disampaikan pada pelatihan dan lokakarya pengembangan soft skills di perguruan tinggi

69
Disampaikan pada PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI Surabaya, 3 Desember 2006 Dr. Ir. G. Suprayitno, MM

Upload: zuwena

Post on 24-Jan-2016

91 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Aktualisasi Lingkungan Kontekstual Perguruan Tinggi. Dr. Ir. G. Suprayitno, MM. Disampaikan pada PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI Surabaya, 3 Desember 2006. Agenda Presentasi. Latar Belakang Paradigma Nasional Peran Perguruan Tinggi - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Disampaikan pada PELATIHAN DAN LOKAKARYA

PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGISurabaya, 3 Desember 2006

Dr. Ir. G. Suprayitno, MM

Page 2: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Latar Belakang Paradigma Nasional Peran Perguruan Tinggi Kondisi Penyelenggaraan Perguruan Tinggi Saat Ini Pengaruh Lingkungan Strategis Peluang dan Kendala Aktualisasi Lingkungan Kontekstual Perguruan

Tinggi Kondisi Penyelenggaraan Perguruan Tinggi yang

Diharapkan Konsepsi Aktualisasi Lingkungan Kontekstual

Perguruan Tinggi Penutup

Page 3: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI
Page 4: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

ALUR PIKIR : AKTUALISASI LINGKUNGAN

KONTEKSTUAL PERGURUAN TINGGI

KONDISI GAR

PERGURUANTINGGI

SAAT INI

AKTUALISASILINGKUNGAN

KONTEKSTUALPERGURUAN

TINGGI

KONDISI GARPERGURUANTINGGI YANG DIHARAPKAN

TUJUANPENDIDIKANNASIONALTERCAPAI

PANCASILAUUD 1945

WASANTARATANNAS

PERATURAN PER-UU-AN

PARADIGMA NASIONAL:

GLOBAL, REGIONAL, NASIONAL

LINGKUNGAN STRATEGIS:

PELUANG dan KENDALA

Umpan balik

Page 5: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI
Page 6: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

POLA PIKIR : AKTUALISASI LINGKUNGAN

KONTEKSTUAL PERGURUAN TINGGI

KONDISIGAR

PERGURUANTINGGI

SAAT INI

GLOBAL, REGIONAL, NASIONAL

LINGKUNGAN STRATEGIS:

PELUANG dan KENDALA

PANCASILAUUD 1945

WASANTARATANNAS

PERATURAN PER-UU-AN

PARADIGMA NASIONAL:

KONSEPSI AKTUALISASI LINGKUNGAN KONTEKSTUAL PERGURUAN TINGGI KONDISI GAR

PERGURUANTINGGI YANG DIHARAPKAN

TUJUANPENDIDIKANNASIONALTERCAPAI

Umpan balik

OBYEKPEMERINTAH

MASYARAKATINDUSTRI

SARPRAS

METODAFASILITASI

REORIENTASISOSIALISASI

INISIASIREVITALISASI

REGULASI

SUBYEKSUPRA-STRUKTURINFRA-STRUKTURSUB-STRUKTUR

Page 7: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI
Page 8: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

LATAR BELAKANG (1)

Pergururan Tinggi merupakan tempat berlangsungnya Proses Belajar Mengajar dan Penyelenggaraan Fungsi dan Misi perguruan tinggi

Visi dan Misi Perguruan Tinggi adalah menghasilkan Pendidikan Fungsional, serta menghasilkan Pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks)

Untuk melaksanakan fungsi dan misi perguruan tinggi diperlukan kondisi yang mendukung, a.l : nyaman, tertib, bersih, serta etika kehidupan yang mengutamakan kebenaran dan kejujuran

Page 9: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

LATAR BELAKANG (2)

Iptek merupakan unsur kemajuan Peradaban Manusia yang sangat penting

Kemajuan iptek juga mendorong terjadinya globalisasi kehidupan manusia, karena manusia semakin mampu mengatasi dimensi jarak dan waktu dalam kehidupannya

Melalui kemajuan iptek, manusia dapat mendayagunakan kekayaan dan lingkungan alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa untuk menunjang kesejahteraan dan meningkatkan kualitas kehidupannya

Page 10: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI
Page 11: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

PARADIGMA NASIONAL (1)

Kedudukan Pancasila sebagai falsafah negara dalam UUD 1945, mengartikan bahwa keseluruhan sistem dan proses penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa harus didasarkan dan mengacu serta diarahkan pada perwujudan nilai-nilai yang terkandung didalamnya

Dengan kata lain, seluruh dan setiap unsur penyelenggara negara, aparatur pemerintahan negara, dan masyarakat bangsa Indonesia, secara individual maupun institusional harus menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dasar dalam berpikir, bersikap dan bertindak dalam kerangka kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

- PANCASILA SEBAGAI LANDASAN IDIIL -

Page 12: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Amanat pelaksanaan misi pendidikan oleh perguruan tinggi tertera pada UUD 1945 BAB XIII Pasal 31 (ayat 3) : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang

BAB XIII Pasal 31 (ayat 5) : Pemerintah memajukan iptek dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia

PARADIGMA NASIONAL (2)

- UUD 1945 SEBAGAI LANDASAN KONSTITUSIONAL -

Page 13: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Wawasan Nusantara (Wasantara) adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang bersumber pada Pancasila dan UUD 1945, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah Indonesia, serta tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita nasional

Landasan visional merupakan visi bangsa, yang mengutamakan kesatuan dan persatuan dalam segala dimensi kehidupan berbangsa, baik di bidang ekonomi, politik, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan

PARADIGMA NASIONAL (3)

- WASANTARA SEBAGAI LANDASAN VISIONAL -

Page 14: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Ketahanan Nasional (tannas) adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi ancaman, tantangan, hambatan & gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasional

Landasan konsepsional merupakan konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh, menyeluruh dan terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Wasantara

PARADIGMA NASIONAL (4)

- TANNAS SEBAGAI LANDASAN VISIONAL -

Page 15: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek, antara lain mengenai terbentuknya kemampuan iptek melalui sinergi antara industri, lembaga litbang, perguruan tinggi, dan lembaga penunjang; hasil litbang yang dibiayai oleh pemerintah harus dikelola dan dialihkan ke masyarakat; termanfaatnya sumber daya iptek yang meliputi SDM, HKI, standardisasi, informasi, serta sarana dan prasarana

Inpres No. 4 tahun 2003 tentang JAKSTRANAS IPTEK Dalam hal ini Kementerian Ristek mengkoordinasikan perumusan dan pelaksanaan Jakstranas Iptek

PARADIGMA NASIONAL (5)

- PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SEBAGAI LANDASAN OPERASIONAL -

Page 16: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Higher Education Long Term Strategy (HELTS) 2003-2010, dokumen pengganti Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (KPPTJP) 1996-2005 untuk mengikuti dan mengantisipasi perubahan yang cepat sejak reformasi digulirkan (1998)

HELTS merumuskan 3 kebijakan dasar pengembangan pendidikan tinggi, yaitu DAYA SAING BANGSA, OTONOMI dan DESENTRALISASI, dan KESEHATAN ORGANISASI

PARADIGMA NASIONAL (6)

- PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SEBAGAI LANDASAN OPERASIONAL -

Page 17: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI
Page 18: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

PERAN PERGURUAN TINGGI (1)

Perguruan tinggi berperan sebagai sarana bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia

Perguruan tinggi berperan sentral dalam peningkatan daya saing bangsa

Proses pembelajaran di kampus dapat menjadi wahana untuk mengubah pola pikir masyarakat dalam menuju terwujudnya masyarakat sipil yang demokratis

Perguruan tinggi berperan sebagai kekuatan moral yang mampu berfungsi sebagai penggerak dalam rangka mencapai tujuan di atas

Page 19: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

PERAN PERGURUAN TINGGI (2) Perguruan tinggi berperan untuk menghasil-

kan lulusan yang kreatif dan inovatif dengan keterampilan khusus yang dibutuhkan dalam berbagai sektor ekonomi, memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi, sehingga mampu untuk terus memperbaharui struktur ekonomi dan sosial yang relevan dengan perubahan dunia

Perguruan tinggi berperan dalam meningkat-kan jumlah dan mutu penelitian yang memungkinkan suatu negara untuk memilih, menyerap, dan menciptakan pengetahuan baru secara lebih cepat dan efisien dibanding yang ada sekarang

Page 20: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI
Page 21: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI SAAT INI

Program pendidikan tinggi di Indonesia diselenggarakan oleh berbagai perguruan tinggi (berbentuk Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau Universitas) baik oleh pemerintah (PTN) atau masyarakat (PTS)

Program pendidikan akademik menitik-beratkan pada penguasaan dan pengembangan pengetahuan pada suatu disiplin ilmu tertentu (ipteks), terdiri dari program sarjana, magister, dan doktor.

Program pendidikan akademik diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi, Institut, atau Universitas (Perguruan Tinggi)

(1)

Page 22: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI SAAT INI (2)

Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan tenaga terampil berbasis pengetahuan yang mampu memberi solusi terhadap masalah yang dihadapi, terutama dalam bidang keamanan, kesehatan, lingkungan, pertanian, industri, infrastruktur, pendidikan, dan sektor lainnya

Kontribusi Perguruan Tinggi merupakan solusi nyata dalam mengatasi hal tersebut

Perguruan Tinggi diberikan prioritas untuk dapat memenuhi kebutuhan tenaga terampil berbasis pengetahuan bagi pendidikan dasar dan pendidikan menengah

Page 23: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI SAAT INI (3)

Permasalahan yang kompleks dan terbatasnya sumber daya menjadikan perguruan tinggi berpredikat lembaga pemberi sertifikat/ijazah, dan kurang dapat berkontribusi pada isu-isu pembangunan yang nyata

Tertinggalnya pengembangan perguruan tinggi di Indonesia menyebabkan Indonesia terlempar dari dinamika ekonomi dunia, dan semakin tertinggal dari kompetisi dunia

Perguruan tinggi tidak dapat memenuhi jumlah dan mutu tenaga terampil berbasis pengetahuan yang dibutuhkan, karena pendanaan yang terbatas

Page 24: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI SAAT INI (4)

Pada umumnya governance dan sistem pengelolaan di PTN ataupun PTS mengikuti peraturan yang secara seragam berlaku untuk seluruh jajaran unit pelayanan pemerintah

Pendanaan penyelenggaraan perguruan tinggi melalui 3 sumber utama, yaitu pemerintah, masyarakat, dan sektor produktif, tetapi masih lebih mengandalkan APBN

Page 25: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI
Page 26: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

LINGKUNGAN STRATEGIS (1)

Perlu dipahami bahwa keberhasilan negara maju dalam bidang teknologi, adalah dengan menumbuh kembangkan kemampuan iptek

Dengan demikian negara maju mampu mensinergikan perkembangan kelembagaan dan sumber daya iptek yang dimilikinya dengan berbagai faktor lain secara bersistem

Indonesia belum siap menghadapi persaingan global yang bercirikan kompetisi dalam kualitas dan efisiensi, sehingga dapat menurunkan kepercayaan diri

PENGARUH GLOBAL

Page 27: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

LINGKUNGAN STRATEGIS (2)

Pengaruh globalisasi terhadap budaya bangsa berpotensi untuk melunturkan karakter dan jati diri bangsa, sehingga terjadi pengasingan nilai-nilai tradisi

Pengaruh globalisasi perlu disikapi dengan cermat agar tidak menciptakan ketergantungan pada pihak asing, baik untuk modal dan investasi, maupun SDM, ipteks dan tata nilai

Dalam sistem pasar terbuka kemampuan daya saing bangsa yang didukung oleh partisipasi perguruan tinggi akan sangat berarti untuk mengurangi pengaruh negatif dari sistem tsb

PENGARUH GLOBAL

Page 28: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

LINGKUNGAN STRATEGIS (3)

Peringkat daya saing perguruan tinggi di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara di dunia dan Asia.

Pertukaran mahasiswa masih sangat sedikit yang dapat memenuhi persyaratan yang diajukan oleh negara-negara Asian

PENGARUH REGIONAL

Page 29: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

LINGKUNGAN STRATEGIS (4)PENGARUH NASIONAL

Sampai saat ini dunia akademik masih banyak menghadapi tekanan kontrol dari birokrasi pemerintah, kekuatan sosial politik, dan kekuasaan ekonomik dari pemilik modal

Kekuatan sosial politik ingin menjadikan kampus sebagai salah satu basis kekuasaannya

Kekuatan ekonomik mulai melihat perguruan tinggi sebagai sumber pengetahuan yang bernilai tinggi yang dapat memperbesar pengaruhnya bila dapat dikuasai

Page 30: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

LINGKUNGAN STRATEGIS (5)PENGARUH NASIONAL

Pemerintah pusat melalui Ditjen Dikti menggeser perannya secara bertahap, yaitu sebagian besar kewenangan dan tanggung jawabnya diserahkan kepada institusi perguruan tinggi

Ditjen Dikti sebagai penentu kebijakan nasional, regulator ketentuan dasar pendirian PT dan penyelenggara pendidikan tinggi, serta fasilitator dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan perguruan tinggi

Page 31: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI
Page 32: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

PELUANG

Kondisi global memberikan peluang bagi Perguruan tinggi Indonesia dengan memfokuskan beberapa bidang pengembangan kunci, seperti pendidikan, kesehatan,ketahanan pangan, infrastruktur, lingkungan, teknologi informasi, kelautan, dan energi

Pengembangan program studi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja

Melalui perencanaan yang baik, dengan potensi dan kemampuan yang memadai perguruan tinggi dapat mengembangkan program studi yang lebih memusatkan pendidikan pada kebutuhan tenaga peneliti atau pengembangan ipteks

Page 33: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KENDALA (1)

Rendahnya investasi pengembangan sumber daya manusia dan pengetahuan di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain, terlihat dari indikator penelitian dan pengembangan, dan outcomes yang rendah

Masih rendahnya angka partisipasi mahasiswa dibandingkan dengan negara-negara di dunia

Peringkat daya saing perguruan tinggi di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara di dunia dan Asia

Page 34: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KENDALA (2)

Pengelolaan yang terpusat mengakibatkan tumbuhnya budaya birokrasi yang kuat, yaitu akuntabilitas pimpinan perguruan tinggi hanya pada pemerintah, sedangkan akuntabilitas pada stakeholders lainnya diabaikan

Perguruan tinggi hanya mendapatkan subsidi pendanaan dari pemerintah yang sangat kecil dan masih dibebani pajak, bea masuk, dan berbagai peraturan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang rumit

Alokasi APBN sektor pendidikan masih sangat rendah dibandingkan dengan negara maju dan negara tetangga

Page 35: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KENDALA (3) Daya tampung perguruan tinggi masih

terbatas, walaupun jumlahnya cukup besar (81 PTN dan 2235 PTS untuk S1 dan D3)

Kesempatan belajar di perguruan tinggi harus melalui persaingan ketat

Permasalahan dasar SDM perguruan tinggi mencakup kuantitas, kualitas, dan kinerja

Sebaran SDM terkonsentrasi pada wilayah tertentu, dan kurang efisien pemanfaatannya dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi

Sistem pengelolaan PNS yang sentralistik tidak sesuai dengan prinsip merit based yang seyogyanya berlaku untuk dosen

Page 36: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KENDALA (4)

Kinerja dan mutu SDM yang buruk menunjuk-kan pengelolaan yang tidak efektif dan tidak efisien

Adanya UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan langkah awal untuk memberikan dasar hukum yang lebih kuat dalam pengelolaan perguruan tinggi dalam bentuk Badan Hukum Pendidikan (BHP), walaupun untuk penerapannya masih memerlukan peraturan perundangan yang lain

Pola pengelolaan sentralistik menyebabkan proses penjaminan mutu lebih bersandar kepada inisiatif pemerintah pusat

Page 37: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI
Page 38: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Perguruan tinggi perlu beradaptasi dengan perubahan lingkungan kontekstualnya yang terjadi secara terus menerus

Kehidupan Perguruan tinggi senantiasa dikontrol oleh Kekuasaan yang dominan di masyarakat

Perguruan tinggi memiliki tradisi untuk melawan argumentasi dogmatik dengan pemikiran deduktif rasional yang bertumpu pada analisis kreatif dan kritik progresif

Perguruan tinggi diharapkan menjadi sumber pembaharuan yang berkelanjutan

AKTUALISASI LINGKUNGAN KONTEKSTUAL PERGURUAN TINGGI (1)

Page 39: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Perguruan tinggi perlu diberikan otonomi dari pengaruh kontrol eksternal yang mengekang untuk dapat menjalankan misinya sebagai penjaga kebebasan bernalar dan berekspresi

Perguruan tinggi perlu menyuarakan hati nurani masyarakat, tetapi sering kali hal itu tidak dapat terlaksana karena sudah tidak lagi independen atau karena selama ini perguruan tinggi berkembang sebagai menara gading yang terisolasi dari masyarakat luas

AKTUALISASI LINGKUNGAN KONTEKSTUAL PERGURUAN TINGGI (2)

Page 40: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Otonomi perguruan tinggi seyogyanya tidak diartikan dalam konteks finansial

Proses pencerdasan dan pendewasaan hanya dapat berlangsung di dalam lingkungan yang bebas dari dominasi logika penguasa birokratik, politik, atau ekonomik

Otonomi tidak boleh mengisolasi perguruan tinggi dari masyarakat (ivory tower syndrome)

Masyarakat luas perlu membantu perguruan tinggi agar perguruan tinggi dapat melepaskan diri dari kekangan kekuasaan eksternal yang ekslusif

AKTUALISASI LINGKUNGAN KONTEKSTUAL PERGURUAN TINGGI (3)

Page 41: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI
Page 42: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI YANG DIHARAPKAN (1)

Perguruan tinggi perlu berupaya untuk keluar dari jepitan dunia bisnis yang mencari laba secara kompetitif dengan sektor publik yang birokratik, tanpa menjadi terasing

Meskipun Perguruan tinggi tergantung pada dunia bisnis dan sektor publik, tetapi tetap perlu beroperasi secara independen

Perguruan tinggi perlu berorientasi pasar, tetapi tetap menjaga budaya akademiknya yang bernuansa utopia dan idealistik

Page 43: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Penyelenggara perguruan tinggi perlu bersemangat wirausaha dan menyadari nilai dari pemikiran dan karyanya

Penyelenggara perguruan tinggi adalah orang-orang profesional yang menjunjung tinggi etika akademik

Perguruan tinggi berkewajiban menerawang ke masa depan dan membantu masyarakat memanfaatkan peluang yang ada secara bertanggung jawab

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI YANG DIHARAPKAN (2)

Page 44: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Perguruan tinggi adalah suatu usaha nirlaba yang mau menginvestasikan sebagian kekayaannya di dalam usaha bisnis

Perguruan tinggi semakin tergantung pada dana publik, tetapi tidak boleh menjadi beban bagi masyarakat

Peningkatan jumlah peserta didik jangan dijadikan sebagai usaha meningkatkan pendapatan, tetapi perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan dukungan masyarakat pada perguruan tinggi

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI YANG DIHARAPKAN (3)

Page 45: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Perguruan tinggi perlu membangun dukungan masyarakat (termasuk finansial) melalui: Peningkatan kredibilitas dan citra perguruan tinggi Peningkatan penghargaan masyarakat terhadap

nilai ekonomik ilmu pengetahuan yang dikelola perguruan tinggi

Perluasan jejaring kerjasama profesional yang dibangun perguruan tinggi dengan melibatkan masyarakat

Pengembangan intelektualitas di kalangan warga perguruan tinggi yang tercermin dari munculnya berbagai gagasan pembaharuan yang dihargai masyarakat

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI YANG DIHARAPKAN (4)

Page 46: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI YANG DIHARAPKAN (5)

Dalam fungsinya sebagai penghasil ataupun pengembang pengetahuan, maka perguruan tinggi diharapkan dapat:

menghasilkan pengetahuan praktikal berdasarkan pesanan

bertumpu pada pengetahuan eksplisit yang tertanam dalam fasilitas fisik dan laboratoria (Modal Fisik)

beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip bisnis

Page 47: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI YANG DIHARAPKAN (6)

Dalam fungsinya sebagai Pencipta Masyarakat Berpengetahuan, maka perguruan tinggi diharapkan dapat:

menghasilkan pengetahuan hibrida yang kontekstual melalui penelitian mandiri dan kerjasama profesional

bertumpu pada modal intelektual, modal sosial, dan modal lunak (Modal Maya) yang tertanam dalam diri anggota perguruan tinggi

berkiprah dengan mengaktifkan komunitas praktisi dan komunitas pakar

Page 48: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Kemampuan menciptakan masyarakat berpengetahuan didasarkan pada asumsi bahwa :

Pelaku di perguruan tinggi adalah orang-orang yang cerdas, memiliki potensi intelektual tinggi dan terhormat

Perguruan tinggi memiliki potensi kolektif yang besar yang terbentuk dari penggabungan sinergistik dari potensi insani para anggotanya

Potensi kolektif perguruan tinggi dapat dimanfaatkan untuk membangun entitas ekonomi berbasis pengetahuan yang tangguh

Perguruan tinggi perlu mendapatkan dukungan politik yang kuat untuk bertumbuh kembang

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI YANG DIHARAPKAN (7)

Page 49: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Perguruan tinggi perlu dipandang sebagai “habitat” tempat bertumbuh kembang modal intelektual

Pengetahuan dan kearifan tertanam dalam diri para anggota perguruan tinggi

Modal intelektual merupakan perpaduan sinergistik dari pengetahuan anggota dan mitra perguruan tinggi, maka sekat-sekat pemisah yang terdapat di perguruan tinggi perlu dihilangkan atau dibuat lebih tembus

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI YANG DIHARAPKAN (8)

Page 50: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Perguruan tinggi dapat menjadi “habitat” yang subur bagi bertumbuhnya kembangnya ekologi pengetahuan yang dinamik, bila dikelola secara organik, fleksibel, dan mampu memelihara keseimbangan antara struktur dan spontanitas

Perguruan tinggi perlu menjadi wahana untuk pengetahuan hibrida dapat terus dihasilkan, diperkaya, diuji, ditingkatkan nilai utilitas sosio-ekonomiknya, dan dimanfaatkan

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI YANG DIHARAPKAN (9)

Page 51: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Perguruan tinggi perlu memberi basis sosial yang mantap bagi pengetahuan yang dikembangkannya dengan cara membangun jejaring kerjasama dengan para praktisi di masyarakat (investasi modal sosial)

Perguruan tinggi juga perlu menjaga rasionalitas dalam menumbuh-kembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan dengan mengukuhkan kredibilitas akademiknya dengan cara berpartisipasi secara pro-aktif di dalam komunitas pakar

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI YANG DIHARAPKAN (10)

Page 52: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Perguruan tinggi perlu melakukan investasi dalam modal moral untuk mengukuhkan kredibilitas akademik dan integritas moralnya dengan cara berusaha menegakkan dan menjaga nilai-nilai kebebasan secara konsisten

Perguruan tinggi perlu menjadi wahana tempat kegiatan menyelidik dan memberi makna (inquiry and sense making) dapat berlangsung dengan bebas, lancar dan berkesinambungan

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI YANG DIHARAPKAN (11)

Page 53: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Perguruan tinggi perlu menjadi wahana tempat dijalankannya kegiatan memberi struktur dan merancang (framing and design) kepada pengetahuan nirwujud yang terdapat di lingkungan yang “chaordic” dalam rangka mewujudkannya menjadi pengetahuan eksplisit yang praktikal dan bernilai tinggi

Lingkungan yang “chaordic” jangan dipandang sebagai lingkungan yang kacau, tetapi sebagai lingkungan yang belum jelas strukturnya

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI YANG DIHARAPKAN (12)

Page 54: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Orang-orang dapat menjaga kelangsungan hidupnya di dalam lingkungan yang “chaordic” dengan cara melakukan adaptasi yang terus menerus – Proses adaptasi pada dasarnya adalah proses belajar inovatif yang kontekstual

Perguruan tinggi perlu menghidupkan masyarakat pengetahuan dengan cara berbagi pengetahuan dan membangun jejaring kerjasama (sharing and networking) dan jangan terpaku pada usaha penguasaan pengetahuan tekstual saja

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI YANG DIHARAPKAN (13)

Page 55: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Para anggota perguruan tinggi perlu menyikapi penguasaan pengetahuan dengan mentalitas berlebih (abundant mentality)

Pimpinan perguruan tinggi perlu mengembangkan pengaruh dan kekuasaannya dari kepakaran, wawasan, serta integritasnya, bukan dari kedudukan dan otoritas formalnya

Transparansi menjadi prasyarat bagi kemajuan perguruan tinggi sebagai suatu masyarakat pengetahuan yang demokratik dan terbuka

KONDISI PENYELENGGARAAN PERGURUAN TINGGI YANG DIHARAPKAN (14)

Page 56: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI
Page 57: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KONSEPSI AKTUALISASI LINGKUNGAN KONTEKSTUAL

PERGURUAN TINGGI (1)

SUBYEK & OBYEK :

1. Supra-struktur : pembuat dan pengawas kebijakan (lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif)2. Infra-struktur : Partai politik, LSM, Tokoh Masyarakat, Masyarakat Perguruan Tinggi (pimpinan, dosen, staf

pendukung, mahasiswa), Masyarakat Umum (orang tua, sektor produktif, asosiasi profesi, alumni PT)

3. Sub-struktur : Media Massa, Regulasi

Page 58: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KONSEPSI AKTUALISASI LINGKUNGAN KONTEKSTUAL

PERGURUAN TINGGI (2)

METODA YANG DIGUNAKAN:

FASILITASI

SOSIALISASI

REORIENTASI

INISIASI

REVITALISASI

REGULASI

Page 59: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KONSEPSI AKTUALISASI LINGKUNGAN KONTEKSTUAL

PERGURUAN TINGGI (3)

PROGRAM MELIPUTI :

1. GOVERNANCE

2. PENDANAAN

3. SUMBER DAYA MANUSIA

4. PERATURAN PERUNDANGAN

5. PENJAMINAN MUTU

Page 60: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KONSEPSI AKTUALISASI LINGKUNGAN KONTEKSTUAL

PERGURUAN TINGGI (4)

PENJELASAN PROGRAM :

1. GOVERNANCE atau cara pengelolaan Perguruan Tinggi menjadi suatu organisasi yang sehat, dan mampu menyelenggarakan pendidikan tinggi yang bermutu, efisien, produktif, dan akuntabel, yaitu dengan mengembangkan sistem pendidikan tinggi yang bertumpu pada otonomi dan desentralisasi melalui reorientasi paradigma, fasilitasi dan sosialisasi suatu kebijakan Pemerintah

Page 61: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KONSEPSI AKTUALISASI LINGKUNGAN KONTEKSTUAL

PERGURUAN TINGGI (5)

PENJELASAN PROGRAM :2. PENDANAAN – Upaya meningkatkan alokasi dana

dari pemerintah, dan penyadaran pentingnya bantuan peningkatan Sumbangan Pembiayaan Pendidikan (SPP) kepada para orang tua, serta kontribusi dari sektor produktif untuk peningkatan daya saing bangsa agar mutu pendidikan tinggi nasional dapat ditingkatkan, dan menjamin perkembangannya seiiring dinamika global dilakukan melalui penggalangan Pendanaan dari ketiga pihak tersebut di atas dengan mengambil inisiatif, reorientasi, fasilitasi, dan sosialisasi dalam kebijakan pendanaan

Page 62: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KONSEPSI AKTUALISASI LINGKUNGAN KONTEKSTUAL

PERGURUAN TINGGI (6)

PENJELASAN PROGRAM :3. SUMBER DAYA MANUSIA – pengelolaan SDM

perlu mempertimbangkan berkembangnya kebebasan akademik yang tinggi, yaitu berdasarkan prestasi (merit based) pada setiap aspek, terintegrasi dengan sistem pengelolaan institusi, berbasis kompetensi dan kinerja yang memiliki sistem renumerasi, kesejahteraan, pengembangan kompetensi dan karier yang jelas, dan memuat alokasi beban kerja, serta pemberian insentif yang sesuai, wajar dan adil; peningkatan pengelolaan dilakukan melalui inisiatif, revitalisasi proses, dan regulasi oleh masyarakat Perguruan Tinggi

Page 63: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KONSEPSI AKTUALISASI LINGKUNGAN KONTEKSTUAL

PERGURUAN TINGGI (7)

PENJELASAN PROGRAM :

4. PERATURAN PERUNDANGAN – persiapan dan evaluasi penyediaan infrastruktur untuk pengelolaan Perguruan Tinggi yang berasaskan desentralisasi, antara lain pemberian perubahan status hukum pada PTN dan PTS yang memenuhi persyaratan kemandirian, dan berperan strategis dalam membangun pondasi dan meningkatkan daya saing bangsa, dilakukan melalui fasilitasi dan regulasi khusus dari pemerintah

Page 64: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

KONSEPSI AKTUALISASI LINGKUNGAN KONTEKSTUAL

PERGURUAN TINGGI (8)

PENJELASAN PROGRAM :5. PENJAMINAN MUTU – proses penjaminan mutu

merupakan inisiatif internal dalam rangka menghasilkan proses pembelajaran, pengembangan ipteks yang mampu menghasilkan lulusan yang mempunyai karakter dan jati diri bangsa, kreatif, inovatif, serta mampu menciptakan lapangan kerja dan komersialisasi teknologi. Pengembangan ipteks yang berorientasi pada kepentingan bangsa akan mampu mengembangakan industri nasional menjadi industri global yang handal; dan dapat dilakukan melalui inisiatif, revitalisasi proses, dan penerapan regulasi oleh seluruh pihak terkait

Page 65: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI
Page 66: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Untuk melaksanakan kondisi penyelenggaraan pendidikan tinggi yang diharapkan, maka perguruan tinggi harus mampu mengelola dirinya sesuai dengan paradigma baru pengelolaan pendidikan tinggi, dengan spesifikasi yang berlainan (dalam hal sejarah, budaya, visi, misi, pengorganisasian, model kepemimpinan, sumber daya, serta jenis dan jumlah peserta didik), dan dapat menentukan sendiri tingkat dan cara pencapaian HELTS dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan tingkat kesiapan, kemampuan, serta situasi dan kondisinya

PENUTUP (1)

Page 67: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Semuai itu diperlukan untuk mewujudkan VISI 2010 PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA, yaitu pada tahun 2010 dapat diwujudkan sistem pendidikan tinggi, termasuk perguruan tinggi yang sehat, dengan ciri berkualitas, memberi akses dan berkeadilan, serta otonomi

Perguruan tinggi harus berorientasi pada pemenuhan kebutuhan peserta didik agar mampu mengembangkan kapabilitas intelektual yang bertanggung jawab, dan mampu berkontribusi pada daya saing bangsa

PENUTUP (2)

Page 68: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI

Kegiatan penelitian di Perguruan tinggi harus mampu berfungsi sebagai inkubator yang membantu pengembangan sistem ekonomi berbasis ilmu pengetahuan yang adaptif dan berkelanjutan, pengintegrasian teknologi termaju untuk memaksimalkan akses dan penerapan ilmu pengetahuan terkini

Sistem pendidikan yang digunakan harus mampu berkontribusi pada pengembangan masyarakat yang demokratis, beradab, terbuka, dan memenuhi kriteria akuntabilitas publik

Perlu diupayakan penjaminan mutu yang merupakan inisiatif internal dalam suatu organisasi yang sehat berasas otonomi

PENUTUP (3)

Page 69: Disampaikan pada  PELATIHAN DAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI