1 Universitas Kristen Petra
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan jumlah manusia di dunia yang telah melampaui 7 miliar
menjadi suatu permasalahan yang perlu diwaspadai di masa depan. Semakin banyak
jumlah penduduk di dunia berarti juga semakin banyak lahan yang dibutuhkan untuk
manusia tersebut dapat tinggal, bergerak dan beraktivitas. Pada kenyataannya,
perkembangan ini diimbangi oleh perkembangan industri yang juga memakan lahan
di bumi ini. Akibatnya, lahan yang tersedia untuk tempat tinggal menjadi semakin
sempit sehingga pembangunan dilaksanakan secara vertikal.
Pembangunan secara vertikal ini kebanyakan terjadi di kota-kota besar yang
sedang berkembang. Banyak apartemen baru yang dibangun sebagai solusi dari
kebutuhan penduduk mereka akan tempat tinggal yang layak. Apartemen sendiri
menyediakan tempat tinggal yang beragam, mulai dari single room atau studio yang
simple dan sederhana, hingga kondominium yang besar dan mewah. Tentunya
dengan range harga yang berbeda.
Di Indonesia sendiri, kebanyakan penduduknya merupakan masyarakat
berekonomi menengah kebawah dengan tingkat pendapatan yang bervariasi.
Terkadang pendapatan mereka belum cukup untuk menyewa sebuah rumah di
perumahan bahkan untuk membeli rumah. Kebanyakan dari mereka mulai melirik
apartemen untuk dihuni, meskipun hanya menyewa apartemen dengan satu ruangan
(studio) untuk jangka waktu setahun hingga beberapa tahun.
Tinggal di apartemen pun tidak semudah yang dibayangkan. Banyak
peraturan dari pihak apartemen yang cukup membatasi penghuni untuk bebas
mengekspresikan diri seperti pada rumah tinggal biasa. Mulai dari tidak
diperkenankan untuk mengubah tampilan fasad hingga masalah dinding yang tembus
suara menyebabkan seseorang atau suatu keluarga tidak dapat memiliki privasinya di
dalam ruangan.
2 Universitas Kristen Petra
Dari permasalahan-permasalahan tersebut, penulis terdorong untuk merancang
suatu sistem interior modular untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal yang
ideal bagi semua orang untuk beraktivitas tanpa terhalang keterbatasan ruang, karena
setiap orang berhak untuk mendapatkan kehidupan dan tempat tinggal yang layak.
Perancangan ini juga dimaksudkan agar semua pengguna apartemen tipe studio dapat
memaksimalkan penggunaan ruang kecil yang ada tanpa harus merasa kekurangan
tempat dan kurang bebas dalam berekspresi mengatur Interior Apartemen.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana desain suatu interior modular yang dapat memfasilitasi aktivitas di
residential space tipe studio?
2. Bagaimana memaksimalkan ruang tipe studio untuk privasi pengguna?
1.3. Ruang Lingkup Perancangan
Dalam perancangan ini, residential space yang dikembangkan mengambil setting
sebuah apartemen tipe studio. Hal ini dimaksudkan untuk memecahkan masalah yang
banyak terjadi di residential space dengan luasan yang terbatas. Perancangan ini juga
ditujukan untuk membantu penghuni residential space mendapatkan privasi mereka
walaupun tinggal di ruangan yang terbatas dan penuh peraturan dari pihak
manajemen apartemen.
1.3.1. Luas Perancangan
Adapun luas perancangan interior modular untuk residential space tipe studio
inidibatasi oleh ukuran standar sebuah apartemen tipe studio. Modul yang akan dibuat
terbatas pada ukuran 6 x 5 m2 dengan ketinggian maksimum 3 m.
1.3.2. Fasilitas Perancangan
Fasilitas perancangan interior modular untuk residential space tipe studio
meliputi:
3 Universitas Kristen Petra
1. Modul pembentuk ruang
2. Modul pengisi ruang yang terdiri dari perabotan multifungsi
3. Sistem mekanikal dan elektrikal yang dibutuhkan di dalam perakitan.
Spesifikasi bagian yang akan dirancang adalah:
1. Modul pembentuk ruang
Modul ini digunakan untuk menghadirkan kesan meruang sebagai batasan ruang
aktivitas pengguna. Modul ini juga ditujukan untuk menghadirkan privasi di
dalam ruang apartemen.
2. Modul pengisi ruang
Modulyang akan dihadirkan digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas
sehari-hari dari bangun tidur, makan, bekerja, hingga tidur kembali. Adapun
modul yang akan dihadirkan meliputi:
• Modul berbaring
Modul berbaring yang akan dirancang meliputi tempat tidur dengan ukuran
single bed hingga queen size bed.
• Modul duduk
Modul duduk ini digunakan di ruang kerja, ruang keluarga sekaligus ruang
tamu. Modul duduk ini meliputi kursi kerja, sofa beserta coffee table.
• Modul dining
Modul ruang makan yang akan dirancang meliputi konfigurasi ruang makan
standard untuk kapasitas yang dapat disesuaikan hingga kurang lebih 10
orang.
• Modul kerja
Modul kerja terdiri dari sebuah meja kerja yang dapat digunakan untuk
komputer beserta kelengkapannya.
• Modul penyimpanan
Modul penyimpanan berupa lemari dengan ukuran yang dapat disesuaikan.
Fasilitas storage yang lain akan ditambahkan ke dalam furniture multifungsi
yang memungkinkan.
4 Universitas Kristen Petra
3. Sistem Mekanikal dan Elektrikal
Meliputi pemasangan lampu ataupun instalasi listrik lainnya yang built-in di
perabot yang ada.
1.3.3. Pemilihan Lokasi
Lokasi yang dipilih adalah Apartemen tipe studio, dengan pertimbangan:
Pertimbangan memilih lokasi perancangan (bangunan):
1. Infrastuktur
Pertimbangan untuk memilih apartemen sebagai lokasi adalah karena apartemen
telah memiliki infrastruktur bangunan seperti air, listrik, saluran air kotor,
pencahayaan, dan telepon.
2. Keadaan lingkungan sekitar
Apartemen biasanya terletak di daerah perkotaan yang padat penduduk sehingga
perancangan ini dapat membantu mengatasi keterbatasan ruang yang tersedia di
perkotaan.
1.4. Tujuan dan Manfaat Perancangan
1.4.1. Tujuan
Tujuan dari perancangan Interior Modular pada Residential Space tipe Studio
ini adalah memberikan ide Desain Interior multifungsi dan dihadirkan didalam ruang
terbatas seperti ruangan tipe Studio dengan memperhatikan aspek kenyamanan dan
pemenuhan kebutuhan penghuni akan ruang gerak dan ruang aktivitas. Adapun arah
tujuan dari perancangan ini adalah:
1. Menciptakan desain suatu interior modular yang dapat memfasilitasi aktivitas di
residential space tipe studio.
2. Memaksimalkan ruang tipe studio untuk privasi pengguna.
1.4.2. Manfaat Perancangan
Manfaat dari perancangan ini ditujukan kepada:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan:
5 Universitas Kristen Petra
• Memberikan informasi untuk alternatif interior tempat tinggal di kemudian
hari mengingat lahan yang tersedia semakin sedikit sehingga pembangunan
akan dilakukan vertikal yang mengakibatkan keterbatasan ruangan.
2. Bagi penghuni residential space tipe studio:
• Memperkenalkan suatu sistem interior modular baru yang dapat digunakan di
dalam residential space mereka untuk memaksimalkan aktivitas didalam
ruang sempit yang ada.
3. Bagi orang yang baru berpikir untuk memiliki residential space tipe studio:
• Memperkenalkan bahwa residential space tipe studio juga bisa memiliki
fasilitas yang sama dengan tipe yang lebih besar bahkan seperti layaknya
rumah tinggal biasa.
• Memperkenalkan suatu sistem residential space yang ramah lingkungan dan
hemat lahan.
4. Bagi developer apartemen:
• Memperkenalkan suatu desain yang dapat digunakan di ruang apartemen tipe
studio mereka agar semakin banyak orang yang tertarik untuk tinggal di
apartemen meskipun hanya tipe studio.
5. Bagi interior desainer:
• Memberikan suatu inspirasi kreatif untuk mendesain residential space tipe
studio dengan lebih bervariasi dan tidak terbatas ukuran ruang.
• Memperkenalkan suatu trend baru dalam mengeksplorasi ruangan untuk
residential space.
1.5. Metode Perancangan
Metode perancangan yang akan digunakan diadaptasi dari metode
perancangan milik Gareth Sleightholme (2012)
6 Universitas Kristen Petra
Gambar 1.1. Design Process by Gareth Sleightholme
Sumber: apopheniainc.wordpress.com
7 Universitas Kristen Petra
Adapun metode perancangan yang akan digunakan telah disusun sebagai
berikut:
1.5.1. Programming
Tahap ini merupakan tahap pemantapan perancangan interior yang akan
dikerjakan. Tahapan ini berupa observasi trend interior yang akan diangkat, studi
literatur tahap awal serta studi objek pembanding sejenis untuk menemukan apa yang
akan diangkat menjadi tema. Produk akhir tahapan ini adalah proposal perancangan
interior.
Tahap ini juga mencakup tahap eksplorasi dan pengembangan desain untuk
mendapatkan solusi bagi permasalahan interior yang sedang diangkat. Data-data yang
berhubungan dengan perancangan dikumpulkan pada tahapan ini. Pada tahapan ini
juga dimulai proses problem seeking yang akan mengarah pada permasalahan umum
di dalam residential space tipe studio.
1. Data yang diperlukan
Data yang diperlukan untuk mendukung proses perancangan interior modular
pada residential space tipe studio ini antara lain:
• Data Fisik dan Non Fisik
Data fisik perancangan meliputi ukuran standar ruang apartemen tipe
studio dan setting perancangan. Data non fisik perancangan meliputi
peraturan apartemen dan pola aktivitas serta kebutuhan ruang
pengguna.
• Data Lapangan
Data lapangan diperoleh melalui proses wawancara (kualitatif).
Wawancara dilakukan kepada sejumlah responden yang mewakili
pengguna apartemen, produsen furniture dan distributor furniture.
• Data Pembanding
8 Universitas Kristen Petra
Data pembanding diperoleh melalui hasil survei dari objek yang
memiliki fungsi, karakter dan fasilitas yang serupa yang diperoleh dari
pengamatan langsung maupun literatur dan internet.
• Data Literatur
Data literatur meliputi data-data teknis yang berhubungan dengan
proses perancangan seperti ergonomi dan antropometri, standar
perancangan, prinsip perancangan interior, dsb.
• Studi Kompetitor
Studi kompetitor dilakukan untuk mendapatkan gambaran pasar
tentang trendinterior yang sedang diminati oleh masyarakat.
• Studi Potential Issues
Studi potential issues menyangkut material dan konstruksi terbaru
yang ada di pasaran saat ini. Studi ini dilakukan untuk mengetahui
material dan konstruksi apa yang bisa digunakan untuk perancangan.
1.5.2. Design Development
Setelah mendapatkan data – data yang diperlukan, data tersebut diolah
menggunakan berbagai cara, diantaranya:
• Observasi
Data yang terkumpul digolongkan berdasarkan karakteristiknya untuk
kemudian ditelusuri dan dikembangkan sehingga akan muncul
permasalahan.
• Observasi Developmental
Dari permasalahan yang muncul pada tahap pertama, kemudian
dikembangkan melalui metode programming sehingga lebih terstruktur
dan rapi.
• Skematik Desain
Setelah permasalahan dijabarkan secara jelas dalam programming,
proses berlanjut pada skematik desain dimana semua ide dan konsep
dijabarkan dalam bentuk maket dan sketsa teknis beserta penjelasan
pendukung.
9 Universitas Kristen Petra
• Testing
Tahapan ini berupa evaluasi skematik desain melalui brainstorming
bersama tutor dan juga pembuatan prototype/maket studi. Maket studi
dibuat untuk menguji sistem yang akan digunakan.
• Research and Development
Tahapan ini berfungsi sebagai tahap perbaikan dari desain yang sudah
ada. Tahapan ini akan menghasilkan berbagai alternatif ide untuk
perancangan.
1.5.3. Process of Discernment
Pada tahapan ini, dipilih alternatif desain yang paling baik dan dibutuhkan,
bukan berdasarkan ketertarikan pribadi terhadap suatu desain tertentu
sehingga desain yang dihasilkan akan lebih bersifat objektif dan dapat
menjawab kebutuhan pasar.
1.5.4. Further Development
Tahapan ini digunakan untuk mencari informasi detail tentang pembuatan
desain yang sudah terpilih, mulai dari material, detail konstruksi, jenis
finishing dan sebagainya. Eksplorasi kembali dilakukan untuk menguji apakah
produk yang dirancang ini sudah menjawab rumusan masalah dan kebutuhan
masyarakat. Prototype final akan digunakan untuk diamati dan dicoba oleh
masyarakat untuk menguji respon masyarakat terhadap desain. Pengujian ini
dilakukan dengan Tahapan ini akan menghasilkan minimal 3 desain modul
beserta gambar kerja, serta akan menghasilkan 1 buah modul yang
direalisasikan dalam bentuk prototype.
1.5.5. Preparation of Presentation
Tahapan ini merupakan tahapan final. Tahapan ini adalah tahap pengerjaan
produk desain yang berupa perabot 1:1 dan maket sistematis. Sebagai
pelengkap, pada tahap ini juga disusun laporan karya dan gambar penyajian
untuk kemudian dipresentasikan pada saat sidang akhir.