daftar isi - · web viewsebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ......

39
PENYUSUNAN PROGRAM BK DI SEKOLAH OLEH : KELOMPOK 6 NAMA : DESI SUCI FITRIANI (114010012) HASRAWATI (114010040) MARFINA (114010001) SUDARNO (114010013) SEMESTER : II PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON BAUBAU 2015

Upload: vonhi

Post on 29-Jan-2018

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

PENYUSUNAN PROGRAM BK DI SEKOLAH

OLEH :

KELOMPOK 6

NAMA : DESI SUCI FITRIANI (114010012)

HASRAWATI (114010040)

MARFINA (114010001)

SUDARNO (114010013)

SEMESTER : II

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

BAUBAU

2015

Page 2: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................1

B. Rumusan masalah....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian dan ciri-ciri profesi................................................................3

B. Ciri-ciri Profesi........................................................................................5

C. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling.................................6

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam profesi BK.................................8

E. Perkembangan Gerakan bimbingan di Indonesia....................................9

F. Pengertian Profesi, Profesional, Profesionalitas, Profesionalisasi dan Profesionalisme......................................................................................15

BAB III PENUTUP..............................................................................................22

A. Kesimpulan............................................................................................22

B. Kritik & Saran.......................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

i

Page 3: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, baik di bidang tekhnologi maupun

ilmu pengetahuan sekarang ini, tidak hanya memperudah kita dalam kehidupan.

Namun dibalik kemudahan-kemudahan dalam kehidupan ini, tetap saja ada efek

negative dari itu semua. Salah satunya dibidang psikologi, banyak kasus-kasus

psikologi yang muncul yang dialami masyarakat sekarang.

Untuk menanggulangi permasalahan yang muncul maka ilmu pengetahuan yang

mengempuni dalam pemecahan permasalahan psikologi iut tentunya ilmu-ilmu

ynag berhubungan dengan psikologi manusia. Makanya sekarang lagi marak ahli-

ahli yang professional dibidang psikologi. Salah satunya profesi BK yang tidak

hanya menjadi BK pendidikan tetapi juga BK-BK yang lainnya.

Untuk itu, agar menjadi ahli dibidang BK maka harus mempelajari terlebih dahulu

tentang hakikat BK terlebih dahulu.

B. Rumusan masalah

Apa pengertian Bimbingan dan Konseling sebagai profesi?

Apa hakikat profesi bimbingan dan konseling?

Apa pengertian profesi, profesional, profesionalitas, profesionalisasi, dan

profesionalisme ?

Apa Triologi Profesi Konselor?

Apa Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling PPGBK ?

Apa pendidikan Profesi Konselor?

Apa Kode Etik profesi Bimbingan dan Konseling ?

Apa sertifikat lisensi dan kredensial?

1

Page 4: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

C. Tujuan

Untuk mengetahui tentang hakikat BK

Untuk lebih memahami tentang hakikat BK

2

Page 5: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan ciri-ciri profesi

Istilah “profesi” memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua

pekerjaan dapat disebut profesi. Untuk mecegah kesimpang-siuran tentang arti

profesi dan hal-hal yang bersangkut paut dengan itu, berikut ini dikemukakan

beberapa istilah dan ciri-ciri profesi. “Profesi” adalah suatu jabatan atau pekerjaan

yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut

profesi, tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan

secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu.

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan

terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi

profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang

profesi tersebut. Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu

profession atau bahasa latin profecus yang artinya mengakui, adanya pengakuan,

menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan

secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan

pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu

adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan

perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual.

Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian,

dan persiapan akademik. Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian

(ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Di dalam profesi dituntut adanya keahlian

dan etika khusus serta standar layanan. Pengertian ini mengandung implikasi

bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh orang-orang secara khusus di

persiapkan untuk itu. Dengan kata lain profesi bukan pekerjaan yang dilakukan

oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain. Profesi adalah suatu

pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian

(expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi.

3

Page 6: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu

dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.

Profesi mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya

dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa

saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.

Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan

keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma

sosial dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus

melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna

memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan

cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan

dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup

sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya

disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang

menyandang profesi tersebut.

Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, namun tidak setiap pekerjaan adalah

profesi. Seorang petugas staf administrasi bisa berasal dari berbagai latar ilmu,

namun tidak demikian halnya dengan Akuntan, Pengacara, Dokter yang

membutuhkan pendidikan khusus. Profesi merupakan suatu pekerjaan yang

mengandalkan keterampilan dan keahlian khusus yang tidak didapatkan pada

pekerjaan-pekerjaan sebelumnya. Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah

dikenal yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan.

Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan profesi, antara lain :

· Profesi adalah jabatan yang menuntut keahlian seseorang walau profesi

tersebut tidak bersifat komersial.

· Profesional mengacu pada dua hal yaitu, pertama orang yang menyandang

suatu profesi. Kedua, penanpilan seorang dalam melakukan pekerjaan sesuai

profesinya.

· Profesionalisme adalah suatu tingkah laku, suatu tujuan atau suatu rangkaian

kwalitas yang menandai atau melukiskan coraknya suatu “profesi”.

4

Page 7: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

Profesionalisme mengandung pula pengertian menjalankan suatu profesi

untuk keuntungan atau sebagai sumber penghidupan.

· Profesionalitas merupakan kemampuan sikap seorang anggota profesi untuk

bertindak secara professional.

· Profesionalisasi meruju kepada suatu proses pengembangan keprofesionalan

para anggota suatu profesi.

B. Ciri-ciri Profesi

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi,

yaitu :

1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini

dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.

2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap

pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.

3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi

harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu

berkaitan dengan kepentingan masyarakat, di mana nilai-nilai kemanusiaan

berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka

untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.

5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

6. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan

dengan kepentingan pribadi

Di lain pihak, D. Westby Gibson (1965) menjelaskan ada empat ciri yang melekat

pada profesi,[9] yaitu :

1. Pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu yang hanya dapat

dilakukan oleh kelompok pekerja dikategorikan sebagai suatu profesi.

2. Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah teknik

dan prosedur yang unik.

3. Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematik sebelum orang mampu

melaksanakan suatu pekerjaan professional.

5

Page 8: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

4. Dimilikinya organisasi profesional yang disamping melindungi kepentingan

anggotanya dari saingan kelompok luar, juga berfungsi tidak saja menjaga,

akan tetapi sekaligus selalu berusaha meningkatkan kualitas layanan kepada

masyarakat, termasuk tindak-tindak etis profesional kepada anggotanya.

C. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling

Diyakini bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu profesi

yang dapat memenuhi ciri-ciri dan persyaratan tersebut diatas. Namun, berhubung

dengan perkembangannya yang masih tergolong baru, terutama di Indonesia,

dewasa ini pelayanan bimbingan dan konseling belum sepenuhnya mencapai

persyaratan yang diharapkan. Sebagai profesi yang handal, bimbingan dan

konseling masih perlu dikembangkan, bahkan diperjuangkan.[10]

Pengembangan profesi bimbingan dan konseling antara lain melalui standardisasi

untuk kerja profesional konselor dan standardisasi penyiapan konselor.[11]

1. Standardisasi Unjuk Kerja Profesional Konselor

Masih banyak orang yang memandang bahwa pekerjaan dan bimbingan dan

konseling dapat dilakukan oleh siapa pun juga, asalkan mampu berkomunikasi

dan berwawancara. Anggapan lain mengatakan bahwa pelayanan bimbingan dan

konseling semata-mata diarahkan kepada pemberian bantuan berkenaan dengan

upaya pemecahan masalah dalam arti yang sempit saja. Ini jelas merupakan

anggapan yang keliru. Sebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya

bahwa pelayanan bimbingan dan konseling tidak semata-mata diarahkan kepada

pemecahan masalah saja, tetapi mencakup berbagai jenis layanan dan kegiatan

yang mengacu pada terwujudnya fungsi-fungsi yang luas.

Berbagai jenis bantuan dan kegiatan menuntut adanya unjuk kerja profesional

tertentu. Di Indonesia memang belum ada rumusan tentang unjuk kerja

profesional konselor yang standar. Usaha untuk merintis terwujudnya rumusan

tentang unjuk kerja itu telah dilakukan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia

(IPBI) pada Konvensi Nasional VII IPBI di Denpasar, Bali (1989). Upaya ini

lebih dikonkretkan lagi pada Konvensi Nasional VIII di Padang (1991). Rumusan

6

Page 9: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

unjuk kerja yang pernah disampaikan dan dibicarakan dalam konvensi IPBI di

Padang itu dapat dilihat pada lampiran.

Walaupun rumusan butir-butir (sebanyak 225 butir) itu tampak sudah terinci,

namun pengkajian lebih lanjut masih amat perlu dilakukan untuk menguji apakah

butir-butir tersebut memang sudah tepat sesuai dengan kebutuhan lapangan, serta

cukup praktis dan memberikan arah kepada para konselor bagi pelaksanaan

layanan terhadap klien. Hasil pengkajian itu kemungkinan besar akan mengubah,

menambah merinci rumusan-rumusan yang sudah ada itu.

2. Standardisasi Penyiapan Konselor

Tujuan penyiapan konselor ialah agar para (calon) konselor memiliki wawasan

dan menguasai serta dapat melaksanakan dengan sebaik-baiknya materi dan

ketrampian yang terkandung di dalam butir-butir rumusan unjuk kerja. Penyiapan

konselor itu dilakukan melalui program pendidikan prajabatan, program

penyetaraan, ataupun pendidikan dalam jabatan (seperti penataran). Khusus

tentang penyiapan konselor melalui program pendidikan dalam jabatan, waktunya

cukup lama, dimulai dari seleksi dan penerimaan calon peserta didik yang akan

mengikuti program sampai para lulusannya diwisuda. Program pendidikan pra

jabatan konselor adalah jenjang pendidikan tinggi.

Seleksi/Penerimaan Peserta didik atau pemilihan calon peserta didik merupakan

tahap awal dalam proses penyiapan konselor. Kegiatan ini memegang peranan

yang amat penting dan menentukan dalam upaya pemerolehan calon konselor

yang diharapkan. Bukanlah bibit yang baik akan menghasilkan buah yang baik

pula? Komisi tugas, standar, dan kualifikasi konselor Amerika Serikat (Dalam

Mortensen & Schmuller, 1976) mengemukakan syarat-syarat pribadi yang harus

dimiliki oleh konselor sebagai berikut : Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas

dalam bidang bimbingan dan konseling, yaitu unjuk kerja konselor secara baik

(calon) konselor dituntut memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang

memadai. Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap tersebut diperoleh melalui

pendidikan khusus.

Untuk pelayanan profesional bimbingan dan konseling yang didasarkan pada

jenjang dan jenis pendidikan tertentu, maka pengetahuan, sikap dan ketrampilan

7

Page 10: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

konselor yang (akan) ditugaskan pada sekolah tertentu itu perlu disesuiakan

dengan berbagai tuntutan dan kondisi sasaran layanan, termasuk umur, tingkat

pendidikan, dan tahap perkembangan anak.[12]

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam profesi BK

1. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas,

kebebasan memilih, dan mengedepankan kemaslahatan konseli dalam konteks

kemaslahatan umum:

· Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai

makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi;

· Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan

konseli pada khususnya;

· Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada

khususnya;

· Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya;

· Toleran terhadap permsalahan konseli,

· Bersikap demokratis

2. Menguasai landasan teoritik bimbingan dan konseling.

3. Menguasai landasan teoritik bimbingan dan konseling :

· Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya;

· Mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan dan proses pembelajaran;

· Menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan

4. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenjang,

dan jenis satuan pendidikan:

· Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan

formal, non formal, dan informal;

· Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenis pendidikan

umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus;

8

Page 11: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

· Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenjang pendidikan

usia dini, dasar dan menengah.

E. Perkembangan Gerakan bimbingan di Indonesia

Pada dasarnya terdapat tiga periode perkembangan bimbingan dan konseling di

Indonesia yakni periode prawacana (1960-1970), periode pemasyarakatan (1970-

1990), periode konsolidasi (1990-sekarang). Dalam beberapa tahun terakhir ini

organisasi profesi bimbingan dan konseling di Indonesia ABKIN (dulunya IPBI)

beserta segenap pakar dan ahli di bidang bimbingan dan konseling mengupayakan

beberapa hal yang sangat signifikan pengaruhnya terhadap perkembangan profesi

BK di Indonesia yakni yang berkaitan dengan penataan pendidikan profesional

konselor dan penataan pedoman penyelenggaraan layanan bimbingan dan

konseling dalam jalur pendidikan formal.

Konteks tugas dan ekspektasi kerja konselor yang semula sangat minim

ditemukan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, bahkan tidak

tercantum dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan

maupun PP No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, perlahan mulai

dimunculkan ke permukaan melalui sejumlah pergerakan-pergerakan.

Salah satu hasil dari pergerakan tersebut, adalah dengan diterbitkannya PP No. 74

tahun 2008 tentang guru, dalam PP tersebut dicantumkan dengan jelas mengenai

deskripsi tugas guru BK atau konselor (terkait dengan peserta didik), jenis layanan

yang diberikan oleh guru BK atau konselor beserta kegiatan pendukungnya, beban

kerja minimum guru BK, dan juga tugas pengawas BK. Hal tersebut menandakan

bahwa bimbingan dan konseling telah memiliki deskripsi tugas tersendiri sebagai

salah satu syarat sebuah profesi.

Sejalan dengan makin jelasnya tugas konselor dalam ranah pendidikan formal,

maka skenario lain dirancang untuk mencapai peningkatan profesionalisme

konselor di Indonesia, salah satunya adalah dengan merintis program pendidikan

profesi bimbingan dan konseling. Pendekatan pendidikan profesi bimbingan dan

konseling dapat dilakukan melalui program sertifikasi, akreditasi, dan

kredensialisasi. Sertifikasi dan akreditasi diberikan oleh LPTK yang memiliki

9

Page 12: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

program khusus dalam bidang bimbingan dan konseling, misalnya oleh perguruan

tinggi. Sertifikasi kompetensi konselor mengarah pada profil kemampuan

konselor, sedangkan lisensi konselor mengatur aspek legalisasi praktik konselor.

Sertifikat diberikan oleh LPTK yang memiliki program khusus, sedangkan lisensi

konselor diberikan oleh asosiasi profesi (di Indonesia diberikan oleh ABKIN).

Berdasarkan penelaahan yang cukup kritis terhadap perjalanan historis gerakan

bimbingan dan konseling di Indonesia, perkembangan gerakan bimbingan dan

konseling di Indonesia melalui empat periode yaitu :

1. Prawacana (sebelum 1960 sampai 1970-an)

Pada perioode ini pembicaraan tentang bimbingan dan konseling telah

dimulai,terutama oleh para pendidik yang telah mempelajari diluar negeri dengan

dibukanya juruan bimbingan dan penyuluhan di UPI Bandung pada tahun 1963.

Pembukaan jurusan ini menandai dimulainya periode kedua yang secara tidak

langsung memperkenalkan bimbingan dan penyuluhan kepada

masyarakat,akademik,dan pendidikan. Kesuksesan periode ini ditandai dengan

diluluskannya sejumlah sarjana BP dan semakin dipahami dan dirasakan

kebutuhan akan pelayanan tersebut.

2. Pemasyarakatan (1970 sampai 1990-an)

Pada periode ini diberlakukan kurikulum 1975 untuk sekolah dasar sampai

sekolah menengah tingkat atas dengan mengintregasikan layanan BP untuk

siswa.Pada tahun ini terbentuk organisasi profesi BP dengan nama IPBI (Ikatan

Petugas Bimbingan Indonesia).Pda periode ketiga ini ditandai dengan berlakunya

kurikulum 1984 yang difokuskan pda bimmbingan karir.Pada periode ini muncul

beberapa masalah seperti:berkembangnya pemahaman yang keliru yaitu

mengidentikan bimbingan karir (BK) dengan BP sehingga muncul istilah

BP/BK,kerancuan dalam mengimplementasikan SK Menpa no 26 tahun 1989

terhadap penyelenggaraan bimbingan di sekolah yang menyatakan bahwa semua

guru dapat diserahi tugas melaksanakan pelayanan BP yang mengakibatkan

pelayanan BP menjaddi kabur baik pemahaman maupun

mengimplementasikannya.

10

Page 13: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

3. Konsolidasi (1990-2000)

Pada periode ini IPBI berusaha keras untuk mengubah kebijakan bahwa pelayanan

BP itu dapat dilaksanakan oleh semua guru yang ditandai dengan :

· Diubahnya secara resmi kata penyuluhan menjadi konseling istilah yang

dipakai sekarang adalah bimbingan dan konseling “BK”.

· Pelayanan BK disekolah hanya dilaksanakan oleh guru pembimbing yang

secara khusus ditugasi untuk itu.

· Mulai diselenggarakan penataran (nasional dan daerah) untuk guru-guru

pembimbing

· Mulai adanya formasi untuk mengangkat menjadi guru pembimbing

· Dalam bidang pengawasan sekolah dibentuk bidang pengawaan BK

· Dikembangkannya sejumlah panduan pelayanan BK disekolah yang lebih

operasional oleh IPBI.

F. Hakikat profesi Bimbingan dan Konseling

a. Tujuan BK

Tujuan Umum

a) Menghayati nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam berprilaku

b) Berprilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek nilai

dan berani menghadapi resiko

c) Memiliki kemampuan mengendalikan diri (self-control) dalam

mengekspresikan emosi atau dalam memenuhi kebutuhan diri.

d) Mampu memecahkan masalah secara wajar dan objektif.

e) Memelihara nilai-nilai persahabatan dan keharmonisan dalam berinteraksi

dengan orang lain.

f) Menjunjung tinggi nilai-nilai kodrati laki-laki atau permpuan sebagai dasar

dalam kehidupan social

g) Mengembangkan potensi diri melalui berbagai aktivitas yang positif

h) Memperkaya strategi dan mencari peluang dalam berbagai tantangan

kehidupan yang semakin kompetitip

11

Page 14: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

i) Mengembangkan dan memelihara penguasaan prilaku, nilai, dan konpetensi

yang mendukung pilihan karier

j) Meyakini nilai-nilai yang terkandung dalam pernikahan dan berkeluarga

sebagai upaya untuk menciptakan masyarakat yang bermartabat

Tujuan khusus

Tujuan khusus Bimbingan Konseling merupakan penjabaran tujuan umum yang

dikaitkan sengan masalah individu yang bersangkutan sesuai dengan kompleksitas

permasalahan yang dialami individu tersebut.

b. Proses terjadinya konseling

Sudah menjadi rahasia umum kalau konseling itu merupakan rangkaian kegiatan,

sejak awal hingga akhirnya tidak dapat ditentukan waktunya oleh konselor atau

klien, semuanya tergantung pada masalah klien. Selain itu, konseling juga dapat

berlangsung dimana saja, dan kapan saja, tergantung kesiapan koselor dan konseli.

Hal termudah misalnya, diantara dua orang yang sedang curhat. Salah satunya

akan memposisikan diri sebagai konselor yang tugasnya mendengarkan ungkapan

dari teman yang lagi punya masalah (konseli). Kejadian ini sudah termasuk pada

proses konseling.

Proses konseling ini jika kita pahami berdasarkan penjelasan Dewa Ketut Sukardi

(2000), terdiri dari beberapa tahapan dalam prosesnya, diantaranya :

Penyusunan program konseling, yang diawali dengan memperkenalkan

keberadaan lembaga konsultasi tersebut melalui berbagai metode.

Pelaksanaan konseling, yaitu terjadinya pertemuan konselor dengan klien,

sekaligus informasi masalah yang disampaikan oleh klien pada konselor.

Pelaksanaan evaluasi pelaksanaan konseling, evaluasi ini bias dalam bentuk

konsultasi kembali, atau mengundang pihak lain yang terlibat, guna

mengklarifikasi masalah atau sumber lain yang juga masih terkait dengan klien.

12

Page 15: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

Pelaksanaan analisis hasil konseling. Pelaksanaan hasil analisis berupa

pengaktualisasian hasil konsultasi, dalam bentuk solusi-solusi praktis pada klien.

Pelaksanaan tindak lanjut konseling. Pelaksanaan tindak lanjut terjadi jika klien

berangsur mulai pulih dari permasalahan yang dikonsultasikan pada konselor

pertama. Maka untuk merawat kepulihan ini, diperlukan upaya untuk

menindaklanjuti konseling. Misalnya dengan mengarahkan klien dari bakat dan

kemampuannya, agar klien lebih produktif dan memiliki keahlian kusus.

Hakikat Konselor

a. Pengertian konselor

Konselor adalah seseorang yang karena kewenangan dan keahliannya memberi

bantuan kepada konseli. Dalam konseling individual, konselor menjadi aktor yang

secara aktif mengembangkan proses konseling untuk mencapai tujuan konseling

sesuai dengan prinsip-prinsip dasar konseling. Dalam proses konseling, selain

menggunakan media verbal, konselor juga dapat menggunakan media tulisan,

gambar, media elektronik, dan media pengembangan tingkah laku lainnya. Semua

itu diupayakan konselor dengan cara-cara yang cermat dan tepat, demi

terentaskannya masalah yang dialami oleh konseli.

Beberapa kompetensi pribadi yang signifikan untuk dimiliki konselor antara

lain, pengetahuan yang baik tentang diri sendiri (self-knowledge), berkompeten,

kesehatan psikologis yang baik, dapat dipercaya (trustworthness), kejujuran,

kekuatan atau daya (strength), kehangatan (warmth) pendengar yang aktif (active

responsiveness), kesabaran, kepekaan (sensitivity), kebebasan, dan kesadaran

holistik. Kompetensi tersebut akan mendorong konselor untuk menjadi pribadi

terapeutik, yang antara lain dapat dideskripsikan sebagai berikut :

Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup, manusia,

dan masalah-masalah, kesadaran dan pandangan yang tepat terhadap peranannya,

dan tanpa syarat memandang dan merespons konseli sebagai pribadi.

Mampu mereduksi kecemasan, tidak tertekan, tidak menunjukan sikap

bermusuhan, tidak membiarkan diri menurun kapasitasnya.

13

Page 16: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

Memiliki kemampuan untuk hadir bagi orang lain, yang berupa kerelaan

untuk mengambil bagian dengan orang lain dalam suka duka mereka, hal mana

timbul dari keterbukaan konselor terhadap masalah dan perasaan sendiri, sehingga

dia sanggup menghayati dan menunjukan empaty dengan konselinya.

d. Mengembangkan diri menjadi konselor yang otonom, melalui pengembangan

gaya konseling yang sesuai dengan kepribadiannya sambil terbuka untuk

belajar dari orang lain, dan mempelajari berbagai konsep dan teknik

konseling, serta menerapkannya sesuai dengan konteks dan pribadinya.

e. Respek dan apresiatif terhadap diri sendiri, artinya konselor harus memilki

suatu rasa harga diri yang kuat yang menyanggupkannya berhubungan

dengan orang lain atas dasar hal-hal yang positif dari konseli.

f. Berorientasi untuk tumbuh dan berkembang, dalam pengertian berusaha

untuk terbuka guna memperluas cakrawala wawasannya. Konselor tidak

hanya puas dengan apa yang ada dan berupaya mempertanyakan mutu

eksistensinya, nilai-nilai, dan motivasinya, serta terus menerus berusaha

memahami dirinya sendiri karena konselor hendak mendorong pemahaman

diri itu dalam diri konseli.

Hakikat Metode

a. Pengertian Metode

Secara etimologis, metode berasal dari kata ‘met’ dan ‘hodes’ yang berarti

melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh

untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah

metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan.

Metode sering di artikan sebagai kata yang berasal dari bahasa yunani, yaitu

methodos dalam bahasa Indonesia diartikan cara atau jalan. Dalam kaitan dengan

kegiatan keilmuan, maka metode mengandung arti cara kerja atau langkah kerja

untuk mengembangkan ilmu tersebut atau memahami objek yang menjadi sasaran

ilmu yang bersangkutan (Enjang AS, dan Aliyudin.2009.hal 30).

14

Page 17: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

b. Metode /teknik konseling

Proses konseling melibatkan antara konselor dan klien, keberhasilan konseling

banyak ditentukan oleh keefektifan konselor dalam menggunakan beberapa teknik

yang bersumber dari beberapa teori pula, dan klien yang datang kepada konselor

tentunya memiliki permasalahan yang berbeda-beda, hal itu diperlukan

penyelesaian yang berbeda-beda pula. Bagi seorang konselor menguasai teknik

konseling adalah mutlak. Sebab dalam proses konseling teknik yang baik

merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang

konselor yang efektif harus mampu merespon klien dengan teknik yang benar,

yang sesuai dengan keadaan klien pada saat itu.

F. Pengertian Profesi, Profesional, Profesionalitas, Profesionalisasi dan

Profesionalisme

1. Profesi

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau

keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan

pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua

pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian

para pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan

yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetepi

memerlukan suatu persiapan melelui pendidikan dan pelatihan yang

dikembangkan khusus untuk itu.

Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh

masyarakat awam adalah: sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan,

namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki

mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan

kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah

yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap

bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.

15

Page 18: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

2. Profesional

Untuk mencapai sukses dalam bekerja, seseorang harus mampu bersikap

profesional. Profesional tidak hanya berarti ahli saja. Namun selain memiliki

keahlian juga harus bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahlian yang

dimilikinya tersebut. Seorang profesional tidak akan pernah berhenti menekuni

bidang keahlian yang dimiliki. Selain itu, seorang profesional juga harus selalu

melakukan inovasi serta mengembangkan kemampuan yang dimiliki supaya

mampu bersaing untuk tetap menjadi yang terbaik di bidangnya.

3. Profesionalisme

Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk

meningkatkan kemampuannya secara terus menerus. “Profesionalisme” adalah

sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para

anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas

profesionalnya.

alam bekerja, setiap manusia dituntut untuk bisa memiliki profesionalisme karena

di dalam profesionalisme tersebut terkandung kepiawaian atau keahlian dalam

mengoptimalkan ilmu pengetahuan, skill, waktu, tenaga, sember daya, serta

sebuah strategi pencapaian yang bisa memuaskan semua bagian/elemen.

Profesionalisme juga bisa merupakan perpaduan antara kompetensi dan karakter

yang menunjukkan adanya tanggung jawab moral.

4. Profesionalitas

Profesionalitas merupakan sikap para anggota profesi benar2 menguasai,

sungguh2 kepada profesinya. “Profesionalitas” adalah sutu sebutan terhadap

kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat

pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-

tugasnya

16

Page 19: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

5. Profesionalisasi

“Profesionalisasi” adalah sutu proses menuju kepada perwujudan dan

peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan. Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang

membuat seseorang atau kelompok orang menjadi profesional.

H. Pendidikan Profesi Guru

A. TRILOGI PROFESI PENDIDIK

Praktik Profesi

Untuk menjadi profesional, profesional dalam bidang apapun, seseorang harus

menguasai dan memenuhi ketiga komponen trilogi profesi, yaitu (1) komponen

dasar keilmuan, (2) komponen substansi profesi, dan (3) komponen praktik

profesi sebagaimana gambar di atas.

Komponen dasar keilmuan memberikan landasan bagi calon tenaga profesional

dalam wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap berkenaan dengan

profesi yang dimaksud. Komponen substansi profesi membekali calon profesional

apa yang menjadi fokus dan objek praktis spesifik pekerjaan profesionalnya.

Komponen praktik mengarahkan calon tenaga profesional untuk

menyelenggarakan praktik profesinya itu kepada sasaran pelayanan atau

pelanggan secara tepat dan berdaya guna. Penguasaan dan penyelenggaraan trilogi

profesi secara mantap merupakan jaminan bagi suksesnya penampilan profesi

tersebut demi kebahagiaan sasaran pelayanan. Penguasaan ketiga komponen

profesi tersebut diperoleh di dalam program pendidikan profesi dan pendidikan

akademik yang mendasarinya.

Konselor, sebagai pendidik yang terdapat pada (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1

Butir 6) , sebagai tenaga professional dituntut untuk menguasai dan memenuhi

trilogi profesi dalam bidang pendidikan, khususnya bidang konseling, yaitu

17

Page 20: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

• Komponen Dasar Keilmuan : Ilmu Pendidikan

• Komponen Substansi Profesi : Proses pembelajaran terhadap pengembangan

diri/ pribadi individu melalui modus pelayanan konseling.

• Komponen Praktik Profesi : Penyelenggaraan proses pembelajaran terhadap

sasaran pelayanan melalui modus pelayanan konseling.

Komponen Profesi Konselor

1. Ilmu Pendidikaan

Konselor diwajibkan menguasai ilmu pendidikan sebagai dasar dari keseluruhan

kinerja profesionalnya dalam bidang pelayanan konseling, karena konselor

digolongkan ke dalam kualifikasi pendidik; dan oleh karenanya pula kualifikasi

akademik seorang konselor pertama-tama adalah Sarjana Pendidikan. Atas dasar

keilmuan inilah konselor akan menguasai dengan baik kaidah-kaidah keilmuan

pendidikan sebagai dasar dalam memahami peserta didik (sebagai sasaran

pelayanan konseling) dan memahami seluk beluk proses pembelajaran yang akan

dijalani peserta didik melalui modus pelayanan konseling. Dalam hal ini proses

konseling tidak lain adalah proses pembelajaran yang dijalani oleh sasaran

layanan bersama konselornya. Dalam arti yang demikian pulalah, konselor

sebagai pendidik diberi label juga sebagai agen pembelajaran.

2. Substansi Profesi Konseling

Di atas kaidah-kaidah ilmu pendidikan itu konselor membangun substansi profesi

konseling yang meliputi objek praktis spesifik profesi konseling, pendekatan, dan

teknologi pelayanan, pengelolaan dan evaluasi, serta kaidah-kaidah pendukung

yang diambil dari bidang keilmuan lain. Semua subtansi tersebut menjadi isi dan

sekaligus fokus pelayanan konseling. Secara keseluruhan substansi tersebut

sebagai modus pelayanan konseling.

Objek praktis spesifik yang menjadi fokus pelayanan konseling adalah kehidupan

efektif sehari-hari (KES). Dalam hal ini, sasaran pelayanan konseling

adalah kondisi KES yang dikehendaki untuk dikembangkan dan kondisi

kehidupan efektif sehari-hari yang terganggu (KES-T). Dengan demikian,

pelayanan konseling pada dasarnya adalah upaya pelayanan dalam pengembangan

KES dan penanganan KES-T.

18

Page 21: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

Berkenaan dengan pendekatan dan teknologi, pengelolaan dan evaluasi pelayan

konseling, konselor wajib menguasai berbagai jenis layanan dan kegiatan

pendukungnya dengan landasan teori, acuan praksis, standar prosedur operasional

(SPO), serta implementasinya dalam praktik konseling. Pendekatan dan teknologi,

pengelolaan dan evaluasi pelayanan itu perlu didukung oleh kaidah-kaidah

keilmuan dan teknologi seperti psikologi, sosiologi, teknologi- informasi-

komunikasi sebagai “alat” untuk lebih menepatgunakan dan mendayagunakan

pelayanan konseling.

3. Praktik Pelayanan Konseling

Praktik pelayanan konseling terhadap sasaran pelayanan merupakan puncak dari

keberadaan bidang konseling pada setting tertentu. Mutu pelayanan konseling

diukur dari penampilan praktik pelayanan oleh konselor terhadap sasaran

pelayanan. Pada setting satuan pendidikan misalnya, mutu kinerja konselor di

sekolah/ madrasah dihitung dari penampilannya dalam praktik pelayanan

konseling terhadap siswa yang menjadi tanggung jawabnya.

1. Guru Sebagai Pendidik

Pendidik dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 didefinisikan

dengan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,

tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,

serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.[6]

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2

dikatakan bahwa Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.[7]

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para

peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar

19

Page 22: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

[8]

Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-

tugas memberi bantuan dan dorongan, tugas-tugas pengawasan dan pembinaan

serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu

menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga

dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan

dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut.

Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru

sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas

anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang

ada.[9]

Menurut Abdurrahman An Nahlawi, dalam bukunya yang berjudul Pendidikan

Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, agar seorang guru dapan menjalankan

fungsinya sebagai pendidik, maka ia harus memiliki sifat-sifat berikut ini:[10]

Setiap pendidik harus memiliki sifat rabbani, yaitu memiliki ketaatan kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

Seorang guru hendaknya menyempurnakan sifat rabbaniahnya dengan

keikhlasan.

Seorang pendidik hendaknya mengajarkan ilmunya dengan sabar.

Seorang pendidik harus memiliki kejujuran dengan menerapkn apa yang dia

ajarkan dalam kehidupan pribadinya.

Seorang guru harus senantiasa meningkatkan wawasan, dan pengetahuannya.

Seorang pendidik harus cerdik dan terampil dalam menciptakan metode

pengajaran yang variatif serta sesuai dengan situasi dan materi pelajaran.

Seorang guru harus mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai

proporsinya.

Seorang guru dituntut untuk memahami psikologi anak didiknya.

20

Page 23: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

Seorang guru dituntut untuk peka terhadap fenomena kehidupan sehingga dia

mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak dan

akibatnya terhadap anak didik.

Seorang guru dituntut untuk memiliki sikap adil terhadap seluruh anak

didiknya.

2. Guru Sebagai Pembimbing

Guru sebagai Pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan

kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan

aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan pengetahuan, tetapi juga

menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan

pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan

itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga

perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam

dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi

yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:

1.) Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang

hendak dicapai.

2.) Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang

paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak

hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.

3.) Guru harus memaknai kegiatan belajar.

4.) Guru harus melaksanakan penilaian.

3. Guru Sebagai Pengajar

21

Page 24: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan

terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi

profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang

profesi tersebut. Profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan,

keahlian, dan persiapan akademik. Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang

selalu melekat pada profesi, yaitu ; Adanya pengetahuan khusus, Adanya kaidah

dan standar moral yang sangat tinggi, Mengabdi pada kepentingan masyarakat,

Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi.

Pengembangan profesi bimbingan dan konseling antara lain melalui

standardisasi untuk kerja profesional konselor dan standardisasi penyiapan

konselor. Perkembangan Gerakan bimbingan di Indonesia Pada dasarnya terdapat

tiga periode perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia yakni periode

prawacana (1960-1970), periode pemasyarakatan (1970-1990), periode

konsolidasi (1990-sekarang).

Dalam proses BK ada yang menggunakan teknik konseling yang berpusat

pada konselor dengan istilah lain Directive Counseling, dan teknik konselor yang

berpusat pada klien atau istilah lain Non-Directive Counseling, yang keduanya

tentunya diberikan sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada diri klien. Dan

juga terdapat kode etika yang menjadi buku pedoman BK dalam proses BK.

B. Kritik & Saran

Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat

bagi kita semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan

yang buruk datangnya dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh

dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan

saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah

selanjutnya.

22

Page 25: DAFTAR ISI - · Web viewSebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa ... Pelaksanaan hasil analisis berupa ... Memiliki gagasan yang jelas mengenai keyakinan tentang hidup,

DAFTAR PUSTAKA

Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, Bandung :

Remaja Rosdakarya, 2010.

Syamsu Yusuf, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah/Madrasah.

Bandung : CV Bani Qureys, 2005, hal :107

http://www.kawan-kuliah.com/download/semester%20VII/etika%20danprofesi/

etika

http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi

23