distribusi butir dan pengendapan sedimen
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 distribusi butir dan pengendapan sedimen
1/3
URUTAN 1
Selama bertahun-tahun para ahli petro sedimen menggunakan ukuran butir untuk menentukan
lingkungan sedimen. Dalam beberapa tahun terakhir, para ahli berusaha untuk menghubungkan
distribusi ukuran butir dengan proses pengendapan. Salah satu masalah utama dalam analisis distribusi
ukuran butir adalah bahwa proses sedimen yang sama terjadi dalam sejumlah lingkungan dan respontekstur konsekuennya mirip. Sekarang tersedia kriteria fisik untuk mengidentifikasi spesifik lingkungan
pengendapan untuk dapat menafsirkan deposito klastik asal yang tidak diketahui.
Di era 1940-an, Pettijohn (1949) menunjukkan bahwa sejumlah mode ada dalam distribusi
ukuran butir dan kekurangannya terdapat di pasir kasar - ukuran butir halus dan kasar dalam ukuran silt.
Mode-mode ini dan kekurangannya dikaitkan dengan asal dan hidrolika dari transportasi sungai, tetapi
sedikit signifikansi lingkungan yang ditempatkan minyak pengamatan. Tidak ada hipotesis umum yang
dikembangkan untuk menjelaskan mengapa mode yang sama akan muncul baik dalam lingkungan
sungai dan sedimen laut. Lalu, Doeglas (1946) menyimpulkan bahwa distribusi ukuran butir mengikuti
hukum probabilitas aritmatika. Dua hal yang ditemukan oleh Doeglas adalah bahwa (1) distribusi ukuran
butir adalah campuran dari dua atau lebih komponen distribusi atau populasi, dan (2) distribusi ini
diproduksi oleh berbagai kondisi transportasi. Dari analisis ia mengembangkan klasifikasi bentuk kurva
empiris dan jenis kurva dengan lingkungan sedimen tertentu. Tetapi dalam analisisnya, Doueglas tidak
dapat memecahkan masalah seperti; (1) keseimbangan sedimentasi yang digunakan untuk analisis
tekstur tidak cukup akurat;(2) pencampuran dan pemotongan komponen distribusi tidak diamati; (3)
bentuk kurva tidak berhubungan dengan proses pengendapan. Sehingga pendekatan Doeglas tidak
cukup untuk diakui para sedimentologist dan tidak diterapkan secara luas oleh negara nya. Salah satu
paper yang paling signifikan berkaitan dengan sedimentasi yang dinamis dikemukakan Inman (1949)
bahwa ada tiga mode dasar transportasi yaitu surface creep, saltasi, dan suspensi, dan ia memanfaatkan
pengetahuan yang ada tentang mekanika fluida untuk menganalis transportasi partikel sedimen.
Pada era 1960-an, dua makalah oleh Moss mewakili kontribusi utama terhadap pemahaman
tentang relasi distribusi ukuran butir dengan proses pengendapan. Moss menggunakan bentuk dan
ukuran butir untuk membedakan sub-populasi yang dihasilkan oleh tiga sarana transportasi sedimen
yang dijelaskan oleh Inman (1949) dan Bagnold (1956): (1) surface creep, (2) saltasi, dan (3) suspensi. Ia
menemukan bahwa tiga populasi ini dapat bercampur dalam sampel yang sama. Ia membahas tentang
jarak transportasi partikel elastis dan mekanisme jebakan partikel di antarmuka sedimen. Moss juga
memberikan wawasan tentang bentuk dan ukuran sedimen laminasi dan campuran ke dalam
mekanisme dimana ukuran butir halus atau kasar digabungkan dalam kurva distribusi ukuran sedimen
diendapkan dari karpet traksi saltating butiran pasir. Populasi yang berbeda dalam plot log-probabilitas
ditunjukkan oleh Visher (1965) dalam studi fluvial unit sedimentasi di Oklahoma. Penelitian
menggunakan pendekatan analisis faktor disarankan bahwa rezim aliran dapat mengontrol rentang
ukuran butir dari saltasi dan suspensi populasi dan perkiraan posisi pemotongan antara dua populasi.
Klovan (1966) menerapkan analisis faktor untuk data yang sama dipelajari oleh Spencer (1963). Ia
menemukan bahwa tingkat pencampuran dua dasar populasi adalah peka terhadap lingkungan. Jalur
lain bukti tekstur untuk lingkungan identifikasi telah ditempuh selama sepuluh tahun terakhir, yang
paling signifikan adalah studi oleh Folk dan Ward (1957), Mason dan Folk (1958), Harris (1959), dan
-
8/10/2019 distribusi butir dan pengendapan sedimen
2/3
Friedman (1961, 1967). Para penulis ini telah menggunakan statistic ukuran rata-rata, standar deviasi,
skewness, dan kurtosis untuk memisahkan pantai, bukit pasir,datar Aeolian, dan lingkungan fluvial.
Pendekatan ini cukup berhasil dalam lingkungan modern tetapi kurang berhasil dalam menafsirkan asal-
usul sedimen kuno.
Tiga mode transportasi sedimen, suspensi, saltasi, dan surface creep, telah dipelajari secara rincidari teori dan sudut pandang matematika. Beberapa data yang tersedia pada ukuran butir rentang
disebabkan individu mode transportasi.
URUTAN 4
Karakteristik Bentuk Kurva dari Lingkungan Modern
Sampel-sampel koleksi berasal dari lingkungan yang terkenal di analisa secara garis besar. Area
pensamplingan termasuk lingkungan yang luas, kondisi alami. Sampeldi koleksi untuk melengkapi
informasi factual keterhubungan spesifik lingkungan sedimen dengan tipe-tipe distribusi ukuran butir.
Lebih dari 500 sampel dari lingkungan laut modern di koleksi untuk menentukan cuaca disana disana
sebuah keterhubungan genetic bentuk kurva dengan lingkungan ata proses pengendapan. Di masing-
masing sampel yang secara local di peroleh aspek fisik lingkungan pengendapan, termasuk informasi
tidal, kondisi gelombang, asal mulanya, dan geomorfologi dari lingkungan pengendapan itu. Ke titk
beratan tempat sampling sangat berbeda area geografi, dan perbedaan asal mula serta kondisi fisik. Di
setiap contoh usaha di buat ke sampel koleksi yang mewakili kondisi waktu penyampilingan. Banyak
sampel yang berasal dari unit perlapisan bagian atas, dan jarang melakukan sampling melanjutkan
beberapa sentimeter kebawahnya.
Sampel Pantai dan Laut Dangkal
Sampel di koleksi di sekitar tepi laut dari Dune ke beberapa ratus yard offshore di lebih dari 30
tempat dari Grand Isle, Louisana ke Cape Hatteras, Carolina bagian utara. Analisis bentuk data dari
sampel-sampel ini menunjukkan bahwa disini adalah beberapa fundamental berbeda bentuk kurva
kemungkinan log. Sampel-sampel dapat diklasifikasikan kedalam pengendapan oleh : (1) proses pantai;
(2)proses aeolion; (3) gaya gelombang; (4)pemecahan gelombang. Satu dari empat ini menunjukkan
karakteristik plot-plot kemungkinan log. Gambar 7 mengilustrasikan karakteristik pasir foreshore dari 11
pantai berbeda, dari dari fisik yang luas dam kondisi keterbentukan. Distribusi masing-masing ukuran di
plotkan di cara identik dan menunjukkan 3 atau 4 populasi. Banyak perbendaan yang nampak, walaupun
begitu, posisi poin sangat tinggi varabelnya. Persamaan dari pasir-pasir tersebut adalah berkembangnya
populasi 2 saltasi. Alasannya untuk ini di percayanya untuk dihubungkan ayunan di zona foreshore,
tetapi lain kemungkinan pencampuran dari keterbentukan yang dipisahkan atau bentuk partikel ukuran
yang berbeda. Sampel tersebut menghubungkan hanya oleh kejadian mereka di foreshore. Di ratusan
sampel yang dianlisis ini bentuk kurva adalah selalu diasosiasikan dengan foreshore pantai.
Material PasirLaut di Depan Zona Breaking Waves
-
8/10/2019 distribusi butir dan pengendapan sedimen
3/3
Tipe terakhir distribusi ukuran butir berasal dari dekat zona pantai dimana produknya
merupakan hasil dari pengendapan pada zona surfing. Sampelsampel tersebut ditandai
dengan persentase dari material kasar yang mengalami proses sliding dan rolling yang relative
tinggi. Persentase material ini tergantung pada daerah batuan sumber dan kondisi gelombang,
distribusi ukuran butir berkisar dari beberapa persen sampai dengan 80 persen.
Populasi dari material yang mengalami proses saltation ditambahkan ke dalam material
kasar ini, tetapi pencampuran hanyaterjadi pada dua populasi. Hasil akhir dari populasi yang
mengalami saltation terpotong, dan populasi kecil yang mengalami proses suspense terbentuk.
Karakteristik ini tampak konsisten dengan proses gelombang yang berinteraksi denganarus
yang cukup kuat.
Breaking Wavesmenjagaproses pengendapanagitasipada interface, dansuspensi
materialadalahterendapkandantertransportasikearahlautoleharus.
Hamparanarustraksiadalahsebuahkondisi yang terjadipadaalamsecaramusiman,bergantungpadaposisibreaker serta
parahdanbesarnyaarus.Kombinasitersebutmemungkinkanpencampuranantaramaterial
yangmengalami saltation danslidingataurolling.