peningkatan soft skills siswa melalui pembelajaran

92
PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN GENERATIF DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PROPOSAL SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Bidang Pendidikan Matematika Disusun oleh Nama : Rahayu Cahyani NIM : 1684202138 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG 2020

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI

PEMBELAJARAN GENERATIF

DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Bidang

Pendidikan Matematika

Disusun oleh

Nama : Rahayu Cahyani

NIM : 1684202138

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2020

Page 2: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

LEMBAR PERSETUJUAN

SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Rahayu Cahyani

Nomor Pokok Mahasiswa : 1684202138

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN GENERATIF DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Skripsi untuk mengikuti Seminar Proposal Skripsi.

Tangerang, 27 April 2020

Tim Pembimbing:

Tanda Tangan

Pembimbing I,

Kus Andini Purbaningrum, M.Pd ……………………

NBM. 121 1188

Pembimbing II,

Yenni, M.Pd ……………………

NBM. 103 7271

Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika Dr. Hairul Saleh, M.Si NBM. 113 9236

Page 3: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rahayu Cahyani

Nomor Induk Mahasiswa : 1684202138

Program Studi : Pendidikan Matematika

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas : Universitas Muhammadiyah Tangerang

Dengan ini menyatakan bahwa judul Proposal “Peningkatan Soft Skills

Siswa melalui Pembelajaran Generatif dengan Pendekatan Kontekstual” beserta

seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri dan bukan merupakan hasil

jiplakan atau plagiat dari karya orang lain karena hal tersebut melanggar etika

yang berlaku dalam kaidah keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ternyata

terdapat pelanggaran etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari

pihak lain terhadap keaslian karya ini.

Tangerang, 27 April 2020

Rahayu Cahyani NIM.1684202138

Page 4: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah, dan inayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar proposal

skripsi yang berjudul “Peningkatan Soft Skill Siswa melalui Pembelajaran

Generatif dengan Pendekatan Kontekstual”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal skripsi ini tidak

terselesaikan tanpa dukungan, bimbingan, motivasi, kritik, saran dan bantuan yang

telah diberikan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Ahmad Amarullah, M.Pd, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Tangerang.

2. Bapak Dr. Enawar, S.Pd., MM., MOS, selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang.

3. Bapak Dr. Hairul Saleh, M.Si, selaku Kepala Program Studi Pendidikan

Matematika.

4. Ibu Kus Andini Purbaningrum, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang

telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk mengajarkan dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tugas ini, terima kasih untuk

semua ilmu, kebaikan, dan nasehat yang diberikan.

5. Ibu Yenni, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II dan Sekertaris Program

Studi Pendidikan Matematika yang telah meluangkan waktu, tenaga,

pikiran untuk mengajarkan dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan tugas ini, terima kasih untuk semua ilmu, kebaikan, dan

nasehat yang diberikan.

6. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP

Universitas Muhammadiyah Tangerang yang telah memberikan ilmu-

ilmunya kepada penulis.

Page 5: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

7. Bapak H. Moh. Ibrahim Lakoni, S.Pd., M.M, selaku Kepala Sekolah

SMPN 1 Jambe yang sudah memberi izin peneliti untuk melakukan

penelitian di sekolah SMPN 1 Jambe.

8. Ibu Juhaeriyah, S.Pd, selaku Guru Matematika kelas VIII di SMPN 1

Jambe.

9. Bapak Suhendra dan Ibu Dedeh Komariah, selaku Kedua Orang Tua

Penulis yang sudah melahirkan, membesarkan, dan mendidik dengan

penuh kasih sayang hingga penulis mampu menyelesaikan tugas ini. Atas

segala hal yang kalian berikan bahkan tak mampu kusebutkan satu persatu,

sehingga hanya mampu ucapkan rasa bersyukur kepada Allah SWT yang

telah memberikan kesempatan untuk terlahir sebagai anak yang beruntung

dikeluarga ini.

10. Keluarga besar yang sudah mendukung penulis dalam menyelesaikan

tugas akhir ini.

11. Sahabat-sahabat penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima

kasih atas do’a, dukungan, persahabatan dan persaudaraan yang kita rajut

selama ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan yang

telah diberikan dan semoga penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan. Aamiin.

Tangerang, 27 April 2020

Rahayu Cahyani

NIM. 1684202138

Page 6: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

i

DAFTAR ISI BAB I .................................................................. Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 7

C. Pembatasan masalah .................................................................................. 7

D. Rumusan masalah...................................................................................... 8

E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8

BAB II ............................................................................................................... 10

KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN .............................. 10

PENGAJUAN HIPOTESIS ............................................................................... 10

A. Deskripsi Teori ........................................................................................ 10

1. Soft Skills ............................................................................................ 10

a. Pengertian soft skills ………………………………………………… 10

b. Jenis- jenis soft skill matematis ……………………………………… 11

2. Pembelajaran Generatif ........................................................................ 21

a. Pengertian Pembelajaran Generatif ………………………………...... 21

b. Tahapan Model Pembelajaran Generatif …………………………….. 23

c. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran generatif …………… 24

3. Pendekatan Kontekstual ....................................................................... 25

a. Pengertian Pendekatan Kontekstual …………………………………. 25

b. Komponen Pendekatan Kontekstual ………………………………… 26

c. Langkah-langkah pendekatan kontekstual …………………………... 28

Page 7: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

ii

d. Kelebihan dan kekurangan pendekatan kontekstual ………………… 30

e. Peran guru dalam pendekatan kontekstual …………………………... 31

f. Langkah-langkah pembelajaran generatif dengan pendekatan

kontekstual …………………………………………………………... 32

B. Penelitian Relevan ................................................................................... 32

C. Kerangka berpikir.................................................................................... 35

D. Hipotesis ................................................................................................. 37

1. Hipotesis Penelitian Pretes .................................................................. 37

2. Hipotesis Penelitian Postes .................................................................. 37

3. Hipotesis Analisis Gain ........................................................................ 38

BAB III.............................................................................................................. 39

METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 39

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 39

B. Metode Penelitian.................................................................................... 39

C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 41

E. Instrumen Penelitian ................................................................................ 43

F. Hipotesis statistika .................................................................................. 54

G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67

Page 8: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rencana Penelitian …………………………………………. 39

Tabel 3.2 Desain Penelitian …………………………………………… 40

Tabel 3.3 Jumlah Siswa …………..…………………………………… 41

Tabel 3.4 Kisi-kisi lembar observasi soft skill siswa ………………….. 44

Tabel 3.5 Pedoman pemberian skor sikap …………………………….. 45

Tabel 3.6 Predikat penilaian sikap …………………………………….. 45

Tabel 3.7 Kisi-kisi angket soft skill siswa …………………………….. 46

Tabel 3.8 Pedoman penskoran pernyataan positif

angket soft skill siswa ……………………………………….. 47

Tabel 3.9 Pedoman penskoran pernyataan negatif …………………….. 47

Tabel 3.10 Predikat angket soft skill siswa ……………………………… 47

Tabel 3.11 Interprestasi validitas nilai rxy ………………………………. 48

Tabel 3.12 Interprestasi derajat reabilitas ………………………………. 49

Page 9: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……………………….. 69

Lampiran 2 Perangkat Angket …………………………………………………... 74

Lampiran 3 Lembar Observasi ………………………………………………….. 81

Page 10: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan segala usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan oleh dirinya sendiri dan masyarakat (UU No.20 Tahun 2003). Peran

pendidikan dalam upaya pembentukan generasi di masa mendatang menuntut guru

sebagai bagian dari elemen pendidikan untuk proaktif dalam meningkatkan mutu

pembelajaran di kelas, sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan

keterampilan yang mengarah pada tujuan pendidikan. Pendidikan juga merupakan

suatu investasi dalam pengembangan sumber daya manusia, dimana peningkatan

kecakapan dan kemampuan dapat diyakini sebagai faktor pendukung upaya

manusia dalam kehidupannya.

Proses pendidikan dilakukan dalam proses pengajaran untuk mengajarkan

dua keterampilan yaitu Hard Skill dan Soft Skill. Hard skill merupakan

penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang

berhubungan dengan bidang ilmunya. Hard skill matematis siswa diturunkan dari

kompetensi inti dan kompetensi dasar matematika pada tingkat kelas yang

bersangkutan. Sedangkan untuk soft skill matematis siswa adalah keterampilan

seseorang ketika berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan

keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu

Page 11: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

2

mengembangkan unjuk kerja secara maksimal atau kecakapan yang dimiliki

seseorang untuk berani menghadapi masalah hidup dan kehidupan dengan wajar

tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta

menemukan solusi sehingga mampu untuk mengatasinya. Ramdhani (2009)

mengemukakan bahwa soft skill juga sering disebut keterampilan lunak adalah

keterampilan yang digunakan dalam berhubungan dan bekerja sama dengan orang

lain.

Berdasarkan hasil penelitian dari Harvard University, Amerika Serikat,

bahwa dunia pendidikan di Indonesia menurut penelitian tersebut, kesuksesan

seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis

(hard skill) saja, akan tetapi diperlukan juga keterampilan mengelola diri dan

orang lain (soft skill) (Moma, 2015, h. 248). Selanjutnya, hasil penelitian

psikologi sosial menunjukkan bahwa orang yang sukses di dunia ditentukan oleh

peranan ilmu sebesar 18%. Sisanya 82% ditentukan oleh keterampilan emosional,

soft skill dan sejenisnya (Elfindri, dkk, 2010). Dengan mempunyai soft skill dapat

membuat keberadaan seseorang semakin terasa di tengah masyarakat. Jika

seseorang tidak memiliki soft skill yang baik, maka hard skill dapat

membahayakan diri sendiri dengan orang lain. Sebaliknya, jika seseorang dapat

memiliki soft skill dengan baik, maka ilmu serta keterampilan yang dimilikinya

akan mendatangkan sebuah kesejahteraan pada dirinya sendiri ataupun lingkungan

sekitar.

Sumarmo (2015) mengemukakan beberapa jenis soft skills matematis antara

lain: disposisi matematis, kemandirian belajar (self-regulator learning), self-

Page 12: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

3

efficacy, self-esteem, self-concept, self-confidence, habits of mind, pendidikan

nilai, budaya, dan karakter serta pandangan siswa terhadap pembelajaran

matematika. Tidak hanya aspek kognitif saja yang harus diperhatikan oleh guru

akan tetapi aspek afektif pun tidak kalah pentingnya untuk ditingkatkan, Haryati

(2010) menyatakan individu memiliki soft skill yang tinggi cenderung belajar

lebih aktif dan mampu mengatur waktu belajar secara efisien. Jika soft skill

merupakan hal yang penting untuk ditingkatkan agar mendukung keberhasilan

belajar siswa maka guru harus dapat menyeimbangkan antara kognitif dan

afektifnya.

Berdasarkan kondisi yang ada di lapangan selama ini yang lebih dominan

adalah kemampuan hard skill dibandingkan dengan kemampuan yang sifatnya soft

skill hal ini dikarenakan sebagian besar guru yang ada disekolah ketika melakukan

proses pembelajaran di kelas masih menerapkan pembelajaran yang cenderung

konvensional, akan tetapi guru pernah menerapkan metode diskusi namun tidak

berjalan efektif. Guru cenderung terfokus pada hard skill karena mengingat waktu

yang terbatas. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi

ulangan harian, ujian tengah semester maupun ujian akhir sekolah. Sehingga soft

skill yang dimiliki siswa masih kurang.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 6

Januari 2020 di SMPN 1 Jambe dengan salah satu guru pengampu mata pelajaran

matematika di kelas VIII,dalam proses pembelajaran guru hanya mengembangkan

aspek kognitif (hard skill), sedangkan aspek afektif dan psikomotorik (soft skill)

kurang mendapatkan perhatian dari guru. Diluar aspek kognitif terdapat juga

Page 13: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

4

aspek yang harus diperhatikan salah satunya soft skill, karena peran soft skill bagi

siswa dapat mempersiapkan di lingkungan masyarakat. Salah satu guru

matematika menjelaskan bahwa selama ini yang menjadi prioritas utama untuk

dinilai lebih fokus ke aspek kognitif seperti ulangan harian, ulangan semester dan

ujian yang sifatnya lebih ke ranah kognitif, sedangkan untuk aspek afektif dan

psikomotorik (soft skill) seperti kecakapan berpikir rasional, kecakapan diri,

kemampuan berkomunikasi dan kemampuan bekerja sama tidak terlalu

diperhatikan, hal ini pun dikarenakan terbatasnya oleh waktu yang terbatas.

Alhasil siswa pun selama ini hanya memprioritaskan hasil belajarnya saja (hard

skill).

Observasi yang telah dilakukan oleh peneliti ditemukan beberapa

permasalahan yang ada, yaitu 1) siswa masih kesulitan memahami materi yang

diajarkan. Siswa tidak bisa mengerjakan permasalahan dalam matematika

sehingga tidak dapat menyelesaikannya. 2) siswa mudah menyerah ketika

mengerjakan soal yang diberikan, 3) kurangnya partisipasi aktif dari siswa

terutama ketika guru meminta siswa untuk menyampaikan pendapatnya, siswa

lebih memilih untuk diam. 4) siswa kurang bisa bekerja sama dalam tim, banyak

siswa yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab sehingga saling mengandalkan

temannya saja. 5) guru cenderung terfokus pada hard skill karena mengingat

waktu yang terbatas sehingga soft skill siswa masih kurang. Melihat soft skill

siswa masih rendah, guru harus memahami karakter siswa dan mencari metode

seperti apa yang bisa memotivasi siswa sehingga siswa merasa senang belajar

matematika dan terlibat langsung di dalam proses pembelajaran di dalam kelas.

Page 14: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

5

Berdasarkan permasalahan yang ada di atas maka, untuk meningkatkan soft

skill siswa dalam pembelajaran matematika perlu adanya suatu model

pembelajaran untuk mengatasi permasalahan yang adasiswa perlu mendapatkan

suatu pembelajaran yang aktif agar siswa mendapat kesempatan untuk

mengungkapkan ide atau gagasannya. Salah satunya menggunakan model

pembelajaran generatif dengan pendekatan kontekstual. Dengan menggunakan

pembelajaran ini dapat memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif dalam

mengemukakan pendapatnya dan kreatif dalam memecahkan masalah. Selain itu,

siswa pun diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan temannya dan juga

memiliki rasa tanggung jawab dalam kelompoknya. Pembelajaran generatif

merupakan terjemahan dari generative learning. Menurut Osborno dan Wittrock

yang dikutip oleh Holil (2008) bahwa pembelajaran generatif merupakan suatu

model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif

pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan

diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan maupun gejala

yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang

dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka

panjang. Pembelajaran generatif ini dapat meningkatkan soft skill karena siswa

juga diberi kebebasan untuk mengungkapkan ide atau gagasan dan alasan

terhadap permasalahan yang diberikan sehingga akan lebih memahami

pengetahuan yang dibentuknya sendiri dan proses pembelajaran yang dilakukan

akan lebih optimal. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran generatif

akan memberikan tantangan kepada siswa untuk memecahkan suatu permasalahan

Page 15: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

6

matematika dan mendorong siswa untuk lebih kreatif, termotivasi belajar, percaya

diri (self-efficacy), dan dapat mendorong tumbuhnya soft skills, dan juga menuntut

guru dalam proses pembelajaran matematika sebaiknya dengan menggunakan

masalah-masalah non rutin dan bersifat terbuka dalam penyelesaian masalah

dalam pembelajaran matematika.

Selain melalui model pembelajaran generatif yang dapat meningkatkan soft

skill, strategi tersebut dapat juga di kolaborasikan dengan menggunakan

pendekatan kontekstual sehingga siswa dapat mengungkapkan ide atau gagasan

dengan cara yang sesuai dengan kehidupan nyata sisw., hal ini diharapkan agar

siswa memperoleh hasil yang lebih maksimal. Pendekatan kontekstual merupakan

pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga dan masyarakat, artinya siswa dituntut untuk dapat

menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan

nyata. Pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen-

komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya,

menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran

generatif dengan pendekatan kontekstual akan memberikan tantangan kepada

siswa untuk memecahkan suatu permasalah matematika dan mendorong siswa

untuk lebih kreatif, termotivasi dalam belajar, percaya diri. Sedemikian sehingga

dapat meningkatkan soft skill siswa. Selain itu juga menuntut guru dalam proses

Page 16: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

7

pembelajaran matematika sebaiknya dengan menggunakan masalah-masalah yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan bersifat terbuka dalam penyelesaian

masalah dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud

melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Soft Skill Siswa melalui

Pembelajaran Generatif dengan Pendekatan kontekstual” .

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah yang telah ditemukan oleh peneliti di sekolah, maka

dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Siswa masih kesulitan memahami yang diajarkan.

2. Siswa kurang mampu untuk bekerjasama dalam tim.

3. Siswa mudah menyerah ketika mengerjakan soal yang diberikan.

4. Kurangnya partisipasi aktif dari siswa

5. Guru cenderung terfokus pada hard skill karena mengingat waktu yang

terbatas.

C. Pembatasan masalah

Agar dalam penelitian ini tidak melebar, maka diperlukan suatu fokus

penelitian dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan sesuai dengan apa

yang dikehendaki peneliti. Adapun fokus penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini hanya fokus pada aspek soft skill matematis.

2. Materi dalam penelitian ini hanya dibatasi pada materi pola bilangan.

Page 17: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

8

D. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat peningkatan soft skill siswa

yang diberi model pembelajaran generatif dengan pendekatan kontekstual, dan

siswa yang diberi metode konvensional?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui “Apakah terdapat peningkatan soft skill antara siswa yang diberi

model pembelajaran generatif dengan pendekatan kontekstual, dan siswa yang

diberi metode konvensional?”

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. Dapat digunakan sebagai sarana yang dapat membantu siswa dalam

memahami materi, khususnya bagi siswa yang menjadi subjek uji

coba, mereka dapat mengembangkan soft skill masing-masing dalam

pembelajaran matematika setelah diterapkannya model pembelajaran

generatif.

b. Memotivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

matematika.

c. Menumbukan sikap tenggang rasa, kerjasama antar kelompok dan

menghargai pendapat orang lain.

2. Bagi Guru dan Sekolah

Page 18: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

9

a. Dapat dijadikan alternatif pilihan model pembelajaran untuk

memperbaiki kualitas pembelajaran matematika dalam rangka

peningkatkan soft skill siswa.

b. Memberikan pengalaman dan wawasan dalam mengelola kegiatan

pembelajaran matematika dengan model pembelajaran deneratif

dalam rangka peningkatan soft skill siswa.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan masukan sekaligus pengetahuan untuk

mengetahui gambaran kuantitatif seberapa besarnya soft skill siswa

setelah diterapkannya model pembelajaran generatif dengan pendekatan

kontekstual dalam pembelajaran matematika.

Page 19: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

10

BAB II

KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Soft Skills

a. Pengertian soft skills

Ramdhani (2009) mengemukakan bahwa soft skill juga sering disebut

keterampilan lunak adalah keterampilan yang digunakan dalam berhubungan

dan bekerja sama dengan orang lain. Alfindri, dkk (2009) mengemukan

bahwa soft skills merupakan keterampilan seseorang dalam hubungan dengan

orang lain (interpersonal skills), dan keterampilan dalam mengatur dirinya

sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan produktivitas

kerja secara maksimal (Moma, 2015, h. 249).

Soft skill didefinisikan sebagai keterampilan, kemampuan, dan sifat-sifat

yang berhubungan dengan kepribadian, sikap perilaku daripada pengetahuan

formal atau teknis (Mahasneh & Thabet, 2015). Soft skill adalah karakteristik

yang mempengaruhi hubungan pribadi dan profesional seorang individu dan

bekerja yang berkaitan dengan prospek karir (Vyas & Chauhan, 2013). Dalam

perspektif sosiologi soft skill disebut sebagai Emotional Intelligence Quotient

(Rahayu, 2013) dalam penelitian (Fani dan Rasto, 2016, h. 160).

Kesimpulan dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa

soft skills merupakan perilaku personal dan interpersonal yang

Page 20: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

11

mengembangkan dan memaksimalkan kinerja humanis. Selain itu, soft skills

sering juga disebut sebagai kecakapan yang digunakan dalam berhubungan

dan bekerjasama dengan orang lain.

b. Jenis- jenis soft skill matematis

Sumarmo(2015) mengemukakan beberapa jenis soft skills matematis

antara lain: disposisi matematis, kemandirian belajar (self-regulator

learning), self-efficacy, self-esteem, self-concept, self-confidence, habits of

mind, pendidikan nilai, budaya, dan karakter serta pandangan siswa terhadap

pembelajaran matematika. Tidak hanya aspek kognitif saja yang harus

diperhatikan oleh guru akan tetapi aspek afektif pun tidak kalah pentingnya

untuk ditingkatkan.

1) Disposisi matematis

Sumarmo, dkk, (2018, h. 129) disposisi matematis merupakan

bagian dari soft skilldan kompetensi dasar sikap sosial matematika yang

perlu mendapat perhatian guru dalam melaksanakan pembelajarannya.

Dalam pembelajaran matematika yang berkelanjutan, perilaku positif

akan membentuk suatu kebiasaan berpikir dan berperilaku positif

terhadap matematika yang dinamakan disposisi matematis (mathematical

disposition) yaitu: keinginan, kesadaran, kecenderungan, dan dedukasi

yang kuat untuk berpikir dan melaksanakan kegiatan matematik dengan

cara yang positif. (Polking dalam Sumarmo,2002, 2010, Hendriana dan

Sumarmo, 2014).

Page 21: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

12

Selanjutnya Polking (Sumarmo, 2002, 2010, Hendriana dan

Sumarmo, 2014) dan NCTM (2002) merinci indikator disposisi

matematis sebagai berikut: (a) rasa percaya diri dalam menggunakan

matematika, memecahkan masalah, memberi alasan dan

mengkomunikasikan idea matematis; (b) bersifat lentur dalam

menyelidiki idea matematis dan berusaha mencari metode alternatif

dalam memecahkan masalah matematis; (c) cenderung memonitor,

merefleksi penampilan dan penalaran mereka sendiri; (d) menunjukkan

minat, rasa ingin tahu, dan daya temu dalam melakukan tugas matematis;

(e) tekun mengerjakan tugas; (f) menilai aplikasi matematika ke dalam

situasi lain dalam matematika dan dalam pengalaman sehari-hari; (g)

memberikan apresiasi peran matematika dalam kultur dan nilai, dan

sebagai alat, dan sebagai bahasa.

2) Kemandirian belajar (self-regulated learning)

Sumarmo, dkk, (2018, h. 227) Schunk dan Zimmerman (1998)

mendefinisikan kemandirian belajar sebagai proses belajar yang terjadi

karena pengaruh dan pemikiran, perasaan, strategi, dan perilaku diri

sendiri yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Menurut Schunk dan

Zimmerman (1998) terdapat tiga fase utama dalam siklus kemandirian

belajar yaitu: merancang belajar, memantau kemajuan belajar selama

menerapkan rancangan, dan mengevaluasi hasil belajar secara lengkap.

Schunk dan Zimmerman (1998), merinci kegiatan yang berlangsung pada

tiap fase SRL sebagai berikut: (a) merancang belajar; (b) memantau

Page 22: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

13

kegiatan belajar; (c) mengevaluasi, merefleksi. Kemudian Zimmerman

mengemukakan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kemandirian

belajar, yaitu: a) faktor pribadi; b) faktor perilaku; c) faktor lingkungan.

Butler (2002) mengemukakan bahwa kemandirian belajar merupakan

siklus kegiatan kognitif yang rekursif (berulang-ulang) yang memuat

kegiatan: menganalisis tugas, memilih, mengadopsi, atau menemukan

pendekatan strategi untuk mencapai tujuan tugas, dan memantau hasil

dari strategi yang telah dilaksanakan.

Djamarah (2002) mengemukakan beberapa indikator kemandirian

belajar sebagai berikut:

(a) kesadaran akan tujuan belajar yang membuat belajar menjadi

lebih terarah, terkonsentrasi, dan dapat bertahan dalam waktu

yang lama.

(b) kesadaran akan tanggung jawab.

(c) Kekontinuan belajar atau belajar bersinambungan, yang akan

membentuk kebiasaan belajar secara teratur.

(d) Keaktifan belajar, melalui belajar secara aktif melalui membaca,

dari berbagai sumber, menghubungkan pengetahuan baru

dengan pengetahuan sebelumnya, aktif dan kreatif dalam kerja

kelompok, dan aktif bertanya ketika ada hal-hal yang belum

jelas.

(e) Efesiensi belajar, yang melukiskan pengaturan waktu belajar

sesuai dengan kedalaman dan keluasan bahan ajar.

Page 23: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

14

3) Self-efficacy

Sumarmo, dkk, (2018, h. 211-213) beberapa pakar mendefinisikan

istilah kemampuan diri (self-efficacy) agak beragam, namun memiliki

kesamaan ciri utama yaitu pandangan seseorang terhadap kemampuan

dirinya. Beberapa definisi kemampuan diri yaitu: a) kemampuan diri

merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam

mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil

yang ditetapkan (Bandura, 1997); b) kemampuan diri adalah pandangan

terhadap pertimbangan seseorang bahwa sesuatu itu baik atau buruk,

tepat atau salah, mampu atau tidak mampu untuk dikerjakan sesuai

dengan yang dipersyaratkan (Alwilsol, 2010); c) kemampuan diri adalah

keparcayaan seseorang terhadap kemampuannya dalam

mengkoordinasikan keterampilan dan kemampuan untuk mencapai

tujuan yang diinginkan dalam domain dan keadaan tertentu (Maddux,

200); d) Candfields & Watkins, (Miliyawati, 2010) mengemukakan

bahwa kesuksesan individu antara lain dapat ditentukan oleh pandangan

dirinya terhadap kemampuannya. Pandangan tersebut berulang,

berkelanjutan, sulit diubah dan membudaya pada diri individu. Satu jenis

pandangan terhadap kemampuan dirinya yang dapat mempengaruhi

kesuksesan individu adalah kemampuan diri. Istilah self-efficacy

melukiskan perilaku yang disertai dengan kedisiplinan dan upaya

melakukan tindakan yang lebih bijak dan cerdas.

Page 24: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

15

Selanjutnya Bandura (1997), mengemukakan bahwa proses psikologi

kemampuan diri memuat empat jenis proses psikologi yaitu: a) proses

kognitif yaitu pola pikir yang mendorong atau menghambat perilaku

kognitifnya; b) proses motivasional yaitu perilaku yang bertujuan

mengevaluasi penampilan pribadinya; c) proses afektif yaitu perilaku

yang mengendalikan proses berpikir dalam mengatasi ancaman; d) proses

seleksi yaitu proses yang kognitif, motivasional dan afektif yang

membantu pembentukan kemampuan diri sendiri. Demikian pula, Banura

(1997) menjelaskan bahwa kemampuan diri dapat ditumbuhkan melalui

empat sumber informasi utama, yaitu: a) pengalaman keberhasilan dan

kegagalan diri sendiri; b) pengalaman keberhasilan dan kegagalan orang

lain; c) persuasi verbal; d) kondisi fisiologis.

Indikator kemampuan diri (self-efficacy) meliputi perilaku, yaitu: (a)

mampu mengatasi masalah; (b) yakin akan keberhasilan dirinya; (c)

berani menghadapi tantangan; (d) berani mengambil resiko atas

keputusan yang diambilnya; (e) menyadari kekuatan dan kelemahan

dirinya; f) mampu berinteraksi dengan orang lain; (g) tangguh atau tidak

mudah menyerah.

4) Self-esteem

Sumarmo, dkk, (2018, h. 221-222) salah satu komponen afektif yang

perlu diperhatikan dalam pembelajaran matematika adalah rasa

penghargaan diri (self-esteem). Pada dasarnya tiap individu memiliki

keinginan dihargai. Rasa penghargaan diri adalah keseluruhan penilaian

Page 25: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

16

psotif dan negatif seseorang dalam menghargai diri sendiri baik

menghargai kelebihan maupun kekurangan yang dimilikinya (Rosenberg,

dalam Pujiastuti, 2014). Terdapat dua bentuk kebutuhan rasa

penghargaan yaitu: (a) kebutuhan untuk mendapat pengakuan dari

dirinya sendiri; (b) kebutuhan mendapatkan pengakuan dari orang lain.

Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka akan menimbulkan rasa

ketidakpercayaan diri, ketidakberanian, lemah, rendah diri hingga

menimbulkan rasa putus asa. Putus asa adalah suatu kondisi yang erat

hubungannya dengan rasa penghargaan diri dan harga diri yang tinggi

serta berfungsi sebagai penyangga untuk memberikan perlindungan tetap

timbulnya keputus asaan.

Dibawah ini indikator rasa penghargaan diri dalam bermatematika

diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut:

(a) Penilaian terhadap kemampuan dirinya dalam bermatematika

(1) Menunjukkan rasa percaya diri terhadap kemampuannya

dalam bermatematika.

(2) Menunjukkan keyakinan bahwa dirinya mampu

memecahkan masalah matematika.

(b) Penilaian terhadap keberhasilan dirinya dalam bermatematika

(1) Menyadari adanya kekuatan dan kelemahan diri dalam

matematika.

(2) Menunjukkan rasa bangga ketika berhasil dalam pelajaran

matematika.

Page 26: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

17

(c) Menunjukkan rasa percaya diri bahwa dirinya bermanfaat untuk

teman dan keluarganya dalam bermatematika.

(d) Penilaian terhadap kebaikan dirinya dalam bermatematika

(1) Menunjukkan sikap yang positif dalam belajar matematika.

(2) Menunjukkan kesungguhan dalam memecahkan masalah

matematik.

(3) Menunjukkan kemauan dalam dalam belajar matematika

karena keinginannya sendiri bukan dipengaruhi orang lain.

5) Self-concept

Hurlock (1996, Pamungkas, 2012, Siregar, Sumarmo, dkk, 2018, h.

186-187) yang mendefinisikan konsep diri sebagai seseorang terhadap

dirinya meliputi fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi

yang telah dicapainya. Segi fisik meliputi pikiran, perasaan, penyesuaian,

keberanian, kejujuran, kemandirian, kepercayaan serta aspirasi.

Berdasarkan beragam pengertian konsep diri, Sumarmo (2016)

merangkum beberapa indikator konsep diri sebagai berikut: (a)

kesungguhan, ketertarikan, berminat: menunjukkan kemauan,

keberanian, kegigihan, keseriusan, ketertarikan dalam belajar dan

melakukan kegiatan matematika; (b) mampu mengenali kekuatan dan

kelemahan diri sendiri dalam matematika; (c) percaya diri akan

kemampuan diri dan berhasil dalam melaksankan tugas matematikanya;

(d) bekerja sama dan toleran kepada orang lain; (e) menghargai pendapat

orang lain dan diri sendiri, dapat memaafkan kesalahan orang lain dan

Page 27: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

18

sendiri; (f) berperilaku sosial: menunjukkan kemampuan berkomunikasi

dan tahu menempatkan diri; (g) memahami manfaat belajar matematika,

kesuksesan terhadap belajar matematika.

6) Self-confidence

Lauster (Fasikhah, 1994, Sumarmo, dkk, 2018, h. 197-199)

mengemukakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau

perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang

bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat

merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya, dan bertanggung

jawab atas tindakannya, menerima dan menghargai orang lain, memiliki

dorongan untuk berprestasi serta mengenal kelebihan dan kekurangan

dirinya. Percaya terhadap kemuampuan diri ini akan mempengaruhi

tingkat prestasi atau kinerja yang bersangkutan.

Pengertian kepercayaan diri juga dikemukakan Bandura (1997) yang

mengatakan kepercayaan diri adalah rasa percaya terhadap kemampuan

diri dalam menyatukan dan menggerakkan motivasi dan semua sumber

daya yang dibutuhkan, dan memunculkannya dalam tindakan yang sesuai

dengan apa yang harus diselesaikan sesuai tuntutan tugas.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan, Sumarmo (2018)

merangkumkan indikator utama rasa percaya diri sebagai berikut:

percaya kepada kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil

keputusan, memiliki konsep diri yang positif, dan berani mengungkapkan

pendapat.

Page 28: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

19

7) Habits of mind

Sumarmo, dkk, (2018, h. 145-148) kebiasan berpikir (habits of mind)

matematis diseingkat dengan HoM adalah disposisi matematis esensial

yang perlu dimiliki dan dikembangkan khususnya pada siswa yang

mempelajari kemampuan matematis tingkat tinggi (High Order

Mathematical Thinking disingkat dengan HOMT). Rasional yang

mendukung pernyataan diatas di antaranya adalah dalam menyelesaikan

tugas-tugas HOMT, selain siswa menguasai konten matematika yang

bersangkutan, ia juga perlu memiliki kebiasaan berpikir matematis yang

tangguh, ulet, dan bersedia berinteraksi dengan orang lain.

Puccio dan Murdock (Costa, Ed., 2011) mengemukakan komponen

afekti yang termuat dalam berpikir kreatif antara lain: merasakan adanya

masalah dan peluang, toleran terhadap ketidakpastian, memahami

lingkungan dan kekreatifan orang lain, bersifat terbuka, berani

mengambil resiko, membangun rasa percaya diri, mengontrol emosi, dan

mengantisipasi sesuatu yang tidak diketahui. Selain komponen afektif

diatas, dalam upaya merespon dan mencari solusi masalah yang

kompleks juga diperlukan diposisi yang kuat dan berperilaku cerdas.

Costa (Costa, Ed, 2011) menamakan disposisi yang kuat dan perilaku

cerdas dengan istilah kebiasaan berpikir (habits of mind).

Millman dan Jacobbe (2008) mengidentifikasikan beberapa indikator

yang dikaitkan dengan kegiatan bermatematika (doing math) sebagai

berikut: mengeksplorisasi ide-ide matematis, merefleksi kebenaran

Page 29: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

20

jawaban masalah matematis, mengidentifikasi masalah yang dapat

diterapkan untuk menyelesaikan masalah matematis dalam skala lebih

luas, bertanya kepada diri sendiri tentang aktivitas matematika yang telah

dilakukan, memformulasikan pertanyaan matematis, dan mengkontruksi

contoh matematis.

8) Pendidikan nilai, budaya, dan karakter

Beberapa alasan pentingnya pegembangan pendidikan budaya dan

karakter bangsa dalam pembelajaran adalah (Ghozi, 2010 dalam

Sumarmo, dkk, 2018, h. 249-250): (a) karakter sebagai perekat kultural

yang memuat nilai-nilai: kerja keras, kejujuran, disiplin, etika, estetika,

komitmen, rasa kebangsaan dan lain-lain; (b) pendidikan karakter

merupakan proses berkelanjutan; (c) pendidikan karakter sebagai

landasan legal formal untuk tujuan pendidikan dalam ketiga ranah; (d)

proses pembelajaran sebagai wahana pengembangan karakter dan

IPTEKS; (e) melibatkan beragam aspek pengembangan peserta didik; (f)

sekolah sebagai lingkungan pembudayaan peserta didik.

Pada dasarnya nilai dan karakter serta soft skill matematis lainnya

tidak dapat diajarkan tetapi dikembangkan secara aktif dan berkelanjutan

(Ghozi, 2010, Sauri, 2010) melalui empat cara, yaitu: (a) memberi

pemahaman yang benar tentang pendidikan nilai dan karakter dan soft

skill matematis yang bersangkutan: (b) pembiasaan dilaksanakannya nilai

dan karakter dan soft skill matematis yang bersangkutan; (c) contoh atau

teladan terhadap nilai dan karakter dan soft skill matematis yang

Page 30: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

21

ditunjukkan guru; (d) pembelajaran matematika secara integral, tidak

parsial atau terpisah-pisah.

Muatan pendidikan nilai, dan karakter (Ghozi, 2010, Pusat

Kurikulum) tujuan pendidikan nasional, dan tujuan pembelajaran

matematika dalam ranah afektif menjadi rujukan dalam menyusun

indikator pendidikan nilai dan karakter dalam pembelajaran matematika.

beberapa indikator tersebut meliputi: religius, jujur, toleransi, disiplin dan

kerja keras, kreatif dan mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat

kebangsaan dan cinta tanah air, menghargai prestasi,

sahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,

peduli sosial dan tanggung jawab.

c. Meningkatkan soft skills dalam pembelajaran

Dari pemaparan yang sudah dijelaskan di atas terkait jenis-jenis soft

skill menurut Sumarmo (2015), maka peneliti menyimpulkan bahwa

untuk meningkatkan soft skills siswa dalam pembelajaran matematika

dapat dilakukan dengan mengacu pada indikator soft skills yang akan

dikembangkan dalam penelitian ini, meliputi: (a) berfikir logis,

(b)Keaktifan belajar, (c) kerjasama tim, (d) rasa percayaan diri, (e)

berani mengambil resiko, (f) toleransi, (g) etika-moral, (h) kemampuan

manajemen/ mengatur (organization skill).

2. Pembelajaran Generatif

a. Pengertian Pembelajaran Generatif

Page 31: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

22

Mason (2006) mengungkapkan model pembelajaran generatif atau

generative learning adalah prosesaktif dari pengkonstruksian hubungan

antara pengetahuan baru dengan yang lama. Inti sari dari pembelajaran

generatif adalah suatu komponen pasif dari informasi (Aknam, dkk, 2017, h.

1286).

Moma. (2015, h. 250) mengungkapkan model pembelajaran generatif

merupakan suatu model pembelajaran berbasis kontruktivisme yang lebih

menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan

menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Model

pembelajaran generatif menuntut siswa untuk aktif, dan bebas mengkontruksi

pengetahuannya. Selain itu, siswa juga diberi kebebasan untuk

mengungkapkan ide atau gagasan dan alasan terhadap permasalahan yang

diberikan sehingga akan lebih memahami pengetahuan yang dibentuknya

sendiri dan proses pembelajaran yang dilakukan akan lebih optimal.

Osborne & Wittrock (1985) mengemukakan bahwa penerapan model

pembelajaran generatif merupakan suatu cara yang baik untuk mengetahui

pola berpikir siswa serta bagaimana siswa memahami dan memecahkan

masalah dengan baik agar dalam pembelajaran, misalnya bagaimana

menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan

sebagainya (Moma, 2015, h. 250).

Jadi beberapa pendapat para ahli yang telah diuraikan, maka

kesimpulannya yaitu pembelajaran generatif adalah salah satu model

pembelajaran yang berlandaskan pada pandangan konstruktivisme, dengan

Page 32: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

23

asumsi dasar bahwa pengetahuan seorang siswa dibangun dalam pikirannya,

seperti membangun ide tentang suatu fenomena, dan juga dapat membangun

sebuah strategi.

b. Tahapan Model Pembelajaran Generatif

Model pembelajaran generatif dalam pelaksanaannya dibagi menjadi

lima tahap, yaitu: (Shoimin, 2014, h. 78).

1) Tahap orientasi

Siswa diberi kesempatan untuk membangun kesan mengenai konsep

yang sedang dipelajari dengan pengalaman sehari-hari. Tujuannya agar

siswa dapat termotivasi dalam mempelajari konsep tersebut.

2) Tahap pengungkapan ide

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan ide

mereka mengenai konsep yang dipelajari. Pada tahap ini siswa akan

mulai menyadari bahwa ada pendapat yang berbeda mengenai konsep

tersebut.

3) Tahap tantangan dan restrukturisasi

Dalam tahap ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik,

berdebat, menghargai pendapat teman dan menghargai adanya perbedaan

diantara pendapat teman. Pada saat diskusi guru berperan sebagai

moderator dan fasilitator agar jalannya diskusi dapat terarah. Sehingga

diharapkan melalui diskusi terjadi proses tukar pengalaman diantara

siswa.

4) Tahap penerapan

Page 33: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

24

Pada tahap ini kegiatan di mana siswa diberi kesempatan untuk

menguji ide alternatif yang mereka bangun untuk menyelesaikan

persoalan yang bervariasi. Siswa diharapkan mampu mengevaluasi

keunggulan konsep baru yang dia kembangkan. Melalui tahap ini guru

meminta siswa menyelesaikan persoalan, baik yang sederhana maupun

yang kompleks.

5) Tahap melihat kembali

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi

kelemahan dari konsepnya yang lama. Siswa juga diharapkan dapat

mengingat kembali apa saja yang mereka pelajari selama pembelajaran.

c. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran generatif

Sebuah model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan.

Harum, dkk (2016) mengemukakan bahwa model pembelajaran generatif

(generative learning) memiliki kelebihan antara lain:

1) Menciptakan suasana belajar yang aktif.

2) Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang

telah didapat sebelumnya.

3) Melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah

dipelajari.

4) Siswa mampu menemukan fenomena/ gejala-gejala, lalu dapat

memecahkan masalah yang ada.

5) Memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam mengeluarkan ide dan

pendapat.

Page 34: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

25

6) Siswa lebih terarah mandiri dan mampu bekerja sendiri.

Kelemahan model pembelajaran generatif (generative learning), (Shoimin,

2014, h. 789) yaitu:

1) Siswa yang pasif merasa diteror untuk mengontruksi konsep.

2) Suasana kelas tidak terkontrol karena adanya perbedaan pendapat

antara satu siswa dengan siswa yang lain, sehingga suasana kelas

menjadi ribut.

3) Membutuhkan waktu yang lama.

3. Pendekatan Kontekstual

a. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Contexstual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu proses

pembelajaran berupa learner-centered and learning in context. Pendekatan

CTL dalam pembelajaran merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka (Muslich, 2009,

Sari, dkk, 2017. h. 22).

Elaine mendefinisikan pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem

yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna.

Lebih lanjut, Elaine mengatakan bahwa pendekatan kontekstual adalah suatu

sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna

dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan

sehari-hari peserta didik (Putra, 2017, h. 75).

Page 35: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

26

Contexstual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses

pembelajaran yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami

makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi

tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari (konteks pribadi, sosial, daan

kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan yang secara fleksibel dapat

diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya (Shoimin, 2014,

h. 41).

Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa

pendekatan kontekstual (Contextual teaching and learning) adalah konsep

pembelajaran yang menekankan keterlibatan seluruh peserta didik untuk

memahami isi materi yang diberikan guru dengan mengaitkan materi

pembelajaran dalam konteks kehidupan nyata yang dialami peserta didik

dapat dengan mudah memahami isi materi yang diberikan guru, kemudian

akan terwujudnya berbagai macam pemikiran dan pemahaman siswa untuk

meningkatkan soft skill siswa.

b. Komponen Pendekatan Kontekstual

CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas atau

seringkali di sebut dengan komponen. Komponen ini melandasi pelaksanaan

proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL (Sanjaya, 2006,

h. 264-268). Ke tujuh komponen berikut, yaitu:

1) Kontruktivisme

Proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur

kognitif siswa berdasarkan pengalaman.

Page 36: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

27

2) Inkuiri

Proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan

melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah

sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses

menemukan sendiri.

3) Bertanya

Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan

informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat

menemukan sendiri, karena itu peran bertanya sangat penting, sebab

melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan

mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajari.

4) Masyarakat belajar

Membentuk kelompok belajar yang heterogen untuk hasil belajar

lebih efektif di peroleh dari kerja sama. Hasil belajar dapat diperoleh dari

hasil sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok. Bagi yang

sudah tahu dapat meberi tahu kepada yang belum tahu, yang memiliki

pengalaman membagi pengalamannya pada orang lain.

5) Pemodelan

Proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh

yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

6) Refleksi

Page 37: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

28

Proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang

dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau

peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.

7) Penilaian nyata

Proses pembelajaran yang konvensional yang sering dilakukan guru

pada saat ini, biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek

intelektual, sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada

penggunaan tes.

c. Langkah-langkah pendekatan kontekstual

Untuk mencapai kompetensi yang akan dicapai dengan menggunakan

kontekstual maka melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah

ini (Shoimin, 2014, h. 43-44).

1) Kegiatan Awal

(a) Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

mengikuti proses pembelajaran.

(b) Apersepsi sebagai penggalian pengetahuan awal siswa terhadap

materi yang akan dipelajari.

(c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok

materi yang akan dipelajari.

(d) Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar.

2) Kegiatan Inti

Page 38: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

29

(a) Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan permasalahan

yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk memandu proses

penyelesaian permasalahan.

(b) Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian

dan alasan atas jawaban permasalahan yang diajukan guru.

(c) Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja yang

diajukan guru. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi,

dan memfasilitasi kerja sama.

(d) Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok

dan kelompok yang lain menanggapi hasil kerja kelompok yang

mendapat tugas.

(e) Dengan mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab,

guru dan siswa membahas cara penyelesaian masalah yang

tepat.

(f) Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa

tentang hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum

dipahami dengan baik, kesan dan pesan selama mengikuti

pembelajaran.

3) Kegiatan Akhir

(a) Guru dan siswa membuat kesimpulan dari permasalahan yang

dibahas.

(b) Siswa mengerjakan lembar tugas.

Page 39: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

30

(c) Siswa menukarkan lembar tugas satu dengan yang lain,

kemudian guru bersama siswa membahas penyelesaian lembar

tugas sekaligus memberi nilai pada lembar tugas sesuai

kesepakatan yang telah diambil.

d. Kelebihan dan kekurangan pendekatan kontekstual

Adapun di dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini

memiliki beberapa kelebihan serta kekurangan. Menurut Anisa (2009) dalam

penelitian Sari, dkk (2017, h. 24-25) ada beberapa kelebihan dalam

pendekatan kontekstual, yaitu:

1) Pembelajaran lebih bermakna, artinya siswa melakukan sendiri

kegiatan yang berhubungan dengan materi yang ada sehingga dapat

memahaminya sendiri,

2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan

konsep kepada siswa karena pembelajaran kontekstual menuntut

siswa menemukan sendiri bukan menghafalkan,

3) Menumbuhkan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat

tentang materi yang dipelajari,

4) Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang materi yang dipelajari dengan

bertanya pada guru,

5) Menumbuhkan kemampuan dalam bekerjasama dengan teman yang

lain untuk memecahkan masalah yang ada,

6) Siswa dapat membuat kesimpulan sendiri dari kegiatan

pembelajaran.

Page 40: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

31

Menurut Dzaki (2009) dalam penelitian Sari, dkk (2017, h. 24-25) ada

beberapa kekurangan dalam pendekatan kontekstual, yaitu:

1) Bagi siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran, tidak

mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sama dengan teman

yang lainnya karena siswa tidak mengalaminya sendiri,

2) Perasaan khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya

karakteristik siswa karena harus menyesuaikan dengan

kelompoknya,

3) Banyaknya siswa yang tidak senang apabila disuruh bekerjasama

dengan yang lainnya, karena siswa yang tekun harus bekerja

melebihi siswa yang lain dalam kelompoknya.

e. Peran guru dalam pendekatan kontekstual

Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami

tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya

mengajar terhadap gaya belajar siswa (Sanjaya, 2006, h. 262). Dalam kelas

kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru

lebih banyak berurusan dengan strategi daripada informasi. Tugas guru

mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan

sesuatu yang baru bagi siswa. Sesuatu yang baru datang dari siswa

menemukan sendiri bukan dari apa kata guru (Shoimin, 2014, h. 42).

Jadi, pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) adalah

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dan situasi dunia nyata siswa serta mendoron siswa membuat

Page 41: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

32

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari.

f. Langkah-langkah pembelajaran generatif dengan pendekatan kontekstual

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran generatif dengan

pendekatan kontekstual seperti di bawah ini:

1) Masalah harus kontekstual dan berkaitan dengan materi dalam

kurikulum,

2) Masalah hendaknya tak terstruktur, solusi tidak tunggal, dan

prosesnya bertahap,

3) Siswa memecahkan masalah dan guru sebagai fasilitator,

4) Siswa diberi kebebasan untuk mengungapkan ide atau gagasan

dengan kehidupan nyata.

5) Siswa hanya diberi panduan untuk mengenali masalah, dan tidak

diberi formula untuk memecahkan masalah,

6) Penilaian berbasis performa autentik.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh La Moma (2015) dari Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Ambon, dengan judul “Peningkatan Soft

Skills Siswa SMP Melalui Pembelajaran Generatif”. Tujuan penelitian untuk

mengetahui seberapa besar kontribusi penerapan model tersebut terhadap

peningkatan kemampuan soft skills pada level sekolah (tinggi, sedang, dan

rendah). Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Jenis

penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretes

Page 42: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

33

postes. Pada penelitian kuasi eksperimen ini subjek tidak dikelompokkan secara

acak, tetapi berdasarkan keadaan subjek seadanya (Ruseffendi, 2005:52). Hasil

yang diperoleh dari penelitian ini adalah hasil analisis data ditemukan bahwa (1)

ada perbedaan pencapaian, peningkatan soft skills siswa antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol; (2) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan level

sekolah terhadap peningkatan soft skills.

Penelitian yang dilakukan oleh Cut Luthfia Harum, Tarmizi, dan Abdul

Hamid dari Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Syiah Kuala, dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Generatif

Berbantu Simulasi Physics Education Technology (PHET) untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : 1) Hasil belajar

siswa; 2) Aktivitas guru dan siswa; 3) Keterampilan guru dalam mengelola

pembelajaran; dan 4) Respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran

generatif berbantu simulasi PhET dalam proses pembelajaran. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dalam bentuk

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Data penelitian ini bersumber dari siswa kelas

XI-MIA 3 SMAN 12 Banda Aceh tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 29

siswa, 9 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Instrumen pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, lembar soal tes

berupa pre-test diawal dan post-test diakhir pembelajaran, serta lembar angket

tanggapan siswa yang ketiganya dianalisis menggunakan uji persentase. Hasil

analisis data menunjukkan bahwa 1) Adanya peningkatan aktivitas guru dan siswa

selama proses pembelajaran pada setiap siklus; 2) Terjadi peningkatan

Page 43: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

34

keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran pada setiap siklusnya dari

kategori sedang menjadi sangat baik; 3) Persentase ketuntasan klasikal secara

keseluruhan juga meningkat yaitu 62%, 72%, dan 93%; dan 4) Tanggapan siswa

cenderung positif dimana 86% siswa menyatakan senang terhadap pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran generatif berbantu simulasi PhET ini.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran generatif berbantu simulasi PhET pada materi

Elastisitas dan Hukum Hooke dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI-

MIA 3 di SMAN 12 Banda Aceh baik dari segi ketuntasan individual maupun

ketuntasan klasikal.

Penelitian yang dilakukan oleh Intan Purnama Sari, Yenni, dan Aji Raditya

dari Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Tangerang, dengan judul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa SMP”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan

kemampuan penalaran matematis siswa antara yang mendapat pendekatan

pembelajaran CTL dan yang mendapat pembelajaran konvensional, untuk

mengetahui peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mendapat

pendekatan pembelajaran CTL dan yang mendapatkan pembelajaran

konvensional. Metode penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen

dengan desain penelitian nonequivalent control group design. Hasil penelitian

menunjukan : (1) terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematis siswa

antara yang mendapat pendekatan pembelajaran CTL dan yang mendapat

Page 44: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

35

pembelajaran konvensional, (2) peningkatan kemampuan penalaran matematis

siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran CTL lebih baik dari yang

mendapatkan pembelajaran konvensional.

C. Kerangka berpikir

Soft skill adalah keterampilan seseorang ketika berhubungan dengan orang

lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri

(intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal

atau kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi masalah hidup

dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan

kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu untuk mengatasinya.

Ramdhani (2009) mengemukakan bahwa soft skill juga sering disebut

keterampilan lunak adalah keterampilan yang digunakan dalam berhubungan dan

bekerja sama dengan orang lain.

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati 8 jenis soft skills menurut Sumarmo

matematis antara lain: (1) disposisi matematis, (2) kemandirian belajar (self-

regulator learning), (3) self-efficacy, (4)self-esteem, (5) self-concept, (6) self-

confidence, (7) habits of mind, (8) pendidikan nilai, budaya, dan karakter serta

pandangan siswa terhadap pembelajaran matematika, maka peneliti

menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan soft skills siswa dalam pembelajaran

matematika dapat dilakukan dengan mengacu pada indikator soft skills yang akan

dikembangkan dalam penelitian ini, meliputi: (1) Pemecahan masalah, (2) Kritis

dan Kreativitas, (3) Kerjasama tim, (4)Kepercayaan diri.

Page 45: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

36

Pembelajaran generatif adalah salah satu model pembelajaran yang

berlandaskan pada pandangan konstruktivisme, dengan asumsi dasar bahwa

pengetahuan seorang siswa dibangun dalam pikirannya, seperti membangun ide

tentang suatu fenomena, dan juga dapat membangun sebuah strategi. Model

pembelajaran generatif ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengungkapkan pikiran, pendapat, dan pemahamanannya terhadap suatu kkonsep

selain itu juga dapat melatih siswa untuk menghargai pendapat dari orang lain.

Tahapan-tahapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) tahap orientasi,

(2) tahap pengungkapan ide, (3) tahap tantangan, (4) tahap penerapan, dan (5)

tahap melihat kembali.

Pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning merupakan

suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam

kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga

dan masyarakat. Dengan menggunakan pendekatan ini, hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi siswa sendiri. Selain itu, proses pembelajaran

yang berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa yang bekerja dan

memahami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Langkah-langkah

yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa, (2) mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan, (3)

membimbing siswa, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan

(5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasilnya.

Page 46: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

37

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran generatif

(X1), dan pendekatan kontekstual (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah soft

skill matematis siswa (Y). Dengan diterapkannya melalui model pembelajaran

generatif dengan pendekatan kontekstual ini diharapkan akan terdapat

peningkatan pada soft skill yang dimiliki oleh siswa.

Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui: “Apakah terdapat

peningkatan soft skill siswa yang diberi model pembelajaran generatif dengan

pendekatan kontekstual, dan siswa yang diberi metode konvensional?”

peningkatan soft skill siswa setelah pembelajaran dapat dilihat dari skor akhir.

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka, hipotesis yang dapat diajukan dalam

penelitian ini antara lain:

1. Hipotesis Penelitian Pretes

퐻 : Tidak terdapat perbedaan soft skill siswa antara kelas kontrol dan

kelas eksperimen.

퐻 : Terdapat perbedaan soft skill siswa antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen.

2. Hipotesis Penelitian Postes

퐻 : Tidak terdapat perbedaan soft skill siswa yang diberi model

pembelajaran generatif dengan pendekatan kontekstual, dan siswa

yang diberi metode konvensional.

Page 47: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

38

퐻 : Terdapat perbedaan soft skill siswa yang diberi model pembelajaran

generatif dengan pendekatan kontekstual, dan siswa yang diberi

metode konvensional.

3. Hipotesis Analisis Gain

퐻 : Tidak terdapat peningkatan soft skill siswa yang diberi model

pembelajaran generatif dengan pendekatan kontekstual, dan siswa

yang diberi metode konvensional.

퐻 : Terdapat peningkatan soft skill siswa yang diberi model

pembelajaran generatif dengan pendekatan kontekstual, dan siswa

yang diberi metode konvensional.

Page 48: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Jambe, yang berlokasi di

Jl. Sandu Rancabuaya kec. Jambe, Kabupaten Tangerang Kode Pos

15720. Dengan rata-rata jumlah siswa perkelas sebanyak 34 siswa.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan selama penelitian mulai dari penyusunan

rencana (proposal) sampai dengan penyusunan laporan skripsi. Adapun

perincian waktu penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 RencanaPenelitian

No Kegiatan Waktu 1 Pengajuan judul Mei 2019 2 Bimbingan proposal skripsi Januari- April 2020 3 Pembuatan instrumen penelitian April 2020 4 Seminar proposal Mei 2020 5 Bimbingan dan revisi hasil seminar

proposal Mei – Juni 2020

6 Pengumpulan data Juli 2020 7 Pengelolaan dan analisis data Agustus 2020 8 Ujian skripsi September 2020

B. Metode Penelitian

Metode penelitian dilakukan dalam penelitian ini adalah Quasi

eksperiment dengan jenis Nonequivalent Control Group Design,

penggunaan metode ini terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu, kelas

eksperimen adalah kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan

Page 49: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

40

model pembelajaran generatif dengan pendekatan kontekstual, dan

kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang pembelajarannya

menggunakan pembelajaran konvensional. Desain penelitian ini digunakan

karena kelas sudah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak dilakukan lagi

pengelompokkan secara acak terhadap siswa. Apabila dilakukan

pembentukan kelas baru maka akan mengganggu proses pembelajaran

yang sedang berjalan (Sugiyono, 2018, h. 76).

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok siswa Pretest Perlakuan Post test Eksperimen 푂 X 푂

Kontrol 푂 - 푂

Keterangan:

O1 : Data hasil pretest kelompok siswa eksperimen.

O2 : Data hasil posttest kelompok siswa eksperimen.

O3 : Data hasil pretest kelompok siswa kontrol.

O4 : Data hasil posttest kelompok siswa kontrol.

X : Perlakuan. Kelompok siswa eksperimen diberi perlakuan model

pembelajaran generatif dengan pendekatan kontekstual.

- : Kondisi wajar, yaitu kelompok kelas siswa dengan kondisi

pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru atau pembelajaran

konvensional.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2018) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

Page 50: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

41

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (h. 80). Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jambe pada semester ganjiltahun

pelajaran 2020/2021yang berjumlah 242 siswa. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.3 Jumlah Siswa

Kelas 8A 8B 8C 8D 8E 8F 8G Jumlah/Kelas 34 36 34 34 36 34 34 Total 242

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2018, h. 81). Pengambilan sampel

dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Simple RandomSampling

adalah teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu

(Sugiyono, 2018, h. 82). Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII

SMP Negeri 1 Jambe. Di dalam penelitian ini peneliti hanya

memerlukan 2 kelas yang akan dijadikan sampel penelitian, yang mana

terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang menunjang dalam penelitian ini

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Metode Observasi

Page 51: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

42

Observasi atau pengamatanmerupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan

psoikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2018, h. 145). Metode observasi

digunakan untuk mengamati bagian dari indikator soft skill yang akan

diteliti oleh peneliti. Lembar observasi ini disesuaikan dengan aktivitas

siswa yang menunjukkan soft skillsiswa yang terjadi pada saat sedang

berlangsungnya proses pembelajaran yang menggunakan pembelajaran

generatif dengan pendekatan kontekstual. Pengamatan ini akan

dilakukan dengan minta bantuan dari guru mata pelajaran yang

bersangkutan atau rekan dari peneliti untuk mengamati siswa saat

peneliti sedang melakukan proses pembelajaran.

2. Metode Angket (Kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2018, h. 142). Angket

akan diberikankepada dua kelas yang berbeda yaitu kelas eksperimen

dan kelas kontrol adapun kedua kelas ini akan dilakukan pretest dan

postes. Langkah awal kedua kelas ini diberikan pretest yang mana

sebelum diberikan tindakan, siswa diperintahkan untuk mengisi angket

terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui soft skill siswa

yang dimiliki masing-masing kelas. Langkah selanjutnya yaitu kedua

kelas tersebut akan diberikanpostes yang mana kelas eksperimen sudah

Page 52: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

43

diberikan tindakan proses pembelajaran yang menggunakan

pembelajaran generatif dengan pendekatan kontekstualini berakhir

siswa diberikan lembar angket, sedangkan untuk kelas kontrol

diberikan tindakan dengan cara proses pembelajaran konvensional.

Angket yang diberikan saat pretest dan postes merupakan angket yang

serupa. Peneliti membagikan angket kepada siswa untuk diisi sesuai

dengan kondisi sebenarnya. Sebelumnya peneliti memberitahukan

bahwa pengisian angket tidak akan mempengaruhi nilai.

3. Metode Dokumentasi

Berbagai jenis dokumen dapat digunakan peneliti sehubung dengan

penelitian. Dokumen tersebut dapat berupa dokumen pribadi dan foto.

Pada penelitian ini dokumen penelitian berupa foto, dan hasil belajar

siswa. Foto dapat memberikan informasi mengenai keadaan situasi

kelas ketika peneliti maupun siswa melaksanakan proses pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Variabel Terikat

a. Definisi Konseptual

Soft skills merupakan perilaku personal dan interpersonal

yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja humanis.

Selain itu, soft skills sering juga disebut sebagai kecakapan yang

digunakan dalam berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain.

b. Definisi Operasional

Page 53: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

44

Soft skill yang diukur dalam penelitian ini mencakup lima

indikator, yaitu:(a) berfikir logis, (b)keaktifan belajarjawab, (c)

kerjasama tim, (d) rasa percayaan diri, (e) berani mengambil

resiko, (f) toleransi, (g) etika-moral, (h) kemampuan manajemen/

mengatur (organization skill).

c. Kisi-kisi Instrumen

Peneliti menyajikan kisi-kisi instrumen sesuai dengan definisi

konseptual. Kisi-kisi instrumen disusun berdasarkan indikator

keberhasilan dari soft skill.

1) Instrumen observasi

Observasi yang digunakan bertujuan untuk mengukur

peningkatan soft skill siswa. Observasi ini dilakukan pada saat

sedang berlangsungnya proses pembelajaran yang diberikan

tindakan.

Lembar observasi menggunakan lembar pernyataan tertulis

yang berisi mengenai indikator soft skillsiswa yangakan

diamati. Pengisian lembar observasi diberikan tanda cek (√)

dikolom yang sudah tersedia di lembar observasi.

Tabel 3.4 Kisi-kisi lembar observasi soft skill siswa

Variabel Indikator soft skill No. item Berfikir logis 1 Keaktifan belajar 2 Kerjasama tim 3,4

Soft skill Rasa percayaan diri 5 Berani mengambil resiko 6 Toleransi 7 Etika-moral 8,9

Page 54: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

45

Kemampuan manajemen/ mengatur(organization

skill)

10

(Sugiyono, 2018, h. 114)

Langkah awal dalam penyusunan instrumen adalah

membuat kisi-kisi lembar observasi soft skill siswa. Kemudian

mengukur skor terhadap lembar observasi tersebut diperlukan

pedoman pemberian skor sebagai berikut:

Tabel 3.5 Pedoman pemberian skor sikap

Kriteria Skor

Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 4

Sering, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan

dan kadang-kadang tidak melakukan sesuai

pernyataan

3

Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan

sesuai pernyatan

2

Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan sesuai

pernyataan

1

Untuk mengukur data mengenai soft skill siswa dapat

dirumuskan:

NA =

× 100%

Menentukan predikat berdasarkan dari presentase yang

diperoleh siswa:

Tabel 3.6 Predikat penilaian sikap

Persentase nilai (%) Konversi Kategori 91-100 A Sangat baik 81-90 B Baik

Page 55: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

46

71-80 C Cukup < 70 D Kurang

Sumber: (Yenni, 2018, h. 29)

2) Instrumen Angket

Instrumen angket ini digunakan untuk memperoleh data

yang mengenai respon, pendapat, sikap, atau komentar siswa

sesudah proses pembelajaran yang menggunakan pembelajaran

generatif dengan pendekatan kontekstual.dengan menggunakan

angket ini bisa mengetahui apakah soft skill yang dimiliki siswa

setelah dilakukannya tindakan dapat meningkat atau belum

meningkat.

Lembar observasi menggunakan lembar pernyataan tertulis

yang berisi mengenai indikator soft skill siswa yangakan

diamati. Pengisian lembar observasi diberikan tanda cek (√)

dikolom yang sudah tersedia di lembar observasi.

Tabel 3.7 kisi-kisi angket soft skill siswa

Variabel Indikator soft skill No. item Berfikir logis 1,2,3 Keaktifan belajar 4,5,6 Kerjasama tim 7,8,9

Soft skill Rasa percayaan diri 10,11,12 Berani mengambil resiko 13,14,15 Toleransi 16,17,18 Etika-moral 19,20,21 Kemampuan manajemen/

mengatur (organization skill).

22,23,24,25

(Sugiyono, 2018, h. 114)

Untuk mengukur angket tersebut diperlukan pedoman

penskoran seperti berikut ini

Page 56: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

47

Tabel 3.8 pedoman penskoran pernyataan positif,

angket soft skill siswa

Skor Kriteria

1 Jika siswa menjawab, Sangat Tidak

Setuju (STS)

2 Jika siswa menjawab, Tidak Setuju (TS)

3 Jika siswa menjawab, Setuju (S)

4 Jika siswa menjawab, Sangat Setuju (SS)

(Sugiyono, 2018, h. 120)

Tabel 3.9 pedoman penskoran pernyataan negatif

Skor Kriteria

4 Jika siswa menjawab, Sangat Tidak

Setuju (STS)

3 Jika siswa menjawab, Tidak Setuju (TS)

2 Jika siswa menjawab, Setuju (S)

1 Jika siswa menjawab, Sangat Setuju (SS)

Untuk mengukur data angket mengenai soft skill siswa

dapat dirumuskan:

NA =

× 100%

Menentukan predikat berdasarkan dari presentase yang

diperoleh siswa:

Tabel 3.10 Predikat angket soft skill siswa

Persentase nilai (%) Konversi Kategori 91-100 A Sangat baik 81-90 B Baik 71-80 C Cukup < 70 D Kurang

Page 57: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

48

d. Uji Validitas Instrumen dan Reliabilitas

1) Uji validitas

Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara

data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi

pada objek yang diteliti. Valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur

(Sugiyono, 2018, h. 121).

Dalam penelitian ini, untuk menghitung koefisien validitas

tes menggunakan rumus korelasi produk momen memakai

angka kasar (raw score), yaitu:

Keterangan:

rxy= koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

n = banyak subjek (testi)

x = skor yang diperoleh dari tes

y = skor total yang diperoleh dari tes

Untuk mengetahui tingkat validitas digunakan kriteria

(Suherman, 2003) berikut ini:

Tabel 3.11 tabel interprestasi validitas nilai rxy

Nilai Keterangan 0,10 ≤ rxy < 100 Valid

rxy< 0,00 Tidak valid

Page 58: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

49

2) Uji reliabilitas

Koefisien reabilitas menyatakan derajat keterandalan alat

evaluasi, dinotasikan dengan r11. Rumus yang digunakan untuk

mencari koefisien reabilitas bentuk uraian dikenal dengan

rumus Alpha (Sugiyono, 2018, h. 132), yaitu sebagai berikut:

Keterangan :

n = banyak butir soal

∑Si2 = jumlah varians skor setiap soal

St2 = varians skor total

Tolak ukur untuk menginterprestasikan derajat reliabilitas

alat evaluasi yang dapat digunakan dibuat oleh Guilford

(Suherman, 2003) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.12 Tabel interprestasi derajat reabilitas

Nilai Interprestasi r11< 0,20 Sangat rendah

0,20 ≤ r11< 0,40 Rendah 0,40 ≤ r11<0,70 Sedang 0,70 ≤ r11<0,90 Tinggi 0,90 ≤ r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi

2. Instrumen Variabel Bebas

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas,

yaitu: model pembelajaran generatif dan pendekatan kontekstual.

a. Definisi Konseptual

2

2

11 11 t

i

SS

nnr

Page 59: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

50

1) Pembelajaran generatif

Pembelajaran generatif pembelajaran generatif adalah salah

satu model pembelajaran yang berlandaskan pada pandangan

konstruktivisme, dengan asumsi dasar bahwa pengetahuan

seorang siswa dibangun dalam pikirannya, seperti membangun

ide tentang suatu fenomena, dan juga dapat membangun sebuah

strategi, selain itu pembelajaran generatif pun merupakan otak

tidak menerima informasi dengan pasif, tetapi aktif

mengonstruksi interprestasi dari informasi kemudian membuat

kesimpulan.

2) Pendekatan kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan suatu proses

pembelajaran yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa

untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya

dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan

sehari-har (konteks, pribadi, sosial, dan kultural) sehingga

siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara

fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke

permasalahan lainnya.

b. Definisi Operasional

(1) Pembelajaran generatif

Tahap-tahapan model pembelajaran generatif (Shoimin, 2014,

h. 78):

Page 60: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

51

1) Tahap orientasi

Siswa diberi kesempatan untuk membangun kesan

mengenai konsep yang sedang dipelajari dengan

pengalaman sehari-hari. Tujuannya agar siswa dapat

termotivasi dalam mempelajari konsep tersebut.

2) Tahap pengungkapan ide

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk

mengungkapkan ide mereka mengenai konsep yang

dipelajari. Pada tahap ini siswa akan mulai menyadari

bahwa ada pendapat yang berbeda mengenai konsep

tersebut.

3) Tahap tantangan dan restrukturisasi

Dalam tahap ini siswa berlatih untuk berani

mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai pendapat

teman dan menghargai adanya perbedaan diantara pendapat

teman. Pada saat diskusi guru berperan sebagai moderator

dan fasilitator agar jalannya diskusi dapat terarah. Sehingga

diharapkan melalui diskusi terjadi proses tukar pengalaman

diantara siswa.

4) Tahap penerapan

Pada tahap ini kegiatan di mana siswa diberi

kesempatan untuk menguji ide alternatif yang mereka

bangun untuk menyelesaikan persoalan yang bervariasi.

Page 61: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

52

Siswa diharapkan mampu mengevaluasi keunggulan

konsep baru yang dia kembangkan. Melalui tahap ini guru

meminta siswa menyelesaikan persoalan, baik yang

sederhana maupun yang kompleks.

5) Tahap melihat kembali

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk

mengevaluasi kelemahan dari konsepnya yang lama. Siswa

juga diharapkan dapat mengingat kembali apa saja yang

mereka pelajari selama pembelajaran.

(2) Pendekatan kontekstual

Langkah-langkah pembelajaran pendekatan kontekstual

seperti di bawah ini (Shoimin, 2014, h. 43-44).

a) Kegiatan Awal

1) Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik

untuk mengikuti proses pembelajaran.

2) Apersepsi sebagai penggalian pengetahuan awal siswa

terhadap materi yang akan dipelajari.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-

pokok materi yang akan dipelajari.

4) Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar.

b) Kegiatan Inti

Page 62: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

53

1) Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan

permasalahan yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk

memandu proses penyelesaian permasalahan.

2) Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil

penyelesaian dan alasan atas jawaban permasalahan yang

diajukan guru.

3) Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja yang

diajukan guru. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi,

dan memfasilitasi kerja sama.

4) Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja

kelompok dan kelompok yang lain menanggapi hasil kerja

kelompok yang mendapat tugas.

5) Dengan mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab,

guru dan siswa membahas cara penyelesaian masalah yang

tepat.

6) Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada

siswa tentang hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum

dipahami dengan baik, kesan dan pesan selama mengikuti

pembelajaran.

c) Kegiatan Akhir

1) Guru dan siswa membuat kesimpulan dari permasalahan

yang dibahas.

2) Siswa mengerjakan lembar tugas.

Page 63: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

54

3) Siswa menukarkan lembar tugas satu dengan yang lain,

kemudian guru bersama siswa membahas penyelesaian lembar

tugas sekaligus memberi nilai pada lembar tugas sesuai

kesepakatan yang telah diambil.

F. Hipotesis statistika

Menurut Sugiyono hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan .statistik merupakan

ukuran-ukuran yang dikenakan pada sampel, dan parameter adalah ukuran

yang dikenakan pada populasi.

1. Hipotesis Statistik Pretes

퐻 :휇 ≤ 휇

퐻 : 휇 > 휇

Keterangan :

퐻 : Tidak terdapat perbedaan soft skill siswa antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

퐻 : Terdapat perbedaan soft skill siswa antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

휇 : Nilai rata-rata soft skill siswa kelas eksperimen.

휇 : Nilai rata-rata soft skill siswa kelas kontrol.

Page 64: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

55

2. Hipotesis Statistik Postest

퐻 :휇 = 휇

퐻 : 휇 ≠ 휇

Keterangan:

퐻 : Tidak terdapat perbedaan soft skill siswa antara siswa yang

menggunakan pembelajaran generatif dengan pendekatan

kontekstual dan siswa yang menggunaka pembelajaran

konvensional.

퐻 : Terdapat perbedaan soft skill siswa antara siswa yang

menggunakan pembelajaran generatif dengan pendekatan

kontekstual dan siswa yang menggunaka pembelajaran

konvensional.

휇 : Nilai rata-rata soft skill siswa kelas eksperimen.

휇 : Nilai rata-rata soft skill siswa kelas kontrol.

3. Hipotesis Statistik Gain

퐻 :휇 ≤ 휇

퐻 : 휇 > 휇

Keterangan:

퐻 : Peningkatan soft skill siswa antara siswa yang menggunakan

pembelajaran generatif dengan pendekatan kontekstual lebih

Page 65: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

56

rendah atau sama dengan dari siswa yang menggunaka

pembelajaran konvensional.

퐻 : Peningkatan soft skill siswa antara siswa yang menggunakan

pembelajaran generatif dengan pendekatan kontekstual lebih

tinggi dari siswa yang menggunaka pembelajaran

konvensional.

휇 : Nilai rata-rata soft skill siswa kelas eksperimen.

휇 : Nilai rata-rata soft skill siswa kelas kontrol.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskripsi Data

Teknik analisis data yang akan peneliti gunakan adalah deskriptif.

Sugiyono (2018) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan

untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi

(h.147). Pada deskriptif ini dikemukakan macam-macam data. Statistik

deskriptif meliputi:

a. Penyajian data

Tabel distribusi dalam penyajian data agar data terlihat lebih

informatif, elok dipandang, tidak monoton dan lebih komunikatif.

Langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun tabel distribusi

frekuensi berkelompok adalah sebagai berikut (Riadi, 2014, h.40) :

1) Menentukan data terkecil (퐷 ) dan data terbesar (퐷 )

Page 66: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

57

2) Menentukan rentang data, yaitu R = (퐷 ) −(퐷 )

3) Menentukan banyaknya kelas dengan menggunakan kaidah

empiris Sturgess :푘 = 1 + 3,3 log(푛), dengan k = banyak kelas

dan n = banyak data. Jika hasil bukan bilangan bulat maka k

dibulatkan.

4) Menentukan panjang interval (I) dengan aturan 퐼 =

5) Menentukan kelas-kelasnya sedemikian sehingga mencakup

semua nilai siswa.

b. Ukuran pemusatan data

Dalam Kadir (2015) ukuran pemusatan data adalah ukuran

dimana distribusi data mempunyai gejala atau cenderung memusat

pada suatu nilai tertentu. Ukuran pemusatan suatu data dapat

ditentukan berdasarkan nilai harapan, estimasi, dan prediksi

terhadap nilai tertentu. Ukuran-ukuran pemusatan yang sering

digunakan adalah mean, median, dan modus (h.44).

1) Mean

Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang

didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata

(mean) ini didapat dengan menjumlahkan data seluruh individu

dalam kelompok itu kemudian dibagi dengan jumlah individu

yang ada pada kelompok tersebut.

Kadir (2015, h.57) mengemukakan rumus yang digunakan

unutuk mencari mean adalah:

Page 67: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

58

Me = ∑

Keterangan:

Me : Mean/ rata-rata data berkelompok

푓푋 : Produk perkalian antara data dengan titik tengah kelas

푋 : Titik tengah kelas

∑푓 : Jumlah data/ sampel

2) Median

Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang

didasarkan atas nilai tengah dari kelompok data yang telah

disusun urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar, atau

sebaliknya dari yang terbesar sampai terkecil. Menurut Kadir

(2015, h.58) rumus yang digunakan untuk mencari median

adalah:

푀 = 푏 + 푝푛 − 퐹푓

Keterangan:

M : Median

푏 : Tepi bawah kelas median bawah

p : Panjang kelas inerval

F : Frekuensi kumulatif

f : Frekuensi kelas median

n : Banyak data

3) Modus

Page 68: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

59

Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang

didasarkan atas nilai yang sedang popular (yang sedang

menjadi mode) atau nilai yang sering muncul dalam kelompok

tersebut. Menurut Riadi (2014, h.59) rumus mencari modus

adalah:

푀표 = 푏 + 푝푑

푑 + 푑

Keterangan:

Mo : Modus

b : Tepi bawah kelas modus

p : Interval kelas

d1 : Selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas

sebelumnya

d2 : Selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas

sesudahnya.

2. Ukuran penyebaran data

Dalam Kadir (2015) ukuran penyebaran data adalah tingkatan

distribusi data digunakan untuk menggambarkan bagaimana

penyebarannya atau berpencarnya data (h.63).

Ukuran penyebaran data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Jangkauan (rentang data)

Menurut Kadir (2015) rentang data adalah data terbesar

dikurangi data terkel (h. 68).

Adapun rumus rentang data adalah sebagai berikut:

Page 69: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

60

푅 = 퐷 − 퐷

Keterangan:

퐷 : Data terbesar

퐷 : Data terkecil

b. Standar deviasi (simpangan baku)

Menurut Riadi (2014) Standar deviasi adalah ukuran sebaran

statistik yang mengukur bagaimana data tersebut atau rerataan data

tersebut (h. 64).

Adapun rumus standar deviasi untuk data berkelompok

menurut Kadir (2015) adalah sebagai berikut:

푆 =∑푓푥 − (∑푓푥) /푛

푛 − 1

Keterangan:

S : Simpangan baku

F : Frekuensi

X : Titik tengah

N : Banyaknya sampel atau data

3. Uji persyaratan data

a. Uji normalitas

Riadi (2014) uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah

sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi

normal atau tidak. Dalam uji normalitas ukuran pemusatan data

dan penyebaran data sangat diperlukan, karena sebagai langkah

Page 70: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

61

awal untuk menguji normalitas, dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan uji normalitas Chi-kuadrat.

Adapun langkah-langkahnya (Riadi, 2014, h.93) sebagai berikut:

χ = ∑(푓 − 푓 )

Keterangan :

χ : Chi-Kuadrat

푓 : Frekuensi yang diobservasi

푓 : Frekuensi yang diharapkan

Taraf signifikan 훼 = 5% atau 0,05

Menurut Riadi (2014) untuk melakukan uji normalitas

Chi Kuadrat ikutilah langkah-langkah dibawah ini:

a. Gunakan tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan

tepi bawah kelas dan diakhiri dengan tepi atas kelas

b. Hitunglah nilai normal standar tiap tepi kelas dengan

rumus:

푍 =푥 − 푋푆

Keterangan:

푍 : Nilai Normal Standar

푥 : Tepi Kelas

푋 : Rerata variabel

S : Simpangan Baku (standar deviasi)

Page 71: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

62

c. Gunakan tabel Z (tabel A1/A2) untuk menghitung luas

dibawah kurva normal

d. Hitung besar peluang dengan cara menghitung luas

masing-masing nilai Z, kemudian hitung selisih luas

antar kelas.

e. Hitunglah nilai frekuensi ekspektasi (푓 ) dengan rumus:

푓 = 푛 × 푠푒푙푖푠푖ℎ 푙푢푎푟 푎푛푡푎푟 푘푒푙푎푠

Keterangan:

푓 : Frekuesi ekspektasi

푛 : Jumlah sampel

f. Hitunglah Chi Kuadrat dengan rumus:

χ = ∑(푓 − 푓 )

Keterangan: χ : Nilai Chi Kuadrat 푓 : Frekuensi ekspektasi 푓 : Frekuensi Observe (Absolut)

g. Kemudian membandingkan χ dengan χ

- Jika χ ≤ χ maka data berdistribusi normal

- Jika χ > χ maka data berdistribusi tidak

normal.

b. Uji homogenitas

Page 72: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

63

Menurut Riadi (2014), uji homogenitas digunakan untuk

menguji apakah sebaran data dari dua varian atau lebih berasal dari

populasi yang homogen atau tidak, yaitu dengan membandingkan

dua atau lebih variansnya. Apabila dua kelompok atau lebih

mempunyai varians yang sama besar, maka uji homogenitas tidak

perlu dilakukan lagi karena datanya sudah dianggap homogen. Uji

homogenitas dilakukan entuk menunjukkan bahwa perbedaan yang

terjadi pada uji statistika parametrik benar-benar terjadi akibat

adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat dari

perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas yang digunakan yaitu

Uji Bartlet dan Uji Fisher (h. 101).

Adapun rumus Uji Fisher (Uji - F) adalah: sebagai berikut:

퐹 =푆 푡푒푟푏푒푠푎푟푆 푡푒푟푘푒푐푖푙

Keterangan:

푆 푡푒푟푏푒푠푎푟 = Varian terbesar

푆 푡푒푟푘푒푐푖푙 = Varian terkecil

Hipotesis yang diajukan:

퐻 : Varians kedua sampel homogen

퐻 : Varians kedua sampel tidak homogen

Kriteria pengujian:

퐻 diterima jika 퐹 > 퐹 maka varians kedua sampel

homogen.

Page 73: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

64

퐻 ditolak jika 퐹 ≤ 퐹 maka varians kedua sampel tidak

homogen.

c. Uji hipotesis

Uji perbedaan rerata digunakan untuk mengetahui apakah rata-

rata skor posttest kedua kelas berbeda. Untuk data yang memenuhi

asumsi normalitas dan homogenitas maka penggunaan Uji-t

menurut Sugiyono (2015) sebagai berikut:

a) Apabila jumlah anggota sampel 푛 ≠ 푛 , dan varian

homogen maka dapat digunakan rumus t-test uji parametrik

The pooled varian model t-test. Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut:

푡 =푥̅ − 푥̅

( ) ( ) +

Keterangan:

푡 : Nilai T – Tes

푥̅ : Rata-rata data kelompok pertama

푥̅ : Rata-rata data kelompok kedua

푥 : Data kelompok pertama

푥 : Data kelompok kedua

푆 : Varians data kelompok eksperimen

푆 : Varians data kelompok control

푛 : Banyaknya sampel pengukuran kelompok pertama

Page 74: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

65

푛 : Banyaknya sampel pengukuran kelompok kedua

b) Apabila jumlah anggota sampel 푛 = 푛 , dan varian

homogen maka dapat digunakan rumus t-test uji parametrik

the separated model t-test, maupun the pooled varian model

t-test. Berikut rumus the separated model t-test menurut

Sugiyono (2015):

푡 =푋 − 푋

+

Keterangan untuk menentukan harga t tabel:

Jika

푛 = 푛 : Sampel homogen, maka dapat digunakan rumus

t-test baik untuk separated varian maupun

polled varian untuk melihat harga t-tabel

digunakan 푑푘 = 푛 + 푛 − 2

푛 = 푛 : Sampel tidak homogen, maka dapat digunakan

rumus t-test baik untuk separated varian

maupun polled varian dengan푑푘 = 푛 −

1 푎푡푎푢푛 − 1, jadi 푑푘bukan = 푛 + 푛 − 2

푛 ≠ 푛 : Sampel tidak homogen, maka digunakan t-test

dengan separated varian. Harga t sebagai

pengganti t-tabel dihitung dari selisih harga t-

tabel dengan 푑푘(푛 − 1) dan 푑푘( 푛 − 1)

Page 75: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

66

dibagi dua, dan kemudian ditambahkan dengan

harga t yang terkecil

푛 ≠ 푛 : Sampel homogen, maka dapat digunakan rumus

t-test dengan polled varian dan untuk melihat

harga t-tabel digunakan 푑푘 = 푛 + 푛 − 2

Kriteria pengujian:

퐻 diterima jika 푇 ≤ 푇 maka tidak terdapat pengaruh

soft skill siswa kelas eksperimen yang mendapat perlakuan dengan

model pembelajaran generatif dengan pendekatan kontekstual dan

siswa kelas kontrol yang diberikan perlakuan model konvensional.

퐻 ditolak jika 푇 > 푇 maka terdapat pengaruh soft skill

siswa kelas eksperimen yang mendapat perlakuan dengan model

pembelajaran generatif dengan pendekatan kontekstual dan siswa

kelas kontrol yang diberikan perlakuan model konvensional.

Untuk pengujian hipotesis selanjutnya hasil 푡 diatas

dibandingkan dengan 푡 dengan taraf signifikansi 훼 = 0,05

atau 5% maka didapatkan kriteria pengujian hipotesisnya sebagai

berikut:

Jika 푡 ≤ 푡 , maka 퐻 diterima

Jika 푡 > 푡 , maka 퐻 ditolak

Page 76: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

67

DAFTAR PUSTAKA Kadir. 2015. Statistika Terapan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sanjaya, W. 2006. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.

Jakarta: Kencana.

Shoimin, A. 2014. 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-ruzz media.

Sumarmo, U. dkk. 2017. Hard skill dan soft skill matematik siswa. Bandung:

Riefka aditama.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Yenni. 2018. Bahan Ajar Evaluasi Hasil Belajar Matematika. Tangerang: FKIP

UMT Press.

Akmam & Harman. 2017. Pengaruh pembelajaran generatif berbasis strategi

konflik kognitif terhadap kompetensi mahasiswa dalam mata kuliah

algoritma dan pemrograman komputer. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Universitas Jambi. Vol: 1285-1294.

Harum, C.L, dkk. 2016. Penerapan model pembelajaran generatif berbantu

simulasi Physics Education Technology (PHET) untuk meningkatkan

hasil belajar siswa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika.

Vol. 2 No.1 Januari 2017, 1-10.

Moma, L. 2015. Peningkatan soft skill siswa SMP melalui pembelajran generatif.

Cakrawala Pendidikan, Th. XXXIV, No. 2

Page 77: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

68

Putra, G.P. 2017.Eksperimentasi Pendekatan Kontekstual Berbantuan Hands On

Activity (HoA) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik.

Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 8, No. 1, 2017, Hal 73 -

80

Ruhiyat, A & Asep Ikin. 2016. Meningkatkan kemampuan berfikir kreatif serta

disposisi matematik siswa SMP melalui pendekatan kontekstual.

Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 3 No. 3.

Sari, I.P, dkk. 2017. Pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) terhadap kemampuan penalaran matematis siswa. Prima: Jurnal

Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 1, Juli 2017, hal. 19-32 P-ISSN:

2579-9827, E-ISSN: 2580-2216.

Zulkarnain, I&Agustini Rahmawati. 2014. Model pembelajaran generatif untuk

mengembangkan penalaran matematis siswa. EDU-MAT Jurnal

Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 1, hlm 8 – 14.

Page 78: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

69

LAMPIRAN INSTRUMEN PENELITIAN

1. RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP/ MTs

Kelas/ Semester : VIII / Ganjil

Mata Pelajaran : Matematika

Materi Pokok : Pola Bilangan

Waktu : 2 x 40 menit

A. Kompetensi Inti KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Page 79: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

70

B. Kompetensi Dasar

3.1 Membuat generalisasi dari pola bilangan dan barisan konfigurasi objek.

4.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola pada barisan bilangan

dan barisan konfigurasi objek.

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah melakukan proses pembelajaran ini peserta didik sangat diharapkan untuk

bisa :

1. Siswa dilatih memiliki sikap ketertarikan pada matematika serta memiliki rasa

percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui

pengalaman belajar, bekerjasama dalam kelompok, bekerjasama dalam aktivitas

sehari-hari.

2. Siswa dapat membiasakan sikap berpendapat, mendengar pendapat orang lain,

menerima pendapat orang lain, bekerja sama dalam kelompok atau tim dan dalam

kehidupan sehari-hari

3. Siswa dapat menganalisis masalah yang berhubungan dengan pola bilangan

dengan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

E. Strategi Pembelajaran

a. Pendekatan Pembelajaran : Kontekstual

Model Pembelajaran : Pembelajaran Generatif Metode Pembelajaran : Diskusi, dan Tanya Jawab

b. Media dan Alat Bantu 1. Lks 2. Whiteboard 3. Spidol

c. Sumber Belajar 1. LKS (Lembar Kegiatan Siswa)

2. Buku Guru Matematika untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta Kemendikbud

RI 2013, edisi revisi 2017

F. Langkah-langkah pembelajaran

Page 80: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

71

Kegiatan Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Waktu

Pendahuluan Tahap orientasi:

1. Guru memberi salam kepada siswa dan

dilanjutkan dengan berdoa.

2. Mengecek kehadiran siswa.

3. Mengetahui pengetahuan awal siswa

dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Tahap pemfokusan:

1. Guru memberikan gambaran konsep pola

bilangan dalam kehidupan sehari-hari

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

dan pokok-pokok materi yang akan

dipelajari.

3. Mengajukan beberapa pertanyaan untuk

memotivasi siswa.

10 menit 10 menit

Kegiatan Inti

Tahap tantangan:

1. Menyampaikan materi pelajaran tentang pola

bilangan. Kemudian, mengaitkannya dengan

kehidupan sehari-hari.

2. Membagi siswa kedalam kelompok, kemudian

mengerjakan LKS.

3. Meminta perwakilan siswa masing-masing

kelompok menampilkan hasil diskusinya.

4. Memfasilitasi hasil diskusi setiap kelompok.

5. Guru menjelaskan jawaban LKS yang

diberikan. Kemudian, siswa membandingkan

hasil diskusi dengan jawaban dari guru.

Tahap penerapan:

1. Memberikan beberapa soal yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari untuk

diselesaikan siswa dengan konsep yang telah

dijelaskan.

65 menit

Page 81: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

72

2. Membantu siswa menjelaskan hal-hal yang

kurang mengerti.

3. Meminta beberapa siswa menyajikan solusi dari

soal.

Penutup Tahap melihat kembali:

1. Mengingatkan siswa kembali akan hal-hal

penting yang harus dimengerti.

2. Guru memberikan tugas rumah secara individu

yang akan dikumpulkan pada pertemuan

berikutnya

3. Guru mengakhiri kegiatan belajar dan

kemudian meberikan salam sebelum keluar

kelas.

5 menit

Total 80 menit

G. Materi Pembelajaran

Pola Bilangan

Pola bilangan adalah bilangan-bilangan yang disusun membentuk pola tertentu.

A. Barisan bilangan

1. Barisan aritmetika adalah barisan yang tiap sukunya diperoleh dari suku

sebelumnya dengan cara menambah atau mengurangi dengan suatu bilangan tetap.

Perhatikan barisan 푈 ,푈 ,푈 , … ,푈 ,푈 ,. dari definisi diatas dapat diperoleh

hubungan sebagai berikut: 푈 = 푎 + (푛 − 1)푏, dengan n= 1,2, …

Bilangan b adalah suatu bilangan tetap yang sering disebut dengan beda.

Rumus beda dapat diuraikan sebagai berikut: 푏 = 푈 − 푈

Dengan dapat dilihat nilai b, jika:

b > 0 maka barisan aritmetika itu naik.

b < 0 maka barisan aritmetika itu turun.

Contoh :

Tentukan rumus suku ke-n (푈 ) pada barisan aritmetika 8, 16, 24, 32, … adalah…

Page 82: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

73

Jawab:

Suku pertama (a) = 8;

Beda (b) = 8

푈 = 푎 + (푛 − 1)푏

= 8 + (n – 1)8

= 8 + 8n -8

= 8n

Jadi nilai, 푈 = 8푛

Soal latihan!

1. Sebuah gedung bioskop, banyaknya kursi pada barisan paling depan adalah 15

buah, banyaknya kursi pada baris di belakangnya selalu lebih 3 buah dari baris

didepannya. Berapa banyak kursi pada baris ke-12 dari depannya….

2. Pada sebuah lingkaran, sebuah tali busur membagi lingkaran menjadi 2

daerah. Jika 2 tali busur berpotongan akan terbentuk 4 daerah, dan 3 tali busur

berpotongan akan terbentuk 6 daerah. Tali busur- tali busur itu berpotongan

pada suatu titik didalam lingkaran. Banyaknya daerah yang terbentuk jika 13

tali busur berpotongan adalah …

H. PENILAIAN 1. Metode observasi siswa (Terlampir) 2. Metode angket (Terlampir)

Tangerang , April 2020

Page 83: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

74

2. Perangkat angket

Tabel 3.7 kisi-kisi angket soft skill siswa

Variabel Indikator soft skill No. item

Berfikir logis 1,2,3

Keaktifan belajar 4,5,6

Kerjasama tim 7,8,9

Soft skill Rasa percayaan diri 10,11,12

Berani mengambil resiko 13,14,15

Toleransi 16,17,18

Etika-moral 19,20,21

Kemampuan manajemen/ mengatur (organization

skill).

22,23,24,25

Tabel 3.8 pedoman penskoran pernyataan positif, angket

soft skill siswa

Skor Kriteria

1 Jika siswa menjawab, Sangat Tidak Setuju

(STS)

2 Jika siswa menjawab, Tidak Setuju (TS)

3 Jika siswa menjawab, Setuju (S)

4 Jika siswa menjawab, Sangat Setuju (SS)

(Sugiyono, 2018, h. 120)

Page 84: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

75

Tabel 3.9 pedoman penskoran pernyataan negatif

Skor Kriteria

4 Jika siswa menjawab, Sangat Tidak

Setuju (STS)

3 Jika siswa menjawab, Tidak Setuju (TS)

2 Jika siswa menjawab, Setuju (S)

1 Jika siswa menjawab, Sangat Setuju (SS)

ANGKET SISWA

Nama peserta didik :

Kelas :

Tanggal :

Mata pelajaran : Matematika

Petunjuk pengisian angket:

Mohon dijawab sesuai dengan situasi sebenarnya, dengan memberi tanda

(√) pada kolom jawaban yang tersedia. Jawaban anda tidak mempengaruhi hasil

akademik (nilai raport), maka dari itu jawablah dengan jujur yang anda rasakan.

Keterangan :

SS : Sangat setuju

S : Setuju,

TS : Tidak setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Page 85: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

76

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan petunjuk pengisian!

No Pernyataan SS S TS STS 1 Saya menganggap bahwa matematika sebagai

suatu aktivitas pikiran manusia. (+)

2 Menurut saya matematika adalah hal yang paling sulit untuk dipelajari. (-)

3 Saya selalu mencari solusi permasalahan matematika menggunakan logika. (+)

4 Saya berani mengajukan pendapat dikelas pada pelajaran matematika. (+)

5 Saya memberikan masukan dalam diskusi kelas matematika. (+)

6 Saya hanya diam ketika ada materi matematika yang belum dipahami (-)

7 Kerja sama dengan teman yang pintar membuat saya tidak perlu membantu. (-)

8 Pembagian tugas kelompok kerja yang baik adalah sesuai dengan kesepakatan anggotanya. (+)

9 Saya mencoba bersabar ketika teman sekelompok memberi kritik tajam terhadap hasil pekerjaan matematika bagian saya. (+)

10 Saya tidak siap mengikuti ulangan matematika yang diberikan guru secara mendadak. (-)

11 Saya optimis memperoleh nilai baik ketika ulangan matematika. (+)

12 Saya tidak berani presentasi matematika di depan kelas. (-)

13 Saya tidak menyukai tugas-tugas yang rumit. (-) 14 Saya yakin dapat mempelajari matematika serumit

apapun. (+)

15 Saya mencoba cara penyelesaian yang baru meski ada resiko gagal. (+)

16 Saya bersahabat baik dengan teman yang pintar, populer, kaya, cantik/ganteng. (-)

17 Saya sabar mendengar keluhan dari teman tentang kesulitan belajar matematika. (+)

18 Saya meneriman kritikan teman ketika mengerjakan soal matematika. (+)

19 Saya bersikap sopan santu terhadap orang yang

Page 86: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

77

lebih tua dari saya. (+) 20 Saya tidak mampu menilai diri sendiri namun

mampu menilai orang lain. (-)

21 Saya memiliki nilai-nilai positif dalam hidup. (+) 22 Saya menyesal tidak belajar sungguh-sungguh

sehingga nilai ulangan harian matematika saya jelek. (+)

23 Saya tidak bisa mengatur waktu untuk belajar matematika. (-)

24 Saya datang kesekolah lewat dari pukul 07.30. (-) 25 Saya sudah mempersiapkan buku pelajaran

matematika ketika guru memasuki kelas. (+)

Page 87: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

78

FORM VALIDATOR ANGKET

Satuan Pendidikan : SMP

Kelas/Semester : VIII / 1

Mata Pelajaran : MATEMATIKA

Nama Validator :

Pekerjaan :

A. Petunjuk

1. Berikan tanda cek (√ ) dalam kolom penilaian yang sesuai menurut

pendapat bapak/ibu

2. Bila ada beberapa hal yang perlu direvisi, mohon menuliskan butir-

butir revisi secara langsung pada tempat yang telah disediakan dalam

naskah ini.

3. Sebagai pedoman untuk mengisi kolom-kolom validasi isi, bahasa soal

dan kesimpulan, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.

a. Validasi isi

1) Kesesuaian angket dengan indikator pencapaian hasil

belajar

2) Kejelasan petunjuk pengisian angket

3) Kejelasan maksud angket

4) Kemungkinan soal dapat terselesaikan

b. Bahasa dan penulisan angket

1) Kesesuain bahasa yang digunakan pada angket dengan

kaidah bahasa indonesia

2) Kalimat angket tidak mengandung arti ganda

Page 88: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

79

3) Penulisan angket mengunakan bahasa yang sederhana bagi

siswa, mudah dipahami, dan menggunakan bahasa yang

dikenal siswa.

B. Penilaian terhadap validasi isi, bahasa dan penulisan soal serta

kesimpulan

No.soal Validitas Isi Bahasa & Penulisan angket

Kesimpulan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 TR DR TG 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Page 89: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

80

Keterangan :

1. Sangat kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik

TR: dapat dipergunakan

DR: dapat digunakan dengan revisi

TG : tidak dapat digunakan

C. Saran perbaikan

No Kesalahan/kekurangan Saran perbaikan

D. Komentar

Tangerang, ………….. 2020

Validator

Page 90: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

81

3. Observasi

Kisi-kisi lembar observasi soft skill siswa

Variabel Indikator soft skill No. item Berfikir logis 1 Keaktifan belajar 2 Kerjasama tim 3,4

Soft skill Rasa percayaan diri 5 Berani mengambil resiko 6 Toleransi 7 Etika-moral 8,9 Kemampuan manajemen/

mengatur(organization skill)

10

(Sugiyono, 2018, h. 114)

Tabel 3.5 Pedoman pemberian skor sikap

Kriteria Skor

Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 4

Sering, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan

dan kadang-kadang tidak melakukan sesuai

pernyataan

3

Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan

sesuai pernyatan

2

Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan sesuai

pernyataan

1

Page 91: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

82

LEMBAR OBSERVASI PENILAIAN SISWA

Nama : Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : tanggal pengamatan :

Materi Pokok :

Petunjuk :

Lembaran ini diisi oleh guru /teman untuk menilai sikap sosial peserta didik.

Berilah tanda (√) pada kolom skor sesuai sikap yang dimiliki peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut:

1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

2= kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan

3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan

4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.

No Aspek yang diamati Skor

1 2 3 4

1 Menemukan solusi dari permasalahan yang

diberikan.

2 Aktif dalam berpendapat, bertanya atau

melakukan kegiatan saat pembelajaran tanpa

ragu-ragu.

3 Mengerjakan tugas sesuai bagian yang sudah

diberikan dikelompoknya.

4 Memberi masukan/ bantuan terhadap teman

dari kelompok lain yang kesulitan

Page 92: PENINGKATAN SOFT SKILLS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

83

mengerjakan tugasnya Mampu membuat

keputusan dengan cepat.

5 Berani berpresentasi di depan teman-teman.

6 Mampu membuat keputusan dengan cepat.

7 Menghargai pendapat dari temannya.

8 Menghargai dan menghormati guru saat proses

pembelajaran berlangsung.

9 Menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan

sumbernya saat mengerjakan tugas.

10 Mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang

diberikan.

Jumlah skor

Tangerang, ………………… 2020

Nama Pengamat

( )