Download - 1 Membangun Model Geologi Batubara Sn
Stev. [email protected]
0852.92.014342
EKSPLORASI BATUBARA
8. Membangun model geologi batubara
Jurusan Teknik GeologiFakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
BudgetingPenganggaran tiap
tahap
Organisasi EksplorasiSDM, Kontrak,
Scheduling, Kontrol
Teknologi EksplorasiPemilihan Metode
Strategi Eksplorasi
Model EksplorasiPetunjuk Geologi
Konsep EksplorasiPerumusan Sasaran, Membangun Model
Geologi dan Faktor2 yang mengendalikan
MODEL GEOLOGI
Model geologi perlu dibangun, karena berguna
untuk:1.Berpikir dan analisis2.Berkomunikasi3.Memperkirakan atau prediksi4.Pengendalian atau kontrol5.Berlatih atau stimulasi
MODEL GEOLOGI adalah konsep keadaan geologi yang ideal dari suatu endapan batubara.
Model dari target eksplorasi harus:1.Diformulasikan dahulu wujud dari endapan batubaranya.2.Ditentukan keadaan geologi yang memung-kinkan terdapatnya endapan batubara.3.Ditentukan letaknya di dalam kerangka geologi
Untuk membangun model geologi ideal, maka coal explorationist dituntut:
• Pemahaman mengenai proses-proses geologi.
• Kemampuan pengamatan dan perekaman data geologi.
• Kemampuan analitik/penalaran menghubung-kan antara keadaan geologi dan proses-proses geologi yang bekerja di daerah tersebut.
• Kemampuan sintesa serta penalaran imagina-tif untuk dapat melakukan prakiraan adanya endapan batubara.
Model geologi sangat membantu coal explorationist untuk:
• Memusatkan perhatian pada sifat kritis geologi di daerah sasaran.
• Menentukan tahapan eksplorasi yang memimal kan risiko.
• Menentukan pemilihan metode yang tepat- guna.
• Melaksanakan eksplorasi dengan biaya dan waktu seminimal mungkin, tetapi mendapat-kan hasil yang optimal.
MODEL GEOLOGI REGIONAL
Lingkungan geologi dimana kemungkinan besar endapan batubara tersebut berada.
Lingkungan geologi dimana proses-proses geologi yang membentuk endapan batubara berlang-ung serta faktor-faktor pengendalinya yang menyebabkan endapan batu-bara terbentuk di tempat itu dan pada waktu tertentu.
Peters, 1978
MODELGEOLOGI
MODELEKSPLORASI
• Lapisan pembawa batubara dan atau asosiasi batuan yang berhubungan erat dengan endapan batubara yang dimaksud,
• Proses-proses geologi yang membentuk endapan batubara
• Waktu pembentukan endapan batubara, relatif terhadap lingkungan geologi (batuan pengapit), syngenetic atau postgenetic
Unsur-unsur model geologi regional untuk endapan batubara mencakup:
MODEL GEOLOGI RINCI
Bentuk dan dimensi endapan batubara serta hubungannya dng keadaan geologi
sekelilingnya
MODEL OBYEK GEOLOGI DETIL MENCAKUP:
1. Bentuk tubuh atau dimensi endapan batubara
2. Posisi endapan batubara terhadap stratigrafi dan lingkungan pengendapan
3. Kedudukan endapan batubara terhadap struktur geologi.
4. Sifat geologi serta maseral dari tubuh endapan batubara
5. Sifat fisika dan kimia endapan batubara.
Diskusi
Mengapa model geologi dapat berbeda-beda pd endapan batubara di dalam satu cekungan?
Bahkan dapat berbeda-beda pada formasi pembawa batubara yang sama?
Berbeda-beda pada lapisan batubara yang sama?
MODEL EMPIRIS (empirical model - analogi geologi)
Model geologi tentang keterdapatan obyek geolo- gi yang telah diketahui, tanpa ada penafsiran.
Model empiris mencakup sifat-sifat yang bervari- asi dari suatu obyek geologi dan diakui sangat penting, tetapi hubungan antara sifat-sifat terse- but tidak diketahui pasti. Misal keterdapatan fosfat di batugamping, endap-an marmer di batugamping, dan zeolit dalam lingkungan batuan tufa yang terintrusi .
MODEL DESKRIPTIF(descriptive model)
• Menekankan pd pemerian lingkungan geologi (menggambarkan lingkungan dimana obyek geologi tersebut ditemukan) dan identifikasi karakteristik obyek geologi.
• Model deskriptif ini lebih menggambarkan obyek geologi secara obyektif, dibandingkan model genetik yang lebih filosofis dan kurang obyektif.
• Kombinasi model deskriptif dan genetik sangat disarankan.
Model deskriptif berbasis kandungan sulfur dan karakteristik cleat pada lapisan batubara yang
terlipat dan tersesarkan
PARAMETERSTRUKTUR ANTIKLIN DAN
SINKLIN ASIMETRISTRUKTUR
SESAR
Sayap landai Sayap curam Zona sesarKarakteristik geologi batubara
Cekungan batubara Cekungan Kutai dan Cekungan Pasir
Formasi pembawa batubara
F. Balikpapan dan F. Warukin (Miosen Tengah-Miosen Akhir). F. Balikpapan diendapkan pada lingkungan delta plain dan F. Warukin yang diendapkan pada lingkungan delta.
Struktur geologi regional
Antiklinorium Samarinda (Antiklin Palaran dan sesar) serta daerah lipatan (Sinklin Busui dan sesar)
Lapisan pembawa batubara
Satuan batupasir Formasi Balikpapan yang diendapkan pada lingkungan upper delta plain dan satuan batupasir Formasi Warukin yang diendapkan pada lingkungan transitional lower delta plain.
Struktur geologi lokal
Antiklin Palaran asimetri dan Sinklin Busui asimetri yang terdiri atas sayap landai (bukan zona sesar), sayap curam, dan zona sesar.
PARAMETER ANTIKLIN DAN SINKLIN ASIMETRI SESARSayap landai Sayap curam Zona sesar
Karakteristik cleatJenis cleat Face cleat Face cleat Face cleatPanjang cleat - > 400 cm -Tinggi cleat 23-131 cm 40-152 cm 38-90 cm
10-38 cm 18-64 cm 18-51 cmBukaan cleat Lebar bukaan kurang dari 0,1cm, setempat 0,1-0,2 cm
Rapat Agak rapat Renggang
Jarak antar bidang cleat
Pengamatan luasan Permukaan: 1-10 cm
Pengamatan luasan Permukaan: 1-5 cm -
Pengamatan vertikal: 1-12 cm; 1-10 cm
Pengamatan vertikal: 1-10 cm; 1-5 cm
Pengamatan vertikal: 1-3 cm
Jarak dominan antar bidang cleat
Seragam Bervariasi BervariasiPermukaan: 2-3 cm Permukaan: 1-2 cm -Vertikal: 1,5-2 cm dan 2-3 cm Vertikal: 1-3 cm Vertikal: 1 cm
Frekuensi cleat
18-21 (rerata 18,75) 17-25 (rerata 19,5) 22-27 (rerata 23,6)20-21 (rerata 20,17) 20-24 (rerata 21) 22-25 (rerata 24,33)
Kedudukan cleat
N270-340oE /55-90o N110-180oE /59-90o N317-322oE//81-85o
N60-130oE/64-88o N230-360oE/74-90 o N60-65oE/85-87o Kedudukan cleat dominan
N290-300oE N120-130oE N320oEN90-100oE N280-290oE N64oE
Pengisi cleat Soil, blp, oksida besi Soil, batulempung, oksida besi, pirit
PARAMETERSTRUKTUR ANTIKLIN DAN
SINKLIN ASIMETRISTRUKTUR
SESARSayap landai Sayap curam Zona sesarKarakteristik micro-cleat SEM
Jarak bukaan cleat
1-10 mikron, 90-95% terbuka
2-15 mikron, 85-95% terbuka
5-15 mikron, 90% terbuka
Panjang cleat 30-400 mikron 40-750 mikron 600-900 mikron
Mineral pirit Tidak dijumpaiDijumpai mengisi bidang micro-cleat
Dijumpai mengisi bidang micro-cleat
Kandungan sufur Kandungan sulfur total 0,44-0,61% 0,97-3,60% 2,26-3,43%Kandungan sulfur piritik 0,08-0,10% 0,11-0,44% 0,40-0,64%
Mineral pirit pada bidang cleat/bidang sesar
Tidak teramati
Teramati mengisi bidang cleat, tetapi jarang dan setempat
Teramati mengisi bidang cleat dan sesar, tersebar
MODEL GENETIK (genetic model)
• Model yang menunjukkan analisis kemungkin an obyek geologi yang terjadi pada suatu dae-rah, terdiri dari komponen genetik utama dan komponen berinteraksi (model konseptual).
• Model genetik adalah model deskriptif yang telah berkembang secara lebih akurat mengenai genesa dan sifat-sifatnya . Model genetik juga merupakan pengembangan langsung dari model empiris.
26
SASARAN: lapisan batubara berkandungan sulfur rendah
KARAKTERISTIK GEOLOGI, CLEAT, DAN PIRIT1. Cekungan, formasi, dan satuan batuan pembawa batubara: Cekungan Kutai (F. Balikpapan: batupasir), Cekungan Pasir (F. Warukin: batupasir), Cekungan Asam-asam (F. Tanjung: batulempung).2. Struktur geologi: Antiklinorium Samarinda dan daerah lipatan, kemiringan di Antiklin Palaran 9–25o, di Sinklin Busui 9–14o, dan di Antiklin Satui.3. Karakteristik cleat: tinggi 10-131 cm, frekuensi 18-25 (19-20), pengisi: soil, lempung, oksida besi. Micro-cleat: bukaan 1-10 mikron, panjang 300-400 mikron.4. Kandungan sulfur: sulfur piritik 0,08-0,10% dan sulfur total 0,44-0,61%. Pirit tidak dijumpai atau tidak teramati secara megaskopis.
MODEL EKSPLORASI BATUBARA DI SAYAP LANDAI BERBASIS KANDUNGAN SULFUR
GEOLOGI, CLEAT, PIRIT
0.0 0.5 1.0
0
1
2
3
4
5
6
7
0.0 0.5 1.0ST SP
Ked
alam
an (m
)
27
KARAKTERISTIK GEOLOGI, CLEAT, DAN PIRIT1. Cekungan, formasi, dan satuan batuan pembawa batubara: Cekungan Kutai (F. Balikpapan: batupasir), Cekungan Pasir (F. Warukin: batupasir), dan Cekungan Asam-asam (F. Tanjung: (batulempung)2. Struktur geologi: Antiklinorium Samarinda dan daerah lipatan, kemiringan di Antiklin Palaran 15- 47o, di Sinklin Busui 61-75o, dan di Antiklin Satui 61-68o 3. Karakteristik cleat: panjang >4 m, tinggi 40-152 cm, frekuensi 17-25 (20-23), pengisi: soil, lempung, oksida besi, pirit. Micro-cleat: bukaan 2-15 mikron, panjang 40-750 mikron4. Kandungan sulfur: sulfur piritik 0,11-0,44% dan sulfur total 0,97-3,60%. Pirit tidak dijumpai mengisi bidang cleat atau sangat jarang/terbatas
GEOLOGI, CLEAT, PIRIT
01
2345
67
89
0 1 2
Ked
alam
an (m
)
0 0.2 0.4SPST
SASARAN: lapisan batubara berkandungan sulfur menengah
MODEL EKSPLORASI BATUBARA DI SAYAP CURAM BERBASIS KANDUNGAN SULFUR
28
KARAKTERISTIK GEOLOGI BATUBARA1. Cekungan, formasi, dan satuan batuan pembawa batubara: Cekungan Kutai (F. Balikpapan: batupasir), Cekungan Pasir (F. Warukin: batupasir), dan Cekungan Asam-asam (F. Tanjung: batulempung) 2. Struktur geologi: Antiklinorium Samarinda dan daerah lipatan, bidang sesar normal di Antiklin Palaran N154oE/67o, di Sinklin Busui N147oE/74o, dan di Antiklin Satui.3. Karakteristik cleat: tinggi 18-90 cm, rapat, frekuensi 21-28 (23-25), fragmental, pengisi: soil, lempung, oksida besi, pirit. Micro-cleat: bukaan 5-15 mikron, panjang 600-900 mikron4. Kandungan sulfur: sulfur piritik 0,40-0,64% dan sulfur total 2,26-3,43%. Pirit: mengisi cleat/ micro-cleat dan sesar
GEOLOGI, CLEAT, PIRITSP0.5 1.0
Ked
alam
an (m
)
ST
0
1
2
3
4
5
6
0.0 2.0 4.0 0.0
SASARAN: lapisan batubara berkandungan sulfur tinggi
MODEL EKSPLORASI BATUBARA DI ZONA SESAR BERBASIS KANDUNGAN SULFUR
MODEL KONSEPTUAL (conceptual model)
• Istilah pengembangan dari model genetik (James W. Babcock, 1984).
• Model konseptual merupakan model geologi yang menjelaskan beberapa fenomena geologi berdasarkan hasil pengamatan.
Selamat menyongsong fajar menyingsing
PUSTAKA TERPILIHCox, D.P. dan Singer, D.A. (1987) : Mineral Deposits Model, US Geological Survey, Bulletin 169, 379.Kuncoro dkk. (2008) : Menentukan Model Eksplorasi Batubara Berbasis Kandungan Sulfur - Kasus Daerah Palaran dan Busui, Kalimantan Timur, Jurnal JTM ITB, XV-1, 197-212.Koesoemadinata R.P., Perencanaan Eksplorasi, 1996, ITB, Bandung.