Download - 109703776 Fraktur Radius Ulna
1
FRAKTUR RADIUS ULNA
(Faisal Budisasmita, Andi Heryati, Luthfy Attamimi)
I. PENDAHULUAN
Dengan meningkatnya mobilitas disektor lalu lintas dan faktor kelalaian
manusia sebagai salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang
dapat menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja,
olah raga dan rumah tangga.
Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya
disebabkan oleh gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan
hiperekstensi. Hal ini dapat diterangkan oleh karena adanya mekanisme refleks
jatuh di mana lengan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk seperti
gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung.(1)
Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang dengan atau tanpa letak
perubahan letak fragmen tulang. Menurut Lane and Cooper, fraktur atau patah
tulang adalah kerusakan jaringan atau tulang baik komplet maupun inkomplete
yang berakibat tulang yang menderita tersebut kehilangan kontinuitasnya dengan
atau tanpa adanya jarak yang menyebabkan fragmen.(2)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri,
dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang
patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan
tulang. (3)
Secara garis besar, fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur komplit
dan inkomplit. Pada fraktur komplit, tulang benra-benar patah menjadi dua
fragmen atau lebih. Fraktur inkomplit adalah patahnya tulang hanya pada satu sisi
saja. Fraktur komplit dapat dibagi lagi menjadi fraktur transversa, oblik/spiral,
impaksi, kominutif, dan intra-artikular. Fraktur inkomplit dapat dibagi menjadi
greenstick fracture, yang khas pada anak-anak, dan fraktur kompresi, yang
biasanya ditemukan pada orang dewasa. Fraktur avulsi terjadi bila suatu fragmen
tulang terputus dari bagian tulang sisanya yang disebabkan oleh tarikan
2
ligamentum atau pelekatan tendon yang kuat dan biasnya terjadi akibat dari
kontraksi otot secara paksa. (4)
Jenis-jenis fraktur :
Greenstick : tulang anak bersifat fleksibel, sehingga fraktur dapat berupa
bengkokan tulang di satu sisi dan patahan korteks di sisi lainnya. Tulang juga
dapat melengkung tanpa disertai patahan yang nyata (fraktur torus).
Comminuted : fraktur dengan fragmen multiple.
Avulsi : sebuah fragmen tulang terlepas dari lokasi ligamen atau insersi
tendon.
Patologis : fraktur yang terjadi pada tulang yang memang telah memiliki
kelainan, seringkali terjadi setelah trauma trivial, misalnya penyakit Paget,
osteoporosis, atau tumor.
Fraktur stres atau lelah : akibat trauma minor berulang dan kronis. Daerah
yang rentan antara lain metatarsal kedua atau ketiga (fraktur march), batang
tibia proksimal, fibula, dan batang femoral (pada pelari jarak jauh dan penari
balet).
Fraktur impaksi : fragmen-fragmen saling tertekan satu sama lain, tanpa
adanya garis fraktur yang jelas.
Fraktur lempeng epifisis pada anak di bawah usia 16 tahun. Fraktur ini dapat
dikelompokkan menjadi tipe 1 sampai 5 berdasarkan klasifikasi Salter
Harris.(5)
3
Gambar 1. Beberapa tipe fraktur
(dikutip dari referensi 6)
II. INSIDENS
Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak,
Fraktur yang mengenai lengan bawah pada anak sekitar 82% pada daerah
metafisis tulang radius distal, dan ulna distal sedangkan fraktur pada daerah
diafisis yang terjadi sering sebagai faktur type green-stick. Fraktur tulang radius
dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah atau 1/3 distal.(1)
III. ETIOLOGI
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung,
misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan
ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada
tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.(1)
Fraktur tidak selalu disebabkan oleh trauma yang berat; kadang-kadang
trauma ringan saja dapat menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri terkena
penyakit tertentu. Jika trauma ringan yang terus menerus dapat menimbulkan
fraktur. Berdasarkan ini, maka dikenal berbagai jenis fraktur :
4
Fraktur disebabkan trauma yang berat
Fraktur spontan/patologik
Fraktur stress/fatigue
Trauma dapat bersifat:
Eksternal : tertabrak, jatuh dan sebagainya.
Internal : kontraksi otot yang kuat dan memdadak seperti pada serangan
epilepsi, tetanus, renjatan listrik, keracunan strinkin.
Trauma ringan tetapi terus menerus.
Fraktur patologik adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang
sebelumnya telah mengalami proses patologik, misalnya tumor tulang primer atau
sekunder, myeloma multiple, kista tulang, osteomyelitis, dan sebagainya. Trau ma
ringan saja sudah dapat menimbulkan fraktur.
Fraktur stress disebabkan oleh trauma ringan tetpai terus menerus,
misalnya fraktur march pada metatarsal fraktur tibia pada penari balet, fraktur
fibula pelari jarak jauh, dan sebagainya.(6)
IV. ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG
Anatomi Tulang
Tulang dalam garis besarnya dibagi atas:
1. Tulang panjang
Yang termasuk tulang panjang misalnya femur, tibia, ulna dan humerus,
dimana daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis
efifisis disebut metafisis. Daerah ini merupakan suatu daerah yang sangat
sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit, oleh karena daerah ini
merupakan daerah metabolic yang aktif dan banyak mengandung pembuluh
darah. Kerusakan atau kelainan berkembang pada daerah lempeng efifisis
akan menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang.
2. Tulang pendek
Contoh dari tulang pendek antara lain tulang vertebra dan tulang-tulang
karpal.
5
3. Tulang pipih
Yang termasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang scavula dan
tulang pelvis.(7)
Secara makroskop terdiri dari : (1) substantia compacta dan (2) substantia
spongiosa. Pada os Longum substantia compacta berada di bagian tengah dan
makin ke ujung tulang menjadi semakin tipis. Pada ujung tulang terdapat
substantia spongiosa, yang pada pertumbuhan memanjang tulang membentuk
cavitis medullaris. Lapisan superficialis tulang disebut periosteum dan lapisan
profunda disebut endosteum. Bagain tengah os longum disebut corpus, ujung
tulang berbentuk konveks atau konkaf, membesar, membentuk persendiaan
dengan tulang lainnya.
Dari aspek pertumbuhan, bagian tengah tulang disebut diaphysis, ujung
tulang disebut epiphysis dibentuk oleh cartilago, dan bagian diantara keduanya
disebut metaphysis, tempat peartumbuhan memanjang dari tulang (peralihan
antara cartilago menjadi osseum). (8)
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut
korteks dan bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan
diluarnya dilapisi oleh periostenum. Pada anak lebih tebal daripada orang dewasa,
yang ,memungkingkan penyembuhan tulang pada anak lebih cepat dibandingkan
orang dewasa. (7)
6
Gambar 2. Contoh tulang pendek, panjang, pipih
(dikutip dari atlas anatomi Sobotta ; referensi 9)
Anatomi Radius
Ujung proximal radius membentuk caput radii (=capitulum radii),
berbentuk roda, letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea
articularis (=fossa articularis) yang serasi dengan capitulum radii. Caput radii
dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut circumferentia articularis dan
berhubungan dengan incisura radialis ulnae. caput radii terpisah dari corpus radii
oleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt tuberositas
radii. Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo interossea
(=crista interossea), margo anterior (=margo volaris), dan margo posterior. Ujung
distal radius melebar ke arah lateral membentuk processus styloideus radii, di
bagian medial membentuk incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat
sulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal radius
membentuk facies articularis carpi. (8)
7
Gambar 3. Tulang Radius
(dikutip dari atlas anatomi Sobotta ; referensi 9)
Anatomi Ulna
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang
sebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura
trochlearis (= incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral, membentuk
persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon.
Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus coronoideus, dan di
sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis. di
bagian lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapan
dengan caput radii. Di sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi
supinatoris. Corpus ulnae membentuk facies anterior, facies posterior, facies
medialis, margo interosseus, margo anterior dan margo posterior. Ujung distal
ulna disebut caput ulnae (= capitulum ulnae). Caput ulnae berbentuk
circumferentia articularis, dan di bagian dorsal terdapt processus styloideus serta
silcus m.extensoris carpi ulnaris. Ujung distal ulna berhadapan dengan cartilago
triangularis dan dengan radius. (8)
8
Gambar 4. Tulang Ulna
(dikutip dari atlas anatomi Sobotta ; referensi 9)
Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang
diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di
distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang
mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes interosea memperkuat
hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh
karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila
patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi
radioulnar yang dekat dengan patah tersebut.
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot
supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-
supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan
ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan
rotasi, terutama pada radius.(1)
9
Gambar 5. Anatomi radius dan ulna
(dikutip dari atlas anatomi Sobotta ; referensi 9)
Fisiologi
Tulang adalah adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis
sel : osteoblast, osteosit, dan osteoklas. Osteoblast membangun tulang dengan
membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan
osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif
menghasilkan jaringan osteoid, osteoblast mensekresikan sejumlah besar fosfatase
alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat
ke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran
darah, dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi
indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah
tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. (10)
Osteoblas merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi mesenkim yang
sangat penting dalam proses osteogenesis atau osifikasi. Sebagai sel, osteoblas
dapat memproduksi substansi organic intraseluler matriks, dimana klasifikasi
terjadi di kemudian hari. Jaringan yang tidak mengandung kalsium disebut osteoid
dan apabila klasifikasi terjadi pada matriks maka jaringan disebut tulang. Sesaat
10
setelah osteoblas dikelilingi oleh substansi organic intraseluler, disebut osteosit
dimana keadaaan ini terjadi dalam lakuna.
Sel yang bersifat multinukleus, tidak ditutupi oleh permukaan tulang
dengan sifat dan fungsi resopsi serta mengeluarkan tulang yang disebut osteoklas.
Kalsium hanya dapat dikeluarkan oleh tulang melalui proses aktivitas osteoklasin
yang menghilangkan matriks organic dan kalsium secara bersamaan dan disebut
deosifikasi.
Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode
pertumbuhan tulang berakhir. Setelah fase ini tulang lebih banyak terjadi dalam
bentuk perubahan mikroskopik akibat aktifitas fisiologi tulang sebagai suatu
organ biokimia utama tulang.
Komposisi tulang terdiri atas:
Substansi organic : 35%
Substansi Inorganic : 45%
Air : 20%
Substansi organik terdiri atas sel-sel tulang serta substansi organic
intraseluler atau matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari matriks
(90%), sedangkan adalah asam hialuronat dan kondroitin asam sulfur. Substansi
inorganic terutama terdiri atas kalsium dan fosfor dan sisanya oleh magnesium,
sodium, hidroksil, karbonat dan fluoride. Enzim tulang adalah alkali fosfatase
yang diproduksi oleh osteoblas yang kemungkinan besar mempunyai peranan
yang paling penting dalam produksi organic matriks sebelum terjadi kalsifikasi.(7)
Pada keadaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada
suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak ketika
terjadi lebih banyak pembentukan daripada absorpsi tulang. Pergantian yang
berlangsung terus-menerus ini penting untuk fungsi normal tulang dan membuat
tulang dapat berespon terhadap tekanan yang meningkat dan untuk mencegah
terjadi patah tulang. Betuk tulang dapat disesuaikan dalam menanggung kekuatan
mekanis yang semakin meningkat. Perubahan tersebut juga membantu
mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matriks organik yang
sudah tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang secara relative menjadi lemah
11
dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru memerlukan matriks organik baru,
sehingga memberi tambahan kekuatan pada tulang. (10)
V. DIAGNOSIS
Film polos tetap merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang utama
pada sistem skeletal. Gambar harus selalu diambil dalam dua proyeksi. (11)
Film polos merupakan metode penilaian awal utama pada pasien dengan
kecurigaan trauma skeletal. Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupun
beberapa diantaranya sangat rentan.
Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah :
Garis fraktur : garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang atau
menimbulkan keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada fraktur
minor.
Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur.
Iregularis kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada
korteks.(5)
Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan lateral
view. Posisi ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak
bersilangan, serta posisi lengan bawah menghadap ke arah datangnya sinar (posisi
anatomi). Sinar datang dari arah depan sehingga disebut AP (Antero-Posterior) (12)
Terdapat tiga posisi yang diperlukan pada foto pergelangan tangan untuk
menilai sebuah fraktur distal radius yaitu AP, lateral, dan oblik. Posisi AP
bertujuan untuk menilai kemiringan dan panjang os radius, posisi lateral bertujuan
untuk menilai permukaan artikulasi distal radius pada posisi normal volar (posisi
anatomis).(13)
Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur yang terdapat pada
fraktur radius dan ulna :
Fraktur Kaput Radius
Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hampir
tidak pernah ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyeri
saat lengan bawah dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberi
petunjuk untuk mendiagnosisnya.
12
Fraktur Leher Radius
Jatuh pada tangan yang terentang dapat memaksa siku ke dalam valgus
dan mendorong kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radius
dapat retak atau, patah sedangkan pada anak-anak tulang lebih mungkin
mengalami fraktur pada leher radius. Setelah jatuh, anak mengeluh nyeri pada
siku. Pada fraktur ini kemungkinan terdapat nyeri tekan pada kaput radius dan
nyeri bila lengan berotasi.
Fraktur Diafisis Radius
Kalau terdapat nyeri tekan lokal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan sinar-X
Fraktur Distal Radius
Fraktur Distal Radius dibagi dalam :
1) Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi
sendi radio-ulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi ke
arah dorsal. Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur ini
akibat terjatuh dengan tangan terentang dan lengan bawah dalam keadaan
pronasi, atau terjadi karena pukulan langsung pada pergelangan tangan bagian
dorsolateral. Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur
Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang
mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering
terjadi.(1,14,15)
Gambar 6. Fraktur Galeazzi
(dikutip dari referensi 6)
13
2) Fraktur Colles
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi
di korpus distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen
distal bergeser ke arah dorsal dan proksimal, memperlihatkan gambaran
deformitas “garpu-makan malam” (dinner-fork). Kemungkinan dapat disertai
dengan fraktur pada prosesus styloideus ulna. (14)
Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan
angulasi ke posterior, dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke
radial. Dapat bersifat kominutiva. Dapat disertai fraktur prosesus stiloid ulna.
Fraktur collees dapat terjadi setelah terjatuh, sehingga dapat menyebabkan
fraktur pada ujung bawah radius dengan pergeseran posterior dari fragmen
distal (1,6)
3) Fraktur Smith
Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara
langsung pada punggung tangan. Pasien mengalami cedera pergelangan
tangan, tetapi tidak terdapat deformitas. Fraktur radius bagian distal dengan
angulasi atau dislokasi fragmen distal ke arah ventral dengan diviasi radius
tangan yang memberikan gambaran deformitas “sekop kebun” (garden
spade). (1,6,14)
Gambar 7. Fraktur Colles dan fraktur Smith
(Dikutip dari referensi 6)
14
Gambar 8. Gambaran radiologi fraktur Smith
(dikutip dari referensi 16)
Gambar 9. Gambaran radiologi fraktur Colles
(dikutip dari referensi 16)
4) Fraktur Lempeng Epifisis
Fraktur Lempeng Epifisis merupakan fraktur pada tulang panjang di
daerah ujung tulang pada dislokasi sendi serta robekan ligamen.(21)
Klasifikasi menurut Salter-Harris merupakan klasifikasi yang dianut dan
dibagi dalam 5 tipe :(21)
15
Gambar 10. Klasifikasi Salter Harris
(dikutip dari referensi 20)
Paling umum adalah tipe II, dengan fragmen metafisis triangular terlihat di
dorsal.(20)
- Tipe I
Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada tulang,
sel-sel pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur
ini terjadi oleh karena adanya shearing force dan sering terjadi pada bayi
baru lahir dan pada anak-anak yang lebih muda. Pengobatan dengan
reduksi tertutup mudah oleh karena masih ada perlekatan periosteum yang
utuh dan intak. Prognosis biasanya baik bila direposisisdengan cepat.(21)
Gambar 11. Cedera Salter Harris tipe I
(dikutip dari referensi 20)
16
- Tipe II
Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur melalui
sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan
membentuk suatu fragmen metafisis yang berbentuk segitiga yang disebut
tanda Thurson-Holland. Sel-sel pertumbuhan pada lempeng epifisis juga
masih melekat. Trauma yang menghasilkan jenis fraktur ini biasanya
terjadi pada anak-anak yang lebih tua. Periosteum mengalami robekan
pada daerah konveks tetapi tetap utuh pada daerah konkaf. Pengobatan
dengan reposisi secepatnya tidak begitu sulit kecuali bila reposisi
terlambat harus dilakukan tindakan operasi. Prognosis biasanya baik,
tergantung kerusakan pembuluh darah.(21)
Gambar 12. Cedera Salter Harris tipe II pada tulang radius ulna
(dikutip dari referensi 20)
- Tipe III
Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler. Garis
fraktur mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian
sepanjang garis lempeng epifisis. Jenis fraktur ini bersifat intra-artikuler
dan biasanya ditemukan pada epifisis tibia distal. Oleh karena fraktur ini
bersifat intra-artikuler dan diperlukan reduksi yang akurat maka sebaiknya
dilakukan operasi terbuka dan fiksasi interna dengan mempergunakan pin
yang halus.
17
Gambar 13. Cedera Salter Harris tipe III atau Tillaux fracture
(dikutip dari referensi 20)
- Tipe IV
Fraktur tipe ini juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui
permukaan sendi memotong epifisis serta seluruh lapisan epifisis dan
berlanjut pada sebagian metafisis. Jenis fraktur ini misalnya fraktur
kondilus lateralis humeri pada anak-anak. Pengobatan dengan operasi
terbuka dan fiksasi interna dilakukan karena fraktur tidak stabil akibat
tarikan otot. Prognosis jelek bila reduksi tidak dilakuakn.
Gambar 14. Cedera Salter Harris tipe IV
(dikutip dari referensi 20)
18
- Tipe V
Fraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang
diteruskan pada lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi
penopang badan yaitu sendi pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnosa
sulit karena secara radiologik tidak dapat dilihat. Prognosis jelek karena
dapat terjadi kerusakan sebagian atau seluruh lempeng pertumbuhan.
Gambar 15. Cedera Salter Harris tipe V
(dikutip dari referensi 20)
5) Fraktur Monteggia
Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan
saat jatuh atau pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga
proksimal dengan angulasi anterior yang disertai dengan dislokasi anterior
kaput radius.(14)
Gambar 16. Fraktur Monteggia
(dikutip dari referensi 6)
19
CT scan di gunakan untuk mendeteksi letak struktur fraktur yang
kompleks dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi,
burst fraktur atau fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan
lebih jelas mengevaluasi trauma jaringan lunak, kerusakan ligament dan adanya
pendarahan.(22)
Gambar 17. Gambaran CT Scan Fraktur Radius Ulna
(dikutip dari referensi 23)
VI. PENATALAKSANAAN
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi.
Fraktur radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil
sehingga umumnya membutuhkan terapi operatif. Fraktur yang tidak disertai
perubahan posisi ekstraartikular dari distal radius dan fraktur tertutup dari ulna
dapat diatasi secara efektif dengan primary care provider. Fraktur distal radius
umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja, serta mudah sembuh pada
kebanyakan kasus. (13)
20
Terapi fraktur diperlukan konsep ”empat R” yaitu : rekognisi,
reduksi/reposisi, terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang
benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan
terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.
2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen
fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan
letak normal.
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau
menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita
fraktur tersebut dapat kembali normal.(2)
Gambar 18 . Proses penyembuhan fraktur
(dikutip dari referensi 6)
Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa
tahap sebagai berikut :
1. Fase hematoma
Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringan
lunak, kemudian terjadi organisasi (proliferasi jaringan penyambung muda dalam
21
daerah radang) dan hematoma akan mengempis. Tiap fraktur biasanya disertai
putusnya pembuluh darah sehingga terdapat penimbunan darah di sekitar fraktur.
Pada ujung tulang yang patah terjadi ischemia sampai beberapa milimeter dari
garis patahan yang mengakibatkan matinya osteocyt pada daerah fraktur tersebut.
2. Fase proliferatif
Proliferasi sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah
proliferasi sel-sel lapisan dalam periosteal dekat daerah fraktur. Hematoma
terdesak oleh proliferasi ini dan diabsorbsi oleh tubuh. Bersamaan dengan
aktivitas sel-sel sub periosteal maka terjadi aktifitas sel-sel dari kanalis medularis
dari lapisan endosteum dan dari bone marrow masing-masing fragmen. Proses
dari periosteum dan kanalis medularis dari masing-masing fragmen bertemu
dalam satu preses yang sama, proses terus berlangsung kedalam dan keluar dari
tulang tersebut sehingga menjembatani permukaan fraktur satu sama lain. Pada
saat ini mungkin tampak di beberapa tempat pulau-pulau kartilago, yang mungkin
banyak sekali,walaupun adanya kartilago ini tidak mutlak dalam penyembuhan
tulang. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan kalsium.
3. Fase pembentukan callus
Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi
osteoporotik akibat resorbsi kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel osteoblas
mengeluarkan matriks intra selluler yang terdiri dari kolagen dan polisakarida,
yang segera bersatu dengan garam-garam kalsium, membentuk tulang immature
atau young callus, karena proses pembauran tersebut, maka pada akhir stadium ter
dapat dua macam callus yaitu didalam disebut internal callus dan diluar disebut
external callus.
4. Fase konsolidasi
Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut oleh
aktivitas osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan
pembentukan lamela-lamela). Pada stadium ini sebenarnya proses penyembuhan
sedah lengkap. Pada fase ini terjadi pergantian fibrous callus menjadi primary
callus. Pada saat ini sudah mulai diletakkan sehingga sudah tampak jaringan yang
radioopaque. Fase ini terjadi sesudah 4 (empat) minggu, namun pada umur-umur
lebih mudah lebih cepat. Secara berangsur-angsur primary bone callus diresorbsi
22
dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang
yang normal.
5. Fase remodeling
Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium yang
banyak dan tulang sedah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan
kembali dari medula tulang. Apabila union sudah lengkap, tulang baru yang
terbentuk pada umumnya berlebihan, mengelilingi daerah fraktur di luar maupun
didalam kanal, sehingga dapat membentuk kanal medularis. Dengan mengikuti
stress/tekanan dan tarik mekanis, misalnya gerakan, kontraksi otot dan
sebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pelan terhisap kembali
dengan kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan
aslinya. (2)
Ilizarov, Bone lengthening, Bone distraction osteogenesis atau Callotaxis
adalah suatu istilah yang sama dalam program pemanjangan tulang. Ilizarov
dikembangkan pertama kali oleh seorang dari Siberia Rusia yang bernama Gabriel
Abramovich Ilizarov. Ilizarov adalah suatu alat eksternal fiksasi yang berfungsi
untuk menjaga agar tidak terjadi pergeseran tulang dan untuk membantu dalam
proses pemanjangan tulang.
Gambar 19. Callotaxis
(Dikutip dari referensi 17)
Indikasi pemasangan Ilizarov :
1. Menyamakan panjang lengan atau tungkai yang tidak sama,
2. Menyamakan dan menumbuhkan daerah tulang yang hilang akibat patah tulang
terbuka yang hilang,
23
3. Membuang tulang yang infeksi dan diisi dengan cara menumbuhkan tulang
yang sehat,
4. Menambah tinggi badan.
Kontra indikasi pemasangan Ilizarov :
1. Open fraktur dengan soft tissue yang perlu penanganan lanjut yang lebih baik
bila dipasang single planar fiksator,
2. Fraktur intra artikuler yang perlu ORIF,
3. Simple fraktur (bisa dengan pemasangan plate and screw nail wire).(17)
VII. KOMPLIKASI
A. Komplikasi Dini
Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab
perlu dibuka atau dilonggarkan. Cedera saraf jarang terjadi, dan yang
mengherankan tekanan saraf medianus pada saluran karpal pun jarang terjadi.
Kalau hal ini terjadi, ligamen karpal yang melintang harus dibelah sehingga
tekanan saluran dalam karpal berkurang. Distroft refleks simpatetik mungkin amat
sering ditemukan, tetapi untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi
keadaan atrofi Sudeck. Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada
sendi-sendi jari, waspadalah jangan sampai melalaikan latihan tiap hari. Pada
sekitar 5% kasus, pada saat gips dilepas tangan akan kaku dan nyeri Berta ter-
dapat tanda-tanda ketidakstabilan vasomotor. Sinar-X memperlihatkan
osteoporosis dan terdapat peningkatan aktivitas pada scan tulang.(1)
Komplikasi patah tulang dapat dibagi menjadi komplikasi segera,
komplikasi dini, dan komplikasi lambat atau kemudian. Komplikasi segera terjadi
pada saat patah tulang atau segera setelahnya, komplikasi dini terjadi dalam
beberapa hari setelah kejadian, dan komplikasi kemudian terjadi lama setelah
tulang patah. Pada ketiganya, dibagi lagi menjadi komplikasi umum dan lokal.(18)
B. Komplikasi lanjut
Malunion
Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena
pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan dan
24
hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Pada umumnya terapi tidak diperlukan.
Bila ketidakmampuan hebat dan pasiennya relatif muda, 2,5 cm bagian bawah
ulna dapat dieksisi untuk memulihkan rotasi, dan deformitas radius dikoreksi
dengan osteotomi.
Penyatuan lambat dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi prosesus
stiloideus ulnar sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap
mengalami nyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan. Kekakuan pada bahu,
karena kelalaian, adalah komplikasi yang sering ditemukan. Kekakuan
pergelangan tangan dapat terjadi akibat pembebatan yang lama.(1)
Osteomyelitis
Adapun komplikasi infeksi jaringan tulang disebut sebagai
osteomyelitis, dan dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan
dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasilocal yang berjalan
dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul sebagaikomplikasi
dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga
(otitis media) dan kulit (impetigo). Bakterinya (Staphylococcus
aureus, Streptococcus, Haemophylus influenzae) berpindah melalui aliran
darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah
mengalir ke dalam sinusoid.
Akibat perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat
peradangan yang terbatas ini akan tersas nyeri dan nyeri tekan. Perlu sekali
mendiagnosis ini sedini mungkin, terutama pada anak-anak, sehingga pengobatan
dengan antibiotika dapat dimulai, dan perawatan pembedahan yang sesuai dapat
dilakukan dengan pencegahan penyebaran infeksi yang masih terlokalisasi dan
untuk mencegah jangan sampai seluruh tulang mengalami kerusaskan yang
dapatmenimbulkan kelumpuhan. Diagnosis yang salah pada anak-anak
yang menderita osteomyelitis dapat mengakibatkan keterlambatan dalam
memberikan pengobatan yang memadai.
25
(a) (b)
Gambar 20. (a) Osteomyelitis Akut pada Radius Ulna (b) Osteomyelitis Kronik
(Dikutip dari referensi 24)
Pada orang dewasa, osteomyelitis juga dapat awali oleh bakteri dalam
aliran darah, Namun biasanya akibat kontaminasi jaringan saat cedera atau
operasi. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut
yang tidak di tangani dengan baik. Seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya, osteomyelitis sangan resisten terhadap pengobatan dengan
antibiotika. Infeksi tulang sangat sulit untuk ditangani, bahkan tindakan drainase
dan debridement, serta pemberian antibiotika yang tepat masih tidak cukup untuk
menghilangkan penyakit.( 3 )
26
VIII. PROGNOSIS
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan
terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter
pada patahan tulang tersebut. Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar
patahan tulang, yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang
dan periost yang disebut dengan fase hematoma, kemudian berubah menjadi fase
jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada akhirnya fase konsolidasi.(18)
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat
bergantung pada lokasi fraktur dan umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan
fraktur:
Lokasi Fraktur Masa Penyembuhan Lokasi Fraktur Masa Penyembuhan
1. Pergelangan tangan 3-4 minggu 7. Kaki 3-4 minggu
2. Fibula 4-6 minggu 8. Metatarsal 5-6 minggu
3. Tibia 4-6 minggu 9. Metakarpal 3-4 minggu
4. Pergelangan kaki 5-8 minggu 10. Hairline 2-4 minggu
5. Tulang rusuk 4-5 minggu 11. Jari tangan 2-3 minggu
6. Jones fracture 3-5 minggu 12. Jari kaki 2-4 minggu
Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa (4-6 minggu),
lansia (> 8 minggu).
Jumlah Kematian dari fraktur: 4,3 per 100.000 dari 1.302 kasus di Kanada pada
tahun 1997.
Tingkat kematian dari fraktur:
Kematian : 11.696
Insiden : 1.499.999
0,78% rasio dari kematian per insiden(19)
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Handkerchief el-Ahmed. Refarat Fraktur Tulang Radius. Diunduh
dari:http://www.kumpulaninformasi.com/article-el-ahmed-handkerchief-
referat-fraktur-tulang-radius.html.
2. Weblog Heri’s. Fraktur dan Fraktur Radius Ulna. Diunduh
dari:http://heriblog.wordpress.com/page/2/.
3. Carter Michel A., Fraktur dan Dislokasi dalam: Price Sylvia A, Wilson
Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal 1365-1371.
4. Goh Lesley A., Peh Wilfred C. G., Fraktur-klasifikasi,penyatuan, dan
komplikasi dalam : Corr Peter. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2011. Hal 112-121.
5. Patel Pradip R., Trauma Skeletal dalam: Patel Pradip R. Lecture Notes
Radiologi. Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 221-
230.
6. Ekayuda Iwan, Trauma Skelet (Rudapaksa Skelet) dalam: Rasad Sjahriar,
Radiologi Diagnostik. Edisi kedua, cetakan ke-6. Penerbit Buku Balai
Penerbitan FKUI. Jakarta. 2009. Hal 31-43.
7. Rasjad Chairuddin, Struktur dan Fungsi Tulang dalam: Rasjad Chairuddin.
Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan keenam. Penerbit PT. Yarsif
Watampone. Jakarta. 2009. Hal 6-11.
8. Buranda Theopilus et. al., Osteologi dalam : Diktat Anatomi Biomedik I.
Penerbit Bagian Anatomi FK Unhas. Makassar. 2011. Hal 4-7.
9. Puts R and Pabst R.. Ekstremitas Atas dalam: Atlas Anatomi Manusia
Sobotta. Edisi 22. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jilid 1. Jakarta. 2006.
Hal 158, 166, 167, dan 169.
10. Carter Michel A., Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam: Price
Sylvia A, Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006.
Hal 1357-1359.
28
11. Patel Pradip R., Sistem Skeletal dalam: Patel Pradip R. Lecture Notes
Radiologi. Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 191-
194.
12. Begg James D., The Upper Limb in : Accident and Emergency X-Rays
Made Easy. Publisher Churchill Livingstone. UK. 2005. Page 162-167.
13. Eiff et. al., Radius and Ulna Fractures in : Fracture Management For
Primary Care. Second Edition. Publisher Saunders. UK. 2004. Page 116-
119.
14. Kune Wong Siew, Peh Wilfred C. G., Trauma Ekstremitas dalam : Corr
Peter. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 2011. Hal 97-107.
15. Malang Unmuh. Fraktur Radius Ulna. Diunduh dari :
http://bedahunhum.wordpress.com/2010/05/…/fraktur-radius-ulna/.
16. Helmes Erakinc. J and Misra Rakesh.R. in: A-Z Emergency Radiology.
from GMM. Cambridge. Page 94-101.
17. Rujito S. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Fraktur Dengan
Pemasangan illizarov. Diunduh dari:http:// www.rujito-
fisioterapi.com/category/fisioterapi -pada-fraktur/.
18. Sjamsuhidayat R., dan de Jong Wim. Patah Tuland dan Dislokasi dalam:
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. 2005. Hal 840-854.
19. Bone Healing, Komlpikasi dan Prognosis Fraktur. Diunduh dari:
http://www.wrongdiagnosis.com/f/fracture/prognosis.htm
20. Soetikno, R. Cedera Epifisis dalam : Radiologi Emergensi. Cetakan
Pertama. Penerbit Refika Aditama. Bandung. 2011. Hal 170-202.
21. Rasjad, C. Trauma Pada Tulang dalam : Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi. Edisi Ketiga. Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta. 2007. Hal
374-377.
22. Fraktur Radius Ulna. Diunduh dari:
http://www.artikelkedokteran.com/838/fraktur-radius-ulna.html
29
23. Fracture assesment and surgical strategy – illustrative case. Diunduh
dari : https://www2.aofoundation.org/wps/portal/Distal radius - Reduction
& Fixation - Bridge plating - AO Surgery Reference.htm
24. Patel Pradip R., Trauma Skeletal dalam: Patel Pradip R. Lecture Notes
Radiologi. Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 218-
219.
30
L
A
M
P
I
R
A
N