dniks dewan nasional indonesia kesejahteraan sosial siti anah kunyati... · web view3) mm2100...
TRANSCRIPT
ABSTRAK
PERAN DUNIA USAHA MELALUI CSR DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN BEKASI
Oleh : Siti Anah Kunyati
Isu crucial di Indonesia salah satunya masalah kemiskinan dengan berbagai dimensi persoalannya , begitu juga yang terjadi di Kabupaten Bekasi. Mengingat akan berakhirnya MDGs pada tahun 2015 ini dan terkait dengan komitmen Indonesia untuk mencapai MDG’s (Millenium Development Goals), maka lebih menegaskan lagi betapa pentingnya peran pemerintah khususnya Pemda Kabupaten Bekasi untuk mencapai target yang ada di MDGs, mengingat angkat kemiskinannya masih 17,16 % dari Jumlah penduduk pada tahun 2013 mencapai 3.004.092 jiwa. Di pihak lain begitu besarnya potensi untuk menggalang dana CSR dimana di Kabupaten Bekasi terdapat 2628 industri yang terdiri atas 1006 Perusahaan PMA dan 1622 perusahaan PMDN yang tersebar pada 7 kawasan industri. Persoalannya bagaimana peran Dunia Usaha melalui CSR dalam Pemberdayaan Masyarakat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Survey yakni untuk memahami, menganalisis, mendeskripsikan dan menginterpretasikan tentang Peran Dunia Usaha melalui CSR dalam Pemberdayaan MAsyarakat. Dalam menganalisis secara kualitatif dilakukan verstehen sebagai metode untuk: 1) Memetakan perusahaan dalam pelaksanaan CSR dan 2) Skenario kelembagaan CSR bersama Pemerintah Kabupaten Bekasi. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, FGD, observasi dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian ini, pada dasarnya beberapa perusahaan di wilayah Kabupaten Bekasi sudah melaksanakan Program CSR terutama pada sample survey di empat kawasan Industri yaitu Jababeka, M2100, Fajar Bekasi dan Lippo Cikarang. Pelaksanaan kegiatan CSR secara umum telah melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat pada tiga bidang utama, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Program CSR di Kawasan Jababeka yang telah dilaksanakan antara lain kegiatan memfasilitasi dan kerja sama dengan tenant untuk mendapatkan pekerjaan, pengelolaan limbah ekonomis, perbaikan infrastruktur jalan, pembangunan rumah ibadah, penyediaan sarana dan prasarana sekolah, serta penyediaan air bersih, peternakan, bazar, membantu melakukan kegiatan usaha membangun rumah makan, rumah kontrakan, dan kost. Sedangkan Kawasan M2100 dan Fajar Bekasi telah melaksanakan bantuan perlengkapan untuk siswa sekolah sebanyak 5.861 siswa meliputi 4.772 siswa di 18 SD, 979 siswa SMPN, dan 160 siswa MTs Miftahul Ulum. Bantuan Perlengekapan sekolah tersebut berupa tas, dan alat-alat sekolah dengan besar bantuan sebesar Rp. 405.406.300. Bantuan pelatihan dan outbond untuk guru sebesar Rp. 60.000.000, dan bantuan untuk gaji guru honor sebesar Rp. 56.000.000. Untuk tahun 2011/2012, Program CSR Peduli Pendidikan diperluas kepada 6.000 siswa di 20 sekolah. Sedangkan untuk pelatihan dan outbond guru diperuntukan bagi 70 guru dan untuk pemberian honor guru bantu sebanyak 138 orang guru. Pada 2012 juga, Program CSR Peduli Pendidikan telah membangun SMK Mitra Idustri Mandiri di kawasan industri MM2100 serta berbagai kegiatan bantuan lainnya seperti banjir dan gunung meletus. CSR yang dilakukan Perseroan Lippo Cikarang adalah menanam lebih dari 1.000 pohon bermitra kerja dengan masyarakat dan 1.800 bibit bermitra kerja dengan sekolah-sekolah yang ada di kawasan, menambahkan program rutin tahunan perseroan dengan menanam sebanyak 5.000 pohon untuk menciptakan lingkungan Lippo Cikarang yang hijau dan mempromosikan serta mendidik masyarakat perihal cara pelestarian dan perlindungan lingkungan juga menyediakan bagi masyarakat pengobatan gratis. Hasil penelitian yang lain adalah membangun model Struktur Kelembagaan CSR di Kabupaten Bekasi, dimana unsur Dunia Usaha dan Pemerintah Kabupaten Bekasi terintegrasi dalam pengelolaan program, karena pengelolaan CSR selama ini seringkali berjalan sendiri-sendiri sehingga tidak dapat dipantau secara baik dan dalam pelaksanaan kegiatan kurang terpadu dengan pemerintah daerah.
Kata kunci: CSR, Perusahaan, Pemberdayaan Masyarakat.
1.Latar Belakang
Mengingat akan berakhirnya MDGs pada tahun 2015 ini dan terkait dengan komitmen Indonesia untuk
mencapai MDG’s (Millenium Development Goals), maka pemerintah dalam hal ini Pemda Kabupaten
Bekasi hendaknya bisa mengejar target yang ada di MDGs mengingat angka kemiskinan yang masih
tinggi. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bekasi berdasarkan hasil Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) Tahun 2011 dengan pendekataan kategori sangat miskin, miskin, hampir miskin, dan sangat
miskin menunjukkan terdapat 451.330 orang miskin dengan 117.784 rumah tangga miskin dan 123.843
Keluarga Miskin. Memperhatikan data penduduk Kabupaten Bekasi, terdapat 17,16% jiwa penduduk yang
termasuk kategori miskin. Sedangkan Jumlah penduduknya pada tahun 2013 mencapai 3.004.092 jiwa,
mengalami peningkatan sebesar 122.615 jiwa dari tahun 2012 sebesar 2.881.477 jiwa. Dengan luas
wilayah sebesar 127.388 Ha, maka rata-rata kepadatan penduduk mencapai jiwa 2.358 per km2.
Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan CSR searah dengan kebijakan misi pembangunan
Kabupaten Bekasi yang dituangkan dalam RPJMD Kabupaten Bekasi 2012-2017, diantaranya yaitu : 1)
Meningkatkan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat dan 2) Meningkatkan daya saing daerah dalam
bidang perindustrian, perdagangan, dan pertanian. Pilar pembangunan yang berasal dari pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha diharapkan bersinergis agar lebih didorong untuk membantu penanggulangan
kemiskinan melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat. Di pihak Swasta atau perusahaan untuk
lebih melakukan fasilitasi dan mendorong pelaksanaan CSR, khususnya untuk mencapai tujuan yang
tertera dalam RPJM tersebut yang berhubungan dengan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat.
Potensi CSR dapaqt dilihat dari jumlah perusahaan berdasarkan data Kabupaten Bekasi dalam Angka
Tahun 2011 bahwa pada tahun 2010 terdapat 813 industri besar dan sedang dengan penyerapan tenaga
kerja sebesar 281.230 orang. Aziz (2009) menyampaikan bahwa, dari berbagai sumber diperoleh data
bahwa tak kurang dari 30 – 40 % perusahaan di Indonesia dari sekitar 22,7 juta perusahaan yang
beroperasi telah menjalankan program CSR. Hal ini patut diapresiasi (
http://www.csr.or.id/artikel/index.php?detail=20100301115850 diakses tgl 9 April 2009). Hanya
persoalannya kontribusi CSR ini pada program yang berkaitan langsung dengan Pembangunan
Kesejahteraan Sosial.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu disain program pemberdayaan masyarakat di
Kabupaten Bekasi yang melibatkan seluruh komponen pembangunan, khususnya dengan mendorong
implementasi program-program CSR oleh perusahaan-perusahaan yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi .
Bagaimanapun perusahaan yang ada di Kabupaten Bekasi merupakan sumber daya yang sangat potensial
untuk berbagai kegiatan kesejahreaan sosial.
2.Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk:
1) Memetakan perusahaan dalam pelaksanaan CSR
2) Indikasi Program CSR di Kabupaten Bekasi
3) Skenario kelembagaan CSR bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi.
2. Manfaat
Manfaat program ini dapat menjadi acuan sinergitas antara perusahaan dan pemerintah dalam program
penanggulangan kemiskinan secara terpadu.
3.Kerangka Pemikiran.
3.1 Konsep CSR
Pengertian CSR oleh Schermerhorn (1993) sebagai kewajiban dan kepedulian dengan cara-cara yang
sesuai dengan kepentingan perusahaan dalam melayanai kepentingan organisasi dan kepentingan publik
eksternal. Sedangkan The International Organization of Employers (IOE) mendefinisikan CSR sebagai
"initiatives by companies voluntarily integrating social and environmental concerns in their business
operations and in their interaction with their stakeholders." Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pertama, CSR merupakan tindakan perusahaan yang bersifat sukarela dan kegiatan yang memiliki
kepedulian pada bidang sosial dan lingkungan dimana lokasi perusahaan berada dan menjalin interaksi
termasuk dengan pemerintah maupun masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya. Definisi lain menurut
The World Business Council for Sustainable Development yaitu bahwa CSR merupakan suatu komitmen
dari pelaku bisnis yang secara menerus memberikan kontribusi bagi perkembangan ekonomiyang
berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan sambil meningkatkan kualitas hidup para
pekerja dan keluarganya, juga bagi komunitas lokal dan masyarakat secara keseluruhan (Zainal, 2006).
Dari definisi ini kita melihat pentingnya ‘sustainability’ (berkesinambungan / berkelanjutan), yaitu dilakukan
secara terus-menerus dan memiliki efek yang panjang bukan sesaat atau temporer. Inilah tipe ideal yang
hendaknya diusung dalam konsep CSR. Artinya Konsep CSR memiliki tanggung jawab moral, etika bisnis
dan sosial. Jadi ‘out the box’ yang secara tradisonal hanya memikirkan para pemilik atau pemegang saham
perusahaan atau dari sisi keuntungan finansial semata tapi pada konsep ‘triple bottom line’ yang
dikemukakan Elkington (2005), yaitu bahwa tanggung jawab perusahaan berpijak pada 3 dasar, yaitu :
finansial, sosial dan lingkungan atau dikenal dengan 3 P yaitu people, profit dan planet.
3.2.Peran Perusahaan dan Pemerintah dalam Program CSR
Wacana mengenai konsep lingkungan mulai berkembang pada dekade tahun 1970 an dan isu ini
terus berkembang sampai KTT Bumi pada tahun 1992 di Rio menegaskan konsep sustainability development (pembangunan berkelanjutan) yang tidak hanya menjadi tanggung jawab negara, namun
perusahaan diharapkan membantu menyelesaikan berbagai persoalan masyarakatnya. Tahun 2007 dalam
acara UN Global Compact dimana pertemuan tersebut meminta perusahaan untuk menunjukkan tanggung
jawab dan prilaku bisnis yang sehat yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) dan saat
ini telah menjadi konsep yang sudah ‘familiar’ di perusahaan, pemerintah dan masyarakat.
Hubungan dunia usaha dengan pemerintah dalam konteks CSR adalah dalam bentuk kemitraan yang
dibangun secara bersama-sama. Bukan dengan apa yang dikemukakan Ambadar (2008) sebagai
hubungan yang mengatur dan diatur. Pemerintah dibutuhkan untuk berperan sebagai fasilitator,
dinamisator, mediator.
Adapun peran perusahaan dalam kaitannya dengan CSR sebagaimana dikemukakan Hopkins, 2007)
meliputi:
1) Upaya untuk mendefinisikan strategi CSR perusahaan dalam kaitannya dengan pembangunan
secara keseluruhan
2) Kepastian bahwa upah yang dibayarkan perusahaan telah mampu menghidupi pekerjanya dengan
wajar
3) Kerjasama dengan pekerja untuk selalu meningkatkan kinerja dan keamanan kerja
4) Kerjasama dengan pemerintah stempat dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas program
penurunan angka kemiskinan
5) Kerjasama yang aktif dengan perusahaan lain dan organisasi masyarakat sipil dalam menciptakan
dan meningkatkan kinerja UKM.
6) Keterlibatan dalam meningkatkan nilai-nilai dan keterampilan wirausaha
7) Inverstasi dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan negara dimana perusahaan
beroperasi.
8) Kepastian bahwa inisiatif CSR itu berkelanjutan dan ditujukan bagi pencapaian pembangunan
berkelanjutan.
Sedangkan peran pemerintah dalam pelaksanaan CSR adalah:
1) membuat regulasi dan ketentuan (code of conduct) yang disepakati bersama dalam rangka
mengefektifkan program CSR
2) Mempromosikan konsep terpadu antara pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah
daerah
3) Mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai bentuk minimalisasi dampak negatif
dan maksimalisasi dampak positif operasi perusahaan.
4) Mewujudkan tanggung jawab sosial persahaan sebagai kontribusi yang signifikan atas
pembangunan berkelanjutan di tingkat daerah
5) Menjalankan fungsi koordinasi program CSR di wilayah administrasinya
6) Membangun kemitraan 3 sektor (dunia usaha, pemerintah dan masyarakatbagi pelaksanaan
program CSR yang beroperasi di daerah.
7) Menciptakan sinergi program dan sumber daya pembangunan yang dilaksanakan secara
bersama dunia usaha, pemerintah dan masyarakat.
(Jalal, 2011).
3.3 Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai proses penumbuhan kemampuan diri dan bukan
mobilisasi dan dengan melalui proses ini diharapkan masyarakat yang kurang mampu dapat terangkat dan
muncul menjadi bagian dari golongan yang lebih baik (Oekan Abdullah, 1997) menurut Rappaport (1984),
pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi dan komunitas mampu menguasai
kehidupannya. Pemberdayaan menunjuk pada realocation of power melalui perubahan struktur sosial.
Swift dan Levin (1987) mengatakan bahwa pemberdayaan dapat diartikan sebagai tujuan maupun proses.
Sebagai Tujuan maka pemberdayaan adalah suatu keadaan yang ingin dicapai yakni masyarakat yang
memiliki kekuasaan dan kemampuan yang mengarah pada kemandirian. Sedangkan sebagai proses maka
pemberdayaan memuat makna:
Pertama, Pemungkin (enabling) yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang secara optimal. Oleh karena itu aparat harus mampu membebaskan masyarakat
dari sekat-sekat struktural dan kultural yang menghambat aklualisasi potensi.
Kedua, Penguatan (empowering), yaitu memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Dengan demikian
birokrat harus mampu menumbuh kembangkan segala kemampuan yang dimiliki masyarakat untuk
memecahkan masalah dan memenuhi segala kebutuhan yang dirasakannya, menumbuh kembangkan
kepercayaan diri masyrakat untuk menunjang kemandirian.
Ketiga, Perlindungan (protecting) yaitu melindungi masyarakat terutama kelompok yang tidak memiliki
kekuasaan / asset atau kelompok lemah agar tidak tertindas oleh mereka yang kuat, menghindari
terjadinya persaingan yang tidak sehat, menghindari terjadinya eksploitasi dari yang kuat kepada kelompok
yang lemah.
Oleh karena itu perangkat birokrat diarahkan pada penghapusan segala diskriminasi dan dominasi yang
tidak menguntungkan rakyat miskin. Pemihakan pada rakyat yang lemah menjadi pijakan yang dominan
dalam mengorientasikan program pembangunan.
Bank Dunia dalam Zubaidi (2007 : 98) mengartikan pemberdayaan sebagai : Expansion of assets and capabilities of poor people to participatein negotiate with, influence, control and hold accountable institution that affect their live. Sedangkan Bank Pembangunan Asia (Asian Development
Bank) dalam Zubaidi (2007 : 99) mengatakan bahwa “pemberdayaan dianggap komprehensif
apabila menampilkan lima karakteristik, yaitu : 1) berbasis local, 2) berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan, 3) berbasis kemitraan, 4) bersifat holistic dan 5) berkelanjutan”.
4.Metodologi
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Deskriptif - Survey, sebagai metode untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena CSR yang dilakukan oleh dunia usaha secara aktual ,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta fenomema yang diselidiki di kabupaten Bekasi
dan peran pemerintah dalam fasilitasi CSR.
4.1 Sumber data:
1) Data Primer : melakukan identifikasi potensi dan permasalahan secara langsung terhadap
keberadaan perusahaan-perusahaan di Kabupaten Bekasi berkaitan dengan pengelolaan CSR. 3)
Melakukan rumusan model kelembagaan pengelolaan CSR, melalui kegiatan lokakarya dan FGD
dengan pelibatan seluruh stakeholder yang berkompeten dengan CSR yaitu Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Bekasi, SKPD, perusahaan pelakasana CSR.
2) Data Sekunder: 1) untuk mendapatkan informasi / data perusahaan dan data dari SKPD yang
berhubungan dengan CSR yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Bekasi; 2) Melakukan
Penyusunan Program-Program Pembangunan Yang dapat dilaksanakan melalui CSR, dengan output
Indikasi Program Pembangunan yang dapat dilaksanakan melalui CSR;
Pendekatan yang digunakan secara sistematis dalam konteks pekerjaan secara keseluruhan ditunjukkan
pada Gambar berikut:
Gambaran 1: Metode Peran Perusahaan dan Pemerintah Daerah dalamm Program CSR dalam Kegiatan Kesejahteraan Sosial di kabupaten Bekasi
Belum Terkelolanya Potensi CSR di Kabupaten Bekasi
UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan TerbatasUU No, 19 Tahun 2003 Tentang BUMNKomitmen Indonesia Untuk Mencapai MDG’s Pada Tahun
2015
Identifikasi Potensi dan Permasalahan
Peta Perusahaan Yang Melaksanakan Program CSR
Data Perusahaan di Kabupaten Bekasi
Data Perusahaan yang telah/belum melakukan CSR
Kategori Perusahaan
Peta Perkembangan Pelaksanaan CSR
Perkembangan CSR selama 3 tahun terakhirProgram-program kegiatan CSRProsedur untuk mendapatkan CSRBesaran dana yang diberikan Kaitan kegiatan CSR dengan MDG’s
Identifikasi Daftar prioritas kebutuhan
masyarakat yang berhubungan dengan
MDG’sHasil rumusan musrenbang
tingkat kecamatan dan kabupaten
Hasil rumusan Perencanaan Partisipatif bertalian MDG’s di tingkat Masyarakat
Indikasi Program Yang Dapat Dilaksanakan oleh
CSR
Kajian Model Kelembagaan Pengelola CSR
LokakaryaFGD
Arah Kebijakan Perusahaan Berkaitan CSRArah Kebijakan Pemerintah Daerah
Peran Perusahaan dan Pemda dalam Social Responsibility (CSR) Kabupaten Bekasi
4.2 Teknik Pengumpulan Data:
1) Wawancara secara mendalam dengan responden perusahaan yang telah melaksanakan
kegiatan CSR dan SKPD dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Bappeda, dan Dinas
Kesehatan.
2) FGD dengan stakeholder, dilakukan dengan terlebih dahulu memetakan stakeholder yang terlibat
dalam pelaksanaan CSR. Seperti Dinas Kesehatan, Bapeda dan SKPD terkait lainnya.
4.3 Pemilihan sampel
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik snowball pada setiap responden yang
berasal dari perusahaan dan SKPD. Rensponden dari perusahaan dengan kuesioner yang berisi
pertanyaan mengenai segala kegiatan CSR, baik dilihat dari sisi fasiltasi jenis program/kegiatan maupun
besaran pembiayaan CSR. Hasil survey akan dianalisis dengan menggunakan metoda analisis deskriptif.
BAB III PETA PERUSAHAAN DAN PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DI KABUPATEN BEKASI
3.1 PETA PERUSAHAAN DI KABUPATEN BEKASI
Perkembangan kegiatan industri di Kabupaten Bekasi dapat digambarkan pula dengan tumbuhnya
kawasan-kawasan industri. Berdasarkan data penanaman modal Kabupaten Bekasi terdapat 7 (tujuh)
kawasan industri Besar di Kabupaten Bekasi sebagaimana tabel 1.
Tabel 1 Kawasan Industri di Kabupaten Bekasi Pada tahun 2012
No Kawasan Lokasi
1 BIIE Cikarang
2 Delta Mas (Green Land) Cikarang Pusat
3 East Jakarta Industrial Park Lemah Abang
4 Fajar Bekasi Cikarang Barat
5 Jababeka Cikarang
6 lipo cikarang Cikarang
7 M 2100 Cibitung
No Kawasan Lokasi
Sumber : Penanaman Modal Kabupaten Bekasi 2012.
Berdasarkan data Penanaman Modal Kabupaten Bekasi, terdapat 2.628 perusahaan yang ada di 7 (tujuh)
kawasan industri di Kabupaten Bekasi yang
meliputi 1.006 perusahaan dengan status
Perusahaan Milik Asing (PMA) dan 1.622
perusahaan dengan status perusahaan milik
dalam negeri (PMDN).
Tabel 2Jumlah Investor/Perusahaan di Kabupaten Bekasi Tahun 2011
No KawasanInvestor/Perusahaan
TotalPMA PMDN
1 BIIE 36 59 95
2 Delta Mas (Green Land) 4 40 44
3 East Jakarta Industrial Park 98 5 103
4 Bekasi Fajar 46 83 129
5 Jababeka 534 804 1.338
6 Lippo Cikarang 140 604 744
7 MM 2100 148 27 175
Total 1.006 1.622 2.628
Sumber : Penanaman Modal Kabupaten Bekasi 2012.
5. PELAKSANAAN CSR PERUSAHAAN DI KABUPATEN BEKASI
5.1 Pelaksanaan CSR oleh Kawasan Jababeka Pada dasarnya beberapa perusahaan di wilayah Kabupaten Bekasi sudah melaksanakan Program
CSR namun seringkali pelaksanaannya dilakukan secara sendiri-sendiri tanpa melibatkan Pemerintah
Daerah, sehingga perkembangan pelaksanaan program CSR ini tidak dapat diketahui. Kegiatan CSR
Jababeka berfokus pada tiga bidang utama, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Beberapa kegiatan dan
program CSR Jababeka yang telah dilaksanakan antara lain adalah kegiatan Community Development
seperti memfasilitasi dan kerja sama dengan tenant untuk mendapatkan pekerjaan, pengelolaan limbah
ekonomis, perbaikan infrastruktur jalan, pembangunan rumah ibadah, penyediaan sarana dan prasarana
sekolah, serta penyediaan air bersih luar kawasan sehingga masyarakat dapat melakukan kegiatan usaha
membangun rumah makan, rumah kontrakan, dan kost.
a. Bidang Pemberdayaan Ekonomi
Corporate social responsibility dalam bidang ekonomi lebih difokuskan pada upaya pengembangan
usaha kecil masyarakat seperti perikanan, peternakan dan industri rumah tangga dengan bahan baku
makanan sebagai produksi utamanya. Program ini telah membantu banyak usaha mikro masyarakat pada
desa-desa yang terletak di sekitar kawasan Kota Jababeka. Usaha yang dibantu mencakup usaha
peternakan kambing, ikan, telur itik, bebek, dan ikan lele, serta usaha pembuatan keripik singkong.
Jababeka dalam pelaksanaan CSR juga menjalin kerjasama dengan institusi eksternal dan Pemerintah
Daerah setempat terkait dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat; bersama Dinas Peternakan
Kabupaten Bekasi dan PT Ming Horng Asktechnica Industrial membantu pengembangan beberapa usaha
mikro masyarakat. Pasar Festival sebagai wahana olahraga, rekreasi dan wisata kuliner bagi masyarakat
yang diadakan setiap akhir pekan. Kegiatan ini telah memberikan peluang kerja dan menawarkan
pendapatan bagi ratusan penduduk lokal yang sebelumnya tidak memiliki penghasilan tetap.
Jababeka merupakan kawasan Industri yang terlibat aktif di dalam CSR Jawa Barat yang dikelola oleh
pemerintah Provinsi Jawa Barat. Program-program yang dilaksanakan pada tahun 2011 dapat
disampaikan sebagai berikut,
Pemberdayaan Ekonomi
1. Database tenaga kerja system online
2. Keterampilan komputer, montir, menjahit
3. Pembuatan pelet / pakan itik dan lele
4. Sentra bebek petelur dan pedaging
5. Sentra UKM – Bengkel, cuci steam, Barbershop, salon
6. Pembiakan Kambing Unggulan
7. Pembiakan Jamur Tiram
8. Kampung Lele
9. Pemanfaataan Lahan Kosong untuk persawahan dan perikanan ( 35 Ha )
b.Bidang Sosial
1)Program Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan
Pendidik an, program CSR Jababeka
lebih diprioritaskan untuk
peningkatan fasilitas pendidikan
yang lebih baik dalam
mendukung pengajaran dan
keterampilan belajar serta
peluang siswa dan guru
dibandingkan dengan
memberikan bantuan keuangan. Tujuan dari kegiatan CSR Jababeka di bidang ini adalah untuk
meningkatkan kualitas dan akses pendidikan. Menerjemahkan ide ini, Jababeka telah
mengembangkan program-program CSR yang diperuntukkan untuk sektor pendidikan. Program-
program ini mencakup penyediaan infrastruktur dan perlengkapan sekolah, terutama pada tingkat
dasar, dan memberikan beasiswa kepada siswa dari tingkat SD sampai SMA. Sedangkan program
beasiswa di fasilitasi 4.432 untuk siswa SMK, dan 2.483 siswa SMA. Besaran Beasiswa untuk siswa
SMA adalah Rp. 1.200.000,- /siswa/Tahun dan Beasiswa SMK Rp. 1.200.000,- /siswa/Tahun.
Dukungan berkelanjutan untuk program pendidikan disediakan oleh Jababeka melalui pembentukan
lembaga pendidikan yang terdiri dari SMP dan SMA President, serta President University yang
dirancang dengan standar kualitas internasional dan bahasa Inggris sebagai satu-satunya bahasa
pengantar. Beasiswa secara rutin diberikan oleh Jababeka, bekerjasama dengan pemerintah daerah
di seluruh Indonesia yang memungkinkan siswa untuk belajar di President University. Para
mahasiswa President University juga membantu siswa pada sekolah-sekolah di masyarakat sekitar
perkampungan untuk mengikuti kursus bahasa Inggris, matematika, ilmu pengetahuan, seni dan
budaya, bertujuan untuk membantu siswa menguasai materi pelajaran dan memperkaya
pengalaman belajar dari semua pihak yang terlibat. Program CSR Ruang Kelas Baru (RKB) tahun
2011 di Kabupaten Bekasi menfasilitasi adalah sebagai berikut masing-masing RKB didanai sebesar
Rp. 100.000.000 atau secara keseluruhan untuk Kabupaten Bekasi sebanyak Rp17.800.000.000.
Gambar Ruang Kelas Baru
Dalam pelaksanaan CSR bidang pendidikan telah berkolaborasi dengan beberapa institusi eksternal
untuk program CSR seperti:
Kerjasama dengan PT Mattel Indonesia dalam program renovasi sekolah dan pengadaan fasilitas
pendidikan
Program Beasiswa bagi siswa tidak mampu bersama PT Air Products Indonesia
Renovasi gedung sekolah dan perbaikan fasilitas pendidikan kerjasama dengan PT Cikarang
Listrindo
Program pengecatan ulang gedung sekolah dilakukan bersama PT International Paint Indonesia
Kampanye Safety Riding for Ojek Community bekerjasama dengan PT ICI Paints Indonesia.
a) Peningkatan Layanan Kesehatan Masyarakat
Salah satu kegiatan utamanya adalah Program Pengobatan Murah melalui Klinik YSPK. Klinik
ini didirikan oleh PT Jababeka Tbk dengan tujuan untuk mempermudah akses pelayanan
medis bagi warga dengan biaya terjangkau. Program pengobatan ini telah memberikan
pelayanan kesehatan bagi warga di desa-desa wilayah Ring I (15 desa) PT Jababeka Tbk
dengan partisipasi dari PT Mane Indonesia dan Rumah Zakat Indonesia.
Kegiatan lain lain meliputi fogging di daerah rawan wabah dan program peningkatan gizi bagi
ibu dan balita serta pembinaan UKS dan pengadaan fasilitas P3K.
Untuk fasiltasi Program Bidang Kesehatan Kontribusi Jababeka Tahun 2011 PENGEMBANGAN
PUSKESMAS PONED di Kabupaten Bekasi adalah sebagai berikut :
No Kecamatan Nama PuskesmasKriteria
PuskesmasLuas Bangunan (m2)
1 Cabang Bungin Cabang Bungin Berfungsi 200
2 Kedung waringin Kedung waringin Berfungsi 364
3 Tambelang Tambelang Berfungsi 200
4 Cibinong Karaden Poned Baru 200
5 Klapa nunggal Klapa nunggal Poned Baru 200
6 Nanggung Nanggung Poned Baru 364
7 Sukajaya Sukajaya Poned Baru 364
(a) Bidang Lingkungan
Di bidang lingkungan, CSR Jababeka mengadakan Pollution Prevention, program pengelolaan dan
pengendalian dampak yang timbul dari kegiatan industri. Bekerja sama dengan Botanic Gardens
dan komunitas pecinta tanaman (Botanist Club), CSR Jababeka akan melakukan kampanye
ramah lingkungan melalui beberapa event yang akan dilaksanakan tahun ini.
Komitmen PT Jababeka Tbk melalui program CSR-nya ini terbukti dengan diperolehnya beberapa
penghargaan yang berhasil diperoleh seperti:
Penghargaan sebagai "3rd Best Practice" Indonesia CSR Award dalam kategori bidang
lingkungan.
Penghargaan dari Kementerian Perumahan Rakyat.
Penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup
Kegiatan yang dilakukan:
1. Botanical Garden yang berfungsi sebagai paru-paru kota Jababeka, pusat rekreasi alam terbuka,
pendidikan dan pengetahuan.
2. Jalur sepeda (bike to school dan work).
3. Pembuatan lubang biopori.
4. Penanaman pohon.
5. Pembentukan tim hijau warga dan Botanis Club Tenant.
6. Go Green kota Jababeka bersama tenant.
Dalam pengelolaan CSR, Jababeka memiliki Lembaga Pemberdayaan dan Pengabdian Masyarakat
yang betugas untuk mengelola kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan wawancara dengan
pengelola LPPM, arah kebijakan program secara makro ditetapkan oleh Owner Kawasan Industri
Jababeka, dan disamping merealisasikan usulan kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat yang berada
di wilayah Kawasan Industri ( sebanyak 15 desa)
5.2 Pelaksanaan CSR Bekasi Fajar Industrial Estate dan MM 2100 Perseroan memastikan sepenuhnya
bahwa semua pemangku kepentingan
terlibat dan memperoleh manfaat dari
kegiatan operasional. Dalam upaya
menaruh perhatian kepada komunitas
sekitar kawasan industri sebagai wujud
dari tanggung jawab sosial perusahaan,
Perseroan telah melakukan beberapa kegiatan sbb:
Kegiatan CSR yang telah dilakukan oleh MM 2100 dan Fajar Bekasi dapat disampaikan sebagai berikut,
1) MM 2100 Peduli Pendidikan
Pada tahun 2010 Program CSR Peduli Pendidikan memberi Bantuan Perlengkapan untuk siswa sekolah
untu 5.861 siswa meliputi 4.772 siswa di 18 SD, 979 siswa SMPN, dan 160 siswa MTs Miftahul Ulum.
Bantuan Perlengkapan sekolah tersebut berupa Tas, dan alat-alat sekolah denga besar bantuan sebesar
Rp. 405.406.300.Disamping itu sekolah difasilitasi pula bantuan pelatihan dan outbond untuk guru dengan
bantuan dana sebesar Rp. 60.000.000, dan bantuan untuk gaji guru honor sebesar Rp. 56.000.000.
Untuk tahun 2011, Program CSR Peduli Pendidikan diperluas kepada 6.000 siswa di 20 seolah.
Sedangkan untuk pelatihan dan outbond guru diperuntukan bagi 70 guru dan untuk pemberian honor guru
bantu sebanyak 138 orang guru. Di tahun 2011 juga, Program CSR Peduli Pendidikan telah membangun
SMK Mitra Idustri Mandiri di kawasan industri MM2100.
2) MM 2100 Penduli Banjir di Bekasi dan Karawang
Tahun 2010, CSR MM 2100 dan Fajar Bekasi terlibat aktif dalam kegiatan bantuan banjir yang ada di
wilayh Bekasi dan Karawang, bantuan yang diberikan adalah bantuan Perlengkapan Mandi, Makanan, dan
Pakaian dengan total bantuan dana sebesar Rp. 71.232.000. Jumlah perusahaan yang terlibat dalam
kegiatan ini adalah sebanyak 25 perusahaan.
3) MM2100 Peduli Bencana Merapi dan Gempa Mentawai
Bertalian dengan adanya bencana Merapi dan Gempa di pulau Mentawai Provinsi Sumatera Barat tahun
2010, CSR MM 2100 dan Fajar Bekasi, CSR MM 2100 dan Fajar Bekasi memberi bantuan berupa
perlengkapan mandi, makanan, dan pakaian dengan total dana sebesar Rp. 330.451.900. Dalam kegiatan
dimaksud melibatkan 46 perusahaan yang di kawasan industri MM2100 dan Fajar Bekasi
4) MM2100 Peduli Street Vendor
Dalam rangka menjaga ketertiban umum khususnya untuk para pedagang kaki lima, maka sejak tahun
2007 disediakan area tempat berjualan untuk pedagang kaki lima. Dengan dibukanya tempat pedagang
tersebut diharapkan tidak ada lagi pedagang yang berjualan keliling dalam kawasan industri. Kegiatan CSR
ini telah membanguin empat kantong pedagang yang menampung 90 pedagang.
5) MM2100 Peduli Sosial dan Fasilitas Umum
Dalam rangka meningkatkan infrastruktur desa yang ada di sekitar kawasan industri, maka kawasan
industri melalui program CSR ikut membangun dan memperbaiki desa seperti perbaikan kalan desa,
perbaikan kantor desa, fasilitas ibadah, dan lain-lain.
Pada tahun 2011, Program CSR peduli Sosial dan Fasilitas Umum telah memfasilitasi terbangunnya 2
Tempat Pembuangan Sampah Sementara sebanyak 2 unit, Bedah rumah masyarakat miskin di Desa
Cibuntu dan Desa Muktiwai.
5.3 Pelaksanaan CSR Kawasan Industri Lippo Cikarang
Proyek Lingkungan Hidup Perseroan Lippo Cikarang di tahun ini adalah menanam lebih dari 1.000
pohon bermitra kerja dengan masyarakat dan 1.800 bibit bermitra kerja dengan sekolah-sekolah yang
ada di kawasan, menambahkan program rutin tahunan Perseroan dengan menanam sebanyak 5.000
pohon untuk menciptakan lingkungan Lippo Cikarang yang hijau dan mempromosikan serta mendidik
masyarakat perihal cara pelestarian dan perlindungan lingkungan. Lippo Cikarang juga secara timbal
balik menyediakan bagi masyarakat pengobatan gratis bagi masyarakat sekitar. Disamping kegiatan
CSR yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang dikelola oleh kawasan industri, pertamina telah
melakukan kegiatan CSR seperti penanaman pohon, uji emisi gratis, penanaman pohon bakau di
muaragembong sebanyak 2000 pohon.
6.KELEMBAGAAN PENGELOLA CSR DI KABUPATEN BEKASI6.1 Dasar Hukum Kelembagaam
1) Undang-undang RI nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
2) Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial
3) Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan
4) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan
6.2 Struktur Kelembagaan Pengelolaan CSRa. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan1) Kelembagaan yang ditawarkan dalam pengelolaan CSR di Kabupaten Bekasi mencoba
mengintegrasikan dengan peran yang ada pada Wakil Bupati sebagai Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan di daerah dan merangkap sebagai Tim Koordinasi Forum CSR
Kabupaten Bekasi. Pertimbangan ini didasarkan pada :
2)Upaya penanggulangan kemiskinan dengan pencapaian target IPM - pasca MDG’s berada
dibawah koordinasi Wakil Bupati/Walikota sebagai Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan di daerah.
3)Dalam upaya membangun IPM- pasca MDGs merupakan tanggung jawab 3 pilar
pembangunan yaitu pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.
b.Koordinator Forum CSR Kabupaten sebagai Ketua TKPK mempunyai tugas :1)Melakukan koordinasi CSR dalam program penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota;
2)Mengkoordinasian berbagai stake holder dalam penyusunan untuk prioritas Renstra Kabupaten
sebagai realisasi arah kebijakan pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten.
3)Merumuskan dan mengintegrasikan program CSR dengan berbagai stakeholder yang lain dalam
penentuan prioritas yang berbasis pada IPM- pasca MDGs di tingkat kabupaten.
4)Melakukan pengendalian, supervisi, dan tindaklanjut terhadap pelaksanaan CSR yang telah
menjadi komitmen bersama.
5)Penyusunan hasil pemantauan pelaksanaan program dan atau kegiatan program penanggulangan
kemiskinan dan lingkungan secara periodik;
6)Evaluasi pelaksanaan program dan atau kegiatan penanggulangan kemiskinan;
7)Penyiapan laporan pelaksanaan dan pencapaian program penanggulangan kemiskinan kepada
Bupati/Walikota dan TKPK Provinsi serta Forum CSR Jawa Barat.
c. Sekretariat Bersama Forum CSR
Sekretariat akan dikelola secara bersama antara Bappeda, Wakil CSR dan Kelompok Peduli,
pertimbangan ini didasarkan pada :
1)Sesuai dengan kelembagaan yang ada di Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
dimana sekretariat ada di Bappeda.
2)Untuk efektifitas koordinasi maka dibentuk sekretariat bersama dengan wakil CSR dan
Kelompok Peduli.
3)Untuk membantu kelancaran tugas Koordinator CSR Kabupaten.
Tugas Sekretariat Bersama :1)memberikan dukungan administrasi teknis dan dukungan bahan kebijakan kepada Koordinator
Forum CSR Kabupaten.
2)Sekretariat Koord Forum Koordinasi CSR Kabupaten berkedudukan di Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah.
3)Sekretariat Koord Forum Koord CSR Kabupaten bertanggung jawab kepada Koordinasi
ForumCSR Kabupaten.
4)Mengelola pendataan dan Sistem Informasi CSR.
5)Mengelola Pengaduan masyarakat dalam pelaksanaan CSR.
6)Mengelola pelaporan pelaksanaan CSR.
7)Mengelola Pengembangan kemitraan CSR dengan pemerintah dan masyarakat.
d.Koordinator Kawasan/Sektor Dunia IndustriDengan besarnya wilayah/kawasan industri dari sisi sebaran, besarnya perusahaan, variasi dan
kuantitas perusahaan maka dalam forum CSR ini masing-masing 7 (tujuh) kawasan industri
diharapkan mewakilkan dalam kepengurusan Forum CSR Kabupaten Bekasi dengan tugas :
1)Melakukan koordinasi dengan ketua forum CSR, sekretriat dan pokja bidang masing-masing.
2)Melakukan pendataan perusahaan yang tidak dan terlibat dalam pelaksanaan CSR.
3)Melakukan lobby/pendekatan/membangun kepedulian kepada tenanen untuk terlibat dalam
program CSR.
4)Bersama-sama dengan pokja mengkoordinasikan dan merumuskan prioritas kegiatan CSR untuk
orientasi jangka menengah selama 5 tahunan dan rencana setiap tahunan.
5)Mengembangkan kemitraan dengan berbagai stakeholder dan masyarakat yang berkaitan dengan
pengembangan program CSR tingkat regional, nasional dan internasional.
e.Kelompok Kerja Kelompok kerja bidang program dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Koord
Forum CSR Kabupaten.
Kelompok kerja dibangun sesuai dengan kebutuhan dan misi CSR yaitu :
1)Kelompok Keja bidang Bantuan Sosial dan penanggulangan Kemiskinan , dengan tugas :
Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga sebagaimana dimaksud
melaksanakan sebagian tugas Koord Forum CSR Kabupaten dalam melakukan koordinasi di bidang
bantuan sosial terpadu berbasis keluarga dan penanggulangan kemiskinan seperti bea siswa, pasar
murah, sembako, pengobatan gratis,kesehatan, kegiatan bakti sosial.
2)Kelompok Kerja Bidang Pemberdayaan masyarakat, dengan tugas :
Melakukan koordinasi untuk melaksanakan kegiatan di bidang pemberdayaan masyarakat seperti
berbagai program pendidikan, pelatihan, pendampingan.
3)Kelompok Kerja Bidang Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil, dengan tugas melaksanakan sebagian
tugas Tim Koordinasi CSR Kabupaten dalam melakukan koordinasi di bidang pemberdayaan usaha
ekonomi mikro dan kecil seperti bantuan pinjaman dana bergulir, bantuan pemasaran, pengemasan
produk.
4)Kelompok Kerja Bidang Lingkungan, dengan tugas melaksanakan sebagian tugas Tim Koordinasi
CSR Kabupaten dalam melakukan koordinasi masalah lingkungan terutama lingkungan
permukiman, lingkungan daya alam di sekitar perusahaan seperti persoalan penanganan limbah,
ruang terbuka hijau, sanitasi lingkungan, rehab rumah kumuh, lingkungan kumuh, fasilitas sosial dan
umum, kali bersih, air bersih.
5)Kelompok Kerja Bidang lainnya. Kelompok ini dibuat sesuai dengan perkembangan kebutuhan
terhadap program CSR yang muncul dari berbagai pihak.
GAMBAR : STRUKTUR KELEMBAGAAN CSR KABUPATEN BEKASI (draf)
Keanggotaan Koord Forum CSR Kabupaten terdiri dari unsur pemerintah daerah, dunia usaha,
masyarakat, kelompok peduli dan pemangku kepentingan lainnya dalam kegiatan CSR.
7.Analisis Pelaksanaan CSR
Pendekatan tricle down effect selama ini menunjukkan kegagalan. Suharto(2009:17) kenyatakan
“Liberalisasi menganggap bahwa kesejahteraan akan tercipta dengan sendirinya jika pertumbuhan dipacu
setinggi mungkin namun kenyataan tidak terbukti”. Teori ini menjadi kiblat bagi kelompok yang bermazhab
”mekanisme pasar bebas”. Hal ini dirasakan pembatasan sektor informal dan berpihak pada penguatan
sektor formal dengan membuka mall dan industri lainnya yang terkungkung dalam kapitalisme makin
terasa sebagai fakta sosial. Berbagai kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintahan seringkali salah urus
terhadap pemenuhan hak-hak warga miskin. Dibangunnya berbagai pusat industri diharapkan memberikan
multiplier effect kepada perkembangan usaha mikro dan sektor informal yang dapat membantu warga
miskin dalam penciptaan lapangan pekerjaan.Pengembangan ekonomi kerakyatan yang akan banyak
membantu sektor subsisten, informal dan ekonomi warga miskin masih belum maksimal dikembangkan.
Hal ini dapat dilihat pada berbagai komunitas di sekitar pabrik atau industri terasa sangat mencolok
perbedaan antara dua kelas yang menguasai aset produksi dengan para buruhnya. Begitu juga yang
sering kali terjadi berbagai demo untuk menuntut kenaikan upah minimum dengan berbagai tunjangan
yang perlu dipenuhi. Seiiring dengan berbagai tuntutan ini, peran pemerintah perlu memfasilitasi sebagai
kewajiban dengan perusahaan untuk memenuhi segala hak-hak dasar penduduknya, terlebih yang hidup
sehari-hari dalam wilayah kawasan industri seperti pada program pendidikan, kesehatan, sosial.
Oleh karena itu untuk mengurangi kesenjangan tersebut perusahaan diharapkan turut dalam
berbagai program CSR untuk masyarakat di sekeliling kawasan industri. Dalam pelaksanaannya
seringkali kebijakan dalam merumuskan program dan kegiatan atas kebijakan yang tidak berbasis
riil yang dibutuhkan masyarakat.
Perencanaan yang bersifat top down masih begitu kental dilingkungan industri untuk melaksanakan
kegiatan. Oleh karena itu peran pemda kiranya dapat menjembatani kebutuhan masyarakat dengan
kebijakan yang ada pada perusahaan dalam memaksimalkan penggunaan dana CSR. Jangan
sampai penggunaan dana CSR hanya untuk kepentingan promosi perusahaannya saja. Identifikasi
terhadap berbagai kebutuhan masyarakat yang dituangkan dalam hasil musrenbang yang tidak
dapat dibiayai oleh pemerintah maka selayaknya akan dibantu pembiayaanya oleh dana CSR.
Berbagai kegiatan yang telah dilakukan selama ini berkaitan dengan p rogram pemberdayaan
masyarakat dengan CSR nya, pada dasarnya dilaksanakan terhadap tiga komponen program yang saling
terkait antara satu sama lain, terdiri atas komponen program sosial, phisik / infra struktur, dan ekonomi
atau triple bottom line. Bantuan tersebut dapat dilihat dari Kawasan Industri Jababeka, Kawasan M2100
dan Fajar Bekasi dengan berbagai kegiatan yang cukup beragam seperti bea siswa, kesehatan dan
kegiatan ekonomi. Pemerintah Kabupaten Bekasi harus mampu menciptakan iklim yang kondusif untuk
menunjang ke arah pemampuan warga masyarakat dengan menciptakan ruang untuk memungkinkan
peran-serta warga masyarakat membangun kepedulian untuk berbagai persoalan warga
miskin/keberdayaan warga miskin. Hal ini sesuai dengan Swift dan Levin (1997) perlunya pemerintah
berperan sebagai broker dan katalisator untuk mempercepat proses pemberdayaan di masyarakat.
Sedangkan program dari kawasan Lippo Cikarang nampaknya masih memprioritaskan penghijauan di luar
kawasan maupun di dalam kawasan industrinya. Variasi kegiatan yang berbasis pada kebutuhan
masyarakat untuk memberdayakan masih harus difasilitasi secara kuat oleh pemerintah agar juga
menyentuh kebutuhan sosial maupun ekonomi dan kegiatan untuk lingkungan lainnya seperti sarana
prasaran lingkungan perumahan dan permukiman. Hal tersebut akan terfasilitasi dengan baik manakala
terjadi sinergitas yang baik dari tiga elemen yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat, karena itu
merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan yang mensejahterajkan rakyatnya (sustainable development for social welfare), sejalan dengan yang dikemukakan Abdullah (1997) Pemberdayaan
masyarakat dapat diartikan sebagai proses penumbuhan kemampuan diri dan bukan mobilisasi dan
dengan melalui proses ini diharapkan masyarakat yang kurang mampu dapat terangkat dan muncul
menjadi bagian dari golongan yang lebih baik.
Dari hasil temuan di lapangan nampaknya sinergitas terutama antara pemerintah dan dunia usaha
dalam program CSR masih belum terbangun secara baik. Oleh karena itu, dunia usaha dan pemerintah
perlu mencari pola-pola kemitraan (partnership) agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus
meningkatkan kinerjanya agar dapat berkembang menjadi perusahaan yang mampu bersaing. Keterlibatan
masyarakat maupun pemerintah ini hendaknya menghindari image bahwa CSR adalah lahan untuk
mencari duit. Alternatif dari pola kemitraan di sajikan dalam sruktur kelembagaan pengelolaan CSR yang
perlu disepakati bersama.
Jika dibandingkan dengan investasi dan banyaknya perusahaan di 7 kawasan industri Bekasi maka
tidak sebanding dengan realitas dana CSR karena perusahaanpun sudah merasa memberikan kewajiaban
kepada negara dengan berbagai pajak dan pungutan. Sikap perusahaan seperti ini maka didorong untuk
memiliki empati dalam menjalankan aktivitas perusahaan sehingga tidak berdampak buruk pada
masyarakat dan lingkungan hidupnya karena pada akhirnya dunia usaha akan dapat bertahan dan dijaga
oleh masyarakatnya. Dampak positifnya tentu akan memperoleh manfaat ekonomi secara berkelanjutan
sesuai dengan tujuan utamanya dibentuk perusahaan.
8.Kesimpulan dan Saran
8.1 Kesimpulan
1) Peran Pemerintah Daerah dalam pengelolaan pelaksanaan CSR masih belum jelas
kedudukannya. Hal ini terlihat masing-masing belum ada kesepakat yang berhubungan dengan
struktur pengelolaan CSR maupun regulasi.
2) Terdapat pengusaha yang merasa keberatan dengan keberadaan CSR, dikarenakan sebagai
entitas bisnis perusahaan sebenarnya telah dibebani berbagai kewajiban oleh Negara berupa
pajak atau restribusi dan pungutan lainnya oleh pemerintah daerah. Belum lagi pengusaha telah
melakukan pembangunan infrastruktur bagi kelancaran usahanya.
3) Dalam mengimplementasikan CSR perusahaan dihadapkan pada kenyataan di lapangan bahwa
masyarakat memiliki persepsi yang berbeda tentang CSR itu sendiri. Tidak sedikit pandangan
yang ada di tengah-tengah masyarakat berbeda-beda tentang CSR. Antara kelompok
masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya, terkesan bahwa CSR itu menjadi lahan
“mencari uang”. Hal ini berdampak pada program pemberdayaan CSR yang tidak berjalan secara
optimal.
8.2. Saran
1) Perlu adanya kesepakatan dengan pemerintah daerah berkaitan program CSR, baik tingkat
kabupaten maupun kecamatan/desa untuk dapat mendukung pelaksanaan program CSR terutama
terhadap dukungan data dan program-program yang dapat ditawarkan kepada pihak swasta.
2) Adanya dukungan perangkat pemerintah dalam hal memberikan pemahaman kepada masyarakat
melalui sosialisasi terhadap perangkat desa dan masyarakat terkait keluhan yang dirasakan
swasta yang merasa “tertanggu” dengan banyaknya permohonan-permohonan dari unsur-unsur
yang ada di masyarakat sehingga sedikit banyak mengganggu aktifitas perusahaan.
3) Perlunya kelembagaan atau forum CSR sebagai wadah komunikasi, koordinasi, sinkronisasi
berbagai stake holder termasuk peran serta swasta untuk ikut mengembangkan pembangunan di
Kabupaten Bekasi, khususnya melalui Program CSR.
4) Pada tingkatan perumusan prioritas yang akan dikerjakan oleh CSR hendaknya jelas berbeda
dengan apa yang akan didanai oleh pemerintah daerah agar tidak terjadi “double account”. Untuk
itu perlu dirumuskan secara bersama terhadap berbagai lokasi yang akan digarap.
5) Adanya koordinasi yang intensif dengan forum CSR di tingkat provinsi di Jawa Barat agar tidak
berjalan sendiri-sendiri.
6) Perlu insentif dan fasilitas yang lebih dimudahkan yang berhubungan dengan soal perizinan
sebagai bentuk reward bagi tenant yang serius telah melakukan CSR sebagai bentuk apresiasi
dari pemerintah daerah.
7) Pemerintah daerah dan masyarakat ikut membantu berbagai persoalan perusahaan, seperti
mengganggu jalannya produktivitas tenan terutama persoalan keamanan, agar terjamin rasa aman
sehingga mampu berproduktivitas secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz solehudin A., 2010. CSR dan Pemberdayaan Komunitas. Harian Suara Karya tgl 1 Maret 2010.
Hopkins. M. 2007. Corporate Social Responsibility and international Development Is Business the Solution. Earthscan Press.
Rappaport J.,1986, Callaborating For Empowerment Creating the Language Mutuals Helps, in H C boyle & F. Reissarance the New populism, Temple Univercity Press.
Swift C., & G. Levin 1987. An Emerging Mental Healts Technology, Journal of Primary Prenention, USA.
Zaenal, Rabin. 2006. Best Practice: CSR : sebuah Pengalaman membangun Stakeholders Engagement bagi Penerapan CSR di kabupaten Muba, Sumatera Selatan . Palembang: Percetakan Usaha Musi.
Sumber lain:
Abdullah, Oekan S. (1997). Pokok-Pokok Pikiran Tentang Perlunya Pemberdayaan Masyarakat (Makalah),Bandung: UNLA.
Kabupaten Bekasi dalam Angka, 2011
http://www.csr.or.id/artikel/index.php?detail=20100301115850 diakses tgl 9 April 2009
Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Undang-undang No, 19 Tahun 2003 Tentang BUMN
Undang-undang RI nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan
Riwayat Penulis:
Nama : Siti Anah Kunyati
Pekerjaan : Tenaga Pengajar jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial – Fisip
Universitas Langlangbuana
Alamat kantor : Jln. Karapitan no. 116 Bandung, no, HP: 08122485559
Alamat rumah : Jln. Kalianget no. 11 Antapani Bandung
Pendidikan : S1 Jur. Kesejahteraan Sosial – STKS Bandung, tahun lulus 1984
S2 Jurusan Sosialogi – UNPAD, lulus tahun 1996
S3 Bidang studi Sosiologi – UNPAD, lulus tahun 2009