door to door kampanye - · pdf fileberkonvoi dengan atribut dan yel-yel tertentu yang...

2
Menyimak bentuk-bentuk kampanye dalam sebuah pilkada Oleh : Kristianto.Simuru a. Latar belakang Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya yang diberi judul relefankah mengangkat issue putra daerah dalam kampanye pilkada yang dimuat oleh salah satu Koran di Sulawesi Tengah. Tulisan lanjutan ini bertujuan untuk membawa pemikiran pembaca agar lebih teliti dalam menyingkapi bentuk-bentuk pendekatan kampanye diaras lokal agar dalam menentukan pilihannya, pemilih selalu mendasarkan pada pertimbangan kata nurani bukan karena pengaruh berbagai pendekatan kampanye yang biasanya hanya menampilkan “sisi baiknya saja”. Bagi masyarakat awam yang sering mengakses berita baik dikoran,TV,Internet dan media pers lainya, seringkali mendengar atau mungkin membaca istilah-istilah berikut: Money politik, Tim sukses, Open house, Door to door dan Serangan Fajar. Sepintas istilah ini terkesan sepeleh namun berpotensi untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok dalam memberikan hak suaranya pada hajatan-hajatan pilkada seperti pemilihan caleg atau bupati olehnya sangatlah menarik bila istilah-istilah tersebut diuraikan satu- persatu. b. Money politik Suwondo (2005) 1 , menyebutkan bahwa money politik adalah suatu usaha untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok agar menuruti kehendak seseorang atau kelompok dengan menggunakan uang atau harta benda baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan dalam perkembangannya modus ini seolah-olah tidak bisa dikendalikan lagi. Penulis kemudian mencatat ada 2 alasan yang mendorong menjamurnya modus ini yakni sebagai berikut: Secara budaya kebiasaan masyarakat pada umumnya cenderung terbiasa untuk meminta, mendapatkan sesuatu yang instan atau gratis. Kebiasaan tersebut kemudian dipeparah dengan kondisi kehidupan masyarakat yang sebagian besar berada dibawah garis subsisten (garis kemiskinan) Secara hukum meskipun praktek ini dinyatakan illegal namun dalam kenyataanya modus money politik tetaplah menjamur hal ini dikarenakan seseorang atau kelompok masyarakat yang sudah “menerima uang atau material ” tidak mungkin melaporkan adanya sebuah upaya atau kegiatan money politik sebab secara moral ia telah berhutang budi pada si pemberi dan secara hukum ia pasti kena jeratan hukum juga. Akan tetapi jika dilihat dari asas manfaatnya modus dari money politik bagaikan senjata boomerang yang sedang dilemparkan hal ini dikarenakan dari sudut pandang “si penerima” secara ekonomi memang menguntungkan karena pemberian uang atau material tersebut sifatnya “sukarela” namun dari sudut pandang “si pemberi” belum ada sebuah jaminan yang besar bahwa mereka yang telah menerima sejumlah uang itu, akan memiliki ikatan emosi nal yang kuat dengan bakal calon yang telah memberikan sejumlah uang. Olehnya menurut penulis ketika seseorang telah memutuskan akan mengunakan praktek money politik dalam kampanyenya maka ia secara sadar sedang berjudi mempertaruhkan sebagian bahkan keseluruhan dari harta bendanya. Jenis-jenis kampanye Berbicara masalah kampanye pemikiran kita mungkin lansung akan tertuju pada sekumpulan orang berkonvoi dengan atribut dan yel-yel tertentu yang mengatas namakan nama “seseorang” namun ternyata itu baru sebagian kecil dari bentuk kampanye. Menurut Suwondo sekurang-kurangnya ada 5 jenis kampanye yang biasanya dilakukan oleh bakal calon maupun yang diwakilkan oleh tim suksesnya sebagai berikut: Kampanye open house Open house merupakan sebuah kegiatan dimana “jagoaan” dari partai atau calon yang bermodal besar mengadakan acara membuka diri untuk menerima tamu kerumahnya. Sebagai contoh: 1. Jika orang yang bertamu adalah sekelompok muda-mudi yang datang berkunjung biasanya langsung diasumsikan oleh “si jagoan” sebagai tim pendukungnya. Mereka kemudian akan disambut dengan ramah, ditawarkan makanan, dan ditawarkan kaos seragam dengan photo “senyum manis” si jagoan 2. Jika ada individu yang bersedia untuk ikut kampanye yang dijadwalkan oleh tim sukses bakal calon tertentu, mereka biasanya diberi uang bensin yang besarnya sekitar Rp 10.000- Rp 20.000. transaksi tersebut berjalan begitu lancar tanpa ada perasaan malu atau perasaan harus dirahasiaakan 3. Jika orang yang datang kerumahnya adalah orang tua atau ibu-ibu, maka biasanya ketika pulang mereka mendapatkan 4-5 kg beras dan 2 Kg gula pasir dikantong-kantong plastik yang sudah disediakan 1 Kutut Suwondo.Otonomi daerah dan perkembangan civil society diaras lokal. Mitra satya. Salatiga 2005. Kampanye door to door Kampanye door to door biasanya hanya dilakukan oleh tim sukses yang mengusung “jagoan tertentu” saja, dengan cara mendatangi rumah calon pemilihnya dengan maksud memperkenalkan “jagoan” mereka. Jika terjadi “gayung bersambut” antara pemilik rumah dengan tim sukses tersebut maka biasanya pembicaraan ditingkatkan kearah suatu ikatan perjanjian. Disini anggota tim sukses dapat memberi uang atau sembako kepada calon pendukung dan meminta penghuni rumah tersebut untuk memilih “jagoan” yang mereka kampanyekan. Dalam pola kampanye ini menurut suwondo sering terjadi proses intimidasi yang mengarah pada konflik sesama tim sukses yang memiliki jagoan masing-masing. Bahkan menurut penulis intimidasi tidak hanya berlaku untuk sesama tim sukses melainkan intimidasi juga dapat berlaku bagi si penghuni rumah atau yang telah menerimah uang. Kampanye serangan fajar Serangan fajar pada mulanya diartikan sebagai proses kampanye dengan melakukan perjanjian antara tim sukses dengan calon pendukung yang melibatkan uang atau materi dan terjadi pada saat menjelang pagi hari sebelum saat “coblosan / pencontrengan” dimulai. Namun seiring perkembangannya serangan fajar tidak hanya dilakukan pada pagi hari sebelum pemilihan, namun biasanya telah dilakukan jauh hari sebelum hari pemiihan dilaksanakan, misalnya disaat-saat minggu tenang. Pola ini secara hukum jelas dilarang namun dalam kenyataannya kegiatannya sering dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Serangan fajar biasanya justru lebih efektif karena para calon pemilih cenderung lebih mengingat pemberian uang dari tim sukses yang terakhir dan biasanya proses pemberian yang terakhir ini dijadikan sebagai ajang tawar menawar dengan pemberi uang. Menurut penulis disinilah praktek “perjudian” terjadi bahkan disinilah kita dapat menyaksikan calon mana yang memiliki modal dan “nyali yang besar”. Kampanye menjelang pemilihan ulang Kampanye pemilihan ulang biasanya terjadi akibat “kesalahan-kesalahan” ditempat-tempat pemunggutan suara (TPS) seperti kertas suara yang cacat atau nomornya tertukar dan lain-lain. Terlepas kesalahan tersebut adalah murni keteledoran tim pelaksana atau sesuatu yang memang “dipolitisasikan”, bagi para jagoan-jagoan yang sedang bertarung ini merupakan saat yang sangat penting untuk merubah keadaan. Sebab ketika terjadi pemilihan ulang otomatis terjadi jedah perhitungan suara disinila para “jagoan” yang bertarung dapat memprediksikan kemenangan mereka dengan melihat hasil perhitungan sementara dari TPS-TPS yang tidak “bermasalah”. Sehingga jika perhitungan tersebut harus dilakukan 1 minggu atau bahkan sehari setelah keputusan mengadakan pemilihan ulang di TPS tersebut, maka pada pagi harinya kampanye serangan fajar akan semakin gencar terjadi Kampanye silaturachmi Kampanye ini biasanya dimulai dari aktifitas para “makelar suara” untuk menghubungi kelompok pemilih tertentu seperti karang taruna, kelompok olah raga atau kelompok RT / RW. Jika kelompok “makelar suara” tersebut telah berhasil membuat perjanjian dengan kelompok yang dihubungi maka pada hari yang ditentukan si bakal calon dengan tim suksesnya akan datang ke pertemuan kelompok tersebut. Acara pertama biasanya terkesan basa-basi yang dimaknai sebagai sebuah bentuk silaturachmi. Acara selanjutnya kemudian berkembang menjadi acara mendengarkan visi misi, program-program, dan segala sesuatu yang terangkum dalam sebuah istilah “janji manis si bakal calon” biasanya kelompok yang kritis tidak terlalu bersimpati dengan bagian ke dua ini mereka justru lebih tertarik jika pembicaraan diarahkan pada kesepakatan jumlah “uang pengikat” (baca: money politik) c. Tim sukses Dalam penelitiaanya Suwondo mengklasifikasikan kelompok tim sukses kedalam 2 kelompok yang dijabarkan sebagai berikut: 1. Tim sukses Tim sukses merupakan tim sukses pada pengertian yang sebenarnya dimana pimpinan mereka merupakan seorang kader partai yang militant atau biasanya masih mempunyai hubungan keluarga dengan calon pemimpin atau bahkan mereka yang memiliki hutang budi atau hubungan ikatan patron client. Biasanya tingkat loyalitas team ini sangat bervariasi tergantung erat tidaknya ikatan emosional dengan “jagoannya”.Khususnya dalam kasus pemilihan Caleg biasanya ada caleg yang tidak mempunyai tim sukses karena ia tidak terlalu berambisi menduduki jabatan tersebut. Adapun tugas dari tim sukses ini yakni mengkoordinasi semua kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk memenangkan “jagoannya" bukan berusaha memenangkan partai (jika calon tersebut diusung oleh partai tertentu). Berikut ini beberapa kegiatan koordinasi yang dilakukan diantaranya sebagai berikut: Mempersiapkan logistik seperti penyediaan kaos dengan nama dan gambar “jagoaannya”, umbul- umbul, poster, sticker, korek api bersimbol, gantungan kunci, selebaran, spanduk, makanan dan tentunya uang.

Upload: trandien

Post on 06-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: door to door Kampanye -   · PDF fileberkonvoi dengan atribut dan yel-yel tertentu yang mengatas namakan nama “seseorang” namun ternyata it u ... Sebagai contoh: 1

Menyimak bentuk-bentuk kampanye dalam sebuah pilkada

Oleh : Kristianto.Simuru

a. Latar belakang

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya yang diberi judul relefankah mengangkat issue putra daerah dalam kampanye pilkada yang dimuat oleh salah satu Koran di Sulawesi Tengah. Tulisan lanjutan ini bertujuan untuk membawa pemikiran pembaca agar lebih teliti dalam menyingkapi bentuk-bentuk pendekatan kampanye diaras lokal agar dalam menentukan pilihannya, pemilih selalu mendasarkan pada pertimbangan kata nurani bukan karena pengaruh berbagai pendekatan kampanye yang biasanya hanya menampilkan “sisi baiknya saja”.

Bagi masyarakat awam yang sering mengakses berita baik dikoran,TV,Internet dan media pers lainya, seringkali mendengar atau mungkin membaca istilah-istilah berikut: Money politik, Tim sukses, Open house, Door to door dan Serangan Fajar. Sepintas istilah ini terkesan sepeleh namun berpotensi untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok dalam memberikan hak suaranya pada hajatan-hajatan pilkada seperti pemilihan caleg atau bupati olehnya sangatlah menarik bila istilah-istilah tersebut diuraikan satu-persatu.

b. Money politik

Suwondo (2005)1, menyebutkan bahwa money politik adalah suatu usaha untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok agar menuruti kehendak seseorang atau kelompok dengan menggunakan uang atau harta benda baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan dalam perkembangannya modus ini seolah-olah tidak bisa dikendalikan lagi. Penulis kemudian mencatat ada 2 alasan yang mendorong menjamurnya modus ini yakni sebagai berikut:

� Secara budaya kebiasaan masyarakat pada umumnya cenderung terbiasa untuk meminta, mendapatkan sesuatu yang instan atau gratis. Kebiasaan tersebut kemudian dipeparah dengan kondisi kehidupan masyarakat yang sebagian besar berada dibawah garis subsisten (garis kemiskinan)

� Secara hukum meskipun praktek ini dinyatakan illegal namun dalam kenyataanya modus money politik tetaplah menjamur hal ini dikarenakan seseorang atau kelompok masyarakat yang sudah “menerima uang atau material ” tidak mungkin melaporkan adanya sebuah upaya atau kegiatan money politik sebab secara moral ia telah berhutang budi pada si pemberi dan secara hukum ia pasti kena jeratan hukum juga.

Akan tetapi jika dilihat dari asas manfaatnya modus dari money politik bagaikan senjata boomerang yang sedang dilemparkan hal ini dikarenakan dari sudut pandang “si penerima” secara ekonomi memang menguntungkan karena pemberian uang atau material tersebut sifatnya “sukarela” namun dari sudut pandang “si pemberi” belum ada sebuah jaminan yang besar bahwa mereka yang telah menerima sejumlah uang itu, akan memiliki ikatan emosi nal yang kuat dengan bakal calon yang telah memberikan sejumlah uang. Olehnya menurut penulis ketika seseorang telah memutuskan akan mengunakan praktek money politik dalam kampanyenya maka ia secara sadar sedang berjudi mempertaruhkan sebagian bahkan keseluruhan dari harta bendanya.

Jenis-jenis kampanye

Berbicara masalah kampanye pemikiran kita mungkin lansung akan tertuju pada sekumpulan orang berkonvoi dengan atribut dan yel-yel tertentu yang mengatas namakan nama “seseorang” namun ternyata itu baru sebagian kecil dari bentuk kampanye. Menurut Suwondo sekurang-kurangnya ada 5 jenis kampanye yang biasanya dilakukan oleh bakal calon maupun yang diwakilkan oleh tim suksesnya sebagai berikut:

Kampanye open house Open house merupakan sebuah kegiatan dimana “jagoaan” dari partai atau calon yang bermodal besar mengadakan acara membuka diri untuk menerima tamu kerumahnya. Sebagai contoh: 1. Jika orang yang bertamu adalah sekelompok muda-mudi yang datang berkunjung biasanya

langsung diasumsikan oleh “si jagoan” sebagai tim pendukungnya. Mereka kemudian akan disambut dengan ramah, ditawarkan makanan, dan ditawarkan kaos seragam dengan photo “senyum manis” si jagoan

2. Jika ada individu yang bersedia untuk ikut kampanye yang dijadwalkan oleh tim sukses bakal calon tertentu, mereka biasanya diberi uang bensin yang besarnya sekitar Rp 10.000- Rp 20.000. transaksi tersebut berjalan begitu lancar tanpa ada perasaan malu atau perasaan harus dirahasiaakan

3. Jika orang yang datang kerumahnya adalah orang tua atau ibu-ibu, maka biasanya ketika pulang mereka mendapatkan 4-5 kg beras dan 2 Kg gula pasir dikantong-kantong plastik yang sudah disediakan

1 Kutut Suwondo.Otonomi daerah dan perkembangan civil society diaras lokal. Mitra satya. Salatiga 2005.

Kampanye door to door Kampanye door to door biasanya hanya dilakukan oleh tim sukses yang mengusung “jagoan

tertentu” saja, dengan cara mendatangi rumah calon pemilihnya dengan maksud memperkenalkan “jagoan” mereka. Jika terjadi “gayung bersambut” antara pemilik rumah dengan tim sukses tersebut maka biasanya pembicaraan ditingkatkan kearah suatu ikatan perjanjian. Disini anggota tim sukses dapat memberi uang atau sembako kepada calon pendukung dan meminta penghuni rumah tersebut untuk memilih “jagoan” yang mereka kampanyekan. Dalam pola kampanye ini menurut suwondo sering terjadi proses intimidasi yang mengarah pada konflik sesama tim sukses yang memiliki jagoan masing-masing. Bahkan menurut penulis intimidasi tidak hanya berlaku untuk sesama tim sukses melainkan intimidasi juga dapat berlaku bagi si penghuni rumah atau yang telah menerimah uang.

Kampanye serangan fajar Serangan fajar pada mulanya diartikan sebagai proses kampanye dengan melakukan perjanjian

antara tim sukses dengan calon pendukung yang melibatkan uang atau materi dan terjadi pada saat menjelang pagi hari sebelum saat “coblosan / pencontrengan” dimulai. Namun seiring perkembangannya serangan fajar tidak hanya dilakukan pada pagi hari sebelum pemilihan, namun biasanya telah dilakukan jauh hari sebelum hari pemiihan dilaksanakan, misalnya disaat-saat minggu tenang. Pola ini secara hukum jelas dilarang namun dalam kenyataannya kegiatannya sering dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Serangan fajar biasanya justru lebih efektif karena para calon pemilih cenderung lebih mengingat pemberian uang dari tim sukses yang terakhir dan biasanya proses pemberian yang terakhir ini dijadikan sebagai ajang tawar menawar dengan pemberi uang. Menurut penulis disinilah praktek “perjudian” terjadi bahkan disinilah kita dapat menyaksikan calon mana yang memiliki modal dan “nyali yang besar”.

Kampanye menjelang pemilihan ulang Kampanye pemilihan ulang biasanya terjadi akibat “kesalahan-kesalahan” ditempat-tempat

pemunggutan suara (TPS) seperti kertas suara yang cacat atau nomornya tertukar dan lain-lain. Terlepas kesalahan tersebut adalah murni keteledoran tim pelaksana atau sesuatu yang memang “dipolitisasikan”, bagi para jagoan-jagoan yang sedang bertarung ini merupakan saat yang sangat penting untuk merubah keadaan. Sebab ketika terjadi pemilihan ulang otomatis terjadi jedah perhitungan suara disinila para “jagoan” yang bertarung dapat memprediksikan kemenangan mereka dengan melihat hasil perhitungan sementara dari TPS-TPS yang tidak “bermasalah”. Sehingga jika perhitungan tersebut harus dilakukan 1 minggu atau bahkan sehari setelah keputusan mengadakan pemilihan ulang di TPS tersebut, maka pada pagi harinya kampanye serangan fajar akan semakin gencar terjadi

Kampanye silaturachmi Kampanye ini biasanya dimulai dari aktifitas para “makelar suara” untuk menghubungi

kelompok pemilih tertentu seperti karang taruna, kelompok olah raga atau kelompok RT / RW. Jika kelompok “makelar suara” tersebut telah berhasil membuat perjanjian dengan kelompok yang dihubungi maka pada hari yang ditentukan si bakal calon dengan tim suksesnya akan datang ke pertemuan kelompok tersebut. Acara pertama biasanya terkesan basa-basi yang dimaknai sebagai sebuah bentuk silaturachmi. Acara selanjutnya kemudian berkembang menjadi acara mendengarkan visi misi, program-program, dan segala sesuatu yang terangkum dalam sebuah istilah “janji manis si bakal calon” biasanya kelompok yang kritis tidak terlalu bersimpati dengan bagian ke dua ini mereka justru lebih tertarik jika pembicaraan diarahkan pada kesepakatan jumlah “uang pengikat” (baca: money politik)

c. Tim sukses

Dalam penelitiaanya Suwondo mengklasifikasikan kelompok tim sukses kedalam 2 kelompok yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Tim sukses

Tim sukses merupakan tim sukses pada pengertian yang sebenarnya dimana pimpinan mereka merupakan seorang kader partai yang militant atau biasanya masih mempunyai hubungan keluarga dengan calon pemimpin atau bahkan mereka yang memiliki hutang budi atau hubungan ikatan patron client. Biasanya tingkat loyalitas team ini sangat bervariasi tergantung erat tidaknya ikatan emosional dengan “jagoannya”.Khususnya dalam kasus pemilihan Caleg biasanya ada caleg yang tidak mempunyai tim sukses karena ia tidak terlalu berambisi menduduki jabatan tersebut. Adapun tugas dari tim sukses ini yakni mengkoordinasi semua kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk memenangkan “jagoannya" bukan berusaha memenangkan partai (jika calon tersebut diusung oleh partai tertentu). Berikut ini beberapa kegiatan koordinasi yang dilakukan diantaranya sebagai berikut:

� Mempersiapkan logistik seperti penyediaan kaos dengan nama dan gambar “jagoaannya”, umbul-umbul, poster, sticker, korek api bersimbol, gantungan kunci, selebaran, spanduk, makanan dan tentunya uang.

Page 2: door to door Kampanye -   · PDF fileberkonvoi dengan atribut dan yel-yel tertentu yang mengatas namakan nama “seseorang” namun ternyata it u ... Sebagai contoh: 1

� Mendistribusikan logistik ke para pendukung, pemasangan alat kampanye, penjagaan alat kampanye agar tidak di”serobot” tim sukses lain, dan pelepasan alat kampanye seperti bendera, sapanduk, umbul-umbul atau poster

� “melobi” kelompok pemilih yang bersedia mendengar orasi dan mendukung “jagooan” baik di aras RT,RW,ataupun desa atau kelurahan

� mencari kelompok yang beredia mengikuti konvoi dalam kampanye yang akan dilaksanakan oleh “ si jagoaan”

� mencari dan”menjaga” simpantisan khususnya simpatisan yang sudah loyal pada si bakal calon agar tidak pindah “kelain hati”

2. Team independent

Team independent biasanya lebih jelas terlihat perbedaanya dengan tim sukses ketika kegiatan kampanye legislative. Apalagi jika didaerah tersebut terdapat sekitar 10-20 lebih caleg dan caleg-caleg tersebut didukung oleh partai-partai “berduit” atau disponsori oleh institusi atau perusahaan yang memiliki kepentingan bisnis didaerah tersebut. Menurut penulis team independent inilah yang biasanya dapat dimanfaatkan oleh kelompok yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindakakan tidak terpuji seperti melakukan “pembunuhan karakter jagoaan tertentu”, dengan berpura-pura “memanas-manasi” karakter “jagoan” yang lain mengatas namakan jagoaan yang sedang mereka usung padahal “si jagoaan “yang diatas namakan oleh mereka” tidak pernah berniat menjelekan-jelekan jagoan yang lainnya.

Team independent kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok penghubung dan kelompok pekerja.

a. Team independent penghubung biasanya terdiri dari beberapa orang yang mempunyai hubungan cukup luas baik dengan masyarakat maupun dengan kelompok-kelompok pemuda lainnya.Tugas mereka adalah mencari massa (baca: makelar kampanye) untuk berkampanye dan atau mencari masa untuk bersedia mendengar orasi bakal calon tersebut, baik ditingkat RT, RW maupun desa atau kelurahan. Biasanya jumlah massa dipengaruhi jumlah tarif yang diberikan oleh si bakal calon.

b. Team independent pekerja (baca: tukang kampanye) biasa memiliki tugas yang lebih simpel, spesifik dan tidak membutuhkan banyak diplomasi karena pekerjaan mereka hanya berkonvoi sesuai pesanan si bakal calon pada tim penghubug. Biasanya jumlah tim pekerja lebih banyak dari tim pada tim penghubung dan pekerjaan mereka hanya berkonvoi. Modal yang dibutuhkan oleh tim pekerja adalah sebagai berikut: � kendaraan yang mudah bermobilisasi, dapat mengangkut sejumlah orang, serta menarik

perhatian orang, bahkan jika bisa dapat membuat gaduh ketika konvoi � memiliki modal kaus partai (jika pemilu) foto-foto, atau asesoris yang menyatakan bahwa

mereka telah mewakili pihak yang mereka kampanyekan atau dengan katalain melakukan segala sesuatu sesuai dengan “pesanan”

3. Upah Tim sukses

Berbicara mengenai upah seorang tim sukses tidak dapat diprediksikan secara pasti dan hanya diketahui oleh kalangan partai atau donatur pemberi upah. Menurut Suwondo jumlah nominal uang yang diterima oleh tim sukses agak sulit dikemukaan apalagi jika mempertanyakan pertanggungjawaban keurangannya. Hal ini dikarenakan masing masing anggota tim sukses tidak memiliki perjanjian tertulis dengan jumlah bayaran yang akan diterima. Bahkan ketika ditanya mereka cenderung akan menjawab bahwa itu sifatnya sukarela, pengabdian, dan tidak ada bayaran. Olehnya kita sebagai pengamat hanya bisa menafsirkan jumlah upah yang mereka peroleh dari bukti fisik yang ada. Misalnya jumlah massa pekerja yang ia bayar, atribut-atribut yang ia siapkan,dan lain-lain.

3.Kesimpulan

Meskipun tulisan diatas hanyalah sebuah kutipan dari hasil penelitian seseorang2 yang belum tentu dapat digeneralisasikan secara global3, akan tetapi harapan penulis kiranya pembaca dapat lebih terbuka wawasannya. Seperti sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa “suara rakyat adalah suara Tuhan” sehingga kita sebagai masyarakat hendakya mau mengintrospeksi diri dan menyadari bahwa:

� Satu suara pemilih adalah sangat berharga � Satu suara secara tidak langsung menentukan warna kepemimpinan 5 tahun kedepan � Suara anda secara logika tidaklah relefan jika dihargai dengan sejumlah uang (Rp 20-30 ribu), 4-5 Kg

beras, 2 kg gula, beberapa liter bensi, dan lain-lain

Akhir kata semoga pemimpin baru yang terpilih (baca: bupati poso) mampu membawa kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik. 2 Prof.Dr.Ir. Kutut Suwondo,MS

3 Kata global mengacu pada pemahaman bahwa kejadian tersebut persis akan terjadi sama dibeberapa tempat termasuk didaerah

Sulawesi tengah khususnya pada kegiatan pilkada Bupati 2010