diunduh dari · pdf filependidikan dalam negeri info otonomi tentang kompas ... mengapung di...

2
Rubrik Olahraga Berita Utama Latar Surat Pembaca Seni & Budaya Hiburan International Keluarga Nasional Iptek Foto dan Komik Naper Berita Yang lalu Audio Visual Pergelaran Otonomi Rumah Teknologi Informasi Agroindustri Makanan dan Minuman Sorotan Ilmu Pengetahuan Properti Swara Teropong Telekomunikasi Bentara Muda Musik Kesehatan Investasi & Perbankan Esai Foto Furnitur Otomotif Pendidikan Luar Negeri Bahari Ekonomi Internasional Jendela Pustakaloka Ekonomi Rakyat Fokus Wisata Dana Kemanusiaan Pendidikan Dalam Negeri Info Otonomi Tentang Kompas Naper Minggu, 22 Juni 2003 ASAL USUL Jakarta 2003: Sekeping Sejarah Ariel Heryanto JAKARTA bukan hanya sebuah ruang atau tempat. Bagi orang luar seperti saya, Jakarta merupakan sejumlah saat, yakni saat-saat pribadi bersentuhan dengannya. Dan, sejarah bisa dituturkan pengamat sebagai kisah tentang bagaimana perhatian publik dibina, dipusatkan, diselewengkan, atau diingkari. Suatu saat, pada awal tahun ini, sekelompok penduduk merubung kali di pusat kota. Perhatian mereka terpusat pada beberapa potongan tubuh manusia, mengapung di air kali seperti sebuah perahu kertas bikinan anak-anak. Di Ibu Kota, peristiwa ini hampir-hampir tak punya nilai berita. Media massa telanjur ditimbuni berbagai peristiwa lebih menggemparkan, menyangkut elite sebuah bangsa keempat terbesar di planet Bumi. Pada saat hampir bersamaan, perang meledak di Timur Tengah. Perang kontroversial itu menyulut protes dunia, termasuk orang Indonesia. Dengan alasan kemanusiaan atau solidaritas keagamaan, sejumlah pemuda menyatakan murka terhadap sejumlah hal berbau "Amerika", seperti restoran McDonald’s, film Hollywood, atau celana jins. Masih pada saat hampir bersamaan, api "pribumi" membakar berpuluh kampung "pribumi". Menurut perhitungan kasar, nyaris 900 kasus kebakaran terjadi dalam setahun terakhir di metropolitan ini. Artinya, nyaris dua setengah kali kebakaran seharinya, setiap hari, sepanjang tahun, api melenyapkan harta, nyawa, nafkah, dan mimpi ribuan keluarga. Konon, sebagian dari sebab besarnya jumlah kasus dan korban itu adalah berjejalnya kampung yang terbakar. Setelah berjuang habis-habisan menerobos lalu lintas Jakarta, mobil pemadam kebakaran tidak dapat mendekati tempat kebakaran di depan gang-gang sempit yang dijejali rumah sederhana. Pada saat ini, di Jakarta, api datang dan pergi, membakar harta, tubuh, dan sejarah sosial. Tidak tersisa abu dan arang untuk dibawa ke meja pengadilan. Pertanyaannya bukan adakah (atau siapakah) yang dapat disangka bersalah dalam sekian ratus kebakaran. Pertanyaan Jakarta: siapa peduli? Apa bedanya diusut atau tidak diusut? Apa bedanya seratus atau seribu kampung terbakar di sebuah kota-dan saat-bernama Jakarta jika yang menjadi korban adalah kaum miskin? AKAN tetapi, juga pada suatu masa bernama Jakarta, terbuka pusat belanja, cuci mata, dan nongkrong 24 jam bagi kawula muda Jakarta. Desain mal ini diilhami kawasan belanja Bugis Junction di Singapura. Di situ, orang bisa menikmati saat-saat non-Jakarta atau Jakarta yang lain dalam ruang setengah terbuka ber-AC. Dijaga satpam yang mungkin kampungnya dipanggang terik tropis, jika Se 1 of 2 ASAL USUL - Minggu, 22 Juni 2003 Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

Upload: haxuyen

Post on 06-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diunduh dari  · PDF filePendidikan Dalam Negeri Info Otonomi Tentang Kompas ... mengapung di air kali seperti sebuah perahu kertas bikinan anak-anak. Di Ibu ... atau celana jins

RubrikOlahragaBerita UtamaLatarSurat PembacaSeni & BudayaHiburanInternationalKeluargaNasionalIptekFoto dan KomikNaperBerita Yang laluAudio VisualPergelaranOtonomiRumahTeknologi InformasiAgroindustriMakanan danMinumanSorotanIlmu PengetahuanPropertiSwaraTeropongTelekomunikasiBentaraMudaMusikKesehatanInvestasi &PerbankanEsai FotoFurniturOtomotifPendidikan LuarNegeriBahariEkonomiInternasionalJendelaPustakalokaEkonomi RakyatFokusWisataDana KemanusiaanPendidikan DalamNegeriInfo OtonomiTentang Kompas

NaperMinggu, 22 Juni 2003

ASAL USUL

Jakarta 2003: Sekeping Sejarah

Ariel Heryanto

JAKARTA bukan hanya sebuah ruang atau tempat. Bagi orang luar seperti saya,Jakarta merupakan sejumlah saat, yakni saat-saat pribadi bersentuhandengannya. Dan, sejarah bisa dituturkan pengamat sebagai kisah tentangbagaimana perhatian publik dibina, dipusatkan, diselewengkan, atau diingkari.

Suatu saat, pada awal tahun ini, sekelompok penduduk merubung kali di pusatkota. Perhatian mereka terpusat pada beberapa potongan tubuh manusia,mengapung di air kali seperti sebuah perahu kertas bikinan anak-anak. Di IbuKota, peristiwa ini hampir-hampir tak punya nilai berita. Media massa telanjurditimbuni berbagai peristiwa lebih menggemparkan, menyangkut elite sebuahbangsa keempat terbesar di planet Bumi.

Pada saat hampir bersamaan, perang meledak di Timur Tengah. Perangkontroversial itu menyulut protes dunia, termasuk orang Indonesia. Denganalasan kemanusiaan atau solidaritas keagamaan, sejumlah pemuda menyatakanmurka terhadap sejumlah hal berbau "Amerika", seperti restoran McDonald’s, filmHollywood, atau celana jins.

Masih pada saat hampir bersamaan, api "pribumi" membakar berpuluh kampung"pribumi". Menurut perhitungan kasar, nyaris 900 kasus kebakaran terjadi dalamsetahun terakhir di metropolitan ini. Artinya, nyaris dua setengah kali kebakaranseharinya, setiap hari, sepanjang tahun, api melenyapkan harta, nyawa, nafkah,dan mimpi ribuan keluarga.

Konon, sebagian dari sebab besarnya jumlah kasus dan korban itu adalahberjejalnya kampung yang terbakar. Setelah berjuang habis-habisan meneroboslalu lintas Jakarta, mobil pemadam kebakaran tidak dapat mendekati tempatkebakaran di depan gang-gang sempit yang dijejali rumah sederhana. Pada saatini, di Jakarta, api datang dan pergi, membakar harta, tubuh, dan sejarah sosial.Tidak tersisa abu dan arang untuk dibawa ke meja pengadilan. Pertanyaannyabukan adakah (atau siapakah) yang dapat disangka bersalah dalam sekian ratuskebakaran. Pertanyaan Jakarta: siapa peduli? Apa bedanya diusut atau tidakdiusut? Apa bedanya seratus atau seribu kampung terbakar di sebuah kota-dansaat-bernama Jakarta jika yang menjadi korban adalah kaum miskin?

AKAN tetapi, juga pada suatu masa bernama Jakarta, terbuka pusat belanja, cucimata, dan nongkrong 24 jam bagi kawula muda Jakarta. Desain mal ini diilhamikawasan belanja Bugis Junction di Singapura. Di situ, orang bisa menikmatisaat-saat non-Jakarta atau Jakarta yang lain dalam ruang setengah terbukaber-AC. Dijaga satpam yang mungkin kampungnya dipanggang terik tropis, jika

Se

1 of 2

ASAL USUL - Minggu, 22 Juni 2003

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

Page 2: Diunduh dari  · PDF filePendidikan Dalam Negeri Info Otonomi Tentang Kompas ... mengapung di air kali seperti sebuah perahu kertas bikinan anak-anak. Di Ibu ... atau celana jins

Kontak Redaksi bukan api musiman.

Jakarta juga sebuah saat dan tempat Inul Daratista pertama kali ditemukan olehkapitalisme nasional pada awal tahun 2003. Sebuah bangsa terbesar keempat didunia mendadak menjadi amat peduli pada goyang sepasang pinggul. Bertahunsebelumnya, di kawasan timur Pulau Jawa, Inul telah berkobar bagaikan apiJakarta, membakar fantasi khalayak dua setengah kali sehari, setiap hari,sepanjang tahun.

Jakarta: suatu saat disebut ulang tahun. Sebatang pohon rindang ditebang dansebuah berita dicetak di media massa. Entah berapa banyak sudah pohonditebang, nyawa orang ditebas, harga diri orang ditembak, hak asasi warganegara diterjang di kota ini, tanpa ada yang berkomentar. Tetapi, kali lain, tegurandatang dari Pemerintah DKI. Yang ditegur sebuah kedutaan asing sebuah negeriadikuasa. Buru-buru kedutaan ini menebar janji akan membantu reboisasi diJakarta. Konon, pohon rindang itu ditebang karena mengganggu sistempengamanan lewat kamera di sekitar kedutaan.

Seorang kerabat punya cerita serupa pada saat yang sama, bernama Jakarta.Sebatang pohon rindang di depan rumahnya di pusat kota ditebang tetanggatanpa basa-basi. Mengapa? Dedaun pohon yang lebat itu menutup iklan yangdipasang si tetangga, sebuah kantor cabang dealer sepeda motor. Tetapi, kali iniyang menebang bukan kedutaan asing. Pejabat pemerintah tidak mungkinmenegur karena justru pegawainya sendiri yang mengeksekusi si pohon. Mungkinatas "pesanan" pedagang sepeda motor.

SUATU saat, Jakarta merayakan usia yang matang. Pada saat itu, Inul telahditebas dari lingkungan asalnya yang ndesani di Jawa Timur dan diangkatmenjadi bintang dalam mesin industri kapitalisme hiburan. Ia tampil mulus alabintang iklan sabun di majalah mami-mami pembaca Femina. Di panggungdangdut, di kampungnya, Inul adalah pusat jagat raya. Ia memegang kendalipentas dan perhatian ribuan khalayaknya. Di situ ia buka mulut semaunya, tanpaperlu berpikir atau menghapal teks pesanan. Di panggung studio televisimetropolitan bernama Jakarta, ia menjadi sekeping hiasan elok untuk acara yangditata dengan penuh perhitungan dagang. Inul tampak gemerlap, tetapi takberkutik. Ia hanya tamu yang bergerak bila dan sesuai petunjuk sejumlahpembaca acara-juga pemodal siaran-yang menguasai medan.

Pada saat Jakarta berulang tahun, yang paling mirip Amerika dalam soal perangIrak bukan McDonald’s atau film Hollywood, tetapi gempuran militer bangsasendiri terhadap sebagian saudara sebangsa di Aceh yang dianggapmendurhaka. Tidak ada angkatan muda yang murka, seperti ketika pecah perangdi Irak. Yang dimusuhi kali ini masih saja bangsa lain dan produk mereka, yakniSwedia!

Design By KCMCopyright © 2002 Harian KOMPAS

2 of 2

ASAL USUL - Minggu, 22 Juni 2003

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>