai tujuan bisa dilihat dari pengawasan ini.
1. 4. Prinsip-Prinsi Manajemen
Manajemen dipandang sebagai suatu sistem didasarkan pada asumsi bahwa organisasi merupakan
sistem terbuka, tujuan organisasi mempunyai kebergantungan. Adapun prinsip-prinsip manajemen
berdasarkan sistem yaitu:
1. Prinsip Manajemen Berdasarkan Sasaran (MBS)
Istilah MBS (manajemen berdasarkan sasaran) pertama kali dipepulerkan sebagai suatu pendekatan
terhadap perencanaan. MBS merupakan teknik manajemen yang membantu memperjelas dan
menjabarkan tahapan tujuan organisasi dan juga dilakukan proses penentuan tujuan bersama antara
atasan dan bawahan.[27]
1. Prinsip Manajemen Berdasarkan Orang
Manajemen berdasarkan orang merupakan suatu konsep manajemen modern yang mengkaji
keterkaitan dimensi perilaku, komponen sistem dalam kaitannya dengan perubahan dan
pengembangan organisasi. Tuntutan perubahan dan pengembangan yang muncul sebagai akibat
tuntutan lingkungan internal dan eksternal, membawa implikasi terhadap perubahan perilaku
kelompok dan wadahnya. Salah satu upaya yang paling penting adalah dengan mengembangkan
![Page 11: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/11.jpg)
sumber daya manusia. Namun, pengembangan SDM harus diimbangi dengan pengembangan
organisasi.[28]
1. Prinsip Manajemen Berdasarkan Informasi
Perencanaan pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan merupakan kegiatan manajerial yang
pada hakikatnya merupakan proses pengambilan keputusan, semua kegiatan tersebut membutuhkan
informasi. Informasi yang dibutuhkan oleh manajer disediakan oleh suatu sistem informasi manajemen
(Management Information System/MIS) yaitu suatu sistem yang menyediakan informasi untuk manajer
secara teratur. Informasi ini dimanfaatkan sebagai dasar untuk melakukan pemantauan dan penilaian
kegiatan serta hasil-hasil yang dicapai.[29]
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa fungsinya manajemen berdasarkan pendekatan
sistem akan sangat ditentukan oleh informasi yang memenuhi persyaratan. SIM hadir memberikan
pada manajemen informasi yang unifrom, lengkap, jelas, dan tepat waktu untuk dasar pengambilan
keputusan dan penyelesaian masalah.
1. C. Konsep Dasar Administrasi
Tuntutan akan pemenuhan kebutuhan mansuia yang semakin meningkat dan kompleks serta sulit
untuk dipenuhi secara individual, keterbatasan sumberdaya mewarnai perkembangan kehidupan
manusia dewasa ini dan untuk mendorong manusia melakukan kerja sama, baik secara individual
maupun secara organisasional. Itulah sebabnya disebut, bahwa dunia modern adalah dunianya kerja
sama, sebab tanpa melakukan kerja sama tiap imdividu, tiap organisasi bahkan tiap bangsa, negara
dan pemerintahan tidak akan ada perubahan dan perbaikan demi memenuhi kebutuhan hidup
manusia.
Meskipun demikian, aktivitas kerja sama sudah ada sejak adanya peradaban manusia dan pada zaman
modern sekarang ini semakin menunjukkan kompleksitas dan menyangkut di semua aspek kehidupan,
seperti ekonomi, politik, pemerintahan, sosial, dan budaya, agama, bisnis, pertahanan dan
keagamanan serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Karenanya, fenomena, kerja sama organisasional
bersifat universal, sedangkan ilmu yang mempelajari atau menelaah fenomena kerja sama
organisasional adalah ilmu administrasi.[30]
Meskipun studi tentang fenomena kerja sama organisasional melalui atau dengan menggunakan
analisis dan pendekatan ilmu administrasi masih relatif baru, akan tetapi menunjukkan dimensi
bahasan yang amat luas. Demikian luasanya cakupan ilmu administrasi, sehingga ada yang
mengatakan, tidak ada ilmu yang lebih luas daripada ilmu administrasi. Yang jelas dimensi utama
dalam studi tentang ilmu administrasi adalah organisasi, manjemen, kepemimpinan, kengambil
keputusan dan komunikasi.
Dengan demikian, dapat penulis katakan, bahwa hubungan antara administrasi, kepemimpinan,
manajmen dan organisasi sangat penting, sehingga semua komponen ini tidak bisa dipisahkan satu
sama lainnya. Apabial salah satu dikaji, maka secara otomatis yang lainnya akan ikut dibahasan. Oleh
karena itu, penulis mangatakan bahwa suatu organisasi sangat membutukan kepemimpinan,
![Page 12: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/12.jpg)
administrasi dan manajmen dalam mengembangkan organisasi dan dalam mencapai tujuan-tujuan
telah direncanakan dalampelaksanaan organisasi.
1. 1. Pengertian Administrasi
Secara etimologis istilah administrasi berasal dari bahasa Inggris dari kataadministration yang
berbentuk infinitifnya adalah to administer. Dengan demikian, secara etimologis admnistrasi dapat
diartikan sebagai kegiatan memberi bantuan dalam mengelola informasi, mengelola manusia,
mengelola harta benda kearah suatu tujuan yang terhimpun dalam organisasi.[31] Administrasi dalam
arti sempit merupakan penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sitematis dengan
maksud untuk menyediakan keterangan serta memudahkan memperolehnya kembali secara
keseluruhan dan dalam hubungannya satu sama lain.
Perkembangan penggunaan istilah dan pengartian administrasi di Indonesia juga masih menunjukkan
ketidaksamaan pandangan atau pandangan. Di satu pihak administrasi diartikan sebagai tatausaha
dan dilain pihak administrasi diartikan sebagai kegiatan pengelolaan human rasaources dan material
resaouces termasuk pengelolaan informasi atau kegiatan tatausaha. Dalam pengertian luas
administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dua orang atau lebih
yang terlibat dalam suatu bentuk usaha kerja sama demi tercapainya tujuan yang ditentukan
sebelumnya .[32]
Dengan demikian, administrasi dalam artian luas dapat kita tinjau dari tiga sudut pandang pengertian,
yaitu:
1. Administrasi sebagai proses. Ditinjau dari sudut proses, administrasi merupakan keseluruhan
proses yang dimulai dari proses pemikiran, perencanaan, pengaturan,
penggerakan/bimbingan, pengawasan sampai proses pencapaian tujuan.[33]
2. Admnistrasi sebagai fungsi. Ditinjau dari sudut fungsi atau tugas, admnistrasi bererti
keseluruhan tindakan (aktivitas) yang mau tidak mau harus dilakukan dengan sadar oleh
seseorang atau kelompok organisasi orang berkedudukan sebagai administrator atau orang
yang berkedudukan sebagai manajemen puncak suatu organisasi.
3. Administrasi sebagai kepranataan. Administrasi dapat dilihat dan diartikan sebagai suatu
lembaga, misalnya PN Pembangunan Perumahan (sekarang PT Pembangunan Perumahan). Ini
dilihat dari aktivitas-aktivitas orang-orang di dalamnya dalam perusahaan tersebut.
Dari beberapa pengertian administrasi tersebut di atas, dapat penuliskan simpulkan bahwa
administrasi adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas-aktivitas untuk mencapai suatu tujuan atau sebagai proses penyelenggaraan kerja
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan sebeumnya.
2. Administrasi adalah suatu bentuk daya upaya manusia yang kooperatif, yang mempunyai
tingkat rasionalitas yang tinggi.
3. Administrasi adalah sutau ilmu yang mmepelajari apa yang dikehendaki manusia dan cara
mereka memperolehnya. Administrasi mementingkan aspek-aspek konkrit dari metode-
metode dan prosedur-prosedur manajemen di mana kerja sama merupakan unsur utama.
![Page 13: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/13.jpg)
Dalam proses untuk mencapai tujuan, sebagai gambaran tentang unsur-unsur administrasi dapat
dilihat seperti dalam bagan di bawah ini:
Dengan demikian, berdasarkan bagan tersebut dapat penulis
jelaskan dan dirumuskan suatu batasan tentang administrasi yaitu
kegiatan kerja sama yang dilakukan sekelompok orang berdasarkan pembagian kerja sebagaimana
ditentukan dalam struktur dengan mendayagunakan sumberdaya-sumberdaya untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien.
1. D. Konsep Dasar Organisasi
Setiap manusia akan berhubungan dengan bermacam-macam orang yang begitu kopleks dan
bersangkutan dengan kebutuhan baik dari segi ekonomi, sosial, rekreasi, pendidikan dan lain
sebagainya. Disadari atau tidak disadari, sengaja atau tidak disengaja, setiap manusia selalu berada,
dibesarkan dalam dan menjadi anggota oeganisasi. Ini berlangsung sejak lahir hingga pada saat
meninggal dunia.
Hidup anda banyak bergantung dan dipengaruhi oleh organisasi, sebab sebagian besar kebutuhan
hidup anda dipenuhi melalui organisasi. Apa yang kita pakai, yang kita makan, dengan apa kita pergi,
jalan yang kita lalui dan lain-lain, semuanya merupakan produk atau output organisasi. Jelasnya,
seseorang masuk dan membentuk suatu organisasi karena dia mengharapkan bahwa ikut sertanya
dalam organisasi akan memuaskan beberapa kebutuhan, baik emosional, spiritual, intelektual dan
ekonomi.[34]
Menurut hemat penulis, inilah salah satu hakikat hidup manusia yaitu selalu hidup dalam organisasi
atau berorganisasi, bukan saja karena manusia tak mampu hidup sindiri kecuali hidup dan berinteraksi
dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhannya, melainkan juga karena manusia menghadapi
pembatasan, ketidakmampuan fisik dan psikis, pemilikan materi dan waktu dalam usahanya untuk
mencapai tujuan. Pada dasarnya organisasi itu ada karena organisasi mempersatukan sumber-sumber
dan potensi individu. Dengan demikian, tanpa pengorganisasian musthil suatu rencana dapat
mencapai tujuan, tanpa organisasi para pelaksana tidak memliki pedoman kerja yang jelas dan tegas
sehingga pemborosan dan tumpang-tindih akan mewarnai pelaksanaan suatu rencana yang akibatnya
adalah kegagalan dalam mencapai tujuan.
1. 1. Pengertian Organisasi
Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama organisasi diartikan sebagai suatu
lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah
perkumpulan dan badan pemerintahan. Kedua, merujuk kepada proses pengorganisasian yaitu
bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu
dapat tercapai secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang
dengan sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
![Page 14: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/14.jpg)
Hicks & Gullen (1981:321) mengatakan bahwa organisasi adalah kegiatan membagi-bagi tugas,
tanggung jawab dan wewenang di antara sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sedangkan menurut Pierce I dan Robinson (1989:296) organisasi adalah proses
membentuk hubungan-hubungan yang esensial di antara orang-orang, tugas-tugas dan aktivitas-
aktivitas dengan cara mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua sumber organisasi kearah
pencapaian suatu tujuan secara efektif dan efisien.[35]
Dari uraian di atas, dapat penuliskan katakan bahwa organisasi adalah proses penentuan,
pengelompokan dan penyusunan macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa organisasi merupakan fungsi administrasi yang
dapat disimpulkan sebagai kegiatan menyusun struktur dan membentuk hubungan-hubungan agar
diperoleh kesesuaian dalam usaha mencapai tujuan bersama.
1. 2. Ciri-Ciri Organisasi
2. Organisasi sebagai suatu sistem, yaitu adanya seperangkat unsur yang saling bergantung dan
saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya
3. Organisasi merupakan struktur, adanya suatu kadar formalitas dan pembagian tugas dan
tanggung jawab yang harus dijalankan oleh anggota kelompok
4. Adanya perencanaan yang dilakukan secara sadar berdasarkan rasionalitas dan pedoman-
pedoman yang jelas
5. Adanya koordinasi dan kooperasi yang baik diantara orang-orang yang bekerja sama,
menunjukkan bahwa tindakan-tindakan orang-orang tersebut berjalan kearah suatu tanggung
jawab tertentu.[36]
Oleh karena itu, organisasi bukanlah suatu sistem tertutup, tetapi harus berinteraksi dengan
lingkungan. Organisasi adalah suatu sistem terbuka dan karena itu di samping mencakup proses
produksi juga proses-proses lain yang bersifat hakiki untuk mempertahankan eksistensinya, ia mesti
menopang fungsi-fungsinya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
1. 3. Tujuan Organisasi
Tujuan adalah arah atau sesuatu yang ingin dicapai atau dipengaruhi yang menjadi sebab
dilaksanakannya suatu kegiatan. Untuk mencapai tujuan, suatu organisasi menggunakan berbagai
upaya. Tujuan organisasi pada hakikatnya merupakan intergrasi dari berbagai tujuan baik yang
sifatnya komplementer yaitu tujuan individu atau anggota organisasi, maupun tujuan yang sifatnya
substantif, yaitu tujuan organisasi secara keseluruhan. Tujuan substantif merupakan tujuann pokok
organisasi yang menjadi sebab utama dibentuknya suatu organisasi. Oleh sebab itu, kegiatan-kegitan
organisasi diarahkan kepada dua dimensi tujuan, yaitu:[37]
1. Tercapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Keefektifan adalah yang berhubungan
dengan tujuan organisasi baik secara iksplitis maupun implisit. Efisiensi adalah berhubungan
dengan rasiooutput dengan input atau keuntungan dengan biaya. Adakalanya tujuan dapat
dicapai secara efektik, tetapi tidak efisien, artinya tujuan dapat dicapai tetapi terjadi
pemborosan tenaga, bahan dan waktu. Sebaliknya, bisa terjadi tujuan tersebut dicapai secara
efisien dan efektif.
![Page 15: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/15.jpg)
2. Tercapainya kepuasan dari anggota organisasi. Dalam proses pencapaian tujuan organisasi,
setiap orang atau anggota yang bekerja atau terlibat dalam aktivitas organisasi harus
diberikan kepuasan, sehingga mereka merasa sebagai anggota organisasi, dan hal tersebut
akan mendorong orang tersebut untuk bekerja dalam kondisi dan motivasi yang produktif.[38]
3. 4. Bantuk-Bentuk Organisasi
Banyak bentuk dan tipe organisasi tergantung pada sudut pandang dari orang yang mengkategorikan.
Jika bentuk organisasi didasarkan pada hubungan otoritas, maka dapat dikategorikan bentuk
organisasi atas:[39]
1. Organisasi lini atau garis, dimana otoritas mengalir dari puncak organisasi dilimpahkan kepada
unit-unit organisasi di bawahnya dalam semua sektor pekerjaan. Dan pertanggung jawaban
juga mengalir dari bawah hingga ke tingkat yang paling atas secara bertahap berdasrkan
hirarkis.[40]
Pekerja
Bagan 1: Bentuk organisasi lini
1. Organisasi lini dan staf, di samping otoritas berasal dari pimpinan puncak dan dilimpahkan
kepada unit di bawah secara hirarkis dalam semua kerja, juga ada satuan unit organsiasi yang
membantu pimpinan dalam bidang tertentu tanpa ia ikut sert dalam otoritas lini.
2. Organisasi fungsional, adalah organisasi dimana otoritas pimpinan puncak didelegasikan
kepada unit-unit organisasi hingga kepaling bawah dalam bidang pekerjaan tertentu dan
masing-masing pimpinan unit mempunyai otoritas secara fungsional untuk memerintah semua
pelaksanaan dari semua unit sepanjang berhubungan dengan pekerjaannya.
3. Organisasi lini fungsional, memperlihatkan ciri organisasi lini dan organisasi fungsional.
4. Organisasi lini-staf-fungsional, memperlihatkan ciri-ciri organisasi lini dan sifat serta organisasi
fungsional.
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa setiap bentu-bentuk organisasi tersebut, memiliki
ciri-ciri masing-msaing dalam melaksanakan tugasnya demi mencapai tujuan bersama yang ingin
dicapai.
BAB III
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Dalam pengembangan dan pengelolaan lembaga pendidikan Islam, maka unsur-unsur atau komponen-
komponen yang ikut andil dalam mempengaruhi tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, karena satu
sama lain saling berhubungan dan berkaitan dalam memaju lembaga pendidikan. Komponen-
![Page 16: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/16.jpg)
komponen tersebut antara lain, kepemimpinan, manajemen, administrasi dan organisasi. Empat
komponen ini, dalam pandangan penulis, saling berhubungan dalam mengembangkan lembaga
pendidikan terutama pengembangan sumber daya manusainya.
Dalam pengelolaan organisasi, kepemimpinan, administrasi dan manajemen saling berkaitan dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah direncanakan pada pengembangan organisasi tersebut. Oleh
karena itu, berdasarkan penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan secara umum, antara lain yaitu:
1. Hubungan antara kepemimpinan, manajemen, administrasi dan organsiasi sangat berkaitan
erat terhadap pengembangan lembaga pendidikan terutama pengembangan disektor sumber
daya mansusia.
2. Dalam suatu organisasi, perencanaan merupakan langkah awal untuk mencapai tujuan
berdasarkan visi dan misi organisasi tersebut.
3. Untuk mengembangan lembaga pendidikan/organisasi, maka keberadaan penggerakan
(actuating) sangat penting dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Maju dan
berkembangnya suatu lembaga pendidikan/organisasi sangat tergantung dengan fungsi
manajemen yang berhubungan dengan penggerakan. Apabila fungsi ini berjalan dengan
efektif dan efisen, maka akan bertampak terhadap pengembangan organisasi dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
DAFTAR RUJUKAN
Fattah, Nanang. 2009. Landasan Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Jurnal el-Harakah. 2003. Wacana Baru Pendidikan, Keagamaan, dan
Kebudayaan. Malang: Fakultas Tarbiyah UIN-Malang
Marno, Triyo Supriyatno. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung: Refika
Aditama
Silalahi, Ulbert. 1997. Study Tentang Ilmu Administrasi: Konsep Teori dan Dimensi. Bandung: Sinar
Baru Algensindo
Simbolon, Maringan, Masry. 2003. Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Wahjosumidjo. 2005. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta:
RajaGrafindo Persada
[1] Jurnal el-Harakah, Wacana Kependidikan, Keagamaan dan Kebudayaan,Malang: fakultas Tarbiyah
UIN-Malang, Edisi 59, 2003, hlm. 15
[2] Jurnal el-Harakah, ibid, hlm. 15-16
![Page 17: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/17.jpg)
[3] Ulber Silalahi, Studi Tentang Ilmu Administrasi Konsep teori dan Demensi, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1997, hlm. xi-xii
[4] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Prmasalahannya, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 84
[5] Marno, Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: Refika
Aditama, 2008, hlm. 31
[6] Marno, Triyo Supriyatno, ibid, hlm. 32
[7] Op. cit., hlm. 33
[8] Lihat Marno, Triyo Supriyatno, hlm. 32
[9] Nanang Fattah, Landasan Manajamen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, hlm. 88
[10] Ibid. hlm. 88-89
[11] Op.cit., hlm. 91
[12] Lihat Nanang Fatah, hlm 95-96
[13] Lihat Marno, Triyo Supriyatno, hlm. 1
[14] Dr. Nanag Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, hlm. 11
[15] Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen,Jakarta: Ghalia Indonesia,
2003, hlm. 23
[16] Lihat Marno, Triyo Supriyatno, hlm. 1
[17] Lihat Marno, Triyo Supriyatno, hlm. 1
[18] Maringan Masry Simbolon, ibid, hlm. 23
[19] Maringan Masry Simbolan, op. cit., hlm. 24-29
[20] Lihat Maringan Masry Simbolan, hlm. 24
[21] Lihat Maringan Masry Sombolan, hln. 28
[22] Marno, Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: Refika
Aditama, 2009, hlm. 13
![Page 18: Document1e](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071707/55cf8f38550346703b9a26ae/html5/thumbnails/18.jpg)
[23] Dr. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, hlm.
71
[24] Marno, Triyo Supriyatno, ibid, hlm. 16
[25] Marno, Triyo Supriyatno, op.cit., hlm. 20-21
[26] Dr. Nanang Fatah, ibid, hlm. 101
[27] Nanang Fattah, op.cit., hlm. 33
[28] Lihat Nanang Fattah, hlm. 39
[29] Lihat Nanang Fatah, hlm. 45
[30] Ulbert Silalahi, Studi tentang Ilmu Administrasi, Konsep, Teori dan Dimensi, Bandung: Sinar Baru
al-Gensindo, 1997, hlm. xi
[31] Ibid, hlm. 3-4
[32] Lihat Ulbert Silalahi, hlm. 9
[33] Lihat Maringan Masry Simbolon, hlm. 15
[34] Lihat Ulbert Silalahi, hlm. 121
[35] Lihat Marno, Triyo Supriyatno, hlm. 16
[36] Lihat Marno, Triyo Supriyatno, hlm. 17
[37] Lihat Ulbert Silalahi, hlm. 128
[38] Ulbert Silalahi, ibid, hlm. 128
[39] Ulbert Silalahi, op.cit., hlm. 132-133
[40] Lihat Ulbert Silalahi, hlm. 132