Download - 1. Pola Proteksi Gardu Induk
RESUME RAPAT
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pola Proteksi Gardu Induk
1. POLA PROTEKSI GARDU INDUKSistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi tenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama bila terjadi gangguan hubungsingkat, system proteksi juga harus dapat mengeliminiir daerah yang terganggu dan memisahkan daerah yang tidak tergangggu, sehingga gangguan tidak meluas dan kerugian yang timbuk akibat gangguan tersebut dapat di minimalisasi. Relai proteksi gardu induk seperti yang terlihat pada gambar 1.1 terdiri dari :
Relai proteksi Trafo Tenaga
Relai proteksi busbar atau kopel
Relai proteksi PMT
Relai proteksi kapasitor dan reaktor
1.1 Proteksi Trafo TenagaPeralatan proteksi trafo tenaga terdiri dari Relai Proteksi, Trafo Arus (CT), Trafo Tegangan (PT/CVT), PMT, Catu daya AC/DC yang terintegrasi dalam suatu rangkaian, sehingga satu sama lainnya saling keterkaitan. Fungsi peralatan proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar
a). Gangguan pada Trafo Tenaga Gangguan internal
Gangguan yang terjadi di daerah proteksi trafo, baik di dalam trafo maupun diluar trafo sebatas lokasi CT. Penyebab gangguan internal biasanya akibat ;- Kegagalan isolasi pada belitan, lempengan inti atau baut pengikat inti atau Penurunan nilai isolasi minyak yang dapat disebabkan oleh kualitas minyak buruk, tercemar uap air dan adanya dekomposisi karena overheating, oksidasi akibat sambungan listrik yang buruk
- Kebocoran minyak
- Ketidaktahanan terhadap arus gangguan (electrical dan mechanical stresses)
- Gangguan pada tap changer
- Gangguan pada sistem pendingin
- Gangguan pada bushingGangguan internal dapat dikelompokan menjadi incipient fault dan active fault
Incipient fault : gangguan terbentuk lambat, dan akan berkembang menjadi gangguan besar jika tidak terdeteksi dan tidak diatasi. Seprti Overheating, overfluxsing, dan over presure
Penyebab Overheating
Ketidaksempurnaan sambungan baik elektrik maupun magnetik
Kebocoran minyak
Aliran sistem pendingin tersumbat
Kegagalan kipas atau pompa sistem pendingin
Penyebab overfluxingTerjadi saat overvoltage dan under frekuensi, dapat menyebabkan bertambahnya rugi-rugi besi sehingga terjadi pemanasan yang dapat menyebabkan kerusakan isolasi lempengani inti dan bahkan isolasi belitan
Penyebab Overpressure Pelepasan gas akibat overheating
Hubung singkat belitan-belitan sefasa
Pelepasan gas akibat proses kimia
Active fault : disebabkan oleh kegagalan isolasi atau komponen lainnya yang terjadi secara cepat dan biasanya dapat menyebabkan kerusakan yang parahPenyebab gangguan Active fault yaitu sbb ; Hubung singkat fasa-fasa atau fasa dengan ground
Hubung singkat antar lilitan sefasa (intern turn) Core faults
Tank faults
Bushing flashovers
Gangguan eksternalGangguan yang terjadi diluar daerah proteksi trafo. Umumnya gangguan ini terjadi pada jaringan yang akan dirasakan dan berdampak terhadap ketahanan kumparan primer maupun sekunder/tersier Trafo. Fenomena gangguan ekternal seperti : Hubungsingkat pada jaringan sekunder atau tersier (penyulang) yang menimbulkan through fault current. Frekuensi dan besaran arus gangguan diprediksi akan mengurangi umur operasi trafo. Pembebanan lebih (Overload )
Overvoltage akibat surja hubung atau surja petir Under atau over frequency akibat gangguan sistem External system short circuitb). Fungsi Proteksi Trafo tenaga terhadap gangguan
Untuk memperoleh efektifitas dan efisen dalam menentukan sistem proteksi trafo tenaga, maka setiap peralatan proteksi yang dipasang harus disesuaikan dengan kebutuhan dan prediksi gangguan yang akan terjadi yang mengancam ketahanan trafo itu sendiri. Jenis relai proteksi yang dibutuhkan seperti tabel-1 Tabel-1 : Kebutuhan fungsi relai proteksi thd berbagai gangguan c) Pola Proteksi Trafo tenaga berdasarkan SPLN 52-1Kebutuhan peralatan proteksi trafo berdasarkan kapasitas trafo sesuai SPLN adalah seperti pada tabel-2.
Tabel-2 :Kriteria sistem proteksi sesuai SPLN 52-1
d) Proteksi utama Trafo TenagaProteksi utama adalah suatu sistem proteksi yang diharapkan sebagai prioritas untuk mengamankan gangguan atau menghilangkan kondisi tidak normal pada trafo tenaga. Proteksi tersebut biasanya dimaksudkan untuk memprakarsainya saat terjadinya gangguan dalam kawasan yang harus dilindungi. (lEC 15-05-025).
Ciri-ciri pengaman utama :
waktu kerjanya sangat cepat seketika (instanteneoues) tidak bisa dikoordinasikan dengan relai proteksi lainnya Tidak tergantung dari proteksi lainnya Daerah pengamanannya dibatasi oleh pasangan trafo arus, dimana relai differensial dipasang
1.1.1 Differential relay ( 87T )Relai diferensial arus berdasarkan H. Kirchof, dimana arus yang masuk pada suatu titik, sama dengan arus yang keluar dari titik tersebut
Relai diferensial arus membandingkan arus yang melalui daerah pengamanan
Fungsi relai diferensial pada trafo tenaga adalah Mengamankan transformator dari gangguan hubung singkat yang terjadi di dalam transformator, antara lain hubung singkat antara kumparan dengan kumparan atau antara kumparan dengan tangki. Relai ini harus bekerja kalau terjadi gangguan di daerah pengamanan, dan tidak boleh bekerja dalam keadaan normal atau gangguan di luar daerah pengamanan.
Relai ini merupakan unit pengamanan dan mempunyai selektifitas mutlak. Karakteristi diffrensial relay
1.1.2 Restricted Earth Fault (REF)
Prinsip kerja relai REF sama dengan dengan relai differensial yaitu membandingkan besarnya arus sekunder kedua trafo arus yang digunakan, akan tetapi batasan daerah kerjanya hanya antara CT fasa dengan CT titik netralnya. REF ditujukan unuk memproteksi gangguan 1-fasa ketanah
Pada waktu tidak terjadi gangguan/keadaan normal atau gangguan di luar daerah pengaman, maka ke dua arus sekunder tersebut di atas besarnya sama, sehingga tidak ada arus yang mengalir pada relai, akibatnya relai tidak bekerja.
Pada waktu terjadi gangguan di daerah pengamanannya, maka kedua arus sekunder trafo arus besarnya tidak sama oleh karena itu, akan ada arus yang mengalir pada relai, selanjutnya relai bekerja.
Fungsi dari REF adalah untuk mengamankan transformator bila ada gangguan satu satu fasa ke tanah di dekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele differensial
1.1.3 Proteksi Cadangan
Proteksi cadangan adalah suatu sistem proteksi yang dirancang untuk bekerja ketika terjadi gangguan pada sistem tetapi tidak dapat diamankan atau tidak terdeteksinya dalam kurun waktu tertentu karena kerusakan atau ketidakmampuan proteksi yang lain (proteksi utama) untuk mengerjakan Pemutus tenaga yang tepat.Proteksi cadangan dipasang untuk bekerja sebagai pengganti bagi proteksi utama pada waktu proteksi utama gagal atau tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. (IEC l6-05-030).Ciri-ciri pengaman cadangan :
waktu kerjanya lebih lambat atau ada waktu tunda (time delay), untuk memberi kesempatan kepada pengaman utama bekerja lebih dahulu.
Relai pengaman cadangan harus dikoordinasikan dengan relai proteksi pengamanan cadangan lainnya di sisi lain.
Secara sistem, proteksi cadangan terpisah dari proteksi utama
Pola Proteksi cadangan pada trafo tenaga umumnya terdiri dari OCR untuk gangguan fasa-fasa atau 3-fasa dan GFR untuk gangguan 1-fasa ketanah seperti yang terlihat pada tabel-1 di atas.
1.1.3.1 Relai Arus Lebih (50/51)
Prinsip kerja relai arus lebih adalah berdasarkan pengukuran arus, yaitu relai akan bekerja apabila merasakan arus diatas nilai settingnya. OCR dirancang sebagai pengaman cadangan Trafo jika terjadi gangguan hubung singkat baik dalam trafo (internal fault) maupun gangguan ekternal (external fault). Oleh karena itu, setting arus OCR harus lebih besar dari kemampuan arus nominal trafo yang diamankan (110 120% dari nominal), sehingga tidak bekerja pada saat trafo dibebani nominal, akan tetapi harus dipastikan bahwa setting arus relai masih tetap bekerja pada arus hubung singkat fasa-fasa minimum. Karateristik waktu kerja terdiri dari :
- Definite
- Normal/Standar inverse
- Very inverse
- Long time inverse
Relai ini digunakan untuk mendeteksi gangguan fasa fasa, mempunyai karakteristik inverse (waktu kerja relai akan semakin cepat apabila arus gangguan yang dirasakannya semakin besar) atau definite (waktu kerja tetap untuk setiap besaran gangguan). Selain itu pada relai arus lebih tersedia fungsi high set yang bekerja seketika (moment/instantaneous).
Untuk karakteristik inverse mengacu kepada standar IEC atau ANSI/IEEE. Relai ini digunakan sebagai proteksi cadangan karena tidak dapat menentukan titik gangguan secara tepat, dan juga ditujukan untuk keamanan peralatan apabila proteksi utama gagal kerja. Agar dapat dikoordinasikan dengan baik terhadap relai arus lebih disisi yang lain (bukan relai arus lebih yang terpasang di penghantar), maka karakteristik untuk proteksi penghantar yang dipilih adalah kurva yang sama yaitu standard inverse (IEC) / normal inverse (ANSI/IEEE).
1.1.3.2 Ground Fault Relay (50N/51N)
Prinsip kerja GFR sama dengan OCR yaitu berdasarkan pengukuran arus, dimana relai akan bekerja apabila merasakan arus diatas nilai settingnya. GFR dirancang sebagai pengaman cadangan Trafo jika terjadi gangguan hubung singkat fasa terhadap tanah, baik dalam trafo (internal fault) maupun gangguan ekternal (external fault). Setting arus GFR lebih kecil daripada OCR, karena nilai arus hubungsingkatnya pun lebih kecil dari pada arus hubung singkat fasa-fasa.
Karateristik waktu kerja terdiri dari :
- Definite
- Normal/Standar inverse
- Very inverse
- Long time inverse
Relai ini digunakan untuk mendeteksi gangguan fasa tanah, sehingga karakteristik waktu yang dipilihpun cenderung lebih lambat daripada waktu OCR. Pada GFR setting highset diblok, kecuali untuk tahanan 500 ohm di sisi sekunder trafo. 1.1.3.3 Stand By Earth Fault (SBEF)
Di Indonesia ada tiga jenis pentanahan netral yaitu dengan tahanan rendah (12 , 40 ), langsung (solid) dan pentanahan dengan tahanan tinggi (500 ). Stand By Earth Fault adalah rele pengamanan untuk sistem pentanahan dengan Neutral Grounding Resistance (NGR) pada trafo.
Penyetelan relai SBEF ini mempertimbangkan faktor faktor sebagai berikut :
Pola pentanahan netral trafo
Ketahanan termis tahanan netral trafo (NGR)
Ketahanan shielding kabel disisi dipasang NGR (khususnya pada sistem dengan netral yang ditanahkan langsung atau dengan NGR tahanan rendah)
Sensitifitas relai terhadap gangguan tanah
Pengaruh konfigurasi belitan traso (dilengkap dengan belitan delta atau tidak)
Untuk pemilihan waktu dan karakteristik SBEF dengan memperhatikan ketahanan termis NGR. Karena arus yang mengalir ke NGR sudah dibatasi oleh resistansi terpasang pada NGR iru sendiri. Karena nilai arus yang flat, maka pemilihan karakteristik waktu disarankan menggunakan Definite atau Long Time Inverse
1. Tahanan Rendah, NGR 12 Ohm, 1000 A, 10 detik
Jenis relai: relai gangguan tanah tak berarah (SBEF, 51NS)
Karakteristik: long time inverse
Setelan arus: (0.1 0.2) x In NGR
Setelan waktu: ( 50% x ketahanan termis NGR, pada If=1000 A
Setelan arus highset: tidak diaktifkan
2. Tahanan Rendah, NGR 40 Ohm, 300 A, 10 detik
Jenis:relai gangguan tanah (SBEF, simbol 51NS)
Karakteristik:Long Time Inverse
Setelan arus
:(0.3 0.4) x In NGR
Setelan waktu:( 50 % x ketahanan termis NGR, pada If=300 A
Setelan arus high-set:tidak diaktifkan
3. Tahanan Tinggi, NGR 500 Ohm, 30 detik.
Jenis:relai gangguan tanah tak berarah
Karakteristik:long time inverse (LTI)/ definite
Setelan arus
:(0.2 0.3) x In NGR
Setelan waktu:1. ( 8 detik (LTI) trip sisi incoming dan 10 detik untuk sisi 150 KV pada If=25 A untuk NGR yang mempunyai t = 30 detik
2. Apabila belum ada relai dengan karakteristik LTI maka menggunakan definite, t1=10 detik (trip sisi 20 kV) dan t2 = 13 detik (trip sisi 150 kV).
1.1.3.4 Over/Under Voltage Relay (59/27)
Over Voltage Relay (OVR dan Under Voltage Relay adalah relay yang mengamankan peralatan instalasi dari pengaruh perubahan tegangan lebih atau tegangan kurang. Peralatan instalasi mempunyai nilai batas maksimum dan minimum dalam pengoperasiannya. Jika melebihi nilai maksimum atau minimum batas kerja operasinya, peralatan tersebut dapat rusak. Sehingga untuk mejaga peralatan dari kerusakan akibat perubahan tegangan yang signifikan tersebut dibutuhkan OVR dan UVR.
Prinsip dasar OVR dan UVR adalah bekerja apabila dia mencapai titik setingannya. OVR akan bekerja jika tegangan naik, melebihi dari setingannya, sedangka UVR bekerja jika tegangan turun, kurang dari nilai setingannya.
OVR diaplikasikan pada :
1. Sebagai pengaman gangguan fasa ke tanah [ pergeseran titik netral ] pada jaringan yang disupli dari trafo tenaga dimana titik netralnya ditanahkan melalui tahanan tinggi / mengambang .
2. Sebagai pengaman gangguan fasa ke tanah stator generator dimana titik netral generator di tnahkan lewat trafo distribusi .3. Sebagai pengaman overspeed pada generator .
UVR diaplikasikan pada:
1. Berfungsi mencegah srating motor bila suplai tegangan turun .
2. Dalam pengamanan sistem dapat dikombinasikan dengan relai frekuensi kurang .
Karakteristik waktu OVR/UVR adalah inverse :
a. Under Voltage Relay
b. Over Voltage Relay
Ket :
t : waktu
K: Kosntanta (5 atau 40)
V: tegangan input
Vs: tegangan seting
Tms: Time Multiple Setting
1.2 Proteksi Busbar / Diameter / KopelPeralatan proteksi busbar dirancang untuk mengamankan peralatan busbar jika terjadi gangguan hubungsingkat pada busbar. Pada sistem gardu induk yang menggunakan 3-PMT atau satu-setengah PMT (one and a half breaker), proteksi busbar disebut juga proteksi diameter. Gangguan hubung singkat pada busbar umumnya jarang terjadi, namun jika terjadi dampaknya sangat besar terhadap ketahanan peralatan instalasi dan dapat menimbulkan masalah stabilitas transient, serta dapat menimbulkan pemadaman yang meluas. Oleh karena itu fungsi proteksi busbar atau diameter, selain untuk menghindari kerusakan peralatan instalasi, juga sangat diharapkan dapat menghindari pemadaman secara menyeruh dalam suatu gardu induk jika terjadi gangguan hubung singkat di busbar.
Macam-macam proteksi busbar/diameter pada sistem tegangan tinggi / ekstra tinggi yaitu : Relai Differential busbar Relai Arus Sirkulasi (Circulating Current Protection CCP)
Relai Kegagalan PMT ( Circuit Breaker Failure CBF)
Relai Arus Jangkauan Pendek (Short Zone Protection SZP)
Relai Arus Lebih Gangguan fasa-fasa (OCR)
Relai arus Lebih gangguan fasa-tanah (GFR)
1.2.1 Relai Differential Busbar
Mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan akibat gangguan hubung singkat di busbar, maka dirancang suatu proteksi yang selektif dan dapat bekerja dengan cepat.
Keuntungan relai Differential busbar antara lain :
Waktu pemutusan yang cepat (pada basic time)
Bekerja untuk gangguan di daerah proteksinya.
Tidak bekerja untuk gangguan di luar daerah proteksinya.
Selektfi, hanya mentripkan pmt-pmt yang terhubung ke seksi yang terganggu. Imune terhadap malakerja, karena proteksi ini mentripkan banyak pmt Kerugian relai Differential busbar antara lain : Pemasangannya lebih rumit harus mengontrol status PMT dan PMS
Relatif lebih mahal dibandingan dengan relai arus lebih, karena dibutuhkan CT pada setiap bay yang diproteksi
Konfigurasi pemutus yang digunakan pada gardu induk tegangan tinggi yang menggunakan skema konfigurasi sat-setengah pmt ( circuit breaker and a half ). Relai differential busbar (buspro) diterapkan di kedua busbar dengan pola duplikasi (BBP-A1 & BBP-A2 dan BBP-B1 & BBP-B2 )
Rangkaian yang paling sederhana untuk memberikan proteksi busbar duplikasi adalah skema duplikasi menggunakan relai impedansi tinggi seperti pada sistem proteksi sisi tegangan tinggi trafo tenaga. Pemutusan diberikan berdasarkan susunan pemutusan dua dari dua (two-out-of-two) untuk memenuhi persyaratan pengamanan sistem.
Sebuah skema tunggal berdasarkan prinsip diferensial bias impedansi rendah dapat digunakan pada skema proteksi busbar numerik. Skema ini memiliki susunan integrasi penuh, serta tingkat keamanan dan kehandalan diberikan oleh skema monitor internal (internal watchdog) sehingga tidak diperlukan skema duplikasi penuh.
Jenis/pola proteksi busbar banyak ragamnya, tetapi yang akan di bahas disini adalah proteksi busbar diferensial dengan jenis low impedans dan high impedans.a). Differential Jenis Low Impedance
Relai diferensial bekerja berdasarkan hukum Kirchoff yaitu jumlah arus yang melalui satu titik sama dengan nol. Pada relai diferensial yang dimaksud suatu titik adalah daerah yang diamankan (protected zones) yang dibatasi trafo arus yang tersambung ke relai diferensial Pada keadaan tanpa gangguan atau gangguan di luar daerah yang diamankan, jumlah arus yang melalui daerah yang diamankan sama dengan nol. Pada keadaan gangguan di dalam daerah yang diamankan, jumlah arus yang melalui daerah yang diamankan tidak sama dengan nol.
Relai diferensial jenis low impedans merupakan relai diferensial arus, secara sederhana dapat digambarkan seperti Gambar 2.1.1.
Perbedaan (diferensial) arus yang melalui daerah yang diamankan ini akan melalui operating coil relai.
Secara umum relai diferensial arus adalah :
Membandingkan besaran arus yang melalui suatu daerah yang diamankan
Relai ini harus bekerja jika gangguan di dalam daerah yang diamankan dan harus stabil jika gangguan di luar daerah proteksi.
Merupakan suatu unit protection
Pada saat terjadi gangguan diluar daerah pengamanannya (F1), arus diferensial yang masuk ke relai IR = 0, sebaliknya jika gangguan terjadi didaerah pengamananya IR ( 0 , sehingga relai akan bekerja
Karakteristik kerja
Daerah pengaman adalah di dalam daerah yang dilingkupi CT yang tersambung ke relai diferensial.
Bekerja seketika.
Tidak perlu dikoordinasikan dengan pengaman lain
merupakan pengaman utama dan tidak berlaku sebagai pengaman cadangan.
a)
b)
Relai diferensial jenis non bias menggunakan relai arus lebih sebagai operating coil dan pada kondisi arus gangguan eksternal yang besar sekali relai ini tidak stabil.
Hal ini disebabkan oleh :
Komponen dc arus gangguan tidak sama
Kejenuhan setiap CT tidak sama
Rasio setiap CT tidak tepat sama
Relai diferensial jenis bias memperbaiki kelemahan di atas dengan prosentasi slope tertentu seperti pada Gambar 2.1.3
Setelan arus kerja :
% min pick up =
Berdasarkan persamaan diatas maka :
Arus minimum pick up: 30 40% In
Setelan slope
: 30 50% dengan pertimbangan :
Kesalahan trafo arus CT: 10 %
Mismatch
: 4 %
Arus eksitasi
: 1 %
Faktor keamanan
: 5 %
Cek Zone :
check zone berfungsi untuk memastikan bahwa gangguan merupakan gangguan internal dan untuk mencegah maloperasi jika ada kelainan pada proteksi busbar masing-masing zone, misalnya ada wiring yang terbuka atau terhubung singkat.Jika terjadi gangguan pada zone 1, maka jumlah arus dari masing-masing CT a, b dan c tidak sama dengan nol, akibatnya ada arus yang melalui relai R1. Hal ini juga dirasakan oleh relai R3 yang akan menutup kontaknya untuk memberi tegangan positip, dan dengan menutupnya kontak dari relai R1 maka sinyal trip akan dikirim ke pmt yang dilingkupi CT a,b dan c. Dengan demikian zone 1 dapat diisolir dari sistem.. Jika ada rangkaian arus yang terbuka pada zone proteksi, maka pada saat beban yang cukup besar atau pada saat ada gangguan eksternal, akan menyebabkan proteksi busbar pada zone tersebut tidak stabil atau relai dari busbar tersebut akan menutup kontaknya. Tetapi dengan adanya chek zone, relai tersebut tidak mendapat tegangan positip sehingga mal operasi dapat dicegah.
b) Relai diferensial busbar jenis high impedance.
Relai Differensial jenis High impedance menggunakan stabilising resistor yang dipasang seri dengan relai diferensial arusnya. Relai disetting dengan memperhitungkan sensitivitas untuk gangguan internal dan stabilitas untuk gangguan eksternal. Sensitivitas terhadap gangguan internal ditentukan oleh besarnya setting arus relai
Setelan arus ditentukan (20% 30%) In CT.
Stabilitas untuk gangguan eksternal ditentukan oleh besarnya nilai stabilising resistor yang dihitung berdasarkan drop tegangan pada salah satu rangkaian CT (V) pada arus hubung singkat eksternal maksimum (If) dengan salah satu CT jenuh. Besarnya tegangan pada terminal stabilising resistor dan relai (VR) harus diset lebih besar dari drop tegangan tersebut, sehingga pada kondisi terburuk ini relai masih stabil.
Setelan tegangan harus lebih besar dari tegangan pada terminal stabilising resistor.Dimana V = tegangan jatuh pada terminal stabilising resistor
k = Faktor keamanan (antara 1.5 2.0 )
Karena relai diset pada arus hubung singkat tertentu, jika suatu saat arus hubung singkat tersebut bertambah besar dan salah satu relai jenuh maka relai tersebut menjadi tidak stabil untuk gangguan eksternal, tetapi akan tetap stabil jika tidak ada CT yang jenuh.Dari uraian di atas dapat dikatakan relai differential high impedance memiliki stabilitas yang lebih baik untuk gangguan eksternal khususnya jika terjadi kejenuhan dari salah satu CT.
Tidak seperti relai differensial low impedance yang memiliki bias/restraint yang dapat menetralisir akibat perbedaan rasio (delta rasio kecil) pada gangguan eksternal, relai high impedance tidak memiliki kemampuan ini sehingga disyaratkan CT yang digunakan memiliki rasio yang sama.
Secara keseluruhan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk relai diferensial high impedance ini adalah (pertimbangan dalam menentukan setelan): rasio CT sama
resistansi CT rendah
knee voltage CT tinggi
burden wiring CT rendah
CT jenis low reactance
Dari uraian di atas jika CT terpasang tidak sama dan rasio disamakan dengan penambahan ACT maka harus dipenuhi persyaratan di atas, tetapi sulit dipenuhi ACT dengan kebutuhan di atas, sehingga pemakaian ACT tidak direkomendasikan untuk relai diffrensial jenis high impedance. 1.2.2 Relai Arus Sirkulasi (Circulating Current Protection / 87)
Pada gardu induk dengan konfigurasi diameter, filosofi zone proteksi harus tercover oleh relai proteksi utama, seperti yang ditunjukan gambar 2.2.0, dimana konfigurasi diameter A yang digunakan saluran penghantar dan rangkaian diameter-B digunakan bay trafo interbus.
Masing-masing busbar diproteksi oleh proteksi busbar (BBPa dan BBPb), zona proteksi penghantar diproteksi oleh Distance relai (LP), dan zona proteksi Trafo interbus diproteksi oleh Differential Trafo Interbus (87T). Untuk mengcover zona proteksi antara proteksi Penghantar dengan Trafo Interbus harus diproteksi dengan proteksi arus sirkulasi (circulating current protection/CCP) yang saling berpotongan (overlap) dengan proteksi CT (LP = proteksi penghantar, 87T = proteksi diferensial trafo) pada masing-masing rangkaian.
1.2.3 Proteksi Kegagalan PMT (Breaker Fail - CBF)Sistem proteksi kegagalan pemutus (CBF) bekerja pada saat relai lokal memberikan perintah pemutusan (trip), tetapi pemutus (PMT) gagal membuka untuk memutuskan arus gangguan. Pola proteksi kegagalan pemutus (CBF) dirancang sederhana terdiri dari detektor gangguan, indikasi status pemutus, dan relai waktu yang akan bekerja ketika relai proteksi saluran memberikan perintah pemutusan. Setelah waktu tunda tertentu (umumnya 10 s.d. 20 siklus), proteksi CBF akan memberikan perintah trip kepada semua pemutus terkait .
Jika sistem CBF ini sering bekerja, detektor gangguan lebih baik disetel diatas arus pembebanan maksimum dan dibawah arus gangguan minimum di saluran transmisi tersebut. Jika detektor gangguan diaktifkan hanya pada saat skema kegagalan pemutus aktif, setelan nilai kerja bisa disetel dibawah arus pembebanan maksimum.
Gbr-2.3 : Diagram logic CBF
Prinsip kerja berdasarkan diagram logic diatas sbb :
Proteksi kegagalan pemutus (CBF) mulai bekerja apabila ada signal trip internal proteksi TRIP (buspro) atau dari signal trip ekternal BF-EXT (proteksi penghantar) melalui switch ON dan dikontrol oleh elemen arus lebih (OCBF). Jika elemen arus lebih bekerja terus menerus sampai batas setting waktu TBF-2, maka keluaran trip dari relai akan memerintah PMT-PMT pengapitnya (BF-TRIP). Juga elemen arus yang terus menerus dapat mengerjakan TBF1 dan mengirim signal RE-TRIP ke PMT yang bersangkutan. Pengiriman signal RE-TRIP ada 2 jalur melalui kontrol waktu.kerja OCR TOC atau melalui switch T, kedua-duanya dapat dipilih melalui switch BF1.
Jika pembukaan PMT yang bersangkutan normal, maka elemen arus akan menganulir perintah CBF, sehingga CBF akan segera reset. Dan apabila signal Re-trip dari TBF1 berhasil mentrip PMT yang bersangkutan, maka elemen arus OCBF akan segera reset, dan CBF akan reset sehingga perintah trip ke PMT-PMT pengapit juga akan dianulir. Untuk memdapatkan urutan kerja yang sesuai, perlu diperhatikan penyetelan TBF1 dan TBF2.
Proteksi kegagalan pemutus (CBF) harus diterapkan pada semua pemutus 500 kV, 275 kV dan 150 kV. Penggunaan skema proteksi arus dengan pemilihan waktu pada masing-masing pemutus lebih disarankan dari pada skema yang terintegrasi secara terpusat. Gangguan pada salah satu elemen pada skema ini tidak akan terlalu banyak mempengaruhi elemen yang lain. Sinyal trip (tripping signal) dapat diulang (routed) pada proteksi busbar sehingga mengurangi biaya tambahan pada rangkaian logika pemutusan.
Sama halnya seperti proteksi busbar, apabila sistem proteksi menggunakan jenis numerik, skema yang digunakan biasanya juga termasuk fasilitas untuk proteksi kegagalan pemutus (CBF).
1.2.4 Proteksi Zone Pendek ( Short Zone Protection SZP )
Untuk peralatan membuka terminal, CT akan diletakkan pada salah satu sisi pemutus. Dalam hal ini, skema CBF harus memasukkan proteksi zona pendek (short-zone protection). Penggunaan skema ini mirip dengan proteksi kegagalan pemutus konvensional namun sinyal inisiasi (initiating signal) berasal dari pembukaan pemutus yang terkait dan kelanjutan aliran arus gangguan (continuation of fault current flow). Jika arus gangguan mengalir terus-menerus setelah output perintah trip dari relai, maka kondisi ini dianggap juga sebagai kegagalan PMT (breaker failure), oleh karena itu elemen arus lebih perlu dilengkapi untuk masing-masing fasa. Untuk kebutuhan kecepatan tinggi, maka dibutuhkan spesifikasi relai arus lebih jenis high speed overcurrent yang mempunyai kemampuan reset sangat cepat
1.2.5 Relai Proteksi KopelPada instalasi gardu induk yang mempunyai dua busbar biasanya dilengkapi fasilitas bay kopel (bus coupler) untuk kemudahan atau fleksibilitas operasi saat pengaturan beban. Sistem proteksi kopel umumnya dipasang relai differensial busbar sebagai pengaman utama dan OCR/GF untuk pengaman cadangan. Prinsip kerja dan zona pengaman differential busbar dan OCR/GF telah dijelaskan di atas, sedangkan OCR 1.2.6 Peralatan Bantu Proteksi
1.2.6.1 Synchro check
Relai Synchrocheck adalah suata peralatan kontrol yang berfungsi untuk mengetahui kondisi sinkron antara dua sisi atau subsistem yang diukur. Besaran yang diukur oleh alat ini adalah perbedaan sudut fasa, tegangan dan frekuensi.
Beda sudut fasa (f)
Sudut fasa untuk mengetahui perbedaan sudut fasa urutan tegangan antara kedua sisi yang diukur, biasanya besarnya setting sudut fasa tergantung kekuatan sistem saat itu. Untuk sekuriti sistem setting sudut fasa dipilih disesuaikan dengan kekuatan sistem dengan batas maksimum adalah sekitar 20.
Beda tegangan (V)
Adalah beda tegangan antara diantara kedua subsistem misalkan antara tegangan bus/common (U1) dengan running /incoming (U2). Untuk mencegah terjadinya asinkron saat penutupan PMT perlu diperhatikan perbedaan kedua sisi tegangan tidak boleh lebih besar dari setting beda tegangan. Setting perbedaan tegangan maksimal 10%Vn.
Beda frekuensi (F)
Beda frekuensi adalah untuk mengetahui slip frekuensi antara kedua subsistem yang akan dihubungkan fungsinya untuk mencegah penutupan PMT jika perbedaan kedua sisi frekuensi lebih besar dari setting. Perbedaan frekuensi maksimal disetting 0.11 Hz.
Faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam setelan synchro check adalah perbedaan frekuensi (slip), sehingga perlu dihitung secara akurat.
Perbedaan frekuensi ditentukan melalui persamaan df = /(t x180), dimana dalam derajat dan t dalam detik.
Waktu tunda
Beda frekuensi adalah untuk mengetahui slip frekuensi antara kedua subsistem yang akan dihubungkan fungsinya untuk mencegah penutupan PMT jika perbedaan kedua sisi frekuensi
1.2.6.2. AVR Trafo tenaga
a. Kualitas Pelayanan Dan Mutu TeganganPenampilan dari system distribusi tenaga listrik dan kualitas dari pada pelayanan diantaranya terukur dari level tegangan yang dapat memuaskan pelangganan, dalam kaitan pertimbangan ekonomi Perusahaan Listrik tidak dapat memenuhi masing-masing pelanggan dengan suatu tegangan yang konstant sesuai name plate tegangan pada peralatan yang dipunyai pelanggan.
Terlihat pada Gambar 2.6.1, Nilai tegangan yang diterima oleh pelanggan pada sirkuit distribusi akan bervariasi, pelanggan yang dekat dengan sumber (First customers) akan merasakan tegangan dengan nilai maksimum, sedangkan nilai tegangan minimum akan dirasakan oleh pelanggan yang berada pada ujung sirkuit (Last rural customers)
Standar kualitas tegangan yang ditentukan oleh pelanggan PT PLN (Persero) adalah +5 % dan -10 % dari tegangan nominal.
Untuk mendapatkan tegangan sirkit distribusi dengan batasan yang diijinkan, diperlukan suatu pengontrol tegangan, menaikan tegangan sirkuit bila tegangan terlalu rendah dan menurunkannya bila tegangan terlalu tinggi. Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan atau pengaturan tegangan system distribusi. Beberapa cara tersebut antara lain :
Menggunakan pengaturan tegangan Generator
Aplikasi peralatan pengatur tegangan pada Gardu Distribusi
Aplikasi Kapasitor pada Gardu Distribusi
Balansing beban-beban pada feeder distribusi
Menaikan ukuran penampang konduktor feeder distribusi
Merubah feeder section dari single-phase ke multiphase Pemindahan beban pada feeder baru
Install Gardu Induk dan Feeder baru
Menaikan level tegangan primer
Aplikasi pengatur tegangan di Gardu Hubung
Aplikasi Kapasitor shunt atau seri pada primary feeder
b. Pengatur Tegangan Pada Gardu DistribusiPengatur Tegangan (Voltage Regulators) digunakan untuk mengatur tegangan output dari Transformator untuk menjaga tegangan output tetap konstan,Terdapat dua tipe Voltage Regulator yaitu tipe induksi dan tipe step regulators. Pada era sekarang ini tipe step regulator telah menggantikan tipe induksi.
Tipe step voltage regulator pada dasarnya adalah suatu autotransformer dengan beberapa tap atau step dalam belitan seri. Pada Transformator tegangan tinggi Voltage Regulator tipe step pada umumnya dapat dioperasikan dalam kondisi berbeban dan dikenal dengan sebutan On Load Tap Changer (OLTC).
Hal yang sangat penting regulator dirancang untuk mengoreksi tegangan fasa dari 10 percent menaikan (boost) ke 10 percent menurunkan/melawan (buck) (+10 percent) dalam 32 step, dengan 5/8 percent perubahan tegangan per step. Catatan bahwa tegangan regulasi secara penuh dengan range 20 percent, dengan perkataan lain jika 20 percent regulasi range dipenuhi oleh 32 step, maka ditemukan 5/8 percent regulasi per step.
c. Kompensasi Line-Drop (Line-Drop Compensation)
Voltage Regulator di Gardu Distribusi digunakan untuk mendapatkan tegangan sekunder Transformator tetap konstan walaupun tegangan sisi primer berfluktuasi pada suatu pengaturan nilai khayal atau titik pengaturan tanpa memperhatikan besarnya (magnitude) atau faktor kerja (power factor) dari beban.
Titik regulasi (regulation point) biasanya dipilih di suatu lokasi diantara regulator dan di akhir feeder (the end of the feeder). Hal ini akan dipelihara secara otomatis melalui dial setting dengan mengatur setting elemen resistance dan reactance dari unit yang disebut line-drop compensator.
Pada kondisi beban nol penetapan nilai resistance diantara Regulator dan regulation point. R dial setting pada line drop compensator dapat ditetapkan dari:
\ V
Keterangan :
CTp = rating dari besaran primer CT
PTs = Potential transformers turns ratio : Vpri/Vsec
Gambar 2.6 2 : Schematic Diagram Sederhana dan Phasor Diagram dari Rangkaian Kontrol dan Rangkaian Line-Drop Compensator dari Suatu Step atau Induksi Voltage Regulator
Reff = nilai tahanan (resistance) efektif konduktor feeder dari Gardu Induk sampai dengan titik pengaturan (regulation point)
dimana :
re =resistance konduktor feeder dari regulation station sampai dengan regulation point, /mi per conductor
Sl = panjang konduktor tiga fasa dari feeder diantara regulation station sampai ke Gardu Induk
l =panjang feeder,mi
Juga, nilai X dial setting dari line-drop compensator dapat ditetapkan dari :
Vdimana:
Xeff =nilai reaktance efektif konduktor feeder dari GI sampai dengan titik pengaturan (regulation point),
dimana :
XL = reaktansi induktif dari konduktor feeder, /mi
Bila nilai R dan X ditetapkan untuk total beban yang tersambung, lebih dari sekedar untuk suatu grup pelanggan, nilai resistansi dan reaktansi ditetapkan dari :
dan :
dimana :
= drop tegangan dari line resistance satu feeder diantara regulator station dengan regulation point, V/section
= Total drop tegangan dari Line Resistance dari Feeder diantara regulator station dengan regulation point,V
Besarnya arus beban pada feeder section satu,A
= resistance dari konduktor feeder section satu,/mi
= panjang konduktor feeder section satu,miJuga untuk nilai X dial setting dari the line-drop compensator ditetapkan dari :
dan :
dimana :
= drop tegangan dari line reactance satu feeder diantara regulator station dengan regulation point, V/section
= Total drop tegangan dari Line Reactance dari Feeder diantara regulator station dengan regulation point,V
Besarnya arus beban pada feeder section satu,A
= reactance dari konduktor feeder section satu,/mi
= panjang konduktor feeder section satu,mi
Karena metoda diatas hanya menggambarkan untuk menentukan nilai efektif R dan X adalah cukup merepotkan. Disarankan suatu alternatif dan metoda praktis untuk mengukur arus (IL) dan tegangan di lokasi regulator dan titik pengaturan (regulating point). Perbedaan diantara nilai dua tegangan adalah total drop tegangan diantara regulator dan titik pengaturan, yang mana dapat juga didefinisikan sebagai :
Dari besarnya nilai Reff dan Xeff dapat dengan mudah ditentukan bila faktor kerja dari beban feeder dan perbandingan rata-rata r/x ratio dari konduktor feeder diantara regulator dan regulating point diketahui
Gambar 2.6.3 di bawah ini memberikan suatu contoh untuk menentukan profil tegangan untuk beban puncak dan beban normal. nilai dasar tegangan primer dari feeder adalah 120-V base.
Gambar 2.6.3 Contoh One-line Diagram Profil Tegangan pada Primary Feeder
Gambar 2.6.3 : One-line diagram dan voltage profile dari suatu feeder dengan beban distribusi dibawah control suatu regulator tegangan, lokasi: (a) one line-diagram, dan (b) peak and light load profile terlihat bayangan regulating point untuk line drop compensator settings.
Proteksi TRAFO
Gbr 1.1 : Diagram Proteksi gardu induk
RELAI
PROTEKSI
CT150
(
A
OCR/GF3
PMT 150 KV
100 %
PMT 20 KV
RELAI
PROTEKSI
CT20
CTN150
CTN20
NGR
Indikasi relai
Data Scada
Event Recorder
Disturbance Recorder
CATU DAYA
DC / AC
Gbr 1.2 : Peralatan sistem proteksi trafo tenaga 150/20 kV
Gbr 1.2.2 : Rangkaian arus relai REF saat terjadi ggn ekternal
(I1+I2)/2
(I1-I2 )
Gbr 1.2.1b : Karakteristik kerja relai differential
Gbr 1.2.1a : prinsip kerja relai differensial
EMBED PBrush
Operate
Operate
Gbr 2.1.1 : Pola proteksi Differensial Busbar jenis low impedance
R
IR1 = 0
F1
Id
Ih
Idm
Slope 1
block area
Operate area
Ih
Id
Slope =
Slope 2
IA
IB
Protected Zones
End A
Gbr 1.3.2 : Kurva / karakteristik Rele
Gbr 1.3.1 : Kurva / karakteristik inverse
150KV
B
BBP-1
BBP-2
CT2-3
CT2-2
CT2-1
CT1-4
CT1-3
CT1-2
CT1-1
Gbr 1.2.0 : Sistem proteksi trafo tenaga 150/20 kV
SBEF
51NS
87NS
87NP
87T
OCR/GFR
50/51S/51GS
OCR/GFR
50/51P/51GP
REL 20 kV
OCR/GFR
50/51/51G
OHL-1
OHL-2
TD-1
TD-2
TD-3
KOPEL
Gbr 2.1.0 : Pola proteksi Differensial Busbar pada gardu induk 150 kV
End B
F2
87T
LP
BBP
CCPb
CCPa
Gbr 2.2.0 : Skema proteksi CCP
CCPa
CCPb
87T
LP
BBP
SZP
Gbr 2.4.0 : zona proteksi SZP
Gbr 2.4.1 : Diagram urutan kerja CBF
Peak load profile
Regulation point
130
128
126
124
122
120
118
116
VRR
(b)
Feeder length beyond regulator,mi
0
8
7
6
5
4
3
2
1
Voltage Regulator
First distributor transformer
Primary Feeder
Vreg
VVRR
ILXL
ILRL
IL
VVRR
Vreg
Gardu Induk
Feeder point
XL
RL
XL
RL
IL
Voltage Regulator Relay
PT
CT
OLTC
Transformator
To first customer
Primary lateral
Feeder
Gambar 2.61. Ilustrasi Penyebaran Tegangan pada Primary Feeder System Radial
Last rural customers
Last customers
First customers
Rural Primary
Proteksi
FEEDER
Primary feeder
Proteksi TRAFO
OHL
OHL
Proteksi PEMBANGKIT
Proteksi PHT
Proteksi PHT
Proteksi BUSBAR
I
II
BUS 150KV-4000A
PLTG
UNINDO
TD-2 (60 MVA)
NGR: 12
1000 A
NGR : 12 1000A
Restrain
Restrain
I diff
I diff
Trough current
Trough current
Gambar 2.1.2 a) Jenis Non Bias Relai
b). Jenis Bias relai
Protected Zones
End A
IB
B
End B
IA
B
R
B = bias / restrain coil
Gambar 2.1.3 Relai diferensial arus
EMBED Equation.3
smallest current in operating coil to cause operation
x 100 %
rated current of the operating coil
Setelan slope :
% slope =
x 100 %
current in operating coil to cause operation
current in restraining
IA IB
=
(IA + IB) / 2
X 100 %
If
Rct2
RL2
RL1
Rct1
CT1
CT2
Rstab
If
V
R
Ekivalensi CT jenuh
IF
Gambar 2.1.4 Relai diferensial jenis high impedance
Vset > k x V
Vset > k x If (RL2 + Rct2 )
Light load profile
(a)
Primary Voltage (120 volt base)
PAGE 15 Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
_1297761782.unknown
_1297765020.unknown
_1297765342.unknown
_1297765561.unknown
_1297766797.unknown
_1297765450.unknown
_1297765098.unknown
_1297765166.unknown
_1297763905.unknown
_1297763981.unknown
_1297764322.unknown
_1297762394.unknown
_1297753999.unknown
_1297754371.unknown
_1297752412.unknown
_1237191878.unknown