efek praktek pencitraan para pejabat di media massa ... · web viewakibatnya, partai-partai...

59
Makalah Sosiologi Komunikasi 1 Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat Disusun Oleh: Achmad Jamaluddin Amelia K. Rosidi Dede Setiawan Elika Winanda Hanifa Choirunisa Ridho Azlam A. Siti Nurinah A. Yogo Septian Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa Terhadap Kehidupan

Upload: buihuong

Post on 30-Jan-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

Makalah Sosiologi Komunikasi

Universitas Mercubuana Jakarta

Fakultas Ilmu Komunikasi

2012

1Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Disusun Oleh:

Achmad JamaluddinAmelia K. RosidiDede SetiawanElika Winanda

Hanifa ChoirunisaRidho Azlam A.Siti Nurinah A.Yogo SeptianYosi Dayanti

Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa Terhadap Kehidupan Bermasyarakat

Page 2: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

Kata PengantarPuji Sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas

dengan tepat waktu. Ucapan terima kasih kami kepada Bapak Iskandar selaku dosen

Sosiologi Komunikasi UMB, dan semua pihak yang telah berperan serta membantu

dari awal sampai akhir.

Tugas ini berisikan makalah tentang Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di

Media Massa terhadap Kehidupan Bermasyarakat, yang akan membahas tentang efek

pencitraan tersebut kepada masyarakat dalam kehidupan mereka sehari – hari. Pada

makalah ini juga kami tak terfokus kepada media massa sebagai kekuatan utama

pencitraan pejabat. Namun kami juga menyajikan informasi berkait lembaga-lembaga

yang ambil andil dalam memmbangun pencitraan tentunya dengan menggunakan

media massa sebagai alat mobilisasinya.

Dalam arena politik, banyak sekali strategi dan cara yang ditempuh para tokoh

politik untuk mencapai tujuannya. Apalagi seorang pemimpin Negara, wajib memiliki

cara untuk merebut hati rakyat, salah satunya dengan strategi politik pencitraan.

Strategi ini menonjolkan sikap dan sifat positif seorang pemimpin Negara agar

mendapat perhatian rakyat dan mendapat ruang dihati rakyat. Hal ini tentu saja

membuat semakin mantapnya posisi pemimpin/presiden dalam kursi jabatannya.

Dalam politik pencitraan tak lepas dari peran media yang menebar info pada

rakyat. Kami mencoba mengutip kalimat, “siapa yang menguasai media maka dia

akan menguasai dunia”. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pengaruh media

dalam strategi politik ini.

Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

kami selalu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun makalah ini

untuk lebih baik.

Jakarta, 12 Mei 2012

Kelompok 2

2Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 3: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

Daftar Isi

Sampul depan ........................................................................................................ 1

Kata Pengantar ...................................................................................................... 2

Daftar Isi .................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ 11

Politik Pencitraan di Indonesia .................................................................. 11

Komunikasi Politik dan strategi politik ................................ 11

Partai Politik ........................................................................ 13

Media Massa ....................................................................... 16

Lembaga Konsultan Politik ................................................. 18

Marketing Politik ................................................................ 19

Kekuatan kehumasan .......................................................... 20

Contoh Kasus ...................................................................... 21

BAB IV KESIMPULAN ............................................................................. 24

Komunikasi Politik dan strategi politik ................................ 24

Partai Politik ........................................................................ 24

Media Massa ....................................................................... 25

Lembaga Konsultan Politik ................................................. 25

Marketing Politik ................................................................ 25

Kekuatan kehumasan ........................................................... 26

SARAN ........................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA & REFRENSI .................................................................. 37

3Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 4: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

BAB I

PENDAHULUAN

Ada joke anak muda yang mengatakan, “jangan hanya melihat casing luarnya

saja, tapi lihatlah ke dalam isinya.” Joke ini sangat tepat untuk menyindir gaya

berpolitik politikus kita sekarang ini, yang notabene adalah seorang pilihan dari rakyat

di kalangannya. Di kalangan anak muda yang gaul, ada segudang istilah untuk

menyebut gaya politik “tampilan luar” semacam ini, diantaranya, “lebay”, “narsis”,

dan lain sebagainya.

Gaya politik pencitraan memang sangat menonjolkan “tampilan luar”, yaitu

gaya berpidato, ekspresi emosional, pandai bersandiwara, dan pintar membeberkan

angka-angka fantastis. Ketika sedang berpidato di depan publik, maka penampilannya

akan seperti pemain sinetron yang pintar mengundang air mata penonton, ataupun

“tukang jual obat” yang pintar menipu calon pembeli.

Ada beberapa konsekuensi dari penerapan politik pencitraan ini: pertama, kita

selalu menemukan ketidaksesuaian antara ucapan dan tindakan, dan ketimpangan

antara janji-janji dan pelaksanaannya. Kedua, ada proses manipulasi data, khususnya

statistik, yang sangat menonjol dan sistematis, seperti data soal angka kemiskinan,

pengangguran, dan lain-lain. Ketiga, aktor politik seringkali terlihat lambat dalam

merespon “situasi genting”, begitu banyak pertimbangan (soal image), dan tidak

pemberani dalam mengambil-alih persoalan berat. Keempat, suka menyuap “mulut

kaum yang lapar” dengan program belas kasihan yang sangat terbatas, tentative, dan

tidak kontinyu, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Pada kenyataan, apa yang disampaikan oleh Presiden SBY terkadang

bertentangan dengan kenyataan. Sebagai misal, dia menjanjikan pemberantasan

korupsi tanpa memberi ampun, tetapi pemberian remisi terhadap koruptor berjalan

terus; dia menjanjikan kebijakan yang pro-poor, pro-job, dan pro-growth, tetapi

kenyataannya dia menjalankan kebijakan neoliberal yang menyebabkan kemiskinan,

pengangguran bertambah, kesenjangan ekonomi melebar, dan sebagainya.

4Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 5: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

Bukan berarti bahwa politik pencitraan tidak punya keterbatasan. Ibarat

gelembung sabun yang mudah pecah, politik pencitraan juga sangat mudah untuk

hancur. Bukti paling konkret dari keterbatasan politik pencitraan adalah kekalahan

Andi Malarangeng dalam pemilihan ketua umum partai demokrat.

Dan, akhir-akhir ini kita pun mulai menyaksikan rontoknya politik pencitraan

itu satu per satu, misalnya: publik mulai tahu bahwa anggaran pidato presiden adalah

Rp1,9 milyar (sumber: RKA-KL Setneg/Rakyat merdeka online); anggaran baju dan

furniture Presiden mencapai 42 milyar (sumber:FITRA). Padahal, pak SBY sering

menyebut dirinya sebagai pro-rakyat, tidak hidup mewah, dan membenci

penghamburan uang negara.

Di samping itu, rakyat juga agak kecewa dengan sejumlah sikap lamban SBY

dalam merespon beberapa isu, seperti kasus cicak versus buaya, sengketa perbatasan

dengan Malaysia, dan pembatalan kunjungan ke Belanda. Pendek kata, karena politik

pencitraan hanya menonjolkan tampilan luar, maka dengan mudah pun ia akan

tersingkap. Selain hukum waktu yang akan berbicara, hembusan angin kritis dari

rakyat pun bisa menyingkapnya.

5Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 6: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

BAB II

LANDASAN TEORI

Para ilmuwan komunikasi dari dulu sampai sekarang berbeda pendapat

mengenai kekuatan media massa memengaruhi pendapat dan sepak terjang khalayak.

Sebagian mengatakan sesungguhnya media itu sangat  powerfull. Media tidak hanya

sanggup memengaruhi opini publik, tapi juga tindakan publik. Di sisi lain, pengaruh

media dikatakan terbatas, tergantung pada konteks ruang dan waktu, dan di mana

media itu bekerja. Bagi mereka yang menganggap the media is powerfull, kemudian

melahirkan beberapa teori komunikasi massa yang memiliki pengaruh besar terhadap

masyarakat dan budaya, yakni teori Agenda Setting, teori Dependensi, Spiral of

Silence, dan Information Gaps. Namun yang akan kami bahas lebih mendalam kali ini

adalah teori agenda setting, diantara teori-teori tersebut. Kami juga mengambil

beberapa teori yang kami dapat dan kami pelajari dari beberapa matakuliah yakni

teori komunikasi, komunikasi politik, dan berbagai macam sumber lainnya.

Diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Model Jarum Hipodermik Model jarum hipodermik merupakan model komunikasi massa yang bersifat

linier dan satu arah. Bila kita menggunakan komunikator yang tepat, pesan yang baik

atau media yang benar, komunikan dapat diarahkan sekehendak hati kita.

Model Jarum Hipodermik (Peluru Ajaib)

S – M – C – R – E

Sifat:

- khalayak pasif/tidak penting

- efek sama sebab atomistic (tergantung pada media)

6Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 7: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

Model ini mempunyai asumsi bahwa komponen-komponen komunikasi

(komunikator, pesan, media) amat perkasa dalam mempengaruhi komunikasi. Disebut

model jarum hipodermik karena dalam model ini dikesankan seakan-akan

komunikasi “disuntikan” langsung ke dalam jiwa komunikan. Sebagaimana obat

disimpan dan disebarkan dalam tubuh sehingga terjadi perubahan dalam sistem fisik,

begitu pula pesan-pesan persuasif mengubah sistem psikologis. Model ini sering juga

disebut “bullet theory” (teori peluru) karena komunikan dianggap secara pasif

menerima berondongan pesan-pesan komunikasi. Bila kita menggunakan

komunikator yang tepat, pesan yang baik, atau media yang benar, komunikan dapat

diarahkan sekehendak kita. Karena behaviorisme sangat mempengaruhi model ini,

Defleur menyebutnya sebagai “the mechanistic S-R theory” (Defleur, 1970).

Dari teori ini sudah dapat di ambil garis besar betapa pentingnya seorang aktor

politik menggunakan atau bahkan memiliki kantor media dalam membangun citra

politiknya di hadapan khalayak umum. Sehingga masyarakat dapat mengetahui pesan

yang dia sampaikan baik dalam bentuk kampanye, menanggapi suatu isu, atau sekedar

menghibur masyarakatnya.

2. Agenda SettingTeori agenda setting pertama kali dikemukakan oleh Walter Lippman (1965)

pada konsep “The World Outside and The Picture in Our Head” yang sebelumnya

telah menjadi bahan pertimbangan oleh Bernard Cohen (1963) dalam konsep “The

mass media may not be successful in telling us what to think, but they are stunningly

successful in telling us what to think about“. Dengan teknik pemilihan dan

penonjolan (Framing), media memberikan cues tentang mana issue yang lebih

penting (Becker, 1982:530). Khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu masyarakat

dan hal-hal lain melalui media, mereka juga belajar sejauh mana pentingnya suatu isu

atau topik dari penegasan yang diberikan oleh media massa.

Asumsi dasarnya adalah: “To tell what to think about” (membentuk persepsi

khalayak tentang apa yang dianggap penting). Dasar pemikirannya adalah: diantara

berbagai topik yang dimuat media massa, topik yang lebih banyak mendapat

perhatian dari media massa akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya, akan

7Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 8: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

dianggap penting dalam suatu periode tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi topik

yang kurang mendapat perhatian media massa.

Model ini menekankan adanya hubungan positif antara penilaian yang

diberikan media terhadap suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak

pada persoalan tersebut. Dengan kata lain, “apa yang dianggap penting oleh media,

akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Apa yang dilupakan media, akam

luput juga dari perhatian masyarakat”.

Pengaruh media terasa lebih kuat pada masyarakat, karena orang memperoleh

banyak informasi tentang dunia dari media massa pada saat yang sama sehingga sukar

untuk mengecek kebenarannya. efek derasnya arus informasi yang beredar.

Adanya Framing (Pembingkaian)

Framing yang dilakukan media membuat suatu berita terus menerus

ditayangkan di media sehingga muncul agenda publik. Seperti yang dikatakan Robert

N. Ertman, framing adalah proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian

tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Masyarakat akan

menjadikan topik utama yang diangkat oleh media sebagai bahan perbincangan

sehari-hari. Pengaruh dari teori agenda setting terhadap masyarakat sungguh besar.

Dampak dari media massa yang terus mem-blow up kasusnya terbentuklah opini

publik yang cenderung untuk memberinya dukungan.

Agenda setting sendiri baru menunjukan keampuhannya jika agenda media

menjadi agenda publik. Lebih hebatnya lagi jika agenda publik menjadi agenda

kebijakan. Bernard C. Cohen (1963) mengatakan bahwa pers mungkin tidak berhasil

banyak pada saat menceritakan orang-orang yang berpikir, tetapi berhasil

mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa. Kita bisa memakai media apa

saja untuk membangun opini, tapi jika tidak sejalan dengan selera publik, maka isu

yang dibangun dengan instensitas sekuat apa pun belum tentu efektif.

8Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 9: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

3. Uses and Gratification Model (Model Kegunaan dan

Kepuasan)Merupakan pengembangan dari model jarum hipodermik.

Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri khalayak, tetapi

tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media, sebab khalayak dianggap aktif

menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.

Studinya memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan

kepuasan (gratification) atas kebutuhan seseorang (psikologis dan sosial)

- Jadi, dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan

kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak

- apa yang dilakukan khalayak terhadap media

(aktif)

Berbeda dengan Jarum Hypodermis

- apa yang dilakukan media terhadap khalayak

(pasif)

Dengan mengetahui tingkat kepuasan yang didapat dari hasil survei atau opini

publik. Hal tersebut membuktikan atau memberi informasi sukses tidaknya pesan

politik yang disampaikan dari aktor politik melalui media massa kepada masyarakat

(khalayak/komunikan) secara umum.

4. Teori komunikasi politik empati Menurut teori ini, komunikasi politik diukur dari keberhasilan komunikator

(subjek komunikasi) memproyeksikan diri dalam sudut pandang orang lain.

Komunikasi politik berhasil apabila dapat menanamkan citra diri si komunikator

dalam suasana alam pikiran masyarakat, atau secara ringkas, membangun empati

masyarakat. Sehingga ketika sang aktor politik muncul di media massa yang sudah

didandani sedemikian rupa oleh konsultan politiknya untuk melakukan praktek

9Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 10: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

komunikasi (entah dalam pesan yang bagaimana), agar masyarakat (khalayak)

sehingga benar-benar merasakan hal yang sangat dekat, percaya, dengan apa yang di

rasakan oleh aktor politik tersebut.

5. Komunikasi adalah berkah sekaligus kutukan. Seperti disimbolkan dalam kisah Menara Babel, umat manusia terpecah-belah

ketika berkomunikasi tetapi tidak saling memahami karena masing-masing

menggunakan bahasa yang berbeda. Kemampuan bahasa dan reproduksi saluran-

saluran komunikasi adalah lompatan peradaban manusia, mendekatkan jarak sehingga

muncul istilah global village tetapi juga memisahkan satu sama lain dalam jurang

persepsi. Begitu banyak persoalan, mulai dari hubungan antara dua manusia, pada

tingkat keluarga, kelompok kecil, masyarakat, hingga korporasi dan negara-bangsa,

muncul akibat problem komunikasi.

6. American StyleDalam kehidupan politik, hubungan antara elite dan publik, persoalan-

persoalan komunikasi menjadi salah satu kajian yang tergolong esoteris dalam

khazanah ilmu-ilmu sosial. Pada konteks Indonesia, kita mengalami bauran

kompleksitas komunikasi politik akibat komunikasi gaya Amerika yang menekankan

pada aspek pencitraan, sehingga sering pula disebut politik pencitraan. Penulis

menyebutnya sebagai “gaya Amerika” karena modus komunikasi politik pencitraan

secara sistematis melalui pemanfaatan media massa pertama kali dipraktikkan oleh

Lyndon B Johnson saat bertarung dalam pemilu Amerika Serikat.

10Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 11: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

BAB III

Pembahasan

Politik Pencitraan di Indonesia

Politik mencakup lebih dari sekedar pengelolaan masalah publik, struktur dan

organisasi pemerintah serta kampanye pemilu yang bersemangat. Lebih dari itu,

politik mencakup aspirasi, tujuan, keyakinan, dan nilai - nilai kemanusiaan. Politik

berkaitan dengan teori dan praktek, keterampilan filosofis serta teknis. Terjun

kedalam dunia politik, haruslah memliki prasyarat utama. Atau komposisi utama

berpolitik, agar berpolitik bukan saja permainan belaka, tapi berpolitik adalah upaya

sungguh-sungguh mengabdi pada kepentingan rakyat banyak.

Dewasa ini, misalnya, dalam konteks pertarungan politik atau kontes politik

faham pencitraan makin diperhatikan. Pencitraan menjadi keharusan agar seseorang

kandidat (pemimpin) terpilih menduduki jabatan-jabatan politik. Tanpa pencitraan,

rasa-rasanya dunia politik tak menarik saja, katakanlah bumbu yang dianggap

“pamungkas” untuk memenangkan pertarungan “masak-memasak.”

Banyak sekali aspek yang diperhitungkan dalam mengkampanyekan citra

politik. Lembaga yang berperan “memuluskan” pencitraan adalah partai politik,

media massa, juga lembaga konsultan politik. Lembaga inilah yang menggagas,

merumuskan dan merampungkan paket pencitraan politik. Makalah ini akan mencoba

menyoroti tentang politik pencitraan di Indonesia, marketingnya dan sejauh mana

pencitraan tersebut memiliki andil terhadap tingkat keterpilihan tokoh. Juga tentang

ekses buruk dari politik pencitraan yang berlebihan.

Komunikasi Politik dan Strategi Politik

Komunikasi politik di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia

biasanya menggunakan dua sistem komunikasi dominan, yaitu media massa modern

dan sistem komunikasi tradisional. Untuk mempengaruhi masyarakat, maka perlu

11Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 12: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

untuk memilih sarana komunikasi yang tepat, sesuai dengan keperluan dan kepada

siapa pesan politik ingin disampaikan.

Dalam masyarakat perkotaan, apalagi kelas menengah, media massa menjadi

akses utama komunikasi politik karena pola hidup mereka yang mobile, dan hampir

tidak punya waktu untuk melakukan komunuikasi dengan orang lain. Media massa

atau internet menjadi medium paling pas menyampaikan pesan-pesan politik dan

mengetahui umpan balik.

Sementara untuk masyarakat pedesaan, apalagi masyarakat pedalaman yang

secara literal tidak memiliki tradisi baca, pesan politik hanya bisa disampaikan oleh

sistem komunikasi tradisional. Komunikasi yang paling efektif adalah dengan

menggunakan sistem komunikasi lokal yang sesuai dengan budaya mereka.

Pendekatan dengan tokoh-tokoh kampung menjadi pengatur lalu lintas opini

menjadi kunci keberhasilan dalam sistem komunikasi tradisional ini. Tidak heran bila

banyak pasangan kandidat dan tim sukses melakukan berbagai pendekatan dan

strategi untuk mempengaruhi opini sang tokoh, dengan harapan tokoh tersebut akan

menggunakan pengaruhnya untuk memilih sang kandidat. Pola-pola ini merupakan

pola-pola umum yang digunakan hampir oleh semua kandidat dalam bursa politik di

Indonesia.

Penggunaan media massa untuk kepentingan kampanye bisa dikatakan masih

sangat terbatas. Hanya beberapa kandidat yang mengiklankan dirinya di tabloid,

internet dan koran lokal di Indonesia. Selebihnya mereka lebih memilih untuk

mengkampanyekan dirinya melalui kalender, stiker, dan spanduk yang biayanya jauh

lebih murah dan bertahan lama.

Tidak dipilihnya media massa sebagai kampanye terbuka sangat terkait

dengan; Belum dimulainya putaran kampanye resmi, atau karena kampanye melalui

media massa di samping mahal, juga memiliki daya tahan yang terbatas. Namun,

boleh jadi penggunaan media massa akan dipacu menjelang hari H pemilihan, karena

jarak jangkau media massa yang luas, apalagi media massa cetak dengan oplah besar

diharapkan bisa mempengaruhi sikap akhir pemilih.

Sebagai agen politik, media massa bisa melakukan proses pengemasan pesan

dan proses inilah yang sebenarnya membuat sebuah peristiwa atau aktor politik

12Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 13: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

memiliki citra tertentu. Pencitraan politik seringkali sangat efektif untuk menaikkan

pamor atau menghancurkan pamor aktor politik. Namun masalahnya, media yang

menjadi agen politik harus meninggalkan objektivitasnya dan memanipulasi fakta

sebagai alat untuk kepentingan politik.

Sejauh ini, pola komunikasi tradisional masih menjadi pilihan strategi

dominan oleh para kandidat dan tim sukses. Kyai dan ulama merupakan sasaran

kampanye paling strategis, sehingga hampir setiap saat Kyai dikunjungi oleh para

kandidat. Bahkan kadang-kadang jadwalnya bertabrakan dengan jadwal kandidat lain.

Keyakinan para kandidat dan tim sukses terhadap pengaruh ulama menjadi penyebab

kenapa dipilih sebagai arena kampanye. Sebagai bagian dari sistem sosial masyarakat,

masih dipandang penting dalam sistem kepercayaan masyarakat termasuk dalam

persoalan politik. Namun, karena hal itu, tak urung ulama dikritik menjadi arena

politik praktis.

Menjadikan Kyai dan ulama sebagai jalan menuju kursi kekuasaan politik

tidak sepenuhnya salah. Sah-sah saja setiap orang atau lembaga menggunakan haknya

untuk berpolitik. Namun yang disayangkan adalah apabila Kyai dan ulama

dimanipulasi untuk keperluan politik praktis jangka pendek yang bisa mengorbankan

citra Kyai dan ulama secara mayoritas. Karena politik tidak jauh dari praktik “siapa

menguasai siapa, dan siapa memanfaatkan siapa”.

Selain Kyai dan ulama, para kandidat juga berupaya memperoleh dukungan

dari militer. Lembaga ini memiliki pengaruh langsung terhadap masyarakat baik

secara sukarela maupun karena takut. Pendekatan-pendekatan personal dilakukan

kepada pejabat, Ini sudah bukan rahasia. Apalagi jika kita menengok parktek-praktek

politik yang terjadi di Indonesia selama ini.

Partai Politik

Partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau

dibentuk dengan tujuan khusus. Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir

yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama.

Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut

13Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 14: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

kedudukan politik dengan cara konstitusionil untuk melaksanakan kebijakan-

kebijakan mereka.

Realitas politik di Indonesia menunjukan bahwa sebagian besar partai politik

tidak menjalankan fungsinya secara maksimal. Partai politik masih menerapkan

pragmatisme politik semata ketimbang mengimplementasikan fungsi-fungsi yang

dimilikinya. Kondisi ini terutama terlihat jelas dalam tahapan kampanye, dimana

sosialisasi dan pendidikan politik sangat minim sekali (bahkan nyaris tidak ada).

Partai politik seperti pernah disinggung, memainkan peran yang kuat dalam

pencitraan politik kader-kadernya. Dengan mesin partai yang terstruktur,

penggalangan sumberdaya menjadi lebih mudah dan tepat. Mendekati musim

pemilihan partai politik berlomba melakukan seringkain bentuk pencitraan diri agar

mendapat simpati dari konstituen masyarakat. Partai-partai politik berlomba

menciptakan iklan, yang dapat mencitrakan partai atau tokohnya, yang dapat menarik

perhatian rakyat. Ini dianggap pilihan-pilihan politik yang kreatif,yang tujuannya

mendapat dukungan yang luas

Yang menarik, bahwa ada partai politik yang membuat iklan dengan

menampilkan tokoh-tokoh masa lalu, yang berubah menjadi  'kontroversi'. Tapi,

dianggap masalah penampilan iklan itu, yang penting kontroversi itu menjadi

konsumsi politik rakyat. Misalnya yang menjad sorotan adalah, adanya sebuah partai

yang tiba-tiba menggulirkan isu untuk pengangkatan Almarhum Jenderal Soeharto

sebagai Pahlawan. Ini jelas sebuah strategi penggalangan emosi masasa yang cukup

baik.

Bahkan, bagi partai partai yang ingin menjadi partai besar, tak segan-segan

membuat iklan yang lebih populis, merakyat, dan memposisikan partainya benar-

benar sebagai partai pembela rakyat. Partai politik masih berparadigma konvensional,

yang menempatkan kampanye sebagai ajang unjuk kekuatan ketimbang wahana

penyampaian wacana politik dalam rangka pendidikan politik bagi masyarakat.

Kondisi ini menunjukan adanya mal-fungsi dari partai politik, dalam hal ini fungsi

partai politik sebagai sarana sosialiasi dan pendidikan politik tidak berjalan.

Begitupula halnya dengan realisasi dari fungsi partai politik sebagai peredam

dan pengatur konflik. Partai politik belum bisa menempatkan diri sebagai sebuah

14Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 15: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

institusi politik yang inklusif yang menampung aspirasi masyarakat dan mendeteksi

secara dini potensi dan gejala munculnya konflik dalam masyarakat. Bahkan, kerap

kali partai politik terlibat langsung dalam konflik atau menjadi biang keladi

munculnya sebuah konflik dalam masyarakat.

Dan kondisi ini terlihat jelas dalam tahapan kampanye, dimana terjadi konflik

terbuka antar partai yang memunculkan konflik antar kelompok masyarakat. Mal-

fungsi dan partai politik (terutama dalam fungsinya sebagai sarana sosialisasi dan

pendidikan politik serta sarana peredam dan pengatur konflik) ini terjadi sebagai

akibat dari; pertama, kemunculan partai yang lebih disebabkan oleh eufona politik

semata, bukan dilandasi oleh kebutuhan dan pemikiran politik yang dewasa.

Hal ini menyebabkan partai-partai tersebut cenderung emosional dan reaktif

dalam berpolitik. Kedua, sebagian besar partai politik tidak memiliki visi, misi,

platform, dan program yang jelas. Ini merupakan dampak turunan dari kemunculan

partai politik itu sendiri yang dilandasi oleh euforia politik. Akibatnya tidak ada

wacana politik yang dapat ditawarkan kepada masyarakat, hanya konvoi dan arak-

arakan saja.

Dalam kaitan itu, partai politik tidak melakukan pendewasaan politik tetapi

melakukan pembodohan politik kepada masyarakat. Ketiga, struktur dan infrastruktur

politik yang dimiliki oleh sebagian besar partai politik (baru) sangat tidak memadai

bagi terealisasinya fungsi-fungsi dari partai politik. Hal ini dimungkinkan karena

usianya yang masih relatif muda, dibutuhkan waktu yang panjang untuk

mematangkan dan menguatkan struktur dan infrastruktur partai politik sehingga dapat

berfungsi sebagaimana mestinya.

Keempat, sebagian partai politik masih cenderung memiliki pemikiran politik

yang kurang dewasa, terutama menempatkan pemilu sebagai alat untuk memperoleh

kekuasaan semata. Pemilu hanya dilihat sebagai alat untuk mendapatkan jatah kursi di

legislatif. Fungsi lain dari pemilu diabaikan begitu saja. Akibatnya, partai-partai

politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk

memperoleh kekuasaan. Mal-fungsi dari partai politik tersebut pada akhirnya akan

mengurangi kualitas dari penyelenggaraan pemilu, terutama berkaitan dengan

pendidikan dan pendewasaan politik masyarakat.

15Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 16: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

Media Massa

Politik sering menempatkan media sebagai medan perang sekaligus panglima.

Hal ini dimungkinkan ketika media memiliki kekuatan penuh untuk memutuskan

informasi mana yang seharusnya diketahui atau tidak diketahui publik. Kondisi ini

menempatkan media sebagai pembentuk citra baru bagi individu atau lembaga. Hal

ini menjadikan berita terus mengalami redefinisi sesuai dengan kebutuhan masing-

masing.

Fakta juga kini telah berubah menjadi komoditas yang mudah dikemas, didaur

ulang dan dimaknai kembali. Maka wajar jika hampir seluruh media memberitakan

hal yang sama dan dari sumber berita yang sama. Seperti halnya pemberitaan masalah

pilkada langsung, hampir setiap media cetak maupun elektronik memberikan porsi

ruang dan waktu untuk mengulas pilkada langsung.

Dalam konteks komunikasi politik, peran media dalam mengulas pilkada

langsung tak sebatas hanya pada masa kampanye saja. Boleh dikatakan konstruksi

citra politik justru dibangun terus-menerus mulai pendaftaran calon kepala daerah ke

dalam berbagai ruang publik yang disediakan media massa. Citra dan stereotip secara

sadar atau tidak merupakan dua hal yang terus diusung media. Efek dari komunikasi

politik disengaja atau tidak disengaja telah melahirkan keberpihakan media.

Menurut John Hartley narasi berita hampir mirip dengan sebuah novel atau

karangan fiksi yang memunculkan sosok pahlawan dan penjahat. Media juga selalu

punya kecenderungan untuk menampilkan tokoh dua sisi untuk saling

dipertentangkan sebagai akibat pemahaman yang serampangan tentang.

Ruang-ruang publik yang termasuk di dalam media massa, menjadi ruang

ekspresi yang tak terlepas dari berbagai manuver, taktik, dan strategi politik yang

digelar oleh elite politik dalam suksesi. Teknik “pemasaran politik” dengan

mengemas “citra” tentang sosok calon kepala daerah dalam praktek politik citraan

(politics of image), menempatkan media massa sebagai pemegang kendali utama

pemberitaan, karena salah satu kekuatan media yang sangat diperhitungkan adalah

kekuatan menciptakan opini publik.

Media massa, termasuk berita surat kabar, merupakan konstruki kultural yang

dihasilkan ideologi, karena sebagai produk media massa, berita surat kabar

16Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 17: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

menggunakan kerangka tertentu untuk memahami realitas sosial. Lewat narasinya,

surat kabar menawarkan definisi-definisi tertentu mengenai kehidupan manusia: siapa

pahlawan, siapa penjahat; apa yang baik dan apa yang buruk bagi rakyat; apa yang

layak dan apa yang tidak layak untuk dilakukan oleh seorang pemimpin; tindakan apa

yang disebut perjuangan (demi membela kebenaran dan keadilan); isu apa yang

relevan dan tidak (Eriyanto).

Narasi yang dibangun dan dipoles sedemikian rupa dengan bahasa, tidak

sekedar untuk melukiskan suatu fenomena atau lingkungan, tetapi juga dapat

mempengaruhi cara melihat lingkungan kita. Implikasinya, bahasa juga dapat

digunakan untuk memberikan akses tertentu terhadap suatu peristiwa atau tindakan,

misalnya dengan menekankan, mempertajam, memperlembut, mengagungkan,

melecehkan, membelokkan, atau mengaburkan peristiwa atau tindakan tersebut.

Dalam dunia pencitraan, citra dan realitas menjadi dua kutub yang terus tarik

menarik. Citra telah berubah menjadi sebuah mesin politis yang bergerak kian cepat.

Strategi pencitraan dan teknologi pencitraan atau imagologi dikemas sedemikian rupa

untuk mempengaruhi persepsi, emosi, perasaan, kesadaran, dan opini publik sehingga

mereka dapat digiring ke sebuah preferensi, pilihan dan keputusan politik tertentu.

Sehingga dapat dikatakan bahwa pilkada langsung tak lebih dari pemilihan

image politik individu atau lembaga. Bukan calon kepala daerahnya, tetapi image-

nya. Citraan-citraan itulah yang dijual dalam pencalonan, kampanye dan janji-janji

politiknya. Dalam pilkada langsung orang dituntun memilih berdasarkan image.

Imagologi politik dalam tahapan pilkada ini mengarah pada semacam

diskontinuitas antara citra politik dan realitas politik, sehingga teknologi pencitraan

mengkonstruksi semacam realitas kedua (second reality) yang didalamnya terdapat

kebenaran yang dimanipulasi. Dalam bukunya simulation, Jean Baudrillard

mendefinisikan simulakra sebagai sebuah strategi penyamaran tanda dan citra

(disguising), sebuah proses penjungkirbalikan tanda yang menciptakan kekacauan,

turbulensi, dan indeterminasi dalam dunia representasi dan pertandaan.

Citra politik menjelma menjadi “kekuatan utama” dalam mengendalikan

wacana politik sehingga di dalamnya kini tidak hanya ada kekuatan pengetahuan,

tetapi lebih penting lagi menjelmanya “kekuatan citra” (power/image) sebagai

17Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 18: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

kekuatan politik. Meskipun pada akhirnya pemberitaan media menunjukkan sifat

netral atau berpihak, merepresentasikan fakta atau rekayasa fakta, menggambarkan

realitas atau hanya mensimulasi realitas. Namun yang jelas media tidak dapat

dilepaskan dari berbagai kepentingan, baik itu kepentingan ekomomi maupun

kepentingan ideologi.

Dalam menghasilkan pemberitaan politik misalnya, sebuah media dipengaruhi

oleh berbagai faktor internal berupa kebijakan redaksional tertentu mengenai suatu

kekuatan politik, kepentingan politik para pengelola media, relasi media dengan

sebuah kekuatan politik tertentu, dan faktor eksternal seperti tekanan pasar pembaca

atau permirsa, sistem politik yang berlaku, dan kekuatan-kekuatan luar lainnya (Ibnu

Hamad).

Wajah media memang ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi media berupaya

mendekati obyektifitas pemberitaan, namun di satu sisi yang lain media juga tak luput

dari keberpihakan dan ketidak berimbangan yang dapat dijadikan celah bagi tim

sukses untuk terus memasukkan pesan dan citra politik sosok calon kepala daerah.

Celah ini bisa dimanfaatkan bagi elit politik maupun tim sukses untuk

menjadikan media sebagai sarana pemasaran massal. Tak heran bila beberapa

pendapat mengatakan bahwa komunikasi politik di era informasi telah menjelma

menjadi ajang pemasaran massal yang di dalamnya tanda dan citra memainkan peran

sentral.

Lembaga Konsultan Politik

Bila menelusuri literatur, profesi konsultan politik sudah dikenal di publik AS

bahkan sebelum Perang Dunia II. Pada 1930-an, berdiri perusahaan Whitaker and

Baxter, yang cikal bakal konsultan politik modern. Berbasis riset dan kampanye

media, perusahaan ini membantu para kandidat untuk memenangi pemilu.

Bahkan, Bill Clinton pun mengakui bantuan konsultan politiknya, Dick

Morris, yang membuatnya tetap bertahan di kursi kepresidenan periode kedua meski

tersandung kasus Monica Lewinsky. Pun, seminggu sebelum hasil pemilu

diumumkan, Gallup Poll lebih dulu mengumumkan prediksi. Hasilnya, akurat.

18Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 19: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

Di Indonesia, profesi atau konsultasi politik “dibawa” oleh sekelompok yang

kita sebut saja sebagai “Ohio Mafia”, atau para akademisi lulusan Ohio State

University, seperti Denny Januar Ali dan Syaiful Mujani dan Professor William

Liddle. Mulanya mereka mendirikan Lembaga Survei Indonesia yang berkonsentrasi

pada riset opini publik dan survei politik. Namun kemudian Denny keluar, dan

mendirikan lembaga dengan nama yang hampir mirip, Lingkaran Survei Indonesia.

Lingkaran Survei Indonesia selain bergerak pada riset dan survei, juga

melayani jasa konsultan politik. Ini sebenarnya sesuatu yang paradoksial, sebab kerja

survei membutuhkan independensi, objektifitas dan kerja konsultan membutuhkan

keberpihakan dan subjektifitas. Beberapa tahun terakhir ini, banyak lembaga survei

dan konsultan politik didirikan. Ada lembaga yang hanya berkonsentrasi pada survei,

tapi ada juga lembaga yang menerima jasa keduanya (survei dan konsultan). Sebagai

salah satu media untuk pencitraan politik, lembaga konsultan politik cukup diminati

sekarang. Bisnis ini cukup fantastis dan dengan spektrum cukup luas.

Choel Mallarangeng, Direktur Fox Indonesia yang menangani “proyek politik

SBY”, mengatakan Tidak semua konsultan politik itu sama. Ada yang hanya

menangani isu saja, ada yang menangani style and contain client saja. Ada yang

menangani grass root campaign client saja, ada yang memimpin keseluruhan tim

pemenangan, ada yang media campaignnya saja. Bahkan bukan membuat eksekusi

media, tapi cuma creative brief, ada pelaporan dan adminitrasinya. Tapi kalau

tujuannya menang, begitu banyak secara holistik harus dilakukan untuk menang.

Di Indonesia jasa-jasa konsultasi politik semakin diminati. Dari pemilihan

kepala daerah sampai pemilu presiden, semuanya melibatkan jasa konsultasi politik

agar menjual pencitraannya kepada masyarakat. Menjamurnya iklan-iklan politik

merupakan andil dari lembaga konsultan politik. Semua tingkah laku tokoh politik

juga diatur sedemikian rupa.

Marketing Politik

Konsultan marketing politik penggunaan teknik-teknik pemasaran yang

sebelumnya hanya digunakan untuk produk-produk konsumen kemudian tumbuh

19Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 20: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

pesat dan berpengaruh menjadi bagian penting dalam memperluas jangkauan

kampanye hampir di semua tingkatan pemerintahan di Amerika Serikat.

Dengan kemajuan pengembangan teknologi di bidang media, pemasaran

politik telah menemukan alat baru untuk meningkatkan komunikasi yang persuasif.

Selama masa-masa kampanye para politisi telah terampil menggunakan media radio

untuk menyebarkan pesan-pesan mereka, salah satu contoh adalah Adolf Hitler lebih

dari dari 60 tahun memanfatkannya demikian juga dengan dan John F. Kennedy. Saat

sekarang, media internet bisa diandalkan menjadi media komunikasi yang baru.

Seorang Konsultan marketing politik pada umumnya bekerja lebih pada segi

aspek emosional pemilih dibandingkan dengan pemaparan program-program kerja

secara spesifik atau penjelasan teknis program. Media akan memiliki peran utama

dalam bidang pekerjaan para konsultan marketing politik akan tetapi media bukanlah

satu-satunya alat dengan melalui sebuah metode para konsultan marketing politik

mencakup penggunaan teknik-teknik penargetan dalam komunikasi jarak dekat atau

metode persuasi dengan campuran retorika melakukan rekayasa penggeseran tema

perdebatan dalam mempengaruhi tingkah laku pemilih.

Tema kampanye adalah bagian dari strategi ini sebagai pembuatan topik yang

menarik bagi pemilih. Kebijakan pelaku marketing politik dapat baik digunakan

sebagai penyebab mempromosikan seorang atau partai dalam suatu negara, Konsultan

marketing politik sering dipersalahkan berperilaku bagaikan menjual produk barang-

barang dibandingkan dengan ide-ide atau program politik.

Kekuatan kehumasan

Pencitraan politik di Tanah Air makin andalkan kekuatan kehumasan. Sejak

beberapa tahun lalu, partai-partai politik dan tokoh-tokohnya memanfaatkan kekuatan

itu secara lebih berarti dalam mesin politik mereka. 

"Partai politik dan tokohnya harus membangun komunikasi yang baik, jujur,

terbuka dan sesuai realitas," kata Ketua Umum Perhumas, Prita K Gani, dalam diskusi

Political Branding and Public Relations, yang dilaksanakan di Kampus LSPR,

Jakarta. Diskusi itu juga menjadi ajang peluncuran buku kedua dari trilogi PR Magic

20Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 21: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

karya Silih A Wasesa. Buku itu mengadopsi pencitraan merek untuk partai politik dan

pencitraan politik bagi politisi dan mengungkap eratnya kaitan antara merek politik

dan kehumasan.

Menurut dia, hubungan masyarakat saat ini tak hanya berkutat dengan dunia

bisnis, namun juga dilibatkan dalam dunia politik, dunia yang atmosfernya mudah

sekali berubah.

Secara praktik kehumasan, buku itu juga membahas berbagai aspek penting,

yaitu komunitas membentuk merek politik, rekayasa citra, segmentasi publik, target

pemilih, dan pencitraan personal kandidat. Tidak kalah penting adalah menyasar

pemilih, manajemen media massa dengan impresi politik.

Contoh Kasus :

Capres Ganteng berinisial SBY gegap gempita diusung massa. Tempik sorak

membahana di mana-mana. Gambaran Capres ganteng, tinggi, sopan, indah

membayang di lubuk hati para Ibu-Ibu. Siapa di balik politik pencitraan ini? Fox

Indonesia. Bagaimana cara dan teknik serta urutan Fox Indonesia memoles, an

indecisive general dan jenderal yang kurang memiliki pengalaman kombatan di

kesatuannya menjadi bersinar? Membius rakyat Indonesia. Itu awal politik pencitraan

ala Amerika Serikat. Penuh kepalsuan. Lihat sekarang di AS bagaimana Mitt Romney

sedang mencitrakan diri yang bikin saya tertawa.

Tahukah Anda bahwa semua hal yang berkenaan dengan pencitraan itu

dimulai dari zaman Megawati. Cara ngomong SBY diatur. Harus berwibawa. Sesuai

dengan besaran tubuhnya. Jangan banyak tersenyum, karena menurut kesesuaian

antara tubuh dan gaya mulut harus sesuai. Semakain banyak tersenyum akan

melunturkan kewibawaan. SBY harus digambarkan layaknya raja-raja Jawa yang

kharismatik. Untuk itu tidak boleh cengengesan. Senyum dianggap meruntuhkan

wibawa. Pada waktu itu berhasil, namun sekarang jadi gagal total: SBY sekarang

dikenal sebagai pemilik wajah murung. Gaya wibawa raja jatuh menjadi paria. 1-0!

Keberhasilan politik pencitraan pribadi SBY yang disayang para ibu dan

perempuan, data menunjukkan bahwa pemilih perempuan kebanyakan tidak mau

21Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 22: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

memikirkan program. Makanya semua iklan dibuat plastis. Artificial, palsu, dibuat-

buat, digagah-gagahkan, diputih-putihkan! SBY ditampilkan sebagai sosok sempurna

bak malaikat dari surga. Fox Indonesia lupa atau melakukan tindakan untuk

pencitraan dengan cara membalik pikiran orang, melawan arus utama, agar tercapai

tujuannya. Namun sangat disayangkan keburu semua orang belajar memahami isi

perut Fox Indonesia, hasilnya ya gagal. Masyarakat tak percaya lagi dengan

namannya SBY. Mirip sinetron. Lebay. Tidak otentik. Tidak normal. Sekarang semua

omongan SBY dan penampilan SBY dianggap sinetron. Kehilangan wibawa dan

kepercayaan. 2-0.

Lalu digaraplah teknik berkomunikasi tingkat tinggi yang dirancang oleh

Partai Demokrat. Semua orang diatur tentang tugas dan perannya. Dibuatlah tokoh

antagonis dan protagonis. Tujuannya untuk politik penc itraan; pengalihan isu,

penipuan, kebohongan terhadap publik. Tujuan sebenarnya masa kekuasaan kedua

ini hanya untuk menghabiskan masa jabatan. Titik. Muncullah Marzuki Ali, dia ini

orang cerdas, dia disuruh berperan menjadi manusia jelak, bermulut jahat, tengil dan

ketus - ini semua awalnya hanya acting. Pernah dia bilang rakyat bodoh dan

sebagainya. Itu disengaja. Tujuannya membuat wacana dan lontaran isu ke publik.

Masuk kelompok ini Sutan Batoeghana, Ahmad Mubarok, dan Ruhut

Sitompul. Ingat kan Ahmad Mubarok pernah melontarkan sesuatu kepada PKS, itu

petinggi kedua partai tertawa terbahak-bahak sambil berselonjor kaki di hotel ketika

masyarakat ribut. Itulah cara-cara petinggi partai politik berkomunikasi. Apapun akan

dilakukan. Jadi jangan heran melihat mereka berbicara ngawur-ngawuran. Tak

beretika. Itu cuma acting. Selesai sampai di situ? Tidak.

Lalu diatur rapi para tokoh protagonis, seolah-olah, sebagai katalisator Partai

Demokrat. Ada SBY, Anas Urbaningrum, Ibas yang tampil indah memesona, dengan

bahasa yang tertata rapi. Lalu para perempuan seperti Angelina Sondakh, maaf (Adji

Massaid), Amir Samsudin, dan kader yang elok masuk ke gerbong orang manis

berbicara manis. Maka jangan heran orang-orang ini akan muncul seolah mengoreksi

membenarkan yang salah. Persis dibuat untuk saling beradu jotos palsu. Lalu muncul

menjadi wasit, melontarkan kebenaran yang seolah-olah.

Namun, badai Nazaruddin datang kencang. Kebohongan mulai terkuak dari

dalam Partai Demokrat. Celakanya soal taktik dan politik pencitraan, masyarakat

22Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 23: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

menilai lurus-lurus saja tanpa memikirkan apa yang disebut strategi komunikasi

massa. Dianggaplah kelompok antagonis itu manusia buruk benar. Jahat mulut,

melecehkan masyarakat dan sebagainya. Padahal niat awalnya cuma acting.

Rupanya Fox Indonesia tidak mampu atau kewalahan untuk mengendalikan aktor-

aktor antagonis mereka. Rakyat tahunya mereka orang-orang buruk - atau memang

buruk. Hasilnya Partai Demokrat citranya rusak oleh acting mereka. 3-0.

Sementara para pemeran protagonis gagal total menetralisir dan berperan

mencairkan dan mengontrol para pemeran antagonis. Kenapa? Karena para antagonist

terlalu menikmati peran mereka sebagai orang jahat yang semaunya ngomong. Tak

perlu aturan. Aturannya asal ngomong buruk saja. Toh ada pemeran protagonist

punya tugas. Terlebih lagi gambaran para pemeran protagonist terlanjur tergambar,

tercitrakan sebagai lebay, alay, plastis, lemot, lambat, tidak natural, dibuat-buat, dan

tidak jujur. Maka yang terjadi Partai Demokrat dan SBY menuai citra yang sangat

buruk.

Jadi selamat datang politik pencitraan palsu yang akan menciptakan kepalsuan

dan kebohongan. Mau bukti kebohongan SBY dan Partai Demokrat? Angelina

Sondakh itu. Nazaruddin itu. Semua yang suka ngomong itu. 4-0. Angka mati pada

2014. Demokrat bukan Golkar. Tamat. 

23Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 24: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

BAB IV

KESIMPULAN

Kegiatan politik praktis di negeri yang berideologi demokrasi, setelah runtuhnya

rezim orde baru yakni dengan nama reformasi. Melahirkan satu cara (strategi politik)

yang digunakan oleh beberapa calon pemimpin untuk mendapatkan tampuk

kekuasaan tertentu. Dan pada bab ini kami menyimpulkan faktor-faktor yang berperan

“memuluskan” pencitraan adalah partai politik, media massa, lembaga konsultan

politik, Marketing Politik, juga Kekuatan Kehumasan.

Komunikasi Politik dan Strategi PolitikKomunikasi politik biasanya menggunakan dua sistem komunikasi dominan, yaitu

media massa modern dan sistem komunikasi tradisional. Untuk mempengaruhi

masyarakat, maka perlu untuk memilih sarana komunikasi yang tepat, sesuai dengan

keperluan dan kepada siapa pesan politik ingin disampaikan.

Partai PolitikPartai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau

dibentuk dengan tujuan khusus. Realitas politik di Indonesia menunjukan bahwa

sebagian besar partai politik tidak menjalankan fungsinya secara maksimal. Partai

politik masih menerapkan pragmatisme politik semata ketimbang

mengimplementasikan fungsi-fungsi yang dimilikinya. Kondisi ini terutama terlihat

jelas dalam tahapan kampanye, dimana sosialisasi dan pendidikan politik sangat

minim sekali (bahkan nyaris tidak ada). Sehingga tak ayal kita akan terbiasa melihat

banyak partai politik yang merekrut orang tidak jelas untuk menjadi kandidat mereka

di pemilu namun tidak memberikan pemahaman yang baik akan fungsi politik dalam

kehidupan bernegara di tanah air.

24Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 25: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

Media MassaSebagai agen politik, media massa bisa melakukan proses pengemasan pesan

dan proses inilah yang sebenarnya membuat sebuah peristiwa atau aktor politik

memiliki citra tertentu. Pencitraan politik seringkali sangat efektif untuk menaikkan

pamor atau menghancurkan pamor aktor politik. Namun masalahnya, media yang

menjadi agen politik harus meninggalkan objektivitasnya dan memanipulasi fakta

sebagai alat untuk kepentingan politik. Diantaranya fungsi media massa yang terkait

dengan politik adalah pembentukan image (pencitraan). Media tidak dapat dilepaskan

dari berbagai kepentingan, baik itu kepentingan ekomomi maupun kepentingan

ideologi. Maka dari itu sebagai masyarakat (sebagai makhluk sosial) kita tentunya

harus menjadi masyatakat cerdas yang selektif dalam memilih (mengonsumsi) dalam

memaknai suatu informasi dari media massa.

Konsultan PolitikAda beberapa tipe konsultan politik menurut Choel Mallarangeng (Direktur

Foz Indonesia) Ada yang hanya menangani isu saja, ada yang menangani style and

contain client saja. Ada yang menangani grass root campaign client saja, ada yang

memimpin keseluruhan tim pemenangan, ada yang media campaignnya saja. Bahkan

bukan membuat eksekusi media, tapi cuma creative brief, ada pelaporan dan

adminitrasinya. Tapi kalau tujuannya menang, begitu banyak secara holistik harus

dilakukan untuk menang. Dari pemilihan kepala daerah sampai pemilu presiden,

semuanya melibatkan jasa konsultasi politik agar menjual pencitraannya kepada

masyarakat. Menjamurnya iklan-iklan politik merupakan andil dari lembaga

konsultan politik. Semua tingkah laku tokoh politik juga diatur sedemikian rupa.

Marketing PolitikTataran persentuhan konsultan marketing politik seperti yang dikatakan pada bab

sebelumnya, yakni hanya bekerja pada aspek emosinal pemilih tanpa memedulikan

sisi substansial dari apa yang mau ditawarkan dengan brand Politik tersebut.

25Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 26: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

Kekuatan kehumasanFaktor ini merupakan kekuatan partai - partai politik beserta aktor politiknya

dalam mesin politik-nya. Aspek penting faktor ini, yaitu komunitas membentuk merek

politik, rekayasa citra, segmentasi publik, target pemilih, dan pencitraan personal

kandidat. Tidak kalah penting adalah menyasar pemilih, manajemen media massa

dengan impresi politik.

Dunia politik tak ubahnya seperti arena bertarung yang sangat membutuhkan strategi

jitu dalam pemenangannya.  Tidak hanya sekedar politik uang yang mampu berperan

sebagai second God dalam memenangkan hati rakyat, saat ini rakyat semakin kritis

dan sebagian besar tak lagi tertarik pada politik uang, meskipun tak dapat dipungkiri

bahwa masih ada sebagian partai politik yang menggunakan politik uang sebagai

strategi pemenangannya.

Menurut survey yang dilakukan oleh Pew Research Center for the People and

the Press terhadap sekitar 200 konsultan politik di seluruh dunia pada tahun 1997 -

1998, ditemukan fakta bahwa kualitas dari pesan-pesan kampanye politik sebuah

partai politik dan strategi pencitraan para pemimpin partai politik merupakan faktor

utama dalam menentukan kemenangan dalam pemilihan umum, sehingga selain faktor

biaya yang mutlak dipersiapkan untuk menggerakkan mesin politik, pencitraan partai

politik dan pemimpin partai politik merupakan kunci penentu kemenangan.  Melalui

pendekatan program kerja sebuah partai politik kepada pemilihnya hanya akan

dimengerti oleh publik yang “melek” politik.  Bagi publik yang “buta” politik, mereka

akan lebih suka melihat citra para pemimpin partai politik.  Pengertian citra berkaitan

erat dengan suatu penilaian, tanggapan, opini, kepercayaan publik, asosiasi, lembaga

dan juga simbol simbol tertentu terhadap bentuk pelayanan, nama perusahaan dan

merek suatu produk barang atau jasa  yang diberikan oleh publik sebagai khalayak

sasaran (audience).

Dengan demikian, tanggapan dan penilaian publik merupakan unsur penting

dalam melakukan penelitian tentang Citra. Citra (image) adalah seperangkat

keyakinan, ide dan kesan seseorang terhadap suatu obyek tertentu. Sikap dan tindakan

26Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 27: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

seseorang terhadap obyek tersebut akan ditentukan oleh citra obyek yang

menampilkan kondisi yang paling baik.

Memasarkan partai politik tak ubahnya seperti memasarkan sebuah produk

barang atau jasa kepada target pasarnya.  Pada dasarnya, jika diibaratkan berdagang,

target pasar untuk partai politik adalah para pemilih (voters), jika kita melakukan

segmentasi pemilih yang menjadi target pasar partai politik, maka akan terdapat 4

jenis pemilih potensial yang ada di Indonesia, yang pertama adalah pemilih ideologis

(ideologist voters), yang kedua adalah pemilih tradisional (traditional voters), yang

ketiga adalah pemilih rasional (rational voters) yang terbagi dalam pemilih intelektual

dan non partisan, sedangkan yang keempat adalah pemilih yang masih berubah-ubah

(swing voters).  Ideologist Voters dan Traditional Voters menguasai sekitar 40% dari

market share, sedangkan Rational Voters dan Swing Voters menguasai sekitar 60%

dari market share (Priosoedarsono, 2005).

Jika kita berbicara mengenai strategi pencitraan, tak dapat dilepaskan dari

peran media massa dalam kapasitasnya sebagai media (wadah) untuk memberitakan

kepada publik serta memberi citra dari aktivitas para aktor politik yang diberitakan

dan menjadi konsumsi media massa. Disini peranan “Framing” maupun “Agenda

Setting” menjadi penting, karena agenda media (dalam hal ini media memilih berita-

berita yang akan menjadi headline dalam pemberitaannya) merupakan agenda publik,

artinya adalah publik disodorkan headline berita yang memang telah diagendakan

oleh media untuk menjadi berita utama (headline). Media massa mempunyai peranan

penting dalam mensosialisasikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat.  Hal tersebut

tampak dari fungsi yang dijalankan oleh media massa yaitu sebagai alat untuk

mengawasi lingkungan (surveillance of the environment), menghubungkan bagian-

bagian dalam masyarakat (correlation of the parts of society), mengirimkan warisan

sosial (transmission of the social heritage), dan memberikan hiburan (entertainment)

– (Littlejohn, 1999).

Peristiwa politik selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan liputan.

Hal ini terjadi karena dua faktor yang saling berkaitan.  Yang pertama adalah karena

saat ini politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yaitu media

massa sebagai wadah yang dapat melakukan proses mediasi antara kepentingan publik

dan politik, hampir mustahil jika kehidupan politik dipisahkan dari media massa.

27Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 28: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

Para aktor politik yang melakukan strategi pencitraan senantiasa berusaha menarik

perhatian wartawan agar aktivitas politiknya memperoleh liputan dari media.  Yang

kedua adalah peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor

politik lazimnya selalu mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik itu bersifat

rutin belaka, misalnya kegiatan rapat kerja partai atau pertemuan seorang tokoh

politik dengan para pendukungnya.  Apalagi jika peristiwa politik itu bersifat luar

biasa seperti pemilihan umum.  Alhasil, liputan politik senantiasa menghiasi berbagai

media setiap harinya.

McNair (1995), menyatakan bahwa dalam era mediasi tersebut, fungsi media

massa dalam komunikasi politik bisa menjadi penyampai (transmitters) pesan-pesan

politik dari pihak-pihak di luar dirinya, sekaligus menjadi pengirim (senders) pesan-

pesan politik yang dibuat (constructed) oleh para jurnalis kepada publik. Jadi bagi

para aktor politik, media massa dipakai untuk menyampaikan pesan-pesan politik

mereka kepada khayalak maupun sebagai media untuk melakukan proses strategi

pencitraan, sementara untuk para wartawan, media massa adalah wadah untuk

memproduksi pesan-pesan politik, karena peristiwa-peristiwa politik itu memiliki

nilai berita (news value).  Sebagian dampak politik terhadap liputan media dilihat dari

isi berita atau informasinya, tepatnya pesan-pesan politiknya.

Oleh karena itu bagaimana pesan-pesan politik tersebut disusun agar dapat

memperoleh citra positif didalam media?  Dinegara yang menganut sistem politik

yang demokratis, maka pesan yang dikirim haruslah di Construct terlebih dahulu.

Yang melakukan Construct adalah jurnalis sedangkan yang menerima pesan adalah

khalayaknya.  Sementara itu media kerjanya tidak saja melaporkan kepada

khalayaknya secara netral, atau tidak memihak, akan tetapi juga harus mampu

menunjukkan sikap impartiality-nya.  Disamping itu ia juga harus menjaga agar

semua berita yang disiarkan akan tetap menjaga sifat akurasinya terhadap semua

event atau peristiwa yang ada disekitarnya sebagai Political Reality, yang

memperhatikan 3 hal, yaitu Realitas Politik yang Objective, yaitu berita politik yang

diambil dari Event Politik seperti apa adanya. Realitas Politik yang Subjective, yaitu

berita politik yang diambil dari Event Politik seperti apa yang dilihat dari kacamata

aktor politik maupun partai politik. Dan Realitas Politik yang Konstruktif, yaitu berita

politik yang diambil dari Event Politik yang diliput oleh media massa.

28Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 29: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

Menurut Blumler dan Gurevitch dalam studinya mengenai The Political

Effects of Mass Communications (1986) menjelaskan bahwa kepedulian publik

tentang komunikasi massa pada dasarnya terfokus pada efek potensial dari isi media

massa kepada publiknya / khalayaknya.  Oleh karena itu ada semacam asumsi bahwa

media massa mempunyai pengaruh yang potensial kepada khalayaknya, dan karena

itu pula orang sering mengatakan bahwa media massa itu sangatlah powerfull.

Kekuatan media massa untuk mempengaruhi khalayaknya sangat berdampak keras

dan dapat menjadikan sebuah partai politik maupun aktor politik yang ada didalamnya

mempunyai citra negatif atau positif.

Berangkat dari pemikiran tersebut diatas, para aktor politik yang akan

melakukan proses pencitraan terhadap dirinya maupun pencitraan terhadap partai

politik yang diusungkan hendaknya dapat memanfaatkan media massa yang dapat

memberikan pengaruh besar kepada publik.  Pesan-pesan politik yang akan

dihadirkan oleh para aktor politik tersebut biasanya disusun terlebih dahulu sehingga

sesuai dengan target pencitraan yang diinginkan melalui media massa, hal tersebut

akan memberikan efek yang lebih besar jika isi media lebih disesuaikan dengan

karakteristik masing-masing media yang berfungsi sebagai transmitter.  Disamping

karakteristik media, diperlukan juga karakteristik dari khalayak pemirsanya.  Hal ini

penting karena segmentasi khalayak akan memperjelas besar-kecilnya pengaruh yang

diharapkan, dan segmentasi khalayak perlu dilakukan karena mereka punya preferensi

pilihan medianya sendiri-sendiri. Sementara itu ada faktor lain yang ikut menentukan

tingkat pengaruh politik terhadap media massa yang digunakan, yaitu tampilan dari

aktor politik dalam media tersebut dan tampilan ini biasanya melekat juga pada diri

aktor politik tersebut, misalnya latar belakang pendidikan, karir organisasinya atau

orientasi politiknya.  Untuk mengukur tingkat exposure dari isi media yang dipilih

oleh masing-masing khalayak, maka kembali yang dilihat adalah tidak semata-mata

dari pesan yang disampaikan melalui media tersebut, tetapi juga harus dilihat dari

pesan-pesan lain yang sama sekali tidak bernuansa politik, misalnya acara hiburan,

dan pengaruh tersebut sebagian besar adalah karena faktor kebiasaan menonton yang

dimiliki oleh publik, bukan karena faktor pilihan publik atas media.

Dimensi lain yang juga bisa diangkat sebagai suatu asumsi bahwa pengaruh

politik atas media massa yang digunakan adalah bisa dilihat juga dari perspektif lain

dan masing-masing punya masalah dalam alat ukur yang digunakan, misalnya

29Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 30: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

mengenai policy information, issue priorities, images of politicians, qualities as

leaders, attitude to the various parties strengths and weaknesses, voting preferences.

Faktor lain yang selalu digunakan sebagai ukuran besar kecilnya pengaruh politik atas

media massa yang digunakan biasanya dilihat dari perpektif identitas khalayaknya,

misalnya faktor demografis, seperti gender, umur, pendidikan, sosial-ekonomi-status,

faktor loyalitas kepada partai, motivasi mengikuti kampanye politik, dan kefanatikan

dalam menggunakan media politik dan lain sebagainya.

Liputan politik juga cenderung lebih rumit ketimbang reportase bidang lain.

Pada satu pihak liputan politik memiliki dimensi pembentukan pendapat umum

(public opinion), baik yang diharapkan oleh para politisi maupun oleh para jurnalis.

Oleh sebab itu, berita politik bisa lebih daripada sekedar reportase peristiwa politik,

tetapi merupakan hasil konstruksi realitas politik untuk kepentingan opini publik

tertentu.  Dalam komunikasi politik, aspek pembentukan opini ini justru menjadi

tujuan utama Karena hal ini akan mempengaruhi pencapaian-pencapaian pencitraan

politik para aktor politik tersebut.

Dalam melaporkan atau mengkonstruksikan realitas pemberitaan politik,

lazimnya media massa memanfaatkan tiga komponen, yaitu pemakaian simbol-simbol

politik (language of politics), strategi pengemasan pesan (framing strategies) dan

kesediaan media memberi tempat (agenda setting function).  Seorang tokoh politik

hendaknya dapat memberikan pemberitaan-pemberitaan politik yang aktual dan kritis

yang dapat memberikan kesadaran pada masyarakat tentang pentingnya sistem politik

yang lebih demokratis.  Banyak aspek dari media massa yang membuatnya penting

dalam kehidupan politik, pertama adalah daya jangkaunya (coverage) yang sangat

luas dalam menyebar-luaskan informasi politik yang mampu melewati batas wilayah

(geografis), kelompok umur, jenis kelamin dan sosial-ekonomi-status (demografis)

dan perbedaan paham dan orientasi (psikografis).  Dengan begitu sebuah masalah

politik yang dimediasikan dapat menjadi perhatian bersama di berbagai tempat dan

kalangan.  Kedua, kemampuan dari media massa yang dapat melipat-gandakan pesan

(multiplier of message) yang sangat luar biasa. Suatu peristiwa politik bisa dilipat-

gandakan pemberitaannya sesuai dengan kebutuhannya melalui jumlah eksemplar

surat kabar, tabloid, dan majalah yang tercetak, dan juga bisa diulang-ulang

penyiarannya di media massa elektronik sesuai dengan kebutuhan.  Alhasil pelipat-

gandaan ini menimbulkan dampak yang sangat besar di tengah khalayak.  Ketiga,

30Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 31: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

setiap media massa mempunyai kemampuan untuk bisa mewacanakan sebuah

peristiwa politik sesuai dengan pandangan masing-masing media yang memberitakan.

Kebijakan redaksional dalam menentukan agenda setting yang dimilikinya

menentukan penampilan dari isi sebuah peristiwa politik yang diberitakan.  

Justru karena kemampuan inilah maka media massa  banyak diincar oleh

pihak-pihak yang ingin menggunakannya untuk kepentingan politik tertentu dan

sebaliknya, akan dijauhi oleh pihak yang tak menyukainya.  Keempat, tentu saja

dengan fungsi agenda setting yang dimilikinya, media massa memiliki kesempatan

yang sangat luas (bahkan hampir tanpa batas) untuk memberitakan sebuah peristiwa

politik.  Sesuai dengan kebijakannya masing-masing, setiap peristiwa politik dapat

disiarkan  atau tidak disiarkan.  Yang jelas belum tentu berita politik yang menjadi

agenda media merupakan agenda publik juga.  Kelima, pemberitaan peristiwa politik

oleh suatu media massa lazimnya berkaitan dengan media massa lainnya sehingga

membentuk rantai informasi (media as links in others chains).  Hal ini akan

menambah kekuatan tersendiri pada penyebaran informasi, khususnya informasi

politik dan dampaknya terhadap publik.  Dengan adanya aspek inilah maka peranan

media dalam membentuk opini publik akan semakin kuat. Atas dasar kenyataan

inilah, wajar jika kemudian publik sering menyoroti pemberitaan-pemberitaan politik,

apalagi pada saat-saat krusial dalam kehidupan berpolitik di Indonesia seperti pada

masa kampanye pemilu, saat terjadi krisis politik, konflik antar para pendukung

partai, deklarasi partai politik baru, maupun isu-isu mengenai partai politik yang saat

ini menjadi statusquo.  Untuk itulah maka momentum yang demikian dapat

dimanfaatkan oleh para aktor politik agar mulai melakukan strategi pencitraan, karena

di era mediasi seperti saat ini media and money are the second God.

31Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 32: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

SARAN

Peter Schoder mengatakan bahwa “kita tidak mungkin disukai oleh semua

orang”. Kampanye politik bukanlah situasi perang, tetapi, kata Schoder, “setiap ide

politik yang dikemukakan oleh seseorang atau sebuah kelompok akan memecah

masyarakat pada saat ide itu diumumkan”.

Politik tak sama dengan peperangan. Tetapi efek dari situasi yang diciptakan

oleh kampanye politik bisa berubah menjadi perang ketika kampanye politik dijadikan

sebagai arena untuk membantai lawan politik tanpa etika dan sopan santun politik.

Kampanye politik merupakan sebuah upaya untuk mempengaruhi pemilih supaya

menentukan pilihan sesuai dengan tujuan sang kandidat. Oleh sebab itu, sering kali

kampanye politik diisi oleh penyerangan terhadap pribadi-pribadi kandidat dan

pendukungnya dengan membuka keburukan-keburukan dari segala dimensi.

Kampanye negatif merupakan trend universal di gelanggang politik dunia. Di

negara-negara yang demokrasinya sudah matang sekalipun, kampanye terhadap

keburukan-keburukan lawan sering dilakukan. Namun, dalam konteks Indonesia yang

memiliki kultur Ketimuran yang kuat, membuka keburukan-keburukan lawan masih

belum bisa diterima secara terbuka, kecuali dalam kasus-kasus yang merugikan publik

secara luas, seperti kasus korupsi.

Kasus-kasus kerusuhan paska pilkada di berbagai daerah di Indonesia di era

reformasi merupakan fakta bahwa politik bisa bertransformasi menjadi perang ketika

benturan ide dan kepentingan politik diserahkan kepada massa yang anarkis.

Pemanfaatan berbagai sumber daya politik yang mengabaikan aturan politik menjadi

asal mula berubahnya politik menjadi perang.

Hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2005

menunjukkan bahwa tiga faktor yang menyebabkan konflik antar elit politik, yang

kadang bisa berubah menjadi konflik fisik antar massa pendukung. Faktor itu

meliputi:

Pluralisme identitas dan beragamnya kepentingan politik serta sumber daya

politik yang terbatas,

32Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 33: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

Pergeseran patronase politik di tingkat lokal menyebabkan terjadinya

persaingan politik antar elit lokal dalam mengisi jabatan-jabatan kekuasaan,

dan

Transisi politik dan intervensi elit nasional yang bisa membuka pertarungan

elit menjadi pertarungan terbuka.

Beberapa peristiwa politik di Indonesia paska pergantian penjabat

bupati/walikota, menunjukkan bahwa konflik antar elit benar-benar terjadi. Dalam

kasus pergantian pejabat dan kepala dinas, sangat terasa disebabkan oleh terjadinya

pergeseran patronase politik. Pejabat-pejabat lama yang dianggap menjadi kubu

kandidat lain dengan segera diganti setelah penjabat baru dilantik. Pergeseran

patronase politik ini juga menjadi ajang balas dendam untuk membabat kubu politik

lawan.

Persoalan yang lebih mendasar dari semua ini adalah makin menurunnnya

kualitas kehidupan politik di Indonesia. Pencitraan yang berlebihan dan tidak

memiliki substansi yang hendak dipersembahkan dalam kehidupan politik, jelas

mengaburkan tujuan politik. Apa tujuan berpolitik, tujuannya untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat.

Sekedar contoh bagaimana terjadi perang citra yang tidak berkualitas sama

sekali terjadi pada masa kampanye pemilu. Para calon kandidat yang mau bertarung

ramai-ramai memasang poster mereka dengan pesan-pesan singkat dan Instan. Tidak

ada sesuatu yang lebih fundamental dibahas. Terlebih ketika para caleg melakukan

“pendomplengan” popularitas dengan menambahkan foto orang lain dalam posternya.

Pembodpohan publik yang luar biasa.

Kedepannya, rakyat harus kritis dan elit poltik harus sadar dan berkemauan

unutk menciptakan iklim politik yang sehat. Pencitraan sah-sah saja, asalkan dia

diberi oleh tujuan-tujuan politik yang substansial dan fundamental menyangkut cita-

cita menyejahteraan rakyat seluruh Indonesia.

33Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 34: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

Akhiri Politik Pencitraan

SBY pantas dinobatkan sebagai aktor terbaik dalam dunia politik Indonesia. Ia

sanggup memerankan dengan baik lakon presiden dengan segala kebajikan dan kebaikannya. Ia selalu bertindak dengan bijak, memutuskan segala sesuatu dengan

hati-hati dan penuh pertimbangan, dan tindakannya selalu mengatasnamakan kepentingan rakyat.

Dia adalah pemimpin dalam dunia politik yang serba telah disetting. Pemimpin seperti ingin memimpin seperti dewa-dewa: tidak ada salah, tidak ada dosa,

tidak ada gesekan, intrik politik dan fitnah. Ia ingin memerintah dengan segala kesucian dan kebersihannya.

Tetapi kita hidup di dalam dunia, bukan surga. Kita hidup dalam dunia yang selalu dinamis, dialektis, selalu bergolak dan bergerak. Justru, karena kita sebagai

manusia, sebagai makhluk yang terpilih, harus bisa menghadapi dunia yang semacam itu dengan berbagai pilihan-pilihan di tangan kita. Seorang manusia terkadang harus

memilih jalan yang sulit dan berat, bahkan paling berat, demi mempertahankan kehidupan.

Seorang pemimpin harus hidup dalam dunia nyata. Ia harus bersedia menerima resiko-resiko yang dikehendaki dan tak dikehendakinya. Ia juga harus

menerima segala respon manusia yang dipimpinnya, baik berupa pujian maupun cap buruk, atas segala tindakan politiknya.

Tetapi SBY ingin kesempurnaan. Ia hanya mau dianugerahi pujian, tetapi menolak ditimpakan kesalahan, cacat, dan celaan. SBY hanya mau menampilkan satu

aspek dari kekuasaannya: prestasi dan kebaikan. Di sinilah muncul banyak persoalan:

Pertama, angka-angka statistik dimanipulasi. Akhirnya, kita menemukan

betapa kuatnya intervensi politik dalam mengatur kriteria kemiskinan, pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan lain sebagainya. Yang terpublikasikan adalah angka-

angka statistik yang menguntungkan pemerintah secara politis.

Kedua, kita juga mendengar banyak jargon daripada tindakan. Begitu banyak

jargon pembangunan yang digembar-gemborkan pemerintah, tapi sangat miskin dalam implementasi praksisnya. Sebut saja: gembar-gembor pemerintah untuk

memberantas korupsi, tapi sampai sekarang tidak terbukti sedikitpun.

34Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 35: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

Ketiga, banyak ketidaksesuaian antara ucapan dan tindakan alias bohong. Banyak sekali janji-janji manis pemerintah yang tidak pernah terbukti sampai

sekarang. Salah satunya adalah program pembaharuan agraria nasional (PPAN), yang sampai sekarang tidak jelas kemana dan dimana program itu dijalankan. Masih

banyak janji-janji pemerintah, yang pernah diucapkan secara resmi di hadapan publik, tetapi tidak pernah berjalan atau dilaksanakan hingga kini.

Keempat, SBY dinilai terlalu lamban merespon persoalan. Demi menjaga citra di mata rakyat, SBY terkadang ragu atau bahkan lamban dalam merespon berbagi

persoalan yang muncul di masyarakat. “Kehatian-hatian yang berlebihan ini” justru membuat pemerintah selalu gagal sebelum bertindak.

Kelima, SBY terlalu banyak menghimbau dan terlalu sedikit memutuskan. Ada banyak sekali pidato-pidato SBY yang bersifat himbauan, karena di dalam pidato

itu sendiri terkandung banyak keragu-raguan; jangan-jangan tidak populer, jangan-jangan ditentang banyak orang, dan lain sebagainya.

Sebuah kebijakan pastilah merupakan keberpihakan: ada yang diuntungkan, tapi ada pula yang dirugikan. Di sini, seorang pemimpin haruslah mengutamakan

kepentingan nasional yang lebih besar dan rakyat banyak.

Keenam, SBY menjadi tukang klarifikasi dan penjaga nama baik keluarga.

Klarifikasi memang perlu, apalagi untuk menjelaskan atau menguraikan sebuah persoalan yang masih kabur dipahami massa rakyat. Tetapi terlalu banyak pidato

hanya untuk menjaga nama baik partai sendiri ataupun keluarga justru terkesan sebagai tindakan mensubordinasikan kepentingan nasional di bawah kepentingan

pribadi/golongan.

Ketujuh, SBY terlalu bergantung kepada media massa dan pujian. Setiap

kegiatan presiden memang perlu dilaporkan, supaya massa rakyat mengetahui dan setidaknya memberi dukungan atas kegiatan tersebut. Tetapi kalau terlalu banyak

kegiatan yang dibuat-buat, apalagi untuk tujuan publisitas belaka, maka justru akan menghambur-hamburkan banyak anggaran. Ada kalanya seorang pemimpin

diharapkan kehadirannya tanpa publisitas yang berlebihan.

35Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 36: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

Dan, untung SBY tidak hidup di jaman kuno, dimana kehadiran seorang pemimpin sangat diperlukan di medan peperangan. Jika ia hidup di jaman itu,

bagaimana ia mengatur para pengisah agar menceritakan bahwa ia bertempur dengan gagah berani di medan peperangan dan gugur sebagai ksatria di sana.

36Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat

Page 37: Efek Praktek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa ... · Web viewAkibatnya, partai-partai politik terjebak pada pragmatisme dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 2011. Sistem Komunikasi Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Nasution, Zulkarimen. 1990. Komunikasi Politik Suatu Pengantar. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nursal, Adman. 2004. Political Marketing; Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi, Edisi 9. Terjemahan oleh Mohammad Yusuf Hamdan dari Theoris of Human Communication, 9th ed (2008). Jakarta: Salemba Humanika.

Tinarbuko, Sumbo. 2009. Iklan Politik dalam Realitas Media. Yogyakarta: Jalasutra.

Sumber Refrensi

http://www.scribd.com/doc/51374962/Pencitraan-Politik-Di-Indonesia di akses pada 11 Mei 2012.

http://politik.kompasiana.com/2012/02/12/pencitraan-politik-sby-dari-raja-jadi-paria/ di akses pada 11 Mei 2012.

http://www.antaranews.com/berita/293032/pencitraan-politik-makin-andalkan-kehumasan di akses pada 11 Mei 2012.

http://www.berdikarionline.com/editorial/20101011/politik-pencitraan-politik-tanpa-isi.html di akses pada 11 Mei 2012.

http://www.berdikarionline.com/editorial/20111011/akhiri-politik-pencitraan.html di akses pada 11 Mei 2012.

http://monitorindonesia.com/ di akses pada 13 Mei 2012.

http://edelmensch.blogspot.com/2010/01/politik-pencitraan-penguasaan-simbol.html diakses pada tanggal 13 Mei 2012.

http://winsolu.wordpress.com/2009/04/15/politik-pencitraan-di-indonesia/ di akses pada 13 Mei 2012.

http://www.spindoctors-indonesia.com/deesinsight.htm?id=85&page=h di akses pada 13 Mei 2012.

http://mejikubirubiru.wordpress.com/2012/05/13/efek-pencitraan-para-pejabat-di-media-massa-terhadap-kehidupan-bermasyarakat/ di akses pada 13 Mei 2012.

37Efek Pencitraan Para Pejabat di Media Massa terhadap kehidupan bermasyarakat