Jumat, 31/08/2012 14:47
emak,NU OnlineEkonomi dan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan
dalam sebuah perjalanan di tiap sendi kehidupan umat manusia baik
secara pribadi maupun berorganisai bahkan dalam berbangsa dan bernegara tak
terkecuali organisasi sebesar NU dimana dalam perjalanannya selalu berkhidmat
untuk kepentingan umat
D
"Bila umat Islam ingin maju dan bisa berkembang harus bisa menguasai pendidikan
baik umum maupun pendidikan agama dan ekonomi" demikian disampaikan
Musytasar PCNU Demak yang juga pengasuh PP Attaslim Kracaan Bintoro Demak
KH M Nurul Huda saat menyampaikan tausiyahnya dihadapan para santri dan
alumni pesantren tersebut pada acara halal bihalal kemarin yang bertempat di
pesantrennya.
Dalam kesempatan itu Kiai Nurul Huda juga menyampaikan keprihatinannya atas
semakin merosotnya generasi yang kurang meminati pesantren dengan berbagai
alasan yang komplek, makanya dia berpendapat perlu ada terobosan baru
bagaimana caranya mengembangkan pesantren dan lembaga pendidikan formal jadi
satu kesatuan.
"Yang ada sekarang jika santri sekolah dan mondok di pesantren maka pendidikan
pesantren dikalahkan dan begitu pula sebaliknya," kata Kiai Nurul Huda.
Cucu Mbah Maksum Lasem tersebut menambahkan sistem pendidikan dengan
materi kurikulum 200% menurutnya bisa manjadi acuan wali santri dalam
memondokkan dan menyekolahkan anaknya karena dengan sekali masuk dapat
keduanya
"Santri yang masuk harus mengikuti dua kurikulum yakni agama dan umum dalam
sehari, karena kalau hanya ilih salah satunya maka tidak akan diterima, karena
keduanya merupakan kurikulum wajib," tambahnya.
Dalam acara halal bihalal tersebut dihadiri banyak aktivis NU dari berbagai daerah,
diantaranya ketua MWC NU Demak Yatin CH, pengurus Lakpesdam Murman Ms,
sekretaris MWC NU Guntur / mantan ketua PC IPNU Demak Ahmad Shiddiq,
pengurus RMI, Ketua KKM Madin, aktivis PMII bahkan pengurus PSSI Demak.
Redaktur :Mukafi Niam
Kontributor :A.Shiddiq Sugiarto
Sumber : http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,39503-
lang,id-c,nasional-
t,Umat+Islam+harus+Menguasai+Pendidikan+dan+Ekonomi-.phpx
Komentar Saya mengenai berita tersebut di atas yaitu setiap umat dianjurkan untuk
menuntut ilmu terutama tentang pendidikan dan ekonomi. Dua hal ini sangat erat
kaitannya, dimana dengan ilmu pendidikan tersebut manusia bisa lebih mengerti dan
memahami, serta belajar baik secara formal ataupun nonformal, melalui sekolah,
pesantren, lingkungan dll. Ilmu ekonomi juga sangat diperlukan bagi manusia agar
kelangsungan hidupnya dapat berjalan dengan segala pertimbangan ekonominya.
Dalam bidang pendidikan yang formal terutama di pesantren, perlu diadakan strategi
yang baik agar dapat menarik minat masyarakat untuk bersekolah di pesantren atau
menyekolahkan anaknya di pesantren tsb. Di dalam pesantren diajarkan lebih
mendalam tentang pendidikan agama, serta didukung dengan beberapa pelajaran
yang lain umum yang lain.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Hajriyanto menjadi
penceramah Salat Ied di Masjid Cut Mutia, Kamis (8/8/2013). Dalam ceramahnya,
Hajriyanto mengkritik pemerintah yang belum dapat membenahi sistem pendidikan
diIndonesia.
Padahal, aspek pendidikan sangat penting untuk meningkatkan kualitas masyarakat
dan umat Islam. "Negara kita tidak becus di bidang pendidikan sehingga pendidikan
umat Islam sangat tertinggal," kata Hajriyanto dalam ceramahnya di Masjid Cut
Mutia, Jakarta, Kamis (8/8/2013).
Hajriyanto mengingatkan bahwa Allah dalam sabdanya menekankan pentingnya
umat Islam dalam peningkatan ilmu pengetahuan. Politisi Golkar itu mengatakan
bahwa Allah akan meningkatkan derajad umatnya yang berpendidikan.
"Allah bersabda orang berpendidikan dan ilmu pengetahuan diangkat derajadnya
lebih tinggi. Alquran tidak pernah bersabda mengangkat orang beriman dan
berkekayaan banyak tapi beriman dan berilmu pengetahuan," imbuhnya.
Wakil ketua MPR itu juga meminta umat Islam menjadi lebih kuat agar dicintai Allah.
Sebab, Allah tidak ingin umat Islam lemah.
Penulis : Ferdinand Waskita Editor :Gusti Sawabi Sumber : http://www.tribunnews.com/nasional/2013/08/08/umat-islam-tertinggal-
pemerintah-dinilai-tidak-becus-urus-pendidikan
Dalam hal ini Saya sungguh prihatin bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang sistem pendidikannya belum terbenahi dengan baik. Pemerintah patut disalahkan karena tidak bisa mengatur sistem pendidikan yang ada di Indonesia, hal tersebut dari sarana dan prasarana yang disediakan pemerintah mengenai pendidikan tidak berjalan baik. Ini merupakan hambatan bagi manusia yang ingin menambah ilmunya secara formal maupun informal, padahal Allah dalam sabdanya menekankan pentingnya umat Islam dalam meningkatkan ilmu pengetahuan. Semoga kelak sistem pendidikan di Indonesia bisa dibenahi oleh pemerintah serta didukung dari masyarakat itu sendiri
Selasa, 10 September 2013 - 15:46 WIB
Hidayatullah.com—Arab Saudi mengalami peningkatan angka literasi di kalangan
warganya, di mana 96% populasi negara kerajaan itu dinyatakan melek huruf.
“Kerajaan membuat pencapaian luar biasa dalam perjuangan tanpa lelahnya
memerangi buta huruf dan telah menurunkan tingkat buta aksaranya dari 60% di
tahun 1972 menjadi 4% saat ini,” kata Abdul Rahman al-Mudairis, direktur jenderal
pendidikan di Provinsi Timur dalam pernyataannya menyambut Hari Pemberantasan
Buta Aksara Dunia yang diperingati setiap tanggal 8 September.
Arab Saudi membuat silabus pendidikan untuk warga dewasa tahun 1956 dan mulai
mengimplementasikannya pada tahun 1957, jelas Al-Mudairis, seraya
menambahkan bahwa sekitar 99% anak Saudi saat ini –termasuk anak perempuan–
bersekolah. Satu atau dua sekolah baru setiap hari dibuka di kerajaan.
“Kita menanti hari di mana kerajaan akan mencapai total pemberantasan buta
huruf,” ujarnya, dikutip Arab News (10/9/2013).
Al-Mudairis mengatakan, 21 pusat pendidikan warga dewasa telah dibuka di
berbagai daerah di Provinsi Timur, di mana 600 orang mengikuti pendidikan di
lembaga itu. Pusat pendidikan tersebut masih ditambah dengan 72 pusat pendidikan
literasi khusus wanita, yang diperkirakan akan menjadi tempat pendidikan bagi 1,550
orang wanita.
Di sejumlah lokasi, di mana pusat pendidikan khusus orang dewasa belum dibuka,
telah ada program khusus bagi warga setempat.
Dia menambahkan, pemerintah sudah membuka sejumlah sekolah malam tingkat
dasar dan menengah, yang diperuntukkan bagi warga Saudi laki-laki maupun
perempuan yang dulu tidak sempat bersekolah atau menyelesaikan pendidikannya.
Kekhususan silabus 1956 pendidikan untuk warga dewasa adalah periode sekolah
yang diringkas menjadi tiga tahun saja.
Di bawah Undang-Undang Pemberantasan Buta Huruf 1972, pemerintah Arab Saudi
menetapkan bahwa tanggung jawab pendidikan bagi orang dewasa di negara itu
diemban bersama oleh negara dan pihak swasta.
Sekolah-sekolah pembelajaran al-Qur`an di Arab Saudi ikut berperan dalam
pemberantasan buta aksara di seluruh wilayah kerajaan, yang semakin digalakkan
sejak dibentuknya sekretariat jenderal untuk pendidikan warga dewasa pada tahun
1984.
Sumber : http://www.hidayatullah.com/read/2013/09/10/6326/tingkat-melek-huruf-saudi-naik-menjadi-96.html
Dari berita diatas dapat disimpulkan bahwa Arab Saudi berhasil membuat masyarakatnya agar tidak buta huruf atau aksaranya sebesar 96%. Kerajaan negara Arab Saudi berperan aktif dalam meningkatkan sistem pendidikan negaranya dengan cara membuka sejumlah sekolah malam tingkat dasar dan menengah yang diperuntukan untuk masyarakat yang dulu tidak sempat bersekolah atau menyelesaikan pendidikannya. Untuk mengurangi buta aksara tersebut sekolah pembelajaran al-Quran di Arab Saudi turut mendukung hal tersebut. DI sana ditetapkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemberantasan buta huruf.
06 May 2012 | 09:21
Source: www.kaust.edu.sa
Sesunguhnya salah satu potret besar masalah bangsa Indonesia selain masalah
kesehatan adalah masalah pendidikan. Kalimat bahwa “setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan” seperti tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 sepertinya
hanya berupa hiasan di atas kertas. Lihatlah, ketimpangan pendidikan yang
terpampang telanjang, hadir berdampingan dengan “kaum borjuis” yang
memamerkan kekayaannya tanpa rasa kepedulian.
Janji pemerintah untuk memberikan pendidikan gratis pun sepertinya hanya berupa
“janji pemilu”. Faktanya, biaya pendidikan justru semakin mahal, pungutan liar pun
masih marak jelang penerimaan murid baru. Anehnya, sekolah-sekolah negeri pun
tanpa malu-malu berlomba-lomba untuk bisa menarik dana dari orang tua murid
dengan mendirikan RSBI. Akibatnya, pendidikan berkualitas pun sepertinya hanya
milik beberapa gelintir orang “borjuis” saja. Si miskin sepertinya tidak lagi berhak
untuk menikmati pendidikan bermutu.
Kesenjangan tersebut merupakan potret nyata kegagalan pemerintah dalam
mengelola pendidikan. Pengelola pendidikan di negeri ini telah kehilangan
kepedulian dan cita-cita “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
sebagaimana di amanatkan dalam pembukaan UUD 1945.
Belajar Mengelola Pendidikan dari Arab Saudi
Sudah sepantasnya pemerintah mau belajar dari negara lain dalam mengelola
pendidikan. Belajar dari negara maju seperti Norwegia dan Finlandia rasanya terlalu
sulit dan berat. Jika tidak malu, mari kita bisa belajar dari Arab Saudi.
Di bawah kendali Raja Abdullah, dunia pendidikan di Arab Saudi mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Pemerintah Arab Saudi menggratiskan seluruh biaya
pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Untuk sekolah-
sekolah khusus seperti sekolah penghafal Al-Qur’an pemerintah Arab Saudi
memberikan tunjangan yang bervariasi tergantung pada tingkatannya. Khusus untuk
mahasiswa, baik S1, S2 maupun S3 mereka mendapat tunjangan bulanan sebesar
900 SR. Tunjangan ini tidak hanya diberikan kepada mahasiswa asli Saudi tapi juga
diberikan kepada seluruh mahasiswa asing yang kuliah di Arab Saudi. Jumlah
tunjangannya pun sama 900 SR/bulan seperti terlihat pada gambar di bawah, bukan
2000 SR/bulan, seperti yang pernah disampaikan oleh seorang kompasianer.
Source: www.edugate.ksu.edu.sa
Revolusi Timur Tengah, Saudisasi dan Brain Drain
Pada saat badai revolusi menghantam timur tengah, untuk meredam aksi
demonstrasi di Arab Saudi, tunjangan mahasiswa diusulkan naik menjadi 1000
SR/bulan. Namun Raja Abdullah memilih kebijakan lain yang lebih luas manfaatnya
untuk jangka panjang dan demi pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Arab
Saudi. Di bandingkan dengan menaikkan tunjangan mahasiswa dari 900 SR menjadi
1000 SR per bulan, Raja Abdullah lebih memilih mendidirikan universitas-universitas
baru di seluruh provinsi di Arab Saudi dan berusaha mencegah terjadinya brain
drain.
Dengan mendirikan universitas-universitas baru diseluruh wilayah Arab Saudi maka
kesempatan untuk menjadi mahasiswa pun semakin terbuka luas bagi para lulusan
SMA. Lapangan kerja untuk pengelola universitas pun terbuka lebar. Untuk mengisi
posisi-posisi sebagai dosen dan peneliti, Raja Abdullah pun memanggil pulang
putra-putri terbaik Arab Saudi yang tersebar luas di berbagai negara di Eropa dan
Amerika.
Langkah ini dilakukan untuk mencegah pelarian para intelektual muda Arab Saudi ke
Eropa atau Amerika. Raja Abdullah berharap, brain drain yang banyak terjadi di
negara-negara seperti Cina, Mesir, India dan Indonesia tidak terjadi di Arab Saudi.
Karenanya langkah reformasi bidang pendidikan dan pendirian universitas-
universitas baru dan lembaga riset bertaraf internasional adalah salah satu langkah
strategis Raja Abdullah untuk mencegah brain drain. Para intelektual muda Arab
Saudi hasil didikan luar negeri tersebut diberi posisi penting dan strategis untuk
bersama bahu membahu membangun Arab Saudi.
Selain mendirikan universitas-universitas baru, pemerintah juga gencar
menghidupkan kembali program Saudisasi yang sempat tertunda. Program
Saudisasi adalah program untuk mengganti semua tenaga kerja asing profesional
dengan orang Saudi. Untuk mensukseskan program Saudisasi, kementrian
pendidikan mewajibkan semua universitas di Saudi untuk menyelenggarakan
program persiapan studi selama 1 tahun (kalo di Indonesia semacam tingkap
persiapan bersama nya di ITB dan IPB). Dalam masa 1 tahun persiapan tersebut
mata kuliah yang diajarkan di fokuskan pada penguasaan Bahasa Inggris,
Matematika dan Teknik Informatika. Keberhasilan program Saudisasi tentu akan
memperluas lapangan kerja bagi warga Saudi.
Buah Reformasi Pendidikan Raja Abdullah
Pada tahun 2005 tidak ada satu pun universitas di Arab Saudi yang masuk dalam
ranking universitas dunia. Tapi ditahun 2011 ini, beberapa universitas terkemuka di
Arab Saudi seperti King Saud University, King Abdulaziz University, dan King Fahad
University sudah masuk dalam jajaran universitas elit dunia mengalahkan seluruh
universitas di Indonesia. KAUST, universitas yang belum lama didirikan oleh Raja
Abdullah juga sudah siap mensejajarkan diri dengan universitas-universitas elit di
dunia. Di lengkapi dengan berbagai fasilitas canggih dan modern, KAUST siap
menjadi universitas riset terbaik di dunia Islam. Hal ini tentu tidak lepas dari langkah
pembaharuan di bidang pendidikan oleh Raja Abdullah. Melalui anggaran
pendidikan yang kira-kira mencapai 27% dari total anggaran belanja Arab Saudi,
Raja Abdullah memberikan beasiswa kepada pemuda-pemudi terbaik Arab Saudi
untuk belajar ke luar negeri baik ke Barat maupun ke Timur. Amerika, Inggris,
Australia, Jepang dan Malaysia adalah negara-negara tujuan pemuda-pemudi Saudi
untuk menuntut ilmu.
Selain mengirimkan mahasiswa, Raja Abdullah juga mengirimkan guru dan dosen ke
Amerika untuk belajar sains dan manajemen. Disamping program mengirimkan para
pemuda dan pengajarnya ke luar negeri, Raja Abdullah juga mengundang ilmuwan-
ilmuwan dunia untuk berkiprah dan berpartisipasi dalam membangun sumber daya
manusia di Arab Saudi. Lebih dari 15 ilmuwan peraih nobel dari berbagai bidang
disiplin ilmu telah didatangkan dan dikontrak secara khusus oleh universitas-
universitas di Arab Saudi untuk transfer ilmu pengetahuan. Selain itu program
visiting professor dan postdoctoral juga mampu mewarnai dan mengakselerasi
kemajuan dunia pendidikan di Arab Saudi. Professor-professor dari berbagai
universitas elit di dunia didatangkan untuk bersama-sama merubah potret buram
SDM Arab Saudi.
Pendidikan adalah Kunci Kemajuan Sebuah Bangsa
Rupanya, Raja Abdullah sangat sadar, bahwa SDM adalah kunci dan faktor penting
menuju kejayaan sebuah bangsa. Tidak cukup dengan hanya mengandalkan
kekayaan SDA. Kekayaan alam suatu saat bisa habis. Tapi dengan SDM yang
berkualitas negara tersebut bisa tetap eksis dan mampu memberikan kesejahteraan.
Jepang telah membuktikan dengan SDA yang terbatas tapi SDM yang berkualitas,
Jepang mampu menjadi raksasa ekonomi dunia dan tampil menjadi bangsa yang
unggul di segala bidang.
Selain dari Raja Abdullah kita pun bisa belajar dari sejarah kebangkitan Jepang.
Setelah hancur lebur akibat kalah perang dunia, kaisar Jepang bertanya,”berapa
jumlah guru yang tersisa?”. Kaisar tidak bertanya tentang sisa panglima, tapi justru
bertanya tentang guru karena yakin lewat pendidikan sebuah bangsa bisa bangkit
dan maju. Terbukti, dengan kerja keras para guru yang masih tersisa tersebut
Jepang mampu bangkit dari keterpurukan dan kembali memimpin dunia melalui
SDM yang berkualitas.
Saya berharap, semoga pemerintah Indonesia mau belajar dari Raja Abdullah
bagaimana mengelola pendidikan untuk rakyatnya. Jika Raja Abdullah mampu
mencegah terjadinya brain drain, tentu Indonesia juga bisa. Jika Raja Abdullah
mampu memberikan pendidikan gratis dan bermutu kepada rakyatnya, tentu
pemerintah Indonesia juga bisa. Bukankah pendidikan gratis dan bermutu adalah
hak setiap warga negara?. Sesuai dengan undang undang bahwa “setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan” , akan kah hal tersebut hanya tulisan yang
tidak bisa di implementasikan? Haruskah jika ingin pintar harus banyak orang?
Bagaimana dengan orang yang tidak memiliki cukup biaya?. Inilah PR bagi
Pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya jangan hanya selalu memberikan janji
palsu yang tidak bisa diihat kebenarannya.
India
Salah satu perguruan tinggi Islam di India adalah Jamia Millia Islamia. Jamia
Millia Islamia juga merupakan salah satu kampus terbaik yang terdapat di New
Delhi, India. Jamia Millia Islamia yang merupakan kampus bermayoritas Muslim
dikenal dengan kualitasnya dalam sistem pembelajaran dan penelitian serta telah
menghasilkan sarjana di berbagai bidang keilmuan, khususnya yang berkaitan
dengan ilmu-ilmu keislaman. Walaupun mayoritas sivitas akademika di kampus ini
beragama Islam, namun kampus ini tidak membedakan kasta, agama maupun ras.
Jamia Millia Islamia didirikan pada tahun 1920 di New Delhi sebagai pusat
pengembangan ilmu pengetahuan oleh pemerintah .
Jamia Millia Islamia mengadopsi sistem pendidikan yang sama dengan University of
Delhi, yaitu sistem Eropa dan sistem Amerika. Dengan gabungan sistem ini tingkat
keseriusan belajar mahasiswa sangat tinggi. Strategi yang digunakan dalam proses
pembelajaran bagi mahasiswa di Jamia Millia Islamia adalah “independent learning”.
Mereka lebih banyak meluangkan waktu dengan belajar sendiri dan memperbanyak
waktu membaca.
Kualitas lulusan Jamia Milia Islamia University setara dengan lulusan kampus-
kampus Eropa dan Amerika, terbukti dengan masuknya Jamia Milia Islamia
University ke dalam 100 universitas terkemuka se-India. Hal ini disebabkan tingginya
kualitas dan penekanan keilmuan dalam proses belajar mengajar terutama
penguasaan bahasa asing. Pada dasarnya, fasilitas belajar mengajar yang
disediakan di kedua kampus ini lengkap adanya namun dalam kondisi sederhana. Di
kedua kampus ini terdapat, hostel atau asrama bagi mahasiswa, sarana olah raga,
auditorium, panggung kesenian, laboratorium dan kantin .
TurkiPada awalnya Turki merupakan salah satu negara yang berbentuk kerajaan.
Saat ini pemerintahan turki berbentuk republik yang beribu kota di Istanbul. Republik
Turki termasuk sebagai negara dan memproklamirkan diri sebagai negara sekuler,
namun tidak bisa dipungkiri bahwa jiwa Islamnya tetap melekat dan tak terpisahkan
dari bangsa Turki. Begitu pun berdampak terhadap kemajuan pendidikan di negara
tersebut.
Masuknya sistem pendidikan modern dalam kalangan kerajaan Turki Usmani
bermula sejak sultan Mahmud II (1785-1839 M ), Turki mengadakan pembaharuan
dalam berbagai bidang pendidikan. Di zaman itu, madrasah serupakan satu-satunya
lembaga pendidikan yang ada di kerajaan Turki Usmani. Di madrasah itu Mahmud
menyadari bahwa madrasah-madrasah tradisional tersebut tidak sesuai lagi dengan
tuntunan perkembangan zaman. Oleh karena itu Turki berusaha untuk memperbaiki
sistem pendidikan madrasah yang ada, agar anak-anak bisa mendapatkan pelajaran
pengetahuan umum. Namun mengadakan perubahan dalam kurikulum madrasah
dengan memasukkan pengetahuan-pengetahuan umum pada waktu itu sangat sulit.
Karena itu, Turki mendirikan dua sekolah pengetahuan umum yang berdiri sendiri.
Terpisah dari sistem madrasah tradisional yang ada. Kedua sekolah tersebut
adalah :
1. Sekolah Pengetahuan Umum (Mekteb-Ima’rif)
2. Sekolah sastra (Mekteb-I Ulum Edebiye)
Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa antara India dan Turki berbeda pola
sistem pendidikannya, ini bisa jadi karena dipengaruhi oleh sosiologi masyarakat,
sejarah berdirinya suatu Negara, juga kebutuhan suatu Negara terhadap generasi
penerus bangsanya yang sesuai dengan tuntutan jaman dan situasi Negara dan
dunia yang semakin mengglobal.
Kita dapat mengambil pelajaran bahwa pendidikan seharusnya dilaksanakan
oleh pemerintah dan swasta, dengan sasaran pendidikan yang terjagkau bahkan
gratis serta bermutu karena diselengarakan oleh pemerintah dengan dana
pemerintah yang diambil dari APBN dan APBD yang bertujuan menciptakan
generasi bangsa yang unggul dan berkualitas yang mampu bersaing dikancah local
maupun global tanpa meninggalkan karakter suatu bangsa tersebut.
Untuk mencapai kualitas pendidikan yang berkualitas dan unggul perlu
adanya kerjasama yang baik untuk menciptakan keadaan pendidikan yang kondusif
dan nyaman. Tentunya untuk mencapai keadaan pendidikan yang kondusif dan
nyaman dibutuhkan sarana pendidikan yang memadai, baik dari pendidik yang
berkualitas dan sarana prasarana yang mendukung proses pendidikan yang
memadai.