dm, senam ibu hamil, perilaku anak slb, kebbiasaan menggosok gigi pada anak pra sekolah
DESCRIPTION
senam ibu hamilTRANSCRIPT
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 1/62
ISSN 1978-0346
Volume 2, Nomor 1, Januari 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo - Ungaran
JGK Halaman
1 - 57Ungaran
Januari 2010 ISSN
1978-0346 No. 1 Vol. 2
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 2/62
Penanggung jawab : Asaat Pitoyo. S.Kp.,M.Kes.
(Ketua STIKES Ngudi Waluyo)Pimpinan Umum : Drs. Sugeng Maryanto, M.Kes.
Wakil Pimpinan Umum : Puji Pranowowati, S.KM, M.Kes.
REDAKSI
Editor Pelaksana
Ketua : Yuliaji Siswanto, S.KM, M.Kes.(Epid).
Wakil Ketua : Rosalina, S.Kp., M.Kes.
Anggota : Auly Tarmaly, SKM, M.Kes.
Drs. Jatmiko Susilo, Apt, M.Kes.
Puji Purwaningsih, S.Kep. Ns
Heni Hirawati Pranoto, S.SiT
Galeh Septiar Pontang, S.Gz.
Editor Ahli : Prof. dr. Siti Fatimah Muis,M.Sc.,Sp.GM
dr. Ari Udiyono, M.Kes
Ir. Suyatno, M.Kes
dr. Kusmiyati D.K , M.Kes.
SEKRETARIAT : Sukarno, S.Kep., Ns.
BENDAHARA : Heni Purwaningsih, S.Kep., Ns.
ISSN : 1978-0346
JGK diterbitkan 2 kali dalam satu tahun. Harga langganan : Rp. 25.000,-Alamat Redaksi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
Jl. Gedongsongo-Mijen, Ungaran
Tlp: 024-6925408, Fax: 024-6925408
E-mail : www.nwu.ac.id
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 3/62
Daftar Isi
Mitha Purnasari
Sugeng Maryanto
Galeh S. Pontang
Hubungan antara Asupan Serat dengan Kadar
Glukosa Darah pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas
Tlogowungu Kabupaten Pati
1 - 7
Puji Pranowowati
Sugeng Maryanto
Induksi Partikel Terhirup Dengan Kapasitas
Fungsi Paru Pada Pengasap Ikan diKelurahan Bandarharjo Semarang
8 - 12
Yuliaji Siswanto
Sri Wahyuni
Pengaruh Senam Hamil Terhadap Lamanya
Persalinan Kala II Pada Ibu Hamil
Primigravida di Kabupaten Semarang
13 - 18
Siti AmbarwatiAuly Tarmali
Faktor Risiko Kejadian Stroke di RSUD dr.Raden Soedjaji Purwodadi Kabupaten
Grobogan
19 - 23
Qori Prasasti
Bayu Wijasena
Studi Postur Kerja Pemecah Batu Ditinjau
Dari Segi Ergonomi di Desa LeyanganKecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
24 - 35
Sri Wahyuni Gambaran perilaku anak autis pada anak SD
di SLB Negeri Semarang
36 - 49
Sumarti
Widya Hary Cahyati
Hubungan Antara Konsumsi Makanan
Kariogenik dan Kebiasaan Menggosok Gigi
Dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Pra
Sekolah Di Desa Sekaran Kecamatan Gunung
Pati Semarang
50 - 57
ISSN 1978-0346
Vol. 2, No. 1, Januari 2010
iii
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 4/62
Hubungan antara Asupan Serat dengan Kadar Glukosa Darah pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas
Tlogowungu Kabupaten Pati
Mitha Purnasari *), Sugeng Maryanto
**), Galeh S. Pontang
**)
*)
Alumnus Program Studi Ilmu Gizi STIKES Ngudi Waluyo**) Staf Pengajar Program Studi Ilmu Gizi STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRACT
Diabetes mellitus is one of degenerative disease that will increase the incidence in thefuture. Changes in food consumption pattern of low fiber, high energy and simple carbohidrates
will affect the prevalence of type II diabetes mellitus. Consumption of high fiber on diabetic
patients may help to control blood glucose levels. The purpose of this study to find out thecorrelation between fiber intake with blood glucose levels on type II diabetic patients at
Tlogowungu health centers Pati regency.
This study used a descriptive correlative design with the cross sectional research. Total
samples of study were 35 people, collected by using total population. Fiber intake data wasobtained by using 24 hours food recall form and fasting plasma glucose levels were measured by
enzymatic method (glucose oxidase). Analysis of data used Kendall’s Tau correlation test.
Statistical test results show a significant correlation between fiber intake with bloodglucose levels on type II diabetic patients at Tlogowungu health centers Pati regency, shown withsignificant values p=0,000 < 0,005. Based on the results of the study, patients with diabetic areadvised to always consume foods that contain high fiber.
Keywords: Fiber Intake, Blood Glucose Levels.
ABSTRAK
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang akan meningkat
insidennya di masa mendatang. Perubahan pola konsumsi makanan yang rendah serat, tinggienergi dan karbohidrat sederhana akan mempengaruhi prevalensi DM tipe II. Konsumsi tinggi
serat pada penderita diabetes dapat membantu mengendalikan kadar glukosa darah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan serat dengan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Tlogowungu Kabupaten Pati.
Desain penelitian ini adalah deskriptif kolerasi dengan pendekatan cross sectional.Jumlah sampel 35 orang, yang diambil dengan teknik total populasi. Data asupan serat diperoleh
dengan metode formulir food recall 24 jam dan kadar glukosa darah puasa diukur dengan metodeenzimatik (glukosa oksidase). Analisis data yang digunakan adalah uji kolerasi Kendall’s Tau.
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara asupan serat
dengan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas
Tlogowungu Kabupaten Pati, yang ditunjukkan dengan nilai kemaknaan p=.0,000 < 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian bagi pasien diabetes mellitus disarankan untuk selalu mengkonsumsimakanan yang mengandung tinggi serat.
Kata kunci : Asupan serat, Kadar Glukosa Darah.
1
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 5/62
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus adalah sekelompok
penyakit metabolik yang dikarakteristikkan
oleh adanya hiperglikemia yang disebabkanoleh defek pada sekresi, kegiatan insulin atau
keduanya. Pada tubuh yang sehat, pankreas
melepas hormon insulin yang bertugasmengangkut gula melalui darah ke otot-otot
dan jaringan lain untuk memasok energi.
Diabetes mellitus merupakan gangguan
metabolisme (metabolicsyndrome) distribusigula oleh tubuh.
5
Diabetes mellitus merupakan salah satu
penyakit degeneratif yang akan meningkatinsidennya di masa mendatang. WHO
memperkirakan jumlah pengidap DM diatas
umur 20 tahun akan mencapai 300 juta orang
pada tahun 2025, artinya ada peningkatandua kali lipat dibandingkan jumlah pengidap
DM pada tahun 2000 yang jumlahnya
sebesar 150 juta orang.
13
Penyakit diabetes mellitus (DM)menempati peringkat kedua di dunia setelah
penyakit infeksi. Dari hasil penelitian
nasional untuk penyakit degeneratif, diabetesmellitus terletak dalam urutan keempat
setelah penyakit cardiovaskuler,
celebrovaskuler, dan geriatrik .16
Sekitar 90-95% dari semua kasus DM
yang terdiagnosa adalah diabetes tipe II.Tanpa memandang gender, ras dan usia, saat
ini Indonesia memasuki epidemi DM tipe II.9
Studi yang dilakukan WHO (2005)menemukan jumlah pengidap DM tipe II di
Indonesia mencapai peringkat keempat (8,6 juta) dan diprediksikan meningkat menjadi
21,3 juta pada tahun 2030, adapun peringkatdiatasnya adalah India (31,77 juta), Cina
(20,8 juta) dan Amerika (17,7 juta).12
Diabetes jika tidak ditangani dengan baik
akan mengakibatkan timbulnya komplikasi
pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal,
jantung, pembuluh darah kaki, syaraf dll.Dengan penanganan yang baik, komplikasikronik diabetes mellitus dapat dicegah atau
setidaknya dihambat perkembangannya.Pengelolaan diabetes mellitus mencakup
terapi farmakologi dan non farmakologi .15
Terapi farmakologi berupa obat antidiabetik.
Sedangkan terapi non farmakologidiantaranya yaitu diet (pengaturan makan)
dan olah raga.13
Terapi gizi merupakan salah satu terapinon farmakologi yang sangat
direkomendasikan bagi penderita diabetes.Tujuan dari terapi gizi adalah memperbaiki
kebiasaan gizi dan olah raga untuk
mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik. Prinsip pengaturan makan bagi
penderita diabetes hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitumakanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu.17
Dalam pengaturan makan untuk
penderita diabetes pemberian tinggi serat
dapat membantu mengendalikan kadar
glukosa darah, hal tersebut sama denganhasil penelitian Sheehan et al. (1997). Serat
atau polisakarida non-pati merupakan zat
non-gizi yang berguna untuk diet (dietary
fiber ), salah satunya adalah untuk diet
diabetes mellitus.14 The American Diabetic
Association menyarankan agar
mengkonsumsi 25-35 gram serat makanan per hari yang dapat diperoleh dari berbagai
asupan bahan makanan.6
Serat pangan akan meningkatkanviskositas makanan. Meningkatnya viskositasakan menurunkan gula sehingga jumlahglukosa yang diserap oleh usus akan
berkurang. Dengan demikian, kadar glukosadarah juga akan menurun.
1
Dari laporan tiap Puskesmas yang masuk
ke Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Pati penyakit DM menempati peringkat ke-4
(2008) dengan jumlah kunjungan sebanyak1869 orang dan pada tahun 2009 penyakit
DM menempati peringkat ke-3 dengan
jumlah kunjungan sebanyak 1950 orang.3
Data terakhir dari Puskesmas
Tlogowungu Kabupaten Pati, didapat sampai bulan Januari 2010 jumlah pasiennya
sebanyak 43 orang pasien DM Tipe II / NIDDM. Sedangkan data dengan melakukan
wawancara dan recall 24 jam kepada 5
penderita diabetes mellitus, didapatkan
konsumsi makanan yang mengandung serat
seperti buah dan sayur dalam jumlah yangsedikit, yang dibuktikan dengan rata-rata
asupan seratnya 16,5 gram.Dari uraian tersebut diatas, maka perlu
dilakukan penelitian mengenai tingkat
konsumsi serta dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
deskriptif korelasi dengan menggunakanmetode pendekatan yang digunakan adalah
“cross sectional”. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh penderita diabetes mellitustipe II yang periksa dan kontrol di Puskesmas
Tlogowungu Kabupaten Pati sampai bulanJanuari 2010. Sedangkan sampel adalah
2
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 6/62
keseluruhan jumlah populasi (total populasi) penderita diabetes mellitus tipe II di
Puskesmas Tlogowungu yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak35 orang.
Dalam penelitian ini alat pengumpul
data adalah lembar food recall 24 jamdilakukan selama 3 hari tidak berturut untuk
mendapatkan data asupan karbohidrat dan
serat. Sedangkan untuk mengukur kadar gula
darah digunakan alat GlucoDr. Sebelumdiambil darah, responden puasa terlebih
dahulu selama 8-10 jam, pengambilan darah
dilakukan oleh petugas Puskesmas.Data dianalisa dengan menggunakan
teknik uji Kolerasi Kendall’s Tau (τ) karena
distribusi datanya tidak normal. Analisa
bertujuan untuk mengetahui hubungan antaraasupan serat dengan kadar glukosa darah
digunakan Untuk mengetahui koefisien suatu
hubungan dan seberapa besar tingkat suatuhubungan, dengan tingkat signifikansi 5%.Pengujian dilakukan dengan bantuan
program SPSS (Statistik Package for Social
Science) versi 12.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan pada penderitaDM tipe II di wilayah Puskesmas
Tlogowungu pada tanggal 12-24 April 2010.Hasil yang didapatkan kemudian disajikan
dalam bentuk narasi dan tabel. Hasil
penelitian ini didasarkan data yang telahdiperoleh dari 35 responden.
Karakteristik Responden
Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden n %
Kelompok Usia
<= 40 tahun 8 22,9
> 40 tahun 27 77,1
Jumlah 35 100,0
Jenis kelamin
Laki-laki 15 42,9
Perempuan 20 57,1
Jumlah 35 100,0
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah 7 20,0SD 12 34,3
SMP 4 11,4
SMA 7 20,0
Perguruan tinggi 5 14,3
Jumlah 35 100,0
Jenis Pekerjaan
Tidak 15 42,9
bekerja/pensiunan
Pegawai Negeri Sipil 8 22,9
Wiraswasta 8 22,9
Swasta 4 11,4
Jumlah 35 100,0
Berdasarkan tabel 1, jumlah respondenseluruhnya adalah 35 orang. Diketahui,
sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan (57,1%), sebagian besarresponden berusia lebih dari 40 tahun
(77,1%). Pendidikan sebagian besar tamatSD (34,3%) dan 15 responden (42,9%) tidak
bekerja.
Status Gizi Responden
Tabel 2. Distribusi Status Gizi
Berdasarkan IMT Responden
IMT n %
Normal 12 34,3
Berat Badan
Lebih
14 40,0
Obes I 7 20,0
Obes II 2 5,7
Jumlah 35 100,0
Berdasarkan tabel 5.2, sebanyak 14
responden (40,0%) termasuk dalam kategori
status gizi berat badan lebih, sebanyak 12responden (34,3%) dan obes I sebanyak
(20,0%).
Asupan Karbohidrat Responden
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Menurut
Asupan Karbohidrat.
Kategori konsumsi karbohidrat n %
Cukup : 45-65% 15 42,9
Lebih : ≥ 65% 20 57,1
Jumlah 35 100,0
Karbohidrat merupakan salah satu
sumber energi. Persentase karbohidratmenyumbang setengah atau lebih energi di
dalam diit. Berdasarkan tabel 5.3, sebagian
besar (57,1%) subyek mempunyai konsumsikarbohidrat termasuk kategori lebih ≥ 65%.
Anjuran konsumsi karbohidrat untuk pasienDiabetes Mellitus Tipe 2 berkisar antara 45-
65%.
3
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 7/62
Asupan Serat
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Menurut
Konsumsi Serat.
Kategori asupan serat N %
Kurang : < 25 gram 27 77,1
Cukup : 25-35 gram 8 22,9
Jumlah 35 100,0
Asupan serat berkisar antara 15,7sampai 27,4 gram dengan rerata 21,566 ±
3,16. Berdasarkan tabel 5.4, sebagian besar
(77,1%) responden mempunyai asupan serat
termasuk kategori kurang.Pada penelitian ini diketahui asupan
serat responden berkisar antara 15,7 gram
sampai dengan 27,4 gram, dengan rata-rata
asupan serat sebesar 21,57 gram. Sebanyak77,1% responden mempunyai tingkat asupan
serat < 25 gr/hari. Pada penderita diabetesdianjurkan untuk mengkonsumsi serat
sebanyak 25-35 gr/hari, terutama serat larutair.
Berdasarkan data recall diketahuiasupan serat responden hanya sedikit.
Asupan serat yang kurang pada sampel
terkait dengan pola kebiasaan makan yangmengkonsumsi sayuran dalam jumlah sedikit
dibandingkan konsumsi karbohidratnya dan
jarang menkonsumsi buah, padahalkandungan serat banyak terdapat pada sayur
dan buah, hal ini dapat disebabkan karenakurangnya pengetahuan akan manfaat serat
bagi kesehatan. Dari data recall hanya 22,9%responden yang memiliki asupan serat sesuai
dengan yang dianjurkan pada penderitadiabetes yaitu 25-35 gr/hari.
Berdasarkan laporan Food Facts Asia,1999 diketahui bahwa asupan serat orang
Amerika lebih rendah, umumnya 10-15 gr/hr,
sedangkan asupan serat orang Asia sepertiSingapura rata-rata 15 gr/hr dan Hongkong <
10gr/hr.7
Selama ini makanan Indonesiadipercaya banyak mengandung serat, tetapi
dari hasil survey yang dilakukan di Jakarta,diketahui bahwa konsumsi serat hanya 19
gram sehari, jauh lebih rendah darirekomendasi yang dianjurkan.
18
Pada saat ini informasi tentangkonsumsi serat di Indonesia masih sangat
terbatas antara lain karena daftar komposisi
bahan makanan Indonesia belummencantumkan kandungan serat. Dalam
upaya memperoleh informasi tingkatkonsumsi serat di Indonesia, telah dilakukan
analisis tingkat konsumsi serat dengan data
survei Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG)yang dikumpulkan Direktorat Gizi
Masyarakat, Depkes, RI. Rata-rata tingkat
konsumsi serat penduduk Indonesia secaraumum yaitu sebesar 10.5 gram/orang/hari,
baru mencapai sekitar separuh dari
kecukupan serat yang dianjurkan.3
Kadar Glukosa Darah Puasa
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Menurut
Kadar Glukosa Darah Puasa.
Kategori kadar glukosa
darah puasa
N %
Baik : 80-100 mg/dl 3 8,6
Sedang : 110-125 mg/dl 5 14,3
Tinggi : ≥ 126 mg/dl 27 77,1
Jumlah 35 100,0
Kadar glukosa darah puasa
responden berkisar antara 91 sampai 339mg/dl dengan rerata 179,26 ± 68,35.
Berdasarkan tabel 5.5, sebagian besar
(77,1%) responden mempunyai kadar
glukosa darah puasa masih termasuk kategoritinggi dibandingkan anjuran untuk pasienDiabetes Mellitus Tipe 2, yaitu 80-125
mg/dl.
Pada penelitian ini kadar glukosa darahyang diukur adalah kadar glukosa darah
puasa karena kadar glukosa darah puasa
dapat memberikan gambaran tentanghomeostasis glukosa keseluruhan. Kadar
glukosa darah puasa adalah konsentrasi
glukosa dalam darah yang dinyatakan dalamsatuan mg/dl yang diukur setelah melakukan
puasa selama 8-10 jam. Pemeriksaan kadarglukosa darah puasa respondenmenggunakan uji strip dengan metode
enzimatik (glukosa oksidase).10
Berdasarkan hasil penelitian
pengukuran rerata kadar glukosa darah puasa
sampel adalah 179,26 mg/dl, kadar glukosaminimum 91 mg/dl dan maksimum 339
mg/dl. Hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa sebanyak 77,1% termasuk dalam
kategori tinggi. Tingginya kadar glukosa
darah merupakan masalah yang serius karena
dapat menyebabkan timbulnya penyulit pada berbagai organ tubuh, seperti pada pembuluh
darah otak (stroke), pembuluh darah mata,
(dapat terjadi kebutaan), pembuluh darah
4
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 8/62
jantung (penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal (penyakit ginjal
kronik), dan pembuluh darah kaki (luka sukar
sembuh).17
Peningkatan kadar glukosa darah dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu tinggi
asupan energi, rendah asupan serat, obesitas,dan kebiasaan olah raga .17 Pemantauan kadar
glukosa darah bagi penyandang DM
merupakan hal yang penting dan sebagai
bagian dari pengelolaan DM. Hasil pemantauan tersebut digunakan untuk
menilai manfaat pengobatan dan sebagai
pegangan penyesuaian diet, latihan jasmani/aktivitas fisik dan obat-obatan untuk
mencapai kadar glukosa darah senormal
mungkin serta terhindar dari berbagai
penyulit.8
Penyandang DM dengan kadar glukosa
darah tidak terkendali mempunyai risiko
untuk terjadinya penyakit jantung koronerdan penyakit pembuluh darah otak 2 kalilebih besar, 5 kali lebih mudah menderitaulkus/gangren, 7 kali lebih mudah mengidap
gagal ginjal terminal, dan 25 kali lebihmudah mengalami kebutaan akibat kerusakan
retina.17
Hubungan Antara Asupan Serat Dengan
Kadar Glukosa Darah
Berdasarkan uji normalitas data
diketahui bahwa asupan serat normal
sedangkan kadar glukosa darah puasa tidaknormal sehingga uji statistik yang digunakan
yaitu Kendall Taul (τ). Berikut ini disajikantabel yang menampilkan hasil uji statistik
hubungan asupan serat dengan kadar glukosadarah puasa.
Tabel 6. Hasil Uji Statistik Hubungan
Asupan Serat Dengan Kadar Glukosa
Darah Puasa
Variabel (mg/dl) Kadar GDP
Τ p
Asupan serat (gr) -0,485 0,0001
Dari tabel 6, berdasarkan uji Kendall
Tau telah didapat nilai τ sebesar -0,485dengan p value = 0,0001. Oleh karena p
value = 0,0001 kurang dari α (0,05), maka
dapat diinterprestasikan ada hubungan yang
bermakna antara asupan serat dengan kadar
glukosa darah puasa. Kolerasi yang terjadimerupakan kolerasi negatif (karena nilai
kolerasi bertanda negatif), ini berarti bahwa
semakin rendah asupan serat maka semakintinggi kadar glukosa darah puasa. Tingkat
hubungan tersebut menunjukkan tingkathubungan yang sedang karena nilai
kolerasinya terletak antara 0,40-0,599.
Berdasarkan hasil penelitian diketahuiterdapat hubungan antara asupan serat
dengan kadar glukosa darah pada penderita
diabetes mellitus tipe II di Wilayah kerjaPuskesmas Tlogowungu Kabupaten Pati.
Hubungan antara asupan serat dengan kadar
glukosa darah puasa ditunjukkan dengan τ = -
0,485 dan tingkat signifikan p= 0,0001< 0,05yang berarti ada hubungan yang bermakna
antara asupan serat dengan kadar glukosa
darah.Berdasarkan kriteria kolerasi dari
Sugiyono (2007), nilai koefisien kolerasi
nilai τ hitung terletak antara 0,40-0,599,
maka hubungan antara asupan serat dengankadar glukosa darah pada penderita diabetes
mellitus tipe II di Wilayah kerja Puskesmas
Tlogowungu Kabupaten Pati memilikihubungan atau kolerasi yang sedang.Hubungan antara asupan serat dengan kadarglukosa darah dalam penelitian ini
merupakan hubungan yang negatif, yaitusemakin rendah asupan serat maka semakin
tinggi kadar glukosa darah. Pada penelitian
ini tidak membedakan jenis serat (serat larutair dan tidak larut air) yang terkandung di
dalam makanan sehingga tidak diketahuiseberapa besar kontribusi masing-masing
jenis serat dengan kadar glukosa darah
responden.Mekanisme serat terhadap penurunan
kadar glukosa darah pada penderita DMsangat dipengaruhi oleh penyerapan
karbohidrat di dalam usus. Semakin rendahkarbohidrat yang diserap maka semakin
rendah kadar glukosa darah dalam hal ini
serat dapat menurunkan efisiensi penyerapan
karbohidrat yang menyebabkan turunnya
respon insulin. Dengan menurunnya responinsulin, kerja pankreas makin ringan
sehingga dapat memperbaiki fungsi pankreasdalam produksi insulin.
1
Pengaruh serat dalam penurunan kadar
glukosa darah terjadi karena di dalamlambung, baik serat larut maupun serat tidak
larut mempunyai kemampuan untuk mengisilambung, memperlambat pengosongan
lambung dan merubah peristaltik lambung.Hal tersebut dapat menimbulkan rasa
kenyang yang lebih lama dan keterlambatan
penyampaian zat-zat gizi ke usus halus.Kemudian di usus halus, jenis serat terutama
serat larut air dapat meningkatkan kekentalanisi usus yang mengakibatkan terjadinya
penurunan
5
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 9/62
aktivitas enzim amilase dan memperlambat penyerapan glukosa. Hal tersebut secara
tidak langsung dapat menurunkan kecepatan
difusi pada permukaan mukosa usus halus.Akibat dari kondisi tersebut maka akan
terjadi penurunan kadar glukosa darah.2
Serat merupakan komponen yang tidakdapat dicerna dan diserap di dalam usus
halus. Bagian yang tidak dapat dicerna
tersebut, kemudian akan dibawa masuk ke
dalam usus besar. Di dalam usus besar, seratakan menjadi substrat potensial untuk dapat
difermentasikan oleh bakteri anaerob
menjadi asam lemak rantai pendek jenisasetat, propionat dan butirat. Asam lemak
rantai pendek jenis propionat dapat
menghambat mobilisasi lemak dan mencegah
proses glukoneogenesis di dalam hati. Kerja propionat tersebut dapat berpengaruh
terhadap peningkatan sekresi insulin dan
pemakaian glukosa oleh sel hati. Dengandemikian kadar gula darah menjadi berkurang (Todesco dkk (1991).
4
Studi yang dilakukan oleh Manisha
Chandalia et al dari bagian ilmu penyakitdalam dan pusat gizi manusia, University of
Texas Southwestern Medical Center, Dallas,
Amerika Serikat membuktikan bahwakonsumsi makanan tinggi serat (50 gr),
khususnya serat larut dapat memperbaikikontrol terhadap gula dalam darah penderita
DM tipe II. Studi tersebut juga menunjukkan
bahwa asupan serat larut yang tinggi dapatdicapai dengan mengkonsumsi makanan
alami yang kaya serat. Dimana dengan diettinggi serat dan sedikit efek sampingnya
dapat diterima baik oleh para penderita. Olehkarena itu, untuk meningkatkan konsumsi
seratnya, para penderita diabetes dianjurkan
lebih memilih konsumsi makanan dari
sumber alami kaya serat dibandingkan
dengan suplemen tinggi serat.6
KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagian besar respondenmempunyai asupan serat yang kurang
(77,1%) dan kadar glukosa darah puasanyatinggi yaitu ≥ 126 (Sebagian besar responden
(77,1%).Ada hubungan antara asupan serat
dengan kadar glukosa darah pada penderita
diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerjaPuskesmas Tlogowungu Kabupaten Pati.
Bagi pasien diabetes mellitusdianjurkan untuk selalu mengkonsumsi
makanan yang mengandung serat terutama
serat larut air seperti yang terdapat dalamsayuran,buah, serealia dan kacang-kacangan
dalam jumlah cukup.
DAFTAR PUSTAKA
1. Astawan, M & Tutik, W. 2004. Diet
Sehat dengan Makanan Berserat . Edisi
1. Solo: Tiga Serangkai.2. Budiyanto. 2002. Gizi dan Kesehatan.
Malang: Bayu Media dan UMM Press.
3. Dinkes Kab. Pati. 2009. Profil KesehatanKabupaten Pati.
4. Immawati, F.R. 2008. Hubungan
Konsumsi Karbohidrat, Total Energi,
Serat, Beban Glikemik dan LatihanJasmani dengan Kadar Glukosa Darah
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.
Universitas Diponegoro. Unpublished.5. Lemone, P & Burke, K. 2004. MedicalSurgical Nursing: Critical thinking in
client care. 3rd Edition. New Jersey:
Pearson Education.6. Lubis, Z. 2009. Hidup Sehat dengan
Makanan Kaya Serat . Bogor: IPB Press.
7. Olwin, N; Cornelis, A. 2005. Diet SehatDengan Serat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pemberantasan Penyakit.Jakarta. //http.www.Kalbefarma.com
8. Pradana, S. Pemantauan Pengendalian
Diabetes Mellitus. 2005. DalamPenatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Jakarta: Pusat Diabetes danLipid RSCM – FKUI.
9. Rosalina. 2008. Hubungan Asupan
Karbohidrat, Serat, dan Indeks Massa
Tubuh (IMT) dengan Kadar Glukosa
Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe
2 di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang.
Universitas Diponegoro. Unpublished.10. Sacher, R. A. 2004. Tinjauan Klinis
Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi11. Jakarta: EGC.
11. Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. Ed 8. Vol. 1. Jakarta: EGC.
12. Soegondo, S. 2005. Prinsip Pengobatan
Diabetes, Insulin dan Obat Hipoglikemik
Oral. Dalam Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu. Jakarta: Pusat Diabetes
dan Lipid RSCM – FKUI.
13. Sudoyo, A.W; Setiyohadi, B; Alwi, I;Simadibrata ,K. M; Setiati, S. 2006.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI
6
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 10/62
14. Sulistijani, D.A. 2001. Sehat dengan
Menu Berserat . Jakarta: Trubus
Agriwidya.
15. Susanto, H. 2007. Faktor-faktor yang
Berhubunngan dengan Kepatuhan
Penderita Diabetes Mellitus dengan
Pengelolaan Diet di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Sunan Kalijaga Demak .Stikes Ngudi Waluyo. Unpublished.
16. Tjokroprawiro, A. 2002. Petunjuk hidup
sehat untuk para diabetes. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
17. Waspadji, S . 2005. Diabetes Melitus:Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya
yang Rasional. Dalam Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Pusat
Diabetes dan Lipid RSCM – FK UI.
18. Waspadji, S; Sukardji, K; Octarina, M.
2002. Pedoman Diet Diabetes Mellitus. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
7
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 11/62
Induksi Partikel Terhirup Dalam Asap Terhadap Kapasitas Fungsi Paru
Pada Pengrajin Pengasapan Ikan Di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan
Semarang Utara Kota Semarang
Puji Pranowowati
*)
, Sugeng Maryanto
**)
*) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan masyarakat STIKES Ngudi Waluyo
**)Staf Pengajar Program Studi Ilmu Gizi STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Industri dan produknya mempunyai dampak yang positif dan negatif kepada manusia. Dilingkungan pengasapan ikan, permasalahan asap masih menjadi permasalahan utama. Asap dapat
mengandung bahan kimia yang dapat mengganggu kesehatan meliputi partikulat dan komponengas dan partikulat yang terdapat dalam asap dapat menyebabkan penurunan fungsi paru.Berdasarkan wawancara dengan pengrajin didapatkan data 80% pengrajin pengasapan ikan
mengeluh mengalami batuk, 50% mengeluh mengalami sesak nafas dan 30% mengeluh
mengalami nyeri dada.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan induksi partikel terhirup dalam asap dengan
kapasitas fungsi paru pada pengrajin pengasapan ikan di Kelurahan bandarharjo Kecamatansemarang Utara Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desaincross sectional, jumlah sampel 45 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan simpel random
sampling. Analisis data menggunakan uji korelasi pearson product moment.
Hasil penelitian berdasarkan uji korelasi pearson product moment menemukan bahwa pajanan partikel dalam asap berhubungan dengan kapasitas fungsi paru p=0,002 dan menunjukkan
hubungan yang sedang (r=0,444).
Rekomendasi penelitian ini diharapkan pekerja memakai masker untuk menghindari asap, ruangan pengasapan ikan diberi ventilasi dan membuat exhaust ventilation untuk menangkap asap hasil
samping dari pengasapan ikan.
Kata kunci : partikel terhirup (dalam asap), kapasitas fungsi paru, pengasapan ikan
Kepustakaan : 37(1987-2007)
PENDAHULUAN
Industri dan produknya mempunyaidampak yang positif dan negatif kepada
manusia. Di satu pihak akan memberikankeuntungan berupa memberikan lapangan
pekerjaan, dan akhirnya meningkatkanekonomi dan sosial masyarakat. Di pihak
lain akan timbul dampak negatif karena pajanan zat-zat yang terjadi pada proses
industrialisasi atau oleh karena produk hasil
industri tersebut. Pajanan zat-zat tersebutmempengaruhi kesehatan lingkungan antara
lain berupa pencemaran udara.1
Pencemaran udara dapat berupa partikel atau gas hasil dari proses industri
yang dapat menimbulkan berbagai penyakitdan gangguan fungsi tubuh. Penyakit dan
kelainan yang timbul akibat pajanan zat-zattersebut bervariasi tergantung pada organ
yang terkena dan tingkat pajanan yangterjadi. Gangguan pada organ tubuh dapat
menimbulkan kelainan kulit, gangguan
intestinal, kelainan mata serta penyakit- penyakit saluran pernafasan dan penyakit paru.
2
Fungsi paru sangat bervariasi dandipengaruhi oleh usia, tinggi badan, jenis
kelamin, suku, berat badan dan bentuktubuh.3 Disamping itu juga dipengaruhi oleh
keadaan bahan yang diinhalasi (gas, debudan uap) serta lama pajanan. Berbagai faktor
berpengaruh dalam timbulnya gangguan
saluran nafas atau penyakit paru akibat debudiantaranya faktor debu meliputi ukuran
partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan
sifat kimiawi. Faktor individual yangmempengaruhi meliputi mekanisme
pertahanan paru, anatomi dan fisiologisaluran nafas dan faktor imunologis.
4
Debu yang masuk ke saluran nafasakan menyebabkan timbulnya reaksi
mekanisme pertahanan non spesifik berupa batuk, bersin, gangguan transport mukosilier
dan fagositosis oleh makrofag. Inhalasi debu
8
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 12/62
dalam paru-paru menyebabkan kalainan dankerusakan paru yang disebut
pneumokoniosis. Inhalasi debu dalam paru-
paru akan menimbulkan reaksi fibrosis.Fibrosis yang luas akan mengakibatkan
elastisitas, kapasitas total, kapasitas vital dan
volume residu paru berkurang sehinggatimbul penyakit paru restriktif.4 Penyakit
paru kerja merupakan penyebab utama
ketidakmampuan atau kecacatan, kehilangan
hari kerja dan kematian pada para pekerja.2
Di lingkungan pengasapan ikan,
permasalahan asap masih menjadi
permasalahan utama. Asap berasal dari proses pengasapan ikan dengan cara
membakar batok kelapa pada tungku
sederhana. Asap dapat mengandung bahan
kimia yang dapat mengganggu kesehatanmeliputi partikulat dan komponen gas
seperti karbonmonoksida, formaldehid,
akrolein, benzene, nitrogen dioksida danozon. Partikulat yang terdapat dalam asapdapat menyebabkan penurunan fungsi paru.
5
Kelainan fungsi paru dapat terdeteksi
dengan pemeriksaan fungsi parumenggunakan spirometri. Pemeriksaan ini
merupakan penilaian yang obyektif untuk
evaluasi gangguan respirasi. Pada umumnyauji faal paru dengan spirometri terdiri dari
kapasitas vital paksa (Forced Vital
Capacity), kapasitas ekspirasi paksa satu
detik (FEV1) dan persentase FEV1
terhadap FVC.1
Berdasarkan survey awal terdapat 47
usaha pengasapan ikan yang terdiri dari 80 pengrajin. Pengrajin pengasapan ikan
terpajan oleh asap yang bersumber daritungku pengasapan yang dibuat secara
sederhana dari drum bekas. Sedangkan jarak
pengrajin dengan tungku pengasapan hanya
sekitar 0,5 – 1 meter. Di samping itu
beberapa ruang pengasapan ikan tidakmempunyai ventilasi kecuali pintu masuk.
Hal ini memungkinkan pengrajin terpajanoleh asap hasil pengasapan ikan.
Berdasarkan wawancara dengan
pengrajin didapatkan data 80% pengrajin pengasapan ikan mengeluh mengalami
batuk, 50% mengeluh mengalami sesaknafas dan 30% mengeluh mengalami nyeri
dada. Menurut penelitian Sumanto (1999),74 % pengrajin pengasapan ikan mengalami
gangguan fungsi paru. 6
MATERI DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitiananalitik dan endekatan yang digunakan
adalah cross sectional. Populasi penelitian
adalah pengrajin pengasapan ikan diKelurahan Bandarharjo Kota Semarang.
Teknik pengambilan sampel menggunakansimpel random sampling sebanyak 45 orangdengan kriteria inklusi lama bekerja ≥ 5
tahun dan kriteria eksklusinya adalah
merokok, mempunyai riwayat pekerjaanyang diperkirakan dapat menimbulkan
penyakit saluran nafas seperti : perkayuan,
pertambangan serta sebelum bekerja sudah
menderita penyakit saluran nafas, asma, penyakit jantung. Variabel bebas berupa
partikel terhirup dalama sap yang diukur
dengan Personal Dust Sampler merk SKCModel 224-PCXR-8, dan variable terikatnya
adalah fungsi paru yang diukur dengan
Spirometer merk AS 300. Analisis bivariat
menggunakan uji statistik Pearson-ProductMomment.
HASIL DAN PEMBAHASANGambaran Umum daerah PenelitianKelurahan Bandarharjo merupakan
daerah dataran rendah/daerah pantai dengan
ketinggian berkisar antara 0-0,75 meter diatas permukaan air laut. Mata pencaharian
sebagian besar masyarakat Bandarharjo
adalah nelayan, dan dikenal sebagai salahsatu sentra industri pengasapan ikan
tradisional. Tempat pengasapan ikan terletakdi bantaran kali Semarang, tepatnya di
sebelah timur sungai dan di sebelah selatan
jalan arteri utara.Industri pengasapan ikan di
Kelurahan Bandarharjo terdapat 47 usaha pengasapan ikan. Tiap usaha pengasapan
ikan mengasapi ikan antara 50 kg-1 ton ikansetiap hari dengan jumlah tenaga kerja 2-20
orang tiap usaha pengasapan ikan. Jumlah
tenaga kerja yang ada di lingkungan usaha
pengasapan ikan Bandarharjo terdapat 180
orang pengrajin.Pengasap ikan memulai kegiatan
pengasapan ikan sejak jam 07.00 sampai jam17.00 WIB. Kegiatan pengasapan ikan yangdilakukan meliputi pemilahan ikan,
pengirisan ikan, pengasapan ikan dan ikansiap dipasarkan. Pengasapan ikan dilakukan
dengan tungku pengasapan yang dibuatsecara tradisional dan sederhana dari drum
bekas dengan bahan bakar batok arangkelapa. Pengrajin duduk dekat dengan
tungku pengasapan yang berjarak sekitar
0,5- 1 meter.Keadaan ruangan pengasapan ada
yang di dalam ruangan tertutup dan ada jugayang terletak di ruangan terbuka. Pengrajin
pengasapan ikan yang berada di ruangan
9
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 13/62
tertutup maupun terbuka terpajan asap hasil pengasapan ikan. Konstruksi cerobong asap
dibuat sangat sederhana yaitu dari susunan
beberapa lembar seng. Ketinggian cerobonghanya sekitar 4-5 meter sehingga tampak
asap tebal menyelimuti tempat pengasapan
dan sekitarnya. Para pengarjin menghindariasap dengan cara menyesuaikan diri
berlawanan arah angin supaya asap tidak
langsung mengenai pengrajin. Cerobong
asap hanya berfungsi mengarahkan asap.
Karakteristik responden
Penelitian ini melibatkan 45 pekerja pengrajin pengasapan ikan di Kelurahan
Bandarharjo Kota Semarang. Hasil
penelitian diperoleh data:
Tabel 1 Karakteristik Responden Pengrajin
Pengasapan Ikan di Keluarahan
Bandarharjo Tahun 2008
No Karakteri stik Jumlah Persentase(%)
1. Pendidikan
a. Tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
15
21
9
33,33
46,67
20,00
2. Umur
a. ≤ 30 tahun
b. > 30 tahun
13
32
28,89
71,11
3. Masa Kerja
a. Normal
b. Gemuk
23
22
51,11
48,89
Partikel terhirup dalam asapProses pengasapan ikan menghasilkan
banyak asap yang berasal dari pembakaran batok kelapa pada tungku yang sederhana.
Proses pengasapan ikan hampir sama dengan
komposisi asap akibat kebakaran. Asapmengandung berbagai komponen yang dapat
merugikan kesehatan baik dalam bentuk gasmaupun partikel.
7
Partikel debu yang dapat dihirup pada
pernafasan manusia adalah ukuran 0,1
sampai 5-10 mikron. Partikel ini akan berada
di atmosfer sebagai suspended particulate
matter dan mempunyai pengaruh besaruntuk menimbulkan kerusakan jaringan dan
faal paru.8
Partikel terhirup dalam asap diukur
dengan Personal Dust Sampler dengan
diameter filter respirable berukuran 37 mm
(3,7 cm) dan diameter pori-pori filter 0,8 µm(mili mikron) yang terbuat dari ester
selulosa serta flow 2 l/menit.
Partikel terhirup dalam asap diukurdengan Personal Dust Sampler . Rata-rata
jumlah pajanan partikel dalam asap yang
terhirup responden 2,21 mg/m3, dengan SD
1,11 dan nilai minimal 0,45 mg/m3, nilai
maksimal 4,50 mg/m3.
Nilai ambang batas partikel terhirupmenurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
No SE-01/MEN/1997 tentang NAB faktor
kimia adalah 3 mg/m3. Terdapat 12 orang
(26,7%) menghirup partikel dalam asapmelebihi 3 mg/m
3(lebih dari nilai ambang
batas).
Hal ini disebabkan ruangan untuk pengasapan ikan tidak ada ventilasi kecuali
pintu masuk dan banyak pengrajin yang
masih terpajan asap terutama pada waktu
arah angin menuju ke arah pengrajin. Solusiyang perlu dipikirkan adalah dibuat alat
exhaust ventilation yang diharapkan dapat
menghisap asap hasil pengasapan ikan.
Tabel 2. Distribusi data pengarajin pengasapikan menurut kadar partikel
terhirup dalam asap di KelurahanBandarharjo Tahun 2008
Kategori
partikel
Frekuensi Persentase
(%)
≤ NAB 32 71,11> NAB 13 28,89
Jumlah 45 100,00
Fungsi paru
Penyakit paru dapat dilihat secarasubyektif dari tanda dan gejala penyakit
pernafasan yaitu batuk, sputum yang berlebihan, batuk darah, sesak nafas dannyeri dada.
9
Hal ini juga dapat dilihat bahwaresponden yang mengalami batuk ada 33
responden (73,3%). Batuk merupakan suatu
refleks protektif yang timbul akibat iritasi percabangan trakeobronkial. Kemampuan
untuk batuk merupakan mekanisme yang
penting untuk membersihkan saluran nafas
bagian bawah. Batuk merupakan gejala yang paling umum dari penyakit pernafasan.
Inhalasi debu, asap dan benda-benda kecilmerupakan penyebab paling sering dari
batuk.10
Responden yang mengeluarkan dahak
atau sputum ada 28 responden (62,2%).
Sputum merupakan mukus yang berlebihan pada saluran pernafasan. Pembentukan
mukus yang berlebihan disebabkan
gangguan fisik, kimia atau infeksi pada
10
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 14/62
membran mukosa. Mukus yang berlebihanakan dibatukkan dalam bentuk sputum.
10
Sesak nafas atau dispnea juga dilami
oleh 35 responden (77,7%). Dispnea atausesak nafas adalah perasaan sulit bernafas
dan merupakan gejala utama dari penyakit
kardiopulmonar. Seorang yang mengalamidispena sering mengeluh nafasnya menjadi
pendek atau merasa tercekik. Dispnea
merupakan gejala yang paling nyata pada
penyakit yang menyerang percabangantrakeobronkial, parenkim paru-paru dan
rongga pleura.10
Responden yang mengeluhmengalami nyeri dada ada 30 responden
(66,6%). Penyebab nyeri dada salah satunya
akibat radang pleura ( pleuritis). Penyebab
utama nyeri pleuritik adalah infeksi paru- paru atau infark.
10
Gangguan fungsi paru bisa dilihat
dari prediksi nilai Forced Vital Capacity (FVC) dan perbandingan antara Forced Expiratory Volume 1 (FEV1) dengan Forced
Vital Capacity (FVC).
Tabel 3. Distribusi data pengrajin pengasap
ikan menurut gangguan fungsi paru
di Kelurahan Bandarharjo Tahun2008
KategoriPartikel
Frekuensi Persentase(%)
NormalObstruksi
RestriksiCampuran
(Combined )
819
216
17,7842,22
4,4435,56
Jumlah 45 100,0
Fungsi paru juga bisa dilihat dari penurunan nilai FEV1. FEV1 merupakan
fraksi volume kapasitas vital yang
dikeluarkan pada satu detik pertama melaluiekspirasi paksa (volume ekspirasi paksa 1
detik). Pada penderita asma ditemukan
kapasitas vital yang normal tapi terjadi
penurunan nilai FEV1.11
Hubungan kadar pajanan partikel dalamasap dengan fungsi paru
Hasil analisis korelasi pearson
product moment menunjukkan nilai p=0,001
yang artinya ada hubungan antara kadar
pajanan partikel terhirup dalam asap dengankapasitas fungsi paru. Nilai r=0,444
menunjukkan hubungan antara kadar
pajanan partikel terhirup dalam asap dengan
kapasitas fungsi paru menunjukkanhubungan yang sedang.
Inhalasi debu atau partikel dalam
paru-paru akan menimbulkan reaksi fibrosis.Debu merusak makrofag yang
memfagositosis debu tersebut dan
mengakibatkan pembentukan nodulafibrotik. Fibrosis yang luas timbul akibat
penyatuan nodula-nodula fibrotik. Fibrosis
yang luas akan mengakibatkan elastisitas,
kapasitas total, kapasitas vital dan volumeresidu paru berkurang sehingga timbul
penyakit paru.9
Partikel yang terkandung dalam asapkebakaran mempunyai potensi merusak
sistem mukosilier (silia pada mukosa yang
berfungsi mengeluarkan benda asing) dan
merangsang proses fibrosis jaringan parudan dapat menimbulkan kerusakan paru
seperti bronkhitis kronik, emphisema serta
fibrosis paru akibat partikel polutan danmengandung kristal partikel dalam jaringan paru yang dikenal dengan pneumokoniosis.
12
KESIMPULAN
1. Rata-rata pajanan partikel dalam
asap yang terhirup responden 2,19
mg/m3
2. Penurunan nilai FEV1 pada
pengrajin pengasapan ikanmenunjukkan penurunan rata-rata
FEV1 adalah 737,8 ml
3. Ada hubungan antara induksi partikel terhirup dalam asap dengan
kapasitas fungsi paru dengan nilai p=0,002
SARAN
1. Ruangan pengasapan ikan
hendaknya diberi ventilasi sehingga
asap bisa keluar dari ruangan
2. Hendaknya membuat exhaust
ventilation yang berfungsi untuk
menghisap asap hasil pengasapanikan.
3. Pengrajin pengasapan ikan
diharapkan memakai maskersehingga dapat mengurangi pajanan
partikel dalam asap yang terhirup
11
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 15/62
DAFTAR PUSTAKA
1. Mangunnegoro, H . Diagnosis dan
penilaian cacat pada penyakit paru
kerja. Dewan keselamatan danKesehatan Kerja Nasional, Jakarta,
2006
2.
Yunus, F. Diagnosis Penyakit ParuKerja.Cermin Dunia Kedokteran
No 74 Tahun 1992.diakses dari
http://www.kalbe.co.id
3. Hicks GH. Ventilation. In:Cardiopulmonary anatomy and
physiology. Philadelphia: W.B.
Saunders Company; 20004. Yunus, F. Dampak debu industri
pada paru pekerja dan
pengendaliannya. Cermin Dunia
Kedokteran No 115 Tahun 1997.diakses dari http://www.kalbe.co.id
5. Aditama, TY. Penilaian Polusi
Udara. Jurnal RespirologiIndonesia Vol 19 No 1 Januari1999
6. Sumanto, Hubungan lama kerja di
ruang pengasapan dengan fungsi
paru pada pengrajin pengasapan
ikan di Kel Bandarharjo Kota
Semarang, Skripsi, FKM Undip,
Semarang, 20007. Fardiaz, S. Epidemiologi
Lingkungan. Gadjah mada
university Press, Yogyakarta, 19898. Murti, B. Penerapan Metode
Statistik Non-Parametrik dalam
Ilmu-ilmu Kesehatan. Gramedia.
Jakarta.19969. Yunus F. Faal Paru dan Olah
Raga. Jurnal Respirologi Indonesia
Volume 17 No 2 April 1997.10. Price & Wilson. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit . Edisi 4 Buku II, EGC,
Jakarta, 199411. Sherwood, L. Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem, EGC, Jakarta,
200112. Awaloedin, M, Polusi Udarakarena Kebakaran Hutan. Diaksesdari http/www.haze-online.or.id
12
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 16/62
Pengaruh Senam Hamil Terhadap Lamanya Persalinan Kala II Pada Ibu
Hamil Primigravida di Kabupaten Semarang
Yuliaji Siswanto*)
, Sri Wahyuni*)
*) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Latar Belakang : Sampai sekarang angka kematian maternal dan perinatal di Indonesia masih
cukup tinggi. Salah satu penyebab tingginya kematian maternal dan perinatal di Indonesia dannegara-negara berkembang lainnya adalah akibat persalinan lama. Ada tiga faktor utama penyebab
persalinan lama yaitu faktor tenaga (power), jalan lahir ( passage) dan janin ( passanger ). Sampai
saat ini yang dapat dimanipulasi atau dikendalikan adalah masalah tenaga, yaitu kontraksi uterusdan kekuatan ibu mengejan saat persalinan. Tenaga dari ibu ini dapat ditingkatkan dengan senam
hamil. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan lamanya persalian kala 2 pada ibu hamil primigravida yang melakukan senam hamil dan tidak melakukan senam hamil di Kabupaten
Semarang. Metode : Penelitian ini merupakan studi quasi eksperimental dengan sampel ibu hamil yang
melakukan antenatal care di bidan praktik swasta di Kabupaten Semarang. Sampel sebanyak 80orang yang memenuhi kriteria inklusi, 40 sampel melakukan latihan senam hamil sampai saatmelahirkan dan 40 sampel lainnya tanpa latihan senam hamil (kontrol). Hasil yang didapat
dibandingkan dan diuji statistik menggunakan uji Mann-Whitney.Hasil : Rerata lama persalinan kala 2 kelompok ibu yang senam hamil lebih rendah dibandingkan
kelompok ibu yang tidak melakukan senam hamil, yaitu 37,05 ± 15,91 berbanding 50,77 ± 23,77menit. Lama persalinan kala 2 kelompok ibu yang senam hamil lebih singkat dibandingkan
kelompok ibu yang tidak melakukan senam hamil (p=0,007).
Kesimpulan : Lama persalinan kala 2 kelompok ibu yang senam hamil lebih singkat secarastatistik dibandingkan kelompok ibu yang tidak melakukan senam hamil (p=0,007), jadi dapat
disimpulkan bahwa senam hamil berpengaruh terhadap lamanya persalinan kala 2.
Kata kunci : senam hamil, lama persalinan kala 2, hamil normal
PENDAHULUAN
Kehamilan dan persalinan
menimbulkan resiko kesehatan yang besar,
termasuk bagi perempuan yang tidakmempunyai masalah kesehatan sebelumnya.Sekitar 40% dari ibu hamil mengalami
masalah kesehatan yang berkaitan dengankehamilan, dan 15% dari ibu hamil
menderita komplikasi jangka panjang atauyang mengancam jiwa
(1). Seperempat dari
wanita pada usia reproduksi di negara berkembang mengalami kesulitan yang
berhubungan dengan kehamilan, persalinan,
dan masa nifas(2)
. Menurut data dari World
Health Organizations (WHO) pada tahun
2003, Indonesia tercatat sebagai negara yangmemiliki angka kematian ibu (AKI) tertinggi
di Asia Tenggara yaitu 470 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebab langsung
kematian ibu adalah komplikasi kehamilan,
persalinan dan nifas yang tidak tertanganidengan baik. Kematian ibu ini terutamadiakibatkan karena pendarahan, infeksi,eklampsia (gangguan akibat tekanan darahtinggi saat kehamilan), komplikasi aborsi,
persalinan lama(3). Dari penelitian Senewe(2003), sekitar 23% responden yang
mengalami komplikasi pada waktu persalinan dimana komplikasi terbesar
adalah persalinan lama yaitu sebesar
15,4%(4)
.Berdasarkan hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) dan SurveiDemografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
13
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 17/62
tahun 2002/2003 diperkirakan AKI sebesar
307 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB
sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup. Angka
kematian ibu di Jawa Tengah tahun 2004
berdasarkan hasil Survey Kesehatan Daerahsebesar 155,22 per 100.000 kelahiran hidup.Kejadian kematian ibu maternal paling
banyak adalah waktu bersalin sebesar 49,5
%, kemudian disusul waktu hamil sebesar
26,0 % dan pada waktu nifas 24,5 %.
Sedangkan AKB Provinsi Jawa Tengahtahun 2004 sebesar 14,23 per 1.000
kelahiran hidup. Sementara itu, AKBKabupaten Semarang 7,77 per 1.000
kelahiran hidup, dan ditemukan ada 9 kasus
kematian ibu dari 9.910 kelahiran hidup(5)
.Angka kematian maternal dan
perinatal merupakan indikator keberhasilan
pelayanan kesehatan, khususnya pelayanankebidanan dan perinatal. Sampai sekarang
angka kematian maternal dan perinatal diIndonesia masih cukup tinggi. Salah satu
penyebab tingginya kematian maternal dan perinatal di Indonesia dan negara-negara
berkembang lainnya adalah akibat persalinan lama(6). Persalinan lama
merupakan penyebab kematian perinatal duasetengah kali lebih besar bila dibandingkan
dengan persalinan normal(7)
. Kematian perinatal diperkirakan karena bersangkut paut dengan keadaan/kondisi ibu yang
melahirkan dan tindakan pertolongan pada
saat persalinan dan keadaan/kondisikesehatan bayi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kematian perinatal adalah persalinan lama. Salah satu sebab tingginya
kematian maternal dan perinatal di Indonesiadan negara-negara sedang berkembang
lainnya adalah distosia yang menyebabkantimbulnya persalinan lama dan persalinankasep. Penelitian di negara maju
menunjukkan hubungan yang kuat antaralama persalinan dengan kematian
perinatal(8)
.Dalam rangka menekan serendah
mungkin angka kematian maternal dan
angka kematian perinatal, sesuai dengantujuan pembangunan jangka panjang,
beberapa publikasi mengatakan bahwasenam hamil dapat memperpendek kala 2
persalinan. Selain itu, senam hamil dapatmenurunkan insidensi persalinan tindakansebesar 4 kali bila dibandingkan dengan
wanita hamil yang tidak melakukan senam,dapat menurunkan terjadinya stimulasi pada
persalinan kala 1 sebesar empat setengah
kali(7).
Ada tiga faktor utama penyebab
persalinan lama yaitu faktor tenaga (power),
jalan lahir ( passage) dan janin ( passanger ).Sampai saat ini yang dapat dimanipulasiatau dikendalikan adalah masalah tenaga.Tenaga yang dimaksud disini adalah
kontraksi uterus dan kekuatan ibu mengejan
saat persalinan. Tenaga dari ibu ini dapat
ditingkatkan dengan senam hamil. Senamhamil merupakan suatu program latihan bagi
ibu hamil sehat untuk mempersiapkankondisi fisik ibu dengan menjaga kondisi
otot-otot dan persendian yang berperan
dalam proses persalinan, sertamempersiapkan kondisi psikis ibu terutama
menumbuhkan kepercayaan diri dalam
menghadapi persalinan(6).Pada sebuah serial penelitian atas
876 pasien hamil di Pennsylvania dan New
York yang melakukan olah raga ringan,
persalinan lebih mudah di kalangan yangmelakukan secara teratur dibandingkan yang
hanya latihan sedikit atau yang tidakmelakukan latihan sama sekali. Beberapa
literatur mengatakan bahwa wanita hamilyang melakukan senan hamil akan
mengalami resiko persalinan tindakan yanglebih kecil dari yang tidak senam. Wanitahamil yang secara teratur melakukan lari
atau aerobik selama kehamilan sedikit yang
memperoleh tindakan medis (seperti penggunaan oksitosin, persalinan dengan forsep, dan section caesarea) dan lebih dari85 % persalinannya pervaginam tanpa
komplikasi serta lama persalinannya lebihsingkat
(6).
Masalah senam hamil sendiri mulaimendapatkan perhatian masyarakat dan
banyak diselenggarakan oleh rumah sakit
sehingga kesehatan jasmani dan rohani dapatditingkatkan serta dapat menghilangkan rasa
takut dalam menghadapi persalinan. Rasatakut dan kurang percaya diri menghadapi
persalinan sering menderita kesakitan saat
kekuatannya diperlukan untuk mendorong janin lahir, terutama bagi wanita yang untuk
pertama kalinya bersalin. Dengan senamhamil serta latihan untuk
mengkoordinasikan semua kekuatan saat persalinan diharapkan berjalan secaranormal, tidak terlalu takut, akan mengurangi
rasa sakit dan mempunyai kepercayaan diriyang tetap mantap
(9).
14
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 18/62
Sebagian besar dari komplikasi-
komplikasi persalinan yang menyebabkan
kematian ibu tersebut sebenarnya dapat
ditangani melalui penerapan teknologi
kesehatan yang ada. Dengan kata lainsebagian besar dari kematian ibu dapatdicegah
(3). Penelitian yang dilakukan oleh
Mulyata (2000) di Solo, terhadap 68 ibu
hamil ternyata senam hamil terbukti
memberikan kontribusi yang besar untuk
melancarkan proses persalinan(10)
.Ibu hamil di wilayah Kabupaten
Semarang belum banyak yang mengikutisenam hamil. Hal tersebut kemungkinan
disebabkan karena kurangnya pengetahuan
masyarakat/ibu hamil akan manfaat senamhamil dan belum adanya penyelenggaraan
senam hamil oleh pelayanan kesehatan, baik
puskesmas, rumah bersalin ataupun bidan praktik swasta.
Berdasarkan kenyataan yang ada didaerah penelitian bahwa ketidaktahuan
masyarakat/ibu hamil akan manfaat darisenam hamil dan belum adanya pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan programsenam hamil, sehingga ibu hamil cenderung
tidak mengikuti senam hamil, maka perludiadakan penelitian tentang pengaruh senam
hamil terhadap lama persalinan kala 2 padaibu hamil primigravida di wilayahKabupaten Semarang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan di wilayah Kabupaten Semarang
dengan jenis penelitian kuasi-eksperimental.Populasi dan sampel pada penelitian ini
terdiri dari kelompok eksperimental (senamhamil) dan kelompok kontrol (tidak senamhamil).
1. Populasi Rujukan.Populasi rujukan pada penelitian ini adalah
ibu hamil di wilayah KabupatenSemarang.
2. Populasi Studi.
Populasi studi adalah ibu hamil yangmelakukan antenatal care di
pelayanan kesehatan (bidan praktikswasta) yang ada di wilayah
Kabupaten Semarang.3. Besar Sampel.
Pada penelitian ini ingin dihasilkan
derajat kepercayaan 95% dengan poweruji 80% sehingga dengan rumus :
(11)
(Z.2PQ + ZP1Q1 + P2Q2)²n =
(P1 – P2)²
bila P1 (perkiraan proporsi insiden efek pada kelompok kasus)= 50%, dan nilai
risiko yang dianggap bermakna adalah 4maka diperoleh jumlah sampel sebesar
39 dan dibulatkan menjadi 40.
Sampel/subjek pada penelitian iniadalah ibu hamil dengan umur
kehamilan 28 minggu (masuk trimesterketiga). Subjek terdiri dari kelompok
perlakuan (melakukan senam hamil)dan kelompok kontrol (tidak melakukan
senam hamil) yang harus memenuhikriteria penelitian (inklusi dan eksklusi),
sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi :
1) Ibu hamil primigravida denganumur kehamilan 28 minggu
2) Berumur 20 – 35 tahun.
3) Tinggi badan 145 cm. b. Kriteria Eksklusi :
1) Ibu hamil dengan kelainan
jalan lahir, kelainan letak janin,dan letak plasenta di bawah
berdasarkan hasil USG.
2) Ibu hamil dengan anemia dan
eklamsi.3) Bayi yang dilahirkan pre-term.
4)
Tafsiran berat badan bayi 4000 gram berdasarkan hasil
USG terakhir.5) Ibu hamil yang mengalami
depresi
Senam hamil akan dilakukan kuranglebih sebanyak 9-10 kali dengan waktu
pelaksanaan seminggu sekali dan durasi
waktu 1 jam setiap senam (adaselingan waktu untuk istirahat).
Sedangkan untuk data lamanya
persalinan akan diambil berdasarkancatatan medis.
Variabel independen dalam
penelitian ini adalah senam hamil dan
kondisi biologis ibu lainnya yaitu : statusgizi ibu dan besar janin, sedangkan variabel
dependen adalah lamanya persalinan kala 2.
Data hasil penelitian diolah dan disajikan
dalam bentuk tabel dan grafik. Untukmelihat adanya pengaruh dilakukan analisis
dengan menggunakan uji independent t-test
15
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 19/62
apabila didapatkan distribusi data normal
dan uji Mann-Whitney apabila didapatkan
distribusi data tidak normal(12,13)
. Analisis
statistik tersebut dilakukan dengan
menggunakan program komputer SPSS11.00 for Windows. Nilai signifikansi pada
penelitian ini adalah apabila variabel yangdianalisis memiliki nilai p<0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan di dua rumah bersalin yang ada di Kabupaten Semarang.
Sampel yang diambil dalam penelitian iniadalah 80 orang terbagi menjadi 2
kelompok, yaitu 40 orang yang melakukan
senam hamil dan 40 orang lainnya tidak.Beberapa variabel yang diperkirakan dapat
mempengaruhi hasil penelitian sudah
dibatasi (restriksi) dengan menggunakan
kriteria inklusi dan eksklusi. Uji
komparabilitas dengan t test dilakukan
antara kelompok senam dengan kelompok
tidak senam terhadap variabel umur.Sedangkan terhadap luaran utama penelitiandilakukan uji Mann-Whitney karenadidapatkan distribusi data yang tidak
normal.
Penelitian ini mendapatkan rerata
umur ibu hamil yang melakukan senam dantidak melakukan senam tidak jauh berbeda,
yaitu 26,03 ± 3,20 berbanding 25,08 ± 3,31.Secara statistik (t test ) faktor umur tidak
berbeda bermakna di antara kedua kelompok
(p=0,097), jadi faktor umur dianggap tidakakan mempengaruhi hasil penelitian. (tabel
1)
Tabel 1 : Distribusi umur subyek penelitian
Variabel Kelompok senam Kelompok tidak
senam
Uji Statistik*
t p
Umur (rerata ±SD) 26,03 ± 3,20 25,08 ± 3,31 -1,682 0,097
Keterangan : * t test
Tabel 2 . Hubungan senam hamil dengan lama persalinan kala II
Lama persalinan kala II
(menit)
Kelompok senam Kelompok tidak
senam
p*
Rerata±SD 37,05 ± 15,91 50,77 ± 23,77 0,007Keterangan :
*Uji Mann Whitney
Lamanya proses persalinan
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satunya adalah faktor tenaga ibu ( power ).
Tenaga ibu di sini adalah kontraksi uterusdan kekuatan ibu mengedan. Senam hamil
merupakan salah satu bentuk olah raga yang bertujuan untuk membantu wanita hamil
memperoleh power yang baik, sehinggadapat memperlancar proses persalinannya.
Latihan senam hamil yang teratur, jika tidak
terdapat keadaan patologis akan dapatmenuntun wanita hamil ke arah persalinan
yang fisiologis(6)
.Senam hamil bertujuan untuk dapat
melakukan tugas persalinan dengan
kekuatan dan kepercayaan diri sendiri di bawah bimbingan penolong menuju
persalinan normal (fisiologis). Keadaan prima akan diperoleh melalui senam hamil,
dengan melatih dan mempertahankan
kekuatan otot dinding perut, otot dasar
panggul serta jaringan penyangganya untuk
berfungsi saat persalinan(9)
.
Senam hamil merupakan suatu program antenatal care yang dapat
meningkatkan stamina ibu, melatih kekuatanotot perut, panggul dan otot-otot penunjang
lainnya agar tidak kaku dan terkoordinasidengan baik, serta dapat melahirkan dengan
normal, membantu melancarkan sirkulasi
darah, melatih pernafasan dan teknik-teknikmelahirkan yang baik dan benar, mencegah
terjadinya kelainan letak janin, membantudalam perubahan metabolisme tubuh selama
kehamilan, meningginya konsumsi oksigen
oleh tubuh, aliran darah jantung, strokevolume dan curah jantung mempercepat
proses pemulihan pasca persalinan agartidak kaku / rileks. Ibu hamil akan merasa
lebih sehat dan tidak merasa sesak nafas dan
16
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 20/62
memberikan keuntungan persalinan masa
aktifnya (kala 2) menjadi lebih pendek,
mengurangi insiden Sectio Caesaria, dan
mengurangi terjadinya gawat janin(10)
.
Latihan yang dilakukan selamahamil akan memberikan keuntungan baikselama kehamilan ataupun pada proses
persalinan. Keuntungan tersebut meliputi :
meningkatnya kesiapan tubuh dan
kesabaran, memperbaiki sikap tubuh,
mencegah diabetes selama hamil,mempersiapkan kondisi fisik selama hamil,
mengurangi kelelahan, memperbaiki otot-otot, mengurangi persalinan tindakan dan
operasi caesar, dan mempercepat pemulihan
kondisi fisik setelah persalinan(14)
.Latihan-latihan yang dilakukan
pada senam hamil tujuan utamanya adalah
agar ibu hamil memperoleh kekuatan dantonus otot yang baik, teknik pernafasan yang
baik, yang penting dalam proses persalinanterutama saat persalinan kala 2 dalam hal ini
adalah power pada persalinan. Penelitian inimenunjukkan bahwa kelompok ibu yang
melakukan senam hamil menjalani proses persalinan kala 2 lebih singkat dibandingkan
kelompok ibu yang tidak melakukan senamhamil, (37,05 ± 15,91 berbanding 50,77 ±
23,77 menit, p=0,007). Dengan demikiansenam hamil mempersingkat lama
persalinan kala 2. Penemuan ini juga
didukung oleh penelitian lain, diantaranya
Supriatmaja dan Sumardewa (2005) diDenpasar meneliti 106 ibu hamil; didapatkan
bahwa kejadian partus lama lebih kecilsecara bermakna (1,9% vs. 15,1%; p=0,031)
di kalangan wanita hamil yang melakukansenam hamil; juga lama persalinan kala 2nya
juga secara bermakna lebih singkat daripadayang tidak melakukan senam hamil. Secarastatistik risiko relatifnya 0,125; artinya
risiko partus lama pada ibu yang melakukansenam 0,125 kali dibandingkan dengan ibu
yang tidak melakukan senam hamil(6)
. Dari penelitian yang dilakukan Mulyata (2000) di
Solo, terhadap 68 ibu hamil juga didapatkan
hasil bahwa senam hamil ternyatamemberikan kontribusi yang besar untuk
melancarkan proses persalinan. Pada primigravida proses persalinan biasanya
berlangsung 14 jam hingga 15 jam, tapidengan senam waktu dapat dipersingkatrata-rata 10 jam
(10).
Olah raga selama kehamilan akanmenguntungkan baik fisik dan psikologik,
mengingat perasaan takut dan cemas dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan dapat
menimbulkan ketegangan jiwa dan fisik,
yang dapat menyebabkan kakunya otot-otot
persendian sehingga persalinan berjalantidak wajar. Keuntungan fisik adalahmeningkatkan dan memperbaiki sistem
peredaran darah, khususnya ke otot-otot
sehingga meningkatkan kekuatan dan tonus
otot; selain itu juga meningkatkan sirkulasi
darah ke uteroplasenta sehinggamemperbaiki pertumbuhan otot-otot uterus
dan perkembangan janin intrauterin.Pertumbuhan otot-otot uterus yang optimal
akan menyebabkan kontraksi uterus lebih
optimal dan terkoordinasi di saat persalinan.Senam atau latihan selama kehamilan
memberikan efek positif terhadap
pembukaan serviks dan aktivitas uterus yangterkoordinasi saat persalinan; juga
ditemukan secara bermakna onset persalinanyang lebih awal dan lama persalinan yang
lebih singkat dibandingkan yang tidakmelanjutkan senam setelah trimester
pertama.Senam hamil mengajarkan berbagai
latihan pernapasan, teknik relaksasi, danteknik mengejan yang dipersiapkan untuk
menghadapi persalinan. Ibu hamilmempunyai gambaran yang harus dilakukandan merasa siap menjelang persalinan. Hal
tersebut dapat mempengaruhi kondisi psikis
ibu hamil. Pada masa akhir kehamilan ibutidak mengalami kekhawatiran dan
ketakutan dalam menghadapi proses persalinan, padahal hal ini dapat
mempengaruhi tenaga ibu dan kelancaran proses persalinan. Kecemasan dapat
menimbulkan ketegangan otot-otot polosdan pembuluh darah, sehingga terjadikekakuan serviks dan hipoksia pada rahim
yang menyebabkan impuls nyeri bertambah banyak, impuls nyeri melalui thaloma limbic
ke korteks serebri dengan akibat menambahrasa takut, sehingga kontraksi rahim
berkurang. Hal ini mengakibatkan persalinan
butuh waktu yang lama dan mungkinmembutuhkan alat bantu bahkan operasi
Caesar . Sebaliknya dengan senam hamildapat membantu mengurangi rasa nyeri
dengan jalan mengatur pernafasan,konsentrasi dan mengalihkan pikiransehingga stress bias dikurangi. Rasa nyeri
saat persalinan dapat mengakibatkantekanan darah meningkat, denyut jantung
17
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 21/62
meningkat dan konsentrasi ibu selama
persalinan menjadi terganggu(15). Rasa takut
dan kurang percaya diri menghadapi
persalinan sering menderita kesakitan saat
semua kekuatannya diperlukan untukmendorong janin lahir, terutama bagi wanitayang untuk pertama kali bersalin. Senamhamil serta latihan untuk
mengkoordinasikan semua kekuatan saat
persalinan diharapkan secara normal, tidak
terlalu takut, akan mengurangi rasa sakit danmempunyai kepercayaan diri yang tetap
mantap(9)
.
KESIMPULAN
1. Rerata lama persalinan kala 2kelompok ibu yang senam hamil
lebih rendah dibandingkan
kelompok ibu yang tidakmelakukan senam hamil, yaitu
37,05 ± 15,91 berbanding 50,77 ±23,77 menit.
2. Lama persalinan kala 2 kelompokibu yang senam hamil lebih singkat
secara statistik dibandingkankelompok ibu yang tidak
melakukan senam hamil (p=0,007).
SARAN1. Mengingat senam hamil cukup
bermanfaat, sebaiknya program
senam hamil dianjurkan kepada
setiap wanita hamil normal2. Senam hamil bisa dijadikan bagian
dari program antenatal bagi pelayanan kesehatan yang ada di
Kabupaten Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cholil, Abdullah. Kesehatan ibu dan
bayi baru lahir. Fromhttp://www.path.org/files/Indonesia 19-
3.pdf . (diakses tanggal 13 Oktober2005)
2. Sutrisno; Andriyani, Lisa. Karakteristik
kematian maternal di Kabupaten TimorTengah Utara; 1997
3. Lieberman, Ellice. Make every motherand child count. WHO : 7 April 2005
fromhttp:/ui.ac.id/indonesia/main.php/?hlm=
berita&id=2005-04-07%2016:14:09
(diakses tanggal 27 November 2005)
4. Senewe, Felly. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan komplikasi
persalinan tiga tahun terkahir di
Indonesia; 2003 from
http://digilip.litbang.depkes.go.id/go.ph p?=jkpkbppk-gdl-res-2003-felley-883-komplikasi (diakses tanggal 17 Oktober2005)
5. -------. Profil kesehatan provinsi Jawa
Tengah. Semarang : Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah; 20046. Supriatmaja, IPG; Sumardewa, TGA.
Pengaruh senam hamil terhadap persalinan kala I dan II. Denpasar :
Universitas Udayana; 2005
7. Sulistyorini, Evi. Hubungan beberapa
karakteristik ibu hamil dengan
keikutsertaan senam hamil di RS. Dr.Sardjito Yogyakarta Bulan Februari-
Mei 2005. Semarang : FKM Undip;2005 (skripsi)
8. Mochtar, R. Senam hamil. Dalam :Sinopsis Obstetri. Bandung : EGC, ed.2,
19929. Mulyata. Senam hamil kurangi stress
saat melahirkan. Fromhttp://www.diffi.com/kesehatan/beritase
hat/detail.php?id=645 (diakses 2Desember 2005)
10. Primadi, Hanifa. Kehamilan. from
http://medicastore.com/med/detailpyk.p
hp?idktg=17&iddtl=586&UID=20051005084738202.122.170.13 (diakses
tanggal 5 Oktober 2005)11. Murti, Bhisma, Penerapan metode
statistik non-parametrik dalam ilmu-ilmu kesehatan. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama, 199612. Sugiyono, Statistika untuk penelitian.
Bandung : Alfabeta, 2005
13. Palmer, Jane, Exercise in pregnancy.From
http://www.pregnancy.com.au/exercise_ in_pregnancy.htm (diakses 1 April
2008)
14.
Clapp JF, Kim H, Burciu B. Beginningregular exercise in early pregnancy :
Effect on fetoplacental growth. Am JObstet Gynecol, 2000
15. Susilo. From http://www.balita-anda.indiglobal.com/info 1.html (diakses tanggal 5 Oktober 2005)
18
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 22/62
Faktor Risiko Kejadian Stroke di RSD. Raden Soedjati Purwodadi
Kabupaten Grobogan
Auly Tarmali*), Siti Ambarwati**)
*) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo
**) Alumnus Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Stroke merupakan penyakit neurologi yang serius dengan serangan akut yang dapat
menyebabkan kematian dalam waktu singkat ataupun kecacatan seumur hidup. Terjadinya stroke dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus,
displidemia, umur, jenis kelamin, genetik kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik,obesitas, kontrasepsi oral dan stress. Di RSD Dr. Raden Soedjati Purwodadi tercatat 3 tahun
terakhir kejadian stroke mengalami peningkatan yaitu 154 kasus (2004), 162 kasus (2005) dan 167kasus (2006). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian stroke. Penelitian ini adalah penelitian penjelasan menggunakan metode analitik observasional
dengan pendekatan kasus kontrol. Sampel dalam penelitian untuk kasus adalah pasien penyakitstroke, sedangkan untuk kontrol adalah pasien yang tidak menderita penyakit stroke. Jumlah
sampel untuk kasus dan kontrol masing-masing adalah 66 orang, diambil secara PurposiveSampling. Analisis yang digunakan adalah uji Chi – Square, sedangkan untuk mengetahui besar
risiko digunakan OR (Odd Rasio).
Dari hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan antara umur ( p= 0,003, OR= 3,121),
kebiasaan merokok ( p= 0,003, OR = 3,121), konsumsi alkohol ( p= 0,025, OR= 2,800), aktifitasfisik ( p= 0,021, OR=10,263), dan obesitas ( p= 0,032, OR= 2,328) dengan kejadian stroke, tetapi
jenis kelamin tidak ada hubungan dengan kejadian stroke ( p= 0,478, OR = 1,372).Terdapat 5 faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke yaitu umur, jenis kelamin,
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, aktifitas fisik, dan obesitas.Perlu meningkatkan perilaku hidup sehat dan lebih memperhatikan faktor risiko kejadian stroke,
sehingga diharapkan insiden stroke berkurang.
Kata kunci = Stroke dan faktor risiko stroke
PENDAHULUAN Stroke merupakan salah satu masalah
kesehatan yang serius karena merupakan penyebab kematian terbesar ketiga setelah
penyakit jantung dan kakier. Faktor risikostroke meliputi factor risiko yang tidak dapat
diubah (seperti jenis kelamin, usia,genetic,
ras) dan faktor risiko yang dapt dirubah
(seperti hipertensi, penyakit jantung,
diabetes melitus, displidemia, obesitas,merokok, alkohol berlebih, kontrasepsi oral).
Menurut hasil survey sosial ekonominasional (Susenas) tahun 2000, diperoleh
data bahwa di Indonesia terdapat 80% perokok pada usia 10 tahun keatas dan
berdasarkan penelitian Lasmawati (1999),
didapatkan bahwa merokok berisiko 3,4 kalidibandingkan tidak merokok dan menurut
penelitian Wortsman dkk (1997), didapatkan
bahwa seseorang yang mengkonsumsialkohol memiliki risiko 6,9 kali lebih tinggiuntuk terkena stroke daripada yang tidak
mengkonsumsi alkohol sedangkan menurutLimantoro (2003) didapatkan bahwa pada
penderita obesitas mempunyai 4 kali lebih
besar untuk terkena stroke daripada yang
tidak menderita obesitas.
Menurut penelitian Lamsudin (1997),didapatkan bahwa proporsi penderita stroke
pada kelompok umur 31-41 tahun sebanyak2,7% kelompok umur 41-50 tahun sebanyak
12%, kelompok umur 51-60 tahun sebanyak24,4%, kelompok umur 61-70 tahun
sebanyak 35,6% dan kelompok umur > 70
tahun sebanyak 22,6% dari 1.053 penderitastroke. Berdasarkan data tersebut didapatkan
19
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 23/62
proporsi penderita stroke semakin meningkatdengan bertambahnya umur. Jenis kelamin
mempunyai risiko untuk terjadinya stroke
dimana menurut penelitian Perthami (2001),didapatkan bahwa stroke orang laki-laki 2,7
kali lebih tinggi daripada orang perempuan.
Data yang diperoleh dari RSDDr.Raden Soejati Purwodadi Kabupaten
Grobogan didapatkan penderita penyakit
stroke pada tahun 2004 sejumlah 154 kasus,
tahun 2005 sejumlah 162 kasus dan padatahun 2006 sejumlah 167 kasus.
Berdasar pengkajian pendahuluan di RSD
Dr.Raden Soejati Purwodadi pada awaltahun2006 menggunakan wawancara
diperoleh gambaran sebagai berikut bahwa
umumnya masyarakat Grobogan cenderung
pergi ke kota sebagai pekerja sebanyak11.111 orang atau pergi ke luar negeri
sebanyak 2.149 orang, hal ini dapat
menyebabkan terjadinya peningkatankemampuan ekonomi masyarakat kabupatenGrobogan yang pada gilirannya dengan
peningkatan sosial ekonomi ini akan dapat
memicu perubahan gaya hidup masyarakatseperti kebiasaan merokok, mengkonsumsi
lebih banyak lemak, kolesterol dan alcohol
Perubahan-perubahan tersebut jugadipengaruhi oleh masalah umur dan jenis
kelamin.
METODE
Dilihat dari cara mengamati maka penelitian ini merupakan analitik
observasional dengan menggunkanrancangan kasus kontrol. Subyek penelitian
diperoleh dari semua penderita stroke yang berobat (berkunjung) di RSD Dr.Raden
Soejati. Kasus dalam penelitian ini adalah
pasien yang menderita stroke di RSD Raden
Soejati Purwodadi, sedangkan untuk kontrol
adalah pasien yang tidak menderita stroke diRSD Raden Soejati Purwodadi.
Jumlah sample minimal yang diambilsebesar 132, sample diambil dengan
perbandingan (kasus:\kontrol) 1:1.
Data seknuder dikumpulkan darirekam medik, sedangkan data primer
dikumpulkan dengan melakukan wawancarakepada penderita atau keluarganya
Analisa data digunakan denganmenggunakan program SPSS for windows
versi 10,0. Untuk melihat adanya hubungan
antara dua variable dilakukan analisisdengan menggunakan uji chi square .
HASIL PENELITIAN
Analisa UnivariatVariabel dependen dalam penelitian
ini adalah umur, jenis kelamin, kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol, aktifitas fisikdan obesitas. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa proporsi umur responden > 55 tahun
(62,1%) lebih tinggi dengan umur
responden < 55 tahun (37,9%). Untuk jeniskelamin menunjukkan bahwa jenis kelamin
responden laki-laki (59,8%) lebih banyak
dari pada responden jenis kelamin perempuan (40,2%). Untuk ressponden yangmerokok (56,1%) lebih banyak daripadayang tidak merokok (43,9%). Untuk
responden yang tidak mengkonsumsialkohol (75,8%) lebih banyak daripada yang
mengkonsumsi alkohol (24,2%). Untuk
responden yang tidak berolah raga ( 92,4%)lebih banyak daripada yang berolah raga
(7,6%) dan untuk responden yang tidakobesitas (61,4%) lebih banyak dari pada
yang obesitas (38,6%).
Sedangkan sebagai variable dependen dalam penelitian ini adalah kejadian stroke yaitu
penderita penyakit stroke dan penderitayang tidak stroke.
Analisa Bivariat
Hubungan antara faktor risiko dengan
kejadian stroke
Hasil analisis statistik bivariathubungan antara variable bebas dengan
kejadian stroke dapat dilihat pada table berikut ini :
20
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 24/62
Tabel 1 Ringkasan Hasil Analisis Bivariat
No X² Nilai p OR 95% CI Keterangan
1. Umur
≥ 55 tahun
< 55 tahun
2. Jenis Kelamin Laki-laki
perempuan3. Kebiasaan Merokok
Merokok
Tidak Merokok4. Konsumsi Alkohol
Konsumsi Alkohol
Tidak Konsumsi
Alkohol5. Aktivitas Fisik
Tidak Berolahraga
Berolahraga
6. Obesitas
Obesitas Tidak Obesitas
6,310
0,788
9,965
5,940
6,925
5,400
0,020
0,478
0,003
0,025
0,021
0,032
2,510
1,372
3,121
2,800
10,263
2,328
1,215-5,185
0,682-2,758
1,524-6,393
1,202-6,521
1,261-83,507
1,134-4,778
Ada hubungan
Tidak adahubungan
Ada hubungan
Ada hubungan
Ada hubungan
Ada hubungan
Berdasarkan uji statistik chi square
pada tingkat kepercayaan 95% seperti pada
table diatas, dapat dilihat bahwa: terdapathubungan bermakna antara umur
(p=0,020;95%CI;1,215-5,185), kebiasaan
merokok (p=0,003;95%CI;1,524-6,393),konsumsi alkohol (p=0,025;95%CI;1,202-
6,521), Aktifitas fisik
(p=0,021,95%CI;1,261-83,507) dan obesitas(p=0,032;95%CI;1,134-4,778). Tidakdidapatkan hubungan yang bermakna secara
statistik antara variable umur dengan
kejadian stroke.
PEMBAHASAN
Faktor Umur
Penelitian ini menunjukkan bahwa
ada hubungan antara umur responden
dengan kejadian stroke dengan p=0,020.
Umur merupakan factor risiko yangterpenting untuk terjadinya serangan stroke,
semakin bertambah tua usia seseorang makasemakin tinggi untuk menderitastroke.Menurut sudut pandang secara
fisiologisbahwa pada usia tua cenderung
terjadi penurunan fungsi kerja organ-organ
tubuh sehingga akan rentan terhadap penyakit degenerative
Faktor Jenis Kelamin
Penelitian ini menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna secara statistikantara variable umur dengan kejadian stroke
dengan p=0,478. Hal ini dimungkinkan
karena banyaknya jumlah perempuan yang bekerja menjadi TKI sehingga menyebabkan
beban hidupnya bertambah dan
mengakibatkan stress, Stres dapat memicuhormone adrenalin dan katekolanin. yang tinggi yang dapat mempercepat kekejangan
arteri koroner sehingga suplai darah ke
jantung terganggu maka akan menyebabkanstroke. Selain itu juga perempuan juga
mempunyai faktor risiko tersendiridibandingkan laki-laki yaitu penggunaan
kontrasepsi oral, kehamilan, melahirkan dam
menoupouse.
Faktor Kebiasaan Merokok.
Penelitian ini menunjukkan adahubungan yang bermakna secara statistikantara variable kebiasaaan merokok dengan
kejadian stroke dengan p=0,003. Risiko
kejadian stroke pada orang yang merokok
sebesar 3,121 kali lebih tinggi dibandingkandengan yang tidak merokok, karena rokok
mengandung 3 komponen (nikotin, kotinindan karbon monoksida) yang toksik terhadap
pembuluh darah
21
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 25/62
Faktor Konsumsi Alkohol
Penelitian ini menunjukkan ada
hubungan yang bermakna secara statistik
antara konsumsi alkohol dengan kejadianstroke dengan p=0,025. Alkohol dianggap
memberikan pengaruh yang berbahaya bagi
peredaran darah otak disamping bagi otak itusendiri. Bahan ini telah terbukti
meningkatkan tekanan darah, mengganggu
metabolisme hidrat arang dan lemak dalam
tubuh dan juga mengganggu pembekuandarah.
Faktor Aktifitas Fisik
Penelitian ini menunjukkan ada
hubungan bermakna antara aktifitas fisik
dengan kejadian stroke dengan p=0,021.
Aktifitas fisik yang moderat dan tinggi dapatmenurunkan insiden stroke selain itu juga
dapat mengurangi risiko penyakit
degenerative lainnya, karena dengan olahraga rutin, maka deposit lemak yang berlebihan akan habis sedikit demi sedikitsehingga mencapai jumlah yang normal
selain itu olah raga juga dapat mengurangi berat badan, mengendalikan kadar kolesterol
dan menurunkan tekanan darah yang
merupakan faktor risiko penyakit stroke.
Faktor Obesitas.Penelitian ini menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara obesitas
dengan kejadian stroke dengan p=0,032.Obesitas merupakan faktor independen atau
faktor lain yang tergantung faktor risiko laindalam menyebabkan stroke seperti penyakit
jantung koroner, diabetes melitus, hipetensi.Obesitas juga dapat menyebabkan
tertimbunnya kolesterol dalam dinding
pembuluh darah sehingga dapat
menyebabkan aterosklerosis yang menjadi
pemicu stroke.
KESIMPULAN
1. Faktor risiko yang berhubungandengan kejadian stroke adalah umur
(OR= 2,510; CI 95%=1,215-5,185),kebiasaan merokok (OR=3,121;CI
95%=1,524-6,393), konsumsialkohol (OR=0,025; 95%CI=1,202-
6,521), aktifitas fisik
(OR=0,021;95%CI=1,261-83,507)dan obesitas
(OR=0,032;95%CI=1,134-4,778).
2. Faktor risiko yang tidak berhubungan dengan kejadian
stroke adalah faktor umur (
OR=1,372;95%CI=0,682-2,758)
SARAN
1. Peningkatan prenyuluhan kesehatan
tentang faktor risiko
2. Masyarakat agar tidakmengkonsumsi alkoho, tidak
merokok dan melaksanakan olah
raga secara rutin/teratur3. Perlu dilakukan penelitian yang
lebih lanjut tentang faktor risiko
terutama kebiasaan merokok,
konsumsi alkohol dan pentingnyaaktifitas fisik.
DAFTAR PUSTAKA1. Anugerah, PS, (1998). PatofisiologiKonsep Klinis Proses Penyakit .Jakarta: Buku Kedokteran EGC
2. Bierman, EL, Aterosklerosis dan
Bentuk Aterosklerosis Lainnya.
Dalam Ahmad H.Asdie (Edisi
Bahasa Indonesia). Harison Prinsip-Prinsip Penyakit Dlam.
Jakarta:EGC3. Busta, MN, (2000), Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular .
Jakarta:Rinera Cipta.4. Dahla,P.,& Lamsusdin, R. (1998),
Diagnosis Jenis Patologis Stroke
untuk Kepentingan Penanganan
Stroke yang Rasional,Yogyakarta:BKM UGM
5. Depkes RI . (2000). Panduan
Pengembangan Sistem Surveilans
Penyakit Tidak Menular .
Jakarta:Departemen Kesehatan.6. Depkes RI. Pedoman
Pengembangan Sistem Surveilans
Perilaku Risiko Terpadu.Jakarta:Departemen Kesehatan
7. Djaluadji,D., (2002). Kumpulan
Makalah Simposium Kewaspadaan
dan Pencegahan Stroke. SNF IlmuPenyakit Syaraf RSU Naraya
Kirana Lumajang.8. Findley, TW, (1999). Stroke
Prevalence, Incidenci and Out
Comes In Veteran with Diabetes.From:www.wri.med.gov/text only
htm 1-12k9. Hastono,SP, (1999). Modul:
Analisa Data. Jakarta:FKM-UI
22
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 26/62
10. Hedera,P., Traunner, P., &Budjavoda,J., (1997). Short Term
Prognosis of Strokr Due to
Occlusion Internal Carotic Arteri;Based on Transcranial Puppler
Ulthrasonografi Stroke.
11.
Iman,S., (2002). Kolesterol & Lemak Jahat, Kolesterol & Lemak
baik dan Proses Terjadinya
Serangan Jantung & Stroke.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.12. Janis,J., (w002). Hypertension and
Hypercolesterol as the Stroke Risk
Factor. Dalam kumpulan makalahdan abstrak pertemuan nasional
neuorogeriatri pertama. Perdossi 5-
7 April: Jakarta.
13. Sensusi, S., (2001). Kolesterol
Tinggi. Jakarta:Elex Media
Komputindo.
14.
Siregar, A. (2004). Penyakit Jantung dan Stroke SertaPencegahannya. From: http://www.medikaholistik.com/2003/200
4/4/28/medika.Html. xmodule=document detail & xid=91
&x cat=treatment
15. Supariasa,ID., Bakri,B., & Fajar,I.,(2000). Penilaian Status Gizi.
Jakarta:EGC.16. Sustrani,L., Alam,S., &
Hadibroto,L., (2003). Stroke.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.17. Thomas,DJ. (1997). Faktor Risiko
Pada Serangan Stroke.Jakarta:Arcan
18. Toole,JF, (1998). CerebrovascularDisoreders. New York: Raven Press
19. Wirawan,RB, (2000). Patofisiologi
Stroke. Simposium Penanganan
Stroke secara Komprehensif
Menyongsong Milenium Baru.Semarang
20. Wortsma, JR, Halban, PA,&Hide,R., (1997). AlcoholConsumtion and The Risk of Stroke.
The New England of Medicine.54,Suppl 3.A143
21. Yatim,F., (2000). Waspadai
Jantung Koroner, Stroke dan
Meninggal Mendadak; Atasi
Dengan Pola Hidup Sehat . Jakarta:
Pustaka Populer Obor.
23
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 27/62
Studi Postur Kerja Pemecah Batu Ditinjau Dari Segi Ergonomi Di Desa
Leyangan Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
Qori Prasasti*)
*)
Staf Pengajar
Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Pemecah batu merupakan sektor informal yang menggunakan alat kerja dan cara kerja
tradisional dalam proses kerja. Resiko untuk terjadi gangguan sistem otot dan kecelakaan kerja berkaitan erat dengan alat kerja, postur kerja yang berlangsung saat proses kerja dilakukan. Faktor
perilaku pekerja juga melatarbelakangi adanya gangguan sistem otot.Penelitian studi postur kerja dilakukan di proyek batu galian di Desa Leyangan KecamatanUngaran Kabupaten Semarang. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan postur kerja
pemecah batu ditinjau dari segi ergonomi.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif Grounded Teory, pengambilan data dilakukan dengan
metode triangulasi pada 6 partisipan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa postur kerja pemecah batu di Desa Leyanganmengakibatkan gangguan sistem otot pada semua partisipan. Partisipan menganggap keluhan
gangguan sistem otot sebagai hal yang biasa terjadi setelah bekerja. Kesimpulan yang dapatdiambil dari penelitian bahwa perilaku dan budaya partisipan melatarbelakangi adanya postur kerja
yang tidak baik dari segi ergonomi, sehingga pekerja disarankan untuk memperhatikan cara kerja, postur kerja, waktu istirahat, agar terhindar dari gangguan sistem otot.
Kata Kunci : Postur kerja pemecah batu, perilaku, ergonomi.
PENDAHULUAN
Pemecah batu merupakan sektorinformal yang menggunakan alat kerja dan
cara kerja tradisional dalam proses kerja.Menurut M. Mikheev ICOHIS (1997)
menyatakan gambaran umum industri sektorinformal mempinyai ciri-ciri sebagai berikut
: mempunyai resiko bahaya pekerjaan lebihtinggi, keterbatasan sumber daya untuk
meningkatkan kondisi lingkungan kerja dan
pengadaan pelayanan kesehatan yangadekuat, kurangnya kesadaran terhadapa
faktor-faktor resiko kedehatan kerja, kondisi
pekerjaan yang tidak ergonomis, kerja fisikyang berat, jam kerja yang panjang, struktur
kerja beraneka ragam, kurang nya pengawasan manajeman pencegahan bahaya
pekerjaan dan anggota keluarga seringkaliterpajan.
International Labour Organization (ILO) menginformasikan tentang masalah
kesehatan kerja yang mencakup angka
kesakitan dan kematian akibat kerja danakibat hubungan kerja pada sektor informalantara lain : nelayan tradisional di NTB
mengalami nyeri persendian sebesar 57,5%,Pekerja pandai besi mengalami pengurangn
tajam pendengaran 30-54%, pada industrikecil 60-80 % gangguan akibat faktor
ergonomi seperti sakit pinggang, kaku leherdan keluhan pada alat gerak atas dan bawah
(Depkes, 2002).
Gangguan akibat faktor ergonomiseperti sakit pinggang, kaku leher dan
keluhan pada alat gerak atas dan bawah
didapatkan data 80 % terjadi pada tenagakerja usia antara 30-50 tahun, hal ini
dikarenakan proses kerja sektor informalmenggunakan tenaga manual manusia
dengan postur kerja yang tidak memenuhistandar ergonomi (Kurniawan, 1995).
Berdasarkan survei awal, semua proses kerja pemecah batu di Leyangan
dilaksanakan dengan menggunakan alat
24
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 28/62
tradisional, dengan postur kerja yang bervariasi dan perilaku kerja yang tidak
aman. Perilaku pekerja secara cermat perlu
diamati untuk mengetahui cara kerja dan postur kerja pada masing-masing pekerja.
Penggalian alasan yang menjadi latar
belakang dari perilaku pekerja dengan posturkerja yang tidak aman akan berpengaruh
pada penerapan ergonomi dalam proses
kerja.
Pekerjaan yang dilakukan secaramanual dengan postur kerja yang tidak
sesuai standar ergonomi dapat menyebabkan
Gangguan sistem gerak tubuh (musculo
skeletal disorder ) dalam bentuk nyeri
walaupun intensitasnya ringan (Kurniawan,
1995). Proses kerja tradisional/ manual di
Leyangan meliputi : postur mengangkat batu, membungkuk membelah batu, dan
duduk memecah batu kerikil. Postur kerja
tersebut berpotensi terjadinya gangguansistem gerak tubuh, maka peneliti tertarikuntuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Postur Kerja Pemecah Batu Ditinjau
Dari Segi Ergonomi Di Desa LeyanganKecamatan Ungaran Kabupaten Semarang “.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah penelitiankualitatif dengan pendekatan dengan
pendekatan cross sectional, metode yang
digunakan adalah Grounded Teory. Metodegrounded teory atau teori dasar adalah
strategi riset yang secara teoritis mendasaririset yang sedang dilakukan dengan
memberi teori dasar pada data yangdikumpulkan (Dempsey, 2002).
Pengambilan data penelitian ini
menggunakan metode triangulasi dengan
wawancara terstruktur, observasi lapangan
sebagai pembanding dalam penerapanergonomi ditempat kerja dan lermbar
observasi survei Brief’™ (Kusnanto, 2000).Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pekerja yang ada di wilayah
penelitian pemecah batu di Leyangan.Sampel dalam penelitian ini berjumlah 6
pekerja dari 12 pekerja, pemilihan sampelmenggunakan metode theoritical sampling
non probabilistik. Metode theoriticalsampling adalah pemilihan sampel yang
sesuai dengan sasaran pengembangan teori.
Pengembangan teori yang dimaksud adalah postur kerja pemecah batu berdasar standar
ergonomi (Kusnanto, 2000).Penelitian ini dilaksanakan di proyek
pemecah batu Desa Leyangan Kecamatan
Ungaran, Kabupaten Semarang. Penelitimenggunakan observasi terstruktur dan
interaksi komunikasi antara peneliti dengan
partisipan dalam wawancara mendalam(indepth interview). Item dalam kuesioner
terdiri dari : pengetahuan responden tentang
postur kerja, ergonomi dan gangguan sistemotot (musculo skeletal disorder ). Alat lain
yang menunjang pengumpulan data antara
lain : buku catatan , alat tulis, alat perekam
dan lembar observasi survei Brief’™. Prosesanalisa data dimulai dengan menelaah
seluruh data yang diperoleh dari berbagai
sumber, yaitu dari wawancara, observasi, pencatatan lapangan dan lembar survei Brief’™. Langkah selanjutnya adalah
menyusun semua hasil dalam bentuk satuan,
kemudian satuan tersebut dikategorikansambil melakukan koding. Tahap terakhir
dar analisis data ini adalah keabsahan data.
Penafsiran dalam mengolah hasil penelitiansementara dengan melihat teori substansifadalah langkah terakhir dalam analisa data.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Hasil Penelitian
Proyek pemecah batu yang menjadiobyek penelitian terletak di Desa Leyangan
Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang.Kondisi lingkungan kerja adalah lapang
terbuka yang berada diperbukitan. Proses
kerja dilapang terbuka menyebabkan pekerja banyak terpapar faktor fisik lingkungan
antara lain : panas matahari, debu, getarandan kebisingan.
Proses kerja pemecah batudilaksanakan dengan cara
tradisional/manual, monoton, peralatan kerja
tradisional lebih mengutamakan kekuatan
fisik pekerja. Jenis pekerjaan yang dilakukan
oleh pekerja termasuk kategori berat biladilihat dari tuntutan kerja, beban fisik dan
pemenuhan kalori kerja. Data penunjang dari proses kerja pemecah batu dapat dilihat padatabel sebagai berikut
25
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 29/62
Tabel 1. Bagian dan Proses Kerja Pemecah Batu di Leyangan
Bagian Kerja Proses Kerja Potensi Bahaya Lama Kerja Pengukuran
Pemecah Batu 1. Peledakan bukit
batu
2.
Pembelahan bongkahan batu
besar3. Pengangkutan
batu ketepianarea kerja
4. Batu dipecah
kecil-kecil(kerikil)
1. Tertimpa batu
2. Terjepit batu
3.
Terkena alatkerja
4. Gangguansystem otot
1-8 Jam
1. Penilaian
postur kerja
yangrepetitive
2. MonotonisasiKerja
3. Beban kerja
Tabel 2. Proses kerja pemecah batu di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Kabupaten
Semarang 2009
No Bagian Kerja JumlahPekerja
PaparanFisik
Jam Kerja
1
23
4
5
Pembelah batu besar
Pemecah kerikilSopir
Bongkar muat
Mandor
4
23
2
1
Panas
MatahariKebisingan
Getaran
Debu
11 Jam kerja per hari, dengan
waktu istirahat pukul siang 12.00-01.00
Istirahat sore pukul 14.00-15.00
Tabel 3. Karakteristik Partisipan
Tabel 4. Hasil Pengukuran Frekuensi Postur Kerja Repetitif dan Monoton Berdasarkan
Standar Egonomi Pada Pemecah Batu di Leyangan
Frekuensi Waktu/Jam
< 1 1-4 4
< 10 4 8 810-20 2 3 4
No Karakteristik Kode Partisipan
R1 R2 R3 R4 R5 R6
1 Usia 35 47 45 43 40 422 Jenis Kelamin Pria Pria Perempuan Pria Pria Pria
3 Pendidikan SMP SD SD SD SMP SMP4 Bagian Kerja Pembelah
batu besar
Pemecah
batu besar
Pemecah
batu kerikil
Pembelah
batu besar
Pemecah
batu besar
Pembelah
batu besar
5 Lama Kerja 3 Tahun 6 Tahun 6 Tahun 11 Tahun 11 Tahun 11 Tahun
26
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 30/62
Tabel 5. Hasil Pengukuran Resiko Postur Kerja Yang Salah Pada Pemecah Batu di
Leyangan
Adopsi
Postur Kerja
Perputara
n Leher
Perputaran
Punggung
Sudut
Bahu/Lengan
>45º dari Badan
Keterangan
Jarang/Tidak
1 1 1 Gerakan monoton
Periodik 3 3 1 Gerak bertahap, berhentiuntuk istirahat
Bertahap 0 0 0 -Sering 2 1 1 Perputaran leher jarang
dilakukan
Tabel 6. Hasil Pengukuran Berat Beban Kerja Dengan Postur Menjinjing, Mengangkat,
Menarik, Mendorong Pada Pekerja Pemecah Batu di Leyangan
Waktu(Jam) Berat Beban (Kg)
< 3 Kg 3-7 Kg 7-15 Kg 15-25 Kg1-3 2 1 19 1
4-12 7 5 36 212 7 7 36 2
Tabel 7. Hasil Observasi Postur Kerja
Postur Kerja Frekuensi/Waktu Keterangan
Berdiri,
Membungkuk
Berulang kali
Selama 2 Jam, gerakan terus
dilakukan, istirahat curian 3
menit
Postur kerja pembelah batu besar
Posisi membungkuk 80º diatas
batu. Penekanan terjadi pada leher,
bahu, siku, punggung, lutut
Duduk Lama duduk 4,5jam, denganistirahat duduk tanpa memecah
batu 12 menit
Pekerja menggunakan alas dudukkayu. Penekanan terjadi pada
telapak tangan, siku, bahu, panggul, pinggang dan sacrum.
Postur kerja ini dilakukan oleh
pemecah batu kecil
27
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 31/62
Tabel 8. Hasil Observasi Postur Kerja
Postur Kerja Frekuensi/Waktu Keterangan
Mengangkat beban Mengangkat batudengan beban lebih
dari 8Kg dilakukan 5
kali selamaa 12 jam
Cara mengangkat batu terdapat 3 postur :1. Mengangkat belahan batu diatas bahu
kiri
2.
Mengangkat dengan membungkukuntuk memindahkan batu jarak dekat
3. Menggendong kepingan batu dalamkeranjang batu
Berdiri,Membungkuk
Berulang kali
Selama 2 Jam, gerakanterus dilakukan,
istirahat curian 3 menit
Postur kerja pembelah batu besarPosisi membungkuk 80º diatas batu.
Penekanan terjadi pada leher, bahu, siku, punggung, lutut
Duduk Lama duduk 4,5jam,
dengan istirahat duduk
tanpa memecah batu
12 menit
Pekerja menggunakan alas duduk kayu.
Penekanan terjadi pada telapak tangan, siku,
bahu, panggul, pinggang dan sacrum. Postur
kerja ini dilakukan oleh pemecah batu kecil
Tabel 9. Lama Kerja dan Bagian Kerja Partisipan
No Kata Kunci Kategori
1 R1 : Hampir 3 tahun
R2 : Enam tahun
R3 : Enam tahun
R4 : Sebelas tahunR5 : Sebelas tahun
R6 : Sebelas tahun
Lama kerja
2 R1 : Yang namanya kerja itu ya serabutan mbak, mana yang
longgar itu yang dikerjakan
R2 : Memecah batuR3 : Memecah batu untuk kerja sambilanR4 : Memecah batu gitu saja mbak
R5 : Memecah batuR6 : Memecah batu
Bagian kerja
28
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 32/62
Tabel 10. Riwayat Sakit Partisipan
No Kata Kunci Kategori
3 R1 : Dulu saya pernah mengalami kecelakaan sepeda motor. Iniada bekasnya di dada. Kecelakaan karena pekerjaan pernah
tertimpa batu padas dibagian bahu dan tertimpa batu
belahan pada bagian lutut kanan sampai mata kaki. Sampaisekarang masih terasa linu.
R2 : Tidak …tidak pernah sakit. Paling-paling masuk angin,kecapaian.
R3 : Pernah terkena pecahan batu, terkena batu itu suatu halyang biasa
R4 : Saya pernah tertimpa batu dibagian sini (sambil menunjuk
mata kaki)R5 : Tidak….tidak pernah sakit. Paling-paling masuk angin,
kecapaian. Yang diminta itukan sehat teruskan mbak ?R6 : Tidak…tidak sakit. Tangan saya seperti ini, penyakit apaya
mbak ? 11 tahun he mbak, tangan saya sampai keras terus
mati rasa.
Riwayat sakit
Tabel 11. Postur kerja yang baik menurut Partisipan
No Kata Kunci Kategori
4 R1 : Posisi tangan kanan menggenggam tangkai didepan tangan kanan, posisi ayunan alat kearah kiri badan. Posisi alat (palu
besi/bodem) sebagian saja dikenakan batu
R2 : Cara membelah batu yang baik ya diletakkan terlebih dahulu.
Caranya membelah/posisi membelah ya seperti waktu kerja di
depo.R3 : Ya seperti waktu kerja di depo mbak, saya duduk dibawah. Kalau
ada dingklik (tempat duduk kecil dari kayu) ya..dipakai, kalau
tidak ada ya duduk dibawah.R4 : Seperti ini caranya : (memperagakan membelah batu dengan
bodem dengan arah ayunan dari samping kanan badan)
R5 : Caranya membelah batu yang baik ya diledakkan lebih dulu, barudibelah pakai bodem. Kemarin mbak sudah lihat kan waktu didepo.
R6 : Begini lho mbak .. itu sudah ada “srati” atau syaratnya sendiri-sendiri.
Postur kerjayang baik
menurut
partisipan
29
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 33/62
Tabel 12. Postur kerja yang tidak baik menurut partisipan
No Kata Kunci Kategori
5 R1 : Posisi … yang salah itu pada posisi alat dengan batu tegak lurus,karena batu akan terlempar ke badan, getaran bodem terasa sampai
bahu dan dada sehingga dadanya bias rusak/sakit
R2 : Posisi yang tidak baik ya saat memecah batu yang belumdiledakkan langsung dipecah dapat merusak tangan karena batu
sangat kerasR3 : Kerja itu ya seenaknya sendiri. Setiap orangkan beda-beda, kalau
kerja seperti ini enak ya dilakukan, kalu tidak enak ya nggak.R4 : Itu kalau pekerja baru mbak yang belum terbiasaya bias salah dan
kesleo
R5 : Tidak bisa, setiap orang punya srati sendiri, yang tahu hanyadirinya sendiri
R6 : Posisi yang tidak baik yaitu batu dibelah sebelum diledakkan
Postur kerjayang tidak baik
menurut
partisipan
Tabel 13. Gangguan System Otot Akibat Postur Kerja
No Kata Kunci Kategori
6 R1 : Tangan sampai sini (sambil menunjuk dari pergelangan tangansampai tengkuk) terus pinggang setelah bekerja capek semua, tapi
itu sudah biasa, paling istirahat 2 jam sudah sembuh
R2 : Tidak ..tidak pernah sakit, saya mau diapakan? Paling pegal karenakecapaian. Capek itu hal yang biasa jadi tidak usah dirasakan.
Kadang-kadang sampai kram, nanti kalau sudah istirahat sembuh,
besuk sudah bekerja lagi
R3 : Setelah memecah batu jari-jari sampai bahu, tulang belakang
terasa pegal, capek. Kalau istirahat ya dirumah, di depo ya kerjaterus, capek berhenti
R4 : Wah … tidak karuan capeknya. Pegal, capek, kadang-kadang
malah tidak dirasakan. Malam istirahat, minum jamu, pagi sudah bisa kerja lagi
R5 : Tangan sini, pundak, panggul capeknya merata seluruh badan.
Tangan saya yang tebal ini suatu penyakit apa bukan ? walaupundisayat tangan saya tidak keluar darahnya
R6 :Bagian bahu, tangan rasanya capek semua
Gangguansystem otot
akibat postur
kerja
30
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 34/62
Tabel 14. Alat Kerja Yang Baik Menurut Partisipan
No Kata Kunci Kategori
7 R1 : Alat kerja yang baik seperti ini mbak, yang bahanya dari besi bajaasli, terus tangkainya dari rotan/menjalin yang besar. Bodem ini
beratnya 9 Kg. Panjang 1 Meter.
R2 : Ya seperti ini buat saya sudah bagus. Beratnya kira-kira 9 Kg.Panjang 1 m
R3 : Ya ..seperti ini sudah bagus!...Beratnya 9 Kg, panjang 1 mR4 : Yang baik itu alat yang bahannya dari besi baja asli, tidak cacat,
terus kalau dipakai 1 minggu harus diasah di pandai besi, biartajam. Berat nya 9 Kg, panjang 1 m
R5 : Bagi saya seperti ini sudah baik. Besinya dari baja asli terus
tangkainya dari rotan/menjalin yang besar. Rata-rata berat besi 9Kg, panjang 1 m
R6 :Dari besi baja asli, beratnya mantap, tidak cepat rusak. Beratnya 9Kg, Panjang 1 m
Alat kerja yang baik menurut
partisipan
Tabel 15. Alat Kerja Yang Tidak Baik Menurut Partisipan
No Kata Kunci Kategori
8 R1 : Yang tidak baik bahannya bukan dari besi baja asli, karena besinya tidak padat
R2 : Bagaimana ya mbak …yang bahannya bukan dari besi baja
R3 : Tidak tahu …lho yang rusak pasti tidak baik, katrena tidak bias
dipakai
R4 : Itu kalau alatnya tidak tajam sehingga tidak bias dipakai
R5 : Yang besinya bukan dari besi baja asli
R6 :Yang bahannya dari besi-besi biasa
Alat kerja yangtidak baik
menurut
partisipan
9 R1 : Ya … tidak bisa to mbak, kayu itu sifatnya keras, tidak lentur,
terkena tangan rusak dan benturan besi dengan batu getarannyasampai kedada. Getarannya dapat merusak dada. Kalau
rotan/menjalin kan lentur dan elastic
R2 : Wah… gimana ya mbak, tidak bisa ya mbak, bukan pasangannyaitu jadi tidak pas, tangannya bisa rusak karena tidak lentur
R3 : Tidak pantas mbak, itu sudah pasangannya
R4 : Tidak bisa mbak, telapak tangan sakit, kayu itu sifatnya keras jaditidak bisa dibuat kerja
R5 : Gimana ya mbak, tidak bisa ! tangkai kayu itu keras terkenna
telapak tangan sakit/merusak tangan karena tidak lenturR6 :Tidak bisa mbak. Tangkai yang seperti itu keras dan sakit
ditangan, tetapi jika diberi ya saya terima saja
Tangkai alat kerja
31
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 35/62
PEMBAHASAN
Postur kerja
Observasi yang dilakukan peneliti
terhadap 6 partisipan menghasilkan beberapa postur kerja atara lain : postur berdiri
kemudian membungkuk dilakukan berulang
kali, postur duduk dan postur mengangkat beban. Postur kerja pemecah batu di
Leyangan termasuk kategori tidak baik dari
segi ergnomi.
Postur kerja berdiri dilakukan olehR1, R2, R4, R5 dan R6, tetapi partisipan R6
tidak menjelaskan secara rinci postur kerja
yang dilakukan karena setiap orang memiliki“srati” syarat/ cara kerja sendiri-sendiri.
Rata-rata R1, R2, R4, R5 posisi tangan
kanan menggenggam tangkai bodem, posisi
ayunan alat kearah kiri badan. Posisi alat(palu besi/bodem) sebagian saja dikenakan
batu. Berdasar hasil observasi, proses
pembelahan batu besar dilasklukan dengan berdiri membungkuk diatas batu serayamengayunkan bodem.
Postur kerja berdiri dengan
penekanan pada kedua kaki secara monotondengan beban berat dapat menimbulkan
beberapa keluhan antara lain : kelelahan
seluruh otot persendian, gangguan pada otottulang belakang, nyeri tengkuk dan bahu.
Keluhan nyeri otot karena postur berdiri/membungkuk diakui oleh R1, R2,
R4, R5 dan R6 yang mengatakan capek,
pegal, nyeri pada tengkuk, bahu dan punggung.
Postur kerja duduk dilakukan oleh partisipan R3 yang mengatakan “Ya seperti
waktu kerja di depo mbak, saya duduk
dibawah. Kalau ada dingklik (tempat duduk
kecil dari kayu) ya..dipakai, kalau tidak ada
ya duduk dibawah.). Memecah batu kecil/
kerikil secara monoton dan repetitive
menyebabkan sakit dan penebalan, kekakuan pada jari. Postur kerja duduk apabila
dipertahankan dalam waktu yang lama dapatmeningkatkan beban kerja, kontraksi ototstatis sehingga menyebabkan kelelahan
sendi yang memerlukan pemulihan dalamwaktu yang lebih lama dari waktu kerja. R3
mengeluhkan “Setelah memecah batu jari-
jari sampai bahu, tulang belakang terasa
pegal, capek. Kalau istirahat ya dirumah, di
depo ya kerja terus, capek berhenti”
Masalah kesehatan akibat postur
monoton seperti berdiri , duduk, mengangkat beban, mendorong, menarik seharusnya
diselingi dengan jenis pekerjaan yangmemerlukan variasi gerak fleksibel sehinnga
terhindar dari gangguan system otot. Variasi
gerak kerja akan memperlancar peredarandarah dan dapat mereduksi kelelahan otot.
Jenis alat kerja, pakaian kerja, jenis material
kerja, lingkungan kerja dan riwayat penyakitmemiliki kontribusi terhadap postur kerja.
(Tarwaka 2004). Variasi gerak dalam proses
kerja dilakukan oleh R1 yang mengatakan bahwa “Yang namanya kerja itu ya
serabutan mbak, mana yang longgar itu
yang dikerjakan”
Alat Kerja
Desain alat kerja : tangkai bodem,
palu, berat dan alas duduk (dingklik) kurangmemenuhi standar ergonomi. Tangkai
bodem berbentuk panjang 1 m tanpa lekuk
dengan berat 9 Kg, panjang tangkai palu 0,5
m tanpa lekuk dengan berat 2 Kg. Desaintangkai bodem dan palu menyebabkan
postur pergelangan tangan cepat lelah. Berat
bodem menyebabkan pemuluran padatangan, lengan dan bahu sehinggamenyebabkan pegal, capek, kram hinggatengkuk. Tangkai palu yang lurus
menyebabkan pegal, capek pada pergelangantangan. Ketersediaan alas duduk berupa
dingklik sangat membantu pemecah batu
kecil, namun partisipan terkadangkehilangan alas duduk sehingga pekerjaan
memecah batu dilakukan dengan berjongkok. Postur jongkok yang terlalu
lama menyebabkan sakit pinggang.
Proses kerja
Proses kerja di proyek pemecah batu di leyangan dimulai dari peledakan
bukit batu, pembelahan bongkahan batu besar, pengangkutan batu ketepian area
kerja, batu dipecah kecil-kecil (kerikil).
Semua proses kerja dilakukan secara
manual/tenaga manusia.
Lingkungan kerja
Lingkungan kerja di proyek pemecah batu di Leyangan berupa perbukitan batu
yang diledakkan untuk meruntuhkan batu besar. Membelah batu besar hingga
memecah batu menjadi ukuran kecildilakukan dengan manual. Postur kerja
dalam proses pemecahan batu dilakukan
sesuai dengan ukuran batu dan pengalaman pekerja pada masing-masing bagian kerja
dan lama kerja. Area kerja terbuka dan panasmatahari menjadi beban tambahan bagi
pekerja.
32
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 36/62
Beberapa penelitian tentang studi postur kerja yang tidak baik mengungkapkan
bahwa potur kerja dipengaruhi oleh perilaku
dari pekerja, lingkungan kerja, proses kerja,alat kerja dan budaya masyarakat setempat.
Determinan perilaku merupakan factor
internal partisipan. Determinan perilakudipengaruhi oleh beberapa faktor
predisposissi, faktor pendorong, faktor
pendukung. (Notoatmojo 2003). Determinan
perilaku dalam penelitian ini dapat diuraikansebagai berikut :
1. Faktor predisposisi yang
mempengaruhi perilaku partisipanadalah kurangnya pengetahuan dari
partisipan tentang postur kerja dan
alat kerja yang baik sesuai standar
ergonomic. Partisipan menganggap bahwa postur kerja dan alat kerja
yang digunakan sudah baik,
sehingga tidak perlu perubahanlagi. Penerapan ergonomic pada proses kerja manual dalam suatuorganisasi kerja tidak dapat
diterapkan sempurna tanpa pemberian informasi yang adekuat,
pengetahuan yang mendukung dan
pelatihan kerja. (Luttman 2003)2. Faktor pendorong yang
mempengaruhi perilaku partisipanadalah anggapan bahwa gangguan
system otot adalah hal biasa terjadi
dan bukan masalah serius. Alasanmereka adalah kerja memecah batu
sudah biasa merasakan capek dan pegal. Semua partisipan
mengeluhkan : rasa capek, pegal,lelah, nyeri dan kram. Bagian tubuh
yang mengalami gangguan system
otot antara lain : pergelangan
tangan, siku, bahu, tengkuk,
panggul, persendian kaki. Waktuistirahat bagi partisipan dirasakan
tidak cukup untuk istirahatsehingga partisipan melakukanistirahat curian. Partisipan
menganggap bahwa gangguansystem otot bukan masalah yang
serius, mereka nmenganggap halyang biasa sebagai pemecah batu.
Kurangnya perhatian terhadapgangguan system otot dan
kecelakaan kerja akan
mempengaruhi kualitas kerja dan penurunan fungsi organ. (Tarwaka
2004). Penurunan fungsi organterlihat jelas pada partisipan 5.
3. Faktor pendukung yangmempengaruhi perilaku partisipan
adalah kemampuan setiap
partisipan berbeda-beda sesuaidengan pembagian kerja
(pembelaah batu, pemecah batu
besar, pemecah batu kecil) dantuntutan pekerjaan, hal ini sesuai
dengan teori yang mengatakan
bahwa kemampuan pekerja,
tuntutan tugas dan karakteristikorganisasi mempengaruhi suatu
proses kerja (Nurmianto 2000)
Pengalaman partisipan dengan postur kerja yang dilakukan juga
dipengaruhi oleh kepercayaan,
seperti yang diungkapkan oleh
partisipan R5 : Tidak bisa, setiap
orang punya srati sendiri, yang
tahu hanya dirinya sendiri (setiap
orang mempunyai cara-cara kerjasendiri-sendiri sesuaikeyakinannya).
Perbandingan hasil wawancara,observasi dan tinjauan teori mengenai postur
kerja ditinjau dari segi ergonomi
menyebutkan bahwa : suatu postur kerjayang tidak baik dilatar belakangi oleh faktor
eksternal (Alat kerja, proses kerja,lingkungan kerja,adat budaya ) dan faktor
internal (Predisposisi, pendorong,
pendukung)
KESIMPULAN
Postur kerja yang dilakukan oleh R2,
R3, R4, R5, R6 dilakukan secara repetitif
dan monoton sementara R1 melakukan
pekerjaan serabutan dengan variasi posturkerja. Postur kerja partisipan dilatar
belakangi oleh faktor eksternal (Alat kerja, proses kerja, lingkungan kerja,adat budaya )Alat kerja, proses kerja, lingkungan kerja
merupakan bagian dari ergonomi dan faktorinternal (Predisposisi, pendorong,
pendukung)Potur kerja partisipan ditinjau dari
segi ergonomi dipengaruhi desain alat kerja, berat dan jenis alat kerja
1. Alat Kerja yang digunakan (palu, bodem, dingklik) memiliki desain
yang kurang ergonomis. Desaintangkai dan berat alat menyebabkan
gangguan system otot pada jari,
33
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 37/62
pergelangan tangan, tangan dan bahu.
2. Proses kerja di proyek pemecah
batu di leyangan dimulai dari peledakan bukit batu, pembelahan
bongkahan batu besar,
pengangkutan batu ketepian areakerja, batu dipecah kecil-kecil
(kerikil). Semua proses kerja
dilakukan secara manual/tenaga
manusia.3. Lingkungan kerja di proyek
pemecah batu di Leyangan berupa
perbukitan batu. Area kerja terbukadan panas matahari menjadi beban
tambahan bagi pekerja.
Faktor internal yang melatarbelakangi postur kerja antaralain : faktor predisposisi,
faktor pendorong, faktor pendukung.
1.
Faktor predisposisi yangmempengaruhi perilaku partisipanadalah Partisipan menganggap
bahwa postur kerja dan alat kerja
yang digunakan sudah baik,sehingga tidak perlu perubahan
lagi.
2. Faktor pendorong yangmempengaruhi perilaku partisipan
adalah partisipan menganggap bahwa gangguan system otot bukan
masalah yang serius, mereka
nmenganggap hal yang biasasebagai pemecah batu. Penurunan
fungsi organ terlihat jelas pada partisipan 5.
3. Faktor pendukung yangmempengaruhi perilaku partisipan
adalah kemampuan setiap
partisipan berbeda-beda sesuai
dengan pembagian kerja
(pembelaah batu, pemecah batu besar, pemecah batu kecil) dan
tuntutan pekerjaan. Pengalaman partisipan dengan postur kerja yangdilakukan juga dipengaruhi oleh
kepercayaan, seperti yangdiungkapkan oleh partisipan R5 :
Tidak bisa, setiap orang punya
srati sendiri, yang tahu hanya
dirinya sendiri (setiap orangmempunyai cara-cara kerja sendiri-
sendiri sesuai keyakinannya).
SARAN
1. Bagi Pekerja
a. Disarankan pekerja untuk bekerja secara bergantian
dibagian kerja yang lain secara
berselingan, untukmenghindari postur kerja yang
monoton
b. Disarankan pekerja melakukan
istirahat curian untuk relaksasiotot
c. Bagi pemecah batu
kecil/kerikil, disarankanmenggunakan alas duduk kursi
kecil/dingklik atau alas batu
untuk menghindari penekanan
lutut yang menekuk.d. Disarankan untuk minum yang
teratur agar tidak terjadi
dehidrasi karena panasmatahari2. Bagi Pengelola Proyek Batu
a. Disarankan untuk membuat
jadwal rolling kerja pada pekerja
b. Disarankan untuk memberikan
istirahat pendek ditengah kerjac. Penyediaan alas
duduk/dingklik/ kursi juga berfungsi sebagai tempat
istirahat pekerja, sekaligus
mengurangi postur kerja tidak baik.
d. Penyediaan air minum yangmencukupi untuk
mengantisipasi dehidrasi pekerja
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto, S.(2006). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek . Jakarta : Rineka Cipta.2. Dempsey. (2002). Riset
Keperawatan. Jakarta : PenerbitEGC
3. Depkes RI. (2002). Kebijakan
Teknis Program Kesehatan Kerja.
Jakarta4. Koentjaraningrat. (2003).
Pengantar Antropologi. Jakarta :
RinekaCipta
5. Kurniawan, D. (1995). Manajemen
Nyeri Otot Pada Pekerja Wanita
Garmen. Dalam Bunga Rampai
34
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 38/62
Hiperkes. Vol XIII. Jakarta :Depnaker
6. Kusnanto, H. (2000). Metode
Kualitatif Dalam Riset Kesehatan.Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada
7.
Lutmann, A. (2003). Preventing Musculoskeletal Disorder In The
Work Place. India : WHO
8. Nurmianto, E. (1998). Ergonomi
Konsep Dasar dan Aplikasinya.Jakarta : Guna Widya
9. Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta
10. Tarwaka, S. (2004). Ergonomi
Untuk Keselamatan, Kesehatan
Kerja Dan Produktifitas. Surakarta: UNIBA Press
35
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 39/62
Gambaran Perilaku Anak Autis Pada Anak SD Di SLB Begeri Semarang
Sri Wahyuni*)
*)
Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRAKSekitar sepuluh tahun terakhir ini autisme menjadi topik yang banyak memperoleh
perhatian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Data jumlah anak autistik di Indonesia belum
ada yang pasti, tetapi berbagai sumber melaporkan peningkatan yang tinggi pada jumlah anakautis dalam beberapa tahun terakhir (Gianjar, 2008). Autisme merupakan salah satu gangguan
perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasif (inco) (Mardiyatmi, 2000 dalam Nasution,2007). Perkembangan yang terganggu pada anak yang mengalami autisme dalam perilaku adalahaktivitas, perilaku, dan ketertarikan anak terlihat sangat terbatas (Veskarisyanti, 2008). Musik
merupakan satu instrumen yang dapat memaksimalkan kemampuan seseorang, musik juga
merupakan reinforcer dan feedback autis (Veskarisyanti, 2008). Terapi musik, pada seorang anakautis yang kesulitan melakukan gerak atau geraknya tidak teratur diharapkan dapat bergerak secara
terarah, sehingga anak dapat belajar dengan baik (Prasetyono, 2008). SLB Negeri Semarang,merupakan satu-satunya sekolah luar biasa yang berstandar internasional ( ISO 9001 : 2000).
Fasilitas ruang terapi yang ada meliputi terapi fisio, akupressur, speech terapi, dan terapi musik.
Sedangkan yang merupakan program unggulan dari SLB-N Semarang ini adalah terapi musik.Dengan melihat fenomena yang ada peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul“Gambaran Perilaku Anak Autis di SLB Negeri Semarang”.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu menggunakan pendekatan induktif untukmenemukan atau mengembangkan pengetahuan yang memerlukan keterlibatan peneliti dalam
mengidentifikasi pengertian relevansi fenomena tertentu terhadap individu (Moleong, 2004).
Pendekatan yang digunakan adalah studi Fenomenologi karena peneliti ingin mendapatkan datadengan cara memahami pengalaman hidup manusia sebagai individu yang mengalami keadaan
yang sebenarnya (Moleong, 2004). Populasi penelitian ini adalah seluruh orang tua dan guru siswa
SLB Negeri Semarang yang berjumlah 46 siswa. Metode pengambilan sampel yang digunakanadalah “purposive sampling”. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 3 orang tua yang
memiliki anak autis dan 1 guru. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknikwawancara in depth interview yang berhubungan dengan fenomenologi peran orang tua dan guru
pada anak dengan gangguan autisme.
Hasil penelitian didapatkan bahwa Autisme merupakan gangguan atau keterlambatan berupa gangguan perilaku, keterlambatan komunikasi, kurangnya interaksi sosial, gangguan emosi,
dan sensitif. Bentuk perilaku yang muncul pada anak dengan gangguan autisme berupa : susahuntuk berbicara, suka merusak dengan menggigit atau melukai tangannya sendiri, hiperaktif, tidak
tahan duduk berlama-lama dan tidak bisa konsentrasi. Pemberian terapi untuk anak autisme dapatdilakukan dengan bebagai cara antara lain terapi bermain, terapi perilaku, dan terapi musik.
Dalam pemberian, proses pemberian harus dilakukan secara terus menerus dan konsisten agar
proses penyembuhan anak dengan gangguan autisme dapat berjalan baik.
Kata Kunci : autisme, terapi musik, SLB
36
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 40/62
PENDAHULUAN
Sekitar sepuluh tahun terakhir ini
autisme menjadi topik yang banyak
memperoleh perhatian di seluruh dunia,termasuk di Indonesia. Penyebabnya adalah
makin meningkatnya jumlah anak-anak yang
didiagnosa autistik. Saat ini diperkirakansatu dari 150 anak yang lahir di Amerika
Serikat menunjukkan ciri-ciri autistik. Data
jumlah anak autistik di Indonesia belum ada
yang pasti, tetapi berbagai sumbermelaporkan peningkatan yang tinggi pada
jumlah anak autis dalam beberapa tahun
terakhir (Gianjar, 2008).Autisme merupakan salah satu
gangguan perkembangan fungsi otak yang
bersifat pervasif (inco) yaitu meliputi
gangguan kognitif, bahasa, perilaku,komunikasi dan gangguan komunikasi sosial
(Mardiyatmi, 2000 dalam Nasution, 2007).
Ada ketakutan orang tua terutamakhususnya kaum ibu menyangkut anaknya,yaitu autis. Jika anaknya terkena autis, ibuakan sangat gugup karena anaknya tak
fokus, cenderung pendiam dan sulit beradaptasi. Padahal, rata-rata anak autis
punya kecerdasan yang luar biasa (Maulana,
2007).Reaksi pertama orang tua yang paling
mungkin adalah kekecewaan dan kesedihanyang paling mendalam, yang kemudian
disusul dengan rasa malu. Perasaan malu ini
pula yang membuat orang tua memilihuntuk sendiri dan menutup-menutupi buah
hatinya dari lingkungan sekitar daripadamencari informasi yang benar mengenai
buah hatinya. Meski msudah banyaksekolah-sekolah khusus atau pusat konsultasi
mengenai anak dengan kelainan mental, tak
banyak orang tua yang meresponnya secara
positif. Alasanya karena tak ingin “aib” yang
dibawa sang buah hati tersebar keluar rumah(Veskarisyanti, 2008).
Perkembangan yang terganggu padaanak yang mengalami autisme dalam
perilaku adalah aktivitas, perilaku, dan
ketertarikan anak terlihat sangat terbatas(Veskarisyanti, 2008). Perilaku bermasalah
sekaligus merupakan penanda / karakteryang acapkali dimunculkan oleh anak autis
adalah stimulasi diri dan stereotip. Kalau perilaku ini muncul, tentu saja akan
menghambat proses belajar yang sedang
berlangsung. Untuk mengatasi danmencegah agar perilaku tersebut tidak
muncul, maka yang perlu dilakukan olehguru adalah memberikan reinforcement,
tidak memberikan kesempatan / waktu pada
anak untuk asyik dengan dirinya sendiri,memberikan kegiatan yang menarik dan
positif, serta menciptakan suasana yang
kondusif bagi anak agar tidak adakesempatan bagi anak untuk menyakiti diri
(Widihastuti, 2006).
Cara orang tua untuk membimbingdan memperbaiki perilaku pada anak yang
tidak menyenangkan (negatif) serta
mengukuhkan dan meningkatkan perilaku
yang menyenangkan (positif) bisadilaksanakan dengan metode modifikasi
perilaku. Modifikasi perilaku adalah
penerapan prinsip-prinsip teori belajar yangtelah teruji secara eksperimental untuk
mengubah perilaku yang tidak adaptif.
Kebiasaan-kebiasaan yang tidak adaptif
dilemahkan dan dihilangkan sedangkan perilaku adaptif ditimbulkan serta
dikukuhkan (Wolpe, 1973).
Keuntungan atas peran aktif paraorang tua anak autis yang mempermudahruang bagi terapis atau psikiatri untukmengetahui simptom autisme yang
disandang seorang anak dengan detail.Lainnya, orangtua akan dapat memilih terapi
yang tepat dan akurat untuk memperbaiki
symptom si anak (Wijayakusuma, 2004).Beberapa terapi yang ditawarkan oleh para
ahli antara lain : terapi biomedik, terapiokupasi, terapi integrasi sensoris, terapi
bermain, terapi perilaku, terapi fisik, terapi
wicara, terapi musik, terapi perkembangan,terapi visual, terapi medikamentosa, dan
terapi melalui makanan (Veskarisyanti,2008).
Otak manusia adalah otak yangmusikal dan irama memiliki kekuatan secara
langsung mempengaruhi kognisi.
Keterikatan terhadap emosi adalah kunci
belajar yang efektif dan hal tersebut dapat
diperoleh melalui musik. Seringkali orangdengan kebutuhan khusus belajar lebih baik
melalui musik karena bagian dari otakmusik adalah bagian tertua dari struktur otakyang paling sedikit mengalami kerusakan
akibat cacat lahir atau kecelakaan. MenurutDowlling (1984), mengungkapkan bahwa
sebuah aktivitas musik merupakan latihanmenyeluruh otak. Disamping meningkatkan
kapasitas kinerja otak dengan memperkuathubungan antar neuron musik juga
berpengaruh terhadap kinerja otak yang juga
merupakan bagian dari pengaruh musikterhadap kognisi dan perilaku (Djohan,
2005).
37
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 41/62
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa 80-90% penderita autis merespon
musik secara positif sebagai motivator.
Ketrampilan merespon musik lebih bertahanlama dibandingkan dengan ketrampilan
lainnya. Penelitian lainnya juga
menunjukkan bahwa musik merupakan alatyang berharga untuk menstimulasi belahan
otak kanan. Menurut Radocy dan Boyle
(1997), menjelaskan bahwa semua jaringan
saraf termasuk sensori, motor, dan koneksiantar saraf dan sebagian saraf otak adalah
saling berhubungan serta merupakan bagian
dari hubungan jaringan komputer raksasa.Masukan-masukan musikal seperti halnya
semua sensori masukan juga menstimulasi
struktur saraf. Sensori informasi saat ini
dapat dibandingkan dengan rekaman pengalaman yang tersimpan dan dengan
demikian dapat membimbing perilaku
musikal organisme (Djohan, 2005).Musik merupakan satu instrumenyang dapat memaksimalkan kemampuanseseorang, musik juga merupakan reinforcer
dan feedback autis musik ini penting untukmeningkatkan akan kesadaran dirinya,
memusatkan perhatian, mengurangi perilaku
yang negatif yang tidak diharapkan,membuka komunikasi, menciptakan
hubungan sosial yang berpengaruh positif pada perkembangan dan pertumbuhan positif
(Veskarisyanti, 2008).
Tujuan terapi musik adalah untukmempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan psikomotorik dan fisiomotoric secara optimum. Dengan kata lain, melalui
terapi musik, seorang anak autis yangkesulitan melakukan gerak atau geraknya
tidak teratur diharapkan dapat bergerak
secara terarah, sehingga anak dapat belajar
dengan baik (Prasetyono, 2008).
Musik dan rilik lagu diperkenalkansecara bersamaan kepada mereka. Musik
pengiring dapat menciptakan Susana yangmembuat meraka merasa nyaman. Kata-kataatau lirik lagu diharapkan mampu
merangsang kognitif mereka, sehinggameraka memberikan respon psitif setiap lagu
yang dinyanyikan. Kegiatan itu akan berlanjut pada kegiatan rangsangan motorik
mereka dengan memaknai kata-kata melaluigerakan – gerakan terentu sesuai dengan
lagu yang sedang dinyanyikan. Petters
mengatakan bahwa jika kita mengatakan bahwa penyandang autisme memilki gaya
kognisi yang berbeda, pada dasarnya berarti bahwa, otak mereka memproses informasi
dengan cara berbeda. Mereka mendengar,
mellihat dan merasa, tetapi otak merekamelakukan informasi ini dengan cara yang
berbeda (Alhamdi, 2008).
SLB Negeri Semarang, merupakansatu-satunya sekolah luar biasa yang
berstandar internasional ( ISO 9001 : 2000).
Fasilitas ruang terapi yang ada meliputiterapi fisio, akupressur, speech terapi, dan
terapi musik. Sedangkan yang merupakan
program unggulan dari SLB-N Semarang ini
adalah terapi musik. Terapi musik berfungsiuntuk menggali potensi yang tersembunyi.
Selain itu musik dapat memberikan stimulasi
kepada anak autis untuk mengontrol gerakan – gerakan yang tidak diharapkan. Musik
dapat membuat perasaan yang enjoy .
sehingga dari perilaku yang liar, dengan
musik akan berubah serta tingkatkepatuhannya meningkat. Misalnya, di
sekolah ini terdapat anak yang sering
melukai temannya tanpa sebab. Saatdiberikan kelas terapi musik, anak tersebutdapat menikmati musik dengan santai. SLB
Negeri Semarang memiliki 238 siswa yang
terdiri dari anak tunarunguwicara,tunagrahita, dan autis dari TKLB sampai
bengkel kerja. Sedangkan anak autis sendiri
berjumlah 46 siswa, yang terdiri dari 7 siswaTKLB, 38 siswa SDLB, dan 1 siswa
SMALB tetapi sudah tidak aktif. Denganmelihat fenomena yang ada peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul
“Gambaran Perilaku Anak Autis di SLB Negeri Semarang”.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yaitu menggunakan pendekatan
induktif untuk menemukan atau
mengembangkan pengetahuan yangmemerlukan keterlibatan peneliti dalam
mengidentifikasi pengertian relevansifenomena tertentu terhadap individu(Moleong, 2004).
Pendekatan yang digunakan dalam peneliti ini adalah studi Fenomenologi
karena peneliti ingin mendapatkan datadengan cara memahami pengalaman hidup
manusia sebagai individu yang mengalamikeadaan yang sebenarnya (Moleong, 2004).
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh orang tua dan guru siswa SLB Negeri Semarang yang berjumlah 46 siswa,
yang terdiri dari 7 siswa TKLB, 38 siswaSDLB, dan 1 siswa. Jumlah responden pada
penelitian ini adalah 3 orang tua yang
38
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 42/62
memiliki anak autis dan 1 guru. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
“purposive sampling” yaitu memilih sampel
secara sengaja yang diambil dengan pertimbangan subjektif penelitian dimana
persyaratan telah dibuat sebagai ke memilih
sampel secara sengaja yang diambil dengan pertimbangan subjektif penelitian dimana
persyaratan telah dibuat sebagai kriteria
yang harus dipenuhi sebagai sampel. Pada purposive sampling, sampel diambil berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi
yang diketehui sbelumnya (Arikunto, 2002).
a. Penelitian kualitatif dengan pendekatanfenomenologi menggunakan sejumlah
kecil individu (Dempsey, 2002).
b. Pada penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi jumlah partisipan maksimal 6 (enam) orang
(Bungin, 2003).
c.
Efisien dan keterbatasan sumber daya.Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Semarang pada bulan 20-22 Januari2009. Dalam penelitian ini peneliti sendiri
akan berperan sebagai pewawancara(interviewer) dalam proses pengumpulan
data untuk menentukan relevansi fenomena
tertentu yang sangat menentukankeberhasilan, dan untuk menunjangnya
digunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan penelitian, buku catatan, dan alat
tulis untuk mencatat wawancara, serta alat
perekam atau tape recorder.Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknikwawancara in depth interview yang
berhubungan dengan fenomenologi peranorang tua dan guru pada anak dengan
gangguan autisme (Kusnanto, 2004).
Tahap-tahap dalam wawancara : (Moleong,
2004)
1. Tahap persiapanPada penelitian ini sebelum
melakukan proses wawancara penelitimelakukan inteaksi untuk beberapa waktuterlebih dahulu dengan orang tua anak autis
sampai terjalin rasa saling terpercayasehingga peneliti lebih mudah dalam
melakukan wawancara, dimana wawancaradilakukan satu kali yang berlangsung kurang
lebih 20 menit disesuaikan dengan kesediaanresponden dalam wawancara.
Sebelum melakukan wawancara, peneliti
sudah menentukan siapa orang yang telahmendatangkani inform consent. Menentukan
alat perekam yang akan digunakan danmenyiapkan pokok-pokok pertanyaan.
2. Tahap wawancaraPada saat wawancara hendaknya
peneliti berpakain sepantanya dan menepati
janji terutuama datang tepat waktu sesuaidenngan tepat waktu kontrak yang telah
disepakati. Setelah itu menjelaskan maksud
dan tujuan, penjelasan sesingkat mungkindan beritahukan kembali kerahasian
responden, berikan jaminan ini bahwa hal itu
tidak mungkin akan terbongkar dan
dipegang secara teguh. Dalam proseswawancara, peneliti bertindak sebagai orang
yang netral, artinya tidak memihak pada
suatu konflik pendapat. Peristiwa dansemacam itu.pertanyaan yang diajukan perlu
dikembangkan untuk mendapatkan data
yang mendalam. Pertanyaan yang diajukan
harus menjelaskan kata-kata yang jelas danmudah dimengerti oleh responden. Tape
recorder dipasang setelah memperoleh
persetujuan dari responden dan juga perlumembuat catatan lapanagan.3. Tahap penutup
Setelah melakukan wawancara,
peneliti mengecek kembali data yang sudahdiambil, untuk memastikan sekiranya pada
saat wawancara, tape recorder yang dipakai
rusak maka peneliti dapat langsungmelakukan wawncara ulang atau melakukan
pencatatan ulang. Kemudian penelitimengakhiri wawancara dengan
mengucapkan terima kasih.
HASIL PENELITIAN
Data yang sudah terkumpul ditulis
dengan lengkap sesuai hasil dan catatan
penelitian. Data kemudian dicermati dan
disajikan dalam bentuk kategori-kategoridan kategori-kategori tersebut dibuat
mengelompokkan kata-kata kunci yangmendukung yang telah ditentukan. Adapunkategori yang dimaksud terdapat dalam tabel
1 dan 2.
39
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 43/62
Tabel 1. kategori data peran orang tua pada anak dengan gangguan autisme
No Kategori Kata kunci
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengertian autisme
Mencari informasi
Memberikan terapi dirumah
Kerjasama dalam memberikan terapi
Memberi dukungan antar pasangan
Menginformasikan keterbatasan anak
pada orang lain
o Komunikasinya agak rusako Sosialisasinya kurang
o
Suka menggigit jarinyao Kontak mata kurang
o Hiperaktif
o Gangguan perilaku
o Tanya teman, keluarga, dokter danakternatif.
o Dokter anak, bidan dan non medis
o Baca majalah, dokter dan seminar.
o Mengenal bentuk huruf
o Kemampuan mengurus dirio Melatih gerakan-gerakan
o Bermain sambil tatap mata
o
Mengajak dia jalan-jalano Duduk sambil kontak matao Kamandirian
o Konsentrasi dan bicara
o Ada
o Ya, ada
o Ya
o Ya lah mas
o Ya , ada lah mas
o Ya, ada
o Ya, saya sendiri
o
Ya, pernaho Sudah
Tabel 2. katagori data peran guru pada anak dengan gangguan autisme
No Kategori Kata kunci
1.
2.
Perilaku autis
Pemberian terapi
o Gangguan perilaku
o Keterlambatan dan komunikasi
o Kurangnya intraksi sosial
o Gangguan emosi
o Sensitif
o Terapi bermaino Terapi perilaku
o Terapi musik
40
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 44/62
1. Peran orang tua pada anak dengangangguan autisme
a. Peran mengerti anak autisme
Pesan yang disampaikan olehmasing-masing responden sangat
variasi antar lain : komunikasi agak
rusak, sosialisasinya kurang, sukamerusak dan menggigit jarinya,
kontak mata kurang, hieraktif dan
gangguan perilaku.
Berikut penuturan mereka :
Ya, komunikasi anak saya agak
rusak Mas, maunya sendiri gitu(Ibu A).
Kadang-kadang mau,
senangnya sendiri Mas, tapi dia
juga kadang takut, kalau apa-apa gak mau diperintah dan
rasa ingin tahunya besar (Ibu
A). Dulu itu gini, awalnya saya
pikir anak saya normal sepertianak yang lainnya tapi kok
lama-lama matanya terusmelihat keatas (Ibu A).
Saya ajak keluar malah bikin
susah saya , nek didalamrumah juga bikin susah saya.
Apa-apa dirumah semuadirusak Mas, tv didorong, tape
ditarik, kalau diluar suka lari,
bikin susah orang tua pokoknya (Ibu B).
Gak pernah, takutnya ginikalau dia duduk melihat
sesuatu langsung lari tiba-tibaMas, dulu sering terbentur.
Kadang gini Mas, dulu dia
suka merusak dirinya, nganu
tangannya digigit nek sampai
berdarah Mas (Ibu B).
Gangguan perilaku (Ibu C).
Dia hiperaktif Mas (Ibu C).
b. Peran mencari informasi untuk
penyembuhan anak autismePesan yang disampaikan oleh
masing-masing responden sangat bervariasai antara lain : bertanya
sama teman, sanak saudara, dokter, bidan, non medis dan baca majalah.
Berikut penuturan mereka :
Ya, tanya sama teman, orang
tua, saudara, alternative, segala bidang pokoknya Mas (Ibu A).
Ke dokter Mas. Dulu ke dokter praktek terus kemudian saya ke
RS Karyadi ketemu dokter
disana (Ibu A).
Autis mungkin masuk, dulu
kakinya gak bisa jalan terus
saya bawa ke RS Karyadidibilang kakinya yang sebelah
kurang cairan, lalu saya bawa
ke pengobatan alternatif dan
banyak perubahan Mas (IbuB).
Dokter anak, nek pertama saya
konsultasi ke bidan karna saya pikir disana anak saya bisa
ditangani jadi lebih hemat
waktu, biaya dan tenaga.
Eh, malah disuruh diperiksakanke dokter (Ibu B).
Otomatis ya nyari! Cuma dulu
disemarang agak susah nyaridokter khususnya kayak gitu.Terus dikaryadi saya ketemusama ibu yang juga punya
anak autis, dari situ saya tauada sekolah khusus untuk anak
saya (Ibu C).
c. Peran memberikan terapi dirumah
pada anak autismePesan yang disampaikan oleh
masing-masing responden antara
lain : mengenal bentuk dan huruf,kemampuan mengurus diri, melatih
gerakan-gerakan, bermain sambilnatap mata, duduk sambil kontak
mata, meronce, kemandirian,konsentrasi dan bicara.
Berikut penuturan mereka :
Kalau saya nonton tv saya tulis
noton tv dengan kertas, buah jeruk saya tusis buah jeruk,
nanti dia tahu bentuk tahuhurufnya juga. Kalau misalnyaada binatang saya kasih tau itu
binatang kucing, burung,cecak, dan sering ajak dijalan-
jalan Mas (Ibu A).
Kalau pakai sepatu tak ajarin,
mandi, buka baju sendiri.Sekarang lama-lama dia hafal
(Ibu A).
41
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 45/62
Gerakan-gerakan ya saya latihsendiri nek minum dia gerakin
gelas, saya latih gerakannya
gitu, pernah saya mukul mejadia denger Mas ( Ibu B).
Terus walaupun banyak
bermain saya ajak menatapmata, nek dulu gak (Ibu B).
Kadang-kadang kalau sore tak
ajak jalan-jalan ke depan
rumah, ya, keliling sekitarrumah (Ibu C).
Ya itu dulu pertama kali duduk
sambil natap mata, kalau itusudah, baru masuk perjalanan.
Kalau itu gak bisa ya belum,
sulit dikasih pelajaran. Awal
terapi seperti itu (Ibu C).
Nek dulu saya buakan ruang
kecil, nanti dia duduk diajarin
meronce, sedotan dipotong- potong kaya memasukan mute panjang, otomatis dia tidakmerasa duduk lama Mas. Ya
udah gitu aja (Ibu C).
Bisa, Efek sendiri (BAB),
nyopot baju sendiri, dulu kalau
nyopot baju sendiri gak maudia di kamar mandi tapi
sekarang dia sudah bisa (IbuC).
Ya, konsentrasi, semuanya,
bicara (Ibu C).
d. Peran kerjasama dalammemberikan terapi pada anak
autismePeran yang disampaikan oleh
masing-masing responden antara
lain : ada, ya ada, dan ya.
Berikut penuturan mereka :
Ada, dari keluarga banyak Mas
(Ibu A).
Ya, ada Mas (Ibu B). Ya (Ibu C).
e. Peran memberikan dukungan antar
pasangan dalam memberikan terapi pada anak autisme
Pesan yang disampikan oleresponden antara lain : ya iyalah
Mas, ada, ya ada.
Berikut penuturan mereka :
Iya lah Mas! Kita harus saling perhatian dan mendukung. Satu
medorong, satu mencari
mafkah. Kan semua perlu biaya (Ibu A).
Ya, ada lah Mas. Kita saling
mendukung kok Mas(Ibu B).
Ya ada! Kalau ga ya piye? (Ibu
C).
f. Peran menginformasikan gangguan
autis pada orang lain
Peran yang disampikan olehmasing-masing responden antara
lain: ya saya sendiri, ya pernah dan
sudah.
Berikut pemuturan mereka :
Ya, saya sendiri (Ibu A).
Ya, pernah saya mengutarakansama mereka. Merekan kan
juga bisa lihat sendiri Mas
(Ibu B). Sudah ik! Disini semua tau, ya
saya kasih tau (Ibu C).
2. Peran guru pada anak dengan gangguan
autis
a. Pengertian autismePesan yang disampaikan oleh
reaponden pantara lain : gangguan perilaku, keterlambatan
komunikasi, kurangnya intraksi
sosial, gangguan emosi dan sensitif.
Berikut penuturan responden :
Pada prinsipnya autisme itu
merupakan gangguan atauketelambatan berupa
gangguan perilaku,
keterlambtan dalam
berkomunikasi, intraksi sosial
yang kurang, gangguan emosidan sensitif. Hal ini bisa
terlihat pada anak yangsukanya diam di kelas, adayang agresif, sering merasa
takut dan cemas, kesulitandalam bicara, berlebihan
dalam berbicara, kemudiananak susah untuk duduk dan
diam, sulit untuk berkonsentrasi.
Yang menonjol dari anak X
adalah gangguan komunikasi.Anak ini kesulitan dalam
berbicara, kadang anak inisuka menyendiri. Kalau anak
Y yang menonjol adalah
42
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 46/62
kadang dia agresif dan yangcukup berbahaya anak ini
punya kebiasaan merusak
dirinya sendiri. Dan anak Zyang menonjol adalah
kesulitan dalam konsentrasi
dan sering merasa takut dancemas.
b. Peran memberikan terapi pad anakautisme
Pesan yang sampaikan oleh
responden antara lain : terapi bermai, terapi perilaku, terapi
masik.
Berikut penuturan responden :
Di sekolah ada beberapa jenis
perapi yang diberikan anatara
lain : terapi bermain, terapi perilaku dan terpi musik.Bentuk terapi ini ada
bermacam-macam dan
bervariasi supaya anak tidak bosan.
Misalnya untuk terapi
bermain ada banyak permainan yang coba kita
lakukan antara lain : lombamenamai benda, lomba
menyayi dan masih banyak
yang lain. Perminan jugakadang dilakukan secara
berkelompok sehinggamerangsang mereka untuk
berintraksi dengan temannya.
Terapi perilaku biasanya kita
lakukan untuk meningkatkan
pemahaman anak dan
kepatuhan anak terhadap
peraturan. Misalnya ketikaseorang anak kita suruh untuk
menulis dan dia mampumengikuti perintah kita
biasanya memberi dia pujian
atau bertepuk tangan danmengatakan bagus dan pintar.
Terapi musik kita lakukanuntuk membantu
memprbaikai konsentrasianak, mengurangi perilaku
yang negatif dan membuka
komunikasi. Pada terapi inikita perkenalkan dengan
berbagai alat musik pada anakdan nantinya diharapkan dia
akan memilih alat musik
mana yang dia sukai. Selainitu, setiap kelas ada jadwal
khusus untuk terapi musik
dimana anak-anakdiperkenalkan dengan
beberapa jenis musik seperti
instrumen.
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenaihasil penelitian sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu mengetahui gambaran
perilaku anak dengan Autisme.
1. Peran orang tua mengerti Autisme
a. Orang tua mengerti Autisme
Dari hasil wawancara denganresponden didapatkan peran orangtua mengerti Autisme dari Ibu Ayang mengartikan Autisme sebagai
“gangguan perilaku”.Autisme merupakan gangguan
perilaku, menurut Dyah messwati
(2005)Autisme merupakankumpulan gejala gangguan perilaku
yang bervariasi pada anak.Gangguan perilaku dapat berupa
kurangnya interaksi sosial,
penghindaran kontak mata,kesulitan dalam mengembangkan
bahasa, dan pengulangan tingakahlaku. Gangguan yang dialami dapat
berubah sejalan dengan waktu.Anak Autisme selain
mengalami gangguan perilaku, juga
mengalami gangguan emosi, seperti
yang dikatakan Mc Candicss dalam
Dyah messwati (2005), ASD(Autisme Spectrum Disorder)
bukan hanya gangguan perilakusaja tetapi merupakan sindrom yangkompleksi berdasarkan gangguan
fisiologi dan biokimia, sertamemiliki ketidakseimbangan emosi
dan sensor-sensor intelektual,sehingga diasosiasikan dengan
mutis.Orang tua disini sudah
mengerti tentang Autisme tetapi
mereka belum dapat memperkaya pengetahuan mengenai terapi yang
tepat untuk penyembuahan anakmereka dikarenakan keterbatasan
waktu untuk mencari dan mereka
43
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 47/62
juga sudah merasa puas melakukanterapi dirumah seperti apa yang
sudah mereka ketahui. Mereka juga
belum dapat mengkomunikasikankeadaan anak mereka pada dokter
dan hanya dapat
mengkomunikasikan sebagian saja,sehingga dokter yang menangani
belum dapat memastikan diagnostik
apakah anak mereka autistik atau
tidak. Menurut Pradipto (2005)dalam persoalan ini orang tua
dituntut untuk mengerti hal-hal
seputar Autisme dan mampumengorganisirkan kegiatan
penyembuhan anak terapi untuk
anaknya. Para ahli tidak dapat
bekerja tanpa peran serta orang tua,dan terapi tidak efektif bila orang
tua tidak dapat bekerjasama, karena
umumnya para ahli tersebut bekerja berdasarkan data yang diperolehdari orang tua yang palingmemahami dan berada paling dekat
dan hidup bersama dengan anakyang mengalami Autis.
Berdasarkan hal ini, cukup
bijaksana apabila orang tua mulaimenggali ilmu pengetahuan
pengetahuan tentang Autismsehingga mereka mampu
mengkomunikasikan pada dokter
dengan baik tentang keterbatasananak dan bila mencari informasi
tentang terapi yang tepat untuk penyembuahan anak Autisme, atau
sebaliknya bila memiliki pengetahuan dan pengalaman agar
mencoba untuk berbagai keadaan
orang tua yang senasib.
b. Peran orang tua mencari informasi
tentang penyembuhan anakautisme.Peran orang tua mencari informasi
tentang penyembuahan anak autismyang dikemukakan oleh Ibu C
“otomatis ya nyari !! Cuma dulumemang susah nyarinya dan
akhirnya aku ke Karyadi. Kebetulansaya disana juga bertemu dengan
beberapa orang tua yang punya
anak autis juga dari situ ada niatuntuk bawa anak saya ke Sekolah
SLB”.
Mencari informasi tentang penyembuhan anak autism, bisa
lewat membaca lewat masalah
autisme, membaca buku-bukuautisme, dan ikut seminar-seminar.
Menurut pendapat Zamralita dan
Tiatri (2005) untuk mencapaiharapan yang diinginkan maka
orang tua melakukan berbagai
upaya dan bekerja keras yang
didasari oleh keyakinan bahwanyang dilakukan akan memeperoleh
hasil yang diinginkan.upaya yang
dilakukan dalam membimbing anakautistic agar dapat mengembnagkan
diri secara optimal antara lain
mencari informasi melalui seminar,
buku-buku, internet, sertamemberikan terapi untuk
mengembangkan kemampuan
kognitif, interaksi sosial,motorik,dan komunikasi.Berdasarkan hal ini peran
orang tua mencari informasi
merupakan salah satu upaya yangakan membantu orang tua mencari
jalan keluar penyembuhan anak
autisme, disamping ini juga akanmenambah pengetahaun orang tua
tentang bagaimana cara menanganianak autisme.
c. Peran orang tua memberikan terapi
pada anak autismePeran orang tua memberikan terapi
dirumah yang dikemukakan olehIbu yang C :
1) “kadang-kadang kalau sore tak
ajak jalan-jalan keliling”
2) “ya itu dulu pertama kali duduk
sambil natap mata, kalau itusudah baru masuk perjalanan,
kalau belum bisa itu ya balum,sulit dikasih pelajaran, awalterapi seperti itu”.
3) “nek dulu saya ajak duduksambil diajarin meronce,
sedotan dipotong-potong kayamemasukan mute panjang,
otomatis dia gak terasa duduklama Mas, ya udah gitu aja”.
44
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 48/62
4) “Eak sendiri (BAB), ngelepas baju sendiri, dulu kalau
ngelepas baju gak mau dikamar
mandi tapi dia sekarang udah bisa”.
5) “ya konsentrasi, semuanya,
bicara”.
Terapi yang dilakukan
dirumah bisa berupa terapi bermain, sosialisasi, kemandirian,
dan komunikasi. Menurut pendapat
Danuatmaja (2003) home programme merupakan program
terapi yang dilakukan oleh orang
tua atau anggota lainnya dirumah,
baik sendiri maupun bersama-sama. Paling sederhana anak autis
adalah bersosialisasi, seperti
mengajak bermain, bercanda,menggambar, atau berkomunikasiapa saja. Ini merupakan terapidalam sosialisasi agar anak dapat
berkomunikasi.Selain itu, kemampuan
motorik anak juga bias dilatih lewathome programme misalnya lewataktivitas fisik seperti bermain
dengan gerakan memegang tangananak, lali ditarik ke atas.
Pemberian terapi dirumah
akan banyak membantu proses penyembuhan anak autisme,
menurut Anonim (2005) terapiyang dilakukan dirumah
merupakan salah satu intervensidini yang banyak diterapkan di
indonesia adalah modifikasi
perilaku atau lebih dikenal sebagai
metode Applied Behavioral
Analysis (ABA). Melalui terapi ini,anakl dilatih melakukan berbagai
macam ketrampilan yang berguna bagi hidup masyarakat. Misalnya berkomunikasi, berinteraksi,
berbicara, dan lain-lain. Namunterapi yang pertama-tama perlu
diterapkan adalah latihankepatuhan.
Hal ini sangat pentingdilakukan agar mereka dapat
mengubah perilaku seenaknya
sendiri (misal memasakankehendak) menjadi perilaku yang
lazim dan diterima masyarakat.Bila latihan ini tidak dijalankan
dengan konsisten, maka perilaku
itu sulit dirubahdan anak kalausudah dewasa nanti akan seperti
tidak tahu sopan santun.
Orang tua sebenarnya sudahmelaksanakan prinsip-prinsip
modifikasi perilaku secara sadar.
Menurut pendapat Safaria (2005)anak belajar melalui banyak cara
antara lain melalui peniruan,
observasi dan penguatab baik itu
positif maupaun negatif. Misalnyaketika orang tua melilhat anaknya
mampu menyapu kamarnya sendiri,
kemudian anak dipuji atas perilakunya, maka hal ini sudah
merupakan penerapan dari
modifikasi perilaku.
Orang tua menggunakan program modifikasi perilaku untuk
mendorong dan mengingatkan
perilaku positif pada anak. Perilaku positif itu seperti mampumembersihkan kamarnya sendiri,mampu mandi sendiri, mampu
buang air ke kamar mandi, dan banyak lagi perilaku positif yang
dikuatkan melalui modifikasi
perilaku.Peran orang tua sebagai
meneger dalam memberikan terapisaat ini jarang dilakukan karena
mereka sudah menganggap anak
mereka sudah bias keluar dariketerbatasan. Menrut Danuatmaja
(2003) orang tua sebagai menegersupaya nanti bias memutuskan
segala sesuatu yang berkaitandengan pendidikan, terapis, dan
pengobatan anak selanjutnya.
Berdasarkan hal ini pemberian
terapi pada anak autisme dirumah
sangat banyak membantu orang tuadalam menyembuhkan anak autism
dari keterbatasan, dan disampingitu juga peran orang tua sebagaimeneger supaya dapat dilakukan
dirumah karena nantinya akan biasmembantu orang tua dalam
memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan
perkembangan terapi pada anak.
45
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 49/62
d. Peran orang tua bekerja sama dalammemberikan terapi pada anak
autisme
Peran orang tua bekerja dalammemberikan terapi pada anak
autisme yang dikemukakan oleh ibu
C.“Yang baik piye ? (kadang
nek ngajarin kok gak masuk-masuk
kenapa ya pak?). dulu kita pernah
mengundang guru kesini, neksekarang sudah jarang karena sudah
sekolah dan nanti juga bejalan
dengan sendirinya, sekarang paling banyak tak suruh-suruh biar tahu”.
Kerjasama dalam
memberikan terapi sangat
dibutuhkan dalam memberikanterapi sangat dibutuhkan dalam
mem proses penyembuhan anak
autisme .Menurut duatmaja (2003)orang tua asi tergantungsangat berperan dalam memberikan terapidi rumah karaena mereka adalah
pembinbing dan penolong paling baik dan berdedikasi. Hanya orang
tua yang dapat melanyani dunia
anaknya. Dalam pembeberian terapiorang tua harus mengatahui
caramengarahkan anak agar dapatmengembangkan situasi untuk
menolong anak keluar dari
keterbatasan.Orang tua yang sibuk bekerja
akan kurang memberikan terapi pada anakya. Menurut Siswanto
(2005) seorang anak berkonsentrasitergantung dari tingkat masalah
masing-masing anak. Untuk
keberhasilan progam dibutuhkan
dukungan lingkungan. Tanpa
adanya dukungan dari keluarga,akan sia-sia belaka, karena
kebanyakan orang tua yang sibuk bekerja sehingga tidak melakukanterapi dengan baik.
Sehingga kerjasama dalammemberika terapi sangat
dibutuhkan sekali dalammempercepat proses penyembuhan
anak autisme. Terapi di rumah biasa dilakukan secara bersama-
sama oleh banyak anggota keluarga
yang penting adanya satu saja yang berperan dalam memberikan terapi
maka proses peyembuhan anakautisme akan semakin lama.
e. Peran orang tua memberikansupport antar pasangan dalam
memberikan terapi pada anak
autisme.Peran orang tua memberikan
support antar pasangan dalam
memberikan terapiyangdikemukakanoleh ibu A “Iyalah
mas! Kita harus saling mendukung,
satu memberi dorongan satu
mencari nafkah,kan semua perlu biaya”.
Saling meberi dukungan
dengan pasangan dalammemberikan terapi pada anak
autisme akan kesuksesan
penyembuhan. Menurut safiria
(2005) bagaimanapun salah satufactor yang menentukan bagaimana
kita sebagai orang tua mamapu
berhasil dan sukseh menghadapitantangan memiliki anak dengangangguan autisme ini adalahhubugan harmonis antar kita
dengan pasangan, antar ayah danibu,antara suami dan istri.
Dengan adanya hubungan
suami dan istri yang harmonis,maka keduanya akan lebih mampu
saling bekerja sama dalammendidik dan membimbing yang di
pukul keduanya akan tambah berat,
ditambah lagi tidak adanya kerjasama yang baik antara suami dan
istri, sehingga mungkin saja anakakan menjadi korban karena kasih
sayang dan perhatian.
f. Peran orang tua menginformasikan
keterbatasan anak pada orang lain.
Perang orang tua
menginformasikan keterbatasananak pada orang lain yang
dikemukakan C “ sudah kok! Disinisemua sudah tahu. Ya saya ngasitahu. (gini bu, kalau nanti dia
masuk trus ngerusakin barang- barang kasih tahu saya ya bu)”.
Menginformasikanketerbatasan anak merupakan hal
yang sulit bagi orang tua akantetapi semua ini sangat dibutuhkan
dalam mensosiallisasikan anak
autisme agar orang lainmengetahuinya. Menurut safiria
(2005) kadang-kadang perlu jugauntuk mendidik orang-orang
disekeliling kita dengan
46
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 50/62
memberikan informasi dan biasa pengetahuan yang akurat tenteng
gangguan autisme. Kita sebagai
orang tua harus biasa menjelaskansecara langsung jika mempunyai
waktu, namun ketika kita tidak
mempunyai waktu yang cukup, biasa saja kita memberikan sebuah
buku atau brosur tentang autisme.
Dengan memberikan informasi
yang akurat tentng autisme, makaorang-orang disekitar kita akan
lebih memahami autisme secara
baik. Akibnatnya mereka akan lebih bisa berempati. Selain itu,
pemberian informasi ini akan
mencegah mereka untuk
mengeluarkan komentar-komentaryang baik dan negatif tentang
autisme.
2. Peran guru terhadap anak dengangangguan autisme
a. Pandangan guru tentang autismeDari hasil wawancara dengan
responden didapatkan bahwa
autisme merupakan gangguan atauketerlambatan berupa gangguan
perilaku, keterlambatan dalam berkomunikasi, intraksi sosial yang
kurang, gangguan emosi dan
sensitif. Hal ini bisa terlibat padaanak yang sukanya diam di kelas,
ada yang agresif, sering merasatakut dan cemas, kesulitan dalam
bicara, berlebihan dalm berbicar,kemudian anak susah untuk duduk
dan diam, sulit untuk
berkonsentrasi.
Menurut yatim (2007),
autisme bukan satu gejala penyakittetapi berupa tetapi berupa sindrom
(kumpulan gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangansosial, kemampuan berbahasa dan
kepedulian terhadap sekitar,sehingga anak autisme seperti
hidup dalam dunianya sendiri.Autisme tidak termasuk golongan
penyakit tetapi suatu kumpulangejala kelainan perilaku dan
kemajuan perkembangan. Dengan
kata lain, pada anak autisme terjadikelainan emosi, intelektual dan
kemauan (gangguan pervasif).Autisme adalah suatu keadaan
dimana seorang anak berbuat
semuanya sendiri baik cara berpikirmaupun berperilaku. Autisme
ditandai oleh ciri-ciri utama, antara
lain : tidak peduli denganlingkungan sosialnya, tidak bisa
bereaksi normal dalam pergaulan
sosialnya, perkembangan bicaradan berbahasa tidak normal
(penyakit kelainan mental pada
anak = autistic-children), reaksi
/pengamatan terhadap lingkunganterbatas atau berulang-ulang dan
tidak padan.
Menurut Prasetyono (2008),
autisme merupakan suatu kumpulan
sindrom yang mengganggu saraf.
Penyakit ini mengganggu perkembangan anak, diagnosisnya
diketahui dari gejala-gejala yang
dan ditunjukan dengan adanya penyimpangan perkembangan.Anak autis memiliki gambaran unikdan karakter yang berbeda dari
anak lainya.
b. Peran guru dalam memberikan
terapi terhadap anak dengangangguan autisme
Dari hasil wawancara denganresponden didapatkan bahwa ada
beberapa jenis terapi yang berikan
antara lain : terapi bermain, terapi perilaku dan terapi musik. Bentuk
terapi musik. Bentuk terapi ini adamacam-macam dan bervariasi
suplaya anak tidak bosan. Misalnyauntuk terapi bermain ada banyak
permainan yang coba kita lakukan
antara laini : lomba menamai
benda, lomba menyanyi dan banyak
masih jenis permainan lain.Permainan juga kadang dilakukan
secara berkelompok sehinggamerangsang mereka untu
berintraksi dengan temannya.
Terapi perilaku biasanya kitalakukan untuk meningkatkan
pemahaman anak dan kepatuhananak terhadap peraturan. Misalanya
ketika seorang anak kita suruhuntuk menulis dan dia mampu
mengikuti perintah kita biasanya
memberi dia pujian atau bertepuktangan dan mengatakan bagus atau
pintar. Terapi musik kita lakukanuntuk membantu memperbaiki
konsentrasi. Pada terapi ini kita
47
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 51/62
perkenalkan dengan berbagai alatmusik pada anak dan nantinya
diharapkan dia akann memilih alat
musik mana yang dia sukai. Selasinitu, setiap kelas ada jadwal khusus
untuk terapi musik dimana anak-
anak diperkenalkan dengan beberapa jenis musik seperti
instrumen.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Autisme merupakan gangguan atauketerlambatan berupa gangguan perilaku,
keterlambatan komunikasi, kurangnya
interaksi sosial, gangguan emosi, dansensitif.
2. Bentuk perilaku yang muncul pada anakdengan gangguan autisme berupa : susah
untuk berbicara, suka merusak dengan
menggigit atau melukai tangannyasendiri, hiperaktif, tidak tahan duduk
berlama-lama dan tidak bisa konsentrasi.3. Pemberian terapi untuk anak autisme
dapat dilakukan dengan bebagai cara
antara lain terapi bermain, terapi perilaku, dan terapi musik.
4. Dalam pemberian, proses pemberianharus dilakukan secara terus menerus dan
konsisten agar proses pnyembuhan anakdengan gangguan autisme dapat berjalan
baik.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas, ada beberapa saran yang bisa penulis sampaikanyaitu sebagai berikut :
1. Untuk pemberian terapi hendaknyadiberikan secara terus menerus agar anak
nanti terbiasa dan lama kelamaan bisahafal mengenai apa yang didapatkannya
dalam terapi.2. Ibu atau keluarga hendaknya
memberikan terapi yang bervariasi agar
anak tidak cepat bosan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alhamdi, Sulfi.2008. Pelajaran
bernyani : mengembangkan
kreativitas berbahasa pada insan
autis. Retrieved October 15, 2008
from [email protected].
2.
Astuti, Idayu. 2006. Mengenalautisme dan terapinya. Retrieved
October 24, 2008 from
3. Djohan. 2005. Psikologi musik .Yogyakarta : Buku Baik.
4. Ginanjar, Adrina. 2008. Panduan
praktis mendidik anak autis :
menjadi orang tua istimewa. jakarta
: Dian Rakyat.
5. Maulana, Mirza. 2007. Anak autis :
mendidik anak autis dan ganggaun
mental lain menuju anak cerdas
dan sehat. Jogjakarta : katahati.6. Nasution, Mutia. 2007. Pusat terapianak kebutuhan khusus – tootie kidz
center. Retrieved October 15, 2008,
from www.ditplb.or.id .7. Ngastiyah. 2005. Perawatan anak
sakit. Jakarta : EGC
8. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.Pendidikan dan perilaku kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.9. Prasetyono, DS. 2008. Serba-serbi
anak autis. Jogjakarta : Diva Press.
10. Pus ponogoro, Hardiono. 2003.Kelainan susunan saraf pusat dan
gangguan autistik. Rertrieved November 2008,from www.
Kompas.com.11. Pusponogoro, Hardiono. 2007.
Apakah anak kita autis?. Bandung :
Trikarsa Multi Media.
12. Safaria, Triantoro. 2005. Autisme
:pemahaman baru untuk hidup
bermakna bagi orang
tua.yogyakarta : Graha Ilmu.13. Sheppard, Triantoro. 2007. Music
makes your child smarter . Jakarta :
Gramedian pusat utama.14. Suryani. 2008. kesehatan : terapi
musik perkusi bagi penderita autis.
Retrieved October 15, 2008, from
http://www.suryani-intitute.Com/modules.php?.
15. Taufik, M. 2007. Prinsip-prinsip
promosi keshatan dalam bidang
keperawatan : untuk perawat dan
maha siswa keperawatan. jakarta :Infomedik.
48
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 52/62
16. Veskarisyanti, Galih A. 2008. 12terapi autis paling efektif & hemat
:untuk autisme, hiperaktif, dan
retardasi mental. Yogyakarta :Pustaka anggrek.
17. Wisihastuti, Setiati. 2006. Pola
pendidikan anak autis. Yogyakarta: FNAC Press.
18. Wijayakusuma, Hembing. 2004.
Psikoterapi anak autisme : teknik
bermain kreatif non verbal &verbal : terapi khusus untuk
autisme. Jakarta : Pustaka Populer
Obor.19. Yatim, Faisal. 2007. Autisme :
suatu gangguan jiwa pada anak-
anak. Jakarta :Pustaka Populer
Obor.
49
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 53/62
Hubungan Antara Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Kebiasaan
Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Pra Sekaran
Kecamatan Gunung Pati Semarang
Sumarti*) Widya Hary Cahyati**)
*) Alumnus Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES**)
Staf Pengajar pada Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES
ABSTRAK
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara konsumsi
makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya penyakit karies gigi padaanak pra sekolah di Desa Sekaran Kecamatan Gunung Pati Semarang.
Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan metode survei dan pendekatancrosssectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa TK di Desa Sekaran sejumlah
165 anak. Sampel yang diambil sejumlah 50 anak dengan menggunakan teknik proportionatestratified random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data
primer diperoleh melalui obseervasi, wawancara serta pemeriksaan gigi. Data sekunder diperolehdengan cara melihat data angka kesakitan penyakit karies gigi yang telah direkap pleh Puskesmas.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan statistik uji chi-squaredengan derajat kemaknaan () = 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden berada dalam
kategori konsumsi makanan kariogenik berisiko 88%, dan kategori tidak berisiko 12%. Variabel
kebiasaan menggosok gigi sebagian besar responden berada dalam kategori kebiasaan menggosokgigi berisiko 90%, dan kategori tidak berisiko 10%. Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil p
value untuk hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian penyakit karies gigi
sebesar 0,023, dan p value untuk hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan penyakitkaries gigi sebesar 0,035.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan ada hubungan antarakonsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya penyakit karies
gigi pada anak pra sekolah. Berdasarkan hasil penelitian saran yang diajukan adalah sebaiknya
membersihkan gigi minimal 2 kali sehari dengan waktu mneyikat gigi terakhir adalah sebelumtidur.
Kata kunci : Makanan Kariogenik, Kebiasaan Menggosok Gigi, Karies Gigi
50
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 54/62
PENDAHULUAN
Kesehatan gizi sangat erat
kaitannya dengan apa yang kita konsumsi.
Seringkali para orang tua terutama ibu, rajinmengingatkan anak-anaknya untuk menjauhi
makanan serba manis terutama permen. Hal
tersebut dilakukan agar anak-anak terhindardari penyakir gigi atau karies gigi. Menurut
A.H.B Schuurs, karies gigi atau gigi keropos
adalah sebagai penyakit kronik dari jaringan
keras gigi yang disebabkan demineralisasiemailoleh bakteri yang ada pada plak, pada
tahap akhir karies ini menyebabkab
kerusakan gigi dan gigi berlubang1)
.
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering
dijumpai di masyarakat. Karies gigimerupakan penyakit jaringan keras gigi yangerat hubungannya dengan konsumsi
makanan ataupun minuman yang kariogenik.
Sekarang ini banyak dijumpai makanankariogenik yang dijual dipasaran dan sudah
samapai pelosok desa. Makanan ini sangatdigemari anak, sehingga perlu lebih
diperhatikan pengaruh substrat karbohidratkariogenik dengan kejadian karis gigi.
Mengingat pentingnya fungsi gigi makasejak dini kesehatan gigi anak-anak perlu
diperhatikan dalam rangka tindakan
pencegahan karies gigi. Walaupun kegiatanmenggosok gigi yang sudah umum namun
masih ada kekeliruan baik dalam pengertiannya maupun dalam
pelaksanaannya2)
(John Besford, 1996: 14).
Gigi merupakan salah satu organ pengunyah, yang terdiri dari gigi-gigi pada
rahang atas dan rahang bawah, lidah, serta
saluran-saluran penghasil air ludah3)
(Rasinta Tarigan, 1992) bagian-bagian inimeliputi : Email, yaitu lapisan terluar gigi
yang meliputi seluruh corona, dalam bahasainggris disebut crow artinya mahkota;Dentin yaitu bagian yang terletak dibawah
email, merupakan bagian terbesar dariseluruh gigi. ; Jaringan pulpa, jaringan benak
gigi/sum-sum gigi, yaitu jaringan lunak yang
terdapat didalam kamar pulpa/ ruang dan
seluruh saluran akar, jaringan ini terdiri
jaringan limfe, pembulluh darah arteri/vena,dan urat syaraf; Sementum, yaitu bagian
yang meliputi seluruh lapisan luar gigi,kecuali pada bagian lubang pucuk/ujung
akar gigi disebutforamen apikalis. Samaseperti email dan dentin, sementum terdiri
atas air 32%, bahan organik 12%, dan bahan
anorganik 56%4)
(Ircham Mc, 2005: 26)
Gigi sulung bila tumbuh lengkap berjumlah 20 buah, masing- masing 10 gigi
dirahang atas dan 10 gigi dirahang bawah,
yang terdiri dari 4 gigi seri, 2 gigi taring, dan4 gigi geraham. Gigi gerahan pada gigi
sulung hanya satu macam, sedangkan pada
gigi tetap terdapat dua macam sehinggadibedakan menjadi gigi geraham besar dan
gigi geraham kecil. Jumlah gigi seluruhnya
32 buah5)
(Ismu Suwelo, 1992)
Saat gigi sulung tanggal, biasanya bersamaan pada gigi geraham besar, gigi
geraham besar pertama mulai tumbuh pada
umur 6-7 tahun. Gigi geraham ini bukan
pengganti, artinya gigi ini langsung muncul pada deretan dibelakang gigi sulung, baik
pada rahang atas maupun rahang bawah, jadigigi ini (dan juga gigi geraham lainnya)tumbuh tidak menggantikan gigi sulung,
sedangkan gigi lainnya, geraham kecil,
taring dan seri akan tumbuh menggantikangigi pendahulunya (gigi sulung)
5) (Ismu
Suwelo, 1992)
Pertumbuhan gigi pada anak ditandaidengan pemunculan gigi pada permukaan
gusi dan diikuti dengan perubahan posisi
gigi dari dalam tulang pendukung gigi untukmenempati posisi fungsionalnya dalam
rongga mulut. Pada umumnya gigi sulung
pertama kali akan muncul pada usia 6 bulansesudah lahir dan seluruh gigi sulung selesai
muncul pada usia2,5 tahun, yang ditandaidengan geraham sulung kedua telah
mencapai kontak dengan gigi antagonisnya3)
(Rasinta Tarigan, 1992)Meskipun terlihat sepele dan kurang
diperhatikan, dari fungsi ternyata gigi sulungmemegang peranan penting dalam menjaga
kenormalan fungsi bicara anak. Anak-anakdengan gigi sulung kurang bertumbuh sehat,
berlubang dan tanggal sebelum waktunya, perkembangan fungsi bicaranya bisaterganggu. Dalam jangka panjang bisa
berakibat menurunkan kepercayaan diri sanganak. Sebaliknya jika gigi sulung
berkembang dan tanggal sesuai jadwal, gigi
jadwal, gigi geligi perment pun bisa tumbuh
dengan baik. Dengan kata lain, gigi sulung
bermanfaat untuk mempertahankan ruangan bagi geligi pemanent
2) (John Besford, 1996)
Secara umum penyakit yang menyeranggigi dimulai dengan adanya plak gigi. Plak
timbul dari sisa makanan yang mengendap pada lapisan gigi yang kemudian
berinteraksi dengan bakteri yang banyakterdapat dalam mulut, seperti strepcococus
mutans. Plak akan melarutkan lapisan email
51
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 55/62
pada gigi yang lama kelamaan lapisantersebut menipis. Terjadinya plak sangat
singkat, yaitu hanya 10-15 menit setelah
makan. Plak yang menumpuk kemudianmembentuk karies gigi yang akhirnya
merusak email hingga melubangi gigi2)
(John Besford, 1996)Karies gigi adalah suatu proses kronis,
regresif yang dimulai dengan larutnyamineral email, sebagai akibat terganggunya
keseimbangan antara email dansekelilingnya yang disebabkan oleh
pembentukan asam mikrobial dari substrat
(medium makanan bagi bakteri) yang
dilanjutkan dengan timbulnya desstruksikomponen-komponen organik yang akhirnya
terjadi kavitasi (pembentukan lubang) 1)
(A.H.B Schuurs, 1993).Akumulasi plak pada permukaan gigi
utuh dalam dua sampai tiga minggu
menyebabkan terjadinya bersak putih.Waktu terjadinya bercak putihmenjadikavitasi tergantung pada umur, pada anak-
anak satu setengah tahun, dengan kisaran 6 bulan keatas dan kebawah, pada umur lima
belas tahun, 2 tahun dan 21-24 tahun,
hampir 3 tahun. Tentu saja terdapat perbedaan individual. Sekarang ini karena
banyak pemakaian flourida, kavitasi akan
berjalan lebih lambat dari pada dahulu1)
(A.H.B Schuurs, 1993)Pada anak-anak, kemunduran berjalan
lebih cepat dibanding orang tua, hal ini
disebabkan :
1)
Email gigi yang baru erupsi lebihmudah diserang selama belum selesai
maturasi setelah erupsi (meneruskanmineralisasi dan pengambilan flourida)
yang berlangsung terutama satu tahunsetelah erupsi
2) Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena perbedaan fisiologis, tetapi sebagai
akibat pola makannya (sering makanmakanan kecil)
3) Lebar tubuli pada anak-anak mungkin
menyokong terjadinya sklerotisasi yang
tidak memadai
4)
Diet yang buruk Perbandingan dengan orang dewasa,
pada anak-anak terdapat jumlah ludah darikapasitas buffer yang lebih kecil, diperkuat
oleh aktivitas proteolitik yang lebih besar
didalam mulut1)
(A.H.B Schuurs, 1993)
Faktor-faktor yang mempengaruhikaries gigi adalah : (1) Adanya
mikroorganisme streptococus mutans atau
kuman yang mengeluarkan tixin/racun yangtidak dapat dilihat oleh mata biasa. (Ismu
Suwelo, 1992), (2) Terdapatnya sisa-sisa
makanan yang terselip pada gigi dan gusiterutama makanan yang lengket seperti
permen, cokalat, biskuit, dll, (3) Permukaan
gigi dan bentuk gigi, (4) kebersihan mulut,(5) frekuensi makan makanan yang
menyebabkan karies (makanan kariogenik),
(6) usia, (7) letak geografis, (8)
pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi. (Ismu Suwelo,
1992)
Gigi yang mudah sekali terserangkaries gigi adalah gigi sulung (gigi anak)
karena struktur giginya lebih tipis dan lebih
kecil dibandingkan dengan gigi dewasa (gigi
tetap). Oleh karena itu dalam mencegahkerusakan gigi harus dilakukan sedini
mungkin. Penjalaran karies mula-mula
terjadi pada email yang merupakan jaringanterkeras dari gigi. Bila jaringan kariesnyatidak segera dibersihkan dan ditambal, kariesakan terus menjalar kedalam pulpa (ruangan
pembuluh syaraf dan pembuluh darah dalamgigi) yang bisa menimbulkan rasa sakit dan
akhirnya gigi tersebut bisa mati5)
(Ismu
Suwelo, 1992: 29)
Berdasarkan data yang diperoleh
dari puskesmas sekaran menunjukkan angkakejadian karies gigi anak-anak terus
meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun2005 jumlah penderita karies sebanyak 173,
sedangkan pada tahun 2006 jumlah
penderita karies gigi mengalami peningkatansebesar 49,18% yaitu sebanyak 263 anak.
Taman kanak-kanak yang diteliti
dalam penelitian ini yaitu TK Rhoudlotul
Huda, Tk sekar Mekar, TK Al Iman beradadalam wilayah kerja puskesmas kelurahasekaran. Masing-masing sekolah mempunyai
siswa yang berusia rata-rata 4-6 tahun.Sebagian besar dari mereka sangat gemar
mengkonsumsi makanan jajanan terutamamakanan manis misalnya permen, karena
selain rasanya manis, harganya yang lebihrelatif murah, mudah didapat,permen juga
dijual dengan berbagai bentuk dan warna
yang disukai anak-anak. Distribusi makananmanis seperti permen di 3 kawasan TK di
desa sekaran cukup baik, karena dimasing-masing TK memiliki kantin maupun penjaja
makanan yang menyediakan makanan manis
maupun jajanan lainnya. Akibatnya 85%atau sejumlah 140 siswa di 3 TK tersebut
mengalami karies gigi.
52
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 56/62
METODE
Penelitian ini merupakan survei
analitik, penelitian survei analitik adalah
penelitian yang mencoba menggali mengapafenomena kesehatan itu terjadi. Dengan
menggunakan pendekatan cros sectional
yaitu pendekatan dimana variabel yangmasuk faktor risiko dan variabel-variabel
yang termasuk efek diobservasi sekaligus
pada waktu yang sama. Teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik proportionatestratified random sampling yaitu teknik atau
cara pemilihan subyek secara acak yang
dilakukan bila populasi mempunyai anggotaatau unsur yang tidak homogen dan bestrata
secara proporsional. Pada cara ini sampel
dipilih secara acak untuk setiap strata,
kemudian hasilnya dapat digabungkanmenjadi satu sampel yang terbebas dari
variasi untuk setiap strata.
Populasi adalah keseluruhan objek peneliti/objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di 3 atkdesa sekaran yang termasuk dalam range
umur 4-6 tahun, yaitu TK Roudhotul Hudasebanyak 68 siswa, TK Sekar Mekar
sebanyak 31 siswa, TK Al Iman sebanyak 53
siswa. Jadi jumlah keseluruhan populasiadalah 152 siswa.
Sampel adalah sebagian yangdiambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswayang terdaftar sebagai murid TK desa
sekaran. Untuk mendapatkan besar sampelminimal dengan menggunakan ukuran
sampel potong lintang (cross sectional).Dengan menggunakan rumus tersebut, maka
didapat hasil besar sampel minimal 50 .
karena populasi dalam penelitian ini
berstrata, maka sampel yang diambil juga
berstrata menurut jumlah siswa padamasing-masing TK.
Instrumen penelitian adalah alatyang digunakan untuk pengumpulan
data.instrumen dalam penelitian ini adalah :rekam medik siswa (merupakan hasil
pemeriksaan gigi yang dilakukan oleh dokter
dari puskesmas sekaran), kuesioner / panduan pertanyaan (untuk mendapatkan
data mengenai kebiasaan menggosok danmengkonsumsi makanan kariogenik.
Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara
menanyakan pertanyaan yang ada dalamkuesioner kepada siswa yang didampingi
oleh orang tua siswa).Teknik pengambilan data primer
dilakukan dengan cara observasi dan
wawancara. Observasi merupakan suatu prosedur yang berencana, yang antara lain
meliputi melihat dan mencatat jumlah dan
taraf aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti6)
(Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 102). Metode
observasi ini digunakan untuk memperolehgambaran mengenai tempat penelitian,
perilaku anak-anak TK dalammengkonsumsi makanan jajanan manis, dan
dcistribusi makanan kariogenik di sekolah.Sedangkan wawancara adalah suatu metode
yang dipergunakan untuk mengupulkan data,
dimana peneliti mendaplatkan keterangan
atau pendirian secara lisan dari seseorangsasaran penelitian (responden), atau
bercakap-cakap berhadapan muka ( face to face) wawancara digunakan untukmemperoleh data tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian penyakit
karies gigi yaitu konsumsi kariogenik dankebiasaan menggosok gigi.
Teknik pengambilan data sekunderdilakukan dengan metode dokumentasi.
Metode dokumentasi adalah metodemengumpulkan data denngan menggunakan
berbagai sumber tulisan yang berkenaandengan metode dokumentasi dari catatn
taman kanak-kanak (TK) roudhotul Huda,
TK sekar mekar, TK Al Iman, dan puskesmas desa sekaran. Data sekunder
tersebut meliputi data tentang kejadiankaries gigi, jumlah siswa, dan data mengenai
tempat penelitian.
HASIL
Analisis bivariat dalam penelitianini digunakan untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas (konsumsi makanan
kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi)
dengan variabel terikat (kejadian karies
gigi). Adapun analisis yang digunakandalam penelitian ini adalah uji chi-square.
Apabila dengan uji chi-square tidakmemenuhi sarat maka alternatif uji yangdigunakan adalah uji fisher-exact . Taraf
signifikan yang digunakan adalah 95%dengan kemaknaan 5%. Kriteria hubungan
berdasarkan p value (probabilitas) yangdihasilkan dengan nilai kemaknaan yang
dipilih, dengan kriteria sebagai berikut : (1) jika p value > 0,05 maka Ho di terima (tidak
ada hubungan), (2) jika p value ≤ 0,05 maka
Ho ditolak (ada hubungan).
53
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 57/62
Hubungan Antara Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Timbulnya Penyakit Karies Gigi
Sulung
Tabel 1. Hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan timbulnya karies gigi
Konsumsi
MakananKariogenik
Status Penyakit Total
Karies Tidak Kariesf % f % f %
Berisiko 43 97,7 1 2,3 44 100
Tidak Berisiko 4 66,7 2 33,3 6 100
Total 47 94,0 3 6,0 50 100
Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat bahwa proporsi sampel yang
berstatus penyakit karies gigi pada tingkatkonsumsi makanan kariogenik yang berisiko
(97,7%) lebih banyak daripada proporsisampel yang berstatus penyakit karies gigi
pada tingkat konsumsi makanan kariogenik
dalam kategori tidak berisiko (66,7%) dansebaliknya proporsi sampel yang tidak
berstatus penyakit karies gigi pada tingkatkonsumsi makanan kariogenik yang berisiko
(2,3%) lebih rendah daripada proporsi
sampel yang tidak berstatus penyakit karies
gigi pada tingkat konsumsi makanan
kariogenik dalam kategori tidak berisiko(33,3%).
Berdasarkan hasil analisismenggunakan uji Fisher Exact diperoleh
nilai p = 0,035 < α (0,05) sehingga Ha yang
menyatakan bahwa ada hubungan antarakonsumsi makanan kariogenik dengan
timbulnya penyakit karies gigi sulungditerima.
Hubungan Antara Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Timbulnya Penyakit Karies Gigi
Sulung.
Tabel 2. Hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi
KebiasaanMenggosok Gigi
Status Penyakit TotalKaries Tidak Karies
f % f % f %
Berisiko 44 97,8 1 2,2 45 100
Tidak Berisiko 3 60,0 2 40,0 5 100
Total 47 94,0 3 6,0 50 100
.
Berdasarkan tabel diatas juga dapatdilihat bahwa proporsi sampel yang
berstatus penyakit karies gigi pada kategori
kebiasaan menggosok gigi berisiko (97,8%)
lebih banyak daripada proporsi sampel yang berstatus penyakit karies gigi pada kategori
kebiasaan menggosok gigi tidak berisiko(60,02%) dan sebaliknya proporsi sampel
yang berstatus tidak berpenyakit pada
kategori kebiasaan menggosok gigi berisiko
(2,2%) lebih rendah daripada proporsisampel yang berstatus tidak karie gigi pada
kategori kebiasaan menggosok gigi tidak berisiko (40,0%)
Berdasarkan hasil analisis
menggunakan fisher exact diperoleh nilai p=
0,023 < α (0,05) sehingga Ha yangmenyatakan bahwa ada hubungan antara
kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya penyakit karies gigi diterima.
54
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 58/62
PEMBAHASAN
Makanan kariogenik merupakan
makanan yang sangat berfpengaruh terhadapkesehatan gigi dan mulut. Pengaruh ini dapat
dibagi menjadi 2 yaitu : 1) isi dari makanan
yang menghasilkan energi, misalnyakarbohidrat,lemak, protein, dll. 2) fungsi
mekanis dari makanan yang dimakan,
makanan yang bersifat membersihkan gigi,
cenderung merupakan gosok gigi, sepertiapel, jambu air, dsb, sebaliknya makanan
lunak dan melekat pada gigi sangat merusak
gigi seperti perment, coklat, biskuit, cake,dll.
Setiap kali gula mencapai plak pada
gigi, asam akan di produksi. Keasaman
diukur dengan satuan pH. Keadaan netraladalah pH 7, keadaan asam bila ph lebih
rendah dari 7. titik kritis untuk kerusakan
gigi adalah ph 5,7 dan ini dicapai danterlampaui sekitar 2 menit setelah gulamasuk kedalam plak. Jika gula dalammakanan dan minuman telah ditelan,
diperlukan sedikitnya 13 menit untukmenaikkan ph keatas titik kritis, sehingga
kerusakan gigi dapat berhenti.
Konsumsi makanan dan minumanmanis yang berulang kali, seperti pada
pecandu kembang gula, minum banyak teh,atau minuman ringan yang mengandung
gula, dapat membuat ph tetap dibawah 5,7
sehingga kerusakan gigi terus berlanjut.Semua proses tadi memerlukan plak, dan
tidak dapat terjadi setelah plak dihilangkan,tetapi plak dapat terbentuk kembali dalam
beberapa jam setelah pembersihan.Jumlah makanan manis yang
dikonsumsi dalam suatu saat mempengaruhi
jumlah plak yang dihasilkan serta kesehatan
umum. Frekuensi gula yang dimakan
mempengaruhi lama berlangsungnya proseskerusakan gigi. Dalam masyarakat yang
tidak mengkonsumsi gula, tidak terdapatkerusakan gigi. Pada negara-negara dimanaangka konsumsi gula meningkat, angka
kerusakan gigi juga meningkat, begitu pulasebaliknya. Terdapat bukti bahwa keinginan
terhadap sesuatu yang manis mulai terbentuksejak bayi yaitu melalui penambahan gula
pada makanan, susu, dan minuman bayilainnya.
Kesenangan akan makanan manis
tidak hanya menyebabkan kerusakan gigi,rasa sakit, dan perlu kujungan ke dokter gigi
serta kehilangan gig, tetapi jugamenyebabkan kegemukan, penyakit
pembuluh darah arteri dan gagal jantung,kencing manis dan penyakit lainnya.
Berdasarkan data hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada umumnyasebagian besar responden gemar
mengkonsumsi makanan ataupun minuman
manis dan responden mengkonsumsimakanan manis diluar jam makan utama
(waktu senggang) . hal tersebut sesuai
pendapat John Besford (1996:37) bahwa
kesenangan anak-anak akan sesuatu yangmanis mulai dibentuk sejak saat dini dalam
kehidupan anak 2)
.
Kesehatan mulut tidak dapat lepas
dari etiologi dengan plak sebagai faktor bersama terjadinya karies. Penting disadari
bahwa plak pada dasarnya terbentuk terusmenerus. Kebersihan mulut dapat dipeliharadengan menyikat gigi dan melakukan
pembersihan gigi dengan benang pembersih
gigi. Pentingnya upaya ini adalah untukmenghilangkan plak yang menempel pada
gigi. Penelitian menunjukkan bahwa jikasemua plak dibersihkan dengan cermat tiap
48 jam, penyakit gusi pada kebanyakanorang dapat dikendalikan. Tetapi untuk
kerusakan gigi harus lebih sering lagi.Banyak para ahli berpendapar bahwa
menyikat gigi 2 kali sehari sudah cukup.
Berdasarkan data hasil penelitianmenunjukkan bahwa pada umumnya
sebagian besar responden tidakmembersihkan gigi sesuai dengan anjuran
yaitu 2 kali sehari. Frekuensi menggosok
gigi yang dianjurkan adalah 2 kali sehariyaitu pagi setelah sarapan dan malam hari
sebelum tidur. Idealnya adalah menggosok
gigi setelah makan, namun yang paling
penting adalah malam hari sebelum tidur,tujuannya adlah untuk memperolehkesehatan gigi dan mulut serta nafas menjadi
segar.Karies merupakan suatu proses
kronis yang dimulai dengan larutnya mineralemail sebagai akibat terganggunya
keseimbangan antara email dansekelilingnya yang disebabkan oleh
pembentukan asam mikrobial dari substrat
(medium makanan bagi bakteri), timbuldestruksi komponen-komponen organik dan
akhirnya menjadi kavitasi.Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar sampel menderita
penyakit karies gigi, hal ini disebabkankarena tingginya konsumsi makanan
kariogenik, tetapi tidak diimbangi dengankebiasaan membersihkan gigi dengan baik.
55
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 59/62
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Heru Pratikno
(1995) dan Bafira Ratnasari (2000)
didapatkan prevalensi karies gigi yang
masing-masing sebesar 84 % dan 87 %7,8)
.
Berdasarkan perhitungan chi-square
didapat p= 0,035 (p < 0,05 ) atau adahubungan antara konsumsi makanan
kariogenik dengan timbulnya penyakit kariesgigi sulung.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang sebelumnya (Heru Pratikno)
yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara pola makan dan kebiasaan
menggosok gigi dengan prevalensi kariesgigi pada anak.
Menurut B Hauwink (2000: 187) ,makanan yang lengket serta melekat pada
permukaan gigi dan terselip diantara celah-
celah gigi merupakan makanan yang paling
merugikan untuk kesehatan gigi. Termasukdalam golongan makanan kariogenik adalah
makanan yang dapat memicu timbulnyakerusakan gigi yaitu makanan yang kaya
akan gula9)
.
Frekuensi makan dan minum manis
tidak hanya menimbulkan erosi, tetapi jugakerusakan gigi atau karies. Konsumsi makan
makanan manis pada waktu senggang jam
makan akan lebih berbahaya daripada saatwaktu makan utama. Terdapat dua alasan
yaitu kontak gula dengan plak menjadidiperpanjang dengan makanan manis yang
menghasilkan ph lebih rendah dan
karenanya asam dapat dengan cepatmenyerang gigi. Kedua yaitu adanya gula
konsentrasi tinggi yang normal terkandungdalam makanan manis akan membuat plak
semakin terbentuk. Risiko pembentukan plak dan pembentukan asam
ditentukan oleh frekuensi konsumsi gula,
bukan oleh banyaknya gula yang dimakan.
Berdasarkan perhitungan chi-square
didapatkan p=0,023 (p < 0,05) atau adahubungan antara kebiasaan menggosok gigi
dengan timbulnya karies gigi sulung. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang
sebelumnya7)
(Heru Pratikno) yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara pola makam dan kebiasaan menggosok gigi
dengan prevalensi karies gigi pada anak.Secara umum penyakit yang
menyerang gigi dimulai dengan adnya plakdi gigi. Plak timbul dari sisa makanan yang
mengendap pada lapisan gigi yang kemudian
berinteraksi dengan bakteri yang banyakterdapat dalam mulut, seperti streptococcus
mutans. Plak akan melarutkanlapisan email pada gigi sehingga lama-kelamaan lapisan
tersebut akan menipis. Karena itulah
menyikat gigi setelah makan merupakan halyang paling utama untuk menghindari
menimbunnya plak gigi.
Menurut Rasinta Tarigan (1993),frekuensi menggosok gigi yang dianjurkan
adalah 3 kali sehari, yaitu pagi setelah
sarapan dan malam hari sebelum tidur.
Idealnya adalah menggosok gigi setelahmakan namun yang paling penting adalah
malam hari sebelum tidur, tujuannya adalah
untuk memperlah kesehatan gigi dan mulut
serta nafas menjadi segar 3)
.
KESIMPULAN
1. ada hubungan antara konsumsi makanan
kariogenik dengan timbulnya penyakit
karies gigi pada anak pra sekolah diDesa Sekaran Kecamatan Gunung Pati
Semarang2. ada hubungan antara kebiasaan
menggosok gigi dengan timbulnya penyakit karies gigi pada anak pra
sekolah di Desa Sekaran KecamatanGunung Pati Semarang
SARAN
1. bagi siswa taman kanak-kanak
sebagai upaya membersihkan gigi dari
plak dan sisa makanan yang tertinggaldisela-sela gigi, sebaiknya menyikat
gigi minimal 2 kali dalam sehari waktu
menyikat gigi terakhir adalah sebelum
tidur. 2. bagi instansi terkait (TK puskesmas
Desa Sekaran, dan Dinas Kesehatan
Kota Semarang) dilakukannya upaya sosialisasi pada
masyarakat, terkait dengan faktor-faktor penyebab penyakit karies gigi.
DAFTAR PUSTAKA
1. A.H.B Schuurs, 1993. Patologi Gigi
Geligi . Yogyakarta: UGM. Press
2. AM Kidd, Edvina & S Joyston, 1995. Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Jakarta:DEPKESRI
55
56
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 60/62
3. Bafira Ratnasari, 2000 Pengetahuan
dan Praktek Ibu Hubungannya Dengan
Frekuensi Konsumsi Makanan
Kariogenik dan Status Karies Pada
Anak Usia 2-5 Tahun di Kelurahan
Tegal sari Kecamatan Candisari.
Skripsi S-1. Universitas Diponegoro 4. Huwink, B, 2000. ilmu kedokteran gigi
pencegahan .terjemahan Sutatmi Suryo.
Yogyakarta: UGM Press
5. Heru Pratikno,1995. Hubungan AntaraPola Makan Dan Kebiasaan
Menggosok Gigi Dengan Prevalensi
Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas V Dan Vi Di Wilayah Kerja
Puskesmas 1 Kecamatan Purwodadi
Kecamatan Gerobogan. Skrpsi S-1
.Universitas Diponegoro.
6. Ircham Machfoedz dan Asmar YettiZein, 2005. Menjaga Kesehatan Gigi
dan Mulut Anak-anak dan Ibu Hamil.
Yogyakarta: Tramaya. 7. Ismu Suharsono Suwelo, 1992. Karies
Gigi Pada Anak dengan Berbagai
Faktor Etiologi. Jakarta: EGC
8. Rasinta Tarigan, 1992. Karies Gigi.Jakarta: Hipokrates
9. Ratih Ariningrum, 2000. Beberapa
Cara Menjaga Kesehatan Gigi dan
Mulut. Jakarta: hipokrates.
57
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 61/62
PEDOMAN BAGI PENULIS
Informasi umumJurnal Gizi dan Kesehatan menerima makalah ilmiah dari para staf STIKES,
AKBID DAN AKPER, para alumnus NGUDI WALUYO, maupun profesi lain
yang berhubungan dengan kesehatan. Makalah dapat berupa karangan asli
(penelitian), laporan kasus, ikhtisar kepustakaan, dan tulisan lain yang ada
hubungannya dengan bidang kesehatan. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa
Indonesia yang baik dan benar berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum pembentukan Istilah atau
dalam bahasa Inggris.
Format naskah
Tulisan diketik pada kertas kuarto, batas atas-bawah dan samping masing-masing 2,5 cm, spasi dobel, font Times New Roman, ukuran 12 dan tidak bolak
balik. Naskah untuk penelitian (karangan asli) harus meliputi :1) Judul tulisan, dibuat singkat bersifat informatif dan mampu menerangkan
isi tulisan; nama para penulis lengkap berikut gelar beserta alamatkantor/instansi /tempat kerja lain, diletakkan di bawah judul.
2)
Pendahuluan, berisi latar belakang, masalah, maksud & tujuan sertamanfaat penelitian.
3)
Bahan/subyek dan cara kerja.4)
Hasil penelitian.5)
Pembahasan, kesimpulan dan saran.6)
Pernyataan terima kasih (kalau ada).7) Daftar rujukan.8) Lampiran-lampiran.Tabel/bagan/grafik/gambar/foto, harus dibuat dengan jelas dan rapi disertaiketerangan yang jelas dan informatif. Diberi nomor menurut urutan dalamnaskah. Gambar/bagan harus berwarna, jumlahnya dibatasi tidak lebih dari 3
lembar, keterangan ditempatkan di bawah gambar/bagan: Keterangan tabelditempatkan di atas tabel. Tabel/bagan/grafik/gambar/foto semuanyadilampirkan terpisah dari naskah.Rujukan dalam teks dibuat berdasarkan model Vancouver yaitu dengan
angka sesuai dengan urutan tampil. Angka ditulis di atas (superscript) tanpakurung setelah tanda baca. Bila angka berurutan bisa disingkat. Misalnya2,3,4,6,7 ditulis menjadi 2-7. Daftar rujukan, disusun menurut cara Vancouver,menurut urutan penampilan dalam naskah, ditulis dengan urutan sebagai berikut :
Nama dan huruf pertama nama keluarga penulis, judul tulisan kemudian untukmajalah diikuti dengan : Nama majalah (dengan singkatan yang umum dipakai),tahun, volume dan halaman. Sedangkan untuk buku diikuti Nama kota, penerbit,tahun dan halaman (bila perlu).
Contoh: Maryanto, S, Siswanto, Y. and Susilo, J. The effect of fiber on lipidfraction rats with high cholesterol dietary. Jurnal Kesehatan dan Gizi
2007;1;1: 1-10Ardhani, M.H, Sulisno, M., dan Rosalina. Teknik mengontrolhalusinasi dalam manajemen ESQ. Edisi 2, Ungaran, 2001. Priyanto,Muhajirin, A. Program Studi Ilmu Keperawatan. Stikes Ngudi Waluyo[on line] : URL. http://www.nwu.ac.id/personal,kuliah,edu/.plan.l l.2006.
Nama penulis yang dikutip dalam naskah harus tercantum dalam daftar rujukan.Dalam mengutip nama penulis dalam naskah harus dibubuhi tahun publikasi.Untuk sumber pustaka dari internet ditulis : nama penulis, judul, organisasi
penerbit, [On Line] : URL nomor Home Page, tahun.
7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah
http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 62/62
Abstrak
Abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia dan Inggris terdiri sekurang-kurangnya 100 kata sebanyak-banyaknya 350 kata, diketik pada lembaran kertasterpisah dengan spasi ganda. Abstrak penelitian berupa "structured abstract" berisi:
1.
Pendahuluan /Introduction :Berisi latar belakang, masalah, tujuan, dan kegunaan penulisan.
2. Subyek/Material dan Metode/Subject/Material and Method.Berisi:
Subjek : nyatakan cara-cara seleksi, kriteria yang diterapkan, dan jumlah peserta pada awal dan akhir penelitian.Rancangan : tulisan rancangan penelitian yang tepat, pengacakan,secara buta, baku emas untuk diagnostik, dan waktu penelitian(restrospektif atau prospektif).Tempat: menunjukkan tempat penelitian (rumah sakit, klinik,komunitas) juga termasuk tingkat pelayanan klinik (primer, atausekunder, praktek pribadi atau intitusi).Intervensi : uraikan keistimewaan intevensi, termasuk metode &lamanya.
Ukuran luaran utama : harus dinyatakan sebelum merencanakan pengambilan data.3. Hasil (Result) : Jika memungkinkan pada hasil disertakan interval
kepercayaan (yang tersering adalah 95 %) dan derajat kemaknaan. Untuk penelitian komparatif, interval kepercayaan harus berhubungan dengan perbedaan antara kelompok.
4.
Kesimpulan (Conclusions) : nyatakan kesimpulan yang didukung olehdata penelitian (hindari generalisasi yang berlebihan atau hasil penelitiantambahan). Perhatian yang sama diberikan pada hasil yang positif maupunyang negatif sesuai dengan kaidah ilmiah.
5. Di bawah abstrak bahasa Inggris ditulis kata kunci (Keywords) maksimal4 kata dalam bahasa Inggris.
Sinopsis
Sinopsis diketik dalam bahasa Indonesia atau Inggris terdiri atas 1 atau 2kalimat, tidak lebih dari 25 kata dari kesimpulan naskah, digunakan dalam
penulisan daftar isi, dan diketik pada lembar terpisah dengan spasi ganda.
Running title
Berikan judul singkat naskah pada sisi kanan atas pada tiap lembar naskah.
Pengiriman
Berkas dikirim rangkap dua (hard copy) disertai CD (soft copy) denganmempergunakan program Microsoft Word, dialamatkan kepada Redaksi JurnalGizi dan Kesehatan, STIKES NGUDI WALUYO, JI. Gedongsongo – Mijen,Ungaran, Kabupaten Semarang .
Ketentuan lain
Redaksi berhak memperbaiki susunan naskah atau bahasanya tanpa mengubahi i k h l h di di j l h l i id k di k k di bi k