dokumen rancangan proyek masyarakat tangguh terhadap iklim...

43
1 Dokumen Rancangan Proyek Masyarakat Tangguh terhadap Iklim dan Bencana Indonesia/Indonesia Climate and Disaster Resilient Communities (ICDRC) Ringkasan Informasi Judul Proyek: Proyek Masyarakat Tangguh terhadap Iklim dan Bencana Indonesia/ Indonesia Climate and Disaster Resilient Communities (ICDRC) Nama Kontak: Alamat E-Mail Kontak: No. Telepon Kontak: Richard Simpson [email protected] Oxfam Australia 132 Leicester St Carlton 3053 Victoria Australia +61 (0)3 9289 9444 Kantor/Unit Pengelolaan: Unit Manajemen Program (PMU), Direktorat Program Tanggal Penyerahan: 31 Mei 2018 Lokasi Geografis Implementasi Proyek: Indonesia; 13 kabupaten di 7 provinsi 1. Nusa Tenggara Timur: Kupang, Timur Tengah Selatan, East Flores & Lembata 2. Nusa Tenggara Barat: Bima City, Bima District, Lombok & Dompu 3. Jawa Timur: Kediri 4. Sumatra Barat: Agam 5. Sumatra Utara: Karo 6. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY): Sleman 7. Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta: Kota Jakarta Tanggal Awal Perencanaan: 1 Juli 2018 Tanggal Akhir Perencanaan: 30 Juni 2022 Jumlah Anggaran per Sumber Dana $2,688,901 total anggaran $1,344,451 secured dari ANCP; $1,344,450 yang tersisa unsecured

Upload: lamtuyen

Post on 26-Aug-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

Dokumen Rancangan

Proyek Masyarakat Tangguh terhadap Iklim dan Bencana Indonesia/Indonesia Climate and Disaster Resilient

Communities (ICDRC)

Ringkasan Informasi

Judul Proyek:

Proyek Masyarakat Tangguh terhadap Iklim dan Bencana Indonesia/ Indonesia Climate and Disaster Resilient Communities (ICDRC)

Nama Kontak:

Alamat E-Mail Kontak:

No. Telepon Kontak:

Richard Simpson

[email protected]

Oxfam Australia 132 Leicester St Carlton 3053 Victoria Australia

+61 (0)3 9289 9444

Kantor/Unit Pengelolaan: Unit Manajemen Program (PMU), Direktorat Program

Tanggal Penyerahan: 31 Mei 2018

Lokasi Geografis Implementasi Proyek:

Indonesia; 13 kabupaten di 7 provinsi

1. Nusa Tenggara Timur: Kupang, Timur Tengah Selatan, East Flores & Lembata

2. Nusa Tenggara Barat: Bima City, Bima District, Lombok & Dompu

3. Jawa Timur: Kediri 4. Sumatra Barat: Agam 5. Sumatra Utara: Karo 6. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY): Sleman 7. Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta: Kota Jakarta

Tanggal Awal Perencanaan: 1 Juli 2018

Tanggal Akhir Perencanaan: 30 Juni 2022

Jumlah Anggaran per Sumber Dana

$2,688,901 total anggaran

$1,344,451 secured dari ANCP; $1,344,450 yang tersisa unsecured

2

1. LATAR BELAKANG DAN JUSTIFIKASI

a) Masalah, kebutuhan, atau isu yang akan ditanggulangi oleh program

Perubahan iklim dan kebencanaan

Meningkatnya insiden bahaya hidrometeorologi di Indonesia dikarenakan perubahan iklim, juga dengan pertumbuhan aktivitas manusia dan degradasi lingkungan, mengarah pada peningkatan insiden dan intensitas bencana. Laporan terakhir Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa dalam tiga tahun terakhir (2015-2017), telah terjadi peningkatan insiden bencana di Indonesia dari 1.691 insiden pada tahun 2015, menjadi 2.369 dan 2.372 peristiwa pada tahun 2016 dan 2017. Adapun 90% bencana yang terjadi didominasi oleh bencana hidrometeorologi yang dipicu oleh faktor perubahan iklim. Lebih lanjut, BNPB mengungkapkan bahwa lebih dari tiga juta orang terkena dampak setiap tahun dan rata-rata 30 triliun rupiah (3,3 miliar AUD) diperlukan untuk tujuan pemulihan di daerah-daerah yang terkena bencana.

Pertanian dan perikanan masih menjadi pendorong utama pertumbuhan di Indonesia dan merupakan pemberi kerja dan pencipta lapangan kerja terbesar. Sekitar 41,2% penduduk miskin berbasis pedesaan di Indonesia mencari nafkah melalui sektor pertanian. Perempuan pedesaan merupakan tulang punggung pertanian dan perikanan Indonesia. Mereka adalah kunci untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas sektor-sektor tersebut. Mereka juga berperan dalam adaptasi perubahan iklim dan ketahanan sistem pangan. Hal ini hanya dapat terjadi apabila akses dan kontrol atas tanah dan sumber daya, pelatihan, dan peluang modal diprioritaskan untuk perempuan di sektor-sektor tersebut.

Perubahan iklim adalah salah satu ancaman terbesar yang dihadapi masyarakat petani dan nelayan dan orang-orang yang tinggal di daerah pesisir dan pulau kecil (Nusa Tenggara Timur) di mana banyak dari proyek ini akan dilaksanakan, dan dampak negatif dari kekeringan berkepanjangan di lokasi-lokasi ini semakin memengaruhi setiap jenis pertanian.

Urbanisasi Pesat

Penduduk perkotaan di Indonesia meningkat pesat dengan laju tahunan sekitar 4%, menjadikan Indonesia salah satu negara yang paling cepat mengalami urbanisasi di dunia. Pada tahun 2025, 68% populasi diproyeksikan untuk hidup di daerah perkotaan, dibandingkan 52% pada tahun 2013. Terdapat 28 dari 33 provinsi di Indonesia yang memiliki risiko tinggi dari bahaya, dengan 65% dari semua kabupaten dianggap memiliki risiko tinggi dari banyak bahaya. Terdapat 60% orang yang tinggal di daerah perkotaan yang dianggap rentan terhadap risiko. Ibukota Indonesia, Jakarta, dengan penduduk 15 juta jiwa, tenggelam 3,5 sentimeter per tahun dan sekitar 40% dari kota ini sudah berada di bawah permukaan laut.

Terdapat 60% dari populasi perkotaan Indonesia tinggal di dua pulau utama Jawa dan Sumatera, dengan sisa 40% tersebar di Sulawesi, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Kompleksitas perkotaan, perubahan iklim, dan faktor-faktor lain seperti kekerasan dan konflik berperan sebagai faktor yang berkontribusi signifikan terhadap perubahan dan risiko masa depan di daerah perkotaan.

Dampak terhadap masyarakat

Bahaya hidrometeorologi seperti banjir, longsor, siklon/badai tropis, dan kekeringan memiliki dampak langsung terhadap aset ekonomi dan pertumbuhan, populasi, mata pencaharian, lingkungan dan

3

infrastruktur. Hal ini termasuk: hilangnya mata pencaharian bagi petani dan nelayan karena perubahan pola musim; peningkatan migrasi masyarakat pedesaan ke daerah perkotaan; peningkatan ketimpangan di dalam dan di antara masyarakat (mereka yang memiliki akses yang buruk terhadap layanan, penduduk pesisir, dan lainnya). Kerugian ekonomi akibat dampak perubahan iklim (langsung dan tidak langsung) diperkirakan mencapai 2,5% pada tahun 2020: empat kali kerugian rata-rata global PDB karena perubahan iklim. 1 Kerugian ini cenderung lebih tinggi di sektor pertanian dan perikanan, dengan perkiraan 7% dari PDB. 2

Masyarakat rentan

Keunikan geografi Indonesia atas 17.000 pulau, lebih dari 800.000 kilometer pantai dan lokasi di Cincin Api (Ring of Fire) Pasifik dengan 129 gunung berapi aktif, membuat negara ini sangat rentan terhadap kenaikan permukaan laut, bencana terkait cuaca, gempa bumi dan letusan gunung berapi. Banjir memiliki dampak terbesar pada mata pencaharian masyarakat. Sementara gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi merupakan bahaya yang paling mengancam yang dihadapi oleh Indonesia. Akibatnya, 65% atau 148,4 juta jiwa di Indonesia berdampak langsung terhadap berbagai bahaya bencana 3 dan masyarakat dengan akses dan kontrol atas sumber daya paling sedikit, yang tinggal di tempat-tempat paling berisiko – perempuan , anak-anak, dan orang yang hidup dengan disabilitas – cenderung rentan terhadap guncangan dan kondisi yang tidak menentu.

Kemiskinan dan ketimpangan

Dengan tingkat Pertumbuhan Ekonomi rata-rata 6-7%, Indonesia telah berpindah dari negara berpenghasilan rendah ke negara berpenghasilan menengah-bawah. Meskipun demikian, interaksi kompleks antara pengentasan kemiskinan, distribusi pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, dan kurangnya penegakan aturan hukum berarti bahwa kemiskinan, ketimpangan, dan ketidakadilan tetap menjadi tantangan nyata di Indonesia.

Indonesia dianggap sebagai salah satu negara paling sukses dalam mengurangi kemiskinan selama dua puluh tahun terakhir. Terlepas dari kemajuan tersebut, 40% populasi masih terjebak di garis kemiskinan. Rumah tangga yang“mendekati miskin” ini sangat rentan terhadap guncangan seperti kenaikan harga makanan, bahaya lingkungan, kesehatan yang buruk, dan lainnya, yang dapat dengan mudah mendorong mereka kembali ke kemiskinan jika mereka tidak dilindungi. 4

Kapasitas yang tersedia

Pengalaman panjang Indonesia tentang bencana telah mengubah cara masyarakat memandang bencana. Semakin banyak kelompok informal dan formal berada di tingkat kelompok masyarakat (misalnya, Tim Kesiapsiagaan Desa) dan kesadaran dan pendidikan bencana tersebar luas di sekolah dan masyarakat. Secara bertahap terdapat perubahan dalam cara pemerintah dan masyarakat mempersiapkan diri dan menanggapi bencana, dan baru-baru ini yakni perubahan iklim. Pemerintah Indonesia telah mengadopsi Kerangka Kerja Sendai 2015-2030, dengan fokus pada kebijakan dan praktik yang mendukung setiap kelompok masyarakat, individu dan lembaga secara setara dalam menangani risiko bencana, terutama yang paling berisiko.

4

b) Interaksi antara gender dan dinamika kekuasaan serta masalah, kebutuhan atau isu yang akan ditanggulangi oleh program

Meningkatnya insiden dan intensitas bencana di Indonesia, khususnya bencana yang terkait dengan cuaca, mengancam keamanan pangan dan kebutuhan air di masa depan negara, yang ditambah dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan permintaan energi. Hal ini berarti, banyak masyarakat menghadapi peningkatan kesulitan. Secara tradisional, perempuan cenderung menanggung beban menyediakan makanan dan air di dalam rumah tangga yang akan meningkat seiring dengan perubahan iklim. Perempuan dan anak-anak juga cenderung lebih menderita selama masa bencana karena status dan peran mereka yang lebih rendah dalam masyarakat, yang cenderung membatasi akses mereka ke sumber daya dan layanan yang mereka butuhkan untuk menjadi tangguh dan pulih.

Diperkirakan bahwa di Indonesia hanya 23% Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dimiliki oleh perempuan karena hambatan sistematis untuk kewirausahaan mencegah perempuan dari peluang ekonomi. Hal tersebut tidak hanya membatasi peluang perempuan untuk memulai bisnis, tetapi juga dapat membatasi bisnis yang didirikan untuk tetap berskala sangat kecil, seringkali hanya beroperasi di sektor informal. Perempuan yang terwakili sebagai pengusaha di Indonesia dikaitkan dengan berbagai faktor. Hambatan seperti rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya kesempatan pelatihan bagi perempuan, tanggung jawab rumah tangga (terutama untuk perempuan pedesaan), hambatan hukum, budaya atau agama, dan kurangnya akses ke kredit formal dan lembaga keuangan adalah alasannya. Kurangnya waktu untuk menyelesaikan kegiatan yang menghasilkan pendapatan karena peran yang peduli atau tidak dibayar juga dapat menyebabkan perempuan dengan lebih sedikit kesempatan, terutama Petani Perempuan Muda (PPM). Seringkali berarti bahwa mata pencaharian mereka dikembangkan dalam situasi yang tidak aman atau diskriminatif. Hal ini dapat menyebabkan situasi di mana PPM kemudian tidak memiliki lahan, modal, dan kapasitas untuk menyerap, beradaptasi, dan bertransformasi atas perubahan iklim.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2005 – 2025), sesuai dengan UU No. 17 tahun 2007, telah diamanatkan bahwa tahap ketiga dari Pembangunan Jangka Menengah harus memperkuat pembangunan ekonomi dan sumber daya alam berbasis kompetitif. Ini akan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dengan pengetahuan dan kompetensi teknologi. Pemerintah pusat dan daerah telah mengamanatkan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender (PPRG) yang bertujuan untuk melibatkan lebih banyak laki-laki dan perempuan dalam menyuarakan kebutuhan pembangunan mereka. Dalam RPJMN 2014 – 2019, terdapat tiga bidang fokus yang terkait dengan pembangunan responsif gender:5

1. Meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan; 2. Meningkatkan perlindungan perempuan dari berbagai aksi kekerasan, termasuk perdagangan

manusia; dan 3. Meningkatkan efektivitas dan kapasitas kelembagaan Pengarusutamaan Gender. 6

Terdapat juga kebijakan untuk memungkinkan partisipasi perempuan dalam perencanaan pembangunan, keterlibatan dalam politik, dan keterlibatan dalam pengembangan kebijakan sehingga baik laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama.

Namun, terlepas dari dukungan kuat dan inisiatif yang sedang berlangsung untuk kesetaraan gender di beberapa bidang penting, terutama akses ke pendidikan dan pendapatan, pertumbuhan ekonomi tidak mengurangi ketimpangan di seluruh bidang dan banyak perempuan Indonesia tetap rentan. Perempuan secara tidak proporsional rentan dan miskin di mana Indonesia menempati peringkat 105 dari 159 negara tentang kesetaraan gender7. Lebih jauh lagi, perempuan di Indonesia masih mengalami tingkat melek

5

huruf yang lebih rendah dibandingkan laki-laki (94% perempuan dibandingkan 97% laki-laki), memiliki tingkat pendidikan yang lebih kecil, memperoleh bagian pendapatan yang lebih sedikit, mengalami tingkat kekerasan yang lebih tinggi, dan mendapatkan representasi politik yang sangat rendah (di tingkat nasional, hanya sekitar 10% representatif/perwakilan adalah perempuan). Misalnya, di Sumbawa (NTB), Lembata, dan Flores Timur, tidak terdapat keterwakilan perempuan di tingkat DPRD. Adapun di Lombok (NTT), hanya terdapat 4% keterwarkilan DPRD yang adalah perempuan. Terdapat juga tren fundamentalisme yang berkembang di seluruh negeri, sebagian karena desentralisasi, yang dapat berdampak negatif pada kesetaraan gender.

Aktor yang relevan

• Pemerintah sebagai pengemban tugas utama: Mengacu pada UU No 24 tahun 2007, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan pra, selama, dan pasca fase Penanggulangan Bencana. Meskipun Indonesia menghadapi keragaman risiko yang sangat besar, kesiapsiagaan meningkat. Negara ini memiliki sistem pemantauan yang kuat dan efektif, meningkatkan kapasitas tanggap darurat oleh pemerintah dan pemain non-pemerintah, serta munculnya mitra baru seperti sektor swasta, partai politik, dan lain-lain. Namun, tantangan pekerjaan Manajemen Risiko Bencana (MRB) di Indonesia masih cukup besar. Sejumlah besar bencana skala kecil akan terus memengaruhi negara dan hal tersebut diprediksi akan diperburuk oleh perubahan iklim, dan kemungkinan akan terjadi peningkatan aktivitas siklon tropis. Kapasitas organisasi dan teknis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang tidak memadai untuk melakukan tugas mereka juga masih menjadi persoalan besar.

• Sektor swasta dan aktor pasar: Pemerintah telah mengeluarkan peraturan baru tentang peran sektor swasta, namun peran mereka dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB) masih sangat rendah yaitu hanya 1%8. Sementara BPBD telah berhasil meningkatkan transparansi dan partisipasi dari berbagai pemangku kepentingan yang lebih luas, akuntabilitas di semua tingkatan tetap menjadi persoalan besar, terutama penggalangan dana publik untuk tujuan MRB.

• Masyarakat: Membangun ketahanan harus dimulai dengan masyarakat, terutama orang yang secara langsung terpapar bencana dan bahaya perubahan iklim. Semakin banyak individu yang menyadari hak-hak mereka, mereka akan lebih mampu untuk menyatakan dan memengaruhi kebijakan dan praktik yang berdampak bagi mereka.

c) Kesempatan Oxfam dan mitra untuk membawa perubahan atas penganggulangan masalah, kebutuhan maupun persoalan

Fokus nasional pada perubahan iklim dan manajemen risiko bencana (termasuk integrasi mereka) memberikan peluang bagi Oxfam dan mitra-mitranya untuk bekerja secara sub-nasional untuk memastikan bahwa perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan pembangunan merupakan iklim yang cerdas dan tahan bencana. Hal ini termasuk mendukung perempuan (khususnya perempuan petani muda untuk menyesuaikan mata pencaharian pertanian mereka terhadap perubahan iklim; meningkatkan jumlah, efektivitas, dan ketahanan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) melalui pengembangan kapasitas, pelatihan, dan Rencana Kelangsungan Bisnis; membangun sistem yang lebih baik dan proses untuk MRB, meningkatkan kapasitas jaringan masyarakat sipil (seperti Knoweldge Hub atau Jejaring Mitra

6

untuk memengaruhi kebijakan dan praktik; dan bekerja dengan para pelaku sektor swasta (bank, perusahaan asuransi) serta pemerintah untuk menyediakan lingkungan yang memungkinkan bagi para peserta proyek, keluarga mereka, dan kelompok masyarakat yang lebih luas.

Pekerjaan Oxfam tentang isu-isu MRB dan perubahan iklim selama lebih dari satu dekade mengartikan bahwa Oxfam memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang diperlukan untuk dapat melaksanakan proyek ICDRC secara efektif. Tinjauan Oxfam atas Program Hak-Hak dalam Krisis (Rights in Crisis) yang dilakukan pada tahun 2017 (di mana proyek ICDRC dimulai) melihat ke 14 proyek, dan menemukan bahwa di tiga bidang utama kesiapsiagaan dan tanggap darurat, membangun ketahanan dan advokasi dan kampanye, terdapat:

• Kesiapsiagaan dan tanggap darurat: Oxfam dianggap sebagai salah satu lembaga kemanusiaan terkemuka di Indonesia. Oxfam, dalam kemitraan dengan LSM lokal, telah berhasil dalam membangun model untuk bantuan kemanusiaan, mengembangkan TIK untuk respons kemanusiaan dan pekerjaan pembangunan jangka panjang, memperkuat air, sanitasi, dan kebersihan (WASH) dan keamanan pangan darurat dan mata pencaharian, serta peningkatan efisiensi dalam persediaan logistik dan kontingensi. Proyek ICDRC akan terus memajukan pekerjaan ini sebagai tingkat sub-nasional.

• Membangun ketahanan: Oxfam telah secara konsisten membangun ketahanan masyarakat yang menjadi sasaran, khususnya perempuan, sambil mengambil langkah-langkah dan pendekatan baru dan inovatif untuk mengintegrasikan PRB ke dalam pekerjaan pembangunan, seperti bekerja di lingkungan perkotaan dengan UMKM, dan mendukung forum-forum DRR tingkat provinsi. Dampak dari pekerjaan ini tidak hanya membantu masyarakat pulih lebih cepat dari peristiwa bahaya daripada kelompok masyarakat pembanding, tetapi juga telah meningkatkan tingkat kesiapsiagaan bencana tingkat rumah tangga dan masyarakat, meningkatkan mata pencaharian masyarakat rentan; dan mendukung hubungan yang lebih baik antara masyarakat, lembaga pemerintah, dan para pelaku sektor swasta. Proyek ICDRC akan berkontribusi pada pengentasan kemiskinan perkotaan melalui model kewirausahaan sosial dan menghubungkan pengembangan bisnis pedesaan dan perkotaan di sektor pangan. Strategi ini akan memiliki fokus yang kuat pada Petani Perempuan Muda.

• Advokasi dan kampanye: Oxfam telah bekerja keras untuk menciptakan lingkungan yang lebih memungkinkan melalui kerja advokasi dan kampanyenya. Telah berhasil dalam mempromosikan pengarusutamaan gender di MRB, meningkatkan akuntabilitas kemanusiaan nasional, dan advokasi sumber daya air antara lain. Advokasi dan kampanye, meskipun membutuhkan waktu lama dan sumber daya yang signifikan, tetapi dianggap sebagai 'bisnis inti' untuk Oxfam dan akan menjadi bagian dari proyek ICDRC. Reformasi kebijakan dan pasar yang layak untuk mendukung Pengidupan yang Tahan Iklim dan Berkelanjutan (Climate Resilient Sustainable Livelihoods/CRSL) akan menjadi salah satu aspek kunci dari proyek ICDRC.

Sejarah pemrograman, reputasi, dan hubungan kuat Oxfam dengan masyarakat sipil, pemerintah, mitra pembangunan, lembaga penelitian dan aktor sektor swasta memberikan legitimasi dan penerimaan proyek dari peserta proyek dan masyarakat yang lebih luas. Peran Oxfam yang efektif sebagai ‘inisiator pertemuan, fasilitator, perantara/broker’ mengartikan bahwa proyek ini ditempatkan dengan baik untuk menghubungkan peserta proyek dengan berbagai pemangku kepentingan sehingga kebutuhan dan prioritas mereka dapat lebih baik ditangani melalui tindakan langsung dan lingkungan yang lebih memungkinkan.

7

d) Lokasi proyek

Proyek ini akan dilaksanakan di 12 kabupaten di tujuh provinsi di Indonesia, dengan fokus pengidupan yang tahan iklim dan berkelanjutan (CRSL) dan MRB di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Lokasi-lokasi ini telah dipilih karena mereka adalah:

• Tempat-tempat di mana Oxfam diizinkan untuk bekerja di bawah MoU dengan pemerintah Indonesia (ini berarti bahwa kami belum tentu bekerja di tempat yang paling miskin).

• Tempat-tempat yang selaras dengan strategi dan program pemerintah untuk mengurangi kemiskinan dan mengurangi ketidakmerataan di antara sekitar 40% rumah tangga yang ‘mendekati miskin’ dan rentan terhadap berbagai guncangan dan tekanan.

• Tempat-tempat di mana Oxfam telah memiliki pengalaman dan hubungan pemrograman MRB dan di mana Oxfam memiliki investasi jangka panjang dengan mitra, jaringan, dan pemerintah.

• Tempat-tempat yang berisiko dari perubahan iklim dan bencana, di mana terdapat kapasitas rendah untuk menyerap dan beradaptasi, dan di mana kemiskinan paling terjadi secara terus-menerus dan ketidaksetaraan tinggi.

• Tempat-tempat di mana kami dapat mendukung organisasi masyarakat sipil untuk meningkatkan jaringan mereka dan memengaruhi kemampuan.

• Tempat-tempat (di Nusa Tenggara Timur) yang mengalami kekeringan dan di mana Petani Perempuan Muda (PPM) memerlukan dukungan pemerintah dan sektor swasta untuk mengembangkan CRSL.

Diagram 1: Peta lokasi proyek

Tabel 1: Lokasi proyek

Wilayah Proyek Provinsi/Kabupaten

Pengidupan yang tahan iklim dan berkelanjutan (CRSL)

• Nusa Tenggara Timur (NTT): Kupang, Timur Tengah Selatan (TTS), Flores Timur & Lembata

8

Manajemen Risiko Bencana • Nusa Tenggara Timur (NTT): Kupang, Timur Tengah Selatan (TTS), Flores Timur & Lembata

• West Nusa Tenggara Barat (NTB): Kota Bima, Kabupaten Bima, Dompu & Lombok

Kesiapsiagaan dan Respons Bencana • Nusa Tenggara Timur (NTT): Kupang

• Jawa Timur: Kediri

• Sumatra Barat: Agam

• Sumatra Utara: Karo

• Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY): Sleman

• Daerah Khusus Ibukota (DKI): Kota Jakarta

2. TUJUAN, HASIL, DAN TEORI PERUBAHAN

a) Tujuan Proyek

Tujuan jangka panjang proyek Indonesia Climate and Disaster Resilience Communities (ICDRC) adalah: Pada tahun 2022, masyarakat pedesaan dan perkotaan yang rentan di lokasi-lokasi terpilih Indonesia menyadari hak-hak mereka dan meningkatkan kesejahteraan mereka meskipun terdapat guncangan, tekanan, dan ketidakpastian.

b) Teori Perubahan Proyek

Teori Perubahan/ Theory of Change (ToC) untuk mencapai tujuan jangka panjang ini dapat diartikulasikan sebagai:

Jika rumah tangga pedesaan dan perkotaan yang rentan di lokasi yang ditargetkan memiliki penghidupan yang tahan iklim dan berkelanjutan; dan mampu mempersiapkan, merespons, dan beradaptasi dengan, berbagai bahaya dan guncangan; dan sistem dan praktik MRB memiliki ketahanan dan inklusif, dan menanggapi, kebutuhan dan prioritas masyarakat pedesaan dan perkotaan yang rentan, khususnya perempuan; maka masyarakat pedesaan dan perkotaan yang rentan di 12 kabupaten di Indonesia akan menyadari hak-hak mereka dan meningkatkan kesejahteraan mereka meskipun terdapat guncangan, tekanan, dan ketidakpastian.

9

Diagram 1: Teori Perubahan ICDRC

Teori Perubahan (ToC) akan dikontekstualisasikan lebih lanjut melalui fase awal proyek, kemudian diuji dan disempurnakan secara berkala menggunakan pendekatan pembelajaran berulang dan manajemen adaptif.

ToC mengasumsikan bahwa realisasi hak dan peningkatan kesejahteraan meskipun guncangan, tekanan dan ketidakpastian dapat terjadi jika pemrograman:

• didasarkan pada analisis kontekstual yang menyeluruh dan secara teratur diperbarui

• mengambil pembelajaran berulang dan pendekatan manajemen adaptif, dengan waktu untuk refleksi

• mengidentifikasi dan mengatasi tantangan aksi kolektif serta tantangan agen utama sehingga tetap relevan

• mengidentifikasi dan mengatasi hambatan tertentu untuk partisipasi perempuan yang berarti

• didasarkan pada prioritas yang digerakkan secara lokal yang disepakati oleh orang-orang dan lembaga yang terlibat melalui proses partisipatif yang inklusif

• secara sengaja dan eksplisit menghubungkan konsep dan proses untuk perubahan iklim dan ketahanan terhadap bencana dengan tindakan yang efektif, inklusif, dan kolaboratif yang memiliki manfaat praktis sehingga masyarakat (perempuan dan laki-laki), jaringan, pemerintah dan pelaku sektor swasta belajar melalui pengalaman

• mengambil pendekatan baik politik dan teknis (atau pembangunan kapasitas) untuk mewujudkan tujuan jangka panjang proyek

• menciptakan ruang untuk dialog (yang adil / inklusif) antara orang, jaringan, pemerintah dan pelaku sektor swasta, dan mendukung suara perempuan dalam proses dialog

• dapat mengurangi kesenjangan kapasitas (dalam keterampilan, pengetahuan, proses) di antara mitra dan masyarakat sehingga mereka dapat melakukan advokasi dan menjadi sukses dan independen melalui proyek

10

• dapat memfasilitasi dialog dengan perempuan dan penyandang disabilitas yang memungkinkan mereka untuk mengartikulasikan hambatan yang mereka hadapi dan langkah ke depan untuk inklusi mereka dalam perubahan iklim dan ketahanan terhadap bencana

• memiliki staf dan mitra yang sangat baik dengan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang tepat untuk melaksanakan proyek secara efektif

• tidak terganggu secara signifikan oleh kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cuaca ekstrim dan bencana lainnya

• menghasilkan dan menyebarluaskan bukti yang berkualitas baik menggunakan komunikasi yang efektif dan teknik memengaruhi/ influencing untuk memengaruhi pembuat keputusan pemerintah

• didukung oleh nota kesepahaman (MoU) antara Oxfam dan Pemerintah yang mana pemerintah mempertahankan ruang masyarakat sipil saat ini untuk memengaruhi/ influencing.

c) Logika Proyek

Di bawah tiap-tiap tiga hasil yang tinggi, terdapat rangkaian hasil dengan tingkat yang lebih rendah (pra-kondisi) yang bersama-sama membentuk jalur perubahan. Masing-masing jalur ini akan memiliki serangkaian kegiatan utama dan strategi yang digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kegiatan-kegiatan ini cenderung berkembang ketika basis bukti tumbuh. Penelitian dilakukan dan pembelajaran dari implementasi proyek memberikan informasi atas proyek itu sendiri.

Rencana yang lebih rinci akan dikembangkan sebagai bagian dari proses perencanaan kerja tahunan (rencana kerja proyek satu tahun disertakan dalam Lampiran).

Hasil 1: Rumah tangga pedesaan dan perkotaan yang rentan di lokasi yang ditargetkan memiliki Penghidupan yang Tahan Iklim dan Berkelanjutan (CRSL)

Hasil (outcome) ini dapat dicapai apabila pra-kondisi berikut dipenuhi:

Petani Perempuan Muda (PPM) meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka dalam CRSL

UMKM memiliki akses lebih untuk mendukung

pemerintah dan sektor swasta

SEHINGGA:

PPM memiliki peningkatan

pengetahuan, keterampilan, dan

kapasitas dalam CRSL

Teknologi baru mudah diakses dan digunakan serta ramah lingkungan (termasuk pasca panen)

UMKM menggunakan

informasi risiko iklim dan kebencanaan untuk

mengurangi paparan terhadap berbagai risiko dan

memaksimalkan peluang

MAKA:

Kerangka kebijakan dan peraturan meningkatkan

akses PPM atas lahan

JIKA:

11

dan pelaku sektor swasta mendukung

pengembangan pasar untuk CRSL

Perempuan dan anak muda memahami risiko bencana dan perubahan iklim serta tertarik untuk menjadi petani

dan/atau mengembangkan UMKM

Hasil 1 yakni tentang bekerja dengan Petani Perempuan Muda di daerah-daerah yang berisiko tinggi dari kekeringan di Nusa Tenggara Timur (Flores Timur dan Timor Barat) untuk meningkatkan penyerapan dan efektivitas CRSL. Hal tersebut akan dicapai melalui peningkatan pemahaman PPM tentang risiko bencana dan perubahan iklim, sambil meningkatkan minat mereka untuk menjadi petani dan mengembangkan UMKM mereka sendiri; serta bekerja di tingkat kebijakan untuk mendukung kerangka kerja dan peraturan pemerintah dan swasta yang meningkatkan akses PPM ke lahan dan pengembangan pasar untuk CRSL. Jika pra-kondisi ini dipenuhi dalam 1-2 tahun, di tahun ke-2-3 proyek akan bekerja dengan PPM untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas mereka di CRSL, bekerja dengan pelaku sektor swasta untuk mengembangkan teknologi baru yang mudah diakses dan penggunaan, ramah lingkungan, serta memastikan bahwa UMKM sedang dikembangkan menggunakan informasi risiko iklim dan bencana untuk meningkatkan ketahanan mereka. Setelah hasil jangka menengah (intermediate outcome) ini tercapai, maka proyek akan bekerja (di tahun ketiga hingga keempat) dengan PPM untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka di CRSL, dan bekerja dengan pemerintah dan pelaku sektor swasta untuk meningkatkan akses UMKM ke layanan dan dukungan mereka.

Sementara daftar keluaran, indikator, dan kegiatan yang lengkap dan terperinci akan dikembangkan dan disertakan dalam Kerangka dan Rencana MEL proyek, tindakan contoh berikut ini direncanakan untuk mendukung hasil pencapaian 1:

• Tinjauan kebijakan pengurangan risiko bencana dan kerangka kerja adaptasi dan legislasi perubahan iklim.

• Pelatihan PPM untuk pengembangan dan manajemen organisasi (termasuk perencanaan bisnis, pengaturan kerja, pengembangan rencana kerja, inklusi gender).

• Promosi organisasi PPM di kabupaten melalui pertukaran kunjungan antara petani, masyarakat, aktor sektor swasta, dan pemerintah.

• Organisasi kampanye penghidupan yang tahan iklim lokal di lokasi yang ditargetkan (untuk meningkatkan kewenangan lokal dan pengetahuan sektor swasta tentang CRSL).

• Kegiatan untuk memperkuat bisnis dan jaringan PPM (pelatihan, rapat jaringan, mentoring pemuda).

• Pelaksanaan inovasi pertanian adaptif kekeringan (demonstrasi pertanian, panen air hujan, diversifikasi tanaman, dan lainnya).

• Pembentukan kelompok hasil pertanian organik.

• Lokakarya dukungan pasar dengan aktor pemerintah dan sektor swasta.

Hasil 2: Rumah tangga pedesaan dan perkotaan yang rentan di lokasi yang ditargetkan mampu mempersiapkan, merespons dan beradaptasi terhadap berbagai bahaya dan guncangan

Hasil (outcome) ini dapat dicapai apabila pra-kondisi berikut dipenuhi:

12

Masyarakat rentan telah menerapkan strategi, rencana,

dan tindakan yang efektif untuk CSDRM

CSDRM dilembagakan di dalam masyarakat dan didukung oleh sistem, kebijakan, dan praktik

pemerintah

SEHINGGA:

Masyarakat rentan mengembangkan strategi,

rencana, dan tindakan untuk CSDRM

Masyarakat rentan telah meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kapasitasnya

dalam CSDRM

MAKA:

Masyarakat rentan memahami risiko bencana dan iklim

JIKA:

Hasil 2 yakni tentang penggunaan pendekatan Manajemen Risiko Bencana yang Paham Iklim (CSDRM) yang komprehensif dengan masyarakat, masyarakat sipil, dan pemerintah di semua lokasi proyek untuk membangun ketahanan iklim dan bencana. Hal tersebut akan dicapai dengan meningkatkan pemahaman masyarakat yang rentan terhadap perubahan iklim dan risiko bencana, mendukung pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas mereka dalam CSDRM yang kemudian akan diintegrasikan ke dalam strategi, rencana, dan tindakan yang ada dan baru untuk CSDRM lokal. Jika pra-kondisi ini dipenuhi dalam tahun 1-2, maka di tahun 3-4 strategi, rencana, dan tindakan masyarakat untuk CSDRM akan dilaksanakan, ditinjau dan diperbaiki dan digunakan untuk memengaruhi kebijakan dan praktik pemerintah sehingga CSDRM dilembagakan melalui kabupaten dan provinsi. Dengan berfokus pada pendekatan komprehensif Manajemen Risiko Bencana (MRB) yang mencakup perubahan iklim, proyek akan dapat memfokuskan kembali upaya penanggulangan yang tidak hanya terkait gejala paparan, kerentanan, dan risiko, tetapi juga penyebab mendasar dari kemiskinan dan akar penyebab kerentanan lainnya.

Sementara daftar keluaran, indikator, dan kegiatan yang lengkap dan terperinci akan dikembangkan dan disertakan dalam Kerangka dan Rencana MEL proyek, tindakan contoh berikut ini direncanakan untuk mendukung hasil pencapaian 2:

• Dukungan kepada anggota dan kelompok masyarakat yang rentan untuk meningkatkan partisipasi dan suara dalam Perencanaan Pembangunan Desa dan Kabupaten untuk memastikan pengambilan keputusan termasuk kebutuhan dan prioritas masyarakat, dan menggabungkan berbagai risiko (misalnya, risiko iklim dan ekonomi).

• Peningkatan kesadaran masyarakat dan pengembangan kapasitas pada ilmu iklim untuk mengidentifikasi potensi risiko terkait iklim di masa depan.

• Kerentanan dan penilaian risiko yang dipimpin oleh masyarakat yang memperhatikan perubahan cuaca, pola musiman dan bahaya, dan lainnya, dan penggunaan pengetahuan ilmiah, lokal dan tradisional untuk mengembangkan strategi dan rencana lokal. Hal ini termasuk strategi dan rencana untuk risiko jangka pendek dan jangka panjang.

• Pengembangan dan peluncuran perencanaan kontingensi masyarakat dengan menggunakan data iklim yang diperkecil melalui berbagai bentuk media.

• Mempelajari kunjungan paparan bagi para mitra untuk bertukar pengetahuan dan pembelajaran.

13

• Pengembangan wadah digital untuk informasi iklim berbasis masyarakat.

Hasil 3: Sistem dan praktik DRM menjadi tangguh dan inklusif serta tanggap terhadap kebutuhan dan prioritas masyarakat pedesaan dan perkotaan yang rentan, khususnya perempuan.

Hasil (outcome) ini akan dicapai apabila pra-kondisi berikut dipenuhi:

Kebijakan pemerintah mendukung koordinasi yang efektif dari para pelaku MRB (termasuk

masyarakat, masyarakat sipil, dan sektor swasta)

Masyarakat sipil telah meningkatkan jejaring dan memengaruhi kemampuan

Manajemen Risiko Bencana/MRB (termasuk kapasitas kesiapsiagaan

dan respons)

SEHINGGA:

Pemerintah memiliki kerangka kebijakan

MRB yang akuntabel dalam operasinya

Masyarakat menjadi aktor utama dalam

MRB yang Paham Iklim (CSDRM) dengan

perempuan sebagai pemimpin

Jejaring Mitra MRB menjadi sangat efektif

MAKA:

Kebijakan MRB pemerintah beroperasi di tingkat lokal/ masyarakat

Anggota Jejaring Mitra MRB telah meningkat kapasitasnya dalam CSDRM (termasuk kemampuan

memengaruhi/ influencing)

JIKA:

Hasil 3 yakni tentang mendukung mitra Oxfam untuk memeengaruhi sistem dan praktik pemerintah pusat dan pembuat keputusan sehingga mereka tangguh, inklusif, dan menanggapi kebutuhan dan prioritas masyarakat rentan (perkotaan dan pedesaan), khususnya perempuan. Hal tersebut akan dicapai dengan mendukung operasionalisasi kebijakan MRB pemerintah di tingkat lokal dan masyarakat, dan bekerja dengan mitra untuk meningkatkan kapasitas Jejaring Mitra Manajemen Risiko Bencana (MRB) dalam MRB yang Paham Iklim (CSDRM), termasuk kapasitas mereka dalam memengaruhi. Jika pra-kondisi ini dipenuhi dalam 1-2 tahun, di tahun ke-2-3 proyek akan terus bekerja dengan Jejaring Mitra untuk meningkatkan efektivitasnya, serta kelompok masyarakat pendukung, khususnya perempuan, untuk meningkatkan keterlibatan mereka dalam CSDRM sehingga mereka adalah aktor dan pemimpin utama. Dengan membangun pekerjaan Jejaring Mitra dan kepemimpinan CSDRM, proyek ini akan memengaruhi kebijakan MRB pemerintah untuk memastikan kebijakan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara praktis. Jika prakondisi ini dipenuhi pada tahun 2-3, di tahun 3-4 proyek akan terus bekerja untuk meningkatkan jejaring aktor masyarakat sipil dan memengaruhi kemampuan, sementara juga memengaruhi pemerintah untuk memastikan mereka bekerja dengan semua pelaku DRM untuk memastikan koordinasi upaya DRM yang lebih baik baik secara nasional, provinsi, dan lokal. Diharapkan bahwa sebagai hasil dari pekerjaan ini, proyek ICDRC akan menjadi model yang dapat memengaruhi praktik MRB tingkat nasional dalam membangun kapasitas transformatif masyarakat dalam CSDRM.

14

Sementara daftar keluaran, indikator, dan kegiatan yang lengkap dan terperinci akan dikembangkan dan disertakan dalam Kerangka dan Rencana MEL proyek, tindakan contoh berikut ini direncanakan untuk mendukung hasil pencapaian 3:

• Memperkuat pemerintah, masyarakat sipil dan aksi masyarakat untuk MRB yang paham iklim (CSDRM) untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan bertindak untuk mengurangi kerentanan mendasar masyarakat terhadap bencana, terutama perempuan, anak perempuan, dan kelompok yang paling rentan.

• Meningkatkan pengaruh strategis kebijakan dan proses pengambilan keputusan di dalam pemerintah provinsi dan nasional sehingga CSDRM diadopsi ke dalam rencana pembangunan provinsi dan kabupaten.

• Membentuk forum universitas di lima universitas, dan mengadvokasi tema CSDRM dalam program kreativitas, pembelajaran, dan kepemimpinan siswa.

• Mendukung upaya-upaya yang ada dalam pengarusutamaan gender ke dalam CSDRM, misalnya, melalui pembentukan sosialisasi kebijakan pengarusutamaan gender kabupaten kepada para pemangku kepentingan utama.

• Mempromosikan akuntabilitas pemerintah dan sumber daya sektor swasta untuk DRM.

d) Pendekatan Proyek

ICDRC disusun dan dirancang untuk mendukung hasil pembangunan ketahanan dari Kerangka Kerja Oxfam untuk Pembangunan Tangguh/ Oxfam’s Framework for Resilient Development (FRD). Proyek ini sejalan dengan FRD, khususnya melalui pendekatan yang diusulkan sebagai berikut:

• Pendekatan risiko berbasis hak: Proyek ini menegaskan hak-hak orang untuk menentukan masa depan mereka sendiri dengan meningkatkan kapasitas mereka dan lembaga itu sendiri dalam mengatasi penyebab risiko, kerentanan dan ketimpangan. Misalnya, pryek akan bekerja dengan mitra dari berbagai lokasi yang berbeda untuk mengidentifikasi isu, kebutuhan, dan prioritas yang akan diutamakan dan diambil ke depannya dalam proyek ini

• Pendekatan proses yang berorientasi jangka panjang: Proyek mengakui bahwa ketahanan perlu ditingkatkan terus-menerus dari waktu ke waktu; dengan kata lain, hal tersebut bukanlah suatu keadaan pasti mupun akhir, tetapi proses perubahan sosial yang berkelanjutan. Proses ini merupakah salah satu kemitraan dengan lainnya yang berarti bahwa Oxfam tidak akan selalu memimpin atau memfasilitasi proses atas perubahan social; Oxfam juga akan berpartisipasi dalam proses yang dipimpin oleh lainya. Hal ini sesuai dengan peran Oxfam sebagai katalisator perubahan. Misalnya, ketika Oxfam akan mendukung pembangunan dan memperkuat jaringan masyarakat sipil, khususnya Jejaring Mitra Kemanusian (JMK), mereka tidak ‘dimiliki’ atau ‘digerakkan’ oleh Oxfam, tetapi oleh jaringan anggota mereka sendiri.

• Pendekatan keadilan gender: Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan solusi sama-sama menang atau 'win-win solution' melalui penguatan kapasitas, pengaruh, kolaborasi dan pembelajaran yang menanggapi kebutuhan perempuan, mengatasi penyebab sistemik kerentanan mereka, dan meningkatkan kapasitas, badan, dan kepemimpinan mereka. Misalnya, proyek akan mengembangkan Rencana Aksi Gender dan Inklusi Sosial (GESI) berdasarkan pada analisis GESI yang akan diimplementasikan dan ditinjau secara reguler selama proyek

• Pendekatan sistem: pendekatan sistem mengakui dan bekerja dengan hubungan antara penyebab risiko dan kemiskinan yang kompleks dan menghindari pendekatan-pendekatan yang disembunyikan. Misalnya, proyek mengintegrasikan pendekatan ini dengan mengenali dan meningkatkan kemampuan

15

dan peluang yang ada, mempromosikan cara kerja kolaboratif, memastikan kita bekerja dengan pemangku kepentingan untuk mengembangkan pemahaman bersama tentang konteks, mendorong pembelajaran, eksperimen dan manajemen adaptif, serta mengambil pandangan jangka panjang dari pembangunan ketahanan yang menyatukan proyek ini dengan yang lain dengan skala waktu yang realistis.

Pendekatan utama lainnya yang digunakan untuk mengimplementasikan proyek termasuk:

Pendekatan kemitraan: pendekatan kemitraan memaksimalkan tanggung jawab lokal proyek dan membangun kapasitas organisasi lokal dan komunitas tempat mereka bekerja. Misalnya, proyek ini akan mendukung pengembangan kapasitas mitra dan Jejaring Mitra Kemanusiaan (JMK) melalui pelatihan langsung, tetapi juga oleh mobilisasi penyedia layanan/konsultan dengan keterampilan dan kapasitas teknis di bidang yang diprioritaskan oleh mitra. Menanggapi pembelajaran tersebut dari pekerjaan sebelumnya yang didukung oleh Oxfam di Indonesia, Oxfam juga akan menginvestasikan waktu yang signifikan dalam membangun dan mempertahankan rasa saling percaya antara mitra dan Oxfam.

Peningkatan kapasitas berbasis kekuatan: Oxfam bergerak melampaui 'bisnis seperti biasa' dengan menemukan cara-cara baru untuk berkolaborasi, berpartisipasi dalam, dan mendukung proses penguatan kapasitas. Misalnya, proyek akan terus berinvestasi dan memanfaatkan pekerjaan membangun kesiapan dan ketahanan bencana sebelumnya di Indonesia, dengan penekanan pada pembangunan kepemimpinan kemanusiaan lokal untuk memperkuat masyarakat sipil setempat, masyarakat lokal, dan kerja pemerintah daerah.

Penelitian: Penggunaan penelitian mendukung pengembangan pengetahuan yang bermanfaat dan penyerapannya ke dalam kebijakan dan praktik. Misalnya, melalui produk pengetahuan proyek akan dikembangkan untuk digunakan oleh mitra dengan maksud untuk terus digunakan oleh aktor pemerintah sipil yang lebih luas bahkan setelah proyek ini selesai.

Memengaruhi (influencing): Memengaruhi dengan melakukan penelitian bersama-sama dengan aktor negara sub-nasional. Misalnya, proyek akan membangun basis bukti untuk memengaruhi dengan memengaruhi melalui penelitian bersama dengan aktor masyarakat sipil. Hal ini juga akan membangun pengalaman proyek-proyek sebelumnya, dan terus bekerja dengan para aktor nasional kunci untuk memastikan CSDRM adalah bisnis semua orang, dengan fokus pada lembaga pendidikan tinggi dan universitas.

Menghubungkan dan berjejaring: Kolaborasi dimulai dengan menghubungkan dan berjejaring dan merupakan komponen utama dari proyek ini. Sebagai contoh, proyek akan mendukung aktor-aktor masyarakat sipil, pemerintah dan sektor swasta untuk membentuk kemitraan kolaboratif di CSDRM, serta mendukung kelompok-kelompok OMS untuk mengatur dan strategi untuk secara efektif melakukan pekerjaan memengaruhi (influencing).

3. PESERTA PROGRAM

Proyek ini akan bekerja dengan berbagai peserta, mitra, dan pemangku kepentingan termasuk anggota masyarakat, organisasi masyarakat sipil lokal dan nasional, kementerian dan departemen pemerintah lokal, sub-nasional dan nasional, pelaku sektor swasta, dan universitas secara langsung atau tidak langsung. Partisipasi mereka akan membangun keterlibatan dan hubungan sebelumnya yang ditetapkan melalui iterasi sebelumnya dari proyek ini dan proyek keadilan ekonomi.

16

Tabel 2: Kelompok Peserta

Kelompok Peserta Tingkat Deskripsi

Anggota masyarakat dan rumah tangga

daerah Akan mencakup perempuan, laki-laki, anak-anak, penyandang cacat, anak perempuan dan anak lelaki, baik dalam konteks perkotaan maupun pedesaan.

Organisasi masyarakat sipil lokal dan nasional

daerah, provinsi, nasional

Oxfam akan terus bekerja dengan mitra lokal yang merupakan LSM lokal dan LSM yang sejalan dengan Oxfam Partnership Based Model. 9 Ia juga akan bekerja dengan Jejaring Mitra Kemanusiaan yang didirikan sebelumnya yang terdiri atas konsorsium masyarakat sipil. Inisiatif ini akan memperkuat dan memanfaatkan kapasitas dan sumber daya mitra yang akan berkontribusi untuk mempertahankan kapasitas MRB mereka. Daftar lengkap organisasi mitra untuk proyek terdapat dalam hal. 30-33.

Kementerian dan dinas pemerintahan

daerah, kabupaten, provinsi, nasional

Seperti halnya proyek sebelumnya, proyek ini akan terus terlibat secara strategis dan kolaboratif dengan lembaga pemerintah nasional untuk memengaruhi kebijakan dan praktik manajemen bencana yang inklusif dan berkelanjutan. Badan pemerintah sasaran adalah

- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

- Kementerian Sosial (Kemensos)

- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)

- Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/BAPPENAS)

- Kementerian Pertanian

Badan pemerintahan di tingkat sub-nasional akan menjadi mitra strategis proyek untuk melaksanakan kegiatan terkait.

Aktor-aktor sektor swasta

daerah, kabupaten, provinsi, nasional

Aktor-aktor sektor swasta yang diidentifikasi per tanggal terakhir termasuk:

- BUMN Pengelolaan Air Limbah (untuk mendukung pendekatan berbasis pasar untuk air, sanitasi dan kebersihan, untuk kesiapsiagaan bencana)

- Bank-bank lokal dan perusahaan-perusahaan asuransi (melalui mekanisme kemitraan pemerintah swasta yang didirikan untuk membangun kapasitas adaptif Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di daerah-daerah terpilih)

17

- Universitas (melalui forum universitas di lima universitas untuk mengadvokasi tema-tema CSDRM dalam program kreativitas, pembelajaran, dan kepemimpinan siswa).

Universitas nasional Lima universitas akan berpartisipasi dalam kegiatan proyek (melalui pembentukan forum universitas untuk mengadvokasi tema CSDRM dalam kreativitas siswa, pembelajaran dan program kepemimpinan).

Proyek ini bertujuan untuk bekerja dengan total 36.000 orang secara langsung (19.000 laki-laki, 17.000 perempuan) dan 180.000 orang secara tidak langsung (95.000 laki-laki, 85.000 perempuan) selama periode empat tahun. Disaggregasi terperinci dari semua peserta proyek disertakan di bawah ini:

Tabel 3: Peserta Proyek

LANGSUNG TIDAK LANGSUNG

Peserta Total Perkiraan

Tahun 1 Target

(akhir proyek) Total Perkiraan

Tahun 1 Target

(akhir proyek)

Laki-Laki 3,000 10,000 15,000 50,000

Perempuan 3,600 9,000 13,500 45,000

Anak Laki-Laki 3,200 9,000 13,500 45,000

Anak Perempuan 3,600 8,000 12,000 40,000

TOTAL PESERTA 13,400 36,000 54,000 180,000

Laki-laki dengan disabilitas 25 100 50 200

Perempuan dengan disabilitas 25 100 50 200

TOTAL PENYANDANG DISABILITAS 50 200 100 400

Minoritas gender dan seksual/ MGS (Dewasa) - - -

-

Minoritas gender dan seksual/MGS (Anak) - - -

-

Minoritas gender dan seksual/ MGS dengan disabilitas - - -

-

TOTAL MGS - - - -

Laki-Laki Perkotaan 2,300 7,000 10,600 37,600

Perempuan Perkotaan 2,500 7,000 11,800 40,250

Laki-Laki Pedesaan 3,925 12,000 17,900 57,400

Perempuan Pedesaan 4,725 10,000 15,200 44,750

MGS Perkotaan - - - -

MGS Pedesaan - - - -

18

4. PENGEMBANGAN PROYEK

Proyek ini berhasil dalam mengamankan pendanaan sebagai bagian dari Australian NGO Cooperation Program (ANCP) Incubate dan Accelerate Fund dari Oxfam Australia. Proyek ini dikembangkan dari Januari hingga Mei 2018 dan dirancang menggunakan panduan dalam dokumen Panduan Perencanaan dan Rancangan untuk dokumen untuk Pendanaan Proyek ANCP 2018-2019, Prosedur Manajemen Program Oxfam Australia, Kerangka Kerja Oxfam untuk Program dan Proyek Multi Negara serta berbagai pengembangan dokumen panduan dan kerangka kerja tematik.

a) Proses perancangan proyek

Proyek ini dikembangkan oleh tim inti rancangan yang terdiri atas anggota tim Hak-Hak dalam Krisis (Rights in Crisis) dan Keadilan Ekonomi (Economic Justice) dengan dukungan dari Climate Change Program Adviser OAU. Sekelompok orang pendukung yang lebih luas (termasuk Manajer Program, Manajer Portofolio, Penasihat Teknis dan Tematik) dari Oxfam Indonesia dan OAU juga telah berkontribusi pada tinjauan dan penilaian proyek.

Lokakarya tiga hari diadakan pada awal proses desain pada bulan Februari, dengan sekitar 30 peserta dari Oxfam Indonesia, OAU dan mitra. Lokakarya ini diselenggarakan bersama antara untuk mengembangkan proyek ini dan proyek Gender Justice untuk memastikan sinergi dan kelengkapan antara hasil ketahanan pembangunan, keadilan gender, dan keadilan ekonomi. Lokakarya ini mencakup sesi tentang konteks negara, belajar dari proyek sebelumnya, tantangan di masa depan, menghubungkan dengan kebijakan pemerintah, the OI Framework for Resilient Development (FRD), dan proses rancanga (Teori Perubahan).

Sebagai tambahan dari lokakarya, tim rancangan berkonsultasi dengan mitra lokal utama dan pemangku kepentingan sub-nasional dan nasional yang relevan, termasu organisasi penyandang disabilitas (OPD) sepanjang pengembangan proyek. Hal ini membantu memberikan informasi rancangan proyek, misalnya melalui masukan teknis dari OPD, dan memastikan bahwa hal tersebut akan berkontribusi pada tujuan yang lebih luas di luar proyek. Hal ini juga meningkatkan pemahaman para mitra Oxfam dan program inklusif melalui berbagai dari peningkatan kapasitas dan peningkatan komitmen mitra untuk melaksanakan proyek.

Pelajaran dari proyek sebelumnya telah menginformasikan rancangan proyek ICDRC, khususnya program Membangun Ketahanan. Hal ini termasuk:

• Membangun kemitraan strategis pada MRB dengan berbagai pemangku kepentingan dan lembaga yang membantu mengatasi akar penyebab kerentanan untuk membangun kapasitas transformatif masyarakat

• Memperbaiki sistem pendukung (untuk masyarakat dan pemerintah) membutuhkan pengembangan kapasitas jangka panjang

• Memastikan rencana darurat yang mempertimbangkan skenario terburuk, serta perencanaan masa depan dengan kejutan, tekanan dan ketidakpastian dalam pikiran

• Mendukung kolaborasi lintas proyek (misalnya, dengan Keadilan Gender dan Keadilan Ekonomi) membangun ketahanan mata pencaharian yang lebih baik dan pemberdayaan ekonomi perempuan

• Berkolaborasi dengan tim Komunikasi dan Media Oxfam meningkatkan keefektifan dan jangkauan serta efektivitas intervensi yang memengaruhi.

19

Proyek ini dibangun di atas pekerjaan program Membangun Ketahanan. Secara khusus, diperlukan kemajuan dari Jejaring Kemitraan dengan terus memberikan dukungan kepada Jejaring itu sendiri tetapi juga dengan mengembangkan sistem Manajemen Pengetahuan Terpadu (ketahanan, advokasi, MRB, perlindungan anak, inklusi disabilitas), dengan meningkatkan pada model untuk Penghidupan Berkelanjutan yang Tangguh Iklim dan Ketahanan UMKM.

c) Nilai uang (value for money)

Akuntabilitas adalah pusat dari pendekatan berbasis hak proyek dan menunjukkan nilai uang adalah salah satu cara Oxfam dan para mitranya bertanggung jawab kepada para pemangku kepentingannya. Proyek ini berkomitmen untuk menggunakan sumber daya terbaik untuk mencapai dampak dan pengaruh, yang merupakan bagian integral dari praktik pembangunan yang bijaksana dan baik.

Untuk memastikan nilai uang, proyek ini bekerja keras dengan pemerintah dan organisasi mitra lokal sesuai dengan kebijakan, program dan strategi saat ini, serta memanfaatkan struktur dan investasi yang ada dalam pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim ke dalam proyek. Jejaring Mitra Kemanusiaan (JMK) adalah contoh dari hal tersebut. Oxfam di Indonesia akan memainkan peran penting untuk memberikan dukungan teknis untuk memfasilitasi proses koordinasi di JMK.

Nilai uang juga akan dicapai dengan memaksimalkan sumber daya proyek untuk meningkatkan skala, kualitas dan akuntabilitas proyek, serta untuk mewujudkan hasil yang adil, dan berkontribusi terhadap perubahan transformatif. Hal ini termasuk memprioritaskan investasi yang mengatasi beberapa akar penyebab kemiskinan dan mengakui keadilan gender sebagai hal yang penting untuk perubahan jangka panjang yang berkelanjutan dan adil.

Proyek ini mendukung pengembangan kapasitas organisasi mitra lokal dan peserta proyek dalam pembangunan yang tangguh, termasuk membangun kesadaran kritis untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah sosial dan ekonomi. Selain itu, proyek akan menciptakan lingkungan yang memungkinkan dengan meningkatkan sistem tata kelola yang ada dan menciptakan peluang untuk mempengaruhi pemerintah dan pengambil keputusan. Dengan cara ini, proyek dapat mencapai dampak maksimum dengan sumber daya minimum.

Selain itu, Oxfam menerapkan kebijakan keuangan dan pengadaan yang ketat untuk memastikan efisiensi biaya dan mendukung pembagian sumber daya antar mitra.

d) Penelitian, model, dan pengetahuan yang telah memberikan informasi rancangan proyek

Pengembangan proyek ICDRC didasarkan pada pembelajaran dari proyek-proyek sebelumnya yang telah dilaksanakan selama 12 tahun terakhir. Belakangan, hal ini termasuk Program Pembangunan Ketahanan (2009 -2012), kemudian Program Membangun dan Memperkuat Ketahanan (2012-2014) dan proyek Manajemen Resiko Bencana Indonesia (2015-2018). Proyek ini juga dibangun berdasarkan pembelajaran dari proyek Kesepakatan Kemitraan Kemanusiaan (2012-2015) dan pembelajaran dari proyek kampanye Petani Perempuan Muda di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Proyek ini juga telah dikembangkan dengan mempertimbangkan pelajaran dan rekomendasi dari evaluasi internal dan eksternal, khususnya yang berasal dari Rights in Crisis Program Mid-Term Review (2017). Rekomendasi utama termasuk: memperkuat model kemitraan Oxfam sehingga pembelajaran bersama

20

dimungkinkan dengan mitra Oxfam; dan menggabungkan pendekatan terstruktur dan sistematis untuk pengarusutamaan gender dalam proyek sehingga ada partisipasi, suara, dan kepemimpinan perempuan yang bermakna dalam proyek ini.

Proyek ini juga telah dikembangkan untuk diselaraskan dengan Kerangka Pembangunan Ketahanan Oxfam/ Resilient Development Framework (lihat Bagian 5 di bawah).

5. KESESUAIAN DENGAN KERANGKA KERJA KETAHANAN

PEMBANGUNAN

ICDRC disusun dan dirancang untuk mendukung hasil Pembangunan Ketahanan FRD dan ini tercermin dalam ToC proyek. Hal ini sejalan dengan FRD, khususnya melalui pendekatan yang digunakan (berbasis hak, berorientasi proses jangka panjang, keadilan gender, berbasis sistem – lebih jauh lihat Bagian 2C). Proyek ini juga mengakui bahwa terdapat banyak jalur menuju pembangunan ketahanan, termasuk bekerja secara kolaboratif dengan berbagai pemangku kepentingan, membangun pemahaman bersama tentang konteks, merancang untuk jangka panjang melalui proses perubahan sosial yang berurutan dan terintegrasi, dan pembelajaran berulang dan pengelolaan adaptif yang berkelanjutan.

• Bekerja secara kolaboratif dengan berbagai pemangku kepentingan: Proyek ini akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk masyarakat sipil, pemerintah (pada tingkat yang berbeda-beda), pelaku sektor swasta, lembaga regional dan internasional, mitra pembangunan dan masyarakat untuk:

o Meningkatkan kapasitas masyarakat yang terpinggirkan dan rentan untuk menggunakan suara, pengetahuan, dan kekuasaan mereka dalam pengambilan keputusan kolaboratif. Misalnya, proyek akan bekerja dengan masyarakat yang rentan agar mereka memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas dalam CSDRM sehingga mereka dapat membuat keputusan dan mengadvokasi kebutuhan dan prioritas mereka sendiri.

o Mendukung masyarakat sipil sub-nasional, nasional, dan regional untuk berbagi pengetahuan, mengatur, dan belajar bersama. Misalnya, proyek akan bekerja dengan berbagai LSM melalui Jejaring Kemitraan untuk memengaruhi kebijakan dan praktik MRB pemerintah. Anggota Jejaring Kemitraan termasuk Organisasi Penyandang Disabilitas dan kelompok-kelompok perempuan yang semua akan secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan Jejaring.

o Merancang proses yang memfasilitasi hubungan antar pemangku kepentingan. Misalnya, proyek ini akan mempertemukan para petani perempuan muda, pemerintah dan para pelaku sektor swasta untuk meningkatkan upaya guna mendukung penghidupan yang berkelanjutan terhadap ketahanan iklim dan ketahanan UMKM.

• Membangun pemahaman bersama tentang konteks: proyek ini akan bekerja untuk terus memahami konteks yang lebih luas di mana ia beroperasi dan untuk mengenali dan meningkatkan kapasitas yang ada dan untuk mengidentifikasi peluang untuk perubahan positif. Misalnya, proyek akan melakukan tinjauan per tiga bulan dari proyek ToC sehingga tetap sesuai dengan perubahan konteks proyek.

• Merancang untuk jangka panjang melalui proses perubahan sosial yang berurutan dan terintegrasi: proyek ini berkontribusi terhadap keseluruhan enam proses perubahan sosial yang diuraikan dalam FRD sebagai berikut:

21

o Pemerintahan yang akuntabel – proses yang aman bertanggung jawab dan memungkinkan (enabling) negara dan institusi (misalnya, memengaruhi MRB);

o Keadilan dan pemberdayaan gender – proses untuk mempromosikan keadilan gender, meningkatkan suara, pemberdayaan, dan partisipasi (misalnya, bekerja dengan Petani Perempuan Muda);

o Mengamankan dan meningkatkan mata pencaharian – proses yang aman dan membangun modal manusia, sosial, fisik dan keuangan, dan aset rumah tangga (misalnya, mengembangkan CRSL);

o Menginformasikan – proses yang mengembangkan informasi dan pengetahuan untuk mendukung pengambilan keputusan dan tindakan (misalnya, pelatihan dan kesadaran akan perubahan iklim dan risiko bencana);

o Perencanaan yang fleksibel dan berorientasi ke depan – proses yang memungkinkan dan meningkatkan pengambilan keputusan kolektif, ke depan, dan fleksibel (misalnya, perencanaan kerberlangsungan bisnis UMKM); dan

o Pembelajaran dan inovasi – proses yang memungkinkan orang untuk belajar bersama, mendukung eksperimen dan meningkatkan potensi inovasi (misalnya, refleksi dampak proyek tahunan).

• Pembelajaran berulang dan manajemen adaptif berkelanjutan: Kerangka Kerja dan Rencana MEAL atas proyek dirancang untuk mendukung peluang belajar yang fleksibel dan lebih cepat untuk manajemen adaptif, memungkinkan pengumpulan data secara tepat waktu, memungkinkan proyek untuk mencari konsekuensi yang tidak diinginkan (positif dan negatif) dari intervensi, dan menciptakan ruang untuk pembelajaran bersama dengan semua pemangku kepentingan.

Dalam hal hasil ketahanan, ICDRC berkontribusi terhadap semua hasil pembangunan ketahanan – absorptif, adaptif, dan transformatif. Secara khusus, proyek ini dengan sengaja bekerja untuk meningkatkan keadilan gender dan inklusi dalam pembangunan ketahanan. Diharapkan juga bahwa sinergi antara CSDRM dan CRSL akan meningkatkan semua kapasitas.

6. KESESUAIAN DENGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

a) Kesesuaian dengan kebijakan pemerintah nasional

Pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/BAPPENAS) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menunjukkan komitmennya terhadap Manajemen Risiko Bencana (MRB) dengan menandatangani Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana (PRB), Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, dan Perjanjian Perubahan Iklim Paris. Kementerian teknis yang relevan seperti Kementerian Sosial dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah berkontribusi pada penerapan MRB Pemerintah. Proyek ICDRC berkontribusi terhadap tujuan-tujuan tersebut melalui penerapan Hasil 3 yang memastikan sistem dan praktik DRM tangguh, inklusif, dan tanggap terhadap kebutuhan dan prioritas masyarakat pedesaan dan perkotaan yang rentan, khususnya perempuan.

Di tingkat nasional, proyek akan terus mendukung BNPB, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop) untuk mengoperasionalkan panduan ketahanan UMKM di tingkat sub-nasional. Proyek ini juga akan terus mendukung Kelompok Kerja Nasional Gender untuk berfungsi sebagaimana

22

diamanatkan melalui Keputusan PERKA BNPB No. 13 Tahun 2014. Oxfam berkontribusi dalam hal ini dengan memantau kemajuannya sendiri, mendukung pembentukan Kelompok Kerja Gender di tingkat nasional dan memberikan dukungan kepada organisasi mitra untuk menerjemahkan keputusan dari kebijakan ke praktik di tingkat sub-nasional.

b) Kesesuaian dengan kebijakan, strategi, dan program Australian Aid

Pemerintah Australia telah mendaftar ke Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana (PRB), Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), dan Perjanjian Paris. Proyek ICDRC akan bekerja sama dengan pemerintah untuk mempromosikan pelaksanaan kerangka kerja internasional di Indonesia dengan bekerja dengan pemerintah di berbagai tingkatan (desa, provinsi, dan nasional) untuk memberikan keahlian dan dukungan.

Dalam Rencana Investasi Bantuan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT), pertumbuhan ekonomi, pembangunan dan ketahanan manusia adalah pusat dari pembangunan Indonesia. Proyek membahas masalah tersebut dengan bekerja dengan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk memperkuat ketahanan. Dengan meningkatkan ketahanan UMKM yang pada gilirannya akan meningkatkan kelayakan ekonomi, sesuai dengan tujuan pembangunan menyeluruh DFAT untuk Indonesia.

Pembangunan yang inklusif disabilitas juga merupakan prioritas bagi keterlibatan internasional Australia. Strategi untuk memperkuat pembangunan yang inklusif disabilitas dalam program bantuan Australia – menanggapi agenda yang ditetapkan dalam kebijakan pembangunan DFAT, dan bertujuan untuk mempromosikan peningkatan kualitas hidup orang-orang penyandang cacat di negara-negara berkembang. Melalui proses rancangan tersebut, Proyek ICDR telah berkonsultasi dengan organisasi penyandang disabilitas (OPD) terkait beberapa poin kontribusi esensial, termasuk: meningkatkan pemahaman Oxfam dan mitranya tentang program inklusif melalui berbagai bentuk peningkatan kapasitas; dan mencari masukan teknis dari OPD dan atau jaringannya dalam implementasi program inklusif.

Proyek ini juga sejalan dengan sejumlah program strategis utama, terutama yang didanai oleh DFAT. Hal ini termasuk program nasional seperti proyek MRB baru yang sedang dirancang (DFAT); program desentralisasi PNPM (DFAT); program gender MAMPU (DFAT); dan program pembangunan pedesaan berbasis pasar PRISMA. Selain itu, juga termasuk program regional seperti Berinvestasi terhadap Perempuan (DFAT), dan inisiatif kemanusiaan ASEA. Kaitan dan sinergi antara ICDRC dan program-program ini akan diselidiki lebih lanjut selama fase awal proyek untuk mengidentifikasi kemungkinan inisiatif bersama.

7. Pemantauan, Evaluasi, Akuntabilitas, dan

Pembelajaran

Oxfam akan mengembangkan kerangka kerja dan rencana Pemantauan, Evaluasi, Akuntabilitas dan Pembelajaran (MEAL) rinci dengan mitra proyeknya selama fase awal proyek. Kerangka kerja ini akan memandu Oxfam dan mitra mengenai kapan harus melakukan pemantauan, evaluasi, akuntabilitas dan kegiatan pembelajaran, informasi apa dan bagaimana hal tersebut dikumpulkan. Hal tersebut juga akan menentukan siapa, atau dalam banyak kasus, siapa yang akan berpartisipasi dalam pengumpulan dan

23

analisis data, dan akan menyesuaikan dengan persyaratan Pendekatan Umum terhadap MEL dan Akuntabilitas Sosial (CAMSA) oleh Oxfam.

Proyek ini akan mendorong staf Oxfam dan mitra proyek untuk mengumpulkan kombinasi data kualitatif dan kuantitatif, menggunakan proses partisipatif dan inklusif, dan akan melengkapi data yang dikumpulkan oleh mitra dengan survei dan proses evaluatif yang ditargetkan pada tingkat hasil perubahan.

Proses pembelajaran dan refleksi yang berkelanjutan akan didorong sepanjang kehidupan proyek. Proses refleksi periodik akan menjadi bagian dari rencana kerja proyek dan akan mencakup tinjauan tiga bulanan dari ToC, refleksi tahunan, evaluasi di tengah proses, dan evaluasi akhir proyek. Proyek ini akan menempatkan potongan spesifik penelitian untuk mendukung pengaruh berbasis bukti yang akan dilakukan untuk mendukung keseluruhan tujuan proyek. Hal tersebut dapat termasuk metodologi Memanen Hasil (Outcome Harvesting) dan Perubahan Paling Penting (Most Significant Change).

Proses pembelajaran dan refleksi akan diinformasikan oleh bukti/analisis yang dihasilkan oleh mitra dan Oxfam menggunakan metode yang tepat untuk memengaruhi proses perubahan. Fokus pembelajaran dan refleksi akan berada pada pemahaman apa dan bagaimana perubahan yang diantisipasi terjadi dan menganalisis kontribusi strategi ICDRC.

Proyek ini memiliki MEAL Officer yang berdedikasi yang akan bertanggung jawab untuk semua komponen proyek MEAL, namum seluruh staf yang terlibat dalam proyek tetap akan dilibatkan dalam MEAL. Oxfam Australia yang merupakan afiliasi mitra untuk proyek ini juga akan menyediakan dukungan MEAL teknis sesuai kebutuhan.

Panduan pertanyaan MEAL akan dikembangkan setelah asumsi terkait cara perubahan terjadi dibahas secara lebih rinci (sebagai bagian dari lokakarya awal). Pertanyaan akan melihat keseluruhan tingkat intervensi (dan mempertimbangkan semua pemangku kepentingan).

Kerangka kerja MEAL proyek akan menilai perubahan pada tingkatan yang berbeda menggunakan berbagai pendekatan, metode, dan alat (kuantitatif dan kualitatif) yang sesuai dengan jenis alur perubahan dan strategi yang digunakan dalam proyek. Hal ini dapat termasuk metode yang mendukung analisis perubahan dalam jenis dan nilai relasi, pergeseran dalam kapasitas individu dan kolaboratif dan perubahan dalam komitmen pengambil keputusan, sikap dan perilaku.

Kegiatan-kegiatan utama MEAL termasuk di bawah ini dan akan diuraikan lebih lanjut dalam Rencana MEAL lengkap yang dikembangkan sebelumnya dan diselesaikan selama lokakarya awal.

Tabel 4: Aktivitas MEAL

Aktivitas MEAL Tujuan Output Waktu

Pengembangan Proyek

Pengembangan Proyek

Untuk mengembangkan proyek yang berkualitas dan cocok untuk tujuan

Dokumen desain proyek (termasuk lampiran)

Feb-Juni 2018

Kerangka kerja MEAL dan pengembangan rencana

Untuk mengembangkan kerangka kerja dan rencana yang berkualitas dan cocok untuk tujuan

Kerangka dan Rencana MEAL

Mei-Juli 2018

24

Analisis Gender dan Inklusi Sosial (GESI);

Rencana Aksi GESI

Untuk memastikan gender dan inklusi social merupakan pusat atas proses, isi, dan hasil dari proyek

Analisis dan Rencana Aksi GESI

Juli 2018

Sosialisasi proyek dengan staf dan mitra

Untuk memastikan staf proyek dan mitra memahami dan merasa mampu melaksanakan proyek secara efektif

Dokumen Tujuan Staf Proyek

Mei-Juni 2018

Lokakarya Awal (Inception Workshop) Proyek

Untuk secara resmi meluncurkan proyek dan melakukan kegiatan awal yang penting

Untuk memastikan staf proyek dan mitra memahami dan merasa mampu melaksanakan proyek secara efektif

Untuk mengembangkan kerangka kerja dan rencana MEL yang berkualitas dan sesuai-untuk-tujuan

Laporan Lokakarya Awal Proyek

Juli-Agustus 2018

Penilaian Risiko dan rencana implementasi perlindungan anak (child safeguarding)

Untuk memastikan anak-anak yang berpartisipasi dalam proyek aman dari bahaya

Analisis dan dokumen Penilaian Risiko dan Rencana Perlindungan Anak

Juli-September 2018

Keberlanjutan dan strategi keluar

Untuk memastikan Oxfam keluar dari proyek dengan cara yang bertanggung jawab

Keberlanjutan dan Strategi Keluar

Juli-September 2018

Penilaian dan penguatan kapasitas mitra

Untuk mengidentifikasi kesenjangan (gaps) dan memperkuat kapasitas mitra untuk melaksanakan proyek

Rencana Penguatan Kapasitas Mitra; pelaporan proyek tentang pencapaian dan tantangan

Agustus 2018

Akuntabilitasi dan Pemantauan (Monitoring) Proyek

Pertemuan bulanan proyek

Untuk secara efektif memantau kemajuan proyek (operasional)

Agenda rapat bulanan dan notulensi, poin aksi, pembelajaran yang disertakan dalam tinjauan pembelajaran

Tiap Kamis minggu ketiga

Tinjaunan kuarter (tiga bulanan) proyek dan pembaruan

Untuk secara efektif meninjau dan memperbarui proyek (operasional dan kualitas)

Untuk memantau kemajuan terhadap indikator proyek

Tiap tiga bulan

25

Untuk menguji dan merevisi ToC

Kunjungan tempat proyek

Untuk memantau pelaksanaan proyek oleh mitra, peningkatan kapasitas

Memantau laporan kunjungan, penggabungan temuan dan rekomendasi ke dalam perencanaan yang sedang berlangsung, revisi, dan pelaporan proyek

Tiap tiga bulan

Refleksi dan Perencanaan Dampak Tahunan Proyek

Untuk meninjau pencapaian proyek, tantangan dan pelajaran, serta untuk merencanakan pekerjaan tahun depan

Laporan (refleksi dan perencanaan)

Mar 2019/ 2020/ 2021

Penilaian Standar Kualitas Program CAMSA

Untuk memastikan pemenuhan terhadap standar program Oxfam dan tindakan yang disepakati dari perbaikan yagn ada

Laporan November-Desember 2019; Februari-Maret 2022

Evaluasi

Batas Dasar/ Baseline

Untuk memberikan batas dasar/ baseline bagi proyek dalam menilai kemajuan terhadap indikator

Laporan Baseline Agustus 2018

Tinjauan Jangka Menengah

Untuk menilai proyek terhadap DAC dan pertanyaan MEAL spesifik proyek dan memberikan rekomendasi terhadap sisa pelaksanaan proyek

Laporan Tinjauan Jangka Menengah

November-Desember 2019

Evaluasi Akhir Proyek (End-Line)

Untuk menilai proyek terhadap DAC dan pertanyaan MEAL spesifik proyek

Laporan Evaluasi Akhir Proyek

Februari-Maret 2022

Pembelajaran

Pengetahuan, pembelajaran, dan agenda komunikasi

Untuk memberikan panduan tentang pengetahuan utama dan pembelajaran untuk proyek dan bagaimana hal tersebut harus dikomunikasikan

Pengetahuan, pembelajaran, dan agenda komunikasi

Jui-Agustus 2018; ditinjau dan direvisi per tahun (atau lebih awal apabila dibutuhkan)

26

Produk pengetahuan dan pembelajaran (harus ditentukan, misalnya studi kasus, ringkasan bukti, penelitian, ringkasan kebijakan, dan lainnya)

Untuk meningkatkan dampak dan pengaruh proyek secara internal dan eksternal; untuk meningkatkan sinergi antara Proyek ICDRC dan GJ

Akan dikonfirmasi lebih jauh

Akan dikonfirmasi lebih jauh

Audiens dari proyek MEL, pengetahuan dan pembelajaran akan mencakup:

• Mitra proyek dan peserta (anggota jaringan, lembaga dan departemen pemerintah, aktor sektor swasta, UMKM, Petani Perempuan Muda/PPM)

• Pemangku kepentingan pemerintah (sub-nasional, nasional)

• Sekutu dan pembawa pengaruh dalam perubahan iklim dan ruang ketahanan bencana (badan regional, LSM internasional, lembaga sumber pengetahuan/think tank, dan lainnya)

• Mitra pembangunan (DFAT, GCF).

Temuan proyek MEL akan digunakan untuk:

• Mengukur kemajuan atas indikator proyek dan mencari penjelasan mengapa perubahan tertentu terjadi maupun tidak

• Memahami dan mengatasi masalah GESI

• Identifikasi kekurangan dalam metodologi proyek dan lakukan penyesuaian yang sesuai

• Identifikasi pembelajaran tentang pendekatan dan metodologi yang dapat berguna untuk negara-negara Oxfam lain dan aktor pembangunan lainnya di kawasan terkait

• Memengaruhi kebijakan dan praktik pemerintah dan aktor sektor swasta di tingkat sub-nasional, nasional, regional, dan global

• Mendukung pembelajaran berbasis bukti untuk pelaporan donor

• Identifikasi masalah dan masalah yang akan dihadapi di masa depan untuk memanfaatkan pendanaan tambahan untuk proyek tersebut.

8. ISU LINTAS SEKTORAL (CROSS-CUTTING)

Sebuah analisis konteks diselesaikan untuk proyek ini sebagai bagian dari lokakarya rancangan yang menginformasikan teori perubahan dan rancangan proyek.

a) Gender

Sebagaimana telah disebutkan dalam analisis kontekstual proyek, gender perlu menjadi upaya pertimbangan kritis untuk membangun perubahan iklim dan ketahanan terhadap bencana. Inilah sebabnya mengapa proyek ini dirancang untuk mengatasi beberapa hambatan utama yang dihadapi perempuan. Sebagai bagian dari ini, gender dan dinamika kekuasaan dan bagaimana hal ini berinteraksi dengan masalah yang telah diidentifikasi kemudian dianalisis. Hal ini dilengkapi dengan tinjauan desktop yang dilakukan oleh konsultan lokal pada Maret 2018 (meskipun fokusnya adalah pada keadilan gender daripada ketahanan). Staf proyek Oxfam di Indonesia juga

27

berkonsultasi dengan perempuan dan laki-laki di lokasi proyek untuk lebih memahami status perempuan dan dinamika kekuasaan dalam konteks Indonesia. Lokakarya rancangan yang berlangsung pada bulan Februari dilakukan bersama dengan Proyek Kepemimpinan Perempuan Indonesia yang didanai ANCP (PRG504-PRJ01) untuk memasukkan pembelajaran dan praktik terbaik dari pencapaian proyek gender ke dalam rancangan baru Proyek ICDRC. Ini memastikan bahwa target pengarusutamaan gender disertakan dan gender merupakan bagian integral dari rancangan.

Namun, sementara analisis gender awal dilakukan sebagai bagian dari proses desain, diperlukan analisis mendalam tentang gender dan inklusi sosial (GESI) dan akan dilakukan selama fase awal proyek. Dengan menggunakan temuan analisis, rencana aksi GESI akan dikembangkan dan diimplementasikan selama proyek untuk memastikan GESI diarusutamakan melalui kegiatan proyek dan diukur secara tepat. Sementara tindakan yang tepat tidak dapat diidentifikasi sampai analisis selesai, dan rencana aksi dikembangkan, menggunakan pendekatan keadilan gender Oxfam (lihat hal. 17) mereka kemungkinan akan menyertakan hal-hal berikut (tetapi tidak terbatas pada):

• Pengembangan solusi sama-sama menang atau 'win-win' yang menanggapi kebutuhan perempuan, mengatasi penyebab sistemik kerentanan mereka, dan meningkatkan kapasitas, badan, dan kepemimpinan mereka

• Keterlibatan perempuan/organisasi yang berfokus pada perempuan untuk berpartisipasi dalam proyek jika memungkinkan, termasuk dalam posisi kepemimpinan.

• Pelatihan keadilan gender khusus dan penggabungan gender ke dalam sesi penguatan kapasitas yang dilakukan dengan mitra dan Jejaring Kemitraan/Knoweldge Hub.

• Mempengaruhi pekerjaan untuk mendukung Petani Perempuan Muda mengakses tanah dan dukungan untuk bisnis CRSL dan UMKM.

• Pengembangan mekanisme yang menargetkan pengambil keputusan di semua tingkatan, termasuk lembaga swasta dan publik seperti kementerian pemerintah, organisasi masyarakat sipil (OMS), bisnis, serta lembaga-lembaga lokal untuk memenuhi kebutuhan kepemimpinan perempuan dalam perubahan iklim dan keputusan yang terkait dengan bencana.

• Pengumpulan dan analisis data terpilah gender.

• Kegiatan penelitian yang mengeksplorasi aspek keadilan gender dari perubahan iklim dan ketahanan terhadap bencana.

• Pendekatan penelitian yang dilakukan dengan cara gender dan sensitif budaya, misalnya, melibatkan perempuan di ruang aman di mana mereka merasa mampu berbicara.

• Pencantuman tujuan keadilan gender spesifik dalam tujuan kinerja staf proyek.

• Penyediaan orientasi dan pelatihan gender bagi staf dan mitra untuk memastikan staf dan mitra menyadari dan dapat memenuhi standar minimum gender dalam Kesiapsiagaan dan Respons Bencana

• Dukungan kepada mitra untuk mengembangkan dan memperkuat kebijakan dan rencana inklusi gender dan sosial.

28

Proyek ini juga akan memiliki Gender and Disability Inclusion Officer yang berdedikasi dan akan bertanggung jawab untuk memastikan masalah GESI diidentifikasi dan ditangani dalam proyek. Peran ini akan dibagi dengan proyek Kepemimpinan Perempuan yang didanai ANCP akan membantu memfasilitasi hubungan lintas proyek, pengetahuan, dan pembelajaran.

Peran Oxfam sebagai pialang, fasilitator, dan penyelenggara juga akan digunakan untuk membawa mitra pemerintah dan masyarakat sipil bersama-sama untuk membangun kapasitas dan pemahaman tentang realitas yang dihadapi perempuan dan anak perempuan, mengubah sikap terhadap penerimaan kelompok rentan yang lebih besar dan dengan demikian konteks yang lebih memungkinkan bagi perempuan untuk mengambil peran kepemimpinan dan menggunakan lebih banyak pengaruh dalam upaya-upaya perubahan iklim dan ketahanan bencana.

b) Inklusi Disabilitas

Terdapat hubungan dua arah yang jelas antara disabilitas dan kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan lebih mungkin memperoleh gangguan dan disabilitas seumur hidup karena kondisi hidup dan kerja yang buruk, kurangnya akses ke air bersih dan perawatan kesehatan, dan lainnya; dan mereka dengan disabilitas lebih mungkin menjadi miskin karena biaya lebih tinggi yang terkait dengan pembayaran untuk alat-alat bantu, perawatan kesehatan yang lebih sering, pilihan transportasi yang lebih mahal, dan lainnya. Siklus disabilitas-kemiskinan ini harus dipertimbangkan, dan mereka dengan keterbatasan harus disertakan dan mendapatkan manfaat dari program pembangunan ketahanan. ICDRC difokuskan untuk membangun kemampuan mereka yang rentan untuk mempersiapkan dan menanggapi bahaya, guncangan, dan ketidakpastian. Mereka dengan disabilitas terpengaruh secara tidak proporsional oleh bencana. Namun, survei tahun 2013 terhadap 5.000 orang penyandang disabilitas dari 137 negara menemukan bahwa 85% tidak pernah berpartisipasi dalam proses PRB masyarakat. Untuk mempromosikan sistem MRB inklusif sebagai bagian dari hasil proyek, proyek ICDRC akan inklusif dan juga mempertimbangkan kebutuhan dan prioritas khusus penyandang disabilitas.

Untuk mendukung pengembangan proyek, pada bulan Mei 2018, analisis inklusif berbasis meja disabilitas dilakukan oleh CBM Australia dengan rekomendasi khusus tentang titik masuk untuk inklusi disabilitas dalam program ICDRC. Berdasarkan analisis, proyek akan melakukan analisis GESI dan rencana aksi GESI (di mana inklusi disabilitas akan menjadi bagian) untuk memastikan bahwa kebutuhan penyandang disabilitas dibahas di seluruh proyek dan mereka dapat berpartisipasi secara berarti dalam proyek. Proyek ini akan bekerja dalam kemitraan dengan Organisasi Penyandang Disabilitas Sentral Advokasi Perempuan, Disabilitas dan Anak (SAPDA) yang berbasis di Yogyakarta dan Jawa untuk mendukung Oxfam dan mitra dengan inklusi disabilitas di seluruh kegiatan proyek, termasuk melalui penyediaan pengembangan kapasitas teknis dan mentoring. Pertimbangan utama inklusi disabilitas di seluruh program adalah (tetapi tidak terbatas pada):

• Modul pelatihan tentang Persiapan Bencana dan Adaptasi Perubahan yang Inklusif dan Terpadu, dan peluncurannya kepada staf dan mitra. Hal ini akan memastikan proyek dan staf serta mitra dapat bekerja dengan cara yang inklusif disabilitas.

29

• Proses peningkatan kesadaran masyarakat yang inklusif. Hal ini akan memastikan pesan-pesan seputar kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan menangani kebutuhan disabilitas dan menghadirkan orang-orang dengan disabilitas sebagai anggota reguler sesi kesadaran masyarakat bersifat inklusif dan dapat diakses untuk semua anggota masyarakat.

• Pengembangan dan implementasi umpan balik komunitas yang inklusif dan mekanisme pengaduan. Hal ini akan memastikan bahwa terdapat mekanisme yang dapat diakses oleh orang-orang dengan gangguan komunikasi, dan mempertimbangkan secara langsung meminta penyandang disabilitas terkait umpan balik mereka.

• Pengembangan dan peluncuran perencanaan kontingensi masyarakat inklusif. Hal ini akan memastikan bahwa penyandang cacat dan anggota keluarga mereka secara aktif terlibat dalam pengembangan rencana.

Untuk melakukan kegiatan ini, Oxfam dan mitra akan bekerja sama dengan Kementerian Sosial dan pekerja sosial setempat untuk mengidentifikasi mereka yang hidup dengan disabilitas dalam kelompok masyarakat proyek dan memastikan bahwa mereka sadar bagaimana mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan proyek. Oxfam dan SAPDA akan melakukan pelatihan inklusi disabilitas untuk mitra local dan mitra akan didukung untuk mengumpulkan data terpilah pada penyandang disabilitas dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi.

Proyek ini juga akan memiliki Koordinator Inklusi Gender and Disability Inclusion Coordinator khusus yang akan bertanggung jawab untuk memastikan masalah GESI diidentifikasi dan ditangani dalam proyek. Proyek ini akan mengarusutamakan gender di seluruh kerangka pemantauan, evaluasi dan pembelajaran, termasuk indikator sensitif gender dan data terpilah gender.

c) Perlindungan Anak (Child Safeguarding)

Oxfam adalah organisasi yang aman bagi anak dan berkomitmen untuk menegakkan hak-hak anak-anak serta menjaga mereka terhadap tindakan (yang dimaksudkan dan tidak diinginkan) yang menempatkan mereka pada risiko segala bentuk kekerasan dan bahaya, termasuk pelecehan dan eksploitasi anak. Tanggung jawab untuk menjaga lingkungan yang aman bagi anak adalah tanggung jawab bersama dari semua personel Oxfam; oleh karena itu, Oxfam akan memastikan bahwa persyaratan perlindungan anak tertanam dalam proses sumber daya manusia termasuk rekrutmen dan kontrak staf proyek.

Pada Maret 2018, Oxfam Australia meluncurkan Kebijakan Perlindungan Anak (Child Safeguarding Policy) yang diperbarui yang mendefinisikan prinsip dan pendekatan pemandu serta Standar Minimum Perlindungan Anak yang harus dipenuhi dalam pekerjaan Oxfam. Sebagai bagian dari ini, proyek akan melakukan Penilaian Risiko dan Rencana Implementasi Perlindungan Anak dengan strategi khusus untuk mengurangi dan mengatasi risiko yang teridentifikasi pada anak-anak. Penilaian akan dilakukan selama fase awal proyek (sebelum kegiatan proyek berlangsung) Rencana Implementasi ini (termasuk pelaporan enam bulanan) akan dipantau sepanjang masa proyek. Proyek ini juga akan memastikan para mitra memiliki kebijakan dan prosedur perlindungan anak yang mematuhi standar-standar minimum Perlindungan Anak Oxfam dan bahwa kebijakan-kebijakan ini sudah ada.

30

Semua kantor Oxfam mematuhi Kebijakan Perlindungan Anak Oxfam, dan semua staf harus menandatangani Kode Etik Oxfam Internasional. Pelatihan perlindungan anak akan diadakan di masing-masing kantor negara untuk staf Oxfam dan organisasi mitra secara teratur.

Perlindungan anak terhadap kepatuhan kebijakan akan ditangani di semua Perjanjian Kerja Mitra dan mitra Oxfam akan didukung untuk mengembangkan kebijakan perlindungan anak mereka sendiri jika mereka tidak memilikinya. Kantor-kantor negara Oxfam akan terus memiliki dua titik fokus perlindungan anak yang berdedikasi (satu dari Sumber Daya Manusia, yang lain dari Program).

Proyek ini akan bermitra dengan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) untuk memberikan dukungan teknis dan pelatihan pengembangan kapasitas dan pengembangan kebijakan tentang perlindungan anak untuk staf Oxfam dan mitra, serta dukungan teknis di seluruh proyek untuk memastikan pelaksanaan yang efektif dari Rencana Implementasi Perlindungan Anak.

d) Inovasi

Proyek ini menerapkan sejumlah inisiatif inovatif:

• Pengembangan wadah digital untuk informasi perubahan iklim berbasis komunitas. Pendekatan baru ini akan memberikan kesempatan pembelajaran yang sama untuk lebih banyak perwakilan masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan di tingkat kabupaten.

• Pengembangan mekanisme pemantauan dan umpan balik untuk memantau dan meningkatkan dukungan untuk sektor swasta dan keterlibatan pemerintah dalam Petani Perempuan Muda, CSDRM, dan UMKM

• Bekerja dengan universitas untuk mengembangkan proyek kreativitas di CSDRM.

Pendekatan dan cara kerja proyek dimaksudkan untuk menjadi inovatif. Hal tersebut termasuk sebagai berikut:

• Pendekatan sistem: proyek ini mengintegrasikan pendekatan sistem dengan mengenali dan meningkatkan kemampuan dan peluang yang ada, mempromosikan cara kerja kolaboratif, memastikan kita bekerja dengan pemangku kepentingan untuk mengembangkan pemahaman bersama tentang konteks, mendorong pembelajaran, eksperimen dan manajemen adaptif, dan mengambil pandangan jangka panjang dari ketahanan pembangunan yang merajut proyek ini bersama yang lain dengan skala waktu yang realistis.

• Advokasi dari ujung ke ujung (End-to-end advocacy): Melalui peningkatan kolaborasi dan inklusi, meningkatkan peran perempuan dan kelompok terpinggirkan lainnya dalam pengambilan keputusan, dan memanfaatkan peluang di tingkat lokal, nasional, regional dan global, ICDRC akan memastikan advokasi dan upaya memengaruhi (influencing) diterjemahkan ke dalam hasil yang nyata bagi masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

• Pembelajaran berulang dan manajemen adaptif (Iterative learning and adaptive management): MEAL merupakan bagian integral dari proyek karena akan memungkinkan manajemen adaptif proyek (dan Teori Perubahannya) berdasarkan bukti, pembelajaran, dan perubahan yang terjadi dalam konteks yang lebih luas. Strategi dan praktik utama yang akan digunakan dalam ICDRC termasuk hal-hal yang mana:

o fleksibel dan beradaptasi dengan lingkungan yang kompleks dan berubah-ubah o membuat lingkaran pembelajaran cepat (rapid learning loops) untuk manajemen adaptif

31

o memungkinkan pengumpulan data secara tepat waktu dan berkala (dengan cara formal dan informal) dari apa yang penting untuk dipantau dalam berbagai momen, keadaan, dan konteks (sambil mempertanyakan apakah hal tersebut merupakan bukti yang 'benar')

o memungkinkan kita untuk terus mencari konsekuensi yang tidak diinginkan dari intervensi kita, dengan mengumpulkan umpan balik dari populasi yang terkena dampak dan pemangku kepentingan lainnya

o menciptakan ruang untuk pembelajaran bersama dengan semua pemangku kepentingan.

• Keterlibatan dan kolaborasi multi-pihak: Proyek ini akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk masyarakat sipil, pemerintah (pada tingkat yang berbeda), pelaku sektor swasta, lembaga regional dan internasional, mitra pembangunan dan masyarakat untuk: meningkatkan kapasitas kelompok terpinggirkan dan masyarakat rentan untuk menggunakan suara, pengetahuan, dan kekuatan mereka dalam pengambilan keputusan kolaboratif; mendukung masyarakat sipil sub-nasional, nasional, dan regional untuk berbagi pengetahuan, mengatur, dan belajar bersama; proses rancangan yang memfasilitasi hubungan antar pemangku kepentingan; menyelenggarakan dan memfasilitasi wadah subnasional, nasional dan regional yang memungkinkan para pemangku kepentingan untuk menciptakan visi dan solusi bersama; dan berpartisipasi dalam proses yang diselenggarakan oleh yang lain dan belajar dari mereka.

• Dipimpin mitra: Proyek ini akan bekerja melalui mitra-mitranya, terutama melalui Jejaring Mitra Kemanusiaan (JMK), untuk memberdayakan organisasi di Indonesia dalam meningkatkan jaringan dan kapasitas individu dan kolektif. TIK akan menjadi salah satu cara di mana hal ini terjadi.

9. KEBERLANJUTAN DAN STRATEGI KELUAR

Proyek ini akan mengembangkan strategi keberlanjutan dan keluar yang terperinci selama fase implementasi proyek, dan akan mencakup hal-hal berikut: mekanisme keberlanjutan; perjanjian dan tindakan untuk memastikan Oxfam keluar dari proyek dengan cara yang bertanggung jawab; dan strategi untuk mendukung keberlanjutan keuntungan proyek setelah proyek menyelesaikan strategi berikut. Sebagai bagian dari proses rancangan (tinjauan pelajaran dari proyek serupa, konsultasi pemangku kepentingan, lokakarya ramcangan, dan pertemuan-pertemuan berikutnya) strategi dan tindakan berikut telah diidentifikasi, dan akan berfungsi sebagai titik awal untuk mengembangkan strategi lebih jauh:

• Penguatan kapasitas kelembagaan untuk mitra dan Jejaring Mitra Kemanusiaan, termasuk dukungan untuk berkembang melalui rencana keberlanjutan di luar jangka waktu proyek.

• Penguatan kapasitas kelembagaan lembaga pemerintah seperti BNPB dan BPBD.

• Peningkatan hubungan dan kolaborasi antara masyarakat sipil, aktor pemerintah dan sektor swasta.

• Target penguatan kapasitas mitra OMS untuk secara efektif melakukan penelitian dan mempengaruhi pekerjaan di sekitar perubahan iklim dan PRB.

• Upaya mempengaruhi/influencing yang ditargetkan (menggunakan pengetahuan dan pembelajaran dari proyek) untuk mendorong pemerintah, sektor swasta, dan mitra pembangunan untuk mendukung Jejaring dan pekerjaan mereka selama proyek dan sesudahnya.

• Hubungan dan komplementaritas dengan program dan proyek lain di Indonesia, seperti proyek Kepemimpinan Perempuan yang didanai ANCOP.

• Penggunaan pendekatan pemrograman kemitraan penaryang ditargetkan (termasuk mengurangi jumlah keseluruhan mitra yang bekerja dengan proyek untuk meningkatkan kualitas dan

32

pengawasan) yang memastikan kapasitas yang dibangun oleh proyek dikembangkan dan berkelanjutan dengan lembaga mitra lokal.

• Berbagi pembelajaran, praktik terbaik, dan alat yang dihasilkan oleh proyek untuk mendorong replikasi perolehan proyek di luar proyek oleh pemerintah dan pelaku sektor swasta.

• Melakukan kegiatan yang memengaruhi perubahan kebijakan dan praktik pemerintah dan swasta untuk meningkatkan pembangunan yang tangguh.

• Tinjauan rutin atas ToC proyek, serta pencapaian dan tantangan proyek untuk memastikannya tetap relevan dan sesuai dengan konteksnya, dan dimasukkan ke dalam masyarakat sipil, pemerintah dan prioritas sektor swasta dan cara kerja.

• Pengembangan catatan konsep untuk mengamankan pendanaan jangka panjang untuk proyek, termasuk donor non-tradisional.

• Rancangan dan implementasi model dan praktik yang dapat direplikasi oleh masyarakat sipil, pemerintah, dan pelaku sektor swasta.

Proyek ini juga akan memberikan penguatan kapasitas kelembagaan dari lembaga pemerintah seperti BNPB dan BPBD, dan meningkatkan kolaborasi antara masyarakat sipil, pemerintah dan pelaku sektor swasta. Target penguatan kapasitas mitra akan memungkinkan mereka untuk secara efektif melakukan penelitian dan mempengaruhi pekerjaan di sekitar perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana. Proyek ini juga akan membangun hubungan dan komplementaritas dengan program dan proyek lain di Indonesia, seperti Proyek Kepemimpinan Perempuan yang didanai ANCP (PRG504-PRJ01).

Proyek ini akan berbagi pelajaran, praktik terbaik dan alat untuk mendorong replikasi keuntungan proyek di luar proyek oleh pemerintah dan pelaku sektor swasta. Staf Oxfam di Indonesia akan secara teratur meninjau Teori Perubahan, dan pencapaian proyek serta tantangan untuk memastikannya tetap relevan dan sesuai dengan konteksnya, dan dimasukkan ke dalam masyarakat sipil, prioritas sektor pemerintah, dan swasta serta cara kerja.

10. AKUNTABILITAS10

Tujuan pendekatan yang berfokus pada hasil berarti bahwa kita bertanggung jawab atas tindakan kita dan menganggap diri kita bertanggung jawab. Kita percaya bahwa orang lain juga harus bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Proyek akan mematuhi sejumlah prinsip dan menggunakan berbagai strategi untuk memastikan bahwa hubungan dengan semua pemangku kepentingan transparan dan terbuka, partisipatif, dan saling bertanggung jawab. Ini akan menjadi bagian dari kerangka MEAL keseluruhan dan Rencana untuk proyek. Ini termasuk:

• Transparansi dan terbuka: Penilaian dan perencanaan berlanjut sepanjang siklus proyek. Staf Mitra, masyarakat, pemerintah, dan Oxfam telah berkonsultasi dalam beberapa kesempatan selama pertemuan, lokakarya, dialog, dan kunjungan untuk memastikan bahwa pandangan mereka dianalisis dan disertakan ke dalam rancangan program. Peningkatan transparansi manajemen program ini akan mencakup partisipasi pemangku kepentingan dalam pemantauan, meninjau pembelajaran peristiwa dan distribusi informasi tentang kegiatan program.

• Partisipasi. Program ini dilaksanakan menggunakan pendekatan partisipatif melalui atau dengan mitra. Mitra akan dikonsultasikan di seluruh siklus proyek untuk pengembangan strategi keluar program. Pandangan dan saran dari anggota masyarakat sasaran program juga akan dimasukkan ke dalam

33

rancangan, implementasi dan peninjauan aktivasi. Informasi tentang proyek akan dibagikan dalam format yang dapat diakses dengan semua peserta, misalnya, anggaran, laporan, tinjauan, dokumentasi yang dipelajari, dan laporan kunjungan.

• Mekanisme Umpan Balik dan Pengaduan. Mitra dan penerima manfaat akan didorong untuk menyuarakan keluhan dan umpan balik mereka dari jarak jauh atau secara langsung selama pertemuan, kunjungan, dan tinjauan. Tanggapan terhadap semua keluhan akan diberikan secara tertulis atau lisan akan dikembangkan selama fase awal proyek. Mekanisme ini akan diatur dalam Surat Perjanjian (LoA) antara Oxfam dan Mitra. Baik Oxfam dan mitra sepakat untuk berkomunikasi secara terbuka, transparan, dan konstruktif serta bekerja untuk mengatasi masalah secara lokal. Jika mitra merasa bahwa komunikasi tidak terbuka, transparan atau konstruktif, atau merasa bahwa masalah tidak dapat ditangani secara lokal, maka mitra dapat menggunakan kebijakan Oxfam ‘’berhadapan dengan masalah di tempat kerja ’.

11. MANAJEMEN PROYEK

Manajemen proyek ICDRC didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

• Memastikan akuntabilitas di dalam proyek dan di dalam program Oxfam di Indonesia

• Mempromosikan kepemilikan negara dan regional

• Mendorong fleksibilitas untuk memungkinkan ketangkasan dan respons tanggap

• Mendukung pencapaian tujuan dan sasaran proyek

• Praktis dan efektif biaya

• mengaktifkan hubungan dengan proyek negara lain seperti proyek Keadilan Gender (juga didanai oleh ANCP).

Proyek ICDRC akan memiliki Unit Manajemen Proyek/ Project Management Unit (PMU) yang terdiri atas lima staf penuh waktu yang akan bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek, termasuk koordinasi mitra. Hal ini termasuk Program Manager yang akan melaporkan kepada Rights in Crisis Program Lead, dan empat project officer yang bertanggung jawab terhadap berbagai aspek berbeda dari proyek (MRB, CRSL, Gender dan Inklusi Disabilitas, MEAL dan Komunikasi). Mereka akan didukung oleh staf Oxfam Indonesia dalam kualitas program, keuangan dan administrasi dengan pengawasan menyeluruh yang diberikan oleh Rights in Crisis Lead. Dukungan OAU akan terdiri atas Technical Adviser, Portfolio Manager, dan Contract Management Coordinator. Diagram di bawah ini memberikan representasi visual dari PMU, dan diikuti oleh tabel yang menguraikan tanggung jawab utama staf proyek ICDRC.

34

Diagram 2: Struktur Manajemen Proyek ICDRC

Tabel 5: Tanggung Jawab Staf Proyek ICDRC

Posisi Tanggung Jawab Utama

Manajer Proyek (Project Manager) ICDRC

1.0FTE

• Koordinasi dan akuntabilitas proyek secara keseluruhan

• Pengawasan pemantauan dan pelaporan proyek

• Manajemen hubungqn (pemerintah, DFAT)

ICDRC DRM Officer

1.0FTE

• Koordinasi komponen proyek MRB & Kesiapsiagaan dan Tanggap Bencana dengan mitra

• Pemantauan dan pelaporan

• Manajemen hubungan (mitra, pemerintah)

ICDRC CRSL Officer

1.0FTE

• Koordinasi komponen proyek CRSL dan UMKM dengan mitra

• Dukungan teknis CRSL & UMKM serta penguatan kapasitas mitra

• Pemantauan dan pelaporan

• Manajemen relasi (mitra, pemerintah)

ICDRC Gender and Disability Inclusion Officer

1.0FTE

• Koordinasi proyek komponen gender dan inklusi disabilitas melalui focal point proyek untuk organisasi penyandang disabilitas dan gender

• Bertangggung jawab terhadap penyampaian Rencana Aksi Gender dan Inklusi Disabilitas

• Pemantauan dan pelaporan

ICDRC MEAL & Communications Officer

• Koordinasi proyek komponen MEAL dengan staf dan mitra

• Dukungan teknis dan penguatan kapasitas mitra MEAL

35

1.0FTE • Pemantauan dan pelaporan

12. Mitra Proyek11

Proyek ICDRC akan bekerja dengan 18 mitra proyek di mana delapan di antaranya didanai dan 10 lainnya adalah mitra yang tidak didanai. Mitra termasuk organisasi masyarakat sipil yang secara langsung berkontribusi terhadap hasil proyek dalam CRSL, UMKM dan MRB di berbagai lokasi proyek perkotaan dan pedesaan, mitra teknis (seperti organsiasi penyandang cacat, SAPDA), mitra pemerintah di tingkat nasional dan sub-nasional, dan mereka yang mendukung hasil proyek terkait upaya memengaruhi (influencing).

Tabel 6: Mitra Proyek

Nama Mitra Lokasi Peran12 Hubungan Tipe Organisasi

Mitra yang didanai

PIKUL Kupang (NTT) Mitra untuk Penghidupan yang Tahan Iklim dan Berkelanjutan (CRSL)

Didanai LSM nasional (termasuk serikat pekerja, organisasi masyarakat madani berbasis agama, dan lainnya)

Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Social (YPPS)

Flores, Nusa Tenggara Timur (NTB)

Mitra CRSL – kekeringan – penghidupan adaptif

Didanai LSM nasional (termasuk serikat pekerja, organisasi masyarakat madani berbasis agama, dan lainnya)

Konsepsi Mataram

Nusa Tenggara Barat (NTB)

Mitra bertanggung jawab untuk implementasi Proyek Membangun Ketahanan dan Adaptasi Perubahan Iklim dengan LOA

Didanai LSM nasional (termasuk serikat pekerja, organisasi masyarakat madani berbasis agama, dan lainnya)

LP2DER Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB)

Mitra CSDRM Didanai LSM nasional (termasuk serikat pekerja, organisasi masyarakat madani berbasis agama, dan lainnya)

Jemari Sakato

(Pemimpin dari Jejaring Mitra)

Sumatra Barat Mitra Knowledge Hub atau Jejaring Mitra

Didanai LSM nasional (termasuk serikat pekerja, organisasi masyarakat madani berbasis agama, dan lainnya)

36

Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA)

Medan, Sumatra Utara

Mitra Perlindungan Anak (Jejaring Mitra Kemanusiaan); Mitra kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana (Perjanjian Siaga/Stand-By Agreement)

Didanai LSM nasional (termasuk serikat pekerja, organisasi masyarakat madani berbasis agama, dan lainnya)

Centre of Imagine Society (CIS) Timor

Timor Barat, Nusa Tenggara Timur

Mitra untuk kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana (Perjanjian Siaga/Stand-By Agreement); WASH di Spesialis Tanggap Darurat

Didanai LSM nasional (termasuk serikat pekerja, organisasi masyarakat madani berbasis agama, dan lainnya)

Sentral Advokasi Perempuan, Disabilitas dan Anak (SAPDA)

Yogyakarta, Jawa

Mitra organisasi penyandang disabilitas (ahli teknis, tidak terdapat implementasi proyek secara langsung)

Didanai Organisasi Penyandang Disabilitas/Organisasi Spesialis Disabilitas (DPO) yaitu organisasi yang dijalankan oleh penyandang disabilitas untuk orang-orang dengan disabilitas

Mitra yang tidak didanai

Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP)

Medan, Sumatra Utara

Mitra untuk kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana di bawah Perjanjian Siaga (Stand-By Agreement)

Tidak didanai dengan perjanjian tertulis

LSM nasional (termasuk serikat pekerja, organisasi masyarakat madani berbasis agama, dan lainnya)

Aksara Yogyakarta, Jawa

Mitra untuk kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana di bawah Perjanjian Siaga (Stand-By Agreement); Spesialis Gender

Tidak didanai dengan perjanjian tertulis

LSM nasional (termasuk serikat pekerja, organisasi masyarakat madani berbasis agama, dan lainnya)

37

dan Ketahanan Pangan Darurat dan Penghidupan Rentan (EFSVL)

Suara Nurani (SUAR)

Kediri, Jawa Timur

Mitra untuk advokasi nasional tentang pengarusutamaan gender di MRB (tingkat sub-nasional)

Tidak didanai dengan perjanjian tertulis

LSM nasional (termasuk serikat pekerja, organisasi masyarakat madani berbasis agama, dan lainnya)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Nasional Mitra untuk advokasi nasional tentang pengarusutamaan gender di MRB dan UMKM

Tidak didanai dengan perjanjian tertulis

Aktor pemerintah nasional

Kementerian Sosial

Nasional Mitra untuk advokasi nasional tentang akuntabilitas kemanusiaan

Tidak didanai dengan perjanjian tertulis

Aktor pemerintah nasional

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Nasional Mitra untuk advokasi nasional tentang pengarusutamaan gender di MRB

Tidak didanai dengan perjanjian tertulis

Aktor pemerintah nasional

Kementerian Koperasi dan UMKM

Nasional Mitra untuk ketahanan UMKM

Tidak didanai dengan perjanjian tertulis

Aktor pemerintah nasional

Pemerintah Lokal Kota Bima

Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB)

Mitra untuk ketahanan UMKM

Tidak didanai dengan perjanjian tertulis

Aktor pemerintah sub-nasional (kewenangan lokal)

Pemerintah Lokal Flores Timor

Flores Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT)

Mitra untuk perkebunan adaptif kekeringan dan memengaruhi kebijakan

Tidak didanai dengan perjanjian tertulis

Aktor pemerintah sub-nasional (kewenangan lokal)

38

Badang Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Yogyakarta, Jawa; dan Sumatra bagian Timur

Mitra untuk kesiasiagaan dan tanggap darurat

Tidak didanai dengan perjanjian tertulis

Aktor pemerintah sub-nasional (kewenangan lokal)

13. ANGGARAN DAN PENDANAAN13

Anggaran untuk Proyek ICDRC adalah 2,6 juta AUD selama periode implementasi empat tahun. Dari jumlah ini, $1,2 juta akan dibiayai oleh ANCP untuk 100% implementasi proyek di tahun pertama dan kedua. Pendanaan tambahan sebesar $1,3 juta perlu diamankan (secured) untuk tahun ketiga hingga keempat untuk memastikan proyek ini dapat sepenuhnya diimplementasikan mulai 1 Juli 2018 - 30 Juni 2022. Ringkasan anggaran disediakan di bawah ini: perincian anggaran keseluruhan tersedia di Lampiran.

Tabel x: Ringkasan Anggaran ICDRC summary budget

Komponen Proyek Anggaran Tahun Pertama

Total Anggaran

Biaya pegawai xx xx

Biaya operasional/ aktivitas

- Fase awal - Outcome 1: - Outcome 2: - Outcome 3: - Biaya MEAL (5% dari total anggaral)

Xx Xx

Biaya proyek langsung lainnya (peralatan kantor) Xx Xx

Biaya pemulihan

- Staf dukungan proyek (dalam negara) - Project support staff (in-country) - Biaya kantor dalam negara - Staf dukungan proyek (dalam Australia)

Xx Xx

Total (AUD) 600,000 2,400,000

Tidak ada organisasi lain selain Oxfam Australia yang berkomitmen untuk mendanai proyek.

Sepuluh persen (10%) dari anggaran proyek telah dialokasikan untuk kegiatan pemantauan, evaluasi, akuntabilitas dan pembelajaran (MEAL).

39

14. DUKUNGAN MITRA AFILIASI

Oxfam Australia (OAU) akan menjadi satu-satunya mitra afiliasi dalam proyek ini. Dukungan dari OAU mencakup keseluruhan siklus proyek termasuk perancangan, implementasi, pemantauan, dan evaluasi. Proses rancangan telah dikoordinasikan oleh OAU dan penasihat tematik telah berkontribusi pada proses perancangan dan penilaian. Dibangun dalam struktur unit manajemen program adalah dukungan proyek, kontrak, dan kepatuhan dari Portfolio Manager dan Management Coordinator dengan dukungan tematik dari Climate Change Program Advisor OAU. OAU juga akan memimpin pada keterlibatan donor dengan tim DFAT ANCP yang berbasis di Canberra, sementara tim dalam negara akan terlibat dengan pos-pos DFAT serelevan mungkin. Seperti halnya seluruh proyek ANCP, akan terdapat dukungan dari tim ANCP di OAU dengan kegiatan dan keluaran ANCP terkait seperti Perencanaan Pembangunan Tahunan, Pelaporan Interim, dan Pelaporan Kinerja.

Page 40 of 43

c) Analisis Risiko dan Rencana Manajemen

Jenis Risiko Deskripsi Risiko Sifat Konsekuensi

Kontrol yang ada di tempat

Risiko dengan kontrol yang

ada: Pengukuran Mitigasi Tambahan

Rencana Mitigasi Risiko yang Disiapkan

Ke

mu

ngk

ikan

Ko

nse

kue

nsi

Tin

gkat

Ris

iko

Politik/ Operasional/ Reputasi

Oxfam atau mitra kehilangan dukungan dengan pemerintah dan tidak bisa beroperasi

Legal/Operasi Oxfam saat ini bekerja untuk penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan pemerintah

Sed

ang

Operasional/ Finansial/ Reputasi

Peluang untuk kegiatan penipuan oleh lembaga mitra menciptakan risiko bahwa jika berkomitmen akan mengganggu pelaksanaan proyek dan merusak kredibilitas Oxfam.

Finansial/ Legal/ Pemenuhan

Pemantauan mitra yang sedang berlangsung

Politik, operasional, dan Keamanan

Area pelaksanaan program menjadi terlalu berbahaya untuk bekerja karena eskalasi ekstremisme kekerasan

Keselamatan dan keamanan operasional

Focal Point keamanan memantau masalah keamanan setiap hari

Page 41 of 43

Perlindungan Anak/ Lingkungan

Sebelumnya dalam kemitraan kita di sektor swasta, kita telah mengakui kurangnya kerjasama dari mereka pada kebijakan seputar perlindungan anak dan lingkungan.

Pemenuhan/ Reputasi/ Lingkungan

Oxfam mengadakan pelatihan Perlindungan Anak kepada semua pemangku kepentingan

Perlindungan anak Bekerja dengan pemuda menjalankan risiko pelecehan anak, dan masalah perlindungan anak lainnya.

Pemenuhan/ Reputasi

Seluruh staf telah menerima Pelatihan Perlindungan Anak

Ekonomi/keuangan Perubahan nilai tukar mengurangi pendanaan yang tersedia untuk proyek tersebut

Finansial dan Operasional

Perkiraan nilai tukar anggaran AUD ke USD (0,74) mencerminkan nilai tukar saat ini yang dianggap rendah selama rata-rata 5 tahun (0,789)

Lingkungan Kegiatan proyek menyebabkan atau berkontribusi terhadap dampak lingkungan yang merugikan (misalnya, kerusakan lingkungan melalui kegiatan pertanian, emisi gas rumah kaca dari perjalanan staf)

Pemenuhan Reputasi Lingkungan

Kegiatan proyek dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan Kebijakan Program Lingkungan dan Pembangungan Oxfam.

Page 42 of 43

Finansial ekonomi/reputasi

Mitra organisasi masyarakat sipil (OMS) tidak dapat mengelola beberapa kontrak yang mengakibatkan 'ketidakberesan' dan mengurangi efektivitas pekerjaan mereka

Finansial dan Operasional Reputasi dan efektivitas proyek

Sistem manajemen mitra Oxfam mencakup analisis kapasitas mitra yang berkelanjutan yang menyesuaikan kapasitas dengan tingkat pendanaan yang mereka terima

Lingkungan Krisis kemanusiaan (kabut asap, gempa bumi, dan banjir) di wilayah proyek mungkin memerlukan pengalihan staf untuk mendukung respons bencana yang mengakibatkan penundaan atau penangguhan kegiatan proyek.

Lingkungan Keselamatan dan keamanan Operasional

CATATAN 1 Dokumen Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim 2013 – 2025. 2 World Bank, 2010 dan ADB, 2010. 3 BNPB, 2017. 4 TNP2K- Tim Nasional untuk akselerasi pengurangan kemiskinan. 5 Dokumen Pedoman Adaptasi Perubahan Iklim yang Responsif Gender (https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/32720-adaptasi-perubahan-iklim-yang-responsif-gender-.pdf). 6 https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/32720-adaptasi-perubahan-iklim-yang-responsif-gender-.pdf 7 Indeks Ketimpangan Gender Indonesia 2016 8 Tribun,2017.

Page 43 of 43

9 Partnership Based Model 2017, Oxfam di Indonesia. 10 Merujuk pada Masukan OAU Kebijakan Pengaduan (Mitra Program dan Penerima Manfaat). 11 Mitra adalah organisasi yang mandiri, independen, dan akuntabel yang mana sebuah hubungan dibentuk untuk mencapai tujuan sepsifik atau tujuan jangka panjang. 12 Menggambarkan peran dan tanggung jawab seluruh organisasi yang terlibat (termasuk kemitraan apapun dengan organisasi penyandang disabilitas dan sekutu non-tradisional, dan tersangka yang tidak biasa). 13 Pastikan bahwa semua biaya pemulihan telah diambil sebelum menghasilkan rincian, anggaran baris (line budget), dan memastikan bahwa 5% anggaran dialokasikan untuk MEAL.