disusun oleh : sekretaria t dpr-rirepositori.dpr.go.id/39/1/dpr gotong royong.pdf(dpr), maka...

147

Upload: others

Post on 04-Nov-2019

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)
Page 2: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG

(29 Agustus 1970 - 28 Oktober 1971)

Page 3: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

1 I

Page 4: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

i

Tumbuh dan berkembangnya demo- krasi yang senafas dengan perjuangan suatu bangsa, hanyalah akan dapat dihayati antara lain dengan cara mendalami posisi, fungsi dan mekanisme Badan Legislatifnya. Dalam sistem Pemerintahan Negara berda- sarkan U.U.D. 1945, badan yang menjalan- kan fungsi legislatif adalah Dewan Perwa- kilan Rakyat yang dibentuk berdasarkan pemilihan umum.

Pada tahun-tahun pertama kemerdeka- an Indonesia, disebabkan oleh keadaan

di dalam negeri yang belum memungkinkan diselenggarakannya pemilihan umum untuk membentuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.) pada tanggal 29 Agustus 1945. K.N.I.P. inilah yang diberi tugas melaksanakan fungsi legislatif yang pertama di Indonesia. Bahkan K.N .I.P. pernah menjalankan fungsi sebagai Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) oleh karena K.N.I.P. pada waktu itu pernah menetapkan Garis-garus Besar Haluan Negara. Dengan demikian, apabila kita hendak meniti perkembangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), jelaslah kiranya bahwa kita tidak dapat melepaskan diri daripada mempelajari sejarah terbentuknya K.N .I.P.

Pada saat sidang pertama K.N.I.P. pada tanggal 29 Agustus 1945, pada saat itulah sebenarnya Lembaga Legislatif Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai berfungsi.

PENGANTAR

Page 5: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)
Page 6: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

ii

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas perkenanNya, maka Sekretariat Jenderal DPR-RI, menerbit- kan buku kedua yang berjudul:

"Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong" (29 Agustus 1970 - 28 Oktober 1971),

buku ini sebenarnya merupakan suplemen dari buku "Seperempat Abad DPR-RI". Hal ini dimaksudkan, karena perkembangan DPR-RI berikutnya didasarkan kepada kegiatan 5 (lima) tahunan, maka agar ada kesi- nambungan uraian kegiatan dan agar pem baca tidak terputus dalam meniti uraian mengenai kegiatan DPR-RI sejak pembentukan- nya, yaitu sejak tahun 1945, disusunlah buku ini, yang menguraikan kegiatan selama kurang lebih 14 bulan (29 Agustus 1970 - 28 Okto- ber 1971).

2. "Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia" (28 Oktober 1971 - 1 Oktober 1977).

3. "Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia" (1 Oktober 1977 -1 Oktober 1982).

1. "Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong" (29 Agustus 1970 - 28 Oktober 1971).

bahkan buku tersebut dewasa ini telah pula dicetak ulang.

Untuk mengetahui perkembangan DPR sesudah 29 Agustus 1970, oleh Sekretariat Jenderal DPR diterbitkan 3 buah buku yang berjudul :

Mengenai perkembangan DPR selama 25 tahun (29 Agustus 1945 - 29 Agustus 1970) oleh Sekretariat Jenderal DPR-RI telah dapat disusun sebuah buku yang diberi judul :

"Seperempat Abad Dewan Pezwakilan Rakyat Republik Indonesia",

Page 7: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

'J I

Page 8: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

iii

WANG SUWANDI, SH.

SEKRETARIS JENDERAL

Jakarta, 20 Desember 1983.

Walaupun hanya menggambarkan kegiatan dalam jangka pendek, namun sistematika uraian adalah sama sebagaimana sistimatika buku "Seperempat Abad DPR-RI".

Kami telah berusaha untuk menyajikan hal-hal yang perlu di- ketahui, serta kejadian-kejadian penting yang berkaitan dengan kegiatan DPR, khususnya DPR-GR sebelum terbentuknya DPR Hasil Pemilu 1971.

Kami menyadari bahwa buku ini masih kurang sempurna, karena itu saran-saran dan kritik-kritik dari para pembaca sangat kami harapkan untuk menambah kesempurnaan isinya.

Page 9: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

1

Page 10: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

I

§. 7. S e k r e t a r i a t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28 s/d 29

20 s/d 27 20 s/d 22 22 s/d 23 23 s/d 25 25 25 s/d 26 27

§. 6. Hasil-hasil Pekerjaan . A. Masa Sidang ke-I/1970-1971 . B. Masa Sidang ke-II/1970-1971 . C. Masa Sidang ke-lII/1970-1971 . D. Masa Sidang ke-IV /1970-1971 . E. Masa Sidang kel/1971-1972 . F. Rekapitulasi hasil-hasil pekerjaan .

§. 5. Peristiwa Penting . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16 s/d 20

§. 4. Peraturan Tata Tertib dan Pelaksanaannya . . . . . 10 s/d 16 A. Isi Peraturan Tata Tertib DPR-GR . . . . . . . 11 s/d 14 B. Pelaksanaan Tata Tertib DPR-GR . . . . . . . . 14 s/d 16

5). Tunjangan lain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9 6). Fasilitas lain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9 s/d 10

6 s/d 10 6 s/d 7 7 7 s/d 8 s 8 s/d 9 9

4 s/d 5 4 s/d 5 5

1s/d4

H alaman

§. 3. Kedudukan, Tugas dan Wewenang . A. Kedudukan, tugas dan wewenang . B. Kedudukan Keuangan .

1). Gaji Kehormatan . 2). Tunjangan Kehormatan . . . . . . . . . . 3). Paket Harian . 4). Biaya Perjalanan .

§. 2. Keanggotaan dan Pimpinan . 1). Keanggotaan . 2). Pimpinan .

§. 1. Pembentukan dan Susunan Keanggotaan .

DAFTAR ISi

Page 11: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)
Page 12: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

II

6. Daftar Usul Resolusi/Usul Pernyataan Pendapat dan 121 s/d 123 Usul-usul lain yang diajukan DPR-GR sesudah tanggal 30 Juni 1966 (sesudah berlakunya UU No. 10 tahun 1966) yang belum selesai dibahas .

5. Daftar RUU Inisiatif DPR-GR yang diajukan sesu- 118 s/d 120 dah tanggal 20 Juni 1966 (sesudah berlakunya UU No. 10 tahun 1966) yang belum selesai pembahasan- nya .

4. Daftar RUU yang diterima dari Pemerintah sesudah 115 s/d 117 tanggal 20 Juni 1966 (sesudah berlakunya UU No. 10 tahun 1966) yang belum selesai pembahasan- nya : .

3. Daftar RUU Usul Inisiatif yang sudah selesai dibahas 109 s/d 110 sejak berlakunya UU No. 10/1966 sampai 2 Oktober 1971 .

2. Daftar RUU yang sudah selesai dibahas sejak berla- 101 s/d 108 kunya UU No. 10/1966 sampai 2 Oktober 1971 ...

i I t

1. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong 40 s/d 97 Royong Nomor 10/DPR-GR/IIl/1967-1968 ten- tang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rak- yat Gotong Royong .

LAMPIRAN: H alaman

Page 13: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)
Page 14: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

1

Seporti sudah diuraikan dalam Buku Seperempat Abad DPR-RI, bahwa DPR·GR yang pembentukan dan susunan keanggotaannya ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1966, adalah merupakan kelanjutan dari DPR-GR yang diatur dengan Penetapan Presiden Nomor 4 Tahun 1960, dengan prinsip statusquo (tidak diadakan penggantian/pengisian lowongan bagi Anggota DPR-GR yang dinyatakan berhenti karena terlibat "G-30-S "/PKI).

DPR-GR tersebut di atas beranggotakan 242 orang. Setelah diadakan penyegaran/penambahan, [umlah anggotanya menjadi 414 orang.

Penetapan jumlah Anggota DPR-GR menjadi 414 orang tersebut didasarkan kepada hasil konsensus yang dicapai pada waktu mem- bahas RUU tentang Pemilihan Umum Anggota-anggota Badan Per- musyawaratan/Perwakilan Rakyat. Konsensus tersebut dikukuhkan oleh rapat Panitia Musyawarah DPR-GR tanggal 8 Desember 1966. Dari 12 konsensus yang telah dikukuhkan oleh Panitia Musyawarah DPR-GR tersebut satu diantaranya menyatakan bahwa jumlah Anggota DPR hasil Pemilihan Umum sebanyak 460 orang, terdiri dari 360 orang dipilih dan 100 orang diangkat.

Dalam rangka penyegaran/penambahan Anggota DPR-GR ber- dasarkan musyawarah antara Pimpinan DPR-GR dengan Pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 telah dicapai kesepakatan mengenai jumlah Anggota DPR-GR yaitu 90% dari 460, sama dengan 414 orang.

DPR-GR yang beranggotakan 414 orang inilah yang kemudian dikenal dengan nama DPR-GR minus PK/, atau DPR-GR Orde Baru.

§. 1. Pembentukan dan Susunan Keanggotaan.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG ORDE BARU

(Dari tanggal 29 Agustus 1970 s/d 28 Oktober 1971)

Page 15: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

2

Dalam penambahan tersebut wakil-wakil Partai Politik dalam DPR-GR yang semula duduk dalam Sub Golongan Kerokhanian, Sub Golongan Pembangunan Materiil, dan Sub Golongan Pembangun- an Spirituil, digabungkan kembali ke dalam Partai Politik induknya. Dengan demikian maka tidak seorangpun Anggota DPR-GR dari unsur Partai Politik menjadi anggota Sub-sub golongan dari Golongan Kary a.

Jumlah Anggota Golongan Karya ABRI yang semula 38 orang yang terdiri dari 15 AD, 7 AL, 7 AU, 7 Kepolisian, 1 OPR/OKD dan 1 Veteran dalam DPR-GR minus PKI ditambah sehingga menjadi 75 orang anggota yang terdiri dari 29 orang dari Angkatan Darat, dari AL, AU, AK (Angkatan Kepolisian) masing-masing 14 orang,

'dan dari Hansip/Hanra serta Veteran masing-masing 2 orang.

Penambahan/penyegaran Keanggotaan DPR-GR tersebut antara lain juga berkenaan dengan direhabilitasinya Partai Murba dengan Keputusan Presiden No. 223/1966. Dalam DPR-GR Partai Murba yang sudah direhabilitir tersebut diwakili oleh 4 orang.

Selain itu dengan disahkan berdirinya Partai Muslimin Indonesia dengan Keputusan Presiden No. 70 Tahun 1968, tanggal 20 Pebruari 1968, Partai Muslimin Indonesia tersebut diwakili oleh 18 orang dalam DPR-GR.

Selain adanya perbedaan dalam jumlah anggotanya, susunan/kom- posisi keanggotaan DPR-GR minus PKI juga berbeda dengan DPR-GR sebelumnya.

- Susunan Keanggotaan DPR-GR minus PKI terdiri dari : Golongan Politik (Nasionalis, Islam, Kristen Katolik) dan Golongan Karya. Golongan Karya terdiri dari Sub Golongan Karya ABRI, Sub Golongan Kerokhanian, Sub Golongan Pembangunan Materiil dan Sub Golongan Spirituil.

- Disamping itu ada 9 Fraksi Partai-partai Politik, 1 Fraksi ABRI, dan 3 Fraksi Karya Pembangunan (A, B dan C) dalam DPR-GR minus PK!.

Page 16: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

3

DPR-GR yang telah ditambah jumlah anggotanya sehingga menjadi 414 orang itulah yang menjakanlan tugas dan wewenangnya sesuai dengan · UUD-1945 sampai DPR hasil Pemilihan Umum terbentuk.

Pejabat Presiden ketika melantik Anggota baru DPR-GR pada tanggal 13 Pebruari 1968 antara lain menyatakan sebagai berikut :

" . . . . . . .... dengan terus berkembangnya masyarakat Indo- nesia maka muncullah kekuatan-kekuatan serta pola-pola fikiran baru terutama sejak permulaan tahun 1966. Kekuatan-kekuatan dan pola-pola fikiran baru ini ternyata men- dapatkan hubungan dalam masyarakat dan telah mempunyai peranan yang besar dalam merintis, meletakkan dasar-dasar dan menegakkan perjuangan Orde Baru. Oleh karena itu .seperti yang ditegaskan dalam UU Nomor 10/ 1966? maka untuk mendapatkan DPR-GR sebagai "Lambang" Perwakilan Rakyat, jelas ada kebutuhan yang mendesak untuk menyegarkan DPR-GR dengan penambahan dan penggantian- penggantian anggota an tar waktu ".

Sebagai gantinya diadakan Fraksi baru yaitu Fraksi Karya Pemba- ngunan A, B, dan C yang seluruhnya beranggotakan 96 orang. Fraksi Karya Pembangunan A, B, dan C inilah yang merupakan Golongan Karya Non ABRI dalam DPR-GR Orde Baru. Dengan demikian maka perbedaan yang prinsip antara susunan ke- anggotaan DPR-GR berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 4 Tahun 1960 dengan susunan keanggotaan DPR-GR sesudah diadakan penam- bahan/penyegaran ialah :

- Golongan Karya Non ABRI dalam DPR-GR berdasarkan Pe- netapan Presiden Nomor 4 Tahun 1960, sebagian besar ang- gotanya (lebih dari dua pertiganya) berafiliasi kepada salah satu Partai Politik.

- Golongan Karya Non ABRI dalam DPR-GR setelah diadakan penyegaran/penambahan, seluruh anggotanya murni berasal dari Golongan Karya sendiri.

r

Page 17: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

4

Perincian dari susunan keanggotaan DPR-GR setelah diadakan 1 penyegaran/penambahan tersebut ialah sebagai berikut :

1. P.N.I. = 78 orang. 2. N.U. = 75 orang. 3. Parkindo 17 orang. 4. Partai Katolik = 15 orang. 5. P.S.1.1. = 20 orang. 6. I.P.K.I. = 11 orang. 7. Perti = 9 orang. 8. Murba 4 orang. 9. Partai Muslimin = 18 orang.

10. A.B.R.I. = 75 orang. (AD 29 orang). (AL 14 orang). (AU 14 orang). (AK 14 orang). ( Hansip/

Hanra 2 orang). (Veteran 2 orang).

11. Fraksi Karya Pembangunan A 32 orang. 12. Fraksi Karya Pembangunan B = 32 orang. ~ 13. Fraksi Karya Pembangunan c 28 orang.

Jadi seluruhnya berjumlah = 414 orang.

J

§. 2. Keanggotaan dan Pimpinan.

1). Keanggotaan.

Hal tersebut diatur dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (2) UU 'No. 10 tahun 1966 tentang Kedudukan MPRS dan DPR-GR menje- lang Pemilihan Umum.

Page 18: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

5

b. - Dr. SJARIF THAJEB, Wakil Ketua (Golongan Karya ABRI).

- SOELISTIO, SH, Wakil Ketua (Golongan Karya Pem- bangunan).

a. Golongan Politik :

- H.A. SYAICHU, Ketua (Golongan Islam). - Mh. ISNAENI, Wakil .Ketua (Golongan Nasionalis). - DRS. B~N MANG RENG SAY, Wakil Ketua (Golongan

Kristen Katolik).

2). Pimpinan.

Adapun susunan Pimpinan DPR-GR periode ini adalah sebagai berikut:

1. Imam Supardjan Anggota No. 108 dari PSII, 2. Chr. J. Mooy Anggota No. 127 dari Parkindo, 3. Sujono Kretartodigdo Palangan Anggota No. 147 dari

Fraksi Pembangunan, 4. May. Jen. L. Wonojuda dari ABRI Anggota No. 157, 5. Thamrin Lemakampali dari PNI Anggota No. 236, 6. Harun Umar dari Golongan Karya Angg~ta No. 365.

Dari jumlah 414 orang Anggota DPR-GR tersebut sampai pada akhir masa jabatannya, terdapat lowongankeanggotaan sebanyak 6 orang karena meninggal dunia dan tidak diganti, yaitu :

Page 19: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

WAKIL KETUA DPR-GR. SULISTIO. SH.

WAKIL KETUA DPR·GR. DR. SJARIF THAJEB

, l

WAKJL KETUA DPR·GR. DRS. BEN MANG RENG SAY

WAKIL KETUA DPR·GR. Mh. ISNAENI.

5 a.

Page 20: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

5 b.

Suasana perpisahan para anggota DPR-GR yang akan mengachiri tugasnya, dengan menikrnati acara kesenian

Kenangan terachir. Kelima Pimpinan DPR-GR berdiri dipuncak teras gedung DPR Senayan.

'

Page 21: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)
Page 22: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

6

Undang-undang No. 10 tahun 1966 antara lain menetapkan bahwa sesuai dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XIX/MPRS/1966 dan Ketetapan Majelis Permusyawa- ratan Rakyat Sementara No. X/MPRS/1966, dalam rangka pemumi- an pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945, kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang diatur dengan Penetapan Presiden No. 4 tahun 1960 perlu ditinjau kembali dan diatur dengan Undang-undang.

Kedudukan DPR·GR diatur dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (2) Undang-undang No. 10/1966 yang menentukan

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang diatur berdasarkan Penetapan Presiden 'No. 4 tahun 1960 dalam Undang-undang ini tetap diberi nama Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong selan- jutnya disingkat DPR-GR, menjalankan tugas dan wewenangnya sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 sampai Dewan Perwakilan Rakyat basil Pemilihan Umum yang akan datang.

Kedudukan, tugas dan wewenang DPR-GR lebih lanjut diatur dan ditetapkan dalam Pasal 1 Peraturan Tata Tertib DPR-GR (Kepu- tusan DPR-GR No. 10/DPR-GR/111/67-68) sebagai berikut :

(1). Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong adalah Lembaga Negara yang bertanggung jawab dan berwenang untuk men- jalankan tugas-tugas utama sebagai berikut :

a. Bersama-sama dengan Pemerintah menetapkan Ang- garan Pendapatan dan Belanja Negara sesuai dengan pasal 23 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 beserta penjelaaannya.

b. Bersama-sama dengan Pemerintah membentuk undang- undang sesuai dengan Pasal 5 ayat (1), Pasal-pasal 20, 21 ayat (1), 22 Undang-undang Dasar 1945 beserta penjelasannya.

A. Kedudukan, tugas dan wewenang.

§. 3. KEDUDUKAN, TUGAS DAN WEWENANG.

Page 23: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

7

B. Kedudukan Keuangan.

1). Gaji Kehormatan.

Berdasaikan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 1968 tentang Perubahan dalam Gaji/Gaji Kehormatan/Uang Kehormat- an Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Lembaga Negara Tertinggi, Pasal 1 ayat (1), (2), dan (3) menyebutkan sebagai berikut :

(1) Ketua M.P.R.S., Ketua D.P.R.-G.R., Ketua D.P.A. dan Ketua B.P .K., mendapat gaji masing-masing sebesar Rp. 17 .500,- (tujuh belas ribu lima ratus rupiah) sebulan;

(2) Wakil Ketua M.P.R.S., Wakil Ketua D.P.R.-G.R., Wakil Ketua D.P .A. dan Wakil Ketua B.P .K. mendapat gaji masing-masing sebesar Rp. 15.000,- (lima belas ribu rupiah) sebulan;

(3) Kecuali Ketua dan Wakil Ketua, Anggota D.P.R.-G.R., Anggo- ta D.P.A. dan Anggota B.P.K. mendapat gaji kehormatan masing-masing sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) sebulan.

a. Mengajukan pertanyaan bagi masing-masing anggota. b. Meminta keterangan (interpelasi). 7

c. Mengadakan penyelidikan (angket). d. Mengadakan perobahan (amandemen). e. Mengajukan usul pernyataan pendapat atau usul-usul lain. f. Menganjurltan seseorang jika ditentukan oleh sesuatu per-

aturan perundang-undangan.

Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945 DPR-GR mempunyai Hak-hak tertentu sebagaimana diatur dalam pasal 6 Undang-undang No. 10/1966, yaitu hak untuk:

c. Melakukan pengawasan atas tindakan-tindakan Pemerin- tah sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 dan pen- jelasannya, khususnya penjelasan Bab VII.

(2). Pelaksanaan tugas tersebut dalam Pasal 1 ayat (1) di atas diatur dalam Bab VI, VIII dan IX Peraturan Tata Tertib ini.

Page 24: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

8

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep. 411/ MK/4/6/1969 tersebut, para Anggota DPR-GR selain mendapat- kan gaji kehormatan, juga mendapatkan uang Paket Harian. Paket Harian ialah uang yang diberikan kepada Anggota sebagai penggantian uang Sidang/uang Harian, biaya kendaraan lokal dan biaya penginapan. Adapun besarnya uang Paket Harian ialah sebagai berikut :

3). Paket Harian.

an kehormatan.

Tetap/Panitia Khusus - Anggota Bagian/Komisi/Panitia Rp. 1.000,- sebulan.

Perangkapan jabatan tidak membawa akibat perangkapan tunjang-

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep. 411/ MK/4/6/1969 tanggal 16 Juni 1969, besarnya Tunjangan Kehor- matan bagi Ketua/Wakil Ketua/Anggota dari Bagian/Komisi/ Panitia Tetap/Panitia Khusus ialah sebagai berikut : - Ketua Bagian/Komisi/Panitia Tetap/Panitia Khusus Rp. 2.000,-

sebulan. - Wakil Ketua Bagian/Komisi/Panitia Tetap/Panitia Khusus

Rp. 1.500,- sebulan.

2). Tunjangan Kehormatan.

Ketua, Wakil Ketua atau Anggota D.P.R.-G.R. dan lain-lain Lembaga Negara, yang diangkat menjadi Anggota M.P.R.S., tidak menerima uang kehormatan lagi secara akumulatif.

bl

Pasal 3.

Selanjutnya dalam P.P. No. 23 tahun 1968 tersebut juga memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

Pasal 2. Diatas gaji/gaji kehormatan tersebut dalam pasal 1, huruf 1,

2 dan 3, diberikan tunjangan-tunjangan menurut peraturan- peraturan yang berlaku umum untuk pegawai negeri sipil yang digaji menurut Golongan II sampai dengan IV P.G.P.S. 1968.

Page 25: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

9

6). Fasilitas lain.

a. Anggota DPR-GR untuk mengadakan hubungan dengan suatu tempat dalam wilayah R.I. mendapat penggantian biaya peng- angkutan pulang pergi sekali setahun.

b. Anggota DPR-GR yang bertempat tinggal di luar Jawa dalam waktu sidang dapat diberikan kesempatan pulang kedaerah- nya dengan mendapat penggantian biaya pengangkutan pulang pergi, jika sidang telah ditetapkan akan berlangsung dua bulan atau lebih.

c. Anggota DPR-GR yang sedang menghadiri sidang, jika Isteri/ Suami, Anak, orang tua meninggal, dapat pulang kedaerahnya atas tanggungan Pemerintah (pulang-pergi) dan selama ini

Tunjangan kecelakaan, kematian dan penggantian biaya pengobatan berlaku ketentuan-ketentuan untuk pegawai negeri pada umumnya, ditambah dengan fasilitas biaya pengangkutan Jenazah jika meninggal bukan ditempat tinggalnya.

5). Tunjangan lain.

4). Biaya Perjalanan.

Untuk perjalanan dinas Anggota DPR-GR mendapat penggan- tian biaya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku menu- rut "Peraturan Perjalanan Dinas" dengan memperhatikan uang harian tersebut dalam pasal-S ayat (3) P.P. No. 209/1961 yang oleh Pimpinan DPR-GR ditetapkan sebesar uang Paket Harian yang diterima anggota DPR-GR yang bertempat tinggal di Jakarta, yaitu sebesar Rp. 700,- (tujuh ratus rupiah) per hari.

Ketentuan Keuangan bagi Ketua/Wakil Ketua/Anggota DPR-GR dari tanggal 29 Agustus s/d 28 Oktober 1971 belum mengalami perobahan, dan tetap menggunakan ketentuan-ketentuan sebagai- mana tersebut di atas.

Rp. 1.200,-/hari. Rp. 700,-/hari. Rp. 600,- /hari.

- Luar Jakarta - Dalam Jakarta - Dalam reses

Page 26: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

10

Tentang Kedudukan, Tugas dan Wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong. Tentang Pelaksanaan Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

Tentang Ketua dan Wakil-wakil Ketua. Tentang Fraksi-fraksi. Tentang Badan-badan Kelengkapan Dewan Perwa- kilan Rakyat Gotong Royong. Tentang Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Tentang Hubungan Kerja Dengan Badan Pemeriksa Keuangan.

Tentang Pembentukan Undang-undang. Tentang Hak dan Wewenang Anggota Dewan Perwa- kilan Rakyat Gotong Royong. Tentang Sidang dan Rapat Dewan Perwakilan Rak- yat Gotong -Royong.

Tentang Surat-surat Masuk/Keluar. 11. BAB XI

10. BAB X

8. BAB VIII 9. BAB IX

7. BAB VII

6. BAB VI

3. BAB III 4. BAB IV 5. BAB V

2. BAB II

1. BAB I

DPR-GR dari tanggal 29 Agustus 1970 s/d 28 Oktober 1971 masih menggunakan Peraturan Tata Tertib DPR-GR yang ditetapkan dalam Rapat Pleno DPR-GR tanggal 17 Pebruari 1968 dengan Surat Keputusan DPR-GR Nomor : 10/DPR-GR/III/1967-1968 tentang Peraturan Tata Tertib DPR-GR. Peraturan Tata Tertib ini terdiri dari :

A. Isi Peraturan Tata Tertib DPR-GR.

§. 4. Peraturan Tata Tertib dan Pelaksanaannya.

dalam perjalanan dianggap memenuhi tugas kewajiban anggota.

d. Tiap Anggota yang berdomicili di Pulau Jawa, berhak mema- kai kupon K.A. Bima sebanyak 24 lembar, sedangkan untuk K.A. lainnya rata-rata setahun 4 kupon @ 10 lembar, jadi 40 lembar.

I

Page 27: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

11

Untuk melakukan tugasnya DPR-GR mempunyai Badan-badan Kelengkapan. Peraturan Tata-Tertib 1968 tidak lagi menggunakan istilah Badan Perlengkapan melainkan Badan-badan Kelengkapan.

9. Fraksi MURBA. 10. Fraksi ABRI. 11. Fraksi Kary a Pembangunan (A). 12. Fraksi Karya Pembangunan (B). 13. Fraksi Karya Pembangunan (C).

Sejak diadakannya penyegaran, dalam DPR-GR terdapat 13 Frak- si, yakni: 1. Fraksi P .N .I. 2. Fraksi N.U. 3. Fraksi P.S.I.I. 4. Fraksi PARKINDO. 5. Fraksi KATOLIK. 6. Fraksi Partai Muslimin. 7. Fraksi I.P .K.I. 8. Fraksi PER TI.

Mengenai jumlah wakil Fraksi-fraksi yang duduk dalam Panitia Musyawarah DPR-GR diatur dalam pasal 20 ayat (3) sebagai berikut :

a. Fraksi-fraksi yang beranggota s/d 10 orang mempunyai seorang wakil.

b. Fraksi-fraksi yang beranggota 11 s/d 20 orang mempunyai 2 orang wakil.

c. Fraksi-fraksi yang beranggota 21 s/d 30 orang mempunyai 3 orang wakil.

d. Fraksi-fraksi yang beranggota 31 s/d 40 orang mempunyai 4 orang wakil.

e. Fraksi-fraksi yang beranggota 41 s/d 50 orang mempunyai 5 orang wakil.

f. Fraksi-fraksi yang beranggota 51 s/d 60 orang mempunyai 6 orang wakil.

12. BAB XII : Tentang Ketentuan-ketentuan Penutup.

'

Page 28: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

12

Dalam Peraturan Tata Tertib 1968, selain dimuat ketentuan- ketentuan tentang Komisi dimuat juga ketentuan-ketentuan tentang Badan Kelengkapan yang disebut Bagian,

Tugas pembentukan Undang-undang diserahkan kepada Bagian. Adapun Komisi-komisi yang dalam Peraturan Tata Tertib sebe-

lumnya diserahi pula tugas pembentukan Undang-undang, dalam Tata Tertib 1968 ini hanyalah bertugas mengadakan pengawasan (kontrole) atas tindakan-tindakan Pemerintah.

Secara terperinci tugas daripada Bagian-bagian adalah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan perumusan dan penyelesaian terhadap Ran- cangan Undang-undang.

b. 1. Melakukan sesuatu tugas atas keputusan DPR-GR. 2. Mengajukan kepada DPR-GR Usul-usul rancangan

Undang-undang atau usul-usul dan laporan-laporan tentang soal-soal yang termasuk dalam urusan Bagian masing-masing,

3. Mengusulkan kepada Panitia Musyawarah hal-hal yang · dianggap perlu untuk dimasukkan dalam acara DPR-GR.

4. Mengadakan peninjauan-peninjauan yang dianggap perlu oleh Bagian.

Jumlah serta bidang pekerjaan Bagian-bagian ditetapkan dalam keputusan DPR-GR No. 11/DPR-GR/III/67-68 yang menentukan bahwa DPR-GR mempunyai lima Bagian-bagian sebagai berikut :

2. Panitia Anggaran 3. Bagian 4. Komisi 5. Panitia Khusus 6. Panitia Rumah Tangga, dan 7. Sekretariat.

Jenis Badan Kelengkapan BPR-GR adalah sebagai berikut:

1. Panitia Musyawarah

Page 29: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

13

10. Komisi X

9. Komisi IX

8. Komisi VIII

1. Komisi I

2. Komisi II

3. Komisi III

4. Komisi IV 5. Komisi v

6. Komisi VI 7. Komisi VII

berikut:

Lembaga-lembaga Negara Tertinggi dan Departe- men Penerangan. Departemen Luar N egeri, Departemen Pertahanan dan Keamanan. Departemen Dalam N egeri dan Departemen Kehakiman. Departemen Perdagangan. Departemen Perkebunan, Departemen Pertanian dan Departemen Pertambangan. Departemen Keuangan. Departemen Perindustrian, Tekstil dan Kerajinan Rakyat, Departemen Perindustrian Dasar, Ringan dan Tenaga. Departemen Maritim, Departemen Perhubungan dan Departemen Pekerjaan Umum. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Agama. Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, De- partemen Tenaga Kerja, Departemen Urusan Transmigrasi.

Mengenai tugas-tugas daripada Komisi-komisi, Peraturan Tata Tertib menentukan:

DPR-GR yang lama mempunyai 6 Komisi. Sedang berdasarkan Peraturan Tata Tertib 1968 DPR-GR mempunyai 10 Komisi sebagai

1. Bagian A Bidang Lembaga-lembaga Negara Tertinggi, Perta-

~ hanan dan Keamanan, Luar Negeri dan Penerangan.

2. Bagian B Bidang Hukum, Ketatanegaraan dan Dalam Negeri.

3. Bagian C Bi dang Ekonomi dan Keuangan.

4. Bagian D Bi dang Industri dan Pembangunan.

5. Bagian E Bi dang Kesejahteraan.

Page 30: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

14

Usul pernyataan pendapat atau usul lain, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus disampaikan kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong disertai penjelasan tertulis.

Dalam rapat yang berikut Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong/Ketua rapat memberitahukan kepada Dewan Perwa- kilan Rakyat Gotong Royong tentang masuknya usul tersebut.

Pembahasan usul Pernyataan Pendapat dan usul-usul lain, oleh sekurang-kurangnya duapuluh orang Anggota dapat diajukan sesuatu usul pernyataan pendapat atau usul-usul lain baik yang berhubungan dengan soal yang sedang dibicarakan maupun yang mempunyai maksud tersendiri.

B. Pelaksanaan Tata Tertib DPR-GR.

1. a. melakukan sesuatu tugas atas keputusan DPR-GR.

b. membantu menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Presiden dalam menjalankan Undang-undang dan kebijak- sanaannya, yang termasuk dalam urusan Komisi masing- masing, dalam hal ini Komisi dapat mengambil kesimpulan.

c. mendengar suara rakyat tentang hal-hal yang termasuk dalam urusan Komisi masing-masing, antara lain dengan jalan mem- perhatikan surat-surat yang disampaikan kepada DPR-GR dan menerima fihak-fihak yang berkepentingan.

d. mengadakan rapat kerja dengan Presiden untuk mendengarkan keterangannya atau mengadakan pertukaran pikiran tentang tindakan-tindakan yang sudah atau akan dilakukan oleh Menteri-menteri yang bersangkutan, dalam hal ini Komisi dapat mengambil kesimpulan.

e. mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada Presiden.

f. mengusulkan kepada Panitia Musyawarah hal-hal yang diang- gap perlu untuk dimasukkan kedalam acara DPR-GR.

2. Mengadakan peninjauan-peninjauan yang dianggap perlu oleh Komisi yang anggarannya dibebankan kepada Anggaran Belanja DPR-GR.

Page 31: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

15

Dalam rapat Pleno yang telah ditetapkan diatas, para pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan dengan lisan atas usul pernyataan pendapat atau usul lain itu. Pembicaraan mengenai sesuatu usul pernyataan pendapat atau usul lain dilakukan dalam dua babak pembicaraan, dengan memberikan kesempatan kepada:

a. Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong lain- nya untuk memberikan pemandangannya;

b. Presiden untuk menyatakan pendapatnya.

Baik dalam rangka babak pembicaraan yang pertama maupun dalam babak yang terakhir, para pengusul memberikan jawaban atas peman- dangan para anggota dan Presiden.

Menyinggung masalah resolusi atau pernyataan pendapat atau usul-usul lain dari DPR-GR perlu kiranya dikemukakan bahwa pada hakekatnya usul-usul atau pernyataan itu adalah sudah sependapat dengan penilaian/eistimate pihak Pemerintah sendiri terhadap suatu masalah, sehingga secara moriil sudah ada ikatan kepada Pemerintah untuk memenuhi usul-usul DPR-GR tersebut. Mengapa dapat di- katakan demikian, hal ini adalah berdasarkan pengalaman DPR-GR, terutama setelah berlakunya UU No. 10 tahun 1976 bahwa dalam menyelesaikan suatu usul resolusi, usul pernyataan pendapat atau usul-usul lain Penyelesaian menurut pasal 103 Tata Tertib ialah : "Pembicaraan ditutup dengan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang menerima baik atau menolak pernyataan penda- pat atau usul-usul lain tersebut". Akan tetapi yang dilakukan selama itu ialah proses pembicaraannya melalui penyempurnaan redaksionil maupun penyempurnaan isinya dan hanya satu dua usul saja yang berhasil diterima baik dengan tidak melalui Panitia Perumus. Dalam

Setelah oleh Sekretariat diberi nomor pokok dan nomor surat, usul termaksud dalam pasal 99 diperbanyak serta dibagikan kepada para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan dikirim- kan kepada Presiden.

Panitia Musyawarah menetapkan hari dan waktu pembicaraan dalam rapat Pleno mengenai usul pernyataan pendapat atau usul lain

itu.

Page 32: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

16

§. 5. Peristiwa penting.

Dalam Buku Seperempat Abad DPR-RI telah diuraikan kejadian- kejadian Bersejarah pada periode DPR Orde Baru dari tahun 1968 s/d tanggal 29 Agustus 1970 yang terdiri dari :

Tingkat-tingkat Pembicaraan e "

Proses pembahasan RUU/RUU Usul Inisiatif dan Usul-usul lain ditempuh dengan 5 (lima) tingkat pembicaraan, yaitu : - Pembicaraan tingkat I, Rapat Pleno terbuka untuk mendengarkan

penjelasan dari Pemerintah atau Pengusul atas RUU/RUU Usul Inisiatip.

- Pembicaraan tingkat II, ialah rapat-rapat Fraksi untuk membahas/ mempelajari penjelasan Pemerintah/Pengusul.

- Pembicaraan tingkat III, ialah Rapat Pleno terbuka untuk memberi- kan kesempatan kepada para Anggota menyampaikan pemandangan umum. Apabila RUU dan Usul-usul itu datangnya dari Pemerintah, maka kepada wakil Pemerintah diberi kesempatan untuk menang- gapinya. Apabila RUU tersebut merupakan Usul Inisiatip dan Usul- usul lain dari Dewan, maka wakil para pengusul diberi kesempatan untuk memberikan tanggapannya dan sesudah itu wakil Pemerintah memberikan tanggapannya pula.

--:- Pembicaraan tingkat IV, dilakukan dalam rapat Bagian/Gabungan Bagian untuk membahas usul-usul perubahan.

- Pembicaraan tingkat V, dilakukan dalam Rapat Pleno DPR-GR untuk pengambilan keputusan setelah juru bicara masing-masing Fraksi mengemukakan pendapat akhir.

Panitia Perumus ini, selain duduk wakil-wakil dari semua Fraksi, juga duduk unsur Pemerintah, sehingga sejauh mungkin diusahakan pendekatan-pendekatan terha.dap materi dan kemungkinan-kemung- kinan pelaksanaannya.

Sebab tidak akan ada gunanya suatu usul resolusi, pemyataan pendapat atau usul-usul lain diputuskan oleh DPR-GR, sekiranya Pemerintah tidak atau belum mampu untuk melaksanakannya.

Page 33: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

17

Berulang kali saya telah mengajak; agar dalam berusaha mencari pengaruh dan suara Rakyat, janganlah sampai mengorbankan Rakyat itu sendiri - karena menyeret saling beradukan kekuatan-kekuatan Rakyat itu -, janganlah sampai mengorbankan kepentingan Rakyat dan jangan pula menghambat pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup Rakyat.

A. Pelengkap Nawaksara.

B. Penyerahan Kekuasaan Pemerintahan dari Presiden Soekarno secara sepihak kepada Pengemban TAP IX/MPRS/1966.

C. Di sekitar Sidang Istimewa MPRS.

D. Persoalan Irian Barat.

Adapun peristiwa penting yang akan diuraikan dalam kurun waktu dari tanggal 29 Agustus 1970 s/d 28 Oktober 1971 ialah berkaitan dengan pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia pada tanggal 3 Juli 197L

Dalam Pidato Kenegaraan Presiden Soeharto tanggal 16 Agustus 1971 mengenai pelaksanaan Pemilihan Umum tanggal 3 Juli 1971, antara lain dikemukakan sebagai berikut :

"Sejak lahirnya Orde Baru, sejak Sidang Umum ke-empat MPRS, pelaksanaan PEMILU ini merupakan sasaran dan keputusan Orde Baru. Pemerintah sebagai pelaksana keputusan Rakyat itu telah melaksanakan keinginan Rakyat tadi dengan sebaik-baiknya. Berdasar- kan Undang-undang PEMILU yang telah dibahas oleh DPR-GR dan Pemerintah secara mendalam, melalui musyawarah-musyawarah yang panjang dan memakan waktu 3 tahun - jelas demokratis dan konsti- tusionil -, Pemerintah berusaha melaksanakan PEMILU dengan setertib-tertibnya, selancar-lancarnya dan dalam batas waktu yang ditetapkan oleh MPRS. Dalam konsultasi-konsultasi saya dengan Partai-partai Politik dan Golkar sebagai langkah persiapan PEMILU itu, semua fihak telah membulatkan ketetapan hatinya untuk melak- sanakan PEMILU itu sesuai dengan keputusan Rakyat.

Dalam hubungan ini, saya telah minta kepada Partai-partai Politik dan Golkar dan kepada seluruh Rakyat, agar dalam persiapan dan pelaksanaan PEMILU itu tujuan PEM,ILU itu sendiri jangan dikorban- kan.

Page 34: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

18

Disini terpancar pelajaran moral yang tinggi nilainya. Pada saat- saat pungutan suara itu pemimpin-pemimpin Pemerintahan dan pemimpin-pemimpin Rakyat sadar, bahwa kepemimpinan mereka sesungguhnya atas dasar kepercayaan atau mandat dari Rakyat itu.

Ya, disinilah Rakyat yang berbicara; Rakyat yang memang ber- daulat !

Dalam Pemilihan Umum itu pendapat Rakyatlah yang ingin dikemukakan, keinginan Rakyatlah yang ingin disuarakan melalui Partai-partai Politik dan Golkar.

Suara Rakyat itu memang telah diberikan pada tanggal 3 Juli yang lalu.

Pada hari itulah - antara lain - wajah demokrasi kita menam- pakkan roman mukanya; sama sekali bukan wajah yang suram atau tertekan, melainkan berseri-seri penuh harapan. Suasana waktu itu sungguh mengharukan.

Rakyat berbondong-bondong menuju ke TPS-TPS : bukan karena paksaan, melainkan karena kesadaran; bukan hanya yang segar-bugar jasmaninya melainkan juga yang "jompo", yang sedang sakit, yang cacat jasmaninya, yang sedang bekerja dikantor-kantor, yang sedang dalam perjalanan. Malahan juga sebahagian Rakyat ada yang memakai bajunya yang terbagus, seolah-olah hendak pergi ketempat-tempat pesta atau ketempat-tempat upacara yang dianggap- nya penting !

Memang, didepan kotak-kotak suara itulah salah satu pesta demo- krasi yang besar, salah satu upacara memantapkan tonggak demokrasi yang penting !

Sekali lagi, saat-saat memasukkan kartu suara itulah salah sa~u wujud demokrasi. Dihadapan kotak-kotak suara itu kedudukan semua warganegara adalah sama : kaum intelektuil maupun orang awam, pembesar maupun Rakyat "biasa", orang kaya maupun orang yang kurang mampu, kaum tua maupun orang muda, laki-laki maupun wanita. Pada saat itu tidak ada satu kekuatan apapun yang dapat memaksa orang menentukan pilihannya, kecuali keinginan pemilih sendiri.

Page 35: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

19

Sebab itu, dalam setiap Pemilihan Umum - yang sekarang maupun selanjutnya nanti - jangan kita silau dengan kemenangan- kemenangan dan jangan pula risau dengan kekalahan-kekalahan.

Nasib Rakyat jauh lebih penting daripada menggunjingkan terus-menerus hasil Pemilihan Umum itu. Bekerja keras jauh lebih berguna daripada mengutik-utik hasil Pemilihan Umum yang syah itu.

Dan marilah kita dengan gembira berkata : yang menang dalam Pemilihan Umum ini sebenarnya seluruh Rakyat, yang menang adalah kita semuanya, yang menang adalah semangat demokrasi !

Tetapi, pembangunan Bangsa bukan hanya tanggung jawab salah satu golongan dalam masyarakat. Pembangunan Bangsa selamanya merupakan tanggung jawab dan hak seluruh Bangsa kita tanpa kecuali. Beberapa waktu yang lalu saya pernah menegaskan, bahwa dalam Pemilihan Umum itu siapa yang menang belum merupakan soal yang pen ting. Yang paling pen ting adalah, bahwa dari hasil Pemilihan Umum ini Panca Sila dan Undang-undang Dasar 1945 dipertahankan dan dilaksanakan, demokrasi makin kita tegakkan, hidup rukun dan serasi dalam masyarakat kita perkuat, dan pembangunan kita per- hebat.

Orang boleh merasa puas atau tidak puas dengan hasil Pemilihan Umum yang baru lalu itu. Tetapi tidak satu orangpun, tidak satu golonganpun, juga tidak Pemerintah, yang mempunyai wenang syah untuk tidak mengakui putusan Rakyat pada tanggal 3 Juli 1971 itu ! Kepada fihak yang menang kita semuanya mengucapkan selamat. Kemenangan ini bukan berarti mengalahkan fihak lain; akan tetapi lebih berarti kepercayaan daripada Rakyat dan tanggung jawab untuk memimpin pembangunan masa depan.

Dan dibalik-balik kotak pungutan suara itu azas-azas Pemilihan Umum yang bebas dan rahasia benar-benar telah dilaksanakan.

Sekarang, kita telah mengetahui hasil Pemilihan Umum itu. Apabila kita harus berbicara soal kalah atau menang, maka tentu saja dalam setiap Pemilihan Umum ada fihak-fihak yang menang dan yang kalah: mustahil semua fihak harus menang atau semua fihak akan kalah.

Page 36: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

20

a. Dalam Masa Sidang ini telah diselesaikan sebuah RUU Usul Inisiatif, sebuah Usul Resolusi dan sebuah Usul Pernyataan Pendapat, yaitu :

A. Masa Persidangan ke-I, tanggal 16-8-1970 s/d tanggal 3-10 1970.

Dalam Buku Seperempat Abad DPR-RI sudah diuraikan menge- nai hasil-hasil pekerjaan tiap periode DPR dari 29 Agustus 1945 sampai dengan 29 Agustus 1970. Namun mengingat bahwa dalam periode DPR-GR Orde Baru, Tahun Sidang dimulai tanggal 16 Agustus sampai dengan tanggal 15 Agustus tahun berikutnya, maka uraian hasil-hasil pekerjaan DPR-GR Orde Baru dalam buku ini tidak dimulai tanggal 29 Agustus 1970 tapi dimulai tanggal 16 Agustus 1970 sampai dengan tanggal 28 Oktober 1971, yang meliputi 5 (lima) Masa Per- sidangan, yaitu :

§. 6. Hasil-hasil Pekerjaan.

Sebab itu, saya ingin mengucapkan selamat kepada seluruh Rakyat Indonesia. Pelaksanaan Pemilihan Umum yang baru lalu itu menunjukkan, bahwa Rakyat telah menghayati demokrasi; bukan · hanya kulitnya saja, tetapi jiwanya demokrasi itu.

Mari kita ingat kembali suasana beberapa bulan yang lalu. Betapapun hebat kampanye dilakukan, betapapun keras suara dikumandangkan; tetapi hari "3 Juli" tetap merupakan hari yang tenang, barangkali paling tenang selama ini. Malahan ada surat kabar yang mencetak dengan huruf-huruf besar "Pemilu yang paling tenang didunia", Dan memang itulah kenyataannya. Ini membuktikan bahwa kesadaran politik Rakyat makin dewasa dan Rakyat memang bersikap tertib. Kesadaran inipun tampak dari jumlah Rakyat yang telah memberikan suaranya. Dalam tahun ini 90% Rakyat yang berhak memilih telah memberikan suaranya; lebih besar daripada Pemilihan Umum tahun 1955 yang hanya mencapai 80% saja. Jumlah inipun jauh lebih tinggi dari negara-negara lain yang dikatakan mempunyai tradisi demokrasi yang lebih lama".

Page 37: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

21

Masa Reses Persidangan ke 1/1970-1971 dari tanggal 5 sampai dengan 17 Oktober 1970 (Reses pendek = 2 minggu).

- R UU ten tang Peradilan dalam Lingkungan Pengadilan Umum, sampai dilakukan pembicaraan Tingkat IV /Rapat Bagian dengan Pemerintah, pada tanggal 2-9-1970.

- RUU tentang Dekonsentrasi, sampai pembicaraan Tingkat 111/Jawaban Pemerintah dalam Rapat Pleno DPR-GR tang- gal 26 September 1970.

- RUU Usul Inisiatif I.S. Handokowidjojo dkk, tentang Pem- bentukan Propinsi Bangka/Belitung, sampai pembicaraan Tingkat 11/Fraksi-fraksi mempelajari Penjelasan para Peng- usul, dilakukan pada tanggal 10September1970.

- RUU Usul Inisiatif Bustaman, SH dkk. tentang Pembentuk- an Propinsi Banten, yaitu sampai pembicaraan Tingkat II, tanggal 21 Oktober 1970.

- RUU Usul Inisiatif Moh. Kasim As. dkk. tentang Pelabuhan Bebas dan Daerah Perdagangan Bebas Sabang, disetujui Rapat Pleno DPR-GR tanggal 19-1-1970, kemudian menjadi Undang-undang Nomor 4 Tahun 1970 tentang Pembentukan Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (L.N. No. 21 Tahun 1970, TLN. Tahun 1970 No. 2929).

- Usul resolusi Ny. D. Sukahar dkk. tentang masalah Lektur/ Bacaan Anak-anak, disetujui Rapat Pleno DPR-GR tanggal 19 September 1970.

- Usul pernyataan Pendapat H. lmron Rosjadi dkk. tentang Hari Ulang Tahun PBB ke 25, disetujui Rapat Pleno DPR- GR tanggal 3 Oktober 1970.

b. Dalam Masa Sidang ini juga telah dilakukan pembahasan terhadap:

Page 38: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

22

B. Masa Persidangan ke II Tahun Sidang 197~-1971 (tanggal 19 Ok- tober 1970 sampai dengan tanggal 4 Januari 1971).

1. Masa Sidang ke II/1970-1971, tanggal 19 Oktober 1970 sampai dengan tanggal 14Nopember1970. a. Dalam Masa Sidang ke ll/1970-1971 ini telah dapat disele-

saikan pembahasan dua buah RUU, yaitu: - RUU tentang Tata Cara Tindak Kepolisian terhadap

Pimpinan dan Anggota MPRS/DPR-GR, disetujui Rapat Pleno DPR-GR tanggal 30 Oktober 1970, kemudian menjadi Undang-undang Nomor 13 tahun 1970 Lembar- an Negara 73/1970, TLN. tahun 1970 Nomor 25950.

- RUU tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, disetujui Rapat Pleno DPR-GR tanggal 11 Nopember 1970, kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1970, Lembaran Negara 74/1970, TLN tahun 1970 Nomor 2951.

b. Dalam Masa Sidang ke Il/1970-1971 ini telah dilakukan pembahasan terhadap RUU tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan, (Amanat Presiden Nomor R.05/PU/Vl/1960 tanggal 14 Juni 1969) sampai Pembicara- an Tingkat IIl/Jawaban Pemerintah babak ke II pada tanggal 14 Nopember 1970. Catatan : RUU tentang Ketentuan-ketentuan Pokok-pokok Pertahan- an Keamanan baru diajukan kembali oleh Pemerintah pada tahun 1982 dengan Amanat Presiden No. R.06/PU/V/1982 tanggal 13 Mei 1982. (12 tahun kemudian). Selain itu telah dibahas pula RUU Usul Inisiatif Mansyur Sangkala dkk. tentang Pelayaran Niaga Nasional. sampai pembicaraan tingkat 111/tanggapan Pemerintah atas pen- jelasan parapengusul pada tanggal 7-11-1970.

Masa Reses Persidangan ke-11/1970-1971 dari tanggal 16-11- 1970 s/d tanggal 4-1-1971 (.:!: l1h bulan).

,

Page 39: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

23

C, Masa Persidangan ke III Tahun Sidang 1970-1971 (tanggal 6-1-1971 s/d tanggal 25-3-1971):

a. Dalam Masa Sidang ke III/1970-1971 (tanggal 5-1-1971 s/d 28-3-1971) ini telah dapat diselesaikan 7 (tujuh) buah RUU, yaitu: - RUU tentang Perjanjian Persahabatan antara Republik

Indonesia dan Malaysia, disetujui Rapat Pleno DPR-GR tanggal 12-2-1971 kemudian menjadi U.U. No. 1 tahun 1971 L.N. No. 15 tahun 1971. TLN. Tahun 1971 No. 2956.

- RUU tentang Perjanjian antara Republik Indonesia dan Malaysia tentang Garis Batas Laut Wilayah Kedua Negara di Selat Malaka, disetujui Rapat Pleno DPR-GR tanggal 12-2-1971 kemudian menjadi U.U. No. 2 tahun 1971 L.N. No. 6 Tahun 1971. TLN. Tahun 1971 No. 2957.

- RUU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, di- setujui dalam Rapat Pleno DPR-GR tanggal 12-3-1971 kemudian menjadi UU No. 3 Tahun 1971, L.N. No. 19 Tahun 1971. TLN. Tahun 1971 No. 2958.

- RUU tentang Perubahan dan Penambahan atas Ketentuan Pasal 54 Kitab Undang-undang Hukum Dagang, Staatsblad 1847 : 23. Kemudian menjadi UU No. 4 Tahun 1971, L.N. No. 20 Tahun 1971, TLN. Tahun 1971 No. 2959.

- RUU tehtang APBN Tahun 1971/1972, disetujui Rapat Pleno DPR-GR tanggal 24-3-1971. Kemudian menjadi UU No. 5 Tahun 1971, L.N. No. 21 Tahun 1971. TLN. Tahun 1971 No. 2960.

- RUU tentang Perubahan dan Tambahan atas APBN tahun 1970/1971, disetujui Rapat Pleno DPR-GR tanggal 24-3- 1971 kemudian menjadi UU. No. 6 Tahun 1971. TLN. Tahun 1971 No. 2963.

- RUU tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan, di- setujui Rapat Pleno DPR-GR tanggal 24-3-1 kemudian menjadi UU No. 7 Tahun 1971. LN. No. 32 Tahun 1971. TLN. Tahun 1971 No. 2964.

Page 40: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

24

b. Dalam Masa Sidang ke III ini juga telah dilakukan pembahasan terhadap: - RUU tentang Ketentuan Pokok Perkawinan (Amanat Pre-

siden No. 010/PU/HK/68 tanggal 7-9-1968), baru sampai pembicaraan tingkat IV /Rapat Bagian dengan Pemerintah untuk membahas RUU tersebut, pada tanggal 26-1-1971.

Catatan :

RUU mengenai Perkawinan ini baru diajukan kembali oleh Pemerintah kepada DPR pada tanggal 31 Juli 1973 dengan Amanat Presiden No. 02/PU/VII/1973.

- RUU Usul Inisiatif Drs. Daud Sembiring dkk. tentang Pe- ninggalan Purbakala, yaitu sampai pembicaraan tingkat II/ Fraksi-fraksi untuk mempelajari penjelasan para pengusul, pada tanggal 13-2-1971.

- RUU Usul Inisiatif Ischak Moro dkk. tentang Pembentukan Kabupaten Parigi/Moutong, yaitu sampai pembicaraan tingkat 11/Fraksi-fraksi mempelajari penjelasan para peng- usul pada tanggal 8-3-1971.

- RUU Usul Inisiatif Ischak Moro dkk. tentang Pembentukan Kabupaten Todjo/Una-una, yaitu sampai pembiearaan tingkat 11/Fraksi-fraksi mempelajari penjelasan para peng- usul pada tanggal 8-3-1971.

- RUU tentang Pokok-pokok Kesejahteraan Sosial, (Amanat Presiden No. R.05/PU/VI/1969 tanggal 14/6-1969) telah sampai pembicaraan tingkat IV /Rapat-rapat Bagian dengan Pemerintah pada tanggal 23-3-1971.

Catatan: RUU tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial ini baru diajukan kembali oleh Pemerintah pada tahun 1974 dengan Amanat Presiden Nomor 05/PU/VI/ 1974 tanggal 27 Juni 1974.

Masa Reses Persidangan ke 111/1970-1971 dari tanggal 27-3- 1971s/d10-4-1971.

Page 41: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

25

, I

J

l

E. Masa Persidangan ke I Tahun Sidang 1971-1972 (16-8-1971 s/d 18-10-1971).

a). Dalam Masa Sidang ke I 1971-1972 dari tanggal 16-8-1971 s/d 2-10-1971 telah dapat diselesaikan 6 buah RUU, yaitu:

- RUU tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara, disetujui dalam Rapat Pleno DPR-GR tanggal 23-8-1971, kemudian menjadi UU No. 8 tahun 1971. L.N. No. 76 Tahun 1971. TLN. Tahun 1971 No. 2971.

- RUU tentang Perjanjian Persahabatan antara R.I. dan Kerajaan Saudi Arabia, disetujui Rapat Pleno DPR-GR tanggal 3-9-1971, kemudian menjadi UU. No. 9 Tahun 1971, L.N. No. 9 Tahun 1971. TLN. Tahun 1971 No. 2972.

- RUU tentang Perhitungan Anggaran tahun 1967, disetujui Rapat Pleno DPR-GR tanggal 10-9-1971, kemudian men- jadi UU No. 11 Tahun 1971, L.N. No. 79 Tahun 1971. TLN. Tahun 1971 No. 2974.

D. Masa Persidangan ke IV Tahun Sidang 1970-1971 dari tanggal 12-4-1971 s/d 14-8-1971.

a. Dalam Masa Sidang ke IV/1970-1971 dari tanggal 12-4- 1971 s/d 24-4-1971, yang hanya berlangsung selama !._ 2 (dua) minggu, DPR-GR tidak sempat membahas RUU mau- pun usul-usul lain, karena Fraksi-fraksi sudah mulai sibuk dalam rangka persiapan menghadapi pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Tahun 1971, termasuk aktivitas beberapa Anggota DPR-GR di Lembaga Pemilihan Umum (PLU), dalam "Wadah PEMILU DPR-GR"

b. Reses Masa Persidangan ke-lV/1970-197-1 dari tanggal 26-4- 1971 s/d 14-8-1971 (Reses Panjang .±_31h bulan untuk mem- beri kesempatan kepada para Anggota DPR-GR dalam meng- hadapi dan melaksanakan Kampanye Pemilihan Umum 1971 di daerah pemilihannya masing-masing).

Page 42: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

...

Rapat Kerja Pengawasan PEMILU 1971 dengan komisi III DPR-GR +Pani- tia Pemilihan Indanesia/Pengawas Pemilihan Indonesia, 3 Agustus 1971

di Operation Room Departemen Dalam Negeri .

oi lO c-::i

Page 43: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)
Page 44: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

_....___ --------~ "' - ----.... ...............

Rapat pembagian kursi Panitia Pemilihan Indonesia+ Wadah PEMILU DPR- GR + Komisi III di Gedung Pola tanggal 8 Agustus 1971. MENPEN Budihardjo kanan - MENDAGRI Amirmahmud, MENHANKAM Panggabean.

..0 IQ ~

Page 45: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

26

- RUU Usul Inisiatif H. Murtadji Bisri dkk. tentang Pemberian tunjangan yang bersifat pensiun kepada Bekas Ketua d~ Bekas Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indo- nesia disetujui Rapat Pleno DPR-GR tanggal 10-9-1971, kemudian menjadi UU dengan nama : Undang-Undang No. 10 tentang Perobahan terhadap U.U. No. 9 Tahun 1953 tentang pemberian tunjangan yang bersifat pensiun kepada Bekas Ketua dan Bekas Anggota DPR. (Lembaran Negara No. 78 Tahun 1971. Tambahan Lembaran Negara Tahun 1971 No. 2973).

b). Dalam Masa Sidang ke I/1971-1971 ini juga telah dibahas RUU tentang Susunan, Kekuasaan dan Hukum Acara Mah- kamah Agung, sampai dengan pembicaraan tingkat IV /Rapat Bagian dengan Pemerintah untuk membahas RUU tersebut pada tanggal 21-9-1971.

- Penetapan Perpu No. 1/1971 tentang Pencabutan Undang- undang No. 17 Tahun 1964 tentang Larangan Penarikan Cek Kosong, disetujui Rapat Pleno DPR-GR tanggal 24-9- 1971, kemudian menjadi UU No. 12 Tahun 1971, L.N. No. 83 Tahun 1971. TLN. Tahun 1971 No. 2976.

Page 46: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

27

Adapun mengenai kegiatan-kegiatan DPR-GR dalam masa reses ialah mengadakan peninjauan kedaerah-daerah, baik yang dilakukan oleh Team-team Bagian seperti dimaksud Pasal 28 huruf b angka 4 Tata Tertib DPR-RI, maupun yang dilakukan oleh Team-team Komisi seperti dimaksud Pasal 31 ayat (2) Tata Tertib DPR-GR.

Yang belum diselesaikan Masa Sidang Yang sudah diselesaikan tapi sudah dimulai

(Dari tgl. 16-8-1970 pembahasannya, s/d tgl, 2-10-1971)

RUU RUU USUL USUL2 RUU RUU USUL USUL2 INISIATIF Lain INISIATIF Lain

Masa Sidang 1/1970-1971 - l - 2 ,_ 2 - ~

~· (tanggal 16-8-1970 s/d

( tanggal 3-10-1970). ~ ~ '~ !:?' Masa Sidang 11/1970-1971 2 - - 1 1 - (tanggal 19-10-1970 s/d tanggal 14-11-1970)

Masa Sidang 111/1970-1971 7 - - 1 3 - (tanggal 6-1-1971 s/d tanggal 25-3-1971).

Masa Sidang IV/1970-1971 - - 2 - - - (tanggal 12-4-1971 s/d tanggal 24-4-1971)

Masa Sidang 1/1971-1972 4 1 - 1 - - (tanggal 16-8-1971 s/d tanggal 2-10-1971).

JUMLAH : 13 2 2 5 6 -

F. REKAPITULASI HASIL-HASIL DPR-GR DALAM MEMBAHAS RUU/RUU USUL INISIATIF DAN USUL-USUL LAIN DARI TANGGAL 16 AGUSTUS S/D 2OKTOBER1971

Page 47: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

28

1

Berbeda dengan Struktur Organisasi Sekretariat DPR-GR sebe- lumnya yang terdiri dari 3 (tiga) Biro, yaitu : Biro I (Umum), Biro II (Perundang-undangan), Biro III (Kerumah tanggaan), maka dalam struktur organisasi Sekretariat DPR-GR yang baru tersebut dikem- bangkan menjadi 6 (enam) Biro, yaitu : Biro I (Sekretariat Permusya- waratan), Biro II (Tata Usaha Permusyawaratan), Biro III (Hubungan Masyarakat), Biro IV (Kepegawaian), Biro V (Keuangan), dan Biro VI (Kerumahtanggaan).

Adapun nama-nama Pejabat untuk Eselon I dan II Sekretariat DPR-GR adalah sebagai berikut :

Tiga bulan setelah disahkannya Peraturan Tata Tertib 1968 tersebut, Pimpinan DPR-GR pada tanggal 19 Mei 1969 mengeluarkan Surat Keputusan Pimpinan DPR-GR Nomor 22/Pimp/lV/68-69 tentang Susunan Organisasi Dan Pembagian Tugas Pekerjaan Sekreta- riat DPR-GR dan Surat Keputusan Pimpinan DPR-GR No. 23/Pimp/ III/68-69 tentang ketentuan untuk Jabatan Pimpinan dan Penggan- tian Pimpinan/Peremajaan dalam Sekretariat DPR-GR.

a. Panitia Musyawarah b. Panitia Anggaran \J'PR- R~ c. Bagian d. Komisi e. Panitia Khusus f. Panitia Rumah Tangga g. Sekretariat

Empat hari setelah pelantikan Anggota-anggota baru DPR-GR pada tanggal 13 Pebruari 1968 sebagai hasil penyegaran/penambahan berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 10 Tahun 1966, maka pada tanggal 17 Pebruari 1968 DPR-GR mengesahkan Peraturan Tata Tertibnya yang baru dengan Surat Keputusan DPR-GR N omor 10/DPR-GR/111/1967-1968 tanggal 17 Pebruari 1968.

Dalam Peraturan Tata Tertib 1968 ini, disebutkan bahwa DPR- GR mempunyai Badan-badan Kelengkapan yang terdiri dari :

§. 7. SEKRETARIAT

Page 48: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

29

Drs. Gondosutojo

f

Kepala Biro VI/ Kerumahtanggaan

(Pengisian jabatan Kepala-Kepala Biro tersebut berdasarkan Surat Keputusan No. 22/Pimp/I/69-70 tanggal 16-10-1969). Adapun pengisian jabatan untuk Kepala Bagian dan Sekretaris-Sekre- taris (yang tingkatannya sama dengan Kepala Bagian) adalah dituang- kan dalam Surat Keputusan Pimpinan DPR-GR No. 33/Pimp/II/ 69-70 tanggal 16-12-1969.

Said Sastradiredja

B.M. Sitompul

Lu di

i

Sekretariat Jenderal

Kepala Biro 111/Hubung- an Masyarakat Kepala Biro IV /Kepe- gawaian

Kepala Biro V /Keuangan : R o z a

Kepala Biro I/Sekretariat : MD. D j u n a e d i Permusyawaratan Kepala Biro II/Tata Usaha Permusyawaratan

Sri Hardiman, SH. (Keputusan Presiden Repunlik Indo- nesia Nomor 94/M/1969 tanggal 5 Juli 1969).

Wakil Sekretaris Jenderal : S. P o e r w a d i (Keputusan Presiden Republik Indo- nesia Nomor 132/M/1970 tanggal 7 Oktober 1970).

Page 49: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

29 a.

Page 50: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

..ci 0) C'I

------ __.-.: --

Kanan : Timbang terima Kepala Biro dilingkungan Sekretariat DPR-GR Kepala Biro III yang baru Kemal Ibrahim, sedang menandatangani naskah timbang terima.

Kiri Dengan disaksikan Kepala Biro II yang lama, B.M. Sitompul [kanan], Sdr. R.S. Porwito sedang menandatangani naskah timbang terima.

Page 51: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

0 O') C"I

Pada Apel Bendera tanggal 17 September 1970, Inspektur Upacara Drs. Gondosutojo membagikan hadiah kepada pemenang O/ahraga ·di Sekretariat DPR-GR dalam rangka

Peringatan 25 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.

Page 52: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

--- _.__ ~ ........... ft-·· .. ,, .. &, - .....

Para Kordinator wartawan di DPR-GR, nampak pada gambar Kepala Humas DPR-GR Ruslan Salamun; Ketua Kordinator lama Hargo .Saputro S.K. Berita Buana dan Sekretaris H. Kodyat S.K. Kompas; serta pengganti baru Edy Djasmana sebagai Ketua dari S.K. Nusantara dan A. Alamudi sebagai Sekretaris dari S.K. Pedoman. Perpisahan dilangsungkan pada tanggal

25 September 1971. ·

-d C) C'1

Page 53: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)
Page 54: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

30

Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat dengan Kep. Pres; No. 7 tahun 1967 tgl. 27-1-1967 Sumpah tgl. 1-2-1967 Diai\gkat s.d.a. Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a. Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a. Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a. S\lmpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a. Surhpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a. Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a. Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a. Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a. Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a. Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a. Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a. Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a. Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a, Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a. Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a, Sumpah tgl, l-2-1967 Diangkat s.d.a, Sumpah tgl, 1-2-1967 Diangkat s.d.a,

135 Parkindo

133 Parkindo

132 Parkindo

131 Parkindo

146 P. Katholik

145 P. Katholik

143 P. Katholik

144 P. Katholik

142 P. Katholik

141 P. Katholik

106 N. U.

105 N. U.

104 N. U.

103 N. U.

102 N. U.

101 N. U.

99 N. U.

98 N. U.

97 N. U.

19. J. H. D. Tahamata

18. Soegaib

17. Saham Sirait

16. J.C. T. Simorangkir SH.

15. Ny. F. Doeriat

14. Harry Tjan SH.

13. F. X. Soedijono SH.

12. Rutinus Lahur

u. Drs. C. Salombe

10. H1 Soripada Sihombing

9. Drs. Ek. Moh Junus Umar

8. Moch. Sjah Manaf

7. Rachmat Muljomisenq

6. Drs. Mardji'in Sjam

S. Drs. Ek. Arfah Muzahar

4. Moh. Joenoes Loebis

3. H, Usmar Ismail

2. H. Achmad Sjahri

1. H, lnron Rosjadi SH.

Keterangan lain2 Angg. Walcil No. Partai/Karya Nam a No.

Urut

DAFTAR KHUSUS ANGGOTA~TAMBAHAN DPR-OR TAHUN 1967

Page 55: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

No. Nam a Angg, Wakil Keterangan lain2 Urut No. Partai/Karya

20. H. T. Arjana Prawiradinata 51 IP-KI Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

21. Soewojo Setyosewojo 52 IP-Kl Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a. ~

22. Mohd. Kasim As. 53 IP-Kl Sumpah tgl, 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

23. Wajan Tjakeranegara 56 IP-Kl Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a,

24. Drs. Thajeb Moh. Gobel 112 PS I I Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

25. Bustaman SH. 113 PS I I Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

26. Ny. S. Muljati Qahar 114 PS 11 Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

27. Ny. Ora. Zubaedah 115 PS I I Sumpah tgl. 1-2-1967 Much tar Diangkat s.d.a.

28. Drs. Muh. Abdul Gani MA. 116 PS I I Surnpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

29. Taufiq Rusjjadi 117 PS I I Sumpah tgl. 1-2-1967 Tjokroaminoto Diangkat s.d.a.

30. Drs. Ek. Barlianta Harahap 118 PS I I Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkut s.d.a.

31. Eddy Abdul Manaf B. Sc. 122 Per ti Surnpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

32. H. Kuasini Sabi! 124 Pi:rti Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

33. Maroeto Nitimihardjo 57 P. Murba Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

34. Sugiarto Murbantoko 58 P. Murba Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

35. Elkana Tobing SH. 59 P. Murba Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

36. Mansurudin Bogok 60 P. Murba Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

37. H. Moh. Munasir 307 Karya Tani Sumpah tgl. 1-2-1967 (Pertanu) Diangkat s.d.a.

38. H. Hamid Baidowi 308 Karya Tani Sumpah ~-1-2-1967 (Pcrtanu) Diangkat s.d.a.

39. Sjamsudin 309 Karya Tani Sumpah tgl. 1-2-1967 (MKGR) Diangkat s.d.a.

40. Moestafa Soepangat 310 Karya Tani Sumpah tgl, 1-2-1967 (Pancasila) Diangkat s.d.a.

41. Kamaluddin Jamin 327 Katya Buruh Sumpah tgl. 1·2-1967 (Sok s i) Diangkat s.d.a.

31

Page 56: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

No. Nam a Angg. Wakil Keterangan lain2 Urut No. Partai/Karya

42. Oetojo Oesman SH. 328 Karya Buruh Sumpah tgl. 1-2-1967 (Soksi) Diangkat s.d.a.

43. Sodoegaon Sinambela 329 Karya Buruh Sumpah tgl. 1-2-1967 (Soksi) Diangkat s.d.a.

44. Dominicus Hardjomuljono 330 Karya Buruh Sumpah tgl. 1-2-1967 (Sok s i) Diangkat s.d.a.

45. Emon Suparman 331 Karya Buruh Sumpah tgl. 1-2-1967 (Gasbiindo) Diangkat s.d.a.

46. Muhamad Djazim 332 Katya Buruh Sumpah tgl. 1-2-1967 (Sarbumusi) Diangkat s.d.a.

4 7. Darius Marpaung 333 Karya Buruh Sumpah tgl. 1-2-1967 (Kespekri) Diangkat s.d.a.

48. Sjamsoe Harja Udaja 334 Karya Buruh Sumpah tgl. 1-2-1967 (Sobri) Diangkat s.d.a.

49. Dr. H. Ali Akbar 335 Karya Buruh Sumpah tgl. 1-2-1967 (KBIM) Diangkat s.d.a.

50. Drs. Hasbullah 341 Karya Pengusaha Sumpah tgl. 1-2-1967 Nasional (M.E.l.) Diangkat s.d.a.

51. Prof. Dr. Ismail Suny 339 Karya Koperasi Sumpah tgl. 1-2-1967 SH.MCL. (Kosgoro) Diangkat s.d.a.

52. Mohd. Dahrif Nasution 342 Katya Nelayan Sumpah tgl. 1-2-1967 (Sernemi) Diangkat s.d.a.

53. Dr. R. Soejono 262 Karya Cendekiawan/ Sumpah tgl. 1-2-1967 Martosewojo MD. MPH. (IDI) Diangkat s.d.a.

54. Dr. Emil Salim 263 Karya Cendekiawan/ Sumpah tgl. 1-2-1967 (ESEI) Diangkat s.d.a.

55. Ir. S. Dipokusumo 264 Karya Cendekiawan/ Sumpah tgl. 1-2-1967 (PII) Diangkat s.d.a.

56. Ny. Suwarmilah 265 Karya Cendekiawan/ Sumpah tgl. 1-2-1967 Sulaeman SH. (Persahi) Diangkat s.d.a.

51. Harjono Tjitrosoebono SH. 266 Karya Cendekiawan/ Sumpah tgl. 1-2-1967 (Persahi) Diangkat s.d.a.

58. Ors. Bintoro Tjokroamidjojo 267 Katya Cendekiawan/ Sumpah tgl. 1-2-1967 (Persahi) Diangkat s.d.a.

59. Ali A. Adi SH. 268 Karya Cendekiawan/ Surnpah tgl. 1-2-1967 (lkahi). Diangkat s.d.a.

60. Slamet Sukirnanto 279 Karya Mahasiswa Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

61. T. Zulfatli 280 Karya Mahasiswa Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a,

62. Fahrni Idris 281 Karya Mahasiswa Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

63. Mar'ie Muhamad 282 Karya Mahasiswa Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a,

32

Page 57: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

No. Nam a

Angg. Wakil Keterangan lain2 Urut No. Partai/Karya

64. Firdaus Wadjdi 283 Karya Mahasiswa Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

65. Soegeng Sarjadi 284 Karya Mahasiswa Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

66. Cosmas Batubara 285 Karya Mahasiswa Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a,

67. A. Lim Bian Khoen 286 Karya Mahasiswa Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

68. C. J. S. Simandjuntak 287 Karya Mahasiswa Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

69. David Napitupulu 288 Karya Mahasiswa Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

70. Y ozar Anwar 290 Karya Mahasiswa Surnpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

71. Salam Sumangat 291 Katya Mahasiswa Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

72. M. Jusuf Hasjim 242 Karya Pemuda Sumpah tgl. 1-2-1967 (GP Ansor) Diangkat s.d.a.

73. H.A. Chalid Mawardi 243 Karya Pemuda Sumpah tgl. 1-2-1967 (GP Ansor) Diangkat s.d.a.

74. Ignatius Grey Graito 245 Karya Pemuda Sumpah tgl. 1-2-1967 (Katholik) Diangkat s.d.a.

75. Ny. Alfijah Munir 252 Karya Wanita Sumpah tgl. 1-2-1967 (Muslimat) Diangkat s.d.a.

76. Ny. Aisjah Aminy SH. 253 Karya Wanita Sumpah tgl. 1-2-1967 (Kawi) Diangkat s.d.a.

77. Ny. Martina 254 Karya Wanita Sumpah tgl. 1-2-1967 Notowidagdo SH. (Dharma Pertiwi) Diangkat s.d.a.

78. Ny. Tuti Harahap 255 Karya Wanita Sumpah tgl. 1-2-1967 Sudjanadiwirja SH. ( P. W. K. l.) Diangkat s.d.a.

79. M. E. Subiadinata 269 Karya Cendekiawan/ Sumpah tgl. 1-2-1967 Pendidik Diangkat s.d.a. (PGRI)

80. Drs. Jacob Oetama 277 Karya Wartawan Sumpah tgl. 1-2-1967 (PWI) Diangkat s.d.a.

81. Nono Anwar Makarim 278 Karya Wartawan Sumpah tgl. 1-2-1967 (IPMI) Diangkat s.d.a.

82. Drs. H. Asrul Sani 274 Karya Seniman Sumpah tgl. 1-2-1967 (Lesbumi) Diangkat s.d.a.

83. Djarnawi Hadikusuma 261 Karya Roch. Islam Surnpah tgl. 1-2-1967 (M uhammadiyah) Diangkat s.d.a.

84. Ny. Dra, Maftuchah Jusuf 217 Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

33

Page 58: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

34

No. Nam a

Angg. Wakil Keterangan lain2 Urut No. Partai/Karya

85. Drs. Lukman Harum 218 Karya Roch. Islam Sumpah tgl. 1-2-1967 (Muhammadiyah) Diangkat s.d.a.

86. Daris Tamimi 219 - " - Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

87. M. S. Kamawidjaja 220 - " - Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

88. Sumidjan Wignjowardojo 221 - " - Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

89. Moh. Fachrur Rozi 222 - " - Sumpah tgl. 1-2-1967 Diangkat s.d.a.

90. Drs. Moh. Djazman 223 - " - Sumpah tgl. 1-2-1967

Diangkat s.d.a. 91. Umaruddin Sjamsuddin BA. 224 - " - Sumpah tgl. 1-2-1967

Diangkat s.d.a, 92. Ds. P. W. T. Simandjuntak 228 Katya Roch. Sumpah tgl. 1-2-1967

Kristen Diangkat s.d.a. 93. Kusno Utomo Maj. Jen. 165 Karya ABRI-AD Sumpah tgl. 1-2-1967

Diangkat s.d.a. 94. Iman Sardjono Let. Kol. (L) 173 Karya ABRl-AL Sumpah tgl. 1-2-1967

Diangkat s.d.a. 95. J. Salatun Korn. (U) 181 Karya ABRI-AU Sumpah tgl, 1-2-1967

Diangkat s.d.a. 96. Drs. Poerwata KB Pol. 189 Karya ABRl-AK Sumpah tgl. 1-2-1967

Diangkat s.d.a, 97. Zain Badjeber 100 N.U. Sumpah tgl. 7-2-1967

Diangkat s.d.a, 98. Tgk. M. Saleh 121 Per ti Sumpah tgl. 7-2-1967

Diangkat s.d.a. 99. Tan Husni Abdullah S4 IP-KI Sumpah tgl. 7-2-1967

Diangkat s.d.a. 100. Mahir Mahar 134 Parkindo Sumpah tgl. 7-2•1967

Diangkat s.d.a, 101. Wim Tulung BA. SS IP-KI Sumpah tgl. 7-2-1967

Diangkat s.d.a. 102. Azhar Bokry 123 Pert i Sumpah tgl. 18-2-1967

Dtangkat s.d.a. 103. Muh. Jusuf Effendy 244 Karya Pemuda Sumpah tgl. 18-2-1967

Nasution (Pancasila) Diangkat s.d.a. 104. M. Zamroni 289 Karya Mahasiswa Sumpah tgl. 3-6-1967

Diangkat s.d.a .

Page 59: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

Belum mengangkat sumpah Diangkat s.d.a. Diberhentikan dengan hor- mat dengan Kep. Pres. No. 81 tahun 1967 tgl. 8-6-1967 dan diganti oleh J.B. Oetoro S.H. Sumpah tgl. 10-6-1967 Diangkat dengan Keputusan Presiden No. 79 tahun 1967 tgl. 7-6-1967 Sumpah tgl. 10-6-1967 Diangkat s.d.a. Sumpah tgl. 10-6-1967 Diangkat s.d.a .

47 P.N.I.

46 P. N. I.

45 P. N. I.

231 Karya Roch. Katholik

35

108. Tedjakusuma S.H.

107. La Ode Hadi

106. Ariadi Hardjosowignjo

105. Frans X. Kalangi SH.

Angg. Wakil No. Partai/Karya

Keterangan lain2 Nam a No. Urut

Page 60: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

36

147 Kesatuan Aksi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat dengan Keputusan Presiden No. 58 tahun 1968 tgl. 9-2-1968

148 Kesatuan Aksi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

353 Kesatuan Aksi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

354 Kesatuan Aksi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

356 Kesatuan Aksi Sumpah tgl, 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

357 Kesatuan Aksi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

358 Kesatuan Aksi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

359 Kesatuan Aksi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

360 Kesatuan Aksi Surnpah tgl, 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

362 Kesatuan Aksi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

363 Kesatuan Aksi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

364 Kesatuan Aksi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

365 Kesatuan Aksi Sumpah tgl, 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

366 Kesatuan Aksi Surnpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

370 Sekber/Non Affiliasi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

371 Sekber/Non Affiliasi Sumpah tgl, 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

374 Sekber/Non Affiliasi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

373 Sckber/Non Affiliasi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

18. Sudarmadi M.Sc.

17.Suhari

16. B.M. Kuntjoro Jakti SH.

15. Bambang Soebandiono

14. Achmad Sajoethie

13. Harun Umar

12. Drs. A. Dahlan Siregar

11. Soeripto BA.

10.N a i m u n

9. Malikus Suparto SH.

8. Ir. Beddu Amang

7. J. Johny Naro S.H.

6. Dr. Sulastomo

5. A.H. Ma'mur

4. Ir. Hadi tirto

3. Sukardjan Soedarjadi B.A.

2. Abdulwahad Bakri S.H.

1. Ir. Suwarno

Angg. Wakil No. Partai/Katya

Keterangan lain2 Nam a No. Urut

DAFTAR KHUSUS ANGGOTA·TAMBAHAN D.P.R. · G.R.

TAHUN 1968

Page 61: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

No. N a m a

Angg. Wakil Keterangan lain2 Urut No. Partai/Karya

19. Soclistio SH. 376 Sekber/Non Affiliasi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a. Menjadi Wakil Ketua DPR- GR

20. Daan Jahja 377 Sekber/Non Affiliasi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

21. Sjamsul Basri 378 Sekber/Non Affiliasi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

22. lr. Sugeng Sundjaswadi 380 Sekber/Non Affiliasi Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a,

23. Drs. Sukadji MA: 381 3 - Non (ABRI- Sumpah tgl. 13-2-1968 Affiliasi-Massal) Diangkat s.d.a.

24. Soewondo Darsono Kol. 383 ABRI - AD Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

25. Soekardi Kol. 384 ABRI -AD Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a,

26. Nailun Hamam Kol. 385 ABRI -AD Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

27. Moch. Susman Kol. 386 ABRI -AD Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

28. Andi Achmad Rifai Brig. Jen. 389 ABRI - AD Sumpah tgl, 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

29. Dr. Soehardi May. Jen. 393 ABRI -AD Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a,

30, Dr. Azil Widjajakusuma 394 ABRI - AD Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

31. Dr. H. Moh. Sukmadi 395 ABRI - AL Sumpah tgl. 13-2-1968 Korn. (L) Diangkat s.d.a.

32. R. Indra Socbagio 396 ABRI - AL Sumpah tgl, 13-2-1968 May. Jen. KKO Diangkat s.d.a.

33. Drs. Muchrodji Mayor (L) 397 ABRI - AL Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

34. Sukarton SH. Mayor (L) 398 ABRI -AL Surnpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d,a.

35. Achmad Dipo Kol. (L) 400 ABRI - AL Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a,

36. S. Rusman Sumomintardjo 401 ABRI - AU Sumpah !~l.)3-2-1968 Kol. (U) Diangkat s.d.a.

37. Susanto Let. Kol. (U) 402 ABRI - AU Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d,a.

38 .. Abdullah Elansary 403 ABRI - AU Sumpah tgl. 13-2-1968 Let. Kol. (U) Diangkat s.d.a.

39. Surasaputra Kol. (U) 404 ABRI - AU Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d,a.

37

Page 62: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

No. Nam a Angg, Wakil Keterangan lain1

Urut No. Partai/Karya

40. Suwita Hardiwardaja 405 ABRl-AU Sumpah tgl. 13-2-1968 (Kol. (U) Diangkat s.d.a.

41. Drs. Djoenarsa 408 AB RI-AK Sumpah tgl. 13-2-1968 Brig. Djen. Pol. Diangkat s.d.a.

42. Drs. Sjafaroeddin Tan 410 ABRI-AK Sumpah tgl. 13-2-1968 ... Pono AKB Pol Diangkat s.d.a.

43. R. Suwardja Atmasaputra 411 ABRI-AK Sumpah tgl, 13-2-1968 Brig. Djen. Pol. Diangkat s.d.a.

44. Soerjono Korn. Pol. 412 AB RI-AK Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

45. Samiono 413 Hansip Sumpah tgl, 13-2-1968

' Diangkat s.d.a.

46. Ny. Gedong Bagoes Oka 276 Kesatuan Aksi Sumpah tgl, 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

47. Sujono 361 Kesatuan Aksi Sumpah tgl, 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

48. Drs. G. Sugiharso 367 Kesatuan Aksi Sumpah tgl, 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

49. G. A. Sugiharto 372 Sekber/Non Sumpah tgl. 13-2-1968 Affiliasi Diangkat s.d.a,

50. Dr. lsjwari 379 3 - Non Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

51. Wiratmo Sukito 382 3 - Non Sumpah tgl, 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

52. T. Sabiki Soerohardjono 409 ABRI-AK Sumpah tgl, 13-2-1968 AKB Pol. Diangkat s.d.a,

53. Ny. T.O. Ihromi SH. 352 Kesatuan Aksi Sumpah tgl, 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

54. Harsono B. S. 373 Sekber/Non Sumpah tgl. 13-2-1968 Affiliasi Diangkat s.d.a.

55. Arifin Tambunan SH. 387 ABRl-AD Sumpah tgl, 13-2-1968 Let. Kol. Diangkat s.d.a.

56. Drs. A.D. Patianom Kol. 388 ABRI--AD Sumpah tgl. 13-2-1968 Oiangkat s.d.a.

57. G.H. Mantik Kol. 390 ABRI-AD Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

58. Steve Hetarihon Let. Kol. 392 ABRl-AD Sumpah tgl. 13-2-1968 Diangkat s.d.a.

59. Dr. Fuad Hassan 355 Kesatuan Aksi Sumpah tgl. 17-2-1968 Diangkat s.d.a,

60. Soemarsono 369 Sekber/Non Sumpah tgl. 17-2-1968 Affiliasi Diangkat s.d.a.

61. Ors. J.B. Moerdopo 351 Kesatuan Aksi Sumpah tgl. 17-2-1968 Diangkat s.d.a.

38

Page 63: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

jumlah Anggota DPR-GR 242 ditambah (berdasarkan : 108 UU No. 10 tahun 1966 jo. Keputusan Presiden No. 7 tahun 1967 tgl. 27-1-1967)

jumlah semua : 350

jumlah Anggota DPR-GR 347 ditambah (berdasarkan : 67 Keputusan Presiden No. 58 tahun 1968 tgl. 9-2-1968) ----'----

ju ml ah semua : 414

39

III. Tahun 1 9 6 8

II. Tahun 1 9 6 7

I. Tahun 1960-1966 : jumlah anggota DPR-GR 281 ditambah antar waktu 23

jumlah semua : 304

IKHTISAR JUMLAH ANGGOTA D. P.R. - G. R.

No. Nam a Angg, Wakil Keterangan Jain2

Urut No. Partai/Karya

62. Wartono 368 Sekber/Non Sumpah tgl. 17-2-1968 Affiliasi Diangkat s.d.a.

63. Dr. Ben Mboi Major 391 ABRl-AD Sumpah tgl, 17-2-1968 ~ Diangkat s.d.a.

64. Soerachman Brig. Jen. 414 Veteran Sumpah tgl. 28-2-1968 Diangkat s.d.a. 4

65. Ors. Masfar Djamin 399 ABRl--AL Sumpah tgl. 8-S-1968 Mayor (L) Diangkat s.d.a.

66. Haji Soejatno 406 ABRl-AU Sumpah tgl. 24-8-1968 Let. Muda Udara I Diangkat s.d.a.

(ralat Kep. Pres.) 67. Ors. Soejono Soentahir 407 ABRl-AK B e I u m rnengangkat

KB .Pol. sumpah. Diberhentikan dengan hor- mat dengan Kep. Pres. No. 53/M tahun 1968 tgl. 20-11-1968.

Page 64: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

40

r

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG

dalam rapat Pleno terbuka ke-46 pada tanggal 17 Pebruari 1968. Menimbang:

bahwa Peraturan Tata-Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang disyahkan oleh rapat Pleno terbuka Dewan Perwakil- an Rakyat Gotong Royong pada tanggal 4 Juni 1966, sebagai Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong No. 31/ DPR-GR/65-66, perlu disempurnakan;

Mengingat: 1. Dekrit Presiden Republik Indonesia/Panglima Tertiriggi Angkatan

Perang tentang kembali kepada Undang-undang Dasar 1945 tang- gal 5 Juli 1959;

2. Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang mengandung hik- mah kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan;

3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. IX/ MPRS/1966;

4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. X/ MPRS/1966;

5. Undang-undang No. 10 tahun 1966 mengenai kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara menjelang Pemilihan Umum;

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG

No. : 10/DPR-GR/111/1967-1968. tentang:

PERATURAN TATA-TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG

Page 65: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

41

Memperhatikan :

1. Rancangan Penyempurnaan Peraturan Tata-Tertib hasil Panitia Khusus Penyempurnaan Peraturan Tata-Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong pada rapat Pleno tgl. 3 dan 8 April 1967 dan Rancangan Penyempurnaan Peraturan Tata-Tertib hasil Pa- nitia Khusus Penyempurnaan Peraturan Tata-Tertib Dewan Per- wakilan Rakyat Gotong Royong yang dibentuk oleh Dewan Per- wakilan Rakyat Gotong Royong pada rapat Pleno tanggal 13 Pe- bruari 1960;

2. Pendapat-pendapat dan pertimbangan-pertimbangan yang di- kemukakan oleh anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong pada rapat Pleno Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong tanggal 17 Pebruari 1969;

3. Penyegaran Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong pada tang- gal 9 Pebruari 1968 dengan Keputusan Presiden No. 57 dan 58 tahun 1968;

Page 66: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

42

BAB I.

TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG

Pasal 1. (1) Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong adalah Lembaga

Negara yang bertanggung-jawab dan berwenang untuk menjalankan tugas-tugas utama sebagai berikut : a. bersama-sama dengan Pemerintah menetapkan Anggaran Pendapat-

an dan Belanja Negara sesuai dengan pasal 23 ayat (1) Undang- undang Dasar 1945 beserta penjelasannya.

b. bersama-sama dengan Pemerintah membentuk Undang-undang sesuai dengan pasal 5 ayat (1) pasal-pasal 20, 21 ayat (1), 22 Undang-undang Dasar 1945 beserta penjelasannya .

. c. melakukan pengawasan atas tindakan-tindakan Pemerintah sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 dan penjelasannya, khususnya penjelasan Bab VII.

(2) Pelaksanaan tersebut dalam pasal 1 ayat (1) diatas diatur dalam Bab. VI, VIII dan IX Peraturan Tata-Tertib ini.

(3) Sebelum memangku jabatannya Anggota Dewan Perwakilan ·Rakyat Go tong Royong didepan Kepala Negara atau pejabat yang oleh Kepala Negara dikuasakan untuk mengambil sumpah/janji, mengang- kat sumpah/janji menurut agamanya masing-masing, Rumusan sumpah/janji berbunyi seperti tercantum dalam lampiran I Peraturan Tata-Tertib ini.

Menetapkan :

Peraturan Tata-Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong seperti dibawah ini.

MEMUTUSKAN

Page 67: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

43

BAB II.

TENTANG PELAKSANAAN HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN /PERWAKILAN.

Pasal 2.

(1) Hakekat daripada musyawarah untuk mufakat dalam kemur- niannya adalah suatu tata cara khas yang bersumber pada inti faham Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permu- syawaratan/perwakilan untuk merumuskan dan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat dengan jalan mengemukakan hikmat kebijaksanaan yang tiada lain daripada pikiran (ratio) yang sehat yang mengungkapkan dan mempertimbangkan persatuan dan kesatuan' Bangsa, kepentingan Rakyat sebagaimana yang menjadi tujuan pembentukan Pemerintah Negara termaksud dalam alinea ke IV Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, pengaruh-pengaruh ~aktu, oleh semua wakil/utusan yang mencerminkan penjelmaan seluruh Rakyat, untuk mencapai keputusan berdasarkan kebulatan pendapat (mufakat) yang diitikadkan. untuk dilaksanakan secara jujur ber- tanggung-jawab.

(2) Musyawarah menuju kearah persatuan dengan mengutama- kan ikut sertanya semua perwakilan/Fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong serta berpangkal tolak pada harga menghar- gai pendirian masing-masing antara peserta.

( 3) Didalam musyawarah para anggota mendapat kesempatan yang wajar mengemukakan pendapat dart pikirannya dengan mengin- dahkan keselamatan Negara dan Proklamasi 17 Agustus 1945, kepen- tingan rakyat, kepribadian bangsa, kesusilaan dan pertanggungan ja- wab kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menginsafi akan kedudukan- nya sebagai pengemban dan pelaksana amanat penderitaan rakyat.

Page 68: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

44

(1) Apabila didalam suatu permusyawaratan diluar rapat Panitia Musyawarah dan Pleno Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong tidak tercapai mufakat, maka musyawarah menyerahkan persoalan tersebut kepada Panitia Musyawarah untuk mengambil kebijaksanaan menyelesaikan persoalan itu dengan baik.

(2) Apabila dalam Panitia Musyawarah persoalan itu dapat di- pecah secara mufakat, maka pemecahan tersebut diberitahukan kepa- da para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong untuk dimaklumi.

(3) Dalam hal Panitia 'Musyawarah tidak berhasil memperoleh pemecahan secara bulat dan mufakat · maka persoalannya dibawa rapat Pleno Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong untuk menda- pat keputusan apakah persoalan itu. a. ditiadakan atau b. ditangguhkan pembicaraan · atau

( 4) Untuk mengadakan pemungutan suara diperlukan hadirnya unsur dari semua Fraksi, a. Apabila tidak semua Fraksi terwakili, maka diperlukan hadirnya

dua pertiga dari jumlah anggota sidang Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

b. Keputusan diambil dengan suara terbanyak yaitu lebih dari sepa- ruh dari quorum tersebut diatas.

R- Pasal 4.

Pasal 3.

(1) Setelah dipandang cukup diberikan kesempatan para anggota untuk mengemukakan pendapat dan saran serta setelah dipandang cukup diterima sumbangan pendapat dan pikiran bagi penyelesaian masalah yang sedang dimusyawarahkan, maka pimpinan mengusaha- kan agar musyawarah segera dapat mencapai mufakat yang bijaksana.

(2) Untuk mencapai apa yang dimaksud oleh ayat (1) pasal ini, maka pimpinan ataupun panitia yang diberi tugas untuk itu, wajib menyiapkan rancangan keputusan yang mencerminkan pendapat- pendapat yang hidup dalam musyawarah.

Page 69: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

45

Pasal 7.

(1) Ketua dan Wakil-wakil Ketua bertugas penuh digedung Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dengan ketentuan bahwa pada permulaan tahun sidang diumumkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong tentang tugas dan pembagian kerja Ketua dan Wakil-wakil Ketua.

Pasal 6.

Sebelum memangku jabatannya, Ketua dan atau Wakil/Para Wa- kil Ketua yang baru terpilih mengangkat surnpah/janji menurut agamanya masing-masing didepan Kepala Negara.

Rumusan sumpah/janji berbunyi sebagai yang tercantum dalam I Lampiran Peraturan Tata-Tertib ini.

Pasal 5.

(1) Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong terdiri dari seorang Ketua dan 4 orang Wakil Ketua,

(2) Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong ter- sebut terdiri dari 3 orang Golongan Politik dan 2 orang dari Golongan Kary a.

BAB III.

TENTANG KETUA DAN WAKIL-WAKIL KETUA

c. Keputusan mengenai perorangan atau mengenai penganjuran seseorang, diadakan dengan pemungutan suara secara rahasia dan tertulis. ·

d. Keputusan mengenai persoalan-persoalan lain pada umumnya dilakukan secara lisan atau jika Panitia Musyawarah menganggap perlu dapat juga dilakukan secara rahasia dan tertulis .

. ( 5) Apabila pemungutan suara tidak dapat dilaksanakan karena , tidak dapat memenuhi syarat tersebut dalam ayat (4) huruf a, maka persoalan tersebut dikembalikan kepada Panitia Musyawarah.

Page 70: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

46

Pasal 8.

Kewajiban Ketua dan Para Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang terutama ialah : a. Merencanakan tugas dan pembagian kerja Ketua dan Wakil-wakil

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong seperti tersebut dalam pasal 7 ayat (1).

b. Bersama-sama dengan Panitia Musyawarah mengatur pekerjaan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong termasuk menetapkan acara pekerjaan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong untuk satu tahun sidang atau suatu masa sidang atau sebagian dari suatu masa sidang dan pelaksanaan acara.

c. Memimpin rapat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dengan menjaga ketertiban dalam rapat, menjaga supaya Peraturan Tata-Tertib ini ditaati dengan seksama, memberi idzin untuk berbicara dan menjaga agar pembicara dapat mengucapkan pidato- nya dengan tidak terganggu.

d. Menyimpulkan persoalan yang akan diputuskan. e. Menjalankan Keputusan-keputusan rapat Dewan Perwakilan Rak-

yat Gotong ~oyong. f. Sedikitnya sekali sebulan mencantumkan persoalan Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dalam acara rapat Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

g. Mengadakan konsultasi dengan Presiden pada setiap waktu.

( 2) Apabila Ketua berhalangan maka kewajibannya dilakukan oleh wakil-wakil Ketua bergiliran. Apabila Ketua dan Para Wakil Ketua berhalangan maka untuk memimpin rapat, mereka diwakili oleh anggota yang tertua umurnya.

(3) Ketentuan-ketentuan pada ayat (2) berlaku juga, apabila Ketua/Wakil-wakil Ketua meletakkan jabatan atau meninggal dunia.

( 4) Apabila jabatan Ketua dan atau seorang Wakil/Para Wakil Ketua lowong maka Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong se- cepat-cepatnya atas pertimbangan Panitia Musyawarah mengadakan pemilihan untuk mengisi lowongan tersebut.

Page 71: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

47

Pasal 11.

(1) Pemilihan Pimpinan Frakai-fraksi diatur oleh Fraksi masing- masing.

BAB IV.

TENTANG FRAKSI-FRAKSI.

Pasal 10.

(1) Guna keperluan pembulatan kata mufakat yang mencermin- kan azas kegotong royongan dalam rangka musyawarah untuk mufa- kat seperti tercantum dalam BAB II, Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong mempunyai Fraksi-fraksi.

(2) Fraksi-fraksi yang dimaksud dalam ayat (1) tersebut diatas adalah gabungan anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang separtai/segolongan atau bersamaan azas tujuan program politiknya.

(3) Tiap-tiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong harus menjadi anggota Fraksi.

Pasal 9.

(1) Selama perundingan Ketua rapat hanya dapat berbicara untuk menunjukkan duduk perkara yang sebenarnya atau untuk mengembangkan perundingan itu kepada pokok pembicaraan apabila perundingan itu menyimpang dari pokoknya.

(2) Apabila Ketua Rapat hendak turut berbicara tentang hal yang dirundingkan, maka ia sementara meninggalkan tempat duduk-

. nya dan kembali sesudah berbicara, dalam hal demikian jabatan Ketua rapat untuk sementara diatur menurut cara yang dimuat dalam pasal 7 ayat (2).

h. Ketua dan para Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong karena jabatannya memimpin Panitia Musyawarah, Pani- tia Anggaran dan Panitia Rumah Tangga.

Page 72: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

48

Dalam melakukan tugasnya, Fraksi-fraksi mendapat bantuan yang teknis administratif dari Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

~ I

Pasal 16.

Perpindahan keanggotaan Fraksi, dari Fraksi yang satu ke Fraksi yang lain, harus dengan persetujuan Pimpinan Fraksi-fraksi yang bersangkutan.

Pasal 15.

Pasal 14.

Jumlah dan nama Fraksi dicantumkan dalam Lampiran No. II Peraturan Tata-Tertib ini.

Untuk mencapai effisiensi, Fraksi-fraksi dapat bergabung menjadi satu Fraksi baru.

Pasal 13.

Pasal 12.

(1) Tugas Fraksi-fraksi ialah :

a. melakukan pembahasan atas Rancangan Undang-undang, Usul inisiatif Rancangan Undang-undang, N ota Keuangan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan lain-lain pokok pembicaraan.

b. memberikan pertimbangan kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong mengenai semua hal yang dianggapnya perlu atau yang dianggap perlu oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(2) Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dapat mengundang Pimpinan Fraksi-fraksi untuk keperluan termaksud dalam ayat (1) huruf b ini.

(2) Pimpinan Fraksi memberitahukan kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong mengenai susunan Pimpinan Fraksi serta anggota-anggotanya dan memberitahukan tiap-tiap per- ubahan yang terjadi dalam Fraksi.

Page 73: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

49

(2) Ketua dan Para Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dibebaskan dari keanggotaan Bagian atau Komisi.

Pasal 18. (1) Setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong

diwajibkan menjadi anggota Panitia Anggaran atau Bagian atau Komisi.

BAB V.

TENTANG BADAN-BADAN KELENGKAPAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG

Pasal 17.

(1) Untuk dapat melaksanakan tugas kewajibannya Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong mempunyai Badan-badan Keleng- kapan seperti tersebut dibawah ini : a. Panitia Musyawarah. b. Panitia Anggaran. c. Bagian, d. Komisi. e. Panitia Khusus. f. Panitia Rumah Tangga. g. Sekretariat.

(2) Badan-badan Kelengkapan tersebut dalam ayat (1) mengatur tata-kerja sendiri dengan persetujuan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Page 74: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

50

(1) Panitia Musyawarah terdiri dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong sebagai anggota merangkap ketua, para Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan Wakil-wakil Fraksi sebagai anggota.

(2) Keanggotaan Panitia Musyawarah kecuali Ketua, Para Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong tidak boleh dirang- kap dengan keanggotaan Panitia Rumah Tangga.

(3) Perwakilan Fraksi yang dimaksud dalam ayat (1) tersebut diatas diatur sebagai berikut :

Pasal 20.

§ . 1. Panitia Musyawarah.

Pasal 19. Panitia Musyawarah adalah badan Musyawarah dalam Dewan

Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang bertugas ~ a. mengadakan persiapan-persiapan, pertimbangan-pertimbangan,

pembicaraan-pembicaraan guna melaksanakan hikmat keqijaksana- an dalam permusyawaratan/perwakilan yang ditujukan kearah terlaksananya musyawarah untuk mufakat seperti yang · dikehen- daki oleh Bab II Peraturan Tata-Tertib ini.

b. menetapkan acara pekerjaan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong untuk satu tahun sidang atau suatu masa sidang atau sebahagian dari suatu masa sidang dengan tidak mengurangi hak Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong untuk mengubahnya.

c. bermusyawarah dengan Presiden mengenai hal-hal yang berkenaan dengan penetapan acara serta pelaksanaannya, apabila hal itu dianggapnya perlu atau apabila dianggap perlu oleh Dewan Perwa- kilan Rakyat Gotong Royong atau apabila diminta oleh Presiden.

d. memberikan pertimbangan tentang pelaksanaan acara kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, apabila hal itu dianggapnya perlu atau apabila Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong meminta pertimbangan itu.

I

~ I

Page 75: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

51

Untuk menetapkan acara-acara kerja Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, dan hal-hal lain yang dianggap perlu oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong Ketua-kesua Bagian- bagian/Komisi-komisi atau wakilnya dapat diminta hadir pada rapat- rapat Panitia Musyawarah guna memberikan pertimbangannya,

Pasal 22.

Pasal 21.

(1) Untuk melaksanakan tugas-tugas seperti tercantum dalam pasal 19, Panitia Musyawarah dapat membentuk Sub-sub Panitia diantara para anggota Panitia Musyawarah.

(2) Untuk menetapkan acara-acara rapat/sidang Dewan Perwakil- an Rakyat Gotong Royong dibentuk Sub Panitia yang terdiri dari :

a. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong sebagai anggota merangkap Ketua;

b. Para Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong sebagai anggota;

c. Seorang Wakil tiap-tiap Fraksi, diambil dari anggota Panitia Musyawarah.

a. Fraksi-fraksi yang beranggota s/d 10 orang mempunyai seorang wakil;

b. Fraksi-fraksi yang beranggota 11 s/d 20 orang mempunyai 2 orang wakil;

c. Fraksi-fraksi yang beranggota 21 s/d 30 orang mempunyai 3 orang wakil;

d. Fraksi-fraksi yang beranggota 31 s/d 40 orang mempunyai 4 orang wakil;

e. Fraksi-fraksi yang beranggota 41 s/d 50 orang mempunyai 5 orang wakil;

f. Fraksi-fraksi yang beranggota 51 orang keatas mempunyai 6 orang wakil.

Page 76: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

52

(3). usul-usul dan keinginan dari masing-masing Bagian-bagian dan atau Komisi-komisi;

( 4). usul-usul dan keinginan dari masing-masing Fraksi dalam Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong,

d. Meneliti perkembangan keuangan Negara dalam keseluruhannya.

§ . 2. Panitia Anggaran.

Pasal 23. (1) Untuk melaksanakan tugas utama Dewan Perwakilan Rakyat

Gotong Royong termaksud dalam pasal 1 ayat (1) huruf a, Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong membentuk diantara anggota- anggotanya suatu Panitia Anggaran selama masa jabatan Dewan Per- wakilan Rakyat Gotong Royong.

(2) Tugas Panitia Anggaran ialah : a. Dalam tahap (fase) persiapan penyusunan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (RAPBN) memberikan bahan-bahan pemikiran kepada Pemerintah, untuk dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan oleh Pemerintah dalam menentukan policynya. Dalam hubungan dengan penyusunannya akhirnya Pemerintah sendirilah yang melakukannya.

b. Memberikan pendapat kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong mengenai Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pen- dapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang diajukan oleh Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

c. Menampung dan membicarakan semua bahan-bahan mengenai Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yaitu bahan-bahan yangdidapatkan dari : (1). pemandangan umum para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Gotong Royong beserta jawaban dari Pemerintah; (2). pendapat-pendapat/saran-saran para Anggota Panitia Musya-

warah;

I

r

r

Page 77: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

53

(5) Panitia Anggaran dibantu oleh suatu Sekretariat yang terdiri dari ahli-ahli Keuangan/Ekonomi/Perbankan/Hukum.

Pasal 24.

(1) Panitia Anggaran terdiri dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong sebagai Ketua merangkap anggota, Para Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan Wakil- wakil Fraksi sebagai anggota.

(2) Jumlah perwakilan Fraksi dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, adalah sama dengan jumlah perwakilan Fraksi dalam Panitia Musyawa- rah seperti tersebut dalam pasal 20 ayat (3).

·(3) Untuk melakukan tugas sehari-hari Pimpinan Dewan Perwa- ~!1 Rakyat Gotong Royong mengangkat seorang Ketua Harian dan beberapa orang wakilnya dari anggota-anggota Panitia Anggaran diluar Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

( 4) Dengan mengingat ketentuan dalam pasal 8 huruf h, keang- gotaan Panitia Anggaran tidak boleh dirarigkap dengan keanggotaan Bagian atau Komisi atau Panitia Rumah Tangga tetapi boleh: mengha- diri rapat-rapat Bagian/Komisi/Panitia Rumah Tangga sebagai penin- jau.

e. Mengawasi pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara setelah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan meng,ajukan pendapatnya atas Rancangan Tambahan dan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diaju- kan oleh Presiden.

f. Meneliti pertanggungan jawab Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan memberikan pendapatnya kepada Dewan Perwakilan ~ Rakyat Gotong Royong.

g. Memberikan pendapatnya mengenai hasil pemeriksaan dari badan Pemeriksa Keuangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong. (3) Dalam hal penyelesaian Nota Keuangan dan penjelasan Ran-

cangan Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menjadi Undang-undang, Panitia Anggaran mempunyai wewenang yang sama seperti wewenang Bagian.

Page 78: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

54

Pasal 27.

(1) Pimpinan Bagian terdiri dari seorang Ketua dan sebanyak- banyaknya empat orang Wakil Ketua.

(2) Calon-calon Pimpinan Bagian diajukan oleh Fraksi-fraksi dan disampaikan kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong untuk kemudian diambil keputusan setelah mendengar pertimbangan Panitia Musyawarah.

(3) Sebelum diadakan penetapan Ketua Bagian, rapat pertama Bagian dipimpin oleh Ketua/Wakil Ketua yang lama atau oleh seorang anggota Bagian yang tertua umurnya.

Pasal 26. (1) Jumlah anggota tiap-tiap Bagian sedapat mungkin seimbang. (2) Susunan Anggota Bagian ditetapkan oleh Pimpinan Dewan

Perwakilan Rakyat Gotong Royong dengan memperhatikan pertim- bangan Fraksi-fraksi.

(3) Semua Permintaan yang berkepentingan untuk pindah kelain Bagian diputuskan oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong

Royong atas usul Pimpinan Fraksi masing-masing,

( 4) Keanggotaan Bagian tidak boleh dirangkap dengan keanggota- an Komisi atau Panitia Anggaran, tetapi anggota Bagian boleh meng- hadiri rapat Komisi-komisi atau rapat Panitia Anggaran sebagai penin- jau.

§. 3. Bagian.

Pasal 25. (1) Untuk melaksanakan tugas utama membentuk Undang-

undang seperti tersebut dalam pasal 1 ayat (1) huruf b, Dewan Perwa- kilan Rakyat Gotong Royong membentuk Bagian.

(2) Jumlah Bagian-bagian tersebut dalam ayat (1) pasal ini serta lapangan pekerjaannya ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Page 79: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

55

Pasal 28.

Kewajiban Bagian ialah :

a. Mempersiapkan perumusan dan penyelesaian terhadap Rancangan Undang-undang sesuai dengan bunyi pasal 59 dan 65 yang masuk urusan Bagian masing-masing,

b. 1. Melakukan sesuatu tugas atas keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

2. Mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Ro- yong usul-usul Rancangan Undang-undang atau usul-usul dan laporan-laporan tentang soal-soal yang termasuk dalam urusan Bagian masing-masing.

3. Mengusulkan kepada Panitia Musyawarah hal-hal yang di- anggap perlu untuk dimasukkan dalam acara Dewan Perwa- kilan Rakyat Gotong Royong.

4. Mengadakan peninjauan-peninjauan yang dianggap perlu oleh Bagian yang anggarannya dibebankan kepada Anggaran Belanja Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, dengan ketentuan bahwa apabila ada perbedaan pendapat antara Pimpinan De- wan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan Bagian, maka keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royonglah yang menentukan.

( 4) Pimpinan Bagian tidak diperbolehkan merangkap sebagai anggota Panitia Rumah Tangga dalam Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(5) Masa jabatan Pimpinan Bagian ialah selama satu tahun sidang.

Page 80: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

56

Pasal 31. Kewajiban Komisi-komisi ialah :

(1) a. melakukan sesuatu tugas atas keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong;

b. membantu menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Presiden dalam menjalankan Undang-undang dan kebijak- sanaannya, yang termasuk dalam urusan Komisi masing- masing, dalam hal ini Komisi dapat mengambil kesimpulan.

c. mendengar suara rakyat (publik-hearing) tentang hal-hal yang termasuk dalam urusan Komisi masing-masing, antara lain dengan jalan memperhatikan surat-surat yang disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan mene- rima pihak-pihak yang berkepentingan;

d. mengadakan rapat kerja dengan Presiden untuk mendengarkan keterangannya atau mengadakan pertukaran pikiran tentang tindakan-tindakan yang sudah atau akan dilakukan oleh Menteri-menteri yang bersangkutan, dalam hal ini Komisi da- pat mengambil kesimpulan;

e. mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada Presiden;

I.

Ketentuan-ketentuan tersebut dalam pasal 26 dan pasal 27 untuk Bagian berlaku mutatis mutandis bagi Komisi. f

R- Pasal 30.

Pasal 29. (1) Untuk melaksanakan tugas utama pengawasan seperti terse-

but dalam pasal 1 ayat (1) huruf c, peraturan Tata-Tertib ini, Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong membentuk Komisi-komisi yang bidangnya meliputi satu atau lebih Departemen/Lembaga-lembaga Negara Tertinggi lainnya.

(2) Jumlah Komisi-komisi tersebut dalam ayat (1) diatas serta lapangan pekerjaannya ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

§. 4. Komisi

Page 81: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

57

Pasal 34. Tiap-tiap pembentukan Panitia Khusus harus disertai ketentuan

tentang tugas kewajibannya dan tentang lamanya waktu menyelesai- kan tugas kewajiban itu.

Panitia Khusus terdiri dari sekurang-kurangnya lima orang Ang- gota termasuk seorang Ketua, yang atas usul Pimpinan Dewan Perwa- kilan Rakyat Gotong Royong, setelah mendengar keinginan dari Fraksi-fraksi, ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Pasal 33.

Bagian.

- RI §. 5. Panitia Khusus.

Pasal 32.

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, jika menganggap perlu dapat membentuk suatu Panitia Khusus diantara Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong untuk melakukan tugas- tugas tertentu antara lain dalam hal sesuatu Rancangan Undang- undang dari Pemerintah atau usul inisiatif Undang-undang dari Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong harus diselesaikan dalam waktu yang singkat dan atau penyelesaiannya menyangkut beberapa

f. mengusulkan kepada Panitia Musyawarah hal-hal yang diang- gap perlu untuk dimasukkan kedalam acara Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(2) Mengadakan peninjauan-peninjauan yang dianggap perlu oleh Komisi yang anggarannya dibebankan kepada Anggaran Belanja Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, dengan ketentuan bahwa apabila ada perbedaan pendapat antara Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dengan Komisi, maka keputus- an Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang menentukan;

Page 82: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

58

§. 6. Panitia Rumah Tangga.

Pasal 38.

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong pada tiap-tiap tahun sidang membentuk diantara anggota-anggotanya suatu Panitia Rumah Tangga yang bertugas. a. Membantu Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong

dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan kewajiban yang diberikan oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong kepada Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong;

b. Secara aktif memberi pertimbangan kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong; 1. tentang kebijaksanaan dan garis-garis umum mengenai organi-

sasi, tugas dan tata-laksana Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

2. untuk melancarkan segala urusan kerumah tanggaan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong;

3. mengenai pengangkatan dan pemberhentian pegawai-pegawai Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong;

Panitia Khusus dibubarkan setelah tugasnya dianggap selesai. Pasal 37.

Pasal 36. Ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi Bagian-bagian tentang

rapat-rapat berlaku juga bagi Panitia Khusus.

Pasal 35.

(1) Hasil pekerjaan Panitia Khusus dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(2) Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong memutuskan cara mempergunakan hasil pekerjaan Panitia Khusus.

Page 83: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

59

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong berkewa- jiban melaksanakan kebijaksanaan Pimpinan Dewan Perwakilan Rak- yat Gotong Royong dan menyelenggarakan urusan kerumah tanggaan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

§ . 7. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Pasal 40.

Pasal 39. (1) Panitia Rumah Tangga terdiri dari Ketua Dewan Perwakilan

Rakyat Gotong Royong sebagai anggota merangkap Ketua, Para-Wakil Ketua dan Wakil-wakil dari Fraksi sebagai anggota.

(2) Fraksi yang beranggotakan sampai dengan 50 orang mempu- nyai satu wakil, dan yang beranggotakan lebih dari 50 orang mem- punyai dua wakil.

(3) Untuk melakukan tugas sehari-hari Pimpinan Dewan Perwa- kilan Rakyat Gotong Royong mengangkat seorang Ketua Harian dan beberapa orang wakilnya dari antara Anggota-anggota Panitia Rumah Tangga diluar Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

( 4) Dengan mengingat ketentuan dalam pasal 8 huruf h, keang- gotaan Panitia Rumah Tangga tidak boleh dirangkap dengan keanggo- taan Panitia Musyawarah/Panitia Anggaran dan atau Pimpinan Bagian/ Komisi.

c. Memeriksa rancangan sementara Anggaran Belanja Dewan Per- wakilan Rakyat Gotong Royong yang disiapkan oleh Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan setelah disetujui olehnya, meneruskan rancangan sementara Anggaran Belanja itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong untuk men- dapat persetujuannya selambat-lambatnya pada akhir bulan Juli dalam tahun dinas sebelumnya.

d. Memberikan laporan tertulis kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong tentang pekerjaannya pada tiap-tiap permulaan masa-persidangan.

Page 84: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

60

BAB VI. TENTANG PENETAPAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

BELANJA NEGARA.

Pasal 44. Agar Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dapat melaku-

kan haknya mengenai Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai tercantum dalam pasal 23 ayat (1) Undang-undang Dasar, maka setiap tahun Presiden mengajukan Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong sebelum tanggal 17 Agustus dari tahun yang mendahului tahun dinas Anggaran Belanja.

Pasal 43. Sekretaris Jenderal dan pejabat-pejabat yang pengangkatan dan

pemberhentiannya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku dilakukan oleh Presiden, diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong setelah mendengar pertimbangan-pertimbangan dari Panitia Rumah Tangga.

Pasal 42. Pimpinan Sekretariat diserahkan kepada seorang Sekretaris

Jenderal yang bertanggung jawab kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong tentang pekerjaan yang dipikulkan kepada- nya. Sekretaris Jenderal dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh seorang Wakil Sekretaris Jenderal.

(1) Garis-garis umum mengenai organisasi, tugas dan tata-kerja Sekretariat ditetapkan oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong setelah mendengar pertimbangan-pertimbangan dari Panitia Rumah Tangga.

(2) Tata-kerja mengenai pelaksanaan tugas Sekretariat terhadap Badan-badan Kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong setelah mendengar pertimbangan-pertimbangan dari Pimpinan Badan- badan Kelengkapan yang bersangkutan.

Pasal 41.

Page 85: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

61

Pasal 49.

Hasil penelitian dan pemeriksaan Panitia Anggaran dimaksud dalam pasal 48 disampaikan kepada Panitia Musyawarah.

Pasal 50. ~

Panitia Musyawarah menetapkan rapat Pleno untuk membahas ~ hasil penelitian dan pemeriksaan Panitia Anggaran. "!

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong menyerahkan kepada Panitia Anggaran tugas meneliti pertanggungan jawab Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan memeriksa Laporan Badan Peme- riksa Keuangan tentang tanggung jawab keuangan Negara seperti dimaksud dalam pasal 23 ayat (5) Undang-undang Dasar 1945.

Pasal 48.

Pasal 47.

Rancangan Tambahan dan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diselesaikan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong menurut ketentuan-ketentuan dalam pasal 44, 45 dan 46.

(1) Terhadap penyelesaian Nota Keuangan dan Rancangan Ang- garan Pendapatan dan Belanja Negara digunakan ketentuan-ketentuan seperti yang berlaku penyelesaian Rancangan Undang-undang.

(2) Hasil pembahasan tentang Nota Keuangan, dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dimaksud dalam pasal 44 dan 45, disampaikan oleh Panitia Anggaran kepada para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Pasal 46.

Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong menyerah- kan N ota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada Panitia Anggaran agar Panitia tersebut memberikan pendapatnya/pembahasannya.

Pasal 45.

Page 86: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

62

b. Pembicaraan mengenai pendapat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong mengenai Nota Keuangan;

e, Pembicaraan mengenai Rancangan Undang-undang tentang Ang- garan Pendapatan dan Belanja Negara;

d. Pembicaraan mengenai Rancangan Undang-undang tentang Per- ubahan dan Tambahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

ra;

(1) Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong memberikan kesempatan kepada Badan Pemeriksa Keuangan untuk hadir sebagai peninjau dalam tiap-tiap rapat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong/Panitia Anggaran mengenai pembahasan masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

(2) Rapat yang dimaksud dalam ayat (1) membahas: a. Penyusunan bahan-bahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nega-

t

BAB VII. TENTANG HUBUNGAN KERJA DENGAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN.

Pasal 52.

Pasal 51.

(1) Dalam pleno dimaksud dalam pasal 50, Ketua Dewan Per- wakilan Rakyat Gotong Royong jika perlu mengundang Badan Peme- riksa Keuangan untuk memberikan penjelasan-penjelasan tambahan tentang laporan penelitian dan pemeriksaan Badan Pemeriksa Ke- uangan.

(2) Para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong diberi kesempatan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam rapat pleno tersebut untuk kemudian dijawab oleh Badan Pemeriksa Ke- uangan.

I ~

Page 87: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

63

(1) Semua usul Presiden, berupa Rancangan Undang-undang dan usul-usul lain yang disampaikan dengan Amanat Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong maupun Rancangan Undang-undang dan usul lain atas inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong sendiri, sesudah oleh Sekretariat diberi nomor pokok dan nomor surat, diperbanyak dan dibagikan kepada para anggota.

(2) a. Jika Rancangan Undang-undang dan usul-usul atas inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong seperti yang ter- cantum dalam ayat (1) tersebut diatas diterima oleh Sekreta- riat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dalam waktu kira-kira bersamaan mengenai suatu persoalan yang sama, maka persoalan itu disampaikan kepada Panitia Musyawarah dan untuk itu Panitia Musyawarah menyampaikan persoalan- nya kepada Bagian yang bersangkutan atau bisa membentuk Panitia Khusus untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Dalam hal ini kedua Rancangan Undang-undang tersebut dianggap sama beratriya.

Pasal 54.

§. 1. Ketentuan-ketentuan Umum.

Pasal 53.

(1) Presiden dapat mengusahakan kepada Menteri-menteri untuk melakukan sesuatu yang menurut Peraturan Tata-Tertib ini dilakukan oleh Presiden.

(2) Para Menteri memenuhi undangan Pimpinan Dewan Perwakil- an Rakyat Gotong Royong untuk menghadiri musyawarah yang diada- kan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan Badan-badan Kelengkapannya.

BAB VIII.

TENTANG PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG.

Page 88: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

64

§. 2. Tingkat-tingkat Pembicaraan.

Pasal 55. (1) Setelah Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong

menerima usul termaksud dalam pasal 54 ayat ( 1) yang telah meme- nuhi ketentuan-ketentuan Peraturan Tata-Tertib ini maka Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong meminta kepada Panitia Musyawarah untuk menentukan hari dan waktu bagi Pemerintah atau wakil para pengusul untuk memberikan penjelasan pada rapat Pleno terbuka (Tingkat I).

(2) Rancangan Undang-undang dan atau usul-usul lain dan penjelasannya seperti tersebut ayat (1) pasal ini dapat diumumkan.

kecuali apabila Panitia Musyawarah menentukan lain. (4) Pembicaraan tingkat II dimaksud dalam ayat (3) dapat juga

dilakukan dalam rapat Gabungan Fraksi-fraksi dan apabila dianggap perlu oleh Panitia Musyawarah maka pembicaraan tingkat IV dapat dilakukan dalam rapat Gabungan Bagian-bagian atau dalam suatu Panitia Khusus termaksud dalam pasal 32 s/d pasal 37 Peraturan Tata-Tertib ini.

Tingkat I rapat Pleno terbuka. Tingkat II rapat Fraksi-fraksi. Tingkat III rapat Pleno terbuka. Tingkat IV rapat Bagian-bagian, 7

Tingkat v rapat Pleno terbuka. <,

b. Jika Rancangan Undang-undang dan usul-usul seperti tersebut mengenai suatu persoalan yang sama tidak diterima dalam waktu yang kira-kira bersamaan, maka Rancangan yang diteri- ma lebih dahulu dianggap sebagai Rancangan yang diterima kemudian, dianggap sebagai usul amandemen.

( 3) Terhadap semua Rancangan Undang-undang dan usul termak- sud dalam ayat (1) dan (2) pasal ini dilakukan pembicaraan berturut- turut dalam :

Page 89: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

65

Pasal 59.

(1) Dalam pembicaraan Tingkat IV, Bagian/Gabungan Bagian- bagian mengadakan musyawarah.

(2) Musyawarah tersebut dalam ayat (1) pasal ini dilakukan : a. oleh Bagian sendiri atau Gabungan Bagian-bagian sendiri. b. bersama-sama dengan Pemerintah, apabila rancangan Undang-

undang dan usul-usul lain itu datang dari Pemerintah. c. bersama-sama dengan para pengusul dan Pemerintah, apabila

rancangan Undang-undang dan usul-usul lain itu datang dari Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Selesai pembicaraan tingkat III, apabila Fraksi-fraksi menganggap perlu dapat meminta waktu kepada Panitia Musyawarah untuk mene- ruskan pemikiran-pemikiran guna menghadapi pembicaraan tingkat selanjutnya.

Pasal 58.

Pasal 57. (1) Selesai pembicaraan Tingkat II, maka dilanjutkan dengan

pembicaraan Tingkat III yang dilakukan dalam rapat Pleno terbuka.

(2) Dalam rapat Pleno ini para Anggota diberi kesempatan meng- adakan pemandangan umum : a. apabila rancangan Undang-undang dan usul-usul lain itu datang

dari Pemerintah, maka wakil Pemerintah diberi kesempatan untuk menanggapinya.

b. apabila rancangan Undang-undang tersebut merupakan usul Ini- siatif dan usul-usul lain dari Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, maka wakil para pengusul diberi kesempatan untuk memberikan tanggapannya dan sesudah itu wakil Pemerintah memberikan tanggapannya pula.

Selesai pembicaraan tingkat I, usul dimaksud beserta penjelasan- nya diteruskan kedalam rapat Fraksi-fraksi (Tingkat II) untuk dibahas guna menghadapi pembicaraan tingkat selanjutnya.

Pasal 56.

Page 90: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

66

Pasal 61.

Apabila pembicaraan Tingkat IV dapat diselesaikan dengan men- dapat kata mufakat, maka pembicaraan Tingkat V dilakukan dalam rapat Pleno terbuka untuk mengambil keputusan, setelah juru bicara Fraksi/Gabungan Fraksi-fraksi mengemukakan pendapat terakhir.

Pasal 60. Selesai pembicaraan tingkat IV, apabila Fraksi-fraksi menganggap

perlu dapat meminta waktu kepada Panitia Musyawarah untuk meru- muskan pemikiran-pemikiran guna menghadapi pembicaraan tingkat terakhir.

(5) Dalam rapat Gabungan Bagian-bagian, Pimpinan Bagian yang hubungannya dengan persoalan yang dibicarakan, harus secara aktif memimpin musyawarah sampai tercapai kata mufakat.

(6) Apabila dalam musyawarah tersebut tidak tercapai kata mu- fakat, pimpinan rapat menyampaikan halnya kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang akan membawanya kedalam Panitia Musyawarah untuk mencari kebijaksanaan lain menuju kata mufakat, sesuai dengan tata cara seperti tercantum dalam Bab. II.

musyawarahkan.

(3) Dalam musyawarah ini para anggota Bagian yang bersangkut- an dan Pemerintah/Para Pengusul dapat mengadakan perubahan- perubahan.

( 4) Anggota-anggota dari Bagian-bagian lain dapat mengajukan usul-usul perubahan secara tertulis melalui Pimpinan Dewan Perwa- kilan Rakyat Gotong Royong.

Usul-usul itu harus ditanda-tangani oleh sekurang-kurangnya 5 anggota. Setelah diberi nomor pokok dan nomor surat dan diper- banyak, usul-usul perubahan itu disampaikan oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong kepada Anggota-anggota Bagian- bagian yang bersangkutan dan Pemerintah/para pengusul untuk di-

Page 91: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

67

Pasal 65.

(1) Pada pembicaraan tingkat IV, Bagian/Gabungan Bagian- bagian yang bersangkutan menunjuk seorang atau lebih diantara anggota-anggotanya sebagai pelapor.

(2) Tentang pembicaraan dalam Bagian/Gabungan Bagian- bagian dibuat catatan oleh pegawai Sekretariat.

(3) Setelah catatan sementara dikoreksi oleh para pembicara maka dibuat catatan tetap yang memuat : a. tanggal rapat dan jam permulaan serta penutupan rapat; b. nama-nama yang hadir; c. nama-nama pembicara dan pendapatnya masing-masing.

Pasal 64. (1) Mengenai pembicaraan tingkat II dalam Fraksi-fraksi ter-

maksud dalam pasal 56 serta pembicaraan dalam rapat Bagian pada tingkat IV seperti termaksud dalam pasal 59 dibuat catatan.

(2) Untuk membuat catatan rapat itu Fraksi-fraksi/Gabungan Fraksi-fraksi dapat dibantu seorang atau lebih pegawai Sekretariat.

7 I Pasal 63.

Mengenai pembicaraan tingkat I, III dan V dalam rapat-rapat Pleno termaksud dalam pasal-pasal 55, 57 dan 61 serta pembicaraan dalam rapat Gabungan Bagian-bagian pada tingkat IV termaksud dalam pasal 59 dibuat risalah tulisan cepat.

§. 3. Catatan, Risalah, Laporan, Nota Perubah.an dan Naskah baru.

(1) Jika pembicaraan atas sesuatu rancangan Undang-undang menurut pendapat Panitia Musyawarah perlu diserahkan kepada suatu Panitia Khusus, maka Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong membentuk suatu Panitia Khusus.

(2) Ketentuan dalam pasal 59 berlaku juga untuk pembicaraan oleh Panitia Khusus kecuali apabila Panitia Musyawarah menentukan lain.

Pasal 62.

Page 92: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

68

Pasal 68.

Setelah laporan Bagian/Gabungan Bagian-bagian disampaikan ke- pada para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan Presiden, perumusan penyelesaian dianggap selesai.

Pasal 67.

(1) Laporan Bagian/Gabungan Bagian-bagian setelah diberi nomor pokok dan nomor surat oleh Sekretariat, diperbanyak serta disampaikan kepada para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan Presiden.

(2) Laporan itu dapat diumumkan.

Pasal 66.

(1) Disamping catatan termaksud dalam pasal 65 oleh Pelapor- pelapor bersama-sama Pimpinan Bagian/Gabungan Bagian-bagian dengan bantuan pegawai Sekretariat segera dibuat laporan Bagian- bagian/Gabungan Bagian-bagian yang memuat pokok dan kesimpulan pembicaraan dalam Bagian/Gabungan Bagian-bagian paling lama dalam waktu seminggu sesudah catatan termaksud dalam pasal 65 selesai.

(2) Didalam laporan itu tidak dimuat nama-nama pembicara.

(3) Laporan itu ditanda tangani oleh Ketua rapat Bagian/Gabung- an Bagian-bagian dan Pelapor/pelapor-pelapor yang bersangkutan.

( 4) Catatan Rapat Bagian/Gabungan Bagian-bagian termaksud dalam ayat (3) dibuat rangkap dua dan setelah diketahui oleh Ketua dan Pelapor/Pelapor-pelapor disediakan bagi para Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Gotong Royong serta Menteri-menteri yang ber- sangkutan dan disimpan di Sekretariat. Catatan ini tidak boleh di- umumkan.

Page 93: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

69

§ . 4. Mengajukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang menjadi Undang-undang,

Pasal 72. Dalam menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

undang, Pemerintah sekurang-kurangnya memberitahukan dan men-

Pasal 71. Cara-cara pembuatan Catatan, Risalah dan laporan pada rapat-

rapat Komisi/Gabungan Komisi-komisi diatur seperti yang berlaku pada rapat Bagian/Gabungan Bagian-bagian.

Pasal 70. (1) Jika Bagian/Gabungan Bagian-bagian menganggap perlu

untuk mengadakan perumusan penyelesaian ulangan ataupun lanjutan atas rancangan Undang-undang yang menjadi pokok pembicaraan, maka Pimpinan Bagian/Gabungan Bagian-bagian segera mengusulkan kepada Panitia Musyawarah, agar menetapkan hari dan waktu untuk rumusan penyelesaian ulangan/lanjutan itu.

(2) Ketentuan-ketentuan tentang rumusan penyelesaian rancang- an Undang-undang dalam rapat Bagian/Gabungan Bagian-bagian berla- ku juga untuk merumuskan penyelesaian ulangan ataupun lanjutan.

(1) Jika Presiden berdasarkan pembicaraan didalam Bagian/ Gabungan Bagian-bagian menganggap perlu untuk mengadakan per- ubahan pada naskah Rancangan Undang-undang maka Presiden menyampaikan N ota Perubahan atas rancangan Undang-undang ter- sebut atau naskah rancangan Undang-undang baru seluruhnya, apabila perubahan itu meliputi banyak bab-bab/pasal-pasal.

(2) Nota perubahan atau naskah baru termaksud dalam ayat (1) 'itu, setelah diberi nomor pokok dan nomor surat oleh Sekretariat, segera diperbanyak dan disampaikan kepada para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Pasal 69.

Page 94: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

70

§. 5. Mengajukan Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Pasal 75. (1) Suatu Rancangan Undang-undang yang diajukan oleh para

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif) berdasarkan pasal 21 ayat (1) Undang- undang Dasar 1945 harus disertai memori penjelasan dan ditanda tangani oleh sekurang-kurangnya dua puluh orang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(2) Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif itu disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Pasal 74. ( 1) Setelah oleh Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong

Royong diberi nomor pokok dan nomor surat, Rancangan Undang- undang tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang menjadi Undang-undang termaksud dalam pasal 73 diperba- nyak dan dibagikan kepada para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(2) Terhadap penyelesaian selanjutnya berlaku ketetapan- ketetapan dalam pasal-pasal 53 sampai 62.

Pasal 73.

Peraturan Pemerintah Penggant! Undang-undang dibicarakan di· dalam Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong pada kesempatan sidang pertama, setelah disampaikan dengan Amanat Presiden dalam bentuk Rancangan Undang-undang tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang menjadi Undang-undang.

dengar terlebih dulu pertimbangan Pimpinan Dewan Perwakilan Rak· yat Gotong Royong tentang isi dan maksud Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang yang akan ditetapkan itu.

Page 95: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

71

(1) Selama suatu Usul Inisiatif belum diputuskan menjadi Usul Inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong para pengusul berhak menariknya kembali atau mengajukan perubahan.

(2) Pemberitahuan tentang perubahan atau penarikan kembali disampaikan dengan tertulis kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan Pemerintah, dan harus ditanda tangani oleh para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang menanda tangani Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif itu.

Pasal 76.

(3) Dalam rapat yang berikut Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong memberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong tentang masuknya Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif itu.

( 4) Rancangan Undang-undang Usul Inisiatif yang dimaksud, setelah oleh Sekretariat diberi nomor pokok dan nomor surat, diper- banyak dan dibagikan kepada para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong serta dikirim kepada Presiden.

( 5) Dalam rapat Panitia Musyawarah para pengusul diberi ke- sempatan memberikan penjelasan mengenai Usul Inisiatifnya tersebut.

(6) Terhadap penyelesaian selanjutnya berlaku ketentuan- ketentuan dalam pasal 59 sampai 62,-dengan memperhatikan ketentu- an-ketentuan yang khusus berlaku dalam pembahasan untuk Rancang- an Undang-undang Usul Inisiatif atau usul-usul lain dari Dewan Perwa- kilan Rakyat Gotong Royong.

Page 96: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

72

§. 2. Mengajukan pertanyaan.

Pasal 78. (1) Setiap anggota perseorangan dapat mengajukan pertanyaan-

pertanyaan kepada Presiden, (2) Pertanyaan itu harus disusun singkat serta jelas da~ disam-

paikan kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dengan tertulis.

(3) Apabila dipandang perlu, Ketua dapat merundingkan dengan penanya tentang bentuk dan isi pertanyaan itu. l

§. 1. Ketentuan-ketentuan Umum.

Pasal 77. (1) Selain hak-hak wewenang dan Tugas Dewan Perwakilan

Rakyat Gotong Royong sebagai tercantum dalam BAB I pasal 1 ayat (1) huruf a dan b maka hak-hak/wewenang dan tugas lainnya adalah sebagai berikut : a. mengajukan pertanyaan; b. meminta keterangan (interpelasi); c. mengadakan penyelidikan (angket); d. mengajukan perubahan (amandemen); e. mengajukan usul pertanyaan pendapat atau usul-usul lain; f. menganjurkan seseorang.

(2) Y1µ1g dimaksud dalam ayat (1) huruf f adalah mengajukan anjuran calon untuk mengisi sesuatu jabatan, jika hal demikian diten- tukan oleh Undang-undang. -

(3) Usaha-usaha yang dimaksud dalam ayat (1) diadakan menu- rut ketentuan-ketentuan dalam pasal yang berikut.

I~

BAB IX.

TENTANG HAK-HAK DAN WEWENANG ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG

Page 97: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

73

Pasal 81.

(1) Atas permintaan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dalam rapat Panitia Musyawarah yang berikut, Para pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan tentang usulnya,

(2) Setelah mendengar penjelasan para pengusul yang dimaksud dalam ayat (1), Panitia Musyawarah menentukan hari dan waktu bila- mana usul permintaan keterangan (lnterpelasi) itu diberitahukan ke- pada Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(3) Dalam rapat Pleno yang ditentukan, para pengusul memberi- kan penjelasan mengenai soal yang ditanyakan dalam permintaan keterangan.

§ 3. Meminta keterangan (lnterpelasi).

Pasal 80.

(1) Sekurang-kurangnya duapuluh orang Anggota dapat meng- ajukan usul meminta keterangan kepada Presiden.

(2) Usul itu harus disusun dengan singkat dan jelas dan harus disampaikan dengan tertulis kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, kemudian diberi nomor pokokdan nomor surat oleh Sekretariat.

(1) Apabila jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan menurut ketentuan-ketentuan dalam pasal 70 oleh Presiden disampai- kan dengan tertulis, maka tidak diadakan pembicaraan dengan lisan.

(2) Penanya dapat meminta supaya pertanyaan dijawab dengan lisan. Apabila Presiden memenuhi permintaan itu, maka penanya dalam rapat yang ditentukan untuk itu dapat mengemukakan lagi dengan singkat penjelasan tentang pertanyaannya, supaya Presiden dapat memberikan keterangan yang lebih luas tentang soal yang ter- kandung didalam pertanyaan itu.

Pasal 79.

( 4) Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong menerus- kan pertanyaan-pertanyaan itu kepada Presiden disertai permintaan agar supaya mendapat jawaban dalam waktu yang sesingkat-singkat- nya.

Page 98: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

74

§ 4. Mengadakan penyelidikan (Angket).

Pasal 84. (1) Sekurang-kurangnya tigapuluh orang Anggota dapat meng-

usulkan untuk mengadakan penyelidikan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong mengenai hal yang tertentu.

Pasal 83. (1) Atas usul sekurang-kurangnya duapuluh orang Anggota,

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dapat menyatakan pen- dapatnya terhadap jawaban Presiden.

(2) Untuk keperluan yang dimaksud dalam ayat (1) diatas dapat diajukan Usul Pernyataan Pendapat yang diselesaikan menurut keten- tuan-ketentuan dalam paragrap 7 BAB IX Peraturan Tata-Tertib ini.

(3) Jika sesudah jawaban Presiden termaksud dalam pasal 82 ayat (2) tidak diajukan sesuatu Usul Pernyataan Pendapat, maka pembicaraan mengenai keterangan Presiden seperti tersebut pada pasal 81 ayat ( 4) dan pasal 82 ayat (2) dinyatakan selesai oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

( 4) Apabila Usul Interpelasi diterima sebagai Interpelasi Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, maka lnterpelasi tersebut dikirim kepada Presiden dan Presiden diundang untuk memberikan keterang- annya.

(5) Setelah Usul Interpelasi para pengusul menjadi Interpelasi Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, maka para pengusul itu tidak dapat menarik kembali usulnya kecuali atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Pasal 82.

(1) Mengenai keterangan Presiden tersebut dalam pasal 81 ayat (4) diadakan pembicaraan dengan memberikan kesempatan, baik kepada pengusul maupun kepada Anggota-anggota lainnya, untuk memberikan pemandangannya.

(2) Atas Pemandangan-pemandangan para pengusul dan para anggota lainnya, Presiden memberikan jawabannya.

Page 99: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

75

Pasal 87.

(1) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong memutus- kan menerima baik usul itu, maka Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong membentuk Panitia penyelidikan yang sekurang-kurangnya terdiri dari 10 orang dan menentukan jumlah biayanya.

(2) Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong untuk mengadakan penyelidikan menentukan juga masa-kerja Panitia Penye- lidikan yang bersangkutan.

(3) Atas permintaan panitia tersebut ayat (1) pasal ini, masa bekerjanya dapat diperpanjang/diperpendek oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Sebelum dirundingkan dalam rapat Pleno, Panitia Musyawarah menetapkan hari dan waktu untuk pemeriksaan persiapan usul itu oleh Fraksi/Gabungan Fraksi-fraksi.

Pasal 86.

Pasal 85.

Usul seperti termaksud dalam pasal 84 beserta penjelasan-pen- jelasan dan rancangan biaya, setelah oleh Sekretaris diberi nomor pokok dan nomor surat, diperbanyak serta dibagikan kepada para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan dikirim kepa-

da Presiden.

(2) Usul termaksud dalam ayat (1) harus dinyatakan dalam suatu perumusan, yang memuat isi yang jelas tentang hal yang harus diselidiki dengan disertai suatu penjelasan dan rancangan jumlah biaya.

(3) Usul itu disampaikan kepada Ketua Dewan Perwakilan Rak- yat Gotong Royong dengan tertulis dan harus ditanda-tangani oleh para pengusul.

Page 100: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

76

§ 5. Mengajukan amandemen.

Pasal 90.

(1) Sebelum perundingan tentang pasal-pasal atau bagian-bagian suatu Rancangan Undang-undang, oleh sekurang-kurangnya sepuluh orang anggota dapat diajukan usul perubahan (usul amandemen), dan usul perubahan atas usul perubahan (usul sub amandemen).

(2) Usul amandemen dan usul sub amandemen itu, yang ditanda- tangani oleh para pengusul dan disertai penjelasan singkat, disampai- kan secara tertulis kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(1) Setelah selesai dengan pekerjaannya, Panitia Penyelidikan (Angket) memberikan laporan tertulis kepada D.ewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong. Laporan itu · setelah oleh Sekretariat diberi nomor pokok dan nomor surat, diperbanyak serta dibagikan kepada para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan kemu- dian dibicarakan dalam rapat pleno, kecuali kalau Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong memutuskan lain.

(2) Laporan-laporan dan surat-surat dari Panitia Penyelidikan disimpan di Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Pasal 89.

Pasal 88.

(1) Tiap-tiap bulan Panitia Penyelidikan harus memberikan lapor- an tertulis kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong. Lapor- an itu setelah oleh Sekretariat diberi nomor pokok dan nomor surat, diperbanyak serta dibagikan kepada para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(2) Atas usul 10 orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Go- tong Royong laporan berkala itu dapat dibicarakan dalam rapat Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong kecuali kalau Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong memutuskan lain.

Page 101: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

77

Pasal 92.

Apabila sesudah laporan Panitia Anggaran/Bagian/Gabungan Bagian-bagian/Panitia Khusus mengenai sesuatu Rancangan Undang- undang tersebut, maka penundaan perundingan atau penyerahan perubahan dapat dilakukan atas usul Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong atau sekurang-kurangnya sepuluh orang anggota.

Atas usul Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, Ketua Panitia Anggaran, Ketua Bagian/Gabungan Bagian-bagian, Ketua Panitia Khusus yang bersangkutan atau sekurang-kurangnya sepuluh orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dapat menunda perundingan tentang setiap perubahan yang diusulkan atau menyerahkan usul perubahan itu kepada Panitia Anggaran/ Bagian/Gabungan Bagian-bagian/Panitia Khusus yang bersangkutan untuk diminta pertimbangannya, yang dikemukakan dengan lisan atau dengan tulisan.

Pasal 91.

( 5) Selain daripada penjelasan tertulis, oleh pengusul dapat juga diberikan penjelasan dengan lisan dalam rapat yang membicarakan pasal atau bagian yang bersangkutan pada rapat-rapat yang diadakan sebelum rapat pleno tingkat IV.

(3) Usul amandemen dan usul sub amandemen serta penjelasan singkat itu, setelah diberi nomor pokok dan nomor surat oleh Sekre- tariat selekas-lekasnya diperbanyak dan dibagikan kepada para anggota dan disampaikan kepada Presiden.

( 4) Perubahan-perubahan (amandemen atau sub amandemen) yang diusulkan sesudah perundingan termaksud dalam ayat (1) dimu- lai, diajukan dengan tertulis kepada Ketua rapat Usul-usul perubahan itu dengan selekasnya diberi nomor pokok dan nomor surat, diperba- nyak dan dibagikan kepada para anggota serta disampaikan kepada Presiden.

Page 102: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

78

Pasal 95.

(1) Apabila sesuatu Rancangan Undang-undang yang diajukan oleh Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dalam rapat telah diubah, maka pengambilan keputusan yang terakhir tentang rancangan itu seluruhnya diundurkan sampai rapat yang ber- ikut kecualijika Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong memutus- kanlain.

(1) Sesuatu usul perubahan, setelah perundingan dalam rapat ditutup tidak dapat ditarik kembali.

(2) Jika suatu usul perubahan, yang karena diterimanya meng- akibatkan usul-usul perubahan lain dengan sendirinya hapus, maka usul-usul perubahan itu dianggap telah dicabut.

(3) Jika masih ada perselisihan paham tentang penghapusan itu, Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang memutuskan.

Pasal 94.

Pasal 93.

(1) Apabila tidak ada Anggota yang hendak mengusulkan per- ubahan lagi dalam pasal atau bagian sesuatu pasal yang sedang dibi- carakan atau dalam bagian lainnya yang bersangkutan dengan pasal/ sebagian pasal itu dan tidak ada Anggota yang ingin berbicara lagi tentang hal tersebut, maka perundingan tentang pasal/sebagian pasal tersebut diakhiri.

(2) Dengan memperhatikan dasar musyawarah untuk mufakat seperti termaksud dalam Bab II Peraturan Tata-Tertib ini, keputusan yang berturut-turut dimulai dengan usul sub amandemen, kemudian usul amandemen yang bersangkutan dan akhimya pasal atau bagian lainnya dengan atau tanpa perubahan.

(3) Jika ada lebih dari satu usul amandemen, sub amandemen mengenai sesuatu pasal, bagian pasal atau bagian lain daripada Ran- cangan Undang-undang, maka keputusan diambil lebih dahulu ter- hadap usul amandemen, yang menurut pandapat Ketua rapat atau Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong atau usul sepuluh orang anggota mempunyai akibat yang paling luas.

Page 103: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

79

§ 6. Menganjurkan seseorang.

Pasal 97. (1) Apabila oleh Undang-undang ditentukan bahwa Dewan

Perwakilan Rakyat Gotong Royong diwajibkan mengajukan anjuran calon untuk mengisi sesuatu jabatan yang lowong, maka bagi anjuran dan pemilihan calon itu berlaku ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Bab II pasal 2 ayat (2) dan pasal 3 Peraturan Tata-Tertib ini.

Pasal 96.

(1) Sebagai akibat perubahan-perubahan yang telah diterima dalam perundingan tentang sesuatu Rancangan Undang-undang, maka Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong mengadakan per- ubahan-perubahan nomor urut pasal-pasal/bagian-bagian, demikian pula perubahan-perubahan dalam penunjukkan nomor, pasal-pasal/ bagian-bagian lain, sebagai akibat perubahan tadi.

(2) Oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dapat pula diadakan perubahan-perubahan kecil lain yang bersifat tehnis perundang-undangan dan yang perlu untuk memberi bentuk/ rumusan sebagaimana mestinya bagi Rancangan Undang-undang yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(2) Sementara itu oleh anggota-anggota, demikian pula oleh Presiden dapat disusulkan perubahan-perubahan baru yang diusulkan sebagai akibat perubahan yang telah diterima atau sebagai akibat penolakan suatu pasal.

(3) Usul-usul perubahan yang dimaksud dalam ayat (2) dan pasal- pasal atau bagian-bagian lain yang bersangkutan dapat dirundingkan sebelum diambil keputusan terakhir, kecuali jika Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong memutuskan untuk mengambil keputusan tanpa mengadakan perundingan lagi.

(4) Apabila, sebagai akibat yang ditetapkan dalam ayat (2) dan (3) diadakan lagi perubahan-perubahan, maka pengambilan keputusan terakhir diundurkan lagi sampai rapat yang berikut. Perundingan baru tidak diadakan lagi.

Page 104: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

80

Pasal 101.

(1) Panitia Musyawarah menetapkan hari dan waktu pembicaraan dalam rapat Pleno mengenai usul pemyataan pendapat atau usul lain itu.

Setelah oleh Sekretariat diberi nomor pokok dan nomor surat, usul termaksud dalam pasal 99 diperbanyak serta dibagikan kepada para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan dikirim- kan kepada Presiden.

Pasal 100.

§ 7. Usul pemyataan pendapat dan usul-usul lain.

Pasal 99. ( 1) Sekurang-kurangnya duapuluh orang Anggota dapat meng-

. ajukan sesuatu usul pemyataan pendapat atau usul-usul lain, baik yang berhubungan dengan soal yang sedang dibicarakan maupun yang mempunyai maksud tersendiri.

(2) Usul pemyataan pendapat atau usul lain, sebagaimana di- maksud dalam ayat (1) harus disampaikan kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong disertai penjelasan tertulis.

(3) Dalam rapat yang berikut Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong/Ketua rapat memberitahukan kepada Dewan Perwa- kilan Rakyat Gotong Royong tentang masuknya usul tersebut.

Anjuran yang termuat dalam pasal 97 oleh Ketua Dewan Per- wakilan Rakyat Gotong Royong disampaikan dengan tertulis kepada Presiden, dengan disertai pemberitaan mengenai pemilihan calon- calon.

Pasal 98.

(2) Jika didalam permusyawaratan tersebut dalam ayat (1) diatas tidak dicapai mufakat mengenai calon-calon, maka diadakan pemungutan suara, dan untuk itu berlaku ketentuan-ketentuan yang termuat dalam Bab II pasal 4 ayat ( 4) sub c dari Peraturan Tata-Tertib ini.

Page 105: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

81

Pasal 103.

Pembicaraan ditutup dengan keputusan Dewan Perwakilan Rak- yat Gotong Royong yang menerima baik atau menolak usul pernyata- an pendapat atau usul lain tersebut.

Pasal 102.

(1) Sebelum perundingan diadakan tentang rumusan usul, oleh sekurang-kurangnya sepuluh Anggota dapat diajukan usul amandemen.

(2) Usul amandemen tersebut pada ayat (1) pasal ini yang disertai penjelasan singkat, disampaikan secara tertulis kepada Sekretariat.

(3) Usul amandemen tersebut hanya dapat mengubah rumusan usul pernyataan pendapat/usul lain kalau disetujui oleh pengusul pernyataan pendapat/usul lain itu.

( 4) Usul amandemen ini dimusyawarahkan dalam rapat-rapat yang diadakan sebelum rapat Pleno tingkat V.

(2) Dalam rapat Pleno yang telah ditetapkan diatas, para peng- usul diberi kesempatan memberikan penjelasannya dengan lisan atas usul pernyataan pendapat atau usul lain itu.

(3) Pembicaraan mengenai sesuatu usul pernyataan pendapat atau usul lain dilakukan dalam dua babak pembicaraan, dengan mem- berikan kesempatan kepada : a. Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong lain-

nya untuk memberikan pemandangannya; b. Presiden untuk menyatakan pendapatnya.

Baik dalam rangka babak pembicaraan yang pertama maupun dalam babak yang terakhir, para pengusul memberikan jawaban atas pemandangan para anggota dan Presiden.

Page 106: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

82

(1) Sidang luar biasa diluar masa-masa persidangan termaksud dalam pasal 104 dapat diadakan, jika dikehendaki oleh : a. Presiden. b. Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, dengan

persetujuan Panitia Musyawarah. c. Sepersepuluh dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Gotong Royong yang menentukan quorum dengan persetujuan Panitia Musyawarah.

Pasal 106.

Pasal 105.

Waktu masa-masa persidangan ditetapkan oleh Panitia Musyawa- rah, dengan ketentuan bahwa: a) Masa persidangan pertama diperuntukkan buat menyelesaikan

Rancangan Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Negara di- masa anggaran berikutnya.

' b) Masa persidangan terakhir diperuntukkan terutama buat menye- lesaikan segala perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Dinas Anggaran yang sedang berjalan.

BAB X.

TENTANG SIDANG DAN RAPAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG

§ 1. Persidangan.

Pasal 104.

(1) Tahun sidang Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dimulai pada tanggal 16 Agustus dan berakhir pada tanggal 15 Agustus tahun berikutnya.

(2) Tahun sidang dibagi atas 4 masa persidangan.

(3) Pada hari permulaan tahun sidang Presiden/Kepala Negara niemberikan amanatnya dihadapan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong sebagai pengantar N ota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belf1ja Negara mengenai tahun dinas yang akan datang.

Page 107: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

83

Pasal 109.

(1) Jika pada waktu yang telah ditetapkan untuk pembukaan rapat jumlah anggota yang diperlukan belum tercapai, maka Ketua Rapat membuka pertemuan. Ia dapat menyuruh mengumumkan surat-surat masuk/keluar.

(2) Kemudian rapat diundurkan oleh Ketua rapat paling lama satujam.

(3) Jika pada akhir waktu pengunduran yang diinaksud dalam ayat (2) belum juga tercapai quorum, maka Ketua rapat membuka

Pasal 108.

(1) Sebelum menghadiri rapat, setiap anggota menanda-tangani daftar hadir.

(2) Apabila daftar hadir telah ditanda tangani oleh lebih dari separuh jumlah Anggota Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, maka Ketua Rapat membuka rapat.

§ 2. Ketentuan Umum tentang rapat-rapat.

Pasal 107.

(1) Ketua atau Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong membuka dan menutup rapat-rapat Pleno.

(2) Waktu-waktu rapat Pleno Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong ialah : a. pagi hari Senin s/d Kamis mulai jam 09.00 sampai jam 14.00;

hari Jum'at mulai jam 08.30 sampai jam 11.00; dan hari Sabtu mulai jam 09.00 sampai jam 12.30.

b. malam : mulai jam 19.30 sampai jam 23.30. (3) Jika perlu, Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong

Royong menentukan waktu-waktu lain.

(2) Dalam hal-hal yang dimaksud pada ayat (1) huruf a, b, atau c, Pimpinan Dewan Perwakilan Gotong Royong segera mengundang Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong untuk menghadiri sidang luar biasa termaksud.

Page 108: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

84

(1) Pembicaraan mengenai sesuatu soal dalam rapat pleno tingkat

III dilakukan dalam dua babak, kecuali apabila Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong menentukan lain.

(2) Dalam babak kedua dan selanjutnya, jika diadakan lebih dari dua babak yang boleh berbicara hanya anggota-anggota yang telah minta berbicara dalam babak pertama atau anggota sefraksinya yang dimaksud dalam pasal 115 ayat (3).

Pasal 112.

(1) Anggota berbicara ditempat yang disediakan untuk itu, sete- lah mendapat idzin dari Ketua Rapat.

(2) Pembicara tidak boleh diganggu selama ia berbicara.

§ 3. Perundingan.

Pasal 111.

(1) Sesudah rapat dibuka, Sekretaris memberitahukan surat-surat masuk dan surat-surat keluar sejak rapat yang terakhir, kecuali surat- surat yang mengenai urusan Rumah Tangga Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(2) Surat-surat masuk dan keluar, dibacakan dalam rapat apabila dianggap perlu oleh Ketua rapat, atau oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, setelah mendengarkan pemberitahuan yang dimak- sud dalam ayat ( 1).

Pasal 110.

rapat. Dalam rapat ini boleh diadakan perundingan, tetapi tidak di- perbolehkan mengambil sesuatu keputusan atau Ketua Rapat menya- takan, bahwa rapat tidak dilangsungkan.

( 4) Dalam hal yang dimaksud dalam ayat (3) Panitia Musyawarah menetapkan lebih lanjut bilamana rapat akan diadakan, kecuali kalau dalam acara rapat-rapat yang sedang berlaku telah disediakan waktu untuk membicarakan pokok pembicaraan yang bersangkutan.

(5) Jika pada perundingan tersebut pada ayat (3), quorum sudah tercapai maka Ketua mengumumkan, bahwa quorum sudah tercapai dan rapat dapat dilangsungkan sebagaimana biasa.

t

Page 109: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

85

Pasal 116. (1) Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam pasal

118 dan pasal 119 setiap waktu dapat diberikan kesempatan berbicara (interupsi) kepada anggota untuk :

(1) Giliran berbicara diberikan menurut urutan permintaan. (2) Untuk kepentingan perundingan, Ketua Rapat dapat meng-

adakan penyimpangan dari urutan berbicara seperti termaksud dalam ayat (1).

( 3) Seo rang anggota yang berhalangan pada waktu mendapat giliran berbicara, dapat diganti oleh seorang anggota se-Fraksinya se- bagai pembicara. Jika tidak ada anggota se-Fraksinya yang menggan- tikan anggota tersebut, maka gilirannya berbicara hilang.

Pasal 115.

Pasal 114. (1) Untuk kepentingan perundingan, Ketua Rapat dapat mene-

tapkan, bahwa sebelum perundingan mengenai sesuatu hal dimulai, para pembicara mencatatkan nama terlebih dahulu dalam waktu yang ditetapkan oleh Ketua Rapat.

(2) Pencatatan nama itu dapat juga dilakukan oleh Pengurus Fraksi yang bersangkutan atas nama pembicara.

(3) Sesudah waktu yang ditetapkan itu lewat, Anggota yang belum mencatatkan namanya, sebagai termaksud dalam ayat ( 1) pasal ini, tidak berhak untuk ikut berbicara mengenai hal yang termak- sud dalam ayat tersebut, kecuali jika menurut pendapat Ketua Rapat ada alasan-alasan yang dapat diterima.

1

(1) Pada permulaan atau selama perundingan tentang sesuatu soal, Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dapat mengadakan ketentuan mengenai lamanya pidato para anggota.

(2) Bilamana pembicara melampaui batas waktu yang telah di- tetapkan, Ketua Rapat memperingatkan pembicara supaya mengakhiri pidatonya dan-Pembicara harus memenuhi permintaan itu.

Pasal 113.

Page 110: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

86

Pasal 118. (1) Seorang pembicara yang diberi kesempatan untuk mengada-

kan interupsi mengenai salah satu hal tersebut dalam pasal 116 ayat (1) tidak boleh melebihi waktu sepuluh menit.

(2) Terhadap pembicaraan mengenai hal-hal tersebut dalam pasal 116 ayat (1) huruf a dan c tidak diadakan perdebatan.

(3) Sebelum rapat rnelanjutkan perundingan mengenai soal-soal yang menjadi acara rapat hari itu, jika dianggap perlu oleh Ketua Rapat dapat diambil keputusan terhadap pembicaraan mengenai hal-hal tersebut dalam pasal 116 ayat (1) huruf b dan d.

Pasal 119. (1) Penyimpangan dari pokok pembicaraan kecuali dalam hal-hal

tersebut dalam pasal 116 ayat (1) tidak diperkenankan. (2) Apabila seorang pembicara menyimpang dari pokok pembi-

caraan, maka ketua rapat memperingatkannya dan meminta supaya pembicara kembali pada pokok pembicaraan.

Pasal 117. Agar supaya dapat menjadi pokok perundingan, maka suatu

usul prosedure mengenai soal yang sedang dibicarakan dan usul menunda perundingan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 116 huruf b dan d harus disokong oleh sekurang-kurangnya empat orang anggota yang hadir, terkecuali usul itu diajukan oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong/Ketua Rapat,

a. minta penjelasan tentang duduk perkara sebenarnya mengenai soal yang dibicarakan;

b. mengajukan usul prosedure mengenai soal yang sedang dibicara- kan;

c. menjawab soal-soal perseorangan mengenai diri sendiri; d. mengajukan usul untuk menunda perundingan,

(2) Ketua Rapat memperingatkan kepada pembicara, bahwa prosedure pembicaraan menyimpang atau bertentangan dengan Peraturan Tata-Tertib.

, l

f

Page 111: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

87

Pasal 122.

(1) Setelah diperingatkan untuk kedua kalinya, Ketua Rapat dapat melarang anggota-anggota yang melakukan pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 121 ayat (1) untuk terus menghadiri rapat itu.

(1) Apabila seorang pembicara dalam rapat mempergunakan perkataan-perkataan yang tidak layak mengganggu ketertiban atau menganjurkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sah, Ketua Rapat memberi nasehat dan memperingatkan supaya pembicara tertib kembali.

(2) Dalam hal demikian Ketua Rapat memberi kesernpatan kepa- da pembicara yang bersangkutan untuk menarik kembali perkataan- perkataan yang menyebabkan ia diberi peringatan. Jika ia memenuhi permintaan Ketua rapat tersebut, maka perkataan-perkataan tersebut tidak dimuat dalam Risalah resmi tentang perundingan itu dan di- anggap sebagai tidak diucapkan.

(3) Ketentuan-ketentuan yang disebut dalam ayat (1) berlaku juga bagi anggota-anggota lain.

Pasal 121.

(1) Apabila seorang pembicara tidak memenuhi peringatan Ketua Rapat yang _tersebut dalam pasal-pasal 19 ayat (2) dan 120 ayat (1) atau mengulangi pelanggaran atas pelanggaran tersebut diatas, Ketua Rapat dapat melarangnya meneruskan pembicaraan.

(2) Jika dianggap perlu Ketua Rapat dapat melarang pembicara yang dimaksud dalam ayat (1) terus menghadiri rapat yang merun- dingkan soal yang bersangkutan.

(3) Jika anggota yang bersangkutan tidak dapat menerima keputusan Ketua Rapat yang dimaksud dalam ayat (2) diatas, maka kepada Anggota itu diberi kesempatan berbicara selama-lamanya sepuluh menit untuk memberikan penjelasan seperlunya dengan ketentuan bahwa rapat tidak mengadakan perdebatan mengenai soal yang bersangkutan itu dan langsung mengambil keputusan mengenai persoalan yang sedang dibicarakan.

Pasal 120.

Page 112: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

88

Mengenai setiap rapat pleno terbuka dibuat Risalah resmi, yakni laporan tulisan cepat yang selain daripada semua pengumuman dan perundingan yang dilakukan dalam rapat, memuat juga : 1. acara rapat; 2. nama anggota yang telah menanda-tangani daftar hadir yang

termaksud dalam pasal 108; 3. nama-nama para Menteri yang mewakili Pemerintah; 4. keterangan tentang hasil pengambilan keputusan.

Pasal 125.

§ 4. Risalah Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong . ..

(1) Apabila Ketua Rapat menganggap perlu maka ia boleh me- nunda rapat.

(2) Lamanya penundaan rapat tidak boleh melebihi waktu 12jam.

Pasal 124.

(2) Ketentuan-ketentuan yang termuat dalam .pasal 121 ayat (3) bellaku juga dalam hal yang termaksud dalam ayat ( 1) pasal ini.

Pasal 123.

(1) Anggota, yang baginya berlaku ketentuan dalam pasal 119 ayat (2) dan pasal 120 ayat (1) diharuskan dengan segera keluar dari

ruangan sidang Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(2) Yang dimaksud dengan ruangan sidang tersebut dalam ayat (1) ialah ruangan rapat pleno termaksud ruangan untuk umum, un- dangan dan para tamu lainnya.

(3) Jika anggota yang baginya berlaku ketentuan dalam pasal 119 ayat (2) dan pasal 120 ayat (1) tetap duduk dalam ruangan sidang Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, maka Ketua rapat berke- wajiban _ untuk menyuruh anggota itu meninggalkan ruangan sidang dan apabila ia tidak mengindahkan perintah itu, maka atas perintah Ketua rapat ia dapat dikeluarkan dengan paksa.

Page 113: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

89

Pasal 129.

(1) Pada waktu rapat pleno terbuka, pintu-pintu ruangan sidang dapat ditutup, jika Ketua Rapat menimbangnya perlu atau sekurang- kurangnya 10 orang anggota meminta hal itu.

(2) Sesudah pintu ditutup, rapat memutuskan apakah permusya- waratan selanjutnya dilakukan dalam rapat tertutup.

(3) Hal-hal yang dibicarakan dalam rapat tertutup dapat dipu- tuskan dengan pintu tertutup.

§ 5. Rapat Tertutup.

Pasal 128.

Atas keputusan Panitia Musyawarah dapat diadakan rapat pleno tertutup Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Pasal 127.

(1) Dalam tempo 4 hari setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan Wakil Pemerintah mendapat kesempatan untuk mengadakan perubahan dalam bagian Risalah yang memuat pidatonya; tanpa mengubah maksud pidatonya.

(2) Sesudah tempo yang dimaksud dalam ayat (2) lewat, maka Risalah resmi selekas-lekasnya ditetapkan oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(3) Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong mengambil ke- putusan, apabila timbul perselisihan tentang isi Risalah resmi.

Sesudah rapat selesai, maka selekas-lekasnya kepada anggtita Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, demikian juga kepada Wakil-wakil Pemerintah yang bersangkutan, dikirimkan Risalah resmisementara.

Pasal 126.

Page 114: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

90

§ 6. Presiden dan Menteri-menteri.

Pasal 132.

(1) Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dapat mengun- dang Presiden dan Para Menteri untuk menghadiri rapat pleno Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(2) Apabila Presiden berhalangan hadir, maka ia diwakili oleh Menteri yang bersangkutan.

Pasal 131.

(1) Mengenai rapat tertutup dibuat laporan tulisan cepat atau hanyalah laporan singkat tentang perundingan yang dilakukan.

(2) Diatas laporan itu harus dicantumkan dengan jelas pernyata- an mengenai sifat rapat yaitu :

a. "hanya untuk yang diundang" untuk rapat tertutup pada umum- nya.

b. "rahasia" untuk rapat tertutup yang dimaksud dalam pasal 130 ayat (2).

(3) Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dapat memutus- kan, bahwa sesuatu hal yang dibicarakan dalam rapat tertutup tidak dimasukkan dalam laporan.

Pasal 130.

(1) Pembicaraan-pembicaraan dalam rapat tertutup adalah tidak untuk diumumkan, kecuali jika rapat memutuskan untuk mengumum- kan seluruhnya atau sebagiannya.

(2) Atas usul Ketua rapat, Wakil Pemerintah atau sekurang- kurangnya sepuluh anggota yang hadir dalam ruangan rapat dapat memutuskan bahwa pembicaraan-pembicaraan dalam rapat tertutup bersif at rahasia.

(3) Pengupasan sifat rahasia itu dapat dilakukan terhadap seluruh atau sebagian pembicaraan-pembicaraan.

(4) Rahasia itu harus dipegang oleh semua orang yang hadir da- lam rapat tertutup itu, demikian juga oleh mereka yang berhubungan dengan pekerjaannya kemudian mengetahui apa yang dibicarakan itu.

Page 115: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

91

j

Usul-usul perubahan mengenai acara rapat-rapat yang sudah ditetapkan oleh Panitia Musyawarah, baik berupa perubahan waktu dan atau pokok-pokok pembicaraan baru dimasukkan dalam acara, disampaikan dengan tertulis kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong untuk segera dibicarakan dalam rapat Panitia Musyawarah.

Dal~ hal yang belakangan ini harus disebutkan pokok pembi- caraan yang diusulkan dalam acara dan waktu yang diminta disediakan dalam acara untuk membicarakan pokok tersebut.

Pasal 136.

Acara rapat-rapat yang sudah ditetapkan oleh Panitia Musyawa- rah segera diperbanyak dan dibagikan kepada para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong selambat-lambatnya seminggu sebelum acara tersebut mulai berlaku.

§ 7. Cara mengubah Acara rapat-rapat yang sudah ditetapkan

Pasal 135.

Pasal 134. (1) Presiden dan Para Menteri mempunyai tempat duduk yang

tertentu dalam ruangan sidang Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(2) Ketua rapat mempersilahkan Presiden atau Menteri berbicara apabila dan setiap kali ia menghendakinya.

(1) Presiden atau Menteri yang dikuasakan olehnya memenuhi undangan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong untuk keperluan Musyawarah seperti termaksud dalam pasal 132.

(2) Undangan tersebut dalam ayat (1) pasal ini disampaikan kepada Presiden atau Menteri yang dikuasakan olehnya dengan menge- mukakan persoalan yang akan dimusyawarahkan serta dengan membe- rikan waktu secukupnya untuk rnempelajari persoalan tersebut.

(3) Tanpa mendapat undangan, para Menteri dapat pula mengun- jungi rapat-rapat Pleno Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Pasal 133.

Page 116: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

92

Pasal 139. (1) Sesudah waktu dua hari seperti dalam pasal 137 ayat (2)

itu lewat, maka usul perubahan mengenai acara yang telah ditetapkan hanya dapat diajukan langsung kepada Panitia Musyawarah dengan tertulis oleh sekurang-kurangnya sepuluh orang Anggota, dengan menyebut hari-hari mana dan pokok-pokok pembicaraan mana yang perlu dirubah.

(2) Panitia Musyawarah memutuskan, apakah usul perubahan itu disetujui atau tidak.

(3) Dalam hal usul itu disetujui oleh Panitia Musyawarah, maka keputusan Panitia Musyawarah itu diumumkan kepada segenap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

( 4) Apabila usul itu ditolak oleh Panitia Musyawarah, maka jumlah pengusul dapat diperbesar menjadi sepersepuluh jumlah Anggota sidang, untuk mengajukan lagi usul perubahan acara tersebut kepada Pleno. Usul perubahan acara itu dibicarakan dalam waktu seminggu setelah penolakan usul oleh Panitia Musyawarah tidak terdapat rapat Pleno dalam acara rapat-rapat, maka atas. penetapan Panitia Musyawarah diadakan rapat Pleno Khusus, untuk membicara- kan usul perubahan acara itu.

r I

'\

Pasal 138. (1) Pada hari mulai berlakunya acara rapat-rapat, dibicarakan

usul-usul perubahan acara yang masuk dalam waktu yang telah diten- tukan, termaksud dalam pasal 137 ayat (2).

(2) Apabila ternyata tidak ada usul-usul masuk dalam waktu yang ditentukan itu, maka acara rapat-rapat yang telah ditetapkan oleh Panitia Musyawarah berlaku terus.

(

Pasal 137. (1) Usul perubahan itu harus ditanda-tangani oleh sekurang-

kurangnya lima orang anggota atau oleh Pimpinan Fraksi/Panitia Ang- garan/Bagian/Komisi dalam hal usul perubahan diajukan oleh sesuatu Fraksi/Panitia Anggaran/Bagian/Komisi.

· (2).Usul perubahan itu harus diajukan selambat-lambatnya dua hari sebelum acara-acara rapat yang bersangkutan mulai berlaku.

I ,

-------------·-

Page 117: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

93

Pasal 142. (1) Ketua rapat menjaga supaya ketentuan dalam pasal 141

diperhatikan dan memelihara suasana yang tertib. (2) Apabila ketentuan-ketentuan itu dilanggar, maka Ketua rapat

dapat memerinta?kan para peninjau yang mengganggu ketertiban untuk meninggalkan sidang.

(3) Ketua rapat berhak mengeluarkan peninjau-peninjau yang tidak mengindahkan perintah itu dengan paksa, kalau perlu dengan alat negara.

( 4) Dalam hal termaksud dalam ayat (2) Ketua rapat dapat juga menutup rapat.

(1) Para peninjau harus mentaati segala ketentuan mengenai ketertiban yang diadakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(2) Para Peninjau dilarang menyatakan tanda setuju atau tidak setuju, baik dengan perkataan maupun cara lain.

(3) Cara peninjau duduk ditempat yang disediakan.

\

' 1 i

§ 8. Peninjau-peninjau rapat.

Pasal 141.

Pasal 140.

Dalam keadaan yang mendesak, maka dalam rapat Pleno yang sedang berlangsung dapat diajukan usul perubahan acara oleh :

a. Presiden. b. Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong. c. Panitia Musyawarah. d. Sepersepuluh anggota sidang.

Page 118: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

94

Pasal 144. ( 1) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong berpen-

dapat, bahwa tentang sesuatu hal yang termuat dalam surat-surat masuk perlu diadakan pemeriksaan, maka hal itu diserahkan kepada suatu Panitia Khusus untuk memeriksanya, kemudian menyampaikan

BAB XI.

TENTANG SURAT-SURAT MASUK/KELUAR

Pasal 143.

(1) Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong menen- tukan, apa yang harus diperbuat dengan surat-surat masuk atau meneruskan kepada Badan-badan Kelengkapan yang bersangkutan, kecuali apabila Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong menen- tukan lain.

(2) Mengenai surat-surat yang diteruskan kepada Badan-badan Kelengkapan oleh Sekretariat yang bersangkutan dibuat daftar, yang memuat dengan singkat isi surat-surat itu.

(3) Salinan daftar surat-surat termaksud dalam ayat (2) disam- paikan kepada semua Anggota Badan-badan Kelengkapan yang ber- sangkutan untuk diketahui.

( 4) Ketua atau Wakil-wakil Ketua Badan-badan Kelengkapan memeriksa surat-surat tersebut guna penyelesaiannya.

( 5) Ketetapan ten tang cara menyelesaikan surat-surat itu dibu- buhkan dalam daftar surat-surat asli yang ada pada Sekretariat Badan- badan Kelengkapan dan tersedia bagi anggota yang bersangkutan.

(6) Surat-surat yang menurut anggapan Ketua atau Wakil Ketua Badan-badan Kelengkapan memuat soal yang panting, oleh Ketua diajukan kepada rapat untuk menetapkan cara penyelesaiannya.

(7) Anggota-anggota Badan-badan1 Kelengkapan setelah menerima daftar surat-surat termaksud dalam ayat (3), dan atau asli daftar tersebut yang dimaksud dalam ayat (2), dapat juga mengusulkan, supaya surat-surat yang menurut anggapan mereka memuat soal-soal penting, diajukan dalam rapat untuk dirundingkan dan ditetapkan cara penyelesaiannya.

Page 119: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

95

Surat-surat keluar yang oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dianggap penting untuk diketahui oleh para Anggota, diperbanyak dan dibagikan kepada para Anggota.

Pasal 147.

Setelah perundingan-perundingan tentang hal dan usul yang dimaksud dalam pasal 144 selesai, oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dikeluarkan keputusan.

Pasal 146.

Pasal 145.

(1) Apabila Panitia Khusus seperti tersebut dalam pasal 144 ayat ( 1) tidak dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang telah ditetapkan, maka atas permintaannya waktu itu dapat diper- panjang oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong atau oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong tidak bersidang.

(2) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong atau Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong membebaskan Panitia Khusus tersebut dari kewajibannya atau membubarkan Panitia Khusus itu dan mengangkat lagi Panitia Khusus baru atau menjalankan usaha lain.

kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong laporan tertulis mengenai penyelesaian hal itu.

(2) Laporan itu harus selesai dalam waktu yang ditentukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(3) Sesudah selesai, maka laporan itu oleh Sekretariat diberi nomor pokok dan nomor surat, diperbanyak serta dibagikan kepada para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan kemu- dian dibicarakan dalam rapat Pleno.

Page 120: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

96

Pasal 151.

Peraturan Tata-Tertib ini mulai berlaku pada hari ditetapkan dan berlaku sampai terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat hasil Pemilih- an Umum.

Pasal 150.

Semua hal yang tidak diatur dalam peraturan Tata-Tertib ini diputuskan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Panitia Musyawarah meneruskan usul perubahan dan tambahan tersebut dengan disertai pertimbangannya kepada rapat Pleno Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, yang kemudian memutuskan, apakah usul itu dapat disetujui seluruhnya, disetujui dengan perubah- an ataupun ditolak.

Pasal 149.

Pasal 148.

(1) Usul perubahan dan tambahan mengenai Peraturan Tata- ,. Tertib ini hanya dapat diajukan oleh sekurang-kurangnya sepersepuluh

anggota sidang.

(2) Usul perubahan dan tambahan termaksud dalam ayat (1), yang ditanda-tangani oleh para pengusul dan disertai penjelasan, se- telah diberi nomor pokok dan nomor surat oleh Sekretariat diper- banyak dan disampaikan kepada Panitia Musyawarah dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

BAB XII.

TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP

Page 121: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

97

H. A. SJAICHU

ttd.

Pasal 152.

Dengan ditetapkannya Peraturan Tata-Tertib ini maka Peraturan Tata-Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang ditetap- kan pada tanggal 4 Juni 1966 (Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong No. 31/DPR-GR/IV/65-66) tidak berlaku lagi.

Ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong da- ""' lam rapat pleno terbuka ke-46 pada tanggal 17 Pebruari 1968.

Page 122: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

98

Catatan : 1) Dipergunakan untuk sumpah menurut Agama Islam. 2) Dipergunakan untuk sumpah menurut Agama Kristen

Protestan/Katholik.

"Saya bersumpah (berjanji) bahwa saya, untuk menjadi Anggota/ A

Ketua/Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, langsung atau tak langsung, dengan nama atau dalih apapun, tiada memberikan atau menjanjikan, ataupun akan memberikan sesuatu kepada siapapun juga. Saya bersumpah (berjanji) bahwa saya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, ·tiada sekali-kali akan menerima langsung ataupun tak langsung, dari siapapun juga sesuatu janji atau pemberian. Saya bersumpah (berjanji) bahwa saya, senantiasa akan menjun- jung .tinggi Amanat Penderitaan Rakyat, bahwa saya akan taat dan akan mempertahankan Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara, Undang-undang Dasar 1945, dan segala Undang-undang serta Peraturan-peraturan lain yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia, bahwa akan berusaha sekuat tenaga memajukan ke- sejahteraan Rakyat Indonesia dan bahwa saya akan setia kepada Nusa, Bangsa dan Negara Republik Indonesia".

(Kiranya Tuhan menolong saya 2)

(Demi Allah 1)

SUMPAH (JANJI) ANGGOTA/KETUA/WAKIL KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG

Page 123: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

f j f

99

§ 7. Azas Musyawarah untuk Mufakat.

(1) Musyawarah dilaksanakan berdasarkan gotong royong dengan sikap memberi dan menerima dalam suasana kekeluargaan, toleransi, timbang-rasa dan tenggang-menenggang antara segenap peserta musya- warah.

(2) Pangkal bertolak dalam tiap musyawarah adalah a priori persatuan dan bukan pertentangan antara para peserta.

(3) Musyawarah dilaksanakan antara mereka yang dengan sung- guh-sungguh menyetujui dasar negara Panca Sila, Undang-undang Dasar 1945, Haluan Manipol serta pedoman-pedoman pelaksanaannya dan tujuan Revolusi Nasional Indonesia dan yang sungguh-sungguh berhasrat mensukseskan musyawarah.

( 4) Musyawarah untuk mufakat bersendikan pada kesadaran dan rasa tanggung jawab dari pimpinan dan peserta untuk menghadiri musyawarah, oleh sebab itu musyawarah untuk mufakat pada dasar- nya tidak mengenal korum, tetapi mengenal ikut sertanya unsur-unsur yang berkepentingan dan yang representatif untuk turut dalam musya- warah.

§ 6. Pengertian Dasar,

Musyawarah untuk mufakat sebagai inti Demokrasi Terpimpin adalah tata-cara khas kepribadian Indonesia untuk memecahkan setiap persoalan kehidupan Rakyat dan Negara, mendapatkan kebulatan pendapat dan mufakat dalam permusyawaratan perwakilan secara gotong-royong yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan untuk melak- sanakan Amanat Penderitaan Rakyat, tujuan Revolusi Nasional In- donesia, mewujudkan Masyarakat Adil dan Makmur, Masyarakat · Sosialis Indonesia berdasarkan Panca Sila, Masyarakat tanpa penghi- sapan atas manusia oleh manusia.

(Dikutip dari Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. : VIII/MPRS/1965)

PRINSIP-PRINSIP MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT

Page 124: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

100

Pimpinan permusyawaratan/perwakilan merupakan satu kesatuan pimpinan kolektip yang mencerminkan golongan-golongan peserta musyawarah, harus berjiwa Pancasila dan Revolusioner, berwatak adil, arif-kebijaksanaan dan berwibawa serta harus setia kepada Un- dang-undang Dasar Negara dan tujuan Republik Indonesia.

§ 10. Pimpinan Musyawarah.

(1) Mufakat sebagai hasil kebulatan pendapat yang didapat dari setiap permusyawaratan/perwakilan dengan jalan gotong royong ada- lah buah pikiran bersama, bukan oleh perdebatan dan penyiasatan yang diakhiri oleh pengaduan kekuatan dan penghitungan suara pro dan kontra, melainkan untuk mencari kebenaran dalam melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat.

(2) Mufakat sebagai hasil musyawarah, haruslah bermutu tinggi yang dapat dipertanggung-jawabkan dan tidak bertentangan dengan dasar negara dan tujuan Revolusi.

§ 9. Mufakat.

§ 8. Peserta Musyawarah.

(1) Peserta-peserta musyawarah dalam permusyawaratan/perwa- kilan terdiri dari golongan-politik, golongan Karya dan lain-lain unsur masyarakat yang mencerminkan semua kekuatan-kekuatan nasional yang progresif-revolusioner.

(2) Setiap peserta musyawarah mendahulukan kepentingan Rak- yat dan Negara diatas kepentingan golongan dan perseorangan.

(3) Setiap peserta musyawarah mempunyai hak dan kesempatan yang sama luas dan bebas mengemukakan pendapat dan melahirkan kritik dan otokritik yang bersifat membangun tanpa tekanan dari pihak manapun.

I

Ir

Page 125: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

101

10. RUU tentang Penanaman Modal Selesai/disetujui tanggal Asing. 24-12-1966.

Selesai/disetujui tanggal 31-10-1966

Selesai/disetujui tanggal 31-10-1966.

Selesai/disetujui tanggal 31-10-1966.

Selesai/disetujui tanggal 31-10-1966.

Selesai/disetujui tanggal 15-11-1966.

Selesai/disetujui tanggal 22~4-1967.

Selesai/disetujui tanggal 29-9-1966.

Selesai/disetujui tanggal 15-4-1967.

TAHUN SIDANG 1966/1967.

1. RUU tentang Penetapan Pen. Pres. No. 3 tahun 1959 jo Pen. Pres. No. 3 tahun 1966 tentang DPA.

2. RUU tentang Persetujuan untuk me- normalisasi hubungan antar RI dan Malaysia.

3. RUU tentang Ketentuan Pokok Ke- hutanan.

4. RUU tentang Perubahan dan Tam- bahan atas Anggaran Moneter tahun anggaran 1966.

5. RUU tentang Penyempurnaan dan pembaharuan cara pemungutan pa- jak-pajak negara.

6. RUU tentang Persetujuan antara RI dan Kerajaan Belanda tentang soal- soal keuangan.

7. R UU ten tang Keanggotaan RI dalam Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank).

8. RUU tentang Keanggotaan kembali RI dalam Dana Moneter Internasio-

-. nal untuk Rekonstruksi dan Pemba- ngunan.

9. RUU tentang APBN tahun 1967. Selesai/disetujui tanggal 24-12-1966

Pokok Pembicaraan No. Urut

DAFTAR RUU YANG SUDAH SELESAI DIBAHAS SEJAK BERLAKUNY A UU NO. 10/1966

SAMPAI 2OKTOBER1971

Page 126: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

102

Selesai/disetujui tanggal 18-6-1968.

Selesai/disetujui tanggal 21-6-1968.

Selesai/disetujui tanggal 6-6-1967. Selesai/disetujui tanggal 26-2-1968.

Selesai/disetujui tanggal 23-9-1967.

Selesai/disetujui tanggal 23-9-1967.

Selesai/disetujui tanggal 6-11-1967.

3. RUU tentang Perubahan dan Tam- bahan UU No. 37 Prp. tahun 1960 tentang Pertambangan.

4. RUU tentang Perubahan dan Tam- bahan ke-Il atas Anggaran Moneter tahun anggaran 1966.

5. RUU tentang APBN tahun 1968 beserta N ota Keuangan Pemerintah RI.

6. RUU tentang Penanaman Modal Da- lam Negeri.

7. RUU tentang Penetapan berlakunya kembali pajak masuk atas barang- barang yang diimport.

8. RUU tentang Peninjauan kembali pasal 3 UU No. 6 tahun 1962 ten- tang Wabah.

9. RUU tentang Perubahan dan Tam- bahan atas APBN tahun 1967.

TAHUN SIDANG 1967 /1968. 1. RUU tentang Pokok-pokok Perko- Selesai/disetujui tanggal

perasian. 7-11-1967. 2. RUU tentang Pokok-pokok Perban- Selesai/disetujui tanggal

kan. 7-11-1967.

Selesai/disetujui tanggal 24-12-1966. Selesai/disetujui tanggal 28-7-1967. Selesai/disetujui tanggal 15-6-1967.

11. RUU tentang P.erubahan UU No. 9 tahun 1966 (LN. No. 36).

12. RUU tentang Pembentukan Propinsi Administratif Bengkulu.

13. Rancangan Amandemen terhadap UU No. 15 tahun 1965 tentang Veteran Republik Indonesia.

Keterangan Pokok PemblCllllD No. Urut

Page 127: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

Selesai/disetujui tanggal 3-7-1969.

Selesai/disetujui tanggal 6-12-1968. Selesai/disetujui tanggal 6-12-1968. Selesai/disetujui tanggal 6-12-1968. Selesai/disetujui tanggal 6-12-1968. Selesai/disetujui tanggal 6-12-1968. Selesai/disetujui tanggal 6-12-1968. Selesai/disetujui tanggal 5-12-1968.

103

8. R UU ten tang Pencabutan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden.

9. RUU tentang Penetapan berbagai Penetapan Presiden sebagai Undang- undang.

7. RUU tentang Bank Dagang Negara.

6. RUU tentang Bank Export-Import.

5. RUU tentang Bank Tabungan Nega- ra.

4. RUU tentang Bank Bumi Daya.

3. RUU tentang Bank Negara Indone- sia.

2. RUU tentang Bank Rakyat Indone- sia.

tentang Bank Sentral. Selesai/disetujui tanggal 8-2-1968.

Selesai/disetujui tanggal 11-7-1968.

Selesai/disetujui tanggal 31-5-1968.

Selesai/disetujui tanggal 17-2-1968.

L RUU TAHUN SIDANG 1968/1969.

12.

11.

RUU tentang Perubahan pasal 3 (2) UU No, 13 tahun 1967 tentang APBN tahun 1968.

R UU ten tang Keanggotaan RI pada Internasional Development Associa- tion.

RUU tentang Persetujuan atas Kon- vensi tentang penyelesaian antara Negara dan warganegara asing menge- nai penanaman modal.

10.

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Urut

Page 128: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

104

Selesai/disetujui tanggal 5-6-1969.

Selesai/disetujui tanggal 1-11-1968.

Selesai/ disetujui tanggal 6-12-1968. Selesai/disetujui tanggal 27-9-1968.

Selesai/disetujui tanggal 26-9-1968.

Selesai/disetujui tanggal 3-7-1969.

Selesai/disetujui tanggal 3-7-1969.

Selesai/disetujui tanggal 26-9-1968. Selesai/ disetujui tanggal 7-3-1969.

18.

17.

16.

15.

14.

13.

12.

11.

RUU tentang Charter of the South East Asian Ministers of Education.

RUU tentang Pemyataan tidak ber- lakunya UU No. 2 tahun 1958 ten- tang Persetujuan Perjanjian antara RI dengan RRT mengenai Dwi- kewarganegaraan.

RUU tentang Pencabutan Undang- undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang. '

RUU tentang Penetapan beberapa Peraturan Pemerintah Pengganti Un- dang-undang menjadi Undang- undang.

RUU tentang Perubahan Pasal 7 ICW sebagaimana telah diubah dengan UV Darurat No. 3 tahun 1954. RUU tentang APBN Peralihan untuk masa 1 Januari s/d 31 Maret 1969. RUU tentang Penyerahan Pajak- pajak Negara : bea balik nama ken- daraan bermotor, pajak bangsa asing dan pajak radio kepada Daerah. RUU tentang Pembentukan Pengadil- an Tinggi di Menado dan Perubahan Daerah Hukum Pengadilan Tinggi di Makasar. RUU tentang Pencabutan Per.Pres. No. 2 tahun 1959 tentang Keanggo- taan Partai Politik bagi pejabat negeri warganegara RI.

10.

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Urut

Page 129: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

Selesai/disetujui tanggal 11-7-1969.

Selesai/disetujui tanggal 11-7-1969.

Selesai/disetujui tanggal 14-3-1969.

Selesai/disetujui tanggal 18-6-1969. Selesai/disetujui tanggal 28-3-1969.

Selesai/disetujui tanggal 30-11-1968. Selesai/disetujui tanggal 30-11-1968. Selesai/disetujui tanggal 6-6-1969.

Selesai/disetujui tanggal 16-11-1968.

Selesai/disetujui tanggal 16-11-1968.

Selesai/disetujui tanggal 16-11-1968.

105

TAHUN SIDANG 1969/1970. 1. RUU tentang Pembentukan Propinsi

Otonom Irian Barat dan Kabupaten- kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat.

27. RUU tentang Persetujuan Konpensi Organisasi Perubahan Intemasional No. 120 mengenai hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor.

28. PERPU No. 1 tahun tentang Bentuk- bentuk Usaha Negara.

24. RUU tentang Pemberian Pensiun pegawai dan Pensiun janda/duda pegawai.

25. RUU tentang Perubahan dan Tam- bahan atas APBN tahun 1968.

26. RUU tentang APBN tahun 1969/ 1970.

23. RUU tentang Swa Bhuwana Paksa.

19. PERPU No. 1 tahun 1968 tentang Tanda Kehormatan Bintang Kartika Eka Paksi.

20. RUU tentang Pembentukan Pengadil- an Tinggi di Banda Aceh dan Per- ubahan Daerah Hukum Pengadilan Tinggi di Bedan.

21. RUU tentang Pembentukan Pengadil- an Tinggi di Bandung dan Perubahan Daerah Hukum di Jakarta.

22. RUU tentang Bintang Jalasena.

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Urut

Page 130: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

106

Selesai/disetujui tanggal 2-7-1970.

Selesai/disetujui tanggal 2-7-1970.

Selesai/disetujui tanggal 2-7-1970.

Selesai/disetujui tanggal 2-7-1970.

Selesai/disetujui tanggal 28-3-1970. Selesai/disetujui tanggal 2-7-1970.

Selesai/disetujui tanggal 19-1-1970.

Selesai/disetujui tanggal 6-9-1969. Selesai/disetujui tanggal 30-10-1969. Selesai/disetujui tanggal 20-11-1969. Selesai/disetujui tanggal 22-11-1969. Selesai/disetujui tanggal 22-11-1969.

13.

RUU tentang Perubahan dan Tam- bahan Undang-undang Pokok Divi- den 1909. RUU tentang Perubahan dan Tam- bahan Undang-undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.

12.

11.

10.

9.

8.

7.

6.

RUU tentang Susunan, MPR, DPR dan DPRD. RUU tentang Pemilihan Umum Ang- gota-anggota Badan Permusyawarat- an Perwakilan Rakyat. R UU tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. RUU tentang APBN tahun 1970/ 1971. RUU tentang Pelabuhan dan Tam- bahan atas APBN tahun 1969/ 1970. RUU tentang Perubahan dan Tam- bahan Ordonansi Pajak Perseroan 1925. RUU tentang Perubahan dan Tam- bahan Ordonansi Pajak Pendapatan 1944.

5.

4.

3.

RUU tentang Konstitusi perhimpun- an pos sedunia tahun 1964. RUU tentang Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai tenaga kerja. R UU ten tang Keselamatan Kerja.

2.

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Urut

Page 131: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

Selesai/disetujui tanggal 24-3-1971. Selesai/disetujui tanggal 24-3-1971. Selesai/disetujui tanggal 24-3-1971. Selesai/disetujui tanggal 3-9-1971.

Selesai/disetujui tanggal 13-3-1971.

Selesai/disetujui tanggal 12-3-1971.

Selesai/disetujui tanggal 14-11-1970. Selesai/disetujui tanggal 12-2-1971. Selesai/disetujui tanggal 12-2-1971.

Selesai/disetujui tanggal 30-10-1970.

Selesai/disetujui tanggal 3-7-1970.

Selesai/disetujui tanggal 2-7-1968.

107

TAHUN SIDANG 1970/1971.

1. RUU tentang Tata-cara tindakan Kepolisian terhadap Pimpinan dan Anggota MPRS/DPRGR.

2. RUU tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

3. RUU tentang Perjanjian Persahabat- an antara RI dan Malaysia.

4. RUU tentang Perjanjian antara RI dan Malaysia tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah kedua negara di Selat Malaka.

5. RUU tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi.

6. RUU tentang Perubahan dan Penam- bahan atas ketentuan pasal 54 KUHD (S. 1847 : 23).

7. RUU tentang APBN tahun 1971 - 1972.

8. RUU tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan.

9. RUU tentang Perubahan dan Tam- bahan atas APBN tahun 1970/1971.

10. RUU tentang Perjanjian Persahabat- an antara RI dan Kerajaan Saudi Arabia.

14. RUU tentang Perubahan dan Tam- bahan Undang-undang No. 6 tahun 1969 tentang Penanaman Modal Dalam N egeri.

15. RUU tentang Penghapusan Pengadil- an Landreform.

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Urut

Page 132: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

108

Selesai/disetujui tanggal 23-8-1971.

Selesai/disetujui tanggal 10-9-1971. Selesai/disetujui tanggal 24-9-1971.

TAHUN SIDANG 1971/1972.

1. RUU tentang Perubahan Pertam- bangan Minyak dan Gas Bumi N ega- ra.

12.

RUU tentang Pengsahan Perhitungan Anggaran tahun 1967.

PERPU No. 1 tahun 1971 tentang Pencabutan Undang-undang No. 17 tahun 1964 tentang Larangan pena- rikan eek kosong.

11.

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Urut

Page 133: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

Selesai/disetujui tanggal 26-9-1968.

Selesai/disetujui tanggal 5-6-1969.

Selesai/disetujui tanggal 11-11-1966. Selesai/disetujui tanggal 22-4-1967.

Selesai/disetujui tanggal 29-9-1966.

Keterangan

109

TAHUN SIDANG 1968/1969.

1. RUU Usul Inisiatif Dra. Ny. Subae- dah Muchtar dkk. tentang Pencabut- an Per.Pers. No. 2/1959 tentang Larangan Keanggotaan Partai Politik bagi pejabat negeri WNI.

2. RUU Usul lnisiatif I.S. Handoko- widjojo dkk. tentang Penyerahan pajak bangsa asing, pajak radio serta bea balik nama kendaraan bermotor, kepada Daerah.

TAHON SIDANG 1967/1968.

TAHUN SIDANG 1966/1967.

1. RUU Usul Inisiatif DPRGR tentang Kedudukan MPRS dan DPRGR men- [elang Pemilihan Umum.

2. RUU Usul Inisiatif Sajuti Melik dkk. tentang Pokok-pokok Pers.

3. RUU Usul Inisiatif Sajuti Melik dkk. ten tang Penambahan UU No. 11 tahun 1966 tentang Pokok Pers.

Pokok Pembicaraan No. Urut

DAFTAR RUU USUL INISIATIF YANG SUDAH SELESAI DIBAHAS SEJAK BERLAKUNYA UU NO. 10/1966

SAMPAI 2 OKTOBER 1971

Page 134: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

110

Selesai I disetujui tanggal 10-9-1971.

TAHUN SIDANG 1971/1972.

1. RUU Usul Inisiatif H. Murtadji Bisri dkk. tentang Pemberian tun- jangan yang bersifat pensiun kepada bekas Ketua dan Bekas Anggota De- wan Perwakilan Rakyat.

TAHUN SIDANG 1970/1971.

Selesai/disetujui tanggal 19-1-1970.

TAHUN SIDANG 1969/1970.

1. RUU Usul Inisiatif Moh. Kasim As. dkk. tentang Pelabuhan Bebas dan Daerah Perdagangan Bebas Sabang.

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Urut

Page 135: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

Selesai/disetujui tanggal 14-7-1967. Selesai/disetujui tanggal 29-7-1967.

Selesai/disetujui tanggal 30-6-1967.

Selesai/disetujui tanggal 9-6-1967.

Selesai/disetujui tanggal 16-6-1967.

Selesai/disetujui tanggal 23-2-1967.

Selesai/disetujui tanggal 9-2-1967. Selesai/disetujui tanggal 9-2-1967.

Selesai/disetujui tanggal 20-9-1966.

111

TAHUN SIDANG 1966/1967.

1. Usul Pemyataan Pendapat A. Dahlan dkk. tentang Keterangan Perintah dan pidato-pidato Presiden.

2. Usul Resolusi H. Nuddin Lubis dkk. tentang Sidang Istimewa MPRS.

3. Usul Resolusi E. Moh. Mansjur dkk. tentang Pemyataan para Panglima ABRI tanggal 21-2-1966.

4. Usul Resolusi Djamaludin Malik dkk. tentang Pemilihan Pejabat Pre- siden RI.

5. Usul Resolusi M.J. Effendi Nasution dkk. tentang Pemutusan hubungan diplomatik RI dan RR T.

6. Usul Resolusi lmron Rosjadi SH. dkk. tentang Dukungan rakyat In- donesia kepada perjuangan negara- negara Arab lawan serangan agresi Israel.

7. Usul Resolusi T. Zulfadli dkk. ten- tang Keputusan Presiden No. 62 tahun 1967.

8. Usul Interpelasi J.C.T. Simorangkir dkk. tentang kejadian di Aceh Barat.

9. Usul lnterpelasi David Napitupulu dkk. tentang Persoalan AIP.

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Urut

DAFTAR USUL RESOLUSI, USUL PERNYATAAN PENDAPAT DAN INTERPELASI SEJAK BERLAKUNYA UU NO. 10/1966 YANG SAMP AI TANGGAL 2 OKTOBER 1971 YANG SUDAH

SELESAI DIBAHAS.

Page 136: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

112

Selesai/disetujui tanggal 28-2-1968.

Selesai/disetujui tanggal 11-9-1967.

Selesai/disetujui tanggal 25-8-1967.

Selesai/disetujui tanggal 25-8-1967.

Selesai/ disetujui tanggal 29-7-1967.

Selesai/disetujui tanggal 2-6-1967.

Selesai/disetujui tanggal 29-6-1967.

TAHUN SIDANG 1967/1968.

1. Usul Resolusi Drs. Chalik Ali dkk. tentang Pemulihan Hubungan RI dengan Malaysia dan Pertukaran Perwakilan RI dengan Singapura.

2. Usul Resolusi Sugeng Surjadi dkk. tentang Pidato Kenegaraan Pd. Presi- den RI pada tanggal 17 Agustus 1967.

3. Usul Interpelasi Muhamad Djazim dkk. tentang Pemecatan massal kaum buruh,

4. Usul Resolusi Achmad Sukarmawi- djaja dkk. tentang Desakan kepada Pengemban Tap. IX/MPRS/untuk segera mengadakan penyegaran ter- hadap Anggota-anggota MPRS.

12.

11.

Usul Interpelasi Drs. Lukman Harun dkk. tentang Bantuan luar negeri kepada Agama dan Badan-badan Ke- agamaan di Indonesia. Usul Interpelasi Moh. Hartono, BA dkk. tentang Kenaikan Harga Minyak Bumi dan persoalan yang berhubung- an dengan perminyakan pada umum- nya. Usul Interpelasi Mustafa Supangat dkk. tentang Kebulatan Tekad para Panglima Kodam se-Jawa Panglima Kostrad serta Komandan Puspasus/ RPKAD di Jogyakarta.

10.

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Urut

Page 137: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

Selesai/disetujui tanggal 12-9-1969.

Selesai/disetujui tanggal 30-5-1969.

Selesai/disetujui tanggal 18-11-1968.

Selesai/disetujui tanggal 3-12-1968.

Selesai/disetujui tanggal 3-12-1968.

Selesai/disetujui tanggal 17-10-1968.

Selesai/disetujui tanggal 28-9-1968.

Selesai/disetujui tanggal 30-8-1968.

113

TAHUN SIDANG 1969/1970.

1. Usul Pernyataan Pendapat Mansjur Sangkala dkk. tentang Perhubungan Laut.

1. Usul Resolusi David Napitupulu dkk. tentang Invansi di Negara Republik Cekoslovakia.

2. Usul Resolusi R.B. Sitohang dkk. tentang Pembebasan tugas/pemu- tusan hubungan kerja/pemecatan se- cara masal terhadap kaum buruh.

3. Usul Pernyataan Pendapat Cosmas Batubara dkk. tentang Pendidikan.

4. Usul Pernyataan Pendapat Hariadi Darmawan dkk. tentang Pendidikan.

5. Usul Pernyataan Pendapat Pamudji dkk. tentang Keputusan Hukuman Mati kepada 2 ( dua) orang Anggota TNI yang dilaksanakan pada 1 7 Oktober 1968 oleh Presiden Negara Republik Singapura.

6. Usul Interpelasi Wajan Tjakranegara dkk. tentang Bocornya ujian SMP Negeri tahuri 1968.

7. Usul Pernyataan Pendapat DPRGR tentang Pelaksanaan PEPERA di Irian Barat.

TAHUN SIDANG 1968/1969.

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Urut

Page 138: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

11,4

Selesai/disetujui tanggal 3-10-1970.

Selesai/ disetujui tanggal 19-9-1970.

Selesai/disetujui tanggal 7-3-1970.

Selesai/ disetujui tanggal 18-9-1969.

TAHUN SIDANG 1971/1972.

TAHUN SIDANG 1970/1971.

1. Usul Resolusi Ny. D. Sukahar dkk. tentang masalah lektur/bacaan anak- anak.

2. Usul Pemyataan Pendapat H. Imron Rosjadi dkk. tentang HUT PBB ke-25.

rupsi.

2. Usul Pemyataan Pendapat Subagio Reksodipuro, SH. dkk. tentang Pe- laksanaan PEPERA di Irian Barat.

3. Usul Resolusi Sajuti Melik dkk. tentang Usaha Pemberantasan Ko-

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Urut

Page 139: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

115

4. P. 737 - RUU tentarur Pokok-pokok Perni- Pembicaraan Tingkat IV kahan Umat Islam. (Amanat Pre· tanggal 17-6-1970. siden tanggal 22-6-1967 No. R.02/ Pres/1967).

5. P. 740 - RUU tentang Ketentuan Pokok Pembicaraan Tingkat IV Pendidikan. (Amanat Presiden tanggal 5-11-1969. tanggal 6-6-1967 No. R.06/Pres/ HK/1967).

6. P. 759 - RUU tentang Pokok-pokok Per- Pembicaraan Tingkat II asuransian (Amanat Presiden tang· tanggal 18-9-1968. gal 24-7-1967 No. R.10/Pres/HK/ 1967). (Akan diperbaharui).

TAHUN SIDANG 1967 /1968.

7. P. 814 - RUU tentang Perimbang1J1 Ke- Pembicaraan Tingkat IV uangan antara Pemerintah dan tanggal 12-2-1970. Daerah Swatantra. (Amanat Pre- siden tanggal 7-10-1967 No. R.19/ Pres/HK/1967).

2. Pembicaraan Tingkat I (lama) tgl. 18-4-1967.

P. 725 - RUU tentang Kesejahteraan Anak (Amanat Presiden tanggal 3-4- 1967 No. 398/HK/1967).

3. P. 726 - RUU tentang Pemberantasan Pela- Pembicaraan Tingkat II curan dan Perdagangan Manusia. (lama) tgl. 31-5-1967. (Amanat Presiden tanggal 3-4- 1967 No. 398/HK/1967).

TAHUN SIDANG 1966/1967.

1. P. 718 - RUU tentang Kepartaian, Keor- Pembicaraan Tingkat IV masan dan Kekaryaan, (Amanat tanggal 15-1-1970. Presiden tanggal 24-11-1966 No. 1629/HK/1966).

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Nomor Urut Pokok

DAFTAR RUU YANG DITERIMA DARI PEMERINTAH SESUDAH TGL. 20 JUNI 1966 (SESUDAH BERLAKUNYA UU NO. 10

TH. 1966) YANG BELUM SELESAI PEMBAHASANNY A.

Page 140: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

116

Pembicaraan Tingkat III/ Jawaban Pemerintah tanggal 26-9-1970.

15.

14. P 944 - RUU tentang Pokok-pokok Kese- Pembicaraan Tingkat IV jahteraan Sosial. (Amanat Presi- tanggal 23-3-1971. den tanggal 14~6-1969 No. R.05/ PU /Vl/1969).

TAHUN SIDANG 1969/1970 .:

P. 25 - RUU tentang Dekomentasi. (Ama- nat Presiden tanggal 20-6-1970 No. R.05/PU/VI/1970).

Pembicaraan Tingkat IV tanggal 1-9-1970.

Pembicaraan Tingkat IV tanggal 21-9-1971.

Pembicaraan Tingkat IV tanggal 26-1-1971.

Pembicaraan penjajagan Tlngkat IV tanggal 5-11- 1969.

Pembicaraan Tingkat IV tangga.l 5-8-1969.

12.

11.

10.

- RUU tentang Kedudukan dan Hubungan Pemerintah Daerah. (Amanat Presiden tanggal 16-3- 1968 No. R.36/Pres/HK/1968).

P. 826 - RUU tentang Daerah Swatantra (Amanat Presiden tanggal 16-3- 1968 No. R.36/Pres/HK/.3/1968).

9.

P.825 8.

TAHUN SIDANG 1968/1969.

P. 908 - RUU tentang Ketentuan Pokok Perkawlnan. (Amanat Presiden tanggal 7-9-1968 No. R.010/PU/ HK/68).

P. 910 - RUU tentang Susunan, Kekuasaan dan Hukum Acara Mahkamah Agung. (Amanat Presiden tanggal 13-8- 1968 No. R.05/PU/HK/8/1968).

P. 916 - RUU tentang Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum. (Amanat Presiden tanggal 8-10- 1968. No. R.015/PU/HK/10/ 1968).

13. P. 942 - RUU tentang Lumbung Desa. Pembicaraan Tingkat III/ (Amanat Presiden tanggal 24-5- Jawaban Pemerintah 1969 No. R.04/PU/V/1969). tanggal 4-10-1969.

Keterangan Pokok Pembicaraan Nomor Pokok

No. Urut

Page 141: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

117

17. P. 2/ - RUU tentang Pemberantasan Ge- 71-72 landangan dan pengemis.

TAHUN SIDANG 1971/1972.

TAHUN SIDANG 1970/1971.

Pembicaraan Tingkat III/ Jawaban Pernerintah ba- bak ke II tanggal 14-11- 1970.

- RUU tentang Ketentuan-ketentu- an Pokok Pertahanan Keamanan Nasional (Amanat Presiden tang- gal 30-6-1970 No. R.06/PU/VI/ 1970).

P. 27 16.

Keterangan Pokok Pembicaraan Nomor Pokok

No. Urut

Page 142: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

118

7. P. 744 - RUU Usul Inisiatif Drs. Rachmat Pembicaraan Tingkat III Muljomiseno dkk. tentang Penga- (lama) tanggal 30-6-1967. turan orang asing (tanggal 23-6- 1967).

Pembicaraan Tingkat II (lama) tanggal 23-8-1967.

5. P. 742 - RUU Usul Inisiatif M. Amin Holle dkk. tentang Pembentukan Propinsi Maluku Utara (tanggal 28-6-1967).

6. P. 743 - RUU Usul Inisiatif Drs. Rachmat Pembicaraan Tingkat III Muljomiseno dkk. tentang Bidang (lama) tanggal 30-6-1967. Usaha bagi orang Asing. (tanggal 23-6-1967).

TAHUN SIDANG 1966/1967.

1. P. 729 - RUU Usul Inisiatif Slamet Sukir- Pembicaraan Tingkat II manto dkk. tentang Peradilan (lama) tanggal 12-6-1967. Tata Usaha Negara (tanggal 22-4- 1967).

2. P. 732 - RUU Usul Inisiatif l.S. Handoko- Pembicaraan Tingkat II widjojo dkk. tentang Pernbentuk- tanggal 23-8-1967. an Propinsi Maluku Utara (tanggal 18-7-1967).

3. P. 735 - RUU Usul Inisiatif I.S. Handoko- Pembicaraan Tingkat I widjojo dkk. tentang Pembentuk- (lama) tanggal 18-7-1967. an Kabupaten-kabupaten Halma- hera Utara, Halmahera Selatan dan Kabupaten Sula. (tanggal 1-6-1979 No. 627 /Sek/1967).

4. P. 739 - RUU Usul Inisiatif M.E. Subiadi- Pembicaraan Tingkat III nata dkk. tentang Pokok-pokok Jawaban Pemerintah Pendidikan Nasional (tanggal 29- tanggal 6-9-1969. 5-1967).

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Nomor Urut Pokok

DAFTAR RUU INISIATIF DPRGR YANG DIAJUKAN SESUDAH TANGGAL 20 JUNI 1966 (SESUDAH BERLAKUNYA UU NO. 10

TAHUN 1966) YANG BELUM SELESAI PEMBAHASANNYA.

Page 143: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

Pembicaraan Tingkat III/ tanggapan Pemerintah tanggal 7-11-1970.

Pembicaraan Tingkat II tanggal 8-3-1971.

Pembicaraan Tingkat II tanggal 8-3-1971.

119

P. 14.

P. TAHUN SIDANG 1969/1970.

4 - RUU Usul Inisiatif lschak Moro dkk. tentang Pembentukan Kabu- paten Todjo/Unauna. (Tanggal 25-8-1969).

8 - RUU Usul Inisiatif Mansjur Sang- kala dkk. tentang Pelajaran Niaga Nasional. (tanggal 2-10-1969).

13.

11.

TAHUN SIDANG 1968/1969.

P. 928 - RUU Usul Inisiatif lschak Moro dkk. tentang Pembentukan Kabu- paten Parigi/Moutong. (Tanggal 11-11-1968).

12. P. 934 - RUU Usul Inisiatif Zain Badjeber Belum dibicarakan. dkk. tentang Pembentukan Kabu- paten Banggal Kepulauan. (Tang- gai 28-11-1968).

TAHUN SIDANG 1968/1969.

10. P. 801 - RUU Usul Inisiatif Ors. Zulkifli Belum dibicarakan. dkk. tentang Pembentukan Kabu- paten-kabupaten Aceh Tenggara dan Djeumpa. (Tanggal 26-6-1967).

s.d.a.

Pembicaraan Tingkat II (lama) tanggal 23-8-1967.

- RUU Usul lnisiatif F.C. Palaun- suka dkk. tentang Pembentukan Propinsi Plores. (tanggal 14-7- 1967).

9. P. 750 - RUU Usul Inisiatif I.S. Handoko- widjojo dkk. tentang Pembentuk- an Kabupaten Lembata. (Tanggal 14-7-1967).

P.749 8.

Nomor Pokok Keterangan Pokok Pembicaraan

No. Urut

Page 144: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

120

. P. 14/ - RUU Usul Inisiatif Drs. Jusuf

70- 71 Z.A. dkk. ten tang Pencabutan Undang-undang No. 1 7 tahun 1964 tentang Larangan Penarikan Cek Kosong. (Tanggal 19-4-1971).

18.

17.

16.

Belum dibicarakan.

Pembicaraan Tingkat II tanggal 13-2-1971.

Pembicaraan Tingkat II tanggal 21-10-1970.

Pembicaraan Tingkat III tanggal 10-9-1970.

P. 28 - RUU Usu! lnisiatif I.S. Handoko- widjojo dkk. tentang Pembentuk- an Propinsi Bangka/Belitung. (Tanggal 4-7-1970 No. 048/A/IV/ Ul/69-70).

TAHUN SIDANG 1970/1971.

P. 3/ - RUU Usul lnisiatif Bustaman SH. 70-71 dkk. tentang Pembentukan Pro-

pinsi Banten. (Tanggal 20-8-1970).

P. 8/ - RUU Usul Inisiatif Drs, Daud 70-71 Sembiring dkk. tentang Peninggal-

an Purbakala. (Tanggal 10-11- 1970 No. 23/MP/81/DS/70-71) .

15.

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Nomor

Urut Pokok

Page 145: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

Jawaban Pengusul tang- gal 4-10-1969.

Belum pernah dibicara- kan.

Jawaban Pengusul tang- gal 30-11-1968.

Laporan Panitia Perumus dalam Panitia Musyawa- rah tanggal 6-9-1969.

Belum ada ketentuan le- bih lanjut.

Pembicaraan Tingkat I (lama) tanggal 9-9-1967.

121

6.

P. 935 - Usul atas Peraturan Tata-Tertib OPR-GR pasal 38 dan 39, dari Hartono SH, dkk. (tanggal 28-11- 1968).

P. 936 - Usul Pernyataan Pendapat Ibra- him Usman dkk. tentang PGPS/ PP No. 12 tahun 1967. (tanggal 14-3-1969).

5.

P. 832 - Usul Resolusi Ora. Ny. Zubaedah Muchtar dkk. tentang Penyegaran Pimpinan OPR-GR (tanggal 7-3· 1968).

4.

P.816 2.

P.808 - Usul lnterpelasi K.H. Munir Abi- sujak dkk. tentang sikap politik Indonesia mengenai Israel khusus- nya sikap Indonesia dalam sidang darurat P.B.B. (tanggal 23-8-1967).

- Usul Resolusi Ors. Maman Achdi- jat dkk. tentang Keterangan Peme- rintah atas Interpelasi J.C.T. Si- morangkir dkk. tentang Kejadian di Aceh Barat (tanggal 16-10- 1967).

P. 830 - Usul Pemyataan Pendapat Ora. Ny. Zubaedah Muchtar dkk. ten- tahg Perjudian (tanggal 1-6-1968).

3.

1.

TAHUN SIDANG 1967/1968.

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Nomor Urut Pokok

DAFTAR USUL RESOLUSl/USUL PERNYATAAN PENDAPAT DAN USUL-USUL LAIN YANG DIAJUKAN DPR-GR SESUDAH TGL. 20 JUNI 1966 (SESUDAH BERLAKUNY A UNDANG-

UNDANG NO. 10/1966) YANG BELUM SELESAI DIBAHAS

Page 146: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

122

Penjelasan Pengusul tang. gal 26-3-1970.

Penjelasan Pengusul tang. gal 14-2-1970.

Penjelasan Pengusul tang. gal 26-3-1970.

Pendapat Pemerintah tanggal 20-11-1969.

Jawaban Pengusul tang• gal 18-9-1969.

yang tegas, tepat dan cepat terhadap perbuatan korupsi dan manipulasi pampasan perang Je- pang, Mexim/Mantrust dan PN Aneka Niaga yang meliputi jumlah kurang lebih Rp. 25 milyard 360 juta 200 ribu (tanggal 17 -11- 1969).

P. 12 - Usul Pemyataan Pendapat Ischak Moro dkk. tentang Peraturan Men- teri Dalam Negeri No. 12 tahun 1969 adalah bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku, karenanya tidak syah (tanggal 7-2-1970).

P. 9 - Usul Pernyataan Pendapat J. Na- ro, SH dkk. tentang Pelaksanaan Politik luar negeri yang bebas dan aktip berdasarkan kepada pengabdian kepentingan nasional (tanggal 2-10-1969).

P. 10 - Usul Resolusi Oesman J. Helmi dkk. tentang tindakan hukum

10.

9.

P. 8.

P. 945 - Usul Pemyataan Pendapat Abdul Hadi Madatuang, SH dkk. tentang Surat Edaran Wakil Perdana Men- teri Bidang Umum No. 6/SE/1966 tentang larangan mengangkat pegawai baru untuk dikecualikan bagi Guru-guru SD, SLTP dan SLTA (tanggal 12-6-1969).

3 - Usul Pemyataan Pendapat Ora. Ny. Mahtuhah Jusuf dkk. tentang Penghentian Kemaksiatan (tanggal 25·8-1969).

7.

11.

I

Keterangan Pokok Pembicaraan No. Nomor

Urut Pokok

Page 147: Disusun oleh : SEKRETARIA T DPR-RIrepositori.dpr.go.id/39/1/DPR GOTONG ROYONG.pdf(DPR), maka Presiden R.I. membentuk badan yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (K.N.I.P.)

123

Belum dibicarakan.

I Tanggapan Perintah tang. gal 2-10-1970.

- Usu! Resolusi Ischak Moro dkk. tentang PEMILU yang akan da- tang agar tetap dilaksanakan seca- ra bebas, umum, rahasia dan ber- sifat langsung serta bebas daripada ancaman dan rasa ketalCutan (tanggal 21-4-1971).

P. 13/ 70-71

13.

P. 26 - Usu! Resolusi Drs. Daud Sembi- ring dkk. tentang masalah pening- galan benda-benda purbakala (tanggal 15-6-1970).

12.

Keterangan Pokok Pembicaraan Nomor Pokok

No. Urut