disain pendidikan islam – sugiatno

24
DISAIN PENDIDIKAN ISLAM UNTUK MASYARAKAT GLOBAL DITINJAU DARI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Sugiatno, M.Pd.I Abstrak Era globalisasi ternyata menimbulkan perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat. Pada skala nasional, globalisasi mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai dikalangan masyarakat. Penetrasi budaya bangsa lain dan pergeseran struktur masyarakat dari masyarakat agraris ke masyarakat teknologis maupun informatif mengakibatkan kegamangan budaya yang mengarah kepada hilangan pegangan hidup dan keutuhan kepribadian manusia dan penolakan terhadap nilai-nilai luhur agama. Dari semua persoalan fundamental yang dihadapi oleh masyarakat global, munculnya kesadaran epistemologis baru bahwa persoalan kemanusian tidak cukup diselesaikan dengan cara empirik rasional, tetapi perlu jawaban yang bersifat transendental. Dalam hal ini diperlukan suatu desain paradigma baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru Melihat persoalan ini, maka pendidikan Islam yang memiliki kandungan spritual keagamaan bila didesain dapat menjawab tantangan perubahan tersebut. Guna memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai masalah pokok di atas, maka dikumpulkan data-data yang diperlukan melalui studi kepustakaan (library reseach). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa disain pendidikan Islam untuk masyarakat globalisasi adalah disain pendidikan Islam dilandasi oleh filsafat dan teori pendidikan Islam yang sesuai dengan ajaran Islam, dan sumsi-asumsi tentang manusia dan lingkungannya. Pendidikan Islam harus wawasan : Pertama, memiliki visi dan misi yang jauh kedepan. Kedua, tujuan pendidikan Islam diarahkan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh. Ketiga, kurikulum merefleksikan keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu umum bermuara pada tujuan pendidikan Islam, disamping menyajikan ajaran Islam secara menyeluruh (komprehensif) dan utuh bertaut antara yang satu dengan yang lainnya (integral) dengan ilmu pengetahuan, sehingga ajaran Islam dapat diaktualisasikan. Kata Kunci : Desain, filsafat, pendidikan Islam, dan Masyarakat Global A. Latar Belakang Masalah Kehidupan di abad melinium ketiga sekarang ini adalah kehidupan yang diwarnai oleh era globalisasi. Globalisasi membuat apa yang berlaku di suatu bangsa akan dapat dengan mudah diketahui dan ditiru oleh bangsa-bangsa lain, sehingga hal tersebut dapat berlaku umum di hampir seluruh dunia. Proses globalisasi disebabkan oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi elektronika dan informatika yang begitu pesat. Pengaruh era globalisasi mengakibatkan terjadinya suatu perubahan tatanan kehidupan yang serba kompleks, juga terjadinya perkembangan dalam dunia pendidikan,

Upload: dinhthien

Post on 31-Dec-2016

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

DISAIN PENDIDIKAN ISLAM UNTUK MASYARAKAT GLOBAL

DITINJAU DARI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAMOleh: Sugiatno, M.Pd.I

Abstrak

Era globalisasi ternyata menimbulkan perubahan-perubahan pada kehidupanmasyarakat. Pada skala nasional, globalisasi mengakibatkan terjadinya pergeseran nilaidikalangan masyarakat. Penetrasi budaya bangsa lain dan pergeseran strukturmasyarakat dari masyarakat agraris ke masyarakat teknologis maupun informatifmengakibatkan kegamangan budaya yang mengarah kepada hilangan pegangan hidupdan keutuhan kepribadian manusia dan penolakan terhadap nilai-nilai luhur agama.

Dari semua persoalan fundamental yang dihadapi oleh masyarakat global,munculnya kesadaran epistemologis baru bahwa persoalan kemanusian tidak cukupdiselesaikan dengan cara empirik rasional, tetapi perlu jawaban yang bersifattransendental. Dalam hal ini diperlukan suatu desain paradigma baru di dalammenghadapi tuntutan-tuntutan yang baru Melihat persoalan ini, maka pendidikan Islamyang memiliki kandungan spritual keagamaan bila didesain dapat menjawab tantanganperubahan tersebut.

Guna memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai masalah pokok diatas, maka dikumpulkan data-data yang diperlukan melalui studi kepustakaan (libraryreseach). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa disain pendidikan Islam untuk masyarakatglobalisasi adalah disain pendidikan Islam dilandasi oleh filsafat dan teori pendidikan Islamyang sesuai dengan ajaran Islam, dan sumsi-asumsi tentang manusia dan lingkungannya.Pendidikan Islam harus wawasan : Pertama, memiliki visi dan misi yang jauh kedepan.Kedua, tujuan pendidikan Islam diarahkan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhanpribadi manusia secara menyeluruh. Ketiga, kurikulum merefleksikan keseimbanganantara ilmu agama dan ilmu umum bermuara pada tujuan pendidikan Islam, disampingmenyajikan ajaran Islam secara menyeluruh (komprehensif) dan utuh bertaut antara yangsatu dengan yang lainnya (integral) dengan ilmu pengetahuan, sehingga ajaran Islamdapat diaktualisasikan.

Kata Kunci : Desain, filsafat, pendidikan Islam, dan Masyarakat Global

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan di abad melinium ketiga sekarang ini adalah kehidupan yang diwarnai

oleh era globalisasi. Globalisasi membuat apa yang berlaku di suatu bangsa akan dapat

dengan mudah diketahui dan ditiru oleh bangsa-bangsa lain, sehingga hal tersebut dapat

berlaku umum di hampir seluruh dunia. Proses globalisasi disebabkan oleh

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi elektronika dan

informatika yang begitu pesat.

Pengaruh era globalisasi mengakibatkan terjadinya suatu perubahan tatanan

kehidupan yang serba kompleks, juga terjadinya perkembangan dalam dunia pendidikan,

Page 2: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

ilmu pengetahuan dan teknologi. Akibat dari ekses globalisasi ini akan terlihat jelas dalam

kehidupan manusia yang seakan kehilangan pegangan hidup sehingga muncul keresahan

dengan gaya hidup individualis, materialis, dan hilangnya keutuhan pribadi mereka

Pada skala nasional, globalisasi ternyata mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai

dikalangan masyarakat. Penetrasi dan penembusan budaya bangsa lain, bagaimanapun

juga menimbulkan kekagetan budaya dikalangan sebagian besar masyarakat yang tidak

siap dengan perkembangan baru. Sebagai akibatnya mereka mengalami kegamangan

budaya yang dapat mengarah kepada kehilangan pegangan hidup. Kegamangan budaya

dapat juga terjadi sebagai akibat dari transformasi budaya sejalan dengan pergeseran

struktur masyarakat dari masyarakat agraris ke masyarakat teknologis maupun

masyarakat informatif.

Proses globalisasi lewat penyebaran informasi telah melahirkan masyarakat

industrial modern di negara-negara berkembang seperti Indonesia memiliki empat

kecendrungan : pertama, kecendrungan hidup individualistik, kedua, kecendrungan hidup

materialistik atau pendewaan material, ketiga kecendrungan hidup hedonistik atau

pendewaan terhadap hasrat badani, dan yang keempat, kecendrungan hidup rasional atau

scaentis. Era globalisi merupakan tantangan sekaligus persaingan dan peluang. Semua

masyarakat pasti akan terlibat dalam era ini, walaupun dalam kualitas yang berbeda

Kecendrungan-kecendrungan dari ekses globalisasi di atas menghilangkan

keutuhan kepribadian manusia, karena yang demikian menunjukkan penentangan dan

penolakan terhadap nilai-nilai luhur agama. Padahal manusia tersusun dari dua unsur,

yaitu materi dan immateri atau jasmani dan rohani.1 Dengan demikian manusia di satu sisi

membutuhkan benda dan pada sisi lain membutuhkan agama.

Semua persoalan fundamental yang dihadapi oleh masyarakat global yang

digambarkan di atas, "menjadi pemicu munculnya kesadaran epistemologis baru bahwa

persoalan kemanusian tidak cukup diselesaikan dengan cara empirik rasional, tetapi perlu

jawaban yang bersifat transendental"2 Melihat persoalam ini, maka ada peluang bagi

pendidikan Islam yang memiliki kandungan spritual keagamaan untuk menjawab

tantangan perubahan tersebut. Nampaknya sudah saatnya membangun paradigman

keilmuan yang baru dan meninggalkan paradigma keilmuan lama yang sangat

materialistik dengan mengenyampingkan aspek spritual keagamaan. Demikianlah, agama

pada akhirnya dipandang sebagai alternatif paradigma yang dapat memberikan solusi

Page 3: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

secara mendasar terhadap persoalan kemanusian yang sedang dihadapi oleh masyarakat

global.

Jadi sejatinya manusia tidak terlepas dari dua unsur tersebut, fisik merupakan

gerak badan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan fungsinya, seperti melihat,

mendengar, berjalan, dan sebagainya. Sedangkan roh atau jiwa merupakan gerak jiwa

yang mempunyai dua daya, yaitu daya fikir (akal) dan daya rasa yang berpusat di hati

yang juga melakukan aktivitasnya sesuai dengan fungsinya, seperti merasa yang berpusat

di hati dan dipertajam melalui ibadah, sedangkan daya fikir yang berpusat dikepala

sebagai dorongan agar manusia banyak memikirkan dan meneliti alam sekitarnya,

mencari ilmu pengetahuan. Kedua daya ini bila diasah akan mempertajam hati nurani dan

mempertajam penalaran.

Kehidupan manusia harus seimbang, dengan kehidupan yang seimbang akan

mewujudkan manusia seutuhnya. Untuk mewujudkan manusia yang seutuhnya yang

diinginkan maka manusia butuh pendidikan, baik itu pendidikan sekolah, keluarga dan

masyarakat. Pendidikan yang dimaksud terutama pendidikan Islam, dengan hasil

pendidikan ini akan muncul generasi yang berkualitas mampu hidup mandiri, bertanggung

jawab, berakhlak dan mampu menjawab dalam menghadapi tantangan zaman.

Keniscayaan ini dipertegas lagi bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan

hidup, fungsi sosial, sebagai bimbingan, dan sebagai sarana pertumbuhan yang

mempersiapkan manusia pada tingkat kedewasaannya sehingga ia dapat mandiri.

Pendidikan dapat dilakukan dengan jalan mentransformasikan niali-nilai yang dimaksud

dalam bentuk formal dan non formal.

Sesunguhnya dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat baik sosial maupun kultural, secara makro persoalan yang dihadapi

pendidikan Islam adalah bagaimana pendidikan Islam mampu menghadirkan disain atau

konstruksi pendidikan Islam yang relevan dengan perubahan masyarakat. Kemudian

disain wacana pendidikan Islam tersebut dapat dan mampu ditranspormasikan atau

diproses secara sistematis dalam masyarakat. Persoalan pertama ini lebih bersifat

filosofis, yang kedua lebih bersifat metodologis. Konsep filosofis Pendidikan Islam adalah

berpangkal tolak pada Hablunminallah (hubungan dengan Allah) dan Hablunminannas

(hubungan manusia dengan manusia), dan Hablunminalalam (hubungan manusia dengan

lam sekitarnya).

Page 4: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

Tidak dapat dipungkiri, bahwa pendidikan Islam dewasa ini masih menyisakan

berbagai persoalan, namun secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis dapat

dijadikan sebagai tawaran untuk menjawab tatangan pada masyarakat global.

Pertanyaan yang sangat mendasar dari pemikiran di atas adalah desain pendidikan Islam

yang bagaimana yang harus dikembangkan untuk mengatasi problema yang dihadapi oleh

masyarakat global ? Untuk menjawab pertayaan tersebut diperlukan penelitian yang

mendalam, untuk itu penulis mengajukan proposal ini utnuk dilakukan penelitian

selanjutnya.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menemukan jawaban yang kualitatif

terhadap pertanyaan utama yang tersimpul dalam rumusan masalah. Lebih rinci tujuan itu

dapat diungkapkan sebagai berikut : ingin mengetahui bagaimana desain pendidikan

Islam yang sesuai untuk masyarakat global ditimjauan dari Pemikiran Filsafat Pendidikan

Islam”.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat setidaknya adalah :

1. Memberikan pejelasan yang lebih utuh tentang disain pendidikan Islam yang sesuai

dengan masyarakat global ditinjau dari Filsafat Pendidikan Islam.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi para

praktisi pendidikan dalam menentukan bahan, isi dan materi pendidikan Islam yang

akan disajikan kepada peserta didik.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pemikiran atau

konsep yang dapat dijadikan pengkajian dan penelitian berikutnya.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi bagi para dosen

dalam mengajar mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam.

5. Hasil penelitian ini daharapkan dapat dijadikan bahan bacaan bagi mahasiswa

pada mata kuliah kependidikan (tarbiyah).

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Mengingat fokus kajian dalam penelitian ini adalah Desain Pendidikan Islam pada

masyarakat global di Indonesia. Maka dalam melakukan penelitian ini adalah penelitian

library reseach atau studi kepustakaan dengan menggunakan pendekatan filsafat

Pendidikan Islam.

Page 5: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

2. Data dan Sumber Data

Memperhatikan metode penelitian dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan

(library reseach), oleh karena itu, data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan

sumber datanya diambil dari: buku-buku, ensiklopedia-ensiklopedia, majalah-majalah,

koran-koran, dan tulisan lainnya. Dari sumber data yang ada diklasifikasi menjadi data

primer dan data skunder. Data primer diambil dari buku-buku Filsafat Pendidikan dan

Filsafat Pendidikan Islam. Sedangkan data sekunder diambil dari buku-buku, tesis,

desertasi, jurnal, makalah dan artikel-artikel di berbagai media cetak dan berbagai tulisan

yang lain yang ada kaitannya dengan bahasan penelitian ini.

2. Metode Analisa Data

Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, selanjutnya data dianalisa. Analisa

merupakan tahapan yang paling penting dan menentukan, karena dalam tahapan ini data

dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga berhasil menjawab dan

menyimpulkan persoalan dalam menelitian ini. Selanjutnya agar penelitian ini dapat

dipertanggung jawabkan, maka dalam penelitian ini menggunakan metode analisa data

sebagai berikut, metode induksi-deduksi, deskriptif-analisis dan analisis isi (content

Analisy

E. Landasan Teoritik

1. Pengertian Disain Pendidikan

Dalam usaha memahami penelitian ini, maka perlu terlebih dahulu memahapi istilah

yang termuat dalam kajian, sehingga nantinya dapat diperoleh pemahaman yang

konprehensif dan mendalam. Pemahaman secara komprehensif sangat dibutuhkan, sebab

setiap istilah dalam kajian ilmiah selalu disadarkan pada konsep atau teori tertentu dan

sekaligus mempermudah pemahaman sehingga kegunaannya dapat dirasakan.

Kata Disain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai

pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata "disain" bisa digunakan baik

sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, "disain" memiliki arti "proses

untuk membuat dan menciptakan obyek baru". Sebagai kata benda, "disain" digunakan

untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana,

proposal, atau berbentuk obyek nyata.3

Proses disain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai

macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran,

brainstorming, maupun dari disain yang sudah ada sebelumnya. Kata desain juga dapat

Page 6: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

digunakan dalam merancang pendidikan. Dalam kaitan ini transfer nilai-nilai budaya yang

paling efektif adalah melalui proses pendidikan dan pengembangan sumber daya

manusia. Dalam masyarakat global proses pendidikan dan pengembangan sumber daya

manusia didasarkan pada suatu sistem yang sengaja dirancang. Jadi yang dimaksud

desain dalam penelitian ini adalah rancangan konsep pendidikan Islam yang dapat

dijadikan sebagii alternatif pendidikan yang dapat menjawab tantangan zaman global.

2. Masyarakat Globalisasi

Kata ”globalisasi” diambil dari kata global yang maknanya adalah universal. Kata

globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (Working

definition), sehingga tergantung dari sisimana orang melihatnya. Ada yang

memandangnya dari sebagai suatu proses sosial atau proses sejarah atau proses alamiah

yang akan membawa seluruh bangsa dan negara dunia makin terikat satu sama lain,

mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan

menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat.4

Masyarakat Global adalah masyarakat yang memiliki pemikiran yang rasional dan

berorientasi kedepan, bersipat terbuka, menghargai waktu dan kreatif, mandiri dan inofatif.

Disisi lain masyarakat global memiliki kecebdrungan paradoksal dan mengikuti arus

ideology baru yang bercirikan trannasionalisme, globalisme dan skularisme.5 Globalisasi

adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan

ketergabtungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan,

investasi, perjalanan, budaya popular, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain hingga

batas-batas suatu Negara menjadi bias. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak

karakteristik yang dengan internasional sehingga kedua istilah ini sering dipergunakan.

Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan

berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.

Globalisasi menurut Feather Stone melahirkan global culture (which) is

encompassing the world at the international level”. Sedangkan menurut Peter JM. Has

globalisasi dapat dipahami sebagai reaksi dan elaborasi terhadap dua gejala sosiologis

yang sekarang sedang terjadi, yaitu berkembangnya the world system and modernization.

Dengan demikian, memasuki era globalisasi berarti masuk ke dalam sistem dunia dan

modernisasi yang konsekuensinya harus menghadapi arus perubahan yang begitu cepat

dan sulit diprediksi.6

Page 7: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

Di sisi lain ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh

negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau

curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme

dalam bentuknya yang mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan

mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak

mampu bersaing. Sebab, globalisasi cendrung berpengaruh besar terhadap perekonomian

dunia bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.

3. Pengaruh Dan Ciri Masyarakat Global

Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk

diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang

dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap

berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek

kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini

menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat

dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai

salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan

subsistem dari kebudayaan.7

Salah satu ciri utama kehidupan di masa sekarang dan masa yang akan datang

adalah cepatnya terjadi perubahan dalam kehidupan manusia. Menurut Djamaluddin

Ancok banyak paradigma yang digunakan untuk menata kehidupan, baik kehidupan

individual maupun kehidupan organisasi yang pada waktu yang lalu sudah mapan, kini

menjadi ketinggalan zaman. Secara umum masyakarat modern adalah masyarakat yang

proaktif, individual, dan kompetitif. 8

Era globalisasi menjadikan kehidupan manusia secara teknologis memperoleh

banyak kemudahan. Tetapi juga masyarakat modern menjumpai banyak paradoks dalam

kehidupannya. Peradaban modern yang semakin kehilangan jangkar spritual dengan

segala dampak destruktifnya pada berbagai dimensi kehidupan manusia. Teknologi yang

tanpa kendali moral lebih merupakan ancaman.

Dalam menghadapi suatu perubahan, menurut seorang fiilosof Kuhn "diperlukan

suatu disain paradigma baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru.9 Lebih

lanjut Kuhn mengatakan, apabila tantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan

menggunakan paradigma lama, maka segala usaha yang dijalankan akan memenuhi

kegagalan".10 Untuk itu, pendidikan Islam perlu didisain untuk menjawab tantangan

Page 8: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

perubahan zaman tersebut, baik pada sisi konsepnya, kurikulum, kualitas sumberdaya

manusianya, lembaga-lembaga dan organisasinya, serta mengkonstruksinya agar dapat

relevan dengan perubahan masyarakat tersebut.

4. Pengertian Pendidikan Islam

Terkait dengan pengertian pendidikan Islam, pengertian pendidikan Islam secara

etimologi telah banyak didefinisikan oleh para ahli pendidikan, definisi yang disampaikan

terlihat beragam, sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing, tetapi secara

substansial mengerucut pada makna yang sama. Di sini akan dikemukakan beberapa

definisi pendidikan Islam, diantaranya berpendapat :

Omar Muhammad al-Tommy al-Syaibani dalam Samsul Nizar mendefinisikan

pendidikan Islam adalah suatu usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan

pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya

melalui proses kependidikan dan perubahan itu dilandasi dengan niali-nilai Islam.11

Pengertian yang secara khusus dikemukakan oleh Muhammad Fadhi al-Jamaly dalam

Jalaluddin mendefinisikan pendidikan Islam adalah upaya mengembangkan, mendorong

serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berlandaskan kepada nilai-nilai

yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, dimungkinkan akan

terbentuknya pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan

potensi akal, jiwa, maupu perilaku atau tindakan.12

F. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional

Jika dilihat dari segi tujuan pendidikan Islam sebagaimana diuraikan di atas,

pendidikan nasional maka keduanya memiliki kesamaan. Dalam undang-undang No. 20

tahun 2003, ditegaskan bahwa pendidikan berfungsi :

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak bangsa yang bermartabatdalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnyapotensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, bwerakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiridan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.13

Sedangkan tujuan pendidikan nasional yang ada pada UU Sistem Pendidikan

Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 adalah:

“…Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan peserta didik agar menjadimanusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa berakhlak

Page 9: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yangdemokratis serta bertanggung jawab.14

Dalam tujuan pendidikan nasional tersebut terlihat bahwa bangsa Indonesia ingin

menciptakan peserta didik yang memiliki kualitas keimanan dan juga kecakapan ilmu dan

kecakapan sosial. Dari dua tujuan tersebut tampaknya ada 2 dimensi yang ingin

diwujudkan yaitu:

1. Dimensi transendental (lebih dari hanya sekedar ukhrawi) yang berupa ketakwaan,

keimanan dan keihklasan

2. Dimensi duniawi melalui nilai-nilai material sebagai sarananya seperti pengetahuan,

kecerdasan, keterampilan, intelektual dan sebagainya.15

Rumusan tujuan pendidikan Islam menurut Kongres Sedunia ke II tentang

pendidikan Islam tahun 1980 di Islamabd merumuskan :

Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhankeperibadian manusia secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melaluilatihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional; perasaan danindera. Karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspekfitrah peserta didik; aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, dan bahasabaik secara individual maupun secara kolektif; dan mendorong semua aspektersebut berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhirpendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepadaAllah, baik secara pribadi, komunitas maupun seluruh umat manusia.16

Berkaitan dengan posisi pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional dapat

diidentifikasi sedikitnya dalam 3 pengertian:

1. Pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan keagamaan seperti pesantren,pengajian dan madrasah diniyah, maksudnya pendidikan Islam hanya sebagaipendidikan keagamaan di masyarakat, berupa pesantren, pengajian dan majlistaklim yang bersifat non formal, yang berupa ilmu sosial bagi masyarakat

2. Pendidikan Islam adalah muatan atau materi pendidikan agama Islam dalamkurikulum pendidikan nasional yaitu pendidikan Islam sebagai salah satu materipelajaran yang wajib diberikan kepada peserta didik untuk meningkatkan kualitaspribadinya.

3. Pendidikan Islam merupakan ciri khas lembaga pendidikan sekolah yangdiselenggarakan oleh Departemen Agama dalam bentuk madrasah dan olehorganisasi serta yayasan keagamaan Islam dalam bentuk Islam; yaitu pendidikanIslam sebagai suatu lembaga pendidikan yang bercirikan agama Islam sepertimadrasaah dan pesantren yang telah bersifat formal dan menggunakan kurikulumyang diadakan oleh pemerintah untuk sekolah-sekolah umum, dengan demikianpendidikan Islam telah disetarakan dengan poendidikan sekolah umum.17

Page 10: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

Dengan demikian maka pendidikan Islam sejalan dan searah dengan pendidikan

nasional. Maka pendidikan Islam merupakan salah satu bentuk pengembangan

pendidikan yang bisa diterima di Indonesia dan pendidikan Islam sebagai suatu lembaga

pendidikan di Indonesia telah diakui dengan pengukuhan UU terdahulu yaitu UU No. 2

Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang telah diperbaharui menjadi UU No.

20 tahun 2003. Bab IV mengenai jalur jenjang dan jenis pendidikan pasal 15, 17 dan 18

yang menetapkan jenis pendidikan agam sebagai suatu bentuk lembaga pendidikan di

Indonesia. Artinya, pendidikan Islam di Indonesia telah mendapat pengakuan oleh bangsa

dalam upaya mendidik dan mencerdaskan masyarakat sehingga pendidikan Islam

memiliki kesempatan besar untuk mengembangkan diri dalam rangka menjawab

keinginan-keinginan masyarakat. Dengan demikian keberhasilan pendidikan Islam akan

membantu terhadap keberhasilan pendidikan nasional, juga sebaliknya keberhasilan

pendidikan nasional secara makro turut membantu pencapaian tujuan pendidikkan Islam,

sebab itu keberadaan lembaga-lembaga pendidikan Islam oleh pemerintah dijadikan mitra

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.18

G. Pendidikan Islam Untuk Masyarakat Globalisasi

Kajian dan diskursus berkenaan dengan usaha-usaha mencari alternatif pendidikan

Islam yang sesuai dengan tantangan zaman sudah banyak dilakukan oleh para pemikir,

praktisi dan pemerhati pendidikan, diantara kajian yang telah dilakukan, yaitu oleh Ahmad

Syafi'i Ma'arif, Pemikiran tentang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia: Dalam

Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta, dan Pengembangan Pendidikan

Tinggi Post Graduate Studi Islam Melalui Paradigma Baru yang Lebih Efektif. Kemudian

oleh A.Malik Fadjar, Menyiasati Kebutuhan Masyarakat Modern Terhadap Pendidikan

Agama Luar Sekolah Seminar dan Lokakarya Pengembangan Pendidikan Islam

Menyongsong Abad 21, 1995. Gagasan ini disampaikan sebuah seminar di STAIN

Cirebon.

Selanjutnya pemikiran Anwar Jasin, Kerangka Dasar Pembaharuan Pendidikan

Islam Tinjauan Filosofis, 1985. Kemudian oleh Djamaluddin Ancok, Membangun

Kompotensi Manusia dalam Milenium Ke Tiga, 1998. Kemudian H.A.R. Tilar, Beberapa

Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21, M.Irsyad Sudiro,

Pendidikan Agama dalam Masyarakat Modern, M.Rusli Karim, Pendidikan Islam Sebagai

Upaya Pembebasan Manusia. Selanjutnya pemikiran yang disampaikan oleh Husni

Page 11: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

Rahim, 2001. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Pemikiran yang terbaru

dikemukakan oleh Hujair AH. Sanaky dengan tulisannya yang berjudul Studi Islam

Pemikiran Pendidikan Islam Modern. Dan lain-lain.

Secara makro persoalan yang dihadapi pendidikan Islam adalah bagaimana

pendidikan Islam mampu menghadirkan disain atau konstruksi wacana pendidikan Islam

yang relevan dengan perubahan masyarakat. Kemudian disain wacana pendidikan Islam

tersebut dapat dan mampu ditranspormasikan atau diproses secara sistematis dalam

masyarakat.

Dimasa informasi atau globalisasi yang dipenuhi dengan kecanggihan teknologi

dewasa ini maka mutu adalah hal pertama dan paling utama yang dipilih oleh setiap

orang. Pengaruh dari globalisasi ini mengharuskan adanya upaya peningkatan kualitas di

segala sektor. Oleh karena itu harus dilakukan peninjauan visi dan misi dalam pendidikan

Islam sehingga tidak terjebak dalam arus globalisasi yang nantinya bisa berakibat pada

keterlebakangan pendidikan Islam dimasa yang akan datang.

Secara garis besar seluruh pendidikan di Indonesia masih memiliki mutu yang

rendah. Hal ini dikarenakan upaya peningkatan kualitas masih mendapat

hambatan-hamabatan besar. Ada beberapa faktor yang menyebabkan sulitnya

peningkatan mutu pendidikan.

1. Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan

education production atau infut, output analisis yang tidak dilaksanakan secara

konsekuen

2. Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik sentralistik

sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan sangat

tergantung pada keputusan birokrasi panjang dan kadang-kadang kebijakan

yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat

3. Peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan

pendidikan selama ini pada umumnya lebih banyak bersifat dukungan input

(dana) bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring

evalusi dan akuntabulitas).19

Dikarenakan fenomena perkembangan abad mutakhir menghendaki adanya suatu

sistem pendidikan yang komprehensif, karena perkembangan masyarakat dewasa ini

menghendaki adanya pembinaan siswa atau santri yang dilaksanakan secara seimbang

antara nilai dan sikap, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan komunikasi,

Page 12: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

dan kesadaran akan ekologi lingkungan. Dengan kata lain, seimbang antara ilmu

pengetahuan (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan imtag (iman dan takwa), yakni

meliputi IQ (intelektual quetient), EQ (emotional quetient) dan SQ (spiritual quetient).20

Dengan demikian menuntut adanya ketegasan visi pendidikan agar pendidikan

Islam tidak hanya menerima setiap pengaruh yang timbul akibat globalisasi tetapi mampu

mengelola berbagai kecenderungan secara responsif dan tuntas. Visi ini ditempatkan

sebagai pemandu yang menjamin konsistensi pendidikan Islam secara terus menerus.

Dengan kata lain, visi pendidikan Islam masa depan adalah terciptanya sistem pendidikan

yang Islami, populis, berorientasi mutu dan kebhinekaan.21

Maka dengan adanya pengembangan visi pada pendidikan Islam itu sendiri,

pendidikan Islam akan mampu menghadapi tantangan-tantangan yang muncul di era

globalisasi ini tanpa harus berlarut-larut pada sistem lama yang tidak tepat sehingga

menjadikan pendidikan Islam terbelakang atau mengikuti perkembangan zaman, tanpa

adanya penyaringan, sehingga dapat mematikan identitas pendidikan Islam. Untuk itu

kejelasan visi ini akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan Islam tanpa terjebak oleh

pola globalisasi yang ada saat ini.

Sistem pendidikan yang Islami, maksudnya memperlihatkan identitas keislaman

dalam praktek pendidikan dengan kata lain karakter keislaman tercermin di dalam

kegiatan kependidikan di sekolah dengan berusaha mewujudkan peserta didik yang

berkepribadian Muslim serta memiliki intelektual yang tinggi.

Sedangkan populis, maksudnya adalah pendidikan Islam hendaknya dilaksanakan

dalam semangat yang merakyat sehingga melahirkan hasil pendidikan yang berprestasi

dan sekaligus peduli dengan nasib sesama.22 Hal ini dikarenakan pendidikan Islam adalah

pendidikan yang berusaha memberikan apa yang dibutuhkan masyarakat, dan pendidikan

sangat lekat dengan tuntutan terdalam yang paling hakiki dari manusia yakni

membutuhkan persaudaraan, kasih sayang dan kehidupan bermasyarakat yang baik

sehingga pendidikan Islam ini terbuka bagi seluruh lapisan sosial.

Adapun berorientasi pada mutu, bahwasannya pendidikan Islam harus dapat

meningkatkan mutu pendidikan Islam baik secara lembaga, isi maupun struktur-struktur

yang bersangkutan di dalamnya. Karena dengan peningkatan mutu pendidikan ini maka

pendidikan Islam akan mampu menghadapi tantangan zaman saat ini. Visi keragaman,

visi ini menunjukkan adanya fleksibilitas dalam pendidikan Islam. Dengan memberikan

ruang bebas bagi perkembangan pendidikan lembaga misalnya pesantren, madrasah,

Page 13: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

majlis taklim pengajian dan lain-lain atau keragaman dalam masalah teknis, misalnya

madrasah keguruan, madrasah model dan lain-lain dengan begitu pendidikan Islam

diharapkan mampu memperlihatkan kemajuan sehingga menghasilkan lulusan-lulusan

yang berkualitas baik intelektual maupun kepribadian sesuai dengan bidangnya

masing-masing.

Dan dalam menghadapi perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masyarakat

Indonesia pendidikan Islam memiliki misi ganda yaitu:

1. Mempersiapkan manusia Muslim untuk menghadapi perubahan-perubahan

yang sedang dan akan terjadi mengendalikan dan memanfaatkan

perubahan-perubahan tersebut, menciptakan kerangka berpkir yang

komprehensif dan dinamis bagi terselenggaranya proses perubahan yang

berada di atas nilai-nilai Islam.

2. Memberikan solusi terhadap ekses-ekses negatif kehidupan modern yang

berupa depersonalisasi, frustasi dan ketergantungan umat dari dunia modern.23

Dengan visi dan misi ini maka diharapkan pendidikan Islam dapat meningkatkan

kualitas manusia Indonesia seutuhnya. Selain itu yang perlu ditingkatkan adalah Sumber

Daya Manusia. Peningkatan Sumber Daya Manusia ini harus dilakukan dalam seluruh

aspek pendidikan dan agenda utama pendidikan tidak lain adalah pengembangan dan

peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia baik ditinjau dari nilai ekonomi maupun

nilai-nilai Insani. Nilai ekonomis ideal menjadikan manusia lebih produktif dan nilainya

lebih tinggi secara ekonomis, yang diperoleh melalui penguasaan ilmu dan teknologi. Nilai

insani berupa nilai tambah budaya dan iman dan takwa yang menjadikan manusia lebih

tinggi harkat dan martabat kemanusiaannya melalui pendidikan yang sinergis antara

pendidikan agama dan ilmu pengetahuan non agama.24

Dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia ini diharapkan pendidikan

Islam berperan penting sebagai pendidikan yang menghasilkan anak didik yang cerdas,

profesional serta berkepribadian Islami sehingga nanti dapat bersaing di era globalisasi,

karena pada dasarnya arus globalisasi memberikan dampak positif bagi pendidikan Islam,

karena semakin maraknya kekerasan sosial, kenakalan remaja (pergaulan bebas)

narkoba dan lain-lain membuat pendidikan Islam (madrasah) sangat dibutuhkan. Sebab

madrasah memiliki nilai plus didalamnya yaitu perpaduan antara iptek dan imtaq yang

menekankan pendidikan keimanan juga intelektual. Maka madrasah juga dapat menjadi

sekolah unggulan apabila adanya pemaduan antara konsep mafikib dengan nuansa

Page 14: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

agama dan konsep agama dengan iptek sehingga dapat mengembangkan seluruh

kemampuan yang ada pada peserta didik.

Dari uraian di atas, dapat dimaknai bahwa alasan mendasar disain pendidikan

Islam di Indonesia sangat di rasakan perlu: Pertama, konsep dan praktek pendidikan

Islam dirasakan terlalu sempit, artinya terlalu menekankan pada kepentingan akhirat,

sedangkan ajaran Islam menekankan pada keseimbangan antara kepentingan dunia dan

akhirat. Dengan demikian perlu pemikiran kembali konsep pendidikan Islam yang

betul-betul didasarkan pada asumsi dasar tentang manusia yang akan diproses menuju

masyarakat madani. Kedua, lembaga-lembaga pendidikan Islam yang dimiliki sekarang

ini, belum atau kurang mampu memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menghadapi

tantangan dunia modern dan tantangan masyarakat dan bangsa Indonesia disegala

bidang. Maka, untuk menghadapi perubahan pada masyarakat diperlukan disain

pendidikan Islam untuk menjawab tantangan secara mendasar kehidupan di era

globalisasi sekarang ini. 25

Suatu usaha perubahan sistem pendidikan hanya bisa terarah dengan mantap

apabila didasarkan pada konsep dasar filsafat dan teori pendidikan yang mantap. Filsafat

pendidikan yang mantap hanya dapat dikembangkan di atas dasar asumsi-asumsi dasar

yang kokoh dan jelas tentang manusia dan hakekat kejadiannya, potensi-potensi

bawaannya, tujuan hidup dan misinya di dunia ini baik sebagi individu maupun sebagai

anggota masyarakat, hubungan dengan lingkungan dan alam semesta dan akhiratnya

hubungan dengan Maha Pencipta. Demikian juga teori pendidikan yang mantap hanya

dapat dikembangkan atas dasar pertemuan antara penerapan atau pendekatan filsafat

dan pendekatan emperis.26

Sehubungan dengan itu, konsep dasar disain pendidikan Islam adalah perumusan

konsep filsafat dan teoritis pendidikan yang didasarkan pada asumsi-asumsi dasar tentang

manusia dan hubungannya dengan lingkungan dan menurut ajaran Islam. Karena

rumusan tersebut akan menjadi konsep dasar filsafat pendidikan Islam. Untuk itu, filsafat

atau segala asumsi dasar pendidikan Islam hanya dapat diterapkan secara baik jikalau

kondisi-kondisi lingkungan (sosial-kultural) diperhatikan. Dengan demikian, jika ingin

mengadakan perubahan pendidikan Islam maka langkah awal yang harus dilakukan

adalah merumuskan konsep dasar filosofis pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam,

mengembangkan secara empris prinsip-prinsip yang mendasari keterlaksanaannya dalam

konteks lingkungan yang dalam hal ini adalah masyarakat madani. Jadi, tanpa kerangka

Page 15: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

dasar filosofis dan teoritis yang kuta, maka perubahan pendidikan Islam tidak punya

pondasi yang kuat dan juga tidak mempunyai arah yang pasti.27

Sebagai akibatnya, media ini khususnya televisi, dapat dijadikan alat yang sangat

ampuh di tangan sekelompok orang atau golongan untuk menanamkan atau, sebaliknya,

merusak nilai-nilai moral, untuk mempengaruhi atau mengontrol pola fikir seseorang oleh

mereka yang mempunyai kekuasaan terhadap media tersebut. Persoalan sebenarnya

terletak pada mereka yang menguasai komunikasi global tersebut memiliki perbedaan

perspektif yang ekstrim dengan Islam dalam memberikan kriteria nilai-nilai moral; antara

nilai baik dan buruk, antara kebenaran sejati dan yang artifisial. Di sisi lain era

kontemporer identik dengan era sains dan teknologi, yang pengembangannya tidak

terlepas dari studi kritis dan riset yang tidak kenal henti.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat globalisasi pendidikan Islam harus dapat

dilasanakan dengan bertumpu pada landasan filosofis dan teori pendidikan sebagai

berikut:

1. Tujuan Pendidikan Islam

Mencermati dari karakteristik masyarakat global, maka tujuan pendididkan Islam

tampaknya masih relevan untuk tetap dilaksanakan. Pendidikan seharusnya bertujuan

untuk menimbulkan pertumbuhan dan perkembangan dari kepribadian manusia melalui

latihan spiritual, intelektual, rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh manusia sendiri.

Dengan adanya informasi yang ada didalam pengetahuan Islam, maka pengetahuan

spiritual pada tingkat tertinggi dalam jenjang pengetahuan yang harus diberikan, maka

diharapkan pendidikan dapat mendapatkan nilai-nilai moral sebagai nilai tertinggi yang

harus dicapai oleh pendidikan Islam.

Hal ini tentu sejalan dengan rumusan tujuan pendidikan Islam yang ditetapkan pada

kongres umat Islam sedunia di Islamabad, yaitu : tujuan pendidikan Islam adalah untuk

mencapai keseimbangan pertumbuhan keperibadian manusia secara menyeluruh dan

seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, intelektual, diri manusia yang rasional;

perasaan dan indera. Karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan

seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, dan

bahasa baik secara individual maupun secara kolektif.

Berdasarkan hal tersebut maka tujuan pendidikan Islam dapat diklasipikasi kepada :

a) Tujuan pendidikan Jasmani (ahdaf al-jismiah) Rasulullah Saw bersabda yang

artinya : “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah ketimbang

Page 16: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

orang mukmin yang lemah” 28. Oleh Imam Nawawi menafsirkan hadist di atas

sebagai kekuatan iman yang ditopong oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik

merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan, maka pendidikan harus

mempunyai tujuan kearah ketrampilan-ketrampilan fisik yang dianggap perlu

tumbuhnya keperkasaan tubuh yang sehat

b) Tujuan pendidikan Rohani (ahdaf al-ruhaniah) tujuan pendidikan islam harus

mampu membawa dan mengembalikan ruh tersebut kepada kebenaran dan

kesucian. Maka pendidikan islam menurut Muhammad Qutb ialah meletakan

dasar-dasar yang memberi petunjuk agar manusia memlihara kontaknya yang terus

menerus dengan Allah swt.

c) Tujuan pendidian akal (al-ahdaf al-‘aqliyah). Tujuan ini mengarah kepada

perkembangan intelejensi yang mengarahkan setiap manusia sebagai individu

untuk menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya.

d) Tujuan Sosial (al-ahdaf al-ijtima’iyah) fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan

sosial adalah menitik beratkan pada perkembangan karekter-karekter manusia

yang unik, agar manusia mampu beradaptasi dengan standar-standar masyarakat

bersama-sama cita-cita yang ada padanya.

Di sini perlu ditekankan bahwa konsep pendidikan dalam Islam adalah ‘long. life

education’ atau dalam bahasa Hadits Nabi “sejak dari pangkuan ibu sampai ke liang

lahat”. Makna yang terkandung dari pengertian tersebut adalah bahwa pendidikan Islam

harus menjadi ruh dalam perjalanan kehidupan manusia. Pendidikan tidak saja dimulai

pada anak usia masuk sekolah, tetapi lebih dari itu pendidikan sudah mulai dilakukan

sejak berada dalam buaiyan ibu sampai meninggal dunia.

2. Kurikulum

Kurikulum adalah merupakan sarana yang sangat penting dalam menjamin

keberhasilan proses pendidikan. Maksudnya, tanpa kurikulum yang baik dan tepat, maka

akan sulit memperoleh atau menghasilkan tujuan dan sasaran pendidikan yang

didamba-dambakan. Secara garis besar kurikulum dipahami sebagai seperangkat materi

pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada peserta didik dengan tujuan yang

diingini, namun sebenarnya kurikulum bukan saja berupa serangkaiaan ilmu pengetahuan

yang akan diajarkan, akan tetapi juga mencakup segala kegiatan yang bersifat

Page 17: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

kependidikan serta hal-hal yang dinilai mempunya pengaruh yang sangat besar terhadap

kepribadian peserta didik dalam rangka menjapai tujuan pendidikan.

Dalam pandangan para ahli pendidikan kurikulum atau materi Pendidikan Islam

sekarang, terlalu didominasi masalah-masalah yang bersifat normatif, ritual dan

eskatologis. Materi disampaikan dengan semangat ortodoksi kegamaan, suatu cara

dimana peserta didik dipaksa tunduk pada suatu "meta narasi" yang ada, tanpa diberi

peluang untuk melakukan telaah secara kritis. Pendidikan Islam tidak fungsional dalam

kehidupan sehari-hari, kecuali hanya sedikit aktivitas verbal dan formal untuk

menghabiskan materi atau kurikulum yang telah diprogramkan dengan batas waktu yang

telah ditentukan.29

Kurikulum pendidikan Islam pada tataran ideal harus dibangun berdasarkan tujuan

pendididkan Islam. Secara subtansial diketahui tujuan pendidikan Islam berbeda dengan

tujuan pendidikan secara umum. Rumusan tujuan pendidikan Islam selalu berupaya

merealisasikan manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan serta

mampu mengabdikan dirinya kepada khaliknya dengan sikap dan kepribadian bulat

menyerahkan dirinya kepada Tuhan dalam segala aspek kehidupan dalam kerangka

mencari redho Sang Pencipta.30

Dalam menyusun kurikulum hendaknya harus mempertimbangkan berbagai aspek

dan sifat-sifat kurikulum. Sifat-sifat kurikulum itu diantaranya adalah : Pertama, fleksibel,

yakni mudah diubah menuju kesempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan ilmu

pengetahuan; kedua, kurikulum merupakan uraiaan atau deskripsi tentang rencana atau

program yang akan dilaksanakan; ketiga, kurikulum biasanya berisikan tentang

bermacam-macam bidang studi (areas of learning); keempat, kurikulum dapat

diperuntukkan bagi seseorang peserta didik atau disusun untuk suatu kelompok yang lebih

besar; dan kelima, kurikulum biasanya berhubungan dengan atau merupakan program

dari suatu lembaga pendidikan (educational centre).31

Menurut Oemar Muhammad al-Toumi al-Syaibani mengemukakan bahwa kurikulum

pendidikan Islam mesti memuat beberapa prinsi-prinsip sebagai berikut :

1. Pertautan setiap disiplin dan kajian terhadap nilai-nilai agama dan akhlak Islam;2. Universalitas bagi pengembangan potensi siswa, sehingga meliputi unsure-unsur

pengembangan akidah, akal, jasmani, rohani dan seni;3. Keseimbangan dalam pemenuhan dimensi syari’ah (agama) dan filsafat;4. Memenuhi kebutuhan siswa terhadap suatu objek kajian yang ditawarkan;5. Demokratis yang merupakan pemeliharaan perbedaan terhadap minat dan bakat

siswa;

Page 18: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

6. Memuat aspirasi dalam pengembangan dan perubahan yang akan membantusiswa menemukan sendiri konsep-konsep baru dan tidak hanya taklid buta;

7. Mengadung keterpautan terhadap berbagai disiplin kajian yang ditawarkan.32

Kurikulum pendidikan Islam harus merefleksikan keseimbangan antara ilmu agama

dan ilmu umum bermuara pada tujuan pendidikan Islam, disamping menyajikan ajaran

Islam secara menyeluruh (komprehensif) dan utuh bertaut antara yang satu dengan yang

lainnya (integral) dengan ilmu pengetahuan, sehingga ajaran Islam dapat diaktualisasikan.

Kurikulum pendidikan Islam harus disusun secara integral, holistik dan integratif mulai dari

jenjang pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi.

Dengan demikian kurikulum pendidikan Islam akan berisikan seperang mata

pelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang disusun dan dikembangkan secara

integral dengan mempertimbangkan kebutuhan umum dan kebutuhan khusus sesuai

dengan potensi yang dimilki oleh peserta didik. Dalam aspek kebutuhan umum, setiap

peserta didik hendaknya harus dibekali dengan ilmu-ilmu dasar dan ilmu alat untuk

kebutuhan individual dalam berhubungan dengan sang Pencipta dan berorientasi pada

lingkungannya. Sedangkan ilmu-ilmu khusus, ilmu yang diberikan kepada peserta didik

sesuai dengan bakat atau kecendrungan yang dimiliki oleh mereka, yaitu salah satu ilmu

pengetahuan keterampilan yang dapat dijadikan bekal sebagai sumber kehidupan bagi

peserta didik dalam menyikapi realitas kehidupannya. Dengan demikian akan tertanam

sikap kemandirian bagi setiap peserta didik dalam menyikapi realitas kehidupannya.

Selanjutnya ditegaskan bahwa kurikulum pendidikan Islam tidak tidak bersifat

dikhotomi ilmu. Kedua jenis ilmu agama dan umum diharapkan dapat membawa peserta

didik kepada tujuan pendidikan, yakni mengabdi kepada Allah. Karena itu sangatlah

bertentangan dengan pendidikan Islam persepsi yang lebih mengungulkan pendidikan

ilmu dan teknologi sedangkan ilmu ketaqwaan dilecehkan. Tauhid inilah yang harus

dijadikan sebagai filsafat dan pandangan hidup muslim baik sebagai pribadi maupun

sebagai umat . Penegasan ini dikemukakan oleh Suroyo bahwa pendidikan Islam harus

menuju pada “integritas antara ilmu agama dan ilmu umum untuk tidak melahirkan jurang

pemisah antara ilmu agama dan ilmu bukan agama. Karena, dalam pandangan seorang

Muslim, ilmu pengetahuan adalah satu yaitu yang berasal dari Allah SWT”.33 Demikian

pula A.Syafi'i Ma'arif mengatakan bila konsep dualisme dikotomik berhasil ditumbangkan,

maka dalam jangka panjang sistem pendidikan Islam juga akan berubah secara

keseluruhan, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi. IAIN misalnya akan

Page 19: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

lebur secara integratif dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi negeri lainnya. Peleburan

bukan dalam bentuk satu atap saja, tetapi lebur berdasarkan rumusan filosofis. 34

Jadi dalam menghadapi era globalisasi kurikulum pendidikan Islam harus

memenuhi pengembangan nilai-nilai universal, maka posisi kurikulum memiliki peran yang

sangat strategis karena kurikulum merupakan bahan yang efektif dalam melakukan proses

transformasi nilai-nilai para peserta didik. Nilai-nilai tersebut harus tercermin dalam

perencanaan dan aktivitas pendidikan secara sistematik, baik melalui rancangan

kurikulum, penyiapan materi, pemilihan metode, proses pengajaran dan lingkungan

pendidikan, baik dalam lembaga pendidikan umum maupun keagamaan, bagi lembaga

pendidikan agama semestinya bertugas menggali dan mengembangkan nilai-nilai

akhlakul karimah agar senantiasa aktual dan dapat memenuhi tuntunan perubahan sosial.

Dan ini semua hendaknya terangkum dalam kurikulum.

Dengan demikian, bertitik tolak dari prinsip-prinsip tersebut, maka kurikulum

pendidikan Islam bertujuan individualisasi nilai-nilai dan ajaran Islam demi terbentuknya

derajat manusia muttaqin dalam bersikap, berfikir dan berprilaku; Sosialisasi nilai-nilai dan

ajaran Islam demi terbentuknya umat Islam; Rekayasa kultur Islam demi terbentuknya dan

berkembangnya peradaban Islam; Pengembangan kualitas muslim untuk mewujudkan

masyarakat muslim yang berkualitas kompetitif; Menemukan, mengembangkan, dan

memelihara ilmu, teknologi dan keterampilan demi terbentuknya manusia yang

propesional; Pengembangan intelektual muslim yang mampu mencari, mengembangkan,

serta memelihara ilmu dan teknologi; dan pengembangan pendidikan yang berkelanjutan

dalam bidang agama, ekonomi, fisika, kimia, seni budaya, politik budaya, dan lain-lain.

3. Lembaga Pendidikan Islam

Disain lembaga pendidikan Islam yang dapat memenuhi tantangan masyarakat

globalisasi menurut hemat peneliti adalah model pendidikan umum Islami, kurikulumnya

integratif antara materi-materi pendidikan umum dan agama, untuk mempersiapkan

intelektual Islam yang berfikir secara komprehensif, sebagaimana ditegaskan oleh Hujair

AH.Sanaky dalam tulisannya yang berjudul : Studi Pemikiran Pendidikan Islam Modern

ada beberapa pilihan yang dapat diambil :

(1) model pendidikan yang mengkhususkan diri pada pendidikan keagamaan sajauntuk mempersiapkan dan melahirkan ulama-ulama dan mujtahid-mujtahid tangguhdalam bidangnya dan mampu menjawab persoalan-persoalan aktual ataukontemporer sesuai dengan perubahan zaman, (2) model pendidikan umum Islami,kurikulumnya integratif antara materi-materi pendidikan umum dan agama, untukmempersiapkan intelektual Islam yang berfikir secara komprehensif, (3) model

Page 20: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

pendidikan sekuler modern dan mengisinya dengan konsep-konsep Islam, (4) ataumenolak produk pendidikan barat, berarti harus mendisain model pendidikan yangbetul-betul sesuai dengan konsep dasar Islam dan sesuai dengan lingkungansosial-budaya Indonesia, (5) pendidikan agama tidak dilaksanakan disekolah-sekolah tetapi dilaksanakan di luar sekolah, artinya pendidikan agamadilaksanakan di rumah atau lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakatberupa kursur-kursus, dan sebagainya.35

Kemudian lembaga pendidikan Islam harus diarahkan pada dua dimensi, yakni :

Pertama, dimensi dialektika (horisontal), dimana pendidikan hendaknya dapat

mengembangkan pemahaman tentang kehidupan manusia dalam hubungannya dengan

alam atau lingkungan sosialnya. Manusia harus mampu mengatasi tantangan dan kendala

dunia sekitarnya melalui pengembangan Iptek, dan kedua, dimensi ketundukan vertikal,

pendidikan selain menjadi alat untuk memantapkan, memelihara sumber daya alami, juga

menjembatani dalam memahamai fenomena dan misteri kehidupan yang abadi dengan

maha pencipta. Berati pendidikan harus disertai dengan pendekatan hati. 36

Lembaga pendidikan dalam masyarakat globalisasi, pada dasarnya berfungsi untuk

memberikan kaitan antara anak didik dengan lingkungan sosiokulturalnya yang terus

berubah dengan cepat, dan pada saat yang sama, pendidikan secara sadar juga

digunakan sebagai instrumen untuk perubahan dalam sistem politik, ekonomi secara

keseluruhan. Pendidikan sekarang ini seperti dikemukakan oleh Ace Suryadi dan H.A.R.

Tilar yang dikutip oleh Malik Fajar bahwa :

Pendidikan tidak lagi dipandang sebagai bentuk perubahan kebutuhan yangbersifat konsumtif dalam pengertian pemuasan secara langsung atas kebutuhandan keinginan yang bersifat sementara. Tapi, merupakan suatu bentuk investasisumber daya manusia (human investment) yang merupakan tujuan utama ;pertama, pendidikan dapat membantu meningkatkan ketrampilan dan pengetahuanuntuk bekerja lebih produktif sehingga dapat meningkatkan penghasilan kerjalulusan pendidikan di masa mendatang. Kedua, pendidikan diharapkanmemberikan pengaruh terhadap pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan(equality of education opportunity).37

Salah satu institusi atau lembaga pendidikan Islam adalah madrasah. Pandangan

madrasah masa depan harus berubah, madrasah masa depan tidak lagi melihat

madrasah sebagai pendidikan keagamaan, melainkan harus dilihat sebagai jenis

pendidikan umum yang sama dengan sekolah di lingkungan Departemen Pendidikan

Nasional, tapi berciri khas agama Islam. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan yang mampu

mengatasi kekurangan yang ada pada madrasah. Lembaga pendidikan madrasah

Page 21: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

diharapkan dapat menjadi satu kesatuan yang dapat memberikan kontribusi untuk

membentuk kultural Indonesia baru yang berdasarkan pada nilai-nilai transendental tanpa

adanya nilai yang bersifat membangun masyarakat baru pada era mendatang karena

akan mengalami rusaknya pondasi masyarakat yang menjadi ciri dari bangsa Indonesia.38

Program dalam rangka pencerahan madrasah terfokus kepada kualitas pendidikan.

Untuk mewujudkan hal ini dilakukan strategi berupa pembangunan seperti: Pembangunan

madrasah model, madrasah terpadu, dan pemberdayaan madrasah.39

Dapat diketahui bahwa jumlah madrasah sampai saat ini kebanyakan adalah

madrasah swasta, untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah akan dibentuk

cluster-cluster madrasah, dimana dalam jangka panjang di setiap kabupaten akan

dibangun masing-masing sebuah madrasah negeri model yang akan memimpin

pembangunan madrasah di lingkungannya. Model ini akan berperan sebagai agen

perubahan yang akan membawa madrasah untuk maju menjadi madrasah yang

berkualitas seperti yang harapkan.

H. Kesimpulan

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: Masyarakat

globalisasi merupakan suatu ujud masyarakat yang memiliki kemandirian aktivitas dengan

ciri: masyarakat yang memiliki pemikiran yang rasional dan berorientasi kedepan, bersipat

terbuka, menghargai waktu dan kreatif, mandiri dan inofatif. Disisi lain masyarakat global

memiliki kecebdrungan paradoksal dan mengikuti arus ideology baru yang bercirikan

trannasionalisme, globalisme dan skularisme.

Konsep disain pendidikan Islam dilandasi oleh filsafat dan teori pendidikan Islam

yang sesuai dengan ajaran Islam, dan sumsi-asumsi tentang manusia dan lingkungannya.

Pendidikan Islam untuk masyarakat global harus wawasan : Pertama, Pendidikan Islam

harus memiliki visi dan misi yang jauh kedepan sehingga dapat selalu beradaptasi dengan

perkembangan kehidupan masyarakat. Kedua, tujuan pendidikan Islam diarahkan untuk

mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh kejiwaan, akal

pikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indera. Dengan kata lain mengacu pada tatanan

hidup yang seimbang, dunia dan akhirat, jasmani dan rohani. Kecerdasan otak dengan

keimanan kepada Allah, ketajaman akal dengan keahlian untuk bekerja. Ketiga, kurikulum

pendidikan Islam harus merefleksikan keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu umum

bermuara pada tujuan pendidikan Islam, disamping menyajikan ajaran Islam secara

Page 22: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

menyeluruh (komprehensif) dan utuh bertaut antara yang satu dengan yang lainnya

(integral) dengan ilmu pengetahuan, sehingga ajaran Islam dapat diaktualisasikan.

Kurikulum pendidikan Islam harus disusun secara integral, holistik dan integratif mulai dari

jenjang pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi. Keempat, lembaga pendidikan

Islam seperti madrasah harus dilihat sebagai pendidikan umum yang sama dengan

sekolah di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional, tapi berciri khas agama Islam.

Lembaga pendidikan madrasah diharapkan dapat menjadi satu kesatuan yang dapat

memberikan kontribusi untuk membentuk kultural Indonesia baru yang berdasarkan pada

nilai-nilai transendental tanpa adanya nilai yang bersifat membangun masyarakat baru

pada era mendatang karena akan mengalami rusaknya pondasi masyarakat yang menjadi

ciri dari bangsa Indonesia.

Page 23: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

1End Note

lihat Q.S As-Sajadah: 7-9.

2 A.Malik Fadjar, Menyiasati Kebutuhan Masyarakat Modern Terhadap Pendidikan Agama LuarSekolah, Seminar dan Lokakarya Pengembangan Pendidikan Islam Menyongsong Abad 21, IAIN, Cirebon,tanggal, 31 Agustus s/d 1 September 1995, hlm. 4.

3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan danKebudayaan RI., 1994, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-2, Cet. Ke-4, Jakarta : Balai Pustaka, hlm.225.

4 Wikipedia Bahasa Indonesia/http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi5Tarmizi Taher, 1994, Pembangunan Kapabilitas SDM dan Teknologi Umat, Jakarta : Kalam Mulia,

hlm. 20.6 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hlm. 1607 Wikipedia Bahasa Indonesia, Op.Cit. hlm. 2

8 Djamaluddin Ancok, 1998 Membangun Kompotensi Manusia dalam Milenium Ke Tiga, Psikologika,Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, Nomor : 6 Tahun III, UII, hlm. 5

9 H.A.R. Tilar, 1998, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21,Magelang : Tera Indonesia, Cet. I, hlm. 245

10 Ibid.

11 Samsul Nizar, 2002. Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,Jakarta : Ciputat Pers, hlm. 31

12 Jalaluddin, 2003. Teologi Pendidikan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hlm. 75

13Mendiknas RI, 2003 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta,hlm. 3

14 Abdul Rahman Saleh, 2004, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi Misi dan Aksi, Jakarta:Raja Grafindo Persada, hlm. 321

15 Hasbullah, 1996, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 29

16 Nizar, Samsul, 2002. Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, hlm. 38.

17 Husni Rahim, 2001, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Logos, hlm. 1118 Undang-Undang Sisdiknas, 2003, Op.Cit. hlm. 419 Abdul Rahman Saleh, op cit, hlm. 299-25020 Ridwan Nasir, 2005 Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, hlm.

121 Husni Rahim, Op cit, hlm. 1722 Ibid, hlm. 1823Hasbullah, op cit, hlm. 2624 Achmadi, Loc.Cit, hlm. 162-163

25 Hujair AH. Sanaky, Op.Cit., hlm. 6

26 Anwar Jasin, 1986, Kerangka Dasar Pembaharuan Pendidikan Islam : Tinjauan Filosofis, Jakarta.hlm. 5-8

27 Ibid.,hlm. 8-9

28Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan sanat yang shahih).

29 A.Malik Fajar, Loc. Cit, 1995, hlm 5.

30 Arifin, M., 1994, Pendidikan Islam Arus Dinamika Masyarakat: Suatu Pendekatan Filosofis,Psikologis, dan Kultural, Jakarta: Golden Triyon Press, hlm. 237

Page 24: Disain Pendidikan Islam – Sugiatno

31 Ibid.

32 Oemar Muhammad al-Toumi al-Syaibani, 1992, Filsafat Pendidikan Islam, terj. HasanLanggulung, Jakarta: Bulan Bintang, hlm. 519-523

33 Soroyo, Antisipasi Pendidikan Islam dan Perubahan Sosial Menjangkau Tahun 2000, dalamBuku : Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta, Editor : Muslih Usa, Yogyakarta: Tiara Wacana,1991. hlm. 45

34 A.Syafi'i Ma'arif, Loc. Cit., 1991, hlm. 15035 Hujair AH.Sanaky Studi Pemikiran Pendidikan Islam Modern, hlm. 636 M.Irsyad Sudiro, Pendidikan Agama dalam Masyarakat Modern, Seminar dan Lokakarya Nasional

Revitalisasi Pendidikan Agama Luar Sekolah dalam Masyarakat Modern, Dalam Hujair AH.Sanaky StudiPemikiran Pendidikan Islam Modern, hlm. 8

37 A.Malik Fadjar, Loc.Cit, 1995, hlm.

38 Qadry Azizy, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 81

39 Ibid, hlm. 40-41