dokter panggilan

11
Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinyu, menutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi keterampilan dan keilmuan yang mapan. Pelayanan Dokter Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di tingkat primer, dokter Spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama dibawah naungan peraturan dan perundangan. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya. Tugas Dokter Keluarga: 1) Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan, 2) Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat, 3) Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit, 4) Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya, 5) Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi, 6) Menangani penyakit akut dan kronik, 7) Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS, 8) Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS, 9) Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan, 10) Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya, 11) Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien, 12) Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar, 13) Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus. Wewenang Dokter Keluarga: 1) Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar, 2) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, 3) Melaksanakan tindak pencegahan penyakit, 4) Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer, 5) Mengatasi

Upload: hana-fachir

Post on 04-Jul-2015

298 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: dokter panggilan

Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinyu, menutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi keterampilan dan keilmuan yang mapan. Pelayanan Dokter Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di tingkat primer, dokter Spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama dibawah naungan peraturan dan perundangan. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.

Tugas Dokter Keluarga:1) Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan, 2) Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat, 3) Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit, 4) Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya, 5) Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi, 6) Menangani penyakit akut dan kronik, 7) Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS, 8) Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS, 9) Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan, 10) Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya, 11) Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien, 12) Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar, 13) Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

Wewenang Dokter Keluarga:1) Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar, 2) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, 3) Melaksanakan tindak pencegahan penyakit, 4) Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer, 5) Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal, 6) Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer, 7) Melakukan perawatan sementara, 8) Menerbitkan surat keterangan medis, 9) Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap, 10) Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.

Kompetensi Dokter Keluarga:

Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu dilatihkan melalui program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar. Rincian memgenai kompetensi ini, yang dijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan, akan tercantum dibawah judul setiap modul pelatihan yang terpisah dalam berkas tersendiri karena akan lebih sering disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.

Page 2: dokter panggilan

a) Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga, b) Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluarga, c) Menguasai ketrampilan berkomunikasi,

menyelenggarakan hubungan profesional dokter- pasien untuk :

(a) Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga, (b) Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga, (c) Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.

A. Memiliki keterampilan manajemen pelayanan kliniks.

a) Dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan memperhitungkan potensi yang dimiliki pengguna jasa pelayanan untuk menyelesaikan. masalahnya, b) Menyelenggarakan pelayan kedokteran keluarga yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan.

B. Memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spritual.

C. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang pengelolaan pelayanan kesehatan termasuk sistem pembiayaan (Asuransi Kesehatan/JPKM).

Klinik dokter Keluarga ( KDK )a) Merupakan klinik yang menyelenggarakan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK), b) Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum. (terletak di tempat strategis), c) Mempunyai bangunan yang memadai, d) Dilengkapi dengan saraba komunikasi, e) Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK, f) Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus perlatihan khusus pembantu KDK, g) Dapat berbentuk praktek mandiri (solo) atau berkelompok. h) Mempunyai izin yang berorientasi wilayah, i) Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu, dan berkesinambungan, j) Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur, k) Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik ybs.

Sistem Pelayanan Dokter Keluarga ( SPDK )Untuk menunjang tugas dan wewenang nya diperlukan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga yang terdiri atas komponen :

a) Dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan primer di klinik Dokter Keluarga (KDK), b) Dokter Spesialis yang menyelenggarakan pelayanan sekunder di klinik Dokter Spesialis (KDSp), c) Rumah sakit rujukan, d) Asuransi kesehatan/ Sistem Pembiayaan, e) Seperangkat peraturan penunjang.

Page 3: dokter panggilan

Dalam sistem ini kontak pertama pasien dengan dokter akan terjadi di KDK yang selanjutnya akan menentukan dan mengkoordinasikan keperluan pelayanan sekunder jika dipandang perlu sesuai dengan SOP standar yang disepakati. Pasca pelayanan sekunder, pasien segera dirujuk balik ke KDK untuk pemantauan lebih lanjut. Tata selenggarapelayanan seperti ini akan diperkuat oleh ketentuan yang diberlakukan dalam skema JPKM/asuransi.

Berikut ini akan saya beritahukan kedua hal tersebut berdasarkan UU RI No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. Pasal 50 menjelaskan tentang hak dokter dalam melaksanakan praktik kedokteran yaitu : 1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dgn standar profesi dan standar prosedur operasional 2. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional 3. Memperoleh informasi yg lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya 4. Menerima imbalan jasa Yg dimaksud dgn "standar profesi" adalah batasan kemampuan (pengetahuan,keahlian dan kode etik profesional) minimal yg harus dikuasai oleh seseorang agar dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri sesuai dgn yg dibuat oleh organisasi profesi. Yg dimaksud dgn "standar prosedur operasional" adalah suatu perangkat instruksi/langkah2 yg dibakukan utk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu.

Selain itu,berdasarkan kurikulum Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI tahun 2004,dokter juga mempunyai hak sebagai berikut : 1. Menolak bekerja di luar standar pelayanan medik 2. Menolak tindakan yg bertentangan dgn kode etik 3. Mengakhiri hubungan profesional dgn pasien 4. Menolak memberikan keterangan mengenai pasiennya 5. Mendapatkan kehidupan pribadi/privasi

Kewajiban dokter dalam melaksanakan praktik kedokteran diatur pada pasal 51 yang isinya : 1. Memberikan pelayanan medis sesuai dgn standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien 2. Merujuk pasien ke dokter lain yg mempunyai keahlian atau kemampuan yg lebih baik apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan 3. Merahasiakan segala sesuatu yg diketahuinya tentang pasien,bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia 4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,kecuali bila ia yakin ada orang lain yg bertugas dan mampu melakukannya 5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran

Selain itu,kewajiban dokter berdasarkan kurikulum FKUI 2004 disebutkan bahwa dokter wajib memberikan persetujuan tindakan medis (Informed Concent) kepada pasien ketika akan melakukan suatu tindakan. Pada pasal 52 disebutkan bahwa hak pasien dlm

Page 4: dokter panggilan

menerima pelayanan pada praktik kedokteran adalah : 1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dlm pasal 45 ayat 3 2. Meminta pendapat dokter lain 3. Mendapatkan pelayanan sesuai dgn kebutuhan medis 4. Menolak tindakan medis 5. Mendapatkan isi rekam medis

Pada pasal 45 ayat 3 dijelaskan bahwa tindakan medis mencakup : a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis b. Tujuan tindakan medis yg dilakukan c. Alternatif tindakan lain dan resikonya d. Resiko dan komplikasi yg mungkin terjadi e. Prognosis terhadap tindakan yg dilakukan

Berdasarkan kurikulum FKUI tahun 2004,pasien mempunyai hak2 sebagai berikut : 1. Hak utk memperoleh pelayanan tanpa dibedakan status sosekbud 2. Hak utk memutuskan secara bebas cara penanggulangan masalah yg dihadapi 3. Hak utk mendapatkan pelayanan yg aman dan efektif 4. Hak utk dijamin kerahasiaan informasi mengenai pasien bahkan dari keluargana sekalipun 5. Hak mendapatkan privasi dlm pelayanan (saat konseling dan pemeriksaan) 6. Hak mendapatkan pelayanan yg manusiawi (dihargai dan diperhatikan) 7. Hak mendapat kenyamanan dlm pelayanan 8. Hak mendapatkan jaminan ketersediaan sarana secara lengkap dan pelayanan berkesinambungan selama diperlukan 9. Hak utk menyatakan pendapat secara bebas

Pada pasal 53,pasien dalam menerima pelayanan pd praktik kedokteran berkewajiban : 1. Memberikan informasi yg lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya 2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter 3. Mematuhi ketentuan yg berlaku di sarana pelayanan kesehatan 4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yg diterima Berdasarkan kurikulum FKUI 2004,pasien wajib menyimpan rahasia pribadi dokter yg diketahuinya.

Tindakan medis,menurut pasal 45,adalah tindakan yg akan dilakukan oleh dokter terhadap pasien yg harus mendapat persetujuan dan diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap. Apabila pasien berada dlm keadaan tidak sadar maka persetujuan atau penolakan tindakan medis dpt diberikan pada keluarga terdekat (suami/istri,ayah/ibu kandung,anak2 kandung,saudara2 kandung) atau kepada yg mengantar. Dalam keadaan gawat darurat,utk menyelamatkan jiwa pasien tidak diperlukan persetujuan tetapi setelah pasien sadar atau dalam kondisi yg sudah memungkinkan,segera diberikan penjelasan dan dibuat persetujuan. Persetujuan dpt diberikan baik secara tertulis maupun lisan. Setiap tindakan kedokteran yg beresiko tinggi harus diberikan persetujuan tertulis yg ditandatangani oleh yg berhak memberikan persetujuan.

Page 5: dokter panggilan

Masyarakat harus mengetahui bahwa dalam prosedur medis ada 2 macam kejadian yaitu yg dapat diperkirakan sebelumnya dan tidak dapat diperkirakan. Bila dapat diprediksi sebelumnya maka dokter bisa dimintai pertanggungjawaban. Sangat tidak rasional jika dokter bertanggung jawab pada kejadian yg tidak dapat diprediksi karena dokter hanyalah manusia biasa. Penyebab kejadian tersebut bisa saja karena pasien tidak mematuhi instruksi dokter,pasien terlambat dibawa ke dokter, atau adanya alergi yg tidak diketahui sebelumnya. Dokter dianggap salah diagnosis dan harus bertanggung jawab bila : * dokter tidak memahami secara teoritis/konseptual tentang mekanisme terjadinya penyakit dan perjalanan penyakitnya sehingga dokter keliru menginterpretasikan segala informasi yg didapatkan dari hasil pemeriksaan * dokter tidak melengkapi dirinya dgn informasi cukup tentang keadaan penyakit pasien,baik dari pemeriksaan fisik,laboratorium maupun penunjang lain yg diperlukan.

Dalam istilah hukum medik tidak dikenal istilah malpraktik,yg ada kelalaian berat atau ringan. Dari sudut pandang hukum medik,sebuah dugaan malpraktek harus memenuhi 5 unsur yaitu kelalaian,kurang teliti,ketidakmampuan,kesengajaan,dan kerugian. Penyebab utama malpraktek adalah kesenjangan persepsi antara dokter dan pasien. Hal ini terjadi bisa karena dokter yg kurang bisa menerangkan keadaan penyakit pasien atau pasien yg punya pikiran sendiri tentang penyakitnya sehingga terjadilah sengketa medik. Beberapa hal yg menyebabkan perbedaan persepsi yaitu : * pandangan masyarakat yg keliru tentang peran dokter dalam konteks hubungan dokter-pasien * kurangnya pengetahuan mengenai bagaimana dokter berpikir dan bekerja ketika mendiagnosis dan memberikan pengobatan * kendala komunikasi antara dokter dan pasien * kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hak sebagai pasien

Yg harus disiapkan dokter agar tidak terkena isu malpraktek dan menghindari kesenjangan persepsi yaitu : * mengikuti standar kompetensi,jika bukan standarnya tidak boleh kecuali di suatu tempat tidak ada ahlinya * membina komunikasi yg baik antara dokter dgn pasien * bekerja secara hati2 dan mengikuti semua standar prosedur yg berlaku * memberikan penjelasan yg baik dgn bahasa yg dapat dimengerti pasien * memberikan semua alternatif serta resiko setiap tindakan medis yg dapat dipilih pasien

Hubungan dokter-pasien bukanlah hubungan bisnis tetapi kontrak teraupetik. Pasien datang membagi keterangan pribadi dan mempercayakan pengobatan penyakitnya pada dokter. Kepercayaan pasien terhadap dokter merupakan unsur utama kesembuhan pasien. Pasien yg percaya pada dokter akan menceritakan semua sakit yg dirasakan sehingga dokter juga dapat dgn leluasa menginformasikan penyakit yg diderita pasien dan menyampaikan pengobatan yg harus dilakukan disertai dgn kemungkinan efek samping atau kegagalan pengobatan. Pasien pun mendapatkan semua informasi yg perlu diketahui,perawatan yg diperlukan,dan perkiraan kemungkinan yg terjadi. Seorang dokter harus mendengarkan keluhan,menggali informasi dan menghormati pandangan serta kepercayaan pasien yg berkaitan dgn keluhannya,memberikan informasi yg diminta atau

Page 6: dokter panggilan

diperlukan tentang kondisi,diagnosis,terapi dan prognosis pasien serta rencana perawatannya dgn cara yg bijak dan bahasa yg dimengerti pasien dan keluarga. Selain itu pasien juga harus diberitahukan tentang tujuan pengobatan,pilihan obat,cara pemberian dan pengaturan dosis,efek samping obat. Dokter hanya boleh menyampaikan informasi tentang tindakan kedokteran yg dilakukan terhadap pasien kepada keluarga setelah mendapatkan persetujuan dari pasien.

Tahapan dalam pelayanan kesehatanSebenarnya atau idealnya, ada tiga tahap pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat. Sayangnya hal ini tidak pernah dimasyarakatkan secara proporsional apalagi secara gencar dan terus-menerus baik oleh Departemen Kesehatan maupun oleh organisasi profesi (IDI), segencar yang dilakukan untuk program KB. Akibatnya, setiap anggota masyarakat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan keinginan, kemampuan finansial, atau keterbatasan pengetahuannya, kalau tidak mau disebut ketidaktahuannya. Dalam skala besar, keadaan ini akan memboroskan biaya kesehatan dan merugikan masyarakat.

Ketiga tahap pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:1. Pelayanan Tingkat Primer. Pelayanan di sini diselenggarakan oleh Dokter Praktik Umum (DPU) atau yang selama ini dikenal dengan sebutan Dokter Umum. Tahap ini disebut tahap awal atau kontak pertama pasien dengan dokter yang biasanya bertempat di Klinik Pribadi, Klinik Dokter Bersama, Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Perusahaan, atau Poliklinik Umum di rumah sakit, dsb. Setiap pasien semestinya harus ke DPU dulu untuk semua masalah kesehatan yang dihadapinya. Perkecualian tentu saja ada misalnya untuk kasus kedaruratan yang parah, pasien bisa langsung ke unit gawat darurat terdekat di manapun. Walaupun demikian kasus kedaruratan pun dapat ditangani pada tahap awal di Klinik DK agar dipersiapkan untuk transportasi yang aman ke unit gawat darurat di RS.

2. Pelayanan Tingkat Sekunder. Jika diangap perlu, pasien akan dirujuk ke Pelayanan Tingkat Sekunder. Untuk itu DPU akan menulis surat konsultasi atau rujukan yang menjelaskan masalah medis dan kendala yang dihadapi pada pasien ybs. Di sini pasien akan dilayani oleh Dokter Spesialis (DSp) yang sebagian besar praktik di rumah sakit, sebagian yang lain di Klinik Spesialis atau Klinik Pribadi. Jika masalah kesehatan yang sulit telah diselesaikan pasien akan dikirim balik ke DPU yang mengirimnya dengan bekal surat rujuk balik yang berisi ajuran kelanjutan pengobatannya.

3. Pelayanan Tingkat Tersier. Jika masalahnya juga tidak dapat atau tidak mungkin diselesaikan oleh DSp di tingkat sekunder maka pasien ybs akan dikirim ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu pelayanan Tingkat Tersier (top referral). Di sini pasien akan dilayani oleh para dokter superspesialis atau Spesialis Konsultan (DSpK) yang biasanya bertempat di Rumah Sakit Pendidikan atau rumah sakit besar yang mempunyai berbagai pusat riset yang mapan. Rujuk balik pun tetap berlaku di sini dan bukan tidak mungkin berisi ajuran untuk kembali ke DPU-nya jika masalah telah diatasi. Jika masalahnya tidak mungkin dapat diatasi lagi (stadium terminal), sehingga diputuskan untuk dilanjutkan dengan

Page 7: dokter panggilan

perawatan di rumah agar dekat dgn keluarganya, maka yang terakhir ini pun menjadi tugas DPU.

Dari uraian di atas tampak bahwa setiap pasien sebaiknya memilih Dokter Praktik Umum yang sesuai dengan keinginannya, yang akan memberikan pelayanan primer atau merujuknya ke pelayanan sekunder yang sesuai jika diperlukan. Sepintas, secara individual, tata langkah pentahapan ini sepertinya “birokratis” atau memperpanjang proses dan bukan tidak mungkin menambah biaya. Akan tetapi dalam skala besar cara inilah yang paling efektif dan efisien. Disebut efektif karena setiap pasien akan memperoleh pelayanan yang sesuai dengan keperluan dan kemampuannya. Disebut efisien karena sebenarnya yang memerlukan pelayanan spesialistis hanyalah 15-20% dari seluruh pasien yang datang ke tempat pelayanan primer. Selebihnya, yang 80-85% sebenarnya dapat diselesaikan masalahnya di tingkat primer oleh DPU.

Dokter keluargaPada dasarnya Dokter Keluarga adalah dokter penyelenggara pelayanan primer yang berprofesi sebagai Dokter Praktik Umum. Di beberapa negara, misalnya Inggeris dan negara-negara persemakmurannya dokter penyelenggara pelayanan primer ini tetap disebut Dokter Praktik Umum (General Practitioner). Di sejumlah negara lainnya disebut Dokter Keluarga (DK) atau “Family Physician” (mis. USA, Filipina, dsb) atau “Family Doctor” (sebagian Negara Eropa ). Oleh karena itu organisasi profesinya di tingkat dunia pun disebut Organisasi DPU dan DK sedunia yang disingkat WONCA. Kepajangan WONCA yang sebenarnya adalah “World Organization of National Colleges, Academies and Academic Association of Gerenal Practice/Family Physicians”, yang secara singkat disebut juga sebagai “World Organization of General Practitioners/Family Doctors”, tetapi akronimnya tidak diubah.

Di Indonesia DPU tidak kurang dari 40.000 orang dan ada beberapa orang di antaranya memperoleh gelar keprofesian sebagai DK di luar negeri. Wadah organisasinya adalah KDKI (Kolese Dokter Keluarga Indonesia) yang sampai sekarang masih merupakan perhimpunan dokter seminat sebagai Badan Kelengkapan IDI. Hampir semua anggota KDKI adalah DPU, beberapa orang DK lulusan luar negeri dan beberapa orang lainnya DSp. Sebagian anggotanya telah mendapat penataran kedokteran keluarga dan sebagian besar lainnya belum. Anggotanya memang beragam karena masih berstatus Perhimpunan Dokter Seminat, namun demikian KDKI telah menjadi anggota ‘WONCA World’, dan telah melaksanakan kongresnya setiap tiga tahun. Kongres yang ke-6 akan digelar di Surabaya pada tgl. 9-10 Agustus 2003 yad. Dalam uraian selanjutnya Dokter Keluarga akan ditulis DK agar lebih efisien