dokumen-15-50

16
ABSTRAK Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi. Awitan penyakit ditandai oleh gejala umum inflamasi, poliartritis simetris, kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, arthritis erosif, dan deformitas. Pengobatan penderita rematik dapat dilakukan dengan metode farmakologi ataupun nonfarmakologi. Salah satu pengobatan dengan cara nonfarmakologi adalah kompres hangat. Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada klien dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh tertentu yang memerlukannya. Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental dengan desain pre and post test only. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompres hangat dalam menurunkan skala nyeri pada lansia yang mengalami nyeri rematik di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang tahun 2012. Sampel penelitian ini berjumlah 20 responden, dan dilakukan pengukuran skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat. pengaruh kompres hangat dalam menurunkan skala nyeri pada penderita rematik akan dianalisis dengan menggunakan uji T Dependen. Hasil penelitian berdasarkan uji T Dependen diperoleh nilai significancy 0,000 (ρ value < 0,05) men unjukkan adanya perbedaan skala nyeri yang signifikan antara sebelum dikompres hangat dengan sesudah dikompres hangat. diperoleh mean sebelum dikompres hangat 2.45 dengan standar deviasi 0.510, sedangkan pada skala nyeri sesudah dikompres hangat didapatkan mean 0.20 dengan standar deviasi 0.410. sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kompres hangat dapat menurunkan skala nyeri pada lansia yang mengalami nyeri rematik. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada Panti Sosial Tresna Werdha Teratai hendaknya mensosialisasikan terapi kompres hangat kepada para lansia penghuni panti agar lebih mengenal dan dapat melakukan terapi ini secara mandiri. Kata kunci : Rematik, Nyeri, Kompres Hangat. ABSTRACT Rheumatic is a disease affecting the joints And bone or supporting tissue around a joint. Awitan disease characterized by a inflammatory symptom, poliartritis symmetrical, stiffness in the morning for more than an hour, Arthritis erosive and deformity. The treatment of patients with rheumatism can be conducted by Pharmacology or non pharmacology methods. One of the treatments that used non pharmacology method is warm compresses. Warm compresses give a sense of warm to the patient by using Liquids or instrument which gives a warm in a part of body. PENGARUH KOMPRES HANGAT DALAM MENURUNKAN SKALA NYERI PADA LANSIA YANG MENGALAMI NYERI REMATIK DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI PALEMBANG TAHUN 2012 Oleh MERY FANADA WIDYAISWARA MUDA BADAN DIKLAT PROVINSI SUMATERA SELATAN

Upload: ncie-aloend

Post on 26-Oct-2015

66 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: dokumen-15-50

ABSTRAK

Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar

sendi. Awitan penyakit ditandai oleh gejala umum inflamasi, poliartritis simetris, kekakuan di pagi hari

selama lebih dari satu jam, arthritis erosif, dan deformitas. Pengobatan penderita rematik dapat

dilakukan dengan metode farmakologi ataupun nonfarmakologi. Salah satu pengobatan dengan cara

nonfarmakologi adalah kompres hangat. Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada klien

dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh tertentu yang

memerlukannya.

Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental dengan desain pre and post test only.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompres hangat dalam menurunkan skala

nyeri pada lansia yang mengalami nyeri rematik di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang

tahun 2012. Sampel penelitian ini berjumlah 20 responden, dan dilakukan pengukuran skala nyeri

sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat. pengaruh kompres hangat dalam menurunkan skala

nyeri pada penderita rematik akan dianalisis dengan menggunakan uji T Dependen. Hasil penelitian

berdasarkan uji T Dependen diperoleh nilai significancy 0,000 (ρ value < 0,05) menunjukkan adanya

perbedaan skala nyeri yang signifikan antara sebelum dikompres hangat dengan sesudah dikompres

hangat. diperoleh mean sebelum dikompres hangat 2.45 dengan standar deviasi 0.510, sedangkan pada

skala nyeri sesudah dikompres hangat didapatkan mean 0.20 dengan standar deviasi 0.410. sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa kompres hangat dapat menurunkan skala nyeri pada lansia yang

mengalami nyeri rematik.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada Panti Sosial Tresna Werdha Teratai

hendaknya mensosialisasikan terapi kompres hangat kepada para lansia penghuni panti agar lebih

mengenal dan dapat melakukan terapi ini secara mandiri.

Kata kunci : Rematik, Nyeri, Kompres Hangat.

ABSTRACT

Rheumatic is a disease affecting the joints And bone or supporting tissue around a joint.

Awitan disease characterized by a inflammatory symptom, poliartritis symmetrical, stiffness in the

morning for more than an hour, Arthritis erosive and deformity. The treatment of patients with

rheumatism can be conducted by Pharmacology or non pharmacology methods. One of the treatments

that used non pharmacology method is warm compresses. Warm compresses give a sense of warm to

the patient by using Liquids or instrument which gives a warm in a part of body.

PENGARUH KOMPRES HANGAT DALAM MENURUNKAN SKALA

NYERI PADA LANSIA YANG MENGALAMI NYERI REMATIK DI

PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI PALEMBANG

TAHUN 2012

Oleh

MERY FANADA

WIDYAISWARA MUDA

BADAN DIKLAT PROVINSI SUMATERA SELATAN

Page 2: dokumen-15-50

This research is an pre experimental research by using pre as well as post test. The objectives

of this research are to find out the effect of warm compresses in decreasing the scale of pain in elderly

who suffered a rheumatic pain at tresnawerdateratai social parlor, Palembang 2012. The total sample is

20 respondents. And the measurement is done before and after the usage of warm compresses. The

effect of warm compresses in decreasing the scale of pain is tested by using independent t test. And the

significant of the test is 0,000 (ρ value is < 0,05) it shows that there are the significant difference

before the usage of warm compresses and after the usage of warm compresses. The total mean before

treatment is 2,45, the standard deviation is 0,510. After the treatment it can be shown that the total

mean is 0.20 and standard deviation is 0,410. And we can conclude that there is an effect of using

warm compresses in lowering the pain scale of rheumatic to elderly at tresnawerdateratai social parlor,

Palembang 2012.

Based on this research the writer suggested for tresnawerdaterataisocoal parlor to socialize the

warm compresses to the elderly so that they can use the warm compresses by themselves.

Keyword : Rheumatic, Pain, Warm Compresses

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dampak kemajuan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (IPTEK), terutama bidang

kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan

seperti antibiotik yang mampu “menyerap”

berbagai penyakit infeksi, berhasil

menurunkan angka kematian bayi dan anak,

memperlambat kematian, memperbaiki gizi

dan sanitasi sehingga kualitas dan umur

harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah

penduduk lanjut usia semakin bertambah

banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan

pesat (Nugroho, 2008).

Saat ini di seluruh dunia, jumlah orang

lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 Juta

jiwa orang dengan usia rata-rata 60 tahun dan

diperkirakan pada tahun 2025 angka akan

mencapai 1,2 milyar orang (Nugroho, 2008).

Peningkatan jumlah lansia ini terjadi baik

di negara maju maupun negara yang sedang

berkembang (Bustan, 2007). Di negara maju,

pertambahan populasi atau penduduk lanjut

usia telah diantisipasi sejak awal abad ke-20,

tidak heran bila masyarakat di negara maju

mudah siap menghadapi pertambahan

populasi lanjut usia dengan aneka

tantangannya yang sama, fenomena ini jelas

mendatangkan jumlah konsekuensi, antara lain

timbulnya masalah fisik, mental, serta

kebutuhan pelayanan kesehatan dan

keperawatan, terutama kelainan degeneratif

(Nugroho, 2008).

Perubahan tubuh terjadi sejak awal

kehidupan hingga usia lanjut pada semua

organ dan jaringan tubuh. Keadaan itu tampak

pula pada semua sistem muskuloskletal dan

jaringan lain yang ada kaitannya dengan

kemungkinan timbulnya beberapa golongan

rematik (Darmojo, 2006). Dilihat dari data

Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan

Amerika melaporkan bahwa terdapat sekitar

35 juta pasien rematik (Purwoastuti, 2009).

Gejala menuanya struktur penduduk juga

terjadi di Indonesia. Penduduk lansia di

Indonesia menunjukkan peningkatan yang

absolut maupun relatif. Kalau pada tahun 1990

jumlahnya hanya sekitar 10 juta maka pada

tahun 2020 jumlah itu diperkirakan akan

meningkat menjadi sekitar 29 juta, dengan

peningkatan dari 5,5% menjadi 11,4% dari

total populasi (Bustan, 2007). Rematik juga

banyak menyerang lansia yang ada di

Indonesia. Pada tahun 2006, Zeng Q.Y

mendapatkan data berdasarkan penelitiannya

bahwa prevalensi nyeri rematik di Indonesia

mencapai 23,6-31,3% (Purwoastuti, 2009).

Dari data salah satu panti jompo di kota

Palembang, didapatkan bahwa jumlah lansia

yang berada di Panti Tresna Werdha Teratai

Palembang pada tahun 2011 adalah 67 orang.

Pada tahun 2012 jumlah dua bulan terakhir 65

orang yang terdiri dari 27 orang laki-laki dan

38 orang perempuan. Jumlah lansia yang

menderita rematik sekitar 49% dari jumlah

lansia yang ada (Panti Tresna Werdha Teratai,

2012).

Dari hasil studi pendahuluan yang

dilakukan peneliti di panti Tresna Werdha

Page 3: dokumen-15-50

Teratai Palembang, di ketahui bahwa lansia

yang mengalami nyeri rematik tidak

mendapatkan pengobatan khusus dan

cenderung membiarkan nyeri yang diderita.

Keterbatasan kemampuan fisik dan kurangnya

pengetahuan menyebabkan lansia cenderung

membiarkan rasa nyeri yang dialami.

Penanganan penderita rematik

difokuskan pada cara mengontrol rasa sakit,

mengurangi kerusakan sendi, dan

meningkatkan atau mempertahankan fungsi

dan kualitas hidup. Menurut American Collage

Rheumatology, penanganan untuk rematik

dapat meliputi terapi farmakologis (obat-

obatan), nonfarmakologis dan tindakan operasi

(Purwoastuti, 2009).

Tindakan nonfarmakologis untuk

penderita nyeri rematik diantaranya adalah

kompres, baik itu kompres dingin dan kompres

hangat. Kompres dingin dan kompres hangat

dapat menghilangkan nyeri (Potter, 2005).

Menurut penelitian yang dilakukan Ana

Wisdanora tahun 2012, dari 14 responden

yang dibagi menjadi dua kelompok yakni 7

responden dalam kelompok kontrol yang tidak

dilakukan intervensi dan 7 responden dalam

kelompok intervensi yang diberikan kompres

dingin menghasilkan kesimpulan bahwa

penurunan nyeri dengan menggunakan

kompres dingin tidak berpengaruh. Sedangkan

untuk kompres hangat sendiri, banyak

referensi yang mengatakan bahwa kompres

hangat dapat menurunkan nyeri pada rematik,

tapi menurut peneliti belum ada yang meneliti

secara ilmiah khususnya di Panti Tresna

Werdha Teratai Palembang.

Berdasarkan fakta diatas, peneliti tertarik

untuk meneliti bagaimana pengaruh kompres

hangat dalam menurunkan skala nyeri pada

lansia (Lanjut Usia) yang mengalami nyeri

rematik.

1.2 Rumusan Masalah

Belum diketahuinya pengaruh kompres

hangat dalam menurunkan skala nyeri pada

lansia yang mengalami nyeri rematik di Panti

Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang

tahun 2012.

1.3 Pertanyaan Peneliti

Bagaimana pengaruh kompres hangat

dalam menurunkan skala nyeri pada lansia

yang mengalami nyeri rematik di Panti Sosial

Tresna Teratai Werdha Palembang tahun

2012?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh kompres hangat

dalam menurunkan skala nyeri pada lansia

yang mengalami nyeri rematik di Panti Sosial

Tresna Werdha Teratai Palembang tahun

2012.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah

a. Untuk mengetahui gambaran

karakteristik responden (umur,

pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan) di

Panti Sosial Tresna Werdha Teratai

Palembang tahun 2012.

b. Untuk mengetahui skala nyeri pada

Lansia yang mengalami nyeri rematik

sebelum mendapat terapi kompres hangat

di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai

Palembang tahun 2012.

c. Untuk mengetahui skala nyeri pada

Lansia yang mengalami nyeri rematik

sesudah mendapat terapi kompres hangat

di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai

Palembang tahun 2012.

d. Untuk mengetahui perbedaan skala nyeri

lansia yang mengalami nyeri rematik

sebelum dan sesudah mendapat kompres

hangat di Panti Sosial Tresna Werdha

Palembang Teratai tahun 2012.

1.5 ` Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Merupakan salah satu penerapan

ilmu pengetahuan yang telah didapat selama

ini khususnya dibidang Keperawatan Gerontik.

1.5.2 Bagi Panti Sosial Tresna Werdha

Teratai Palembang

Penelitian ini dapat digunakan

sebagai informasi dan sumbangan pemikiran

yang diharapkan dapat membantu

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Page 4: dokumen-15-50

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam lingkup

kajian ilmu keperawatan gerontik. Penelitian

ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha

Teratai Palembang. Sasaran subjek sebagai

responden dalam penelitian ini adalah lansia

yang mengalami nyeri rematik. Penelitian ini

dilaksanakan pada tanggal 04 Mei 2012 s/d 22

Mei 2012. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan desain penelitian pre-

eksperimental dengan rancangan pre and post

test only design.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu

keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

manusia ( Nugroho, 2008).

2.2 Rematik

2.2.1 Pengertian Rematik

Rematik atau dikenal dengan arthritis

berasal dari dua kata yaitu arth artinya sendi,

dan itis artinya radang, jadi arthritis artinya

radang sendi. Arthritis merupakan istilah

umum yang meliputi sekelompok penyakit

yang menyerang persendian. Semua penyakit

sendi ini menyebabkan rasa nyeri, kaku dan

bengkak

2.2.2 Tanda dan Gejala

a. Kekakuan pada pagi hari di persendian

dan sekitarnya, selama 1 jam sebelum

perbaikan maksimal.

b. Rasa nyeri dan pembengkakan pada

persendian sekurang-kurangnya tiga

sendi secara bersamaan.

c. Pembengkakan pada kedua belah sendi

yang sama.

d. Benjolan di bawah kulit pada penonjolan

tulang

e. Pada pemeriksaan darah terdapat titer

abnormal faktor-rematoid kurang dari

5%.

f. Pada pemeriksaan radiologis pada

pergelangan tangan yang lurus

menunjukkan adanya erosi yang

beralokasi pada sendi atau daerah yang

berdekatan dengan sendi.

2.2.3 Faktor Penyebab Rematik

Adapun faktor risiko penyebab

rematik dapat dikelompokkan menjadi dua,

yakni faktor usia dan jenis kelamin serta faktor

genetik.

Semakin tinggi usia semakin tinggi

resiko untuk rematik. Wanita lebih rawan

terkena pengapuran. Faktor keturunan juga

dapat menimbulkan rematik jenis tertentu

seperti Rheumatoid Artritis serta Systemic

Lupus Erythematosus (SLE) (Purwoastuti,

2009).

Menurut Corwin (2009), penyebab

Arthtitis Rematoid adalah bakteri,

mikroplasma, atau virus yang menginfeksi

sendi atau mirip sendi secara antigenik.

2.2.4 Patofisiologi

Menurut Corwin (2009), Arthritis

rematoid merupakan penyakit autoimun yang

terjadi pada individu rentan setelah respons

imun terhadap agen pemicu yang tidak

diketahui. Agen pemicunya adalah bakteri,

mikroplasma, atau virus yang menginfeksi

sendi atau mirip sendi secara antigenik.

Biasanya respons antibodi awal terhadap

mikroorganisme diperantarai oleh IgG.

Walaupun respons ini berhasil menghancurkan

mikroorganisme, individu yang menglami

Arthritis rematoid mulai membentuk antibodi

lain, biasanya IgM atau IgG. Antibodi yang

ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini

disebut faktor rheumatoid (FR). FR menetap di

kapsul sendi sehingga menyebabkan inflamasi

kronis dan kerusakan jaringan. Arthritis

rematoid diperkirakan terjadi karena

predisposisi genetik terhadap penyakit

autoimun dan menyebabkan siklus inflamasi

dan kerusakan sendi.

2.3 Rematik Pada Lansia

2.3.1 Pengertian

Rematik sering tampak pada lansia.

Karena salah satu faktor timbulnya rematik

adalah usia, semakin tinggi usia maka semakin

tinggi resiko terjadinya rematik (Darmojo,

2006).

2.3.2 Gangguan Rematik Pada Lansia

Page 5: dokumen-15-50

Beberapa rematik yang terjadi pada

lansia adalah Osteoartritis, Osteoporosis,

Tendinitis, Bursitis, fibromyalgia, Low Back

Pain, Artropati Kristal, Gout, Arthritis

Rematoid, Polimyalgia Rheumatik, Arthritis

karena keganasan (Bjelle 1994 dalam

Darmojo, 2006).

2.4 Nyeri Rematik

2.4.1 Pengertian Nyeri

Nyeri adalah suatu sensasi yang

disebabkan karena rusaknya jaringan, bisa

dikulit sampai jaringan yang paling dalam.

2.4.2 Klasifikasi Nyeri

Menurut Darmojo (2006),

berdasarkan pada sifatnya nyeri dibagi

menjadi dua, yaitu:

a. Nyeri tajam merupakan perasaan yang

menyengat, rangsangannya sangat cepat

dijalarkan ke pusat. Biasanya terdapat di

kulit dan tidak terus menerus.

b. Nyeri tumpul merupakan rasa sakit di

kulit sampai jaringan yang lebih dalam,

terasa menyebab dan lambat di jalarkan

ke pusat dan sifatnya terus menerus.

2.4.3 Manajemen Nyeri

a. Sentuhan Terapeutik

b. Akupresur

c. Relaksasi dan Teknik Imajinasi

d. Bimbingan Antisipasi

e. Distraksi

f. Hipnosis

g. Stimulasi Kutaneus

Stimulasi kutaneus adalah

stimulasi kulit yang dilakukan untuk

menghilangkan nyeri. Massase, mandi

air hangat, kompres dingin atau

kompres hangat merupakan langkah-

langkah sederhana dalam upaya

menurunkan persepsi nyeri

.

2.5 Kompres Hangat

2.5.1 Pengertian

Mengompres dengan air berarti

memberikan rasa hangat pada klien dengan

menggunakan cairan atau alat yang

menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh

tertentu yang memerlukannya (Poltekkes

Kemenkes Maluku, 2011).

2.5.2 Tujuan Kompres Hangat

a. Memperlancar sirkulasi darah

b. Mengurangi rasa sakit

c. Merangsang peristaltik usus

d. Memperlancar pengeluaran getah radang

(cairan eksudat)

e. Memberikan rasa hangat dan nyaman

2.5.3 Indikasi

a. Klien dengan perut kembung

b. Klien yang kedinginan

c. Klien yang mengalami radang sendi

d. Klien dengan kekejangan otot

e. Klien yang mengalami inflamasi

f. Klien yang mengalami abses atau

hematoma

3. KERANGKA KONSEP DAN

HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah skala nyeri lansia yang mengalami

nyeri rematik sebelum dikompres hangat dan

variabel terikatnya adalah skala nyeri lansia

yang mengalami nyeri rematik sesudah

dikompres hangat. Untuk lebih jelasnya

digambarkan dalam bentuk skema kerangka

konsep sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Keterangan : Diteliti

Tidak diteliti

Skala

nyeri

sebelum

dikompres

Skala

nyeri

sesudah

dikompres

Kompres

Hangat

Perawat

Page 6: dokumen-15-50

3.3 Hipotesis

Ha:a. Adanya gambaran karakteristik

responden (umur, pendidikan, jenis

kelamin, pekerjaan)

b. Adanya skala nyeri pada lansia yang

mengalami nyeri rematik sebelum

mendapat terapi kompres hangat.

c. Adanya skala nyeri pada lansia yang

mengalami nyeri rematik sesudah

mendapat terapi kompres hangat.

d. Adanya perbedaan skala nyeri lansia

yang mengalami nyeri rematik

sebelum dan sesudah mendapat

kompres hangat.

4. METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah pre-

eksperimental dengan rancangan pre and post

test only design. Penelitian ini memberikan

intervensi kepada responden yang akan

dilakukan tindakan perlakuan dan

membandingkan sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi.

Peneliti memberikan intervensi kepada

kelompok yang akan dilakukan tindakan

kompres hangat. Perlakuan dan

membandingkan sebelum dan sesudah

dilakukan tindakan kompres hangat.

Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai

berikut:

x

Q1 Q2

Keterangan :

Q1 :Sebelum dilakukan tindakan

kompres hangat

Q2 : Setelah dilakukan tindakan kompres

hangat

x : Tindakan kompres hangat

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh lansia yang mengalami nyeri rematik

di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai

Palembang tahun 2012. Dari 65 orang lansia

terdapat 32 orang lansia yang mengalami nyeri

rematik, terdiri dari 12 responden perempuan

dan 8 responden laki-laki dengan kisaran umur

mulai dari 60 tahun sampai 80 tahun.

4.2.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah

lansia dengan nyeri rematik di Panti Sosial

Tresna Werdha Teratai Palembang yang

ditetapkan secara non probability sampling

(purposive sampling) yaitu suatu pengambilan

sampel didasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,

berdasarkan ciri-ciri atau kriteria inklusi yang

telah ditetapkan (Notoatmodjo, 2002). Sampel

pada penelitian adalah 20 responden.

4.2.3 Kriteria

Sampel pada penelitian ini adalah

seluruh lansia rematik yang memenuhi kriteria

inklusi sebagai berikut:

a. Meliputi usia lansia yakni 60 tahun

keatas (Nugroho, 2008)

b. Bersedia untuk dijadikan responden

c. Lansia rematik yang mengalami nyeri

rematik

4.3 Tempat Penelitian

Tempat penelitian di Panti Sosial Tresna

Werdha Teratai Palembang tahun 2012.

4.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal

04 Mei 2012 s/d 22 Mei 2012.

4.5 Etika Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian responden

akan menandatangani format persetujuan

sebagai responden dalam penelitian ini, hal ini

dilakukan sebelum peneliti menyerahkan

kuesioner.

4.6 Pengukuran Dan Pengamatan

Variabel

Pengukuran dan pengamatan variabel

dilakukan dengan cara penilaian dengan

menggunakan pertanyaan dari kuesioner

tentang skala nyeri rematik sebelum dilakukan

kompres hangat, dan setelah dilakukan

kompres hangat.

4.7 Teknik Analisa Data

Page 7: dokumen-15-50

4.7.1 Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan dengan

analisis distribusi frekuensi dan hasil statistik

deskriptif dari variabel yang diteliti meliputi

mean, median, standart deviasi, nilai minimal

dan maksimal. Pada penelitian ini analisa

univariat dilakukan meliputi variabel

independen skala nyeri sebelum dan sesudah

dilakukan terapi kompres hangat

4.7.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk

melihat perbedaan antara sebelum dan sesudah

mendapatkan perlakuan, analisis bivariat

dilakukan dengan cara : Uji T Dependen.

Uji dilakukan untuk mengidentifikasi

hubungan variabel bebas dan varibel terikat.

Untuk membedakan nyeri rematik sebelum

dilakukan terapi kompres hangat dengan

setelah dilakukan terapi kompres hangat. Uji

statistik menggunakan uji T dependent dengan

tingkat kemaknaan 95% (α 0,05).

5. HASIL PENELITIAN

5.1 Analisis Univariat

a. Tingkat Nyeri Rematik Sebelum

Dilakukan Kompres Hangat

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri

Rematik Sebelum Dilakukan Kompres

Hangat di Panti Sosial Tresna Werdha

Teratai Palembang Tahun 2012

Variabel

Mean

SD

Hasil

Ukur

Skala

Nyeri

95%

CI

Nyeri

Sebelum

2.45 0.510 2-3 2.21-

2.69

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat

bahwa distribusi frekuensi tingkat nyeri

rematik sebelum dilakukan kompres hangat

didapatkan nilai rata-rata 2.45, diyakini pada

(95% CI : 2.21 – 2.69) dengan standar deviasi

0.510, nyeri rematik sebelum dilakukan

kompres hangat didapat hasil ukur skala nyeri

paling tinggi adalah 3 dan paling rendah

adalah 2.

b. Tingkat Nyeri Rematik Sesudah

Dilakukan Kompres Hangat

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri

Rematik Sesudah Dilakukan Kompres

Hangat di Panti Sosial Tresna Werdha

Teratai Palembang Tahun 2012

Page 8: dokumen-15-50

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat

bahwa distribusi frekuensi tingkat nyeri

sesudah dilakukan kompres hangat didapatkan

nilai rata-rata 0.20, diyakini pada (95% CI :

0.01-0.39) dengan standar deviasi 0.410, nyeri

rematik sebelum dilakukan kompres hangat

didapat hasil ukur skala nyeri paling tinggi

adalah 1 dan paling rendah adalah 0.

c. Umur Responden dengan rematik yang

mendapat tindakan kompres hangat

Tabel 5.3

Distribusi Umur Responden Dengan

Rematik Yang Mendapat Tindakan

Kompres Hangat di Panti Sosial Tresna

Werdha Teratai Palembang

Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat

distribusi umur responden yang mendapatkan

tindakan kompres hangat menunjukkan bahwa

kisaran umur responden yang paling tinggi

adalah umur 60-70 tahun (80%).

d. Jenis kelamin responden dengan rematik

yang mendapatkan tindakan kompres

hangat

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Responden Dengan Rematik Yang

Mendapatkan Tindakan Kompres Hangat

di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai

Palembang Tahun 2012

Variabel Frekuensi Persentase

(%)

Jenis

Kelamin

Perempuan

Laki-laki

12

8

60

40

N 20 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat

bahwa responden terbanyak ialah perempuan

sebanyak 12 responden (60%).

e. Pendidikan responden dengan rematik

yang mendapat tindakan kompres hangat

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden

Dengan Rematik Yang Mendapatkan

Tindakan Kompres Hangat di Panti Sosial

Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun

2012

Variabel Frekuensi Persentase

(%)

Pendidikan

Tidak

Sekolah

Pendidikan

Rendah

13

7

65

35

N 20 100

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat

bahwa tingkat pendidikan responden

terbanyak ialah tidak sekolah sebanyak 13

responden (65%)

Variabel

Mean SD

Hasil

Ukur

Skala

Nyeri

95%

CI

Nyeri

Sesudah

0.20 0.410 0-1 0.01-

0.39

Variabel Frekuensi Persentase

(%)

Umur

(dalam

tahun)

60-70

71-80

16

4

80

20

N 20 100

Page 9: dokumen-15-50

f. Pekerjaan responden dengan rematik

yang mendapat tindakan kompres hangat

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden

Dengan Rematik Yang Mandapat Tindakan

Kompres Hangat di Panti Sosial Tresna

Werdha Teratai Palembang Tahun 2012

Variabel Frekuensi Persentase

(%)

Pekerjaan

Tidak Bekerja

Bekerja

17

3

85

15

N 20 100

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat

bahwa gambaran status pekerjaan resopnden

diketahui banyak yang tidak bekerja yakni

sebanyak 17 responden (85%).

5.2 Analisis Bivariat Variabel Penelitian

Analisis bivariat dilakukan untuk

melihat perbedaan antara sebelum dan sesudah

dilakukan kompres hangat.

UJI T Dependen

Perbedaan tingkat nyeri pada Lansia

dengan rematik sebelum dan sesudah dilkukan

kompres hangat:

Tabel 5.7

Perbedaan rata-rata antara variabel nyeri

rematik sebelum dan sesudah dilakukan

kompres hangat dipanti sosial tresna

werdha teratai palembang

Tahun 2012

Dari hasil uji statistik T dependen

didapatkan mean tingkat nyeri rematik

sebelum dilakukan kompres hangat adalah

2.45, dengan standar deviasi 0.510. Pada saat

sesudah dilakukan kompres hangat tingkat

nyeri rematik didapatkan mean 0.20 dengan

standar deviasi 0.410. Maka dapat dilihat

perbedaan nilai mean antara sebelum dan

sesudah dilakukan kompres hangat adalah

2.250 dengan standar deviasi 0.550. Dan dari

uji statistik T dependen didapatkan nilai p

value 0.000 maka dapat disimpulkan ada

perbedaan yang signifikan antara tingkat nyeri

pada lansia yang mengalami rematik sebelum

dilakukan kompres hangat degan tingkat nyeri

rematik sesudah dilakukan kompres hangat.

6. PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari banyaknya

keterbatasan yang dialami selama penelitian

dilaksanakan, sehingga dapat mempengaruhi

hasil penelitian ini. Adapun keterbatasan yang

peneliti alami, yaitu:

a. Sampel penelitian ini adalah 32

responden, tapi pada penelitian

dilapangan hanya 20 responden yang

memenuhi kriteria inklusi. 12 responden

lainnnya tidak memenuhi kriterian

inklusi yang telah detetapkan,

diantaranya tidak bersedia menjadi

responden dan umur < 60 tahun.

b. Karena jam penelitian ditentukan oleh

pihak Panti Sosial Tresna Werdha

Teratai Palembang sehingga waktu yang

diharapkan tidak bisa dilakukan.

Tingkat

Nyeri

Rematik

Mea

n SD SE

Sig

(2-

tailed)

N

Sebelum

dilakukan

kompres

hangat

2.4

5

0.51

0

0.11

4

0.00

0

20

Sesudah

dilakukan

kompres

hangat

0.2

0

0.41

0

0.09

2

Page 10: dokumen-15-50

c. Alat ukur yang digunakan adalah

kuesioner skala nyeri FPRS yang

pengukuran nyerinya mengobservasi

ekspresi wajah. Pada penelitian ini yang

diteliti adalah para lansia yang ekspresi

wajahnya lebih sulit untuk diobservasi..

6.2 Analisis Hasil Penelitian

6.2.1 Tingkat Nyeri Rematik Pada

Pengukuran Sebelum Dilakukan Kompres

Hangat

Berdasarkan hasil analisa pada

penelitian yang telah dilakukan dari 20

responden menunjukkan bahwa skala nyeri

rematik sebelum dilakukan kompres hangat

ialah lebih menyakitkan sebanyak 11

responden (55%), dan lebih menyakitkan lagi

sebanyak 9 responden (45%).

Berdasarkan penelitian diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa gejala yang sering

muncul pada penyakit rematik adalah nyeri

dengan skala lebih menyakitkan lagi dengan

ciri-ciri responden malas berkomunikasi

walaupun hanya sekedar menjawab

pertanyaan, ekpresi nyeri dengan meringis

tampak jelas sambil dahi bekerut keras,

responden terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon teerhadap tindakan,

dapat menunjukkan lokasi nyeri dan tidak

dapat mendeskripsikannya.

6.2.2 Tingkat Nyeri Rematik Pada

Pengukuran Sesudah Dilakukan Kompres

Hangat

Berdasarkan hasil analisa pada penelitian

yang telah dilakukan dari 20 responden

menunjukkan bahwa skala nyeri rematik

sesudah dilakukan kompres hangat ialah tidak

menyakitkan sebanyak 16 responden (80%),

dan sedikit menyakitkan sebanyak 4 responden

(20%).

Dari penelitian dapat dilihat bahwa pada

pengukuran tingkat nyeri sesudah dilakukan

kompres hangat mengalami penurunan,

sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan

kompres hangat yang dilakukan dapat

menurunkan tingkat nyeri pada rematik.

6.2.3Perbedaan Tingkat Nyeri Rematik

Pada Lansia Sebelum Dan Sesudah

Dilakukan Kompres Hangat

Berdasarkan hasil analisis bivariat

didapatkan nilai rata-rata tingkat nyeri rematik

sebelum dilakukan kompres hangat adalah

2.45, dengan standar deviasi 0.510, sedangkan

tingkat nyeri rematik sesudah dilakukan

kompres hangat didapat nilai rata-rata lebih

rendah yaitu 0.20, dengan standar deviasi

0.410. Berdasarkan uji statistik T test

dependen didapatkan nilai signifikan 0.000 (ρ

< 0.05), maka dapat disimpulkan ada

perbedaan yang signifikan antara pengukuran

tingkat nyeri sebelum dilakukan kompres

hangat dengan pengukuran tingkat nyeri

sesudah dilakukan kompres hangat.

Berdasarkan hasil penelitian peneliti

berpendapat bahwa pada pengukuran sebelum

dan sesudah dilakukan tindakan kompres

hangat pada tingkat nyeri mengalami

penurunan, dimana diperoleh tingkat nyeri dari

lebih menyakitkan lagi menjadi tidak

menyakitkan, dengan sikap responden sebelum

dilakukan kompres hangat yang malas

berkomunikasi walaupun hanya sekedar

menjawab pertanyaan, ekpresi nyeri dengan

meringis tampak jelas sambil dahi berkerut

keras, responden terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap

tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri dan

tidak dapat mendeskripsikannya, sedangkan

skala nyeri tidak menyakitkan sesudah

dilakukan kompres hangat dengan sikap

responden yang masih mampu berkomunikasi

aktif, tersenym, bercanda, dan ceria.

`

7. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan

pada bab sebelumnya, maka dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

a. Karakteristik responden rematik diketahui

yang tidak sekolah yaitu 35% dan

berpendidikan rendah yaitu 65%, yang tidak

bekerja lebih banyak dibandingkan dengan

yang bekerja yaitu 85%, dan umur responden

semua ≥ 60 tahun, serta karakteristik jenis

kelamin laki-laki 40% dan perempuan 60%.

Page 11: dokumen-15-50

b. Tingkat nyeri rematik pada lansia sebelum

dilakukan kompres hangat sebanyak 20

responden dengan nilai rata-rata 2.45, yaitu

nyeri lebih menyakitkan dengan skala nyeri 2

sebanyak 11 responden (55%) kemudian nyeri

lebih menyakitkan lagi dengan skala nyeri 3

sebanyak 9 responden (45%).

c. Tingkat nyeri rematik pada lansia sesudah

dilakukan kompres hangat sebanyak 20

responden dengan nilai rata-rata 0.20, yaitu

tidak nyeri dengan skala nyeri 0 sebanyak 16

responden (80%) kemudian nyeri sedikit

menyakitkan dengan skala nyeri 2 sebanyak 4

responden (20%).

d. Berdasarkan uji statistik menunjukkan (ρ

value = 0.000, α = 0.05), maka didapatkan ada

perbedaan yang signifikan antara pengukran

tingkat nyeri sebelum dilakukan kompres

hangat dengan pengukuran nyeri sesudah

dilakukan kompres hangat. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tindakan kompres hangat

yang dilakukan sesuai dengan aturan dapat

menurunkan tingkat nyeri pada lansia yang

mengalami nyeri rematik.

7.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan

peneliti terkait dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

7.2.1 Bagi Panti Sosial Tresna Werdha

Teratai

a. Diharapkan untuk para lansia agar dapat

menggunakan tindakan kompres hangat

sebagai pengobatan non farmakologi untuk

mengatasi nyeri rematik sesuai dengan cara

yang telah diajarkan secara mandiri.

b. Diharapkan kepada pihak panti untuk dapat

memberikan penyuluhan tentang tindakan non

farmakologi terutama kompres hangat kepada

para lansia yang ada dipanti yang belum

mengtahui manfaat dan cara yang tepat

memberikan kompres hangat pada area yang

dirasakan nyeri.

7.2.3 Bagi Peniliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melakukan

penelitian lebih lanjut tentang tindakan

kompres hangat sebagai upaya pencegahan

dan pengobatan nyeri rematik dengan

menggunakan rancangan penelitian yang

berbeda, cakupan responden yang lebih luas,

dan lokasi penelitian yang berbeda, serta

media pengompresan yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002

Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. EGC. Jakarta

Bustan, M.N. 2007

Penyakit Tidak Menular. Edisi revisi.

Rineka Cipta. Jakarta

Corwin, Elizabeth J. 2009

Patofisiologi: buku saku. EGC. Jakarta

Darmojo, R.B & Martono, H.H. 2006

Geriatri. Edisi ke-3. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta

Davies, K. 2007

Nyeri Tulang dan Otot.Erlangga.

Handoyo, D. 2008

Pengaruh Pemberian Kompres Hangat

Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Pasca

Bedah Sesar Dengan Spinal Anesthesia Di

Rumah Sakit Pku Muhammadiyah

Surakarta.

(online)(http://www.google.com)

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008

Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.

Salemba Medika. Jakarta

Hidayat, A. Aziz Alimul . 2008

Riset Keperawatan dan Tekinik Penulisan

Ilmiah. Salemba Medika. Jakarta

. 2009

Metode Penelitian Keperawatan dan

Teknik Analisis Data. Salemba Medika.

Jakarta

Lukman & Ningsih, N. 2009

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Sistem Muskuloskletal. Salemba

Medika. Jakarta

Mahmud, M.H. 2007

Page 12: dokumen-15-50

Terapi Air. QultumMedia. Jakarta

Narastri, 2006

Pengaruh Kompres Jahe Hangat Terhadap

Intensitas Nyeri Rematik di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta.

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta. (Online)(isjd.pdii.lipi.go.id,

diakses 4 juni 2012)

Notoatmojo, S. 2002

Metode Penelitian Kesehatan. Edisi revisi.

Rineka Cipta. Jakarta

Nugroho,W. 2008

Keperawatan Gerontik & Geriatrik. EGC.

Jakarta

Nursalam. 2003

Konsep & Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba

Medika. Jakarta

Nursalam. 2008

Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba

Medika. Jakarta

Poltekkes Kemenkes Maluku. 2011

Penuntun Keterampilan Kritis II untuk

Mahasiswa D-3 Keperawatan. Salemba

Medika. Jakarta

Potter, Patricia A.2005

Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses, dan Praktik. EGC. Jakarta

Purwoastuti,E. 2009

Waspadai Gangguan Rematik. Kanisius.

Yogyakarta

Prasetyo, Sigit Nian. 2010

Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.

Graha Ilmu. Yogyakarta

Price, Sylvia A. 2006

Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. EGC. Jakarta

Rahma,O. 2010

Hubungan Sikap Caring Perawat

Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga

Pasien Kritis di Instalasi Rawat Intensif

(ICU) RSMH Palembang Tahun 2010.

Program Studi Ilmu Keperawatan STIK

Bina Husada.

Sari, P.S. 2011

Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam

Untuk Mengurangi Nyeri Dismenore Pada

Remaja Putri di SMA Muhamadiyah2

Palembang. Program Studi Ilmu

Keperawatan STIK Bina Husada.

Smeltzer, Suzanne C. 2002

Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. EGC. Jakarta

Takasihaeng, Jan. 2002

Hidup Sehat di Usia Lanjut. Kompas

Medika Nusantara. Jakarta

Wisdanora, A. 2010

Pengaruh Kompres Dingin Kirbat Es

terhadap Intensitas Nyeri Reumatoid

Arthritis. Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: dokumen-15-50

Lampiran SPSS

Kode

Responden

Umur Pendidikan

Terakhir

Jenis

Kelamin

Pekerjaan Nyeri

sebelum

dilakukan

kompres

hangat

Nyeri

sesudah

dilakukan

kompres

hangat

1 68 2 2 2 3 0

2 63 2 1 2 2 0

3 67 2 2 2 3 1

4 70 2 1 2 2 0

5 60 1 1 1 2 0

6 60 2 2 2 3 0

7 68 2 2 2 3 0

8 80 1 2 2 2 0

9 65 2 2 2 3 0

10 65 2 1 2 2 0

11 71 2 2 1 2 0

12 70 1 2 2 3 1

13 60 1 2 2 2 0

14 74 2 1 2 2 0

15 76 2 1 2 2 0

16 70 1 1 1 2 1

17 60 1 2 2 3 0

18 68 2 2 2 3 1

19 65 1 2 2 3 0

20 65 2 1 2 2 0

Page 14: dokumen-15-50

UJI T DEPENDENT

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error

Mean

Pair 1 Nyeri sebelum

dilakukan kompres

hangat

2.45 20 .510 .114

Nyeri sesudah dilakukan

kompres hangat

.20 20 .410 .092

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Nyeri sebelum dilakukan

kompres hangat & nyeri

sesudah dilakukan kompres

hangat

20 .302 .196

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed) Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Nyeri sebelum

dilakukan kompres

hangat – nyeri

sesudah dilakukan

kompres hangat

2.250 .550 .123 1.993 2.507 18.291 19 .000

Page 15: dokumen-15-50

UNIVARIAT

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Nyeri sebelum

dilakukan

kompres hangat

20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

nyeri sebelum

dilakukan

kompres

hangat

Mean 2.45 .114

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound 2.21

Upper Bound 2.69

5% Trimmed Mean 2.44

Median 2.00

Variance .261

Std. Deviation .510

Minimum 2

Maximum 3

Range 1

Interquartile Range 1

Skewness .218 .512

Kurtosis -2.183 .992

Page 16: dokumen-15-50

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Nyeri sesudah

dilakukan

kompres hangat

20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Nyeri sesudah

dilakukan

kompres

hangat

Mean .20 .092

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound .01

Upper Bound .39

5% Trimmed Mean .17

Median .00

Variance .168

Std. Deviation .410

Minimum 0

Maximum 1

Range 1

Interquartile Range 0

Skewness 1.624 .512

Kurtosis .699 .992