doc.pdf

16
236 MODEL PENGEMBANGAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF BERBASIS SOSIAL BUDAYA PADA PEMBELAJARAN ANAK DIDIK KELOMPOK BERMAIN (MODEL-BASED DEVELOPMENT OF TOOLS EDUCATIONAL GAMES SOCIO CULTURAL LEARNING TO CHILDREN PLAY GROUP) Anwar, Mursidin T, dan Husain Ibrahim FKIP dan Program Pascasarjana Universitas Haluoleo Kendari Jalan: H. Eddy Agussalim Mokodompit Kendari email: [email protected] Diterima tanggal:11/08/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 11/11/2012, Disetujui tanggal: 31/05/2013 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengembangkan alat permainan edukatif yang mudah dibuat, tersedia bahan bakunya dan biaya yang relatif murah, dapat meningkatkan kecerdasan naturalis anak didik, 2) memberikan nilai ekonomi bagi kelompok bermain. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan penelitian dan pengembangan. Subjek penelitian terdiri atas 2 kelompok bermain di kota Kendari dan 2 kelompok bermain di Kabupaten Kolaka. Setiap daerah dipilih satu kelompok bermain masing-masing perkotaan dan pedesaan. Selanjutnya, setiap kelompok bermain mengembangkan minimal empat alat permainan bekerja sama dengan orang tua, dan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan diskusi terfokus, sedangkan analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) keempat kelompok bermain telah mengembangkan sebanyak 12 jenis permainan edukatif. Permainan ini dapat mengenalkan anak pada lingkungan alam sekitarnya serta dapat dengan mudah mengembangkan kecerdasan naturalis anak; dan 2) alat permainan yang dikembangkan mudah diperoleh bahan bakunya, murah, dan mendapatkan respon yang jauh lebih baik dari anak-anak didik kelompok bermain, serta memiliki nilai ekonomi untuk kelompok bermain. Kata kunci: pembelajaran, permainan edukatif, berbasis sosial budaya, kecerdasan naturalis, dan kelompok bermain. Abstract: This research aims are: 1) to develop tools of educational games that easily made available and relatively low cost, to increase the natural intelligence of children, 2) to provide economic value for play group. This study was designed by using research and development. The subject of the research consisted of 2 play groups in Kendari city and 2 districts play groups in Kolaka. Every region selected one play group each characterized by urban and rural. Furthermore, each play group develop at least four tools of educational games in collaboration with parents, and community. Data collection consisted of observations, interviews, and focus group discussion, while data analysis was qualitative. The results showed: first, all the four play groups have developed as many as 12 types of educational games. This game can introduce children to the surrounding natural environment through the tools used in the game to easily develop naturalist intelligence of children. Second, game tools can be developed easily and cheaply, get a much better response from children out of play group, and therefore it has economic value for the play group. Keywords: learning, educational games, based socio-cultural, naturalist intelligence and play group.

Upload: winni-febriari

Post on 30-Sep-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 236

    Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013

    MODEL PENGEMBANGAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF BERBASIS SOSIALBUDAYA PADA PEMBELAJARAN ANAK DIDIK KELOMPOK BERMAIN

    (MODEL-BASED DEVELOPMENT OF TOOLS EDUCATIONAL GAMES SOCIOCULTURAL LEARNING TO CHILDREN PLAY GROUP)

    Anwar, Mursidin T, dan Husain IbrahimFKIP dan Program Pascasarjana Universitas Haluoleo Kendari

    Jalan: H. Eddy Agussalim Mokodompit Kendariemail: [email protected]

    Diterima tanggal:11/08/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal: 11/11/2012, Disetujui tanggal: 31/05/2013

    Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengembangkan alat permainan edukatif yangmudah dibuat, tersedia bahan bakunya dan biaya yang relatif murah, dapat meningkatkankecerdasan naturalis anak didik, 2) memberikan nilai ekonomi bagi kelompok bermain. Penelitianini dirancang dengan menggunakan penelitian dan pengembangan. Subjek penelitian terdiriatas 2 kelompok bermain di kota Kendari dan 2 kelompok bermain di Kabupaten Kolaka. Setiapdaerah dipilih satu kelompok bermain masing-masing perkotaan dan pedesaan. Selanjutnya,setiap kelompok bermain mengembangkan minimal empat alat permainan bekerja sama denganorang tua, dan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dandiskusi terfokus, sedangkan analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa: 1) keempat kelompok bermain telah mengembangkan sebanyak 12 jenispermainan edukatif. Permainan ini dapat mengenalkan anak pada lingkungan alam sekitarnyaserta dapat dengan mudah mengembangkan kecerdasan naturalis anak; dan 2) alat permainanyang dikembangkan mudah diperoleh bahan bakunya, murah, dan mendapatkan respon yangjauh lebih baik dari anak-anak didik kelompok bermain, serta memiliki nilai ekonomi untukkelompok bermain.

    Kata kunci: pembelajaran, permainan edukatif, berbasis sosial budaya, kecerdasan naturalis,dan kelompok bermain.

    Abstract: This research aims are: 1) to develop tools of educational games that easily madeavailable and relatively low cost, to increase the natural intelligence of children, 2) to provideeconomic value for play group. This study was designed by using research and development.The subject of the research consisted of 2 play groups in Kendari city and 2 districts play groupsin Kolaka. Every region selected one play group each characterized by urban and rural.Furthermore, each play group develop at least four tools of educational games in collaborationwith parents, and community. Data collection consisted of observations, interviews, and focusgroup discussion, while data analysis was qualitative. The results showed: first, all the four playgroups have developed as many as 12 types of educational games. This game can introducechildren to the surrounding natural environment through the tools used in the game to easilydevelop naturalist intelligence of children. Second, game tools can be developed easily andcheaply, get a much better response from children out of play group, and therefore it haseconomic value for the play group.

    Keywords: learning, educational games, based socio-cultural, naturalist intelligence and playgroup.

  • 237

    Anwar, Mursidin T, dan Husain Ibrahim, Model Pengembangan Alat Permainan Edukatif Berbasis Sosial Budaya pada Pembelajaran Anak Didik KelompokBermain

    PendahuluanPengembangan kecerdasan natural anak Ke-lompok Bermain (KB) sangat penting, karena akanmenentukan perkembangan anak selanjutnya.Masa ini merupakan masa yang tepat untukmeletakkan dasar-dasar pengembangan kemam-puan fisik, bahasa, sosial emosional, konsep diri,seni, moral dan nilai agama, sehingga upayapengembangan seluruh potensi anak usia diniharus dimulai agar pertumbuhan dan perkem-bangan anak tercapai secara optimal (DirektoratPendidikan Anak Usia Dini, 2002; Anwar danAhmad, 2004).

    Sesuai dengan hak anak sebagaimana diaturdalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003tentang Perlindungan Anak bahwa setiap anakberhak untuk hidup, tumbuh, berkembang, danberpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkatdan martabat kemanusiaan, serta mendapatperlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.Salah satu implementasi dari hak warga negara,setiap anak berhak memperoleh pendidikan danpengajaran dalam rangka pengembangan pribadidan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minatdan bakatnya (Kementerian PemberdayaanPerempuan, 2003).

    KB merupakan salah satu bentuk layananpendidikan bagi anak usia 3-5 tahun yangberfungsi untuk membantu meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan,dan keterampilan yang diperlukan bagi anak diniusia dalam menyesuaikan diri dengan ling-kungannya dan untuk pertumbuhan sertaperkembangan selanjutnya.

    Tujuan pendidikan KB mengembangkanberbagai potensi anak sejak dini sebagai per-siapan untuk hidup dan dasar menyesuaikan diridengan lingkungannya, termasuk siap memasukipendidikan dasar (Direktorat Pendidikan Anak UsiaDini, 2002). Untuk mencapai tujuan pembelajarandi KB pendekatan harus didasarkan padakebutuhan anak, menggunakan berbagai mediadan sumber belajar, yaitu belajar dari sumber yangsengaja disiapkan maupun yang berasal darilingkungan alam sekitar (Direktorat PendidikanAnak Usia Dini, 2002). Melalui strategi pem-belajaran itu, perlu dikembangkan beberapaaspek, yaitu: 1) moral dan nilai-nilai agama; 2)fisik; 3) bahasa; 4) kognitif; 5) sosial emosional;

    dan 6) seni. Selain itu, juga perlunya pengem-bangan manajemen pembelajaran yang men-cakup pengembangan metodologi pembelajaran,pengembangan sarana dan bahan belajar,termasuk bacaan anak, pengembangan per-mainan dan alat permainan, termasuk penggalianpermainan tradisional, serta pengembanganevaluasi tumbuh kembang anak dini usia. Meskipunanak dilahirkan dengan suatu bekal kemampuan,tetapi perlu didukung oleh keluarga danlingkungannya agar ia tumbuh menjadi manusiadewasa yang berkualitas (Anwar dan Ahmad,2004).

    Hasil penelitian Anwar dkk (2009) di kotaKendari dan Kabupaten Kolaka menemukanbahwa terdapat 45 permainan sebagai APE-BESBUD (Alat Permainan Edukatif-Berbasis SosialBudaya) pada 5 kelompok permainan tradisional,masing-masing, yaitu: 1) permainan ketangkasanmenangkap binatang liar sebanyak 8 jenis, 2)permainan ketangkasan fisik sebanyak 5 jenis, 3)permainan keseimbangan badan sebanyak 9jenis, 4) permainan otot sebanyak 13 jenis, dan5) permainan yang mengandalkan otak/ketangkasan sebanyak 10 jenis. Sebanyak 45jenis permainan dari 5 kelompok tersebut, tidaksemua relevan untuk dikembangkan bagi anakusia KB.

    APE (Alat Permainan Edukatif) yang mengakarpada sosial budaya masyarakat sekitar telahdiperkenalkan kepada peserta didik danmemperoleh sambutan yang baik dari mereka.Untuk itu, perlu dikembangkan baik jumlahmaupun bentuk aplikasi dalam pembelajaraninovatif, sehingga dapat meningkatkan kecer-dasan naturalis anak.

    Jika unsur budaya itu dapat dikembangkan,maka ada beberapa keuntungan yang bisadiperoleh, seperti: 1) nilai edukatif (pengetahuandan keterampilan); 2) nilai etika (sikap positif);dan 3) nilai ekonomi yaitu dengan modal yang kecildapat memperoleh bahan belajar yang potensial,sedangkan di pihak lain dapat dikembangkanuntuk dijual di pasaran. Bagi anak didik dapatmengembangkan kecerdasan naturalis merekasesuai potensi dan bakat anak, tanpa harusdihambat akibat keterbatasan alat permainan dilembaga pendidikannya. Dalam jangka panjangakan mengembangkan kecakapan hidup (life skills)

  • 238

    Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013

    khususnya vocational skills (Anwar, 2004). Melaluikreasi dari APE tersebut akan menjadi bekal kelaksetelah dewasa untuk melakukan kreasi,sehingga sejak awal anak sudah dididik mencintaidan mengembangkan lingkungannya. Pengem-bangan APE ini menjadikan anak dekat denganlingkungannya yang memudahkan untuk me-melihara dan melakukan kreasi tanpa harusmerusak lingkungannya.

    Fokus permasalahan pengembangan alatpermainan edukatif (APE), yaitu: 1) bagaimanakahjenis-jenis APE yang dapat dikembangkan darilatar budaya sekitar KB? 2) bagaimana strategiyang dilakukan oleh KB dalam mengembangkanAPE?

    Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengem-bangkan APE dari latar budaya sekitar KB, dan 2)mengaplikasi suatu strategi bagi KB dalammengembangkan APE dengan prinsip mudahdiperoleh, murah, dan dapat meningkatkankecerdasan anak, meningkatkan kreativitaspendidik, dan dapat memberi nilai ekonomi bagiKB.

    Kajian LiteraturFungsi pendidikan bagi anak usia dini tidak hanyasekedar memberikan berbagai pengalamanbelajar seperti pendidikan pada orang dewasa,tetapi juga berfungsi mengoptimalkan per-kembangan kapabilitas kecerdasannya. Pen-didikan hendaknya diartikan secara luas,mencakup seluruh proses stimulasi psikososialyang tidak terbatas pada proses pembelajaranyang dilakukan secara klasikal. Artinya, pendidikandapat berlangsung di mana saja dan kapan saja,baik yang dilakukan sendiri di lingkungan keluargamaupun oleh lembaga pendidikan di luar ling-kungan keluarga. Pembelajaran harus dilakukansecara menyenangkan, yaitu melalui bermain.Kesenangan yang diperoleh melalui bermainmemungkinkan anak akan belajar tanpa tekanan,sehingga semua aspek termasuk kecerdasannyaberkembang secara optimal (Gutama, 2002).

    Kegiatan PAUD, khususnya KB hendaknyamemperhatikan sembilan kemampuan belajaranak, yaitu: 1) kecerdasan linguist ik; 2)kecerdasan logika-matematika; 3) kecerdasanvisual-spasial; 4) kecerdasan musikal; 5)kecerdasan kinestetika; 6) kecerdasan naturalis;

    7) kecerdasan interpersonal; 8) kecerdasan intrapersonal; dan 9) kecerdasan spiritual (DirektoratPendidikan Anak Usia Dini, 2002).

    Pertumbuhan otak anak perlu mendapatkanstimulasi psikososial seperti: disentuh atau diajakbermain. Oleh karena itu, berbagai permainansebenarnya bisa dirancang secara sengaja(intentionality) agar anak meningkatkan beberapakemampuan tertentu berdasarkan pengalamanbelajar tersebut. Bagi anak, bermain merupakansuatu kegiatan yang alamiah, namun meng-asyikkan. Bermain adalah aktivitas yang dipilihsendiri oleh anak, karena menyenangkan, bukankarena untuk memperoleh hadiah atau pujian.Bermain sebagai salah satu alat utama yangmenjadi latihan untuk pertumbuhannya, danmedium, di mana si anak mencobakan diri, bukansaja dalam fantasinya, tetapi juga benar nyatasecara aktif. Bila anak bermain secara bebas sesuaikemauan maupun kecepatannya sendiri, maka iamelatih kemampuannya (Semiawan, 2002).

    Permainan merupakan alat bagi anak untukmenjelajahi dunianya, dari yang tidak ia kenalisampai pada yang ia ketahui dan dari yang tidakdapat diperbuatnya, sampai mampu melaku-kannya. Jadi, bermain mempunyai nilai dan ciriyang penting dalam kemajuan perkembangankehidupan sehari-hari seorang anak. Bermainmemiliki berbagai arti, namun pada permulaan,setiap pengalaman bermain memiliki unsur risiko.Belajar sambil bermain menurut Semiawan (2002)dapat memahami arti bermain bagi anak,sehingga bermain merupakan suatu kebutuhanbagi anak. Melalui rancangan pelajaran tertentuuntuk dilakukan sambil bermain, anak belajarsesuai dengan tuntutan taraf perkembangannya.Bahkan kalau kebutuhan tersebut tidakterpenuhi, maka ada satu tahap perkembanganyang kurang baik dan tidak akan terlihat secaranyata segera, melainkan kelak bila ia sudahremaja.

    Belajar sambil bermain sangat menye-nangkan bagi anak peserta didik KB. Permainanyang lebih efektif bersumber dari lingkungan sosialbudaya peserta didik. Permainan tersebut telahmemiliki dasar keterampilan untuk mengem-bangkannya, sekaligus dapat melibatkanmasyarakat dalam upaya mengembangkan alatpermainan tradisional menjadi bahan belajar yang

  • 239

    Anwar, Mursidin T, dan Husain Ibrahim, Model Pengembangan Alat Permainan Edukatif Berbasis Sosial Budaya pada Pembelajaran Anak Didik KelompokBermain

    potensial dalam mengimplementasikan pem-belajaran kontekstual.

    Sarana pendidikan berupa alat permainanyang bersumber dari lingkungan sosial terdekatpeserta didik dapat mempengaruhi peningkatankecerdasan natural termasuk penalaran moralanak. Oleh karena itu, jika perkembangan kognitiftidak diperkaya, selanjutnya perkembangan moralanak sampai tingkat diyakini atau menyatu denganhati nurani sulit untuk dicapai (Saputra, 2003).

    Pembelajaran kontekstual berasal darikonsep contextual teaching and learning (CTL).Johnson (2006) mengartikan CTL sebagai sebuahsistem belajar yang didasarkan pada filosofibahwa semua peserta didik mampu menyerappelajaran apabila mereka menangkap maknadalam materi akademis yang mereka terima.Mereka menangkap makna dalam tugas-tugassekolah jika mereka bisa mengaitkan informasibaru dengan pengetahuan dan pengalaman yangsudah mereka miliki sebelumnya. Istilahpendekatan kontekstual merupakan suatu kondisidi mana pendidik menghadirkan situasi nyata kedalam kelas. Pendekatan kontekstual mendorongsiswa membuat hubungan antara pengetahuanyang dimilikinya dengan penerapannya dalamkehidupan mereka sebagai anggota keluarga danmasyarakat.

    Berpangkal dari kondisi tersebut, perlu kiranyapengkajian yang lebih mendalam tentang manfaatyang dapat diperoleh melalui permainan tradisi-onal baik secara kognitif, psikologis, maupunsosial. Bagi anak usia Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD) permainan adalah suatu bentuk penye-suaian diri yang sangat berguna untuk menolonganak menguasai kecemasan dan konflik.Permainan sebaiknya bersifat spontan dansukarela, tidak ada unsur keterpaksaan danbebas dipilih oleh anak, sehingga permainan dapatberfungsi sebagai media yang dapat me-ningkatkan perkembangan kognitif anak.Pembelajaran di PAUD, pengajar hendaknya tidakbertindak sebagai guru, melainkan sebagaifasilitator (Yufiarti, 2002). Guru memberikankesempatan kepada anak untuk mengutarakanpengalaman, perasaan, melalui berbagai interaksiantara guru dengan anak atau antara sesamaanak.

    Berdasarkan usulan inovatif KonferensiPendidikan Indonesia Mengatasi Krisis MenujuPembaharuan tahun 1999 tetang perlunyapendekatan Community Base Education (CBE).Semangat pemberdayaan masyarakat menurutCBE bahwa beberapa nilai tradisional dan potensilingkungan alam sekitar dapat dilestarikan dandimanfaatkan dalam implementasi pembelajaranmenuju pemberdayaan masyarakat setempat.Konsep tersebut mendorong masyarakatbertanggung jawab terhadap pendidikan, baikuntuk diri sendiri maupun terhadap lingkungannya(Jalal dan Supriadi, 2001). Di lingkunganmasyarakat Indonesia, termasuk di SulawesiTenggara, dijumpai permainan tradisional danpermainan modern.

    Menurut perspektif antropologi, pembelajarandianggap sebagai transmisi budaya danpembelajaran sebagai penguasaan budaya.Pembelajaran dianggap sebagai proses transmisibudaya dari sumber belajar kepada peserta didik(Wahyudi, 2003). Latar belakang budaya pesertadidik mempunyai efek yang lebih besar dalamproses pendidikan daripada efek yang disum-bangkan dari pemberian materi pelajaran. Konseptersebut dapat dimaknai bahwa ada pengaruhkebudayaan dalam proses pembelajaran.

    Pendidikan anak di usia prasekolah meru-pakan fase pendidikan terpenting dalam rentangpendidikan yang harus ditempuh oleh anak.Kondisi umat pada masa mendatang sangatdipengaruhi oleh kualitas pendidikannya sejakdini. Implikasi dari pembelajaran kontekstual,misalnya anak diajak untuk bertanggung jawabmemelihara tanamannya. Orang tua dan pendidikPAUD harus mampu melestarikan atau mengem-bangkan budaya baru.

    Hasil pengembangan Alat Permainan EdukatifTrasidisional (APET) yang dilakukan oleh Umar(2004) terbukti sangat diminati anak usia 3-5tahun. Sejalan dengan itu, hasil penelitian Galib(2002) menunjukkan bahwa pendekatan SainsTeknologi Masyarakat (STM) berarti mengajarkanpeserta didik dalam konteks pengalaman dankehidupan mereka sehari-hari bertitik tolak padamasalah-masalah yang sedang dihadapimasyarakat, baik secara lokal, regional, maupunnasional. Secara empir is ditemukan hasilpenelitian sejenis yang dilakukan oleh Zuhara

  • 240

    Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013

    (2002) yang menunjukkan bahwa keinovatifanyang dimiliki oleh seseorang pada pengetahuantentang lingkungan yang dimilikinya merupakankombinasi faktor pendorong seseorang untukberperi laku berwawasan lingkungan yangdiperlukan dalam pembangunan berkelanjutan.

    Pengenalan dan pemanfaatan lingkunganbudaya dalam arti formulasi dari istilah STM padakegiatan pembelajaran di KB dapat mendorongpeserta didik berpartisipasi langsung dalam upayapemecahan masalah yang dihadapi sehari-hari.Dalam konteks penelitian ini alat permainantradisional yang ada di lingkungan KB dipandangsebagai sesuatu yang kontekstual dan akanefektif memberikan daya kreasi, motivasi, dan nilai-nilai edukatif yang dapat memacu imajinasi anakuntuk kelak melakukan kreasi yang bersifatinovatif.

    Jika STM dapat dianalogikan denganpendekatan kontekstual, maka penerapan dalampembelajaran seperti ditemukan Galib (2002)mendorong siswa berpartisipasi. Selama ini belumada tes bakat terhadap anak usia dini di SulawesiTenggara. Meskipun diakui bahwa potensi kreatifanak berbakat dengan anak normal sama (Yusuf,2005), justru potensi lingkungan sangatberpengaruh terhadap kreativitas anak, baiklingkungan keluarga maupun lingkungan sosialbudaya.

    Metode PenelitianPenelitian ini dilaksanakan selama dua tahun(2009-2010) bertempat di kota Kendari danKabupaten Kolaka. Secara metodologis penelitianini dilaksanakan melalui prosedur penelitian pe-ngembangan (research and development) yangmengadaptasi pendapat dari Borg dan Gall (1989)dari 10 tahap menjadi 7 tahap.

    Tahun pertama (2009), tahap-tahap yangdilakukan meliputi: 1) Perencanaan, mencakup:identifikasi kebutuhan, temuan terdahulu, potensiKB/sosial budaya sekitar KB; 2) Pengorganisasian,mencakup: pengelompokan KB, jenis-jenispermainan berdasarkan potensinya, dan pe-rumusan model konseptual. Untuk tahun kedua(2010) dilaksanakan tahap-tahap sebagaikelanjutan tahun pertama, yaitu: Tahap im-plementasi, melalui uji coba terbatas tentangkelayakan dan kesesuaian suatu model yang

    dirancang dengan karakteristik KB yang ada diperkotaan dan di pedesaan. Melalui monitoringdan evaluasi diperoleh fakta konkrit tentangmasalah-masalah yang dihadapi di lapangan.Hasil uji coba digunakan untuk bahan evaluasi danrevisi model/juknis yang lebih menyeluruh gunaperbaikan model selanjutnya. Tahap pengem-bangan, adalah ujicoba model tahap keduakepada subjek yang lebih luas, diikuti denganmonitoring, refleksi, dan evaluasi yang akhirnyamenghasilkan model pengembangan APE pada KBdi daerah perkotaan dan pedesaan.

    Subjek dalam penelitian merupakan peng-ganti populasi dan sampel, yaitu KB yang ada diwilayah kota Kendari dan Kabupaten Kolaka.Setiap daerah dipilih 2 KB, di mana masing-masingmengembangkan dua APE pada Tahun I, dan duaAPE pada Tahun II yang dilakukan oleh pendidikbekerja sama dengan masyarakat dan atau orangtua anak didik. Setiap APE diujicobakan dalampembelajaran di lingkungan KB, selanjutnyadilakukan evaluasi untuk melihat efektivitasnya.Sampel sebagai subjek validasi model terdiri atas:2 Kepala Taman Kanak-kanak dan 2 orang pakarpendidikan.

    Instrumen/teknik pengumpulan data, terdiriatas: 1) pedoman pengamatan; 2) pedomanwawancara; dan 3) diskusi terfokus. Data yangdikumpulkan, selanjutnya digunakan sebagaibahan untuk memformulasi model pengembanganAPE yang aplikatif. Prosedur analisis datadilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif meng-gunakan model analisis domain dan taksonomi(Spradley, 1980). Validasi data dilakukan denganteknik triangulasi (metode dan sumber) sertaketekunan pengamatan.

    Hasil Penelitian dan PembahasanJenis-jenis APE yang DikembangkanKelompok BermainKelompok Bermain AnwaiKB Anwai yang terletak di pusat kota Kendari telahmengembangkan 4 permainan tradisional yangmencoba memadukan unsur tradisional Tolakisebagai basis utama budaya masyarakatsetempat dengan unsur-unsur budaya pendidikananak didiknya, yaitu: Tolaki, Bugis-Makassar, danMuna.

  • 241

    Anwar, Mursidin T, dan Husain Ibrahim, Model Pengembangan Alat Permainan Edukatif Berbasis Sosial Budaya pada Pembelajaran Anak Didik KelompokBermain

    Pogolu (Main Bola)Pogolu (main bola) merupakan salah satupermainan semi tradisional. Permainan ini banyakdigemari anak-anak serta orang dewasa, baik didaerah Muna maupun daerah lain di Sulawesi.Sifatnya praktis, sederhana serta tidak butuhbiaya. Dilakukan secara berkelompok 2-4 orangtergantung kesediaan ketua kelompoknya. Alatpermainan yang digunakanpun sangat sederhanamudah diperoleh di sekitar tempat tinggal anak.

    Peralatan permainan terdiri atas: 1) buahpinang sebagai bola, papan sebagai lapangan,potongan-potongan bambu sebagai pemain, lematau paku serta karet gelang sebagai gawanguntuk memasukkan bola atau buah pinang; dan2) jumlah alat untuk kedua tim cukup satu macamsaja dengan potongan-potongan bambu tadi yangmewakili setiap pemain.

    Cara memainkan: peraturan yang diterapkandalam permainan ini sama dengan permainan bolapada umumnya dengan jangka waktu permainan2x10 menit pergroup dan apabila selama itu belumada yang dapat memasukan bola ke dalamgawang lawan maka pemain dapat digantikandengan kelompok berikutnya (dopololi). Namun,apabila salah satu tim dapat memasukkan bola(defopesua), maka yang kalah akan digantikanoleh tim yang lain (pobansuleki). Permainan inimembutuhkan kesabaran dan kekompakkansetiap pemain, diawali dengan penentuan timsiapa yang berhak memulai duluan (lahaesomampeno wawo): a) dapat dilakukan dengankesepakatan, dan b) melalui suten (cara mengundidengan mengadu jari untuk menentukan siapayang menang bermain duluan). Ketiga, permainandiawali oleh tim pertama dengan menendang bolaatau buah pinang yang berada di tengahlapangan. Jumlah tim dalam permainan ini terdiridari dua kelompok, masing-masing beranggotakan2-4 orang. Selain kecerdasan naturalis anak dapatberkembang melalui pengenalan alat permainandari alam sekitar, juga dapat meningkatkankemampuan kognitif dan motorik melalui latihanjari-jari untuk bergerak dan berhitung.

    Pobulutangkisi (Main Bulu Tangkis)Pobulutangkisi (main bulu tangkis) adalah salahsatu permainan semi tradisional. Permainan inibanyak digemari anak-anak serta orang dewasa,

    baik di daerah Kendari maupun daerah lain diSulawesi. Sifatnya praktis, sederhana serta tidakbutuh biaya. Dilakukan secara berkelompok yangterdiri atas 2-4 orang. Alat permainan yangdigunakanpun sangat sederhana mudah diper-oleh di sekitar tempat tinggal anak.

    Peralatan permainan: pelepah pohon saguatau dapat juga menggunakan potongan-potongan papan atau tripleks limbah dari tukangkayu, tongkol jagung serta bulu ayam. Jumlah alatuntuk kedua tim masing-masing orang satupelepah sagu atau papan yang dibentuksedemikian rupa, sehingga menyerupai sebuahraket.

    Cara memainkan: peraturan yang diterapkandalam permainan ini sangat sederhana, yaituhanya dengan menghitung berapa kali setiapanak dapat menyeberangkan bola ke dalamdaerah lawan dengan jangka waktu permainan2x10 menit. Anak atau kelompok yang palingbanyak menyeberangkan bola dapat keluarsebagai pemenang, sedangkan yang kalah dapatdiganti dengan anak atau pemain dari kelompokberikutnya. Sistem yang digunakan dalampermainan ini adalah kalah ganti. Artinya kelompokyang kalah harus berhenti main dan diganti olehkelompok yang lain.

    Permainan ini membutuhkan kesabaran dankekompakkan setiap pemain, yang diawali denganpenentuan tim siapa yang berhak memulai duluan(lahae somampeno wawo): a) dapat dilakukandengan kesepakatan, dan b) melalui suten.Permainan diawali oleh kelompok pertamadengan menyeberangkan bola dengan caramemukulnya.

    Jumlah tim dalam permainan ini terdiri atasdua kelompok, masing-masing beranggotakan 2-4 orang. Selain kecerdasan naturalis anak dapatberkembang melalui pengenalan alat permainandari alam sekitar, juga dapat meningkatkankemampuan kognitif dan motorik melalui latihanjari-jari dan seluruh anggota tubuhnya.

    Permainan Mekuo-kuo (Conglak)Mekuo-kuo adalah salah satu permainantradisional, baik yang dilakukan oleh masyarakatTolaki maupun oleh masyarakat Muna. Padamulanya wadah berupa 6 pasang lubang kiri-kanan dan masing-masing ujung kanan dan ujung

  • 242

    Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013

    kiri dapat dibuat dengan melubangi tanahmemakai kayu selanjutnya dengan tumit merekasendiri untuk penghalusan. Adapun alat lainnyaberupa biji-bijian seperti biji buah asam atau jugabisa digunakan kerikil.

    Peralatan permainan, yaitu: 1) tanahdilubangi enam masing-masing sisi dan satumasing-masing di ujung, adakalanya juga di batubesar yang dilubangi/atau di tanah. Perubahan:dalam penelitian ini dibuat dari kayu/papansetebal 3 cm yang lebih dahulu dihaluskankemudian dilubangi, pemilihan papan karena disekitar KB masih terdapat beberapa pohon danterdapat pula tukang kayu, sehingga dapat secaranatural anak memahami bahan baku alatpermainan ini; 2) biji-bijian dari buah dadara yangdiperoleh di hutan-hutan. Karena sulitnyamemperoleh biji dadara, kemudian anak-anakmengganti dengan kerikil yang jumlahnya samayaitu 56 biji, karena masing-masing lubang berisi4 biji. Perubahan: dalam penelitian ini biji-bijidiganti dengan biji buah asam dan biji jagungkarena di sekitar KB terdapat batang asam danperkebunan jagung, sehingga memudahkanpemahaman anak tentang alam sekitarnya yangbersifat natural.

    Cara memainkan: pemain terdiri atas dua tim,setiap tim terdiri atas 1-2 orang. Teknik permainan:untuk memulai permainan dilakukan undian atausuten, yang menang memulai permainan denganmengangkat keempat biji yang ada pada suatulubang di depannya, kemudian diisi sebiji setiaplubang selanjutnya. Jika habis, maka isi lubangterakhir diambil semuanya untuk selanjutnya diisike lubang berikutnya, permainan dinyatakanberhenti untuk tim pertama jika pada saat bijiterakhir menemui lubang kosong. Selanjutnyadimulai untuk tim kedua, dengan langka yangsama dengan tim pertama. Pemenang ditentukanberdasarkan kriter ia yang paling banyakmemperoleh poin. Selain kecerdasan naturalisanak berkembang melalui pengenalan alatpermainan dari alam sekitarnya, juga dapatmeningkatkan kemampuan kognitif dan motorikmelalui latihan jari-jari tangan untuk bergerak danberhitung.

    Permainan KalegoKalego adalah salah satu permainan tradisional,baik oleh masyarakat Tolaki maupun olehmasyarakat Muna. Permainan ini digemari anak-anak di daerah pedalaman, karena sifatnyapraktis dan dilakukan secara berkelompok. Alatyang digunakan mudah diperoleh di sekitar tempattinggal anak berupa belahan tempurung kelapayang telah dibersihkan isi dan kulitnya.

    Peralatan permainan, terdiri atas: 1) belahantempurung kelapa yang dibersihkan isinya,kemudian dihaluskan dari serabut kelapa yangmelengket pada tempurung; 2) jumlah alat untuksetiap tim sebanyak 4-6 buah; dan 3) alat setiaptim sebaiknya memiliki warna yang berbedadengan tim lawan

    Cara memainkan, yaitu: 1) permainan inimembutuhkan ketangkasan setiap pemain, diawalidengan penentuan tim siapa yang memulai: (a)dapat dilakukan dengan kesepakatan, dan (b)melalui suten, 2) permainan diawali oleh timpertama dengan cara menjepit tempurung kelapadi antara dua tumit, kemudian ditendang kebelakang (do simpae=Bahasa Muna). Kedua timberbeda dalam meletakkan tempurungnya, jika timpertama menghadap ke atas/terbuka (nondaka),tim lawannya menghadap ke bawah/tertutup (nolangko), 3) apabila tim pertama berhasil mengenaitempurung lawan, maka mereka telah melewatirintangan pertama, selanjutnya masuk rintangankedua kagamburu lawan sebanyak satu pasangatau rawaka dibuat bersusun seperti parabolaatau de rabu la sunru. Jika la sunru berhasildijatuhkan, maka satu poin telah dikumpulkanbegitu seterusnya. Jumlah tim dalam permainanini terdir i dua kelompok, masing-masingberanggotakan antara 4-6 orang. Manfaatpermainan kalego ini selain meningkatkankecerdasan naturalis anak, juga dapat melatihmotorik dalam bentuk ketangkasan badan dankaki.

    Kelompok Bermain Al-MuhajirinKB Al-Muhajirin yang terletak di pusat kota Kolakatelah mengembangkan 4 permainan tradisionalyang mencoba memadukan unsur budayatradisional Mekongga sebagai basis budaya utamalingkungan sekitarnya dengan unsur-unsurmodern dan unsur-unsur dari latar budaya

  • 243

    Anwar, Mursidin T, dan Husain Ibrahim, Model Pengembangan Alat Permainan Edukatif Berbasis Sosial Budaya pada Pembelajaran Anak Didik KelompokBermain

    masyarakat di sekitarnya khususnya Bugis-Makassar.

    Cugol (Cukke Golo/Cukke Gol)Permainan ini merupakan permainan tradisionalmasyarakat Mekongga, tetapi kemudian dikem-bangkan oleh: Israjuddin Thamrin (salah seorangorang tua murid KB Al-Muhajirin Kolaka).Permainan ini secara khusus dikembangkansebagai rangkaian penelitian ini yang merupakanprakarsa pendidik KB, setelah melalui diskusidengan Tim Peneliti.

    Bahan baku, terdiri atas: 1) papan dari kayujenis apa saja yang agak keras, berukuransepanjang 60cm lebar 50cm; 2) kayu (bonekapemain) berukuran 7cm sebanyak 12 buah; 3)gawang 2 buah yang terbuat dari jaring plastik;4) stik dari bambu sebanyak 2 buah; dan 5) bolaberukuran kelereng besar sebanyak 2 buah darikertas perak bekas pelapis bungkus rokok.

    Cara memainkan: permainan Cugol ini terbagi2, yaitu: Cugol Enbi (Enam Bidak) dan Cugol Seribu.Cara memainkan Cugol Enbi: susunan pemain(formasi) diawali dengan adu pus (ozam) yangkalah, pertama menyusun bidak disusul pe-menang, dimana cara pasang satu persatudilanjutkan bergantian.

    Cara memainkan Cogol Seribu: 1) perubahanformasi (susunan pemain) dimana semua bidakterpakai; 2) bola dicukke/disepak dari tengahlingkaran lapangan ke gawang lawan; 3) tempatbola berhenti dimulainya kembali cukkekan; dan4) semua aturan main I (Enbi) terpakai, kecualiaturan yang menggantikan (aturan Cugol Serbu).

    Bele TempurungPermainan ini merupakan alat permainan tra-disional masyarakat Mekongga, tetapi sekarangnyaris terlupakan. Namun secara khususdikembangkan sebagai rangkaian penelitian ini,yang merupakan prakarsa pendidik KB, setelahmelalui diskusi dengan Tim Peneliti.

    Bahan baku: permainan ini memakai alattempurung kelapa, tempurung dibentuk bundarukuran kecil dan sebelum permainan ini dimainkan,harus membuat garis batas, garis pertama tempatuntuk memulai permainan garis kedua untuk bataspermainan.

    Cara memainkan: permainan ini perkelompokbiasanya 2 orang atau lebih, atau intinyaberpasangan. Untuk memulai permainan ini, kitaharus melakukan suten, siapa yang harusmemainkan pertama. Untuk mengetahui peme-nangnya, yang tidak pernah menjatuhkan beletempurung dialah pemenangnya.

    Kawelo-welo (Kipas Bambu)Permainan ini sangat digemari masyarakatMekongga, karena pembuatannya cukup praktisdan menarik bagi anak, baik dimainkan/dibawalari ke arah sumber angin maupun dipajangmenghadap sumber angin.

    Bahan baku: 1) Owulo (bambu) berukurangaris tengah 3cm dan ukuran panjang 30cm; 2)Otali (tali) ukuran kecil panjang 50cm; 3) Kawula-wula (baling-baling) terbuat dari bambu atau dariplastik bekas kaleng oli; 4) tiang baling-baling daribambu yang masuk dalam ruas bambu induk,berfungsi sebagai tempat mengikat tali baling-baling.

    Cara memainkan: tali digulung dengan diputarpada tiang baling-baling, selanjutnya dilakukanpemutaran dengan cara pelan-pelan melaluipenarikan tali secara perlahan dan dilakukansecara berulang-ulang, sehingga menghasilkanputaran yang menarik dan kencang.

    Sodokoro (Tembak-tembak Bambu)Bahan baku: sebelum kita membuat permainansodokoro (tembaktembak bambu) yang terbuatdari bambu, berikut cara memainkannya, yaitu:diambil buah jambu merah, yang kecil-kecil laludimasukkan ke dalam tembak-tembak bambu yangtadi, lalu dipukul-pukul dengan memakai sodoktembakan bambu setelah rata buah jambunyabaru ditusuk (sedok) sampai timbul bunyi sepertisenjata.

    Cara membuat: diambil satu batang bambukecil lalu dipotong pendek, kemudian diambil satubatang bambu, yang paling kecil untuk dijadikanpenusuknya ke dalam yang pertama tadi, makajadilah permainan tembak-tembak (panah api).Permainan ini semacam adu ketangkasan.

    Cara memainkan: bisa dilakukan perkelompok bisa juga sendiri-sendiri, pertama-tamakita mengambil benda untuk sasaran tembak, caramenembaknya bergantian diawali dengan suten.

  • 244

    Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013

    Siapa yang menang suten dia yang menembakpertama. Untuk mengetahui pemenangnya siapayang menjatuhkan sasaran tembak, dialahpemenangnya.

    Kelompok Bermain IndiraKB Indira yang terletak di pinggir kota Kendari(Kecamatan Mandonga) mengembangkan 4(empat) permainan tradisional yang berbasisunsur budaya tradisional Muna yang merupakandominan latar budaya masyarakat di sekitarnya.

    Bola Basket KeranjangBola basket keranjang adalah salah satupermainan yang merupakan modifikasi daritradisional ke permainan modern. Permainandasarnya adalah raga (bola dari rotan) yangmerupakan permainan tradisional masyarakatremaja di Sulawesi. Sifatnya praktis, sederhana,serta tidak butuh biaya yang besar, karenabahannya tersedia di sekitar tempat tinggalmereka yang berupa rotan. Permainan ragamerupakan uji ketangkasan bagi kaum remaja,Namun dapat juga dimainkan oleh anak KB.

    Peralatan permainan: peralatan utamapermainan ada dua, yaitu: 1) bola raga (bola yangterbuat dari rotan), dan 2) keranjang bola yangberfungsi sebagai gawang, juga terbuat darirotan. Bahan tanaman rotan merupakan suatubahan alam yang dapat digunakan untukmembuat berbagai ragam seperti: keranjang, danbola. Cara membuat keranjang, pertama-tamarotan dibelah, kemudian dibersihkan isi dalamnya,selanjutnya dijemur. Setelah itu dianyam dibuatmenjadi suatu keranjang bola, dan setelah jadikeranjang dicat supaya menarik perhatian anakmaupun masyarakat yang berminat terhadapbahan alam. Bola juga terbuat dari rotan, sepertihalnya bahan keranjang, membuat bola keranjangtidak hanya dari bahan yang jadi, tetapi bisa jugadari bahan alam sekitar supaya anak bisamengetahui tentang tanaman yang ada dilingkungan rumahnya.

    Bermain Bola Basket Keranjang anak dapatmelatih motorik kasar dan motorik halus dan dapatmelatih kecerdasan anak dalam memasukkan boladalam wadah. Bola keranjang sangat membantuanak berolahraga untuk menggerakkan seluruhanggota badannya dan bisa menyimak. Keranjang

    dan bola bisa kita pakai bermain memasukkan bola,anak belajar melompat-lompat, melatih daya pikirdan kreativitas anak terhadap permainan bolakeranjang dan juga bisa melatih daya fisik danjiwa anak.

    Cara memainkan: permainan ini dapatdilakukan satu lawan satu, dan juga secara timlawan tim. Permainan per individu satu lawan satudengan masing-masing anak diberi 6 buah bolauntuk dilemparkan masuk ke dalam keranjangrotan. Apabila permainan berkelompok, masing-masing tim beranggotakan 2 atau 3 orang, setiaptim diberikan 12 buah bola. Permainan kelompokyang beranggotakan 2 orang, maka setiapanggota memperoleh kesempatan melemparkan6 buah bola, dan jika setiap tim beranggotakan 3orang, maka setiap anggota tim memperolehkesempatan melemparkan 4 buah bola. Skorditentukan berdasarkan jumlah bola yang masukke dalam keranjang, yang terbanyak memasukkanbola di antara dua kelompok, maka menjadipemenangnya.

    Main KemiriMain kemiri merupakan permainan yang telahlama dikembangkan oleh masyarakat Muna,sebelumnya menggunakan tanah sebagaiwadahnya, namun dalam perkembangannya mulaimemakai wadah papan dari jenis kayu.

    Peralatan permainan: Buah kemiri dan balokpapan berukuran 5X5 cm. Aturan permainan: 1)masing-masing regu membuat satu lingkaran danmeletakkan satu biji kemiri ke tengah lingkarantersebut; 2) sebelum bermain, kedua regumelakukan kesepakatan regu mana yang berhakmemulai permainan; 3) regu yang memperolehkesempatan pertama itulah yang berhak memulailemparan; 4) seterusnya secara bergantian; 5)regu yang memulai lemparan, melemparkan balokpapan tersebut ke arah lingkaran lawan. Apabilalemparan mengenai biji kemiri, dan biji kemirikeluar dari lingkaran berarti regu tersebutdinyatakan berhasil, dan regu yang kalah harusmelaksanakan hukuman yang telah disepakati.

    Permainan Mehule/GasingMehule adalah permainan gasing yang merupakansalah satu permainan tradisional yang dimainkanbaik oleh masyarakat Tolaki maupun oleh

  • 245

    Anwar, Mursidin T, dan Husain Ibrahim, Model Pengembangan Alat Permainan Edukatif Berbasis Sosial Budaya pada Pembelajaran Anak Didik KelompokBermain

    masyarakat Mekongga dan masyarakat Muna.Permainan ini digemari anak-anak di daerahpedalaman, karena sifatnya praktis dan dilakukansecara individual yang mengutamakan ketang-kasan dan keterampilan.

    Peralatan permainan, yaitu: 1) potongan kayuapa saja, namun terdapat kecenderungan memilihkayu nangka karena selain mudah membuatnya,juga hasilnya cukup bagus berputar; 2) kayudibuat dalam bentuk bulat lonjong, menyerupaitempayang; 3) untuk menggerakkan dibutuhkantali yang dililitkan pada leher gasing (tali terbuatdari kulit kayu atau benang dari daun pandan)kemudian dipintal sesuai kebutuhan dan selera.

    Cara memainkannya, yaitu: 1) pertama-tamatali dililitkan pada leher gasing, kemudian taliditarik bersamaan dengan itu gasing dilepas dilantai/tanah untuk menghasilkan putaran yangmaksimal; 2) pemenang dari permainan ini,ditunjukkan dari lamanya putaran, siapa yangpaling lama gasingnya berputar, maka dinyatakansebagai pemenang.

    Permainan Tinggo KasuMetinggo Kasu adalah salah satu permainantradisional yang dimainkan baik oleh masyarakatTolaki maupun oleh masyarakat Mekongga.Permainan ini digemari anak-anak di daerahpedalaman, karena sifatnya praktis dan dilakukansecara tatap muka antara lawan. Alat yangdigunakan mudah diperoleh di sekitar tempattinggal anak berupa kayu/pelepah sagu/bambu.

    Peralatan permainan: 1) batangan kayu yangberukuran 125 cm, garis tengah 10 cm, kemudiandihaluskan; 2) pada ketinggian 50 cm diberi stantumpuan yang berfungsi sebagai tempat pijakankaki ketika menggunakan alat ini.

    Cara memainkan: 1) permainan ini mem-butuhkan ketangkasan setiap pemain, diawalidengan latihan keseimbangan badan; 2) tinggokasu diletakkan di depan pemain, kemudian kakidiangkat perlahan-lahan satu-persatu menuju kepijakan kaki/stan tumpuan; 3) setelah kedua kakinaik dan berada di stan tumpuan, perludiperhatikan keseimbangan badan agar tidakjatuh. Selanjutnya secara perlahan kaki/tinggokasu diangkat secara bergantian bagaikanberjalan dengan kaki biasa; 4) jumlah tim dalampermainan ini terdiri satu orang atau permainan

    individual, namun dapat diperlombakan antarasatu orang/tim dengan orang/tim lainnya; dan 5)manfaat permainan ini selain meningkatkankecerdasan naturalis anak, juga dapat melatihmotorik dalam bentuk ketangkasan badan dankaki.

    Kelompok Bermain Tunas TerapungKB Tunas Terapung yang terletak di pinggir kotaKolaka (Kelurahan Dawi-dawi, Kecamatan Pomala)mengembangkan 4 permainan tradisional yangberbasis pada unsur budaya tradisional Mekongga,Bajo dan Bugis-Makassar yang merupakandominan latar budaya masyarakat sekitarnya.

    Sandale Mendaa (Sandal Panjang)Sandale mendaa adalah berasal dari bahasaMekongga, yang merupakan permainan tradi-sional yang dimainkan oleh masyarakat Mekonggayang merupakan penduduk asl i SulawesiTenggara. Pemainan ini banyak digemari dikalangan anak-anak, karena sifatnya bergembira.

    Peralatan permainan: dua pasang sandalemendaa yang terbuat dari kayu panjang 40cmtebal 2cm, karet jepitan dari ban dalam bekas,paku, dan seng buat jepitan. Cara memainkan:1) menentukan lokasi permainan; 2) menentukanpemain yang menjadi peserta sandale mendaa duaorang dengan posisi depan dan belakang sambilmemegang pundak teman; dan 3) Sepasangpemain melangkah kaki kanan/kiri secarabersamaan dan bergantian.

    MagacciMagacci berasal dari bahasa Bugis, berartimelakukan suatu permainan yang menggunakanbeberapa biji keong dan papan gacci. Permainanini dahulu dilakukan di tanah yang dilubangi,namun sekarang diganti dengan menggunakanpapan. Permainan ini dilakukan/dimainkansebanyak 3 orang secara bergantian.

    Peralatan permainan: papan gacci yangterbuat dari papan panjangnya 40 cm tebal 3 cm.dan biji keong. Aturan permainan: 2 atau 3 oranganak terlebih dahulu diundi siapa pemain yangterlebih dahulu berhak main.

    Teknik permainan: untuk memulai dilakukanundian atau suten. Siapa yang menang, maka diaberhak bermain lebih dahulu, seterusnya secara

  • 246

    Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013

    bergantian. Pemain pertama mengambil 10 bijikeong dan menghamburnya di atas permainan/papan gacci yang telah disediakan. Kemudian ibujari pemain diletakkan di atas papan permainansambil mendorong biji keong yang ada di ataspapan permainan tersebut habis. Pemainberikutnya meletakkan ibu jari dan telunjuknya diatas lubang papan permainan yang telah tersediauntuk menjaga masuknya biji keong ke lubang.

    Mepae TenggoreMain kacang atau dalam bahasa Mekonggadisebut mepae tanggore. Peralatan permainan: bijikeong atau siput laut dan balok papan berukuran5x5 cm.

    Aturan permainan: 1) masing-masing regumembuat satu lingkaran dan meletakkan satu bijikeong ke tengah lingkaran tersebut; 2) sebelumbermain, kedua regu melakukan undian untukmengetahui regu yang mana yang memulaipermainan; 3) regu yang menang dia yang berhakmemulai lemparan; 4) seterusnya secarabergantian; dan 5) regu yang memulai lemparanmelemparkan balok papan tersebut ke arahlingkaran lawan, apabila lemparan mengenai bijikeong, dan biji keong keluar dari lingkaran berartiregu tersebut dinyatakan berhasil, dan regu yangkalah harus melaksanakan hukuman yang telahdisepakati.

    Megolu BaguliMegolu baguli adalah permainan bola yangdilakukan di atas papan yang berukuran 50 x 20cm. Permainan ini dilakukan oleh dua orang anak.Megolu baguli berasal dari kata megolu yangartinya bola dan baguli artinya kelereng.

    Peralatan permainan: 1) papan permainanyang berukuran 50cmx20cm; 2) paku sebagaitiang sebanyak 22 batang; 3) karet sebagaipembatas keliling medan permainan; 4) stiksebagai alat menggerakkan kelereng.

    Cara bermain: pemain berjumlah dua orang.Sebelum permainan dimulai terlebih dahuludilakukan pengundian untuk mengetahui siapayang mulai bermain terlebih dahulu. Aturanpermainannya yaitu kelereng disodok memakaistik dan berusaha memasukkan kelereng kegawang lawan. Apabila kelereng keluar dari arenapermainan, maka yang berhak bermain lagi adalah

    lawan. Kelereng kembali diletakkan di tengaharena.

    Starategi Pengembangan APEHasil penelitian menunjukkan bahwa tidak bisadibedakan secara ekstr im antara APE yangdikembangkan di wilayah pedesaan dan per-kotaan, karena homoginitas pendidik dan pesertadidiknya. Demikian pula antara wilayah dan etnistampaknya tidak banyak berbeda dalam jenispermainan, kecuali alat perlengkapan yangdisesuaikan dengan lingkungan alam sekitarnya.

    Berdasarkan fenomena tersebut, dalampenelitian ini tidak dibuat pengelompokan antarakota dan desa. Proses pengembangan alatpermainan untuk masing-masing KB juga tidakdiberikan batasan, sehingga pengelola danpendidik masing-masing KB mengembangkankreativitas mereka sendiri berdasarkan potensisosial budaya dan potensi lingkungan alam sekitarpeserta didik.

    Proses pengembangan alat permainan dalampenelitian ini diawali diskusi studi kepustakaandan pengamatan terhadap lingkungan sekitar KBantara tim peneliti dengan para pendidik KB secaraterpisah antara satu KB dengan KB lainnya.Sebanyak 45 jenis permainan dari 5 kelompokyang ditemukan dalam penelitian tahun pertama,tidak semua relevan untuk dikembangkan bagianak usia KB, namun ternyata ada potensi lainyang terselubung, yaitu permainan dari latarbudaya guru dan atau peserta didik/orang tua(budaya Muna, Bugis/Makassar, Bajo, dan Jawa).Dalam proses diskusi dengan pendidik KBdisepakati mengembangkan minimal 2 jenispermaian setiap tahun, baik yang ada di daerahtersebut maupun yang berasal dari luar, tetapibagian dari budaya masyarakat sekitar yangmerupakan imigran dengan kriteria: 1) tidakberbahaya bagi anak usia KB; 2) mengandungunsur edukatif yang mengarah pada kecintaananak terhadap alam sekitar; 3) bahan bakunyatersedia di sekitar lingkungan alam peserta didik;4) mudah dibuat dan murah harga bahanbakunya; dan 5) mudah dimainkan dan melibatkanlebih satu orang untuk permainan yang tersedia.

    Setiap KB diberi informasi bahwa setiappermainan yang bersifat individual dibuatsebanyak minimal 5 permainan. Sedangkan

  • 247

    Anwar, Mursidin T, dan Husain Ibrahim, Model Pengembangan Alat Permainan Edukatif Berbasis Sosial Budaya pada Pembelajaran Anak Didik KelompokBermain

    permainan yang berpasangan/tim dibuat minimal2 permainan. Setelah berlangsung selama satubulan, dilakukan monitoring untuk melihat secaralangsung hasil pengembangan alat permainan.Semua KB telah menyelesaikan masing-masing 2jenis alat permainan tradisional (baik pada tahunpertama maupun tahun kedua). Hasil pengem-bangan yang dihasilkan terbagi dua, yaitu: 1)buatan tenaga pendidik terdiri atas: (a) buatansepenuhnya oleh pendidik, (b) rancangan pendidikselanjutnya diberikan kepada tukang kayu untukdibuat; 2) buatan orang tua anak didik.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa parapendidik telah berkembang kreativitasnya. Merekatelah mengembangkan bahan belajar kontekstualberasal dari latar sosial budaya dan lingkunganalam sekitar KB. Fenomena tersebut terjadi padasemua KB. KB Anawai dan KB Indira mengem-bangkan APE dari latar belakang budaya Tolakidan Muna. KB Al-Muhajirin mengembangkan APEdari latar belakang budaya Mekongga, Bugis danJawa. KB Tunas Terapung mengembangkan APRdari latar budaya Mekongga, Bugis, dan Bajo. Parapendidik berusaha memanfaatkan beberapa hasilalam yang ada di sekitar KB untuk dijadikansebagai bahan/alat permainan. KB TunasTerapung, memanfaatkan akar bahar yang telahrusak bersama dengan bintang laut dan di-keringkan untuk kemudian dirangkai, sehinggamenjadi media pembelajaran yang menarik bagianak didik. Potensi lain berupa kerang laut ber-ukuran kecil yang dimanfaatkan sebagai bahanpelengkap permainan galaceng dan magacci.Bahan-bahan tersebut tidak dibeli, melainkandiambil dari lingkungan laut sekitar KB, sehinggadalam pembelajaran menggunakan pendekatankontekstual yang memudahkan anak didikmemahami lingkungan alamnya atau terjadipeningkatan kecerdasan naturalis.

    Permainan tersebut cukup murah dan mudahdiperoleh, karena tersedia di sekitar lingkunganKB/lingkungan anak didik. Untuk itu, setiap KBmengembangkan permainan yang bahan bakunyatersedia di sekitarnya. Kalaupun ada yang harusdibeli, seperti paku, potongan papan, dan cat,harganya cukup murah. Seperti permainan Cugolyang dikembangkan KB Al-Muhajirin memerlukanpapan, paku, dan cat dalam ukuran dan jumlahyang relatif kecil.

    Jenis-jenis permainan tersebut mendapatrespon baik dari KB lain untuk memilikinya,sehingga beberapa KB lain datang membeli APEdan belajar dari KB yang telah ikut dalampenelitian ini. Dengan demikian terdapat nilaitambah ekonomi bagi KB yang telah ikut dalampenelitian ini.

    Suatu prakarsa yang menarik dari pendidikseperti yang dilakukan KB Al-Muhajirin, yaitumengajak orang tua berpartisipasi dalam pengem-bangan APE melalui lomba dengan mengirim suratkepada orang tua untuk mengembangkan APE,dengan imbalan hadiah yang menarik. Hasilnyacukup banyak jenis permainan yang dibuat olehorang tua dan mutunya cukup baik, serta terbuktimenarik dan digemari oleh anak didik. Akhirnya,para pendidik dan orang tua tidak menyangka jikaAPE buatan mereka dapat diterima oleh keba-nyakan anak didik. Meskipun demikian APE buatanorang tua dilakukan seleksi sesuai dengan kriteriayang telah ditetapkan, terutama aspek keamananterhadap anak didik Kober.

    Penelit ian ini berhasil mengembangkanpermainan yang berbasis pada budaya masya-rakat sekitar KB. Temuan tersebut sesuai denganpenekanan Hanurani (2003) bahwa pendidik telahmelakukan identifikasi lebih jauh tentang kebu-tuhan peserta didik terhadap potensi lingkunganalam sekitarnya untuk dimodifikasi menjadi bahanbelajar kontekstual. Umumnya permainan yangdibuat/digunakan dari tumbuhan, buah-buahan,batu, dan kerang. Aktivitas tersebut mendekatkananak terhadap alam sekitarnya, sehingga anaklebih menyatu terhadap alam dan sosialbudayanya.

    Perlu diingatkan kepada orang tua dan orang-orang yang terdekat dengan kehidupan anak,karena mereka memberi pengaruh yang sangatbesar terhadap pertumbuhan dan perkembangananak. Hasil penelitian yang dilakukan The ReinerFoundation tahun 1999, menyebutkan 10 hal yangdapat dilakukan orang tua untuk meningkatkanstatus kesehatan dan perkembangan otak. Halitu dilakukan dengan cara memberi rangsanganberupa kehangatan dan cinta yang tulus,memberi pengalaman langsung dengan meng-gunakan inderanya (penglihatan, pendengaran,perasa, peraba, penciuman), interaksi melaluisentuhan, pelukan, senyuman, nyanyian, men-

  • 248

    Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013

    dengarkan dengan penuh perhatian, menanggapiocehan anak, mengajak bercakap-cakap dengansuara yang lembut, dan memberikan rasa aman(Jalal, 2007).

    Secara umum permainan yang dikembangkandapat mengembangkan kecerdasan majemukanak. Kecerdasan intelektual anak, sepertipemainan Cugol mampu membantu anak untukmengembangkan kecerdasan intelektualnya.Permainan tersebut akan menggali wawasan anakterhadap beragam pengetahuan dan mengem-bangkan kecerdasan emosi dan antarpersonalanak. Umumnya permainan tradisional dilakukansecara berkelompok, melalui berkelompok anakakan:1) mengasah emosinya sehingga timbultoleransi dan empati terhadap orang lain; dan 2)nyaman dan terbiasa dalam kelompok.

    Mengembangkan kecerdasan logika anak.Beberapa permainan tradisional melatih anakuntuk berhitung dan menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya. Mengembangkankecerdasan kinestetik anak. Pada umumnya,mendorong para pemainnya untuk bergerak,seperti melompat, berlari, menari, berputar, dangerakan-gerakan lainnya.

    Mengembangkan kecerdasan spasial anak,bermain peran dapat mendorong anak untukmengenal konsep ruang dan berganti peran(teatrikal). Mengembangkan kecerdasan musikalanak. Nyanyian atau bunyi-bunyian sangat akrabpada permainan tradional, umumnya dilakukansambil bernyanyi.

    Mengembangkan kecerdasan spiritual anak:1) dalam permainan tradisional mengenal konsepmenang dan kalah. Namun, menang dan kalah initidak menjadikan para pemainnya bertengkaratau minder. Bahkan ada kecenderungan, orangyang sudah bisa melakukan permainan meng-ajarkan tidak secara langsung kepada teman-temannya yang belum bisa; 2) permainantradisional dilakukan lintas usia, sehingga parapemain yang usianya masih belia ada yangmenjaganya, yaitu para pemain yang lebihdewasa; 3) para pemain yang belum bisamelakukan permainan dapat belajar secara tidaklangsung kepada para pemain yang sudah bisa,walaupun usianya masih di bawahnya; 4)permainan tradisional dapat dilakukan oleh parapemain dengan multi jenjang usia dan tidak

    lekang oleh waktu; dan 5) tidak ada yang palingunggul, karena setiap orang memiliki kelebihanmasing-masing untuk setiap permainan yangberbeda.

    Pengembangan permainan yang dimainkanlebih dari satu orang anak dimaksudkan untukmengembangkan keterampilan sosial anak, tanpamengabaikan kecerdasan natural dan spiritualanak. Pada dasarnya PAUD dinilai berhasil bilaanak cinta kepada Tuhan, hormat kepada orangtua, mempunyai hobi, dan bisa berteman.

    APE ini bersifat edukatif dan tradisional, yangsalah satu tujuannya untuk memperkenalkanpermainan yang sudah menjadi tradisi dan budayasekitarnya. Dalam penelitian ini pendidik telahbersikap kreatif dan inovatif, karena selain dapatmembuat alat permainan, juga dapat meng-ajarkan permainan kepada anak didiknya.

    Hasil uji coba permainan secara kontekstualmenujukkan hasil yang positif, misalnya saat anakbermain mekuo-kuo, akan timbul pertanyaanbahwa buah/biji asam yang dijadikan alat ke-lengkapan permainan apakah sama yang dipakaiibu memasak ikan? Pendidik menjawab sama.Demikian pula saat anak diajak keluar di sekitarKB untuk melihat langsung pohon asam, merekamemperhatikan secara cermat, bahkan merekaberusaha memeluk pohon asam, dan selanjutnyamereka mencari buah asam, kemudian merekamengupas untuk melihat isi dan biji buah asam.Dengan demikian, timbul kecerdasan naturalisanak, yaitu mereka semakin mencintai lingkunganalam sekitarnya, memelihara lingkungan alam,gemar menanam buah-buahan dan kembang.Dalam hal ini terjadi dampak pengiring, yaitudampak yang tidak merupakan tujuan awalkegiatan ini.

    Pemanfaatan permainan tradisional yangbersumber dari budaya daerah semakin urgenuntuk dikaj i lebih mendalam, karena dapatdiperoleh manfaat, baik secara kognitif, psikologis,maupun sosial. Dari permainan tradisional dapatmengajarkan nilai-nilai kejujuran, sportivitas,kegigihan, dan kegotong-royongan.

    Secara empiris, dalam permainan cugol (cukkegol) menonjolkan kerja sama, dan kompetisi(keterampilan sosial). Permainan bola keranjangmenonjolkan keterampilan kognitif, keterampilanmotorik, dan keseimbangan. Permainan tradisional

  • 249

    Anwar, Mursidin T, dan Husain Ibrahim, Model Pengembangan Alat Permainan Edukatif Berbasis Sosial Budaya pada Pembelajaran Anak Didik KelompokBermain

    memiliki makna simbolis di balik gerakan, ucapan,maupun alat-alat yang digunakan. Pesan-pesantersebut bermanfaat bagi perkembangan kognitif,emosi, dan sosial anak sebagai persiapan/saranabelajar menuju kehidupan pada masa dewasa.Upaya pengembangan dan pelestarian budayatradisional ini harus senantiasa dilakukan agaranak sejak usia dini dapat mengenal danmencintai budayanya, sehingga tidak tergilas olehzaman dan dinamika masyarakat modern. Bagianak, permainan merupakan sesuatu yangmengasyikkan dan menyenangkan, karenapermainan itu memuaskan dorongan penjelajahanlingkungan dengan berbagai variasi yangmelibatkan panca indera anak.

    Peraturan untuk mengawali suatu permainanada dua cara, yaitu: 1) kesepakatan di antarakedua pihak/kelompok tanpa ada paksaan olehlawan atau pihak luar; 2) melalui suten/undiandengan memakai batu ceper atau kayu/papan,dan selanjutnya permainan dimulai. Dalamkenyataannya hampir tidak ditemukan sikapprotes, melanggar aturan yang disepakati, dansakit hati di antara pihak-pihak yang bermain(Wardani, 2009).

    Pesatnya perkembangan permainan elektro-nik membuat posisi permainan tradisional semakintergerus dan nyaris tak dikenal. Penanamanwawasan kebangsaan pada anak usia dini melaluiAPE, diharapkan dapat mempersiapkan merekakelak sebagai manusia-manusia yang mempunyaiidentitas di dalam masyarakat lokalnya sekaligusmempunyai visi global untuk membangun duniabersama.

    Penelitian ini mengajak pendidik, orang tua,dan masyarakat dapat menyediakan alatpermainan edukatif yang dapat membangunkarakter anak sejak usia dini dengan mainan yangmengandung unsur budaya Indonesia. Meskipundi sisi lain, anak juga tidak bisa dijauhkan darimainan impor dengan jalan memilih yang relevandengan perkembangan usia anak dan tidakmerusak budaya bangsa. Mainan impor darinegara lain secara tidak sadar akan menjadipenjajahan budaya melalui alat permainantersebut.

    Unsur-unsur budaya Indonesia dapatdiintegrasikan dalam pembuatan APE buatanpendidik, home industry atau pabrik. Rumah adat

    tradisional dapat diproduksi dalam ukuran rumahboneka. Bentuknya bisa mirip rumah adat, tetapipernak-perniknya tidak perlu sedetail rumahaslinya. Melalui rumah adat untuk boneka anakmengenal rumah adat Indonesia.

    Selama ini pendidik dan pengelola KB danPAUD pada umumnya menempatkan pengadaanAPE sebagai salah satu kendala utama dalampengembangan KB. Mereka memahami bahwaAPE yang baik hanya dapat diperoleh melaluipembelian dari buatan luar. Kreativitas guru dalammengembangkan bahan belajar berupa per-mainan edukatif tradisional merupakan dampakpengiring yang mendeskripsikan dampak jangkapanjang yang dapat dicapai dari suatu programpendidikan (Wulandari, 2009).

    Dampak pengiring lainnya bisa terjadi ialahpelibatan orang tua dan peserta didik untukmembuat bahan belajar berupa alat permainan,yang merupakan dampak pengiring sekaligusdampak ekonomis. Dengan demikian, hal inimengubah pemikiran pendidik dan orang tua yangselama ini memahami bahwa permainan yangharus dipelajari di KB harus permainan dari luaryang dibeli dengan harga mahal. Para pendidikdan orang tua akan perlahan-lahan menyadariperlunya kreativitas dalam mengembangkanbahan belajar bagi anak, sekaligus akan ber-dampak pengiring lebih jauh lagi, kelak anaksetelah dewasa akan muncul pemikiran kreatif daninovatif untuk mengeksplorasi sumber daya alamsekitarnya secara produktif, ekonomis, dansenantiasa memelihara lingkungan alam karenasejak kecil mereka telah ditanamkan kecerdasanmencintai alam sekitarnya (kecerdasan naturalis).

    Baik dampak instruksional maupun dampakpengiring ditemukan dalam rangkaian penelitianini, sekaligus menunjukkan bahwa prosespenelitian ini telah berjalan dengan baik karenaselain mencapai tujuan yang telah dirumuskan,juga dapat memperoleh manfaat ganda, yaituberupa dampak pengiring yang merupakan salahsatu indikator keberhasilan penelitian. Untukmelihat sejauh mana efektivitas dalam imple-mentasi pembelajaran dalam bentuk permainanbagi anak KB, perlu diadakan keberlanjutanprogram dalam bentuk disiminasi melalui kegiatanpengabdian pada masyarakat, agar efektivitaspembelajaran yang memanfaatkan alat per-

  • 250

    Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013

    mainan edukatif berbasis sosial budaya dapatdiukur secara lebih efektif karena dapat ditransferatau diadopsi oleh subjek yang lebih luas.

    Temuan ini memberi nuansa kesadaranmasyarakat akan potensi lingkungannya baiklingkungan alam maupun lingkungan sosialbudayanya. Potensi ini akan lebih baik, jika dapatdidukung oleh manusia kreatif, yang bisa lahir dariprogram pengembangan seperti ini baik daripendidik, anak didik, maupun dari masyarakatsekitarnya. Dampak edukatif dan psikologis daripengembangan ini merupakan titik pangkal untukmengkaji dampak dalam bidang pelestarian danpengembangan budaya dan lingkungan alam,yang pada akhirnya berdampak ekonomi terhadapKB melalui kemasan APE dalam bentuk industrikecil/kerajinan.

    Simpulan dan SaranSimpulanHasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama 2tahun dengan subjek 4 KB, yang setiap KBmengembangkan 2 jenis APE setiap tahun. Padaakhirnya berhasil dikembangkan 12 jenis APE yangberasal dari latar sosial budaya dan lingkunganalam sekitar KB. APE yang telah dikembangkanterbukti disenangi anak untuk memainkannyakarena terkait dengan potensi alam danlingkungan sosial budaya sekitar peserta didik.

    Strategi pengembangan APE dilakukandengan prinsip: 1) mudah diperoleh bahanbakunya, karena ada di sekitar KB, 2) dapatmeningkatkan kecerdasan natural anak, karenabahan bakunya dapat secara langsung diamati

    oleh anak di sekitarnya, 3) dapat meningkatkankreativitas tenaga pendidik, karena parapendidikan dapat merancang dan membuat sendiriAPE yang bersumber dari lingkungan sosial budayadan alam sekitarnya, 4) sebanyak 12 jenis alatpermainan yang dikembangkan cukup ekonomis,pengadaannya mudah dan murah dibandingdengan alat permainan nontradisional, tidakberbahaya bagi anak, serta dapat dikembangkanuntuk dijual di pasaran, sehinga memberi nilaiekonomis bagi KB.

    SaranMengacu pada simpulan disarankan perlumengadakan: 1) pelatihan terhadap guru PAUDuntuk pengembangan alat permainan, baik yangberasal dari budaya tradisional maupun dari motifbaru sesuai dengan kebudayaan dan kepribadianbangsa; 2) perumusan kurikulum PAUD denganmemperhatikan potensi sosial budaya danlingkungan alam sekitar; dan 3) mengadakanlomba permainan APET untuk anak didik PAUD,sehingga semakin berkembang kecintaanterhadap budaya bangsa; 4) mengadakan lombapengembangan APET untuk pendidik PAUD,sehingga pendidik semakin kreatif dalampengadaan bahan belajar baik dalam jumlahmaupun kualitas permainan; dan 5) dinaspendidikan dan kebudayaan, tokoh masyarakat,guru, serta orang tua melakukan kajian danmelestarikan melalui pembelajaran ulang kepadagenerasi sekarang melalui proses modifikasi yangdisesuaikan dengan kondisi lingkungan.

    Pustaka Acuan

    Anwar dan Ahmad, Arsyad. 2004. Pendidikan Anak Dini Usia. Bandung: Alfabeta.

    Anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabeta.

    Anwar, Mursidin T, dan Ibrahim, Husaian. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran melaluiPemanfaatan Alat Permainan Edukatif Berbasis Sosial Budaya untuk Meningkatkan KecerdasanNaturalis pada Anak Didik Kelompok Bermain. Kendari: Laporan Penelitian Hibah Bersaing Dikti.

    Borg, Walter. R and Gall, Meredith. D. 1989. Educational Research An Introduction. New York: Longman.

    Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. 2002. Acuan Menu Pembelajaran pada Kelompok Bermain.Jakarta: Ditjen PLSP Depdiknas.

    Galib, La Marota. 2002. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di

  • 251

    Anwar, Mursidin T, dan Husain Ibrahim, Model Pengembangan Alat Permainan Edukatif Berbasis Sosial Budaya pada Pembelajaran Anak Didik KelompokBermain

    Sekolah. Dalam Jurnal Pendidikan dan kebudayaan. No. 034 Jauari 2002.

    Gutama. 2002. Tantangan yang Harus Dijawab Pendidikan Anak Dini Usia dalam Jurnal Ilmiah AnakDini Usia. Edisi 01 April 2002

    Hanurani, L. 2003. Beberapa Cara Mengidentifikasi Sumber Belajar dan Kebutuhan Belajar dalamMasyarakat. Dalam Jurnal Gita Setrai. No. 2 tahun 2003.

    Jalal, Fasli. 2007. Pendidikan, Input Tumbuh Kembang Anak. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0902/09/teropong/lain01.htm. Akses, 14 Maret 2007.

    Jalal, Fasli dan Supriadi, Dedy. 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta:Adicita Karya Nusa.

    Johnson, Elaine B. 2006. Contextual Teaching and Learning. Penerjemah Ibnu Setiwan. Bandung: MizaMedia Utama.

    Kementerian Pemberdayaan Perempuan.2003. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentangPerlindungan Anak. Jakarta.

    Saputra. 2003. Anak dan Perkembangan Moral dalam Jurnal Visi: Kajian Pendidikan Luar Sekolah danPemuda. Nomor 15 Tahun XI 2003.

    Semiawan, Cony R. 2002. Pendidikan Anak Dini Usia Belajar melalui Bermain dalam Jurnal Ilmiah AnakDini Usia. Edisi 01 April 2002

    Spradley, James P. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Reneihart and Winston.

    Umar, Muhammad. 2004. Model Pengembangan Alat Permainan Edukatif Tradisional Anak Usia 3-6 Tahun.Kendari: Balai Pengembangan Kegiatan Belajar.

    Wardani, Dani. 2009. Potret Permainan Tradisional Indonesia. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:DSObB4dWWikJ:www.tokoacc.com/news/9/Potret-Permainan-Tradisional-Indonesia+permainan+tradisional &cd=15&hl=id&ct=clnk&gl=id. Akses26 November 2010

    Wahyudi. 2003. Tinjauan Aspek Budaya pada Pembelajaran IPA: Pentingnya Kurikulum IPS BerbasisKebudayaan Lokal. Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 040 Januari 2003.

    Wulandari, Irene Evy. 2009. Pembelajaran yang Menumbuhkan Kepedulian: Studi KualitatifFenomenologis di Sekolah Dasar Gunung Brintik, Semarang, Jawa Tengah. Disertasi Doktor: UMMalang. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/ article/ view/1038/0. Akses, 30Oktober 2009.

    Yusuf, Muhammad. 2005. Penelitian tentang Perbandingan Beberapa Variabel antara Anak Berbakatdan Anak Normal di Beberapa SD di Kota Madya Surakarta. Dalam Jurnal Rehabilitas danRemediasi. No. 12 Tahun ke-14.

    Zuhara, T.D. 2002. Perilaku Berwawasan Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan Dilihat dariKeinovatifan dan Pengetahuan tentang Lingkungan. Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.No. 036 Mei 2002.