dm, senam ibu hamil, perilaku anak slb, kebbiasaan menggosok gigi pada anak pra sekolah

62
 ISSN 1978-0346 Volume 2, Nomor 1, Januari 2010 S ekolah T inggi Ilmu K esehat an Ngudi W aluyo - U ngar an JGK  Halaman 1 - 57 Ungaran Januari 2010 ISSN 1978-0346 No. 1 Vol. 2 

Upload: ela-riya

Post on 07-Jan-2016

129 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

senam ibu hamil

TRANSCRIPT

Page 1: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 1/62

 

ISSN 1978-0346

Volume 2, Nomor 1, Januari 2010

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo - Ungaran

JGK  Halaman

1 - 57Ungaran

Januari 2010 ISSN

1978-0346 No. 1 Vol. 2 

Page 2: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 2/62

 

Penanggung jawab : Asaat Pitoyo. S.Kp.,M.Kes.

(Ketua STIKES Ngudi Waluyo)Pimpinan Umum : Drs. Sugeng Maryanto, M.Kes.

Wakil Pimpinan Umum : Puji Pranowowati, S.KM, M.Kes.

REDAKSI

Editor Pelaksana

Ketua : Yuliaji Siswanto, S.KM, M.Kes.(Epid).

Wakil Ketua : Rosalina, S.Kp., M.Kes.

Anggota : Auly Tarmaly, SKM, M.Kes.

Drs. Jatmiko Susilo, Apt, M.Kes.

Puji Purwaningsih, S.Kep. Ns

Heni Hirawati Pranoto, S.SiT

Galeh Septiar Pontang, S.Gz.

Editor Ahli : Prof. dr. Siti Fatimah Muis,M.Sc.,Sp.GM

dr. Ari Udiyono, M.Kes

Ir. Suyatno, M.Kes

dr. Kusmiyati D.K , M.Kes.

SEKRETARIAT : Sukarno, S.Kep., Ns.

BENDAHARA : Heni Purwaningsih, S.Kep., Ns.

ISSN : 1978-0346

JGK diterbitkan 2 kali dalam satu tahun. Harga langganan : Rp. 25.000,-Alamat Redaksi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo

Jl. Gedongsongo-Mijen, Ungaran

Tlp: 024-6925408, Fax: 024-6925408

E-mail : www.nwu.ac.id

Page 3: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 3/62

 

Daftar Isi

Mitha Purnasari

Sugeng Maryanto

Galeh S. Pontang 

Hubungan antara Asupan Serat dengan Kadar

Glukosa Darah pada Penderita Diabetes

Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas

Tlogowungu Kabupaten Pati

1 - 7

Puji Pranowowati

Sugeng Maryanto

Induksi Partikel Terhirup Dengan Kapasitas

Fungsi Paru Pada Pengasap Ikan diKelurahan Bandarharjo Semarang

8 - 12

Yuliaji Siswanto

Sri Wahyuni

Pengaruh Senam Hamil Terhadap Lamanya

Persalinan Kala II Pada Ibu Hamil

Primigravida di Kabupaten Semarang

13 - 18

Siti AmbarwatiAuly Tarmali

Faktor Risiko Kejadian Stroke di RSUD dr.Raden Soedjaji Purwodadi Kabupaten

Grobogan

19 - 23

Qori Prasasti

Bayu Wijasena

Studi Postur Kerja Pemecah Batu Ditinjau

Dari Segi Ergonomi di Desa LeyanganKecamatan Ungaran Kabupaten Semarang

24 - 35

Sri Wahyuni Gambaran perilaku anak autis pada anak SD

di SLB Negeri Semarang

36 - 49

Sumarti

Widya Hary Cahyati

Hubungan Antara Konsumsi Makanan

Kariogenik dan Kebiasaan Menggosok Gigi

Dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Pra

Sekolah Di Desa Sekaran Kecamatan Gunung

Pati Semarang

50 - 57

ISSN 1978-0346

Vol. 2, No. 1, Januari 2010

iii

Page 4: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 4/62

Hubungan antara Asupan Serat dengan Kadar Glukosa Darah pada

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas

Tlogowungu Kabupaten Pati

Mitha Purnasari *), Sugeng Maryanto

**), Galeh S. Pontang

**)

*)

Alumnus Program Studi Ilmu Gizi STIKES Ngudi Waluyo**) Staf Pengajar Program Studi Ilmu Gizi STIKES Ngudi Waluyo

ABSTRACT

Diabetes mellitus is one of degenerative disease that will increase the incidence in thefuture. Changes in food consumption pattern of low fiber, high energy and simple carbohidrates

will affect the prevalence of type II diabetes mellitus. Consumption of high fiber on diabetic

 patients may help to control blood glucose levels. The purpose of this study to find out thecorrelation between fiber intake with blood glucose levels on type II diabetic patients at

Tlogowungu health centers Pati regency.

This study used a descriptive correlative design with the cross sectional research. Total

samples of study were 35 people, collected by using total population. Fiber intake data wasobtained by using 24 hours food recall form and fasting plasma glucose levels were measured by

enzymatic method (glucose oxidase). Analysis of data used Kendall’s Tau correlation test.

Statistical test results show a significant correlation between fiber intake with bloodglucose levels on type II diabetic patients at Tlogowungu health centers Pati regency, shown withsignificant values p=0,000 < 0,005. Based on the results of the study, patients with diabetic areadvised to always consume foods that contain high fiber.

Keywords: Fiber Intake, Blood Glucose Levels.

ABSTRAK

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang akan meningkat

insidennya di masa mendatang. Perubahan pola konsumsi makanan yang rendah serat, tinggienergi dan karbohidrat sederhana akan mempengaruhi prevalensi DM tipe II. Konsumsi tinggi

serat pada penderita diabetes dapat membantu mengendalikan kadar glukosa darah. Penelitian ini

 bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan serat dengan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Tlogowungu Kabupaten Pati.

Desain penelitian ini adalah deskriptif kolerasi dengan pendekatan cross sectional.Jumlah sampel 35 orang, yang diambil dengan teknik total populasi. Data asupan serat diperoleh

dengan metode formulir food recall 24 jam dan kadar glukosa darah puasa diukur dengan metodeenzimatik (glukosa oksidase). Analisis data yang digunakan adalah uji kolerasi Kendall’s Tau.

Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara asupan serat

dengan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas

Tlogowungu Kabupaten Pati, yang ditunjukkan dengan nilai kemaknaan p=.0,000 < 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian bagi pasien diabetes mellitus disarankan untuk selalu mengkonsumsimakanan yang mengandung tinggi serat.

Kata kunci : Asupan serat, Kadar Glukosa Darah.

1

Page 5: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 5/62

PENDAHULUAN

Diabetes mellitus adalah sekelompok

 penyakit metabolik yang dikarakteristikkan

oleh adanya hiperglikemia yang disebabkanoleh defek pada sekresi, kegiatan insulin atau

keduanya. Pada tubuh yang sehat, pankreas

melepas hormon insulin yang bertugasmengangkut gula melalui darah ke otot-otot

dan jaringan lain untuk memasok energi.

Diabetes mellitus merupakan gangguan

metabolisme (metabolicsyndrome) distribusigula oleh tubuh.

5

Diabetes mellitus merupakan salah satu

 penyakit degeneratif yang akan meningkatinsidennya di masa mendatang. WHO

memperkirakan jumlah pengidap DM diatas

umur 20 tahun akan mencapai 300 juta orang

 pada tahun 2025, artinya ada peningkatandua kali lipat dibandingkan jumlah pengidap

DM pada tahun 2000 yang jumlahnya

sebesar 150 juta orang.

13

Penyakit diabetes mellitus (DM)menempati peringkat kedua di dunia setelah

 penyakit infeksi. Dari hasil penelitian

nasional untuk penyakit degeneratif, diabetesmellitus terletak dalam urutan keempat

setelah penyakit cardiovaskuler,

celebrovaskuler, dan geriatrik .16

Sekitar 90-95% dari semua kasus DM

yang terdiagnosa adalah diabetes tipe II.Tanpa memandang gender, ras dan usia, saat

ini Indonesia memasuki epidemi DM tipe II.9

Studi yang dilakukan WHO (2005)menemukan jumlah pengidap DM tipe II di

Indonesia mencapai peringkat keempat (8,6 juta) dan diprediksikan meningkat menjadi

21,3 juta pada tahun 2030, adapun peringkatdiatasnya adalah India (31,77 juta), Cina

(20,8 juta) dan Amerika (17,7 juta).12

 

Diabetes jika tidak ditangani dengan baik

akan mengakibatkan timbulnya komplikasi

 pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal,

 jantung, pembuluh darah kaki, syaraf dll.Dengan penanganan yang baik, komplikasikronik diabetes mellitus dapat dicegah atau

setidaknya dihambat perkembangannya.Pengelolaan diabetes mellitus mencakup

terapi farmakologi dan non farmakologi .15

Terapi farmakologi berupa obat antidiabetik.

Sedangkan terapi non farmakologidiantaranya yaitu diet (pengaturan makan)

dan olah raga.13

Terapi gizi merupakan salah satu terapinon farmakologi yang sangat

direkomendasikan bagi penderita diabetes.Tujuan dari terapi gizi adalah memperbaiki

kebiasaan gizi dan olah raga untuk

mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik. Prinsip pengaturan makan bagi

 penderita diabetes hampir sama dengan

anjuran makan untuk masyarakat umum yaitumakanan yang seimbang dan sesuai dengan

kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing

individu.17

Dalam pengaturan makan untuk

 penderita diabetes pemberian tinggi serat

dapat membantu mengendalikan kadar

glukosa darah, hal tersebut sama denganhasil penelitian Sheehan et al. (1997). Serat

atau polisakarida non-pati merupakan zat

non-gizi yang berguna untuk diet (dietary

 fiber ), salah satunya adalah untuk diet

diabetes mellitus.14  The American Diabetic

 Association  menyarankan agar

mengkonsumsi 25-35 gram serat makanan per hari yang dapat diperoleh dari berbagai

asupan bahan makanan.6

Serat pangan akan meningkatkanviskositas makanan. Meningkatnya viskositasakan menurunkan gula sehingga jumlahglukosa yang diserap oleh usus akan

 berkurang. Dengan demikian, kadar glukosadarah juga akan menurun.

1

Dari laporan tiap Puskesmas yang masuk

ke Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Pati penyakit DM menempati peringkat ke-4

(2008) dengan jumlah kunjungan sebanyak1869 orang dan pada tahun 2009 penyakit

DM menempati peringkat ke-3 dengan

 jumlah kunjungan sebanyak 1950 orang.3

Data terakhir dari Puskesmas

Tlogowungu Kabupaten Pati, didapat sampai bulan Januari 2010 jumlah pasiennya

sebanyak 43 orang pasien DM Tipe II / NIDDM. Sedangkan data dengan melakukan

wawancara dan recall 24 jam kepada 5

 penderita diabetes mellitus, didapatkan

konsumsi makanan yang mengandung serat

seperti buah dan sayur dalam jumlah yangsedikit, yang dibuktikan dengan rata-rata

asupan seratnya 16,5 gram.Dari uraian tersebut diatas, maka perlu

dilakukan penelitian mengenai tingkat

konsumsi serta dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah

deskriptif korelasi dengan menggunakanmetode pendekatan yang digunakan adalah

“cross sectional”. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh penderita diabetes mellitustipe II yang periksa dan kontrol di Puskesmas

Tlogowungu Kabupaten Pati sampai bulanJanuari 2010. Sedangkan sampel adalah

2

Page 6: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 6/62

keseluruhan jumlah populasi (total populasi) penderita diabetes mellitus tipe II di

Puskesmas Tlogowungu yang sesuai dengan

kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak35 orang.

Dalam penelitian ini alat pengumpul

data adalah lembar  food   recall 24 jamdilakukan selama 3 hari tidak berturut untuk

mendapatkan data asupan karbohidrat dan

serat. Sedangkan untuk mengukur kadar gula

darah digunakan alat GlucoDr. Sebelumdiambil darah, responden puasa terlebih

dahulu selama 8-10 jam, pengambilan darah

dilakukan oleh petugas Puskesmas.Data dianalisa dengan menggunakan

teknik uji Kolerasi Kendall’s Tau  (τ) karena

distribusi datanya tidak normal. Analisa

 bertujuan untuk mengetahui hubungan antaraasupan serat dengan kadar glukosa darah

digunakan Untuk mengetahui koefisien suatu

hubungan dan seberapa besar tingkat suatuhubungan, dengan tingkat signifikansi 5%.Pengujian dilakukan dengan bantuan

 program SPSS (Statistik Package for Social

Science) versi 12.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan pada penderitaDM tipe II di wilayah Puskesmas

Tlogowungu pada tanggal 12-24 April 2010.Hasil yang didapatkan kemudian disajikan

dalam bentuk narasi dan tabel. Hasil

 penelitian ini didasarkan data yang telahdiperoleh dari 35 responden.

Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden n %

Kelompok Usia

<= 40 tahun 8 22,9

> 40 tahun 27 77,1

Jumlah 35 100,0

Jenis kelamin

Laki-laki 15 42,9

Perempuan 20 57,1

Jumlah 35 100,0

Tingkat Pendidikan

Tidak sekolah 7 20,0SD 12 34,3

SMP 4 11,4

SMA 7 20,0

Perguruan tinggi 5 14,3

Jumlah 35 100,0

Jenis Pekerjaan

Tidak 15 42,9

 bekerja/pensiunan

Pegawai Negeri Sipil 8 22,9

Wiraswasta 8 22,9

Swasta 4 11,4

Jumlah 35 100,0

Berdasarkan tabel 1, jumlah respondenseluruhnya adalah 35 orang. Diketahui,

sebagian besar responden berjenis kelamin

 perempuan (57,1%), sebagian besarresponden berusia lebih dari 40 tahun

(77,1%). Pendidikan sebagian besar tamatSD (34,3%) dan 15 responden (42,9%) tidak

 bekerja.

Status Gizi Responden

Tabel 2. Distribusi Status Gizi

Berdasarkan IMT Responden

IMT n %

 Normal 12 34,3

Berat Badan

Lebih

14 40,0

Obes I 7 20,0

Obes II 2 5,7

Jumlah 35 100,0

Berdasarkan tabel 5.2, sebanyak 14

responden (40,0%) termasuk dalam kategori

status gizi berat badan lebih, sebanyak 12responden (34,3%) dan obes I sebanyak

(20,0%).

Asupan Karbohidrat Responden

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Menurut

Asupan Karbohidrat.

Kategori konsumsi karbohidrat n %

Cukup : 45-65% 15 42,9

Lebih : ≥ 65%  20 57,1

Jumlah 35 100,0

Karbohidrat merupakan salah satu

sumber energi. Persentase karbohidratmenyumbang setengah atau lebih energi di

dalam diit. Berdasarkan tabel 5.3, sebagian

 besar (57,1%) subyek mempunyai konsumsikarbohidrat termasuk kategori lebih ≥ 65%.

Anjuran konsumsi karbohidrat untuk pasienDiabetes Mellitus Tipe 2 berkisar antara 45-

65%.

3

Page 7: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 7/62

Asupan Serat

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Menurut

Konsumsi Serat.

Kategori asupan serat N %

Kurang : < 25 gram 27 77,1

Cukup : 25-35 gram 8 22,9

Jumlah 35 100,0

Asupan serat berkisar antara 15,7sampai 27,4 gram dengan rerata 21,566 ±

3,16. Berdasarkan tabel 5.4, sebagian besar

(77,1%) responden mempunyai asupan serat

termasuk kategori kurang.Pada penelitian ini diketahui asupan

serat responden berkisar antara 15,7 gram

sampai dengan 27,4 gram, dengan rata-rata

asupan serat sebesar 21,57 gram. Sebanyak77,1% responden mempunyai tingkat asupan

serat < 25 gr/hari. Pada penderita diabetesdianjurkan untuk mengkonsumsi serat

sebanyak 25-35 gr/hari, terutama serat larutair.

Berdasarkan data recall  diketahuiasupan serat responden hanya sedikit.

Asupan serat yang kurang pada sampel

terkait dengan pola kebiasaan makan yangmengkonsumsi sayuran dalam jumlah sedikit

dibandingkan konsumsi karbohidratnya dan

 jarang menkonsumsi buah, padahalkandungan serat banyak terdapat pada sayur

dan buah, hal ini dapat disebabkan karenakurangnya pengetahuan akan manfaat serat

 bagi kesehatan. Dari data recall hanya 22,9%responden yang memiliki asupan serat sesuai

dengan yang dianjurkan pada penderitadiabetes yaitu 25-35 gr/hari.

Berdasarkan laporan Food Facts Asia,1999 diketahui bahwa asupan serat orang

Amerika lebih rendah, umumnya 10-15 gr/hr,

sedangkan asupan serat orang Asia sepertiSingapura rata-rata 15 gr/hr dan Hongkong <

10gr/hr.7

Selama ini makanan Indonesiadipercaya banyak mengandung serat, tetapi

dari hasil survey yang dilakukan di Jakarta,diketahui bahwa konsumsi serat hanya 19

gram sehari, jauh lebih rendah darirekomendasi yang dianjurkan.

18

Pada saat ini informasi tentangkonsumsi serat di Indonesia masih sangat

terbatas antara lain karena daftar komposisi

 bahan makanan Indonesia belummencantumkan kandungan serat. Dalam

upaya memperoleh informasi tingkatkonsumsi serat di Indonesia, telah dilakukan

analisis tingkat konsumsi serat dengan data

survei Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG)yang dikumpulkan Direktorat Gizi

Masyarakat, Depkes, RI. Rata-rata tingkat

konsumsi serat penduduk Indonesia secaraumum yaitu sebesar 10.5 gram/orang/hari,

 baru mencapai sekitar separuh dari

kecukupan serat yang dianjurkan.3

Kadar Glukosa Darah Puasa

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Menurut

Kadar Glukosa Darah Puasa.

Kategori kadar glukosa

darah puasa

N %

Baik : 80-100 mg/dl 3 8,6

Sedang : 110-125 mg/dl 5 14,3

Tinggi : ≥ 126 mg/dl  27 77,1

Jumlah 35 100,0

Kadar glukosa darah puasa

responden berkisar antara 91 sampai 339mg/dl dengan rerata 179,26 ± 68,35.

Berdasarkan tabel 5.5, sebagian besar

(77,1%) responden mempunyai kadar

glukosa darah puasa masih termasuk kategoritinggi dibandingkan anjuran untuk pasienDiabetes Mellitus Tipe 2, yaitu 80-125

mg/dl.

Pada penelitian ini kadar glukosa darahyang diukur adalah kadar glukosa darah

 puasa karena kadar glukosa darah puasa

dapat memberikan gambaran tentanghomeostasis glukosa keseluruhan. Kadar

glukosa darah puasa adalah konsentrasi

glukosa dalam darah yang dinyatakan dalamsatuan mg/dl yang diukur setelah melakukan

 puasa selama 8-10 jam. Pemeriksaan kadarglukosa darah puasa respondenmenggunakan uji strip dengan metode

enzimatik (glukosa oksidase).10

 Berdasarkan hasil penelitian

 pengukuran rerata kadar glukosa darah puasa

sampel adalah 179,26 mg/dl, kadar glukosaminimum 91 mg/dl dan maksimum 339

mg/dl. Hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa sebanyak 77,1% termasuk dalam

kategori tinggi. Tingginya kadar glukosa

darah merupakan masalah yang serius karena

dapat menyebabkan timbulnya penyulit pada berbagai organ tubuh, seperti pada pembuluh

darah otak (stroke), pembuluh darah mata,

(dapat terjadi kebutaan), pembuluh darah

4

Page 8: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 8/62

 jantung (penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal (penyakit ginjal

kronik), dan pembuluh darah kaki (luka sukar

sembuh).17

Peningkatan kadar glukosa darah dapat

dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu tinggi

asupan energi, rendah asupan serat, obesitas,dan kebiasaan olah raga .17 Pemantauan kadar

glukosa darah bagi penyandang DM

merupakan hal yang penting dan sebagai

 bagian dari pengelolaan DM. Hasil pemantauan tersebut digunakan untuk

menilai manfaat pengobatan dan sebagai

 pegangan penyesuaian diet, latihan jasmani/aktivitas fisik dan obat-obatan untuk

mencapai kadar glukosa darah senormal

mungkin serta terhindar dari berbagai

 penyulit.8 

Penyandang DM dengan kadar glukosa

darah tidak terkendali mempunyai risiko

untuk terjadinya penyakit jantung koronerdan penyakit pembuluh darah otak 2 kalilebih besar, 5 kali lebih mudah menderitaulkus/gangren, 7 kali lebih mudah mengidap

gagal ginjal terminal, dan 25 kali lebihmudah mengalami kebutaan akibat kerusakan

retina.17

 

Hubungan Antara Asupan Serat Dengan

Kadar Glukosa Darah

Berdasarkan uji normalitas data

diketahui bahwa asupan serat normal

sedangkan kadar glukosa darah puasa tidaknormal sehingga uji statistik yang digunakan

yaitu Kendall Taul (τ). Berikut ini disajikantabel yang menampilkan hasil uji statistik

hubungan asupan serat dengan kadar glukosadarah puasa.

Tabel 6. Hasil Uji Statistik Hubungan

Asupan Serat Dengan Kadar Glukosa

Darah Puasa 

Variabel (mg/dl) Kadar GDP

Τ   p

Asupan serat (gr) -0,485 0,0001

Dari tabel 6, berdasarkan uji Kendall

Tau  telah didapat nilai τ sebesar -0,485dengan  p  value = 0,0001. Oleh karena  p

value = 0,0001 kurang dari α (0,05), maka

dapat diinterprestasikan ada hubungan yang

 bermakna antara asupan serat dengan kadar

glukosa darah puasa. Kolerasi yang terjadimerupakan kolerasi negatif (karena nilai

kolerasi bertanda negatif), ini berarti bahwa

semakin rendah asupan serat maka semakintinggi kadar glukosa darah puasa. Tingkat

hubungan tersebut menunjukkan tingkathubungan yang sedang karena nilai

kolerasinya terletak antara 0,40-0,599.

Berdasarkan hasil penelitian diketahuiterdapat hubungan antara asupan serat

dengan kadar glukosa darah pada penderita

diabetes mellitus tipe II di Wilayah kerjaPuskesmas Tlogowungu Kabupaten Pati.

Hubungan antara asupan serat dengan kadar

glukosa darah puasa ditunjukkan dengan τ = -

0,485 dan tingkat signifikan p= 0,0001< 0,05yang berarti ada hubungan yang bermakna

antara asupan serat dengan kadar glukosa

darah.Berdasarkan kriteria kolerasi dari

Sugiyono (2007), nilai koefisien kolerasi

nilai τ hitung terletak antara 0,40-0,599,

maka hubungan antara asupan serat dengankadar glukosa darah pada penderita diabetes

mellitus tipe II di Wilayah kerja Puskesmas

Tlogowungu Kabupaten Pati memilikihubungan atau kolerasi yang sedang.Hubungan antara asupan serat dengan kadarglukosa darah dalam penelitian ini

merupakan hubungan yang negatif, yaitusemakin rendah asupan serat maka semakin

tinggi kadar glukosa darah. Pada penelitian

ini tidak membedakan jenis serat (serat larutair dan tidak larut air) yang terkandung di

dalam makanan sehingga tidak diketahuiseberapa besar kontribusi masing-masing

 jenis serat dengan kadar glukosa darah

responden.Mekanisme serat terhadap penurunan

kadar glukosa darah pada penderita DMsangat dipengaruhi oleh penyerapan

karbohidrat di dalam usus. Semakin rendahkarbohidrat yang diserap maka semakin

rendah kadar glukosa darah dalam hal ini

serat dapat menurunkan efisiensi penyerapan

karbohidrat yang menyebabkan turunnya

respon insulin. Dengan menurunnya responinsulin, kerja pankreas makin ringan

sehingga dapat memperbaiki fungsi pankreasdalam produksi insulin.

1

Pengaruh serat dalam penurunan kadar

glukosa darah terjadi karena di dalamlambung, baik serat larut maupun serat tidak

larut mempunyai kemampuan untuk mengisilambung, memperlambat pengosongan

lambung dan merubah peristaltik lambung.Hal tersebut dapat menimbulkan rasa

kenyang yang lebih lama dan keterlambatan

 penyampaian zat-zat gizi ke usus halus.Kemudian di usus halus, jenis serat terutama

serat larut air dapat meningkatkan kekentalanisi usus yang mengakibatkan terjadinya

 penurunan

5

Page 9: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 9/62

aktivitas enzim amilase dan memperlambat penyerapan glukosa. Hal tersebut secara

tidak langsung dapat menurunkan kecepatan

difusi pada permukaan mukosa usus halus.Akibat dari kondisi tersebut maka akan

terjadi penurunan kadar glukosa darah.2 

Serat merupakan komponen yang tidakdapat dicerna dan diserap di dalam usus

halus. Bagian yang tidak dapat dicerna

tersebut, kemudian akan dibawa masuk ke

dalam usus besar. Di dalam usus besar, seratakan menjadi substrat potensial untuk dapat

difermentasikan oleh bakteri anaerob

menjadi asam lemak rantai pendek jenisasetat, propionat dan butirat. Asam lemak

rantai pendek jenis propionat dapat

menghambat mobilisasi lemak dan mencegah

 proses glukoneogenesis di dalam hati. Kerja propionat tersebut dapat berpengaruh

terhadap peningkatan sekresi insulin dan

 pemakaian glukosa oleh sel hati. Dengandemikian kadar gula darah menjadi berkurang (Todesco dkk (1991).

4

Studi yang dilakukan oleh Manisha

Chandalia et al dari bagian ilmu penyakitdalam dan pusat gizi manusia, University of

Texas Southwestern Medical Center, Dallas,

Amerika Serikat membuktikan bahwakonsumsi makanan tinggi serat (50 gr),

khususnya serat larut dapat memperbaikikontrol terhadap gula dalam darah penderita

DM tipe II. Studi tersebut juga menunjukkan

 bahwa asupan serat larut yang tinggi dapatdicapai dengan mengkonsumsi makanan

alami yang kaya serat. Dimana dengan diettinggi serat dan sedikit efek sampingnya

dapat diterima baik oleh para penderita. Olehkarena itu, untuk meningkatkan konsumsi

seratnya, para penderita diabetes dianjurkan

lebih memilih konsumsi makanan dari

sumber alami kaya serat dibandingkan

dengan suplemen tinggi serat.6

KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagian besar respondenmempunyai asupan serat yang kurang

(77,1%) dan kadar glukosa darah puasanyatinggi yaitu ≥ 126 (Sebagian besar responden

(77,1%).Ada hubungan antara asupan serat

dengan kadar glukosa darah pada penderita

diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerjaPuskesmas Tlogowungu Kabupaten Pati.

Bagi pasien diabetes mellitusdianjurkan untuk selalu mengkonsumsi

makanan yang mengandung serat terutama

serat larut air seperti yang terdapat dalamsayuran,buah, serealia dan kacang-kacangan

dalam jumlah cukup. 

DAFTAR PUSTAKA

1.  Astawan, M & Tutik, W. 2004.  Diet

Sehat dengan Makanan Berserat . Edisi

1. Solo: Tiga Serangkai.2.  Budiyanto. 2002. Gizi dan Kesehatan.

Malang: Bayu Media dan UMM Press.

3.  Dinkes Kab. Pati. 2009. Profil KesehatanKabupaten Pati.

4.  Immawati, F.R. 2008. Hubungan

Konsumsi Karbohidrat, Total Energi,

Serat, Beban Glikemik dan LatihanJasmani dengan Kadar Glukosa Darah

Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.

Universitas Diponegoro. Unpublished.5.  Lemone, P & Burke, K. 2004.  MedicalSurgical Nursing: Critical thinking in

client care.  3rd   Edition. New Jersey:

Pearson Education.6.  Lubis, Z. 2009.  Hidup Sehat dengan

 Makanan Kaya Serat . Bogor: IPB Press.

7.  Olwin, N; Cornelis, A. 2005. Diet SehatDengan Serat. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Pemberantasan Penyakit.Jakarta. //http.www.Kalbefarma.com

8.  Pradana, S. Pemantauan Pengendalian

Diabetes Mellitus. 2005.  DalamPenatalaksanaan Diabetes Melitus

Terpadu. Jakarta: Pusat Diabetes danLipid RSCM – FKUI.

9.  Rosalina. 2008.  Hubungan Asupan

Karbohidrat, Serat, dan Indeks Massa

Tubuh (IMT) dengan Kadar Glukosa

 Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe

2 di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang.

Universitas Diponegoro. Unpublished.10.  Sacher, R. A. 2004. Tinjauan Klinis

Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi11. Jakarta: EGC.

11.  Smeltzer, S.C. 2002.  Buku Ajar

Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddarth. Ed 8. Vol. 1. Jakarta: EGC.

12.  Soegondo, S. 2005. Prinsip Pengobatan

 Diabetes, Insulin dan Obat Hipoglikemik

Oral. Dalam Penatalaksanaan Diabetes

 Melitus Terpadu. Jakarta: Pusat Diabetes

dan Lipid RSCM – FKUI.

13.  Sudoyo, A.W; Setiyohadi, B; Alwi, I;Simadibrata ,K. M; Setiati, S. 2006.

 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI

6

Page 10: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 10/62

14.  Sulistijani, D.A. 2001. Sehat dengan

 Menu Berserat . Jakarta: Trubus

Agriwidya.

15.  Susanto, H. 2007. Faktor-faktor yang

 Berhubunngan dengan Kepatuhan

Penderita Diabetes Mellitus dengan

Pengelolaan Diet di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Sunan Kalijaga Demak .Stikes Ngudi Waluyo. Unpublished.

16.  Tjokroprawiro, A. 2002. Petunjuk hidup

sehat untuk para diabetes. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

17.  Waspadji, S . 2005. Diabetes Melitus:Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya

yang Rasional. Dalam Penatalaksanaan

Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Pusat

Diabetes dan Lipid RSCM – FK UI.

18. Waspadji, S; Sukardji, K; Octarina, M.

2002. Pedoman Diet Diabetes Mellitus. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

7

Page 11: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 11/62

 

Induksi Partikel Terhirup Dalam Asap Terhadap Kapasitas Fungsi Paru

Pada Pengrajin Pengasapan Ikan Di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan

Semarang Utara Kota Semarang

Puji Pranowowati

*)

, Sugeng Maryanto

**)

 *)  Staf Pengajar Program Studi Kesehatan masyarakat STIKES Ngudi Waluyo

**)Staf Pengajar Program Studi Ilmu Gizi STIKES Ngudi Waluyo

ABSTRAK

Industri dan produknya mempunyai dampak yang positif dan negatif kepada manusia. Dilingkungan pengasapan ikan, permasalahan asap masih menjadi permasalahan utama. Asap dapat

mengandung bahan kimia yang dapat mengganggu kesehatan meliputi partikulat dan komponengas dan partikulat yang terdapat dalam asap dapat menyebabkan penurunan fungsi paru.Berdasarkan wawancara dengan pengrajin didapatkan data 80% pengrajin pengasapan ikan

mengeluh mengalami batuk, 50% mengeluh mengalami sesak nafas dan 30% mengeluh

mengalami nyeri dada.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan induksi partikel terhirup dalam asap dengan

kapasitas fungsi paru pada pengrajin pengasapan ikan di Kelurahan bandarharjo Kecamatansemarang Utara Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desaincross sectional, jumlah sampel 45 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan simpel random

sampling. Analisis data menggunakan uji korelasi pearson product moment.

Hasil penelitian berdasarkan uji korelasi pearson product moment menemukan bahwa pajanan partikel dalam asap berhubungan dengan kapasitas fungsi paru p=0,002 dan menunjukkan

hubungan yang sedang (r=0,444).

Rekomendasi penelitian ini diharapkan pekerja memakai masker untuk menghindari asap, ruangan pengasapan ikan diberi ventilasi dan membuat exhaust ventilation untuk menangkap asap hasil

samping dari pengasapan ikan.

Kata kunci : partikel terhirup (dalam asap), kapasitas fungsi paru, pengasapan ikan

Kepustakaan : 37(1987-2007)

PENDAHULUAN

Industri dan produknya mempunyaidampak yang positif dan negatif kepada

manusia. Di satu pihak akan memberikankeuntungan berupa memberikan lapangan

 pekerjaan, dan akhirnya meningkatkanekonomi dan sosial masyarakat. Di pihak

lain akan timbul dampak negatif karena pajanan zat-zat yang terjadi pada proses

industrialisasi atau oleh karena produk hasil

industri tersebut. Pajanan zat-zat tersebutmempengaruhi kesehatan lingkungan antara

lain berupa pencemaran udara.1

Pencemaran udara dapat berupa partikel atau gas hasil dari proses industri

yang dapat menimbulkan berbagai penyakitdan gangguan fungsi tubuh. Penyakit dan

kelainan yang timbul akibat pajanan zat-zattersebut bervariasi tergantung pada organ

yang terkena dan tingkat pajanan yangterjadi. Gangguan pada organ tubuh dapat

menimbulkan kelainan kulit, gangguan

intestinal, kelainan mata serta penyakit- penyakit saluran pernafasan dan penyakit paru.

 2 

Fungsi paru sangat bervariasi dandipengaruhi oleh usia, tinggi badan, jenis

kelamin, suku, berat badan dan bentuktubuh.3 Disamping itu juga dipengaruhi oleh

keadaan bahan yang diinhalasi (gas, debudan uap) serta lama pajanan. Berbagai faktor

 berpengaruh dalam timbulnya gangguan

saluran nafas atau penyakit paru akibat debudiantaranya faktor debu meliputi ukuran

 partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan

sifat kimiawi. Faktor individual yangmempengaruhi meliputi mekanisme

 pertahanan paru, anatomi dan fisiologisaluran nafas dan faktor imunologis.

4

Debu yang masuk ke saluran nafasakan menyebabkan timbulnya reaksi

mekanisme pertahanan non spesifik berupa batuk, bersin, gangguan transport mukosilier

dan fagositosis oleh makrofag. Inhalasi debu

8

Page 12: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 12/62

 

dalam paru-paru menyebabkan kalainan dankerusakan paru yang disebut

 pneumokoniosis. Inhalasi debu dalam paru-

 paru akan menimbulkan reaksi fibrosis.Fibrosis yang luas akan mengakibatkan

elastisitas, kapasitas total, kapasitas vital dan

volume residu paru berkurang sehinggatimbul penyakit paru restriktif.4 Penyakit

 paru kerja merupakan penyebab utama

ketidakmampuan atau kecacatan, kehilangan

hari kerja dan kematian pada para pekerja.2

Di lingkungan pengasapan ikan,

 permasalahan asap masih menjadi

 permasalahan utama. Asap berasal dari proses pengasapan ikan dengan cara

membakar batok kelapa pada tungku

sederhana. Asap dapat mengandung bahan

kimia yang dapat mengganggu kesehatanmeliputi partikulat dan komponen gas

seperti karbonmonoksida, formaldehid,

akrolein, benzene, nitrogen dioksida danozon. Partikulat yang terdapat dalam asapdapat menyebabkan penurunan fungsi paru.

Kelainan fungsi paru dapat terdeteksi

dengan pemeriksaan fungsi parumenggunakan spirometri. Pemeriksaan ini

merupakan penilaian yang obyektif untuk

evaluasi gangguan respirasi. Pada umumnyauji faal paru dengan spirometri terdiri dari

kapasitas vital paksa  (Forced Vital

Capacity), kapasitas ekspirasi paksa satu

detik  (FEV1) dan persentase FEV1

terhadap FVC.1 

Berdasarkan survey awal terdapat 47

usaha pengasapan ikan yang terdiri dari 80 pengrajin. Pengrajin pengasapan ikan

terpajan oleh asap yang bersumber daritungku pengasapan yang dibuat secara

sederhana dari drum bekas. Sedangkan jarak

 pengrajin dengan tungku pengasapan hanya

sekitar 0,5 – 1 meter. Di samping itu

 beberapa ruang pengasapan ikan tidakmempunyai ventilasi kecuali pintu masuk.

Hal ini memungkinkan pengrajin terpajanoleh asap hasil pengasapan ikan.

Berdasarkan wawancara dengan

 pengrajin didapatkan data 80% pengrajin pengasapan ikan mengeluh mengalami

 batuk, 50% mengeluh mengalami sesaknafas dan 30% mengeluh mengalami nyeri

dada. Menurut penelitian Sumanto (1999),74 % pengrajin pengasapan ikan mengalami

gangguan fungsi paru. 6

MATERI DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitiananalitik dan endekatan yang digunakan

adalah cross sectional. Populasi penelitian

adalah pengrajin pengasapan ikan diKelurahan Bandarharjo Kota Semarang.

Teknik pengambilan sampel menggunakansimpel random sampling  sebanyak 45 orangdengan kriteria inklusi lama bekerja ≥ 5

tahun dan kriteria eksklusinya adalah

merokok, mempunyai riwayat pekerjaanyang diperkirakan dapat menimbulkan

 penyakit saluran nafas seperti : perkayuan,

 pertambangan serta sebelum bekerja sudah

menderita penyakit saluran nafas, asma, penyakit jantung. Variabel bebas berupa

 partikel terhirup dalama sap yang diukur

dengan Personal Dust Sampler merk SKCModel 224-PCXR-8, dan variable terikatnya

adalah fungsi paru yang diukur dengan

Spirometer merk AS 300. Analisis bivariat

menggunakan uji statistik Pearson-ProductMomment.

HASIL DAN PEMBAHASANGambaran Umum daerah PenelitianKelurahan Bandarharjo merupakan

daerah dataran rendah/daerah pantai dengan

ketinggian berkisar antara 0-0,75 meter diatas permukaan air laut. Mata pencaharian

sebagian besar masyarakat Bandarharjo

adalah nelayan, dan dikenal sebagai salahsatu sentra industri pengasapan ikan

tradisional. Tempat pengasapan ikan terletakdi bantaran kali Semarang, tepatnya di

sebelah timur sungai dan di sebelah selatan

 jalan arteri utara.Industri pengasapan ikan di

Kelurahan Bandarharjo terdapat 47 usaha pengasapan ikan. Tiap usaha pengasapan

ikan mengasapi ikan antara 50 kg-1 ton ikansetiap hari dengan jumlah tenaga kerja 2-20

orang tiap usaha pengasapan ikan. Jumlah

tenaga kerja yang ada di lingkungan usaha

 pengasapan ikan Bandarharjo terdapat 180

orang pengrajin.Pengasap ikan memulai kegiatan

 pengasapan ikan sejak jam 07.00 sampai jam17.00 WIB. Kegiatan pengasapan ikan yangdilakukan meliputi pemilahan ikan,

 pengirisan ikan, pengasapan ikan dan ikansiap dipasarkan. Pengasapan ikan dilakukan

dengan tungku pengasapan yang dibuatsecara tradisional dan sederhana dari drum

 bekas dengan bahan bakar batok arangkelapa. Pengrajin duduk dekat dengan

tungku pengasapan yang berjarak sekitar

0,5- 1 meter.Keadaan ruangan pengasapan ada

yang di dalam ruangan tertutup dan ada jugayang terletak di ruangan terbuka. Pengrajin

 pengasapan ikan yang berada di ruangan

9

Page 13: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 13/62

 

tertutup maupun terbuka terpajan asap hasil pengasapan ikan. Konstruksi cerobong asap

dibuat sangat sederhana yaitu dari susunan

 beberapa lembar seng. Ketinggian cerobonghanya sekitar 4-5 meter sehingga tampak

asap tebal menyelimuti tempat pengasapan

dan sekitarnya. Para pengarjin menghindariasap dengan cara menyesuaikan diri

 berlawanan arah angin supaya asap tidak

langsung mengenai pengrajin. Cerobong

asap hanya berfungsi mengarahkan asap.

Karakteristik responden

Penelitian ini melibatkan 45 pekerja pengrajin pengasapan ikan di Kelurahan

Bandarharjo Kota Semarang. Hasil

 penelitian diperoleh data:

Tabel 1 Karakteristik Responden Pengrajin

Pengasapan Ikan di Keluarahan

Bandarharjo Tahun 2008

 No Karakteri stik Jumlah Persentase(%)

1. Pendidikan

a. Tidak tamat SD

b. Tamat SD

c. Tamat SMP

15

21

9

33,33

46,67

20,00

2. Umur

a. ≤ 30 tahun 

b. > 30 tahun

13

32

28,89

71,11

3. Masa Kerja

a. Normal

b. Gemuk

23

22

51,11

48,89

Partikel terhirup dalam asapProses pengasapan ikan menghasilkan

 banyak asap yang berasal dari pembakaran batok kelapa pada tungku yang sederhana.

Proses pengasapan ikan hampir sama dengan

komposisi asap akibat kebakaran. Asapmengandung berbagai komponen yang dapat

merugikan kesehatan baik dalam bentuk gasmaupun partikel.

7

Partikel debu yang dapat dihirup pada

 pernafasan manusia adalah ukuran 0,1

sampai 5-10 mikron. Partikel ini akan berada

di atmosfer sebagai suspended particulate

matter   dan mempunyai pengaruh besaruntuk menimbulkan kerusakan jaringan dan

faal paru.8

Partikel terhirup dalam asap diukur

dengan Personal Dust Sampler   dengan

diameter filter respirable berukuran 37 mm

(3,7 cm) dan diameter pori-pori filter 0,8 µm(mili mikron) yang terbuat dari ester

selulosa serta flow 2 l/menit.

Partikel terhirup dalam asap diukurdengan Personal Dust Sampler . Rata-rata

 jumlah pajanan partikel dalam asap yang

terhirup responden 2,21 mg/m3, dengan SD

1,11 dan nilai minimal 0,45 mg/m3, nilai

maksimal 4,50 mg/m3.

 Nilai ambang batas partikel terhirupmenurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja

 No SE-01/MEN/1997 tentang NAB faktor

kimia adalah 3 mg/m3. Terdapat 12 orang

(26,7%) menghirup partikel dalam asapmelebihi 3 mg/m

3(lebih dari nilai ambang

 batas).

Hal ini disebabkan ruangan untuk pengasapan ikan tidak ada ventilasi kecuali

 pintu masuk dan banyak pengrajin yang

masih terpajan asap terutama pada waktu

arah angin menuju ke arah pengrajin. Solusiyang perlu dipikirkan adalah dibuat alat

exhaust ventilation yang diharapkan dapat

menghisap asap hasil pengasapan ikan.

Tabel 2. Distribusi data pengarajin pengasapikan menurut kadar partikel

terhirup dalam asap di KelurahanBandarharjo Tahun 2008

Kategori

 partikel

Frekuensi Persentase

(%)

≤ NAB  32 71,11> NAB 13 28,89

Jumlah 45 100,00

Fungsi paru

Penyakit paru dapat dilihat secarasubyektif dari tanda dan gejala penyakit

 pernafasan yaitu batuk, sputum yang berlebihan, batuk darah, sesak nafas dannyeri dada.

Hal ini juga dapat dilihat bahwaresponden yang mengalami batuk ada 33

responden (73,3%). Batuk merupakan suatu

refleks protektif yang timbul akibat iritasi percabangan trakeobronkial. Kemampuan

untuk batuk merupakan mekanisme yang

 penting untuk membersihkan saluran nafas

 bagian bawah. Batuk merupakan gejala yang paling umum dari penyakit pernafasan.

Inhalasi debu, asap dan benda-benda kecilmerupakan penyebab paling sering dari

 batuk.10

 

Responden yang mengeluarkan dahak

atau sputum ada 28 responden (62,2%).

Sputum merupakan mukus yang berlebihan pada saluran pernafasan. Pembentukan

mukus yang berlebihan disebabkan

gangguan fisik, kimia atau infeksi pada

10

Page 14: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 14/62

 

membran mukosa. Mukus yang berlebihanakan dibatukkan dalam bentuk sputum.

10 

Sesak nafas atau dispnea juga dilami

oleh 35 responden (77,7%).  Dispnea  atausesak nafas adalah perasaan sulit bernafas

dan merupakan gejala utama dari penyakit

kardiopulmonar. Seorang yang mengalamidispena sering mengeluh nafasnya menjadi

 pendek atau merasa tercekik.  Dispnea 

merupakan gejala yang paling nyata pada

 penyakit yang menyerang percabangantrakeobronkial, parenkim paru-paru dan

rongga pleura.10

 

Responden yang mengeluhmengalami nyeri dada ada 30 responden

(66,6%). Penyebab nyeri dada salah satunya

akibat radang pleura ( pleuritis). Penyebab

utama nyeri pleuritik adalah infeksi paru- paru atau infark.

10 

Gangguan fungsi paru bisa dilihat

dari prediksi nilai Forced Vital Capacity (FVC) dan perbandingan antara Forced Expiratory Volume 1 (FEV1) dengan Forced

Vital Capacity (FVC).

Tabel 3. Distribusi data pengrajin pengasap

ikan menurut gangguan fungsi paru

di Kelurahan Bandarharjo Tahun2008

KategoriPartikel

Frekuensi Persentase(%)

 NormalObstruksi

RestriksiCampuran

(Combined )

819

216

17,7842,22

4,4435,56

Jumlah 45 100,0

Fungsi paru juga bisa dilihat dari penurunan nilai FEV1. FEV1 merupakan

fraksi volume kapasitas vital yang

dikeluarkan pada satu detik pertama melaluiekspirasi paksa (volume ekspirasi paksa 1

detik). Pada penderita asma ditemukan

kapasitas vital yang normal tapi terjadi

 penurunan nilai FEV1.11

 

Hubungan kadar pajanan partikel dalamasap dengan fungsi paru

Hasil analisis korelasi pearson

 product moment menunjukkan nilai p=0,001

yang artinya ada hubungan antara kadar

 pajanan partikel terhirup dalam asap dengankapasitas fungsi paru. Nilai r=0,444

menunjukkan hubungan antara kadar

 pajanan partikel terhirup dalam asap dengan

kapasitas fungsi paru menunjukkanhubungan yang sedang.

Inhalasi debu atau partikel dalam

 paru-paru akan menimbulkan reaksi fibrosis.Debu merusak makrofag yang

memfagositosis debu tersebut dan

mengakibatkan pembentukan nodulafibrotik. Fibrosis yang luas timbul akibat

 penyatuan nodula-nodula fibrotik. Fibrosis

yang luas akan mengakibatkan elastisitas,

kapasitas total, kapasitas vital dan volumeresidu paru berkurang sehingga timbul

 penyakit paru.9 

Partikel yang terkandung dalam asapkebakaran mempunyai potensi merusak

sistem mukosilier (silia pada mukosa yang

 berfungsi mengeluarkan benda asing) dan

merangsang proses fibrosis jaringan parudan dapat menimbulkan kerusakan paru

seperti bronkhitis kronik, emphisema serta

fibrosis paru akibat partikel polutan danmengandung kristal partikel dalam jaringan paru yang dikenal dengan pneumokoniosis.

12 

KESIMPULAN

1.  Rata-rata pajanan partikel dalam

asap yang terhirup responden 2,19

mg/m3 

2.  Penurunan nilai FEV1 pada

 pengrajin pengasapan ikanmenunjukkan penurunan rata-rata

FEV1 adalah 737,8 ml

3.  Ada hubungan antara induksi partikel terhirup dalam asap dengan

kapasitas fungsi paru dengan nilai p=0,002

SARAN

1.  Ruangan pengasapan ikan

hendaknya diberi ventilasi sehingga

asap bisa keluar dari ruangan

2.  Hendaknya membuat exhaust

ventilation  yang berfungsi untuk

menghisap asap hasil pengasapanikan.

3.  Pengrajin pengasapan ikan

diharapkan memakai maskersehingga dapat mengurangi pajanan

 partikel dalam asap yang terhirup

11

Page 15: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 15/62

 

DAFTAR PUSTAKA

1.  Mangunnegoro, H .  Diagnosis dan

 penilaian cacat pada penyakit paru

kerja.  Dewan keselamatan danKesehatan Kerja Nasional, Jakarta,

2006

2. 

Yunus, F. Diagnosis Penyakit ParuKerja.Cermin Dunia Kedokteran

 No 74 Tahun 1992.diakses dari

http://www.kalbe.co.id  

3.  Hicks GH. Ventilation. In:Cardiopulmonary anatomy and

 physiology. Philadelphia: W.B.

Saunders Company; 20004.  Yunus, F.  Dampak debu industri

 pada paru pekerja dan

 pengendaliannya. Cermin Dunia

Kedokteran No 115 Tahun 1997.diakses dari http://www.kalbe.co.id  

5.  Aditama, TY. Penilaian Polusi

Udara. Jurnal RespirologiIndonesia Vol 19 No 1 Januari1999

6.  Sumanto,  Hubungan lama kerja di

ruang pengasapan dengan fungsi

 paru pada pengrajin pengasapan

ikan di Kel Bandarharjo Kota

Semarang, Skripsi, FKM Undip,

Semarang, 20007.  Fardiaz, S.  Epidemiologi

 Lingkungan. Gadjah mada

university Press, Yogyakarta, 19898.  Murti, B. Penerapan Metode

Statistik Non-Parametrik dalam

 Ilmu-ilmu Kesehatan. Gramedia.

Jakarta.19969.  Yunus F. Faal Paru dan Olah

 Raga. Jurnal Respirologi Indonesia

Volume 17 No 2 April 1997.10.  Price & Wilson. Patofisiologi

Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit . Edisi 4 Buku II, EGC,

Jakarta, 199411.  Sherwood, L. Fisiologi Manusia

dari Sel ke Sistem, EGC, Jakarta,

200112.  Awaloedin, M, Polusi Udarakarena Kebakaran Hutan. Diaksesdari http/www.haze-online.or.id

12

Page 16: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 16/62

 

Pengaruh Senam Hamil Terhadap Lamanya Persalinan Kala II Pada Ibu

Hamil Primigravida di Kabupaten Semarang

Yuliaji Siswanto*)

, Sri Wahyuni*)

 *) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo

ABSTRAK

Latar Belakang : Sampai sekarang angka kematian maternal dan perinatal di Indonesia masih

cukup tinggi. Salah satu penyebab tingginya kematian maternal dan perinatal di Indonesia dannegara-negara berkembang lainnya adalah akibat persalinan lama. Ada tiga faktor utama penyebab

 persalinan lama yaitu faktor tenaga (power), jalan lahir ( passage) dan janin ( passanger ). Sampai

saat ini yang dapat dimanipulasi atau dikendalikan adalah masalah tenaga, yaitu kontraksi uterusdan kekuatan ibu mengejan saat persalinan. Tenaga dari ibu ini dapat ditingkatkan dengan senam

hamil. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan lamanya persalian kala 2 pada ibu hamil primigravida yang melakukan senam hamil dan tidak melakukan senam hamil di Kabupaten

Semarang. Metode : Penelitian ini merupakan studi quasi eksperimental dengan sampel ibu hamil yang

melakukan antenatal care di bidan praktik swasta di Kabupaten Semarang. Sampel sebanyak 80orang yang memenuhi kriteria inklusi, 40 sampel melakukan latihan senam hamil sampai saatmelahirkan dan 40 sampel lainnya tanpa latihan senam hamil (kontrol). Hasil yang didapat

dibandingkan dan diuji statistik menggunakan uji Mann-Whitney.Hasil : Rerata lama persalinan kala 2 kelompok ibu yang senam hamil lebih rendah dibandingkan

kelompok ibu yang tidak melakukan senam hamil, yaitu 37,05 ± 15,91 berbanding 50,77 ± 23,77menit. Lama persalinan kala 2 kelompok ibu yang senam hamil lebih singkat dibandingkan

kelompok ibu yang tidak melakukan senam hamil (p=0,007).

Kesimpulan : Lama persalinan kala 2 kelompok ibu yang senam hamil lebih singkat secarastatistik dibandingkan kelompok ibu yang tidak melakukan senam hamil (p=0,007), jadi dapat

disimpulkan bahwa senam hamil berpengaruh terhadap lamanya persalinan kala 2. 

Kata kunci : senam hamil, lama persalinan kala 2, hamil normal

PENDAHULUAN

Kehamilan dan persalinan

menimbulkan resiko kesehatan yang besar,

termasuk bagi perempuan yang tidakmempunyai masalah kesehatan sebelumnya.Sekitar 40% dari ibu hamil mengalami

masalah kesehatan yang berkaitan dengankehamilan, dan 15% dari ibu hamil

menderita komplikasi jangka panjang atauyang mengancam jiwa

(1). Seperempat dari

wanita pada usia reproduksi di negara berkembang mengalami kesulitan yang

 berhubungan dengan kehamilan, persalinan,

dan masa nifas(2)

. Menurut data dari World

 Health Organizations (WHO) pada tahun

2003, Indonesia tercatat sebagai negara yangmemiliki angka kematian ibu (AKI) tertinggi

di Asia Tenggara yaitu 470 per 100.000

kelahiran hidup. Penyebab langsung

kematian ibu adalah komplikasi kehamilan,

 persalinan dan nifas yang tidak tertanganidengan baik. Kematian ibu ini terutamadiakibatkan karena pendarahan, infeksi,eklampsia (gangguan akibat tekanan darahtinggi saat kehamilan), komplikasi aborsi,

 persalinan lama(3). Dari penelitian Senewe(2003), sekitar 23% responden yang

mengalami komplikasi pada waktu persalinan dimana komplikasi terbesar

adalah persalinan lama yaitu sebesar

15,4%(4)

.Berdasarkan hasil Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) dan SurveiDemografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

13

Page 17: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 17/62

 

tahun 2002/2003 diperkirakan AKI sebesar

307 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB

sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup. Angka

kematian ibu di Jawa Tengah tahun 2004

 berdasarkan hasil Survey Kesehatan Daerahsebesar 155,22 per 100.000 kelahiran hidup.Kejadian kematian ibu maternal paling

 banyak adalah waktu bersalin sebesar 49,5

%, kemudian disusul waktu hamil sebesar

26,0 % dan pada waktu nifas 24,5 %.

Sedangkan AKB Provinsi Jawa Tengahtahun 2004 sebesar 14,23 per 1.000

kelahiran hidup. Sementara itu, AKBKabupaten Semarang 7,77 per 1.000

kelahiran hidup, dan ditemukan ada 9 kasus

kematian ibu dari 9.910 kelahiran hidup(5)

.Angka kematian maternal dan

 perinatal merupakan indikator keberhasilan

 pelayanan kesehatan, khususnya pelayanankebidanan dan perinatal. Sampai sekarang

angka kematian maternal dan perinatal diIndonesia masih cukup tinggi. Salah satu

 penyebab tingginya kematian maternal dan perinatal di Indonesia dan negara-negara

 berkembang lainnya adalah akibat persalinan lama(6). Persalinan lama

merupakan penyebab kematian perinatal duasetengah kali lebih besar bila dibandingkan

dengan persalinan normal(7)

. Kematian perinatal diperkirakan karena bersangkut paut dengan keadaan/kondisi ibu yang

melahirkan dan tindakan pertolongan pada

saat persalinan dan keadaan/kondisikesehatan bayi. Salah satu faktor yang

mempengaruhi kematian perinatal adalah persalinan lama. Salah satu sebab tingginya

kematian maternal dan perinatal di Indonesiadan negara-negara sedang berkembang

lainnya adalah distosia  yang menyebabkantimbulnya persalinan lama dan persalinankasep. Penelitian di negara maju

menunjukkan hubungan yang kuat antaralama persalinan dengan kematian

 perinatal(8)

.Dalam rangka menekan serendah

mungkin angka kematian maternal dan

angka kematian perinatal, sesuai dengantujuan pembangunan jangka panjang,

 beberapa publikasi mengatakan bahwasenam hamil dapat memperpendek kala 2

 persalinan. Selain itu, senam hamil dapatmenurunkan insidensi persalinan tindakansebesar 4 kali bila dibandingkan dengan

wanita hamil yang tidak melakukan senam,dapat menurunkan terjadinya stimulasi pada

 persalinan kala 1 sebesar empat setengah

kali(7).

Ada tiga faktor utama penyebab

 persalinan lama yaitu faktor tenaga (power), 

 jalan lahir ( passage) dan janin ( passanger ).Sampai saat ini yang dapat dimanipulasiatau dikendalikan adalah masalah tenaga.Tenaga yang dimaksud disini adalah

kontraksi uterus dan kekuatan ibu mengejan

saat persalinan. Tenaga dari ibu ini dapat

ditingkatkan dengan senam hamil. Senamhamil merupakan suatu program latihan bagi

ibu hamil sehat untuk mempersiapkankondisi fisik ibu dengan menjaga kondisi

otot-otot dan persendian yang berperan

dalam proses persalinan, sertamempersiapkan kondisi psikis ibu terutama

menumbuhkan kepercayaan diri dalam

menghadapi persalinan(6).Pada sebuah serial penelitian atas

876 pasien hamil di Pennsylvania dan  New

York   yang melakukan olah raga ringan,

 persalinan lebih mudah di kalangan yangmelakukan secara teratur dibandingkan yang

hanya latihan sedikit atau yang tidakmelakukan latihan sama sekali. Beberapa

literatur mengatakan bahwa wanita hamilyang melakukan senan hamil akan

mengalami resiko persalinan tindakan yanglebih kecil dari yang tidak senam. Wanitahamil yang secara teratur melakukan lari

atau aerobik selama kehamilan sedikit yang

memperoleh tindakan medis (seperti penggunaan oksitosin,  persalinan dengan forsep, dan section caesarea) dan lebih dari85 % persalinannya pervaginam tanpa

komplikasi serta lama persalinannya lebihsingkat

(6).

Masalah senam hamil sendiri mulaimendapatkan perhatian masyarakat dan

 banyak diselenggarakan oleh rumah sakit

sehingga kesehatan jasmani dan rohani dapatditingkatkan serta dapat menghilangkan rasa

takut dalam menghadapi persalinan. Rasatakut dan kurang percaya diri menghadapi

 persalinan sering menderita kesakitan saat

kekuatannya diperlukan untuk mendorong janin lahir, terutama bagi wanita yang untuk

 pertama kalinya bersalin. Dengan senamhamil serta latihan untuk

mengkoordinasikan semua kekuatan saat persalinan diharapkan berjalan secaranormal, tidak terlalu takut, akan mengurangi

rasa sakit dan mempunyai kepercayaan diriyang tetap mantap

(9).

14

Page 18: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 18/62

 

Sebagian besar dari komplikasi-

komplikasi persalinan yang menyebabkan

kematian ibu tersebut sebenarnya dapat

ditangani melalui penerapan teknologi

kesehatan yang ada. Dengan kata lainsebagian besar dari kematian ibu dapatdicegah

(3). Penelitian yang dilakukan oleh

Mulyata (2000) di Solo, terhadap 68 ibu

hamil ternyata senam hamil terbukti

memberikan kontribusi yang besar untuk

melancarkan proses persalinan(10)

.Ibu hamil di wilayah Kabupaten

Semarang belum banyak yang mengikutisenam hamil. Hal tersebut kemungkinan

disebabkan karena kurangnya pengetahuan

masyarakat/ibu hamil akan manfaat senamhamil dan belum adanya penyelenggaraan

senam hamil oleh pelayanan kesehatan, baik

 puskesmas, rumah bersalin ataupun bidan praktik swasta.

Berdasarkan kenyataan yang ada didaerah penelitian bahwa ketidaktahuan

masyarakat/ibu hamil akan manfaat darisenam hamil dan belum adanya pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan programsenam hamil, sehingga ibu hamil cenderung

tidak mengikuti senam hamil, maka perludiadakan penelitian tentang pengaruh senam

hamil terhadap lama persalinan kala 2 padaibu hamil primigravida di wilayahKabupaten Semarang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan di wilayah Kabupaten Semarang

dengan jenis penelitian kuasi-eksperimental.Populasi dan sampel pada penelitian ini

terdiri dari kelompok eksperimental (senamhamil) dan kelompok kontrol (tidak senamhamil).

1.  Populasi Rujukan.Populasi rujukan pada penelitian ini adalah

ibu hamil di wilayah KabupatenSemarang.

2.  Populasi Studi.

Populasi studi adalah ibu hamil yangmelakukan antenatal care  di

 pelayanan kesehatan (bidan praktikswasta) yang ada di wilayah

Kabupaten Semarang.3.  Besar Sampel.

Pada penelitian ini ingin dihasilkan

derajat kepercayaan 95% dengan poweruji 80% sehingga dengan rumus :

(11) 

(Z.2PQ + ZP1Q1 + P2Q2)²n =

(P1 – P2)²

 bila P1 (perkiraan proporsi insiden efek pada kelompok kasus)= 50%, dan nilai

risiko yang dianggap bermakna adalah 4maka diperoleh jumlah sampel sebesar

39 dan dibulatkan menjadi 40.

Sampel/subjek pada penelitian iniadalah ibu hamil dengan umur

kehamilan 28 minggu (masuk trimesterketiga). Subjek terdiri dari kelompok

 perlakuan (melakukan senam hamil)dan kelompok kontrol (tidak melakukan

senam hamil) yang harus memenuhikriteria penelitian (inklusi dan eksklusi),

sebagai berikut :

a.  Kriteria Inklusi :

1)  Ibu hamil primigravida denganumur kehamilan 28 minggu

2)  Berumur 20 – 35 tahun.

3)  Tinggi badan  145 cm. b.  Kriteria Eksklusi :

1)  Ibu hamil dengan kelainan

 jalan lahir, kelainan letak janin,dan letak plasenta di bawah

 berdasarkan hasil USG.

2)  Ibu hamil dengan anemia dan

eklamsi.3)  Bayi yang dilahirkan pre-term.

4) 

Tafsiran berat badan bayi  4000 gram berdasarkan hasil

USG terakhir.5)  Ibu hamil yang mengalami

depresi

Senam hamil akan dilakukan kuranglebih sebanyak 9-10 kali dengan waktu

 pelaksanaan seminggu sekali dan durasi

waktu  1 jam setiap senam (adaselingan waktu untuk istirahat).

Sedangkan untuk data lamanya

 persalinan akan diambil berdasarkancatatan medis.

Variabel independen dalam

 penelitian ini adalah senam hamil dan

kondisi biologis ibu lainnya yaitu : statusgizi ibu dan besar janin, sedangkan variabel

dependen adalah lamanya persalinan kala 2.

Data hasil penelitian diolah dan disajikan

dalam bentuk tabel dan grafik. Untukmelihat adanya pengaruh dilakukan analisis

dengan menggunakan uji independent t-test  

15

Page 19: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 19/62

 

apabila didapatkan distribusi data normal

dan uji  Mann-Whitney  apabila didapatkan

distribusi data tidak normal(12,13)

. Analisis

statistik tersebut dilakukan dengan

menggunakan program komputer SPSS11.00 for Windows. Nilai signifikansi pada

 penelitian ini adalah apabila variabel yangdianalisis memiliki nilai p<0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di dua rumah bersalin yang ada di Kabupaten Semarang.

Sampel yang diambil dalam penelitian iniadalah 80 orang terbagi menjadi 2

kelompok, yaitu 40 orang yang melakukan

senam hamil dan 40 orang lainnya tidak.Beberapa variabel yang diperkirakan dapat

mempengaruhi hasil penelitian sudah

dibatasi (restriksi) dengan menggunakan

kriteria inklusi dan eksklusi. Uji

komparabilitas dengan t test dilakukan

antara kelompok senam dengan kelompok

tidak senam terhadap variabel umur.Sedangkan terhadap luaran utama penelitiandilakukan uji Mann-Whitney karenadidapatkan distribusi data yang tidak

normal.

Penelitian ini mendapatkan rerata

umur ibu hamil yang melakukan senam dantidak melakukan senam tidak jauh berbeda,

yaitu 26,03 ± 3,20 berbanding 25,08 ± 3,31.Secara statistik (t test ) faktor umur tidak

 berbeda bermakna di antara kedua kelompok

(p=0,097), jadi faktor umur dianggap tidakakan mempengaruhi hasil penelitian. (tabel

1)

Tabel 1 : Distribusi umur subyek penelitian

Variabel Kelompok senam Kelompok tidak

senam

Uji Statistik*

t p

Umur (rerata ±SD) 26,03 ± 3,20 25,08 ± 3,31 -1,682 0,097

Keterangan : * t test

Tabel 2 . Hubungan senam hamil dengan lama persalinan kala II

Lama persalinan kala II

(menit)

Kelompok senam Kelompok tidak

senam

p*

Rerata±SD 37,05 ± 15,91 50,77 ± 23,77 0,007Keterangan :

*Uji Mann Whitney

Lamanya proses persalinan

dipengaruhi oleh banyak faktor, salah

satunya adalah faktor tenaga ibu ( power ).

Tenaga ibu di sini adalah kontraksi uterusdan kekuatan ibu mengedan. Senam hamil

merupakan salah satu bentuk olah raga yang bertujuan untuk membantu wanita hamil

memperoleh  power   yang baik, sehinggadapat memperlancar proses persalinannya.

Latihan senam hamil yang teratur, jika tidak

terdapat keadaan patologis akan dapatmenuntun wanita hamil ke arah persalinan

yang fisiologis(6)

.Senam hamil bertujuan untuk dapat

melakukan tugas persalinan dengan

kekuatan dan kepercayaan diri sendiri di bawah bimbingan penolong menuju

 persalinan normal (fisiologis). Keadaan prima akan diperoleh melalui senam hamil,

dengan melatih dan mempertahankan

kekuatan otot dinding perut, otot dasar

 panggul serta jaringan penyangganya untuk

 berfungsi saat persalinan(9)

.

Senam hamil merupakan suatu program antenatal care  yang dapat

meningkatkan stamina ibu, melatih kekuatanotot perut, panggul dan otot-otot penunjang

lainnya agar tidak kaku dan terkoordinasidengan baik, serta dapat melahirkan dengan

normal, membantu melancarkan sirkulasi

darah, melatih pernafasan dan teknik-teknikmelahirkan yang baik dan benar, mencegah

terjadinya kelainan letak janin, membantudalam perubahan metabolisme tubuh selama

kehamilan, meningginya konsumsi oksigen

oleh tubuh, aliran darah jantung, strokevolume dan curah jantung mempercepat

 proses pemulihan pasca persalinan agartidak kaku / rileks. Ibu hamil akan merasa

lebih sehat dan tidak merasa sesak nafas dan

16

Page 20: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 20/62

 

memberikan keuntungan persalinan masa

aktifnya (kala 2) menjadi lebih pendek,

mengurangi insiden Sectio Caesaria, dan

mengurangi terjadinya gawat janin(10)

.

Latihan yang dilakukan selamahamil akan memberikan keuntungan baikselama kehamilan ataupun pada proses

 persalinan. Keuntungan tersebut meliputi :

meningkatnya kesiapan tubuh dan

kesabaran, memperbaiki sikap tubuh,

mencegah diabetes selama hamil,mempersiapkan kondisi fisik selama hamil,

mengurangi kelelahan, memperbaiki otot-otot, mengurangi persalinan tindakan dan

operasi caesar, dan mempercepat pemulihan

kondisi fisik setelah persalinan(14)

.Latihan-latihan yang dilakukan

 pada senam hamil tujuan utamanya adalah

agar ibu hamil memperoleh kekuatan dantonus otot yang baik, teknik pernafasan yang

 baik, yang penting dalam proses persalinanterutama saat persalinan kala 2 dalam hal ini

adalah power  pada persalinan. Penelitian inimenunjukkan bahwa kelompok ibu yang

melakukan senam hamil menjalani proses persalinan kala 2 lebih singkat dibandingkan

kelompok ibu yang tidak melakukan senamhamil, (37,05 ± 15,91 berbanding 50,77 ±

23,77 menit, p=0,007). Dengan demikiansenam hamil mempersingkat lama

 persalinan kala 2. Penemuan ini juga

didukung oleh penelitian lain, diantaranya

Supriatmaja dan Sumardewa (2005) diDenpasar meneliti 106 ibu hamil; didapatkan

 bahwa kejadian partus lama lebih kecilsecara bermakna (1,9% vs. 15,1%; p=0,031)

di kalangan wanita hamil yang melakukansenam hamil; juga lama persalinan kala 2nya

 juga secara bermakna lebih singkat daripadayang tidak melakukan senam hamil. Secarastatistik risiko relatifnya 0,125; artinya

risiko partus lama pada ibu yang melakukansenam 0,125 kali dibandingkan dengan ibu

yang tidak melakukan senam hamil(6)

. Dari penelitian yang dilakukan Mulyata (2000) di

Solo, terhadap 68 ibu hamil juga didapatkan

hasil bahwa senam hamil ternyatamemberikan kontribusi yang besar untuk

melancarkan proses persalinan. Pada primigravida proses persalinan biasanya

 berlangsung 14 jam hingga 15 jam, tapidengan senam waktu dapat dipersingkatrata-rata 10 jam

(10).

Olah raga selama kehamilan akanmenguntungkan baik fisik dan psikologik,

mengingat perasaan takut dan cemas dalam

menghadapi kehamilan dan persalinan dapat

menimbulkan ketegangan jiwa dan fisik,

yang dapat menyebabkan kakunya otot-otot

 persendian sehingga persalinan berjalantidak wajar. Keuntungan fisik adalahmeningkatkan dan memperbaiki sistem

 peredaran darah, khususnya ke otot-otot

sehingga meningkatkan kekuatan dan tonus

otot; selain itu juga meningkatkan sirkulasi

darah ke uteroplasenta sehinggamemperbaiki pertumbuhan otot-otot uterus

dan perkembangan janin intrauterin.Pertumbuhan otot-otot uterus yang optimal

akan menyebabkan kontraksi uterus lebih

optimal dan terkoordinasi di saat persalinan.Senam atau latihan selama kehamilan

memberikan efek positif terhadap

 pembukaan serviks dan aktivitas uterus yangterkoordinasi saat persalinan; juga

ditemukan secara bermakna onset persalinanyang lebih awal dan lama persalinan yang

lebih singkat dibandingkan yang tidakmelanjutkan senam setelah trimester

 pertama.Senam hamil mengajarkan berbagai

latihan pernapasan, teknik relaksasi, danteknik mengejan yang dipersiapkan untuk

menghadapi persalinan. Ibu hamilmempunyai gambaran yang harus dilakukandan merasa siap menjelang persalinan. Hal

tersebut dapat mempengaruhi kondisi psikis

ibu hamil. Pada masa akhir kehamilan ibutidak mengalami kekhawatiran dan

ketakutan dalam menghadapi proses persalinan, padahal hal ini dapat

mempengaruhi tenaga ibu dan kelancaran proses persalinan. Kecemasan dapat

menimbulkan ketegangan otot-otot polosdan pembuluh darah, sehingga terjadikekakuan serviks dan hipoksia pada rahim

yang menyebabkan impuls nyeri bertambah banyak, impuls nyeri melalui thaloma limbic

ke korteks serebri dengan akibat menambahrasa takut, sehingga kontraksi rahim

 berkurang. Hal ini mengakibatkan persalinan

 butuh waktu yang lama dan mungkinmembutuhkan alat bantu bahkan operasi

Caesar . Sebaliknya dengan senam hamildapat membantu mengurangi rasa nyeri

dengan jalan mengatur pernafasan,konsentrasi dan mengalihkan pikiransehingga stress bias dikurangi. Rasa nyeri

saat persalinan dapat mengakibatkantekanan darah meningkat, denyut jantung

17

Page 21: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 21/62

 

meningkat dan konsentrasi ibu selama

 persalinan menjadi terganggu(15). Rasa takut

dan kurang percaya diri menghadapi

 persalinan sering menderita kesakitan saat

semua kekuatannya diperlukan untukmendorong janin lahir, terutama bagi wanitayang untuk pertama kali bersalin. Senamhamil serta latihan untuk

mengkoordinasikan semua kekuatan saat

 persalinan diharapkan secara normal, tidak

terlalu takut, akan mengurangi rasa sakit danmempunyai kepercayaan diri yang tetap

mantap(9)

.

KESIMPULAN

1.  Rerata lama persalinan kala 2kelompok ibu yang senam hamil

lebih rendah dibandingkan

kelompok ibu yang tidakmelakukan senam hamil, yaitu

37,05 ± 15,91 berbanding 50,77 ±23,77 menit.

2.  Lama persalinan kala 2 kelompokibu yang senam hamil lebih singkat

secara statistik dibandingkankelompok ibu yang tidak

melakukan senam hamil (p=0,007).

SARAN1.  Mengingat senam hamil cukup

 bermanfaat, sebaiknya program

senam hamil dianjurkan kepada

setiap wanita hamil normal2.  Senam hamil bisa dijadikan bagian

dari program antenatal bagi pelayanan kesehatan yang ada di

Kabupaten Semarang.

DAFTAR PUSTAKA

1.  Cholil, Abdullah. Kesehatan ibu dan

 bayi baru lahir. Fromhttp://www.path.org/files/Indonesia 19-

3.pdf . (diakses tanggal 13 Oktober2005)

2.  Sutrisno; Andriyani, Lisa. Karakteristik

kematian maternal di Kabupaten TimorTengah Utara; 1997

3.  Lieberman, Ellice. Make every motherand child count. WHO : 7 April 2005

fromhttp:/ui.ac.id/indonesia/main.php/?hlm=

 berita&id=2005-04-07%2016:14:09

(diakses tanggal 27 November 2005)

4.  Senewe, Felly. Faktor-faktor yang

 berhubungan dengan komplikasi

 persalinan tiga tahun terkahir di

Indonesia; 2003 from

http://digilip.litbang.depkes.go.id/go.ph p?=jkpkbppk-gdl-res-2003-felley-883-komplikasi (diakses tanggal 17 Oktober2005)

5.  -------. Profil kesehatan provinsi Jawa

Tengah. Semarang : Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah; 20046.  Supriatmaja, IPG; Sumardewa, TGA.

Pengaruh senam hamil terhadap persalinan kala I dan II. Denpasar :

Universitas Udayana; 2005

7.  Sulistyorini, Evi. Hubungan beberapa

karakteristik ibu hamil dengan

keikutsertaan senam hamil di RS. Dr.Sardjito Yogyakarta Bulan Februari-

Mei 2005. Semarang : FKM Undip;2005 (skripsi)

8.  Mochtar, R. Senam hamil. Dalam :Sinopsis Obstetri. Bandung : EGC, ed.2,

19929.  Mulyata. Senam hamil kurangi stress

saat melahirkan. Fromhttp://www.diffi.com/kesehatan/beritase

hat/detail.php?id=645   (diakses 2Desember 2005)

10.  Primadi, Hanifa. Kehamilan. from

http://medicastore.com/med/detailpyk.p

hp?idktg=17&iddtl=586&UID=20051005084738202.122.170.13  (diakses

tanggal 5 Oktober 2005)11.  Murti, Bhisma, Penerapan metode

statistik non-parametrik dalam ilmu-ilmu kesehatan. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama, 199612.  Sugiyono, Statistika untuk penelitian.

Bandung : Alfabeta, 2005

13.  Palmer, Jane, Exercise in pregnancy.From

http://www.pregnancy.com.au/exercise_ in_pregnancy.htm  (diakses 1 April

2008)

14. 

Clapp JF, Kim H, Burciu B. Beginningregular exercise in early pregnancy :

Effect on fetoplacental growth. Am JObstet Gynecol, 2000 

15.  Susilo. From http://www.balita-anda.indiglobal.com/info 1.html (diakses tanggal 5 Oktober 2005)

18

Page 22: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 22/62

 

Faktor Risiko Kejadian Stroke  di RSD. Raden Soedjati Purwodadi

Kabupaten Grobogan

Auly Tarmali*), Siti Ambarwati**)

*) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo

**) Alumnus Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Ngudi Waluyo

ABSTRAK

Stroke merupakan penyakit neurologi  yang serius dengan serangan akut yang dapat

menyebabkan kematian dalam waktu singkat ataupun kecacatan seumur hidup. Terjadinya stroke dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus,

displidemia, umur, jenis kelamin, genetik kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik,obesitas, kontrasepsi oral  dan stress. Di RSD Dr. Raden Soedjati Purwodadi tercatat 3 tahun

terakhir kejadian stroke mengalami peningkatan yaitu 154 kasus (2004), 162 kasus (2005) dan 167kasus (2006). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan

dengan kejadian stroke. Penelitian ini adalah penelitian penjelasan menggunakan metode analitik observasional 

dengan pendekatan kasus kontrol. Sampel dalam penelitian untuk kasus adalah pasien penyakitstroke, sedangkan untuk kontrol adalah pasien yang tidak menderita penyakit stroke. Jumlah

sampel untuk kasus dan kontrol masing-masing adalah 66 orang, diambil secara PurposiveSampling. Analisis yang digunakan adalah uji Chi – Square, sedangkan untuk mengetahui besar

risiko digunakan OR (Odd Rasio).

Dari hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan antara umur ( p= 0,003, OR= 3,121),

kebiasaan merokok ( p= 0,003, OR = 3,121), konsumsi alkohol ( p= 0,025, OR= 2,800), aktifitasfisik ( p= 0,021, OR=10,263), dan obesitas ( p= 0,032, OR= 2,328) dengan kejadian stroke, tetapi

 jenis kelamin tidak ada hubungan dengan kejadian stroke ( p= 0,478, OR = 1,372).Terdapat 5 faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke  yaitu umur, jenis kelamin,

kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, aktifitas fisik, dan obesitas.Perlu meningkatkan perilaku hidup sehat dan lebih memperhatikan faktor risiko kejadian stroke,

sehingga diharapkan insiden stroke berkurang.

Kata kunci = Stroke dan faktor risiko stroke 

PENDAHULUAN Stroke merupakan salah satu masalah

kesehatan yang serius karena merupakan penyebab kematian terbesar ketiga setelah

 penyakit jantung dan kakier. Faktor risikostroke meliputi factor risiko yang tidak dapat

diubah (seperti jenis kelamin, usia,genetic,

ras) dan faktor risiko yang dapt dirubah

(seperti hipertensi, penyakit jantung,

diabetes melitus, displidemia, obesitas,merokok, alkohol berlebih, kontrasepsi oral).

Menurut hasil survey sosial ekonominasional (Susenas) tahun 2000, diperoleh

data bahwa di Indonesia terdapat 80% perokok pada usia 10 tahun keatas dan

 berdasarkan penelitian Lasmawati (1999),

didapatkan bahwa merokok berisiko 3,4 kalidibandingkan tidak merokok dan menurut

 penelitian Wortsman dkk (1997), didapatkan

 bahwa seseorang yang mengkonsumsialkohol memiliki risiko 6,9 kali lebih tinggiuntuk terkena stroke  daripada yang tidak

mengkonsumsi alkohol sedangkan menurutLimantoro (2003) didapatkan bahwa pada

 penderita obesitas mempunyai 4 kali lebih

 besar untuk terkena stroke  daripada yang

tidak menderita obesitas.

Menurut penelitian Lamsudin (1997),didapatkan bahwa proporsi penderita stroke

 pada kelompok umur 31-41 tahun sebanyak2,7% kelompok umur 41-50 tahun sebanyak

12%, kelompok umur 51-60 tahun sebanyak24,4%, kelompok umur 61-70 tahun

sebanyak 35,6% dan kelompok umur > 70

tahun sebanyak 22,6% dari 1.053 penderitastroke. Berdasarkan data tersebut didapatkan

19

Page 23: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 23/62

 

 proporsi penderita stroke semakin meningkatdengan bertambahnya umur. Jenis kelamin

mempunyai risiko untuk terjadinya stroke

dimana menurut penelitian Perthami (2001),didapatkan bahwa stroke orang laki-laki 2,7

kali lebih tinggi daripada orang perempuan.

Data yang diperoleh dari RSDDr.Raden Soejati Purwodadi Kabupaten

Grobogan didapatkan penderita penyakit

stroke pada tahun 2004 sejumlah 154 kasus,

tahun 2005 sejumlah 162 kasus dan padatahun 2006 sejumlah 167 kasus.

Berdasar pengkajian pendahuluan di RSD

Dr.Raden Soejati Purwodadi pada awaltahun2006 menggunakan wawancara

diperoleh gambaran sebagai berikut bahwa

umumnya masyarakat Grobogan cenderung

 pergi ke kota sebagai pekerja sebanyak11.111 orang atau pergi ke luar negeri

sebanyak 2.149 orang, hal ini dapat

menyebabkan terjadinya peningkatankemampuan ekonomi masyarakat kabupatenGrobogan yang pada gilirannya dengan

 peningkatan sosial ekonomi ini akan dapat

memicu perubahan gaya hidup masyarakatseperti kebiasaan merokok, mengkonsumsi

lebih banyak lemak, kolesterol dan alcohol

Perubahan-perubahan tersebut jugadipengaruhi oleh masalah umur dan jenis

kelamin.

METODE

Dilihat dari cara mengamati maka penelitian ini merupakan analitik

observasional dengan menggunkanrancangan kasus kontrol. Subyek penelitian

diperoleh dari semua penderita stroke yang berobat (berkunjung) di RSD Dr.Raden

Soejati. Kasus dalam penelitian ini adalah

 pasien yang menderita stroke di RSD Raden

Soejati Purwodadi, sedangkan untuk kontrol

adalah pasien yang tidak menderita stroke diRSD Raden Soejati Purwodadi.

Jumlah sample minimal yang diambilsebesar 132, sample diambil dengan

 perbandingan (kasus:\kontrol) 1:1.

Data seknuder dikumpulkan darirekam medik, sedangkan data primer

dikumpulkan dengan melakukan wawancarakepada penderita atau keluarganya

Analisa data digunakan denganmenggunakan program SPSS for windows

versi 10,0. Untuk melihat adanya hubungan

antara dua variable dilakukan analisisdengan menggunakan uji chi square .

HASIL PENELITIAN

Analisa UnivariatVariabel dependen dalam penelitian

ini adalah umur, jenis kelamin, kebiasaan

merokok, konsumsi alkohol, aktifitas fisikdan obesitas. Hasil penelitian menunjukkan

 bahwa proporsi umur responden > 55 tahun

(62,1%) lebih tinggi dengan umur

responden < 55 tahun (37,9%). Untuk jeniskelamin menunjukkan bahwa jenis kelamin

responden laki-laki (59,8%) lebih banyak

dari pada responden jenis kelamin perempuan (40,2%). Untuk ressponden yangmerokok (56,1%) lebih banyak daripadayang tidak merokok (43,9%). Untuk

responden yang tidak mengkonsumsialkohol (75,8%) lebih banyak daripada yang

mengkonsumsi alkohol (24,2%). Untuk

responden yang tidak berolah raga ( 92,4%)lebih banyak daripada yang berolah raga

(7,6%) dan untuk responden yang tidakobesitas (61,4%) lebih banyak dari pada

yang obesitas (38,6%).

Sedangkan sebagai variable dependen dalam penelitian ini adalah kejadian stroke  yaitu

 penderita penyakit  stroke  dan penderitayang tidak stroke.

Analisa Bivariat

Hubungan antara faktor risiko dengan

kejadian stroke

Hasil analisis statistik bivariathubungan antara variable bebas dengan

kejadian stroke dapat dilihat pada table berikut ini :

20

Page 24: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 24/62

 

Tabel 1 Ringkasan Hasil Analisis Bivariat

No X² Nilai p OR 95% CI Keterangan

1. Umur

  ≥ 55 tahun 

  < 55 tahun

2. Jenis Kelamin  Laki-laki

   perempuan3. Kebiasaan Merokok

  Merokok

  Tidak Merokok4. Konsumsi Alkohol

  Konsumsi Alkohol

  Tidak Konsumsi

Alkohol5. Aktivitas Fisik

  Tidak Berolahraga

  Berolahraga

6. Obesitas

 

Obesitas  Tidak Obesitas

6,310

0,788

9,965

5,940

6,925

5,400

0,020

0,478

0,003

0,025

0,021

0,032

2,510

1,372

3,121

2,800

10,263

2,328

1,215-5,185

0,682-2,758

1,524-6,393

1,202-6,521

1,261-83,507

1,134-4,778

Ada hubungan

Tidak adahubungan

Ada hubungan

Ada hubungan

Ada hubungan

Ada hubungan

Berdasarkan uji statistik chi square 

 pada tingkat kepercayaan 95% seperti pada

table diatas, dapat dilihat bahwa: terdapathubungan bermakna antara umur

(p=0,020;95%CI;1,215-5,185), kebiasaan

merokok (p=0,003;95%CI;1,524-6,393),konsumsi alkohol (p=0,025;95%CI;1,202-

6,521), Aktifitas fisik

(p=0,021,95%CI;1,261-83,507) dan obesitas(p=0,032;95%CI;1,134-4,778). Tidakdidapatkan hubungan yang bermakna secara

statistik antara variable umur dengan

kejadian stroke.

PEMBAHASAN

Faktor Umur

Penelitian ini menunjukkan bahwa

ada hubungan antara umur responden

dengan kejadian stroke dengan p=0,020.

Umur merupakan factor risiko yangterpenting untuk terjadinya serangan stroke,

semakin bertambah tua usia seseorang makasemakin tinggi untuk menderitastroke.Menurut sudut pandang secara

fisiologisbahwa pada usia tua cenderung

terjadi penurunan fungsi kerja organ-organ

tubuh sehingga akan rentan terhadap penyakit degenerative

Faktor Jenis Kelamin

Penelitian ini menunjukkan tidak ada

hubungan yang bermakna secara statistikantara variable umur dengan kejadian stroke 

dengan p=0,478. Hal ini dimungkinkan

karena banyaknya jumlah perempuan yang bekerja menjadi TKI sehingga menyebabkan

 beban hidupnya bertambah dan

mengakibatkan stress, Stres dapat memicuhormone adrenalin  dan katekolanin. yang tinggi yang dapat mempercepat kekejangan

arteri koroner sehingga suplai darah ke

 jantung terganggu maka akan menyebabkanstroke. Selain itu juga perempuan juga

mempunyai faktor risiko tersendiridibandingkan laki-laki yaitu penggunaan

kontrasepsi oral, kehamilan, melahirkan dam

menoupouse.

Faktor Kebiasaan Merokok.

Penelitian ini menunjukkan adahubungan yang bermakna secara statistikantara variable kebiasaaan merokok dengan

kejadian stroke  dengan p=0,003. Risiko

kejadian stroke  pada orang yang merokok

sebesar 3,121 kali lebih tinggi dibandingkandengan yang tidak merokok, karena rokok

mengandung 3 komponen (nikotin, kotinindan karbon monoksida) yang toksik terhadap

 pembuluh darah

21

Page 25: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 25/62

 

Faktor Konsumsi Alkohol

Penelitian ini menunjukkan ada

hubungan yang bermakna secara statistik

antara konsumsi alkohol dengan kejadianstroke  dengan p=0,025. Alkohol dianggap

memberikan pengaruh yang berbahaya bagi

 peredaran darah otak disamping bagi otak itusendiri. Bahan ini telah terbukti

meningkatkan tekanan darah, mengganggu

metabolisme hidrat arang dan lemak dalam

tubuh dan juga mengganggu pembekuandarah.

Faktor Aktifitas Fisik

Penelitian ini menunjukkan ada

hubungan bermakna antara aktifitas fisik

dengan kejadian stroke dengan p=0,021.

Aktifitas fisik yang moderat dan tinggi dapatmenurunkan insiden stroke  selain itu juga

dapat mengurangi risiko penyakit

degenerative lainnya, karena dengan olahraga rutin, maka deposit lemak yang berlebihan akan habis sedikit demi sedikitsehingga mencapai jumlah yang normal

selain itu olah raga juga dapat mengurangi berat badan, mengendalikan kadar kolesterol

dan menurunkan tekanan darah yang

merupakan faktor risiko penyakit stroke.

Faktor Obesitas.Penelitian ini menunjukkan ada

hubungan yang bermakna antara obesitas

dengan kejadian stroke  dengan p=0,032.Obesitas merupakan faktor independen atau

faktor lain yang tergantung faktor risiko laindalam menyebabkan stroke seperti penyakit

 jantung koroner, diabetes melitus, hipetensi.Obesitas juga dapat menyebabkan

tertimbunnya kolesterol dalam dinding

 pembuluh darah sehingga dapat

menyebabkan aterosklerosis yang menjadi

 pemicu stroke.

KESIMPULAN

1.  Faktor risiko yang berhubungandengan kejadian stroke adalah umur

(OR= 2,510; CI 95%=1,215-5,185),kebiasaan merokok (OR=3,121;CI

95%=1,524-6,393), konsumsialkohol (OR=0,025; 95%CI=1,202-

6,521), aktifitas fisik

(OR=0,021;95%CI=1,261-83,507)dan obesitas

(OR=0,032;95%CI=1,134-4,778).

2.  Faktor risiko yang tidak berhubungan dengan kejadian

stroke  adalah faktor umur (

OR=1,372;95%CI=0,682-2,758)

SARAN

1.  Peningkatan prenyuluhan kesehatan

tentang faktor risiko

2.  Masyarakat agar tidakmengkonsumsi alkoho, tidak

merokok dan melaksanakan olah

raga secara rutin/teratur3.  Perlu dilakukan penelitian yang

lebih lanjut tentang faktor risiko

terutama kebiasaan merokok,

konsumsi alkohol dan pentingnyaaktifitas fisik.

DAFTAR PUSTAKA1.  Anugerah, PS, (1998). PatofisiologiKonsep Klinis Proses Penyakit .Jakarta: Buku Kedokteran EGC

2.  Bierman, EL,  Aterosklerosis dan

 Bentuk Aterosklerosis Lainnya.

Dalam Ahmad H.Asdie (Edisi

Bahasa Indonesia). Harison Prinsip-Prinsip Penyakit Dlam.

Jakarta:EGC3.  Busta, MN, (2000),  Epidemiologi

Penyakit Tidak Menular .

Jakarta:Rinera Cipta.4.  Dahla,P.,& Lamsusdin, R. (1998),

 Diagnosis Jenis Patologis Stroke

untuk Kepentingan Penanganan

Stroke yang Rasional,Yogyakarta:BKM UGM

5.  Depkes RI . (2000). Panduan

Pengembangan Sistem Surveilans

Penyakit Tidak Menular .

Jakarta:Departemen Kesehatan.6.  Depkes RI. Pedoman

Pengembangan Sistem Surveilans

Perilaku Risiko Terpadu.Jakarta:Departemen Kesehatan

7.  Djaluadji,D., (2002). Kumpulan

 Makalah Simposium Kewaspadaan

dan Pencegahan Stroke.  SNF IlmuPenyakit Syaraf RSU Naraya

Kirana Lumajang.8.  Findley, TW, (1999). Stroke

Prevalence, Incidenci and Out

Comes In Veteran with Diabetes.From:www.wri.med.gov/text only

htm 1-12k9.  Hastono,SP, (1999).  Modul:

 Analisa Data. Jakarta:FKM-UI

22

Page 26: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 26/62

 

10.  Hedera,P., Traunner, P., &Budjavoda,J., (1997).  Short Term

Prognosis of Strokr Due to

Occlusion Internal Carotic Arteri;Based on Transcranial Puppler

Ulthrasonografi Stroke.

11. 

Iman,S., (2002).  Kolesterol & Lemak Jahat, Kolesterol & Lemak

baik dan Proses Terjadinya

Serangan Jantung & Stroke.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.12.  Janis,J., (w002).  Hypertension and

 Hypercolesterol as the Stroke Risk

Factor.  Dalam kumpulan makalahdan abstrak pertemuan nasional

neuorogeriatri pertama. Perdossi 5-

7 April: Jakarta.

13.  Sensusi, S., (2001). Kolesterol

Tinggi. Jakarta:Elex Media

Komputindo.

14. 

Siregar, A. (2004). Penyakit Jantung dan Stroke SertaPencegahannya. From: http://www.medikaholistik.com/2003/200

4/4/28/medika.Html. xmodule=document detail & xid=91

&x cat=treatment

15.  Supariasa,ID., Bakri,B., & Fajar,I.,(2000). Penilaian Status Gizi.

Jakarta:EGC.16.  Sustrani,L., Alam,S., &

Hadibroto,L., (2003). Stroke.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.17.  Thomas,DJ. (1997). Faktor Risiko

Pada Serangan Stroke.Jakarta:Arcan

18.  Toole,JF, (1998). CerebrovascularDisoreders. New York: Raven Press

19.  Wirawan,RB, (2000). Patofisiologi

Stroke. Simposium Penanganan

Stroke secara Komprehensif

Menyongsong Milenium Baru.Semarang

20.  Wortsma, JR, Halban, PA,&Hide,R., (1997).  AlcoholConsumtion and The Risk of Stroke.

The New England of Medicine.54,Suppl 3.A143

21.  Yatim,F., (2000). Waspadai

 Jantung Koroner, Stroke dan

 Meninggal Mendadak; Atasi

 Dengan Pola Hidup Sehat . Jakarta:

Pustaka Populer Obor.

23

Page 27: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 27/62

 

Studi Postur Kerja Pemecah Batu Ditinjau Dari Segi Ergonomi Di Desa

Leyangan Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang

Qori Prasasti*)

 *)

Staf Pengajar 

 

Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo

ABSTRAK

Pemecah batu merupakan sektor informal yang menggunakan alat kerja dan cara kerja

tradisional dalam proses kerja. Resiko untuk terjadi gangguan sistem otot dan kecelakaan kerja berkaitan erat dengan alat kerja, postur kerja yang berlangsung saat proses kerja dilakukan. Faktor

 perilaku pekerja juga melatarbelakangi adanya gangguan sistem otot.Penelitian studi postur kerja dilakukan di proyek batu galian di Desa Leyangan KecamatanUngaran Kabupaten Semarang. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan postur kerja

 pemecah batu ditinjau dari segi ergonomi.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif Grounded Teory,  pengambilan data dilakukan dengan

metode triangulasi pada 6 partisipan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa postur kerja pemecah batu di Desa Leyanganmengakibatkan gangguan sistem otot pada semua partisipan. Partisipan menganggap keluhan

gangguan sistem otot sebagai hal yang biasa terjadi setelah bekerja. Kesimpulan yang dapatdiambil dari penelitian bahwa perilaku dan budaya partisipan melatarbelakangi adanya postur kerja

yang tidak baik dari segi ergonomi, sehingga pekerja disarankan untuk memperhatikan cara kerja, postur kerja, waktu istirahat, agar terhindar dari gangguan sistem otot.

Kata Kunci : Postur kerja pemecah batu, perilaku, ergonomi.

PENDAHULUAN

Pemecah batu merupakan sektorinformal yang menggunakan alat kerja dan

cara kerja tradisional dalam proses kerja.Menurut M. Mikheev ICOHIS (1997)

menyatakan gambaran umum industri sektorinformal mempinyai ciri-ciri sebagai berikut

: mempunyai resiko bahaya pekerjaan lebihtinggi, keterbatasan sumber daya untuk

meningkatkan kondisi lingkungan kerja dan

 pengadaan pelayanan kesehatan yangadekuat, kurangnya kesadaran terhadapa

faktor-faktor resiko kedehatan kerja, kondisi

 pekerjaan yang tidak ergonomis, kerja fisikyang berat, jam kerja yang panjang, struktur

kerja beraneka ragam, kurang nya pengawasan manajeman pencegahan bahaya

 pekerjaan dan anggota keluarga seringkaliterpajan.

 International Labour Organization (ILO) menginformasikan tentang masalah

kesehatan kerja yang mencakup angka

kesakitan dan kematian akibat kerja danakibat hubungan kerja pada sektor informalantara lain : nelayan tradisional di NTB

mengalami nyeri persendian sebesar 57,5%,Pekerja pandai besi mengalami pengurangn

tajam pendengaran 30-54%, pada industrikecil 60-80 % gangguan akibat faktor

ergonomi seperti sakit pinggang, kaku leherdan keluhan pada alat gerak atas dan bawah

(Depkes, 2002).

Gangguan akibat faktor ergonomiseperti sakit pinggang, kaku leher dan

keluhan pada alat gerak atas dan bawah

didapatkan data 80 % terjadi pada tenagakerja usia antara 30-50 tahun, hal ini

dikarenakan proses kerja sektor informalmenggunakan tenaga manual manusia

dengan postur kerja yang tidak memenuhistandar ergonomi (Kurniawan, 1995).

Berdasarkan survei awal, semua proses kerja pemecah batu di Leyangan

dilaksanakan dengan menggunakan alat

24

Page 28: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 28/62

 

tradisional, dengan postur kerja yang bervariasi dan perilaku kerja yang tidak

aman. Perilaku pekerja secara cermat perlu

diamati untuk mengetahui cara kerja dan postur kerja pada masing-masing pekerja.

Penggalian alasan yang menjadi latar

 belakang dari perilaku pekerja dengan posturkerja yang tidak aman akan berpengaruh

 pada penerapan ergonomi dalam proses

kerja.

Pekerjaan yang dilakukan secaramanual dengan postur kerja yang tidak

sesuai standar ergonomi dapat menyebabkan

Gangguan sistem gerak tubuh (musculo

skeletal disorder ) dalam bentuk nyeri

walaupun intensitasnya ringan (Kurniawan,

1995). Proses kerja tradisional/ manual di

Leyangan meliputi : postur mengangkat batu, membungkuk membelah batu, dan

duduk memecah batu kerikil. Postur kerja

tersebut berpotensi terjadinya gangguansistem gerak tubuh, maka peneliti tertarikuntuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Postur Kerja Pemecah Batu Ditinjau

Dari Segi Ergonomi Di Desa LeyanganKecamatan Ungaran Kabupaten Semarang “.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah penelitiankualitatif dengan pendekatan dengan

 pendekatan cross sectional, metode yang

digunakan adalah Grounded Teory. Metodegrounded teory  atau teori dasar adalah

strategi riset yang secara teoritis mendasaririset yang sedang dilakukan dengan

memberi teori dasar pada data yangdikumpulkan (Dempsey, 2002).

Pengambilan data penelitian ini

menggunakan metode triangulasi dengan

wawancara terstruktur, observasi lapangan

sebagai pembanding dalam penerapanergonomi ditempat kerja dan lermbar

observasi survei Brief’™ (Kusnanto, 2000).Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pekerja yang ada di wilayah

 penelitian pemecah batu di Leyangan.Sampel dalam penelitian ini berjumlah 6

 pekerja dari 12 pekerja, pemilihan sampelmenggunakan metode theoritical sampling

non probabilistik. Metode theoriticalsampling adalah pemilihan sampel yang

sesuai dengan sasaran pengembangan teori.

Pengembangan teori yang dimaksud adalah postur kerja pemecah batu berdasar standar

ergonomi (Kusnanto, 2000).Penelitian ini dilaksanakan di proyek

 pemecah batu Desa Leyangan Kecamatan

Ungaran, Kabupaten Semarang. Penelitimenggunakan observasi terstruktur dan

interaksi komunikasi antara peneliti dengan

 partisipan dalam wawancara mendalam(indepth interview). Item dalam kuesioner

terdiri dari : pengetahuan responden tentang

 postur kerja, ergonomi dan gangguan sistemotot (musculo skeletal disorder ). Alat lain

yang menunjang pengumpulan data antara

lain : buku catatan , alat tulis, alat perekam

dan lembar observasi survei Brief’™. Prosesanalisa data dimulai dengan menelaah

seluruh data yang diperoleh dari berbagai

sumber, yaitu dari wawancara, observasi, pencatatan lapangan dan lembar survei Brief’™. Langkah selanjutnya adalah

menyusun semua hasil dalam bentuk satuan,

kemudian satuan tersebut dikategorikansambil melakukan koding. Tahap terakhir

dar analisis data ini adalah keabsahan data.

Penafsiran dalam mengolah hasil penelitiansementara dengan melihat teori substansifadalah langkah terakhir dalam analisa data.

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Hasil Penelitian

Proyek pemecah batu yang menjadiobyek penelitian terletak di Desa Leyangan

Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang.Kondisi lingkungan kerja adalah lapang

terbuka yang berada diperbukitan. Proses

kerja dilapang terbuka menyebabkan pekerja banyak terpapar faktor fisik lingkungan

antara lain : panas matahari, debu, getarandan kebisingan.

Proses kerja pemecah batudilaksanakan dengan cara

tradisional/manual, monoton, peralatan kerja

tradisional lebih mengutamakan kekuatan

fisik pekerja. Jenis pekerjaan yang dilakukan

oleh pekerja termasuk kategori berat biladilihat dari tuntutan kerja, beban fisik dan

 pemenuhan kalori kerja. Data penunjang dari proses kerja pemecah batu dapat dilihat padatabel sebagai berikut

25

Page 29: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 29/62

 

Tabel 1. Bagian dan Proses Kerja Pemecah Batu di Leyangan

Bagian Kerja Proses Kerja Potensi Bahaya Lama Kerja Pengukuran

Pemecah Batu 1. Peledakan bukit

 batu

2. 

Pembelahan bongkahan batu

 besar3. Pengangkutan

 batu ketepianarea kerja

4. Batu dipecah

kecil-kecil(kerikil)

1. Tertimpa batu

2. Terjepit batu

3. 

Terkena alatkerja

4. Gangguansystem otot

1-8 Jam

1.  Penilaian

 postur kerja

yangrepetitive

2.  MonotonisasiKerja

3.  Beban kerja

Tabel 2. Proses kerja pemecah batu di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Kabupaten

Semarang 2009

No Bagian Kerja JumlahPekerja

PaparanFisik

Jam Kerja

1

23

4

5

Pembelah batu besar

Pemecah kerikilSopir

Bongkar muat

Mandor

4

23

2

1

Panas

MatahariKebisingan

Getaran

Debu

11 Jam kerja per hari, dengan

waktu istirahat pukul siang 12.00-01.00

Istirahat sore pukul 14.00-15.00

Tabel 3. Karakteristik Partisipan

Tabel 4. Hasil Pengukuran Frekuensi Postur Kerja Repetitif dan Monoton Berdasarkan

Standar Egonomi Pada Pemecah Batu di Leyangan

Frekuensi Waktu/Jam

< 1 1-4 4

< 10 4 8 810-20 2 3 4

No Karakteristik Kode Partisipan

R1 R2 R3 R4 R5 R6

1 Usia 35 47 45 43 40 422 Jenis Kelamin Pria Pria Perempuan Pria Pria Pria

3 Pendidikan SMP SD SD SD SMP SMP4 Bagian Kerja Pembelah

 batu besar

Pemecah

 batu besar

Pemecah

 batu kerikil

Pembelah

 batu besar

Pemecah

 batu besar

Pembelah

 batu besar

5 Lama Kerja 3 Tahun 6 Tahun 6 Tahun 11 Tahun 11 Tahun 11 Tahun

26

Page 30: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 30/62

 

Tabel 5. Hasil Pengukuran Resiko Postur Kerja Yang Salah Pada Pemecah Batu di

Leyangan

Adopsi

Postur Kerja

Perputara

n Leher

Perputaran

Punggung

Sudut

Bahu/Lengan

>45º dari Badan

Keterangan

Jarang/Tidak

1 1 1 Gerakan monoton

Periodik 3 3 1 Gerak bertahap, berhentiuntuk istirahat

Bertahap 0 0 0 -Sering 2 1 1 Perputaran leher jarang

dilakukan

Tabel 6. Hasil Pengukuran Berat Beban Kerja Dengan Postur Menjinjing, Mengangkat,

Menarik, Mendorong Pada Pekerja Pemecah Batu di Leyangan

Waktu(Jam) Berat Beban (Kg)

< 3 Kg 3-7 Kg 7-15 Kg 15-25 Kg1-3 2 1 19 1

4-12 7 5 36 212 7 7 36 2

Tabel 7. Hasil Observasi Postur Kerja

Postur Kerja Frekuensi/Waktu Keterangan

Berdiri,

Membungkuk

Berulang kali

Selama 2 Jam, gerakan terus

dilakukan, istirahat curian 3

menit

Postur kerja pembelah batu besar

Posisi membungkuk 80º diatas

 batu. Penekanan terjadi pada leher,

 bahu, siku, punggung, lutut

Duduk Lama duduk 4,5jam, denganistirahat duduk tanpa memecah

 batu 12 menit

Pekerja menggunakan alas dudukkayu. Penekanan terjadi pada

telapak tangan, siku, bahu, panggul, pinggang dan sacrum.

Postur kerja ini dilakukan oleh

 pemecah batu kecil

27

Page 31: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 31/62

 

Tabel 8. Hasil Observasi Postur Kerja

Postur Kerja Frekuensi/Waktu Keterangan

Mengangkat beban Mengangkat batudengan beban lebih

dari 8Kg dilakukan 5

kali selamaa 12 jam

Cara mengangkat batu terdapat 3 postur :1.  Mengangkat belahan batu diatas bahu

kiri

2. 

Mengangkat dengan membungkukuntuk memindahkan batu jarak dekat

3.  Menggendong kepingan batu dalamkeranjang batu

Berdiri,Membungkuk

Berulang kali

Selama 2 Jam, gerakanterus dilakukan,

istirahat curian 3 menit

Postur kerja pembelah batu besarPosisi membungkuk 80º diatas batu.

Penekanan terjadi pada leher, bahu, siku, punggung, lutut

Duduk Lama duduk 4,5jam,

dengan istirahat duduk

tanpa memecah batu

12 menit

Pekerja menggunakan alas duduk kayu.

Penekanan terjadi pada telapak tangan, siku,

 bahu, panggul, pinggang dan sacrum. Postur

kerja ini dilakukan oleh pemecah batu kecil

Tabel 9. Lama Kerja dan Bagian Kerja Partisipan

No Kata Kunci Kategori

1 R1 : Hampir 3 tahun

R2 : Enam tahun

R3 : Enam tahun

R4 : Sebelas tahunR5 : Sebelas tahun

R6 : Sebelas tahun

Lama kerja

2 R1 : Yang namanya kerja itu ya serabutan mbak, mana yang

longgar itu yang dikerjakan

R2 : Memecah batuR3 : Memecah batu untuk kerja sambilanR4 : Memecah batu gitu saja mbak

R5 : Memecah batuR6 : Memecah batu

Bagian kerja

28

Page 32: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 32/62

 

Tabel 10. Riwayat Sakit Partisipan

No Kata Kunci Kategori

3 R1 : Dulu saya pernah mengalami kecelakaan sepeda motor. Iniada bekasnya di dada. Kecelakaan karena pekerjaan pernah

tertimpa batu padas dibagian bahu dan tertimpa batu

 belahan pada bagian lutut kanan sampai mata kaki. Sampaisekarang masih terasa linu.

R2 : Tidak …tidak pernah sakit. Paling-paling masuk angin,kecapaian.

R3 : Pernah terkena pecahan batu, terkena batu itu suatu halyang biasa

R4 : Saya pernah tertimpa batu dibagian sini (sambil menunjuk

mata kaki)R5 : Tidak….tidak pernah sakit. Paling-paling masuk angin,

kecapaian. Yang diminta itukan sehat teruskan mbak ?R6 : Tidak…tidak sakit. Tangan saya seperti ini, penyakit apaya

mbak ? 11 tahun he mbak, tangan saya sampai keras terus

mati rasa.

Riwayat sakit

Tabel 11. Postur kerja yang baik menurut Partisipan

No Kata Kunci Kategori

4 R1 : Posisi tangan kanan menggenggam tangkai didepan tangan kanan, posisi ayunan alat kearah kiri badan. Posisi alat (palu

 besi/bodem) sebagian saja dikenakan batu

R2 : Cara membelah batu yang baik ya diletakkan terlebih dahulu.

Caranya membelah/posisi membelah ya seperti waktu kerja di

depo.R3 : Ya seperti waktu kerja di depo mbak, saya duduk dibawah. Kalau

ada dingklik (tempat duduk kecil dari kayu) ya..dipakai, kalau

tidak ada ya duduk dibawah.R4 : Seperti ini caranya : (memperagakan membelah batu dengan

 bodem dengan arah ayunan dari samping kanan badan)

R5 : Caranya membelah batu yang baik ya diledakkan lebih dulu, barudibelah pakai bodem. Kemarin mbak sudah lihat kan waktu didepo.

R6 : Begini lho mbak .. itu sudah ada “srati” atau syaratnya sendiri-sendiri.

Postur kerjayang baik

menurut

 partisipan

29

Page 33: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 33/62

 

Tabel 12. Postur kerja yang tidak baik menurut partisipan

No Kata Kunci Kategori

5 R1 : Posisi … yang salah itu pada posisi alat dengan batu tegak lurus,karena batu akan terlempar ke badan, getaran bodem terasa sampai

 bahu dan dada sehingga dadanya bias rusak/sakit

R2 : Posisi yang tidak baik ya saat memecah batu yang belumdiledakkan langsung dipecah dapat merusak tangan karena batu

sangat kerasR3 : Kerja itu ya seenaknya sendiri. Setiap orangkan beda-beda, kalau

kerja seperti ini enak ya dilakukan, kalu tidak enak ya nggak.R4 : Itu kalau pekerja baru mbak yang belum terbiasaya bias salah dan

kesleo

R5 : Tidak bisa, setiap orang punya srati sendiri, yang tahu hanyadirinya sendiri

R6 : Posisi yang tidak baik yaitu batu dibelah sebelum diledakkan

Postur kerjayang tidak baik

menurut

 partisipan

Tabel 13. Gangguan System Otot Akibat Postur Kerja

No Kata Kunci Kategori

6 R1 : Tangan sampai sini (sambil menunjuk dari pergelangan tangansampai tengkuk) terus pinggang setelah bekerja capek semua, tapi

itu sudah biasa, paling istirahat 2 jam sudah sembuh

R2 : Tidak ..tidak pernah sakit, saya mau diapakan? Paling pegal karenakecapaian. Capek itu hal yang biasa jadi tidak usah dirasakan.

Kadang-kadang sampai kram, nanti kalau sudah istirahat sembuh,

 besuk sudah bekerja lagi

R3 : Setelah memecah batu jari-jari sampai bahu, tulang belakang

terasa pegal, capek. Kalau istirahat ya dirumah, di depo ya kerjaterus, capek berhenti

R4 : Wah … tidak karuan capeknya. Pegal, capek, kadang-kadang

malah tidak dirasakan. Malam istirahat, minum jamu, pagi sudah bisa kerja lagi

R5 : Tangan sini, pundak, panggul capeknya merata seluruh badan.

Tangan saya yang tebal ini suatu penyakit apa bukan ? walaupundisayat tangan saya tidak keluar darahnya

R6 :Bagian bahu, tangan rasanya capek semua

Gangguansystem otot

akibat postur

kerja

30

Page 34: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 34/62

 

Tabel 14. Alat Kerja Yang Baik Menurut Partisipan

No Kata Kunci Kategori

7 R1 : Alat kerja yang baik seperti ini mbak, yang bahanya dari besi bajaasli, terus tangkainya dari rotan/menjalin yang besar. Bodem ini

 beratnya 9 Kg. Panjang 1 Meter.

R2 : Ya seperti ini buat saya sudah bagus. Beratnya kira-kira 9 Kg.Panjang 1 m

R3 : Ya ..seperti ini sudah bagus!...Beratnya 9 Kg, panjang 1 mR4 : Yang baik itu alat yang bahannya dari besi baja asli, tidak cacat,

terus kalau dipakai 1 minggu harus diasah di pandai besi, biartajam. Berat nya 9 Kg, panjang 1 m

R5 : Bagi saya seperti ini sudah baik. Besinya dari baja asli terus

tangkainya dari rotan/menjalin yang besar. Rata-rata berat besi 9Kg, panjang 1 m

R6 :Dari besi baja asli, beratnya mantap, tidak cepat rusak. Beratnya 9Kg, Panjang 1 m

Alat kerja yang baik menurut

 partisipan

Tabel 15. Alat Kerja Yang Tidak Baik Menurut Partisipan

No Kata Kunci Kategori

8 R1 : Yang tidak baik bahannya bukan dari besi baja asli, karena besinya tidak padat

R2 : Bagaimana ya mbak …yang bahannya bukan dari besi baja

R3 : Tidak tahu …lho yang rusak pasti tidak baik, katrena tidak bias

dipakai

R4 : Itu kalau alatnya tidak tajam sehingga tidak bias dipakai

R5 : Yang besinya bukan dari besi baja asli

R6 :Yang bahannya dari besi-besi biasa

Alat kerja yangtidak baik

menurut

 partisipan

9 R1 : Ya … tidak bisa to mbak, kayu itu sifatnya keras, tidak lentur,

terkena tangan rusak dan benturan besi dengan batu getarannyasampai kedada. Getarannya dapat merusak dada. Kalau

rotan/menjalin kan lentur dan elastic

R2 : Wah… gimana ya mbak, tidak bisa ya mbak, bukan pasangannyaitu jadi tidak pas, tangannya bisa rusak karena tidak lentur

R3 : Tidak pantas mbak, itu sudah pasangannya

R4 : Tidak bisa mbak, telapak tangan sakit, kayu itu sifatnya keras jaditidak bisa dibuat kerja

R5 : Gimana ya mbak, tidak bisa ! tangkai kayu itu keras terkenna

telapak tangan sakit/merusak tangan karena tidak lenturR6 :Tidak bisa mbak. Tangkai yang seperti itu keras dan sakit

ditangan, tetapi jika diberi ya saya terima saja

Tangkai alat kerja

31

Page 35: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 35/62

 

PEMBAHASAN

Postur kerja

Observasi yang dilakukan peneliti

terhadap 6 partisipan menghasilkan beberapa postur kerja atara lain : postur berdiri

kemudian membungkuk dilakukan berulang

kali, postur duduk dan postur mengangkat beban. Postur kerja pemecah batu di

Leyangan termasuk kategori tidak baik dari

segi ergnomi.

Postur kerja berdiri dilakukan olehR1, R2, R4, R5 dan R6, tetapi partisipan R6

tidak menjelaskan secara rinci postur kerja

yang dilakukan karena setiap orang memiliki“srati” syarat/ cara kerja sendiri-sendiri.

Rata-rata R1, R2, R4, R5 posisi tangan

kanan menggenggam tangkai bodem, posisi

ayunan alat kearah kiri badan. Posisi alat(palu besi/bodem) sebagian saja dikenakan

 batu. Berdasar hasil observasi, proses

 pembelahan batu besar dilasklukan dengan berdiri membungkuk diatas batu serayamengayunkan bodem.

Postur kerja berdiri dengan

 penekanan pada kedua kaki secara monotondengan beban berat dapat menimbulkan

 beberapa keluhan antara lain : kelelahan

seluruh otot persendian, gangguan pada otottulang belakang, nyeri tengkuk dan bahu.

Keluhan nyeri otot karena postur berdiri/membungkuk diakui oleh R1, R2,

R4, R5 dan R6 yang mengatakan capek,

 pegal, nyeri pada tengkuk, bahu dan punggung.

Postur kerja duduk dilakukan oleh partisipan R3 yang mengatakan “Ya seperti

waktu kerja di depo mbak, saya duduk

dibawah. Kalau ada dingklik (tempat duduk

kecil dari kayu) ya..dipakai, kalau tidak ada

 ya duduk dibawah.). Memecah batu kecil/

kerikil secara monoton dan repetitive

menyebabkan sakit dan penebalan, kekakuan pada jari. Postur kerja duduk apabila

dipertahankan dalam waktu yang lama dapatmeningkatkan beban kerja, kontraksi ototstatis sehingga menyebabkan kelelahan

sendi yang memerlukan pemulihan dalamwaktu yang lebih lama dari waktu kerja. R3

mengeluhkan “Setelah memecah batu jari-

 jari sampai bahu, tulang belakang terasa

 pegal, capek. Kalau istirahat ya dirumah, di

depo ya kerja terus, capek berhenti”

Masalah kesehatan akibat postur

monoton seperti berdiri , duduk, mengangkat beban, mendorong, menarik seharusnya

diselingi dengan jenis pekerjaan yangmemerlukan variasi gerak fleksibel sehinnga

terhindar dari gangguan system otot. Variasi

gerak kerja akan memperlancar peredarandarah dan dapat mereduksi kelelahan otot.

Jenis alat kerja, pakaian kerja, jenis material

kerja, lingkungan kerja dan riwayat penyakitmemiliki kontribusi terhadap postur kerja.

(Tarwaka 2004). Variasi gerak dalam proses

kerja dilakukan oleh R1 yang mengatakan bahwa “Yang namanya kerja itu ya

serabutan mbak, mana yang longgar itu

 yang dikerjakan”

Alat Kerja

Desain alat kerja : tangkai bodem,

 palu, berat dan alas duduk (dingklik) kurangmemenuhi standar ergonomi. Tangkai

 bodem berbentuk panjang 1 m tanpa lekuk

dengan berat 9 Kg, panjang tangkai palu 0,5

m tanpa lekuk dengan berat 2 Kg. Desaintangkai bodem dan palu menyebabkan

 postur pergelangan tangan cepat lelah. Berat

 bodem menyebabkan pemuluran padatangan, lengan dan bahu sehinggamenyebabkan pegal, capek, kram hinggatengkuk. Tangkai palu yang lurus

menyebabkan pegal, capek pada pergelangantangan. Ketersediaan alas duduk berupa

dingklik sangat membantu pemecah batu

kecil, namun partisipan terkadangkehilangan alas duduk sehingga pekerjaan

memecah batu dilakukan dengan berjongkok. Postur jongkok yang terlalu

lama menyebabkan sakit pinggang.

Proses kerja

Proses kerja di proyek pemecah batu di leyangan dimulai dari peledakan

 bukit batu, pembelahan bongkahan batu besar, pengangkutan batu ketepian area

kerja, batu dipecah kecil-kecil (kerikil).

Semua proses kerja dilakukan secara

manual/tenaga manusia.

Lingkungan kerja

Lingkungan kerja di proyek pemecah batu di Leyangan berupa perbukitan batu

yang diledakkan untuk meruntuhkan batu besar. Membelah batu besar hingga

memecah batu menjadi ukuran kecildilakukan dengan manual. Postur kerja

dalam proses pemecahan batu dilakukan

sesuai dengan ukuran batu dan pengalaman pekerja pada masing-masing bagian kerja

dan lama kerja. Area kerja terbuka dan panasmatahari menjadi beban tambahan bagi

 pekerja.

32

Page 36: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 36/62

 

Beberapa penelitian tentang studi postur kerja yang tidak baik mengungkapkan

 bahwa potur kerja dipengaruhi oleh perilaku

dari pekerja, lingkungan kerja, proses kerja,alat kerja dan budaya masyarakat setempat.

Determinan perilaku merupakan factor

internal partisipan. Determinan perilakudipengaruhi oleh beberapa faktor

 predisposissi, faktor pendorong, faktor

 pendukung. (Notoatmojo 2003). Determinan

 perilaku dalam penelitian ini dapat diuraikansebagai berikut :

1.  Faktor predisposisi yang

mempengaruhi perilaku partisipanadalah kurangnya pengetahuan dari

 partisipan tentang postur kerja dan

alat kerja yang baik sesuai standar

ergonomic. Partisipan menganggap bahwa postur kerja dan alat kerja

yang digunakan sudah baik,

sehingga tidak perlu perubahanlagi. Penerapan ergonomic pada proses kerja manual dalam suatuorganisasi kerja tidak dapat

diterapkan sempurna tanpa pemberian informasi yang adekuat,

 pengetahuan yang mendukung dan

 pelatihan kerja. (Luttman 2003)2.  Faktor pendorong yang

mempengaruhi perilaku partisipanadalah anggapan bahwa gangguan

system otot adalah hal biasa terjadi

dan bukan masalah serius. Alasanmereka adalah kerja memecah batu

sudah biasa merasakan capek dan pegal. Semua partisipan

mengeluhkan : rasa capek, pegal,lelah, nyeri dan kram. Bagian tubuh

yang mengalami gangguan system

otot antara lain : pergelangan

tangan, siku, bahu, tengkuk,

 panggul, persendian kaki. Waktuistirahat bagi partisipan dirasakan

tidak cukup untuk istirahatsehingga partisipan melakukanistirahat curian. Partisipan

menganggap bahwa gangguansystem otot bukan masalah yang

serius, mereka nmenganggap halyang biasa sebagai pemecah batu.

Kurangnya perhatian terhadapgangguan system otot dan

kecelakaan kerja akan

mempengaruhi kualitas kerja dan penurunan fungsi organ. (Tarwaka

2004). Penurunan fungsi organterlihat jelas pada partisipan 5.

3.  Faktor pendukung yangmempengaruhi perilaku partisipan

adalah kemampuan setiap

 partisipan berbeda-beda sesuaidengan pembagian kerja

(pembelaah batu, pemecah batu

 besar, pemecah batu kecil) dantuntutan pekerjaan, hal ini sesuai

dengan teori yang mengatakan

 bahwa kemampuan pekerja,

tuntutan tugas dan karakteristikorganisasi mempengaruhi suatu

 proses kerja (Nurmianto 2000)

Pengalaman partisipan dengan postur kerja yang dilakukan juga

dipengaruhi oleh kepercayaan,

seperti yang diungkapkan oleh

 partisipan R5 : Tidak bisa, setiap

orang punya srati sendiri, yang

tahu hanya dirinya sendiri (setiap

orang mempunyai cara-cara kerjasendiri-sendiri sesuaikeyakinannya).

Perbandingan hasil wawancara,observasi dan tinjauan teori mengenai postur

kerja ditinjau dari segi ergonomi

menyebutkan bahwa : suatu postur kerjayang tidak baik dilatar belakangi oleh faktor

eksternal (Alat kerja, proses kerja,lingkungan kerja,adat budaya ) dan faktor

internal (Predisposisi, pendorong,

 pendukung)

KESIMPULAN

Postur kerja yang dilakukan oleh R2,

R3, R4, R5, R6 dilakukan secara repetitif

dan monoton sementara R1 melakukan

 pekerjaan serabutan dengan variasi posturkerja. Postur kerja partisipan dilatar

 belakangi oleh faktor eksternal (Alat kerja, proses kerja, lingkungan kerja,adat budaya )Alat kerja, proses kerja, lingkungan kerja

merupakan bagian dari ergonomi dan faktorinternal (Predisposisi, pendorong,

 pendukung)Potur kerja partisipan ditinjau dari

segi ergonomi dipengaruhi desain alat kerja, berat dan jenis alat kerja

1.  Alat Kerja yang digunakan (palu, bodem, dingklik) memiliki desain

yang kurang ergonomis. Desaintangkai dan berat alat menyebabkan

gangguan system otot pada jari,

33

Page 37: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 37/62

 

 pergelangan tangan, tangan dan bahu.

2.  Proses kerja di proyek pemecah

 batu di leyangan dimulai dari peledakan bukit batu, pembelahan

 bongkahan batu besar,

 pengangkutan batu ketepian areakerja, batu dipecah kecil-kecil

(kerikil). Semua proses kerja

dilakukan secara manual/tenaga

manusia.3.  Lingkungan kerja di proyek

 pemecah batu di Leyangan berupa

 perbukitan batu. Area kerja terbukadan panas matahari menjadi beban

tambahan bagi pekerja.

Faktor internal yang melatarbelakangi postur kerja antaralain : faktor predisposisi,

faktor pendorong, faktor pendukung.

1. 

Faktor predisposisi yangmempengaruhi perilaku partisipanadalah Partisipan menganggap

 bahwa postur kerja dan alat kerja

yang digunakan sudah baik,sehingga tidak perlu perubahan

lagi.

2.  Faktor pendorong yangmempengaruhi perilaku partisipan

adalah partisipan menganggap bahwa gangguan system otot bukan

masalah yang serius, mereka

nmenganggap hal yang biasasebagai pemecah batu. Penurunan

fungsi organ terlihat jelas pada partisipan 5.

3.  Faktor pendukung yangmempengaruhi perilaku partisipan

adalah kemampuan setiap

 partisipan berbeda-beda sesuai

dengan pembagian kerja

(pembelaah batu, pemecah batu besar, pemecah batu kecil) dan

tuntutan pekerjaan. Pengalaman partisipan dengan postur kerja yangdilakukan juga dipengaruhi oleh

kepercayaan, seperti yangdiungkapkan oleh partisipan R5 :

Tidak bisa, setiap orang punya

srati sendiri, yang tahu hanya

dirinya sendiri (setiap orangmempunyai cara-cara kerja sendiri-

sendiri sesuai keyakinannya).

SARAN

1.  Bagi Pekerja

a.  Disarankan pekerja untuk bekerja secara bergantian

dibagian kerja yang lain secara

 berselingan, untukmenghindari postur kerja yang

monoton

 b.  Disarankan pekerja melakukan

istirahat curian untuk relaksasiotot

c.  Bagi pemecah batu

kecil/kerikil, disarankanmenggunakan alas duduk kursi

kecil/dingklik atau alas batu

untuk menghindari penekanan

lutut yang menekuk.d.  Disarankan untuk minum yang

teratur agar tidak terjadi

dehidrasi karena panasmatahari2.  Bagi Pengelola Proyek Batu

a.  Disarankan untuk membuat

 jadwal rolling kerja pada pekerja

 b.  Disarankan untuk memberikan

istirahat pendek ditengah kerjac.  Penyediaan alas

duduk/dingklik/ kursi juga berfungsi sebagai tempat

istirahat pekerja, sekaligus

mengurangi postur kerja tidak baik.

d.  Penyediaan air minum yangmencukupi untuk

mengantisipasi dehidrasi pekerja

DAFTAR PUSTAKA

1.  Arikunto, S.(2006). Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek . Jakarta : Rineka Cipta.2.  Dempsey. (2002).  Riset

Keperawatan. Jakarta : PenerbitEGC

3.  Depkes RI. (2002). Kebijakan

Teknis Program Kesehatan Kerja.

Jakarta4.  Koentjaraningrat. (2003).

Pengantar Antropologi. Jakarta :

RinekaCipta

5.  Kurniawan, D. (1995).  Manajemen

 Nyeri Otot Pada Pekerja Wanita

Garmen. Dalam Bunga Rampai

34

Page 38: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 38/62

 

Hiperkes. Vol XIII. Jakarta :Depnaker

6.  Kusnanto, H. (2000).  Metode

Kualitatif Dalam Riset Kesehatan.Yogyakarta : Universitas Gadjah

Mada

7. 

Lutmann, A. (2003). Preventing Musculoskeletal Disorder In The

Work Place. India : WHO

8.   Nurmianto, E. (1998).  Ergonomi

Konsep Dasar dan Aplikasinya.Jakarta : Guna Widya

9.   Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta

10.  Tarwaka, S. (2004).  Ergonomi

Untuk Keselamatan, Kesehatan

Kerja Dan Produktifitas. Surakarta: UNIBA Press

35

Page 39: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 39/62

 

Gambaran Perilaku Anak Autis Pada Anak SD Di SLB Begeri Semarang

Sri Wahyuni*)

 *)

 Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo

ABSTRAKSekitar sepuluh tahun terakhir ini autisme menjadi topik yang banyak memperoleh

 perhatian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Data jumlah anak autistik di Indonesia belum

ada yang pasti, tetapi berbagai sumber melaporkan peningkatan yang tinggi pada jumlah anakautis dalam beberapa tahun terakhir (Gianjar, 2008). Autisme merupakan salah satu gangguan

 perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasif (inco) (Mardiyatmi, 2000 dalam Nasution,2007). Perkembangan yang terganggu pada anak yang mengalami autisme dalam perilaku adalahaktivitas, perilaku, dan ketertarikan anak terlihat sangat terbatas (Veskarisyanti, 2008). Musik

merupakan satu instrumen yang dapat memaksimalkan kemampuan seseorang, musik juga

merupakan reinforcer  dan feedback   autis (Veskarisyanti, 2008). Terapi musik, pada seorang anakautis yang kesulitan melakukan gerak atau geraknya tidak teratur diharapkan dapat bergerak secara

terarah, sehingga anak dapat belajar dengan baik (Prasetyono, 2008). SLB Negeri Semarang,merupakan satu-satunya sekolah luar biasa yang berstandar internasional ( ISO 9001 : 2000).

Fasilitas ruang terapi yang ada meliputi terapi fisio, akupressur, speech terapi, dan terapi musik.

Sedangkan yang merupakan program unggulan dari SLB-N Semarang ini adalah terapi musik.Dengan melihat fenomena yang ada peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul“Gambaran Perilaku Anak Autis di SLB Negeri Semarang”.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu menggunakan pendekatan induktif untukmenemukan atau mengembangkan pengetahuan yang memerlukan keterlibatan peneliti dalam

mengidentifikasi pengertian relevansi fenomena tertentu terhadap individu (Moleong, 2004).

Pendekatan yang digunakan adalah studi Fenomenologi karena peneliti ingin mendapatkan datadengan cara memahami pengalaman hidup manusia sebagai individu yang mengalami keadaan

yang sebenarnya (Moleong, 2004). Populasi penelitian ini adalah seluruh orang tua dan guru siswa

SLB Negeri Semarang yang berjumlah 46 siswa. Metode pengambilan sampel yang digunakanadalah “purposive sampling”. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 3 orang tua yang

memiliki anak autis dan 1 guru. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknikwawancara in depth interview yang berhubungan dengan fenomenologi peran orang tua dan guru

 pada anak dengan gangguan autisme.

Hasil penelitian didapatkan bahwa Autisme merupakan gangguan atau keterlambatan berupa gangguan perilaku, keterlambatan komunikasi, kurangnya interaksi sosial, gangguan emosi,

dan sensitif. Bentuk perilaku yang muncul pada anak dengan gangguan autisme berupa : susahuntuk berbicara, suka merusak dengan menggigit atau melukai tangannya sendiri, hiperaktif, tidak

tahan duduk berlama-lama dan tidak bisa konsentrasi. Pemberian terapi untuk anak autisme dapatdilakukan dengan bebagai cara antara lain terapi bermain, terapi perilaku, dan terapi musik.

Dalam pemberian, proses pemberian harus dilakukan secara terus menerus dan konsisten agar

 proses penyembuhan anak dengan gangguan autisme dapat berjalan baik.

Kata Kunci : autisme, terapi musik, SLB

36

Page 40: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 40/62

 

PENDAHULUAN

Sekitar sepuluh tahun terakhir ini

autisme menjadi topik yang banyak

memperoleh perhatian di seluruh dunia,termasuk di Indonesia. Penyebabnya adalah

makin meningkatnya jumlah anak-anak yang

didiagnosa autistik. Saat ini diperkirakansatu dari 150 anak yang lahir di Amerika

Serikat menunjukkan ciri-ciri autistik. Data

 jumlah anak autistik di Indonesia belum ada

yang pasti, tetapi berbagai sumbermelaporkan peningkatan yang tinggi pada

 jumlah anak autis dalam beberapa tahun

terakhir (Gianjar, 2008).Autisme merupakan salah satu

gangguan perkembangan fungsi otak yang

 bersifat pervasif (inco) yaitu meliputi

gangguan kognitif, bahasa, perilaku,komunikasi dan gangguan komunikasi sosial

(Mardiyatmi, 2000 dalam Nasution, 2007).

Ada ketakutan orang tua terutamakhususnya kaum ibu menyangkut anaknya,yaitu autis. Jika anaknya terkena autis, ibuakan sangat gugup karena anaknya tak

fokus, cenderung pendiam dan sulit beradaptasi. Padahal, rata-rata anak autis

 punya kecerdasan yang luar biasa (Maulana,

2007).Reaksi pertama orang tua yang paling

mungkin adalah kekecewaan dan kesedihanyang paling mendalam, yang kemudian

disusul dengan rasa malu. Perasaan malu ini

 pula yang membuat orang tua memilihuntuk sendiri dan menutup-menutupi buah

hatinya dari lingkungan sekitar daripadamencari informasi yang benar mengenai

 buah hatinya. Meski msudah banyaksekolah-sekolah khusus atau pusat konsultasi

mengenai anak dengan kelainan mental, tak

 banyak orang tua yang meresponnya secara

 positif. Alasanya karena tak ingin “aib” yang

dibawa sang buah hati tersebar keluar rumah(Veskarisyanti, 2008).

Perkembangan yang terganggu padaanak yang mengalami autisme dalam

 perilaku adalah aktivitas, perilaku, dan

ketertarikan anak terlihat sangat terbatas(Veskarisyanti, 2008). Perilaku bermasalah

sekaligus merupakan penanda / karakteryang acapkali dimunculkan oleh anak autis

adalah stimulasi diri dan stereotip. Kalau perilaku ini muncul, tentu saja akan

menghambat proses belajar yang sedang

 berlangsung. Untuk mengatasi danmencegah agar perilaku tersebut tidak

muncul, maka yang perlu dilakukan olehguru adalah memberikan reinforcement,

tidak memberikan kesempatan / waktu pada

anak untuk asyik dengan dirinya sendiri,memberikan kegiatan yang menarik dan

 positif, serta menciptakan suasana yang

kondusif bagi anak agar tidak adakesempatan bagi anak untuk menyakiti diri

(Widihastuti, 2006).

Cara orang tua untuk membimbingdan memperbaiki perilaku pada anak yang

tidak menyenangkan (negatif) serta

mengukuhkan dan meningkatkan perilaku

yang menyenangkan (positif) bisadilaksanakan dengan metode modifikasi

 perilaku. Modifikasi perilaku adalah

 penerapan prinsip-prinsip teori belajar yangtelah teruji secara eksperimental untuk

mengubah perilaku yang tidak adaptif.

Kebiasaan-kebiasaan yang tidak adaptif

dilemahkan dan dihilangkan sedangkan perilaku adaptif ditimbulkan serta

dikukuhkan (Wolpe, 1973).

Keuntungan atas peran aktif paraorang tua anak autis yang mempermudahruang bagi terapis atau psikiatri untukmengetahui simptom autisme yang

disandang seorang anak dengan detail.Lainnya, orangtua akan dapat memilih terapi

yang tepat dan akurat untuk memperbaiki

symptom si anak (Wijayakusuma, 2004).Beberapa terapi yang ditawarkan oleh para

ahli antara lain : terapi biomedik, terapiokupasi, terapi integrasi sensoris, terapi

 bermain, terapi perilaku, terapi fisik, terapi

wicara, terapi musik, terapi perkembangan,terapi visual, terapi medikamentosa, dan

terapi melalui makanan (Veskarisyanti,2008).

Otak manusia adalah otak yangmusikal dan irama memiliki kekuatan secara

langsung mempengaruhi kognisi.

Keterikatan terhadap emosi adalah kunci

 belajar yang efektif dan hal tersebut dapat

diperoleh melalui musik. Seringkali orangdengan kebutuhan khusus belajar lebih baik

melalui musik karena bagian dari otakmusik adalah bagian tertua dari struktur otakyang paling sedikit mengalami kerusakan

akibat cacat lahir atau kecelakaan. MenurutDowlling (1984), mengungkapkan bahwa

sebuah aktivitas musik merupakan latihanmenyeluruh otak. Disamping meningkatkan

kapasitas kinerja otak dengan memperkuathubungan antar neuron musik juga

 berpengaruh terhadap kinerja otak yang juga

merupakan bagian dari pengaruh musikterhadap kognisi dan perilaku (Djohan,

2005).

37

Page 41: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 41/62

 

Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa 80-90% penderita autis merespon

musik secara positif sebagai motivator.

Ketrampilan merespon musik lebih bertahanlama dibandingkan dengan ketrampilan

lainnya. Penelitian lainnya juga

menunjukkan bahwa musik merupakan alatyang berharga untuk menstimulasi belahan

otak kanan. Menurut Radocy dan Boyle

(1997), menjelaskan bahwa semua jaringan

saraf termasuk sensori, motor, dan koneksiantar saraf dan sebagian saraf otak adalah

saling berhubungan serta merupakan bagian

dari hubungan jaringan komputer raksasa.Masukan-masukan musikal seperti halnya

semua sensori masukan juga menstimulasi

struktur saraf. Sensori informasi saat ini

dapat dibandingkan dengan rekaman pengalaman yang tersimpan dan dengan

demikian dapat membimbing perilaku

musikal organisme (Djohan, 2005).Musik merupakan satu instrumenyang dapat memaksimalkan kemampuanseseorang, musik juga merupakan reinforcer  

dan feedback   autis musik ini penting untukmeningkatkan akan kesadaran dirinya,

memusatkan perhatian, mengurangi perilaku

yang negatif yang tidak diharapkan,membuka komunikasi, menciptakan

hubungan sosial yang berpengaruh positif pada perkembangan dan pertumbuhan positif

(Veskarisyanti, 2008).

Tujuan terapi musik adalah untukmempengaruhi perkembangan dan

 pertumbuhan psikomotorik dan  fisiomotoric secara optimum. Dengan kata lain, melalui

terapi musik, seorang anak autis yangkesulitan melakukan gerak atau geraknya

tidak teratur diharapkan dapat bergerak

secara terarah, sehingga anak dapat belajar

dengan baik (Prasetyono, 2008).

Musik dan rilik lagu diperkenalkansecara bersamaan kepada mereka. Musik

 pengiring dapat menciptakan Susana yangmembuat meraka merasa nyaman. Kata-kataatau lirik lagu diharapkan mampu

merangsang kognitif mereka, sehinggameraka memberikan respon psitif setiap lagu

yang dinyanyikan. Kegiatan itu akan berlanjut pada kegiatan rangsangan motorik

mereka dengan memaknai kata-kata melaluigerakan – gerakan terentu sesuai dengan

lagu yang sedang dinyanyikan. Petters

mengatakan bahwa jika kita mengatakan bahwa penyandang autisme memilki gaya

kognisi yang berbeda, pada dasarnya berarti bahwa, otak mereka memproses informasi

dengan cara berbeda. Mereka mendengar,

mellihat dan merasa, tetapi otak merekamelakukan informasi ini dengan cara yang

 berbeda (Alhamdi, 2008).

SLB Negeri Semarang, merupakansatu-satunya sekolah luar biasa yang

 berstandar internasional ( ISO 9001 : 2000).

Fasilitas ruang terapi yang ada meliputiterapi fisio, akupressur, speech  terapi, dan

terapi musik. Sedangkan yang merupakan

 program unggulan dari SLB-N Semarang ini

adalah terapi musik. Terapi musik berfungsiuntuk menggali potensi yang tersembunyi.

Selain itu musik dapat memberikan stimulasi

kepada anak autis untuk mengontrol gerakan – gerakan yang tidak diharapkan. Musik

dapat membuat perasaan yang enjoy .

sehingga dari perilaku yang liar, dengan

musik akan berubah serta tingkatkepatuhannya meningkat. Misalnya, di

sekolah ini terdapat anak yang sering

melukai temannya tanpa sebab. Saatdiberikan kelas terapi musik, anak tersebutdapat menikmati musik dengan santai. SLB

 Negeri Semarang memiliki 238 siswa yang

terdiri dari anak tunarunguwicara,tunagrahita, dan autis dari TKLB sampai

 bengkel kerja. Sedangkan anak autis sendiri

 berjumlah 46 siswa, yang terdiri dari 7 siswaTKLB, 38 siswa SDLB, dan 1 siswa

SMALB tetapi sudah tidak aktif. Denganmelihat fenomena yang ada peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul

“Gambaran Perilaku Anak Autis di SLB Negeri Semarang”.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yaitu menggunakan pendekatan

induktif untuk menemukan atau

mengembangkan pengetahuan yangmemerlukan keterlibatan peneliti dalam

mengidentifikasi pengertian relevansifenomena tertentu terhadap individu(Moleong, 2004).

Pendekatan yang digunakan dalam peneliti ini adalah studi Fenomenologi

karena peneliti ingin mendapatkan datadengan cara memahami pengalaman hidup

manusia sebagai individu yang mengalamikeadaan yang sebenarnya (Moleong, 2004). 

Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh orang tua dan guru siswa SLB Negeri Semarang yang berjumlah 46 siswa,

yang terdiri dari 7 siswa TKLB, 38 siswaSDLB, dan 1 siswa. Jumlah responden pada

 penelitian ini adalah 3 orang tua yang

38

Page 42: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 42/62

 

memiliki anak autis dan 1 guru. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah

“purposive sampling” yaitu memilih sampel

secara sengaja yang diambil dengan pertimbangan subjektif penelitian dimana

 persyaratan telah dibuat sebagai ke memilih

sampel secara sengaja yang diambil dengan pertimbangan subjektif penelitian dimana

 persyaratan telah dibuat sebagai kriteria

yang harus dipenuhi sebagai sampel. Pada purposive sampling, sampel diambil berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi

yang diketehui sbelumnya (Arikunto, 2002).

a.  Penelitian kualitatif dengan pendekatanfenomenologi menggunakan sejumlah

kecil individu (Dempsey, 2002).

 b.  Pada penelitian kualitatif dengan

 pendekatan fenomenologi jumlah partisipan maksimal 6 (enam) orang

(Bungin, 2003).

c. 

Efisien dan keterbatasan sumber daya.Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Semarang pada bulan 20-22 Januari2009. Dalam penelitian ini peneliti sendiri

akan berperan sebagai pewawancara(interviewer) dalam proses pengumpulan

data untuk menentukan relevansi fenomena

tertentu yang sangat menentukankeberhasilan, dan untuk menunjangnya

digunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan penelitian, buku catatan, dan alat

tulis untuk mencatat wawancara, serta alat

 perekam atau tape recorder.Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknikwawancara in depth interview  yang

 berhubungan dengan fenomenologi peranorang tua dan guru pada anak dengan

gangguan autisme (Kusnanto, 2004).

Tahap-tahap dalam wawancara : (Moleong,

2004)

1.  Tahap persiapanPada penelitian ini sebelum

melakukan proses wawancara penelitimelakukan inteaksi untuk beberapa waktuterlebih dahulu dengan orang tua anak autis

sampai terjalin rasa saling terpercayasehingga peneliti lebih mudah dalam

melakukan wawancara, dimana wawancaradilakukan satu kali yang berlangsung kurang

lebih 20 menit disesuaikan dengan kesediaanresponden dalam wawancara.

Sebelum melakukan wawancara, peneliti

sudah menentukan siapa orang yang telahmendatangkani inform consent. Menentukan

alat perekam yang akan digunakan danmenyiapkan pokok-pokok pertanyaan.

2.  Tahap wawancaraPada saat wawancara hendaknya

 peneliti berpakain sepantanya dan menepati

 janji terutuama datang tepat waktu sesuaidenngan tepat waktu kontrak yang telah

disepakati. Setelah itu menjelaskan maksud

dan tujuan, penjelasan sesingkat mungkindan beritahukan kembali kerahasian

responden, berikan jaminan ini bahwa hal itu

tidak mungkin akan terbongkar dan

dipegang secara teguh. Dalam proseswawancara, peneliti bertindak sebagai orang

yang netral, artinya tidak memihak pada

suatu konflik pendapat. Peristiwa dansemacam itu.pertanyaan yang diajukan perlu

dikembangkan untuk mendapatkan data

yang mendalam. Pertanyaan yang diajukan

harus menjelaskan kata-kata yang jelas danmudah dimengerti oleh responden. Tape

recorder dipasang setelah memperoleh

 persetujuan dari responden dan juga perlumembuat catatan lapanagan.3.  Tahap penutup

Setelah melakukan wawancara,

 peneliti mengecek kembali data yang sudahdiambil, untuk memastikan sekiranya pada

saat wawancara, tape recorder yang dipakai

rusak maka peneliti dapat langsungmelakukan wawncara ulang atau melakukan

 pencatatan ulang. Kemudian penelitimengakhiri wawancara dengan

mengucapkan terima kasih.

HASIL PENELITIAN

Data yang sudah terkumpul ditulis

dengan lengkap sesuai hasil dan catatan

 penelitian. Data kemudian dicermati dan

disajikan dalam bentuk kategori-kategoridan kategori-kategori tersebut dibuat

mengelompokkan kata-kata kunci yangmendukung yang telah ditentukan. Adapunkategori yang dimaksud terdapat dalam tabel

1 dan 2.

39

Page 43: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 43/62

 

Tabel 1. kategori data peran orang tua pada anak dengan gangguan autisme

No Kategori Kata kunci

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Pengertian autisme

Mencari informasi

Memberikan terapi dirumah

Kerjasama dalam memberikan terapi

Memberi dukungan antar pasangan

Menginformasikan keterbatasan anak

 pada orang lain

o  Komunikasinya agak rusako  Sosialisasinya kurang

Suka menggigit jarinyao  Kontak mata kurang

o  Hiperaktif

o  Gangguan perilaku

o  Tanya teman, keluarga, dokter danakternatif.

o  Dokter anak, bidan dan non medis

o  Baca majalah, dokter dan seminar.

o  Mengenal bentuk huruf

o  Kemampuan mengurus dirio  Melatih gerakan-gerakan

o  Bermain sambil tatap mata

Mengajak dia jalan-jalano  Duduk sambil kontak matao  Kamandirian

o  Konsentrasi dan bicara

o  Ada

o  Ya, ada

o  Ya

o  Ya lah mas

o  Ya , ada lah mas

o  Ya, ada

o  Ya, saya sendiri

Ya, pernaho  Sudah

Tabel 2. katagori data peran guru pada anak dengan gangguan autisme

No Kategori Kata kunci

1.

2.

Perilaku autis

Pemberian terapi

o  Gangguan perilaku

o  Keterlambatan dan komunikasi

o  Kurangnya intraksi sosial

o  Gangguan emosi

o  Sensitif

o  Terapi bermaino  Terapi perilaku

o  Terapi musik

40

Page 44: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 44/62

 

1.  Peran orang tua pada anak dengangangguan autisme

a.  Peran mengerti anak autisme

Pesan yang disampaikan olehmasing-masing responden sangat

variasi antar lain : komunikasi agak

rusak, sosialisasinya kurang, sukamerusak dan menggigit jarinya,

kontak mata kurang, hieraktif dan

gangguan perilaku.

Berikut penuturan mereka :

  Ya, komunikasi anak saya agak

rusak Mas, maunya sendiri gitu(Ibu A).

  Kadang-kadang mau,

senangnya sendiri Mas, tapi dia

 juga kadang takut, kalau apa-apa gak mau diperintah dan

rasa ingin tahunya besar (Ibu

A).  Dulu itu gini, awalnya saya

 pikir anak saya normal sepertianak yang lainnya tapi kok

lama-lama matanya terusmelihat keatas (Ibu A).

  Saya ajak keluar malah bikin

susah saya , nek didalamrumah juga bikin susah saya.

Apa-apa dirumah semuadirusak Mas, tv didorong, tape

ditarik, kalau diluar suka lari,

 bikin susah orang tua pokoknya (Ibu B).

  Gak pernah, takutnya ginikalau dia duduk melihat

sesuatu langsung lari tiba-tibaMas, dulu sering terbentur.

Kadang gini Mas, dulu dia

suka merusak dirinya, nganu

tangannya digigit nek sampai

 berdarah Mas (Ibu B).

  Gangguan perilaku (Ibu C).

  Dia hiperaktif Mas (Ibu C).

 b.  Peran mencari informasi untuk

 penyembuhan anak autismePesan yang disampaikan oleh

masing-masing responden sangat bervariasai antara lain : bertanya

sama teman, sanak saudara, dokter, bidan, non medis dan baca majalah.

Berikut penuturan mereka :

  Ya, tanya sama teman, orang

tua, saudara, alternative, segala bidang pokoknya Mas (Ibu A).

  Ke dokter Mas. Dulu ke dokter praktek terus kemudian saya ke

RS Karyadi ketemu dokter

disana (Ibu A).

  Autis mungkin masuk, dulu

kakinya gak bisa jalan terus

saya bawa ke RS Karyadidibilang kakinya yang sebelah

kurang cairan, lalu saya bawa

ke pengobatan alternatif dan

 banyak perubahan Mas (IbuB).

  Dokter anak, nek pertama saya

konsultasi ke bidan karna saya pikir disana anak saya bisa

ditangani jadi lebih hemat

waktu, biaya dan tenaga.

Eh, malah disuruh diperiksakanke dokter (Ibu B).

  Otomatis ya nyari! Cuma dulu

disemarang agak susah nyaridokter khususnya kayak gitu.Terus dikaryadi saya ketemusama ibu yang juga punya

anak autis, dari situ saya tauada sekolah khusus untuk anak

saya (Ibu C).

c.  Peran memberikan terapi dirumah

 pada anak autismePesan yang disampaikan oleh

masing-masing responden antara

lain : mengenal bentuk dan huruf,kemampuan mengurus diri, melatih

gerakan-gerakan, bermain sambilnatap mata, duduk sambil kontak

mata, meronce, kemandirian,konsentrasi dan bicara.

Berikut penuturan mereka :

  Kalau saya nonton tv saya tulis

noton tv dengan kertas, buah jeruk saya tusis buah jeruk,

nanti dia tahu bentuk tahuhurufnya juga. Kalau misalnyaada binatang saya kasih tau itu

 binatang kucing, burung,cecak, dan sering ajak dijalan-

 jalan Mas (Ibu A).

 

Kalau pakai sepatu tak ajarin,

mandi, buka baju sendiri.Sekarang lama-lama dia hafal

(Ibu A).

41

Page 45: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 45/62

 

  Gerakan-gerakan ya saya latihsendiri nek minum dia gerakin

gelas, saya latih gerakannya

gitu, pernah saya mukul mejadia denger Mas ( Ibu B).

  Terus walaupun banyak

 bermain saya ajak menatapmata, nek dulu gak (Ibu B).

  Kadang-kadang kalau sore tak

ajak jalan-jalan ke depan

rumah, ya, keliling sekitarrumah (Ibu C).

  Ya itu dulu pertama kali duduk

sambil natap mata, kalau itusudah, baru masuk perjalanan.

Kalau itu gak bisa ya belum,

sulit dikasih pelajaran. Awal

terapi seperti itu (Ibu C).

   Nek dulu saya buakan ruang

kecil, nanti dia duduk diajarin

meronce, sedotan dipotong- potong kaya memasukan mute panjang, otomatis dia tidakmerasa duduk lama Mas. Ya

udah gitu aja (Ibu C).

  Bisa, Efek sendiri (BAB),

nyopot baju sendiri, dulu kalau

nyopot baju sendiri gak maudia di kamar mandi tapi

sekarang dia sudah bisa (IbuC).

  Ya, konsentrasi, semuanya,

 bicara (Ibu C).

d.  Peran kerjasama dalammemberikan terapi pada anak

autismePeran yang disampaikan oleh

masing-masing responden antara

lain : ada, ya ada, dan ya.

Berikut penuturan mereka :

  Ada, dari keluarga banyak Mas

(Ibu A).

  Ya, ada Mas (Ibu B).  Ya (Ibu C).

e.  Peran memberikan dukungan antar

 pasangan dalam memberikan terapi pada anak autisme

Pesan yang disampikan oleresponden antara lain : ya iyalah

Mas, ada, ya ada.

Berikut penuturan mereka :

  Iya lah Mas! Kita harus saling perhatian dan mendukung. Satu

medorong, satu mencari

mafkah. Kan semua perlu biaya (Ibu A).

  Ya, ada lah Mas. Kita saling

mendukung kok Mas(Ibu B).

  Ya ada! Kalau ga ya piye? (Ibu

C).

f.  Peran menginformasikan gangguan

autis pada orang lain

Peran yang disampikan olehmasing-masing responden antara

lain: ya saya sendiri, ya pernah dan

sudah.

Berikut pemuturan mereka :

  Ya, saya sendiri (Ibu A).

  Ya, pernah saya mengutarakansama mereka. Merekan kan

 juga bisa lihat sendiri Mas

(Ibu B).  Sudah ik! Disini semua tau, ya

saya kasih tau (Ibu C).

2.  Peran guru pada anak dengan gangguan

autis

a.  Pengertian autismePesan yang disampaikan oleh

reaponden pantara lain : gangguan perilaku, keterlambatan

komunikasi, kurangnya intraksi

sosial, gangguan emosi dan sensitif.

Berikut penuturan responden :

 

Pada prinsipnya autisme itu

merupakan gangguan atauketelambatan berupa

gangguan perilaku,

keterlambtan dalam

 berkomunikasi, intraksi sosial

yang kurang, gangguan emosidan sensitif. Hal ini bisa

terlihat pada anak yangsukanya diam di kelas, adayang agresif, sering merasa

takut dan cemas, kesulitandalam bicara, berlebihan

dalam berbicara, kemudiananak susah untuk duduk dan

diam, sulit untuk berkonsentrasi.

  Yang menonjol dari anak X

adalah gangguan komunikasi.Anak ini kesulitan dalam

 berbicara, kadang anak inisuka menyendiri. Kalau anak

Y yang menonjol adalah

42

Page 46: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 46/62

 

kadang dia agresif dan yangcukup berbahaya anak ini

 punya kebiasaan merusak

dirinya sendiri. Dan anak Zyang menonjol adalah

kesulitan dalam konsentrasi

dan sering merasa takut dancemas.

 b.  Peran memberikan terapi pad anakautisme

Pesan yang sampaikan oleh

responden antara lain : terapi bermai, terapi perilaku, terapi

masik.

Berikut penuturan responden :

  Di sekolah ada beberapa jenis

 perapi yang diberikan anatara

lain : terapi bermain, terapi perilaku dan terpi musik.Bentuk terapi ini ada

 bermacam-macam dan

 bervariasi supaya anak tidak bosan.

  Misalnya untuk terapi

 bermain ada banyak permainan yang coba kita

lakukan antara lain : lombamenamai benda, lomba

menyayi dan masih banyak

yang lain. Perminan jugakadang dilakukan secara

 berkelompok sehinggamerangsang mereka untuk

 berintraksi dengan temannya.

  Terapi perilaku biasanya kita

lakukan untuk meningkatkan

 pemahaman anak dan

kepatuhan anak terhadap

 peraturan. Misalnya ketikaseorang anak kita suruh untuk

menulis dan dia mampumengikuti perintah kita

 biasanya memberi dia pujian

atau bertepuk tangan danmengatakan bagus dan pintar.

  Terapi musik kita lakukanuntuk membantu

memprbaikai konsentrasianak, mengurangi perilaku

yang negatif dan membuka

komunikasi. Pada terapi inikita perkenalkan dengan

 berbagai alat musik pada anakdan nantinya diharapkan dia

akan memilih alat musik

mana yang dia sukai. Selainitu, setiap kelas ada jadwal

khusus untuk terapi musik

dimana anak-anakdiperkenalkan dengan

 beberapa jenis musik seperti

instrumen.

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenaihasil penelitian sesuai dengan tujuan

 penelitian yaitu mengetahui gambaran

 perilaku anak dengan Autisme.

1.  Peran orang tua mengerti Autisme

a.  Orang tua mengerti Autisme

Dari hasil wawancara denganresponden didapatkan peran orangtua mengerti Autisme dari Ibu Ayang mengartikan Autisme sebagai

“gangguan perilaku”.Autisme merupakan gangguan

 perilaku, menurut Dyah messwati

(2005)Autisme merupakankumpulan gejala gangguan perilaku

yang bervariasi pada anak.Gangguan perilaku dapat berupa

kurangnya interaksi sosial,

 penghindaran kontak mata,kesulitan dalam mengembangkan

 bahasa, dan pengulangan tingakahlaku. Gangguan yang dialami dapat

 berubah sejalan dengan waktu.Anak Autisme selain

mengalami gangguan perilaku, juga

mengalami gangguan emosi, seperti

yang dikatakan Mc Candicss dalam

Dyah messwati (2005), ASD(Autisme Spectrum Disorder)

 bukan hanya gangguan perilakusaja tetapi merupakan sindrom yangkompleksi berdasarkan gangguan

fisiologi dan biokimia, sertamemiliki ketidakseimbangan emosi

dan sensor-sensor intelektual,sehingga diasosiasikan dengan

mutis.Orang tua disini sudah

mengerti tentang Autisme tetapi

mereka belum dapat memperkaya pengetahuan mengenai terapi yang

tepat untuk penyembuahan anakmereka dikarenakan keterbatasan

waktu untuk mencari dan mereka

43

Page 47: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 47/62

 

 juga sudah merasa puas melakukanterapi dirumah seperti apa yang

sudah mereka ketahui. Mereka juga

 belum dapat mengkomunikasikankeadaan anak mereka pada dokter

dan hanya dapat

mengkomunikasikan sebagian saja,sehingga dokter yang menangani

 belum dapat memastikan diagnostik

apakah anak mereka autistik atau

tidak. Menurut Pradipto (2005)dalam persoalan ini orang tua

dituntut untuk mengerti hal-hal

seputar Autisme dan mampumengorganisirkan kegiatan

 penyembuhan anak terapi untuk

anaknya. Para ahli tidak dapat

 bekerja tanpa peran serta orang tua,dan terapi tidak efektif bila orang

tua tidak dapat bekerjasama, karena

umumnya para ahli tersebut bekerja berdasarkan data yang diperolehdari orang tua yang palingmemahami dan berada paling dekat

dan hidup bersama dengan anakyang mengalami Autis.

Berdasarkan hal ini, cukup

 bijaksana apabila orang tua mulaimenggali ilmu pengetahuan

 pengetahuan tentang Autismsehingga mereka mampu

mengkomunikasikan pada dokter

dengan baik tentang keterbatasananak dan bila mencari informasi

tentang terapi yang tepat untuk penyembuahan anak Autisme, atau

sebaliknya bila memiliki pengetahuan dan pengalaman agar

mencoba untuk berbagai keadaan

orang tua yang senasib.

 b.  Peran orang tua mencari informasi

tentang penyembuhan anakautisme.Peran orang tua mencari informasi

tentang penyembuahan anak autismyang dikemukakan oleh Ibu C

“otomatis ya nyari !! Cuma dulumemang susah nyarinya dan

akhirnya aku ke Karyadi. Kebetulansaya disana juga bertemu dengan

 beberapa orang tua yang punya

anak autis juga dari situ ada niatuntuk bawa anak saya ke Sekolah

SLB”.

Mencari informasi tentang penyembuhan anak autism, bisa

lewat membaca lewat masalah

autisme, membaca buku-bukuautisme, dan ikut seminar-seminar.

Menurut pendapat Zamralita dan

Tiatri (2005) untuk mencapaiharapan yang diinginkan maka

orang tua melakukan berbagai

upaya dan bekerja keras yang

didasari oleh keyakinan bahwanyang dilakukan akan memeperoleh

hasil yang diinginkan.upaya yang

dilakukan dalam membimbing anakautistic agar dapat mengembnagkan

diri secara optimal antara lain

mencari informasi melalui seminar,

 buku-buku, internet, sertamemberikan terapi untuk

mengembangkan kemampuan

kognitif, interaksi sosial,motorik,dan komunikasi.Berdasarkan hal ini peran

orang tua mencari informasi

merupakan salah satu upaya yangakan membantu orang tua mencari

 jalan keluar penyembuhan anak

autisme, disamping ini juga akanmenambah pengetahaun orang tua

tentang bagaimana cara menanganianak autisme.

c.  Peran orang tua memberikan terapi

 pada anak autismePeran orang tua memberikan terapi

dirumah yang dikemukakan olehIbu yang C :

1)  “kadang-kadang kalau sore tak

ajak jalan-jalan keliling”

2)  “ya itu dulu pertama kali duduk

sambil natap mata, kalau itusudah baru masuk perjalanan,

kalau belum bisa itu ya balum,sulit dikasih pelajaran, awalterapi seperti itu”.

3)  “nek dulu saya ajak duduksambil diajarin meronce,

sedotan dipotong-potong kayamemasukan mute panjang,

otomatis dia gak terasa duduklama Mas, ya udah gitu aja”.

44

Page 48: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 48/62

 

4)  “Eak sendiri (BAB), ngelepas baju sendiri, dulu kalau

ngelepas baju gak mau dikamar

mandi tapi dia sekarang udah bisa”.

5)  “ya konsentrasi, semuanya,

 bicara”.

Terapi yang dilakukan

dirumah bisa berupa terapi bermain, sosialisasi, kemandirian,

dan komunikasi. Menurut pendapat

Danuatmaja (2003) home programme merupakan program

terapi yang dilakukan oleh orang

tua atau anggota lainnya dirumah,

 baik sendiri maupun bersama-sama. Paling sederhana anak autis

adalah bersosialisasi, seperti

mengajak bermain, bercanda,menggambar, atau berkomunikasiapa saja. Ini merupakan terapidalam sosialisasi agar anak dapat

 berkomunikasi.Selain itu, kemampuan

motorik anak juga bias dilatih lewathome programme misalnya lewataktivitas fisik seperti bermain

dengan gerakan memegang tangananak, lali ditarik ke atas.

Pemberian terapi dirumah

akan banyak membantu proses penyembuhan anak autisme,

menurut Anonim (2005) terapiyang dilakukan dirumah

merupakan salah satu intervensidini yang banyak diterapkan di

indonesia adalah modifikasi

 perilaku atau lebih dikenal sebagai

metode Applied Behavioral

Analysis (ABA). Melalui terapi ini,anakl dilatih melakukan berbagai

macam ketrampilan yang berguna bagi hidup masyarakat. Misalnya berkomunikasi, berinteraksi,

 berbicara, dan lain-lain. Namunterapi yang pertama-tama perlu

diterapkan adalah latihankepatuhan.

Hal ini sangat pentingdilakukan agar mereka dapat

mengubah perilaku seenaknya

sendiri (misal memasakankehendak) menjadi perilaku yang

lazim dan diterima masyarakat.Bila latihan ini tidak dijalankan

dengan konsisten, maka perilaku

itu sulit dirubahdan anak kalausudah dewasa nanti akan seperti

tidak tahu sopan santun.

Orang tua sebenarnya sudahmelaksanakan prinsip-prinsip

modifikasi perilaku secara sadar.

Menurut pendapat Safaria (2005)anak belajar melalui banyak cara

antara lain melalui peniruan,

observasi dan penguatab baik itu

 positif maupaun negatif. Misalnyaketika orang tua melilhat anaknya

mampu menyapu kamarnya sendiri,

kemudian anak dipuji atas perilakunya, maka hal ini sudah

merupakan penerapan dari

modifikasi perilaku.

Orang tua menggunakan program modifikasi perilaku untuk

mendorong dan mengingatkan

 perilaku positif pada anak. Perilaku positif itu seperti mampumembersihkan kamarnya sendiri,mampu mandi sendiri, mampu

 buang air ke kamar mandi, dan banyak lagi perilaku positif yang

dikuatkan melalui modifikasi

 perilaku.Peran orang tua sebagai

meneger dalam memberikan terapisaat ini jarang dilakukan karena

mereka sudah menganggap anak

mereka sudah bias keluar dariketerbatasan. Menrut Danuatmaja

(2003) orang tua sebagai menegersupaya nanti bias memutuskan

segala sesuatu yang berkaitandengan pendidikan, terapis, dan

 pengobatan anak selanjutnya.

Berdasarkan hal ini pemberian

terapi pada anak autisme dirumah

sangat banyak membantu orang tuadalam menyembuhkan anak autism

dari keterbatasan, dan disampingitu juga peran orang tua sebagaimeneger supaya dapat dilakukan

dirumah karena nantinya akan biasmembantu orang tua dalam

memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan

 perkembangan terapi pada anak.

45

Page 49: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 49/62

 

d.  Peran orang tua bekerja sama dalammemberikan terapi pada anak

autisme

Peran orang tua bekerja dalammemberikan terapi pada anak

autisme yang dikemukakan oleh ibu

C.“Yang baik piye ? (kadang

nek ngajarin kok gak masuk-masuk

kenapa ya pak?). dulu kita pernah

mengundang guru kesini, neksekarang sudah jarang karena sudah

sekolah dan nanti juga bejalan

dengan sendirinya, sekarang paling banyak tak suruh-suruh biar tahu”.

Kerjasama dalam

memberikan terapi sangat

dibutuhkan dalam memberikanterapi sangat dibutuhkan dalam

mem proses penyembuhan anak

autisme .Menurut duatmaja (2003)orang tua asi tergantungsangat berperan dalam memberikan terapidi rumah karaena mereka adalah

 pembinbing dan penolong paling baik dan berdedikasi. Hanya orang

tua yang dapat melanyani dunia

anaknya. Dalam pembeberian terapiorang tua harus mengatahui

caramengarahkan anak agar dapatmengembangkan situasi untuk

menolong anak keluar dari

keterbatasan.Orang tua yang sibuk bekerja

akan kurang memberikan terapi pada anakya. Menurut Siswanto

(2005) seorang anak berkonsentrasitergantung dari tingkat masalah

masing-masing anak. Untuk

keberhasilan progam dibutuhkan

dukungan lingkungan. Tanpa

adanya dukungan dari keluarga,akan sia-sia belaka, karena

kebanyakan orang tua yang sibuk bekerja sehingga tidak melakukanterapi dengan baik.

Sehingga kerjasama dalammemberika terapi sangat

dibutuhkan sekali dalammempercepat proses penyembuhan

anak autisme. Terapi di rumah biasa dilakukan secara bersama-

sama oleh banyak anggota keluarga

yang penting adanya satu saja yang berperan dalam memberikan terapi

maka proses peyembuhan anakautisme akan semakin lama.

e.  Peran orang tua memberikansupport antar pasangan dalam

memberikan terapi pada anak

autisme.Peran orang tua memberikan

support antar pasangan dalam

memberikan terapiyangdikemukakanoleh ibu A “Iyalah

mas! Kita harus saling mendukung,

satu memberi dorongan satu

mencari nafkah,kan semua perlu biaya”.

Saling meberi dukungan

dengan pasangan dalammemberikan terapi pada anak

autisme akan kesuksesan

 penyembuhan. Menurut safiria

(2005) bagaimanapun salah satufactor yang menentukan bagaimana

kita sebagai orang tua mamapu

 berhasil dan sukseh menghadapitantangan memiliki anak dengangangguan autisme ini adalahhubugan harmonis antar kita

dengan pasangan, antar ayah danibu,antara suami dan istri.

Dengan adanya hubungan

suami dan istri yang harmonis,maka keduanya akan lebih mampu

saling bekerja sama dalammendidik dan membimbing yang di

 pukul keduanya akan tambah berat,

ditambah lagi tidak adanya kerjasama yang baik antara suami dan

istri, sehingga mungkin saja anakakan menjadi korban karena kasih

sayang dan perhatian.

f.  Peran orang tua menginformasikan

keterbatasan anak pada orang lain.

Perang orang tua

menginformasikan keterbatasananak pada orang lain yang

dikemukakan C “ sudah kok! Disinisemua sudah tahu. Ya saya ngasitahu. (gini bu, kalau nanti dia

masuk trus ngerusakin barang- barang kasih tahu saya ya bu)”.

Menginformasikanketerbatasan anak merupakan hal

yang sulit bagi orang tua akantetapi semua ini sangat dibutuhkan

dalam mensosiallisasikan anak

autisme agar orang lainmengetahuinya. Menurut safiria

(2005) kadang-kadang perlu jugauntuk mendidik orang-orang

disekeliling kita dengan

46

Page 50: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 50/62

 

memberikan informasi dan biasa pengetahuan yang akurat tenteng

gangguan autisme. Kita sebagai

orang tua harus biasa menjelaskansecara langsung jika mempunyai

waktu, namun ketika kita tidak

mempunyai waktu yang cukup, biasa saja kita memberikan sebuah

 buku atau brosur tentang autisme.

Dengan memberikan informasi

yang akurat tentng autisme, makaorang-orang disekitar kita akan

lebih memahami autisme secara

 baik. Akibnatnya mereka akan lebih bisa berempati. Selain itu,

 pemberian informasi ini akan

mencegah mereka untuk

mengeluarkan komentar-komentaryang baik dan negatif tentang

autisme.

2.  Peran guru terhadap anak dengangangguan autisme

a.  Pandangan guru tentang autismeDari hasil wawancara dengan

responden didapatkan bahwa

autisme merupakan gangguan atauketerlambatan berupa gangguan

 perilaku, keterlambatan dalam berkomunikasi, intraksi sosial yang

kurang, gangguan emosi dan

sensitif. Hal ini bisa terlibat padaanak yang sukanya diam di kelas,

ada yang agresif, sering merasatakut dan cemas, kesulitan dalam

 bicara, berlebihan dalm berbicar,kemudian anak susah untuk duduk

dan diam, sulit untuk

 berkonsentrasi.

Menurut yatim (2007),

autisme bukan satu gejala penyakittetapi berupa tetapi berupa sindrom

(kumpulan gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangansosial, kemampuan berbahasa dan

kepedulian terhadap sekitar,sehingga anak autisme seperti

hidup dalam dunianya sendiri.Autisme tidak termasuk golongan

 penyakit tetapi suatu kumpulangejala kelainan perilaku dan

kemajuan perkembangan. Dengan

kata lain, pada anak autisme terjadikelainan emosi, intelektual dan

kemauan (gangguan pervasif).Autisme adalah suatu keadaan

dimana seorang anak berbuat

semuanya sendiri baik cara berpikirmaupun berperilaku. Autisme

ditandai oleh ciri-ciri utama, antara

lain : tidak peduli denganlingkungan sosialnya, tidak bisa

 bereaksi normal dalam pergaulan

sosialnya, perkembangan bicaradan berbahasa tidak normal

(penyakit kelainan mental pada

anak = autistic-children), reaksi

/pengamatan terhadap lingkunganterbatas atau berulang-ulang dan

tidak padan.

Menurut Prasetyono (2008),

autisme merupakan suatu kumpulan

sindrom yang mengganggu saraf.

Penyakit ini mengganggu perkembangan anak, diagnosisnya

diketahui dari gejala-gejala yang

dan ditunjukan dengan adanya penyimpangan perkembangan.Anak autis memiliki gambaran unikdan karakter yang berbeda dari

anak lainya.

 b.  Peran guru dalam memberikan

terapi terhadap anak dengangangguan autisme

Dari hasil wawancara denganresponden didapatkan bahwa ada

 beberapa jenis terapi yang berikan

antara lain : terapi bermain, terapi perilaku dan terapi musik. Bentuk

terapi musik. Bentuk terapi ini adamacam-macam dan bervariasi

suplaya anak tidak bosan. Misalnyauntuk terapi bermain ada banyak

 permainan yang coba kita lakukan

antara laini : lomba menamai

 benda, lomba menyanyi dan banyak

masih jenis permainan lain.Permainan juga kadang dilakukan

secara berkelompok sehinggamerangsang mereka untu

 berintraksi dengan temannya.

Terapi perilaku biasanya kitalakukan untuk meningkatkan

 pemahaman anak dan kepatuhananak terhadap peraturan. Misalanya

ketika seorang anak kita suruhuntuk menulis dan dia mampu

mengikuti perintah kita biasanya

memberi dia pujian atau bertepuktangan dan mengatakan bagus atau

 pintar. Terapi musik kita lakukanuntuk membantu memperbaiki

konsentrasi. Pada terapi ini kita

47

Page 51: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 51/62

 

 perkenalkan dengan berbagai alatmusik pada anak dan nantinya

diharapkan dia akann memilih alat

musik mana yang dia sukai. Selasinitu, setiap kelas ada jadwal khusus

untuk terapi musik dimana anak-

anak diperkenalkan dengan beberapa jenis musik seperti

instrumen.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

 peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal

sebagai berikut :

1.  Autisme merupakan gangguan atauketerlambatan berupa gangguan perilaku,

keterlambatan komunikasi, kurangnya

interaksi sosial, gangguan emosi, dansensitif.

2.  Bentuk perilaku yang muncul pada anakdengan gangguan autisme berupa : susah

untuk berbicara, suka merusak dengan

menggigit atau melukai tangannyasendiri, hiperaktif, tidak tahan duduk

 berlama-lama dan tidak bisa konsentrasi.3.  Pemberian terapi untuk anak autisme

dapat dilakukan dengan bebagai cara

antara lain terapi bermain, terapi perilaku, dan terapi musik.

4.  Dalam pemberian, proses pemberianharus dilakukan secara terus menerus dan

konsisten agar proses pnyembuhan anakdengan gangguan autisme dapat berjalan

 baik.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas, ada beberapa saran yang bisa penulis sampaikanyaitu sebagai berikut :

1.  Untuk pemberian terapi hendaknyadiberikan secara terus menerus agar anak

nanti terbiasa dan lama kelamaan bisahafal mengenai apa yang didapatkannya

dalam terapi.2.  Ibu atau keluarga hendaknya

memberikan terapi yang bervariasi agar

anak tidak cepat bosan.

DAFTAR PUSTAKA

1.  Alhamdi, Sulfi.2008. Pelajaran

 bernyani : mengembangkan

kreativitas berbahasa pada insan

autis. Retrieved October 15, 2008

 from [email protected].

2. 

Astuti, Idayu. 2006.  Mengenalautisme dan terapinya. Retrieved

October 24, 2008 from

[email protected] .

3.  Djohan. 2005. Psikologi musik .Yogyakarta : Buku Baik.

4.  Ginanjar, Adrina. 2008. Panduan

 praktis mendidik anak autis :

menjadi orang tua istimewa. jakarta

: Dian Rakyat.

5.  Maulana, Mirza. 2007. Anak autis :

mendidik anak autis dan ganggaun

mental lain menuju anak cerdas

dan sehat. Jogjakarta : katahati.6.   Nasution, Mutia. 2007. Pusat terapianak kebutuhan khusus – tootie kidz

center. Retrieved October 15, 2008,

from www.ditplb.or.id .7.   Ngastiyah. 2005. Perawatan anak

sakit. Jakarta : EGC

8.   Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.Pendidikan dan perilaku kesehatan.

 Jakarta : Rineka Cipta.9.  Prasetyono, DS. 2008. Serba-serbi

anak autis. Jogjakarta : Diva Press.

10.  Pus ponogoro, Hardiono. 2003.Kelainan susunan saraf pusat dan

gangguan autistik. Rertrieved November 2008,from www.

Kompas.com.11.  Pusponogoro, Hardiono. 2007.

 Apakah anak kita autis?. Bandung :

Trikarsa Multi Media.

12.  Safaria, Triantoro. 2005.  Autisme

:pemahaman baru untuk hidup

bermakna bagi orang

tua.yogyakarta : Graha Ilmu.13.  Sheppard, Triantoro. 2007.  Music

makes your child smarter . Jakarta :

Gramedian pusat utama.14.  Suryani. 2008. kesehatan : terapi

musik perkusi bagi penderita autis.

Retrieved October 15, 2008, from

http://www.suryani-intitute.Com/modules.php?.

15.  Taufik, M. 2007. Prinsip-prinsip

 promosi keshatan dalam bidang

keperawatan : untuk perawat dan

maha siswa keperawatan.  jakarta :Infomedik.

48

Page 52: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 52/62

 

16.  Veskarisyanti, Galih A. 2008. 12terapi autis paling efektif & hemat

:untuk autisme, hiperaktif, dan

retardasi mental.  Yogyakarta :Pustaka anggrek.

17.  Wisihastuti, Setiati. 2006. Pola

 pendidikan anak autis. Yogyakarta: FNAC Press.

18.  Wijayakusuma, Hembing. 2004.

Psikoterapi anak autisme : teknik

bermain kreatif non verbal &verbal : terapi khusus untuk

autisme. Jakarta : Pustaka Populer

Obor.19.  Yatim, Faisal. 2007.  Autisme :

suatu gangguan jiwa pada anak-

anak. Jakarta :Pustaka Populer

Obor.

49

Page 53: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 53/62

 

Hubungan Antara Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Kebiasaan

Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Pra Sekaran

Kecamatan Gunung Pati Semarang

Sumarti*) Widya Hary Cahyati**)

*) Alumnus Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES**)

Staf Pengajar pada Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES

ABSTRAK

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara konsumsi

makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya penyakit karies gigi padaanak pra sekolah di Desa Sekaran Kecamatan Gunung Pati Semarang.

Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan metode survei dan pendekatancrosssectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa TK di Desa Sekaran sejumlah

165 anak. Sampel yang diambil sejumlah 50 anak dengan menggunakan teknik proportionatestratified random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data

 primer diperoleh melalui obseervasi, wawancara serta pemeriksaan gigi. Data sekunder diperolehdengan cara melihat data angka kesakitan penyakit karies gigi yang telah direkap pleh Puskesmas.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan statistik uji chi-squaredengan derajat kemaknaan () = 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden berada dalam

kategori konsumsi makanan kariogenik berisiko 88%, dan kategori tidak berisiko 12%. Variabel

kebiasaan menggosok gigi sebagian besar responden berada dalam kategori kebiasaan menggosokgigi berisiko 90%, dan kategori tidak berisiko 10%. Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil p

value untuk hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian penyakit karies gigi

sebesar 0,023, dan p value untuk hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan penyakitkaries gigi sebesar 0,035.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan ada hubungan antarakonsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya penyakit karies

gigi pada anak pra sekolah. Berdasarkan hasil penelitian saran yang diajukan adalah sebaiknya

membersihkan gigi minimal 2 kali sehari dengan waktu mneyikat gigi terakhir adalah sebelumtidur.

Kata kunci : Makanan Kariogenik, Kebiasaan Menggosok Gigi, Karies Gigi

50

Page 54: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 54/62

 

PENDAHULUAN

Kesehatan gizi sangat erat

kaitannya dengan apa yang kita konsumsi.

Seringkali para orang tua terutama ibu, rajinmengingatkan anak-anaknya untuk menjauhi

makanan serba manis terutama permen. Hal

tersebut dilakukan agar anak-anak terhindardari penyakir gigi atau karies gigi. Menurut

A.H.B Schuurs, karies gigi atau gigi keropos

adalah sebagai penyakit kronik dari jaringan

keras gigi yang disebabkan demineralisasiemailoleh bakteri yang ada pada plak, pada

tahap akhir karies ini menyebabkab

kerusakan gigi dan gigi berlubang1)

.

Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering

dijumpai di masyarakat. Karies gigimerupakan penyakit jaringan keras gigi yangerat hubungannya dengan konsumsi

makanan ataupun minuman yang kariogenik.

Sekarang ini banyak dijumpai makanankariogenik yang dijual dipasaran dan sudah

samapai pelosok desa. Makanan ini sangatdigemari anak, sehingga perlu lebih

diperhatikan pengaruh substrat karbohidratkariogenik dengan kejadian karis gigi.

Mengingat pentingnya fungsi gigi makasejak dini kesehatan gigi anak-anak perlu

diperhatikan dalam rangka tindakan

 pencegahan karies gigi. Walaupun kegiatanmenggosok gigi yang sudah umum namun

masih ada kekeliruan baik dalam pengertiannya maupun dalam

 pelaksanaannya2)

 (John Besford, 1996: 14).

Gigi merupakan salah satu organ pengunyah, yang terdiri dari gigi-gigi pada

rahang atas dan rahang bawah, lidah, serta

saluran-saluran penghasil air ludah3)

 

(Rasinta Tarigan, 1992) bagian-bagian inimeliputi : Email, yaitu lapisan terluar gigi

yang meliputi seluruh corona, dalam bahasainggris disebut crow  artinya mahkota;Dentin yaitu bagian yang terletak dibawah

email, merupakan bagian terbesar dariseluruh gigi. ; Jaringan pulpa, jaringan benak

gigi/sum-sum gigi, yaitu jaringan lunak yang

terdapat didalam kamar pulpa/ ruang dan

seluruh saluran akar, jaringan ini terdiri

 jaringan limfe, pembulluh darah arteri/vena,dan urat syaraf; Sementum, yaitu bagian

yang meliputi seluruh lapisan luar gigi,kecuali pada bagian lubang pucuk/ujung

akar gigi disebutforamen apikalis. Samaseperti email dan dentin, sementum terdiri

atas air 32%, bahan organik 12%, dan bahan

anorganik 56%4)

 (Ircham Mc, 2005: 26) 

Gigi sulung bila tumbuh lengkap berjumlah 20 buah, masing- masing 10 gigi

dirahang atas dan 10 gigi dirahang bawah,

yang terdiri dari 4 gigi seri, 2 gigi taring, dan4 gigi geraham. Gigi gerahan pada gigi

sulung hanya satu macam, sedangkan pada

gigi tetap terdapat dua macam sehinggadibedakan menjadi gigi geraham besar dan

gigi geraham kecil. Jumlah gigi seluruhnya

32 buah5)

 (Ismu Suwelo, 1992)

Saat gigi sulung tanggal, biasanya bersamaan pada gigi geraham besar, gigi

geraham besar pertama mulai tumbuh pada

umur 6-7 tahun. Gigi geraham ini bukan

 pengganti, artinya gigi ini langsung muncul pada deretan dibelakang gigi sulung, baik

 pada rahang atas maupun rahang bawah, jadigigi ini (dan juga gigi geraham lainnya)tumbuh tidak menggantikan gigi sulung,

sedangkan gigi lainnya, geraham kecil,

taring dan seri akan tumbuh menggantikangigi pendahulunya (gigi sulung)

  5)  (Ismu

Suwelo, 1992)

Pertumbuhan gigi pada anak ditandaidengan pemunculan gigi pada permukaan

gusi dan diikuti dengan perubahan posisi

gigi dari dalam tulang pendukung gigi untukmenempati posisi fungsionalnya dalam

rongga mulut. Pada umumnya gigi sulung

 pertama kali akan muncul pada usia 6 bulansesudah lahir dan seluruh gigi sulung selesai

muncul pada usia2,5 tahun, yang ditandaidengan geraham sulung kedua telah

mencapai kontak dengan gigi antagonisnya3)

 

(Rasinta Tarigan, 1992)Meskipun terlihat sepele dan kurang

diperhatikan, dari fungsi ternyata gigi sulungmemegang peranan penting dalam menjaga

kenormalan fungsi bicara anak. Anak-anakdengan gigi sulung kurang bertumbuh sehat,

 berlubang dan tanggal sebelum waktunya, perkembangan fungsi bicaranya bisaterganggu. Dalam jangka panjang bisa

 berakibat menurunkan kepercayaan diri sanganak. Sebaliknya jika gigi sulung

 berkembang dan tanggal sesuai jadwal, gigi

 jadwal, gigi geligi perment pun bisa tumbuh

dengan baik. Dengan kata lain, gigi sulung

 bermanfaat untuk mempertahankan ruangan bagi geligi pemanent

2) (John Besford, 1996)

Secara umum penyakit yang menyeranggigi dimulai dengan adanya plak gigi. Plak

timbul dari sisa makanan yang mengendap pada lapisan gigi yang kemudian

 berinteraksi dengan bakteri yang banyakterdapat dalam mulut, seperti strepcococus

mutans. Plak akan melarutkan lapisan email

51

Page 55: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 55/62

 

 pada gigi yang lama kelamaan lapisantersebut menipis. Terjadinya plak sangat

singkat, yaitu hanya 10-15 menit setelah

makan. Plak yang menumpuk kemudianmembentuk karies gigi yang akhirnya

merusak email hingga melubangi gigi2)

 

(John Besford, 1996)Karies gigi adalah suatu proses kronis,

regresif yang dimulai dengan larutnyamineral email, sebagai akibat terganggunya

keseimbangan antara email dansekelilingnya yang disebabkan oleh

 pembentukan asam mikrobial dari substrat

(medium makanan bagi bakteri) yang

dilanjutkan dengan timbulnya desstruksikomponen-komponen organik yang akhirnya

terjadi kavitasi (pembentukan lubang)  1)

 

(A.H.B Schuurs, 1993).Akumulasi plak pada permukaan gigi

utuh dalam dua sampai tiga minggu

menyebabkan terjadinya bersak putih.Waktu terjadinya bercak putihmenjadikavitasi tergantung pada umur, pada anak-

anak satu setengah tahun, dengan kisaran 6 bulan keatas dan kebawah, pada umur lima

 belas tahun, 2 tahun dan 21-24 tahun,

hampir 3 tahun. Tentu saja terdapat perbedaan individual. Sekarang ini karena

 banyak pemakaian flourida, kavitasi akan

 berjalan lebih lambat dari pada dahulu1)

 

(A.H.B Schuurs, 1993)Pada anak-anak, kemunduran berjalan

lebih cepat dibanding orang tua, hal ini

disebabkan :

1) 

Email gigi yang baru erupsi lebihmudah diserang selama belum selesai

maturasi setelah erupsi (meneruskanmineralisasi dan pengambilan flourida)

yang berlangsung terutama satu tahunsetelah erupsi 

2)  Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena perbedaan fisiologis, tetapi sebagai

akibat pola makannya (sering makanmakanan kecil) 

3)  Lebar tubuli pada anak-anak mungkin

menyokong terjadinya sklerotisasi yang

tidak memadai 

4) 

Diet yang buruk  Perbandingan dengan orang dewasa,

 pada anak-anak terdapat jumlah ludah darikapasitas buffer yang lebih kecil, diperkuat

oleh aktivitas proteolitik yang lebih besar

didalam mulut1)

 (A.H.B Schuurs, 1993)

Faktor-faktor yang mempengaruhikaries gigi adalah : (1) Adanya

mikroorganisme streptococus mutans atau

kuman yang mengeluarkan tixin/racun yangtidak dapat dilihat oleh mata biasa. (Ismu

Suwelo, 1992), (2) Terdapatnya sisa-sisa

makanan yang terselip pada gigi dan gusiterutama makanan yang lengket seperti

 permen, cokalat, biskuit, dll, (3) Permukaan

gigi dan bentuk gigi, (4) kebersihan mulut,(5) frekuensi makan makanan yang

menyebabkan karies (makanan kariogenik),

(6) usia, (7) letak geografis, (8)

 pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi. (Ismu Suwelo,

1992)

Gigi yang mudah sekali terserangkaries gigi adalah gigi sulung (gigi anak)

karena struktur giginya lebih tipis dan lebih

kecil dibandingkan dengan gigi dewasa (gigi

tetap). Oleh karena itu dalam mencegahkerusakan gigi harus dilakukan sedini

mungkin. Penjalaran karies mula-mula

terjadi pada email yang merupakan jaringanterkeras dari gigi. Bila jaringan kariesnyatidak segera dibersihkan dan ditambal, kariesakan terus menjalar kedalam pulpa (ruangan

 pembuluh syaraf dan pembuluh darah dalamgigi) yang bisa menimbulkan rasa sakit dan

akhirnya gigi tersebut bisa mati5)

  (Ismu

Suwelo, 1992: 29)

Berdasarkan data yang diperoleh

dari puskesmas sekaran menunjukkan angkakejadian karies gigi anak-anak terus

meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun2005 jumlah penderita karies sebanyak 173,

sedangkan pada tahun 2006 jumlah

 penderita karies gigi mengalami peningkatansebesar 49,18% yaitu sebanyak 263 anak.

Taman kanak-kanak yang diteliti

dalam penelitian ini yaitu TK Rhoudlotul

Huda, Tk sekar Mekar, TK Al Iman beradadalam wilayah kerja puskesmas kelurahasekaran. Masing-masing sekolah mempunyai

siswa yang berusia rata-rata 4-6 tahun.Sebagian besar dari mereka sangat gemar

mengkonsumsi makanan jajanan terutamamakanan manis misalnya permen, karena

selain rasanya manis, harganya yang lebihrelatif murah, mudah didapat,permen juga

dijual dengan berbagai bentuk dan warna

yang disukai anak-anak. Distribusi makananmanis seperti permen di 3 kawasan TK di

desa sekaran cukup baik, karena dimasing-masing TK memiliki kantin maupun penjaja

makanan yang menyediakan makanan manis

maupun jajanan lainnya. Akibatnya 85%atau sejumlah 140 siswa di 3 TK tersebut

mengalami karies gigi.

52

Page 56: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 56/62

 

METODE

Penelitian ini merupakan survei

analitik, penelitian survei analitik adalah

 penelitian yang mencoba menggali mengapafenomena kesehatan itu terjadi. Dengan

menggunakan pendekatan cros sectional

yaitu pendekatan dimana variabel yangmasuk faktor risiko dan variabel-variabel

yang termasuk efek diobservasi sekaligus

 pada waktu yang sama. Teknik pengambilan

sampel menggunakan teknik  proportionatestratified random sampling yaitu teknik atau

cara pemilihan subyek secara acak yang

dilakukan bila populasi mempunyai anggotaatau unsur yang tidak homogen dan bestrata

secara proporsional. Pada cara ini sampel

dipilih secara acak untuk setiap strata,

kemudian hasilnya dapat digabungkanmenjadi satu sampel yang terbebas dari

variasi untuk setiap strata.

Populasi adalah keseluruhan objek peneliti/objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di 3 atkdesa sekaran yang termasuk dalam range

umur 4-6 tahun, yaitu TK Roudhotul Hudasebanyak 68 siswa, TK Sekar Mekar

sebanyak 31 siswa, TK Al Iman sebanyak 53

siswa. Jadi jumlah keseluruhan populasiadalah 152 siswa.

Sampel adalah sebagian yangdiambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswayang terdaftar sebagai murid TK desa

sekaran. Untuk mendapatkan besar sampelminimal dengan menggunakan ukuran

sampel potong lintang (cross sectional).Dengan menggunakan rumus tersebut, maka

didapat hasil besar sampel minimal 50 .

karena populasi dalam penelitian ini

 berstrata, maka sampel  yang diambil juga

 berstrata menurut jumlah siswa padamasing-masing TK.

Instrumen penelitian adalah alatyang digunakan untuk pengumpulan

data.instrumen dalam penelitian ini adalah :rekam medik siswa (merupakan hasil

 pemeriksaan gigi yang dilakukan oleh dokter

dari puskesmas sekaran), kuesioner / panduan pertanyaan (untuk mendapatkan

data mengenai kebiasaan menggosok danmengkonsumsi makanan kariogenik.

Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara

menanyakan pertanyaan yang ada dalamkuesioner kepada siswa yang didampingi

oleh orang tua siswa).Teknik pengambilan data primer

dilakukan dengan cara observasi dan

wawancara. Observasi merupakan suatu prosedur yang berencana, yang antara lain

meliputi melihat dan mencatat jumlah dan

taraf aktivitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti6)

 

(Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 102). Metode

observasi ini digunakan untuk memperolehgambaran mengenai tempat penelitian,

 perilaku anak-anak TK dalammengkonsumsi makanan jajanan manis, dan

dcistribusi makanan kariogenik di sekolah.Sedangkan wawancara adalah suatu metode

yang dipergunakan untuk mengupulkan data,

dimana peneliti mendaplatkan keterangan

atau pendirian secara lisan dari seseorangsasaran penelitian (responden), atau

 bercakap-cakap berhadapan muka ( face to face) wawancara digunakan untukmemperoleh data tentang faktor-faktor yang

 berhubungan dengan kejadian penyakit

karies gigi yaitu konsumsi kariogenik dankebiasaan menggosok gigi.

Teknik pengambilan data sekunderdilakukan dengan metode dokumentasi.

Metode dokumentasi adalah metodemengumpulkan data denngan menggunakan

 berbagai sumber tulisan yang berkenaandengan metode dokumentasi dari catatn

taman kanak-kanak (TK) roudhotul Huda,

TK sekar mekar, TK Al Iman, dan puskesmas desa sekaran. Data sekunder

tersebut meliputi data tentang kejadiankaries gigi, jumlah siswa, dan data mengenai

tempat penelitian.

HASIL

Analisis bivariat dalam penelitianini digunakan untuk mengetahui hubungan

antara variabel bebas (konsumsi makanan

kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi)

dengan variabel terikat (kejadian karies

gigi). Adapun analisis yang digunakandalam penelitian ini adalah uji chi-square.

Apabila dengan uji chi-square  tidakmemenuhi sarat maka alternatif uji yangdigunakan adalah uji  fisher-exact . Taraf

signifikan yang digunakan adalah 95%dengan kemaknaan 5%. Kriteria hubungan

 berdasarkan p value (probabilitas) yangdihasilkan dengan nilai kemaknaan yang

dipilih, dengan kriteria sebagai berikut : (1) jika p value > 0,05 maka Ho di terima (tidak

ada hubungan), (2) jika p value ≤ 0,05 maka

Ho ditolak (ada hubungan).

53

Page 57: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 57/62

 

Hubungan Antara Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Timbulnya Penyakit Karies Gigi

Sulung

Tabel 1. Hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan timbulnya karies gigi

Konsumsi

MakananKariogenik

Status Penyakit Total

Karies Tidak Kariesf % f % f %

Berisiko 43 97,7 1 2,3 44 100

Tidak Berisiko 4 66,7 2 33,3 6 100

Total 47 94,0 3 6,0 50 100

Berdasarkan tabel diatas dapat

dilihat bahwa proporsi sampel yang

 berstatus penyakit karies gigi pada tingkatkonsumsi makanan kariogenik yang berisiko

(97,7%) lebih banyak daripada proporsisampel yang berstatus penyakit karies gigi

 pada tingkat konsumsi makanan kariogenik

dalam kategori tidak berisiko (66,7%) dansebaliknya proporsi sampel yang tidak

 berstatus penyakit karies gigi pada tingkatkonsumsi makanan kariogenik yang berisiko

(2,3%) lebih rendah daripada proporsi

sampel yang tidak berstatus penyakit karies

gigi pada tingkat konsumsi makanan

kariogenik dalam kategori tidak berisiko(33,3%).

Berdasarkan hasil analisismenggunakan uji Fisher Exact diperoleh

nilai p = 0,035 < α (0,05) sehingga Ha yang

menyatakan bahwa ada hubungan antarakonsumsi makanan kariogenik dengan

timbulnya penyakit karies gigi sulungditerima.

Hubungan Antara Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Timbulnya Penyakit Karies Gigi

Sulung.

Tabel 2. Hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi

KebiasaanMenggosok Gigi

Status Penyakit TotalKaries Tidak Karies

f % f % f %

Berisiko 44 97,8 1 2,2 45 100

Tidak Berisiko 3 60,0 2 40,0 5 100

Total 47 94,0 3 6,0 50 100

.

Berdasarkan tabel diatas juga dapatdilihat bahwa proporsi sampel yang

 berstatus penyakit karies gigi pada kategori

kebiasaan menggosok gigi berisiko (97,8%)

lebih banyak daripada proporsi sampel yang berstatus penyakit karies gigi pada kategori

kebiasaan menggosok gigi tidak berisiko(60,02%) dan sebaliknya proporsi sampel

yang berstatus tidak berpenyakit pada

kategori kebiasaan menggosok gigi berisiko

(2,2%) lebih rendah daripada proporsisampel yang berstatus tidak karie gigi pada

kategori kebiasaan menggosok gigi tidak berisiko (40,0%)

Berdasarkan hasil analisis

menggunakan fisher exact diperoleh nilai p=

0,023 < α (0,05) sehingga Ha yangmenyatakan bahwa ada hubungan antara

kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya penyakit karies gigi diterima.

54

Page 58: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 58/62

 

PEMBAHASAN 

Makanan kariogenik merupakan

makanan yang sangat berfpengaruh terhadapkesehatan gigi dan mulut. Pengaruh ini dapat

dibagi menjadi 2 yaitu : 1) isi dari makanan

yang menghasilkan energi, misalnyakarbohidrat,lemak, protein, dll. 2) fungsi

mekanis dari makanan yang dimakan,

makanan yang bersifat membersihkan gigi,

cenderung merupakan gosok gigi, sepertiapel, jambu air, dsb, sebaliknya makanan

lunak dan melekat pada gigi sangat merusak

gigi seperti perment, coklat, biskuit, cake,dll.

Setiap kali gula mencapai plak pada

gigi, asam akan di produksi. Keasaman

diukur dengan satuan pH. Keadaan netraladalah pH 7, keadaan asam bila ph lebih

rendah dari 7. titik kritis untuk kerusakan

gigi adalah ph 5,7 dan ini dicapai danterlampaui sekitar 2 menit setelah gulamasuk kedalam plak. Jika gula dalammakanan dan minuman telah ditelan,

diperlukan sedikitnya 13 menit untukmenaikkan ph keatas titik kritis, sehingga

kerusakan gigi dapat berhenti.

Konsumsi makanan dan minumanmanis yang berulang kali, seperti pada

 pecandu kembang gula, minum banyak teh,atau minuman ringan yang mengandung

gula, dapat membuat ph tetap dibawah 5,7

sehingga kerusakan gigi terus berlanjut.Semua proses tadi memerlukan plak, dan

tidak dapat terjadi setelah plak dihilangkan,tetapi plak dapat terbentuk kembali dalam

 beberapa jam setelah pembersihan.Jumlah makanan manis yang

dikonsumsi dalam suatu saat mempengaruhi

 jumlah plak yang dihasilkan serta kesehatan

umum. Frekuensi gula yang dimakan

mempengaruhi lama berlangsungnya proseskerusakan gigi. Dalam masyarakat yang

tidak mengkonsumsi gula, tidak terdapatkerusakan gigi. Pada negara-negara dimanaangka konsumsi gula meningkat, angka

kerusakan gigi juga meningkat, begitu pulasebaliknya. Terdapat bukti bahwa keinginan

terhadap sesuatu yang manis mulai terbentuksejak bayi yaitu melalui penambahan gula

 pada makanan, susu, dan minuman bayilainnya.

Kesenangan akan makanan manis

tidak hanya menyebabkan kerusakan gigi,rasa sakit, dan perlu kujungan ke dokter gigi

serta kehilangan gig, tetapi jugamenyebabkan kegemukan, penyakit

 pembuluh darah arteri dan gagal jantung,kencing manis dan penyakit lainnya.

Berdasarkan data hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada umumnyasebagian besar responden gemar

mengkonsumsi makanan ataupun minuman

manis dan responden mengkonsumsimakanan manis diluar jam makan utama

(waktu senggang) . hal tersebut sesuai

 pendapat John Besford (1996:37) bahwa

kesenangan anak-anak akan sesuatu yangmanis mulai dibentuk sejak saat dini dalam

kehidupan anak 2)

.

Kesehatan mulut tidak dapat lepas

dari etiologi dengan plak sebagai faktor bersama terjadinya karies. Penting disadari

 bahwa plak pada dasarnya terbentuk terusmenerus. Kebersihan mulut dapat dipeliharadengan menyikat gigi dan melakukan

 pembersihan gigi dengan benang pembersih

gigi. Pentingnya upaya ini adalah untukmenghilangkan plak yang menempel pada

gigi. Penelitian menunjukkan bahwa jikasemua plak dibersihkan dengan cermat tiap

48 jam, penyakit gusi pada kebanyakanorang dapat dikendalikan. Tetapi untuk

kerusakan gigi harus lebih sering lagi.Banyak para ahli berpendapar bahwa

menyikat gigi 2 kali sehari sudah cukup.

Berdasarkan data hasil penelitianmenunjukkan bahwa pada umumnya

sebagian besar responden tidakmembersihkan gigi sesuai dengan anjuran

yaitu 2 kali sehari. Frekuensi menggosok

gigi yang dianjurkan adalah 2 kali sehariyaitu pagi setelah sarapan dan malam hari

sebelum tidur. Idealnya adalah menggosok

gigi setelah makan, namun yang paling

 penting adalah malam hari sebelum tidur,tujuannya adlah untuk memperolehkesehatan gigi dan mulut serta nafas menjadi

segar.Karies merupakan suatu proses

kronis yang dimulai dengan larutnya mineralemail sebagai akibat terganggunya

keseimbangan antara email dansekelilingnya yang disebabkan oleh

 pembentukan asam mikrobial dari substrat

(medium makanan bagi bakteri), timbuldestruksi komponen-komponen organik dan

akhirnya menjadi kavitasi.Hasil penelitian menunjukkan

 bahwa sebagian besar sampel menderita

 penyakit karies gigi, hal ini disebabkankarena tingginya konsumsi makanan

kariogenik, tetapi tidak diimbangi dengankebiasaan membersihkan gigi dengan baik.

55

Page 59: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 59/62

 

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Heru Pratikno

(1995) dan Bafira Ratnasari (2000)

didapatkan prevalensi karies gigi yang

masing-masing sebesar 84 % dan 87 %7,8)

.

Berdasarkan perhitungan chi-square

didapat p= 0,035 (p < 0,05 ) atau adahubungan antara konsumsi makanan

kariogenik dengan timbulnya penyakit kariesgigi sulung.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang sebelumnya (Heru Pratikno)

yang menyatakan bahwa ada hubungan

antara pola makan dan kebiasaan

menggosok gigi dengan prevalensi kariesgigi pada anak.

Menurut B Hauwink (2000: 187) ,makanan yang lengket serta melekat pada

 permukaan gigi dan terselip diantara celah-

celah gigi merupakan makanan yang paling

merugikan untuk kesehatan gigi. Termasukdalam golongan makanan kariogenik adalah

makanan yang dapat memicu timbulnyakerusakan gigi yaitu makanan yang kaya

akan gula9)

.

Frekuensi makan dan minum manis

tidak hanya menimbulkan erosi, tetapi jugakerusakan gigi atau karies. Konsumsi makan

makanan manis pada waktu senggang jam

makan akan lebih berbahaya daripada saatwaktu makan utama. Terdapat dua alasan

yaitu kontak gula dengan plak menjadidiperpanjang dengan makanan manis yang

menghasilkan ph lebih rendah dan

karenanya asam dapat dengan cepatmenyerang gigi. Kedua yaitu adanya gula

konsentrasi tinggi yang normal terkandungdalam makanan manis akan membuat plak

semakin terbentuk. Risiko pembentukan plak dan pembentukan asam

ditentukan oleh frekuensi konsumsi gula,

 bukan oleh banyaknya gula yang dimakan.

Berdasarkan perhitungan chi-square

didapatkan p=0,023 (p < 0,05) atau adahubungan antara kebiasaan menggosok gigi

dengan timbulnya karies gigi sulung. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang

sebelumnya7)

  (Heru Pratikno) yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara pola makam dan kebiasaan menggosok gigi

dengan prevalensi karies gigi pada anak.Secara umum penyakit yang

menyerang gigi dimulai dengan adnya plakdi gigi. Plak timbul dari sisa makanan yang

mengendap pada lapisan gigi yang kemudian

 berinteraksi dengan bakteri yang banyakterdapat dalam mulut, seperti streptococcus

mutans. Plak akan melarutkanlapisan email pada gigi sehingga lama-kelamaan lapisan

tersebut akan menipis. Karena itulah

menyikat gigi setelah makan merupakan halyang paling utama untuk menghindari

menimbunnya plak gigi.

Menurut Rasinta Tarigan (1993),frekuensi menggosok gigi yang dianjurkan

adalah 3 kali sehari, yaitu pagi setelah

sarapan dan malam hari sebelum tidur.

Idealnya adalah menggosok gigi setelahmakan namun yang paling penting adalah

malam hari sebelum tidur, tujuannya adalah

untuk memperlah kesehatan gigi dan mulut

serta nafas menjadi segar 3)

.

KESIMPULAN

1.  ada hubungan antara konsumsi makanan

kariogenik dengan timbulnya penyakit

karies gigi pada anak pra sekolah diDesa Sekaran Kecamatan Gunung Pati

Semarang2.  ada hubungan antara kebiasaan

menggosok gigi dengan timbulnya penyakit karies gigi pada anak pra

sekolah di Desa Sekaran KecamatanGunung Pati Semarang

SARAN

1.   bagi siswa taman kanak-kanak  

sebagai upaya membersihkan gigi dari

 plak dan sisa makanan yang tertinggaldisela-sela gigi, sebaiknya menyikat

gigi minimal 2 kali dalam sehari waktu

menyikat gigi terakhir adalah sebelum

tidur. 2.   bagi instansi terkait (TK puskesmas

Desa Sekaran, dan Dinas Kesehatan

Kota Semarang) dilakukannya upaya sosialisasi pada

masyarakat, terkait dengan faktor-faktor penyebab penyakit karies gigi.

DAFTAR PUSTAKA

1.  A.H.B Schuurs, 1993. Patologi Gigi

Geligi . Yogyakarta: UGM. Press 

2.  AM Kidd, Edvina & S Joyston, 1995. Dasar-dasar Karies Penyakit dan

Penanggulangannya.  Jakarta:DEPKESRI 

55

56

Page 60: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 60/62

 

3.  Bafira Ratnasari, 2000 Pengetahuan

dan Praktek Ibu Hubungannya Dengan

Frekuensi Konsumsi Makanan

Kariogenik dan Status Karies Pada

 Anak Usia 2-5 Tahun di Kelurahan

Tegal sari Kecamatan Candisari.

Skripsi S-1. Universitas Diponegoro 4.  Huwink, B, 2000. ilmu kedokteran gigi

 pencegahan .terjemahan Sutatmi Suryo.

Yogyakarta: UGM Press 

5.  Heru Pratikno,1995.  Hubungan AntaraPola Makan Dan Kebiasaan

 Menggosok Gigi Dengan Prevalensi

Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar

Kelas V Dan Vi Di Wilayah Kerja

Puskesmas 1 Kecamatan Purwodadi

Kecamatan Gerobogan.  Skrpsi S-1

.Universitas Diponegoro.

6.  Ircham Machfoedz dan Asmar YettiZein, 2005.  Menjaga Kesehatan Gigi

dan Mulut Anak-anak dan Ibu Hamil. 

Yogyakarta: Tramaya. 7.  Ismu Suharsono Suwelo, 1992. Karies

Gigi Pada Anak dengan Berbagai

Faktor Etiologi. Jakarta: EGC 

8.  Rasinta Tarigan, 1992. Karies Gigi.Jakarta: Hipokrates 

9.  Ratih Ariningrum, 2000.  Beberapa

Cara Menjaga Kesehatan Gigi dan

 Mulut. Jakarta: hipokrates. 

57

Page 61: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 61/62

 

PEDOMAN BAGI PENULIS

 Informasi umumJurnal Gizi dan Kesehatan menerima makalah ilmiah dari para staf STIKES,

AKBID DAN AKPER, para alumnus NGUDI WALUYO, maupun profesi lain

yang berhubungan dengan kesehatan. Makalah dapat berupa karangan asli

(penelitian), laporan kasus, ikhtisar kepustakaan, dan tulisan lain yang ada

hubungannya dengan bidang kesehatan. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa

Indonesia yang baik dan benar berdasarkan  Pedoman Umum Ejaan Bahasa

 Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum pembentukan Istilah atau

dalam bahasa Inggris.

 Format naskah

Tulisan diketik pada kertas kuarto, batas atas-bawah dan samping masing-masing 2,5 cm, spasi dobel, font Times New Roman, ukuran 12 dan tidak bolak

 balik. Naskah untuk penelitian (karangan asli) harus meliputi :1)  Judul tulisan, dibuat singkat bersifat informatif dan mampu menerangkan

isi tulisan; nama para penulis lengkap berikut gelar beserta alamatkantor/instansi /tempat kerja lain, diletakkan di bawah judul.

2) 

Pendahuluan, berisi latar belakang, masalah, maksud & tujuan sertamanfaat penelitian.

3) 

Bahan/subyek dan cara kerja.4)

 

Hasil penelitian.5)

 

Pembahasan, kesimpulan dan saran.6)

 

Pernyataan terima kasih (kalau ada).7)  Daftar rujukan.8) Lampiran-lampiran.Tabel/bagan/grafik/gambar/foto, harus dibuat dengan jelas dan rapi disertaiketerangan yang jelas dan informatif. Diberi nomor menurut urutan dalamnaskah. Gambar/bagan harus berwarna, jumlahnya dibatasi tidak lebih dari 3

lembar, keterangan ditempatkan di bawah gambar/bagan: Keterangan tabelditempatkan di atas tabel. Tabel/bagan/grafik/gambar/foto semuanyadilampirkan terpisah dari naskah.Rujukan dalam teks dibuat berdasarkan model Vancouver  yaitu dengan

angka sesuai dengan urutan tampil. Angka ditulis di atas (superscript) tanpakurung setelah tanda baca. Bila angka berurutan bisa disingkat. Misalnya2,3,4,6,7 ditulis menjadi 2-7. Daftar rujukan, disusun menurut cara Vancouver,menurut urutan penampilan dalam naskah, ditulis dengan urutan sebagai berikut :

 Nama dan huruf pertama nama keluarga penulis, judul tulisan kemudian untukmajalah diikuti dengan : Nama majalah (dengan singkatan yang umum dipakai),tahun, volume dan halaman. Sedangkan untuk buku diikuti Nama kota, penerbit,tahun dan halaman (bila perlu).

Contoh: Maryanto, S, Siswanto, Y. and Susilo, J. The effect of fiber on lipidfraction rats with high cholesterol dietary. Jurnal Kesehatan dan Gizi

2007;1;1: 1-10Ardhani, M.H, Sulisno, M., dan Rosalina. Teknik mengontrolhalusinasi dalam manajemen ESQ. Edisi 2, Ungaran, 2001. Priyanto,Muhajirin, A. Program Studi Ilmu Keperawatan. Stikes Ngudi Waluyo[on line] : URL. http://www.nwu.ac.id/personal,kuliah,edu/.plan.l  l.2006.

 Nama penulis yang dikutip dalam naskah harus tercantum dalam daftar rujukan.Dalam mengutip nama penulis dalam naskah harus dibubuhi tahun publikasi.Untuk sumber pustaka dari internet ditulis : nama penulis, judul, organisasi

 penerbit, [On Line] : URL nomor Home Page, tahun.

Page 62: DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

7/17/2019 DM, Senam Ibu Hamil, Perilaku Anak Slb, Kebbiasaan Menggosok Gigi Pada Anak Pra Sekolah

http://slidepdf.com/reader/full/dm-senam-ibu-hamil-perilaku-anak-slb-kebbiasaan-menggosok-gigi-pada-anak 62/62

 

 Abstrak

Abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia dan Inggris terdiri sekurang-kurangnya 100 kata sebanyak-banyaknya 350 kata, diketik pada lembaran kertasterpisah dengan spasi ganda. Abstrak penelitian berupa "structured abstract" berisi:

1. 

Pendahuluan /Introduction :Berisi latar belakang, masalah, tujuan, dan kegunaan penulisan.

2.  Subyek/Material dan Metode/Subject/Material and Method.Berisi:

Subjek : nyatakan cara-cara seleksi, kriteria yang diterapkan, dan jumlah peserta pada awal dan akhir penelitian.Rancangan : tulisan rancangan penelitian yang tepat, pengacakan,secara buta, baku emas untuk diagnostik, dan waktu penelitian(restrospektif atau prospektif).Tempat: menunjukkan tempat penelitian (rumah sakit, klinik,komunitas) juga termasuk tingkat pelayanan klinik (primer, atausekunder, praktek pribadi atau intitusi).Intervensi : uraikan keistimewaan intevensi, termasuk metode &lamanya.

Ukuran luaran utama : harus dinyatakan sebelum merencanakan pengambilan data.3.  Hasil (Result) : Jika memungkinkan pada hasil disertakan interval

kepercayaan (yang tersering adalah 95 %) dan derajat kemaknaan. Untuk penelitian komparatif, interval kepercayaan harus berhubungan dengan perbedaan antara kelompok.

4. 

Kesimpulan (Conclusions) : nyatakan kesimpulan yang didukung olehdata penelitian (hindari generalisasi yang berlebihan atau hasil penelitiantambahan). Perhatian yang sama diberikan pada hasil yang positif maupunyang negatif sesuai dengan kaidah ilmiah.

5.  Di bawah abstrak bahasa Inggris ditulis kata kunci (Keywords) maksimal4 kata dalam bahasa Inggris.

Sinopsis

Sinopsis diketik dalam bahasa Indonesia atau Inggris terdiri atas 1 atau 2kalimat, tidak lebih dari 25 kata dari kesimpulan naskah, digunakan dalam

 penulisan daftar isi, dan diketik pada lembar terpisah dengan spasi ganda.

 Running title

Berikan judul singkat naskah pada sisi kanan atas pada tiap lembar naskah.

 Pengiriman

Berkas dikirim rangkap dua (hard copy) disertai CD (soft copy) denganmempergunakan program Microsoft Word, dialamatkan kepada Redaksi JurnalGizi dan Kesehatan, STIKES NGUDI WALUYO, JI. Gedongsongo – Mijen,Ungaran, Kabupaten Semarang .

 Ketentuan lain

Redaksi berhak memperbaiki susunan naskah atau bahasanya tanpa mengubahi i k h l h di di j l h l i id k di k k di bi k