disusun oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...skripsi...

86

Upload: others

Post on 14-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun
Page 2: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun
Page 3: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

ii

TANGGUNG JAWAB HUKUM PENILAI PUBLIK

TERHADAP LAPORAN PENILAIANNYA DALAM KEGIATAN

PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN

UMUM

(STUDI ATAS KANTOR JASA PENILAI PUBLIK TOTO SUHARTO)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Disusun Oleh:

Gagah Yaumiyya Riyoprakoso

NIM :11150480000128

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

A.M. Hasan Ali, M.A Fitriyani Zein, S.Ag., M.H

NIP : 197512012005011005 NIP : 197403212002122005

PROGRAM STUDIILMU HUKUM

Page 4: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

iii

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITASISLAM NEGERI

SYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA

1441 H/ 2020 M

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul“TANGGUNG JAWAB HUKUM PENILAI PUBLIK

TERHADAP LAPORAN PENILAIANNYA DALAM KEGIATAN

PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN

UMUM (STUDI ATAS KANTOR JASA PENILAI PUBLIK TOTO

SUHARTO)” telah diajukan dalam sidang munaqasah Fakultas Syariah dan

Hukum Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15

Januari 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, Januari 2020

Mengesahkan

Dekan,

Dr. Ahmad Tholabi Kharlie

S.H., M.H., M.A.

NIP. 19760807 200312 1 001

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Page 5: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Gagah Yaumiyya Riyoprakoso

NIM : 11150480000128

Program Studi : Ilmu Hukum

Angkatan : 2015

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar strata 1 (S1) Di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan telah tercantum sesuai dengan ketentuan

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya asli saya atau

jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Januari 2020

Gagah Yaumiyya Riyoprakoso

NIM: 11150480000128

Page 6: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

v

ABSTRAK

GAGAH YAUMIYYA RIYOPRAKOSO, NIM 11150480000128,

“TANGGUNG JAWAB HUKUM PENILAI PUBLIK TERHADAP

LAPORAN PENILAIANNYA DALAM KEGIATANPENGADAAN TANAH

BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM(STUDI ATAS

KANTOR JASA PENILAI PUBLIK TOTO SUHARTO)”. Konsentrasi

Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. 1440H/2019M.viii + 70 + 4 Halaman Daftar Pustaka

Studi ini bertukuan untuk mengetahui tanggung jawab hukum Penilai

Publik atas laporan penilaian yang mereka buat dalam kegiatan pengadaan tanah

bagi pembangunan untuk kepentingan umum.Penilai Publik diwajibkan untuk

selalu dapat mempertanggung jawabkan penilaiannya yang mereka lakukan.

Jenis penelitian yang terdapat pada skripsi ini adalah jenis penelitian

hukum normatif dengan pendekanan statue approach dan case approach.

Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang memberikan penjelasan

sistematis aturan yang mengatur suatu kategori hukum tertentu, menganalisis

hubungan antara peraturan menjelaskan daerah kesulitan dan mungkin

memprediksi pembangunan masa depan.

Setelah melakukan penelitian, Peneliti menemukan bahwa salah satu

penyebab yang membuat terjadinya sengketa adalah kurangnya komunikasi yang

dilakukan antara Pemerintah dengan para pemilik tanah. Dalam musyawarah yang

seharusnya sebagai tempat dimana para pihak menemukan titik temu antara para

pihak mengenai besaran ganti rugi yang akan diberikan, dalam lapangannya

seringkali digunakan hanya untuk penyampaian besaran penilaian ganti rugi yang

telah dilakukan.

Kata kunci : Tanggung Jawab, Penilai Publik, Pengadaan Tanah

Permbimbing :1. A.M. Hasan Ali, M.A.

2. Fitriani Zein, S.Ag., M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1971 sampai Tahun 2019

Page 7: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. yang telah

melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya serta rahmat shalawat dan salam

untuk junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Karena dengan rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“TANGGUNG JAWAB HUKUM PENILAI PUBLIK TERHADAP

LAPORAN PENILAIANNYA DALAM KEGIATAN PENGADAAN

TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN

UMUM(STUDI ATAS KANTOR JASA PENILAI PUBLIK TOTO

SUHARTO)”.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memperoleh gelar sarjana Hukum

pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Skripsi ini

tidak dapat diselesaikan oleh peneliti tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak selama penyusunan skripsi ini berlangsung.

Peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas para

pihak yang telah memberikan peranan secara langsung dan tidak langsung atas

pencapaian yang telah dicapai oleh peneliti, yaitu antara lain kepada yang

terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs.Abu Thamrin, S.H., M.HumSekretaris Program Studi

Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. A.M. Hasan Ali., M.A dan Fitriani Zein, S.Ag., M.H Dosen Pembimbing

yang selalu memberikan arahan dan bantuan kepada Peneliti dalam

menyelesaikan penelitian

Page 8: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

vii

4. Dra. Ipah Farihah, M.H. Dosen Pembimbing Akademik Peneliti, saya

ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bentuk dukungan

yang telah diberikan hingga saya mampu untuk menyelesaikan studi saya

di Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Pimpinan Perpustakaan yang telah memberikan saya fasilitas yang baik

untuk mengadakan studi kepustakaan, sehingga saya dapat memperoleh

bahan referensi untuk melengkapi penelitian ini.

6. Bapak Shaeful Radian Natapermana S.H Kepala Kantor Jasa Penilai

Publik Toto Suharto Cabang Jakarta Selatan dan karyawan-karyawan

Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto Cabang Jakarta Selatan lainnya

yang telah memberikan data-data untuk keperluan penilitian serta

membantu peneliti dalam menyelesaikan penilitian ini.

7. Ibu Yuli Nur Yanti S.H Biro Hukum PUPR yang telah memberikan data-

data serta buku-buku untuk keperluan penelitian serta selalu

menyemangati peneliti untuk segera menyelesaikan penelitian ini.

8. Keluarga Peneliti khusunya Ayahanda Himawan Wardoyo, Ibunda Ati

Data Gandasari, Tante Titi Aras Sekarwiyati, dan Adik Ghaniyya

Ramadhanti Adhiyasa yang selalu mendoakan segala yang terbaik bagi

peneliti dan selalu mendukung peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini

serta selama menjalankan perkuliahan saya di Program Studi Ilmu Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Pihak-pihak lain yang telah memberikan kontirbusi kepada peneliti dalam

menyelesaikan penelitian tulis ini.

Jakarta, Oktober 2019

Gagah Yaumiyya Riyoprakoso

Page 9: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................... iv

ABSTRAK .......................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................................... viii

BAB IPENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 9

D. Metode Penelitian .................................................................................. 9

E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TANGGUNG JAWAB HUKUM PENILAI PUBLIK

TERHADAP LAPORAN PENILAIANNYA .................................................... 15

A. Kerangka Konseptual ........................................................................... 15

1. Pengadaan Tanah ........................................................................... 16

2. Kepentingan Umum ....................................................................... 19

3. Profesi Penilai Publik ..................................................................... 20

4. Penilaian ......................................................................................... 21

5. Laporan Penilaian .......................................................................... 23

B. Kerangka Teoritis ................................................................................. 28

1. Teori Tanggung Jawab Hukum ...................................................... 28

2. Teori Kekuasaan Negara ................................................................ 29

3. Teori Tanggung Jawab Hukum ...................................................... 30

C. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ..................................................... 31

BAB IIIPERAN LAPORAN PENILAI PUBLIK DALAM MUSYAWARAH GANTI

RUGI PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN DEMI

KEPENTINGAN UMUM ............................................................................. 34

A. Profile Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto dan Rekan ............... 34

B. Ganti Kerugian Dalam Kegiatan Pengadaan Tanah Untuk

Pembangunan Demi Kepentingan Umum............................................ 36

Page 10: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

ix

C. Peran Laporan Penilaian Penilai Publik Dalam Musawarah Kegiatan

Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Demi Kepentingan Umum ... 45

BAB IVTANGGUNG JAWAB HUKUMKANTOR JASA PENILAI PUBLIK TOTO

SUHARTO DALAM MELAKUKAN PENILAIANNYA DALAM

KEGIATAN PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM .... 48

A. Tanggung Jawab Hukum Penilai Publik Menurut Hukum Positif ....... 48

B. Hasil Laporan Penilaian Jasa Penilai Publik Toto Suharto Yang

Menyebabkan Timbulnya Sengketa ..................................................... 57

C. Analisis Atas Penilaian Yang Dilakukan Kantor Jasa Penilai Publik

Toto Suharto ......................................................................................... 62

BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 69

A. Kesimpulan .......................................................................................... 69

B. Rekomendasi ........................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 71

Page 11: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara yang begitu luas dan jumlah penduduknya

yang begitu banyak, tentunya setiap warga membutuhkan mobilitas yang

tinggi dalam beraktifitas. Perpindahan penduduk yang bersifat sementara

(komutasi) baik antar kota maupun antar pulau untuk melakukan kegiatan

ekonomi dan sosial tak mungkin lagi dapat dihindari. Pembangunan

infrastruktur adalah salah satu jawaban untuk menghadapinya, antara lain

pembangunan jalan umum, jalan bebas hambatan (tol), rel kereta api,

jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun kereta

api.

Pembangunan infrastruktur untuk kepentingan umum pasti akan

membutuhkan lahan luas yang sering kali akan melewati tanah yang dimiliki

oleh rakyat/penduduk. Dalam hal pengadaan tanah oleh negara untuk

kepentingan umum, maka tanah-tanah yang akan digunakan untuk

kepentingan umum tersebut haruslah “di-tanah-negara-kan” terlebih dahulu

untuk kemudian diberikan dengan sesuatu hak yang sesuai dengan subjek

haknya. Karena itu, para pemegang hak atas tanah baik yang terdaftar maupun

tidak harus melakukan pelepasan tanah, untuk kemudian tanah tersebut

diajukan hak baru atas nama instansi yang membutuhkan tanah.1

Proses pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum

terkait dengan penetapan lokasi yang akan terkena kegiatan pembangunan

untuk kepentingan umum harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional, Rencana Pembangunan Nasional/Daerah, Rencana Strategis,

Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah.Oleh karena itu perlu

perencanaan yang matang sebelum dapat melakukan kegiatan pengadaan

tanah untuk kepentingan umum.

1 Julius Sembiring, Tanah Negara (Jakarta: Prenamedia Group, 2016) h. 50

Page 12: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

2

Landasan yuridis bagi Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum di

Indonesia sendiri mengacu pada ketentuan dalamUndang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 menyatakan

bahwa “Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara

memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak”.

Pemerintah dan/atau Pemerintah daerah dalam hal ini menjamin tersedianya

tanah bagi kepentingan umum.Kemudian pihak yang berhak wajib

melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan pengadaan tanah untuk

kepentingan umum setelah pemberian ganti kerugian atau berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.2

Walaupun memiliki hak atas tanahnya, pemilik hak seringkali tidak

bisa menolak tanahnya dibebaskan oleh Negara demi kepentingan

pembangunan. Hal tersebut dikarenakan walaupun warga menolak tanahnya

dibebaskan, akan tetapi jika Pengadilan memutuskan bahwa tanah warga

tersebut layak untuk dibebaskan maka warga pemilik hak tanah yang akan

dibebaskan wajib untuk melepas hak atas tanah mereka kepada Negara. Dalam

bukunya, Boedi Harsono mengatakan hak milik memberikan wewenang yang

paling luas kepada yang mempunyai hak jika dibandingkan dengan hak-hak

lainnya.3Hal tersebut berlaku selama tidak ada pembatasan-pembatasan dari

pihak penguasa, maka wewenang dari seorang pemilik, tidak terbatas.4Jadi,

walaupun memiliki hak milik atas tanah, penguasa (Negara) dapat

memberikan batasan atau mencabut hak milik tersebut.

Dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) menyebutkan bahwa untuk

kepentingan umum, termasuk kepentingan Bangsa dan Negara serta

2Ivan Dotulong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Ditinjau DariI UU No. 2

Tahun 2012. Lex Crimen Vol. V, No. 3, 2016. h. 98 3 Boedi Harsono, Undang-Undang Pokok Agraria Bagian Pertama (Jakarta: Djambatan,

1971) h. 55 4 Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendatarannya (Jakarta: Sinar Grafika,

2014) h. 61

Page 13: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

3

kepentingan bersama dari Rakyat, hak-hak atas Tanah dapat dicabut, dengan

memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan

Undang-undang. Ketentuan tersebut tidak mengakumulasi ketentuan pada

pasal sebelumnya yakni dalam pasal 4 ayat (1) dan pasal 9 Ayat (2) Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

(UUPA) yang memperbolehkan dan memungkinkan penguasaan dan

penggunaan tanah secara individual. Lebih lanjut ketentuan pasal 21, 29, 36,

42, dan 45 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria (UUPA) yang berisikan persyaratan pemegang hak atas

tanah juga menunjukan prinsip Penguasaan dan Penggunaan Tanah secara

individu.5

Namun demikian, hak-hak atas tanah yang individu dan bersifat

pribadi tersebut dalam dirinya terkandung unsur kebersamaan. Hal ini terkait

semua hal atas tanah secara langsung ataupun tidak langsung bersumber pada

Hak Bangsa yang merupakan hak bersama.sifat pribadi hak-hak atas tanah

yang sekaligusmengandung unsur kebersamaan itu dipertegas dalam pasal 6

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria (UUPA) yang mana semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.

Memang salah satu persoalan yang masih dihadapi sehubungan dengan

pelaksanaan kepentingan umum adalah menentukan titik keseimbangan antara

kepentingan umum dan kepentingan pribadi di dalam pembangunan.6

Dalam Peraturan tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum diatur asas-asas yang harus diperhatikan dalam

pengadaan tanah yaitu, asas kemanusiaan, keadilan, kemanfaatan, kepastian,

keterbukaan, kesepakatan, keikutsertaan, kesejahteraan, keberlanjutan, dan

keselarasan. Asas ini berlandaskan pada tujuan utama pengadaantanah adalah

untuk menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan

5Ivan Dotulong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Ditinjau DariI UU No. 2

Tahun 2012.Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016. h. 98 6Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001) h. 135

Page 14: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

4

kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap

menjamin kepentinganhukum pihak yang berhak.Jadi, walaupun Pemerintah

memiliki hak untuk mencabut hak tanah milik masyarakat, Pemerintah harus

tetap mempertibangkan segala aspek berdasarkan asas-asas tersebut sebelum

melakukan pengadaan tanah.

Penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum

memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan

kepentingan masyarakat.Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam hal ini

sebagai pejabat yang bertanggung jawab menjamin tersedianya tanah untuk

kepentingan umum.Pemerintah sebagai perpanjangan tangan rakyat memiliki

wewenang untuk mengatur dan menjamin tersedianya tanah untuk kemudian

dari pengadaan tanah tersebut manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh rakyat

tanpa kecuali.

Huybers dalam bukunya Filsafat Hukum dan Lintasan Sejarah

mendefinisikan kepentingan umum adalah kepentingan masyarakat sebagai

keseluruhan yang memiliki ciri-ciri tertentu antara lain menyangkut

perlindungan hak-hak individu sebagai warga Negara dan menyangkut

pengadaan serta pemeliharaan sarana publik dan pelayanan public. Sedangkan

menurut pendapatJohn Salindeho, kepentingan umum adalah termasuk

kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, dengan

memperhatikan segi-segi sosial, politik, psikologis dan Hankamnas atas dasar

asas-asas Pembangunan Nasional dengan mengindahkan Ketahanan Nasional

serta Wawasan Nusantara.7

Maria Sumardjono menyatakan bahwa “kepentingan umum selain

harus memenuhi “peruntukkannya” juga harus dapat dirasakan

“kemanfaatannya”. Pemenuhan unsur pemanfaatan tersebut agar dapat

dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan dan/atau secara langsung.Selain

itu, juga perlu ditentukan “siapakah” yang dapat melaksanakan kegiatan

7 John Salindeho, Masalah Tanah dalam Pembangunan (Jakarta: Sinar Grafika, 1987)

h.40

Page 15: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

5

pembangunan untuk kepentingan umum tersebut.Hal tersebut dilakukan untuk

mencegah terjadinya penyelewengan dalam konsep kepentingan umum.8

Sebelum melakukan pengadaan tanah tersebut Instansi yang

memerlukan tanah serta Pemerintah harus melakukan sosialisasi serta

penilaian terhadap tanah yang ingin dibebaskan terlebih dahulu. Dalam Pasal

16 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembagunan Demi Kepentingan Umum menyebutkan bahwa:

“Instansi yang memerlukan tanah bersama pemerintah provinsi berdasarkan

dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 melaksanakan:

a. pemberitahuan rencana pembangunan;

b. pendataan awal lokasi rencana pembangunan; dan

c. Konsultasi Publik rencana pembangunan.”

Setelah mendapat persetujuan dari masyarakat yang tanahnya terkena

kegiatan pengadaan tanah bagi kepentingan umum, Instansi dan Pemerintah

Provinsi memilih Penilai Publik. Untuk melakukan penilaian terhadap tanah

yang dibebaskan, Pemerintah menunjuk Penilai Publik yang bersertifikat

untuk melakukan penilaian terhadap tanah yang ingin dibebaskan yang

nantinya hasil penilaiannya akan dijadikan sebagai dasar musyawarah ganti

rugi antara Pemilik Tanah dengan Instansi yang memerlukan tanah.

Penilai menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor

101/PMK.01/2014 tentang Penilai Publik adalah seseorang yang memiliki

kompetensi dalam melakukan kegiatan penilaian, yang sekurang-kurangnya

telah lulus pendidikan awal penilaian. Sedangkan Penilai Publik adalah Penilai

yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana

diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.01/2014

8 Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

(Yogyakarta: Mitra Kebijakan Pertanahan Indonesia, 2004) h. 7

Page 16: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

6

ataupenilai eksternal sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri

Keuangan di bidang kekayaan negara dan lelang.

Penilai Publik memiliki tugas untuk melakukan penilaian terhadap

lahan milik rakyat yang ingin dibebaskan untuk pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum.Dalam melakukan penilaian tersebut

Penilai Publik harus dapat menilai ganti rugi yang harus diberikan kepada

pemilik tanah secara adil baik dilihat dari segi materiil maupun

imateriil.Penilai Publik harus mengedepankan prinsip kemanusiaan,

keterbukaan dan adil dalam melakukan tugasnya sebagai pihak yang

melakukan penilaian terhadap lahan yang ingin dibebaskan.

Salah satu Kantor Jasa Penilai Publik yang memiliki sejarah panjang

dalam melakukan penilaian pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah

Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto dan Rekan.Kantor Jasa Penilai ini

mulai memberikan jasa penilaian sejak tahun 1984 dan masih memberikan

jasa penilaian sampai saat ini.Walaupun sudah memiliki sejarah dan

pengalaman panjang dalam melakukan penilaian dalam bidang pengadaan

tanah untuk kepentingan umum, hasil penilaian Kantor Jasa ini masih

seringkali disengketakan oleh pemilik tanah.9

Hasil penilaian Penilai Publik merupakan komponen yang sangat

penting dalam melakukan musyawarah ganti rugi pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum antara Instansi yang memerlukan

tanah dengan Pemilik Hak Tanah yang nantinya hasil musyawarah ini akan

menentukan kesuksesan kegiatan pengadaan tanah tersebut. Namun terkadang

dalam lapangannya sering terjadinya perbedaan pendapat antara Pemilik

Tanah dengan Penilai Publik dan Pemerintah mengenai ganti kerugian yang

adil atas tanah yang terkena pengadaan tanah tersebut. Menurut data yang

terdapat pada direktori putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, dalam

periode tahun 2018-2019 terdapat 102 kasus sengketa pengadaan tanah bagi

9Hasil Wawancara Dengan Wakil Kepala Divisi Penilaian Kantor Jasa Penilai Publik Toto

Suharto pada tanggal 19 November 2019

Page 17: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

7

kepentingan umum yang didaftarkan serta terdapat 128 kasus sengketa

pengadaan tanah bagi kepentingan umum yang diputus dalam periode tahun

2018-2019 tersebut.10

Sebagian besar sengketa dalam kegiatan pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum tersebut disebabkan karena pemilik

tanah merasa penilaian besaran ganti rugi yang dilakukan oleh Penilai Publik

dianggap kurang adil dan tidak mecakup seluruh kerugian yang dialami para

pemilik tanah.Hal ini tentunya sangat merugikan para pihak yang terkait

dalam kegiatan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum

ini. Selain memperlambat proses pembangunan yang akan dilakukan, dengan

adanya sengketa akan membuat biaya pembangunan menjadi lebih tinggi serta

opini masyarakat terhadap kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan

umum tersebut menjadi negatif.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul:

“TANGGUNG JAWAB HUKUM PENILAI PUBLIK TERHADAP

LAPORAN PENILAIANNYA DALAM KEGIATAN PENGADAAN

TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN

UMUM(STUDI ATAS KANTOR JASA PENILAI PUBLIK TOTO

SUHARTO)”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka identifikasi masalah dari

penelitian ini adalah:

10

Mahkamah Agung Republik Indonesia, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum https://putusan3.mahkamahagung.go.id/search.html/?q=%22Pengadaan%20tanah%20untuk%20kepentingan%20umum%22 (diakses pada 19 Januari 2020)

Page 18: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

8

a. Kewajiban dan Tanggung Jawab Penilai Publik terhadap hasil

penilaiannya

b. Pengaruh hasil penilaian Penilai Publik terhadap kegiatan pengadaan

tanah

c. Sanksi terhadap Penilai Publik yang melanggar kewajibannya

d. Seringkali masyarakat merasa tidak puas dengan hasil penilaian atas

penilaian ganti rugi tanahnya

e. Faktor yang mempengaruhi sering terjadinya sengketa mengenai ganti

kerugian pengadaan tanah

2. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah dengan tujuan

untuk memfokuskan penelitian pada masalah utama yang akan diangkat

sehingga didapatkan hasil yang maksimal dari tujuan awal perumusan.

Penelitian ini memfokuskan pada tanggung jawab hukum dan

kewajiban Penilai Publik atas hasil penilaiannya dalam kegiatan pengadaan

tanah oleh Negara bagi pembangunan demi kepentingan umum. Untuk

mempermudah penelitian maka peneliti akan memfokuskan objek

penelitian pada Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto.

3. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang diangkat dalam skripsi mengenai Penilai

Publik yang diharuskan untuk melakukan penilaiannya dengan mengacu

kepada peraturan perundang-udangan yang berlaku.Namun, dalam

lapangannya seringkali timbul sengketa besaran ganti rugi dalam kegiatan

pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang disebabkan laporan

penilaian yang kurang adil. Oleh karena itu pada penelitian ini timbul

pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana tanggung jawab hukum Penilai Publik terhadap laporan

penilaiannya dalam kegiatan pengadaan tanah menurut Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Page 19: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

9

Untuk Kepentingan Umum serta Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 56/PMK.01/2017 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 101/PMK.01/2014

tentang Penilai Publik?

b. Bagaimana Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto dan Rekan

mempertanggungjawabkan laporan penilaiannya jika menimbulkan

sengketa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Berikut adalah tujuan penelitian yang telah peniliti

rumuskan:

a. Untuk mengetahui pertanggungjawaban hukum Penilai Publik atas

laporan penilaiannya

b. Untuk mengetahui bagaimana Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto

mempertanggungjawabkan laporan penilaiannya

2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

berbagai pihak, diantaranya:

a. Bagi peneliti penelitian ini dapat memberikan informasi yang jelas dan

mendalam mengenai tanggung jawab hukum Penilai Publik

b. Bagi Akademisi penelitian ini dapat dijadikan pembelajaran dan

wawasan tentang tanggung jawab hukum Penilai Publik

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang terdapat pada skripsi ini adalah jenis

penelitian hukum normatif. Menurut Peter Mahmud Marzuki11

, Penelitian

hukum normatif adalah penelitian yang memberikan penjelasan sistematis

aturan yang mengatur suatu kategori hukum tertentu, menganalisis

11

Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum, (Kencana Prenada Media Group: Jakarta, 2011) h. 35

Page 20: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

10

hubungan antara peraturan menjelaskan daerah kesulitan dan mungkin

memprediksi pembangunan masa depan.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 pendekatan penelitian yaitu:

a. Pendekatan Undang-Undang (Statue Approach)

Pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah semua

undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum

yang sedang diteliti.Pendekatan perundang-undangan dalam penelitian

hukum memiliki kegunaan baik secara praktis maupun akademis.

Bagi penelitian, pendekatan undang-undang ini akan membuka

kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan

kesesuaian antara suatu undang-undang dengan undang-undang

lainnya atau antara undang-undang dengan Undang-Undang Dasar

atau regulasi dan undang-undang. Hasil dari telaah tersebut merupakan

suatu argumen untuk memecahkan isu yang dihadapi seperti

mempelajari pasal-pasal yang mengatur tentang tanggung jawab

Penilai Publik yang terdapat pada Undang- Undang Nomor 2 Tahun

2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan

Umum dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

101/PMK.01/2014 tentang Penilai Publik.

b. Pendekatan Kasus (Case Approach)

Pendekatan Kasus (case approach) adalah salah satu jenis

pendekatan dalam penelitian hukum normatif yang peneliti mencoba

membangun argumentasi hukum dalam perspektif kasus konkrit yang

terjadi dilapangan, tentunya kasus tersebut erat kaitannya dengan kasus

atau peristiwa hukum yang terjadi di lapangan.Pendekatan

inidilakukan dengan melakukan telaah pada kasus-kasus yang

berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi.

Page 21: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

11

Pendekatan ini digunakan untuk meneliti apakah dalam

lapangannya Penilai Publik sudah menjalankan tanggungjawabnya atas

laporan penilaiannya atau belum.Dalam penelitian ini, peneliti

mengambil kasus sengketa pengadaan tanah untuk pembangunan Jalan

tol Cengkareng-Batu Ceper-Kunciran yang mempermasalahkan

laporan penilaian yang dilakukan Kantor Jasa Penilai Publik Toto

Suharto.

3. Sumber Data

Berdasarkan sumbernya, peneliti menggunakan data sekunder

dalam penelitian ini.Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil

penelaahan kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau

bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian.12

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum utama dalam penelitian

hukum normatif, yang berupa peraturan perundang-undangan. Dalam

penelitian ini, bahan hukum primer yang digunakan adalah:

1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

101/PMK.01/2014 tentang Penilai Publik;

3) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

56/PMK.01/2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 101/PMK.01/2014 tentang

Penilai Publik;

4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria

b. Bahan Hukum Sekunder

12

Mukti Fajar, Yulianto Achmad,Dualisme Penelitian Hukum-Normatif dan Empiris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) h. 34

Page 22: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

12

Bahan Hukum Sekunder adalah bahan-bahan yang erat berkaitan

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu peneliti menganalisa

dan memahami bahan hukum primer, meliputi:

1) Buku-buku yang membahas tentang Penilai Publik dalam kegiatan

pengadaan tanah

2) Hasil karya ilmiah tentang Penilai Publik dalam kegiatan

pengadaan tanah.

3) Hasil penelitian tentang Penilai Publik.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Library Research

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

pengumpulan melalu studi dokumen yaitu dengan melakukan

penelitian terhadap berbagai sumber bacaan seperti buku-buku yang

berkaitan dengan kegiatan pengadaan tanah oleh negara demi

pembangunan untuk kepentingan umum, peraturan perudang-undangan

yang terkait dengan pengadaan tanah dan penilai public, pendapat para

ahli dan sarjana, jurnal, dan artikel.

b. Field Research

Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan metode

pengumpulan data melalui studi lapangan dengan cara terjun langsung

ke lapangan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pokok

permasalahan seperti mengunjungi Kantor Jasa Penilai Publik Toto

Suharto serta melakukan wawancara dengan Wakil Kepala Kantor Jasa

Penilai Publik Toto Suharto.

5. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Bahan Hukum

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis secara

deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah metode analisa

Page 23: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

13

data yang mengelompokan dan menyeleksi data yang diperoleh dari

berbagai sumber dan peristiwa konkrit yang menjadi objek penelitian,

kemudian dianalisa dengan interpretasi penulis menggunakan bahan

hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan

non-hukum diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa, sehingga

ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis untuk menjawab

permasalahan yang dirumuskan. Cara pengolahan bahan hukum dilakukan

secara deduktif yakni menarik kesimoulan dari suatu permasalahan yang

bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi.Selajutnya

setelah bahan hukum diolah, dilakukan analisis terhadap bahan hukum

dengan melakukan analisis secara kritis dan mendalam mengenai hal-hal

yang ada di dalam peraturan yang berlaku dengan yang ada di lapangan.

6. Teknik Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode

penulisan sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada Buku

Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.

E. Sistematika Pembahasan

Penyusunan skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi

fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017 dan

dibagi dalam 5 pokok pembahasan yang dibagi dalam tiap bab. Berikut adalah

bagian-bagian pembahasan dalam skripsi ini:

BAB I : Bab satu akandibahaslatarbelakangmasalah,identifikasibatasan

danrumusanmasalah,tujuandanmanfaat penelitian, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Bab dua akan dibahas mengenai Kerangka Konseptual seperti

pengertian pengadaan tanah, pengertian penilai, pengertian

penilaian, pengertian laporan penilaian dan pengertian pihak yang

Page 24: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

14

berhak lalu membahas pula Landasan Teoritis yang berupa

kerangkateoritis, dan kajian (review) studi terdahulu.

BAB III : Bab tiga akan dibahas mengenai profil kantor jasa penilai public

yang diteliti, ganti kerugian dalam kegiatan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum, dan peran laporan

penilaian yang dibuat Penilai Publik dalam musyawarah kegiatan

pengadaan tanah.

BAB IV : Bab empat akan dibahas mengenai hasil penelitian dan analisis

tentang tanggung jawab hukum penilai public, sanksi atau

konsekuensi penilai public jika tidak dapat bertanggung jawab,

serta hasil penelitian lapangan atas Kantor Jasa Penilai Publik Toto

Suharto.

BAB V : Bab lima akan membahas mengenai kesimpulan dan saran dari

penulis berdasarkan hasil penelitian.

Page 25: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

15

15

BAB II

TANGGUNG JAWAB HUKUM PENILAI PUBLIK TERHADAP

LAPORAN PENILAIANNYA

A. Kerangka Konseptual

Beberapa pengertian yang dijadikan konseptual dalam skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Pengadaan Tanah

Pengadaan Tanah secara umum adalah kegiatan menyediakan

tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada

pihak yang berhak.13

Pengertian pengadaan tanah menurut Imam

Koeswahyono adalah suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh

pemerintah untuk mendapatkan tanah bagi kepentingan tertentu dengan

cara memberikan ganti kerugian kepada si empunya (baik perorangan atau

badan hukum) tanah menurut tata cara dan besaran nominal tertentu.

Sedangkan menurut Boedi Harsono pengadaan tanah adalah Perbuatan

hukum yang berupa melepaskan hubungan hukum yang semula ada antara

pemegang hak dan tanahnya yang diperlukan, dengan pemberian imbalan

dalam bentuk uang, fasilitas atau lainnya, melalui musyawarah untuk

mencapai kata sepakat antara pemilik tanah dan pihak yang

memerlukannya. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan

menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan

tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

Dalam Undang-Undang sendiri istilah pengadaan tanah

dipergunakan pertama kali di dalam Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun

1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum.

13

Rahayu Subekti, Kebijakan Pemberian Ganti Kerugian Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pembagunan Untuk Kepentingan Umum, Yustisia. Vol. 5 No. 2, 2016, h.381

Page 26: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

16

Di dalam ketentuan Pasal 1 angka 1, Pengadaan Tanah didefinisikan

sebagai berikut:

“Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah

dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang berhak atas tanah

tersebut”.

Pada tahun 2012 pemerintah memberlakukan Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99

Tahun 2014 Atas perubahan kedua Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Di dalam ketentuan Pasal 1

angka 2 Pengadaan Tanah diartikan sebagai berikut:

“Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara

memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak”

Aktivitas pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan secara

teoritik didasarkan pada prinsip/asas tertentu dan terbagi menjadi dua

subsistem:

1) pengadaan tanah oleh pemerintah karena kepentingan umum;

2) pengadaan tanah oleh pemerintah karena bukan kepentingan umum

(komersial).

Pada hakikatnya pengadaan tanah adalah14

perbuatan pemerintah

untuk memperoleh tanah untuk kepentingan umum yang ditempuh

berdasarkan musyawarah untuk mencapai kesepakatan mengenai

pelepasan hak dan ganti rugi sebelum ditempuhnya pencabutan hak.Hasil

dari musyawarah inilah yang kemudian menjadi dasar bagi pembayaran

ganti rugi.

14

Rahayu Subekti, Kebijakan Pemberian Ganti Kerugian Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pembagunan Untuk Kepentingan Umum, Yustisia. Vol. 5 No. 2, 2016, h.382

Page 27: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

17

Di Indonesia terdapat dua jenis pengadaan tanah, pertama

pengadaan tanah untuk kepentingan umum dan yang kedua pengadaan

tanah untuk kepentingan swasta yang meliputi kepentingan komersial dan

bukan komersial. Berikut penjelasan lebih lanjut:

a. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum

Pengertian pengadaan tanah untuk kepentingan umum pertama kali

disebutkan dalam Keppres Nomor 55 Tahun 1993. Berdasarkan Pasal 1

ayat 3 Keppres Nomor 55 Tahun 1993 yang dimaksud dengan

kepentingan umum adalah kepentingan seluruh lapisan masyarakat,

selanjutnya dalam Pasal 5 Keppres Nomor 55 Tahun 1993 dijelaskan

bahwa Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dibatasi untuk

kegiatan pembangunan yang dilakukan Pemerintah dan selanjutnya

dimiliki oleh Pemerintah. Dengan demikian pengertian pengadaan tanah

untuk kepentingan umum menurut Keppres Nomor 55 Tahun 1993

adalah kegiatan pengadaan tanah yang dilakukan untuk melakukan

pembangunan yang ditujukan untuk kepentingan seluruh lapisan

masyarakat.

Menurut John Selimdeho kepentingan umum adalah termasuk

kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama rakyat

dengan memperhatikan segi-segi social, politik, psikologis, dan

hankamnas atas dasar asas-asas pembangunan nasional ketahanan

nasional serta wawasan nusantara. Sedangkan menurut Maria S.W.

Sumardjono, pembicaraan tentang pengadaan tanah untuk kepentingan

umum pada umumnya berkisar pada tiga permasalahan pokok, yakni

batasan/definisi kepntingan umum, mekanisme penaksiran harga tanah

dang anti kerugian, serta tata cara pengadaan tanah yang harus

ditempuh.15

15

Nurus Zaman, Politik Hukum Pengadaan Tanah (Bandung: PT, Refika Aditama, 2016) h. 130

Page 28: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

18

Menurut Adrian Suredi ada tiga prinsip yang dapat dikatakan

bahwa suatu kegiatan benar-benar dilakukan untuk kepentingan umum,

yaitu:16

1) Kegiatan tersebut benar-benar dimiliki oleh pemerintah.

Mengandung batasan bahwa kegiatan kepentingan umum tidak

dimiliki oleh perorangan atau swasta, Dengan kata lain, swasta dan

perorangan tidak dapat memiliki jenis-jenis kegiatan kepentingan

umum yang membutuhkan pembebadan tanah-tanah hak maupun

tanah negara.

2) Kegiatan pembangunan terkait dilakukan oleh pemerintah.

Memberikan batasan bahwa proses pelaksanaan dan pengelolaan

suatu kegiatan untuk kepentingan umum hanya dapat dilakukan oleh

pemerintah.

3) Kegiatan tersebut dilakukan tidak untuk mencari keuntungan.

Fungsi suatu kegiatan untk kepentingan umum sehingga benar-

benar berbeda dengan kepentingan swasta yang bertujuan mencari

keuntungan sehingga berkualifikasi bahwa kegiatan untuk

kepentingan umum sama sekali tidak boleh mencari keuntungan.

b. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Swasta

Berbeda dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang

tidak untuk mencari keuntungan, pengadaan tanah untuk kepentingan

swasta dilakukan murni untuk mencari keuntungan.Pengadaan tanah

untuk kepentingan swasta adalah kegiatan pengadaan tanah yang

dilakukan oleh swasta yang diperuntukan memperoleh keuntungan

semata, sehingga peruntukan dan kemanfaatannya hanya dapat

dirasakan oleh pihak-pihak tertentu yang berkepentungan saja bukan

semua lapisan masyarakat.Sebagai contoh pengadaan tanah untuk

16

Adrian Suredi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) h.45

Page 29: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

19

pembangunan perumahan, hotel, pertokoan, mall dan pembangunan

lainnya yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan pihak tertentu.

2. Kepentingan Umum

Istilah kepentingan umum menjadi titik sentral dari kegiatan

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.Pengertian

kepentingan umum menurut S.W Sumardjono adalah sebagai kepentingan

seluruh lapisan masyarakat, sedangkan mengenai kegiatan pembangunan

yang dilakukan dan selanjutnya dimiliki oleh pemerintah, serta tidak

digunakan untuk mencari keuntungan.17

Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

menjelaskan bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil,

makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintah perlu

menyelenggarakan pembangunan. Salah satu upaya pembangunan dalam

kerangka pembangunan nasional yang diselenggarakan Pemerintah adalah

pembangunan untuk kepentingan umum.

Pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan oleh

Pemerintah dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar

1945, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, karena

Pemerintah mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap

masyarakat, bangsa dan negara. Namun walaupun dilakukan untuk

kepentingan masyarakat banyak, Pemerintah tidak boleh mengabaikan hak

pemilik tanah yang terkena pembangunan.Oleh karena itu pembangunan

untuk kepentingan umum adalah pembangunan yang dilaksanakan oleh

Pemerintah. Pengadaan tanah dilakukan oleh Pemerintah dengan cara

memberikan ganti rugi yang layak dan adil bagi pemilik tanah.18

17

Maria SW Soemardjono, Kebijakan Pertanahan, Antara Regulasi dan Implementasi (Jakarta: Kompas, 2001) h.73

18 HM Arba, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum (Jakarta: Sinar Grafika,

2019) h.22-23

Page 30: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

20

3. Profesi Penilai Publik

Secara umum, Penilai adalah mereka yang memahami dan

menerapkan disiplin ilmu ekonomu khususnya berkaitan dengan

penyiapan dan pelaporan suatu penilaian.Sebagai seorang yang

professional, Penilai harus memenuhi persyaratan pendidikan, pelatihan,

kompetensi dan meningkatkan keterampilan professional secara terus

menerus.Mereka juga harus menunjukan sikap moral yang tinggi dengan

menjunjung Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI), melakukan praktek

penilaian secara professional dengan mengacu kepada Standar Penilaian

Indonesia (SPI).19

Penilai harus memiliki kompetensi didalam melaksanakan

pekerjaan penilaian untuk pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam Kode Etik

Penilai Indonesia (KEPI) dan Standar Penilaian Indonesia (SPI). Dalam

pemenuhan dasar kompetensi tersebut, Penilai secara terus menerus

menjaga dan meningkatkan pengetahuannya melalui program CPD

(Continuing Professional Development) yang diselenggarakan oleh

Asosiasi Profesi Penilai dan lembaga kompeten lainnya yang diakui oleh

Asosiasi Profesi Penilai.

Penilai Publik adalah orang perseorangan yang melakukan

penilaian secara independen dan profesional yang telah mendapat izin

praktik penilaian dari Menteri Keuangan dan telah mendapat lisensi dari

Lembaga Pertanahan untuk menghitung nilai/harga objek pengadaan

tanah.Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

101/PMK.01/2014 disebutkan bahwa Penilai Publik adalah Penilai yang

telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana

diatur dalam Peraturan MenteriKeuangan Republik Indonesia Nomor

101/PMK.01/2014 tersebut.

19

Petunjuk Teknis Penilaian Terhadap Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (SPI 306) butir 1.5

Page 31: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

21

Di Indonesia Profesi Penilai telah dikenal sejak jaman penjajahan,

yang mana profesi tersebut hanya dipahami oleh kalangan terbatas saja,

baik pengguna dan praktisinya. Penilaian jaman kolonial itu dikenal

dengan nama klasiran dan hasil penilaiannya berbentuk kelas-kelas tanah

dan lebih dikonsentrasikan pada penilaian tanah pertanian/sawah/kebun

untuk tujuan perpajakan, yang pada masa penjajahan dikenal dengan Land

Rente, kemudian di zaman Raffles dikenal Land Rent, selanjutnya menjadi

Pajak Hasil Bumi, Ipeda dan terakhir Pajak Bumi dan Bangunan, dan

petugas penilainya dikenal dengan nama Mantri Klasir. Pada masa itu

Profesi Penilai banyak berkiprah di instansi pemerintah, yang tidak hanya

bekerja di bidang perpajakan saja tetapi juga berkiprah di instansi lainnya,

seperti: juru taksir pada Instansi Pegadaian untuk menentukan nilai pasar

properti yang diagunkan di pegadaian, di Instansi Lelang Negara untuk

menentukan nilai lelang properti yang akan dilelang.

4. Penilaian

Pengertian Penilaian secara umum adalah proses pekerjaan penilai

dalam memberikan opini tertulis mengenai nilai ekonomi pada saat

tertentu. Istilah penilaian berasal dari kata nilai.20

Nilai adalah daya tukar

suatu barang atau jasa untuk memperoleh barang atau jasa lain yang

diukur secara kuantitatif dengan jumlah satuan barang atau uang. Menurut

Sulaeman Rahman Nidar, Penilaian adalah suatu prosedur yang sistematik

yang dilaksanakan guna memperoleh jawaban atas pertanyaan klien

tentang nilai suatu property atau objek.21

Istilah nilai sering digunakan

dalam berbagai konteks, sehingga makna yang dihasilkan akan berbeda-

beda. Oleh karena itu, definisi nilai secara rinci akan memudahkan tugas

penilaian. Perubahan dalam mengartikan definisi nilai dapat bepengaruh

besar terhadap nilai.

20

Joni Emirzon, Aspek-Aspek Hukum Perusahaan Jasa Penilai (Jakarta: Gramedia, 2000) h.8

21 Sulaeman Rahman Nidar, Etika Bisnis: Tinjauan Pada Etika Profesi Penilai (Bandung:

Lembaga Penerbit Laboratorium Akuntansi FPEB UPI, 2012) h.7

Page 32: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

22

Dalam Penilaian, nilai yang paling umum digunakan sebagai dasar

acuan suatu penilaian adalah nilai pasar karena nilai pasar merupakan

dasar penilaian.22

Nilai pasar adalah perkiraan jumlah uang yang dapat

diperoleh dari suatu transaksi jual beli atau hasil yang dapat diperoleh dari

pertukaran suatu aset. Dari hasil penilaian yang dilakukan tersebut,

seorang penilai akan menghasilkan suatu perkiraan besar nilai atas objek

yang dinilainya tersebut.

Nilai atas suatu objek dapat berubah dari waktu ke waktu.Nilai atas

suatu objek dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti adanya peraturan

yang mengatur objek tersebut, kondisi perekonomian masyarakat maupun

pengaruh alam. Berikut penjelasan lebih lanjut:

a. Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah

Nilai atas suatu objek akan sangat berpengaruh apabila objek tersebut

apabila ada suatu Undang-Undang atau Peraturan yang mengaturnya.

Seperti nilai suatu ganti rugi tanah yang terkena kegiatan pengadaan

tanah akan berbeda dengan nilai suatu tanah dalam kegiatan jual beli

biasa. Hal ini karena Penilai Publik dalam melakukan penilaiannya

harus selalu mengikuti peraturan perundang-undangan yang

berlaku.Hal ini untuk menghindari kemugkinan melakukan kesalahan

dalam melakukan penilaian.

b. Kondisi Perekonomian Masyarakat

Kondisi perekonomian masyarakat di suatu daerah juga menentukan

nilai atas suatu objek. Nilai atas suatu objek akan relatif lebih tinggi di

daerah dengan kondisi perekonomian masyarakat yang tinggi jika

dibanding dengan nilai atas suatu objek di daerah dengan kondisi

perekonomian masyarakat yang lebih rendah.Hal ini juga penting

diperhatikan Penilai Publik untuk menghindari kesalahan penilaian.

22

Joni Emirzon, Aspek-Aspek Hukum Perusahaan Jasa Penilai (Jakarta: Gramedia, 2000) h.10

Page 33: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

23

c. Kondisi Alam

Kondisi alam sekitar suatu objek juga berperan penting dalam

menentukan besaran nilai objek tersebut. Seperti contoh, tanah yang

berada pada daerah yang cenderung sering terjadinya longsor atau

bencana alam lainnya akan bernilai lebih rendah dibandingkan dengan

tanah yang berada pada daerah yang tidak pernah longsor atau bencana

alam lainnya.23

5. Laporan Penilaian

Laporan Penilaian merupakan suatu dokumen yang mencantumkan

instruksi penugasan, tujuan dan dasar penilaian, dan hasil analisis yang

menghasilkan opini nilai. Suatu laporan penilaian dapat juga menjelaskan

proses analisis yang dilakukan dalam pelaksanaan penilaian, dan

menyatakan informasi penting yang digunakan dalam analisis. Penilaian

untuk keperluan ganti kerugian meliputi:

a. Ganti kerugian fisik (material) tanah dan/atau bangunan dan/atau

tanamandan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.

b. Ganti kerugian non fisik (immaterial) terdiri dari penggantian terhadap

kerugianpelepasan hak dari pemilik tanah yang akan diberikan dalam

bentuk uang(premium), serta kerugian lainnya yang dapat dihitung

meliputi biaya transaksi,bunga (kompensasi masa tunggu), kerugian

sisa tanah, dan jenis kerugian lainnyayang dinyatakan oleh pemberi

tugas dalam surat perjanjian kerja.

Dalam Petunjuk Teknis SPI 306 menyebutkan bahwa dalam suatu laporan

penilaian harus menvantumkan hal-hal sebagai berikut:

a. Status Penilai

Bila tidak ditentukan lain, maka status Penilai dalamkepentingan

penugasan ini adalah Penilai independendan profesional sebagaimana

23

Benny Supriyanto, Appraisal 1 (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1997) h.7-15

Page 34: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

24

yang dimaksud olehperaturan dan ketentuan yang berlaku (UU Nomor

2/2012).Penilai harus mencantumkan statusnya berikut denganKantor

Jasa Penilai Publik atau institusinya.Laporan penilaian ini wajib

mencatumkan tanda tanganPenilai yang bertanggung jawab sesuai

dengan pengaturan dalam Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) dan

Standar Penilaian Indonesia (SPI).Jika Penilai memperoleh bantuan

tenaga ahli dan/atauPenilai lainnya dalam kaitannya penugasan

penilaianuntuk pengadaan tanah sebagaimana diatur oleh Standar

Penilaian Indonesia (SPI),maka sifat bantuan dan sejauh mana

pekerjaandilakukan, disampaikan dalam laporan.

b. Pemberi Tugas dan Pengguna Laporan

Laporan harus ditujukan kepada Pemberi Tugas dalam halini adalah

Lembaga Pertanahan atau pihak terkaitlainnya sesuai Lingkup

Penugasan. Pencantuman namaPemberi Tugas dan Pengguna Laporan

harus jelas dandilengkapi alamatnya.

c. Maksud dan Tujuan Penilaian

Maksud dan Tujuan penilaian harus dinyatakan secarajelas.Tujuan

penilaian adalah alasan Pemberi Tugasmembutuhkan penilaian,

misalnya untuk tujuan pengadaantanah bagi kepentingan

umum.Maksud penilaian adalah memberikan dasar penilaiansesuai

dengan tujuan penilaian dalam hal ini adalah opiniNilai Penggantian

Wajar.Bila tidak dinyatakan lain maka kalimat lengkap yangdapat

dikutip adalah sebagai berikut; ”memberikan opiniNilai Penggantian

Wajar yang akan digunakan untuktujuan pengadaaan tanah bagi

pembangunan untukkepentingan umum”.

d. Objek Penilaian

Penilaian pengadaan tanah dapat dipahami sebagaipenilaian atas objek

properti yang dilihat secara individuatau bidang per bidang.Maka objek

penilaian dimaksuddibuat dalam daftar yang mengidentifikasikan setiap

Page 35: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

25

unit.Apabila mencakup penilaian terpisah untuk objek fisik danobjek

non fisik lainnya, maka penjelasan atas objekdimaksud harus

diidentifikasikan sebagaimana disepakatidan disetujui dengan Pemberi

Tugas.

e. Bentuk Kepemilikan

Kepentingan hak kepemilikan atau penguasaan dariproperti harus

dinyatakan sesuai informasi dari LembagaPertanahan, sebagaimana

yang diatur dalam peraturandan perundangan yang berlaku.

f. Dasar Nilai

Tujuan penilaian akan menentukan dasar nilai yangdigunakan. Dasar

nilai harus dinyatakan dandidefinisikan secara lengkap di dalam laporan

penilaian.

g. Tanggal Penilaian

Tanggal penilaian harus dinyatakan di dalam laporan sebagaimana

dimaksud dalam Lingkup Penugasan danmerupakan tanggal pada saat

nilai diberlakukan,dimana seluruh parameter dan asumsi penilaian

diambilpada tanggal tersebut.Tanggal penilaian untuk kepentingan

pengadaan tanahdidasarkan kepada tanggal penetapanlokasi yang

dilakukan oleh Gubernur atau pihak resmilainnya berdasarkan

ketentuan yang berlaku.Penting bagi Penilai untuk memberikan

pemahamankepada Pemberi Tugas dan Pengguna laporan bahwanilai

properti dapat berubah dalam satuan waktu,sehingga nilai yang berlaku

pada suatu tanggal tertentumungkin tidak berlaku pada tanggal yang

lain.

h. Mata Uang Yang Digunakan

Hasil penilaian yang dinyatakan dalam kegiatan pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum ini harus dalam mata

uangRupiah, sesuai dengan yang disebutkan pada LingkupPenugasan.

Page 36: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

26

i. Investigasi

Investigasi yang dilakukan meliputi inspeksi, penelaahan,penghitungan

dan analisis yang bertujuan untukmenghasilkan kesimpulan penilaian

yang dapatdipercaya.

j. Sifat dan Sumber Informasi Yang Dapat Diandalkan

Seluruh informasi yang digunakan tanpa perludiverifikasi dapat terdiri

dari data yang diberikan olehpemberi tugas yang berhubungan dengan

pengadaantanah.Data dimaksud bersumber dari hasil inventarisasidan

identifikasi oleh pihak Lembaga Pertanahan.

k. Asumsi dan Asumsi Khusus

Asumsi khusus dibuat apabila terdapat ketidak pastianinformasi yang

antara lain berkaitan dengan karakteristikfisik, legal dan ekonomi dari

properti, serta kondisieksternal properti seperti kondisi/tren pasar

atauintegritas data yang digunakan dalam analisis.

l. Pendekatan Penilaian

Pendekatan penilaian yang digunakan dan alasanpemilihannya pada

proses implementasi, harusdiungkapkan secara jelas di dalam laporan

penilaian.

m. Kesimpulan Penilaian

Hasil penilaian dapat disusun per objek penilaian, denganmasing-

masing dicantumkan jumlah nominal dalam matauang

rupiah.Kesimpulan penilaian ditampilkan secara jelas,

mudahdimengerti dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.

n. Persetujuan Publikasi

Apabila terdapat kebutuhan akan pernyataan untukdipublikasikan, hal

ini harus dituangkan oleh Penilai Publik dalam dokumenterpisah yang

dapat merupakan lampiran dari laporanpenilaian (Consent Letter) yang

dibuat.

Page 37: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

27

o. Konfirmasi Bahwa Penilaian Sesuai Kode Etik Penilai Indonesia

(KEPI) dan Standar Penilaian Indonesia (SPI)

Setiap penugasan dan pelaporan penilaian sebagaimana dimaksud oleh

SPI 306 wajib dapat dikonfirmasi bahwa penilaian dimaksud dilakukan

berdasarkan kepada KEPI dan SPI.

p. Deskripsi Uraian Properti

Uraian properti didiskripsikan secara jelas dalammendukung analisis,

opini dan kesimpulan dalam laporan.

q. Tinjauan Pasar

Penilai harus memberikan gambaran mengenai

tingkatpermintaan/penawaran, tren harga dan indikator pasarlainnya

untuk memberikan gambaran pasar dari property yang dinilai.

r. Pernyataan Penilai

Lembar Pernyataan Penilai harus mencantumkan namasemua Penilai

dan tenaga ahli yang terlibat (termasukpenanggung jawab laporan),

nomor izin Penilai Publik(bagi Penilai Publik), nomor keanggotaan

asosiasi (bagisemua tim Penilai), kualifikasi profesional (bagi

tenagaahli) dan jabatan dalam penugasan (termasuk tim darikonsorsium

bila ada).

s. Kondisi dan Syarat Pembatasan

Dalam laporan penilaian harus menyatakan ada batasan dalam

penyampaiankesimpulan penilaian.

t. Nama, Kualifikasi, dan Tanda Tangan Penilai

Lembar Surat Pengantar perlu mencantumkan namapenanggung jawab

laporan, nomor izin Penilai Publik danjabatannya.Lembar surat

pengantar harus ditandatangani olehpenanggung jawab laporan (Penilai

Publik) dan lembarPernyataan Penilai harus ditandatangani oleh

semuaPenilai dan tenaga ahli yang terlibat (termasukpenanggung jawab

Page 38: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

28

laporan), yang merupakan buktipersonal yang mengindikasikan

keaslian penilaian yangdilaksanakan dan bersifat sebagai pernyataan

tanggungjawab atas isi, analisis dan kesimpulan penilaian.

B. Kerangka Teoritis

Teori Hukum yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teori Tanggung Jawab Hukum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab

adalah kewajiban menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa-apa

boleh dituntut, dipersalahkan, dan diperkarakan. Dalam kamus hukum,

tanggung jawab adalah suatu keseharusan bagi seseorang untuk

melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepadanya. Selanjutnya menurut

Titik Triwulan pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, yaitu hal

yang menyebabkan timbulnya hak hukum bagi seorang untuk menuntut

orang lain sekaligus berupa hal yang melahirkan kewajiban hukum orang

lain untuk memberi pertanggungjawabannya. Menurut Amad Sudiro teori

tanggung jawab dibagi menjadi 3 yaitu tanggung jawab berdasarkan

adanya unsure kesalahan, berdasarkan praduga dan mutlak.24

Konsep tanggung jawab hukum berkaitan erat dengan konsep hak

dan kewajiban.Konsep hak merupakan suatu konsep yang menekankan

pada pengertian hak yang berpasangan dengan pengertian

kewajiban. Pendapat yang umum mengatakan bahwa hak pada seseorang

senantiasa berkorelasi dengan kewajiban pada orang lain.25

Sebuah konsep yang berkaitan dengan konsep kewajiban hukum

adalah konsep tanggung jawab (pertanggung jawaban) hukum.Bahwa

seseorang bertanggung jawab secara hukum atas perbuatan tertentu atau

bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, artinya dia bertanggung

24

HM Arba, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum (Jakarta: Sinar Grafika, 2019) h.215

25Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000) h.55

Page 39: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

29

jawab atas suatu sanksi bila perbuatannya bertentangan dengan peraturan

yang berlaku.

Menurut Hans Kelsen dalam teorinya tentang tanggung jawab

hukum menyatakan bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum

atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab

hukum, subjek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi

dalam hal perbuatan yang bertentangan.26

2. Teori Kekuasaan Negara

Konsep Penguasaan Negara berkaitan erat dengan beberapa teori

kekuasaan negara. Diantaranya yaitu teori kekuasaan negara yang

dikemukakan oleh Van Vollenhoven, Negara sebagai organisasi tertinggi

dari bangsa yang diberi kekuasaan untuk mengatur segala-galanya dan

Negara berdasarkan kedudukannya memiliki kewenangan untuk peraturan

hukum. Berdasarkan teori kekuasaan Negara yang dikemungkakan oleh

Van Vollenhoven dan J.J. Rousseau, secara teoritik disimpulkan oleh J.

Ronald Mawuntu bahwa kekuasaan Negara atas sumber daya alam

bersumber dari rakyat yang dikenal dengan hak bangsa. Negara dalam hal

ini dipandang sebagai yang memiliki karakter sebagai suatu lembaga

masyarakat umum, sehingga kepadanya diberikan wewenang atau

kekuasaan untuk mengatur, mengurus dan memelihara (mengawasi)

pemanfaatan seluruh potensi sumber daya alam yang ada dalam

wilayahnya secara intensif.27

Rumusan pengertian dikuasai oleh negara menurut Mohammad

Hatta adalah bahwa dikuasai oleh negara tidak berarti negara sendiri

menjadi pengusaha, usahawan atau ordernemer, lebih tepat dikatakan

bahwa kekuasaan negara terdapat pada membuat peraturan guna

26

Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, (Bandung: PT. Raha Grafindo Persada Bakti, 2006) h. 81

27J. Ronald Mawuntu, Konsep Penguasaan Negara Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 dan

Putusan Mahkamah Konstitusi. Penelitian dalam kumpulan jurnal edisi Vol.XX/No.3/April-Juni/2012., h.15

Page 40: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

30

kelancaran jalan ekonomi, peraturan yang melarang pula penghisapan

orang yang lemah oleh orang yang bermodal.28

3. Teori Negara Hukum

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara

Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan, bahwa “Negara

Indonesia negara hukum”. Negara hukum dimaksud adalah negara yang

menegakan supermasi hukum untuk menegakan kebenaran dan keadilan

dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan Negara Hukum

ialah negara yang berediri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada

warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi terciptanya

kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada

keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia

menjadi warga negara yang baik. Demikian pula peraturan hukum yang

sebenarnya hanya ada jika peraturan hukum itu mencerminkan keadilan

bagi pergaulan hidup antar warga negaranya.29

Menurut Dicey, bahwa berlakunya konsep kesetaraan dihadapan

hukum (equality before the law), di mana semua orang harus tunduk

kepada hukum, dan tidak seorang pun berada di atas hukum (above the

law). Konsep due process of law yang prosedural pada dasarnya didasari

atas konsep hukum tentang keadilan yang fundamental (fundamental

fairness). Perkembangan due process of law yang prossedural merupakan

suatu proses atau prosedur formal yang adil, logis dan layak, yang harus

dijalankan oleh yang berwenang, misalnya dengan kewajiban membawa

surat perintah yang sah, memberikan pemberitahuan yang pantas,

kesempatan yang layak untuk membela diri termasuk memakai tenaga ahli

28

Mohammad Hatta, Penjabaran Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta: Mutiara, 1977) h.28

29Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Sinar

Bakti, 1988) h. 153

Page 41: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

31

seperti pengacara bila diperlukan, menghadirkan saksi-saksi yang cukup,

memberikan ganti rugi yang layak dengan proses negosiasi atau

musyawarah yang pantas, yang harus dilakukan manakala berhadapan

dengan hal-hal yang dapat mengakibatkan pelanggaran terhadap hak-hak

dasar manusia, seperti hak untuk hidup, hak untuk kemerdekaan atau

kebebasan (liberty), hak atas kepemilikan benda, hak mengeluarkan

pendapat, hak untuk beragama, hak untuk bekerja dan mencari

penghidupan yang layak, hak pilih, hak untukberpergian kemana dia suka,

hak atas privasi, hak atas perlakuan yang sama (equal protection) dan hak-

hak fundamental lainnya.30

C. Tinjauan (Review) Kajian) Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penilitian ini, penelitiakan

menyertakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan tinjauan kajian materi

yang akan dibahas yakni:

1. Skripsi dengan judul “Mekanisme Pengadaan Dan Konsinyasi Ganti Rugi

Tanah Oleh Pemerintah Terkait Dengan Pembangunan Jalan Umum

(Studi Kasus Pelebaran Jalan Ciater-Rawa Mekar Jaya)”.31

Penelitian ini

difokuskan kepada mekanisme pemberian ganti rugi terhadap pemilik hak

tanah atas kegiatan pengadaan tanah. Skripsi ini memiliki persamaan

dengan penelitian yang peneliti teliti yaitu membahas tentang pengadaan

tanah.

Terletak perbedaan, karena skripsi tersebut hanya difokuskan kepada

mekanisme pemberian ganti rugi terhadap pemilik hak tanah atas kegiatan

pengadaan tanah.Penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu hanya

berfokus mengenai tanggungjawab hukum Penilai Publik terhadap hasil

30

Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern (Rehctstaat) ,(Refika Aditama: Bandung, 2009) h. 207

31Mohamad Fahmi Burhanudin, Mekanisme Pengadaan Dan Konsinyasi Ganti Rugi Tanah

Oleh Pemerintah Terkait Dengan Pembangunan Jalan Umum (Studi Kasus Pelebaran Jalan Ciater-Rawa Mekar Jaya) http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/30179 (diakses pada 15 November 2019)

Page 42: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

32

penelitiannya dalam pengadaan tanah.Skripsi ini memiliki persamaan

dengan penelitian yang peneliti teliti yaitu tentang pengadaan tanah.

2. Skripsi dengan judul “Mekanisme ganti kerugian dalam pengadaan tanah

berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang pengadaan

tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum (studi Putusan

Pengadilan Negeri Tangerang Nomor 129/Pdt.P/2017/PN.TNG.)”.32

Penelitian ini difokuskan kepada mekanisme pemberian ganti rugi

terhadap pemilik hak tanah atas kegiatan pengadaan tanah menurut

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012. Skripsi ini memiliki persamaan

dengan penelitian yang peneliti teliti yaitu tentang pengadaan tanah.

Terletak perbedaan, karena skripsi tersebut hanya difokuskan kepada

mekanisme pemberian ganti rugi terhadap pemilik hak tanah atas kegiatan

pengadaan tanah menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012.

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu lebih berfokus

mengenai tanggungjawab hukum Penilai Publik terhadap hasil

penelitiannya dalam pengadaan tanah.

3. Jurnal yang yang berjudul “Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012”.33

Penelitian ini

difokuskan kepada bagaimana Pengaturan Pemerintah dalam hal

melaksanakan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012.Jurnal ini memiliki

persamaan dengan penelitian yang peneliti teliti yaitu tentang pengadaan

tanah.

32

Nadia Luthfiyah, Mekanisme ganti kerugian dalam pengadaan tanah berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum (studi Putusan Pengadilan Negeri Tangerang Nomor 129/Pdt.P/2017/PN.TNG.)http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/44179 (diakses pada 15 november 2019)

33Ivan Dotulong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Ditinjau DariI UU No. 2

Tahun 2012. Lex Crimen Vol. V, No. 3, 2016

Page 43: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

33

Page 44: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

34

BAB III

PERAN LAPORAN PENILAI PUBLIK DALAM MUSYAWARAH GANTI

RUGI PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK

KEPENTINGAN UMUM

A. Profile Kantor Jasa Penilai Pub;ik Toto Suharto dan Rekan

Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto dan Rekan merupakan Kantor

Jasa Penilai Publik yang memiliki sejarah panjang dalam memberikan jasa

penilaian.Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto dan Rekan (TnR) awalnya

adalah PT Actual Kencana Appraisal (AKA) yang telah aktif dalam usaha

penilaian sejak Tahun 1984. Pada tahun 2007PT Actual Kencana

Appraisal(AKA) berubah menjadi Usaha Jasa Penilai Toto Suharto dan Rekan

mengikuti Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur tentang jasa penilai

publik di Indonesia. Toto Suharto dan Rekan ditetapkan sebagai Kantor Jasa

Penilai Publik resmi berdasarkan Surat Ijin Usaha Kantor Jasa Penilai Publik

(SIUKJPP) Nomor 2.09.0055 yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 1009/KM.1/2009 Tanggal 28 Juli 2009. Kantor Jasa Penilai

Publik Toto Suharto dan Rekan saat ini memiliki karyawan lebih dari 150

orang atau sekitar 400 orang termasuk cabang dan perwakilan, dan termasuk

diantaranya adalah sekitar di atas 70 orang penilai dari berbagai macam

disiplin ilmu, yang memastikan bahwa Kantor Jasa Penilai Publik Toto

Suharto dan Rekan (TnR) mampu dan siap melaksanakan pekerjaannya sesuai

dengan ruang lingkup yang disepakati secara profesional.

Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto dan Rekan memberikan dua

jenis jasa di bidang penilaian properti, yaitu penilaian property sederhana dan

penilaian properti. Bidang jasa penilaian properti sederhana yang diberikan

Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto dan Rekan meliputi penilaian-

penilaian seperti:

1. Tanah kosong untuk permukiman paling luas 5.000 (lima ribu) meter

persegi yang diperuntukkan untuk 1 (satu) unit rumah tinggal

Page 45: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

35

2. 1 (satu) unit apartemen, rumah tinggal, rumah toko, rumah kantor, atau

kios

3. Peralatan dan perlengkapan bangunan yang merupakan bagian yang terikat

pada apartemen, rumah tinggal, rumah toko, rumah kantor, atau kios

4. 1 (satu) unit mesin individual yang digunakan pada rumah tinggal, rumah

toko, atau rumah kantor, termasuk pembangkit tenaga listrik (genset) dan

pompa air

5. 1 (satu) unit alat transportasi dengan klasifikasi mobil penumpang, mobil

beban, dan sepeda motor, yang bukan merupakan suatu armada angkutan

Selain itu Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto dan Rekan juga

memberikan jasa penilaian property. Bidang jasa penilaian properti yang

diberikan Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto dan Rekan meliputi

penilaian-penilaian seperti:

1. Tanah dan bangunan beserta kelengkapannya, serta pengembangan lainnya

atas tanah

2. Mesin dan peralatan termasuk instalasinya yang dirangkai dalam satu

kesatuan dan/atau berdiri sendiri yang digunakan dalam proses produksi

3. Alat transportasi, alat berat, alat komunikasi, alat kesehatan, alat

laboratorium dan utilitas, peralatan dan perabotan kantor, dan peralatan

militer

4. Perangkat telekomunikasi termasuk peralatan pemancar dan penerima

jaringan, satelit, dan stasiun bumi

5. Pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan

6. Pertambangan34

Dalam hal kegiatan pengadaan tanah demi pembangunan demi

kepentingan umum, Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto dan Rekan sering

dipercaya oleh Pemerintah untuk melakukan penilaian ganti rugi atas tanah

masyarakat yang terkena kegiatan tersebut.Kantor Jasa Penilai Publik Toto

34

Toto Suharto dan Rekan, Jasa dan Layanan https://www.tnr.co.id/ (diakses pada 20 September 2019)

Page 46: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

36

Suharto dan Rekan dalam melakukan penilaiannya selalu mengedapankan

asas-asas pengadaan tanah serta menjadikan Petunjuk Teknis Standar

Penilaian Indonesia 306 serta Kode Etik Penilai Indonsesia sebagai

pedoman.Seringkali selama melakukan penilaian dan setelah melakukan

penilaian, terdapat konflik antar pihak mengenai besaran ganti rugi yang akan

dibayarkan.

B. Ganti Kerugian Dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Demi

Kepentingan Umum

Hak menguasai negara atas tanah tujuannya semata-mata untuk untuk

kemakmuran rakyat, ini menunjukkan secara ekplisit bahwa dalam tanah itu

melekat pula nilai fungsi sosialnya. Tujuan semata-mata untuk kemakmuran

rakyat sekaligus menunjukkan bahwa tidak dibenarkan terjadi monopoli

kepemilikan dan penguasaan tanah yang dilakukan baik perseorangan maupun

kelompok selain negara. Aturan normative tanah mempunyai fungsi social

hakikatnya berawal dan bersumber dari rumusan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

yang kemudian ditindaklanjuti melalui ketentuan Pasal 6 Undang-Undang

No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Ketentuan

dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria tersebut memberi pemahaman bahwa tanah tidak hanya dapat

dinikmati oleh segelintir orang maupun kelompok, termasuk kepemilikan

dan/atau penguasaan tanah itu tidak boleh melampaui garis peruntukkannya.35

Hal ini berkaitan dengan asas-asas Hukum Tanah Nasional. Dalam

penjelasan umum Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria menyebutkan salah satu asas Hukum Tanah Nasional

adalah asas semua hak atas tanah memiliki fungsi social. Asas ini menjelaskan

bahwa tidaklah dapat dibenarkan bahwa tanahnya itu digunakan semata-mata

untuk kepentingan pribadinya, apalagi kalau hal itu merugikan

35

B.F. Sihombing, Evolusi Kebijakan Pertanahan Dalam Hukum Tanah Indonesia (Jakarta: Gunung Agung, 2004) h.305

Page 47: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

37

masyarakat.Penggunaan tanah itu harus disesuaikan dengan sifat, tujuan, dan

keadaanya hingga bermanfaat baik kesejahteraan dan kebahagiaan bagi yang

mempunyainya maupun bagi masyarakat dan negara.Oleh karena itu pemilik

hak atas tanah wajib memberikan hak atas tanahnya kepada negara bila

tanahnya tersebut dapat memberikan manfaat atau kesejahteraan bagi

masyarakat dan negara.

Menurut Dr. Nurus Zaman, SH., MH, prinsip tanah memiliki fungsi

social adalah sebagai batasan kepemilikan. Seseorang tidak dibenarkan

mempergunakan atau tidak mempergunakan hak milikinya (atas tanah) semata

hanya untuk kepentingan pribadinyam apalagi jika hal itu dapat merugikan

masyarakat karena sesuai dengan asas fungsi social ini hak milik dapat hapus

jika kepentingan umum menghendakinya. Berdasarkan ketentuan Pasal 7

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria: untuk tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan dan

penguasaan tanah yang melampaui batas tidak diperkenankan. Selanjutnya,

Pasal 17 menyatakan: dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 2 ayat (3)

diatur luas maksimum dan/atau minimum tanah yang boleh dipunyai dengan

sesuatu hak tersebut dalam Pasal 16 oleh satu keluarga atau badan hukum.

Pasal 18: untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara

serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut,

dengan memberi gantu kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur

dengan undang-undang.36

Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dalam hal kegiatan

pengadaan tanah, para pemilik hak atas tanah wajib melepaskan tanahnya

apabila negara memerlukan tanah mereka untuk melakukan kegiatan

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Pasal 5

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 menyebutkan bahwa:

36

Nurus Zaman, Politik Hukum Pengadaan Tanah (Bandung: PT, Refika Aditama, 2016) h. 148

Page 48: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

38

“Pihak yang Berhak wajib melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan

Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum setelah pemberian Ganti

Kerugian atau berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap.”

Namun walaupun para pemilik hak yang terkena kegiatan pengadaan

tanah wajib melepaskan hak tanahnya, akan tetapi para pemilik tanah berhak

mendapatkan ganti rugi atas pelepasan hak atas tanahnya. Menurut Soedharyo

Soeimin, pengadaan tanah adalah suatu kegiatan melepaskan hubungan

hukum semula yang terdapat di antara pemegang hak atas tanah dengan cara

pemberian ganti rugi.37

Hal ini sesuai denganPasal 9 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012 yaitu:

“Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum dilaksanakan dengan

pemberian Ganti Kerugian yang layak dan adil.”

Berdasarkan Pasal tersebut, setiap pemilik hak atas tanah yang terkena

kegiatan pengadaan tanah, wajib diberikan ganti rugi yang layak dan adil.

Menurut A.P Parlindungan, ganti rugi yang diberikan dalam kegiatan

pengadaan tanah haruslah layak dan sesuai dengan peraturan undang-

undang.38

Hal tersebut harus dilakkan agar tidak timbulnya keresahan dalam

masyarakat yang tanahnya terkena kegiatan pengadaan tanah yang takut akan

dirugikan secara moril dan materiil.39

Oleh karena itu untuk menghindari

keresahan masyarakat akan dirugikan dengan adanya kegiatan pengadaan

tanah tersebut penggantian ganti rugi harus memperhatikan asas-asas

pengadaan tanah agar tidak terjadinya juga sengketa antara para pihak yang

terkait. Asas-asas pengadaan tanah tersebut menurut penjelasan atas Pasal 2

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umumyaitu:

37

Soedharyo Soimin, Status Hak dan Pembebasan Tanah (Jakarta: Sinar Grafika, 2001) h. 76

38 A.P Parlindungan, Tanya Jawab Hukum Agraria dan Pertanahan (Bandung: Mandar

Maju, 2003) h.21 39

Nurus Zaman, Politik Hukum Pengadaan Tanah (Bandung: PT, Refika Aditama, 2016) h. 133

Page 49: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

39

1. Asas Kemanusiaan

Yang dimaksud dengan “asas kemanusiaan” adalah Pengadaan Tanah

harus memberikan pelindungan serta penghormatan terhadap hak asasi

manusia, harkat, dan martabat setiap warga negara dan penduduk

Indonesia secara proporsional.

2. Asas Keadilan

Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah memberikan jaminan

penggantian yang layak kepada Pihak yang Berhak dalam proses

Pengadaan Tanah sehingga mendapatkan kesempatan untuk dapat

melangsungkan kehidupan yang lebih baik.

3. Asas Kemanfaatan

Yang dimaksud dengan “asas kemanfaatan” adalah hasil Pengadaan

Tanah mampu memberikan manfaat secara luas bagi kepentingan

masyarakat, bangsa, dan negara.

4. Asas Kepastian

Yang dimaksud dengan “asas kepastian” adalah memberikan kepastian

hukum tersedianya tanah dalam proses Pengadaan Tanah untuk

pembangunan dan memberikan jaminan kepada Pihak yang Berhak untuk

mendapatkan Ganti Kerugian yang layak.

5. Asas Keterbukaan

Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah bahwa Pengadaan

Tanah untuk pembangunan dilaksanakan dengan memberikan akses

kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan

Pengadaan Tanah.

6. Asas Kesepakatan

Yang dimaksud dengan “asas kesepakatan” adalah bahwa proses

Pengadaan Tanah dilakukan dengan musyawarah para pihak tanpa unsur

paksaan untuk mendapatkan kesepakatan bersama.

7. Asas Keikutsertaan

Yang dimaksud dengan “asas keikutsertaan” adalah dukungan dalam

penyelenggaraan Pengadaan Tanah melalui partisipasi masyarakat, baik

Page 50: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

40

secara langsung maupun tidak langsung, sejak perencanaan sampai

dengan kegiatan pembangunan.

8. Asas Kesejahteraan

Yang dimaksud dengan “asas kesejahteraan” adalah bahwa Pengadaan

Tanah untuk pembangunan dapat memberikan nilai tambah bagi

kelangsungan kehidupan Pihak yang Berhak dan masyarakat secara luas.

9. Asas Keberlanjutan

Yang dimaksud dengan “asas keberlanjutan” adalah kegiatan

pembangunan dapat berlangsung secara terus-menerus,

berkesinambungan, untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

10. Asas Keselarasan

Yang dimaksud dengan “asas keselarasan” adalah bahwa Pengadaan

Tanah untuk pembangunan dapat seimbang dan sejalan dengan

kepentingan masyarakat dan negara.40

Berdasarkan asas-asas di atas, pemberian ganti rugi haruslah adil bagi

semua pihak yang terkait.Dalam melakukan pengadaan tanah, walaupun

dilakukan demi kepentingan umum tetap tidak boleh merugikan salah satu

pihak, baik itu pemilik hak atas tanah maupun pihak lainnya.Pemilik hak atas

tanah yang tekena kegiatan pengadaan tanah wajib mendapat ganti rugi atas

tanahnya dan mereka dapat memilih bentuk pemberian ganti kerugianatas

tanahnya. Dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umummengatakan

bahwa:

“Pemberian Ganti Kerugian dapat diberikan dalam bentuk:

a. uang;

b. tanah pengganti;

c. permukiman kembali;

d. kepemilikan saham; atau

e. bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.”

40

Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Page 51: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

41

Pihak yang berhak adalah pihak yang memiliki kepemilikan hak atas

tanah yang menjadi objek pengadaan tanah. Kepemilikan atas tanah dimaksud

adalah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, atau

lebih dikenal dengan sebutan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) yaitu

hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak-hak lain yang tidak

termasuk dalam hak-hak tersebut di atas seperti girik atau kekitir atau petuk

dan sejenisnya serta akta jual beli tanah yang belum diproses balik nama atas

nama yang bersangkutan. Penentuan bentuk ganti kerugian tersebut dilakukan

oleh Pemilik Tanah dalam musyawarah pengadaan tanah.Setelah Pemilik

Tanah menentukan bentuk ganti rugi yang ingin diterima, Penilai Publik

melakukan penilaian atas tanah dan aset milik para Pemilik Tanah.

Penilai Publik dalam melakukan penilaian ganti ruginya wajib

menggunakan Petunjuk Teknis Standar Penilaian Indonesia (SPI) 306 serta

mengikuti peraturan-peraturan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

101/PMK.01/2014 tentang Penilai Publik sebagai acuan. Selain itu untuk

menghindari kerancuan data, Penilai harus melakukan investigasi atas data

yang dimiliki.Penilai harus mempertimbangkan apakah informasi yang

diperoleh dapatdipercaya atau diandalkan, tanpa mempengaruhi kredibilitas

hasil penilaian.Apabila setelah dilakukan Investigasi ternyata dijumpai hal-hal

yang tidak sesuaidengan apa yang diatur dalam Lingkup Penugasan yang telah

disepakati; sepertidata dari pemberi tugas maupun pihak lain tidak sesuai atau

tidak memadai yangakan mengakibatkan hasil penilaian tidak dapat diyakini

dan dipercaya (credible),maka Lingkup Penugasan harus disesuaikan dan

didiskusikan kepada pemberitugas. Perubahan atau penyesuaian terhadap

adanya perbedaan data daninformasi, harus dinyatakan dalam berita acara

yang disetujui oleh pemberi tugas.Hal-hal yang perlu dipertimbangkan Penilai

dalam mereview data dan informasi yang ada, seperti:

Page 52: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

42

1. Materialitas informasi terhadap kesimpulan nilai;

2. Kompetensi dari pihak ketiga;

3. Indepedensi pihak ketiga terhadap objek penilaian atau pengguna

penilaian;

4. Sejauh mana informasi tersebut termasuk ke domain publik.

Karena pentingnya menggunakan data yang dapat diyakini dan

dipercaya, Penilai Publik harus menggunakan data yang bersumber dari pihak

yang dipercaya. Hal ini dijelaskan dalam Petunjuk Teknis Standar Penilaian

Indonesia (SPI) 306 yang menyebutkan bahwa data dan informasi lain yang

dianggap dapat dipercayadalam mendukung pelaksanaan penilaian dapat

bersumber dari:

1. Pemerintah Daerah sebagai instansi rujukan data daninformasi terkait

dengan peraturan daerah

2. Lembaga Pertanahan sebagai instansi pemberi tugasdan pengguna laporan

sebagai sumber rujukan data,informasi dan hal-hal terkait kepada

pertanahan

3. Bank Indonesia sebagai rujukan kurs bila ada

4. Badan Pusat Statistik (BPS)

5. Bank Pemerintah sebagai sumber suku bunga masatunggu

Setelah yakin bahwa sumber data yang digunakan dapat diyakini dan

dipercaya, Penilai Publik melakukan perhitungan besar ganti rugi yang akan

dibayarkan kepada tiap pemilik tanah yang tanahnya terkena pengadaan

tanah. Penilai Publik selain menilai besaran ganti rugi fisik yang dialami

pemilik tanah, juga wajib menilai ganti rugi non-fisik yang dialami para

pemilik tanah yang merupakan efek dari terenggutnya tanah milik mereka

karena kegiatan pengadaan tanah tersebut. Dalam Petunjuk Teknis Standar

Penilaian Indonesia (SPI) 306 disebutkan bahwa kerugian non-fisik dapat

meliputiadanya potensi kehilangan pekerjaan atau kehilangan bisnis termasuk

alih profesi, kerugian emosional, biaya transaksi, dan kompensasi masa

tunggu (bunga).

Page 53: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

43

Dalam Petunjuk Teknis SPI 306 Butir 4.2.2 yang termasuk objek kerugian

fisik meliputi:

1. Tanah; dengan peruntukan seperti pertanian, permukiman, industri atau

komersial

2. Ruang atas tanah dan bawah tanah; (lihat Hak Guna Ruang Atas Tanah

meliputi hak atas permukaan bumi tempat pondasi bangunan dan hak

untuk menguasai ruang udara seluas bangunan tersebut serta hak

kepemilikan bangunan, dan Hak Guna Ruang Bawah Tanah meliputi hak

atas permukaan bumi yang merupakan pintu masuk/keluar tubuh bumi dan

hak membangun dan memakai ruang dalam tubuh bumi, serta hak milik

atas bangunan yang berbentuk ruang dalam tubuh bumi)

3. Bangunan; dapat terdiri bangunan residensial, industri, komersil

4. Tanaman; dapat terdiri dari tanaman semusim, hortikultura atau tanamanm

keras/tahunan

5. Benda yang berkaitan dengan tanah; seperti utilitas dan sarana pelengkap

bangunan.

Selanjutnya dalamPetunjuk Teknis SPI 306 Butir 4.2.3 menyebutkan yang

termasuk objek kerugian non-fisik meliputi:

1. Penggantian terhadap kerugian pelepasan hak dari pemilik tanah yang

akan diberikan premium serta diukur dalam bentuk uang berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penggantian ini

dapat meliputi hal-hal yang berkaitan dengan :

a. adanya potensi kehilangan pekerjaan atau kehilangan bisnis termasuk alih

profesi.

b. kerugian emosional (solatium), merupakan kerugian tidak berwujud yang

dikaitkan dengan pengambilalihan tanah yang digunakan sebagai tempat

tinggal dari pemilik.

c. hal-hal yang belum diatur pada butir a dan b di atas seharusnya ditentukan

berdasarkan kesepakatan para pihak yang terkait.

Page 54: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

44

2. Biaya transaksi, dapat meliputi biaya pindah dan pajak sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Kompensasi masa tunggu (bunga), yaitu sejumlah dana yang

diperhitungkan sebagai pengganti adanya perbedaan waktu antara tanggal

penilaian dengan perkiraan tanggal pembayaran ganti kerugian.

4. Kerugian sisa tanah, adalah turunnya nilai tanah akibat pengambilan

sebagian bidang tanah. Dalam hal sisa tanah tidak lagi dapat difungsikan

sesuai dengan peruntukannya, maka dapat diperhitungkan penggantian

atas keseluruhan bidang tanahnya.

5. Kerusakan fisik lain, misalnya bagian bangunan yang terpotong akibat

pengadaan tanah sehingga membutuhkan biaya perbaikan agar dapat

berfungsi sebagaimana mestinya.

Setelah mendapatkan besaran ganti rugi yang harus dibayarkan kepada

para pemilik tanah, Penilai Publik harus membuat laporan penilaian.Laporan

penilaian merupakan suatu dokumen yang mencantumkan instruksipenugasan,

tujuan dan dasar penilaian, dan hasil analisis yang menghasilkan opininilai.

Suatu laporan penilaian dapat juga menjelaskan proses analisis yang

dilakukandalam pelaksanaan penilaian, dan menyatakan informasi penting

yang digunakandalam analisis.41

Jadi besaran ganti rugi atas tanah para

pemilik hak atas tanah yang akan diberikan, hasil analisis yang menghasilkan

opini tentang besaran ganti rugi atas objek-objek penilaian tersebut, serta

detail besaran harga aset yang dinilai semuanya tercantum dalam laporan

penilaian tersebut. Penilai Publik wajib untuk menilai semua objek yang

berada diatas tanah tanah para pemilik hak atas tanah sesuai dengan yang

tercantum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 101/PMK.01/2014 tentang Penilai

Publik untuk menghindari kemungkinan melakukan kesalahan dalam

melakukan penilaian tersebut.

41

Petunjuk Teknis Penilaian Terhadap Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (SPI 306) butir 2.2

Page 55: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

45

C. Peran Laporan Penilaian Penilai Publik Dalam Musyawarah Kegiatan

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Dalam kegiatan pengadaan tanah wajib adanya suatu musyawarah

penetapan ganti kerugian antara pemerintah dengan warga pemilik hak atas

tanah.Musyawarah ini dimaksudkan untuk menemukan titik temu antara

kedua belah pihak yang memiliki kepentingan masing-masing yang berbeda.

Di satu pihak, pemerintah ingin mendapatkan tanah dengan harga yang wajar,

di lain pihak para warga pemilik hak atas tanah ingin tanahnya untuk diganti

dengan harga yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu musyawarah sangatlah

penting untuk diadakan dalam kegiatan pengadaan tanah agar dapat

menghindari sengketa-sengketa yang mungkin terjadi antara para pihak yang

terkait. Hal ini diatur dalam Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 mengatakan bahwa:

“Lembaga Pertanahan melakukan musyawarah dengan Pihak yang Berhak

dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak hasil penilaian dari

Penilai disampaikan kepada Lembaga Pertanahan untuk menetapkan bentuk

dan/atau besarnya Ganti Kerugian berdasarkan hasil penilaian Ganti

Kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34”

Pasal tersebut sesuai dengan asas keadilan dalam kegiatan pengadaan

pengadaan tanah. Dalam melakukan pengadaan tanah pemerintah harus dapat

memberikan jaminan penggantian yang layak kepada Pihak yang Berhak

dalam proses Pengadaan Tanah sehingga mendapatkan kesempatan untuk

dapat melangsungkan kehidupan yang lebih baik. Tidak diperbolehkan suatu

pengadaan tanah yang merugikan baik pihak yang memiliki hak atas tanah

maupun pihak lainnya.

Seperti yang peneliti tulis sebelumnya, jika Penilai Publik sudah

mendapatkan besaran ganti rugi yang harus dibayarkan maka Penilai Publik

wajib untuk membuat laporan penilaian atas penilaian yang telah dilakukan.

Laporan Penilaian inilah yang akan menjadi acuan bagi Lembaga Pertanahan

Page 56: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

46

dan Pemerintah memberikan ganti rugi dalam kegiatan pengadaan tanah demi

pembangunan untuk kepentingan umum. Oleh karena itu dalam musyawarah

penetapan ganti kerugian dalam kegiatan pengadaan tanah tersebut, yang

menjadi dasar musyawarah adalah hasil laporan penilaian yang dilakukan oleh

Penilai Publik. Hal ini diatur dalamPasal 34 ayat (3) Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum yang menyatakan:

“Nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil penilaian Penilai sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar musyawarah penetapan Ganti

Kerugian.”

Pasal di atas menjelaskan bahwa setelah hasil penilaian atas tanah yang

dilakukan Penilai Publik diserahkan kepada Lembaga Pertanahan, hasil

penilaian tersebut akan dijadikan sebagai dasar musyawarah ganti rugi yang

dilakukan antara Lembaga Pertanahan dengan Pemilik hak atas tanah. Akurat

atau tidaknya besar ganti rugi atas objek-objek yang dimiliki oleh pemilik hak

atas tanah akan menentukan lancar atau tidaknya suatu proses pengadaan

tanah tersebut. Besarnya ganti rugi yang dinilai oleh Penilai Publik haruslah

adil bagi semua pihak yang terkait.Disinilah letak fungsi daripada menjamin

data-data yang digunakan untuk melakukan penilaian, data-data tersebut

haruslah merupakan data yang dapat diyakini dan dapat dipercaya untuk

menghindari kesalahan penilaian yang dilakukan. Selain itu, penilaian ganti

rugi atas kerugian non-fisik daripada para pemilik tanah dilakukan dengan

harapan akan meringankan beban emosional atas terenggutnya rumah mereka

yang mereka tinggali karena kegiatan pengadaan tanah ini. Hal ini tentunya

dilakukan agar hasil penilaian akhir dapat memuaskan para pihak yang terkait

tanpa merugikan salah satu pihak dan diharapkan agar tidak timbulnya

sengketa antara para pihak.

Dijadikannya laporan penilaian tersebut sebagai dasar daripada

musyawarah pengadaan tanah membuat laporan penilaian memiliki peran

yang sangat penting bagi kelancaran dan kesuksesan dari suatu kegiatan

Page 57: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

47

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Hasil penilaian

yang baik, akurat dan adil akan membuat kemungkinan sengketa yang terjadi

antara para pihak yang terkait menjadi kecil. Jika para pihak merasa puas akan

penilaian ganti rugi yang dilakukan Penilai Publik tersebut, maka kegiatan

pengadaan tanah dapat segera dijalankan tanpa memakan waktu yang lebih

lama dan biaya yang lebih mahal yang disebabkan jika adanya sengketa atas

laporan penilaian tersebut. Oleh karena itu, Penilai Publik selalu dituntut

untuk menjunjung tinggi asas-asas pengadaan tanah dan mengikuti aturan-

aturan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan selama melakukan

penilaiannya.

Page 58: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

48

BAB IV

TANGGUNG JAWAB HUKUMKANTOR JASA PENILAI PUBLIK TOTO

SUHARTO DALAM MELAKUKAN PENILAIANNYA DALAM

KEGIATAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK

KEPENTINGAN UMUM

A. Tanggung Jawab Hukum Penilai Publik Menurut Hukum Positif

Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara

mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya tersebut. Implikasi hukum dari tanggungjawab negara dalam

mewujudkan perlindungan hukum bagi masyarakat bahwa pada dasarnya

segala bentuk perbuatan dari Pemerintah harus sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.Dengan adanya hukum dapat menghindari

perbuatan Pemerintah untuk memanfaatkan kekuasaanya secara sewenang-

wenang. Apabila perbuatan Pemerintah dapat dipertanggungjawabkan secara

hukum, hal tersebut akan berimplikasi terjaminnya perlindungan hukum bagi

smasyarakat. Aparat pemerintah yang bertindak sudah sesuai dengan hukum,

maka akan memberikan ketenangan bagi warga masyarakat pada umumnya.42

Hal di atasdapat dikaitkan dengan Penilai Publik dalam melakukan

penilaiannya dalam kegiatan pengadaan untuk pembangunan demi

kepentingan umum.Penilai Publik merupakan pihak yang ditunjuk oleh

Pemerintah yang memegang peranan penting dalam memastikan berhasil atau

tidaknya suatu kegiatan pengadaan tanah. Apabila perbuatan Penilai Publik

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, hal tersebut akan berimplikasi

terjaminnya perlindungan hukum serta memberikan ketenangan bagi

masyarakat pemilik hak atas tanah dalam hal kegiatan ganti kerugian dalam

pengadaan tanah. Sebaliknya jika hukum tidak mengatur pertanggung jawaban

Penilai Publik, maka hal tersebut akan membuat masyarakat resah.

42

Nurus Zaman, Politik Hukum Pengadaan Tanah (Bandung: PT, Refika Aditama, 2016) h. 194

Page 59: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

49

Tanggung jawab sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) tanggung jawab adalah kewajiban menanggung segala sesuatunya

bila terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, dan diperkarakan. Dalam

kamus hukum, tanggung jawab adalah suatu keseharusan bagi seseorang

untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepadanya.43

Konsep

tanggung jawab hukum sendiri dijelaskan oleh Hans Kelsen yang

menyebutkan bahwa sebuah konsep yang berkaitan dengan konsep kewajiban

hukum adalah konsep tanggung jawab (pertanggung jawaban) hukum.Bahwa

seseorang bertanggung jawab secara hukum atas perbuatan tertentu atau

bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, artinya dia bertanggung jawab

atas suatu sanksi bila perbuatannya bertentangan dengan peraturan yang

berlaku.44

Oleh karena itu Penilai Publik dituntut untuk melakukan proses

penilaiannya secara teliti dan menyeluruh, artinya Penilai harus menilai

dengan menggunakan peraturan atau Undang-Undang yang ada sebagai acuan

atau dasar penilaiannya.

Untuk menghindari kesalahan besaran ganti rugi yang dinilai, Penilai

Publik harus melakukan investigasi terhadap data yang digunakan sebagai

dasar penilaian. Dalam Petunjuk Teknis Standar Penilaian Indonesia (SPI)

306 disebutkan bahwa investigasi yang dilakukan harus didasarkan kepada

tujuan penilaian sesuai dengan Lingkup Penugasan yang diatur dalam

perjanjian tugas dan sesuaidengan Dasar Nilai yang akan dilaporkan.Apabila

setelah dilakukan Investigasi ternyata dijumpai hal-hal yang tidak

sesuaidengan apa yang diatur dalam Lingkup Penugasan yang telah

disepakati; sepertidata dari pemberi tugas maupun pihak lain tidak sesuai atau

tidak memadai yangakan mengakibatkan hasil penilaian tidak dapat diyakini

dan dipercaya (credible),maka Lingkup Penugasan harus disesuaikan dan

didiskusikan kepada pemberitugas.Penilai harus mempertimbangkan apakah

informasi yang diperoleh dapatdipercaya atau diandalkan, tanpa

43

Andi Hamzah, Kamus Hukum(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005) 44

Hans Kalsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara (Bandung: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) h. 95

Page 60: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

50

mempengaruhi kredibilitas hasil penilaian.Pertimbangan tersebut dapat

dilakukan dengan melakukan review, jika memilikikeraguan atas kredibilitas

atau keandalannya, maka informasi tersebut agar tidakdigunakan.

Setelah Penilai merasa bahwa penilaiannya tersebut sudah benar dan

sesuai dengan peraturan yang ada, laporan hasil penilaian diserahkan kepada

Lembaga Pertanahan. Selanjutnya, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 laporan penilaian yang diberikan oleh Penilai Publik kepada

Lembaga Pertanahan akan dijadikan sebagai dasar objek musyawarah ganti

rugi yang dilakukan antara Lembaga Pertanahan dengan Pemilik hak atas

tanah. Akurat atau tidaknya besar ganti rugi atas objek-objek yang dimiliki

oleh pemilik hak atas tanah akan menentukan lancar atau tidaknya suatu

proses pengadaan tanah tersebut. Besarnya ganti rugi yang dinilai oleh Penilai

Publik haruslah adil bagi semua pihak yang terkait.Hanya karena Pemerintah

merupakan pemberi tugas daripada Penilai Publik untuk melakukan penilaian

bukan berarti Penilai Publik lebih mementingkan kepentingan-kepentingan

Pemerintah saja.Penilai Publik dalam melakukan penilaiannya tetap harus

mempertimbangkan hak-hak serta kepentingan pemilik hak atas tanah yang

tanahnya mereka nilai.45

Pentingnya laporan hasil penilaian yang dibuat oleh Penilai Publik bagi

kesuksesan daripada kegiatan pengadaan tanah ini membuat Pemerintah

menuntut Penilai Publik untuk selalu dapat mempertanggungjawabkan laporan

penilaiannya. Hal ini dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembagunan Untuk Kepentingan Umum serta

dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

101/PMK.01/2014. Berikut penjelasan lebih lanjut:

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

45

Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak-Hak tas Tanah, Pembebasan Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum di Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995) h. 51

Page 61: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

51

Pada tahun 2012 dibuat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

yang menjelaskan secara detail terkait kegiatan pengadaan tanah. Dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 disebutkan bahwa dalam hal

melakukan penilaian ganti rugi atas tanah masyarakat yang terkena

kegiatan pengadaan tanah, Pemerintah dalam hal ini menunjuk Penilai

untuk melakukan penilaian ganti rugi tersebut. Penilai yang dimaksud

dalam hal ini dijelaskan dalam Pasal 31 ayat (11) yang berbunyi:

“Penilai Pertanahan, yang selanjutnya disebut Penilai, adalah orang

perseorangan yang melakukan penilaian secara independen dan

profesional yang telah mendapat izin praktik penilaian dari Menteri

Keuangan dan telah mendapat lisensi dari Lembaga Pertanahan untuk

menghitung nilai/harga objek pengadaan tanah.”

Berdasarkan bunyi pasal di atas, menyatakan bahwa yang melakukan

penilaian ganti rugi dalam kegiatan pengadaan tanah bagi pembangunan

untuk kepentingan umum adalah Penilai Publik.Penilai Publik ditunjuk

oleh Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Lembaga Pertanahan untuk

menilai besaran ganti rugi atas tanah yang dibebaskan untuk kegiatan

pengadaan tanah. Dalam melakukan penilaiannya, untuk menjamin

lancarnya proses kegiatan pengadaan tanah tersebut, Penilai Publik harus

menjunjung tinggi asas-asas pengadaan tanah demi kepentingan umum,

yaitu:

a. asas kemanusiaan;

b. asas keadilan;

c. asas kemanfaatan;

d. asas kepastian;

e. asas keterbukaan;

f. asas kesepakatan;

g. asas keikutsertaan;

h. asas kesejahteraan;

Page 62: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

52

i. asas keberlanjutan; dan

j. asas keselarasan.

Penilai Publik harus selalu menjunjung tinggi asas-asas pengadaan

tanah tersebut dalam melakukan penilaiannya dimaksudkan agar tidak

merugikan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pengadaan tanah

untuk pembangunan demi kepentingan umum, baik pihak Pemerintah dan

Lembaga Pertanahan serta para pemilik hak atas tanah. Jika salah satu

pihak merasa dirugikan, hal ini akan berkemungkinan menimbulkan

konflik yang akan berujung dengan sengketa antara para pihak yang

terlibat. Rahmadi Usman menjelaskan bahwa konflik yang merupakan

pertentangan di antara para pihak untuk menyelesaikan masalah kalau

tidak diselesaikan dengan baik dapat mengganggu hubungan diantara para

pihak yang bersangkutan.46

Hal ini tentunya akan menghambat kelancaran

daripada kegiatan pengadaan tanah tersebut yang akan merugikan semua

pihak yang terkait.

Maria S.W Sumardjono dalam bukunya menjelaskan bahwa dalam

penilaian ganti rugi pengadaan tanah harus selalu mengingat tentang

interpretasi asas fungsi social atas tanah untuk mendapatkan ganti

kerugian yang adil.Hal ini dimaksudkan selain mengandung makna, hak

atas tanah itu harus digunakan sesuai dengan sifat dan tujuan haknya,

sehingga bermanfaat bagi si pemegang hak dan bagi masyarakat.Hal ini

juga berarti, bahwa harus terdapat keseimbangan antara kepentingan

perseorangan dan kepentingan umum, dan bahwa kepentingan

perseorangan itu harus diakui dan dihormati dalam rangka pelaksanaan

kepentingan masyarakat secara keseluruhan.Ganti kerugian sebagai suatu

upaya mewujudkan penghormatan kepasa hak-hak dan kepentingan

perseorangan yang telah dikorbankan untuk kepentingan umum, dapat

disebut adil apabila hal tersebut tidak membuat seseorang menjadi lebih

46

Rahmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003) h.1

Page 63: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

53

kaya, atau sebaliknya menjadi lebih miskin daripada keadaan semula.47

Hal

ini sudah sesuai dengan Teori Negara Hukum, dimana semua orang harus

tunduk kepada hukum, dan tidak seorang pun berada di atas hukum (above

the law).Negara tidak berada di atas hukum dalam melakukan pengadaan

tanah untuk kepentingan umum, ini berarti Negara tidak dapat seenaknya

mengambil tanah masyarakat dengan dalih untuk pembangunan.Negara

harus memberikan ganti rugi yang layak atas tanah masyarakat yang

terkena pembangunan.

Hal di atas sesuai dengan Undang-Undang 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang

menegaskan bahwa Penilai Publik yang melakukan penilaian dalam

kegiatan pengadaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum harus dapat mempertanggungjawabkan hasil

penilaiannya. Hal ini tertuang dalam Pasal 32 ayat (1) yang menyebutkan

sebagai berikut:

“Penilai yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1)

wajib bertanggung jawab terhadap penilaian yang telah dilaksanakan.”

Pasal di atas menjelaskan bahwa setiap Penilai Publik yang

ditunjuk oleh Pemerintah untuk menilai besaran ganti rugi terhadap tanah

yang terkena kegiatan pengadaan tanah wajib hukumnya untuk

mempertanggungjawabkan laporan hasil penilaiannya.Penilai Publik wajib

bertanggungjawab jika hasil penilaiannya bermasalah atau dijadikan objek

sengketa oleh para pemilik hak atas tanah.Oleh karena itu, Penilai Publik

harus mengikuti prosedur-prosedur penilaian yang telah ditentukan oleh

peraturan perundang-undangandalam melakuka penilaiannya agar dapat

menjelaskan rincian besaran ganti rugi atas tanah yang dinilai dalam

laporan penilaiannya.Selanjutnya dalam Pasal 32 ayat (2) menjelaskan

sebagai berikut:

47

Maria S.W Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi (Jakarta: Kompas, 2001) h.79-81

Page 64: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

54

“Pelanggaran terhadap kewajiban Penilai sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dikenakan sanksi administratif dan/atau pidana sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Berdasarkan pasal di atas, Penilai Publik yang tidak dapat

mepertanggungjawabkan hasil penilaiannya, akan dikenakan sanksi

admistratif dan/atau sanksi pidana. Shaeful Radian Natapermana

mengatakan bahwa Penilai Publik dapat dikenakan sanksi pidana jika

dalam penilaiannya terbukti menerima uang dari salah satu pihak yang

menyebabkan perubahan dalam hasil penilaiannya tersebut, atau

melakukan penipuan atau pemalsuan data yang digunakan sebagai dasar

penilaian ganti rugi tersebut.Sedangkan mengenai sanksi administrative

diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 101/PMK.01/2014.

2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

101/PMK.01/2014 tentang Penilai Publik dan Peraturan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 56/PMK.01/2017 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

101/PMK.01/2014 tentang Penilai Publik

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

101/PMK.01/2014 tentang Penilai Publik ini mengatur lebih jelas dan

lebih mendetail tentang profesi Penilai dan Penilai Publik.Peraturan

Menteri Keuangan ini menjelaskan bahwa pihak yang memiliki wewenang

untuk mengawasi Penilai Publik dalam melakukan penilaiannya adalah

Kementerian Keuangan.Dalam melaksanakan pengawasannya terhadap

Penilai Publik, Menteri menugasi Sekretaris Jenderal untuk melakukan

pembinaan serta pengawasan.Sekretaris Jenderal kemudian

mendelegasikan kewenangan kepada Kepala Pusat untuk melaksanakan

pengawasan terhadap Penilai Publik. Hal ini tertuang dalam Pasal 58 ayat

(1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

56/PMK.01/2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan

Page 65: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

55

Republik Indonesia Nomor 101/PMK.01/2014 tentang Penilai Publik yang

berbunyi:

“Dalam melaksanakan pengawasan dimaksud dalam Pasal 55,

sebagaimana Kepala Pusat melakukan pemeriksaan secara berkala dan/

atau sewaktu-waktu terhadap Penilai Publik, KJPP, dan/atau Cabang

KJPP.”

Pengawasan yang dilakukan oleh Menteri Keuangan ini dilakukan

dengan maksud untuk menilai kepatuhan Penilai Publik Kantor Jasa

Penilai Publik (KJPP), dan/atau Cabang KJPP terhadap ketentuan-

ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri tersebut. Dalam

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 56/PMK.01/2017

menjelaskan juga bahwa pemerikasaan lebih lanjut terhadap Penilai Publik

akan dilakukan jika:

a. Hasil pengawasan berkala memerlukan tindak lanjut

b. Terdapat pengaduan masyarakat

c. Terdapat informasi yang layak ditindaklanjuti.

Jika Pengawas menemukan bukti bahwa Penilai Publik dalam

melakukan penilaiannya telah melanggar ketentuan yang telah diatur

dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

101/PMK.01/2014, maka Menteri akan memberikan sanksi admistratif

kepada Penilai Publik tersebut berupa:

a. Peringatan;

b. Pembatasan jasa Penilaian objek tertentu;

c. Pembatasan pemberian bidang jasa tertentu;

d. Pembekuan izin; atau

e. Pencabutan izin.

Sanksi peringatan, pembatasan jasa Penilaian objek tertentu, dan

pembatasan pemberian bidang jasa tertentu sebagaimana dimaksud di atas

ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang ditandatangani oleh Kepala

Page 66: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

56

Pusat atas nama Menteri. Sedangkan sanksi pembekuan izin dan

pencabutan izin sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan dengan

Keputusan Menteri yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal atas nama

Menteri.Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 68 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

101/PMK.01/2014dilakukan berdasarkan berat ringannya pelanggaran,

yaitu:

a. Sanksi administratif berupa peringatan dikenakan terhadap pelanggaran

ringan.

b. Sanksi administratif berupa pembatasan jasa Penilaian objek tertentu

dikenakan terhadap pelanggaran berat dalam memberikan Jasa

Penilaian suatu objek tertentu

c. Sanksi administratif berupa pembatasan pemberian bidang Jasa tertentu

dikenakan terhadap pelanggaran berat dalam memberikan bidang jasa

tertentu

d. Sanksi administratif berupa pembekuan izin dikenakan terhadap

pelanggaran berat

e. Sanksi administratif berupa pencabutan izin dikenakan terhadap

pelanggaran sangat berat.

Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 101/PMK.01/2014 Pasal 69 ayat (3) dijelaskan lebih lanjut

mengenai perbedaan antara pelanggaran ringan, pelanggaran berat dan

pelanggaran sangat berat. Berikut penjelasan lebih lanjut:

a. Pelanggaran Ringan

Pelanggaran ringan merupakan pelanggaran terhadap ketentuan dalam

Pasal 42 yang secara teknis tidak berpengaruh terhadap hasil Penilaian

yang disajikan dalam Laporan Penilaian yang dibuat.

b. Pelanggaran Berat

Pelanggaran berat merupakan pelanggaran terhadap terhadap etik

profesi dan/ atau ketentuan dalam Pasal 42 yang secara teknis

Page 67: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

57

berpengaruh terhadap hasil Penilaian yang disajikan dalam Laporan

Penilaian yang dibuat.

c. Pelanggaran Sangat Berat

` Pelanggaran sangat berat merupakan pelanggaran terhadap etik profesi

dan ketentuan dalam Pasal 42 yang secara teknis sangat berpengaruh

terhadap hasil Penilaian yang disajikan dalam Laporan Penilaian.

Berdasarkan penjelasan pasal-pasal diatas, tanggung jawab Penilai

Publik atas laporan penilaiannya merupakan tanggung jawab berdasarkan

praduga (presumption of liability).Penilai Publik selalu dianggap

bertanggung jawab atas gugatan-gugatan sampai Penilai Publik dapat

membuktikan sebaliknya bahwa tergugat tidak bersalah. Jika ada

permasalahan yang terjadi yang disebabkan oleh laporan penilaian ganti

rugi dalam kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, Penilai

Publik bertanggung jawab atas permasalahan tersebut sampai dapat

membuktikan bahwa Penilai Publik sudah melakukan penilaiannya dengan

benar dan tidak bersalah atas permasalahan yang terjadi.

B. Hasil Laporan Penilaian Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto Yang

Menyebabkan Timbulnya Sengketa

Selama melakukan penilaian dalam kegiatan pengadaan tanah bagi

pembangunan demi kepentingan umum, Penilai Publik memiliki kewajiban

untuk selalu mempertanggungjawabkan hasil penilaiannya.Hasil penilaian

harus dapat menjamin hak para pemilik tanah dan menjamin tidak ada pihak

yang dirugikan. Dalam penilitian ini, Peneliti menganalisis kasus sengketa

yang timbul karena hasil penilaian yang dilakukan Kantor Jasa Penilai Publik

Toto Suharto untuk melihat apakah hasil penilaiannya sudah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan serta mencari tahu apa yang sebenarnya

menjadi faktor sering terjadinya sengketa ganti rugi dalam kegiatan pengadaan

tanah untuk kepentingan umum antara pemilik hak atas tanah dengan pihak

Pemerintah dan Penilai Publik.

Page 68: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

58

Peneliti mengambil kasus sengketa ganti rugi pengadaan tanah antara

pemilik tanah Sulaeman Efendi Rangkuti sebagai Pemohon dengan Kepala

Kantor Pertanahan Kota Tangerang sebagai Termohon 1 dan Kantor Jasa

Penilai Publik Toto Suharto sebagai Termohon 2 dalam Putusan Nomor

815/Pdt.P/2018/PN.Tng. Sulaeman Efendi Rangkuti dalam kasus ini sebagai

Pemohon merasa bahwa pemberian ganti rugi atas tanahnya tidak adil dan

tidak memenuhi asas keadilan dan asas transparansi. Seperti peneliti jelaskan

sebelumnya, dalam melaksanakan kegiatan pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum, perlu diperhatikannya 10 asas untuk

menjamin hak para pihak yang terkait dalam kegiatan pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum. Hal ini diatur dalam Pasal 2Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum yang menyebutkan bahwa Pengadaan Tanah untuk

Kepentingan Umum dilaksanakan berdasarkan asas kemanusiaan, keadilan,

kemanfaatan, kepastian, keterbukaan, kesepakatan, keikutsertaan,

kesejahteraan, keberlanjutan dan keselarasan.

Dalam kasus ini, Pemohon menganggap bahwa hasil penilaian ganti

rugi yang dilakukan oleh Penilai Publik tidak sesuai dengan asas keadilan dan

asas keterbukaan. Pemohon beralasan bahwa hasil penilaian yang dilakukan

oleh Kantor Jasa Penilaian Toto Suharto tidak adil karena beberapa faktor

sebagai berikut:

1. Bidang tanah milik Pemohon yang berfungsi sebagai tempat usaha dengan

luas 400 m2, bangunan 3 lantai dengan dasar penggantian ganti rugi

sebanyak 12 item, dinilai hanya sebesar Rp. 3.696.441.543,- (tiga milyar

enam ratus sembilan puluh enam juta empat ratus empat puluh satu ribu

lima ratus empat puluh tiga rupiah) sedangkan tetangga Pemohon yang

hanya berupa rumah tinggal dengan luas 199 m2 + 61 m2 dan dasar

perhitungan ganti ruginya hanya 6 item mendapat ganti rugi sebanyak Rp.

1.229.745.187,- (satu milyar dua ratus dua puluh sembilan juta tujuh ratus

empat puluh lima ribu seratus delapan puluh tujuh rupiah).

Page 69: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

59

2. Pemberian ganti rugi sangat tidak transparan karena dari item-item yang

menjadi dasar penilaian pembayaran ganti rugi tersebut tidak tercantum

perkalian harga per meter atau per itemnya.

Pemohon kemudian membandingkan lagi besaran ganti rugi miliknya

dengan ganti rugi tanah tetangganya yang lain. Pemohon merasa bahwa

penilaian ganti rugi yang dilakukan tidak adil karena tanah milik Pemohon

yang posisinya di depan jalan umum dan bangunannya berfungsi sebagai

tempat usaha hanya dinilai Rp. 2.088.787,- permeter sementara tanah kosong

milik tetangganya yang berada di belakang bangunan milik Pemohon diganti

rugi sebesar Rp. 1.500.000.000,-. Selanjutnya Pemohon melakukan

penghitungan ganti rugi atas tanahnya sendiri dan mendapatkan hasil sebesar

Rp. 22.178.649.258,- (dua puluh dua milyar seratus tujuh puluh delapan juta

enam ratus empat puluh sembilan ribu dua ratus lima puluh delapan rupiah).

Menanggapi dalil-dalil Pemohon, Termohon 1 menolak semua keberatan

daripada Pemohon. Termohon 1 beralasan bahwa dalam melakukan penilaian

ganti rugi tidak dapat menyetarakan penilaian harga ganti rugi premium

dengan penilaian harga ganti rugi solatium terhadap objek bidang tanah yang

terkena pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah untuk pembangunan demi

kepentingan umum. Yang dimaksud dengan ganti rugi premium adalah

nilai penggantian terhadap kerugian akibat adanya pelepasan hak dari pemilik

tanah. Sedangkan ganti rugi solatium adalah nilai kerugian emosional yang

merupakan merupakan kerugian tidak berwujud yangdikaitkan dengan

pengambilalihan tanah yang digunakan sebagai tempattinggal dari pemilik.

Termohon 1 lalu menjelaskan bahwa tata cara penilaian terhadap besaran nilai

atas objek pengadaan tanah milik Pemohon pada mekanisme penilaiannya

merupakan tanggung jawab penuh Penilai Publik Toto Suharto seperti yang

diatur dalam Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2102 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto (Termohon 2) dalam hal ini

juga menolak keberatan yang diajukan Pemohon dengan beralasan bahwa

Page 70: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

60

penilaian yang dilakukan sudah dilakukan dengan adil dan transparan.

Kemudian Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto menjelaskan bahwa untuk

mendapatkan besaran nilai ganti rugi yang mereka peroleh, mereka

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Biaya Pengganti Baru, yaitu estimasi biaya untuk membuat suatu property

atau barang yang setara dengan property yang dinilai berdasarkan harga

pasaran setempat pada tanggal penilaian dilakukan. Biaya Pengganti Baru

ini ditentukan dengan menggunakan Sistem Biaya dan Teknis Bangunan

(BTB) yang disusun oleh Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI).

2. Penyusutan harga aset yang dihitung berdasarkan umur efektif dari aset

yang ditentukan sesudah diadakan pemeriksaan fisik atas kondisi dan

kapasitas aset saat dilakukan penilaian. Penyusutan harga ini meliputi:

a. Penyusutan Fisik

Sehubungan dengan umur dan kondisi fisik yang ada daripada aset

antara lain retak, lapuk, atau kerusakan pada aset

b. Keusangan Fungsional

Adanya perencanaan yang kurang baik, model atau bentuk yang

kurang serasi dll

c. Keusangan Ekonomis

Akibat pengaruh dari luar yang mempengaruhi aset seperti perubahan

social, peraturan-peraturan pemerintah dan peraturan-peraturan lain

yang membatasi.

3. Diperhatikan pula tentang besarnya manfaat, peran dan kegunaan

daripada aset.

Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto kemudian menjelaskan bahwa

adanya perbedaan dalam melakukan penilaian ganti rugi rumah tinggal dengan

tempat usaha.Dalam penilaian ganti rugi rumah tinggal, selain menilai

kerugian fisik, Penilai Publik juga harus menilai besaran solatium yang

Page 71: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

61

diberikan kepada pemilik tanah. Dalam Petunjuk Teknis Standar Penilaian

Indonesia (SPI) 306, solatium adalah kompensasi yang diberikan keapda

pemilik rumah yang tinggal atas kerugian non financial dikarenakan harus

pindah akibat adanya pengambil alihan tanah untuk kepentingan umum. Oleh

karena itu Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto menolak perbandingan

harga ganti rugi yang dilakukan Pemohon, karena tanah tetangga yang

dijadikan perbandingan digunakan sebagai rumah tinggal sedangkan tanah

Pemohon hanya dijadikan tempat usaha.

Pemohon dalam kasus sengketa ini gagal untuk membuktikan bahwa

hasil penilaian ganti rugi yang dilakukan Kantor Jasa Penilai Publik Toto

Suharto tidak memenuhi asas keadilan dan asas keterbukaan.Maria S.W

Sumardjono dalam bukunya menjelaskan bahwa ganti kerugian sebagai suatu

upaya mewujudkan penghormatan kepada hak-hak dan kepentingan

perseorangan yang telah dikorbankan untuk kepentingan umum, dapat disebut

adil apabila hal tersebut tidak membuat seseorang menjadi lebih kaya, atau

sebaliknya menjadi lebih miskin daripada keadaan semula.48

Pemohon

mencoba membuktikan bahwa tidak terpenuhinya asas keadilan dalam

penilaian ganti ruginya dalam kegiatan pengaddan tanah bagi pembangunan

untuk kepentingan umum ini dengan membandingkan besaran penilaian ganti

rugi atas tanahnya dengan tanah milik tetangga Pemohon.Tentunya

perbandingan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai tolak ukur besaran ganti

rugi yang adil karena tanah milik tetangga Pemohon digunakan sebagai rumah

tinggal, sedangkan tanah milik Pemohon hanya digunakan sebagai tempat

usaha.Sesuai dengan Petunjuk Teknis Standar Penilaian Indonesia (SPI),

Penilai Publik dalam melakukan penilaian ganti rugi rumah tinggal harus

menilai kerugian solatium atau emosional yang dialami para pemilik tanah.Hal

tersebut tentunya ikut andil menjadi sebab kenapa besaran ganti kerugian

milik tetangga korban dinilai lebih malah dibandingkan dengan ganti rugi

Pemohon.

48

Maria S.W Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi (Jakarta: Kompas, 2001) h.79-81

Page 72: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

62

Dalam kasus ini Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto sudah

memenuhi salah satu kewajiban daripada Penilai Publik, yaitu kewajiban

untuk dapat mempertanggungjawabkan hasil penilaian yang dilakukan. Hal ini

diatur dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 yang

menyatakan bahwa Penilai wajib bertanggung jawab terhadap penilaian yang

telah dilaksanakan. Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto dalam kasus ini

berhasil mempertanggung jawabkan hasil penilaiannya dengan cara

menjelaskan detail penilaiannya, peraturan-peraturan yang berlaku, serta

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penilaiannya yang disengketakan.49

C. Analisis atas Penilaian Yang Dilakukan Kantor Jasa Penilai Publik Toto

Suharto

Seperti contoh kasus di atas, seringkali dalam sengketa Pengadaan

Tanah yang menjadi objek sengketa adalah besaran nilai ganti rugi atas tanah

para pemilik hak yang terkena kegiatan pengadaan tanah.Mereka merasa

bahwa nilai ganti rugi yang terdapat dalam hasil penilaian Penilai Publik

kurang tepat dan tidak mencakup beberapa kerugian yang mereka alami.

Dalam contoh kasus di atas, pemilik hak atas tanah yang mengajukan sengketa

membandingkan harga tanahnya dengan harga tanah tetangganya yang dinilai

oleh Penilai Publik lebih tinggi. Seperti Peniliti sebutkan sebelumnya, dalam

Petunjuk Teknis Standar Penilaian Indonesia (SPI) 306 yang merupakan

acuan Peniali Publik dalam melakukan penilaiannya, terdapat dua jenis

kerugian yang harus dinilai, yaitu kerugian fisik dan kerugian non-fisik.

Kerugian fisik adalah kerugian pemilik tanah atas tanah dan/atau bangunan

dan/atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.

Sedangkan kerugian non-fisik adalah kerugian pemilik tanah atas terdiri dari

penggantian terhadap kerugian pelepasan hak dari pemilik tanah yang akan

diberikan dalam bentuk uang, serta kerugian lainnya yang dapat dihitung

meliputi biaya transaksi, bunga (kompensasi masa tunggu), kerugian sisa

49

Hasil Wawancara Dengan Wakil Kepala Divisi Penilaian Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto pada tanggal 19 November 2019

Page 73: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

63

tanah, dan jenis kerugian lainnya yang dinyatakan oleh pemberi tugas dalam

surat perjanjian kerja.50

Dalam Petunjuk Tenknis Standar Penilaian Indonesia

(SPI) 306 menyebutkan bahwa yang termasuk objek penilaian kerugian fisik

adalah sebagai berikut:

1. Tanah; dengan peruntukan seperti pertanian, permukiman, industri atau

komersial

2. Ruang atas tanah dan bawah tanah; (lihat Hak Guna Ruang Atas Tanah

meliputi hak atas permukaan bumi tempat pondasi bangunan dan hak

untuk menguasai ruang udara seluas bangunan tersebut serta hak

kepemilikan bangunan, dan Hak Guna Ruang Bawah Tanah meliputi hak

atas permukaan bumi yang merupakan pintu masuk/keluar tubuh bumi dan

hak membangun dan memakai ruang dalam tubuh bumi, serta hak milik

atas bangunan yang berbentuk ruang dalam tubuh bumi)

3. Bangunan; dapat terdiri bangunan residensial, industri, komersil

4. Tanaman; dapat terdiri dari tanaman semusim, hortikultura atau tanamanm

keras/tahunan

5. Benda yang berkaitan dengan tanah; seperti utilitas dan sarana pelengkap

bangunan.

Setelah mendapat besaran nilai ganti rugi yang harus dibayarkan atas

kerugian fisik yang dialami oleh pemilik hak atas tanah, Penilai Publik juga

wajib menilai besarnya kerugian non-fisik yang dialami pemilik hak atas

tanah. Dalam Petunjuk Tenknis Standar Penilaian Indonesia (SPI) 306

menyebutkan bahwa yang termasuk objek penilaian kerugian non-fisik adalah

sebagai berikut:

1. Penggantian terhadap kerugian pelepasan hak dari pemilik tanah yang

akan diberikan premium serta diukur dalam bentuk uang berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penggantian ini

dapat meliputi hal-hal yang berkaitan dengan :

50

Petunjuk Teknis Penilaian Terhadap Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (SPI 306) butir 2.11

Page 74: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

64

d. adanya potensi kehilangan pekerjaan atau kehilangan bisnis termasuk

alih profesi.

e. kerugian emosional (solatium), merupakan kerugian tidak berwujud

yang dikaitkan dengan pengambilalihan tanah yang digunakan sebagai

tempat tinggal dari pemilik.

f. hal-hal yang belum diatur pada butir a dan b di atas seharusnya

ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak yang terkait.

2. Biaya transaksi, dapat meliputi biaya pindah dan pajak sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Kompensasi masa tunggu (bunga), yaitu sejumlah dana yang

diperhitungkan sebagai pengganti adanya perbedaan waktu antara tanggal

penilaian dengan perkiraan tanggal pembayaran ganti kerugian.

4. Kerugian sisa tanah, adalah turunnya nilai tanah akibat pengambilan

sebagian bidang tanah. Dalam hal sisa tanah tidak lagi dapat difungsikan

sesuai dengan peruntukannya, maka dapat diperhitungkan penggantian

atas keseluruhan bidang tanahnya.

5. Kerusakan fisik lain, misalnya bagian bangunan yang terpotong akibat

pengadaan tanah sehingga membutuhkan biaya perbaikan agar dapat

berfungsi sebagaimana mestinya.

Penilaian kerugian fisik dan non-fisik sesuai dengan 2 asas dalam

kegiatan pengadaan tanah untuk pembagunan demi kepetingan umum, yaitu

asas kemanusiaan dan asas keadilan.Lembaga Pertanahan dan Pemerintah

selain mengganti rugi tanah dan bangunan pemilik hak atas tanah, mereka juga

harus mengganti kerugian non-fisik yang dialami para pemilik tanah karena

direbutnya tanah mereka yang sudah mereka tinggali selama bertahun-tahun.

Selain untuk memenuhi asas kemanusiaan dan asas keadilan dalam kegiatan

pengadaan tanah bagi pembagunan untuk kepetingan umum, dengan adanya

penggantian kerugian non-fisik ini juga dapat menghindari adanya sengketa

karena pemilik hak atas tanah yang merasa harga tanahnya yang diganti rugi

Page 75: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

65

tidak sebanding dengan sejarah atau memori selama mereka menempati tanah

mereka.

Dalam kasus sengketa yang peneliti angkat di atas, pemilik hak atas

tanah mengajukan sengketa karena tidak terima dengan hasil laporan penilaian

yang dilakukan oleh Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto dengan

anggapan bahwa Penilai Publik melakukan kesalahan dalam melakukan

penilaiannya karena tanah miliknya dinilai dengan harga lebih rendah

dibandingkan dengan tanah tetangganya yang memiliki tanah yang terletak di

lokasi yang lebih tidak strategis dibandingkan milik pemilik tanah yang

mengajukan sengketa. Selain itu laporan penilaian yang dibuat oleh Kantor

jasa Penilai Publik Toto Suharto juga dianggap tidak memenuhi asas keadilian

dan asas leterbukaan. Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto dalam hal ini

wajib memberikan penjelasan atas laporan penilaiannya yang disengkatan

karena hal tersebut merupakan kewajiban daripada Penilai Publik yang diatur

dalam Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang

berbunyi:

“Penilai yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1)

wajib bertanggung jawab terhadap penilaian yang telah dilaksanakan.”

Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto menjelaskan bahwa salah satu

yang menjadi alasan besaran ganti rugi yang diberikan kepada tetangga

Pemohon yang posisi tanahnya kurang strategis lebih besar dibandingkan

besaran ganti rugi atas tanah Pemonon adalah karena bangunan yang berada di

tanah tetangga Pemohon digunakan sebagai tempat tinggal.Hal ini sudah

sesuai dengan Standar Penilaian Indonesia (SPI) 306 yang menyebutkan

bahwa untuk penilaian ganti rugi tempat tinggal harus dihtung juga besaran

ganti rugi non-fisiknya. Selain itu Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto

juga sudah menuliskan besaran penilaian ganti rugi atas setiap objek yang

berada tanah Pemohon, baik ganti rugi tanah pemohon maupun ganti rugi atas

bangunan milik Pemohon. Hal ini sudah sesuai dengan Standar Penilaian

Page 76: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

66

Indonesia (SPI) 306 yang menyebutkan bahwa dalam Laporan Penilaian

Penilai Publik harus mencantumkan besaran penilaian setiap objek yang akan

diganti rugi.

Selama melakukan penilaiannya, Kantor Jasa Penilai Publik Toto

Suharto sudah melakukan penilaiannya sesuai prosedur yang diatur dalam

Petunjuk Teknis Standar Penilaian Indonesia (SPI) 306. Kantor Jasa Penilai

Publik Toto Suharto menilai ganti rugi kerugian fisik maupun non-fisik sesuai

dengan prosedur yang tertera dalam Petunjuk Teknis Standar Penilaian

Indonesia (SPI) 306. Selain itu, Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto

melakukan penilaiannya dalam kasus sengketa di atas menggunakan data yang

berasal Pemerintah Daerah dan Lembaga Pertanahan. Hal ini sudah sesuai

dengan Petunjuk Teknis Standar Penilaian Indonesia (SPI) 306 yang

menyatakan bahwa data dan informasi yang dianggap dapat dipercaya dalam

mendukung pelaksanaan penilaian dapat bersumber dari :

1. Pemerintah Daerah sebagai instansi rujukan data daninformasi terkait

dengan peraturan daerah

2. Lembaga Pertanahan sebagai instansi pemberi tugasdan pengguna laporan

sebagai sumber rujukan data,informasi dan hal-hal terkait kepada pertanahan

3. Bank Indonesia sebagai rujukan kurs bila ada

4. Badan Pusat Statistik (BPS)

5. Bank Pemerintah sebagai sumber suku bunga masatunggu

Berdasarkan hal-hal di atas, Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto

sudah melaksanakan kewajibannya dalam mempertanggung jawabkan

penilaiannya dalam contoh kasus di atas.Penilaian yang dilakukan oleh Kantor

Jasa Penilai Publik Toto Suharto terbukti sudah sesuai dengan Petunjuk

Teknis Standar Penilaian Indonesia 306 serta peraturan-peraturan lain yang

berlaku.Laporan Penilaian yang dibuat oleh Kantor Jasa Penilai Publik Toto

Suharto tidak menyebabkan kerugian pada para pihak karena dalam

melakukan Penilaiannya selain menggunakan data yang dipercaya, mereka

Page 77: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

67

juga menjunjung tinggi asas-asas pengadaan tanah. Namun walaupun Kantor

Jasa Penilai Publik sudah melakukan penilaiannya sesuai prosedur yang

tertera dalam Petunjuk Teknis Standar Penilaian Indonesia (SPI) 306 serta

mengikuti peraturan-peraturan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

101/PMK.01/2014 tentang Penilai Publik, masih saja seringkali pemilik tanah

mengajukan sengketa atas hasil penilaian yang dilakukan karena merasa hasil

penilaiannya kurang tepat.51

Hal ini tentunnya sangat menghambat daripada

kelancaran kegiatan pengadaan tanah yang dilakukan. Dengan adanya

sengketa, kegiatan pengadaan tanah yang dilakukan akan terhambat dan

memakan waktu yang lebih lama dan memakan biaya yang lebih besar dari

yang direncanakan sebelumnya. Salah satu faktor yang menyebabkan

seringnya timbul sengketa adalah kurangnya komunikasi yang dilakukan

antara pemilik tanah dengan pihak yang memerlukan tanah.Dalam

musyawarah yang dilakukan hanya membahas tentang bentuk ganti rugi dan

besaran ganti rugi yang dibayarkan tanpa adanya kesempatan bagi pemilik

tanah untuk mengemukakan opininya.Padahal suatu sengketa dapat dihindari

jika pertentangan yang terjadi diantara para pihak dapat diselesaikan dengan

baik dalam musyawarah tersebut.

Menurut Rahmadi Usman, konflik sebagai pertentangan di antara para

pihak untuk menyelesaikan masalah yang kalau tidak diselesaikan dengan

baik dapat mengganggu hubungan di antara para pihak yang bersangkutan.

Sepanjang para pihak dapat menyelesaikan konfliknya dengan baik, maka

tidak akan terjadi sengketa, namun apabila para pihak tidak dapat mencapai

kesepakan solusi pemecahan masalahnya makan akan timbul sengketa.52

Oleh

karena itu, seharusnya musyawarah dalam kegiatan pengadaan tanah dijadikan

tempat dimana pemilik tanah dapat mengemukakan opininya bukan hanya

51 Hasil Wawancara Dengan Wakil Kepala Divisi Penilaian Kantor Jasa Penilai Publik Toto

Suharto pada tanggal 19 November 2019 52

Nia Kurniati, Hukum Agraria Sengketa Pertanahan Penyelesaian Melalui Arbitrase Dalam Teori Dan Praktik (Bandung: Refika Aditama, 2016) h.158

Page 78: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

68

sebagai tempat dimana para pemilik tanah tahu berapa besaran ganti rugi yang

diterima.

Page 79: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti memiliki kesimpulan atas

pertanyaan dalam rumusan masalah sebagai berikut:

1. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum hanya dijelaskan bahwa

Penilai Publik wajib mempertanggungjawabkan penilaiannya. Jika tidak

dapat mempertanggungjawabkan penilaiannya maka akan dikenakan

sanksi administratif dan/atau sanksi pidana. Penjelasan lebih lengkap

diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.01/2014

tentang Penilai Publik yang menjelaskan bahwa terdapat 3 jenis

pelanggaran yang dilakukan Penilai Publik. Pelanggaran-pelanggaran

tersebut adalah pelanggaran ringan yang tidak menyebabkan nilai akhir

penilaian berubah, dan pelanggaran berat serta sangat berat yang

menyebabkan nilai akhir penilaian berubah.

2. Kantor Jasa Penilai Publik Toto Suharto sudah mempertanggung jawabkan

penilaiannya yang menyebabkan sengketa dengan baik. Kantor Jasa

Penilai Publik Toto Suharto menjelaskan dengan mendetail apa saja yang

menjadi faktor yang mempengaruhi hasil akhir dalam penilaian ganti rugi

mereka. Setelah melakukan penelitian, sering terjadinya sengketa dalam

pengadaan tanah untuk kepentingan umum disebabkan karena kurangnya

komunikasi antara Pemerintah dengan pemilik tanah yang menyebabkan

perbedaan pendapat tidak mendapatkan titik temu yang berujung sengketa.

Walaupun sudah diatur dalam setiap pengadaan tanah untuk kepentingan

umum harus selalu diadakan musyawarah, akan tetapi seringkali

musyawarah tersebut tidak digunakan untuk mendapatkan titik temu bagi

yang memilik perbedaan pandangan.

Page 80: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

70

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas serta penelitian yang dilakukan sebelumnya,

peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Diperjelasnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum mengenai

musyawarah yang dilakukan dalam kegiatan pengadaan tanah untuk

kepentingan umum.

2. Dalam melakukan penilaiannya Penilai Publik harus diberikan kesempatan

untuk meminta data dari para Pemilik Tanah mengenai detail tanah dan

objek-objek yang berada di tanah mereka sebagai pertimbangan dalam

menentukan nilai akhir ganti rugi yang diberikan.

3. Pihak Pemerintah dan Lembaga Pertanahan harus mengadakan sosialisasi

dan menanmbah komunikasi dengan para pemilik hak atas tanah baik

sebelum dan saat musyawarah mengenai besarnya ganti rugi atas tanah

mereka yang terkena kegiatan pengadaan tanah.

Page 81: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

71

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdurrahman.Masalah Pencabutan Hak-Hak tas Tanah, Pembebasan Pengadaan

Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum di

Indonesia. Bandung. Citra Aditya Bakti. 1995

Ali, Achmad. Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis).

Jakarta. Gunung Agung. 2002

Arba, H.M.Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan UmumJakarta. Sinar

Grafika. 2019

Emirzon, Joni. Aspek-Aspek Hukum Perusahaan Jasa Penilai. Jakarta. Gramedia.

2000

Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad.Dualisme Penelitian Hukum-Normatif dan

Empiris.Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2015

Hamzah, Andi.Kamus Hukum. Ghalia Indonesia. 2005

Harsono, Boedi. Undang-Undang Pokok Agraria Bagian Pertama. Jakarta.

Djambatan.1971

Hatta, Mohammad. Penjabaran Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta.

Mutiara. 1977

Kurniati, Nia. Hukum Agraria Sengketa Pertanahan Penyelesaian Melalui

Arbitrase Dalam Teori Dan Praktik. Bandung. PT. Refika Aditama. 2016

Kursnadi, Moh. dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta.

Sinar Bakti. 1988

Marzuki, Peter Mahmud.Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Group.

Jakarta. 2011

Parlindungan, A.P. Tanya Jawab Hukum Agraria dan Pertanahan. Bandung.

Madar Maju. 2003

Page 82: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

72

Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.2000

Rahman Nidar, Sulaeman. Etika Bisnis: Tinjauan Pada Etika Profesi Penilai.

Bandung. Lembaga Penerbit Laboratorium Akuntansi FPEB UPI. 2012

Salindeho, John. Masalah Tanah dalam Pembangunan. Jakarta. Sinar Grafika.

1987

Sembiring, Julius. Tanah Negara. Jakarta. Prenamadia Group. 2016

Sihombing, B.F. Evolusi kebijakan Pertanahan Dalam Hukum Tanah Indonesia.

Jakarta. Gunung Agung. 2004

Sitorus, Oloan dan Dayat Limbong.Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

Yogyakarta.Mitra Kebijakan Pertanahan Indonesia.2004

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji,.Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat. Jakarta. Raja Grafindo Persada.2001

Soimin, Soedharyo. Status Hak dan Pembebasan Tanah. Jakarta. Sinar Grafika.

2001

Suredi,Adrian.Implementasi Prinsip Kepentingan Umum dalam Pengadaan

Tanah Untuk Pembangunan.Jakarta. Sinar Grafika. 2008

Sutedi, Adrian. Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendatarannya. Jakarta. Sinar

Grafika. 2014

S.W Sumardjono, Maria. Kebiakan Pertanahan Antara Regulasi dan

Implementasi. Jakarta. Kompas. 2001

Syahrani, Riduan. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum. Bandung. Citra Aditya

Bakti.1999

Usman, Rahmadi. Pilihan Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan. Bandung,

Citra Aditya Bakti. 2003

Zaman, Nurus.Politik Hukum Pengadaan Tanah. Bandung. PT. Refika Aditama.

2016

Page 83: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

73

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang No.2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.01/2014 tentang Penilai Publik

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 56/PMK.01/2017

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 101/PMK.01/2014 Tentang Penilai Publik

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria

JURNAL

Dotulong, Ivan. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Ditinjau Dari UU

Nomor 2 Tahun 2012.Lex Crimen Vol. V No.3. 2016

Mawuntu, J. Ronald. Konsep Penguasaan Negara Berdasarkan Pasal 33 UUD

1945 dan Putusan Mahkamah Konstitusi. Penelitian dalam kumpulan

jurnal edisi Vol.XX/No.3/April-Juni/2012

Subekti, Rahayu.Kebijakan Pemberian Ganti Kerugian Dalam Pengadaan Tanah

Bagi Pembagunan Untuk Kepentingan Umum, Yustisia. Vol. 5 No. 2,

2016

WEBSITE ATAU INTERNET

Toto Suharto dan Rekan.Jasa dan Layanan.https://www.tnr.co.id/ diakses pada 20

September 2019

Nadia Luthfiyah, Mekanisme ganti kerugian dalam pengadaan tanah berdasarkan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum (studi Putusan Pengadilan Negeri

Page 84: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

74

Tangerang Nomor 129/Pdt.P/2017/PN.TNG.)

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/44179 diakses pada

15 november 2019

Mohamad Fahmi Burhanudin, Mekanisme Pengadaan Dan Konsinyasi Ganti Rugi

Tanah Oleh Pemerintah Terkait Dengan Pembangunan Jalan Umum (Studi

Kasus Pelebaran Jalan Ciater-Rawa Mekar Jaya)

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/30179 diakses pada

15 November 2019

Page 85: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

75

A

Page 86: Disusun Oleh - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Skripsi yang berjudul ... jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus, maupun stasiun

76

a