disertasi program doktor penciptaan dan pengkajian seni ...digilib.isi.ac.id/5653/1/bab i.pdfsunda,...
TRANSCRIPT
i
EKSPERIMENTASI RITME PILEMBURAN MELALUI
WACANA ALIH WAHANA
DALAM KARYA PAKUSARAKAN KURING
DISERTASI
Program Doktor Penciptaan dan Pengkajian Seni
Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Minat Utama Penciptaan Seni Pertunjukan
Mohamad Rudiana
NIM 1030050511
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2019
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
ii
EKSPERIMENTASI RITME PILEMBURAN MELALUI
WACANA ALIH WAHANA
DALAM KARYA PAKUSARAKAN KURING
DISERTASI Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam
Program Doktor Penciptaan dan Pengkajian Seni
Minat Utama Penciptaan Seni Karawitan
Pada Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Telah dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Doktor
Pada : Kamis
Tanggal : 31 Oktober 2019
Jam : 10.00 – 12.00 WIB
Oleh:
Mohamad Rudiana
NIM 1030050511
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2019
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
iii
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
iv
Naskah Disertasi ini telah melalui Ujian Tertutup
Pada Tanggal 31 Oktober 2019
Oleh:
PANITIA PENILAIAN UJIAN TERTUTUP
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
1.
Dr. Fortunata Tyasrinestu, M.Si
Ketua Penguji
2.
Profesor Dr. Djohan, M.Si Promotor
3.
Profesor Dr. Pande Made Sukerta, S.Kar,
M.Si
Kopromotor
4.
Dr. Royke Robby Koapaha, M.Sn Anggota
5.
Dr. St. Sunardi Anggota
6.
Dr.GR. Lono Lastoro Simatupang, M.A Anggota
7.
Dr. Suhendi Afryanto, S.Kar, M.M Anggota
Ditetapkan dengan Surat Tugas Ujian Tertutup,
Berdasarkan SK Direktur Pascasarjana ISI Yogyakarta
Nomor: 940/IT4.4/KP/2019
Tanggal: 23 Oktober 2019
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
v
P
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
vi
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Disertasi ini, belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar
akademik di suatu perguruan tinggi manapun, dan belum pernah dipublikasikan.
Disertasi ini merupakan hasil penelitian/pengkajian yang didukung oleh berbagai
referensi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat pendapat yang ditulis, atau diterbitkan
orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini, dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Saya bertanggung jawab atas orisinalitas Disertasi, dan bersedia menerima sanksi
apabila dikemudian hari ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini.
Yogyakarta, 31 Oktober 2019
Yang membuat pernyataan
Mohamad Rudiana
NIM: 1030050511
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
vii
EKSPERIMENTASI RITME PILEMBURAN MELALUI
WACANA ALIH WAHANA
DALAM KARYA PAKUSARAKAN KURING
Pertanggungjawaban tertulis
Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia, Yogyakarta
Oleh Mohamad Rudiana
ABSTRAK
Penciptaan karya Pakusarakan Kuring (tanah kelahiran) ini dimaksudkan untuk menjawab
tantangan bagaimana melakukan pengembangan seni Karawitan dengan melakukan penelitian seni
budaya dan eksperimentasi ritme yang berasal dari bebunyian Pilemburan (desa). Bebunyian
Pilemburan mempunyai kekhasan dan berasal dari aktivitas sosial budaya masyarakat desa. Bebunyian
ini bisa saja berasal dari mainan anak, hingga alat pertukangan/ pertanian. Eksperimentasi ritme
dilakukan berdasar pertimbangan bahwa Karawitan sebagai seni tradisi mempunyai aturan kuat yang
biasanya disebut pakem, namun waditra (instrumen Karawitan) sebenarnya bisa dimainkan secara bebas
diluar pakem. Hal ini mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok musik (band) yang menggabungkan
instrumen musik dengan waditra, namun kelompok-kelompok ini memberlakukan waditra hanya
sebagai pengisi/penyerta tidak sebagai lead. Pakusarakan Kuring menggunakan hasil penelitian seni
budaya desa sebagai pertimbangan penyusunan dalam penciptaannya terutama pada pola pembagian
waktu dan nilai-nilai budaya desa.
Penciptaan karya ini bersumber pada konsep alih wahana dari yang lama menjadi wahana yang
baru, melalui eksplorasi elemen musikalnya. Alih wahana dalam karya ini dapat dilakukan karena
adanya hubungan antar media baik dalam artian sebagai alat ataupun gagasan.
Metode penelitian dalam penciptaan ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif
berdasarkan studi pustaka dan dioperasionalkan melalui metode eksperimen. Data-data yang
dikumpulkan terdiri dari pola ritme berbagai sumber bunyi baik yang konvensional maupun non
konvensional.
Pada kehidupan keseharian, masyarakat dusun Ciburulung masih menjalankan nilai-nilai tradisi
Sunda, yang tercermin dibanyak hal terutama pada pembagian waktu. Pembagian waktu ini kemudian
dijadikan inspirasi dalam membuat bagian-bagian pada komposisi karya Pakusarakan Kuring (Bihari,
Kamari Kiwari). Kesenian desa yang ada biasanya dipagelarkan pada acara budaya yang berbasis
budaya pertanian. Bebunyian desa dapat dijadikan sumber ide terutama dipersoalan ritme pada bunyi
yang pada saat tahapan pembentukan dicoba untuk digantikan dengan padanan bunyi waditra, sehingga
mendapatkan kesan ritme karawitan yang baru.
Penciptaan yang telah dilakukan menunjukan bahwa dalam mengembangkan seni karawitan dapat
menggunakan sumber bunyi dari apapun untuk pengelolaan ritme, sehingga dapat menjadi sebuah ritme
baru. Pakem seni tradisi bukan berarti dilupakan namun tetap dijadikan dasar untuk mempertimbangkan
kebaruan. Penciptaan yang berangkat dari kegelisahan (individual) dapat mendorong tumbuhnya
pemikiran kritis pada pencipta, sehingga memudahkan mencari padanan/ kesamaan dalam proses
penciptaan.
Kata kunci: Karawitan, waditra, pakem, eksperimentasi ritme, alih wahana
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
viii
PILEMBURAN RHYTHM EXPERIMENTATION THROUGH
MEDIA ADOPTION DISCOURSE
IN THE WORKS OF PAKUSARAKAN KURING
A Written Project Report
Postgraduate Program Indonesian Institute of the Arts, Yogyakarta
by Mohamad Rudiana
ABSTRACT
The creation of Pakusarakan Kuring (homeland) aims to answer the challenge on Karawitan art
development by conducting arts and cultural research and experimentation toward the rhythm which is
produced by Pilemburan (village) sounds. The sounds of Pilemburan are unique and highly related to
socio-cultural activities of the rural community. Those sounds could have come from children’s toys,
carpentry, or even agricultural equipment. Rhythm experimentation is based on the consideration that
despite Karawitan as a traditional art has some strict rules that is called as pakem, the waditra (musical
instrument of Karawitan) actually could be played freely out of the pakem. This condition encourages
the growth of musical groups or bands who assemble the musical instrument with waditra. However,
instead of being the lead instrument, waditra is used as the fill instrument. Pakusarakan Kuring uses
the result of art and cultural research on village as the arrangement consideration within the creation,
especially in terms of time division pattern and cultural value.
The creation of this work originates from the concept of adoption theory — from one media to
another media — through the exploration of musical element. The adoption within this work could be
performed due to the relationship among media both as instrument or ideas.
The research method in this musical work creation is held by using a qualitative approach based
on literature study and operationalized through the experimental method. The data collection consists
of rhythm patterns of various sound source both conventional and non conventional.
In their daily live, the people of Ciburulung still obey the values of Sundanese tradition, that is
reflected in many things — especially in time division. The time division of Sundanese tradition also
inspires the Pakusarakan Kuring musical works related to the parts of compositions, such as Bihari,
Kamari, and Kiwari. The rural cultural performance is usually conducted at an agricultural culture based
event. The rural sounds could be made as the resource of ideas, specifically to the rural sound rhythm
that is tried to be replaced by waditra in order to generate new karawitan rhythm.
The creation that has been done shows that in developing karawitan, in terms of rhythm
management, any sound resources could be used in order to creates new rhythm. Instead of disobey the
traditional art pakem, it should be threated as the basis of innovation. Creation process that departs from
individual anxiety, lead to the development of critical thinking to the creator and it makes easier to find
the similarities of the creation process.
Key words: Karawitan, waditra, pakem, rhythm experimentation, media adoption
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas limpahan rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penciptaan dan penulisan
disertasi. Disertasi ini merupakan persyaratan mencapai derajat Doktor pada program
penciptaan dan pengkajian Seni di program Pascasarjana Institut Seni Indonesia
Yogyakarta. Proses penelitian disertasi dari awal sampai akhir penulis telah dibantu
oleh berbagai pihak.
Atas bantuan semua itu, dengan tulus dan Ikhlas disampaikan ucapan terima
kasih kepada promotor Prof. Dr.Djohan, MSi., dan kopromotor Prof. Dr. Pande Made
Sukerta, S,Kar., M.Si dengan kesabaran dan ketelitian beliau berdua telah memberikan
bimbingan, perhatian, saran, serta kontribusi yang sangat luar biasa untuk kelancaran
dan kesempurnaan penulisan disertasi ini. Para penguji ; Dr. Suhendi Afryanto, MM.,
Dr. Royke Bobby Koapaha, M.Sn., Dr. St.Sunardi., Dr. GR Lono Lastoro Simatupang,
MA. dan Dr. Prayanto Widyo Harsanto, M.Sn untuk semua masukannya. Ucapan
terima kasih disampaikan kepada: Kementrian Riset dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia dan Institut Seni Budaya Indonesia Bandung, Institut Seni Indonesia
Yogyakarta atas kesempatan yang diberikan pada penulis untuk menempuh kuliah S3
di program Pascasarjana ISI Yogyakarta; Prof. Dr. M. Agus Burhan, M.Hum., selaku
Rektor ISI yogyakarta, Prof. Dr. Djohan, M.Si., selaku Direktur Pascasarjana ISI
Yogyakarta, dan Prof. M. Dwi Marianto, MFA., Ph.D. yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis mengikuti pendidikan Doktor di ISI Yogyakarta.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada: Dr. Fortunata
Tyasrinestu, M.Si., sebagai Ketua Program Doktor Penciptaan dan Pengkajian Seni
(S3), dan sebagai pembimbing akademik. Kepada para dosen yang telah memberikan
ilmu, pengetahuan dan wawasan yang sangat berharga di program Doktor ISI
Yogyakarta. Prof.Dr. Sumandiyo Hadi, SST.,SU., Dr. St. Sunardi dan, Prof. Dr.
Sugiyono.
Selanjutnya penulis sampaikan terima kasih kepada: Dr. Een Herdiani, M.Hum
(Rektor ISBI Bandung), Para Pembantu Rektor, Dekan Fakultas Seni Pertunjukan
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
x
Institut Seni Budaya Indonesia Bandung beserta para Pembantu Dekan, Ketua Prodi
Karawitan, rekan-rekan dosen. Kemudian kepada para kolega dan sahabat: Dwiki
Dharmawan, Nyak Ina Raseuki, Phd., Dr. Arthur S.Nalan M.Hum, Kawan-kawan Idea
Percussion, Krakatau Ethno, Dr. Asril, Deden Haerudin, M.Sen, Mas Syamsul Barry,
M.Hum, Rusman Nurdin, M.Sen yang selalu membantu dan memberi semangat. Juga
secara khusus teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Doktor Penciptaan dan
Pengkajian Angkatan 2010 di ISI Yogya.
Kepada keluarga tercinta; Mia Sumiarti, selaku istri, Kinanti Putri Rudiana dan
Kayla Lugina Rudiana selaku anak, Adang Supriatna, Engkur Karminah (alh.), Yayah
Rokayah, keluarga besar Gugum Gumbira, Guswari Miarta (alm) dan Ibu Aam
Mariam selaku orang tua, adik-adik; Agung Subagja, Ita, Yusi Fitriana, Ema Purnama,
Boy Anugrah, Gelar Merin, dan Widi diucapkan terima kasih untuk motivasi,
dorongan, semangat, doa, serta pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis.
Akhir kata kepada semua pihak yang tidak dapat disebut namanya satu persatu,
terima kasih yang yang tak terhingga penulis sampaikan. Semoga Allah SWT Tuhan
Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya pada kita semua.
Semoga disertasi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya seni.
Yogyakarta, 31 Oktober 2019
Mohamad Rudiana
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan iii
PERNYATAAN vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penciptaan 1
B. Rumusan Masalah Penciptaan 7
C. Pertanyaan Penelitian 8
D. Tujuan dan Manfaat Penciptaan 8
1. Tujuan 8
2. Manfaat 9
II. KAJIAN SUMBER DAN KARYA
A. Kajian Sumber 10
1. Budaya Sunda 11
2. Seni Tradisi Sunda dan Perubahan 15
3. Musik Tradisi dalam Wacana World Music 26
B. Karya-karya Terdahulu 29
1. Ritme Sawah 29
2. Genjring Party 33
3. 6/8 With Steve Thornton’s Afro Asia 38
III. METODE/PROSES PENCIPTAAN
A. Pengumpulan Data 42
B. Pengolahan Data 44
C. Pembentukan 46
1. Eksperimentasi 46
2. Realisasi Konsep dan Penyelesaian 60
IV. HASIL, ANALISIS DAN SINTESIS
A. Hasil 62
1. Konsepsi Waktu 62
2. Tradisi Desa 62
B. Analisis 68
1. Bihari 68
2. Kamari 80
3. Kiwari 81
C. Sintesis 87
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 98
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
xii
B. Saran
99
DAFTAR PUSTAKA 101
GLOSARIUM 105
LAMPIRAN
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kentrung Lisung yang merupakan pengembangan dari kesenian
Tutunggulan di Ciburulung,
47
Gambar 2. Tepak Cai, yang merupakan pengembangan dari Icikibung,
latihan ujicoba dilakukan di sungai Cipedes, Ciburulung,
49
Gambar 3. Terebang, Lokasi Dusun Ciburulung,
50
Gambar 4. Gombreng Kaleng yang merupakan pengembangan dari Musik
Kaleng, latihan ujicoba untuk iklan Coca Cola.
52
Gambar 5. Bedug Ceuli pada saat latihan di Bandung
54
Gambar 6. Kolaborasi Kendang Piano
55
Gambar 7. Kolaborasi Kendang Drum
56
Gambar 8. Kolaborasi Kendang Vokal
57
Gambar 9. Kokoprak dan Pancurendang,
65
Gambar 10. Hajat Lembur salah satu tradisi yang masih dilakukan masyarakat
di Ciburulung,
67
Gambar 11. Tutunggulan di Ciburulung,
68
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penciptaan
Pada penciptaan karya seni, ingatan akan masa lalu merupakan hal yang dapat
mendukung lahirnya sebuah ide atau gagasan. Ingatan itu bisa saja merupakan sebuah
suasana di kampung halaman masa lalu dan keindahan alamnya, hingga masa kini
ketika sawah sudah berubah menjadi perumahan. Suasana pilemburan
(perkampungan) di masa lalu yang sangat berbeda dengan masa kini bisa memberikan
nuansa dalam ide dan gagasan.
Selain ingatan masa lalu munculnya gagasan membuat karya pada penciptaan ini
terjadi sebagai akibat munculnya beberapa gejala dalam perkembangan seni karawitan
Sunda (terutama perkusi) yang muncul dalam waktu yang lama selama bertahun-
tahun. Sebagai titik awal ialah sulitnya para pangrawit membuka diri atau melepaskan
diri dari pakem tradisional dalam karawitan Sunda, perkembangan musik (semisal
Jazz) yang mulai banyak menggunakan instrumen musik tradisi, minimnya buku-buku
atau tulisan diseputar perkembangan karawitan dan pertanyaan-pertanyaan spontan
yang ada pada bidang penciptaan karya. Kesemuanya akan dijelaskan di bawah ini.
Penulis berasal dari Dusun Ciburulung, Desa Sukatani, Kecamatan Tanjung
Medar, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, merupakan anak yang dilahirkan dari
keluarga pecinta kesenian tradisional, mendengarkan musik-musik tradisi, baik dari
siaran radio, kaset maupun menonton pertunjukan kesenian tradisi seperti Bangreng,
Kliningan, Wayang Golek dan lain-lain adalah hal yang biasa. Pada masa kecil jika
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
2
menonton pertunjukkan selalu memilih duduk di panggung menyatu dengan para
pangrawit terutama dekat pemain kendang, sehingga dengan leluasa dapat
memperhatikan permainannya. Kesukaan ini menyebabkan orang tua menjuluki
penulis dengan istilah gungclo (di mana ada bunyi gung atau bunyi gong, di situ clo
atau sudah berada). Sejak usia 6 tahun (kelas I SD Sukatani) penulis sudah mampu
memainkan kendang dan tergabung dalam kelompok gamelan anak-anak. Kelompok
kesenian ini biasa dipanggil untuk pentas pada acara Samenan (kenaikan kelas) di
sekolah-sekolah lain di sekitar Kecamatan Tanjung Kerta dan Tanjung Medar serta
acara-acara hajatan warga. Saat memainkan kendang pun masih dilahun (duduk di
pangkuan seseorang) karena tangan belum dapat menjangkau kendang bagian atas dan
bawah.
Kesukaan memainkan kendang ini juga tidak terlepas dari banyaknya permainan
bunyi-bunyian yang biasa dimainkan oleh anak-anak di kampung ini. Permainan
favorit yang dimainkan ialah melompat dari pohon ke sungai, bermain icikibung
(permainan yang dilakukan di air dengan cara memukulkan dan menyodokan telapak
tangan pada permukaan air, dengan teknik tertentu sehingga menghasilkan bunyi cik-
pak-cik-bung). Permainan ini menghasilkan bunyi yang nyaring sehingga dapat
terdengar sampai ke tengah kampung atau dapat terdengar hingga jarak 500 meter.
Permainan yang menghasilkan bunyian lainnya adalah bermain kentongan dan
tutunggulan (permainan yang mempergunakan alu dan lesung) permainan ini biasa
dilakukan pada saat ngabungbang (saat bulan purnama) dan syukuran hajat lembur
(syukuran kampung).
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
3
Pendidikan bagi masyarakat Dusun Ciburulung merupakan hal yang penting,
karena memberi nilai prestise tersendiri bagi keluarga jika ada anaknya yang mendapat
gelar setelah menyelesaikan pendidikan tinggi, namun belajar seni hingga perguruan
tinggi dianggap sebuah keanehan bagi masyarakat di kampung tersebut.
Secara realitas anggapan tersebut memang sangat beralasan karena di kalangan
masyarakat Sunda panggilan kepada seseorang yang berprofesi sebagai seniman
tradisi baik sebagai pemain musik (pangrawit) maupun penari hanya dibandrol dengan
sebutan tukang (contoh: tukang kendang, tukang rebab, tukang gong, tukang kacapi,
tukang nari dan yang lainnya). Padahal tukang, hampir sama derajatnya dengan kuli
kasar seperti: tukang tembok, tukang sapu (nyapu), tukang kayu, tukang macul, tukang
ngamen (pengamen), dan celakanya lagi istilah tukang di sini seakan-akan sudah
menjadi konvensi bahwa untuk menjadi tukang tidak harus melalui jenjang pendidikan
formal apalagi sampai harus kuliah tinggi-tinggi.
Namun demikian semangat atau spirit seni tersimpan dalam kehidupan
masyarakat pada kegiatan sehari-hari dan dilakukan dengan baik dan bersahaja.
Masyarakat Ciburulung melakukan ‘kegiatan berkesenian’ dengan bersahaja,
diwariskan secara turun-temurun pada generasi berikutnya dan dilakukan di rumah-
rumah yang sederhana.
Budaya Sunda terdapat berbagai fenomena kultural yang hidup dan berkembang
dalam tatanan kehidupan masyarakat. Misalnya; falsafah orang Sunda, sistem
kekerabatan, pembagian waktu dalam kosmologi Sunda, cara bercocok tanam,
pantrangan atau larangan, siklus kehidupan dan lain-lain. Falsafah Sunda mengatakan
”Lemah cai geusan ngajadi” artinya tanah kelahiran yang telah menjadikan diri hingga
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
4
saat ini dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Peristiwa masa lalu di
Ciburulung inilah yang kemudian memberikan motivasi dan inspirasi pada penulis
bahwa masih banyak konsepsi seni tersimpan dalam keseharian dapat di eksplorasi
untuk berkarya. Penjabaran di atas menunjukkan masih banyak terkandungnya
konsepsi seni di kampung yang memungkinkan untuk dibuat suatu model (pakem
alternatif) sebagai salah satu pertimbangan dipilihnya usaha kembali ke kampung
halaman untuk diimplementasikan dalam karya ini.
Karawitan sebagai seni tradisi hingga saat ini masih digemari masyarakat, namun
secara umum selalu dianggap kuno, namun pada perkembangan sekarang mulai
banyak grup musik yang menggunakan instrumen karawitan tradisi sebagai instrumen
musik di kelompoknya. Pada konteks keberadaannya di dalam masyarakat sekarang,
seni tradisi dihadapkan semacam paradoks. Di satu pihak, untuk bertahan hidup
membutuhkan daya tarik dan pesona, berupa inovasi-inovasi kreativitas yang
bersumber dari tradisi itu sendiri; di pihak lain, melakukan perubahan dan inovasi dari
tradisi sama artinya dengan menghapus tradisi itu sendiri, karena tradisi tidak
mentolelir transformasi.
Pengalaman penulis setelah hampir duapuluh satu tahun bergabung dengan
Krakatau sebagai pemain kendang, telah mengikuti beberapa festival seperti: Java
Jazz, Jak jazz, Asean Jazz, North Sea Jazz Fest (Belanda), Montreux (Swizterland),
Umbria Jazz Festival (Italy), Viena Jazz Festival (Viena) memberikan suatu
pemahaman baru bahwa pemahaman seni tradisi adalah kuno karena tidak bisa
berkembang namun bisa saja diposisikan bukan pada konteks pemikiran tradisional
dikarenakan mempunyai jarak dari teritorial asalnya. Hampir pada banyak festival Jazz
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
5
yang telah diikuti selalu mempunyai kecenderungan proses kombinasi baru antarseni
tradisi dengan seni tradisi yang lain dan juga seni modern (semisal pada Krakatau Band
yang menggabungkan instrumen gamelan, instrumen tradisi lainnya dan instrumen
musik modern). Festival-festival ini menumbuhkan pemahaman tentang
kecenderungan seni yang menghargai kembali heterogenitas, fragmentasi dan
pluralitas budaya, termasuk peluang-peluang bagi pengembang seni tradisi yang
sebelumnya bukan berada di dalam wacana modernisme. Musik berjenis ini tidak lagi
berada di ranah seni tradisi dan bukan juga di ranah seni modern namun telah
melunturkan sekat pembatasnya.
Minat dan antusias masyarakat luas pada penyelenggaraan festival maupun
workshop menunjukkan terbukanya pemikiran untuk menerima hal-hal kontradiktif
tradisi dan modern dengan tumbuhnya cara pemahaman baru sehingga membuka
berbagai bentuk tafsiran dan permainan bebas.
Gejala-gejala ini memunculkan keinginan untuk lebih melibatkan konsepsi-
konsepsi seni (bunyian) yang ada di desa secara intens dalam membuat karya, daripada
yang selama ini dilakukan berupa sekedar menampilkannya sebagai sebuah tematik
musik (progamma). Konsekwensinya diperlukan waktu yang khusus untuk
mempelajarinya. Keinginan ini memunculkan gagasan untuk membuat sistem yang
membebaskan instrumen tradisi dari pakem-pakem tradisi yang mengekangnya,
setelah itu baru berkarya di atasnya. Pertimbangannya dengan cara ini pembentukan
konsep akan terfokus, selain itu akan lebih memperoleh temuan-temuan baru yang
lebih mendasar ketimbang hanya menggunakan atau menggabungkan instrumen
tradisi dan modern seperti yang selama ini telah penulis lakukan.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
6
Gagasan ini sudah tentu memiliki resiko seperti menghilangnya pakem atau aturan
yang sudah ada menjadi bebas bahkan liar, oleh karena itu ingatan di masa lalu tentang
bunyi-bunyian (permainan atau peralatan yang menghasilkan bunyi) yang berada di
pedesaan, konsepsi kesenian-kesenian yang ada itu akan diteliti guna mereduksinya.
Gagasan ini juga sangat berkaitan dengan kebidangan penulis, yaitu perkusi tradisi
(mayor kendang) dalam karawitan Sunda. Hampir dalam kesenian tradisi Sunda yang
menggunakan musik karawitan didominasi oleh kendang (perkusi). Selain itu pada
hampir semua pertunjukan tradisi Sunda, seorang pemain kendang juga harus dapat
melakukan improvisasi seperti membuat bunyi mengikuti gerak penari ataupun
membuat bunyi yang merespon suatu perkataan dalam pertunjukan Wayang Golek
maupun sandiwara.
Maraknya digunakan instrumen tradisi pada beberapa grup musik, sudah menjadi
bagian kesenian masyarakat di Indonesia. Pada beberapa siaran televisi nasional ada
banyak acara yang menggunakan musik semacam itu. Bahkan di beberapa daerah pada
acara keseniannya sering dipertunjukan. Gejala ini memunculkan pertanyaan, apa
kiranya aspek yang masih bisa dikembangkan dari karawitan khususnya Sunda?
Penelusuran kemungkinan-kemungkinan aspek yang akan dikembangkan ini menjadi
bagian penelitian awal, termasuk menelusuri naskah-naskah penelitian yang berkait
dan karya-karya yang telah diciptakan penulis.
Persoalan lain yang menjadi berkait dengan penciptaan ini adalah konsep tradisi
dan modern yang berkembang. Mengembangkan terlebih mengubah sama dengan
meninggalkan tradisi. Para ahli kesenian tradisi banyak melakukan kegiatan
revitalisasi terhadap suatu cabang seni tradisi yang dianggap telah atau akan punah.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
7
Karya yang diciptakan pada Tugas Akhir ini bukan persoalan revitalisasi, tetapi
menciptakan suatu karya dengan menempatkan instrumen musik tradisi hanya sebagai
instrumen musik. Tradisi tidak lagi diposisikan sebagai kegiatan reproduksi atau
repetisi namun sebagai produksi. Tradisi sebagai repetisi mungkin hanya dipahami di
dalam masyarakat tradisional itu sendiri yang tidak mempunyai konsep tentang
perubahan, transformasi dan masa depan, dengan mengulang-ulang warisan-warisan
masa lalu.
Pemikiran dan gagasan di atas kemudian dijadikan dasar konsep penciptaan karya
Pakusarakan Kuring (asal kelahiran). Asal kelahiran yang dimaksud bukan bertujuan
untuk sebuah klangenan tetapi dapat diartikan sebagai upaya pengembangan spirit
kreativitas. Pakem tradisional, non pakem pada seni tradisi, diterimanya pemikiran
kontradiktif, dan beragam kombinasi seni (tradisi dan modern) menjadi suatu bentukan
dalam konsep Pakusarakan Kuring. Konsep Pakusarakan Kuring juga terinspirasi dari
petuah-petuah Sunda Kuno semisal: Satungtung neangan wetan kulon deui kulon deui,
satungtung neangan kulon wetan deui wetan deui 1(sejauh-jauh pergi ke timur akan
ketemu barat lagi barat lagi, sejauh-jauh pergi ke barat akan bertemu timur lagi timur
lagi).
B. Rumusan Masalah Penciptaan
Seni Karawitan Sunda memiliki ciri, pakem yang memiliki tradisi panjang. Namun
demikian aturan-aturan tersebut tidak selalu hanya berkutat pada revitalisasi karena
1 Ungkapan ini dituliskan pertama kali oleh R.H. Mustapa dalam buku Bab Adat-adat Urang Priangan Jeung
Urang Sunda Lian ti Eta yang pernah diterbitkan pada tahun 1913 oleh kantor Cetak Kanjeng Gupernemen Batavia.
Buku ini kemudian disadur dalam bahasa Indonesia oleh Maryati Sastrawijaya, Adat Istiadat Sunda, Penerbit
Alumni, Bandung tahun 2002.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
8
bukan pula semata-mata reproduksi. Dalam penelitian ini seni Karawitan Sunda
diposisikan sebagai produksi terutama dengan melakukan eksperimentasi pada elemen
pola ritmenya sebagai konsep dalam penciptaan karya baru.
C. Pertanyaan Penciptaan
1. Bagaimana menciptakan karya seni karawitan baru terlepas dari aturan tradisi
(pakem) dengan mempertimbangkan kebebasan waditra.
2. Apa yang perlu diperhatikan dalam eksperimentasi karya baru menggunakan
sumber ide dari pola ritme Karawitan Sunda.
3. Bagaimana mengembangkan kreativitas dengan mempertimbangkan perubahan
kontradiktif, intertekstualitas, dan hibriditas tanpa menekankan pada repetisi dan
reproduksi.
D. Tujuan dan Manfaat Penciptaan
1. Tujuan
a) Membuat suatu kreativitas dalam memainkan waditra (instrumen) dengan bebas
menyesuaikan dengan karakter waditra.
b) Membuat suatu kreativitas dalam seni karawitan terutama yang bersumber dari
kehidupan sosial budaya pedesaan dengan membuat kajian yang mendalam dari
beberapa sumber yang berkaitan.
c) Mengembangkan kreativitas penciptaan seni tradisi (khususnya Karawitan) yang
mempertimbangkan nilai-nilai kebaruan (novelty) dan menjadi media ekspresi
pembuatnya.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
9
2. Manfaat
a) Manfaat untuk pendidikan, pembuatan karya ini memiliki cara tersendiri dan khas
sehingga dapat dijadikan model acuan mengajar dalam bidang ilmu penciptaan
seni yang bersumber dari seni tradisi.
b) Manfaat untuk penggiat musik, penciptaan ini dapat menjadi perangsang dalam
membuat karya dengan memanfaatkan kekayaan musik tradisi dalam model dan
bentuk yang baru.
c) Manfaat untuk perkembangan musik, karya ini dapat memberi pola pandang baru
wacana musik Indonesia terhadap musik yang berasal dari pengembangan seni
tradisi sehingga kedudukan antara musik tradisi dan non tradisi menjadi sama.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA