61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan,
kemampuan dan kesadaran hidup sehat bagi setiap penduduk serta tumbuhnya sikap
kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. Hal ini
memungkinkan untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Dalam kerangka mengatasi keadaan dan masalah pembangunan kesehatan yang
dihadapi dewasa ini, penyelenggaraan upaya kesehatan harus diarahkan pada peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, kondisi lingkungan baik fisik, biologik maupun sosial budaya,
upaya kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan serta kerja sama lintas sektor dan
pemberdayaan masyarakat. Dengan pengutamaan pada upaya-upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan.
Dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dan keluarga
Berencana sepanjang tahun 2007, maka hasil pencapaian melalui beberapa indikator dapat
digambarkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Bintan seperti berikut ini :
4.1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Kemajuan penting dalam pembangunan kesehatan di Kabupaten Bintan dapat dilihat
dari meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat melalui menurunnya Angka Kematian Bayi
(AKB). Pada tahun 2007 tercatat jumlah persalinan sebanyak 3.026 orang, dari jumlah tersebut
terdapat 7 kasus lahir mati, ini berarti terdapat 3.019 bayi lahir hidup (terdapat 6 kelahiran
kembar). Jumlah kematian bayi pada tahun 2007 sebanyak 16 kasus atau sama dengan 5,3 per
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
BAB IVPENCAPAIAN PROGRAM PEMBANGUNAN
KESEHATAN
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
1000 kelahiran hidup. Keadaan ini lebih baik jika dibandingkan dengan kematian bayi pada tahun
2006 yaitu sebanyak 23 kasus atau sama dengan 7,8 per 1000 kelahiran hidup.
Di Kabupaten Bintan selama tahun 2006 tercatat sebanyak 2.958 kelahiran hidup dan
13 kasus lahir mati, ini berarti bahwa ada sebesar 0,43 persen terjadi kasus lahir mati (fetal death) dari kelahiran hidup. Sedangkan jumlah bayi yang mati dengan kematian umur 0 - <28 hari
(neonatus) dan kematian umur 0 - < 1 tahun yaitu sebanyak 10 kasus (3,3 permill), ini berarti
bahwa terjadi kematian bayi umur 0 – 1 tahun sebanyak 3 bayi setiap seribu bayi yang ada, angka
ini lebih baik bila dibandingkan dengan tahun 2005, dimana terjadi kematian bayi umur 0 – 1
tahun sebanyak 4 - 5 kasus setiap seribu kelahiran hidup. Secara keseluruhan jumlah kelahiran,
bayi lahir mati dan bayi mati di Kabupaten Bintan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel. 3 : Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita Menurut Kecamatandi Kabupaten Bintan, Tahun 2007
No KecamatanJumlah Jml
Bayi Mati
Jml Balita
Jml Balita Mati
Lahir Hidup
Lahir Mati
Lahir Hidup +
Lahir Mati1. Bintan Timur 1.136 1 1.137 4 6.502 0
2. Bintan Utara 530 2 532 2 2.771 0
3. Sri Kuala Lobam 347 2 349 3 1.733 0
4. Gunung Kijang 430 1 431 1 2.427 0
5. Telok Bintan 224 0 224 1 1.188 0
6. Telok Sebong 228 0 228 1 1.396 0
7. Tambelan 124 1 125 4 718 0
.Jumlah 3.019 7 3.026 16 16.735 0Angka Kematian
(Dilaporkan) per 1.000 kelahiran hidup
5.3
Sumber: Seksi KIA dan Gizi Dinas Kesehatan Kab. Bintan tahun 2007
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Grafik 3. Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2004-2007 per 1.000 kelahiran hidup
di Kabupaten Bintan.
12
10
7.8
5.3
0
2
4
6
8
10
12
14
Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007
Angk
a Ke
mat
ian
Bayi
(AKB
)
4.2. Angka Kematian Anak Balita (AKABA)
Perkembangan jumlah balita di Kabupaten Bintan mulai tahun 2004-2007 yaitu 12.234
balita tahun 2004 dengan jumlah kematian 1 balita, 15.567 balita tahun 2005 dengan jumlah
kematian 1 balita, 16.734 balita tahun 2006 dan 16.735 balita tahun 2007 tanpa kematian balita.
Sedangkan Angka Kematianb Balita di Kabupaten Bintan mulai tahun 2004-2007
tercatat sebanyak 0.4 per 1000 kelahiran hidup tahun 2004, 0.3 per 1000 kelahiran hidup tahun
2005 dan tidak terdapat kematian pada tahun 2006 dan 2007. untuk lebih jelasnya trend angka
kematian balita di Kabupaten Bintan dapat dilihat pada grafik 4.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Grafik 4. Angka Kematian Balita (AKABA) tahun 2004-2007 per 1.000 kelahiran hidup
di Kabupaten Bintan.
0.4
0.3
0 00
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007
Angk
a Ke
mat
ian
Balit
a
4.3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Kematian Ibu Maternal adalah kematian ibu selama masa kehamilan, waktu melahirkan
dan masa nifas. Pada tahun 2007 terdapat 1 orang kematian ibu maternal dari 3.026
persalinan,ini berarti Angka Kematian Ibu (AKI) sama dengan 33 per 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan kondisi pada tahun 2006 kematian ibu maternal sebanyak 4 orang dari 2.958
persalinan atau sama dengan 135 per 100.000 kelahiran hidup. Seluruh data tersebut dicatat
berdasarkan sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas, gambaran kematian ibu maternal
dapat dilihat pada tabel 4.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Tabel 4. Jumlah Kematian Ibu Maternal Per Kecamatan di Kabupaten BintanTahun 2007
NO KECAMATAN JUMLAH IBU HAMIL
JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL
KEMATIAN IBU HAMIL
KEMATIAN IBU
BERSALINKEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH
1 Bintan Timur 1.388 0 1 0 1
2 Bintan Utara 591 0 0 0 0
3 Sri Kuala Lobam 370 0 0 0 0
4 Gunung Kijang 518 0 0 0 0
5 Teluk Bintan 254 0 0 0 0
6 Teluk Sebong 298 0 0 0 0
7 Tambelan 153 0 0 0 0
KAB. BINTAN 3.572 0 1 0 1
Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup
33
Sumber: Seksi KIA dan Gizi Dinas Kesehatan Kab. Bintan tahun 2007
Secara umum pencapaian indikator derajat kesehatan masyarakat pada tahun 2007 lebih
baik hal ini ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi dan kematian ibu. Secara Nasional
angka kematian bayi pada saat ini 37 per 1000 kelahiran hidup dan diharapkan pada tahun 2010
menurun menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup.
Sedangkan Angka Kematian Ibu melahirkan secara Nasional pada saat ini 307 per
100.000 kelahran hidup dan diharapkan menurun menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2010.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Upaya – upaya untuk menurunkan AKI dan AKB antara lain melalui penempatan tenaga
kesehatan di seluruh desa/kelurahan yang ada, terutama bidan desa yang didukung dengan
peningkatkan sarana dan prasarana antara lain gedung ,obat dan alat–alat kesehatan, kendaraan
operasional serta kesejahteraan tenaga kesehatan.
Gambaran Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) dari tahun 2004-2007 di Kabupaten Bintan
dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 5. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) tahun 2004-2007 per 100.000
kelahiran hidup di Kabupaten Bintan.
234
164
135
33
0
50
100
150
200
250
Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007
Angk
a Ke
mat
ian
Ibu
(AKI
)
4.4. Angka Kesakitan Penyakit Tertentu.
Indikator Angka Kesakitan Penyakit tertentu ini berdasarkan data yang ada
dikelompokkan menjadi penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
1. Penyakit Menular
a. Malaria
Penyakit malaria masih merupakan penyakit endemis di Kabupaten Bintan sampai saat
ini. Hal ini disebabkan wilayah Kabupaten Bintan sebagai daerah kepulauan dan sebagian besar
terdirii dari rawa-rawa/perairan ditambah lagi pelaksanaan pembangunan infrastruktur baik
industri, Pertambangan , perkantoran, dan perumah yang sedang giat-giatnya dikembangkan
mengakibatkan banyaknya bekas-bekas galian yang menjadi tempat penampungan air hujan dan
menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk anopeles yang merupakan vektor penyebaran
malaria.
Pada tahun 2007 jumlah kasus malaria yaitu 1.162 kasus malaria positif (9,7 per 1000
penduduk) dan 15.276 kasus malaria klinis (127,2 per 1000 penduduk), keadaan ini lebih rendah
dibandingkan tahun 2006, dimana kasus malaria postif sebnayak 1.975 kasus (16.5 per 1000
penduduk) dan malaria klinis sebanyak 15.055 kasus (84 per 1000 penduduk). Walaupun kasus
malaria di Kabupaten Bintan menurun akan tetapi penyakit ini masih merupakan masalah di
beberapa kecamatan, hal ini tergambar pada tabel 5 dan 6.
Tabel 5. Anual Parasit Inciden (API) Menurut Kecamatan di Kabupaten Bintan Tahun 2004-2007
NO KECAMATANT A H U N
2004 2005 2006 2007
1 Bintan Timur 1,49 10,1 11.6 3.42 Gunung Kijang 0,0 0,4 29.5 8.23 Teluk Bintan 2,01 12,5 26.3 13.44 Teluk Sebung 1,14 3,6 2.9 6.25 Bintan Utara 13,61 13,4 21.9 21.16 Tambelan 0 0 2.3 2.1
Kab. Bintan 5.1 9.0 16.5 9.7 Sumber: Seksi KIA dan Gizi Dinas Kesehatan Kab. Bintan tahun 2007
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Tabel 6. Anual Malaria Inciden (API) Menurut Kecamatan di Kabupaten Bintan Tahun 2004-2007
NO KECAMATANT A H U N
2004 2005 2006 2007
1 Bintan Timur 69,19 92,8 110.5 109.12 Gunung Kijang 1,54 3,1 112.6 76.23 Teluk Bintan 3,89 40,5 116.7 69.74 Teluk Sebung 15,39 14,9 48.4 45.85 Bintan Utara 96,88 196,0 203.2 246.46 Tambelan 68,03 32,6 28.4 18.6
Kab. Bintan 60.9 84.4 125.3 127.2Sumber: Seksi KIA dan Gizi Dinas Kesehatan Kab. Bintan tahun 2007
Persentase kasus malaria positif di Kabupaten Bintan tahun 2007 menurut kecamatan
dapat dilihat pada grafik 7 berikut ini :
Gambar 5. Persentase Kasus Malaria Positif Tahun 2007 Menurut Kecamatan
di Kabupaten Bintan.
3.14%8.57%
0%
10.81%
19.24%
13.59%
11.25% Bintan Timur
Bintan Utara
Sri Kuala Lobam
Gunung Kijang
Teluk Bintan
Teluk Sebong
Tambelan
Dari gambar 5 diatas, diketahui bahwa persentase kasus malaria positif tertinggi di
Kecamatan Bintan Utara sebesar 19.24 persen dan terendah di Kecamatan Bintan Timur
sebesar3.14 persen (*kecamatan Sri Kuala Lobam masih gabung dengan Bintan Utara).
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
b. Penyakit TB Paru
Pada tahun 2007 di Kabupaten Bintan ditemukan sebanyak 1.137 kasus TB Paru Klinis
(9,27 per 1000 penduduk) dan dari jumlah tersebut 175 kasus diantaranya adalah Basil Tahan
Asam/BTA positif (1,43 per 1000 penduduk). Keadaan ini jika dibandingkan tahun 2006 terjadi
peningkatan kasus dimana pada tahun 2006 kasus TB Paru Klinis sebanyak 945 kasus atau 7,7
per 1.000 penduduk dan kasus TB Paru positif sebanyak 126 kasus atau 1,03 per 1.000
penduduk.Peningkatan kasus ini terjadi dikarenakan semakin aktifnya pencarian kasus dan
sosialisasi program TB ke desa – desa.
Berdasarkan sasaran pembangunan kesehatan RPJMD 2006-2010 angka keberhasilan
pengobatan TB > 85 persen, angka ini pada tahun 2007 telah tercapai dimana penderita TB yang
diobati oleh tenaga kesehatan dan sembuh 100 persen.
Gambar 6. Persentase Kasus TB Paru Positif Tahun 2007 Menurut Kecamatan
di Kabupaten Bintan
82
59
87
9 10
Bintan TimurBintan Utara
Gunung KijangTeluk BintanTeluk SebongTambelan
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
c. Penyakit Kusta
Setiap tahun upaya penemuan kusta baru terus dilakukan dengan berbagai kegiatan
diantaranya kegiatan pasif maupun aktif (School survey dan chase survey). Dari kegiatan-kegiatan
tersebut pada tahun 2007 ditemukan 2 kasus di Kecamatan Teluk Sebong (0.16 per 10.000
penduduk). Angka ini cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2006
ditemukan 4 kasus (0,32 Per 10.000 penduduk) yang tersebar di 2 kecamatan yaitu Bintan Timur
2 kasus dan Bintan Utara 2 kasus, serta tahun 2005 dengan angka kesakitan (0,34 Per 10.000
penduduk). secara program penyakit kusta sudah tereleminir di Kabupaten Bintan karena
prevalensinya kurang dari 1 per 10.000 penduduk.
Grafik 6. Trend Angka Kesakitan Penyakit Kusta Tahun 2005-2007 di Kabupaten Bintan
0.340.32
0.16
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007
Angk
a Ke
saki
tan
Kust
a
d. Penyakit HIV/AIDS
Penyakit PMS HIV/AIDS masih menjadi masalah di Kabupaten Bintan. Pada tahun 2007
telah ditemukan 14 kasus HIV dari hasil Sero Survey terhadap dua lokalisasi resiko tinggi yakni di
Kecamatan Gunung Kijang (Batu. 24) dan di Kecamatan Bintan Utara (Bukit Senyum). Sampel
yang diambil sebanyak 213 dan telah diperiksa di Laboratorium Kesehatan Pekanbaru. Angka ini
mengalami peningkatan sebanyak 2 orang, pada tahun 2006 ditemukan 12 kasus HIV dari hasil
Sero Survey terhadap dua lokalisasi yang sama dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
199. Untuk menekan jumlah kasus penyakit PMS HIV/AIDS salah satunya Pemerintah Daerah
telah membangun klinik PMS di lokalisasi Batu. 24 dan Bukit Senyum yang bekerjasama dengan
yayasan ASA dalam hal penanggulangan Penyakit Menular Seksual. Terjadinya peningkatan
penyakit menular seksual HIV/AIDS di Kabupaten Bintan kemungkinan besar disebabkan oleh
adanya mobilitas penduduk terutama wanita tuna susila, selain itu masih kurangnya kesadaran
masyarakat tentang penyakit HIV/AIDS. Begitu juga dengan penyakit Infeksi Menular Seksual
(IMS) di Kabupaten Bintan seperti penyakit (sipilis, gonorhoe, ulcus genital, scrotum bengkak)
pada tahun 2007 tercatat sebanyak 1.181 penderita dari seluruh yang berkunjung ke puskesmas.
Seluruh penderita penyakit ini telah diberikan pengobatan secara intensif oleh Puskesmas.
e. Penyakit Diare
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular, pada tahun 2007 kasus penyakit
diare di Kabupaten Bintan tercatat sebanyak 3.509 kasus (28,6 per 1.000 penduduk). Angka ini
menurun jika dibandingkan tahun 2006 yaitu 4.844 kasus (39,9 per 1.000 penduduk) dengan
kasus terbanyak ditemukan di Kecamatan Bintan Utara sebanyak 984 kasus (27,6 per 1.000
penduduk).
f. Penyakit Demam Berdarah ( DBD)
Penyakit Demam Berdarah (DBD) di Kabupaten Bintan masih merupakan masalah utama,
dimana pada tahun 2007 terdapat 71 kasus (Insident Rate 0,57/1000) dengan kematian 1 orang
(CFR 1,4 %). Kasus tertinggi terdapat di kecamatan Bintan Timur sebanyak 39 kasus sedangkan
wilayah yang tidak terdapat kasus DBD adalah di kecamatan Tambelan. Terjadi peningkatan
kasus bilamana dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu terdapat 59 kasus ( IR 0,49 per 1000 ) dan
tidak terjadi kematian oleh karena penyakit tersebut., namun angka ini masih berada dibawah
standar nasional untuk Incident Rate 1/1000, CFR 2 %.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Tabel 7. Data Kasus Demam Berdarah (DBD) Tahun 2004-2007 Menurut Kecamatan di Kabupaten Bintan
NO KECAMATAN
T A H UN
2004 2005 2006 2007M K M M K M
1 Bintan Timur 0 14 0 0 14 0 39 02 Gunung Kijang 0 11 1 0 11 1 8 03 Teluk Bintan 0 6 0 0 6 0 2 04 Teluk Sebong 0 5 0 0 5 0 5 05 Bintan Utara 0 24 0 0 24 0 17 06 Tambelan 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 0 60 1 0 60 1 71 0Keterangan : K= Kasus, M = MeninggalSumber : Laporan Tahunan Program Pengamatan dan Pemberantasan Penyakit tahun 2007.
g.Acute Flaccid Paralysis ( AFP)
Pada tahun 2004, 2005 dan 2006 di Kabupaten Bintan tidak dijumpai penyakit AFP
demikian juga pada tahun 2007 kasus AFP juga tidak dijumpai walaupun telah gencar dicari
melalui Puskesmas Pembantu, Polindes, Puskesmas maupun klinik swasta.
h. Campak .
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian Luar Biasa
( KLB). Jumlah kasus penyakit campak pada tahun 2007 sama dengan 2006 sebanyak 24 kasus,
penyebaran tahun di dua kecamatan yaitu Kecamatan Bintan Utara 8 kasus dan Gunung Kijang 4
kasus sedangkan penyebaran pada tahun 2007 di empat kecamatan yaitu 5 kasus di kecamatan
Bintan Timur, 15 kasus di kecamatan Bintan Utara, 1 kasus di kecamatan Gunung Kijang dan 3
kasus di kecamatan Teluk Bintan, jika dibandingkan dengan kejadian tahun 2005 terjadi
peningkatan dimana tahun 2005 terdapat 11 kasus yang juga menyebar di dua kecamatan yaitu
Kecamatan Bintan Utara 7 kasus dan kecamatan Teluk Bintan sebanyak 4 kasus.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
i. Hepatitis.
Kasus Hepatitis selama tahun 2007 di Kabupaten Bintan berdasarkan data dari Bidang
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana
Kabupaten Bintan maupun dari Puskesmas tidak ditemukan kasus penyakit hepatitis.
j. Tifoid.
Kasus Thipoid selama tahun 2005-2007 di Kabupaten Bintan tidak ditemukan kasus
penyakit Thipoid , sedangkan pada tahun 2004 terjadi kasus penyakit Thipoid sebanyak 34 kasus.
2. Penyakit Tidak menular.
Dari 10 jenis penyakit terbesar berdasarkan jumlah kunjungan pasien di Puskesmas yaitu
ISPA, Hypertensi, Gastritis-duo denitis, diare-gastro enteritis, infeksi saluran pernapasan bawah,
malaria klinis, oesteopaties-chandropaties, penyakit pada gaster, penyakit pada vulva-jaringan
periapikal, infeksi saluran pernapasan lainnya.
Pada tahun 2007 kunjungan terbanyak di puskesmas dan jaringannya adalah penyakit
ISPA sebanyak 18.344 kasus (17,9 %), dan kasus paling rendah adalah infeksi saluranan atas
lainnya sebanyak 1.734 kasus ( 1,7 % ). Tingginya angka penyakit ISPA di Kabupaten Bintan
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor cuaca dan sanitasi lingkungan.
Penyakit ISPA juga merupakan penyakit terbesar dibeberapa daerah lain di Indonesia. Selama
tahun 2007 upaya yang telah dilakukan untuk menekan jumlah angka penyakit ISPA adalah
dengan dilakukan upaya kuratif yaitu pengobatan penderita dan promotif serta preventif berupa
penyuluhan (pemutaran film, penyebaran famplet). Upaya ini dilakukan melalui program kegiatan
promosi kesehatan di Kabupaten Bintan.
Menurut hasil Sensus Kesehatan Rumah Tangga dan Sukesnas bahwa penyakit ISPA
dan Sistem Pernafasan merupakan penyebab utama kematian bayi dimana 80-90% dari seluruh
kasus kematian ISPA disebabkan oleh Pneumonia. Angka kesakitan ISPA Pneumonia di
Kabupaten Bintan tahun 2006 terdapat 167 kasus (138 per 100.000 penduduk) dengan Angka
Incident Rate sebesar 0,99 persen dan Case Fatality Rate 0 persen, angka ini meningkat
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
dibandingkan tahun 2005 yaitu 43 kasus (36 per 100.000 penduduk) dengan Angka Incident Rate 0,27 persen dan Case Fatality Rate 0 persen.
Pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 65 persen menjadi 258 kasus (210 per
100.000 penduduk) dengan Angka Incident Rate sebesar 2,07 persen dan Case Fatality Rate 0
persen. Dari angka ini dapat disimpulkan bahwa dari 258 kasus pneumonia pada anak balita tidak
terdapat angka kematian ISPA disebabkan Pneumonia. Tindakan kuratif telah dilakukan melalui
pemeriksaan dan pemberian obat sehingga seluruh penderita dapat disembuhkan. Meningkatnya
Angka Incident Rate untuk jenis penyakit ISPA disebabkan Pneumonia dikarenakan masih
terdapatnya sanitasi lingkungan yang tidak sehat.
4.5. Status Gizi .
Status gizi merupakan kondisi tubuh seseorang sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi atau penampilan fisiologis yang diakibatkan oleh intake gizi dan
penggunaannya oleh organisme, status gizi terutama ditentukan oleh ketersediaan semua zat
dalam jumlah yang cukup dan dalam kombinasi yang tepat. Status gizi juga merupakan suatu
indikator yang digunakan untuk mengukur status gizi masyarakat, antara lain: Bayi dengan Berat
Badan Rendah ( BBLR), Status Gizi Balita, Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Pronis
(KEK), Anemia Gizi besi ( AGB) pada ibu dan pekerja wanita, dan Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium ( GAKY).
1. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR)
Jumlah bayi yang lahir pada tahun 2007 yaitu sebanyak 3.026 bayi, dari jumlah tersebut
yang lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 17 bayi (0,56 persen). Kondisi ini
lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu sebanyak 24 bayi dengan BBLR (0,9
persen) dari 2.961 bayi lahir dan lebih baik lagi bila dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu
sebanyak 3.041 bayi, dari jumlah tersebut yang lahir BBLR 56 bayi (1,84 persen).
Grafik 7. Persentase Kejadian BBLR Tahun 2005-2007 di Kabupaten Bintan
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
1.84%
0.90%
0.56%
0.00%
0.20%
0.40%
0.60%
0.80%
1.00%
1.20%
1.40%
1.60%
1.80%
2.00%
Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007
Pers
enta
se B
BLR
2. Status Gizi Balita
Berdasarkan hasil pemantauan pertumbuhan balita yang dilaksanakan pada tahun 2007,
dari 12.085 balita yang ditimbang ditemukan 535 orang balita kekurangan gizi ( 4,4 persen),dari
jumlah tersebut ditemukan 58 anak menderita gizi buruk ( 0,5 persen).Keadaan ini lebih baik
dibandingkan dengan tahun 2006 dimana ditemukan sebanyak 86 balita menderita gizi buruk ( 0,6
persen ) dan 544 penderita gizi kurang ( 4 persen). Untuk menaggulangi masalah kurang gizi pada
balita telah dilakukan pemberian makanan tambahan (PMT) selama 90 hari makan anak terutama
pada balita gizi buruk.
Tabel 8. Hasil Pemantauan Satatus Gizi Balita Per Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2007
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
NO KECAMATAN BALITA DIUKUR
STATUS GIZI (%)
Buruk Kurang Baik Lebih1 Bintan Timur 4.725 0.18 1.48 98.34 0.02 Bintan Utara 2.043 0.24 2.66 96.96 0.143 Sri Kuala Lobam 1.048 0.17 5.08 94.50 0.254 Gunung Kijang 1.631 0.34 4.00 95.60 0.065 Teluk Bintan 981 0.73 3.14 95.40 0.736 Teluk Sebung 975 17.08 17.02 48.01 17.897 Tambelan 682 0.79 3.87 95.34 0.00
JUMLAH 12.085 0.46 3.76 95.42 0.36 Sumber : Seksi Kesga dan Gizi
3. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis ( KEK ).
Jumlah Ibu hamil yang diperiksa (K1) pada tahun 2007 berjumlah 3.463 orang. Dari
jumlah tersebut yang menderita Kurang Energi Kronis (KEK) sebanyak 163 orang (4.7 persen).
Angka ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu dari 3.396 ibu hamil yang
diperiksa, ditemukan penderita 153 ibu hamil KEK ( 4,5 persen ) . Namun angka tersebut masih
rendah jika dibandingkan dengan target program KIA yaitu dibawah 20 persen.
4. Persentase Penderita GAKY.
Berdasarkan data yang ada seperti Laporan Kesakitan ( LB1 ) dan laporan lainnya, tidak
ditemukan adanya Penderita Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Kabupaten Bintan
tahun 2007. Keadaan ini sama dengan keadaan tahun 2005 dan 2006.
Untuk mendukung kegiatan penanggulangan GAKY di Kabupaten telah dilakukan
pemantauan penggunaan garam beryodium di masyarakat yang dilaksanakan di 42
desa/kelurahan tidak ditemukan adanya garam yang tidak beryodium. Keadaan ini sama dengan
tahun 2006, namun demikian untuk mencegah terjadinya kekurangan yodium ditingkat masyarakat
perlu dilakukan upaya promotif dengan melakukan pemantauan garam beryodium ditingkat rumah
tangga dan penyuluhan secara kontinyu setiap tahunnya.
4.6. Perilaku Masyarakat.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Faktor perilaku merupakan faktor kedua terbesar mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat. Untuk itu sehubungan dengan upaya mewujudkan Visi Pembangunan Kesehatan
Kabupaten Bintan maka faktor perilaku masyarakat khususnya yang berkaitan dengan kesehatan
termasuk salah satu faktor yang paling besar pengaruhnya. Adapun pengertian dari Perilaku Sehat adalah sikap proaktif dari masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan berperan aktif
dalam gerakan kesehatan. Perilaku Sehat akan sangat berkaitan pada pengetahuan, sikap atau
sudut pandang manusia baik individu maupun kelompok yang dapat menjadi suatu budaya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku
sehat. Operasionalisasi perilaku sehat dikembangkan melalui program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) sebagai upaya pokok promosi kesehatan, dengan strategi Advokasi, Bina Suasana
dan gerakan masyarakat dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten
Bintan.
Adapun hasil yang telah dicapai dalam indikator perilaku ini dapat dilihat melalui beberapa
sub indikator antara lain :
1. Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Peran Serta Masyarakat dalam upaya
peningkatan kesehatan masyarakat. Di Kabupaten Bintan pada tahun 2007 terdapat 133
posyandu meningkat 4 posyandu dibanding tahun 2006 yaitu 129 Posyandu. Dari 133 posyandu
yang sudah termasuk dalam klasifikasi Purnama tercatat 77 (57.89 persen) posyandu meningkat 8
posyandu dibanding tahun 2006 yaitu 59 ( 45,7 persen), sedangkan yang mencapai klasifikasi
Mandiri tahun 2007 sebanyak 2 posyandu (1.50 persen) berarti mengalami penurunan 10
posyandu dibandingkan tahun 2006 yaitu 12 (9,3 persen).
Jumlah posyandu ideal menurut Departemen Kesehatan yaitu 1 posyandu untuk seratus
balita, jadi jika dibandingkan dengan jumlah anak balita yang ada pada tahun 2007, maka di
Kabupaten Bintan masih terdapat kekurangan sebanyak 34 posyandu. (data terinci pada lampiran
tabel 47).
Grafik 8. Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri Menurut Kecamatan Tahun 2007
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
di Kabupaten Bintan
76.92%
2.56%
33.33%
-
26.67%
-
62.50%
-
57.14%
-
29.41%
5.88%
75.00%
-0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
Pers
enta
se P
osya
ndu
BintanTimur
BintanUtara
Sri KualaLobam
GunungKijang
TelukBintan
TelukSebong
Tambelan
Purnama
Mandiri
2. Proporsi Penduduk Yang Menggunakan Sarana Kesehatan (Puskesmas)
Jumlah penduduk yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan
jaringannya tahun 2007 sebesar 104.271 kunjungan terdiri dari 102.054 kunjungan rawat jalan
dan 2.217 kunjungan rawat inap.Ini artinya lebih kurang 85 % penduduk telah memanfaatkan
puskesma dan jaringannya.Bila dibandingkan dengan kunjungan rawat jalan dan rawat inap pada
tahun 2006 sejumlah 92.681 kunjungan mengalami peningkatan sebesar 12,5 %.Pada tahun 2006
kunjungan rawat jalan sebesar 89.845 kunjungan dan 2.836 kunjungan rawat inap.
Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk Rawat Jalan sebesar 15 % dan 1,5
% untuk rawat inap maka jumlah kunjungan penduduk yang menggunakan puskesmas dan
jaringannya sudah melebihi Standar Pelayanan Minimal.
Grafik 9. Persentase Kunjungan Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan Tahun 2004-2007
di Kabupaten Bintan
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
25,558
90,11495,517
104,271
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007
Jum
lah
Kunj
unga
n Pa
sien
4.7. Kesehatan Lingkungan .
Menurut penelitian bahwa faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya terhadap kesehatan. Lingkungan sehat merupakan lingkungan yang dapat
mencegah masyarakat agar terhindar resiko penularan menyakit yang berbasis lingkungan. Sub
indikator yang menjadi penilaian faktor lingkungan yaitu rumah sehat, sekolah dan madrasah
sehat, sarana ibadah sehat, pesantren sehat, TTU sehat dan keluarga yang memiliki sarana
sanitasi / kesehatan lingkungan. Sub indikator lingkungan sehat dengan uraian sebagai berikut:
1. Persentase Rumah Sehat.
Rumah yang sehat akan dapat menciptakan lingkungan yang sehat pula. Berdasarkan
laporan tahun 2007 terdapat 24.196 unit rumah dan yang diperiksa 7.085 unit rumah (29.28
persen), jumlah rumah sehat 4.227 unit rumah (59.66 persen). Bila dibandingkan dengan tahun
2006 terjadi peningkatan rumah yang diperiksa dari 9.99 persen menjadi 29.28 persen dan jumlah
rumah sehat dari 49.04 persen menjadi 59.66 persen. (Data terinci pada lampiran tabel 48 ).
Grafik 10. Persentase Rumah Sehat Tahun 2004-2007 di Kabupaten Bintan
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
74.4972.15
49.04
59.66
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007
Pers
enta
se R
umah
Seh
at
2. Persentase Tempat Tempat Umum Sehat.
Tempat-tempat umum merupakan tempat terjadinya aktifitas dan interaksi banyak orang
yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit, untuk itu perlu mendapatkan perhatian dalam
hal fasilitas kebersihannya.
Jenis TTU yang didata dan termasuk kedalam penilaian antara lain kantor
pemerintah/swasta, hotel/penginapan, toko, pasar, restoran/rumah makan, salon dan lain-lain.
Semua jenis TTU tahun 2007 berjumlah 297 unit diperiksa 297 unit dan TtU yang sehat sebanyak
216 (72.7 persen), menurun 2.1 persen (74.8 persen) dibandingkan tahun 2006. (Data terinci pada lampiran tabel 51).
3. Persentase Keluarga Memiliki Sarana Kesehatan Lingkungan
Sarana kesehatan lingkungan/sanitasi yang menjadi persyaratan kesehatan suatu
rumah/keluarga yaitu penyediaan air bersih. Jamban, pembuangan air limbah dan tampat
sampah.
a. Kepemilikan Jamban.
Jumlah keluarga/KK yang yang ada di Kabupaten Bintan tahun 2007 sebanyak
29.290 KK yang memiliki sarana jamban keluarga (JAGA) sebanyak 4.240 KK dari
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
7.085 KK yang diperiksa (59.84 persen), angka ini meningkat dibandingkan tahun
2006 yaitu 54.13 persen.
b. Saluran Pembuangan Air Limbah.
Jumlah keluarga / KK yang memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) tahun
2007 sebanyak 4.580 KK dan 1.858 KK (40.57 persen) memiliki pengelolaan air
limbah, menurun 33.78 persen dari tahun 2006 (74.35 persen).
c. Persediaan Air Bersih.Jumlah keluarga/KK yang diperiksa sebanyak 7.405 KK, KK yang mempunyai akses
air bersih ledeng 7.405 KK ( 100 % ), SGL 4.622 KK (62,32 persen), ledeng 2.455 KK
(33,10 persen), kemasan 16 KK (0,22 %), lain-lain 323 KK (4,63 persen ), PAH dan
SPT masing-masing 0 KK ( 0 % ), Tabel terinci tabel. 49..
4.7. Pelayanan Kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang bermutu,adil dan merata merupakan gambaran pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan Visi Indonesia Sehat 2010, untuk mewujudkan hal tersebut di
Kabupaten Bintan telah tersedia sarana pelayanan kesehatan yang tersebar diseluruh kecamatan
sampai ke desa-desa, baik sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun sarana pelayanan
kesehatan swasta.
Upaya yang telah dilaksanakan Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2006 dalam
memberikan pelayanan kesehatan terhadap masayarakat dapat diketahui dari uraian sub indikator
berikut:
a. Rasio Sarana Kesehatan Dasar Terhadap Penduduk.
Sarana kesehatan dasar baik pemerintah maupun swasta yaitu Rumah Sakit,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes, Puskesmas Keliling, Balai Pengobatan
dan Posyandu berjumlah 151, dengan rasio 123 per 100.000 penduduk. Sarana yang
paling banyak adalah Posyandu sebanyak 133 sarana dan yang paling sedikit yaitu
Rumah Sakit sebanyak 2 sarana.
b. Rasio Sarana Kesehatan Rujukan Terhadap Penduduk.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Di wilayah Kabupaten Bintan hanya ada 2 unit Rumah Sakit 1 unit RS Antam Kijang
type D, milik PT. Aneka Tambang dan 1 unit RSUD di Tanjung Uban milik
Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau serta 7 unit Rumah Bersalin dengan status
swasta. Rasio sarana kesehatan rujukan yaitu 7,34 per 100.000 penduduk,
c. Persentase Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan.
Jumlah persalinan di Kabupaten Bintan 2007 yaitu sebanyak 3.020 persalinan. Dari
jumlah tersebut persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 2.956
persalinan (97,8 persen) dan selebihnya sebesar 3,2 persen persalinan masih
ditolong oleh dukun kampung. Persentase persalinan yang ditolong oleh nakes
meningkat dibandingkan tahun 2006 yaitu dari jumlah 2.958 persalinan yang ditolong
oleh nakes sebesar 2.842 persalinan (96 persen).
Kondisi ini menunjukkan sudah terjadinya pemerataan tenaga kesehatan
dipedesaan, sehingga jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat mulai merata .
Selain dari itu prasarana kesehatan sudah terdapat dihampir semua desa/kelurahan
yang ada Kabupaten Bintan, meskipun masih terdapat beberapa kendala dalam
operasional. Sampai dengan tahun 2006 jumlah pondok bersalin desa ( Polindes )
sebanyak 29 unit dan pada tahun 2007 telah dibangun sebanyak 8 unit sehingga
jumlah polindes keseluruhannya di Kabupaten Bintan sebanyak 37 unit. (Dapat dilihat pada Tabel. 62).
Tabel. 9 Jumlah Ibu Hamil dan Ibu Bersalin yang ditolong oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Bintan, Tahun 2007
No. Kecamatan Ibu Hamil Ibu Bersalin
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Jumlah Ibu Hamil Yang Diperiksa
( K1 )
Ditolong Tenaga
Kesehatan%
1 Bintan Timur 1.388 1.135 1.126 99,212 Bintan Utara 591 529 529 100,003 Gunung Kijang 518 430 430 100,004 Telok Bintan 254 224 202 90,185 Telok Sebong 298 228 204 89,476 Sri Kuala Lobam 370 351 344 98,017 Tambelan 153 123 121 98,37
Jumlah 3.572 3.020 2.956 97,80 Sumber: Seksi KIA dan Gizi
d. Persentase Bayi Diimunisasi Lengkap
Jumlah bayi yang tercatat pada tahun 2007 yaitu sebanyak 3.301 bayi, dari jumlah
tersebut cakupan bayi yang diimunisasi lengkap yaitu sebanyak 3.145 bayi (95.27
persen), sedangkan cakupan 2006 sebesar 97,59 persen dan 2005 sebesar 94,11
persen. Jika dibadingkan dari tahun 2005 dengan 2006 terjadi peningkatan dan 2006
dengan 2007 terjadi penurunan.
Kegiatan imunisasi dasar lengkap merupakan pemberian vaksin kepada bayi umur
<1 tahun meliputi BCG, Polio, DPT+HB dan Campak, dengan tujuan untuk
mencegah penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
e. Desa/Kelurahan Universal Child Imuzation (UCI)
Sebagai indikator keberhasilan program imunisasi di tingkat desa/kelurahan adalah
bilamana imunisasi dasar lengkap telah mencapai 85% dari jumlah bayi yang ada,
atau disebut dengan UCI.
Dari 42 Desa/Kelurahan yang tercatat di Seksi Pencegahan Penyakit, 42
deasa/kelurahan (100 persen) diantaranya telah mencapai desa/kelurahan UCI.
Cakupan ini lebih baik bila dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu sebesar 57.14
persen. Dari 42 desa/kelurahan yang ada,seluruhnya telah mencapai UCI (100
%),dengan rincian sebagai berikut :
Tabel. 10:
Persentase Cakupan Desa/Kel UCI Menurut Kecamatan di Kabupaten Bintan, Tahun 2007
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
No Kecamatan Jumlah Desa/Kel
Desa/KelUCI %
1. Bintan Timur 10 10 1002. Bintan Utara 4 4 1003. Gunung Kijang 7 7 1004. Telok Bintan 5 5 1005. Telok Sebong 6 6 1006. Sri Kuala Lobam 4 4 1007. Tambelan 6 6 100
Jumlah 42 42 100Sumber :Seksi Pencegahan Penyakit
f. Kejadian Luar Biasa (KLB)
Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani < 24 jam pada tahun 2007 terdapat 2 kasus
yaitu kasus malaria.
g. Pemberian Tablet Tambah Darah dan Imunisasi TT.
Upaya yang dilakukan dalam rangka peningkatan kesehatan pada ibu hamil adalah
pemberian tablet tambah darah dan Imunisasi TT. Jumlah ibu hamil yang mendapat
tablet tambah darah (Fe) sebanyak 30 tablet pada tahun 2007 sebesar 92.1 persen.
Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT1 sebanyak 2.976 orang (83,3 persen) dan
yang mendapatkan imunisasi TT2 sebanyak 2.976 orang (83,3 persen).
h. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif.
Pada tahun 2007 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sampai dengan 6 (enam)
bulan sebanyak 1.376 bayi ( 45,5 % ) . ini menunjukan bahwa masih perlunya
penyuluhan mengenai pentingnya pemberian ASI ekslusif.
4.8. Persentase Peserta KB Terhadap PUS.
Pasangan Usia Subur (PUS) yang tercatat berjumlah 21.161 PUS, yang menjadi peserta
KB baru sebanyak 3.268 peserta (15,44 persen), dan yang menjadi peserta KB aktif sebanyak
15.509 peserta (73,29 persen). Jika dibandingkan dengan tahun 2006, terjadi peningkatan
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
persentase jumlah peserta KB baru sebesar 0.34persen dan KB aktif sebesar 2.43 persen.(Data
terinci pada tabel 19 ) .
4.9. Sumber Daya Kesehatan
Upaya Kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan sarana
kesehatan dan pembiayaan dapat memadai dan seimbang dengan kebutuhan. Sumber daya
kesehatan dapat diukur dengan beberapa indikator kecukupan antara lain:
1. Tenaga Kesehatan.
Kondisi tenaga kesehatan pada saat ini baik PNS maupun non PNS yang bekerja di
Kecamatan/Puskesmas sejumlah 340 orang dan jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Dinas
Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan terdapat 104 orang. Sementara itu untuk
tenaga dokter sebagian besar bestatus pegawai tidak tetap (PTT).
Upaya Kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna jika pemenuhan sarana
kesehatan serta pembiayaan yang memadai dan dapat memenuhi kebutuhan.
a. Rasio Tenaga Dokter Terhadap Penduduk.
Dalam rangka meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan
diperlukan tenaga dokter yang cukup. Gambaran mengenai jumlah tenaga dokter
dapat dilihat dari indikator jumlah dokter per 100.000 penduduk. Jumlah tenaga
dokter yang berada di Kabupaten Bintan tahun 2007 sebanyak 74 orang terdiri
dari 54 orang dokter umum, 17 orang dokter gigi dan 3 orang dokter spesialis
baik di puskesmas maupun Rumah Sakit dan Balai Pengobatan Swasta untuk
melayani 122.677 penduduk.
Rasio dokter umum terhadap penduduk di Kabupaten Bintan 1 : 2.272 jiwa,
sedangkan standar Indonesia Sehat 2010 rasio dokter terhadap penduduk 1 :
2.500 jiwa. Kondisi ini menggambarkan bahwa di Kabupaten Bintan kebutuhan
untuk tenaga dokter umum sudah mencukupi.
Rasio dokter gigi terhadap penduduk 1 : 7.216 penduduk, sedangkan Standar
Indonesia Sehat 2010 rasio dokter gigi terhadap penduduk 1 : 9.000. Kondisi ini
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
menggambarkan bahwa di Kabupaten Bintan kebutuhan untuk tenaga dokter gigi
sudah mencukupi.
Rasio dokter spesialis terhadap penduduk 1 : 40.892 penduduk, sedangkan
Standar Indonesia Sehat 2010 rasio dokter spesialis terhadap penduduk 1 :
16.600. Kondisi ini menggambarkan bahwa di Kabupaten Bintan kebutuhan untuk
tenaga dokter spesialis masih kurang. Idealnya untuk jumlah penduduk sebesar
122.677 jiwa dilayani sebanyak 7 orang dokter spesialis.
Tabel. 11 : Jumlah Tenaga Teknis Kesehatan Menurut Puskesmas di Kabupaten Bintan, Tahun 2007
No Puskesmas
Kabupaten BintanTenaga Medis
Dokter Spesialis
DokterUmum
Dokter Gigi Jumlah Dokter
Keluarga1. Puskesmas 2 42 16 60 -2. Rumah Sakit Antam - 2 1 3 -
3. Sarana Kesehatan Lain/Swasta 1 9 - 10 -
4. Dinas Kesehatan - 1 - 1 -Jumlah 3 54 17 74 -
Sumber : Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana, Tahun 2008
b. Rasio Tenaga Dokter Puskesmas Per Puskesmas.
Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan tenaga dokter
umum di Puskesmas adalah Rasio Dokter Puskesmas per Puskesmas. Rasio
Dokter umum per Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2007 adalah sebesar
5. Dapat diartikan bahwa di Kabupaten Bintan pada tahun 2007 setiap
Puskesmas memiliki tenaga dokter rata-rata 5 orang. Jumlah ini sudah termasuk
dengan 2 unit puskesmas yang baru dibangun pada tahun 2007 yang terletak di
Kawal Kecamatan Gunung Kijang dan di Kecamatan Mantang yang kondisinya
belum memiliki tenaga dokter umum.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan maka upaya
dititikberatkan pada pelayanan kesehatan dasar sebagai upaya terpadu yang
diselenggarakan melalui Puskesmas.
c. Rasio Tenaga Dokter Gigi Puskesmas Per Puskesmas.
Rasio Dokter Gigi per Puskesmas di Kabupaten Bintan tahun 2007 adalah 2 atau
rata-rata Puskesmas di Kabupaten Bintan memiliki 2 orang dokter gigi. Jumlah ini
sudah termasuk dengan 2 unit puskesmas yang baru dibangun pada tahun 2007
yang terletak di Kawal Kecamatan Gunung Kijang dan di Kecamatan Mantang
yang kondisinya belum memiliki tenaga dokter gigi.
d. Penempatan Bidan di Desa
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak di daerah pedesaan
ditempatkan bidan di desa. Pada tahun 2007 Kabupaten Bintan telah memiliki 90
orang bidan yang penempatannya tersebar di 7 puskemas, 32 pustu dan 29
pondok bersalin desa/polindes yang ada di Kabupaten Bintan. Sedangkan untuk
pembangunan baru puskesmas pada tahun 2007 belum terdapat tenaga bidan,
dan Pondok Bersalin Desa di desa Mapur, Desa Kelong Kecamatan Bintan
Pesisir, Desa Penaga, desa pangkil di Kecamatan Teluk Bintan. Kelurahan
Tanjung Uban Utara, Tanjung Uban Selatan Kecamatan Bitan Utara, Desa
Busung Kecamatan Sri Koala Lobam dan Kelurahan Teluk Sekuni Kecamatan
Tambelan masing-masing juga belum ditempati oleh tenaga bidan.
Standar Indonesia Sehat 2010 untuk tenaga bidan adalah 1 : 1000. Jumlah
tenaga bidan didesa pada tahun 2007 sebanyak 90 orang dengan rasio bidan
terhadap penduduk di Kabupaten Bintan pada tahun 2007 sebesar 1 : 1.363
penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Bintan masih kekurangan
tenaga bidan. Idealnya 1 tenaga bidan untuk melayani 1000 penduduk, dengan
demikian dibutuhkan bidan sebanyak 123 orang.
e. Rasio Perawat per 100.000 penduduk.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Dalam rangka peningkatan upaya perawatan kesehatan masyarakat, tenaga
perawat kesehatan memegang peranan yang sangat penting, karena pada
umumnya tenaga perawat memberikan pelayanan langsung baik kuratif maupun
preventif. Jumlah perawat per 100.000 penduduk menurut kecamatan dapat
memberikan gambaran tentang penyebaran perawat di seluruh Kabupaten. Di
Kabupaten Bintan tahun 2007 jumlah perawat sebanyak 114 orang artinya 1
orang perawat melayani 877 penduduk. Idealnya jumlah perawat untuk tahun
2007 dengan jumlah penduduk sebanyak 122.677 jiwa membutuhkan tenaga
perawat sebanyak 143 orang. Standar Indonesia Sehat 2010 untuk tenaga
perawat dibutuhkan 1 : 855 penduduk. Berarti di Kabupaten Bintan untuk tenaga
kesehatan perawat masih kekurangan sebanyak 29 orang.
2. Sarana KesehatanPembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan
jangkauan pelayanan kesehatan. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut penyediaan sarana
kesehatan merupakan hal yang penting.
a. Puskesmas
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat.
Puskesmas dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun terus meningkat yang
bertujuan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh masyarakat dan merata
sampai di daerah terpencil.
Jumlah Puskesmas pada tahun 2007 sebanyak 7 Puskesmas ( 5,77 per 100.000
penduduk ) . Ini berarti bahwa 100.000 penduduk dilayani oleh 5 – 6 puskesmas, dengan
kata lain diperkirakan satu puskesmas melayani kurang lebih 17.523 penduduk. Semakin
tinggi ratio puskesmas terhadap penduduk, semakin besar peluang masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan. Dari angka tersebut, di Kabupaten Bintan ratio
puskesmas terhadap penduduk masih dibawah target RPJMD tahun 2005 – 2010 yaitu 1
: 15.000 penduduk.
b. Puskesmas Pembantu
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Pada tahun 2007, Kabupaten Bintan terdapat 32 Puskesmas Pembantu atau 26,08 per
100.000 penduduk. Ini dapat diartikan bahwa dalam setiap 100.000 penduduk dilayani 25
– 26 Puskesmas Pembantu atau setiap satu Puskesmas Pembantu dapat melayani 3.833
penduduk. Angka ini masih dibawah target RPJM 2005 – 2010 Kabupaten Bintan yaitu 1 :
1.500 penduduk.
c. Puskesmas Keliling
Pada tahun 2007 jumlah puskesmas keliling di Kabupaten Bintan adalah 16 ( Roda 4 )
dan 3 unit Puskel laut.
e. Polindes
Pada tahun 2007 jumlah Polindes di Kabupaten Bintan adalah 36 unit dan setiap polindes
telah ditempat 1 orang bidan.
f. Posyandu.
Dalam upaya pelayanan kesehatan bagi Balita, di Kabupaten Bintan pada tahun 2007
terdapat 133 Posyandu sedangkan jumlah Balita yang ada sebanyak 16.735 orang , ini
berarti setiap posyandu melayani 125 Balita.
3. Pembiayaan Kesehatan
Dalam empat tahun terakhir terutama sejak otonomi daerah komitmen pemerintah untuk
pembiayaan kesehatan cukup menggembirakan dan memberi harapan. Hal ini didukung dengan
kesepakatan Bupati Seluruh Indonesia pada tahun 2001, yaitu sebesar 15 – 20 % dari APBD.
Namun komitmen politik ini belum sepenuhnya dapat direalisasikan sebagaimana yang
diharapkan. Anggaran /pembiayaan sektor kesehatan di Kabupaten Bintan sejak tahun 2002
sampai dengan tahun 2007 relatif masih rendah dan mengalami fluktuasi yang sangat signifikan.
Sebagai gambaran pada empat tahun terakhir anggaran kesehatan Kabupaten Bintan yaitu dana
yang disediakan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan yang dialokasikan melalui APBD
Kabupaten dapat dilihat pada grafik 11.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Grafik 11. Pembiayaan Kesehatan Tahun 2002-2007 di Kabupaten Bintan.
18,907,141,000.0017,816,496,400.00
16,624,146,000.00
11,166,096,385.00
26,723,277,089.00
30,075,055,038.00
-
5,000,000,000.00
10,000,000,000.00
15,000,000,000.00
20,000,000,000.00
25,000,000,000.00
30,000,000,000.00
35,000,000,000.00
Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007
Pem
biay
aan
Kes
ehat
an
Berdasarkan pagu dana anggaran kesehatan pemerintah yang tertera pada tabel tersebut
diatas, maka dapat dihitung alokasi anggaran kesehatan pemerintah per-kapita pertahun di
Kabupaten Bintan, dengan rumus jumlah alokasi anggaran kesehatan pemerintah dalam 1 tahun dibagi jumlah penduduk pada tahun yang sama, sebagai berikut:
Tahun 2002 = Rp. 18.907.141.000,- = Rp. 106.683,-
177.226 jiwa
Tahun 2003 = Rp. 17.816.497.400,- = Rp. 93.907,-
189.723 jiwa
Tahun 2004 = Rp. 16.624.146.400,- = Rp. 143.714,-
115.675 jiwa
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007
61
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Tahun 2005 = Rp. 11.166.096.385,- = Rp. 94.768,-
117.825 jiwa
Tahun 2006 = Rp. 26.723.277.089,- = Rp. 220.302,-
121.303 jiwa
Tahun 2007 = Rp. 30.075.055.038,- = Rp. 245.156,-
122.677 jiwa
Apabila dilihat dari rata-rata alokasi anggaran kesehatan pemerintah perkapita pertahun
seperti hasil perhitungan diatas, maka anggaran Kesehatan pemerintah perkapita per tahun di
Kabupaten Bintan masih relatif kecil.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2007