doko dokona passompe'e
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
1/21
DOKO-DOKONA PASOMPE'E
Karya DR. B. F. Matthes, Boeginesche Chrestomathic , I,P.L-27 dalam Rahim
(1985;207-227) di sadur oleh : Ir. H. Abdu Samad H. A. Umar, M.Si.
Ceritera ini merupakan ceritera rakyat (Legenda) yang mempunyai banyak
peristiwa yang luar biasa.
Substansinya ada pada Nilai-nilai Utama Kebudayaan Bugis, dan sangat berguna
pada saat ini dimana budaya sipakatau atau sipakalebbi sudah mengalami
pergeseran dalam alam demokrasi lokal. Baik itu masyarakat lokal maupun bagi
pasompe (Pengembaraan Orang Bugis) yang senantiasa rindu kampung
halamannya, maupun pernah mendengar ceritera masa lampau oleh orang tua
kita dahulu hingga dibawa ke perantauan. Hal ini merupakan ceritera tersendiri di
kalangan pasompe , membuat rindu kampung halaman, sanak saudara dan Wari'
(asal usul), memperpanjang usia ( lamperi sunge ) karena mengembang biakkan
manusia ( Pabbija Tau ) dan Merindangkan Pepohonan ( Palorong Welareng ) ditanah seberang di mulai dari Cina, Malaysia, Singapura, Kamboja, Philipina, dan
Australia (Hamid;2004). Bahkan sampai ke Johor, Selangor, Trenggano, dan
Pahang. Begitu pula La Maddukelleng dalam pengembaraannya menaklukkan
Kesultanan Pasir tahun 1726, kemudian merebut Kutai, Pangatan, Banjarmasin
dan daerah sekitarnya. Disebutkan bahwa La Maddukelleng kawin dengan anak
Sultan Pasir yang bernama Andeng Ajeng. Setelah Sultan Sepuh Alamsyah
(Sultan Pasir 14, Ayahanda Andeng Ajeng) wafat, istri La Maddukelleng
dicalonkan menjadi Ratu Pasir, Namun sebagian orang-orang pasir menolak
pencalonan tersebut. Akibat dari penolakan itu, pasukan La Maddukelleng
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
2/21
menyerang dan menaklukkan Pasir. Hasil penaklukan tersebut La Maddukelleng
naik tahta menjadi Sultan Pasir ke 15, selain itu beliau juga bergelar Arung
Peneki, Arung Singkang, Arung Matoa Wajo ke XXXI (Maulana;2003.(
La Maddukelleng Daeng Simpuang adalah keturunan ke-6 dari La
Tadampare Puang Ri Maggalatung Arung Matowa Wajo ke IV dengan We Pageri
Arung Cabalu, Latadampare adalah anak dari La Tompi Wanua Arung Sailong
dengan We Tenri Lewi (Saudara La Tenri Ampa Arung Palakka) dan
Lamaddukelleng adalah cucu dari Arung Menge Ranreng Talottenreng. Sesuai
dengan hukum adat ketatanegaraan Kerajaan Wajo, Arung Matowa Wajo harus
dilantik oleh Arung Betteng Pola yang mempunyai kedudukan sebagai Petta
Inanna Limpoe (Ibu Rakyat Wajo) (Maulana;2003:38.(
Adapun asal usul Arung Betteng Pola, Arung Talottenreng dan Arung Sao Tanre
(Ranrenge ri Tua) merupakan anak-anak yang lahir dari perkawinan putri
Mappajunge (Raja Luwu) dengan putra Arumpone ( Raja Bone ). Asal usul nya
adalah:"PAUPAU RIKADONG "
Konon kabarnya di Kerajaan Luwu pada masa lampau mempunyai seorang Puteri
( Arung Welampelang ) yang ditimpa bencana yaitu mengalami penyakit kulit yang
baunya sangat amis dan busuk ( masala uli ). Dia anak tunggal sekaligus sebagai
anappattola (Pewaris Tahta.(
Pada suatu waktu berkumpullah rakyat Luwu bersama para Tokoh Adat
(Pampawa Ade' ) disebabkan orang di Luwu takut ditulari penyakit yang seperti
itu.
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
3/21
Ayah-bundanya menjadi susah karena musibah yang menimpa putrinya.
Berdatanganlah para dukun ( Sanro ) dan tabib, tetapi penyakitnya malah membuat
orang tak tahan mencium baunya yang sangat menusuk hidung. Dia hendak
dibunuh, tapi tidak boleh sebab dia adalah keluarga yang tak boleh didurhakai
lagi pula ia berdarah mulia ( Maddara-takku' ), karena Raja ( Mappajung ) mereka di
sana dianggap berasal dari dewa ( Batara Guru Sangkuru Wira Mula Tau Tellang
Pulawenng e) yang berdarah putih bagaikan getah dari pohon takku bagaikan
susu, Takku (Caktus ) (Mappasanda,2007.(
Oleh karena itu amat susahlah orang di Luwu. Terjadilah pada suatu waktu, orang
Luwu berhimpun sampai di Wara yang berbatas dengan Baebunta, demikian pula
mereka yang berada di Bulu' Polo. Adapun sebagai hasil dari persetujuan mereka
adalah sepakat menghadap ke Mappajunge (Raja Luwu) untuk memperoleh
persetujuan yang telah disepakati oleh mereka yaitu yang mana kiranya dihargai
oleh beliau, telur sebutir atau telur yang banyak. Setelah mereka duduk
berhadapan dengan Mappajunge mereka tunduk, bisu seribu bahasa.Maka bertitahlah Mappajunge , "Apakah hajat kalian Adat Luwu bersama dengan
orang banyak?" Adat Luwu sama berucap : "Tiada lain hajat penting yang kami
bawa menghadap Raja kami selain hendak menyampaikan rasa takut kami,
demikian juga takut ditulari penyakit yang menimpa Puteri Raja kami. Adapun
kesepakatan dan persetujuan ( Siamaturuseng ) kami adalah yang mana Tuan
inginkan, telur yang sebutir ataukah telur yang banyak. Sekiranya Tuan
menginginkan telur yang sebutir, maka berkehendaklah rakyat ( atanna )
Mappajunge malleke' dapureng , berpindah orang di Luwu sampai di Wara sini,
batasnya di Baebunta sana, tempat diterima beritanya di Bulu' Polo sana. Akan
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
4/21
tetapi sekiranya Tuan masih tetap mencintai telur yang banyak, baiklah kiranya
jikalau puteri Raja kami yang malasa kumpinge (berpenyakit infeksi pada kulit) itu
dijauhkan.
"Kubenarkan kata kalian orang di Luwu, "Jawab Raja". Lebih kuhargai orang
yang banyak dari pada orang yang satu. Bukankah janjiku dahulu, janji yang kita
sepakati bersama ( Risiamaturuseng ), yang disaksikan oleh Topabbare' bareede
(yang maha memelihara) bahwa meskipun anakku, isteriku, sekiranya kalian
mencelanya, akupun tak menyukainya. "Ini merupakan pertanda seorang Raja
yang memiliki nilai Lempu' (kejujuran), Asitinajang (Kepatutan) dan Getteng
( Keteguhan)" kemudian Raja Luwu berkata betapakah pendapat kalian?"
Serentak berucap Adat Luwu, " syukur alhamdulillah " sebab Mappajunge ternyata
mengikuti kesepakatan orang banyak. Kalau demikian titah Baginda maka kami
pikir, Tuan Puteri sebaiknya di buang ( ri pali ), sebab hendak dialirkan darahnya,
hal tersebut tak dapat diadatkan di tanae' di Luwu ( Yanaro ana appona
Mappajunge de siseng-siseng nawedding dibukkakan darana ). Baginda punmenjawab "Kuteguhkan ( Magetteng ) apa yang kalian setujui". Kemudian Adat
Luwu bersama orang banyak berkumpul untuk membuatkan rakit besar ( pincara )
bagi puteri Rajanya. Setelah rampung, merekapun bersama-sama naik
memberitahukan Baginda. Ketika mereka berada di hadapan Baginda, bertitahlah
beliau kepada puterinya. "Kumpulkan semuanya hai anakku, barangmu yang
telah kuserahkan menjadi milikmu. Ambil juga semua sahayamu yang engkau
senangi untuk menyertaimu. Pergilah kerakit membawa nasibmu ( Totomu.(
Betapa besar cintaku inginkan kita hidup bersama-sama tetapi negeri dan rakyat
Luwu tak mengizinkannya disebabkan penyakitmu ketika itu.
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
5/21
Sang puteripun mengumpulkan inannyumparenna (ibu penyusunya),
pattarana'na (yang memelihara dan menjaganya) semua sahanya;
dikumpulkannya pula semua barang yang telah dimilikinya kepadanya. Segala-
galanya telah siap, lalu diapun serombongan berangkat turun ke rakit. Diantar
oleh ayah-bunda Rajanya ( Mappajunge -Petta Makkunrai ), Adat ( Pangaderreng ) ,
anak-anak raja ( Anakarung ), putera-putera mahkota ( Anappattola ), dan orang
banyak ( Pabbanuwa.(
Tali tambat rakitpun ditetas dan semuanya sudah berada diatas rakit. Sama
merangkun rakit ke tempat yang dalam, dihanyutkan oleh arus sungai. Empat
puluh hari, empat puluh malam, mereka hanyut tak tentu tempat tujuannya.
Hanyalah nasib ( Toto ) dan nilai luhur yang dimiliki oleh sang puteri yaitu
Asitinajang (Kepatutan), Getteng (Keteguhan) atau kesabaran, meskipun mata tak
bisa terpejam karena memikirkan suratan takdir ( Pammase ) dari yang maha
memelihara yang mesti diterima di dunia ini. Mataharipun bersinar dari atas
gunung. Sinarnya berpendar-pendar lembut terang-temerang. Dan Allahmemperlihatkan kekuasaanNya; saatnya telah tiba. Rakit sudah berada di sungai
yang agak sempit. Sahayanya lalu sama-sama turun, menarik rakit mencapai
tepian. Merekapun naik ke darat, perempuan naik membenah, sedangkan laki-laki
sama pergi mencari tanah tempat berumah. Tampaknya negeri ini bukanlah
wilayah Luwu, mereka lalu menemukan pohon besar yang didekatnya ada sungai-
sungai yang tak pernah kering, mereka lalu berembuk dan semua laki-laki
memikir-mikirkan. Akhirnya sepakat untuk membangun rumah yang patut
(Sitinaja ) buat Puteri Rajanya. Setelah rumah rampung dibangun, maka turunlah
mereka ke rakit untuk memberitahukan puteri Rajanya tentang kesepakatan yang
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
6/21
telah mereka buat. Tuan puteri mendengarkan kata para sahayanya, termasuk
mereka yang diambilnya sebagai orang tua ( Tomatuwa ), sambil berkata "Apa
yang telah menjadi kesepakatan kalian, itu pulalah yang kudengarkan dan
kuteguhkan ( Magetteng )". Lalu merekapun sama kembali lagi lalu membangun
pula rumah buat mereka masing-masing.
Semua laki-laki tadi sama pergi mpukke tana (membuka atau mengolah lahan)
ada yang berladang jagung, ada pula yang bersawah, juga ada yang menanam
keladi, pisang dan sayur-mayur. Itulah yang dikerjakan oleh kaum laki-laki.
Adapun yang dikerjakan oleh kaum perempuan, di waktu tanaman suami mereka
telah berhasil seperti padi ( Sangiangseri ) merekalah yang menuainya lalu
dibawakan kepada Rajanya, Demikianlah kelakuan sahayanya, laki-laki dan
perempuan.
Pada suatu waktu, mereka membawa padi dan jagung, menjemurnya di depan
rumah Rajanya. Bila pagi datang, laki-laki dan perempuan berangkat, juga orang-
orang tua dan anak-anak semuanya. Mereka berangkat pergi mencari rezki ( dalle )di dalam hutan dan di lahan. Jikalau mereka semuanya telah lepas berangkat,
maka Tuan puteripun yang berpenyakit kulit itu pergi pula menjemur padi.
Begitulah kelakuan sahaya dan sang Raja setiap harinya.
Terjadilah pada suatu waktu, ketika sang Puteri turun ke tanah hendak
membenahi padi yang ada di depan rumahnya, tiba-tiba dia melihat seekor kerbau
balar ( Tedong Mpuleng ) sedang berada di dekat onggokan padi, Diapun pergi
menghalaunya tetapi dia sendiri hendak diseruduk oleh kerbau balar, bahkan
dikejar kian-kemari sampai Tuan Puteri terjatuh. Maka datanglah sang kerbau tadi
menjilat seluruh dahinya sampai sekujur tubuhnya. Kemudian sang kerbau balik
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
7/21
kembali masuk hutan. Anak Rajapun bangkit berdiri dengan penuh lumuran air
liur sang kerbau. Lalu Tuan Puteri pergi mandi di sungai yang ada di dekat
rumahnya. Selesai mandi, diapun naik kerumahnya ( Salassana ) sambil
memikirkan nasibnya takdir dari Allah Subhanahu Wataala.
Tuan puteri lalu mengambil cermin dan berkaca memperhatikan dahinya bekas
jilatan kerbau. Diperhatikannya wajahnya, dan dilihatnya sudah ada perubahan;
demikian pula perubahan pada tubuhnya. Dia pergi ke tempat tidurnya
membaringkan dirinya, lalu terlena sampai tertidur .
Ketika dia terjaga dari tidurnya, diapun menyaksikan dirinya, penyakitnya telah
berubah, semua sahanya yang sedang gembira kembali dari pekerjaannya,
bertambaha bersuka cita menyaksikan Puteri Rajanya. Demikian itu kerjanya
setiap hari, Jikalau pagi telah datang, diapun turun ketanah menjemur padinya,
dan sang kerbau datang pula menjilat sekujur tubuhnya sampai kulit Tuan puteri
pulih kembali keadaannya seperti semula dia dijadikan oleh Allah ta'alah ( Suatu
pertanda bahwa jika Allah menghendaki tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang mampu menghalanginya.(
Tepat pada saat itu konon kabarnya, pada suatu waktu putera Arumpone
( Anappattol a) hendak pergi berburu, maka dikumpulkanlah semua anreguru
pakkennyarange (Guru penunggang kuda) bersama mereka yang gagah perkasa.
Keberangkatannya telah disiapkan dengan pengiringnya ( Joa ), para penunggang
kudanya. Lantas guru penuggang kuda naik menghaturkan kepada Arumpone
(Raja Bone), kemudian Baginda bertitah kepada pembawa puan ( pakalawingepue )
supaya pergi menyampaikan Putera Mahkota ( Anappattola ) agar berangkat besok
pagi menuju Awangpone berburu rusa. Pada keesokan harinya, Putera
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
8/21
Mahkotapun berangkat diiringi oleh para penunggang kudanya dan mereka yang
gagah perkasa, Tujuh hari tujuh malam dalam perjalanan, mereka kehabisan
bekal dan laparpun mulai terasa sehingga Beliau merasa ibah melihat semua
orangnya sedang menanggung lapar. Dia lalu menyuruh supaya pergi mencari
makanan sebab terasa sangat lapar. Orang banyak membagi diri terpencar-
pencar ke segala penjuru untuk mencari makanan.
Ada yang menyusuri sungai Walanae (Sungai Cenrana), ke bawah; ada yang tetap
mengikuti sungai itu, dan ada pula yang menyeberanginya di bagian sebelah
bawah. Yang terakhir inilah yang menampak asap kejauhan. Akhirnya mereka tiba
di tempat itu. Mereka ini terperanjat menyaksikan sejumlah rumah, dan sebuah
rumah besar menandakan rumah Raja. Ketika yang disuruh tadi ( Suro ) tiba, maka
sekonyong-konyong tertangkap matanya pada tuan Raja Puteri. Hati berdebar
menyaksikan kecantikannya. " Apa gerangan hajatmu," kata Tuan Puteri yang
empunya rumah; "Orang dari mana kamu, mengapa kalian kelihatan gugup
memandang saya. "Sembah Tuan", jawab yang disuruh, "kami dari Bone, disuruholeh Putera Arumpone ( Anappattola ) pergi mencari makanan sebab dalam
perjalanan berburu, bekal kami telah habis, sehingga kamilah yang disuruh
mencari makanan."
Berkatalah yang empunya rumah kepada pattudang (protokol) supaya pergi
memasakkan putera Arumpone. Pattudang bangkit; beras diambilnya juga ayam
disuruh potong. Gadis-gadis bangsawan datang semuanya. Bersama pattudang
mereka lalu memasak makanan yang akan diantar, dibekalkan pada pesuruh
putera Arumpone . "Terimalah makanan ini," kata Raja Puteri kepada Suro
(pesuruh). "Bawakan putera Rajamu dan sampaikan kepada beliau bahwa tidak
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
9/21
ada yang lain dapat kubekalkan kecuali hanya sekedar ini saja, nasi dan lauk-
pauknya serta beberapa buah telur, sebab kamipun di sini adalah orang
terdampar dari Luwu. Hanyalah teman-teman saya yang bercocok tanam
sehingga adalah yang dimakan".
Adapun suro amat tertarik pada sikap yang manis lagi menyenangkan itu,
ditingkah pula keindahan tutur kata yang tak terlukiskan.
Tiga orang suro tadi mengatur sembah, mohon pamit sambil berangkat pulang
memikul bawaan. Setelah mereka tiba, maka orang banyakpun sama terkejut
termasuk Rajanya yang menyaksikan, disamping banyaknya juga dalam keadaan
yang sangat berpatut ( Sitinaja.(
Dari Awassalo Tuanku," kata suro , "kami mencari makanan. Seorang gadis Puteri
Raja yang membekalkan. Konon beliau datang dari Luwu. Sembahku Tuanku,
tiada pernah kulihat ada perempuan secantik dia. Ramah-tamah pada joa'na
(rakyat pengikutnya), pandai mengumpul-menghimpun orang yang baik budi
pekertinya ( madeceng kininnawai ), lagi bijak bertutur kata. Banyak temannya dan juga lengkap peralatan semua laki-lakinya. Beliau yang membuka tanah, berumah
di bawah pohon Wajoe ". Putera Raja mendengarkan semua kesan yang
disampaikan, kemudian mereka makan bersama-sama.
Selesai makan, berkatalah Putera Arumpone ; "pakailah masing-masing
senjatamu dan siapkan semua kuda, Aku ingin mengunjungi Raja perempuan
tersebut, yang datang dari Luwu itu. Dia begitu besar ibah hatinya mengirimkan
makanan kepada kita". Semuanya sudah di atas kuda, satu rombongan berangkat
menuju Awassalo . Suro tadi yang dijadikan mata laleng (penunjuk jalan). Tiba-tiba
mereka terkejut nampak sebuah rumah Raja, dikelilingi rumah-rumah sahayanya,
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
10/21
dialiri sungai-sungai yang tak kering. Ketika mereka tiba di ambang
perkampungan Raja perempuan, lalu rombongan turun dari kuda mereka, Putera
Arumpone menyuruh naik memberi tahukan tentang kehadiran dirinya.
Setelah suro tiba diatas, berkatalah pattudange ; " Suro dari mana engkau, apa
gerangan hajat anda, siapa yang menyuruh?". "Putera Arumpone yang menyuruh
saya. Beliau sekarang berada di ambang rumah berhajat menemui Tuan Raja
Puteri dari Luwu, "Jawab suro . Maka berkatalah inannyumparenna Raja yang
empunya rumah, "bagaimana pendapat senngata (panggilan sederajat antara
mereka yang berbakti kepada raja), sebab Raja seorang gadis ( Welampelang .(
"Tiada lain yang dihajatkan Puwakku (Rajaku) kecuali ingin naik makkasuwiyang
(bertemu dan berbakti) sebab beliau telah dikirimi makanan yang memberatkan
perasaannya, yang juga dirasakan oleh rombongan dan sesama kami, jikalau
tidak datang membawa diri kehadapan Tuan Puteri Raja dari Luwu. Maka
Inannyumpareng (indo pasusunya) pun lalu masuk ke bilik (kamar)
memperkatakan kepada anaknya.Berkatalah puteri Rajanya; "Jikalau demikian kesepakatan kalian, undanglah
beliau naik dan ajak pula semua lelaki yang telah kujadikan orang tua." Tidak
lama kemudian, hadirlah seluruh joa'na (Kesatria) yang laki-laki dan mereka yang
dijadikan orang tua. Lalu dijemput pulalah rombongan orang yang dari Bone naik
di watampolae (rumah induk; tetamu yang diterima di rumah induk, adalah tamu
yang amat dihormati). Sesudah itu, lalu disambut pula Putera Armpone oleh
Pattudange , dibasuh kakinya dari cerek emas, diantar oleh Inannyumpareng ,
didudukkan di atas tikar permadani. Sambil duduk, mereka semua terheran-heran
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
11/21
menyaksikan saniasa (keteraturan yang berpatutan), kelengkapan bagi kaum
perempuan, kelengkapan bagi kaum laki-laki.
Kemudian masuk inannyumpareng menjemput anak Rajanya. Beliau di antar
keluar, dibimbing oleh Pattudanna , makkasuwiyang di hadapan putera Arumpone .
Takjub mereka semuanya menyaksikan gerak langkah gemulai dan raut wajah
yang mempesona. Setelah Tuan Puteri Raja duduk di atas tikar permadani, maka
tersimbah perasaan, guncang hatinya putera Arumpone. Entah duduk, entah
berdiri, duduk salah tegakpun salah. Terlenakah dia tak sadarkan diri lagi, gelap
penglihatannya dan rebah jatuh (pingsan) di atas tikar permadani, bersamaan
dengan itu pula Inannyumpareng melompat menerima kepala putera Arumpone .
Secepat itu pula Tuan Puteri Raja minta air di mangkuk putih, Cepat juga
Pattudang membawakannya. Tuan Puteri membuka sanggulnya dan rambut lepas
terurai sudah, dia lalu mencelupkan ujung rambutnya ke dalam air di mangkuk
putih, lantas dipercikkan ke wajah putera Arumpone sampai dia sadarkan diri.
Semua yang hadir takjub melihat kecantikan yang empunya rumah dalamkeadaan rambut tebal terurai itu.
Setelah sadarkan dirinya, bermohon dirilah dia bersama semua pengiringnya
(joa'na), siap berangkat kembali ke Bone. Begitu dia berada di tanah, diapun
menengadah kelangit sambil membisikkan hatinya. "Ya Allah, telah tertambat
hatiku, jika benar aku seorang anak yang tak boleh didurhakai ( toriabusungeng )
dan jika membawa kebaikan bagi diriku serta kebaikan bagi orang banyak, tolong
bentengi aku ya Allah, supaya dapat aku mempersunting Puteri dari Luwu ini.
Tetapi jika sekiranya akan menjadi kebinasaan bagi diriku dan bagi orang banyak,
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
12/21
tolong aku ya Allah, hindarkan hati yang terpukau ini, tiada kemauan yang akan
jadi, iradatMu jualah yang berlaku".
Begitu selesai membisikkan hatinya (berdo'a), begitu dia melompat menunggang
kudanya, diantar, dikawal oleh para pengiringnya, keluar meninggalkan gerbang,
melintasi sungai Walanae, menuju Attassalo. Tujuh hari, tujuh malam perjalanan
di tempuh baru mereka tiba di rumahnya di Bone. Begitu beliau turun dari
kudanya, langsung saja naik ke sallassa'e (istana) dan segera masuk ke biliknya
(kamarnya), membuka kelambu sambil merebahkan badannya, terus menyelimuti
kepala dan kakinya. Hanya menangis merindukan Tuan Puteri yang telah memikat
hatinya dalam perjalanannya.
Ketika waktu malam tiba, Arumpone lalu mencari puteranya sambil bertanya
kepada Inannyumparenna . "O Kino (nama yang biasa dipergunakan oleh raja
untuk memanggil Inannyumpareng ), "mana anakmu". "Sembahku, dia sedang
tidur Puang !, "Jawabnya.
Bangunkan dia, lalu ajak dia keluar makan," perintah Raja ( Arumpone.(Dia dibangunkan namun tiada juga mau bangun melainkan hanya menangis.
Kepada Raja disampaikan; "Sembahku," kata Inannyumpareng , "Dia tidak mau
bangun kecuali terus saja menangis, sejak dia kembali dari berburu, tak pernah
dia bangun." "Sakit apa gerangan dia anakmu, Kino ?" tanya Raja lagi. Dia tidak
demam, tidak pula sakit kepala, ya Puang ,"Jawab Inannyumpareng.
Maka bangkitlah Arumpone (Petta Mangkau ) bersama permaisuri ( Petta
Makkunrai ), masuk menjenguk puteranya. Sampai di dalam, beliau meraba
kepalanya sambil berkata ayah bundanya. " O Baso ," (nama panggilan orang tua
kepada anak laki-lakinya) "kenapa engkau demikian, apa sakitmu," Namun si
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
13/21
anak tetap saja menyelimuti kepala dan kakinya sambil air mata tertumpah dari
rintihan bayangan rindu.
Berkatalah Ayahnya, "Kalau-kalau ada orang yang mengganggu hatimu, maka
akan kuperangi negerinya. Bangunlah Baso , mari kita keluar makan." Keadaan-
nya tak berubah, isak tangis terus juga, dan tetap menyelimuti seluruh badannya,
maka bersusah hatilah ayah-bundanya melihat keadaan puteranya. Mereka inipun
keluar makan, dan Arumpone menyuruh panggil Anreguru Pakkennyarange yang
menyertai perjalanan Arung Malaloe (Tuan Raja Muda.(
Anreguru pakkennyarange pun telah hadir di hadapan Arumpone , dan diapun
ditanya."Hai Anreguru , apa yang menyebabkan Arung Malolo terus saja menangis
membungkus kepala dan kakinya dan tidak hendak bangun makan?.
"Sembahku,"kata Anreguru ," tiada pengetahuan saya sebab setiba tadi dari
berburu, dia tidak demam, tidak sakit juga kepalanya, tidak pula pernah terjatuh
dari kuda." "Kalau-kalau ada orang yang mengganggu perasaannya," desak Petta
Makkunrai (Permaisuri.("Dua kepala orang tak akan berani berbuat demikian atas diri Arung Maloloe ,'
sambung Anreguru , "Mungkin dia jatuh cinta pada anaknya orang, ataukah dia
pernah melihat sesuatu yang tak biasa baginya lalu menawan hatinya tetapi malu
mengatakannya?" Desak lagi permaisuri.
Maka mulailah Anreguru hendak menjelaskannya. Biarlah hamba dibunuh, hamba
disembelih. Daunlah saya sedangkan Tuan angin. Paranglah saya, Tuanlah yang
menetakkan. Hamba hendak menjelaskannya. Adapun Arung Malolo tidaklah
demam, tidak sakit kepala tetapi memang dia sedang menanggung sesuatu di
dalam hatinya." Demikian Anreguru berceritera panjang lebar kepada Puang nya.
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
14/21
"Sesudah Arung Malolo kembali sadarkan diri, sama takjublah kami semua
menyaksikan lagi sebuah kecantikan yang mempesona dalam keadaan
rambutnya Tuan Puteri lepas dari sanggulnya terurai panjang. Kamipun dijamu
kue-kue, takjub kami menyaksikan cara dan sedianya. Demikian juga guru
Pattudanna , tentang caranya menghidangkan makanan, Aneka rupa macamnya
kue sedang tak kelihatan asap, sampai semuanya masak, demikian juga orang
yang membuat kue. Arung Malolo diaturkan jamuan diatas baki dari perak
(Salaka ), cangkir tempat minum kopinya dari emas ( Ulaweng ), sedangkan tempat
kuenya dari bessikelling (nikel), semuanya ditata emas. Adapun tangkup bakinya
adalah sutera berwarna kuning. Ketika Arung Maloloe menginjakkan kakinya di
tanah, pandangan Tuan Puteri tak pernah lepas dari balik tellongeng salae'
(jendela bukan jendela utama) sampai keluar meninggalkan gerbang. Disepanjang
jalan hanya seperti jalan kenangan tidak satupun butir kata yang keluar dari
mulutnya sampai kami semuanya tiba dan masing-masing kami turun dari kuda.
Hanya butir-butir air mata tampak jatuh berderai yang dibawanya naik kesalassae '. Dia langsung masuk ke biliknya, terus membuka kelambu, lalu
merebahkan badannya sambil menyelimuti kepala dan kakinya. Hanya inilah
sembahku,"kata Anreguru menutup keterangannya.
Rupanya waktunya telah tiba, Nama harum Tuan Puteri Raja mulai hendak
semerbak. Kemudian berkatalah Arumpone (Raja Bone) kepada isterinya, "Tahu
aku akan caranya. O, Tuan Permaisuri, beritahu putramu supaya tidak usah
bersusah begitu. Jikalau benar hatinya telah terpaut pada puteri Raja dari Luwu,
kalau memang kasihnya timbul dari lubuk kalbunya yang bening ( Ati Macinnong )
mencintai puteri itu, maka akan ku kirim duta ( Suro ). Kalau sampai dia menolak
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
15/21
lamaran kita, biar kuperangi negerinya. "Masuk lah indo Puwanna/Petta
Makkunrai (ibunda rajanya) menuturkan kepada anaknya. "E, Baso , bangun
kemari nak, apa yang engkau rintihkan dan kesulitanmu. Sekiranya ada samamu
anappattola (anak pewaris tahta kerajaan) yang menggoda hatimu, biarlah kita
meminangnya, membuat sama tinggi tiang rumahnya. Sekiranya dia adalah
tosama'mua (orang kebanyakan) yang mappolo ada (melanggar aturan), biarlah
kusuruh bunuh. Tetapi jika memang kamu telah jatuh cinta, biarlah kami
mengatur duta." Demikian bujuk bundanya meyakinkan puteranya.
Betapapun senang hatinya mendengarkan kata ibunda rajanya ibarat terasa madu
yang dituangkan ke dalam lubuk hatinya. Lantas dia bangun membenahi
pakaiannya sambil berkata "Bundaku, biar saya dibunuh dan disembelih, biar
dibuang di kejauhan, Memang saya telah jatuh cinta pada Puteri Raja dari Luwu.
Jikalau bunda tak sedia memahami hati yang diamuk cinta ini, biar kubunuh diri
ini. Sebab tiada lagi artinya dunia bagi diriku. Kalau tak dapat kupetik dan
kupersunting dia di dunia ini, biarlah jumpa kekasih di akhirat kelak. "Lalu diakembali lagi membaringkan dirinya, menyelimuti kepala dan kakinya, merintih lagi
dia. Biarlah aku menyampaikannya kepada ambo' puangmu (Tuan Raja,ayahmu),
"bujuk lagi Indo' Puwanna.
Sesudah disampaikan keadaan anaknya, Arumpone lalu menyuruh
Pakalawingepu (Pemangku Puan) menjemput Qadi (Petta Kalie ) dan Ade' Pitue
(Tujuh orang Raja sebagai Kepala Adat) Bone. Semuanyapun telah hadir di
hadapan Arumpone . Bagindapun berkata : "Kuminta kalian bertindak sebagai
duta, berangkat meminang Raja Puteri yang dari Luwu. Tetapi persenjatai diri
kalian. Sekiranya lamaran diterima, maka tetapkan saja hari jadinya dan segera
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
16/21
balik ke Bone menyampaikannya. Tetapi jikalau natongkangi (mereka menolak)
maka langsung saja angkat senjata lalu suruh beritakan kemari".
Segalanya telah lengkap, merekapun berangkat. Tujuh hutan ditembus, tujuh
padang nan panjang dilintasi, baru mereka tiba di sungai Walanae. Mereka
menyeberangi Awassalo . Tiba-tiba sahaya Tuan Puteri Raja menampak mereka.
Segera dia berlari memberitahukan Rajanya. Gegerlah semua perempuan dan
sekalian sahaya datang berkumpul, juga lelaki yang dijadikan orang tua.
Disiapkan senjata dan tombak, Pintu gerbang disuruh dijaga. Empat puluh pucuk
senjata, empa puluh laras meriam. Masing-masing dikawal, kemudian tiba pulalah
Ade' Pitue bersama Qadi Bone serta orang banyak, maka bertanyalah pengawal
gerbang. "Orang dari mana kalian?" yang dijawab, "Kami mengiringi Ade' Pitue
dan Qadi Bone."Mereka diminta supaya menunggu sebentar. " Senngata (sebutan
bagi sesama sahaya) akan menyampaikan dahulu kepada Tuan Puteri Raja." Ada
sejumlah orang yang datang, mereka berkata, orang dari Bone. Dikatakan mereka
bersama Ade' Pitue dan Qadi Bone, disuruh oleh Arumpone. Inilah yangmenyebabkan saya naik ke mari," kata pengawal pintu gerbang. Tuan Raja
Puteripun menyuruh supaya mereka di undang masuk. "Jikalau sudah takdirku
tentu tidak bisa tak kulihat apa yang telah kuiyakan lahir kedunia ini".
Pintu gerbang dibuka, mereka yang datang sama masuk pula. Pattudang sama
menanti, juga tau rialena (Keluaga dekatnya) Tuan Puteri Raja. Mereka menanti di
tangga dengan cerek ditangan. Ketika tamu tiba di tangga, dibasuhlah kaki
mereka oleh Pattudange dari cerek perak ( Salaka ), langsung naik mengantarkan
ammerakeng (tempat sirih) Sesudah Ade' Pitue dan Qadi makan sirih, bertanyalah
mereka.
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
17/21
"O, Kino , dimanakah Tuan kita ( Puatta ), Puteri Raja yang empunya rumah." Beliau
ada di dalam bilik," jawab Inannyumpareng bersama para orang tua. "Kepada
siapa sekiranya kami menyampaikan amanat yang disuruhkan Arumpone dan
permaisuri?" tanya duta dari Bone. Kepada kamilah semuanya disampaikan
amanat itu, pesan yang disuruhkan oleh Tuan Raja!"Jawab Inannyumpareng
bersama para orang tua. Maka berkatalah Ade Pitue bersama Qadi. "Kami
membawa hajat dari jauh. Berhajat Arumpone mempersuami-isterikan Adatnya
dan rakyatnya, mempertukarkan kerbau jantannya Bone dengan kerbau betinanya
Luwu, yang ada berumah, membuka negeri, di bawah pohon Wajoe. Sekiranya
orang Luwu tidak berkenan mempertukarkan kerbaunya dengan kerbaunya Bone,
Arumpone inginkan orang Luwu suka membuat sama tinggi bentengnya dengan
bubungan rumahnya"!
Lalu berkatalah Inannyumpareng dan orang-orang yang dipandang sebagai
orang-tua kerajaan Luwu,"Biarlah kami merembuk-rembukkannya lebih dahulu.
Adapun yang telah kami sepakati bersama, itulah yang akan kami bawa kepadaTuan Puteri Raja kami.
Apalah nanti yang diinginkan beliau, itu pulalah yang akan kami sampaikan
kepada Ade' Pitue bersama Qadi Bone. Setelah tiba pada saatnya, maka
berkumpullah semua orang yang datang dari Luwu, semua perempuan, para
gadis, para pemuda nappae mattappi (yang baru mulai memakai keris), bersama
laki-laki yang tua-tua, sama-sama bertukar pikiran. Maka adapun yang disepakati
bersama yaitu menyetujui untuk mempertukarkan kebau jantannya Bone dengan
kerbau betinanya Luwu, lalu mereka semuanya pun naik menyampaikan kepada
Puteri Rajanya tentang kesepakatan yang telah mereka ambil. Maka berucaplah
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
18/21
Puteri Rajanya :" Apa pun yang kalian telah sepakati, itu pulalah yang
kudengarkan. Akan tetapi yang menjadi keberatan bagiku jika hendak riarekare
(disiasiakan) dan riappanngaddiyang (dimadu)." Para orang tuapun yang dari
Luwu sama menyambut bahwa itulah juga yang akan menjadi keberatan yang
akan disampaikan kepada mereka yang disuruh oleh Bone. Jikalau hal itu telah
disyaratkan, lalu disetujuinya pula, kemudian dilanggarnya juga, maka itulah
yang menyebabkan na-ala puebulo (terbelahnya bambu; maksudnya, menjadi
gara-gara yang menimbulkan sengketa atau perang). Selesai itu, keluarlah
Inannyumpareng dan para orang tua yang dari Luwu menghaturkan hasil
permufakatan mereka termasuk syarat yang diajukan oleh Tuan Puteri Rajanya.
Berkatalah kepada Ade' Pitue dan Qadi Bone. "Adapun yang telah menjadi
kesepakatan kami sengata (para abdi) dari Luwu, menyetujui mempertukarkan
kerbau jantannya Bone dengan kerbau betinanya Luwu. "Hanya ada suatu ada-
kipapolo (kata titipan atau pesanan)." Silahkan sampaikan kepada kami agar kami
mendengarkannya supaya kami juga menyampaikan kepada Arumpone ," sambutduta, Maka berkatalah Inannyumpareng :"Hanya yang menjadi keberatan kami
riarekare'-e' dan rippadduwange (dimadu) Jikalau itu yang telah kami syaratkan,
lalu sampai terjadi atas diri kami, maka itulah yang kami jadikan alasan puebulo ."
Lalu dijawablah. "Kami telah mendengar semua kata anda. Itu jugalah yang akan
dihadapkan kepada Arumpone . "Lalu merekapun memohon diri, sedangkan
sebelumnya, waktu pelaksanaan sudah ditetapkan juga.
Merekapun tiba kembali di Bone, sama menghadap Arumpone . "Duta, bagaiman
hasil perjalananmu," sambut Arumpone bersama permaisuri. "Kami sudah
kembali Puang , Apa yang diinginkan sama-sama disukai. Suka sama suka dan
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
19/21
sama ingin mempertukarkan kerbau jantannya Bone dengan kerbau betinanya
Luwu. Hanya ada sesuatu ada maelo napapolo ." "Apa gerangan kata itu? Tanya
Arumpone . "Hanya yang menjadi syaratnya orang Luwu yaitu tidak mau disia-
siakan ( diarekare ) demikian juga dimadu ( dipadduwa ). Sebab mereka memandang
diri, sebagai anappada (anak sederajat) dan anappattola di Luwu".
Maka berkatalah Arumpone suami-isteri."Memang tidak boleh, hai Ade' Pitu ,
saling menyia-nyiakan jikalau mereka sama-sama anappattola.
Sesudah itu, Arumpone menyuruh memberitakannya di Tana Bone, sampai
kepada seluruh palili'na (kerajaan bawahannya) kepada keluarganya. Kemudian
daripada itu, maka berdatanganlah semua raja bawahannya ( Arung Palili ) Bone
bersama keluarganya, dengan segala bawaan mereka, datang
massolo (mempersembahkan tanda ikut gembira). Arumpone pun menetapkan
hari keberangkatan mengarak puteranya bersama permaisuri pun bertolak,
diiringi Ade' Pitue , dan juga oleh orang banyak. Sesampainya di rumah raja Puteri
datang pulalah seluruh orang Luwu menjemput Arumpone bersama bakalRajanya.
Dalam perkawinan antara Anappattola Luwu dan Anappattola Bone sompanya
adalah Sompa Tosellitoni (mahar yang tertinggi yang hanya berlaku bagi
anappattola Luwu). Lepas malam pantangannya maka siyadecengini (berbaiklah
keduanya) pengantin baru. Arumpone bersama permaisuri pun disertai orang
banyak, sama kembali pulalah ke Bone. Hanya yang tinggal ialah masing-masing
sahaya Tuan Raja Muda ( Arung Maloloe ), juga seyajinna (keluarga) mereka.
Beberapa tahun kemudian, bersalinlah pengantin baru ini, Para sahayanya juga
sama beranak-pinak. Anak-pinak ini sama meninggalkan negerinya, pergi
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
20/21
berkelompok-kelompok. Ada kelompok yang pergi mencari kehidupan dengan
jalan menyadap tuak, melakukannya dengan cara taro tenreng yaitu memasang
tangga. Kelompok inilah yang disebut Limpoe ri Talottenreng (Kelompok yang
berdiam di Talottenreng .(
Adapula kelompok yang pergi mencari penghidupan dengan menangkap ikan
dengan cara mattuwa'tuwa' bale yaitu dengan menggunakan tuba guna
memabukkan ikan. Kelompok inilah yang disebut Limpoe ri Tu a' (kelompok yang
berdiam di Tua.('
Adapun kelompok lainnya yang pergi mencari penghidupannya dengan cara
mabbang alliribola yaitu menebang kayu untuk dibuat tiang rumah, selanjutnya
membangun rumah besar. Kelompok inilah yang disebut Bettempola.
Adapun anak-anak yang lahir dari perkawinan Puteri Mappajunge dengan Putera
Arumpone , masing-masing menjadi Raja pada setiap kelompok tadi. Dia yang ke
Talottenreng digelarlah Arunge ri Talottenreng ; yang ke Tua' digelar Ranrenge ri
Tua ; sedangkan yang mendiami Bettempola , dialah yang digelar Petta Betteng .Tiga Raja tersebut masing-masing mengangkat passulle (wakil, misalnya juga
sulewatang , artinya wakil pribadi), dengan gelar masing-masing sesuai dengan
warna panji-panji mereka, yaitu : pilla warna merah; patola warna coklat kehijau-
hijauan; dan cakkuridi warna kuning.
Dengan tambahan tiga orang pejabat tersebut, maka mereka lalu menjadi enam
semuanya. Merekapun sama berkata satu dengan lainnya. "Kita berenam sudah
sama dewasa dan besar, dan apabila terjadi perselisihan di antara kita, siapa lagi
yang akan menasihati kita?" Mereka lalu bersepakat untuk menunjuk seorang
-
8/14/2019 Doko Dokona Passompe'e
21/21
yang digelar Arung Matowa (Raja yang dituakan, suatu jabatan Ketua
Pemerintahan Wajo), sehingga mereka sudah merupakan Tujuh Besar Raja.
Adapun tempat dimana terdapat rumah besar tadi, di bawah pohon Wajo'e, itulah
yang disebut Tana Wajo, atau Tosora.
)8Rabiul Awwal 2008.(
DAFTAR PUSTAKA
Hamid Abu. 2004. Pengembaraan Orang Bugis (PASOMPE) , Pustaka Refleksi,
Makassar .
Mappasanda. A. 2007. Kerajaan Luwu , to ACCAe Publishing, Makassar
Maulana,M. 2003. Lamaddakelleng , Lamacca Press, Makassar .
Rahim.A.R.1985. Nilai-Nilai Utama Kebudayaan Bugis , LEPHAS, Makassar .