file · web viewbelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... dengan...

52
HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA & ASAS-ASAS DAN PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Disusun oleh: Desi Yunita Sari (06081281320005) Juliana Anggraini (06081381320002) Kiki Maretha Sari (06081381320012) Novella Mutiara (06081381320008) Dosen Pengampu: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Upload: votuyen

Post on 01-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

&

ASAS-ASAS DAN PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Disusun oleh:

Desi Yunita Sari (06081281320005)

Juliana Anggraini (06081381320002)

Kiki Maretha Sari (06081381320012)

Novella Mutiara (06081381320008)

Dosen Pengampu:

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014

Page 2: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Belajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. Sering kali kita melupakan

hakikat belajar yang sesungguhnya. Belajar tak hanya dilakukan disekolah namun belajar juga

dilakukan dilingkungan sosial kita, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.

Pada pembelajaran yang ada disekolah, semuanya lebih terorganisir, mulai dari waktu,

tempat, dan konsep belajar itu sendiri. Di Indonesia pemerintah mewajibkan rakyatnya untuk

sekolah selama 12 tahun. Hal ini dimaaksudkan agar rakyat-rakyat di Indonesia menjadi SDM

yang berpendidikan dan dapat bersaing dengan negara lain.

Sama halnya seperti hidup, belajar juga mempunyai tujuan, tujuan inilah yang menjadi

alasan kenapa kita harus belajar dengan sungguh-sungguh. Sudah seyogyanya, guru membantu

siswanya untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk mencapai tujuan itu, guru harus benar-benar

mengerti apa yang dibutuhkan siswa, dan bagaimana caranya untuk membangun motivasi belajar

siswa itu sendiri.dengan hal itu, guru sudah seharusnya mengerti betul mengenai hakikat, asas,

dan prinsip belajar itu sendiri.

Dikhususkan pelajaran Matematika, guru dituntut untuk lebih cerdik “mendoktrin” siswa.

Sebagaimana diketahui, untuk sebagian besar siswa Matematika merupakan “momok” yang

menakutkan. Ini menjadi tantangan besar untuk guru Matematika itu sendiri, karena mereka

harus berfikir lebih keras itu merubah paradigma itu. Kreativitas guru sangat dituntut dalam hal

ini, bagaimana cara guru tersebut membangun suasana kelas yang kondusif dan jauh dari kesan

menegangkan. Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip

belajar. Dengan berpegang pada pedoman tersebut, guru dapat lebih mudah untuk

mengembangkan kreativitasnya namun tetap berada pada jalurnya sebagai seorang guru.

2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hakikat, prinsip dan asas pembelajaran?

Page 3: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

2. Apa yang dimaksud dengan hakikat, prinsip dan asas pembelajaran dalam pelajaran

Matematika?

3. Hal apa saja yang perlu dipahami oleh seorang guru untuk mengetahui hal-hal yang

diperlukan dalam proses pembelajaran?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hakikat, prinsip dan asas belajar dan

pembelajaran.

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hakikat, prinsip dan asas belajar dan pembelajaran dalam pelajaran Matematika.

3. Untuk mengetahui hal-hal yang harus dipahami oleh seorang guru dalam proses belajar

dan pembelajaran.

Page 4: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

BAB II

PEMBAHASAN

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Menurut Hilgard (Mudjijana, 2002), belajar merupakan proses yangaktif untuk

membangun pengetahuan dan keterampilan siswa. Depdiknas(Mudjijana, 2002) menyatakan

belajar sebagai kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang

sedang belajar, baik potensial maupun aktual.

SedangkanW. Gulo (2002: 23), belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam

diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap,

dan berbuat.

Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh

individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang menetap, baik  yang dapat

diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil

latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan (Roziqin, 2007: 62).

Dari berbagai definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar, yaitu:

1. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (change behavior).

2. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang

terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah.

3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang

berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial

4. Perubahan tingkah laku merupakan hasillatihan atau pengalaman

5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif positif

dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif

dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap.

Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah

yang dikemukakan oleh Witting yaitu :

Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi

Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi

Page 5: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi (Wahyuni Baharuddin,

2010).

Menurut teori Bruner (Fadjar Shadiq, 2008: 29), ada tiga tahapan belajar yang harus

dilalui para siswa agar proses belajarnya dapat terjadi secara optimal. Dalam arti akan terjadi

internalisasi pada diri siswa tersebut, yaitu suatu keadaan dimana pengalaman yang baru

dapat menyatu kedalam struktur kognitif siswa. Ketiga tahap pada proses belajar tersebut

adalah:

a. Tahap Enaktif

Pada tahap ini, para siswa dituntut untuk mempelajari pengetahuan (matematika

tentunya) dengan menggunakan benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata bagi

para siswa.Dapat ditambahkan bahwa istilah “konkret” atau “nyata” berarti dapat diamati

dengan menggunakan panca indera para siswa.

b. Tahap Ikonik

Pada tahap ini, siswa mempelajari suatu pengetahuan dalam bentuk gambar atau diagram

sebagai perwujudan dari kegiatan yang menggunakan benda konkret atau nyata tadi.

c. Tahap Simbolik

Pada tahap ini, siswa sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap

objek real.

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan

perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (Darsono, 2000) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan

perilaku, yaitu :

1) Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional)

Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang

bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari

bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan.

2) Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu)

Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan

kelanjutan dari keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya.

3) Perubahan yang fungsional

Setiap perubahan perilaku dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang

bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.

Page 6: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

4) Perubahan yang bersifat positif

Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan.

5) Perubahan yang bersifat aktif

Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan

perubahan.

6) Perubahan yang bersifat pemanen

Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi

bagian yang melekat dalam dirinya.

7) Perubahan yang bertujuan dan terarah

Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan

jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

8) Perubahan perilaku secara keseluruhan

Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi

termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya.seorang guru

menguasai Teori-Teori Belajar. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam

menerapkan Teori-Teori Belajar.

Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan

terjadinya perubahan tingkah laku.Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat

dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga

tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun

yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi

belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini

tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar

itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).

Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran

membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik,

dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik (student of

learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34).

Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan

Page 7: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana

tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi

kejiwaan.Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya

kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya

dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam

dirinya (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 9).

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru

adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi

peserta didik.Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk

membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan

minatnya.Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan

menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik.

Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:

Pembelajaran sebagai sistem

Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain

tujuan pembelajaran , materi pembelajaran , strategi dan metode pembelajaran, media

pembelajaran/alat peraga , pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut

pembelajaran (remedial dan pengayaan).

Pembelajaran sebagai proses

Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka

membuat siswa belajar, meliputi:

1. Persiapan, merencanakan program pengajaran  tahunan, semester, dan penyusunan

persiapan mengajar (lesson plan) dan  penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain

alat peraga, dan alat evaluasi, buku  atau media cetak lainnya.

2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran  dengan mengacu pada persiapan pembelajaran 

yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-

metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja

dan komitmen guru , persepsi, dan sikapnya terhadap siswa;

Page 8: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

3. Menindaklanjuti pembelajaran  yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran ini

dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan remedial

teaching bagi siswa yang berkesulitan belajar.

Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :

1. Merupakan upaya sadar dan disengaja

2. Pembelajaran harus membuat siswa belajar

3. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan

4. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil

b. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

1. Tujuan Intruksional, Tujuan Pembelajaran, dan Tujuan Belajar

Guru-guru merumuskan tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional

khusus.Tujuan instruksional khusus juga disebut sebagai sasaran belajar siswa.Tujuan

instruksional khusus mempertimbangkan pengetahuan awal dan kebutuhan belajar siswa.

Dari segi guru tujuan instruksional dan tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak

mengajar dengan acuan berbeda.Tujuan instruksiona (umum dan khusus) dijabarkan dari

kurikulum yang berlaku secara legal di sekolah.

Dari segi siswa, sasaran belajar tersebut murupakan panduan belajar.Panduan belajar

tersebut harus diikuti, sebab mengisyaratkan kriteria keberhasilan belajar.Keberhasilan

belajar siswa merupakan prasyarat belajar selanjutnya.Keberhasilan belajar siswa berarti

tercapainya tujuan belajar siswa dengan demikian merupakan tercapainya tujuan

instruksional dan sekaligus tujuan belajar bagi siswa. (Dimyati & Mudjiono, 2009: 20-22).

2. Siswa dan Tujuan Belajar

Siswa dalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.Dalam

kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar, dan merespon dengan tindak

belajar.Pada umumnya semula siswa belum menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi

guru tentang sasaran belajar, maka siswa mengetahui apa dan arti bahan belajar beginya.

Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar tersebut siswa menggnakan

kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemempuan-kemampuan kognitif,

afektif, psikomotor yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan

Page 9: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

menguat.Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya

evaluasi dan keberhasikan belajar, menyebabkan siswa semakin sadarakan kemampuan

dirinya. (Dimyati & Mudjiono, 2009: 22)

c. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran

1. Dinamika Siswa dalam Belajar

Siswa yang belajar bearti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik

terhadap lingkungannya.Ada beberapa ahli yang mempelajari ranah-ranah tersebut dengan

hasil penggolongan kemampuan-kemampuan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik

secara hierarkis.

Ranah kognitif (Bloom, dkk) terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut:

Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan

tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta peristiwa, pengertian,

kaidah, teori, prinsip, atau meode.

Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang

dipelajari.

Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi

masalah yang nyata dan baru.

Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian

sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

Sintetis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan

kriteria tertentu.

Keenam jenis perilaku ini bersifat hirearkis, artinya perilaku pengetahuan tergolong

terendah dan perilaku evaluasi tergolong tertinggi.Perilaku yang terendah merupakan

perilaku yang “harus”dimiliki terlebih dahulu sebelum mempelajari perilaku yang lebih

tinggi.Untuk menganalisis misalnya, siswa harus memiliki pengetahuan, pemahaman,

penerapan tertentu. (Adaptasi dari Winkel, 1991:149-176; Martin & Briggs, 1986: 66-72;

Fleishman & Quaintanc, 1984: 406-411).

Page 10: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

Ranah afektif (Krathwohl & Bloom, dkk.) terdiri dari lima perilaku-perilaku sebagai

berikut:

Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan

memperhatikan hal tersebut. Misalnya, kemampuan mengakui adanya perbedaan-

perbedaan

Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam

suatu kegiatan.

Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai,

mengakui, dan menentukan sikap.

Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai sebagai

pedoman dan pegangan hidup.

Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan

membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

Kelima jenis perilaku tersebut tampak mengandung tumpang tindih dan juga berisi

kemampuan kognitif.Kelima jenis perilaku tersebut bersifat hirearkis.Perilaku penerimaan

merupakan jenis perilaku terendah dan perilaku pembentukan pola hidup merupakan jenis

perilaku tertinggi. (Adaptasi dari Winkel, 1991:152-170; Martin & Briggs, 1986: 76-83).

Ranah psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh perilaku:

Persepsi, mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan) hal-hal

secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. Misalnya, pemilahan

warna, angka 6 (enam) dan 9 (Sembilan), huruf b dan d.

Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan

terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup jasmani dan

rohani. Misalnya, posisi star lomba lari.

Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau

gerakan peniruan. Misalnya, meniru gerak tari, membuat lingkaran di atas pola.

Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan gerakan-gerakan tanpa contoh.

Gerakan kompleks, mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang

terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat.

Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan

penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.

Page 11: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar

prakarsa sendiri.

Ketujuh jenis perilaku tersebut mengandung urutan taraf keterampilan yang berangkaian.

Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan urutan fase-fase dalam proses belajag motorik.

Ururan fase-fase motorik tersebut bersifat hierarkis. (Adaptasi dari Winkel, 1991: 153-170;

Fleishman & Quaintanc, 1984: 171-173, 412)

2. Dinamika Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

Peran guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah relative tinggi.Peran guru tersebut

terkait dengan peran siswa dalam belajar.

Menurut Biggs dan Telfer di antara motivasi belajar siswa ada yang dapat diperkuat

dengan cara-cara pembelajaran.Motivasi instrumental, motivasi sosial, dan motivasi

berprestasi rendah misalnya dapat dikondisikan secara bersyarat agar dapat terjadi peran

belajar siswa.adapun acara-acara pembelajaran yang berpengaruh pada proses belajar dapat

ditentukan oleh guru. Kondisi eksternal yang berpengaruh pada belajar yang penting adalah

bahan belajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, dan subjek pembelajar itu sendiri.

(Biggs & Tefler, 1987)

a) Bahan Belajar

Bahan belajar dapat berwujud benda dan isi pendidikan.Isi pendidikan tersebut dapat

berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap, dan metode pemerolehan.

Guru memiliki peranan penting dalam memilih bahan belajar, pertimbangan-

pertimbangan yang prlu diperhatikan oleh guru adalah sebagai berikut:

1) Apakah isi bahan belajar sesuai dengan sasaran belajar?

2) Bagaimana tingkat kesukaran bahan belajar bagi siswa? Jika bahan belajar tergolong

sukar, maka guru perlu membuat mudah bahan tersebut bagi siswa. Guru dapat

menunjuk bahan prasyarat, menambah waktu belajar, dan menggunakan berbagai

sumber lain.

3) Apakah isi bahan ajar tersebut menuntut digunakanya strategi belajar mengajar

tertentu? Dalam hal ini guru diharapkan dapat menyesuaikan strategi belajar-

mengajar dengan bahan belajar.

Page 12: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

4) Apakah evaluasi hasil belajar sesuai dengan bahan belajar? Kemampuan-kemampuan

pada ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik manakah yang dikandung oleh

bahan belajar? ( Dimyati & Mudjiono, 2009: 34-35)

b) Suasana Belajar

Guru memiliki peranan penting dalam menciptakan suasana belajar yang menarik bagi

siswa. Beberapa pertimbangan penting dalam rangka menciptakan suasana belajar adalah

sebagai berikut:

1) Apakah gedung sekolah dan kampus sekolah membuat kenyamanan belajar?

2) Apakah suasana pergaulan antar-orang tua siswa, pegawai-siswa, bersikap akrab dan

tertib?

3) Apakah siswa memiliki ruang belajar di rumah? Jika sebagian siswa tidak memiliki

ruang belajar, maka guru menyusun kelompok belajar dan giliran belajar di tempat

tertentu.

4) Apakah siswa memiliki grup yang cendung merusak tertib pergaulan? Jika ada siswa

yang menjadi anggota grup demikian, guru berperan melakukan pencegahan-

pencegahan dan bekerja sama dengan orang tua dan pihak lainnya. (Dimyati&

Mudjiono, 2009: 35).

c) Media dan Sumber Belajar

Dewasa ini media dan sumber belajar dapat ditemukan dengan mudah.Guru berperan

penting dalam memanfaatkan media belajar dan sumber belajar. Beberapa pertimbangan

dalam pemanfaatan media dan sumber belajar adalah sebagai berikut:

1) Apakah media dan sumber belajar tersebut bermanfaat untuk mencapai sasaran

belajar?

2) Apakah isi pengetahuan yang ada di surat kabar, majalah, radio, televise, museum,

kantor-kantor dapat dimanfaatkan untuk pokok bahasan tertentu? Jika ya, guru perlu

menugaskan siswa untuk mempelajari isi pengetahuan tersebut.

3) Apakah isi pengetahuan di kebun bibit, kebun binatang, perpustakaan umum ada yang

bermanfaat bagi pokok bahasan tertentu? Jika ya, guru dapat memprogram

pembelajaran di tempat tersebut sebagai karya wisata.

Page 13: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

Secara singkat dapat dikemukakan bahwa guru dapat membuat program pembelajaran

dengan memanfaatkan media dan sumber belajardi luar sekolah.sehingga mutu hasil belajar

semakin meningkat. (Woolkflok & Nicolich, 1984: 307-338)

d) Guru sebagai Subjek Pembelajar

Sebagai subjek pembelajar guru berhubungan langsung dengan siswa. Guru memiliki

peranan penting dalam acara pembelajaran. Di antara peranan guru tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Membuat desain pembelajaran secara tertulis, lengkap, dan menyeluruh.

2) Meningkatkan diri untuk menjadi seseorang guru yang berkepribadian utuh.

3) Bertindak sebagai guru yang mendidik.

4) Meningkatkan profesionalitas keguruan.

5) Melakukan pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang disesuaikan

dengan kondisi siswa, bahan belajar, dan kondisi sekolah setempat. Penyesuaian

tersebut dilakukan untuk meningkatkan mutu belajar.

6) Dalam berhadapan dengan siswa, guru berperan sebagai fasilitas belajar, pembimbing

belajar, dan pemberi balikan belajar. Dengan adanya peran-peran tersebut, maka

sebagai pembelajar guru adalah pembelajar sepanjang hayat. (Winkel, 1991; Monks,

Knnoers, Siti Rahayu, 1989; Biggs & Telfer, 1987)

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Proses belajar mengajar selalu berkaitan dengan siswa yaitu manusia yang belajar dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya. Nana Sudjana (1989), mengemukakan bahwa hasil belajar

peserta didik di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dan 30% dipengaruhi

oleh lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi menurut

Slameto (2003: 54 – 72) dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: faktor intern (faktor

dari dalam diri siswa) dan faktor ekstern (faktor dari luar siswa).

1. Faktor Intern

Faktor intern individu merupakan faktor yang paling penting dalam pencapaian hasil

belajar yang optimal. Dalam melakukan proses belajar, semua kemampuan yang dimiliki

Page 14: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

individu dicurahkan untuk mencerna materi yang akan dipelajari. Faktor yang berasal dari

diri siswa sendiri meliputi dua faktor yaitu faktor jasmaniah dan psikologis.

a) Faktor jasmaniah

Secara umum kondisi jasmaniah dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa

dalam mengikuti pembelajaran, kondisi tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas

belajar siswa.

b) Faktor psikologis

Faktor psikologis dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis terdiri dari tujuh

faktor, yaitu :

1) Intelegensi

Intelegensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psikofisik seseorang dalam

mereaksi rangsangan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan siswa sangat

menentukan keberhasilan siswa dalam belajar.

2) Perhatian

Siswa yang mempunyai perhatian terhadap bahan yang akan dipelajari akan

mempengaruhi hasil belajar yang lebih baik dibanding dengan siswa yang tidak

mempunyai perhatian terhadap pelajaran tersebut.

3) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas

tanpa ada yang menyuruh. Minat sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena

bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai minat, maka siswa tidak akan belajar

dengan sungguh-sungguh.

4) Bakat

Menurut Hilgard (Slameto, 2003: 57) bakat adalah kemampuan untuk

belajar.Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah

belajar atau berlatih. Bakatmerupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses

dan hasil belajar seseorang karena seseorang yang mempunyai bakat dalam suatu

pekerjaan akan lebih cepat mengerjakanpekerjaan tersebut jika dibandingkan dengan

orang yang kurang berbakat dibidang itu.

Page 15: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

5) Motivasi

Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang menodrong seseorang untuk

belajar.Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada

umumnyameningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.

6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana

alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan akan

sangat mempengaruhi hasil belajar siswa karena siswa yang cukup umur akan dapat

menerima pelajaran dengan baik disbanding siswa yang belum matang dalam berfikir.

7) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi.Kesediaan itu timbul

dari dalam diri seseorang dan berhubungan dengan kematangan.Kematangan berarti

kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Siswa yang telah memiliki kesiapan dalam

menerima pelajaran akan mempunyai hasil yang cukup baik.

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern individu dapat dibagi menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor

sekolah dan faktor masyarakat. Ketiga faktor ini satu sama lain memberikan warna tersendiri

pada perkembangan individu, terutama dalam kegiatan belajar.

a) Lingkungan Keluarga

Lingkungan ini memberikan kontribusi yang berarti terhadap perkembangan individu.

Keluarga ini merupakan lingkungan yang pertama dikenal oleh anak dan sebagian besar

waktunya dilaluibersama keluarga.Pengaruh keluarga bisa berasal dari kepedulian orang

tua berupa dukungan motivasi belajar.

b) Lingkungan Sekolah

Peranan sekolah dalam membekali seseorang dalam disiplin ilmu tertentu merupakan

suatu lembaga pendidikan formal yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam

mempelajari sesuatu.

c) Lingkungan Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga sangat berpengaruh terhadap beajar

siswa. Faktor-faktor masyarakat yang dapat mempengaruhi adalah sebagai berikut :

Page 16: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

1) kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan yang positif di masyarakat dapat membawa dampak yang positif pula

terhadap perkembangan pribadi siswa dalam belajar.

2) mass media

Media terdiri dari media elektronik seperti televisi, radio, dan media cetak seperti

majalah, surat kabar, tabloid dan bukubuku. Mass media yang baik dapat mendukung

dalam perkembangan belajar siswa.

3) teman bergaul

Teman bergaul sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi siswa.

Teman yang baik akan membawa pengaruh yang baik, sedangkan yang berkelakuan

buruk dapat membawa pengaruh yang buruk pula.

e. Belajar dan Pembelajaran Matematika

Menurut Abraham S Lunchins dan Edith N Luchins (ErmanSuherman, 2001), matematika

dapat dijawab secara berbeda-beda tergantungpada bilamana pertanyaan itu dijawab, dimana

dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam

matematika.

Mustafa (Tri Wijayanti, 2011) menyebutkan bahwa matematikaadalah ilmu tentang

kuantitas, bentuk, susunan, dan ukuran, yang utamaadalah metode dan proses untuk menemukan

dengan konsep yang tepat danlambang yang konsisten, sifat dan hubungan antara jumlah dan

ukuran, baiksecara abstrak, matematika murni atau dalam keterkaitan manfaat padamatematika

terapan.

Berdasarkan Elea Tinggih (Erman Suherman, 2001), matematikaberarti ilmu pengetahuan

yang diperoleh dengan bernalar. Hal inidimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak

melalui penalaran, akantetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia

rasio(penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen

di samping penalaran.

James dan James (Erman Suherman, 2001), mengatakan bahwamatematika adalah ilmu

tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,konsep-konsep yang berhubungan satu dengan

yang lainnya dengan jumlahyang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar,

analisis, dangeometri. Namun ada pula kelompok lain yang beranggapan bahwamatematika

Page 17: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

adalah ilmu yang dikembangkan untuk matematika itu sendiri.Ilmu adalah untuk ilmu, dan

matematika adalah ilmu yang dikembangkanuntuk kepentingan sendiri. Matematika adalah

ilmu tentang struktur yangbersifat deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak, dan ketat.Dengan

memperhatikan definisi matematika di atas, maka menurutAsep Jihad (Destiana Vidya Prastiwi,

2011: 33-34) dapat diidentifikasi bahwa matematika jelas berbeda dengan mata pelajaran lain

dalam beberapa halberikut, yaitu :

1. Objek pembicaraannya abstrak, sekalipun dalam pengajaran di sekolah anak diajarkan

benda kongkrit, siswa tetap didorong untuk melakukan abstraksi

2. Pembahasan mengandalkan tata nalar, artinya info awal berupapengertian dibuat seefisien

mungkin, pengertian lain harus dijelaskankebenarannya dengan tata nalar yang logis

3. Pengertian/konsep atau pernyataan sangat jelas berjenjang sehinggaterjaga konsistennya

4. Melibatkan perhitungan (operasi)

5. Dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan sehari-hari.

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu

pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang menggunakan istilah yang didefinisikan

dengan cermat, jelas, dan akurat,representasinya dengan lambang-lambang atau simbol dan

memiliki arti serta dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan bilangan.

Beberapa karakteristik pembelajaran matematika di sekolah (ErmanSuherman, 2001) yaitu

sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika berjenjang (bertahap)

Materi pembelajaran diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitudari hal konkrit ke

abstrak, hal yang sederhana ke kompleks, ataukonsep mudah ke konsep yang lebih sukar.

2. Pembelajaran matematika mengikuti metoda spiral

Setiap mempelajari konsep baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah

dipelajari sebelumnya. Bahan yang baru selaludikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari.

Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah

perlu dalam pembelajaran matematika (Spiral melebar dan menaik).

3. Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif

Matematika adalah deduktif, matematika tersusun secara deduktif aksiomatik.Namun

demikian harus dapat dipilihkan pendekatan yang cocok dengan kondisi siswa. Dalam

Page 18: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

pembelajaran belum sepenuhnya menggunakan pendekatan deduktif tapi masih campur

dengan deduktif.

4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran

konsistensi, tidak bertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya. Suatu

pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan-pernyataan yang terdahulu yang

telah diterima kebenarannya.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan pengajaran matematika

adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam

membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika.

c) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

matematika, menyelesaikan dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah.

e) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa

ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan

percaya diri dalam pemecahan masalah.

Belajar matematika merupakan suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan struktur-

struktur, hubungan-hubungan atau simbol-simbol, serta manipulasi konsep-konsep yang

dihasilkan ke situasi dunia nyata, sehingga menyebabkan perubahan. Jadi hakekat pembelajaran

matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur

menurut aturan yang logis.

2.Asas-Asas Belajar dan Pembelajaran

Asas-asas pembelajaran adalah prinsip-prinsip umum yang harus dikuasai oleh guru dalam

melakukan kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain asas-asas pembelajaran adalah suatu

yang dijadikan dasar berpikir dan bertindak untuk menciptakan proses belajar.

Page 19: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

Di bawah ini merupakan asas-asas pembelajaran.

a. Peragaan

Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan

kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat dimengerti dan

dipahami oleh para siswa. Dengan peragaan diharapkan proses pengajaran terhindar dari

verbalisme, yaitu siswa hanya tahu kata-kata  yang diucapkan oleh guru tetapi tidak mengerti

maksudnya. Untuk itu sangat diperlukan peragaan dalam pengajaran terutama terhadap siswa

pada tingkat dasar.

Peragaan meliputi semua pekerjaan indera yang bertujuan untuk mencapai pengertian

tentang sesuatu hal secara tepat. Agar peragaan berkesan secara nyata, anak tidak hanya

mengamati benda atau model yang diperagakan terbatas pada luarnya saja, tetapi harus

mencapai berbagai segi, dianalisis, disusun, dan dibanding-bandingkan untuk memperoleh

gambaran yang jelas dan lengkap.

Penerapan asas-asas peragaan dalam kegiatan belajar mengajar menyangkut beberapa

aspek:

1) Penggunaan bermacam-macam alat peraga.

2) Meragakan pelajaran dengan perbuatan, percobaan-percobaan.

3) Membuat poster-poster, ruang eksposisi dan lain sebagainya.

4) Menyelenggarakan karya wisata.

Dasar psikologi penerapan asas peragaan tersebut yakni, suatu hal akan lebih berkesan

dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman dan pengamatan langsung anak itu sendiri. Ada

dua macam peragaan: Peragaan langsung, dengan menggunakan benda aslinya atau

mengadakan percobaan-percobaan yang bisa diamati oleh siswa. Peragaan tidak langsung,

dengan menunjukkan benda tiruan atau suatu model. Contoh: gambar, boneka, film, foto dan

sebagainya.

b. Minat dan Perhatian

Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar, tanpa adanya perhatian

tidak mungkin akan terjadi belajar, perhatian akan timbul dari siswa apabila bahan pelajaran

sesuai dengan kebutuhanya.

Page 20: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

Minat dan perhatian merupakan gejala jiwa yang selalu berkaitan, seorang siswa yang

berminat dalam belajar akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran tersebut. Akan tetapi

terkadang perhatian siswa akan hilang jika tidak ada minat dalam pelajaran yang diajarkan.

Oleh karena itu diperlukan kecakapan seorang guru untuk membangkitkan minat dan

perhatian peserta didik. Untuk membangkitkan perhatian dan minat yang disengaja guru

harus:

1) Dapat menunjukkan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi siswa.

2) Berusaha menghubungkan apa yang diketahui siswa dengan bahan yang disajikan.

3) Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat, berusaha

menghindarkan hukuman.

4) Mengajar dengan persiapan yang baik, menggunakan meia, menghindari hal-hal yang

tidak perlu, mengadakan selingan sehat. 

c. Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere”, yang berarti menggerakkan. Berdasarkan

pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Motivasi adalah dorongan bagi

seseorang untuk kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat, yang berasal dari diri

sendiri disebut motivasi instrinsik, kemudian dorongan dari luar disebut motivasi ekstrinsik.

Motivasi instrinsik, misalkan saja siswa belajar bersungguh-sungguh untuk menguasai

pelajaran yang diajarkan. Kemudian motivasi ekstrinsik dapat dilakukan oleh guru.

Sehubungan dengan itu S. Nasution (2010:119) membedakan macam-macam motivasi

sebagai berikut:

1) Memberi angka, angka yang baik bagi mereka merupakan motivasi dalam kegiatan

belajar.

2) Hadiah, dapat membangkitkan motivasi dalam hal pekerjaan atau belajar, namun hadiah

dapat merusak jiwa manakala membelokkan pikiran dan jiwa dari tujuan yang

sebenarnya.

3) Persaingan,  dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi , dapat mempertinggi

hasil belajar anak bilamana dilakukan dengan cara positif.

4) Tugas yang menantang, memberi tugas yang menantang mendorong siswa untuk belajar

secara serius.

Page 21: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

5) Pujian, merupakan motivasi yang baik bila diberikan dengan benar dan beralasan.

6) Teguran dan kecaman, digunakan untuk memperbaiki kesalahan anak, hendaknya

diberikakn secara bijaksana dan dapat menjadikan anak menyadari kesalahnya.

7) Celaan, secara psikologis dapat merusak jiwa anak, antara lain menjadi frustrasi dalam

belajarnya dan menimbulkan dendam terhadap guru.

8) Hukuman, sama halnya dengan celaan, juga dapat menimbulkan kekecewaan dalam diri

anak dan perasaan dendam. 

d. Apersepsi

Apersepsi berasal dari kata  apperception (Inggris), yang berarti menafsirkan buah

pikiran, menyatukan dan mengasimilasikan suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah

dimiliki dan dengan demikian memahami dan menafsirkannya.

Ahli psikologi mendenifisikan apersepsi adalah bersatunya memori yang lama dengan

yang baru pada saat tertentu. Untuk menetapkan asas-asas apersepsi dapat diikuti langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Sebelum pelajaran dimulai guru mencari titik tolak untuk menghubungkan pengetahuan

yang telah dimiliki oleh siswa dengan cara mengajukan pertanyaan.

2) Dalam menjelaskan pelajaran dapat digunakan teknik induktif, yaitu dari contoh menuju

hukum, dari yang khusus menuju yang bersifat umum, dari konkret ke abstrak. 

e. Korelasi dan Konsentrasi

Yang dimaksud dengan korelasi adalah hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan

yang lainnya yang berfungsi untuk menguatkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, juga

dapat menimbulkan minat dan perhatian siswa. Hendaknya guru juga menghubungkan

pelajaran dengan realita sehari-hari.

Ada tiga tahapan dalam pelaksanaannya, yakni:

1) Tahap inisiasi, guru dapat menarik perhatian siswa dengan alat peraga, supaya kelas

dapat memiliki topik, siswa dibentuk kelompok dan tiap kelompok diberi

permasalahannya masing-masing.

2) Tahap pengembangan, pada tahap ini  kelompok-kelompok diterjunkan langsung ke

lapangan untuk mencari sumber data untuk materi diskusi, laporan ditulis lengkap, para

Page 22: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dan guru bertindak sebagai

pendamping.

3) Tahap kulminasi, sebagai tahap akhir, setelah semua kelompok dapat menyelesaikan

laporan yang mereka buat maka diadakan diskusi kelas atau diskusi panel, dan

diharapkan para siswa dapat berperan aktif. 

f. Kooperasi

Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Kooperatif menggambarkan makna yang lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan

proses sosial dalam belajar dan mencangkup pula pengertian kolaborasi.

Adapun pengelompokan kelompok itu biasanya didasarkan pada: a. adanya alat pelajaran

yang tidak mencukupi jumlahnya, b. kemampuan belajar siswa, c. memperbesar partisipasi

siswa, d. pembagian tugas dan kerja sama.

Yang dimaksud dengan kooperasi di sini adalah belajar atau bekerja sama (kelompok).

Hal ini dianggap penting untuk menjalin hubungan sosial antara siswa yang satu dengan yang

lainnya, juga hubungan guru dengan siswa.

Adapun keuntungan-keuntungan kooperatif antara lain:

1) Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan dengan belajar individual.

2) Pendapat yang dituangkan dalam kelompok lebih meyakinkan dibandingkan pendapat

individual.

3) Dengan kerja sama yang dilakukan oleh siswa dapat mengikat tali persatuan, tanggung

jawab bersama, rasa memiliki, dan menghilangkan egoisme.

g. Individualisme

Asas individualitas pada hakikatnya bukan lawan dari kooperasi. Asas ini

dilatarbelakangi oleh perbedaan siswa baik dalam menerima, memahami,  menghayati,

menganalisis dan kecepatan mereka menerima pelajaran yang disampaikan oleh seorang

guru. Di samping itu para siswa juga berbeda dalam bentuk fisik ataupun mental , oleh

karena itu dalam proses belajar mengajar guru menyesuaikan kondisi siswa dengan materi

yang diajarkan. Untuk menyesuaikan kondisi siswa dapat dilakukan pengelompokan,

Page 23: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

misalkan saja menjadi tiga, kelompok A, B dan C. Guru membuat pengelompokan siswa atas

dasar kemampuan yang relatif sama, menerapakan cara belajar tuntas, mengembangkan

proses belajar mandiri.  Beberapa cara penggunaan sumber lingkungan:

1) Membawa siswa keluar lingkungan kelas, misal karyawisata.

2) Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas, misal benda-benda,

Resources person.

Cara-cara menyelesaikan pelajaran dengan kesanggupan individual:

a) Pengajaran individual, siswa diberikan tugas menurut kemampuan masing-masing.

b) Tugas tambahan, diberikan pada siswa yang lebih pandai disamping tugas yang bersifat

umum dengan demikian kondisi kelas dapat terpelihara.

c) Pengajaran proyek, siswa mengerjakan sesuatu yang sesuai minat dan kesanggupan.

d) Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dibagi beberapa kelompok dengan

kesanggupan yang sama.

h. Evaluasi

Yang dimaksud evaluasi di sini adalah penilaian guru terhadap proses kegiatan belajar-

mengajar. Penilaian tersebut untuk mengetahui sejauh mana tujuan pengajaran sudah

tercapai, selain itu pula untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi. Evaluasi tidak

hanya dilaksanakan pada akhir semester saja tetapi setiap jam juga bisa karena akan berguna

untuk mengetahui kemajuan hasil belajar. Pelaksanaan evaluasi berkenaan dengan dua aspek

yaitu aspek guru dan aspek belajar siswa.

3. Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran

Menurut Rothwal (1961), prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran meliputi sebagai

berikut.

a. Prinsip Kesiapan (Readiness)

Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness

ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat

berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang belum

siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus

Page 24: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar

belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang

memungkinkan seseorang dapat belajar.

Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

1) Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan

kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat dan latar belakangnya.

2) Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila seseorang

guru ingin mendapat gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia harus

melakukan pengetesan kesiapan.

3) Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas, kemudian tugas itu

ditunda sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu

sesuai dengan kesiapan siswa.

4) Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang siswa

yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dalam pola kemampuan

mentalnya.

5) Bahan-bahan, kegiatan dan tugas harus divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan kognitif,

afektif dan psikomotor dari berbagai individu.

b. Prinsip Motivasi (Motivation)

Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu

kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara

kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajakan

dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini harus didorong dan bukan dihambat dengan

memberikan aturan yang sama untuk semua anak.

Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang harus kita perhatikan.

1) Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi, soaial

dan emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang

lebih dari yang dimiliki saat ini.

2) Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya

peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri siswa dapat

memperkuat kemampuan memelihara kesungguhannya dalam belajar.

Page 25: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

3) Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa. Contohnya seorang

murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena

kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena keinginan untuk mencapai seauatu.

4) Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan

diri. Seorang anak yang temasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi masalah.

5) Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi

belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung pada berbagai

faktor. Tidak bisa setiap siswa diberi dorongan yang sama untuk melakukan sesuatu.

6) Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar

dari kebutuhannya dapat dipenuhi.

7) Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan

perilaku.

8) Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada

bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin belajar.

9) Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan untuk

menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.

10) Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar

yang memuaskan.

11) Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi

motivasi.

c. Prinsip Persepsi

“Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi”.

Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan

caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.

Seseorang guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih baik bila ia peka terhadap

bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu. Berkenaan dengan persepsi ini ada

beberapa hal-hal penting yang harus kita perhatikan:

1) Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena setiap pelajar memiliki

lingkungan yang berbeda. Semua siswa tidak dapat melihat lingkungan yang sama dengan

cara yang sama.

Page 26: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

2) Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman,

kesehatan, perasaan dan kemampuannya.

3) Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam suatu

situasi seorang pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri.

4) Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilai dirinya sendiri. Guru

dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung pada persepsi yang cermat dan

nyata mengenai suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar menilai

persepsinya.

5) Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar pandangan bagaimana hal itu dapat

dilihat.

6) Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk

mengklasifikasi persepsi mereka.

7) Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi pandangannya

terhadap dirinya.

d. Prinsip Tujuan

“Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses

belajar terjadi”. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai

tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1) Tujuan harus mewadahi kemampuan yang harus dicapai.

2) Dalam menetapkan tujuan harus mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat

3) Pelajar akan menerima tujuan yang dirasakan bila dapat memenuhi kebutuhannya.

4) Tujuan guru dan murid harus sesuai.

5) Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya

akan mempengaruhi perilaku.

6) Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya dan

yang dapat ia capai.

7) Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku. Jika

ia gagal mencapai tujuan ia akan merasa rendah diri atau prestasinya menurun.

8) Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar.

Karena guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima para pelajar.

Page 27: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

e. Prinsip Perbedaan Individual

“Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang”. Proses pengajaran harus memperhatikan

perbedaan individual dalam kelas sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar

yang setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkatan sasaran akan

gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Karena itu seorang guru perlu memperhatikan latar

belakang, emosi, dorongan dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi pelajaran dan

tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.

Berkenaan dengan perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu diingat:

1) Para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan

selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan, tugas belajar dan pemenuhan

kebutuhan yang berbeda-beda.

2) Para pelajar perlu mengenal potensinya dan harus dibantu untuk merenncanakan dan

melaksanakan kegiatannya sendiri.

3) Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan ,

minat dan latarbelakangnya.

4) Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalamannya masa

lampau yang ia rasakan bermakna untuknya. Setiap pelajar biasanya memberi respon yang

berbeda-beda karena memang setiap orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai

pengalamannya.

5) Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar lebih diperkuat bila individu tidak

merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasa bebas untuk turut ambil bagian secara

aktif dalam kegiatan belajar. ketika para pelajar memiliki kebebasan untuk berpikir dan

berbuat sebagai individu, upaya untuk memecahkan masalah motivasi dan kreativitas akan

lebih meningkat.

6) Pelajar yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan

sungguh-sungguh. Tetapi sebaliknya bila kelemahannya yang lebih ditekankan maka ia akan

menunjukkan ketidakpuasannya terhadap belajar.

f. Prinsip Transfer dan Retensi

“Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar

dalam situasi baru”. Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan

Page 28: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

dalam situasi yang lain. Prosesa tersebut dikenal dengan proses transfer, kemampuan seseorang

untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap

dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru.

Berkenaan dengan proses transfer dan retensi ada beberapa prinsip yang harus kita ingat.

1) Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat

atau menugaskan sesuatu latuhan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi.

2) Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.

3) Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis dimana proses belajar itu terjadi.

Karena itu latihan harus dilakukan dalam suasana yang nyata.

4) Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. Suasana belajar yang dibagi ke

dalam unit-unit kecil waktu dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi yang lebih baik

daripada proses belajar yang berkepanjangan. Waktu belajar dapat ditentukan oleh struktur-

struktur logis dari materi dan kebutuhan para pelajar.

5) Penelaahan bahan-bahan yang faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi

dan nilai transfer.

6) Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan

hasil yang memuaskan.

7) Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan proses pelupaan

hal-hal tertentu. Karena itu bahan-bahan yang tidak disepakati tidak akan dapat diserap

sebaik bahan-bahan yang menyenangkan.

8) Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari

mengikuti bahan yang lalu. Kemungkinan lupa terhadap bahan yang lama dapat terjadi bila

bahan baru yang sama yang dituntut.

9) Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat

diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang

dipelajari dan dengan memberikan illustrasi unsur-unsur yang serupa.

10) Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-

hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama dibuat.

11) Tahap akhir proses harus memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada

gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.

Page 29: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

g. Prinsip Belajar Kognitif

“Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan”. Belajar kognitif

mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan

memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan

berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses

belajar itu dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif.

1) Perhatian harus dipusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses-

proses belajar kognitif terjadi. Dalam hubungan ini pelajar perlu mengarahkan perhatian yang

penuh agar proses belajar kognitif benar-benar terjadi.

2) Hasil belajar kognitif akan bercariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang

ada.

3) Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan dan

pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.

4) Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satauan atau unit-unit yang

sesuai.

5) Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari konsep amatlah penting . Perilaku mencari,

penerapan, pendefinisian resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa suatu

konsep benar-benar bermakna.

6) Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi

lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan menganalisis masalah

dan memungkinkan berpikir menyebar (divergent thinking).

7) Perhatian terhadap proses mental yang lebih daripada terhadap hasil kognitif dan afektif akan

lebih memungkinkan terjadinya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis dan penalaran.

h. Prinsip Belajar Afektif

“Proses belajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan

pengalaman baru”. Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam

banyak hal pelajar mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif

meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan, minat dan

sikap individu.

Page 30: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

Berkenaan dengan hal-hal tersebut diatas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses

belajar afektif.

1) Hampir semua aspek kehidupan mengandung aspek afektif.

2) Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan

memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.

3) Suatu waktu, nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan melekat

sepanjang hayat. Nilai, sikap dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat pada

keseluruhan proses perkembangan.

4) Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan hasil

dari belajar langsung.

5) Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.

6) Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.

7) Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat. Pelajar yang

memiliki kesehatan mental yang baik akan dapat belajar lebih mudah daripada yang memiliki

masalah.

8) Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi guru dengan kelas.

9) Pelajar dapat dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan

memahami sikap, peranan dan emosi. Penghargaan terhadap sikap, perasaan dan frustasi

sangat perlu untuk membantu pelajar memperoleh pengertian diri dan kematangannya.

i. Proses Belajar Psikomotor

Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan

aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik. Berkenaan dengan

hal itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1) Di dalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar

psikomotor.

2) Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan.

3) Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan

psikomotor.

4) Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh kemampuan

mengontrol gerakannya lebih baik.

Page 31: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

5) Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan dan

memperhalus gerakannya akan lebih dapat diperkuat.

6) Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cdakupan penampilan psikomotor

individu.

7) Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat menambah efisiensi

belajar psikomotor.

8) Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat membantu proses belajar

psikomotor. Latihan yang bermakna seyogianya mencakup semua urutan lengkap aktivitas

psikomotor dan tempo tidak bisa hanya didasarkan pada faktor waktu semata-mata.

9) Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan frustasi

(keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.

j. Prinsip Evaluasi

Jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan

selanjutnya. Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan

dalam pencapaian tujuan. Penilaian individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi oleh

kebebasan untuk menilai. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai penampilan,

motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar. Individu yang berinteraksi dengan yang lain pada

dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya dan hal ini pada gilirannya akan dapat

meningkatkan kemampuannya untuk menilai pengalamannya.

Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1) Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada pelajar.

2) Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi pelajar.

3) Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi dan

belajar.

4) Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid saling

bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.

5) Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam

melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat kemampuan

pelajar untuk menilai dirinya.

Page 32: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

6) Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan siswa, pola

ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.

7) Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif positif dan

mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif dengan kata

lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap.

Pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan

peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik (student

of learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34).

Ini dapat dipahami bahwa guru harus membuat siswa itu belajar bukan hanya diajar.

Paradigma seperti inilah yang nantinya akan membuat siswa lebih memahami dan mencintai

pelajaran yang diberikan guru tersebut, khususnya pelajaran Matematika. Tanpa membatasi

kreativitas guru tersebut, dengan berpedoman pada hakikat, prinsip dan asas pembelajaran, guru

dapat mewujudkan hal tersebut.

2. Saran

Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mengambil hal-hal

yang baik didalamnya, dan dapat memperdalam kembali pengetahuannya tentang pembelajaran.

Dan juga yang sangat perlu diingat ialah guru harus selalu mengembangkan kreativitasnya untuk

mencapai suasana belajar yang baik dengan siswanya.

Page 33: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, Wahyuni. 2010. Teori belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Biggs, Jonh B. & Tefler, Roos. 1987. The Process of Learning. Sydney: Prentice-Hall of

Australia Pty Ltd.

Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press

Destiana Vidya Prastiwi. (2011). Hubungan Antara Konsentrasi Belajar Dengan Prestasi

Belajar Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Sekecamatan Wates Kabupaten

Kulon Progo.Skripsi tidak diterbitkan.Universitas Negeri Yogyakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta

Erman Suherman, dkk.(2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung :

JICA-Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Fadjar Shadiq. (2008). Implikasi Konstruktivisme dalam Proses Pembelajaran. Buletin pelangi

Pendidikan.

Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman

Fleishman, Edwin A. & Quaintance, Marilyn K.. 1984. Taxonomies of Human Performance.

New York: Academic Press, Inc.

Gulö, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Martin, Barabara, L., Briggs, Leslie J.. 1986. The Affectiveand Cognitive Domains. New Jersey:

Educational Technology Publications.

Monks, FJ., Knoers, AMP, Siti Rahayu Haditono. 1989. Psikologi Perkebunan. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Mudjijana, Romanus. (2002). Hubungan Antara Iklim Sekolah dan Kecerdasan Emosional Siswa

dengan Prestasi Belajar Siswa.[Online]. Diakses

darihttp://www.bpkpenabur.or.id/jurnal/02/082-100.pdf pada tanggal 22 Agustus 2013

Nasution. (2010). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rothwell, A.B. (1961). Learning Principles, dalam Clark L.H. Strategies and Tactics in

secondary School Teaching: A Book of Readings, Toronto: the Mac Millan, Co.

Roziqin,  Muhammad Zainur. 2007. Moral Pendidikan di Era Global; Pergeseran Pola Interkasi

Guru-Murid di Era Global. Malang: Averroes Press.

Slameto.(2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Salatiga: Rineka Cipta.

Page 34: file · Web viewBelajar merupakan kebutuhan bagi semua orang tanpa terkecuali. ... Dengan ini pula, guru membutuhkan pedoman yaitu hakikat, asas, dan prinsip belajar

Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar  Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan.Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia; Strategi

Reformasi Pendidikan Nasional. Cet. III, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wijayanti, Tri. (2011). Pengembangan Student Worksheet Berbahasa Inggris SMP Kelas VIII

Pada Pembelajaran Aljabar Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan

Pendekatan Pemecahan Masalah Berbasis Kontruktivisme.Skripsi tidak diterbitkan.Universitas

Negeri Yogyakarta.

Winkel, WS.. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Woolkfolk, Anita E., Nicolich, Lorraine,McCune. 1980. Educational Psychology for Teacher.

Sydney: Prentice-hall of Australia Pty Limited.