distilasi molekular dan sublimasi
DESCRIPTION
Merupakan salah satu teknik pemisahanTRANSCRIPT
DESTILASI MOLEKULER DAN SUBLIMASI
A. Pendahukuan
Beberapa zat cair sangat kental untuk didestilasi dalam peralatan destilasi
vakum biasa. Zat-zat cair tersebut juga terurai secara termal di mana pada suhu
tinggi diperlukan untuk mendestilasi zat-zar cair tersebut. Pada kasus seperti ini,
destilasi molekuler diperlukan. Destilasi molekuler bekerja dengan tekanan vakum
cukup tinggi sehingga sebagian besar molekul didestilasi lebih banyak daripada
sampel yang melaui permukaan kondensor. Idealnya, hal ini menunjukkan bahwa
destilasi molekuler bukan suatu refluks (pengaliran cairan kembali).
Kenyataannya, hasil yang didapat jarang tercapai tetapi kagkala destilasi
molekuler sangat bermanfaat. Karena tekanan yang digunakan sangat rendah, titik
didih biasanya berkisar 200-300oC lebih rendah daripada titik didih normal
sehingga penguraian akibat proses termal menjadi lebh rendah. Destilasi
molekuler merupakan kelompok destilasi dengan perbedaan titik didih 50oC.
Massa molekuler berkisar 1000-1500. JN Bronsted dan G Hevesy
mengembangkan metode ini untuk menyuling bahan secara molekuler pertama
kali. Mereka menggunakannya untuk memisahkan isotop Hg.
Salah satu teknik penyulingan molekuler skala laboratorium disebut
penyulingan batch atau pot. Penyulingan batch memiliki kapasitas rendah dan
sangat lambat untuk skala besar industri. Perlu operasi selanjutnya. Model industri
biasanya dalam bentuk fil sentrifugal atau silindris yang dijelaskan kemudian.
Penyulingan batch (Gambar 7.1) bekerja sebagai berikut. Sampel ditempatkan
pada A. Tabung penampung ditempatkan di B dan dihbungkan ke C. Air dingin
dipompakan ke D dan dalirkan keluar melalui E. Keadaan vakum diterapkan pada
F. Batangan logam pemanas atau mantel pemanas (dengan lubang di tengahnya
sebagai tempat untuk meletakkan) berada di bawah sampel. Sampel didestilasi dan
terkondensasi pada sisi kondensor di bagian G, menuju ke sisi bawah dan
terkumpul di bagian H di mana destilat akan menetes ke bagian I. Padatan hanya
akan terkumpul di permukaan bagian G.
Persamaan 7.1 merupakan metode Langmuir untuk menentukan jumlah
maksimum material yang dapat didestilasi. Tekanan dinyatakan dyne/cm2 yang
jelas merepotkan. Persamaan 7.2 menyatakan suat persamaan Langmuir dengan
tekanan dalam satuan torr dan jumlah destilat dalam gram.
Persamaan di atas menyatakan suatu hal secara teoritis. Permasalahannya
adalah bhawa sejumlah molekul hilang secara langsung dari proses evaporasi
permukaan ke kondensor secara garis lurus membentuk 90o. Faktor koreksi, f,
disebut juga koefisisen evaporasi yang dikembangkan oleh Burrows yang
menyatakan ada 3 faktor utama yaitu: (1) fraksi molekul mencapai kondensor
tanpa adanya tumbukkan (2) fraksi molekul yang bertumbukan lebih dulu dan
jumlah yang memasuki kondensor dan (3) fraksi bertumbukan dan mencapai
kondensor dalam keadaan gerakan acak. Berdasarkan persamaan 7.2 maka
penambahan faktor koreksi menghasilkan suatu persamaan 7.3
Nomograf digunakan untuk menetapkan rata-rata destilasi molekuler (Gambar
7.2). contoh penggunaannya sebagai berikut. Perlu diketahui besaran dari f pada
nilai tertentu dan suhu dinyatakan dalam K. Pada persamaan 7.1, kita dapat
melihat bahwa jumlah destilat relatif bervariasi tergantung perbandingan P dan
akar dari M serta tekanan uap destilasi secara tidak langsung.
Perbedan yang mendasar antara destilasi molekuler dan destilasi vakum secara
umum yaitu: (1) cairan yang terkondensasi pada kolom tidak diperbolehkan
mengalir kembali melewati sampel (2) tekanan sistem dikurangi agar sampel
dapat mencapai permukaan kondensor tanpa mengganggu molekul destilat
pertama (3) rasio komponen molekul destilat sebanding dengan tekanan parsial
per akar kuadrat massa molekuler.
Pengembangan persamaan di atas oleh Luchak dan Lanstroth dinyatakan pada
persamaan 7.5. Nilai D merupakan difusitas molekul organik di atmosfer. Secara
umum, nilainya berkisar 0,01-0,1. Pada keadaan vakum yang rendah, nilai D akan
tinggi. Nilai d merupakan jarak (cm) permukaan evaporasi terhadap permukaan
kondensasi.
Kecepatan destilasi tergantung pada berapa banyak jumlah material di bawah
permukaan yang dapat naik ke permukaan. Oleh sebab itu, sebah alat untuk
menjaga permukaan segar, penyulingan lapisan alir digunakan sebagai alat secara
umum. Film yang mengalir dapat turun karena pengaruh gravitasi atau gaya
sentifugal yang berada di sepanjang sisi film tipis terbentuk.
Destilasi molekuler dapat terjadi pada berbagai suhu. Kenyataannya, senyawa-
senyawa organik dapat dimurnikan secara laboratorium tanpa menggunakan air
untuk mengurangi tekanan. Bagaimana pun juga, jika massa molekular suatu
senyawa lebih tinggi dan memerlukan efisiensi yang tinggi, maka tekanan dapat
dikurangi sehingga hasil dari destilat membentur molekul yang lain selama
memasuki kondensor dan dengan demikian, tidak bisa didestilasi. Suhu yang lebih
dingin pada permukaan kondensor mengakibatkan semakin sedikit molekul
kembali ke evaporator.
B. Jarak Bebas Purata
Molekul udara memiliki jarak bebas purata sekitar 10-5 cm pada suhu ruang
dan tekanan atmosfer. Penyulingan molekuler memiliki jarak 10-12 mm. Oleh
sebab itu, perubahan sedikit saja pada suhu dan tekanan akan memperpanjang
jarak bebas purata. Jarak bebas purata (L) dihitung dengan persamaan 7.6. Di
mana, σ = jarak pusat pemisahan dua moelkul (cm). Nilai σ untuk beberapa
molekul sebagai berikut:
N2 = 3,5. 10-8 NH3 = 3.09.10- 8
CO 2 = 4,2. 10-8 CO = 3,16. 10-8
N 2 0 s = 8,5.10-8 C2H2 = 3,44.10-8
H 2 = 2,1.0-8 O2 = 2,93. 10-8
Tocopherol = 22 x 10-8 He = 2,38. 10-8
C. Penyulingan Komersial
Hal utama yang mendorong penggunaan penyulingan komerisial adalah
mampu memberikan permukaan evaporasi yang besar dan proses dapat berjalan
secara kontinyu. Penyulingan batch diputar untuk meningkatakan area permukaan
dengan beberapa pengembangan. Metode penurunan film, metode gaya
sentrifugal, metode penipisan film dan metode fraksinasi merupakan metode
secara umum.
1. Penyulingan Film Jatuh
Destilan atau sampel ditambahakan ke bagian atas dan dibiarkan mengalir
melalui gaya grafitasi ke bagian bawah permukan lapisan tipis film. Penyulingan
ini biasanya terdiri dari dua silinder vertikal terpusat, satu bertindak sebagai
evaporator dan satunya bertindak sebagai kondensor. Sebagain besar sampel
disimpan dalam suhu rendah dan hanya sebagian saja yang dapat kontak langsung
dengan evaporator ketika dipanaskan dalam waktu beberapa detik (10-50).
Sebagian besar film jatuh berketebalan 0,1-2,0 mm. Efisiensinya lebih baik
daripada semua peralatan destilasi batch pada umumnya dengan adanya nilai f
yang mendekai 1 dan memiliki konsep plat teoritis di antara kondensor dan
evaporator. Nilai sebesar 5-6 g/s/m2 merupakan hal yang lumrah dalam skala
satuan terkecil. Sebanyak 5-10% sampel didestilasi 1 kali. Contoh alat
penyulingan ini ditampilkan pada Gambar 7.3.
Hal yang lebih dari peningkaan area permukaan adalah penyulingan film
terbersihkan. Gambar 7.4 menunjukkan Pope Scientfic Inc. multistage, dengan
kunci pemutar film terbersihkan pada mesin pemroses. Alat ini terdiri dari sebuah
pengurang gas atau devolatilizer (tingkat 1), 12 penyulingan molekuler (tingkat ke
2), cairan dan pompa vakum, wadah pendingin ganda, pelindung penukaran panas
dan sistem kontrol yang lengkap. Sistem ini dapat beroperasi secara kontinyu
hingga 1 militorr, 375oC dan berkecepatan hingga 200kg/jam mengolah sampel.
Proses mendasar alat ini ditunjukan dalam skema pada Gambar 7.6. Film tipis
lebih disenangi untuk berbagai alasan dengan alasan sebagai berikut:
a. turbulensi yang terbentuk karena pergerakan cepat pembersih atau pisau
pembersih terkontrol membantu dalam perpindahan panas maka suhu lebih
rendah diperlukan pada bagian atas dinding evaporator untuk memberikan
suatu sistem tekanan
b. area permukaan maksimum per satuan volume alir dihasilkan dari
evaporasi cepat terfasilitasi.
c. Penunjukan waktu cairan digunakan untuk meningkatkan suhu dinding
yang dapat dikontrol dalam beberapa detik atau kurang. Hal ini
meminimalisir degradasi produk yang sensitif terhadap panas dengan
mengontrol kecepatan rakitan pembersih.
d. Bahan-bahan dengan viskositas tinggi dapat diangkut melalui sistem
destilasi atau pengenceran pelarut.
e. Pisau pembersih yang dimasukkan dalam perlatan Pope Inc meningkatkan
pengisian aliran dengan sedikit pencampuran. Hal ini meminimalisir
penundaan waktu distribusi bahan yang didestilasi, memastikan bahwa
bahan-bahan mengalir melalui sistem berpenampilan seragam terhadap
kondisi proses.
D. Penyulingan Sentrifugal
Penyulingan sentrifugal merupakan suatu alat penyulingan paling baru dan
paling mahal secara komersial (Gambar 7.9) dan susunan alat tersebut
ditampilkan pada Gambar 7.10. Kutipan dari Barrows menjelaskan tentang
operasional penyulingan molekuler sentrifugasi, “Cairan yang telah dihilangkan
gasnya didestilasi untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam bagian bawah dari
permukaan dalam suatu rotor, suatu permukaan yang berbentuk kerucut. Ukuran
diameter rotor berkisar 1,5 m bagian atas dan mampu berputar 400-500
rotasi/menit. Lapisan tipis cairan dapat didestilasi dengan ketebalan 0,05-0,1
mm, kemudian disebarkan pada bagian dalam permukaan dan diangkut dengan
cepat ke bagian luar teratas karena aksi gaya sentrifugal. Panas diperlukan bagi
cairan untuk melewati rotor dengan suatu pemanas elektrik radiasi dan bahan-
bahan yang teruapkan dikondensasikan dengan adanya suatu kondensor
berbentuk lembaran. Keadaan ini memperbaiki suhu yang cukup rendah unuk
mencegah evaporasi kembali atau pantulan dari molekul yang menguap. Cairan
residu ditampung di dalam suatu penampung di bagian atas rotor dan destilat
dialirkan dari wadah penampung ke kondensor. Masing-masing produk
dipompakan dari bagian alat penyulingan di mana produk tersebut dipindahkan
ke tekanan lebih rendah yang diperlukan untuk destilasi molekuler dan waktu
tinggal senyawa di dalam penyulingan diduga sekitar 1 detik atau bahkan
kurang. Alat ini dapat menangani sampel cair yang didestilasi dengan daya 5.10 -
5–25.10-5 m3/s (50-250 galon/jam) dan hasil pemisahannya berkisar 80-95%.
Beberapa penerapan destilasi molekuler di antaranya:.
E. Teknik
1. Pompa Difusi
Pompa vakum yang didiskusikan pada Bab 6 dapat digunakan untuk
mengirangi tekanan sebesar 0,1 torr sewaktu pompa tersebut masih baru, baik dab
bersih dari minyak. Hal ini tidak cukup memberikan tekanan rendah yang
diizinkan dalam mencapai tingginya efisiensi dalam destilasi molekuler.
Perhitungan sampel sebelumnya menunjukkan bahwa diperlukan <10-4 torr untuk
mencapai efisiensi tersebut.metode ynag umum digunakan untuk mengurangi
tekanan sebesar 10-1-10-4 torr (13,3-0,013 Pa) yaitu dengan menggunakan pompa
difusi. Pompa dengan difusi ganda dapat mengurangi tekanan hingga 10-8 torr.
Diagram yang menunjukkan aliran pompa difusi ditunjukkan pada Gambar 7.11.
Merkuri (10-6 torr) atau komonen minyak dengan tekanan uap jenuh yang
rendah (Myvoil 10-7 torr; Octoil 10-8 torr) digunakan sebagai cairannya. Cairan
tersebut dipanaskan, mendidiih ke sisi samping (Gambar 7.11) dan mengalir ke
bawah pada bagian sisi kanan. Gas-gas dengan molekuler besar menghasilkan
aliran memancar sebagai dampak ketika gas-gas tersebut mengalir secara terbuka
(A). Molekul-molekul gas dari sisi tersebut dipincahakan ke (B), terjerat dalam
aliran dan dibawa ke bagian C. Keadaan ini dapat meghasilkan perbedaan tekanan
hingga 1000 kali lipat antara B dan C sebelum pompa berhenti bekerja. Mesin
pompa yang menggunakan cara ini dikenal sebagai pompa depan. Merkuri atau
minyak dikondensasikan oleh kondensor air pada E yang dapat bekerja bolak-
balik. Tekanan uap dari cairan pompa difusi mengatur batas tekanan ternedah
yang dapat dipompa.
Gambar 7.12 menunjukkan tiga jenis pompa difusi yang dapat mencapai
tekanan 7.10-8 torr tanpa menjebak hawa dingin. Harganya sekitar $2.250. Gambar
7.13 merupakan foto dari kombinasi pompa depan dan pompa difusi yang terbuat
dari logam campuran.
2. Alat Pengukur Tekanan Rendah
Ketika tekanan turun mencapai 10-4 torr (0,013 Pa), alat McLeod praktis tidak
dapat digunakan. Ada beberapa tipe alat pengukur tekanan yang dapat digunakan.
Secara umum, ada dua alat pengukur tekanan yang mampu mengkur dalam
rentang 10-1-10-6 yaitu: Alat Pirani (Gambar 7.14) dan alat termokopel (7.15).
Kedua alat tersebut dapat diandalkan dan dapat diperoleh dengan harga $500.
Arus listrik yang memasuki kawat penghantar menghasilkan panas. Tegangan
listrik yang diperoleh berdasarkan Hukum Ohm (E = I.R). Jika tekanan di
sekitarnya menurun, beberapa molekul gas membentur kawat dan menjadi panas.
Ketika kawat memanas, hambatan listrik dan tegangan listrik akan meningkat.
Peningkatan tegangan listrik berhubungan dengan penetapan tekanan yang terukur
pada alat McLeod. Penjelasan mengenai prinsip alat termokopel (Gambar 7.15)
dijabarkan oleh Matheson Gas Co. yaitu: “Pengoperasian alat ini berdasarkan
pada tegangan listrik AC yang rendah melalui sirkuit termofil yang terbentuk dari
logam mulia. Perubahan tekanan di dalam tabung menimbulkan perubahan
konduktivitas termal terhadap termofil pendinginan gas yang mana jika
diturunkan akan menggeser suhu dari termokopel AC pada bagian A dan B.
Pergeseran ini menghasilkan penyimpangan output DC dari sepasang termokopel.
Termokopel DC (C) tidak dipanaskan dan dalam rangkaiannya memiliki
sirkuit pengukur. Perbedaan suhu di sekitarnya akan meningkatkan tegangan
listrik pada seluruh termokopel. Bagaimanapun juga, efek sementara ketika
element dipanaskan dan tidak dipanaskan bersifat setara dan berlawanan. Oleh
sebab itu, kopel yang tdaik dipanaskan akan menanggung perubahan suhu
sementara. Gambar 7.16 mnunjukkan alat pengukur tekanan yang umum
digunakan yang terhubung dengan saluran vakum.
SUBLIMASI DAN SUBLIMASI TERANGKUT
Prinsip Sublimasi
Sublimasi merupakan suatu proses perubahan zat padat menjadi gas tanpa
terlebih dahulu menjadi cair. Suatu padatan akan menyublim jika tekanan uapnya
mencapai tekanan atmosfer di bawah titik lelehnya. Gambar 7.17 merupakan
suatu diagram temperatur vs tekanan dari air yang biasa digunakan untuk
mengilustrasikan proses tersebut.
Normalnya, sebagian besar senyawa berwujud padat seperti ditunjukkan pada
poin A. Adanya penigkatan suhu, senyawa tersebut meleleh menjadi cair dan
menguap menjadi gas. Oleh sebab itu, jika tekanan diturunkan di bawah titik triprl
tekanan (B), senyawa tersebut akan berubah langsung menjadi gas ketika
tempratur meningkat. Jika tekanan diturunkan dari A atau B ke poin C, senyawa
akan menguap tanpa terjadi perubahan suhu. Secara teoritis, semua senyawa dapat
tersublimasi. Oleh sebab itu, bagi sebagian besar senyawa, titik tripel merupakan
titik di mana tidak terjadinya sublimasi. Sisi baiknya, ada beberapa ribu senyawa
dengan karakterisitik serupa yang mampu meyublim secara langsung. Jika suatu
gas dididinginkan, gas akan memadat kembali dan dapat ditampung. Bahan-bahah
yang dapat disublimasi disebut subliman dan produk hasil sublmasi disebut
sublimat.
Iodin, es kering, kamper dan arsen dapat menyublim pada suhu kamar dan
tekanan normal. Sulfur, benzoin dan NH4NO3 muri diperoleh melalui sublimasi.
Sakarin, kuinin, kolesterol dan atropin merupakan contoh senyawa tambahan yang
dengan mudah dipisahkan melalui sublimasi. Suhu sublimasi pada tekanan yang
rendah biasanya tercapai pada beberapa derajat di bawah titik leleh dar senyawa
bersangkutan maka sedikit sekali kerusakan pda senywa yang terjadi selama
sublimasi dibandingkan destilasi. Contohnya:
a. Naftalen dengan titik leleh 79oC menyublim pada 25oC pada tekanan 1 torr
(0,13 kPa)
b. Urea dengan titik leleh 132oC menyublim pada suhu 50oC pada tekanan 1
torr (0,13 kPa).
Sublimasi Terangkut
Sublimasi sederhana dapat dipercepat pada beberapa kasus dengan melewati
suatu gas inert yang disebut sebagao proses sublimasi terangkut atau sublimasi
terbawa. Penggunaan gas inert adalah untuk mengurangi tekanan parsial sublimat
hingga mencapa keadaan tekanan di bawah titik tripel. Hal ini setara dengan
menghembuskan hawa dingin selama musin panas ketika seseorang berkeringat.
Munculnya hawa dingin menyebabkan gas inert tersebut menurunkan tekanan
parsial dari keringat pada tubuh kita dan menguap lebih cepat. Jika hal ini
dibandingkan dengan sublimasi pada umumya maka senyawa akan tersublimasi
lebih cepat pada suhu yang sama atau dengan laju yang sama pada suhu rendah.
Gambar 7.18 menunjukkan suatu diagram sederhana dari sublimasi terangkut.
Jika suatu tabung yang menampung sublimat didinginkan pada suhu yang berbeda
secara berurutan pada rentang waktu yang sama maka hal ini akan menimbulkan
suatu keadaan terfraksinasi dari proses sublimasi senyawa tersebut. Pemisahan
dalam kasus ini biasa kurng baik tetapi dapat digunakan dalam berbagai kondisi.
Umumnya, kopi dekafeinasi dihilangkan dengan cara sublimasi terangkut.
Perbedaan mendasar antara destilasi molekuler dan sublimasi pada tekanan
rendah yaitu: (1) destilasi molekuler bekerja dari fase padat menjadi cair dan gas
di mana biasanya memerlukan energi lebih banyak daripada sublimasi yang hanya
langsung mengubah fase padat menjadi gas, (2) permukaan senyawa yang
tersublimasi secara langsung akan berganti karena proses evaporasi, konveksi dan
difusi. Hasilnya, sublimasi bersifat lebih cepat dan ekonomis.
Gambar 7.19 menunjukkan komponen tertentu mengalami sublimasi biasa dan
Gambar 7.20 menunjukkan senyawa tertentu yang mengalami sublimasi terangkut
secara sederhana.